Standar Profesional: Struktur, Penamaan, dan Kodifikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Standar Profesional: Struktur, Penamaan, dan Kodifikasi"

Transkripsi

1 Standar Profesional 55 Artikel 4 Standar Profesional: Struktur, Penamaan, dan Kodifikasi Suwardjono Fakultas Ekonomi 1 UGM Artikel ini telah dimuat di Jurnal Akuntansi & Manajemen, Edisi IV, April 1991 dan diterbitkan kembali dalam buku Gagasan Pengembangan Profesi dan Pendidikan Akuntansi di Indonesia oleh penulis (Yogyakarta: BPFE, 1992) Tiap profesi pada umumnya mempunyai pedoman tertulis sebagai dasar bertindak atau aturan main bagi para anggotanya dalam menjalankan profesinya. Pedoman tersebut merupakan hasil pemikiran dan kesepakatan profesi dan pada umumnya berkaitan dengan jasa yang dilayani profesi serta pengendalian kualitas profesi. Pedoman tersebut umumnya dipublikasi untuk kepentingan anggota dan pihak yang berkepentingan. Tentu saja dalam organisasi profesi terdapat badan yang sengaja dibentuk dan diberi wewenang untuk menyusun pedoman tersebut dan mempublikasinya. Bagi anggota profesi, pedoman tersebut bersifat mengikat dan harus ditaati. Sanksi baik yuridis maupun organisasional dapat dikenakan atau dijatuhkan pada anggota profesi yang melanggar atau tidak menaati pedoman tersebut. Pedoman tertulis tersebut biasanya mempunyai struktur tertentu dalam hal penamaan dan kodifikasinya sehingga memudahkan para anggota profesi untuk mengacu/merujuk dalam komunikasi profesional dan untuk menggunakannya dalam melaksanakan tugas profesional. Dalam profesi akuntansi, di luar koda etik, pedoman semacam itu disebut dengan standar profesional (professional standards). Ada dua macam standar profesional dalam profesi akuntansi yaitu standar profesional yang berkaitan dengan penyusunan laporan/statemen keuangan (sering disebut accounting standards atau reporting standards) dan standar profesional yang berkaitan dengan pengauditan (sering disebut auditing standards). Yang pertama berkepentingan dengan masalah kualitas informasi akuntansi yang disediakan oleh akuntansi dan yang kedua lebih berkepentingan dengan masalah kualitas jasa yang diberikan oleh profesi khususnya pengauditan. Walaupun demikian, istilah professional standards lebih sering digunakan untuk menunjuk pedoman-pedoman yang berkaitan dengan pengauditan. Telah dibahas dalam dua artikel sebelumnya bahwa 1 Sejak tahun 2007 menjadi Fakultas Ekonomika dan Busines (FEB). Di sini, bisnis ditulis busines. Suwardjono1992

2 56 Artikel 4 accounting standards merupakan bagian atau komponen dari generally accepted accounting principles/gaap (prinsip akuntansi berterima umum/pabu) sedangkan auditing standards merupakan bagian/komponen dari generally accepted auditing standards (standar pengauditan berterima umum/stapbu). Artikel ini membahas beberapa aspek standar profesional di Indonesia khususnya yang menyangkut struktur, penamaan (nomenklatur) dan kodifikasinya. Standar profesional Amerika Serikat dijadikan basis pembahasan untuk kemudian digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan struktur, penamaan dan kodifikasi standar profesional yang sekarang berlaku di Indonesia. Alasan digunakannya standar profesional Amerika sebagai basis adalah bahwa di negara tersebut standar profesional telah mengalami beberapa kali perubahan dan revisi serta pengujian yang cukup lama sehingga sampai pada suatu bentuk dan struktur yang sekarang yang menurut pendapat penulis dapat dianggap cukup mantap sebagai model atau contoh. Atas dasar evaluasi tersebut, penulis mencoba untuk mengemukakan suatu gagasan pengembangan struktur, penamaan dan kodifikasi standar profesional di Indonesia. KARAKTERISTIK STANDAR PROFESIONAL Dari segi penyajian dan dokumentasi, standar profesional harus mempunyai susunan dan karakteristik tertentu yang memadai sehingga standar tersebut benar-benar bermanfaat bagi profesi dan profesi mempunyai keyakinan yang cukup tinggi dalam menggunakannya bahkan bila mungkin profesi membanggakannya. Beberapa karakteristik penting yang harus diperhatikan dalam merancang struktur standar profesional adalah: Digunakan nama sebutan yang jelas dan konsisten untuk tiap bentuk/jenis penerbitan (statemen, interpretasi, buletin teknis atau pedoman lainnya). Kesalahan atau ketidaktepatan penamaan, di samping dapat mengaburkan makna, akan berakibat menyulitkan pengembangan atau perluasan standar berikutnya. Digunakan koda huruf dan angka (alpha-numeric) yang logis untuk referensi tiap jenis standar sehingga penyebutan nama dalam komunikasi profesional dan pengacuan dalam mencari petunjuk tindakan atau perlakuan tertentu dapat dilakukan dengan mudah dan nyaman. Penggunaan koda akan menghindari timbulnya banyak akronim yang dapat membingungkan pemakai khususnya kalau sudah banyak standar diterbitkan. Urutan koda angka hendaknya menggambarkan urutan kronologis penerbitan standar sehingga riwayat standar tetap dapat dirunut. Seluruh pasal atau paragraf dalam satu penerbitan standar diberi nomor urut penuh dari awal sampai akhir (tanpa nomor bab) sehingga referensi dapat dilakukan dengan mudah tanpa memperhatikan nomor bab. Cara suwardjono@ugm.ac.id

3 Standar Profesional 57 pemberian nomor yang lain tentunya dapat dipakai asal referensi dapat dilakukan dengan singkat dan mudah. Revisi/perbaikan (amendment), penerbitan standar baru atau penggantian standar lama harus dapat dengan mudah dimasukkan (incorporated) ke dalam struktur yang sudah dirancang sebelumnya tanpa menggaggu urutan dan susunan standar profesional yang masih berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan keengganan badan penyusun standar untuk melakukan perbaikan atau penggantian suatu standar (baik isi maupun istilah) hanya karena alasan atau kekhawatiran bahwa perbaikan tersebut akan mempengaruhi dan berakibat mengganti seluruh standar yang sudah ada. Keengganan ini akhirnya akan membuat badan penyusun standar untuk menggunakan terus kesalahan (misalnya istilah) yang terdapat dalam penerbitan sebelumnya. Nama dan koda standar yang telah diganti tetap dimasukkan dalam kodifikasi standar profesional walaupun isinya telah dihilangkan dan diberi referensi standar penggantinya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi wawasan tentang riwayat pengembangan standar profesional. Dimungkinkan bagi anggota profesi atau pihak yang berkepentingan lainnya untuk segera memperoleh standar profesional baru atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam bentuk lepasan (loose-leaf) untuk digantikan/diselipkan pada terbitan yang tidak berlaku lagi. Dihimpun dalam satu buku atau bundel dengan urutan/susunan berdasarkan topik atau masalah sehingga petunjuk mengenai suatu topik dapat segera dicari atau ditemukan dengan menggunakan indeks topis (topical index). Himpunan semacam ini harus tersedia bagi masyarakat umum (nonanggota) dan mudah didapatkan (tentu saja dengan membeli). Bila perlu, huruf (font) yang digunakan dalam pencetakan himpunan/kodifikasi standar dipilih secara saksama dan layout dirancang secara profesional sehingga standar tersebut enak dibaca (walaupun hurufnya kecil) dan mempunyai tampilan khusus yang mudah dikenali (bukan hanya dari sampulnya tetapi juga dari wajah halamannya). STANDAR PROFESIONAL di AS Badan yang bertanggung jawab untuk menyusun dan menerbitkan standar profesional di AS dewasa ini adalah Financial Accounting Standards Board (FASB), Governmental Accounting Standards Board (GASB), Auditing Standards Board (ASB). Di samping itu, ada badan-badan lain yang mempengaruhi (walaupun mungkin secara tidak langsung) penerbitan standar profesional antara lain Securities and Exchange Commission (SEC), American Accounting Association (AAA), National Association of Accountants (NAA), Financial Executives Institute (FEI) Suwardjono1992

4 58 Artikel 4 dan Kongres AS. FASB adalah badan yang independen terhadap AICPA sehingga keputusan-keputusannya diharapkan cukup netral dan tidak memihak golongan atau pihak tertentu. FASB mempunyai wewenang menerbitkan standar profesional yang berkaitan dengan penyajian informasi keuangan organisasi busines, GASB berwewenang menerbitkan standar profesional yang berkaitan dengan penyajian informasi keuangan organisasi kepemerintahan, sedangkan ASB (badan yang dibentuk dan anggotanya ditunjuk oleh American Institute of Certified Public Accountants atau AICPA) bertanggungjawab menerbitkan standar profesional yang berkaitan dengan pengauditan. Dalam artikel ini, pembahasan akan dibatasi pada penerbitan oleh FASB dan ASB walaupun standar profesional yang lain (termasuk yang diterbitkan oleh badan-badan pendahulu FASB dan ASB) bila relevan dengan pembahasan juga akan disinggung. Perlu dicatat bahwa beberapa penerbitan/ pengumuman resmi (pronouncements) badan-badan pendahulu FASB dan ASB masih dinyatakan berlaku sebelum diganti (superseded) oleh FASB dengan standar baru. 2 Standar Akuntansi/Pelaporan Standar akuntansi di sini mengacu pada pengertian sebagai semua penerbitan/ pengumuman resmi baik dalam bentuk statemen 3 (statement), interpretasi atau lainnya yang dijadikan pedoman utama dalam menyajikan informasi keuangan suatu organisasi busines kepada pihak eksternal. Perlu dicatat bahwa pengertian standar akuntansi berbeda dengan prinsip akuntansi atau prinsip akuntansi berterima umum. Standar akuntansi yang sekarang efektif di AS adalah: Penerbitan resmi AICPA: Accounting Research Bulletin (ARB) Accounting Principles Board Opinion (APBO) AICPA Accounting Interpretation Penerbitan resmi FASB: Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) Interpretation Technical Bulletin 2 Untuk memperoleh wawasan historis perkembangan standar profesional di AS, lihat Lanny G. Chasteen, Richard E. Flaherty dan Melvin C. O'Connor, Intermediate Accounting, 3rd ed., New York: Random House, Inc., 1989, hlm dan AICPA, Codification of Statements on Auditing Standards, Numbers 1-62, Chicago, Ill.: Commerce Clearing House, Inc., 1989, hlm IAI menyebut dokumen ini dengan nama pernyataan. Dalam artikel ini, istilah statemen akan lebih sering digunakan karena lebih deskriptif dan mengandung makna sesuai dengan maksud isi penerbitan tersebut. suwardjono@ugm.ac.id

5 Standar Profesional 59 SFAS, SFAC, Interpretation dan Technical Bulletin diberi nomor urut yang menggambarkan kronologi penerbitannya. Tiap SFAS, SFAC dan Technical Bulletin diterbitkan dalam bentuk lepasan yang diberi judul Financial Accounting Series dan nama bentuk penerbitan (misalnya SFAS nomor tertentu). Lepasan tersebut dibagikan kepada anggota tiap kali ada penerbitan baru. Interpretation juga diterbitkan dalam bentuk lepasan dan diberi judul FASB Interpretation. Tiap standar berisi paragraf-paragraf yang diberi nomor urut mulai nomor satu sampai nomor paragraf terakhir. Untuk kepentingan publik atau pihak berkepentingan lainnya di luar anggota profesi, seluruh penerbitan resmi tersebut dibukukan/ dikodifikasi serta disusun secara kronologis dan diberi nama Original Pronouncement. Buku ini berisi semua bahan yang tercantum dalam penerbitan di atas termasuk pula informasi mengenai exposure draft, komentar responden, informasi latar belakang terbitnya standar, argumentasi yang mendukung dan menolak ketentuan tertentu, dan basis pengambilan simpulan. Standar akuntansi yang sama juga dikodifikasi dalam sebuah buku yang disusun atas dasar topik secara alfabetik yang disebut dengan Current Text. Buku ini dipecah menjadi dua volume yaitu yang pertama berisi standar umum dan disebut General Standards dan yang kedua berisi standar untuk industri-industri tertentu dan disebut Industry Standards. Current Text hanya memuat dan mengintegrasi ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi standar perlakuan untuk masalah-masalah tertentu (tidak termasuk penjelasan deskriptif). Maksudnya adalah agar praktisi mudah dan cepat menggunakan standar tersebut sementara itu kalau praktisi ingin mempelajari penjelasan yang lebih rinci dan mendalam mereka dapat melihat penerbitan aslinya baik dalam Financial Accounting Series atau pun Original Pronouncements. Kedua buku di atas (Original Pronouncements dan Current Text) saling berkaitan dan dihubungkan satu sama lainnya dengan Topical Index yang terdapat pada bagian akhir tiap buku tersebut. Kedua buku tersebut diterbitkan tiap tahun (per 1 Juni) dengan memasukkan revisi atau perubahan yang terjadi sampai tanggal tersebut (tiap tahun selalu ada edisi baru). Bahkan untuk tujuan membantu praktisi dalam menjalankan praktik, pihak swasta atau individual (di luar badan resmi) dapat menerbitkan petunjuk praktis dalam menggunakan standar profesional tersebut. 4 Telah disinggung di muka bahwa salah satu bentuk penerbitan resmi adalah statemen. Statemen berbeda dengan penerbitan lainnya dalam hal keautoritatifannya sebagai pedoman dan sebagai sumber prinsip akuntansi yang harus dianut. Statemen mempunyai keautoritatifan yang paling tinggi sebagai pedoman. 5 Oleh karena itu, sebelum suatu statemen/pernyataan standar diterbitkan, prosedur tertentu yang saksama (due process procedure) harus ditempuh oleh badan penyusun standar. 4 Misalnya Patrick R. Delaney et al., GAAP: Interpretation and Aplication of Generally Accepted Accounting Principles, New York: John Wiley & Sons, Untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara berbagai jenis penerbitan resmi dan keautoritatifannya, lihat kembali Gambar 3 dalam Artikel 3. Suwardjono1992

6 60 Artikel 4 Berikut ini adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan oleh FASB sebelum suatu statemen standar diterbitkan: a. Mengidentifikasi masalah akuntansi dan pelaporan dan memasukkan masalah tersebut dalam agenda FASB. Masalah perlu diidentifikasi karena FASB tidak ingin menerbitkan standar atas dasar perceived problem tetapi harus atas dasar real problem. Inisiatif untuk menerbitkan standar tentu saja dapat timbul dari masyarakat atau karena desakan badan tertentu. b. Mengadakan riset dan analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf teknis FASB dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar FASB yang ditunjuk atau dikomisi oleh FASB. Hasil analisis diterbitkan dalam bentuk Laporan Riset (Research Reports). c. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi (Discussion Memorandum) kepada setiap pihak yang berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis terinci semua aspek masalah yang dapat diidentifikasi. d. Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing) untuk membahas masalah yang diungkapkan dalam Memorandum Diskusi. e. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas Memorandum Diskusi (baik yang berasal dari dengan pendapat maupun dari tanggapan tertulis). f. Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama Exposure Draft untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari setelah penerbitan. g. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap Exposure Draft. h. Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atau tidak. Statemen dapat diterbitkan kalau mayoritas anggota menyetujui. i. Menerbitkan statemen yang bersangkutan. 6 Dapat dibayangkan bahwa suatu statemen memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat disahkan dan diterbitkan. Penerbitan selain statemen juga harus mengikuti prosedur tertentu tetapi tidak seketat statemen karena bentuk penerbitan yang lain tersebut sifatnya memodifikasi, mengklarifikasi atau memperluas arti tetapi tidak dapat mengganti atau meniadakan suatu statemen. Suatu statemen (sebagian atau seluruhnya) hanya dapat diganti atau diubah dengan penerbitan statemen baru. Kodifikasi Untuk memudahkan referensi, standar akuntansi yang dihimpun dalam Original Pronouncements dan Current Text diberi koda deskriptif sehingga praktis untuk 6 Chasteen, Flaherty dan O'Connor, op. cit., hlm. 17. suwardjono@ugm.ac.id

7 Standar Profesional 61 pengindeks-silangan. Daftar 1 berikut menyajikan koda yang digunakan FASB untuk semua standar akuntansi yang dihimpun dalam kedua buku tersebut. 7 Daftar 1 Koda ARB APB AIN FAS CON FIN FTB Penerbitan resmi Accounting Research Bulletin (ARB) Accounting Principles Board Opinion (APBO) AICPA Accounting Interpretation Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) FASB Interpretation FASB Technical Bulletin Dalam Current Text: General Standards, topik diberi koda huruf besar (satu huruf) dan angka (dua digit) yang menunjukkan seksi (section) dan disajikan atas dasar urutan abjad. Setiap topik berisi paragraf-paragraf yang dibagi dalam tiga bagian yaitu paragraf standar (koda ), paragraf glosari (koda ) dan petunjuk tambahan atau supplemental guidance (koda ). Daftar 2 menunjukkan beberapa contoh pemberian koda dalam buku tersebut. 8 Daftar 2 Seksi A06 A31 B50 C08 C51 F60 L10 R50 Topik Accounting Changes Additional Paid-in Capital Business Combinations Capital Stock: Capital Transactions Consolidations Foreign Currency Translation Leases Research and Development 7 Lihat Financial Accounting Standards Board (FASB), Original Pronouncement, Vol. I & II, 1990/ 91 ed., Homewood, Ill.: Irwin, 1990, hlm. v. 8 FASB, Accounting Standards: Current Text, General Standadrs, 1986/87 ed., New York: McGraw-Hill Book Company, 1986, hlm. one, two, three. Suwardjono1992

8 62 Artikel 4 Koda angka dipilih secara arbitrer untuk menyediakan tempat kalau ada tambahan topik baru tanpa mengganggu koda dan urutan yang sudah ada. Untuk membedakannya dengan General Standards, Current Text: Industry Standards menggunakan koda dua huruf (huruf kedua kecil) dan satu angka seperti pada Daftar 3 di bawah ini. Daftar 3 Seksi Br5 Bt7 Ed8 Fr3 Oi5 Pe5 Re1 Industri Broadcasting Industry Banking and Thrift Industries Educational Organizations: Colleges and Universities Franchising: Accounting by Franchisors Oil and Gas Producing Activities Pension Funds: Accounting and Reporting by Defined Benefit Pension Plans Real Estate: Sales Jadi, kalau dijumpai referensi yang berbunyi [FAS95, g15] maka yang dimaksud adalah SFAS No. 95, Statement of Cash Flows, paragraf 15. Suatu sumber referensi yang dinyatakan sebagai [CON6, g9] berarti SFAC No. 6, Elements of Financial Statements, paragraf 9. Referensi [B50.125] berarti topik Business Combination paragraf 125 dalam Current Text: General Standards sedangkan referensi [Oi5.172] berarti topik Oil and Gas Producing Activities paragraf 172 dalam Current Text: Industry Standards. Kalau digambarkan secara diagramatis, struktur, penamaan dan kodifikasi standar akuntansi di AS tersebut dapat dilukiskan pada Gambar 1 di halaman berikut. Standar Pengauditan Yang dimaksud standar pengauditan di sini adalah semua penerbitan resmi oleh badan yang berwenang, dalam hal ini ASB, yang menetapkan ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan penugasan audit (audit engagement) dan kewajiban profesional lainnya. Standar pengauditan yang sekarang efektif di AS adalah Statements on Auditing Standards (SAS) dan Auditing Interpretations. Karena berkembang jasa yang dapat diberikan oleh akuntan publik, dewasa ini standar pengauditan menjadi lebih luas meliputi pula standar untuk pelaksanaan pekerjaan di luar audit umum (general audit). Standar-standar selain SAS tersebut disajikan di halaman berikut ini. suwardjono@ugm.ac.id

9 Standar Profesional 63 Gambar 1 Struktur, Penamaan dan Kodifikasi Standar Profesional: Standar Akuntansi atau Pelaporan Financial Accounting Series (edisi lepasan untuk anggota) Technical Bulletin SFAS SFAC APBO ARB Original Pronouncements (edisi jilidan, disusun kronologis) Current Text: General Standards (edisi jilidan, disusun atas dasar topik) A06 B50 C51 F60 dst. FASB/AICPA Interpretations (edisi lepasan untuk anggota) Interpretation Interpretation Interpretation FTB CON FIN AIN APB ARB FAS untuk anggota untuk nonanggota Current Text: General Standards (edisi jilidan, disusun atas dasar topik) Br5 Ed8 Oi5 Re1 dst. untuk nonanggota Daftar 4 Standar Selain SAS 9 Statements on Standards for Attestation Engagements diterbitkan oleh Accounting and Review Services Committee. Statements on Standards for Accountants' Services on Prospective Financial Information diterbitkan oleh Management Advisory Services Executive Committee. Auditing Interpretation dan Attestation Engagements Interpretations diterbitkan oleh AICPA staff. 9 American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), Codification of Statements on Auditing Standards, Chicago, Ill.: Commerce Clearing House, Inc., 1989, hlm. 1. Suwardjono1992

10 64 Artikel 4 Kepatuhan terhadap SAS bersifat wajib (mandatory) bagi anggota (akuntan publik). Sebagai suatu statemen, sebelum suatu SAS diterbitkan dan disahkah, prosedur khusus harus dilaksanakan oleh ASB sebagaimana yang harus dilaksanakan FASB dalam menerbitkan statemen standar akuntansi. SAS sebenarnya dapat dikatakan sebagai penjabaran (interpretasi) lebih lanjut dari GAAS (StaPBU) yang merupakan pedoman umum yang luas dan berfungsi sebagai kerangka kerja (framework) atau landasan dasar untuk bertindak. Pengertian seperti ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Arens dan Loebbecke sebagai berikut: The broadest guidelines available are the ten generally accepted auditing standards (GAAS). Developed by the AICPA in 1947, they have, with minimal changes, remained the same. These standards are not sufficiently specific to provide any meaningful guide to practitioners, but they do represent a framework upon which the AICPA can provide interpretations. 10 GAAS terdiri atas sepuluh standar luas (broad standards) yang dimaksudkan untuk dijadikan tolok ukur kualitas pekerjaan auditor dalam tiap melaksanakan tugas audit. Sebagai suatu standar luas, kesepuluh standar tersebut telah dikukuhkan sebagai suatu statemen dan dituangkan dalam SAS No. 1. Namun demikian, sebagai suatu kerangka kerja, pengertian GAAS tidak hanya meliputi SAS dan interpretasinya tetapi mencakup pula prosedur dan teknik serta kebiasaan-kebiasaan yang sehat dalam praktik pengauditan termasuk ketentuan-ketentuan yang menyangkut etika profesional. Gambar 2 di halaman berikut melukiskan makna GAAS sebagai suatu kerangka kerja dan unsur-unsurnya. Kodifikasi Seperti pada standar akuntansi, sebagai pelayanan organisasi profesi terhadap anggotanya, tiap kali ada SAS baru para anggota AICPA mendapatkan edisi lepasan lengkap dengan koda kodifikasi yang diberi judul AICPA Professional Standards. Setahun sekali, AICPA menerbitkan standar-standar yang paling mutakhir untuk para anggota dalam bentuk jilidan (bound copy). Kopi yang sama diterbitkan dan dicetak oleh pihak swasta untuk nonanggota yang berkepentingan dan diberi judul Codification of Statements on Auditing Standards. SAS beserta interpretasinya dikodifikasi dalam kedua buku di atas (untuk anggota dan nonanggota) dalam seksi-seksi (audit sections) yang diorganisasi secara sistematik. Daftar 4 di halaman berikut menggambarkan garis besar sistematika dalam pengkodifikasian seksi-seksi tersebut beserta kodanya. 10 Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, Auditing: An Integrated Approach, 4th ed., Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc., 1988, hlm. 16. suwardjono@ugm.ac.id

11 Standar Profesional 65 Gambar 2 Makna GAAS Sebagai Rerangka Kerja dan Sumber Acuannya Generally Accepted Auditing Standard General qualifications and control Field Workl performance of the audit Reporting results Adequate training and proficiency Independence of mental attitude Due professional care dijabarkan Landasan Konseptual Proper planning and supervision Sufficient understanding of the internal control structure Sufficient competent evidence Whether statements were prepared with GAAP Circumstances when GAAP not consistently applied Adequacy of informative disclosures Expression of opinion on financial statements as a whole Landasan Operasional SAS SAS SAS Auditing Interpretation Auditing Interpretation Auditing Interpretation Sumber: Arens dan Loebbecke (1989), hlm. 17, dengan perluasan oleh penulis. Suwardjono1992

12 66 Artikel 4 Daftar 4 11 Statements on Auditing Standards AU 100 AU 200 AU 300 AU 400 AU 500 AU 600 AU 700 AU 900 Introduction The General Standards The Standards of Field Work The First, Second, and Third Standards of Reporting The Fourth Standard of Reporting Other Types of Reports Special Topics Special Reports of the Committee on Auditing Procedure Auditing Interpretations: AU 9000 Auditing Interpretations Setiap seksi dirinci lebih lanjut menurut topik-topik tertentu sesuai dengan keperluan dan diberi koda angka tertentu untuk dua digit terakhir. Pemberian angka ini dilakukan secara arbitrer dengan tujuan memberi tempat untuk seksi yang mungkin perlu ditambahkan atau diselipkan di masa datang. Tiap seksi berisi ketentuan-ketentuan dalam bentuk paragraf dan diberi nomor urut mulai dari 01 sampai nomor paragraf paling akhir dalam seksi bersangkutan. Jadi, referensi AU berarti paragraf 02 audit section 150, Generally Accepted Auditing Standards. Untuk interpretasi, koda seksi adalah 9000 ditambah koda seksi yang diinterpretasi. Misalnya, untuk mengacu interpretasi terhadap AU 311 Planning and Supervision referensinya adalah AU Gambar 3 menyajikan contoh organisasi beberapa seksi dalam kodifikasi SAS. Dengan kodifikasi seperti itu, ASB tidak perlu merasa enggan untuk melakukan revisi, perbaikan (amendment) atau bahkan penggantian seksi melalui penerbitan SAS baru kalau memang perubahan (revisi) tersebut akan membawa praktik menjadi lebih baik. Kalau suatu seksi dihapus atau diganti karena penerbitan SAS baru, seksi tersebut tidak akan tampak lagi dalam kodifikasi. Namun demikian di bagian akhir kodifikasi dilampirkan daftar seksi yang telah diganti dan seksi penggantinya. Bila suatu paragraf menjadi tidak berlaku (superseded) karena penerbitan SAS baru, nomor paragraf tersebut tetap dicantumkan dalam seksi bersangkutan dengan diberi keterangan [Superseded by SAS No...., section...] atau bila suatu paragraf telah diperbaiki (amended), paragraf yang bersangkutan diberi keterangan [Amended by SAS No....]. Dengan demikian, pemakai tetap dapat merunut riwayat tiap standar yang pernah diterbitkan. 11 AICPA, op. cit., dengan tambahan koda seksi (AU adalah singkatan audit section). suwardjono@ugm.ac.id

13 Standar Profesional 67 Gambar 3 Kutipan Susunan dan Koda Seksi dalam Kodifikasi SAS AU 100 Statements on Auditing Standards Introduction 110 Responsibilities and Functions of the Independent Auditor 150 Generally Accepted Auditing Standards 161 The Relationship of Generally Accepted Auditing to Quality Control Standards AU 200 The General Standards 201 Nature of the General Standards 210 Training and Proficiency of the Independent Auditor 220 Independence AU 300 The Standards of Field Work 311 Planning and Supervision 312 Audit Risk and Materiality in Conducting an Audit 339 Working Papers AU 400 The First, Second, and Third Standards of Reporting 410 Adherence to Generally Acceoted Accounting Principles 411 The Meaning of Present Fairly in Conformity with Generally Accepted Accounting Principles in the Independent Auditor s Report AU 500 The Fourth Standard of Reporting 504 Association with Financial Statements 508 Report on Audited Financial Statements 560 Subsequent Events AU 600 Other Types of Reports 623 Special Reports 625 Reports on the Application of Accounting Principles 642 Reporting on Internal Accounting Control AU 700 Special Topics 711 Filing Under Federal Securities Statutes 722 Review on Interim Financial Information AU 900 Special Reports on the Committee of Auditing Procedures 901 Public Warehouse Internal Control Structure Policies and Procedures and Auditing Procedures for Goods Held AU 9000 Auditing Interpretations 9311 Planning and Supervision: Auditing Interpretations of AU Section Illegal Acts by Clients: Auditing Interpretations of AU Section Special Reports: Auditing Interpretations of AU Section 623 Dengan sistem kodifikasi seperti di atas dan dengan penerbitan edisi baru kodifikasi tersebut tiap tahun, tidak ada halangan teknis bagi ASB untuk menggati istilah dan frasa yang memang tidak tepat dan menimbulkan kerancuan atau kekaburan arti. Misalnya, dalam SAS No. 55, Consideration of the Internal Control Structure in a Financial Statement Audit, frasa reliance on internal controls telah Suwardjono1992

14 68 Artikel 4 diganti dengan assessed level of control risk sebagai istilah yang tepat. Oleh karena itu, semua referensi dalam SAS lainnya sebelum SAS No. 55 yang menyebut istilah lama harus diganti (dibaca) dengan istilah baru tersebut. Tentu saja edisi baru kodifikasi SAS setelah diterbitkannya SAS No. 55 telah mengganti istilah lama dengan yang baru tanpa masalah praktik yang berarti (kecuali masalah teknis pencetakan semata-mata seperti pencetakan buku petunjuk telepon edisi terbaru). Contoh lain adalah penggantian istilah examined dengan audited dengan diterbitkannya SAS No. 58 meskipun istilah examined telah dikenal secara luas (mungkin juga enak didengar) dan dipakai lebih dari 30 tahun. Secara singkat dapat dikatakan bahwa kodifikasi standar pengauditan versi AICPA ini bersifat mudah digunakan, dapat dikembangkan (expandable), dan dapat direvisi tanpa mengganggu struktur yang telah ada. Ini berarti bahwa suatu penerbitan resmi profesi tidak dipandang sebagai suatu buku suci, sekali dicetak dan diterbitkan harus berlaku selamanya (walaupun ternyata mengandung kesalahan yang fundamental). Gambar 4 melukiskan secara diagramatis struktur kodifikasi standar pengauditan tersebut. Gambar 4 Struktur, Penamaan, dan Kodifikasi Standar Profesional: Standar Pengauditan AICPA Professional Standards (disusun topis dalam seksi-seksi) SAS untuk anggota dst. AU 500 AU 400 AU 300 AU 300 AU 100 Auditing Interpretation dikodifikasi AICPA Professional Standards (disusun topis dalam seksi-seksi) AU 100 AU 400 AU 300 AU 300 AU 500 dst. Other Standards and Guides untuk nonanggota suwardjono@ugm.ac.id

15 Standar Profesional 69 STANDAR PROFESIONAL di INDONESIA Organisasi atau wadah profesi akuntan di Indonesia adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Organisasi dikelola oleh Pengurus Pusat, Pengurus Cabang dan Pengurus Seksi. Pengurus Pusat merupakan wakil IAI dalam kegiatan dan hubungan dengan pihak atau organisasi di luar IAI. Komite adalah badan autonom yang ada di dalam lingkungan organisasi yang bertugas mengembangkan standar- standar dan pedoman lain dalam pelaksanaan profesi. Ketua dan anggota komite diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Pusat dan oleh karena itu komite bertanggung jawab dan melaporkan kegiatannya kepada Pengurus Pusat. Komite yang sekarang ini telah terbentuk dan berfungsi adalah Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI), Komite Norma Pemeriksaan Akuntan (Komite NPA), Komite koda Etik, dan Komite Perpajakan. Komite PAI (tugasnya kira-kira sama dengan FASB tetapi kedudukan secara organisasional masih sama dengan APB) dan Komite NPA adalah badan yang bertanggung jawab untuk menghasilkan standar profesional di Indonesia. Kedua komite tersebut berwenang untuk menentukan materi-materi yang akan dibahas dan diusulkan untuk menjadi standar atau interpretasi yang akan diberlakukan di Indonesia. Namun demikian, usulan standar tersebut harus mendapat pengesahan dari Pengurus Pusat untuk dapat diberlakukan dan diterbitkan sebagai pedoman yang mengikat anggota. Seperti di AS, penerbitan standar oleh Komite harus melalui prosedur tertentu (due process procedure) sebagai berikut: a. Sebelum suatu standar diputuskan untuk diberlakukan, konsep usulan (exposure draft) materi yang akan dijadikan standar tersebut harus disebarluaskan secara umum, termasuk kepada cabang-cabang dan anggota untuk dimintakan tanggapan, sekurang- kurangnya selama tiga bulan. b. Dengan mempertimbangkan tanggapan yang diterima dari masyarakat, komite dalam rapatnya dapat mengambil keputusan untuk mengusulkan kepada Pengurus Pusat agar memberlakukan/mengesahkan standar tersebut. c. Berdasarkan usulan ini, Pengurus Pusat memutuskan untuk memberlakukan atau mengesahkannya. 12 Tentu saja, dalam prosedur di atas, tanggapan dari masyarakat dapat diperoleh secara tertulis atau melalui dengar pendapat umum (public hearing). Komite dapat pula menentukan prosedur-prosedur tertentu yang dipandang perlu dengan persetujuan Pengurus Pusat. Berikut ini dibahas aspek-aspek yang berkaitan dengan struktur, penamaan dan kodifikasi standar profesional (akuntansi/pelaporan dan pengauditan) di Indonesia. 12 Anggaran Rumah Tangga IAI (1990), Pasal 10, ayat g. Suwardjono1992

16 70 Artikel 4 Standar Akuntansi/Pelaporan Standar akuntansi di Indonesia dihasilkan oleh Komite PAI sebagai badan yang bertugas untuk itu. Sampai saat ini ada tiga produk yang dihasilkan oleh IAI (melalui Komite PAI) yang dianggap menjadi standar pelaporan di Indonesia yaitu: Buku Prinsip Akuntansi Indonesia PAI Pernyataan, misalnya: PAI Pernyataan No. 1, Akuntansi Transaksi & Penjabaran Mata Uang Asing PAI Pernyataan No. 2, Akuntansi Bunga untuk Periode Konstruksi PAI Pernyataan No. 3, Standar Khusus Akuntansi untuk Koperasi PAI Pernyataan No. 4, Standar Khusus Akuntansi untuk Asuransi Kerugian PAI Pernyataan No. 5, Standar Khusus Akuntansi Minyak dan Gas Bumi Interpretasi PAI, misalnya: IPAI No. 1: Penjelasan tentang Tanggal Efektif Berlakunya PAI 1984, Laporan Keuangan Pokok, Hutang yang Disubordinasikan, Selisih Kurs Devaluasi yang Ditangguhkan. IPAI No. 2: Penjelasan Akuntansi untuk Selisih Kurs Akibat Devaluasi IPAI No. 3: Penjelasan Akuntansi untuk Revaluasi Aktiva Tetap IPAI No. 4: Penjelasan atas Laporan Perubahan Posisi Keuangan IPAI No. 5: Penjelasan Akuntansi untuk Koreksi Masa Lalu dan Pos Luar Biasa Berdasarkan penjelasan dalam tiap kata pengantar Pernyataan yang diterbitkan, disebutkan bahwa Pernyataan dan Interpretasi PAI dimaksudkan untuk melengkapi dan mengembangkan buku PAI. 13 Pernyataan yang menetapkan pedoman pelaporan untuk industri tertentu diberi nama Standar Khusus Akuntansi. Penamaan seperti ini memberi kesan kepada pemakai bahwa Pernyataan tersebut berdiri sendiri dan merupakan pedoman yang lengkap (self- contained). Akibat penamaan yang tidak tepat ini (nama membawa perilaku), banyak pasal dalam buku PAI terpaksa dikutip kembali dan masuk dalam standar khusus tersebut. Hal ini misalnya terjadi pada PAI Pernyataan No. 3, Standar Khusus Akuntansi untuk Koperasi. Atas dasar pengertian dan pemahaman di atas, struktur standar akuntansi di Indonesia dapat dilukiskan pada Gambar 5 di halaman berikut. Kalau dibandingkan dengan isi dan fungsinya, PAI Pernyataan sebenarnya dimaksudkan sebagai padanan Statemen/Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Amerika (SFAS). Akan tetapi, beberapa nama PAI Pernyataan (misalnya No IAI, Prinsip Akuntansi Indonesia 1984, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hlm. 88. suwardjono@ugm.ac.id

17 Standar Profesional 71 dan No. 2) tidak menyebutkan apakah pernyataan tersebut pernyataan standar atau bukan walaupun dalam kata pengantarnya dikatakan bahwa pernyataan tersebut menetapkan/merupakan standar. Status buku PAI sendiri juga tidak jelas apakah penerbitan tersebut merupakan Pernyataan atau bukan. Perlu ditegaskan lagi bahwa suatu penerbitan resmi akan diberi status statemen atau bukan bergantung pada tingkat keautoritatifan yang ingin dicapai dengan penerbitan tersebut. Suatu pedoman dapat dinyatakan dalam bentuk statemen kalau pedoman tersebut diterbitkan melalui prosedur tertentu yang saksama dan pedoman tersebut bersifat autoritatif dalam arti merupakan pedoman utama yang harus dianut. Di AS, selama ini hanya ada dua jenis penerbitan resmi yang mempunyai status statemen yaitu standar (dinamai SFAS) dan konsep (dinamai SFAC). Gambar 5 Struktur Standar Profesional di Indonesia: Standar Akuntansi/Pelaporan Prinsiip Akuntansi Indonesia 1984 PAI Pernyataan PAI Pernyataan Standar Khusus Interpretasi PAI Masalah yang sama dapat ditujukan pada Interpretasi PAI (IPAI). Karena IPAI menginterpretasi dan melengkapi buku PAI, menjadi tidak jelaslah kedudukan IPAI terhadap PAI Pernyataan. Di AS, Interpretasi dimaksudkan untuk memodifikasi atau mengklarifikasi SFAS atau penerbitan resmi badan-badan pendahulu FASB yang masih efektif seperti ARB dan APB Opinion yang statusnya dapat disamakan dengan SFAS. Belum ada sistem kodifikasi yang ditetapkan agar standar akuntansi di atas dapat dengan mudah dan nyaman digunakan dalam praktik. Kodifikasi yang sekarang ada adalah menerbitkan semua penerbitan resmi tersebut dalam satu buku yang keseluruhannya dinamai Prinsip Akuntansi Indonesia Arti pentingnya kodifikasi akan dirasakan kalau sudah banyak standar akuntansi yang 14 IAI, Ibid. Suwardjono1992

18 72 Artikel 4 diterbitkan. Barangkali belum dipikirkannya pengkodifikasian standar akuntansi di Indonesia disebabkan masih sedikitnya penerbitan resmi yang beredar. Kalau pengkodifikasian yang sistematis akan diusahakan, pembenahan nama dan status penerbitan resmi di Indonesia mutlak diperlukan. Dalam membuat referensi terhadap penerbitan resmi di Indonesia, tampaknya penekanan diletakkan pada nama bentuk/jenis penerbitan tertentu dan bukan nomor atau koda bentuk/jenis penerbitan tersebut. Misalnya saja, exposure draft pernyataan yang sekarang sedang digarap oleh Komite PAI diacu sebagai SKAPI (Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia). Gejala semacam ini jelas kurang menguntungkan dari sudut kemudahan dalam kodifikasi dan referensi karena nantinya akan timbul banyak akronim yang ruwet seperti SKAUK (untuk Standar Khusus Akuntansi untuk Koperasi), SKAMIGABU (untuk Standar Khusus Akuntansi Minyak dan Gas Bumi) dan sebagainya. Boleh jadi nanti akan timbul SKUBIDU (Standar Khusus Untuk Bank Indonesia dan Umum?). Dapat dibayangkan apa jadinya kalau terdapat duapuluh pernyataan atau lebih apalagi kalau sampai seratus lebih. Akan lebih nyaman/praktis (convenient) kalau IAI untuk selanjutnya menekankan referensi pada bentuk/jenis penerbitan dan kodanya. Misalnya saja, SKA- PI tersebut diterbitkan kembali dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10, Akuntansi Perbankan Indonesia dan disingkat (PSAK No. 10). Nomor 10 di sini hanyalah sebagai contoh. PSAK dapat juga disebut SSAF (Statemen Standar Akuntansi Finansial) atau sebutan lainnya yang menunjukkan nomor dan koda penerbitan resmi. Standar Pengauditan 15 Standar pengauditan di Indonesia dihasilkan oleh Komite NPA sebagai badan yang bertugas untuk itu. Sampai saat ini ada empat bentuk produk yang dihasilkan oleh IAI (melalui Komite NPA) yang dianggap menjadi standar pengauditan di Indonesia yaitu: Buku Norma Pemeriksaan Akuntan NPA Suplemen, misalnya: 15 Kecuali kutipan atau nama asli, istilah pengauditan dan bukannya pemeriksaan akuntan digunakan dalam artikel ini karena istilah yang pertama lebih deskriptif. Demikian pula, istilah audit digunakan sebagai padan kata audit dalam bahasa Inggris. Istilah pemeriksaan akuntan tidak dapat membedakan makna auditing dan audit serta makna auditor/pengaudit dan akuntan (akuntan publik). Lihat pembahasan lebih lanjut mengenai hal ini dalam Artikel 9. IAI menggunakan istilah norma untuk padan kata standard yang berasal dari pengertian auditing standard. Hal ini dilakukan konon dengan alasan untuk membedakannya dengan standard yang berasal dari pengertian accounting standard. Kalau ditinjau dari makna yang melekat pada istilah auditing standard tujuan membedakan tersebut justru malahan mengaburkan arti. Penggunaan istilah norma bukannya standar sebenarnya malahan menggeser makna standar itu sendiri. Standar lebih mengacu ke ketentuan-ketentuan dalam bentuk dokumen resmi dan tertulis sedangkan norma lebih mengacu ke ketentuan- ketentuan tidak resmi dan sering tidak tertulis yang timbul dalam masyarakat atau praktik. suwardjono@ugm.ac.id

19 Standar Profesional 73 NPA Suplemen No. 1: Komunikasi Antara Akuntan Terdahulu dengan Akuntan Pengganti NPA Suplemen No. 3: Laporan Akuntan Mengenai Laporan Keuangan Komparatif NPA Suplemen No. 5: Laporan Khusus NPA Suplemen No. 6: Penelaahan Analitis NPA Suplemen No. 9: Risiko dan Materialitas Pemeriksaan Interpretasi NPA, misalnya: INPA No. 1: Penjelasan tentang Pelaporan Penilaian Kembali Aktiva Tetap INPA No. 2: Perubahan Interpretasi NPA No. 1 mengenai Penilaian Kembali Aktiva Tetap Pedoman Khusus, misalnya: Pemeriksaan Koperasi Pengertian dan makna norma pemeriksaan akuntan sebagai suatu kerangka kerja atau konsep (padan kata GAAS-Indonesia) adalah perumusan kriteria atau ukuran mutu yang dipakai sebagai pedoman umum oleh akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan. Sebagai buku, Norma Pemeriksaan Akuntan berisi petunjuk-petunjuk yang bersifat umum saja. Hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih lanjut akan diatur secara khusus dalam bentuk Suplemen yang merupakan bagian yang integral dari buku Norma Pemeriksaan Akuntan. 16 Jadi sebenarnya NPA mempunyai dua arti, sebagai konsep dan kerangka kerja (setara dengan GAAS) dan sebagai buku (setara dengan kodifikasi SAS). Penamaan yang tidak tepat ini dapat menimbulkan kerancuan atau kesalahpahaman bahwa mengikuti buku NPA disangka sudah dapat dikatakan mengikuti GAAS-Indonesia yang mempunyai pengertian lebih luas dari sekadar penerbitan resmi oleh Komite NPA. Dalam Kata Pengantar Pedoman Khusus Pemeriksaan Koperasi disebutkan bahwa pedoman khusus tersebut merupakan pengembangan lebih lanjut dari norma pemeriksaan akuntan. Disebutkan pula bahwa pengaturan mengenai norma pemeriksaan akuntan dilakukan melalui buku Norma Pemeriksaan Akuntan dan suplemennya sedangkan penjabaran lebih rinci dari norma dan suplemen tersebut dilakukan dengan menerbitkan interpretasi. Untuk petunjuk pemeriksaan yang lingkup dan materi atau jenis usahanya khusus, dikeluarkan pedoman khusus pemeriksaan. 17 Dengan mempelajari isi buku NPA, NPA Suplemen, Interpretasi NPA dan Pedoman Khusus dapat disimpulkan bahwa hubungan antara penerbitan tersebut dapat diikhtisarkan dalam bentuk skema seperti pada Gambar 6. Menilik isinya 16 IAI, Norma Pemeriksaan Akuntan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, 17 IAI, Ibid., hlm Suwardjono1992

20 74 Artikel 4 dan dibandingkan dengan standar-standar pengauditan di AS, buku NPA sebenarnya merupakan kodifikasi statemen/pernyataan standar pengauditan tetapi bukan berasal dari statemen yang diterbitkan sendiri oleh Komite NPA melainkan mengambil dari penerbitan resmi ASB. Bab-bab yang ada dalam buku NPA dapat dipandang sebagai sistematika kodifikasi standar pengauditan tersebut walaupun tidak digunakan koda referensi tertentu untuk mengacu bab atau paragraf dalam buku tersebut. Gambar 6 Struktur Standar Profesional di Indonesia: Standar Pengauditan NPA Suplemen Norma Pemeriksaan Akuntan Pedoman Khusus Interpretasi NPA Interpretasi NPA Interpretasi NPA Bentuk buku NPA seperti yang sekarang berlaku barangkali menjelaskan mengapa Komite NPA tidak akan pernah menerbitkan suatu standar pengauditan dalam bentuk atau status sebagai statemen/pernyataan (semacam Statement on Auditing Standard). Masalah yang dapat ditanyakan juga dalam kaitannya dengan hal ini adalah apakah buku NPA itu sendiri mempunyai status sebagai suatu statemen (walaupun hanya dinyatakan secara implisit) sehingga buku tersebut merupakan satu-satunya sumber yang paling autoritatif. Apakah suplemen yang diterbitkan Komite NPA memang dimaksudkan sebagai penerbitan resmi yang setara dengan SAS atau hanya pelengkap? Kesetaraan dengan SAS sangat mungkin karena kalau dibandingkan dengan sumber aslinya, NPA Suplemen No. 1 sebenarnya berasal dan diadaptasi dari SAS No. 7 (AU 15). Demikian juga Suplemen No. 2, 3, 5 dan 7 misalnya, masing-masing berasal dari SAS No. 19, 15, 14/35 (62), dan 55. Lebih dari itu, suatu interpretasi diterbitkan untuk menginterpretasi suplemen padahal di AS interpretasi adalah untuk menginterpretasi SAS. Sekali lagi, apakah status suplemen sama dengan status statemen? Kalau memang suwardjono@ugm.ac.id

21 Standar Profesional 75 demikian yang dimaksudkan berarti penamaan penerbitan Komite NPA tersebut dengan Suplemen jelas merupakan suatu total misnomer yang mengakibatkan pengaburan status dan keautoritatifannya. Dengan kondisi seperti ini, kodifikasi yang sistematis jelas akan sulit dilakukan dan akan terjadi resistensi di pihak penyusun standar untuk mengadakan revisi atau perbaikan (amendment). Resistansi akan timbul karena tidak ada sarana untuk melakukan hal itu, suplemen hanya melengkapi sementara itu tidak ada suatu bentuk penerbitan/pengumuman resmi (misalnya statemen/pernyataan standar pengauditan semacam SAS) yang dapat mengganti (supersede) paragraf atau pasal yang sudah terdapat dalam buku NPA. Yang masih perlu dijelaskan adalah status Pedoman Khusus. Apakah pedoman tersebut setara dengan Suplemen atau bahkan merupakan buku terpisah yang lengkap (self-contained) seperti pada kasus standar khusus akuntansi? Bila auditor melaksanakan audit atas dasar Pedoman Khusus (misalnya Pedoman Khusus Pemeriksaan Koperasi), apakah auditor dapat mengatakan bahwa dia telah melaksanakan audit tersebut sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan (huruf kecil) atau Norma Pemeriksaan Akuntan (huruf besar)? Pembenahan dan Pengembangan Standar Profesional Dari pembahasan dan perbandingan di atas dapat dikatakan bahwa standar profesional di Indonesia belum mempunyai sistem kodifikasi yang memadai. Beberapa kesulitan yang mungkin dihadapi dalam pengembangan sistem kodifikasi adalah belum adanya struktur dan sistem penamaan yang jelas dan konsisten baik di bidang standar akuntansi maupun pengauditan. Memang sistem kodifikasi harus dirancang dengan saksama dan pemikiran yang luas dan dalam (thoughtful) dan berwawasan jangka panjang. Pengembangan standar profesional tidak hanya berarti menambah terus penerbitan resmi (termasuk meneruskan dan memperkuat kesalahan yang ada) tetapi juga merevisi yang sudah diterbitkan untuk menuju ke perbaikan praktik. Oleh karena itu, struktur standar profesional harus mendukung dan memungkinkan pengembangan dengan perbaikan seperti itu. Dalam rangkuman Seminar Nasional Peranan Prinsip Akuntansi Indonesia Dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, dalam rangka HUT IAI ke 34, dikemukakan bahwa standar profesional khususnya standar akuntansi masih perlu dibenahi dan dikembangkan lagi. Ini menandakan bahwa IAI menjadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam standar profesionalnya. Dalam seminar tersebut IAI juga memberi isyarat bahwa IAI bertekad untuk mengadakan perbaikan/pembenahan besar-besaran terhadap PAI baik sebagai konsep maupun sebagai standar profesional. Tekad ini harus didukung dengan penuh keseriusan baik oleh kalangan praktisi, anggota profesi maupun akademisi. Kalau pembenahan standar profesional secara besar-besaran dan berwawasan jangka panjang akan dicapai, maka harus dipikirkan struktur, penamaan dan kodifikasi standar profesional secara sungguh-sungguh. Struktur yang mantap akan dapat menaikkan wibawa dan gengsi profesi. Untuk itu, hal utama yang mungkin perlu dibenahi adalah penamaan standar profesional yang menggambarkan makna dan isi sehingga struktur dan kodifikasi menjadi mudah dilaksanakan. Suwardjono1992

22 76 Artikel 4 Penulis berpendapat bahwa saat ini merupakan saat terbaik untuk membenahi penamaan dan penentuan status penerbitan resmi Komite dalam IAI mengingat belum banyaknya penerbitan resmi yang telah dikeluarkan. Makin banyak penerbitan resmi yang keluar tanpa suatu struktur yang mantap makin sulitlah untuk membenahinya di kemudian hari. Mempelajari dan melihat pengalaman di AS, alangkah bijaksananya bagi profesi akuntansi di Indonesia untuk membenahi struktur dan penamaan standar profesional sekarang ini. Mungkin perombakan ini agak terasa radikal. Akan tetapi, penulis yakin hal tersebut akan mempunyai implikasi positif di masa datang dan lebih baik daripada menunda-nunda masalah atau memperlama kerancuan dalam prakik (kalau memang hal tersebut dianggap ada dan serius). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa dalam pembenahan tersebut jangan sampai kita tergelincir untuk mempertahankan apa yang sudah ada dengan alasan yang sentimental seperti enak didengar, menghormati penyusunnya, mempertahankan nilai historis, terlanjur popular atau dikenal, mengurangi wibawa profesi, khawatir dianggap plin-plan (tidak tegas), harus mengubah (menerbitkan edisi baru) pengumuman resmi yang sudah diterbitkan (walaupun hal ini sebenarnya hanya masalah teknis) dan semacamnya. Model kodifikasi di AS seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 dan Gambar 4 di atas dapat dijadikan basis atau model untuk pembenahan. Model tersebut tidak terjadi begitu saja tetapi merupakan hasil optimal yang kini dicapai setelah usaha coba dan ralat (trial and error) yang cukup lama sebelumnya. Bukan berarti model tersebut harus ditiru mentah-mentah. Akan tetapi, kita juga tidak perlu mengalami pengalaman pahit (kesulitan dan kekacauan) orang lain. Kalau pun kita meniru, yang ditiru adalah model penalarannya dan bukan semata-mata isinya. Isi dapat disesuaikan dengan keadaan dan keperluan spesifik di Indonesia. Kalau pendekatan seperti itu akan ditempuh dan model di atas dijadikan acuan, maka langkah yang mungkin perlu diambil dalam pembenahan struktur standar profesional diusulkan di bawah ini. Di Bidang Akuntansi Keuangan Menghilangkan kerancuan pengertian prinsip akuntansi Indonesia sebagai kerangka kerja (dalam arti GAAP-Indonesia) dengan istilah yang lebih tegas dan deskriptif. Penulis mengusulkan istilah prinsip akuntansi berterima umum Indonesia (PABUI). Konsep-konsep dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam buku PAI dipertegas statusnya dan dituangkan kembali (diterbitkan kembali) dalam bentuk statemen/pernyataan. Kalau dianalisis, buku PAI sebenarnya mengandung dua komponen yaitu komponen konsep dan komponen standar. Komponen konsep dapat dikembangkan dan ditingkatkan kedudukannya menjadi rerangka konseptual (conceptual framework) pelaporan keuangan di Indonesia yang penulis usulkan namanya: Kerangka Acuan Pelaporan Finansial Indonesia (KAPFI) atau Rerangka Pelaporan Finansial Indonesia (RPFI) atau nama lain yang deskriptif, misalnya KAPKI atau suwardjono@ugm.ac.id

23 Standar Profesional 77 RPKI (kalau finansial diganti keuangan). Komponen-komponen konsep dalam buku PAI yang dapat membentuk KAPFI dapat didaftar dan diklasifikasi sebagai berikut: Konsep dasar Tujuan umum (tujuan pelaporan keuangan) Tujuan kualitatif (karakteristik kualitatif informasi) Pengertian elemen laporan keuangan Berbagai macam pengukuran/penilaian dan pengakuan yang digunakan dalam buku PAI Tiap komponen di atas dapat dituangkan dalam bentuk statemen konsep dan diberi nomor urut sebagai acuan serta nama stetemen tersebut. Penulis mengusulkan nama untuk statemen konsep ini: Statemen Konsep Pelaporan Keuangan (SKPK) atau Pernyataan Konsep Pelaporan Finansial (PKPF) atau nama lainnya yang deskriptif. Dengan demikian, komponen konsep yang pertama mungkin akan diterbitkan dalam pengumuman resmi dengan nama misalnya Statemen Konsep Pelaporan Keuangan No. 1 (SKPK No. 1): Konsep Dasar. (Angka 1 untuk nomor hanya sebagai contoh). Komponen standar dapat dikembangkan menjadi statemen/pernyataan standar dengan nama Statemen Standar Akuntansi Keuangan (SSAK) atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) atau nama lain yang deskriptif. Ketentuan-ketentuan dalam buku PAI yang dapat diterbitkan kembali dalam bentuk SSAK atau PSAK antara lain (termasuk PAI Pernyataan yang ada): Pengertian kelompok pos (misalnya aktiva lancar) dan pos (misalnya piutang) serta pengukuran, penilaian dan penyajiannya. Susunan dan penyajian umum laporan keuangan Kewajiban bersyarat Penilaian kembali Akuntansi untuk transaksi dan penjabaran mata uang asing Kapitalisasi bunga dalam periode konstruksi Akuntansi untuk koperasi Akuntansi untuk sewaguna Istilah PAI Pernyataan yang sekarang digunakan tentu saja harus diubah menjadi PSAK. Dengan demikian, bila nomor penerbitan tetap dipertahankan (tidak diganti), PAI Pernyataan No. 3: Standar Khusus untuk Koperasi akan diterbitkan kembali dan dinamakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 3, Akuntansi untuk Koperasi (tanpa kata khusus yang dapat menyesatkan karena disangka satu-satunya standar yang harus digunakan). Cara seperti ini akan memudahkan referensi dan kodifikasi di kemudian hari. Suwardjono1992

1. Sejarah Fungsi Audit Pengauditan telah dimulai sejak abad kelima belas. Tahun kelahiran pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui,

1. Sejarah Fungsi Audit Pengauditan telah dimulai sejak abad kelima belas. Tahun kelahiran pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, 1. Sejarah Fungsi Audit Pengauditan telah dimulai sejak abad kelima belas. Tahun kelahiran pengauditan laporan keuangan secara pasti tidak diketahui, tetapi dari berbagai sumber dapat diketahui bahwa pada

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Prinsip Akuntansi Berterima Umum Indonesia

Kerangka Kerja Prinsip Akuntansi Berterima Umum Indonesia Kerangka Kerja PABU 39 Artikel 3 Kerangka Kerja Prinsip Akuntansi Berterima Umum Indonesia Suwardjono Fakultas Ekonomi 1 UGM Artikel ini telah dimuat di majalah Akuntansi edisi Februari 1991 Dalam artikel

Lebih terperinci

PERLUNYA REVISI ATAS STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN) 2007

PERLUNYA REVISI ATAS STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN) 2007 PERLUNYA REVISI ATAS STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN) 2007 Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Dari segi fungsinya akuntansi merupakan: Suatu aktivitas penyediaan jasa Akuntansi memberikan informasi keuangan kepada pihak yang berkepentingan (Stakeholders),

Lebih terperinci

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI)

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI) Dosen : Christian Ramos Kurniawan C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI) 1-1 Referensi : Donald E Kieso, Jerry J Weygandt, Terry D Warfield,

Lebih terperinci

Teori Akuntansi dan Perumusannya

Teori Akuntansi dan Perumusannya Teori Akuntansi dan Perumusannya MATERI: Teori Akuntansi Badan Penyusun Standar Akuntansi Sifat Teori Akuntansi Metode Perumusan Teori Akuntansi Pendekatan dalam Perumusan Teori Akuntansi Tingkatan Teori

Lebih terperinci

BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN A. PENGERTIAN AKUNTANSI Menurut Horngern (2000), akuntansi didefinisikan sebagai proses pencatatan, pengukuran dan penyampaian-penyampaian informasi

Lebih terperinci

Titik Chomariyati F BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya, hal ini terjadi karena akuntan merupakan produk dari

Titik Chomariyati F BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikannya, hal ini terjadi karena akuntan merupakan produk dari The perceptions of accounting lecturers and accounting university students towards the Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) in Indonesia and Financial Accounting Standards (FAS) in Indonesia

Lebih terperinci

AUDIT I. The Audit Standars Setting Proces. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I. The Audit Standars Setting Proces. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: The Audit Standars Setting Proces Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI PENGERTIAN STANDAR AUDITING Standard Auditing adalah Landasan konseptual

Lebih terperinci

Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting

Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting Modul ke: Fakultas Pasca Sarjana Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting Dr.Harnovinsah M.Si,Ak,CA Program Studi Magister Akuntansi www.mercubuana.ac.id Formulasi Teori

Lebih terperinci

PENGANTAR. Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah

PENGANTAR. Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah PENGANTAR Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah 30 Oktober 2002 Kata Pengantar Terselenggaranya sistem manajemen keuangan yang sehat merupakan salah satu kunci perwujudan good governance.

Lebih terperinci

INTERNATIONAL STANDARDS INTOSAI ALTERNATIF RUJUKAN UNTUK MEREVISI SPKN

INTERNATIONAL STANDARDS INTOSAI ALTERNATIF RUJUKAN UNTUK MEREVISI SPKN INTERNATIONAL STANDARDS INTOSAI ALTERNATIF RUJUKAN UNTUK MEREVISI SPKN Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR AUDITING

BAB 1 PENGANTAR AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING 1.1 PENDAHULUAN AUDITING 1.1.1 PENGERTIAN AUDITING Menurut Soekrisno Agoes, (2004:3): Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistimatis, oleh pihak yang rofessiona,

Lebih terperinci

SA Seksi 534 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG DISUSUN UNTUK DIGUNAKAN DI NEGARA LAIN. Sumber: PSA No. 71 PENDAHULUAN

SA Seksi 534 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG DISUSUN UNTUK DIGUNAKAN DI NEGARA LAIN. Sumber: PSA No. 71 PENDAHULUAN SA Seksi 534 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG DISUSUN UNTUK DIGUNAKAN DI NEGARA LAIN Sumber: PSA No. 71 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor independen yang berpraktik di Indonesia

Lebih terperinci

Pengertian Standar Akuntansi

Pengertian Standar Akuntansi STANDAR AKUNTANSI MATERI Pengertian Standar Akuntansi Pertimbangan dalan penetapan Standar Akuntansi. Politisasi dalam penetapan Standar Akuntansi Prosedur penentuan Standar Akuntansi FASB Pendekatan penentuan

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

Bidang Pengetahuan dan Profesi Akuntansi

Bidang Pengetahuan dan Profesi Akuntansi Bab 2 Bidang Pengetahuan dan Profesi Akuntansi Transi 1 Tujuan Pembelajaran Mencapai kemampuan dan kompetensi peserta untuk: Menjelaskan tujuan pelaporan keuangan Menjelaskan arti penting PABU Membedakan

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM : ETIKA PROFESI Disusun Oleh : Nama : Eko Aprianto Nugroho NPM : 21409668 Kelas : SMTM01-06 FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 ETIKA PROFESI AKUNTANSI I. Pengertian

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK PENUGASAN LAIN

BENTUK-BENTUK PENUGASAN LAIN Modul ke: 15 Afly Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AUDIT II BENTUK-BENTUK PENUGASAN LAIN Yessie, SE, Msi. Program Studi AKUNTANSI TINJAUAN ATAS TINGKAT KEYAKINAN DAN JASA-JASA LAIN Keempat tingkat keyakinan

Lebih terperinci

AUDITING DAN JASA ASSURANCE

AUDITING DAN JASA ASSURANCE AUDITING DAN JASA ASSURANCE Kebutuhan akan jasa audit Organisasi Organisasi nirlaba dan profit (bisnis) Organisasi bisnis Perseorangan ; Kelemahan : modal dan risiko Partnership : Kelemahan : modal, risiko

Lebih terperinci

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN TUJUAN LAPORAN KEUANGAN MATERI Perumusan Tujuan Akuntansi Tujuan Akuntansi atau Laporan Keuangan Kerangka Konseptual untuk Akuntansi Keuangan Konsep Dasar Laporan Keuangan Perbedaan Pelaporan dan Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) menyatakan bahwa badan usaha publik wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada BAPEPAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sendiri telah memiliki peraturan-peraturan yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sendiri telah memiliki peraturan-peraturan yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di saat ini, kebutuhan informasi keuangan mulai dirasakan semakin meningkat. Seiring dengan peningkatan informasi keuangan tersebut, maka peran dari seorang

Lebih terperinci

BAB 5 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt

BAB 5 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Prof. Indra Bastian, Ph.D, MBA, Akt BAB 5 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Prof., Ph.D, MBA, Akt TINJAUAN BAB 5.1. Definisi Standar Akuntansi Sektor Publik 5.2. Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik 5.3. Ragam dan Hubungan antar Standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Auditing 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audit yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pelaporan keuangan adalah semua cara yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan merupakan bagian

Lebih terperinci

Chapter 2 STANDAR AUDITING

Chapter 2 STANDAR AUDITING Chapter 2 I need standards to work 1 Standar Auditing merupakan panduan umum bagi auditor dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas laporan keuangan historis. 2. 1 (Generally

Lebih terperinci

PRINSIP, STANDAR, DAN SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PEMERINTAH DAN SEKTOR KOMERSIL Oleh: Jamason Sinaga, Ak.*

PRINSIP, STANDAR, DAN SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PEMERINTAH DAN SEKTOR KOMERSIL Oleh: Jamason Sinaga, Ak.* PRINSIP, STANDAR, DAN SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PEMERINTAH DAN SEKTOR KOMERSIL Oleh: Jamason Sinaga, Ak.* Prinsip, standar, dan sistem akuntansi sangat akrab dengan pihak-pihak yang berada dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemakai laporan keuangan. Perkembangan profesi akuntan publik di suatu

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemakai laporan keuangan. Perkembangan profesi akuntan publik di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik dikenal masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai laporan keuangan. Perkembangan profesi akuntan publik di suatu negara

Lebih terperinci

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN. 08/04/2018 bandi.staff.fe.uns.ac.id

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN. 08/04/2018 bandi.staff.fe.uns.ac.id TEORI AKUNTANSI KEUANGAN BANDI 08/04/2018 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 Materi12 Pengungkapan dan Sarana Interpretif 4/8/2018 2 Pengertian Pengungkapan Evans (2003): Penyediaan informasi dalam statemen keuangan

Lebih terperinci

Laporan Audit Standar yang Tidak Standar

Laporan Audit Standar yang Tidak Standar Laporan Audit Standar yang Tidak Standar 23 Artikel 2 Laporan Audit Standar yang Tidak Standar Suwardjono Fakultas Ekonomi 1 UGM Artikel ini telah dimuat dalam majalah Akuntansi edisi Agustus 1990. Laporan

Lebih terperinci

SEMINAR AKUNTANSI BAGIAN 1 AKUNTANSI DAN AKUNTAN. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA

SEMINAR AKUNTANSI BAGIAN 1 AKUNTANSI DAN AKUNTAN. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA SEMINAR AKUNTANSI BAGIAN 1 AKUNTANSI DAN AKUNTAN Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA Sejarah Awal Akuntansi Menurut pendapat Mattessich (dalam Harahap, 1997) bahwa double entry sudah ada sejak 5000 tahun

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA Cindy Nur Aini Stefanus Ariyanto, SE., M.Ak Universitas Bina

Lebih terperinci

Satuan Acara Perkuliahan

Satuan Acara Perkuliahan Satuan Acara Perkuliahan Kode / Nama Mata Kuliah : EG12153 / Teori Akuntansi Revisi ke : 1 Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tanggal revisi : 7 Agustus 2010 Jumlah Jam kuliah dalam seminggu : 150 jam. Tanggal

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

Bab 12 (Suwardjono, 2006) PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF

Bab 12 (Suwardjono, 2006) PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF TEORI AKUNTANSI KEUANGAN BANDI 1 Bab 12 (Suwardjono, 2006) PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF 2 Pengertian Pengungkapan Evans (2003): Penyediaan informasi dalam laporan keuangan termasuk laporan keuangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL LAMPIRAN III PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TANGGAL 22 OKTOBER 2010 PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA DAN GOVERNMENT AUDIT STANDARDS BAGIAN PENDAHULUAN

PERBEDAAN STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA DAN GOVERNMENT AUDIT STANDARDS BAGIAN PENDAHULUAN PERBEDAAN STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA DAN GOVERNMENT AUDIT STANDARDS BAGIAN PENDAHULUAN No Hal Standar Pemeriksaan Keuangan Negara Government Audit Standards 1. Tujuan disusunnya Untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi, sistem informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi, sistem informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi, sistem informasi dan komunikasi, telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju penyatuan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PERBANAS INSTITUTE JAKARTA

PERBANAS INSTITUTE JAKARTA 1 PERBANAS INSTITUTE JAKARTA SATUAN ACARA PANGAJARAN (SAP) MATA KULIAH KODE MATA KULIAH : AUDITING : DA40-061 SKS : 3 SKS WAKTU PERTEMUAN : 3 X 50 PERTEMUAN KE : 1 (Pertama) A. TUJUAN 1. Instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

KD 5.1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

KD 5.1. Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi KD 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi Akuntansi sebagai Sistem Informasi Akuntansi sering disebut sebagai bahasa bisnis karena akuntansi dapat memberikan informasi penting mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering dihiasi angka-angka laporan keuangan dari berbagai perusahaan. Dari angkaangka tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik perusahaan dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.

Lebih terperinci

Menyongsong Berlakunya Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang Baru

Menyongsong Berlakunya Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang Baru Edisi: V/Mei 2009 Menyongsong Berlakunya Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang Baru Oleh : Syarief Basir, Ak, CPA, MBA Setelah melalui serangkaian proses yang relatif panjang dan lama, akhirnya pada Agustus

Lebih terperinci

Anggota: Susi Ariyanti ( ) Setiasih ( ) Pinesthy Putri H. ( ) Yudha Mahardika ( )

Anggota: Susi Ariyanti ( ) Setiasih ( ) Pinesthy Putri H. ( ) Yudha Mahardika ( ) Rerangka Konseptual & Tujuan Pelaporan Akuntansi Anggota: Susi Ariyanti (09403241011) Setiasih (09403241012) Pinesthy Putri H. (09403241013) Yudha Mahardika (09403241047) Rerangka Konseptual Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi

Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi Kompetensi Dasar 5.1 Mendeskripsikan akuntansi sebagai sistem informasi A. Akuntansi sebagai Sistem Informasi Akuntansi sering disebut sebagai bahasa bisnis karena akuntansi dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : B12.4510 / Teori Akuntansi Revisi ke : 2 (DUA) Satuan Kredit Semester : 3 (tiga) SKS Tgl revisi : 1 Agustus 2014 Jml Jam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Akuntan Publik a. Pengertian Akuntan Publik Menurut Halim (1997 :11) Akuntan publik atau biasa disebut Auditor Independen adalah para praktisi individual/ anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan wajib membuat laporan keuangan pada setiap periode pembukuaan. Tujuan dari pembuatan laporan keuangan tersebut adalah untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

1. LAPORAN AUDITOR BENTUK BAKU BERBAHASA INGGRIS UNTUK KEPENTINGAN EMISI EFEK YANG DICATATKAN DI PASAR MODAL LUAR NEGERI

1. LAPORAN AUDITOR BENTUK BAKU BERBAHASA INGGRIS UNTUK KEPENTINGAN EMISI EFEK YANG DICATATKAN DI PASAR MODAL LUAR NEGERI SA Seksi 9508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN: INTERPRETASI SEKSI 508 1. LAPORAN AUDITOR BENTUK BAKU BERBAHASA INGGRIS UNTUK KEPENTINGAN EMISI EFEK YANG DICATATKAN DI PASAR MODAL LUAR NEGERI

Lebih terperinci

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI. Akuntansi Keuangan 1

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI. Akuntansi Keuangan 1 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI Akuntansi Keuangan 1 AGENDA HARI INI! 1. Tujuan Pelaporan Keuangan 2. Laporan Keuangan vs Pelaporan Keuangan 3. Standar Akuntansi Keuangan 4. Kerangka Konseptual 5. Karakteristik

Lebih terperinci

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB Setelah mengetahui anggota dari panitia pembuat dokumen (FASB) dan berasal dari AICPA, APB dan AAA. Rangkaian dari dokumen sangatlah penting, dimana dua hal yang

Lebih terperinci

Ignatius Natanael Widjaya Ramot P. Simanjuntak Rutman Lumbantoruan

Ignatius Natanael Widjaya Ramot P. Simanjuntak Rutman Lumbantoruan PENGARUH PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN AUDITOR UNTUK MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta Pusat) Ignatius

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA

INTERNAL AUDIT. Materi 1. Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA INTERNAL AUDIT Materi 1 Oleh Wisnu Haryo Pramudya, S.E., M.Si., Ak., CA 1 FAKTOR PENTING PERKEMBANGAN INTERNAL AUDIT PERDEBATAN MENGENAI PERAN INTERNAL AUDIT 1. Jenis Usaha 2. Luas Kegiatan Usaha 3. Jumlah

Lebih terperinci

AUDIT I. The Assurance Service Market. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I. The Assurance Service Market. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: The Assurance Service Market Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI TIMBUL DAN BERKEMBANGNYA PROFESI AKUNTAN PUBLIK Pada masa di mana jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah salah satu profesi yang disoroti oleh masyarakat luas. Hal yang menjadi sorotan masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab

Lebih terperinci

PT BATAVIA PROSPERINDO FINANCE Tbk LAPORAN KEUANGAN TANGGAL 31 DESEMBER 2016 SERTA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN FINANCIAL STATEMENTS AS OF DECEMBER 31,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal

BAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan sarana yang disediakan oleh perusahaan kepada para pemakai baik internal maupun eksternal untuk memperoleh informasi tentang aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme

BAB I PENDAHULUAN. dan melindungi kepentingan banyak pihak inilah yang menjadi idealisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang sangat cepat membutuhkan keakuratan informasi yang akuntabilitasnya dapat dipertanggung jawabkan. Dalam dinamika dunia bisnis,

Lebih terperinci

PENGANTAR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PENGANTAR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL : 13 JUNI 2005 PENGANTAR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PENGANTAR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Pengantar ini menguraikan

Lebih terperinci

Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance

Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif Disusun untuk Komite Nasional Good Corporate Governance 30 Mei 2002 1 Daftar Isi No. Bagian Halaman 1. Pembukaan 3 2. Komite Audit secara Garis Besar 5 3.

Lebih terperinci

Standar Auditing & Kode Etik

Standar Auditing & Kode Etik Standar Auditing & Kode Etik ( Pertemuan ke-7) Antariksa Budileksmana antariksa_b@yahoo.com www.antariksa.info 2007 Antariksa Budileksmana Prodi Akuntansi UMY 7-1 Standar Auditing Suatu ukuran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar

Lebih terperinci

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bisnis dan perekonomian di negara Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut sejalan dengan perkembangan profesi akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURDI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

SPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI

SPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI SPJ 4400: PERIKATAN UNTUK MELAKUKAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI ATAS INFORMASI KEUANGAN SPJ 4410: PERIKATAN KOMPILASI Semarang, 15 Desember 2017 Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan isu terkait,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah media yang dijadikan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihak manajemen dengan para pihak berkepentingan (Margaretta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian internal terbentuk dari peraturan-peraturan, kebijakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian internal terbentuk dari peraturan-peraturan, kebijakan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pengendalian internal terbentuk dari peraturan-peraturan, kebijakan, dan prosedur, yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh pihak internal

Lebih terperinci

Internal Control Framework: The COSO Standard

Internal Control Framework: The COSO Standard Audit Internal (Pertemuan ke-3) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition Internal Control Framework: The COSO Standard Committee of Sponsoring Organizations

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK PC

EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK PC EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK PC Surya Darma Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No.27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530, Indonesia, Tel: (+62-988141999),

Lebih terperinci

AUDIT SISTEM INFORMASI. Pertemuan 2 Standar Audit SI

AUDIT SISTEM INFORMASI. Pertemuan 2 Standar Audit SI AUDIT SISTEM INFORMASI Pertemuan 2 Standar Audit SI STANDAR PROFESIONAL Standar Audit SI tidak lepas dari standar professional seorang auditor SI Standar professional adalah ukuran mutu pelaksanaan kegiatan

Lebih terperinci

Standar Audit (SA) 700. Perumusan suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan

Standar Audit (SA) 700. Perumusan suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan (SA) 00 Perumusan suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERUMUSAN SUATU OPINI DAN PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan yang berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka. Audit laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan fungsi auditing

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan sekarang ini sangat meningkat, terlebih lagi semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pengaruh Efektivitas Rekomendasi Audit Terhadap Pengendalian Internal Warehouse Operations

ABSTRAK. Pengaruh Efektivitas Rekomendasi Audit Terhadap Pengendalian Internal Warehouse Operations ABSTRAK Pengaruh Efektivitas Rekomendasi Audit Terhadap Pengendalian Internal Warehouse Operations Objek dalam penelitian ini adalah efektivitas rekomendasi audit dan pengaruhnya terhadap pengendalian

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS Program Studi S1 Akuntansi RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata : Teori Akuntansi Kode Mata : ACH3J Semester : 6 (Enam) SKS : 3 Prasyarat : ACH3A4 / Akuntansi Keuangan Lanjutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut bekerja secara profesional. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan

Lebih terperinci

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA 40 4. Standar pelaporan Ke-4: Tujuan standar pelaporan adalah untuk mencegah salah tafsir tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan: 01. Seorang akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari penelitian mengenai kelengkapan pengungkapan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan tahunan (annual report) pada dasarnya adalah sumber informasi bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP (Keputusan Dewan Komisaris No. 07/KEP/DK/2013 tanggal 22 Juli 2013) I. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN 1. LATAR BELAKANG Perusahaan Perseroan (Persero)

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Profesi akuntan merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari

BABI PENDAHULUAN. Profesi akuntan merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi akuntan merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari publik untuk memberikan jasa professional kepada pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

PENGENDALIAN DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGENDALIAN DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 1/total Outline PENDAHULUAN ANCAMAN-ANCAMAN ATAS SIA TINJAUAN MENYELURUH KONSEP-KONSEP LINGKUNGAN PENGENDALIAN AKTIVITAS-AKTIVITAS PENGENDALIAN PENILAIAN RISIKO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ada pihak lain yang membutuhkan informasi laporan keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. masih ada pihak lain yang membutuhkan informasi laporan keuangan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan berisi informasi penting yang akan digunakan berbagai pihak. Selain pihak internal perusahaan, masih ada

Lebih terperinci

1 Universitas Bhayangkara Jaya

1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam pasar modal global memberi arti bahwa dimensi internasional dari akuntansi menjadi semakin penting dari masa sebelumnya bagi kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas yang dilakukan oleh perekonomian nasional dan internasional sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi yang kiat membuat perekonomian di Indonesia semakin signifikan mengalami perkembangan ini, mendorong semakin berkembangnya pula perdagangan bebas

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

SISTEM LAYANAN PERBANKAN LEWAT TELEPON DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSEDUR AUDIT PADA BANK X

SISTEM LAYANAN PERBANKAN LEWAT TELEPON DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSEDUR AUDIT PADA BANK X JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 4 No. 1, April 2004 : 49 56 SISTEM LAYANAN PERBANKAN LEWAT TELEPON DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSEDUR AUDIT PADA BANK X Oleh Fery Feriyanto Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Namun bagaimana masyarakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Namun bagaimana masyarakat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap profesi merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk dapat melaksanakan keahlian yang dimiliki secara berdaya guna dan berhasil guna, baik itu profesi yang berkaitan

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN BUKU REFERENSI BAB

POKOK BAHASAN KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN BUKU REFERENSI BAB Buku Wajib:, International Accounting, 5 th Edition, Prentice Hall, 2005. (C), International Accounting and Multinational Enterprises. 5 th Edition. John Wiley & Son, Inc., 2002 (R) Referensi Lain: IFRS

Lebih terperinci