Gambar 1.2 Anatomi lipatan (Mc Clay, 1987)
|
|
- Widya Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI METODE STEREOGRAFIS Disusun Oleh : Eko Suko Wiratmoko 1. LIPATAN 1.1 Definisi Lipatan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi ; terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis lengkung. Perlipatan adalah deformasi yang tak seragam (inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau bidang. Walaupun demikian, suatu deformasi yang menghasilkan lipatan pada suatu keadaan, tidak selalu demikian pada kondisi yang lain. Suatu masa batuan yang tidak mempunyai unsur struktur garis atau bidang, tidak menunjukkan tanda perlipatan. Perlu juga dipertimbangkan bahwa, suatu unsur yang sebelumnya berbentuk lengkungan dapat berubah menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur dapat tetap sebagai struktur bidang atau garis lurus setelah terjadi deformasi. 1.2 Anatomi lipatan 1 1 Gambar 1.2 Anatomi lipatan (Mc Clay, 1987) 1
2 Secara sederhana unsur-unsur dalam anatomi struktur dapat dijelaskan secara sederhana, sebagai berikut: - Hinge point : titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat. - Crest : titik tertinggi pada lengkungan. - Trough : titik terendah pada pelengkungan. - Inflection point : titik batas dari dua pelengkungan yang berlawanan. - Fold axis : (sumbu lipatan/hinge line) Garis maksimum pelengkungan pada suatu permukaan bidang yang terlipat. - Axial plane : (bidang sumbu) Bidang yang dibentuk melalui garis-garis sumbu pada satu lipatan. Bidang ini tidak selalu berupa bidang lurus (planar), tetapi dapat melengkung lebih umum dapat disebutkan sebagai Axial surface. - Fold limb : (sayap lipatan) Secara umum merupakan sisi-sisi dari bidang yang terlipat, yang berada diantara daerah pelengkungan (hinge-zone) dan batas pelengkungan (inflection line). Dalam analisis lipatan dibutuhkan pengambilan data unsur-unsur lipatan seperti di atas. Ken McClay (1987) menjelaskan secara sederhana pengukuran dan pengamatan terhadap unsur- unsur lipatan, sebagai berikut: Tabel 1.2 Tabel pengamtan dan pengukuran unsur-unsur lipatan di lapangan. 2
3 1.3 Klasifikasi Lipatan Berdasarkan Sudut Antar Sayap (interlimb angle) Sudut antar sayap adalah sudut yang terkecil yang dibentuk oleh sayapsayap lipatan, dan diukur pada bidang profil suatu lipatan (gambar 9.3). Sudut ini mencerminkan sifat keketatan (tightness) dari lipatan. Fleuty (1964) membuat klasifikasi seperti pada tabel 9.1. Nilai dari antar sudut pada lipatan menghasilkan klasifikasi sebagai berikut, Gentle (landai) Open (terbuka) Close (tertutup) Tight (ketat) 0 0 Isoclinal (isoklin). Ken McClay (1987) menyajikan model dari klasifikasi antar sayap (Williams dan Chapman, 1979) seperti pada gambar. Gambar Model Klasifikasi lipatan berdasarkan sudut antar sayap. (a) diagram pemodelan ketajaman bentuk lipatan, (b) deskripsi terminologi. (Williams dan Chapman, 1979 dalam Ken McClay 1987) Berdasarkan Kedudukan Lipatan Berdasarkan bentuknya, lipatan yang kemiringan bidang sayapnya menuju ke arah yang berlawanan, disebut sebagai Antiklin, dan synform, kemiringan bidang sayapnya menuju ke satu arah, disebut sebagai Sinklin. Kedudukan lipatan ditanyakan dari kedudukan sumbu lipatan (fold axis) dan bidang sumbu lipatan (axial plane/axial surface). Fleuty (1964) membuat klasifikasi yang didasarkan pada kedua sifat kedudukan tersebut, dan secara lebih tepat menyatakan besaran kecondongannya kemiringan dan penunjamannya. Deskripsi yang diberikan merupakan gabungan dari kedua kriteria yang ada, yaitu kemiringan dari bidang sumbu dan penunjaman dari garis sumbu. Tabel 1.3 Penamaan Lipatan Berdasarkan Kedudukan Lipatan (Fluety, 1964) 3
4 Sudut Istilah Kemiringan bidang sumbu Penunjaman garis sumbu 0 Horizontal Recumbent fold Horizontal fold 1-10 Subhorizontal Recumbent fold Horizontal fold Gentle Gently inclined fold Gently plunging fold Moderate Moderately inclined fold Moderately plunging fold Steep Steeply inclined fold Steeply inclined fold Subvertical Upright fold Vertical fold 90 Vertical Upright fold Vertical fold Perlu dicatat bahwa beberapa gabungan untuk penamaan lipatan tidak dapat diberikan, karena garis sumbu posisinya berada pada bidang sumbu, misalnya, jenis lipatan gently - inclined, steeply - plungging fold tidak mungkin diberikan atau tidak ada. Klasifikasi ini agak sulit dipakai mengingat kerangka yang digunakan adalah kedudukan dari sumbu lipatan, yang penunjamannya terukur pada bidang vertikal yang tidak ada hubungannya dengan geometri lipatan. Untuk mengatasi ini dapat dipakai kriteria pitch garis sumbu dan kemiringan bidang sumbu. Kesulitannya adalah mengukur besaran pitch dilapangan. Klasifikasi yang lebih sederhana dengan menggabungkan besaran penunjaman dan pitch, seperti bagan bentuk lipatan. Rickard (1971), membuat diagram segitiga yang memperhitungkan tiga variabel, yaitu ; kedudukan bidang sumbu lipatan (kemiringan) dan sumbu lipatan (penunjaman dan pitch terhadap bidang sumbu lipatan). Pasangan kemiringan dan pitch dari suatu lipatan ditunjukkan sebagai titik pada perpotongan garis lurus, yang angkanya dibaca sepanjang tepi dasar dan kiri diagram. Untuk penunjaman digunakan kurva dan angka pada tepi kanan diagram. Jenis-jenis kedudukan lipatan dapat ditentukan pada diagram. Untuk dapat memberikan kedudukan yang lebih pasti pada lipatan yang miring (inclined fold), Rickard mengusulkan untuk memberikan indeks besaran angka dari kemiringan (D) dan penunjaman dari (P), misalnya ; 4
5 Upright fold (D85P25), menurut klasifikasi Fleuty (Tabel 9.2) adalah Upright, gently, plunging fold Inclined fold (D70P45), Steeply inclined, moderately-plunging fold. - Reclined fold (D56P55), Moderately-inclined fold. Diagram ini juga dapat digunakan untuk berbagai lipatan secara lebih terinci pada suatu wilayah, misalnya bila terdapat suatu perubahan kedudukan pada arah atau geometri lipatan-lipatan tersebut. Gambar (a) diagram data plunge, dip, pitch dari suatu lipatan, (b) penamaan lipatan berdasarkan plunge, dip, dan pitch, (c) kemungkinan geometri lipatan. (Rickard, 1971) 1.4 Analaisis Lipatan Contoh kasus analis lipatan. Suatu lipatan diketahui dengan data strike lapisan batuan sebagai berikut: N 21 o E/50 o, N 20 o E/55 o, N 30 o E/52 o, N 10 o E/63 o, N 5 o E/65 o, N 0 o E/74 o, N 80 o E/42 o, N 90 o E/44 o, N 70 o E/38 o, N 74 o E/40 o, N 65 o E/42 o, N 60 o E/41 o, N 62 o E/44 o diketahui dilapangan hinge line dari lipatan berarah N 45 o E. Langkah-langkah dalam pengerjaan analisis dengan metode stereografis sebagai beri 5
6 Gambar 1.4 Langkah analisis lipatan metode stereografis. 6
7 a. Plot data strike dip pada Polar Net, perlu diingat data strike dip lapisan batuan (sayap lipatan) pada Polar Net di plot sebagai pole bidang lapisan, sehingga nilai nol (0 o ) terletak pada sisi West (W). b. Melakukan konturing dengan bantuan Kalsbeg Net, tujuannya untuk mengetahui dominasi arah. Pada contoh ananlisis menunujukkan dua puncak kontur yang menggambarkan sepasang sayap lipatan. c. Posisikan titik (pole) dari bidang lapisan (sayap lipatan) pada satu lingkaran besar (great circle), jika kemungkinan titik-titik tersebut sulit untuk diposisikan dalam satu garis maka pilih posisi yang mana garis yang memuat paling banyak titik, atau menggunakan puncak kontur sebagai acuan. Garis pada lingkaran besar yang memuat titik terbanyak dari strike dip tersebut merupakan garis dimana 1 dan 3, sehingga dapt disebut bidang 1 3 (girdle plane). Tegak lurus dari bidang girdle, yaitu dengan menarik lurus sebesar 90 o skala stereonet (9 kotak besar atau 45 kotak kecil,1 kotak kecil bernilai 2 o ) merupakan pole yang merukan nilai trend plung dari garis sumbu lipatan, sekaligus letak dari 2. d. Gambarkan hinge linge dengan garis lurus melewati pusat stereonet sesuai dengan nilai yang di dapatkan dilapangan. e. Posisikan N-S stereonet searah dengan hinge line. Kemudian tarik garis sepanjang lingkaran besar (great circle) yang melalui hinge line dan melewati titik sehingga membentuk suatu bidang yang merupakan bidang simetri lipatan (axial plane). f. 3 berada pada bidang sumbu lipatan, yaitu perpotongan antara bidang sumbu lipatan dengan girdle plane, posisi 1 tegak lurus dengan 3, yaitu 90 o sepangjang girdle plane. Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang simetri lipatan (axial plane) dengan garis luar stereonet ( lingkarang primitif). 7
8 2. SESAR 2.1 Definisi Sesar Sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami perkembangan pergeseran maupun pergerakan blok batuan yang tersesarkan. Sederhananya, sesar merupakan patahan pada blok batuan yang memiliki sifat pergeseran blok batuan yang terpatahkan, sifat pergeserannya dapat bermacam-macam, mendatar, miring (oblique), naik dan turun. Di dalam mempelajari struktur sesar, disamping geometrinya yaitu, bentuk, ukuran, arah dan polanya, yang penting juga untuk diketahui adalah mekanisme pergerakannya. 2.2 Anatomi Sesar Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pengamatan sesar di lapangan. Data yang baik akan diperoleh dengan memahami betul bagaimana data ini akan diolah. Beberapa anatomi atau unsur-unsur yang dapat diamati pada sesar adalah sebagai berikut: Gambar 2.2 Anatomi Sesar 8
9 1. Bidang sesar (fault plane) adalah suatu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan. 2. Jurus sesar (strike) adalah arah dari suatu garis horizontal yang merupakan perpotongan antara bidang sesar dengan bidang horizontal. 3. Kemiringan sesar (dip) adalah sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus jurus sesar. 4. Atap sesar (hanging wall) adalah blok yang terletak diatas bidang sesar apabila bidang sesamya tidak vertikal. 5. Foot wall adalah blok yang terletak dibawah bidang sesar. 6. Hade adalah sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku dari dip sesar. 7. Heave adalah komponen horizontal dari slip / separation, diukur pada bidang vertikal yang tegak lurus jurus sesar. 8. Throw adalah komponen vertikal dari slip/separation,diukur pada bidang vertikal yang tegak turus jurus sesar. 9. Slickensides yaitu kenampakan pada permukaan sesar yang memperlihatkan pertumbuhan mineral-mineral fibrous yang sejajar terhadap arah pergerakan. Ken McClay menjelaskan beberapa unsur -unsur sesar yang diukur dilapangan dalam tabel berikut : Tabel 2.2 Tabel pengamtan dan pengukuran unsur-unsur lipatan di lapangan 9
10 2.3 Klasifikasi Sesar Klasifikasi Sesar Dinamis Anderson (1951) Anderson mengklasifikasikan sesar berdasarkan fakta bahwa tidak ada tegasan shear (Shearing Stress) yang dapat terbentuk pada permukaan bumi, salah satu dari tegasan utama ( 1, 2, atau 3) harus tegak lurus dengan permukaan bumi, sementara dua yang lain tegak lurus. Gambar Klasifikasi sesar menurut Anderson (1951) Secara sederhana Anderson menjelaskan pembagian klasifikasinya sebagai berikut: (i) Sesar normal, 1 berarah vertikal, sementara 2 dan 3 berarah horisontal, dengan arah jurus kemiringan bidang sesar (dip) mendekati 60 o. (ii) Sesar geser, memiliki 2 sangat vertikal, sementara 1 dan 2 horisontal, dalam hal ini Anderson menggambarkan bidang sesar vertikal dengan arah pergerakan sesar horisontal.(iii) Sesar Berbalik/Naik, memiliki 3 vertikal sementara 1 dan 2 horisontal, bidang sesar diperkirakan memiliki arah jurus kemiringan sebesar 30 o mendekati horisontal Klasifikasi Sesar Geometri Klasifikasi sesar geometri berdasarkan pergeseran dan arah pergerakan slip yang memotong atau searah dengan bidang sesar. Pembagiannya antara lain: (i) Etensional fault contohnya sesar normal, (ii) Contraction fault contohnya sesar berbalik dan sesar naik, (iii) Strike-slip contohnya sesar geser dan sesar transform. 10
11 2.3.3 Klasifikiasi Sesar Kinematik Rickard (1972) Dalam studi struktur geologi ditemui istilah Obliqe fault, klasifikasi menurut Rickard (1972) secera sederhana menjelaskan sesar berdasarkan faktor besaran pergeseran dan pergrakan dari bidang sesar, besaran nilai ini dinotasikan sebagai Net slip, yang dapat diperoleh dilapangan dari perpotongan struktur garis gores garis atau cermin sesar dengan bidang sesar. Gambar diagram klasifikasi sesar menurut Rickard (1972) Klasifikasi sesar menurut Rickard (1972) mengacu pada nilai pitch/rake dari Net-slip dan nilai dip dari bidang sesar, yang dituangkan dalam suatu diagram untuk menentukan jenis sesar dengan nilai pitch dan dip tertentu. Contoh pembacaan diagram klasifikasi sesar menurut Rickard (1972), sebagai berikut: suatu sesar dengan nilai dip 60 o dan nilai pitch 50 o dengan separasi bidang bergeser menganan dari slickend side pada bidang sesar, nilai pitch dan dip dilpotkan ke dalam diagram kemudian dilakukan pembacaan sehingga hasil dari nilai dip dan pitch dari contoh tersebut di dapatkan jenis sesar Normal right slip fault. 2.4 Analisis Sesar Metode Stereografis Dalam analisis sesar digunakan data daru unsur-unsur sesar yang diamati dilapangan, termasuk struktur penyertanya. Berikut adalah beberapa contoh analisis sesar beserta dengan struktur penyerta berupa gash fracture, lipatan mikro (drag fold), striasi atau gores garis. 11
12 Contoh kasus analisis sesar dengan struktur penyerta. 1. Diketahui sesar dengan bidang sesar N 135 o E/60, dengan struktur penyerta gash fracture N90 o E /25 o. Analisisnya sebagai berikut : Gambar 2.4 Langkah analisisstereografi sesar dengan gash fracture. 12
13 a. Plot data strike dip bidang sesar pada Wulf Net, strike dip pada Wulf Net menggunakan kaidah tangah kiri, dimana dip tegak lurus dan berada di sisi kanan strike. b. Plot data strike dip bidang gash fracture pada Wulf Net. Jika dijumpai gash fracture dalam jumlah yang banyak, data strike dip gash fracture dapat diplot ke Polar Net sebagai pole terlebih dahulu untuk mendapatkan puncak kontur dari data gash fracture, dari puncak tersebut menghasilkan satu bidang gash fracture. c. Tarik garis sebesar 90 o dari titik perpotongan antara bidang sesar dengan bidang gash fracture untuk menghasilkan bidang bantu 1 3 (girdle plane). d. Perpotongan dari bidang sesar dengan bidang gash fracture merupakan 2 sedangkan perpotongan antara bidang gash fracture dengan bidang bantu 1 3 (girdle plane) merupakan 1. Penentuan ini di dasarkan pada anatomi sesar (pada gambar) bahwa kecenderungan gash fracture searah dengan 1. e. Penentuan 3 dengan jarak 90 o sepanjang bidang bantu 1 3 (girdle plane) dari 1. f. Gerak relatif bidang mengacu pada. 1 sebagai tegasan utama (gaya terbesar).untuk pembacaan nilai 1, 2 dan 3 menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang sesar, nilai plunge merupakan kemiringan dari Net Slip sesar. 13
14 2. Diketahui sesar dengan bidang sesar N 218 o E/67 o dengan struktur penyerta berupa striasi dengan arah N 240 o E. Analisisnya sebagai berikut: Gambar 2.5 Langkah analisisstereografi sesar dengan striasi. 14
15 a. Plot data strike dip bidang sesar pada Wulf Net, strike dip pada Wulf Net menggunakan kaidah tangah kiri, dimana dip tegak lurus dan berada di sisi kanan strike. b. Plot data striasi pada Wulf Net sebagai struktur garis, yaitu dengan menarik garis lurus dari pusat ke arah derajat orientasi arah striasi. Arah orientasi striasi merupakan trend, semntara plunge adalah jarak dari lingkaran primitif ke perpotongan antara bidang sesar dengan striasi. c. Dari perpotongan garis striasi dengan bidang sesar, tarik garis sebesar 90 o untuk menentukan posisi 2. d. Dari titik 2 buat bidang dengan menarik garis tegak lurus 90 O ke arah lingkaran besar (great circle), bidang tersebut merupakan bidang bantu 1 3 (girdle plane). e. Penentuan 1 dengan menarik jarak 30 o ke arah dalam (menuju pole dari bidang sesar), 30 o didasarkan pada keadaan umum sudut gesek dalam antara tegasan utama dengan bidang sesar. f. Penentuan 3 dengan cara menarik jarak 90 o 1. Gerak relatif bidang mengacu pada 1 sebagai tegasan utama (gaya terbesar).untuk pembacaan nilai 1, 2 da 3 menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang sesar. 15
16 3. Diketahui sesar N 190 o E/60 o dengan struktur penyerta berupa lipatan mikro (drag fold) yang memiliki bidang sumbu simetri (axial plane) N 36 o E/80 o. Ananlisisnya sebagai berikut: Gambar 2.6 Langkah analisisstereografi sesar dengan microfold atau dragfold. 16
17 a. Plot data strike dip bidang sesar pada Wulf Net, strike dip pada Wulf Net menggunakan kaidah tangah kiri, dimana dip tegak lurus dan berada di sisi kanan strike. b. Plot data strike dip bidang sumbu lipatan (axial plane) pada Wulf Net. Jika bidang sumbu tidak dapat diidentifikasi di lapangan dan hanya dapat mengukur lapisan batuan (sayap mikro lipatan), maka bidang sumbu lipatan diperoleh dengan analisis sebagaimana analisis lipatan. c. Perpotongan antara bidang sesar dengan bidang sumbu mikro lipatan merupakan titik 2. d. Proyeksikan 2 sebagai bidang dengan menarik jarak 90 o dar 2. Bidang tersebut merupakan bidang bantu 1 3 (girdle plane). e. Perpotongan antara bidang sumbu mikro lipatan dengan bidang bantu 1 3 (girdle plane) merupakan 3, sementara 90 o dari 3 sepanjang bidang bantu merupakan 1. Notasi 1 dan 3 merupakan notasi untuk tegasan pembentuk mikro lipatan. f. Untuk tegasan utama ( 1) sesar diperoleh dengan menarik jarak 30 o sepanjang bidang bantu 1 3 (girdle plane) ke arah 1. Sementara 3 sesar diperoleh dengan menarik jarak 90 o sepanjang bidang bantu. Jika 1 dan 1 terletak tepat berhimpitan, diindikasikan sesar dan lipatan mikro terbentuk bersamaan dalam satu tegasan yang sama. Gerak relatif bidang mengacu pada 1 sebagai tegasan utama (gaya terbesar).untuk pembacaan nilai 1, 2 dan 3 menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang sesar, nilai plunge merupakan kemiringan dari Net Slip sesar. 17
18 3. KEKAR 3.1 Definisi Kekar Kekar adalah gejala yang umum terdapat pada batuan. Kekar dapat terbentuk karena tektonik (deformasi) dan dapat terbentuk juga secara non tektonik (pada saat diagenesa, proses pendinginan dsb). Dalam hal ini kita membatasi pada jenis kekar yang terbentuk secara tektonik. Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk diamati, sebab kekar dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya suatu lipatan, atau terbentuknya semua struktur tersebut. Hal ini yang juga merupakan kesulitan adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum atau sesudahnya. 3.2 Jenis-jenis Kekar Pada pejelasan definisi kekar telah disebutkan kekar merupakan struktur yang sulit untuk diamati, dalam hal ini kekar juga menjadi umumnya menjadi penyerta pada pembentukan struktur geologi lain seperti sesar maupun lipatan. Secara kejadiannya (genetik), kekar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : a. Kekar gerus (shear joint) : adalah rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya kecenderungan untuk saling bergeser (shearing). Beberapa referensi menyebut tipe kekar gerus dengan sudut antar bidang lebih kurang 60 O sebagai shear joint, dan kekar gerus dengan sudut antar bidang lebih kurang 30 o hybrid joint. Namun dalam McClay (1987) menyatakan bahwa hybrid joint secara genetik adalah perpaduan antara extension dan shear joint yang menampakan pergerakan dari kedua kekar tersebut, yaitu merenggang dan bergeser. b. Kekar tarik (extention joint) : adalah rekahan yang bidang-bidangnya terbentuk karena adanya kecenderungan untuk saling menarik (meregang). Extension joint sendiri dapat dibedakan sebagai tension joint yang bidang rekahnya searah dengan arah tegasan utama, dan release joint yang terbentuk akibat hilangnya atau pengurangan tekanan dan tegak lurus terhadap gaya utama. Pembedaan kedua jenis kekar ini terutama didasarkan pada sifatnya. 18
19 (a) (b) Gambar 3.2 a. Anatomi kekar (Fosen, 2010) b. Jenis kekar dalam McClay (1987) Banyak kriteria untuk menentukan jenis-jenis kekar ini, misalnya sifat permukaan, orientasi pada pola regional (daerah yang lebih luas), dan hubungan dengan struktur lain, tetapi seringkali tidak mungkin membedakannya di lapangan. Dihubungkan dengan prinsip tegasan utama, pola kekar-kekar ini akan mengikuti prinsip tegasan ( σ1, σ2, σ3). Didalam analisa, kekar dapat dipakai untuk membantu menentukan pola tegasan, dengan anggapan bahwa kekar-kekar tersebut pada keseluruhan daerah terbentuk sebelum atau pada saat pembentukan sesar. Cara ini sangat lemah dan umumnya dipakai pada daerah yang lebih luas (regional) dan data yang dipakai tidak hanya kekar, tetapi juga sesar yang dapat diamati dari peta topografi, foto udara dan citra landsat. Ken McClay (1987) menjelaskan beberapa unsur pengambilan data kekar di lapangan untuk analisis kekar dalam tabel berikut : 19
20 Tabel 3.2 Tabel pengamtan dan pengukuran unsur-unsur lipatan di lapangan 3.3 Analisis Kekar Metode Stereonet Contoh analisis kekar : Diketahui pengukuran struktur geologi berupa kekar dilapangan sebagai berikut Shear Joint Shear Joint Strike ( N... o E) dip O Strike ( N... o E) dip O Strike ( N... o E) dip O Strike ( N... o E) dip O
21 Analisis kekar dengan stereonet sebagai berikut: Gambar 3.3 Langkah analisis kekar metode stereografis a. Plot kan data strike dip pada Polar Net, perlu diingat data strike dip bidang kekar pada Polar Net di plot sebagai pole bidang lapisan, sehingga nilai nol (0 o ) terletak pada sisi West (W). b. Melakukan konturing dengan bantuan Kalsbeg Net, tujuannya untuk mengetahui dominasi arah. Pada contoh ananlisis menunujukkan dua puncak kontur yang merupakan puncak maximum 1 dan maximum 2. c. Dari maximum 1 dan maximum 2 proyeksikan masing-masing sebagai bidang dengan memproyeksikan secara tegak lurus 90 o. Dari bidang yang terbentuk terdapat 21
22 perpotongan bidang yang merupakan 2, proyeksikan pula 2 sebagai bidang dengan menarik garis 90 o sehingga terbentuk bidang bidang bantu 1 3 (girdle plane). d. Tentukan jarak antara bidang maximum 1 dan maximum 2 sepanjang bidang bantu untuk menentukan posisi 1 3. Penentuan 1 titik tengah antara maximum 1 dan maximum 2 yang memiliki jarak antar bidang kurang dari 90 o (sudut lancip), sementara 3 berada di titik tengah antara maximum 1 dan maximum 2 yang memiliki jarak antar bidang lebih dari 90 o (sudut tumpul). Untuk pembacaan nilai 1, 2 dan 3 menggunakan prinsip struktur garis (plunge,trend). Nilai pitch diukur pada girdle plane dengan nilai jarak terpendek dari bidang kekar. Referensi Davis, G.H,.Reynolds, S.J,.1996.Structural Geology of Rocks And Regions. John Wiley & Sons, INC. USA Fossen, H,.2010.Structural Geology.Cambridge University Pers.New York UK McClay, K.R,.1987.The Mapping of Geological Structures. Departement of Geology Royal Bedford New College University of London. Van der Pluijm, Ben A.,.2004.Earth structure : an introduction to structural geology and tectonics.w. W. Norton & Company Ltd.London 22
GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani
GEOLOGI STRUKTUR PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan OSN PEDAHULUAN Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi yang berhubungan
Lebih terperinci9. Lipatan. 9.1 Pendahuluan
9. Lipatan 9.1 Pendahuluan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan
Lebih terperinciUntuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :
Landasan Teori Geologi Struktur Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan akibat proses deformasi serta menjelaskan proses pembentukannya. Proses
Lebih terperinciStruktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).
9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi
Lebih terperinciDISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN
DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif
Lebih terperinciDISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN
DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan.
Lebih terperinciPRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU
1 ACARA 1 : MENETUKAN KEDUDUKAN PERLAPISAN BATUAN DARI 2 DIP SEMU Data : Diketahui arah dip semu dari batuan yang sama pada dua singkapan batuan sedimen adalah 30, N 45 E dan 40, N 150 E dan tidak menunjukkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan
Lebih terperinciIdentifikasi Struktur. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.
Identifikasi Struktur Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Dasar Analisis Macam keterakan berdasarkan gaya pembentuknya: Irrotational Strain (pure shear) disebabkan tegasan tekanan (model Moody & Hill, 1956)
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1. Struktur Sesar Analisis struktur sesar di daerah penelitian dilakukan dengan melakukan pengolahan data berupa kekar gerus, breksiasi, posisi stratigrafi, dan kelurusan
Lebih terperinciIV.2 Pola Kelurusan Daerah Penelitian
Pola struktur yang berkembang pada daerah penelitian sebagian besar dipengaruhi oleh pola Jawa dengan kompresi berarah utara-selatan karena terbentuk pola struktur dan kelurusan yang berarah relatif barat-timur.
Lebih terperinciRESUME KEKAR. A. Definisi Kekar
RESUME KEKAR A. Definisi Kekar Kekar merupakan pola sistematik yang ditandai dengan blok yang saling berpisan bidang rekahan akan tetapi tidak menunjukan pergeseran terlampau berarti pada titik bagiaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 2. GEOMETRI UNSUR STRUKTUR
Praktikum Geologi strutur 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Defininisi Geologi Struktur Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai hasil dari proses
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesarsesar mendatar yang umumnya berarah timurlaut baratdaya dan lipatan yang berarah
Lebih terperinciSESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)
SESAR MENDATAR Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 SESAR Sesar yang terjadi pada daerah ini pada umumnya mempunyai dua arah. Arah ertama adalah sesar yang memiliki arah relatif barat timur. Sesar yang memiliki arah
Lebih terperinciGEOLOGI STRUKTUR ANALISIS KEKAR
GEOLOGI STRUKTUR ANALISIS KEKAR Fracture & stress states Fracture orientations relative to the principal stress orientations Stress = Gaya per satuan area yang mengenai suatu bidang Kondisi stress yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar sesar anjak berarah WNW - ESE, sesar-sesar geser berarah NE - SW. Bukti-bukti
Lebih terperinciPERTEMUAN 4 : PROYEKSI STEREOGRAFIK GEOLOGI STRUKTUR. Firdaus
PERTEMUAN 4 : PROYEKSI STEREOGRAFIK GEOLOGI STRUKTUR Firdaus (dauzy@ymail.com) Pendahuluan Dalam struktur geologi penuh unsur titik, garis, bidang, dan sudut bahkan perpotongan dan kombinasi antara keempatnya
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 METODA PENELITIAN Analisis struktur geologi terhadap daerah penelitian dilakukan melalui tiga tahap penelitian. Tahap pertama merupakan pendekatan tidak langsung, yaitu
Lebih terperinciBAB IV STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar (Gambar 4.1) yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar naik berarah relatif WNW-ESE, sesar geser berarah relatif utara-selatan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jawa Barat dibagi menjadi empat jalur fisiografi (Gambar 2.1) yaitu :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Regional Menurut van Bemmelen (1949) berdasarkan morfologi dan tektoniknya Jawa Barat dibagi menjadi empat jalur fisiografi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Dataran Pantai
Lebih terperinciBAB IV STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 STRUKTUR SESAR Struktur sesar pada daerah penelitian terdiri dari sesar-sesar anjak yang berarah relatif Barat-Timur (NE-SW) dan sesar geser yang berarah relatif Barat Daya
Lebih terperinciSTRIKE-SLIP FAULTS. Pemodelan Moody dan Hill (1956)
Novia Dian Sundari STRIKE-SLIP FAULTS 12/39585 Sesar mendatar (Strike slip fault atau Transcurent fault atau Wrench fault) adalah sesar yang pembentukannya dipengaruhi oleh tegasan kompresi. Posisi tegasan
Lebih terperinciTiori terbentuknya sesar
FAULT Literatur: 1. Structural Geology, J.G. Dennis, 1972 2. Structural Geology of Rocks & Regions, G.H. Davis & S.J. Reynolds, 1996 3. Structural Geology, M.P. Billings, 1975 Tiori terbentuknya sesar
Lebih terperinciFoto 4.10 Blok bagian kanan bergerak relatif ke kanan dari blok bagian kiri (lokasi pengamatan STG 10)
Foto 4.0 Blok bagian kanan bergerak relatif ke kanan dari blok bagian kiri (lokasi pengamatan STG 0) 4. LIPATAN Lipatan yang terjadi pada daerah ini pembentukannya berkaitan erat dengan sistem sesar anjak
Lebih terperinciHUBUNGAN SESAR, KEKAR, DAN LIPATAN DALAM PEMBENTUKAN STRUKTUR PADA BATUAN
II-1 HUBUNGAN SESAR, KEKAR, DAN LIPATAN DALAM PEMBENTUKAN STRUKTUR PADA BATUAN TUGAS Dibuat sebagai tugas untuk mata kuliah Geologi Struktur pada jurusan Teknik Pertambangan Oleh : Kiagus Husni Tamrin
Lebih terperinciKEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA
KEKAR (JOINT) STRUKTUR REKAHAN PADA BATUAN PALING UMUM, PALING BANYAK DIPELAJARI TIDAK ATAU SEDIKIT MENGALAMI PERGESERAN PALING SULIT UNTUK DIANALISA HUBUNGANNYA DENGAN MASALAH MASALAH 1. GEOLOGI TEKNIK
Lebih terperinciBENTANG ALAM STRUKTURAL
BENTANG ALAM STRUKTURAL 1. PENGERTIAN BENTANG ALAM STRUKTURAL Bentang alam merupakan bentuk penampang (landform) suatu daerah di muka bumi yang mencakup ruang luas dan telah membentuk suatu sistem yang
Lebih terperinciProyeksi Stereografi. Proyeksi Stereografi
Proyeksi Stereografi Proyeksi Stereografi Proyeksi Stereografi merupakan salah satu aplikasi dalam geometri yang bisa diartikan sebagai sebuah pemetaan khusus (fungsi) yang memproyeksikan sebuah bola (sphere)
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING
BAB V KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING 5.1 Definisi dan Terminologi Rekahan Rekahan merupakan bidang diskontinuitas yang terbentuk secara alamiah akibat deformasi atau diagenesa. Karena itu dalam
Lebih terperinciFoto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40.
Foto IV-10 Gejala Sesar Anjak Cinambo 3 pada lokasi CS 40. 4.1.4 Sesar Anjak Cisaar 1 Gejala sesar ini dijumpai pada Sungai Cisaar pada lokasi CS 40, CS 41, CS 4, CS 2, dan CS 10. Kehadiran sesar ini ditunjukkan
Lebih terperinciBAB IV STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV STRUKTUR GEOLOGI 4.1 STRUKTUR SESAR Struktur sesar yang berkembang di daerah penelitian terdiri dari sesar-sesar naik yang berarah relatif barat-timur (WNW-ESE) dan sesar geser yang berarah relatif
Lebih terperinciICAL ERVIAWAN ILMAN BORAHIMA IMAM PERMANA JUSMAN KURNIA KURNIA RAHMAN M. AL-FURQAN
Tugas Soal Jawab LIPATAN oleh : kelompok IV ICAL ERVIAWAN ILMAN BORAHIMA IMAM PERMANA JUSMAN KURNIA KURNIA RAHMAN M. AL-FURQAN 1. Apa yang dimaksud lipatan? Lipatan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang
Lebih terperinciBUKU PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
Praktikum Geologi strutur 0 UKU PADUA PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Oleh: Ir. Sukartono, M.T. LAORATORIUM GEOLOGI DIAMIS PROGRAM STUDI GEOLOGI SEKOLAH TIGGI TEKOLOGI ASIOAL YOGYAKARTA 2013 Praktikum Geologi
Lebih terperinciSesar (Pendahuluan, Unsur, Klasifikasi) Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.
Sesar (Pendahuluan, Unsur, Klasifikasi) Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Pendahuluan Permasalahan teknik di tambang pada masa lampau bagaimana cara menemukan sambungan dari bahan cebakan atau lapisan batubara
Lebih terperinciPENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR. Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng
PENDALAMAN MATERI GEOLOGI STRUKTUR MODUL 4 PENGUKURAN GEOLOGI STRUKTUR Drs. Budi Kudwadi, MT. Mardiani, S.Pd., M.Eng KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
Lebih terperinciAnalisa Struktur Geologi
Analisa Struktur Geologi. Pendahuluan Analisa struktur geologi dapat dilakukan dengan beberapa tahapan dan cara, dimulai dengan deskripsi geometri, analisa kinematika, yaitu mempelajari sifat gerak dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. geologi, seperti data kekar dan cermin sesar, untuk melukiskan karakteristik
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian difokuskan pada pengambilan data unsur struktur geologi, seperti data kekar dan cermin sesar, untuk melukiskan karakteristik hubungan antara
Lebih terperinciKEKAR (JOINT) Sumber : Ansyari, Isya Foto 1 Struktur Kekar
KEKAR (JOINT) A. Definisi Kekar Kekar adalah salah satu struktur geologi yang berupa rekahan pada batuan yang tidak terlalu mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar merupakan gejala yang umum
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SESAR KALI NGALANG DI DUSUN KARANGAYAR, DESA NGALANG, KECAMATAN GEDANG SARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
IDENTIFIKASI SESAR KALI NGALANG DI DUSUN KARANGAYAR, DESA NGALANG, KECAMATAN GEDANG SARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Dicky Candrawan Putra 1) dan Hita Pandita 2)
Lebih terperinciMODUL 1 DASAR-DASAR GEOLOGI STRUKTUR Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
MODUL 1 DASAR-DASAR GEOLOGI STRUKTUR Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2017 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBENTUKAN STRUKTUR BATUAN TERHADAP KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN
HUBUNGAN PEMBENTUKAN STRUKTUR BATUAN TERHADAP KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN TUGAS GEOLOGI STRUKTUR Oleh: Ripal Ardiansyah (03111002004) Desma Windari (03111002006) Dimas Gustian A (03111002042) Exsa Apriansyah
Lebih terperinciLABORATORIUM GEOLOGI DINAMIKA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIKA JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Edisi 2008 PANDUAN PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Edisi 2008 Laboratorium Geologi
Lebih terperinciBAB. I Kompas Geologi
BAB. I Kompas Geologi 1.1Pengertian Kompas geologi Kompas geologi adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi
Lebih terperinciPROYEKSI STEREOGRAFI DAN PROYEKSI KUTUB
PROYEKSI STEREOGRAFI DAN PROYEKSI KUTUB A. Pengertian Proyeksi Stereografi Proyeksi merupakan metode sebagai penggambaran bentuk tertentu menjadi suatu bentuk lain dengan cara yang tertentu dalam satu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI
BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI Analisis Struktur 4.1 Struktur Lipatan 4.1.1 Antiklin Buniasih Antiklin Buniasih terletak disebelah utara daerah penelitian dengan arah sumbu lipatan baratlaut tenggara
Lebih terperinci5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA
.1 PETA TOPOGRAFI..2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA . Peta Topografi.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini,
Lebih terperinciGambar 22.Diagram Blok yang menunjukkan Horst (atas) dan Graben (bawah)
Pelipatan (Fold) Pelipatan merupakan penggelombangan pada kulit bumi yang ukuran dan tipenya bervariasi. Pelipatan mudah terjadi pada batuan yang berlapis. Ukuran pelipatan bervariasi, dari yang hanya
Lebih terperinci5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya
5. Peta Topografi 5.1 Peta Topografi Peta topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis garis ketinggian. Gambaran ini, disamping tinggi rendahnya permukaan dari pandangan
Lebih terperinciMenentukan Jurus dan Kemiringan Batuan serta Struktur Patahan di Sepanjang Sungai Cinambo, Jawa Barat. Abstrak
Menentukan Jurus dan Kemiringan Batuan serta Struktur Patahan di Sepanjang Sungai Cinambo, Jawa Barat Lia Maryani Geofisika, Universitas Padjadjaran Abstrak Telah dilakukan penelitian struktur patahan
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING
BAB VI KARAKTERISTIK REKAHAN PADA BATUGAMPING 6. 1 Pendahuluan Menurut Nelson (1985), sistem rekahan khususnya spasi rekahan dipengaruhi oleh komposisi batuan, ukuran butir, porositas, ketebalan lapisan,
Lebih terperinciRESUME PROYEKSI STEREOGRAFI
RESUME PROYEKSI STEREOGRAFI A. Geologi Struktur Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajarai batuan yang mengalami deformasi dan merupakan lapisan bagian atas dari bumi. Kata struktur berasal dari bahasa
Lebih terperinciPENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH
PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP MUNCULNYA REMBESAN MINYAK DAN GAS DI DAERAH BOTO, KECAMATAN BANCAK, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH P.A. Pameco *, D.H. Amijaya Jurusan Teknik Geologi, Universitas
Lebih terperinciStruktur Geologi Daerah Jonggol Dan Jatiluhur Jawa Barat
Struktur Geologi Daerah Jonggol Dan Jatiluhur Jawa Barat Iyan Haryanto, Faisal Helmi, Aldrin dan Adjat Sudradjat*) Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Abstrak Struktur geologi daerah Jonggol
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II GEOLOGI REGIONAL... 8 II.1. Fisiografi Regional... 8 II.2. Stratigrafi Regional II.3. Struktur Geologi Regional...
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i PERNYATAAN... ii PRAKATA... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... x SARI... xi ABSTRACT... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar
Lebih terperinci7. Peta Geologi Pengertian dan Kegunaan
7 Peta Geologi 71 Pengertian dan Kegunaan Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk bentuk struktur dari masingmasing satuan batuan
Lebih terperinciGAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR
GAYA PEMBENTUK GEOLOGI STRUKTUR Gaya a) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah pergerakan suatu benda. b) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (gaya gravitasi
Lebih terperinciSebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun
Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun 1977 2010 Fitri Puspasari 1, Wahyudi 2 1 Metrologi dan Instrumentasi Departemen Teknik Elektro dan Informatika
Lebih terperinciA. Berdasarkan bentuk penampang tegak :
Klasifikasi lipatan menurut Billing (1986) di dasarkan pada: Bentuk penampang tegak, Intensitas lipatan, Sifat lipatan dan kedalaman, dan Kedudukan axial surface dan hinge line. Berikut akan dijelaskan
Lebih terperincimangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara.
mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara. Foto 4.16 Indikasi Sesar Normal mangkubuni (CLT12) 4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur
Lebih terperinciA. PROSES PEMBENTUKAN KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN
A. PROSES PEMBENTUKAN KEKAR, SESAR, DAN LIPATAN 1. Pembentukan Kekar Ada dua faktor dalam pembentukan struktur kekar pada batuan, yaitu faktor dari gaya endogen dan faktor dari gaya eksogen. Pada gaya
Lebih terperinciSTRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS
STRUKTUR BIDANG DAN STRUKTUR GARIS Geometri Unsur Struktur Unsur-unsur struktur secara geometris pada dasarnya hanya terdiri dari dua unsur geometris yaitu : 1) Geometris Bidang/ Struktur Bidang - Bidang
Lebih terperinciBAB 4 PROYEKSI STEREOGRAFIS DAN PROYEKSI KUTUB
PROYKI TROGRAI DA PROYKI KUTUB BAB 4 PROYKI TROGRAI DA PROYKI KUTUB 4.1. TUJUA a. Mengetahui definisi proyeksi stereografis dan proyeksi kutub b. Memecahkan masalah geometri bidang dan geometri garis secara
Lebih terperinciGeologi Fisik (Pengenalan Struktur Geologi)
Geologi Fisik (Pengenalan Struktur Geologi) Oleh : Irvani Referensi : Thomson, G. R. and Turk, J. 1991. Modern Physical Geology. Saunder College Publishing, USA. Lutgens, F. K., Tarbuck, E. J. and Tasa,
Lebih terperinciGEOLOGI STRUKTUR PRINSIP GAYA & DEFORMASI
GEOLOGI STRUKTUR PRINSIP GAYA & DEFORMASI Definitions Stress adalah gaya yang mengenai batuan (atau sesuatu yang lain) Strain adalah perubahan dalam ukuran dan/atau bentuk dari suatu objek padat (solid
Lebih terperinciFoto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama
Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).
Lebih terperinciANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA
ANALISIS KINEMATIK SESAR ANJAK (THRUST FAULT) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EVOLUSI TEKTONIK ZONA KENDENG DAERAH NGRANCANG DAN SEKITARNYA Ida Bagus Oka Agastya Jurusan Teknik Geologi Institut Sains & Teknologi
Lebih terperinciStrain, Stress, dan Diagram Mohr
TUGAS GL-2212 GEOLOGI STRUKTUR Strain, Stress, dan Diagram Mohr Oleh: Hafidha Dwi Putri Aristien NIM 12111003 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi
Lebih terperinci3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan
3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,
Lebih terperinciBAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING
BAB V KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING 5.1 Teori Dasar 5.1.1 Mekanisme Pembentukan Rekahan Rekahan adalah suatu bidang diskontinuitas pada batuan yang diinterpretasikan sebagai hasil dari
Lebih terperinciBAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING
BAB VI KARAKTERISASI REKAHAN PADA FASIES BATUGAMPING 6.1 Pendahuluan Batugamping di daerah penelitian terdiri atas beberapa fasies yang berbeda dan kehadiran rekahan pada fasies batugamping yang berbeda
Lebih terperinciUmur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)
Lebih terperinciFRACTURES FRACTURES AND JOINTS
FRACTURES Fracture : a break in rock due to brittle behavior to stress Joint : A fracture with no displacement Joint Sets : multiple joints oriented parallel to one another, in response to regional stress
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Fakultas : Teknik Program Studi : Teknik Geologi Mata Kuliah/Kode : Geologi Struktur (GEO 220314) Jumlah SKS : 4 Semester : III (Tiga) - Ganjil 2016/2017 Dosen Pengampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Geologi struktur
Lebih terperinci03. Bentangalam Struktural
TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 03. Bentangalam Struktural Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Bentangalam struktural adalah bentang
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR
BAB III TEORI DASAR 3.1 INTERPRETASI PENAMPANG SEISMIK 3.1.1 Metoda seismik Prinsip dasar metoda seismik adalah perambatan energi gelombang seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran di permukaan bumi
Lebih terperinciANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG JAWA BARAT
Analisis kekar pada batuan sedimen klastika Formasi Cinambo di Sungai Cinambo Sumedang, Jawa Barat (Faisal Helmi) ANALISIS KEKAR PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIKA FORMASI CINAMBO DI SUNGAI CINAMBO SUMEDANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KINEMATIK
BAB IV ANALISIS KINEMATIK Pada prinsipnya terdapat dua proses untuk melakukan evaluasi kestabilan suatu lereng batuan. Langkah pertama adalah menganalisis pola-pola atau orientasi diskontinuitas yang dapat
Lebih terperinciAdapun tujuan dari mempelajari geologi struktur adalah antara lain:
7 GEOLOGI STRUKTUR 7.1 Pendahuluan Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan
Lebih terperinciUmur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Penentuan umur pada satuan ini mengacu pada referensi. Satuan ini diendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Analisa lingkungan pengendapan ini diinterpretasikan
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI DAERAH PENELITIAN Morfologi permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara proses eksogen dan proses endogen (Thornbury, 1989). Proses eksogen merupakan
Lebih terperinciMAKALAH GEOLOGI STRUKTUR (LIPATAN)
MAKALAH GEOLOGI STRUKTUR (LIPATAN) OLEH : MUH. IRZAL AFANDI A. 093 2010 0044 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR Segala Puji
Lebih terperinciBAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA
BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Analisis Kondisi Geomorfologi Analisis Kondisi Geomorfologi yang dilakukan adalah berupa analisis pada peta topografi maupun pengamatan
Lebih terperinciberukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.
berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan
Lebih terperinciGEOLOGI STRUKTUR IR. SUKARTONO. MT HERNING DYAH KUSUMA WIJAYANTI, ST
GEOLOGI STRUKTUR IR. SUKARTONO. MT HERNING DYAH KUSUMA WIJAYANTI, ST 2015 Program Studi Mata Kuliah dan kode SKS Semester Dosen Pengampu SILABUS : Teknik Geologi Strata -1 : Geologi Struktur, GS 3214 :
Lebih terperinciSTRUKTUR GEOLOGI DAN SEDIMENTASI BATUBARA FORMASI BERAU
STRUKTUR GEOLOGI DAN SEDIMENTASI BATUBARA FORMASI BERAU Kerjasama PT. Berau dan Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Achmad Rodhi & Basuki
Lebih terperinciStrike dan Dip Lapisan Batuan
1 2.1 Pengertian Strike dan Dip Strike dan Dip Lapisan Batuan Strike dan Dip adalah metode yang menggambarkan orientasi pesawat dalam tiga dimensi. Biasanya diterapkan pada miring orientasi lapisan batu.
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI STRUKTUR Disusun oleh : Siti Defiyatun 133610241 JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2015 HALAMAN PENGESAHAN Diajukan sebagai salah satu
Lebih terperinciKompleks Lipatan Alaskobong: laboratorium alam geologi struktur
Kompleks Lipatan Alaskobong: laboratorium alam geologi struktur Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Jl. Grafika 02 Yogyakarta 55281 email: shddin@gmail.com Aswin Mustofa Mahasiswa
Lebih terperinciUNIT X: Bumi dan Dinamikanya
MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN UNIT X: Bumi dan Dinamikanya I Introduction 5 Latar Belakang Pada K-13 Kelas VII terdapat KD sebagai
Lebih terperinciSKRIPSI FRANS HIDAYAT
GEOLOGI DAN ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAERAH TOBO DAN SEKITARNYA, KECAMATAN JATI, KABUPATEN BLORA, PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : FRANS HIDAYAT 111.080.140 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciGeologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Foto 24. A memperlihatkan bongkah exotic blocks di lereng gunung Sekerat. Berdasarkan pengamatan profil singkapan batugamping ini, (Gambar 12) didapatkan litologi wackestone-packestone yang dicirikan oleh
Lebih terperinciV. INTERPRETASI DAN ANALISIS
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena
Lebih terperinciBAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG
BAB IV MODEL EVOLUSI STRUKTUR ILIRAN-KLUANG IV.1. Analisis Geometri Struktur Iliran-Kluang Berdasarkan arahnya, sesar yang ada didaerah sepanjang struktur Iliran- Kluang dapat dibedakan atas tiga kelompok,
Lebih terperinciDAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.
DAFTAR ISI COVER i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR x DAFTAR TABEL xvi SARI xvii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang 1 I.2. Rumusan Masalah
Lebih terperinci