LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Disusun Oleh: Juliyanti Siahaan, S. Farm ( ) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

2 Lembar Pengesahan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan Disusun Oleh Juliyanti Siahaan, S. Farm ( ) RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung Pembimbing, Dra. Siti Susiani, M.Si.,Apt. NIP : Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Dekan, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP :

3 KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan penyusunan laporan ini. Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Praktek Kerja Profesi ini selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 1. Ibu Prof. DR. Dr. Cissy Rachiana Sudjana Prawira, Sp.A(K), M.Sc., selaku Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 2. Bapak Dr. H. M. Rizal Chaidir, Sp.OT(K), M.Kes (MMR), FICS, selaku Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 3. Bapak Dr. Nanang W. Astarto, Sp.OG(K), MARS, selaku Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. 4. Ibu Dr. Noormartany, Sp.PK, M.Si, selaku Direktur Umum dan Operasional RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. 5. Bapak Drs. Chamdani Tauchid, MM, M. Kes, MBA, selaku Direktur Keuangan RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. 6. Bapak Drs.Ardja Saputra, Ak., MM., selaku petugas Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.

4 7. Ibu Dra. Pudjiastuti Kartidjo M.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP.Dr. Hasan Sadikin Bandung 8. Ibu Dra. Siti Susiani, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP.Dr.Hasan Sadikin Bandung. 9. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 10. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 11. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker dan Staf Instalasi Farmasi yang telah banyak membantu penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya demi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Farmasi Medan, Desember 2008 Penulis

5 DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... RINGKASAN... i ii iii v ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan... 2 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Defenisi Rumah Sakit Tugas Rumah Sakit Fungsi Rumah Sakit Pelayanan Pasien Pendidikan dan Pelatihan Penelitian Kesehatan Masyarakat Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan Klasifikasi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum... 6

6 2.4.2 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Rekam Medik Panitia Farmasi dan Terapi Sistem Formularium Instalasi Farmasi Rumah Sakit Central Sterilized Supplay Department (CSSD) BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG 3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Direktorat Medik dan Keperawatan Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan Direktorat Keuangan Direktorat Umum dan Operasional Unit-Unit Non Struktural Pelayanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Instalasi Gawat Darurat (IGD) Instalasi Rawat Jalan Pelayanan Medis Spesialistik dan Pelayanan Medis Khusus Ruang Rawat Inap... 30

7 3.3.5 Instalasi Bedah Sentral (IBS) Instalasi Pelayanan Jantung Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Kepala Instalasi Farmasi Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi Depo Farmasi Ruang Perawatan Bedah (RC2/RC3) Depo Farmasi Pusat (DFP) Depo Farmasi Ruang Bougenville Depo Farmasi COT/ODS Depo Farmasi R AL1/AL Depo Farmasi ICU (Intensive Care Unit) Depo Farmasi Emergency Unit (EU 1/EU 2) Depo Farmasi Ruang 17 (R 17) Depo Farmasi Rawat Jalan Askeskin Depo Farmasi Ilmu Penyakit Dalam (IPD) Kepala Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Koordinator Administrasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) 49 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Instalasi Farmasi Rumah Sakit... 54

8 4.2.1 Sub Instalasi Perbekalan Farmasi Sub Instalasi Pelayanan Farmasi Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Central Sterilized Supply Department (CSSD) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 65

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung Gambar 3. Struktur Organisasi Central Sterilized Supply Department (CSSD)Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin Bandung... 51

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jangkauan Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung... 41

11 RINGKASAN Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi rumah sakit di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. PKP ini dilaksanakan dalam upaya memberikan perbekalan, ketrampilan dan keahlian kepada calon apoteker dengan melihat secara langsung peran dan tugas apoteker di rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian. PKP dilaksanakan pada tanggal 1 November-30 November Kegiatan PKP di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ini meliputi: 1. Penerimaan materi mengenai RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung secara umum, Instalasi Farmasi dan CSSD. 2. Peninjauan pada beberapa depo farmasi dan gudang perbekalan farmasi yang merupakan bagian dari Instalasi Farmasi dan memperhatikan peranan Apoteker pada bagian tersebut. 3. Pelaksanaan studi kasus di Ruang Rawat Inap Terpadu (Ruang Melati), mengikuti kegiatan visite dan kegiatan afternoon report sebagai pendekatan peranan farmasi klinis. 4. Pelaksanaan konseling terhadap pasien JAMKESMAS rawat jalan.

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Upaya peningkatan sumber daya manusia untuk ditempatkan sebagai tenaga kerja kesehatan yang handal ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, salah satunya adalah latihan kerja profesi bagi calon apoteker. Praktek Kerja Profesi (PKP) ini dilaksanakan di bebarapa instansi diantaranya adalah di rumah sakit, yaitu di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit umum maka RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

13 merupakan rumah sakit kelas A, yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Selain sebagai tempat pelayanan juga berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan mahasiswa di bidang kesehatan Tujuan Praktek Kerja Profesi di rumah sakit merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi Apoteker yang bertujuan untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan dan tugas Apoteker di rumah sakit, sehingga kelak mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Apoteker yang profesional sesuai dengan kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

14 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar, 2004) Tugas Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan.

15 2.3. Fungsi Rumah Sakit Rumah sakit memiliki empat fungsi dasar, yaitu: pelayanan pasien, pendidikan, penelitian, dan kesehatan masyarakat. Keempat fungsi tersebut dapat diperinci menjadi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan Pelayanan Pasien Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan penderita melibatkan pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau luka, pencegahan, rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama: 1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan. Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personel rekam medik, ahli gizi, teknisi sinar-x, laboran dan administrator rumah sakit. 2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita. Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup: a. Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan fisik.

16 b. Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat penyakitnya. c. Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat Penelitian Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan maksud utama, yaitu: a. Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan/ perbaikan pelayanan rumah sakit. b. Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan prosedur pembedahan yang baru Kesehatan Masyarakat Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan kesehatan umum penduduk. Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada fungsi ini dengan mengadakan brosur informasi kesehatan, pelayanan pada penderita rawat jalan dengan memberi konseling tentang penggunaan obat yang aman dan tindakan pencegahan keracunan.

17 2.3.5 Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan Suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah yang timbul kepada pihak yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dan mempunyai kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2004) Klasifikasi Rumah Sakit Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan kepemilikan 1. Rumah Sakit pemerintah, terdiri dari: a. Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan b. Rumah Sakit pemerintah daerah c. Rumah Sakit militer d. Rumah Sakit BUMN 2. Rumah Sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat. 2. Berdasarkan jenis pelayanan Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas: a. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam jenis penyakit. b. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

18 3. Berdasarkan afiliasi pendidikan Terdiri atas 2 jenis, yaitu: a. Rumah Sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi. b. Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki hubungan kerjasama dengan universitas Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan. 1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas. 2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas. 3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. 4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar Rekam Medik Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah sakit

19 dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut, dan temuan otopsi (Siregar, 2004). Kegunaan rekam medik yaitu : 1. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita. 2. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita. 3. Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit. 4. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita. 5. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. 6. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan. 7. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar, 2004).

20 2.6. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS. Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan apoteker yang mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit. PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam menentukan kebijakan pengobatan dan penggunaan obat. Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah: 1. Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk obat yang sama. PFT berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau menolak produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh SMF. 2. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk kategori khusus. 3. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. 4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. 5. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat. 6. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

21 rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional (Siregar, 2004). 2.7 Sistem Formularium Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik di suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam formularium harus tersedia di IFRS (Siregar, 2004). Sistem formularium merupakan sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pelegalisasian harganya. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Kegunaan sistem formularium di rumah sakit: 1. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit. 2. Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar. 3. Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar, 2004). 2.8 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

22 seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan memberikan pelayanan farmasi klinis. (Siregar, 2004). Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk, dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual. Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat. Menurut SK MenKes No.1197/MenKes/SK/X/2004 pelayanan farmasi klinis meliputi: 1. Melakukan konseling 2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) 3. Pencampuran obat suntik secara aseptik 4. Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi 5. Penentuan kadar obat dalam darah 6. Penanganan obat sitostatika 7. Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN) 8. Pemantauan dan pengkajian penggunaan obat 9. Pendidikan dan penelitian.

23 2.9 Central Sterilized Supply Department (CSSD) Central Sterilized Supply Department (CSSD) merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh: 1. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial 2. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit. 3. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting. CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan: 1. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna. 2. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. 3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan. Adapun tugas utama pelayanan sterilisasi/cssd di rumah sakit adalah: 1. Mempersiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien 2. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan 3. Mendistribusikan alat-alat steril yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar operasi maupun ruangan lainnya.

24 BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG 3.1. Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung RS Hasan Sadikin dibangun pada masa penjajahan Belanda tahun 1920 dan diresmikan tanggal 15 Oktober 1923 dengan nama Het Algemeene Bandoengche Ziekenhuis, kemudian diubah tahun 1927 menjadi Het Gemeente Ziekenhuis Juliana dengan kapasitas rumah sakit 300 tempat tidur. Pada zaman penjajahan Jepang, rumah sakit ini berubah fungsinya menjadi Rumah Sakit Militer Jepang dengan nama Rigukun Byoin sampai kemerdekaan Republik Indonesia tahun Setelah Indonesia merdeka, rumah sakit ini dikenal masyarakat dengan nama Rumah Sakit Ranca Badak yang berfungsi sebagai Rumah Sakit Militer Belanda. Pada tahun 1948, Rumah Sakit Ranca Badak kembali digunakan untuk umum atau sudah menjadi milik Republik Indonesia di bawah naungan Kota Praja Bandung. Ketika itu pimpinannya masih orang Belanda, yaitu W.J. Van Thiel yang menjabat sampai tahun Setelah itu, baru dipimpin oleh orang Indonesia, yaitu dr. H.R. Paryono Suriodipuro, sebagai direktur pertama dari Indonesia. Menteri kesehatan menetapkan rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Provinsi dengan status langsung di bawah Departemen Kesehatan dan tahun 1956 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Pusat dengan kapasitas tempat tidur 600 pasien.

25 Nama Hasan Sadikin, yang mulai dipakai pada tahun 1967, berasal dari salah satu mantan direkturnya, yaitu Dr. Hasan Sadikin. Ketika ia sedang menjabat menjadi direktur tersebut, menteri kesehatan pada saat itu memintanya untuk mengubah nama rumah sakit yang dipimpinnya. Tetapi permintaan tersebut tidak sempat dipenuhinya karena dalam usia relatif masih muda ia meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya. Untuk mengenang jasa-jasanya sebagai dokter yang penuh dedikasi, pemerintah pada tanggal 8 Oktober 1967 menetapkan namanya sebagai nama baru rumah sakit ini, sehingga mulai saat itu sampai sekarang, nama rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, disingkat RSHS. Rumah Sakit Hasan Sadikin merupakan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) yang memiliki gedung megah yang mirip dengan rumah sakit standar internasional di luar negeri serta telah menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Jawa Barat. Rumah sakit ini juga digunakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung sebagai tempat pendidikan calon dokter, spesialis dan sub spesialis dan digunakan oleh lembaga pendidikan lain sebagai tempat pendidikan dan lahan praktek. RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menjadi pusat unggulan nasional dalam pelayanan kedokteran nuklir. Saat ini, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan tempat tidur mampu memberikan pelayanan medis luas dengan 20 spesialistis dan 127 subspesialistis. Setiap tahunnya melayani lebih dari pasien rawat jalan, pasien gawat darurat, pasien yang dioperasi dan pasien rawat inap.

26 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki Visi dan misi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah Menjadi rumah sakit prima dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian di bidang kesehatan di tingkat regional pada tahun Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu: 1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. 2. Menyiapkan sumber daya manusia professional untuk menunjang pelayanan kesehatan melalui pendidikan dan penelitian. 3. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif,efisien dan akuntabel. 4. Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan karyawan. 3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

27 Gambar 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

28 3.2.1 Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mempunyai tugas memimpin, merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Direktorat Medik dan Keperawatan Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Medik dan Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medik dan keperawatan, serta peningkatan mutu layanan kesehatan rumah sakit. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Direktorat Pelayanan Medik dan Keperawatan mempunyai fungsi: 1. Penyusunan sistem pelayanan medik dan keperawatan 2. Koordinasi pelaksanaan pelayanan medik dan pelayanan keperawatan, peralatan medik, dan keperawatan serta sarana penunjang. 3. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi mutu pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan sarana penunjang secara berkesinambungan. 4. Menyelenggarakan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Direktorat Medik dan Keperawatan membawahkan : 1. Bidang Medik 2. Bidang Keperawatan 3. Unit-unit non struktural 4. Kelompok jabatan fungsional

29 Bidang Medik mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kebutuhan pelayanan medik, penunjang medik dan rekam medik, serta melakukan bimbingan dan peningkatan mutu pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan medik. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi : 1. Penyusunan rencana kebutuhan pelayanan medik, penunjang medik dan rekam medik 2. Koordinasi pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan serta evaluasi kegiatan dan mutu pelayanan medik, penunjang medik, dan rekam medik 3. Pengumpulan dan pengolahan data serta koordinasi pengusulan peralatan medik Bidang Medik terdiri dari: 1. Seksi Pelayanan Medik 2. Seksi Penunjang Medik 3. Seksi Rekam Medik Bidang Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan kebutuhan pelayanan keperawatan di rawat jalan dan gawat darurat, rawat inap serta rawat khusus. Bidang Keperawatan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyusunan rencana kebutuhan pelayanan keperawatan di rawat jalan dan gawat darurat, rawat inap serta rawat khusus.

30 2. Koordinasi pelaksanaan pengendalian dan pemantauan serta evaluasi kegiatan dan mutu pelayanan keperawatan di rawat jalan dan gawat darurat, rawat inap dan rawat khusus 3. Pengumpulan dan pengolahan data serta koordinasi pengusulan peralatan keperawatan. Bidang Keperawatan mencakup pelayanan seperti yang diuraikan dalam tugas seksi-seksi keperawatan, yaitu : 1. Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan dan Gawat Darurat ; mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan kebutuhan sumber daya pelayanan medik rawat jalan dan gawat darurat. 2. Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap ; mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan kebutuhan sumber daya pelayanan medik rawat inap. 3. Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Khusus ; mempunyai tugas penyiapan bahan penyusunan kebutuhan sumber daya pelayanan medik rawat khusus. Direktorat Medik dan Keperawatan dibentuk instalasi sebagai Unit Non Struktural yang terdiri dari : a) Instalasi Rawat Jalan b) Instalasi Gawat Darurat c) Instalasi Rawat Inap Khusus Paviliun Parahyangan d) Instalasi Rawat Inap Khusus Paviliun Anggrek e) Instalasi Pelayanan Jantung f) Instalasi Bedah Sentral

31 g) Instalasi Rawat Intensif h) Instalasi Teknologi Reproduksi Pembantu i) Instalasi Hemodialisa j) Instalasi Farmasi Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan mempunyai fungsi: 1. Penyusunan rencana kebutuhan dan penyediaan tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan rumah sakit. 2. Koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit 3. Koordinasi rencana dan pengembangan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit 4. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan membawahkan : 1. Bagian Sumber Daya Manusia 2. Bagian Pendidikan dan Penelitian 3. Kelompok Jabatan Fungsional

32 Bagian Sumber Daya Manusia mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan kepegawaian, pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai serta informasi pegawai. Bagian Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi : a) Pelaksanaan analisis kebutuhan pegawai, pengadaan pegawai, dan mutasi pegawai serta tata usaha kepegawaian b) Penyusunan program pendayagunaan dan pengembangan pegawai c) Pelaksanaan penyusunan gaji, tunjangan dan intensif pegawai d) Pengelolaan kesejahteraan pegawai e) Pengelolaan informasi kepegawaian. Bagian Sumber Daya Manusia terdiri dari : 1. Sub Bagian Pengadaan dan Mutasi Pegawai 2. Sub Bagian Pengembangan dan Pembinaan Pegawai 3. Sub Bagian Kesejahteraan dan Informasi Pegawai Bagian Pendidikan dan Penelitian mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan rumah sakit. Bagian Pendidikan dan Penelitian menyelenggarakan fungsi : a) Penyusunan rencana pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. b) Koordinasi di bidang pendidikan dan pelatihan c) Koordinasi di bidang penelitian dan pengembagan rumah sakit

33 d) Pengelolaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. e) Pengelolaan perpustakaan rumah sakit Bagian Pendidikan dan Penelitian terdiri dari : 1. Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Medik 2. Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Keperawatan dan Non Medik Direktorat Keuangan Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan keuangan rumah sakit, yang meliputi penyusunandan evaluasi anggaran perbendaharaan dana rumah sakit. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Direktorat Keuangan mempunyai fungsi: 1. Penyusunan rencana kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana, penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntasi dan verifikasi. 2. Koordinasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana, penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntasi dan verifikasi. 3. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana, penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntasi dan verifikasi. Direktorat Keuangan membawahkan : 1. Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran

34 2. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana 3. Bagian Akuntansi dan Verifikasi Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran mempunyai tugas melaksanakan penyusunan anggaran, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan anggaran. Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran terdiri dari : 1. Sub Bagian Penyusunan Anggaran 2. Sub Bagian Evaluasi Anggaran Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana mempunyai tugas melaksanakan kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana terdiri dari : 1. Sub Bagian Perbendaharaan 2. Sub Bagian Mobilisasi Dana Bagian Akuntansi dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan akuntansi keuangan dan verifikasi serta akuntansi manajemen. Bagian Akuntansi dan Verifikasi terdiri dari : 1. Sub Bagian Akuntansi Keunagan dan Verifikasi 2. Sub Bagian Akuntansi Manajemen Direktorat Umum dan Operasional Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Umum dan Operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan layanan umum serta perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit. Direktorat Umum dan Operasional meyelenggarakan fungsi :

35 1. Penyusunan program layanan umum, perencanan dan evaluasi kegiatan rumah sakit 2. Koordinasi pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit 3. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegitan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit Direktorat Umum dan Operasional membawahkan : 1. Bagian Umum 2. Bagian Perencanaan dan Evaluasi 3. Unit-Unit Non Struktural 4. Kelompok Jabatan Fungsional Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan kegiatan ketatausahan, perlengkapan dan kerumahtanggaan. Bagian Umum terdiri dari : a) Sub Bagian Tata Usaha b) Sub Bagian Rumah Tangga c) Sub Bagian Hukum dan Kemitraan Bagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan, serta hubungan masyarakat. Bagian Perencanan dan Evaluasi terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan 2. Sub Bagian Evaluasi 3. Sub Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokoler

36 3.2.6 Unit-Unit Non Struktural Unit-Unit Non Struktural terdiri dari : a. Bagian Komite, meliputi : Komite Medik Komite Etik dan Hukum Komite Mutu serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja b. Satuan Pemeriksaan Intern, bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit c. Bagian Instalasi d. Unit Pelaksana Fungsional, terdiri dari : Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Penyakit Dalam Unit Pelaksana Fungsional Obstetri dan Ginekologi Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kesehatan Anak Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Bedah Unit Pelaksana Fungsional Bedah Syaraf Unit Pelaksana Fungsional Orthopedi dan Traumatologi Unit Pelaksana Fungsional Bedah Mulut Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Penyakit Syaraf Unit Pelaksana Fungsional Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) Unit Pelaksana Fungsional Anestesiologi dan Reanimasi Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

37 Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Unit Pelaksana Fungsional Kesehatan Gigi dan Mulut Unit Pelaksana Fungsional Ilmu Kedokteran Jiwa Unit Pelaksana Fungsional Radiologi Unit Pelaksana Fungsional Patologi Klinik Unit Pelaksana Fungsional Patologi Anatomi Unit Pelaksana Fungsional Kedokteran Nuklir Unit Pelaksana Fungsional Kedokteran Forensik Unit Pelaksana Fungsional Farmakologi Klinik Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua UPF atau yang mewakili UPF yang ada di RSUP Dr. Hasan Sadikin. Komite Medik berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Komite medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur dalam standar pelayanan medis, pengawasan dan penilaian mutu pelayanan medis, hak klinis khusus kepada UPF, program pelayanan, pendidikan dan pelatihan kerja serta penelitian dan pengembangan. Komite Medik juga memberikan pertimbangan kepada Direktur tentang penerimaan tenaga medis untuk bekerja di rumah sakit dan bertanggung jawab tentang pelaksanaan etika profesi. Berdasarkan SK Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung No. 298/D1.8-32/KP /VII/2006 tentang Organisasi Komite Medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tertanggal 26 Juli 2006, Komite Medik terdiri Badan Pengurus Harian Komite Medik dan 4 Sub Komite Medik, antara lain Sub Komite

38 Standarisasi Pelayanan Medik, Sub Komite Kredensial dan Litbang SDM, Sub Komite Pengawasan Mutu Pelayanan dan Audit Medik, dan Sub Komite Farmasi dan Terapi. Jumlah panitia bisa ditambah, dikurangi atau diganti sesuai dengan kebutuhan rumah sakit berdasarkan usulan Komite Medik Untuk kemudahan dan kelancaran pekerjaan Komite Medik, dibentuk Badan Pengurus Harian, yang dipilih oleh Sidang Pleno Komite Medik. Anggota BPH terdiri dari sebanyakbanyaknya 7 orang anggota Komite Medik di luar ketua dan wakil ketua. BPH (Badan Pengurus Harian) mengadakan pertemuan rutin dua minggu sekali atau menurut kebutuhan sidang. Sidang Pleno diadakan sekurangnya sekali dalam 3 bulan. Sidang Pleno merupakan pertemuan gabungan dengan melibatkan anggota Komite Medik, Direksi, UPF, Instalasi dan unsur/bagian terkait. Sub Komite Farmasi dan Terapi adalah satu tim yang beranggotakan dokter, apoteker dan perawat yang bertugas membantu Direktur rumah sakit untuk menentukan kebijaksanaan penggunaan obat dan pengobatan. Sub Komite Farmasi dan Terapi mempunyai tugas untuk memantau pelaksanaan penggunaan obat yang rasional, menyusun dan merevisi formularium dan mengkoordinir pemantauan efek samping obat di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) RSUP Dr. Hasan Sadikin dibentuk untuk melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan sumber daya RSUP Dr. Hasan Sadikin. Pengawasan ini untuk meneliti apakah kebijakan pimpinan telah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh para stafnya sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan bersifat komprehensif. Satuan Pengawas Intern berada di bawah Direktur dan bertanggungjawab kepada Direktur.

39 Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) RSUP Dr. Hasan Sadikin mempunyai fungsi : 1. Melaksanakan pemeriksaan terhadap setiap unsur/kegiatan di lingkungan RSUP Dr. Hasan Sadikin yang meliputi pengelolaan administrasi keuangan dan pelayanan, serta administrasi umum dan kepegawaian yang dipandang perlu. 2. Melakukan eνaluasi atas hasil laporan berkala di lingkungan RSUP Dr. Hasan Sadikin atas petunjuk direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin 3. Melakukan penelusuran mengenai kebenaran laporan atau informasi pengenai hambatan, penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan RSUP Dr. Hasan Sadikin 4. Memberikan saran dan alternativf kepada direktur terhadap penyimpangan yang terjadi 5. Melakukan pemantauan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan. 3.3 Pelayanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Instalasi Gawat Darurat (IGD) Instalasi Gawat Darurat (IGD) dilengkapi dengan peralatan modern untuk pelayanan kagawatdaruratan secara cepat dan tepat. Pasien yang datang dalam keadaan kritis dengan ancaman kematian langsung ditangani di Ruang Resusitasi IGD. Di IGD tersedia juga ruang obseravasi untuk semua kelas pelayanan bagi pasien-pasien yang sudah stabil namun masih memerlukan pengamatan ketat. Pelayanan gawat darurat dilengkapi dengan pelayanan pendukung lainnya antara lain bank darah, laboratorium, radiologi dan apotek yang melayani 24 jam. Pelayanan ditangani oleh dokter-dokter dan perawat-perawat yang terlatih dan berpengalaman yang selalu siap untuk memberikan pelayanan selama 24 jam.

40 Bagi pasien yang memerlukan tindakan operasi segera, operasi dilakukan di Instalasi Bedah Sentral yang lokasinya satu area dengan IGD Instalasi Rawat Jalan RSHS memiliki 13 klinik spesialistik dan 63 klinik untuk 99 sub spesialistik yang berlokasi di Instalasi Rawat Jalan untuk pasien umum serta 10 klinik spesialistik untuk kelas eksekutif yang berlokasi di Instalasi Gawat Darurat. Pelayanan klinik tersebut ditunjang dengan sistem pelayanan yang memberikan kemudahan bagi pelanggan. Klinik spesialis/subspesialis yang tersedia adalah: Penyakit Dalam; Kebidanan dan Kandungan; Kesehatan Anak; Bedah Umum; Bedah Ortopedi dan Traumatologi; Bedah Saraf; Bedah Mulut dan Maksilofasial; Gigi ; Telinga, Hidung & Tenggorokan (THT), Kepala & Leher; Kulit dan Kelamin; Penyakit Saraf; Kesehatan Jiwa; Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi; lain-lain, seperti: Klinik Pegawai RSHS, Pemeriksaan Kesehatan. RSHS melayani masyarakat luas, termasuk pasien umum, peserta Askes Reguler, Askes Sukarela, Askes untuk masyarakat miskin (Jamkesmas) dan karyawan berbagai instalasi/perusahaan yang bekerjasama dengan RSHS Pelayanan Medis Spesialistik dan Pelayanan Medis Khusus RSHS memberikan pelayanan medis luas dengan 20 jenis pelayanan medis spesialistik, 127 subspesialistik dan pelayanan medis khusus. Pelayanan medis spesialistik meliputi: 1. Penyakit Dalam 2. Kebidanan dan Kandungan

41 3. Kesehatan Anak 4. Bedah Umum 5. Bedah Saraf 6. Ortopedi 7. Bedah Mulut 8. Penyakit Saraf 9. Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) 10. Anestesiologi dan Reanimasi 11. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi 12. Penyakit Kulit dan Kelamin 13. Gigi 14. Kesehatan Jiwa 15. Radiologi 16. Patologi Klinik 17. Patologi Anatomi 18. Kedokteran Nuklir 19. Kedokteran Kehakiman 20. Farmakologi Klinik Pelayanan medis khusus meliputi: 1. Pelayanan Jantung 2. Bayi Tabung 3. Bedah Endoskopi 4. Klinik Terapi Rumatan Metadon

42 5. Klinik HIV dan AIDS 6. Ruang Rawat Flu Burung 7. Hemodialisa 8. Klinik Kosmetik 9. Pemeriksaan Kesehatan 10. Tes Alergi 11. Pemeriksaan Osteoporosis 12. Klinik Lupus Ruang Rawat Inap RSHS memiliki tempat tidur (TT) terdiri dari: TT VIP (1-2 TT/Kamar) TT Kelas I (2-3 TT/Kamar) TT Kelas II (4-5 TT/Kamar) TT Kelas III (6-8 TT/Kamar) TT Rawat Intensif, High Care, Ruang Isolasi Flu Burung, dan lain-lain. - Ruang Rawat Intensif Pasien-pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mendukung fungsi organ-organ Vital dan yang memerlukan monitoring intensif ditempatkan di ruang rawat intensif yang didukung peralatan medis yang lengkap, seperti mesin bantu nafas, mesin untuk hemodialisis yang kontinyu, dan alat monitor hemodinamik. Disediakan empat ruang rawat intensif, yaitu: a. Ruang Rawat Intensif Umum (GICU) : 14 TT b. Ruang Rawat Intensif Jantung (CICU) : 7 TT

43 c. Ruang Rawat Intensif Anak (PICU) : 4 TT d. Ruang Rawat Intensif Bayi (NICU) : 10 TT Unit-unit ini mudah diakses dari Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral dan ruang rawat inap lainnya. Pelayanan diberikan bersifat multidisiplin dengan pengelolaan yang terpadu oleh tim yang terdiri dari dokter intensif, dokter konsultan yang terkait, perawatan terlatih, dan tenaga ksehatan lainnya. - Unit High Care Unit ini melayani pasien sakit berat yang tidak memerlukan terapi intensif untuk mendukung fungsi organ-organ Vital tetapi memerlukan monitoring intensif. High Care Unit tersedia di masing-masing bagian, seperti: a. Unit High Care Pasien Medikal : 8 TT b. Unit High Care Pasien unit Stroke : 8 TT c. Unit High Care Pasien Bedah Saraf : 6 TT d. Unit High Care Pasien Jantung : 7 TT e. Unit High Care Pasien Luka Bakar : 5 TT Instalasi Bedah Sentral (IBS) Instalasi ini memiliki 22 kamar operasi modern yang dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan standar internasional. Di IBS ini, dilakukan pembedahan dari yang sederhana sampai yang kompleks, baik yang terjadwal maupun emergensi. Dilakukan pula bedah pulang hari (one day surgery) bagi pasien yang pulang pada hari yang sama setelah dilakukan operasi, pembedahan modern seperti pembedahan dengan menggunakan laser untuk urologi. Operasi dilakukan oleh tim operasi yang berpengalaman yang terdiri dari dokter bedah yang terdiri

44 dari berbagai disiplin, ahli anestesi dari berbagai subspesialistik, perawat kamar bedah dan perawat anestesi yang terlatih. Untuk menjamin keselamatan, pasien paska bedah dirawat sementara di ruang pemulihan yang dilengkapi dengan alat monitoring yang modern sampai kondisi mereka stabil Instalasi Pelayanan Jantung Instalasi ini merupakan salah satu pelayanan khusus di RSHS. Instalasi ini dilengkapi peralatan berteknologi mutakhir dan dilaksanakan dengan pendekatan sistem pelayanan yang terpadu dan komprehensif. Pelayanan yang tersedia meliputi: a. Pelayanan diagnostik Pelayanan ini meliputi elektrokadiografi (EKG), treadmill, ekokardiografi, sidik perfusi jantung, dan kateterisasi jantung/angiografi. b. Pelayanan pengobatan Pelayanan ini terdiri dari pelayanan spesialis klinik jantung dan pelayanan rawat inap (Ruang Khusus, High Care dan CICU). Pelayanan pengobatan juga mencakup tindakan inavasif jantung seperti percuta- neous coronary intervention (PCI) dengan atau tanpa stents, pacemaker jantung dan bedah jantung Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (IFRS RSHS) Pelayanan Farmasi di rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi

45 semua lapisan masyarakat. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasiannya, IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki Visi dan misi. Visi IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah Menjadi IFRS yang prima dalam pelayanan farmasi rumah sakit berdasarkan pharmaceutical care (asuhan kefarmasian). Misi IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yaitu menyediakan pelayanan farmasi rumah sakit menyeluruh dan terjangkau dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan bagi masyarakat. Instalasi Farmasi RSUP Dr.Hasan Sadikin merupakan fasilitas rumah sakit untuk melakukan kegiatan kefarmasian di rumah sakit seperti peracikan, penyimpanan, penyaluran obat-obatan dan bahan kimia serta penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, dan alat kesehatan. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit sesuai dengan SK Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung No. 2383/D1.8-32/KP.01.01/VIII/2007 tentang Pemberlakuan Kebijakan Pelayanan Farmasi di Instalasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung, maka untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, perlu adanya kebijakan pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Instalasi Farmasi bertugas membantu Direktur Medik dan Keperawatan untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan

46 mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dengan SK Direktur Utama RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung No. 2383/D1.8-32/KP.01.01/VIII/2007 mempunyai fungsi: - Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian - Melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung serta melaksanakan evaluasi dan SIMRS (Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit) Instalasi Farmasi - Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi dan memproduksi obatobat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit - Mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung baik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya. - Melaksanakan fungsi pelayanan Farmasi Klinis - Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin tentang Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, Instalasi Farmasi RSHS bertugas membantu Direktur Medik dan

47 Keperawatan. IFRS RSHS dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Farmasi. Dalam melaksanakan kegiatan IFRS, Kepala Instalasi Farmasi dibantu oleh tiga orang Kepala Sub Instalasi (Sub Instalasi Perbekalan Farmasi, Sub Instalasi Pelayanan Farmasi dan Apotik, Sub Instalasi SDM dan Pengembangan) dan seorang Koordinator Administrasi. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada gambar 2. DIREKTUR MEDIK DAN KEPERAWATAN KA. INSTALASI FARMASI KOORD. ADMINISTRASI KA. SUB INSTALASI PERBEKALAN FARMASI KA. SUB INSTALASI PELAYANAN FARMASI KA. SUB INSTALASI SDM DAN PENGEMBANGAN Perencanaan Depo Farmasi SDM Produksi Sed. Fa Diklit Gudang Distribusi Sist. Informasi dan Manajemen Gambar 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Kepala Instalasi Farmasi Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah seorang apoteker yang mempunyai tugas memimpin,

48 menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dalam menjalankan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit wajib membuat laporan kegiatan sebagai hasil evaluasi pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi Farmasi : - menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik di lingkungan instalasi farmasi maupun antar satuan organisasi di lingkungan rumah sakit dan instansi lain di luar rumah sakit. - mengadakan rapat dengan bawahannya secara berkala dalam rangka pemberian bimbingan dan pembinaan. - wajib mengawasi bawahannya dan bila terjadi penyimpangan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku - wajib mengikuti, mematuhi petunjuk, bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

49 Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi adalah seorang apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi ini mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, membuat perencanaan perbekalan farmasi, melakukan pengadaan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi (Barang Medis Habis Pakai) serta melakukan pengendalian terhadap perbekalan farmasi yang diadakan. Sub instalasi perbekalan farmasi mempunyai 4 bagian yaitu bagian perencanaan, penyimpanan/gudang, produksi sediaan farmasi dan distribusi sediaan farmasi 1. Perencanaan Perbekalan Farmasi Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, perencanaan dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dan meningkatkan efisiensi penggunaan perbekalan farmasi dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi atau kombinasi keduanya.

50 2. Produksi Sediaan Farmasi Bagian produksi sediaan farmasi melakukan kegiatan pembuatan, pengemasan kembali dan pengenceran sediaan farmasi. Kegiatan pembuatan seperti kapsul NaCl 500 mg dan garam inggris. Pengemasan kembali dilakukan pada larutan desinfektan, antiseptik, dan rivanol. 3. Penyimpanan atau Gudang Perbekalan Farmasi Bagian penyimpanan/gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan perbekalan farmasi sebelum didistribusikan. Perbekalan farmasi atau Barang Medis Habis Pakai (BMHP) disimpan dalam 3 gudang, yaitu: 1. Gudang obat 2. Gudang bahan baku. 3. Gudang alat kesehatan. Penyimpanan dan penyusunan perbekalan farmasi di gudang obat dilakukan sesuai dengan: - sifatnya (obat termolabil di lemari pendingin dengan suhu berkisar 2 0 C C) - bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep) - bahan baku obat (mudah menguap/terbakar) - obat narkotika dan psikotropik dalam lemari khusus dengan 2 pintu dan terkunci - disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). - Masing-masing BMHP memiliki kartu stok.

51 BMHP bahan baku disimpan dan disusun secara terpisah dalam gudang bahan baku berdasarkan jenisnya yaitu bahan baku padat, bahan baku cair dan bahan baku desinfektan. Bahan baku ini selanjutnya dapat dibawa ke bagian produksi sediaan farmasi untuk diproses, seperti pengemasan ulang ataupun pengenceran. Masing-masing item bahan baku memiliki kartu stock. Untuk penyimpanan alat kesehatan disusun berdasarkan jenis dan nomor/ukuran. Masing-masing item alat kesehatan mempunyai kartu stock. 4. Distribusi Perbekalan Farmasi Bagian distribusi perbekalan farmasi berfungsi menyalurkan perbekalan farmasi yang disimpan di gudang ke depo-depo farmasi, ruangan rawat inap dan poliklinik rawat jalan Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi adalah seorang apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi ini mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat dan melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi. Pelaksanaan pelayanan farmasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung meliputi pelayanan farmasi produk dan pelayanan farmasi klinik. Jangkauan Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

52 Tabel 1. Jangkauan Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung No Depo Farmasi Jangkauan Sistem Waktu Lokasi Depo Pelayanan Distribusi Pelayanan Farmasi 1. Ruang Penyakit Penyakit Dalam IP, FS 3 shift Ruang Penyakit Dalam Lantai 1 Lantai 1 Dalam Lantai 1 2. Ruang Penyakit Penyakit Dalam IP, FS 2 shift Ruang Penyakit Dalam Lantai 2 Lantai 2 Dalam Lantai 2 3. Ruang Penyakit Penyakit Dalam UDD, IP, 3 shift Ruang Penyakit Dalam Lantai 3 Lantai 3 FS Dalam Lantai 3 4. Ruang 11 Paνiliun anggrek UDD, IP, 3 shift Ruang 11 FS 5. Ruang Cempaka Ruang Cempaka, IP, FS 1 shift Ruang Cempaka Ruang Ruang 19 Ruang 19A, 19B, IP, FS 1 shift Ruang 19 A COT Unit Bedah Sentral IP, FS 3 shift COT 8. ODS Unit Bedah Sentral IP, FS 1 shift ODS 9. Ruang Bougenνil Ruang Bougenνil B UDD, IP, 3 shift Ruang BB (RBB) dan RBA FS 10. Ruang 2 Ruang 2 IP, FS 1 shift Raung Ruang Perawatan Ruang C2 Bedah IP, FS 1 shift Ruang C2 Bedah Umum dan Bedah Ortho, Ruang C3 NC, THT-BM 12. Ruang 17 Ruang 17, Ruang IP, FS 1 shift Ruang 17 Perina, Ruang Dahlia 13. Ruang AL 1 Ruang AL 1 IP, FS 1 shift Ruang AL Ruang AL 2 Ruang AL 2 IP, FS 1 shift Ruang AL Lay Kemoterapi Ruang Kemoterapi IP 1 shift Ruang kemoterapi 16. Depo Farmasi Pusat Unit Gawat Darurat IP 3 shift Gedung Baru 17. Counter Poli Poli Spesialis IP 1 shift Poli Spesialis Spesialis 18. EU 1 Unit Gawat Darurat IP, FS 3 shift UGD lantai EU 2 Unit Gawat Darurat IP, FS, 1 shift UGD lantai 2 UDD 20. SW Unit Gawat Darurat IP, FS 1 shift SW 21. ICU s GICU, NICU, IP, FS 3 shift ICU PICU, CICU 22. RIK lantai 1 RIK lantai 1 UDD, IP, 3 shift RIK lantai 1 FS 23. RIK lantai 2 RIK lantai 2 UDD, IP, 3 shift RIK lantai 2 FS 24. HCU RIK lantai 2 UDD, IP, 3 shift RIK lantai 2 FS 25. RIK lantai 3 RIK lantai 3 UDD, IP, 3 shift RIK lantai 3 FS 26. RIK lantai 4 RIK lantai 4 UDD, IP, 3 shift RIK lantai 4 FS

53 27. Ruang Flamboyan Ruang Flamboyan IP, FS 1 shift Ruang Flamboyan 28. Ruang Teratai Poliklinik Teratai IP 1 shift Poliklinik Teratai 29. PTRM PTRM IP 1 shift PTRM 30. Askeskin Rawat Askeskin Rawat IP 1 shift Rawat jalan Jalan Jalan 31. DPJ Diν. Layanan IP 1 shift DPJ Jantung 32. Bedah Urologi Bedah Urologi IP 1 shift Bedah Urologi Keterangan: RIK : Rawat Inap Khusus (Paνiliun Parahygan) IP : Indiνidual Prescription COT : Central Operating Theater FS : Floor Stock ODS : One Day Surgery UDD : Unit Dose Dispensing EU : Emergency Unit UGD : Unit Gawat Darurat SW : Supplement Wing ICU : Intensiνe Care Unit Depo Farmasi Ruang Perawatan Bedah (RC2/RC3) Depo Farmasi ini dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap ruang perawatan bedah dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di depo farmasi ini. Depo farmasi ini mempunyai waktu pelayanan 1 shift kerja. Jangkauan pelayanannya adalah pasien rawat inap perawatan bedah di ruang C2, C3 dan NCCU. Perbekalan farmasi didistribusikan dengan sistem Individual Prescription (IP) dan Floor Stock (FS).

54 Depo Farmasi Pusat (DFP) Depo Farmasi Pusat dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien di Unit Gawat Darurat dan poliklnik spesialis serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi ini. Waktu pelayanan di depo farmasi pusat ini adalah 24 jam dengan 3 shift kerja. Disribusi obat dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP) Depo Farmasi Ruang Bougenville Depo Farmasi Ruang Bougenville dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di ruang Bougenville dan melaksanakan pencatatan, pelaporan serta evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi ini. Waktu pelayanannya 24 jam dengan 3 shift kerja. Distribusi obat dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP), Floor Stock (FS) dan Unit Dose Dispensing (UDD). Sistim UDD hanya dilakukan untuk pasien kelas I yang berada di ruang Bougenville B (RBB). Jangkauan pelayanan depo farmasi Bougenvile adalah : 1. Ruang Bougenville A (RBA) untuk pasien kelas II 2. Ruang Bougenville B (RBB) untuk pasien kelas I

55 Selain itu depo farmasi ini di luar jam kerja juga melayani pasien rawat inap dari ruang inap R2, ruang inap perawatan bedah (R C2/C3), ruang inap R17, ruang inap R19, ruang dahlia dan ruang perinatologi, karena depo farmasi yang berada pada masing-masing daerah perawatan tersebut hanya memiliki 1 shift kerja Depo Farmasi COT/ODS Depo Farmasi COT/ODS dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien yang akan melakukan operasi di ruang COT/ODS dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanannya 24 jam dengan 3 shift kerja. Distribusi BMHP dilakukan dengan sistim individual prescription dan floor stock. Ruang COT (Central Operation Theater) merupakan ruang untuk bedah sentral yang butuh waktu lama (bedah kompleks) dan ODS (One Day Surgery) merupakan ruang untuk bedah pulang hari dimana pasien pulang pada hari yang sama setelah dilakukan operasi Depo Farmasi R AL1/AL2 Depo Farmasi R AL1/AL2 dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan

56 perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien anak di ruang rawat inap R AL1 dan R AL2 serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanannya 1 shift kerja (dari jam sampai 15.30). Distribusi obat dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP) dan Floor Stock (FS) Depo Farmasi ICU (Intensive Care Unit) Depo Farmasi Ruang ICU dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di ruang rawat inap ICU dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanannya 24 jam dengan 3 shift kerja. Distribusi obat dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP), Floor Stock (FS). Ruang ICU (Intensive Care Unit) merupakan ruang perawatan bagi pasien dengan kesakitan hebat yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya atau lukanya, suatu kondisi apabila ia tidak mampu melakukan kebutuhannya sendiri. Pasien dirawat dalam ruang perawatan intensif oleh staf medik dan perawat khusus. Ruang ICU di RSUP Dr.Hasan Sadikin terbagi menjadi 4 bagian yaitu : 1. Ruang Rawat Intensif Umum (General Intensif Care Unit/ GICU) 2. Ruang Rawat Intensif Jantung (Cardiac Intensif Care Unit/CICU)

57 3. Ruang Rawat Intensif Anak (Perina Intensif Care Unit /PICU) 4. Runag Rawat Intensif Bayi (Neonatal Intensif Care Unit/ NICU) Depo Farmasi Emergency Unit (EU 1/EU 2) Depo Farmasi Ruang EU1 dan EU2 dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di ruang EU 1 dan EU 2 serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanan di depo farmasi EU 1 yaitu 24 jam dengan 3 shift kerja sedangkan waktu pelayanan di depo farmasi EU 2 yaitu 2 shift kerja. Distribusi obat di depo farmasi EU 1 dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP) dan Floor Stock (FS). Distribusi obat di depo farmasi EU 2 dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP), Floor Stock (FS) dan Unit Dose Dispensing (UDD). Sistim UDD hanya dilakukan untuk pasien VIP dan kelas I yang berada di ruang EU Depo Farmasi Ruang 17 (R 17) Depo Farmasi Ruang 17 (R 17) dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di ruang 17, ruang dahlia dan ruang perinatologi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di

58 lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanannya 1 shift kerja. Distribusi obat dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP) dan Floor Stock (FS). Jangkauan pelayanan depo farmasi Ruang 17 adalah pasien rawat inap yang berada di ruang 17 (R 17), ruang Dahlia dan ruang Perinatologi Depo Farmasi Rawat Jalan Askeskin Depo Farmasi ini dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di rawat jalan askeskin dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanannya 1 shift kerja. Distribusi obat dilakukan dengan sistim Individual Prescription (IP) Depo Farmasi Ilmu Penyakit Dalam (IPD) Ilmu Penyakit Dalam mempunyai 3 ruangan rawat inap, yaitu : 1. Ruang Anyelir di lantai 1 merupakan ruang rawat inap untuk pasien kelas II 2. Ruang Melati di lantai 2 merupakan ruang rawat inap untuk pasien kelas III 3. Ruang Mawar di lantai 3 merupakan ruang rawat inap untuk pasien kelas I Tiap ruangan dilengkapi dengan satu depo farmasi. Depo farmasi Ruang Anyelir dan Melati dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di rawat inap di Ruang Melati dan Anyelir serta melaksanakan pencatatan, pelaporan

59 dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan depo farmasi ini. Waktu pelayanannya 24 jam dengan 3 shift kerja. Distribusi obat di depo farmasi Ruang Anyelir dilakukan dengan sistim Floor Stock (FS) dan Unit Dose Dispensing (UDD) sedangkan di depo farmasi Ruang Melati menggunakan sistim Individual Prescription (IP) dan Floor Stock (FS). Depo farmasi Ruang Mawar dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin, yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien di rawat inap di Ruang Mawar dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi ini. Waktu pelayanannya 24 jam dengan 3 shift kerja. Distribusi obat di depo farmasi Ruang Mawar dilakukan dengan sistim Floor Stock (FS),Unit Dose Dispensing (UDD) dan Individual Prescription (IP) Kepala Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin dan mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, mengembangkan pendidikan, pelatihan, penelitian dan menerapkan perkembangan tersebut dalam pelayanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin, melaksanakan SIMRS (Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit) dan

60 melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Koordinator Administrasi Tugas dan tanggung jawab Koordinator Administrasi adalah: 1. Bertanggung jawab atas penataan administrasi, pencatatan, pelaporan sampai dokumentasi dari semua kegiatan instalasi farmasi 2. Bertanggung jawab atas pengelolaan dokumen tertulis (surat, proposal dan lainlain) dari semua kegiatan instalasi farmasi 3. Bertanggung jawab atas kegiatan surat-menyurat, pengarsipan, dan tata usaha kepegawaian instalasi farmasi 4. Bertanggung jawab atas pemeliharaan peralatan dan sarana instalasi farmasi 5. Bertanggung jawab atas evaluasi dan pelaporan semua kegiatan administrasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) CSSD RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan salah satu Sub Instalasi dari Instalasi Bedah Sentral yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Instalasi Bedah Sentral. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) bertugas untuk membantu menyelenggarakan kebutuhan steril. Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Bagian Administrasi, Sub Koordinator Dekontaminasi, Sub Koordinator Produksi, Sub Koordinator Packing dan Sterilisasi, Sub Koordinator Pendistribusian/Supply Barang Steril, Sub Koordinator Kesehatan dan

61 Keselamatan Kerja dan Pemeliharaan Sarana. Setiap Sub Koordinator mempunyai staf yang dirotasi 24 jam. Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) bertugas dan bertanggung jawab dalam memimpin, memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinasikan semua aktivitas di setiap ruangan di pelayanan sterilisasi; menjamin kualitas barang hasil sterilisasi; mengadakan rapat rutin setiap bulan dan melakukan penilaian terhadap kinerja seluruh petugas di pelayanan sterilisasi. Tanggungjawab pelayanan sterilisasi bervariasi tergantung dari besar kecilnya rumah sakit. Tujuan pelayanan sterilisasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin adalah sebagai berikut: 1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi. 2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi infeksi nosokomial. 3. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan Pelayanan Sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk Pelayanan Medik di Rumah Sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.

62 Tata Usaha/administrasi bertugas membantu Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan/administrasi di Sub Instalasi CSSD. Kepala Instalasi Bedah Sentral Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) Administrasi Sub. Koordinasi Dekontamina i Sub. Koordinasi Produksi Sub. Koordinasi Packing dan Sterilisasi Sub. Koordinasi Distribusi Sub. Koordinasi Keselamatan Kerja Karyawan Gambar 3. Struktur Organisasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Kepala Sub Koordinator Dekontaminasi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin dan mempunyai tugas membantu Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam hal memimpin, mengkoordinasikan, membina, memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinasikan semua aktivitas di ruangan dekontaminasi.

63 Kepala Sub Koordinator Produksi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin dan mempunyai tugas membantu Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam hal memimpin, memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinasikan semua aktivitas produksi kasa rumah sakit. Kepala Sub Koordinator Packing dan Sterilisasi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin dan mempunyai tugas membantu Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam hal memimpin, memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinasikan semua aktivitas pengemasan dan sterilisasi. Kepala Sub Koordinator Distribusi bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin dan mempunyai tugas membantu Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam hal memimpin, memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinasikan semua aktivitas distribusi instrument yang telah disterilisasi ke kamar operasi dan unit lain di luar kamar operasi seperti poliklinik dan di ruang perawatan. Kepala Sub Koordinator Keselamatan Kerja Karyawan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) Rumah Sakit Umum Pusat Dr.Hasan Sadikin dan mempunyai tugas membantu Kepala Sub Instalasi Sterilisasi (CSSD) dalam hal memimpin, memonitor, mengevaluasi dan mengkoordinasikan semua aktivitas yang berhubungan dengan keselamatan kerja karyawan.

64 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin adalah rumah sakit umum kelas A dan terbesar di Jawa Barat. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin merupakan pusat rujukan pelayanan kesehatan di Jawa Barat dan menjadi pusat unggulan nasional dalam Pelayanan Kedokteran Nuklir. Sejak Juli 2007 pelayanan kesehatan untuk pasien yang berasal dari keluarga miskin (Gakin) di RSUP Dr. Hasan Sadikin ditanggung oleh pemerintah yang langsung dikelola oleh rumah sakit. Perubahan ini terjadi dari pelayanan Askeskin yang dikelola oleh PT Askes menjadi pelayanan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Pelayanan obat yang diberikan untuk pasien yang berasal dari keluarga miskin (Jamkesmas) tidak lagi mengacu kepada DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) tetapi mengacu kepada formularium yang dikeluarkan oleh Menkes sesuai dengan SK Menkes nomor 417/Menkes/SK/IV/2007 tanggal 1 Juli 2007 dan pengadaannya dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pada tanggal 23 Agustus 2007, formularium ini dilengkapi lagi dengan berbagai obat yang belum terdapat pada formularium sebelumnya. Formularium ini lebih dikenal dengan nama Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (Manlak) yaitu berisi obat-obat yang telah diresepkan oleh dokter kepada pasien dan farmasi hanya melayani obat-obat yang terdapat pada formularium tersebut.

65 Pelayanan kesehatan untuk pasien Askes ditanggung oleh PT Askes cabang Bandung. Pelayanan obat yang diberikan untuk pasien Askes mengacu kepada DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) yang diterbitkan oleh PT Askes. Setiap tahun DPHO disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Dalam rangka pengadaan obat untuk pasien Askes rawat jalan dan rawat inap, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung mengadakan ikatan kerja sama dengan suatu apotek pelengkap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Apotek pelengkap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ini juga merupakan sumber pengadaan BMHP bagi pasien berstatus umum dan kontraktor. Pemilihan dan pengadaan obat untuk pasien Askes tidak dilaksanakan oleh rumah sakit, hanya untuk BMHP (Barang Medis Habis Pakai) tertentu saja yang dilaksanakan oleh rumah sakit, seperti BMHP pada Manlak, floor stock dan BMHP sumbangan pemerintah. 4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sub Instalasi Perbekalan Farmasi Sub Instalasi Perbekalan Farmasi melaksanakan tugasnya mulai dari perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Berdasarkan hasil pengamatan, Sub Instalasi Perbekalan Farmasi bagian perencanaan melakukan perencanaan dan pembuatan usulan Barang Medis Habis Pakai (BMHP) berdasar pada pola konsumtif, pola epidemiologi dan standar/pedoman rumah sakit. Pola konsumtif didasarkan pada hasil analisa data konsumsi obat sebelumnya (jenis BMHP, jumlah pemakaian BMHP dan jumlah perkiraan stock BMHP). Pola epidemiologi didasarkan pada pola penyakit, jenis

66 penyakit dan jumlah penyakit dari data setahun yang lalu. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi. Standar rumah sakit didasarkan pada pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah sakit dan formularium askeskin. Perencanaan BMHP dilakukan setiap periode: tahunan, triwulan atau bila ada kebutuhan mendesak. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, pengelolaan perbekalan farmasi dimulai dengan pemilihan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan di rumah sakit. Dalam hal ini pelaksananya adalah Instalasi Farmasi. Jadi seharusnya perencanaan didasarkan pada pemilihan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi, sehingga sampai pada proses pengadaan dapat tetap sesuai dengan pemilihan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi. Dengan ini dapat tetap dikontrol mutu dari perbekalan yang digunakan. Hal ini erat kaitannya dengan upaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional, dimana profesi farmasis dapat berperan serta dalam hal mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu (high quality), merata, dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Setiap perbekalan farmasi yang diterima RSUP Dr. Hasan Sadikin baik dari pengadaan maupun dari pengiriman Barang Medis Habis Pakai (BMHP) program pemerintah dan sumbangan diterima oleh Panitia Penerima Barang yang selanjutnya diserahterimakan kepada Bendahara Barang Medis di gudang farmasi. Kemudian diperiksa keadaan perbekalan farmasi yang meliputi fisik, jumlah, dan tanggal kadaluwarsanya. Bila memenuhi syarat, perbekalan farmasi diserahkan ke

67 Instalasi Farmasi melalui Sub Instalasi Perbekalan Farmasi. Kemudian dibuat berita acara, petugas perbekalan farmasi menerima dan mencatat pada buku penerimaan perbekalan farmasi. Sistem pelayanan perbekalan farmasi RSHS memiliki acuan tertentu. Berdasarkan hasil pengamatan, acuan pelayanan perbekalan farmasi tersebut berdasarkan status pasien, yakni: - Pemakaian obat untuk pasien umum mengacu pada Formularium RSHS - Pemakaian obat untuk pasien Askes Sosial dan Askes PNS mengacu pada DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) - Pemakaian obat untuk pasien Askeskin mengacu pada Formularium Jamkesmas (Manlak) Sub Instalasi Pelayanan Farmasi Berdasarkan hasil pengamatan, Sub Instalasi Pelayanan Farmasi mencakup 32 depo farmasi di unit-unit pelayanan yang berada di daerah rawat inap dan rawat jalan dengan 21 orang apoteker. Apoteker depo tidak hanya bertanggungjawab terhadap satu depo farmasi. Masing-masing apoteker depo bertanggungjawab kepada Kepala Sub Instalasi Pelayanan Farmasi. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung melaksanakan pelayanan kefarmasiannya dengan menggunakan metode IFRS desentralisasi. Pelaksanaan IFRS desentralisasi dilakukan dengan adanya depo-depo farmasi di tiap daerah/lokasi perawatan pasien. Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggungjawab untuk keamanan dan keefektifan penggunaan obat dan sediaan obat dalam rumah sakit. IFRS

68 melakukan fungsi yang berkaitan dengan distribusi obat dan informasi obat untuk mencapai tujuan itu. Dengan meningkatnya besar dan luas rumah sakit serta jumlah tempat tidur maka terjadi kecenderungan bahwa IFRS semakin jauh dari daerah perawatan pasien rawat inap. Oleh karena itu, pengadaan IFRS desentralisasi merupakan suatu metode yang efektif untuk membawa pelayanan farmasi lebih dekat pada pasien dan staf professional. Suatu IFRS desentralisasi adalah IFRS cabang yang berlokasi di daerah perawatan pasien di suatu rumah sakit, tempat personel IFRS bekerja memberikan pelayanan klinik dan pelayanan non klinik yang lebih dekat pada pasien dan staf professional. Berdasarkan pengamatan, pelayanan kefarmasian IFRS RSHS sudah berjalan baik dan mengarah pada orientasi pasien. Pelayanan kefarmasian IFRS RSHS meliputi pelayanan farmasi produk dan pelayanan farmasi klinis. Dalam hal ini, IFRS RSHS melakukan pelayanan farmasi produk dan farmasi klinis melalui depo-depo farmasi di RSHS bagi pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Hal ini dilakukan untuk membawa pelayanan farmasi lebih dekat pada pasien dan staf professional. Adapun pelayanan di depo-depo farmasi tersebut berupa penyiapan BMHP (Barang Medis Habis Pakai) yang diperlukan oleh pasien berdasarkan resep/order yang diberikan dokter yang bersangkutan melalui depo-depo farmasi, pemantauan terapi obat pasien di ruang perawatan, konseling obat (pada pasien/keluarga pasien rawat jalan, pasien/keluarga pasien rawat inap, pasien/keluarga pasien baru, dan pada pasien/keluarga pasien yang akan pulang), pelayanan informasi obat kepada dokter, perawat, pasien/keluarga pasien, visite

69 ke ruang perawatan pasien bersama dokter atau tanpa dokter dan melayani kebutuhan pasien selama pengobatan di rumah sakit. Depo farmasi merupakan perpanjangan tangan dari instalasi farmasi rumah sakit yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi ke pasien yang ada di daerah perawatan sehingga menempatkan apoteker dan obat dekat dengan pengguna akhir (pasien) dan memberi kemudahan dalam penyediaan obat dan informasi obat. Setiap depo farmasi di RSHS ditanggungjawabi oleh seorang apoteker. Berdasarkan hasil pengamatan, sistem distribusi perbelakan farmasi yang digunakan di depo farmasi ada 3 sistem yaitu Sistem UDD (Unit Dose Dispensing), Sistem Individual Prescription (Resep Individual) dan Sistem Floor Stock (Persediaan Lengkap di Ruangan). Sistem distribusi obat Unit Dose Dispensing (UDD) diterapkan hanya untuk pasien rawat inap kelas 1 dan VIP. Depo farmasi yang melaksanakan sistim distribusi Unit Dose Dispensing (UDD), Individual Prescription dan Floor stock adalah depo farmasi Bougenville, depo farmasi EU-2, depo farmasi ruang Anyelir (IPD lantai1), depo farmasi ruang Mawar (IPD lantai 3), depo farmasi di paviliun Anggrek, dan depo farmasi di paviliun Parahyangan (RIK). Untuk depo farmasi lainnya menggunakan sistim distribusi Individual Prescription dan Floor stock. Untuk pasien Gakin (kelas III) menggunakan sistim distribusi Individual Prescription. Keuntungan sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) adalah meningkatkan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat; mengurangi

70 kesalahan pemberian obat; obat-obat yang menunjukkan reaksi obat merugikan (ROM) maka pemberian obat dapat langsung dihentikan dan diganti dengan obat lain yang sesuai; mencegah terjadinya pemborosan obat oleh pasien. IFRS di RSHS melalui depo-depo farmasinya melakukan pengkajian resep pasien rawat jalan dan pasien rawat inap dalam pelayanan kefarmasiannya. a.pengkajian resep pasien rawat jalan Setiap menerima resep rawat jalan dilakukan pengkajian terhadap: - kelengkapan dan kejelasan resep yang meliputi kelengkapan data pasien, data dokter penulis resep, tanggal penulisan, asal klinik, nomor rekam medik, diagnosa, nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, jumlah, dosis, cara pakai, lama pemakaian dan informasi tambahan lainnya. - kesesuaian obat yang diminta dengan standar atau formularium berdasarkan status pasien - terjadinya duplikasi obat atau interaksi obat - ketersediaan BMHP yang diresepkan - keterjangkauan atau kemampuan pasien membeli obat (farmakoekonomi) b.pengkajian resep pasien rawat inap Setiap menerima order/permintaan obat yang dituliskan dalam Kartu Obat Pasien (KOP), dilakukan pengkajian terhadap: - kelengkapan dan kejelasan KOP yang meliputi kelengkapan data pasien, data dokter penulis resep, tanggal penulisan,asal klinik,nomor rekam medik, diagnosa, nama obat, kekuatan, bentuk sediaan, jumlah, dosis, cara pakai, lama pemakaian dan informasi tambahan lainnya.

71 - kesesuaian obat yang diminta dengan standar atau formularium berdasarkan status pasien - terjadinya duplikasi obat atau interaksi obat - ketersediaan BMHP yang diresepkan - keterjangkauan atau kemampuan pasien membeli obat (farmakoekonomi) - kesesuaian dengan obat yang telah dikonsumsi sebelumnya Pengadaan Barang Medis Habis Pakai (BMHP) di depo farmasi dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Defekta Defekta adalah pengadaan BMHP depo farmasi yang terencana dan diperoleh dari gudang. Ada 2 sumber pengadaan BMHP secara defekta, yaitu : Gudang Farmasi (IFRS): menyediakan BMHP pasien Jamkesmas. Gudang Apotik Koperasi (Apotik Pelengkap RSHS): menyediakan BMHP pasien Askes dan umum. Pengadaan BMHP secara defekta umumnya dilakukan satu kali dalam seminggu dengan menggunakan Bon Permintaan BMHP yang ditandatangani apoteker atau asisten apoteker yang bertanggungjawab. 2. Non Defekta Non Defekta adalah pengadaan BMHP depo farmasi apabila BMHP yang diminta diresep tidak ada tersedia di depo farmasi yang bersangkutan dan dibutuhkan segera, sehingga pengadaannya diperoleh dari depo farmasi terdekat lainnya (antar depo) terlebih dahulu. Apabila BMHP tersebut tidak tersedia di depo farmasi lainnya maka dapat diminta ke gudang IFRS atau gudang apotik

72 koperasi RSHS dengan menggunakan Bon Permintaan Non Defekta yang ditandatangani apoteker atau asisten apoteker yang bertanggungjawab Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan Berdasarkan hasil pengamatan, Sub Instalasi Sumber Daya Manusia dan Pengembangan telah melakukan beberapa kegiatan dalam mengembangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian serta menerapkan perkembangan tersebut dalam pelayanan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut seperti melakukan bimbingan praktek kerja lapangan, menjadi narasumber dalam seminar/pelatihan, melakukan pelatihan untuk apoteker, asisten apoteker, mengikuti seminar, bekerjasama dengan institusi perguruan tinggi untuk bimbingan tesis dan skripsi di bidang farmasi, dan melakukan penelitian yang berhubungan dengan pelayanan farmasi atau yang berkaitan dengan penggunaan obat. 4.3 Central Sterilized Supply Department (CSSD) Berdasarkan pengamatan, CSSD di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung telah melaksanakan kegiatannya dengan baik sebagai upaya pengendalian infeksi. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan CSSD meliputi dekontaminasi, packing, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian. Kegiatan dekontaminasi dilakukan di ruang dekontaminasi, meliputi proses pembersihan, pencucian dan desinfeksi alat/barang. Semua proses di ruangan dekontaminasi ini, dilakukan baik secara manual maupun dengan mesin Washer Desinfector. Kegiatan packing dilakukan di ruangan packing dan kontrol instrumen, meliputi penyortiran dan pengemasan alat/barang yang akan disterilkan. Setiap alat/barang yang telah

73 dikemas dan yang akan disterilkan, selanjutnya diberikan label nama dan tanggal sterilisasi serta indikator kimia. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan mesin Sterilisator Steam dengan suhu C. Selain itu juga digunakan mesin Formaldehide Steam untuk sterilisasi alat/barang yang tidak tahan panas yaitu alat/barang yang hanya tahan sampai suhu 65 0 C. Selanjutnya dilakukan pencatatan terhadap alat/barang yang diambil dari sterilisator untuk disimpan dan didistribusikan. Ruangan penyimpanan steril dilengkapi dengan pengatur kelembaban udara, Hepafilter dan lampu UV. Jangkauan pelayanan CSSD di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung ini meliputi kamar operasi dan poli/ruangan. Alat/barang steril untuk kebutuhan kamar operasi, selanjutnya diletakkan pada rak penyimpanan, sedangkan alat/barang steril untuk poli/ruangan langsung dipindahkan ke ruang pendistribusian melalui pass box dan ditata di trolley khusus. Pendistribusian alat/barang steril untuk kebutuhan kamar operasi dilakukan penyiapan setiap hari dan sesuai dengan jadwal yang diterima dari sekretariat bedah sentral. CSSD di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung berdasarkan pengamatan juga memproduksi kasa yang khusus untuk melayani kamar operasi dan juga melayani poli/ruangan yang membutuhkan kasa. Pengolahan kasa dilakukan di ruangan khusus yaitu ruangan linen.

74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pelayanan obat-obatan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung untuk pasien Jamkesmas menuju sistem satu pintu karena kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dan alat kesehatan sudah dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, tetapi pelayanan obat-obatan untuk pasien ASKES, Umum dan Kontraktor masih melalui ikatan kerja sama dengan pihak koperasi rumah sakit. 2. Kegiatan farmasi klinis belum dilaksanakan sepenuhnya seperti pencampuran obat suntik secara aseptis, penanganan obat sitostatika, penyiapan nutrisi parenteral dan penentuan kadar obat dalam darah, karena sarana dan prasarana belum memadai serta tenaga terlatih yang masih sedikit. 3. Sistim distribusi dosis unit telah dilaksanakan di seluruh ruang perawatan kelas 1 dan VIP yang berada di ruang perawatan pasien Paviliun Parahyangan, Paviliun Anggrek, Ruang Anyelir dan Ruang Mawar. 4. Instalasi CSSD telah melaksanakan kegiatan sterilisasi untuk kebutuhan seluruh unit yang membutuhkan di RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.

75 5.2. Saran 1. Pelayanan farmasi klinis sebaiknya lebih diperhatikan dan ditingkatkan lagi terhadap pasien melalui : a. Meningkatkan kompetensi seluruh Apoteker dalam pelayanan farmasi klinis melalui pendidikan, pelatihan atau seminar khusus farmasi klinis. b. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melakukan seluruh kegiatan pelayanan farmasi klinis. 2. Sebaiknya pengelolaan dan penggunaan obat dan alat kesehatan dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, sehingga pelayanan obat melalui sistem satu pintu dapat terwujud.

76 DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Depkes RI, Keputusan Menkes RI No. 983/MENKES/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum. Depkes RI, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit. Tahun Bagian Humas RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. Our Profile RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung.Tahun Siregar, J.P.C., (2004). Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Terapan. Jakarta: EGC Surat Keputusan Menkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung No. 2383/D1.8-32/KP.01.01/VIII/2007 tentang Pemberlakuan Kebijakan Pelayanan Farmasi di Instalasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung. Surat Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung No. 298/D1.8-32/KP /VII/2006 tentang Organisasi Komite Medik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tertanggal 26 Juli Usman, Dr. Pedoman Pelayanan Sterilisasi (CSSD). RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Juni diakses November 2008.

77 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RSUP. Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG STUDI KASUS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Disusun Oleh: Juliyanti Siahaan, S. Farm ( ) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

78 KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan penyusunan laporan ini. Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Praktek Kerja Profesi ini selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada: 12. Ibu Prof. DR. Dr. Cissy Rachiana Sudjana Prawira, Sp.A(K), M.Sc., selaku Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 13. Bapak Dr. H. M. Rizal Chaidir, Sp.OT(K), M.Kes (MMR), FICS, selaku Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 14. Bapak Dr. Nanang W. Astarto, Sp.OG(K), MARS, selaku Direktur SDM dan Pendidikan RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. 15. Ibu Dr. Noormartany, Sp.PK, M.Si, selaku Direktur Umum dan Operasional RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. 16. Bapak Drs. Chamdani Tauchid, MM, M. Kes, MBA, selaku Direktur Keuangan RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung. 17. Bapak Drs.Ardja Saputra, Ak., MM., selaku petugas Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.

79 18. Ibu Dra. Pudjiastuti Kartidjo M.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP.Dr. Hasan Sadikin Bandung 19. Ibu Dra. Siti Susiani, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP.Dr.Hasan Sadikin Bandung. 20. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 21. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 22. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker dan Staf Instalasi Farmasi yang telah banyak membantu penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya demi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Farmasi Medan, Desember 2008 Penulis

80 DAFTAR ISI JUDUL... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN... i ii iv vi vii viii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik Etiologi Epidemiologi Patofisiologi Diagnosa Tinjauan Pengobatan Tinjauan Obat BAB III PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN 3.1 Studi Kasus Identitas Pasien... 21

81 3.1.2 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Pemeriksaan yang dilakukan Riwayat Penggunaan Obat Terdahulu Diagnosa penyakit BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 42

82 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Inflamasi paru pada penderita PPOK... 4 Gambar 2 Sistem Pernafasan... 4 Gambar 3 Struktur Cefotaxime Gambar 4 Rantai dinding sel Gambar 5 Struktur Deksametason... 16

83 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 20 November Tabel 2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada tanggal 22 November Tabel 3. Terapi PPOK pada hari pertama Tabel 4. Terapi PPOK pada hari kedua Tabel 5 Terapi PPOK pada hari ketiga Tabel 6. Terapi PPOK pada hari keempat Tabel 7. Terapi PPOK pada hari kelima.dan keenam Tabel 8 Terapi PPOK pada hari ketujuh Tabel 9. Terapi PPOK pada hari kedelapan Tabel 10. Terapi PPOK rawat jalan... 39

84 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengobatan eksaserbasi PPOK dengan antibiotika...44 (GOLD 2006) Lampiran 2. Tabel Hasil Diagnosa Dan Terapi Pasien (19 November s/d 27 November 2008) 45 Lampiran 3. Tinjauan Umum Tentang Obat 47 Lampiran 4 Tabel Farmakokinetik Obat.51 Lampiran 5. Lembar PPOSR 55

85 RINGKASAN Pelaksanaan studi kasus di Rawat Inap Terpadu (Ruang Melati) dilaksanakan dengan mengikuti kegiatan visite terhadap pasien sebagai pendekatan peranan farmasi klinis. Studi kasus ini merupakan bagian dari Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker di rumah sakit. Studi Kasus secara umum dilaksanakan pada tanggal 17 November November Studi kasus ini dilaksanakan di Rawat Inap Terpadu (Ruang Melati) dengan melakukan visite pada pasien yang menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Pasien adalah pasien dengan status Jamkesmas. Visite dilaksanakan setiap hari, pada pagi hari. Kegiatan visite meliputi pelayanan informasi obat dan konseling terhadap pasien, monitoring efek samping obat (MESO), dan pemantauan dan pengkajian penggunaan obat. Dengan pelaksanaan studi kasus ini diharapkan agar para calon Apoteker memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai studi kasus secara klinis yang terjadi di rumah sakit

86 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari produk obat kepada pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Kegiatan pelayanan kefarmasian ini yang semula berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan begitu, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain pemberian informasi obat, pemantauan penggunaan obat dan monitoring efek samping obat. Peranan farmasi atau apoteker sangat diperlukan untuk pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Apoteker diharapkan tidak hanya dalam perbekalan saja, tetapi juga menjamin ketersediaan obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, nyaman bagi pengguna dan harga yang wajar serta pada penyerahannya disertai informasi yang cukup memadai dan diikuti pemantauan penggunaan obat dan evaluasinya. Seluruh profesi kesehatan saling berkaitan dalam mewujudkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga semua profesi merupakan satu kemitraan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, kerjasama seluruh profesi kesehatan sangat mendukung tercapainya mutu pelayanan kesehatan.

87 1.2 Tujuan Latihan kerja profesi di rumah sakit merupakan salah satu program dalam pendidikan profesi Apoteker yang bertujuan untuk mengetahui dan melihat secara langsung peranan dan tugas farmasi atau apoteker di rumah sakit, sehingga kelak mampu melaksanakan tugas dan fungsi sebagai Apoteker yang profesional sesuai dengan kode etik serta undang-undang yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

88 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh partikel atau gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya (Dipiro, 2005). Proses inflamasi paru ini menyebabkan terjadinya kombinasi penyakit saluran napas kecil (small airway disease), bronchitis kronis dan destruksi parenkim (emfisema). Bronchitis kronis adalah suatu definisi klinis yaitu ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurangkurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun dan paling sedikit selama 2 tahun. Emfisema adalah suatu perubahan anatomi paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara disertai kerusakan diding alveolus. Obstruksi saluran napas ini memberikan gejala-gejala asma seperti batuk, mengi, dan sesak napas. Penyempitan saluran napas dapat terjadi secara bertahap, perlahan-lahan dan bahkan menetap dengan pengobatan tetapi dapat pula terjadi mendadak sehingga menimbulkan kesulitan bernapas yang akut. Derajat obstruksi

89 ditentukan oleh diameter lumen saluran napas, edema dinding bronkus, produksi mukus, kontraksi dan hipertropi otot polos bronkus. (Sundaru, 2003). Inflamasi paru pada penderita PPOK dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini: Gambar 1. Inflamasi paru pada penderita PPOK Gambar 2.Sistem Pernafasan Keterangan: A. menunjukkan lokasi dari susunan respirasi dalam tubuh. B. menunjukkan suatu kerusakan yang membesar dari aliran udara, alveoli, dan pembuluh kapiler

90 C. menunjukkan lokasi dari pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan alveoli. 2.2 Etiologi Menghisap rokok merupakan faktor resiko yang dapat menyebabkan perkembangan PPOK; bagaimanapun juga, penyakit ini dapat dihubungkan pada kombinasi faktor resiko yang dihasilkan dari luka paru dan kerusakan jaringan. Faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan PPOK dapat dibagi menjadi faktor host (tuan rumah) dan faktor lingkungan dan secara umum, interaksi antara faktor ini menuju pada tanda dari penyakit ini. Faktor host, seperti predisposisi genetik, mungkin tidak dapat dimodifikasi tapi penting untuk mengidentifikasi pasien pada resiko tinggi dari perkembangan penyakit ini. Faktor lingkungan, seperti menghisap tembakau dan bahaya debu dan zat kimia, adalah faktor yang dapat dimodifikasi, yaitu jika dihindari, mungkin mengurangi resiko perkembangan penyakit ini. Tekanan lingkungan yang berhubungan dengan PPOK adalah partikel yang dihirup oleh individual dan menghasilkan inflamasi dan luka sel. Keterbukaan pada toksin lingkungan yang bermacam-macam meningkatkan resiko PPOK. Dalam kasus seperti ini, sangat membantu jika mengkaji beban total individu dari partikel yang terhirup. Sebagai contoh, individu yang merokok dan bekerja pada pabrik tekstil memiliki beban total lebih tinggi dari partikel yang dihirup daripada individu yang merokok dan tidak memiliki resiko tekanan lingkungan (Dipiro, 2005).

91 2.3 Epidemiologi Prevalensi dan mortalitas akibat PPOK terus mengalami peningkatan, bahkan di negara maju sekalipun.organisasi Kesehatan Dunia memprediksi, pada 2020 angka kejadian PPOK akan meningkat dari posisi 12 sebagai penyakit terbanyak di dunia menjadi peringkat 5, dan dari posisi 6 sebagai penyebab kematian terbanyak menjadi posisi 3. Alasan peningkatan dramatis ini adalah adanya penurunan penyakit kardiovaskuler di negara-negara industri dan penyakit infeksi di negara berkembang, bersamaan dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi lingkungan di negara-negara berkembang. Survey kesehatan rumah tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1995 menyimpulkan, PPOK dan asma menduduki peringkat ke 5 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Prof. Faisal Yunus tahun 1997 melakukan penelitian di Bagian Pulmonologi RS Persahabatan dan menemukan, PPOK menduduki peringkat ke-5 dari jumlah pasien yang dirawat. Diprediksi angka ini akan terus meningkat, karena paparan secara terus menerus terhadap faktor risiko PPOK, seperti merokok dan polusi serta semakin meningkatnya jumlah orang berusia lanjut, yang disebabkan semakin meningkatnya usia harapan hidup orang di Indonesia (Ethical Digest, 2007). Data dari Survey Nasional kesehatan di tahun 2001 mengindikasikan bahwa 12,1 milyar orang diatas 25 tahun di Amerika Serikat menderita PPOK. PPOK menempati peringkat k-4 penyebab kematian di Amerika Serikat setelah kanker, jantung, dan penyakit stroke. Di tahun 2000, lebih dari orang meninggal di Amerika Serikat dan 2,74 milyar orang meninggal di seluruh dunia

92 akibat PPOK. Pada umumnya, tingkat kematian lebih tinggi terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Tingkat kematian lebih tinggi pada orang berkulit putih dibandingkan orang kulit hitam. Merokok merupakan penyebab utama dari (Ethical Digest, 2007). 2.4 Patofisiologi PPOK ditandai dengan perubahan inflamasi kronik yang menuju pada perubahan yang merusak dan perkembangan dari keterbatasan aliran udara kronik. Pada bronchitis kronik maupuun emfisema terjadi penyempitan saluran nafas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada bronchitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit. Penyempitan saluran nafas disebabkan oleh karena sekresi mukus yang mengental. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru. Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang,sehingga saluran-saluran pernafasan bagian bawah paru akan tertutup. Pada penderita bronchitis kronik dan emfisema, saluran-saluran pernafasan tersebut akan lebih cepat dan lebih banyak tertutup. Akibat cepatnya saluran pernafasan tertutup serta dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi tidak seimbang Diagnosa Gejala dan tanda PPOK, di antaranya adalah: sesak napas, batuk kronik, produksi sputum, dengan riwayat pajanan gas/partikel berbahaya, disertai dengan pemeriksaan faal paru. Indikator diagnosis PPOK adalah penderita di atas usia 40

93 tahun, dengan sesak napas yang progresif (memburuk) dengan aktivitas, batuk kronik, produksi sputum kronik, riwayat pajanan rokok, asap atau gas berbahaya di dalam lingkungan kerja atau rumah. Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2006, PPOK dibagi atas 4 derajat: 1. PPOK Ringan: biasanya tanpa gejala, faal paru FEV1/FVC < 70% Dicirikan dengan keterbatasan aliran udara (FEV1/FVC <0,70; diperkirakan FEV1 80%). FEV1 (Forced Expiratory Volume pada detik pertama) merupakan suatu cara penilaian fungsi pulmonari berdasarkan volume udara yang dipaksa keluar pada satu detik setelah mengambil nafas panjang. Gejala-gejala berupa batuk kronis dan produksi sputum dapat terjadi, tapi tidak selalu. Pada stadium ini, individu bersangkutan biasanya tidak menyadari abnormalitas fungsi paru-parunya. 2. PPOK Sedang: FEV 1/FVC < 70%, atau 50% FEV 1 < 80% prediksi Dicirikan dengan memburuknya keterbatasan aliran nafas ( diperkirakan FEV1/FVC< 0,70; 50% FEV1< 80%). Ditandai dengan sesak nafas dan batuk, serta produksi sputum kadang-kadang dapat terjadi. Pada stadium ini, pasien biasanya mencari bantuan medis karena gejala-gejala pernafasan kronis atau terjadi eksaserbasi. 3. PPOK Berat: FEV 1/FVC < 70%, atau 30% FEV 1<50% prediksi Dicirikan dengan dengan semakin buruknya pembatasan aliran udara

94 (diperkirakan FEV1/FVC < 0,70 ; 30 % FEV1 < 50 %), sesak nafas hebat, menurunnya kapasitas kemampuan olah raga, kelelahan dan eksaserbasi berulang, yang berdampak pada kualitas hidup pasien. 4. PPOK Sangat Parah: FEV 1/FVC < 70% atau FEV1 <30% atau FEV 1<50% disertai gagal napas kronik. Dicirikan dengan keterbatasan aliran nafas Gagal pernafasan didefenisikan sebagai tekanan arterial parsial O 2 (PaO 2 ) kurang dari 8,0 kpa (60 mmhg), dengan atau tanpa tekanan parsial CO 2 (PaCO 2 ) lebih besar dari 6,7 kpa ( 50 mmhg) saat bernafas pada ketinggian permukaan laut. Gagal pernafasan dapat berdampak pada jantung seperti cor pulmonale (gagal jantung bagian kanan). Tanda-tanda cor pulmonale termasuk peningkatan tekanan vena jugular Tinjauan Pengobatan Tujuan Penatalaksanaan PPOK meliputi: 1. Mencegah progresivitas penyakit, 2. Mengurangi gejala 3. Meningkatkan toleransi latihan 4. Mencegah dan mengobati komplikasi 5. Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang 6. Mencegah atau meminimalkan efek samping obat 7. Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru 8. Meningkatkan kualitas hidup penderita 9. Menurunkan angka kematian

95 Penatalaksanaan PPOK meliputi 4 program tatalaksana: 1. Evaluasi dan monitor penyakit 2. Menurunkan faktor risiko 3. Tatalaksana PPOK stabil 4. Tatalaksana PPOK eksaserbasi Penatalaksanaan menurut derajat PPOK di antaranya adalah: 1. Berhenti merokok atau mencegah pajanan gas/partikel berbahaya 2. Menghindari faktor pencetus 3. Vaksinasi Influenza 4. Rehabilitasi paru 5. Pengobatan/medikamentosa di antaranya penggunaan bronkodilator kerja singkat (antikolinergik kerja singkat), penggunaan bronkodilator kerja lama (antikolinergik kerja lama), dan obat simptomatik. Pemberian kortikosteroid dapat digunakan berdasarkan derajat PPOK. 6. Pada PPOK derajat sangat berat diberikan terapi oksigen. 7.Reduksi volume paru secara pembedahan (LVRS) atau endoskopi (transbronkial) (BLVR). Terapi farmakologis digunakan untuk mencegah dan mengendalikan gejala, mengurangi kekerapan dan keparahan eksaserbasi, meningkatkan kesehatan dan toleransi olah raga. Tidak ada dari obat yang ada saat ini untuk PPOK, yang mampu memodifikasi penurunan jangka panjang fungsi paru yang merupakan tanda penyakit ini. Namun, hal ini tidak mengurangi usaha menggunakan pengobatan untuk mengendalikan gejala. PPOK biasanya bersifat

96 progresif, oleh karena itu pengobatan farmakologis untuk PPOK direkomendasi berdasarkan GOLD 2006, sebagai berikut : Pengobatan cenderung kumulatif dan membutuhkan lebih banyak obat, ketika kondisi penyakit memburuk. Pengobatan reguler harus dipertahankan dalam jangka waktu lama, kecuali efek samping terjadi atau penyakit memburuk. Individu yang memiliki respon yang berbeda terhadap pengobatan dan terhadap efek samping, dilaporkan selama terapi. Di bawah ini pengobatan yang diberikan untuk kasus penderita PPOK: 1. Bronkodilator Obat ini meningkatkan FEV1 biasanya dengan mengubah tonus otot halus saluran nafas. Obat-obat ini memperbaiki pengosongan paru-paru, cenderung untuk mengurangi hiperinflasi dinamis saat istirahat dan saat olahraga. Penggunaan bronkodilator secara reguler, tidak memodifkasi penurunan fungsi atau prognosis penyakit. Terapi bronkodilator adalah inti manajemen simptomatik PPOK. Obat ini diberikan bila diperlukan untuk melegakan gejala atau pemburukkan gejala, atau secara rutin untuk mencegah dan mengurangi gejala. Efek samping bronkodilator begantung pada dosis pemberian dan jarang terjadi atau hilang segera saat pengobatan dihentikan. Kebutuhan bronkodilator tergantung beratnya penyakit penderita. Pengobatan reguler bronkodilator aksi panjang lebih efektif dan nyaman dibandingkan pengobatan dengan bronkodilator

97 aksi pendek. Pengobatan dengan obat antikolinergik hirup aksi panjang, mengurangi frekuensi eksaserbasi dan meningkatkan rehabilitasi pulmonari. a. Antikolinergik Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistim adrenergik dan sistim kolinergik. Bila karena sesuatu sebab reseptor β 2 dari sistim adrenergik terhambat, maka sistim kolinergik akan berkuasa dengan akibat bronkokonstriksi. Antikolinergik memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergik di otot polos bronki, hingga aktivitas dari saraf adrenergik menjadi dominan dengan efek bronkodilatasi. Efek samping yang tidak dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan dahak dan takikardia yang dapat menganggu terapi. Contoh : ipratropium, deptropin. b. Metilaksantin Daya bronkorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blokade reseptor adenosin. Theopilin efektif pada PPOK, tetapi karena toksisitasnya, bronkodilator hirup lebih diutamakan. Contohnya aminopilin, theopillin. Aminopillin dan theopilin saat ini dianggap sebagai terapi intravena lini kedua dan digunakan jika respon tidak memuasakan terhadap bronkodilator aksi pendek. 2. Kortikosteroid Kortikosteroid bersifat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal-gatal. Daya anti radang berdasarkan blokade enzim fosfolipase-a 2,sehingga pembentukkan mediator peradangan prostaglandin dan leukotrien dari asam arakidonat tidak terjadi, juga dapat meningkatkan kepekaan reseptor β 2 sehingga

98 efek beta mimetika diperkuat. Penggunaan oral untuk jangka lama hendaknya dihindari, karena menekan fungsi anak ginjal. Pengobatan secara reguler dengan kortikosteroid hirup tidak memodifikasi penurunan FEV1 jangka panjang pada penderita PPOK. Pengobatan dengan kortikosteroid hirup dapat menurunkan frekuensi eksaserbasi dan meningkatkan kualitas hidup. Penghentian pengobatan dapat menyebabkan eksaserbasi pada beberapa pasien. Keuntungan penggunaan kortikosteroid hirup dibandingkan dengan oral adalah efek lokalnya yang langsung tanpa diserap ke dalam darah sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemis seperti osteoporosis, tukak dan perdarahan lambung, hipertensi, diabetes dan lain-lain. Apabila dikombinasi dengan β-2 agonis aksi panjang akan lebih efektif dibandingkan terapi tunggal. 3. Antibiotika Ada tiga gejala yang dapat menentukan beratnya eksaserbasi yang dialami pasien yaitu peningkatan dispnea, peningkatan sputum dan peningkatan purulensi sputum. Jika ketiga gejala ini ada, pasien masuk pada tipe 1. Jika ada dua dari tiga gejala, masuk tipe 2, sedangkan jika yang tampak hanya ada salah satu gejala maka pasien masuk tipe 3. Indikasinya kalau pasien masuk tipe 3, mungkin pasien perlu antibiotik. Kalau tipe 1, maka pasien harus diberi antibiotik. Pemberian antibiotik sangat berpengaruh pada kesembuhan pasien. Pasien tipe 1 yang diberi antibiotik memiliki kesembuhan lebih baik dibanding yang tidak diberi antibiotik. Sedangkan pasien tipe 3 yang diberi antibiotik dan tidak diberi antibiotik, hasilnya tidak berbeda bermakna. Karena ini tidak ada anjuran untuk memberi antibiotik

99 pada pasien tipe 3. Menurut GOLD (2006), pengobatan eksaserbasi PPOK dengan antibiotika dapat dilihat pada lampiran Terapi Oksigen Terapi oksigen adalah dasar pengobatan eksaserbasi PPOK di rumah sakit. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sesitivitas terhadap CO2. 5. Rehabilitasi Pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah : fisioterapi, rehabilitasi psikis dan rehabilitasi pekerjaan 2.7. Tinjauan Obat a. Cefotaxime Cefotaxime merupakan senyawa antibiotik turunan sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas antibakteri. Aktivitas ini dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri melalui penghambatan sintesa dinding sel bakteri. Secara struktural, cefotaxime dapat ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 Struktur Cefotaxime

100 Rangka penunjang dinding sel bakteri tersusun atas murein (suatu glikopeptida heteropolimer), rantainya saling berkaitan sedemikian rupa. Struktur penyusun murein adalah N-asetil-glukosamin dan eter asam laktat, asam N- asetilmuramat, secara berselang-seling membentuk suatu rantai polisakarida. Rantai dinding sel ini mengandung pentapeptida dengan residu D-alanil-D-Alanin pada ujungnya yang terikat pada gugus laktil dari asam N-asetilmuramat. Masingmasing untai glikopeptida disambung silang dengan jembatan pentaglisin. D- Alanin dibebaskan pada pembentukan jaringan. Penyambungan silang dikatalis oleh suatu reaksi transpeptidase. Gambar 4 Rantai dinding sel

101 Cefotaxime mempunyai cincin β-laktam (Gambar 3) yang strukturnya mirip dengan struktur residu D-Alanil-D-Alanin. Sehingga terjadi ikatan kovalen antara protein dan β-laktam sebagai substrat palsu pada transpeptidase. Akibatnya katalisis yang dilakukan oleh reaksi transpeptidase akan merubah ujung alanin menjadi bentuk sambung silang dengan peptida yang tidak jauh berbeda, dan struktur dinding sel menjadi kaku. Setelah β-laktam berikatan kovalen dengan protein, maka reaksi transpeptidase akan dihambat, sintesa peptidoglikan juga dihambat dan sel mati. (Schunack, 1990) Cefotaksim diindikasikan untuk pengobatan penderita dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri spektrum luas pada penyakit infeksi saluran pernapasan bawah, infeksi saluran kemih, infeksi kulit, dan infeksi abdominal yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp, Staphylococcus, Pseudomonas sp dan Enterobacter sp. (Schunack, 1990; Katzung, 2004) b. Deksametasone Deksametason merupakan suatu kortikosteroid golongan glukokortikoid. Secara struktural dexametasone dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Struktur Deksametason Glukokortikoid ini digunakan untuk menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi pada penyakit asma bronkial karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya. (Anonim, 2005)

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat 2.1 Definisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Fathul Jannah, S. Farm NIM 103202081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: Yuldiani Gustri, S.Farm. NIM 103202059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Roni M. Situmorang, S. Farm (103202111) FAKULTAS FARMASI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 103 TAHUN 2013 103 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 16 SERI D PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin. Bandung LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Rian Budi Prasetya, S.Farm. NIM 113202050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI. di RSUP ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI di RSUP ADAM MALIK MEDAN Oleh: : CINDY CESARIA, S. Farm. 093202010 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN OLEH: BEDI RENTINA MUIS MATONDANG, S. Farm. NIM 093202008 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 21 TAHUN : 1999 SERI : D.4. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 1996 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30. p TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RSUP H. ADAM MALIK MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN OLEH: Pebriana Mega Sari, S.Farm. NIM 103202129 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Disusun Oleh: Eldiza Puji Rahmi, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik adalah Rumah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.25, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. RUMAH SAKIT dr Suyoto. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR: 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.886, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Perubahan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 718 TAHUN : 2005 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN. A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan BAB II PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI MEDAN A. Sejarah Ringkas RSU Dr. Pirngadi Medan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR 21 TAHUN 1996 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM A.M. PARIKESIT TENGGARONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG. ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 86 TAHUN 2001 SERI D.83 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 86 TAHUN 2001 SERI D.83 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 86 TAHUN 2001 SERI D.83 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK Disusun Oleh: Meldawati Br Perangin-angin, S. Farm. NIM 103202094 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ANDI ABDURRAHMAN NOOR KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA No.959, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Organisasi. Tata Kerja. Rumah Sakit Pengayoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Medan LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DEPO FARMASI IATI Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: DIANA FEBRITA, S. Farm. NIM 113202014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum RSAB Harapan Kita 3.1.1 Sejarah RSAB Harapan Kita Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita pada awal berdirinya memiliki nama Rumah Sakit Anak

Lebih terperinci

NOMOR : 3 TAHUN : 2001 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH UTARA NOMOR 3 TAHUN 1997 T E N T A N G

NOMOR : 3 TAHUN : 2001 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH UTARA NOMOR 3 TAHUN 1997 T E N T A N G NOMOR : 3 TAHUN : 2001 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ACEH UTARA NOMOR 3 TAHUN 1997 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA LHOKSEUMAWE

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA SAMBANG LIHUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : Mengingat : 1.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun oleh: Sri Mayani Harahap, S. Farm NIM : 093202063 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. DORIS SYLVANUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1226, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 045 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 1996 Seri D ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN Disusun Oleh: Lisda Mawarni Sihombing, S. Farm 083202044 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.401, 2012 KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. RS. Kusta Dr. Tadjuddin Chalid. Makasar. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 009 TAHUN 2012

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11 LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 14 TAHUN 1999 SERI D NO. 11 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG Menimbang NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 65 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 A TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 1994 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 1994 TENTANG GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 1994 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDONO PROPINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1484,2014 KEMENHAN. Rumah Sakit. Dr. Sutoyo. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru telah berdiri pada tahun 1980 dan beroperasi pada tanggal 5 Juli 1984 melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S.

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Disusun Oleh: Erda Marhas Yunita, S. Farm 133202249 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Disusun oleh: Faisal Yusuf, S.Farm. NIM 093202114 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RSUD DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung 45 BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Bandung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung merupakan salah satu instansi pemerintah kota Bandung yang bergerak dibidang layanan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN Disusun Oleh: ADRIANSYAH, S.Farm 103202001 PRORAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM,

Lebih terperinci

g.pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pelayanan medik, keperawatan dan keteknisan medik

g.pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pelayanan medik, keperawatan dan keteknisan medik Contoh Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Struktur Organisasi ( lampiran 1) Rumah sakit umum pusat nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo/RSCM) merupakan Unit

Lebih terperinci

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992;

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992; PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN IV.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terletak di bagian selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. Ratulangi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI RUMAH SAKIT Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Disusun Oleh: Nurhafni, S.Farm. NIM 113202046 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU 2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU A. DESAIN STRUKTUR ORGANISIASI Struktur organisasi RSUD Indrasari Rengat adalah Organisasi Staf B. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI 1) Direktur Sebagai

Lebih terperinci