NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA"

Transkripsi

1 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA Oleh NURUL FADHILAH RUHANI ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

2 2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing (Uly Gusniarti, S.Psi, M.Si)

3 3 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI-DIRI ORANG TUA DALAM PENGASUHAN ANAK TUNAGRAHITA Nurul Fadhilah Ruhani Uly Gusniarti INTISARI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula tingkat efikasi-diri. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak tunagrahita yang bersekolah di SLB bagian C. Di SLB Negeri I Sleman dan SLB B-C Wiyata Dharma III Ngaglik. Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala efikasi-diri yang mengacu pada teori Bandura (1997) dan skala kecerdasan emosional yang mengacu pada teori Goleman (2005). Metode analisis data menggunakan korelasi product moment dari Pearson yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 for windows. Hasil analisis data menunjukkan korelasi sebesar r = 0,482 dengan p = 0,000 atau (p < 0,01) yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Jadi hipotesis diterima. Kata kunci: Kecerdasan emosional, efikasi-diri dalam pengasuhan, orang tua, SLB, tunagrahita.

4 4 PENGANTAR Latar Belakang Kelahiran merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat menggembirakan bagi orangtua. Anak adalah buah hati yang sangat didambakan kehadirannya dan nantinya diharapkan sebagai penerus generasi oleh orangtua. Keluarga sebagai lingkungan yang pertama dan utama bagi anak seyogyanya mampu menjadi peletak dasar dalam pembentukan karakter yang baik sebagai landasan pengembangan kepribadian anak yang akan membentuk karakter bangsa di kemudian hari. Orang tua mempunyai kewajiban untuk merawat, membesarkan, dan mendidik anak. Mereka mempunyai tugas mempersiapkan anaknya agar dapat hidup dengan layak dan berguna bagi masyarakat. Ketika anak yang dilahirkan ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain mengalami cacat mental, tentunya untuk mewujudkan hal di atas bukanlah hal yang yang mudah untuk dilakukan. Menurut Mangunsong (1998) anak tunagrahita mempunyai karakteristik psikologis dan tingkah laku, yaitu mempunyai masalah dalam pemusatan perhatian, mengalami kesulitan dalam mengingat informasi, mengalami kesulitan dalam self regulation atau mengatur tingkah lakunya sendiri, perkembangan bahasa yang terlambat, terhambat dalam prestasi akademik, mempunyai hambatan dalam perkembangan sosial, dan mempunyai masalah dalam motivasi. Salah satu permasalahan yang dihadapi orang tua anak tunagrahita adalah dalam hal pengasuhan terhadap anak. Orang tua menghadapi kendala dalam upaya

5 5 pengasuhan, pendidikan, pengarahan, dan pembinaan terhadap kondisi anak. Banyak orang tua yang mempunyai anak tunagrahita mengeluh tentang pengasuhan anaknya. Ada suatu kasus yang diceritakan oleh seorang ibu (R) yang mempunyai anak tunagrahita berusia 7 tahun. Menurutnya anaknya kurang menunjukkan adanya kemajuan dalam perkembangannya, bahkan sering memperlihatkan perilaku yang negatif seperti memukul, meludahi teman, dan tantrum. Ibu (R) mengalami kesulitan dalam menghadapi anaknya ketika perilaku negatifnya muncul dan merasa khawatir dengan perkembangannya ( &id= /03/08). Hasil wawancara peneliti dengan seorang ibu (M) yang mempunyai anak tunagrahita juga menunjukkan kasus yang hampir sama. Anaknya yang berusia 9 tahun seringkali memaksakan kehendaknya bila meminta sesuatu dan harus selalu dipenuhi. Tidak jarang anaknya mengamuk apabila keinginannya tidak segera dituruti. Hal ini membuat Ibu (M) merasa kewalahan dalam mengasuh anaknya. Kasus lain juga terjadi pada Ibu (I), anaknya yang berusia 8,5 tahun diketahui mengalami cacat mental atau tunagrahita ketika masuk SD, kemudian anaknya di sekolahkan ke SLB. Menurut Ibu (I) anaknya sulit untuk diatur dan cenderung tidak mau menuruti orang tua, Ibu (I) bingung harus melakukan apa ketika anaknya tersebut sulit untuk diberi pengertian. Orang tua cenderung kurang memiliki keyakinan dalam mengasuh anak tunagrahita, dalam psikologi dapat dikatakan orang tua mempunyai efikasi-diri yang cenderung rendah. Menurut Bandura (Rizvi, dkk, 1997) keyakinan dan kepercayaan menopang kemampuan dan memberikan landasan bagi seseorang

6 6 untuk berusaha dengan tekun, ulet, menumbuhkan motivasi yang kuat dan keberanian menghadapi hambatan. Efikasi-diri adalah proses kognitif yang mempengaruhi motivasi seseorang berperilaku. Seberapa baik seseorang dapat menentukan atau memastikan terpenuhinya motif mengarah pada tindakan yang diharapkan sesuai situasi yang dihadapi, menurut Bandura (Rizvi, dkk, 1997). Efikasi-diri yang tinggi terhadap pengasuhan anak tunagrahita dapat membuat orang tua merasa lebih mampu dalam mengasuh anaknya. Sehingga dapat lebih baik lagi dalam mengasuh anaknya dan berpengaruh baik pula terhadap perkembangan anak. Sebaliknya, apabila efikasi-diri orang tua terhadap pengasuhan anak tunagrahita rendah maka hal tersebut tidak akan membantu dalam mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pengasuhan. Efikasi-diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Bandura (Freist & Freist, 1998) faktor tersebut adalah: pengalaman keberhasilan (mastery experiences), pengalaman orang lain (vicarious experiences), persuasi sosial (social persuation), serta keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states). Seseorang dapat mengukur tingkat keyakinan mereka dengan pengalaman emosi yang mereka alami. Emosi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap efikasidiri. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2005). Emosi juga merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Menurut Mayer (Goleman, 2005) orang cenderung menganut

7 7 gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Orang yang sadar diri peka akan suasana hatinya dan mempunyai kejernihan pikiran tentang emosi sehingga dapat mengatur emosi. Orang yang tenggelam dalam perasaan adalah orang yang merasa dikuasai oleh emosi yang tak berdaya untuk melepaskan diri, orang tersebut tidak peka akan perasaanya sehingga larut dalam perasaannya itu akibatnya orang tersebut merasa tidak mempunyai kendali atas kehidupan emosionalnya. Sedangkan orang yang pasrah, mereka sebenarnya sering kali peka akan apa yang mereka rasakan tetapi mereka juga cenderung menerima begitu saja suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 2005). Dengan mempunyai kecerdasan emosi orangtua dapat termotivasi untuk mempunyai keyakinan terhadap pengasuhan anak tunagrahita, sehingga kecerdasan emosi yang dimiliki oleh orangtua dapat bermanfaat bagi orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita sehari-hari. Berdasarkan pada uraian di atas, penulis ingin mengetahui seberapa jauh hubungan antara kecerdasan emosional dengan efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita.

8 8 TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi-diri dalam Pengasuhan Anak Tunagrahita 1. Pengertian Efikasi-diri Menurut Bandura (Freist & Freist, 1998) efikasi-diri didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas, aktivitas ataupun usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan efikasi-diri sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan dan mengatasi hambatan. Brehm dan Kassin (Effendy, 2005) mendefinisikan efikasi-diri sebagai keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan tindakan spesifik yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam suatu situasi. Sedangkan Myers (Effendy, 2005) mengartikan efikasi-diri sebagai perasaan yang dimiliki oleh individu bahwa dirinya adalah orang yang pandai dan mampu melakukan tindakan-tindakan yang tepat. 2. Pengasuhan Anak Tunagrahita Pengasuhan atau parenting menurut Morris (Brooks, 2003) secara umum diartikan sebagai rangkaian dari tindakan-tindakan dan interaksiinteraksi pada pihak orang tua untuk mendukung perkembangan anak. Parenting dapat diartikan bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, bahkan pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007). Menurut

9 9 Steinberg (2005) pengasuhan yang baik adalah pengasuhan yang sesuai dengan kondisi psikologis, dengan unsur-unsur seperti kejujuran, empati, mengandalkan diri sendiri, kebaikan hati, kerja sama, pengendalian diri, dan kebahagiaan. Pengasuhan yang baik dapat pula diterapkan untuk anak tunagrahita atau keterbelakangan mental. Menurut AAMR (American Association on Mental Retardation) menjelaskan bahwa keterbelakangan mental menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi, yang menyangkut fungsi intelektual yang dibawah rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih dari ketrampilan adaptif seperti komunikasi, merawat diri sendiri, ketrampilan sosial, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang (Mangunsong,1998). Keadaan ini tampak sebelum usia 18 tahun. Orang tua yang memiliki anak tunagrahita dapat berperan dalam pengasuhan untuk membantu perkembangan anak. 3. Aspek-Aspek Efikasi-diri terhadap Pengasuhan Anak Tunagrahita Bandura (1997) membagi efikasi-diri menjadi tiga dimensi, yaitu : a. Dimensi tingkat (magnitude) Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas, dimana individu merasa mampu melakukannya. Dapat diartikan pula suatu tingkat ketika seseorang meyakini usaha atau tindakan yang dapat ia lakukan.

10 10 b. Dimensi kekuatan (strength) Dimensi ini dikaitkan dengan kekuatan penilaian tentang kecakapan individu. Mengacu pada derajat kemampuan individu terhadap keyakinan akan harapan yang dibuatnya. c. Dimensi generalisasi (generality) Dimensi ini berhubungan dengan luas bidang perilaku. Efikasi-diri seseorang tidak terbatas hanya situasi spesifik saja. Mengacu pada variasi situasi dimana penilaian tentang Efikasi-diri dapat diungkapkan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efikasi-diri dalam Pengasuhan anak Tunagrahita Bandura (Freist & Freist, 1998) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi efikasi-diri dapat berasal dari empat sumber, yaitu : 1. Pengalaman keberhasilan (mastery experiences) Sumber ini dipercaya sebagai sumber yang berpengaruh karena berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung individu dalam menuntaskan suatu tugas. Pengalaman keberhasilan akan meningkatkan penilaian terhadap efikasi-diri, sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkan penilaian terhadap efikasi-diri seseorang. 2. Pengalaman orang lain (vicarious experiences) Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasidiri seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Pengalaman tentang keberhasilan diperoleh melalui pengamatan terhadap orang lain.

11 11 3. Persuasi sosial (social persuation) Sumber ini mengacu pada penyampaian informasi secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh. Persuasi sosial ini biasanya digunakan untuk meyakinkan individu bahwa dirinya cukup mampu melakukan suatu tugas, sehingga kemudian mendorong individu untuk melakukan tugasnya sebaik mungkin. 4. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states) Emosi yang kuat umumnya mempengaruhi tindakan seseorang. Seseorang yang mengalami rasa takut, kecemasan, dan stres akan gagal dalam menyelesaikan tugas. Reaksi emosi yang kuat pada sebuah tugas membuat isyarat tentang antisipasi terhadap keberhasilan atau kegagalan. Ketika individu mengalami pikiran negatif dan ketakutan mengenai kemampuan mereka, hal tersebut dapat menurunkan efikasi-diri dan memicu stres, sehingga apa yang mereka takutkan dapat benar-benar terjadi. Proses gejala emosi yang mempengaruhi tingkat efikasi-diri membuat kecerdasan emosional menjadi penting peranannya. Kemampuan seperti memotivasi diri, mengelola emosi, mengatasi efek stres dan kondisi suasana hati yang buruk menjadi cara yang relevan untuk meningkatkan efikasi-diri. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Emosi Menurut Goleman (2005) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk

12 12 bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Menurut Mayer (Goleman, 2005) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu: sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. 2. Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Salovey & Mayer (Arbadiati & Kurniati, 2007) kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Goleman (2005) mendefinisikan kecerdasan emosional dengan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Lebih lanjut Goleman (2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Patton (Casmini, 2007) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan,

13 13 membangun hubungan produktif dan meraih keberhasilan. Sedangkan Cooper dan Sawaf (Efendi, 2005), menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif mengaplikasikan kekuatan serta kecerdasan emosi sebagai sebuah sumber energi manusia, informasi, hubungan, dan pengaruh. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengenali emosi diri dan orang lain, mengelola emosi diri, memotivasi diri, dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. 3. Aspek- aspek kecerdasan emosi Salovey (Goleman, 2005) membagi kecerdasan emosional menjadi lima wilayah, antara lain: 1. Mengenali emosi diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu dan mencermati perasaan- perasaan yang muncul. 2. Mengelola emosi Merupakan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar.

14 14 3. Memotivasi diri sendiri Menata emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memberi perhatian, memotivasi dan menguasai diri. 4. Mengenali emosi orang lain Disebut juga dengan empati, merupakan kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri, dan merupakan ketrampilan dasar dalam bergaul. 5. Membina hubungan dengan orang lain Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2005). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. C. Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Efikasi-diri Orang tua dalam Pengasuhan Anak Tunagrahita Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa (Goleman, 2005). Kecerdasan emosional sangat diperlukan bagi orang tua yang mempunyai anak tunagrahita, karena kecacatan yang dialami oleh anak menambah beban emosi orang tua dalam membesarkan anaknya tersebut. Hal yang paling sulit dikendalikan dalam hidup adalah emosi-emosi negatif yang menyerang pikiran dan suasana hati (Safaria, 2005). Emosi dapat

15 15 meruntuhkan kekuatan dan semangat hidup untuk berjuang membesarkan anak tunagrahita. Menurut Davis (2008) kecerdasan dalam mengenali emosi diri sangat penting karena emosi memberikan informasi untuk setiap pertimbangan. Orang tua yang cerdas secara emosional akan dengan mudah memahami dan mengidentifikasi secara tepat respon emosional yang muncul dalam dirinya, dengan kemampuan ini orang tua tersebut akan mampu dan mempunyai keyakinan dalam membuat keputusan. Kemampuan mengelola emosi dapat meningkatkan efikasi-diri atau keyakinan diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Kemampuan dalam mengelola emosi dapat membuat seseorang lebih mampu berpikir rasional pada saat-saat emosi berada di puncak (Safaria, 2005). Ketika orang tua yang mempunyai anak tunagrahita mengalami emosi-emosi negatif dalam dirinya seperti stres, marah, atau sedih yang berkaitan dengan pengasuhan anaknya tersebut sehari-hari, orang tua memerlukan kemampuan untuk mengelola emosi-emosi tersebut. Selain kemampuan mengelola emosi, untuk meningkatkan efikasi-diri maka perlu disertai dengan memotivasi diri. Menurut Safaria (2005) orang yang mempunyai kecerdasan emosi adalah orang yang mampu memotivasi diri sendiri, membangkitkan semangat, menghidupkan energi positif dalam diri saat berhadapan dengan hambatan-hambatan. Ketika menghadapi keadaan yang sulit, orang yang mempunyai kemampuan memotivasi diri mampu membangkitkan optimisme dalam dirinya. Menurut Goleman (2005)

16 16 optimisme merupakan motivator utama, optimisme didasari oleh pendayagunaan diri yaitu keyakinan bahwa orang mempunyai penguasaan akan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan dapat menghadapi tantangan saat tantangan itu datang. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Goleman, Bandura (Goleman, 2005) juga mengemukakan bahwa keyakinan seseorang akan kemampuannya berpengaruh besar terhadap kemampuan itu. Peningkatan keyakinan diri seseorang dapat juga terbentuk melalui membina hubungan dengan orang lain. Dalam interaksi yang dilakukan antara orang tua yang mempunyai anak tunagrahita dengan orang disekitarnya biasanya terkandung emosi-emosi yang menyertainya, sehingga orang tua dapat terpengaruh dengan emosi-emosi orang lain. Menurut Goleman (2005) emosi itu menular. Mempengaruhi kondisi emosi orang lain agar menjadi lebih baik atau lebih buruk merupakan hal yang alamiah. Tidak menutup kemungkinan bahwa emosi-emosi positif yang dibawa orang lain berkaitan dengan keyakinan dalam mengasuh anak tunagrahita dapat mempengaruhi orang tua yang mempunyai anak tunagrahita. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam kehidupan orang tua yang mempunyai anak tunagrahita, khususnya dalam pengasuhan anak tunagrahita. Kecerdasan emosi dapat berpengaruh terhadap keyakinan diri orang tua dalam menghadapi berbagai kesulitan mengasuh anak tunagrahita. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang positif terhadap efikasi-diri khususnya dalam pengasuhan anak tunagrahita.

17 17 Hipotesis Ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan efikasidiri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah para orang tua yang mempunyai anak tunagrahita dan tinggal di Yogyakarta. Memiliki karakteristik : - Anak bersekolah di SLB bagian C - Anak tinggal bersama orang tua Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan skala yang terdiri dari skala efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita dan skala kecerdasan emosional. 1. Skala Efikasi-diri Orang Tua dalam Pengasuhan Anak Tunagrahita Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Bandura (1997) yang terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi tingkat (magnitude), dimensi kekuatan (strength), dan dimensi generalisasi (generality). Skala ini disusun sebanyak 65 aitem dan menggunakan empat alternatif jawaban, subjek mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan skor satu, dua, tiga, dan empat untuk setiap aitem. Semakin tinggi skor yang

18 18 diperoleh maka semakin tinggi efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Skala ini mempunyai koefisien reliabitas 0,911 dan validitas yang bergerak antara 0,316 sampai 0, Skala Kecerdasan Emosional Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan Goleman (2005) meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Skala ini disusun sebanyak 35 aitem dan menggunakan empat alternatif jawaban, subjek mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan skor satu, dua, tiga, dan empat untuk setiap aitem. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi kecerdasan emosionalnya. Skala ini mempunyai koefisien reliabilitas 0,888 dan validitas yang bergerak antara 0,304 sampai 0,582. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan efikasi-diri orangtua dalam pengasuhan anak tunagrahita adalah uji korelasi product moment dari Pearson yang dilakukan dengan program SPSS 12.0 for windows. D. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Hal ini diketahui dari uji

19 19 korelasi product moment dari Pearson, yang menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,482 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Bandura (Freist dan Freist, 1998) bahwa faktor yang mempengaruhi efikasi-diri adalah pengalaman keberhasilan (mastery experiences), pengalaman orang lain (vicarious experiences), persuasi sosial (social persuation), dan keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states). Dimana kecerdasan emosional mempunyai peranan penting dalam proses gejala emosi yang mempengaruhi tingkat efikasi-diri. Kemampuan dalam kecerdasan emosional seperti memotivasi diri, mengelola emosi, mengatasi efek stres dan kondisi suasana hati yang buruk menjadi cara yang relevan untuk meningkatkan efikasi-diri. Kecerdasan emosional sangat diperlukan oleh orang tua yang mempunyai anak tunagrahita, karena dapat membantu mengendalikan beban emosi yang disebabkan oleh kondisi anak yang mengalami kecacatan. Menurut Safaria (2005) hal yang paling sulit dikendalikan dalam hidup adalah emosi-emosi negatif yang menyerang pikiran dan suasana hati. Jika emosiemosi negatif mampu dikendalikan maka dapat meningkatkan kekuatan, semangat, serta keyakinan untuk berjuang mengasuh anak tunagrahita. Berdasarkan dari hasil kategorisasi kecerdasan emosional dengan efikasi-diri subjek memiliki kecerdasan emosional dalam kategori tinggi. Hasil rerata empirik dari keseluruhan subjek dalam variabel kecerdasan emosional sebesar 94,40. Tingkat efikasi-diri subjek penelitian dapat digolongkan dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari prosentase norma

20 20 kategori yang mencapai 52 %. Nilai R Square antara kecerdasan emosional dengan efikasi-diri adalah sebesar 0,232. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan efektifnya adalah 23,2 %. Berdasarkan dari penelitian dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional dapat membantu orang tua yang mempunyai anak tunagrahita meningkatkan efikasi-dirinya. Kemampuan dalam kecerdasan emosional seperti kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, serta kemampuan mengenali emosi orang lain. Berdasarkan dari uji analisis regresi antara aspek kecerdasan emosional denganefikasi-diri. Diperoleh bahwa aspek mengenali emosi diri mempunyai hubungan yang sangat signifikan dengan efikasi-diri. Hal ini ditunjukkan dengan r = 0,454 dengan p = 0,001, p<0,05. Sumbangan efektif mengenali emosi diri terhadap efikasi-diri diketahui sebesar 20,6 %. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan efikasidiri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita. Hal ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional maka efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita akan mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula efikasi-diri orang tua dalam pengasuhan anak tunagrahita.

21 21 Saran-Saran 1. Bagi Orang tua Orang tua anak tunagrahita yang telah mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi diharapkan dapat terus mempertahankannya. Bagi orang tua anak tunagrahita yang belum memiliki kecerdasan emosi yang tinggi diharapkan terus berusaha untuk belajar mengembangkan kemampuan diri. Dengan hal tersebut dapat meningkatkan kecerdasan emosional orang tua, sehingga berpengaruh pula terhadap keyakinan diri orang tua atau efikasi-diri orang tua dalam mengasuh anak tunagrahita menjadi meningkat 2. Bagi Pihak Sekolah Disarankan untuk memberikan informasi tentang pentingnya keyakinan diri yang dapat membantu kecerdasan emosional agar dapat mengasuh anak dengan baik. Selain itu sekolah juga bisa memberikan kursus parenting kepada orang tua, serta pihak sekolah dapat melibatkan para orang tua sebagai teacher assistant. Hal lain yang dapat dilakukan pihak sekolah adalah menjadi jembatan terbentuknya perkumpulan para orang tua siswa, dengan begitu para orang tua dapat berinteraksi dan saling membantu. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Saran bagi penelitian selanjutnya yang berminat dengan tema yang sama diharapkan dapat memberikan treatmen kepada subjek penelitian. Selain itu dapat mempertimbangkan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap efikasi-diri. Skala penelitian sebaiknya tidak dibawa pulang subjek penelitian agar peneliti dapat memantau proses selama mengisi skala.

22 22 DAFTAR PUSTAKA Arbadiati, C.W dan Kurniati, N.M Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kecenderungan Problem Focus Coping pada Sales. Proceeding PESAT Gunadarma. Vol Bandura, A Self Efficacy The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company Baron, RA. & Byrne, D Social Psychology. Massachussetts: Allyn & Bacon Co. Brooks, J.B The Process of Parenting. Sixth Edition. New York: McGraw Hill. Casmini Emotional Parenting: Dasar-dasar Pengasuhan Kecerdasan Emosi Anak. Yogyakarta: P-Idea. Daryati, E Keterlibatan Orang Tua Pada Pengasuhan Anak DS /03/08) Davis, M Tes Emotional Quotient Anda. Jakarta: PT. Mitra Media. Efendi, A Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ, & Successful Intellligence atas IQ. Bandung: Alfabeta. Effendy, Z Pengaruh Pelatihan Kewirausahaan terhadap Peningkatan Efikasi Diri Berwirausaha pada Remaja Akhir. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII. Freist, J. & Freist, G. J Theories of Personality. Fourth edition. Boston : McGraw Hill Companies, Inc. Goleman, D Emotional Intelligence (terjemahan). Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama. Mangunsong, F Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI. Rizvi, dkk Pusat Kendali dan Efikasi Diri Prediktor terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika. No Safaria, T Autisme: Pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orang tua. Yogyakarta: Graha Ilmu. Steinberg, L Prinsip Dasar Pengasuhan yang Prima: Agar Anda Tidak Menjadi Orang Tua Yang Gagal. Bandung: Kaifa.

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Efficacy 1. Definisi Self-Efficacy Seseorang bertingkah laku dalam situasi tertentu pada umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kognitif, khususnya faktor kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Oleh : NIKI FEBRIANI F 100 090 100 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI Oleh : AGITA EKARANI HEPI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI dan ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efikasi Diri Akademik 1. Pengertian Efikasi Diri Akademik Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan perkiraan seseorang tentang kemampuannya untuk mengatur dan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20 DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA Purwati 19, Nurhasanah 20 Abstrak. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara agar dapat berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua. Kelahiran anak adalah saat-saat yang sangat di tunggu-tunggu oleh setiap pasangan suami istri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Keterampilan Sosial 2.1.1. Pengertian Keterampilan Sosial Penyesuaian sosial merupakan salah satu aspek psikologis yang perlu dikembangkan dalam kehidupan individu, mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR Tulozomasi Hulu 1*), Irna Minauli 1 1 Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area *) E-mail

Lebih terperinci

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SDN PERWIRA III BEKASI UTARA

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SDN PERWIRA III BEKASI UTARA GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SDN PERWIRA III BEKASI UTARA Nurul Diah Liswantari, Indah Rizki, Lenny U Afriyenti Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..).

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (www.dbeusaid.org/publications/index.cfm?fuseaction=throwpub&id..). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah anak berkebutuhan khusus semakin mengalami peningkatan, beberapa tahun belakangan ini istilah anak berkebutuhan khusus semakin sering terdengar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Analisis data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Data yang telah dikumpulkan itu belum dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

SELF-EFFICACY DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SELF-EFFICACY DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Widiyanti, Self-Efficacy dan Kecerdasan Emosional Siswa,... 71 SELF-EFFICACY DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh: Widiyanti Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai bidang. Salah satu bidang yang ikut mengalami perubahan adalah pendidikan. Dewasa ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Tahap persiapan penelitian merupakan tahap yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Orientasi

Lebih terperinci

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti

Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta. Dini Amalia Ulfah Dr. Intaglia Harsanti Hubungan kematangan Emosi dan Kebahagiaan Pada Remaja yang Mengalami Putus Cinta Dini Amalia Ulfah 12512192 Dr. Intaglia Harsanti BAB 1: Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana individu mulai menyukai

Lebih terperinci

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto Dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B 61 Self-efficacy Peserta Didik Homeschooling Kak Seto dalam Menghadapi Ujian Nasional Program Paket B

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan global semakin ketat, sejalan dengan telah berlangsungnya MEA di tahun 2016 dimana orang-orang dengan kewarganegaraan asing dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S Winkel 1987 dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran salah satu kemampuan pokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Altruis 2.1.1 Pengertian Altruis adalah suatu bentuk perilaku menolong berupa kepedulian untuk menolong orang lain dengan sukarela tanpa mengharapkan adanya imbalan atau balasan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : AFIFAH MIFTACHUL JANNAH F100110087 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA JURNAL SKRIPSI Hubungan Antara Efikasi (Hanif Mut Taqin) 1 HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PILIHAN KARIR PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 BOBOTSARI PURBALINGGA JURNAL SKRIPSI Oleh Hanif Mut Taqin NIM 07104241023

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL TWITTER DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI ANGKATAN 2013-2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Ulil Nurul Imanah, M.Pd. Universitas Islam Majapahit ulil_math11@yahoo.co.id Abstrak Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa

Lebih terperinci

DEWI KUSUMA WARDHANI F

DEWI KUSUMA WARDHANI F HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA I Wayan Putra Agustika TA. Prapancha Hary A Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Univariat Usia responden merupakan salah satu karakteristik responden yang berkaitan dengan pengalaman dan daya berpikir seseorang, Semakin bertambah umur seseorang cenderung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu

PENDAHULUAN Mahasiswa yang telah menyelesaikan seluruh mata kuliahnya sesuai dengan program akademis dalam arti bahwa mahasiswa tersebut telah menempu Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Sarah Devina Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. B. Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosi 2. Variabel Tergantung : Stres Akademik 1. Kecerdasan Emosi B. Definisi Operasional Variabel Kecerdasan emosi sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan menurut UU no. 20 tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat meneruskan pembangunan di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KECERDASAN EMOSI a. Definisi Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana dalam penelitian ini menganalisis tentang hubungan antara kecerdasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y)

BAB IV. variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X 1, X 2, X 3 ). Variabel terikat (Y) BAB IV HASIL PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, DAN SPRITUAL DENGAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

Lebih terperinci

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA I Wayan Putra Agustika 1) TA. Prapancha Hary A 2) Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan berumah tangga, setiap pasangan tentu mendambakan kehadiran seorang anak sebagai pelengkap kebahagiaan serta puncak pemenuhan dari kebutuhan pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang dialami Indonesia pada saat ini menyebabkan keterpurukan dunia usaha di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman, saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini didukung pula dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memakai metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (2012 a, h. 5), penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Setiap anak yang lahir merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya. Kehadiran anak diharapkan dan ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang terikat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang dipekerjakan dalam suatu badan tertentu, baik pada lembaga pemerintah maupun badan usaha merupakan seorang pegawai (A.W. Widjaja, 2006). Pegawai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Syarat utama sebelum melakukan sebuah penelitian adalah menentukan variabel-variabel penelitian agar

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (http://wajahpendidikan.wordpress.com/pentingnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era yang serba maju seperti saat ini, kita dituntut untuk dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas tersebut

Lebih terperinci