STUDI PERBANDINGAN METODE PENGECATAN RUANG MUAT KAPAL SESUAI ATURAN IMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PERBANDINGAN METODE PENGECATAN RUANG MUAT KAPAL SESUAI ATURAN IMO"

Transkripsi

1 STUDI PERBANDINGAN METODE PENGECATAN RUANG MUAT KAPAL SESUAI ATURAN IMO Setiawan Tirta Widhiatmaka NRP Jurusan Teknik Perkapalan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Indonesia, ABSTRAK Ada 4 macam metode pengecatan ruang muat kapal yang dapat diaplikasikan untuk pengecatan ruang muat kapal. Empat metode pengecatan tersebut ada yang menggunakan skema 1 layer dan 2 layer cat dalam pengaplikasiannya. Hal tersebut mempengaruhi loss factor dari cat. Sehingga keempat metode pengecatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan ditinjau dari biaya, waktu pengerjaan dan konsumsi cat. Dari keempat metode pengecatan, metode pengecatan ketiga memiliki kelebihan ditinjau dari segi biaya (murah) dan konsumsi cat (sedikit) tetapi waktu pengerjaan lama. PENDAHULUAN Kapal adalah salah satu alat transportasi yang banyak digunakan dalam dunia perdagangan internasional. Disamping biaya transportasinya murah, muatan yang diangkut juga lebih banyak dibanding dengan alat transportasi lain. Salah satu bagian kapal yang mendapat perhatian khusus adalah ruang muat karena nilai ekonomis dari suatu kapal ditentukan dari besar kecilnya ruang muat serta produk apa yang diangkut didalamnya. Sebagai contoh kapal tanker jika dalam proses produksinya terdapat kelalaian sekecil apapun misalnya pelat yang tidak diuji atau diperlakukan secara benar sesuai prosedur dapat berakibat kerusakan pada kapal tanker tersebut yang apabila kapal tersebut sedang mengangkut muatan dapat menimbulkan kecelakaan fatal yang mengakibatkan kerusakan lingkungan atau korban jiwa yang tentunya berakhir pada kerugian finansial. Dalam pengoperasiannya ruang muat kapal khususnya jenis tanker akan terkena pengaruh dari barang yang akan dimuatnya sehingga berakibat timbulnya korosi. Oleh karena itu diperlukan suatu perlindungan terhadap dinding atau ruang muat tersebut agar laju korosi dapat diperlambat. Perlindungan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengecatan pada dinding atau sekat ruang muat tersebut. Dalam melakukan pengecatan harus dipilih metode yang tepat sehingga kemampuan cat yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal guna melindungi dinding ruang muat dari korosi yang disebabkan oleh produk yang diangkut. Pengecatan pada ruang muat kapal dibagi menjadi empat metode pengecatan. Keempat metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dimana setiap kekurangan dan kelebihan dari keempat metode tersebut dapat menimbulkan pertambahan atau pengurangan biaya, waktu pengerjaannya dan konsumsi cat. Pemilihan metode pengecatan yang tepat sangat diperlukan sebab dengan menerapkan metode yang tepat dapat mengurangi beban biaya yang dikeluarkan atau cepat dalam proses pengerjaannya. Oleh karena itu penulis mengambil Tugas Akhir dengan judul Studi Perbandingan Metode Pengecatan Pada Ruang Muat Kapal Sesuai Aturan IMO yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan empat metode pengecatan pada ruang muat ditinjau dari segi biaya, waktu dan konsumsi cat. PROSES DAN METODE PENGECATAN 1. Pre inspection Merupakan pemeriksaan awal terhadap permukaan material yang akan dicat dengan tujuan agar diperoleh perekatan secara maksimal untuk proses pengecatan atau painting. Permukaan dibersihkan dari berbagai kotoran yang menempel pada pelat misalnya minyak, garam, lumpur, dsb. Pembersihan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air tawar bertekanan tinggi. Selain pemeriksaan material, pemeriksaan juga dilakukan terhadap peralatan yang digunakan oleh blaster maupun painter apakah layak digunakan atau tidak. 2. Surface preparation Pekerjaan utama yang dilakukan pada tahap ini adalah blasting. Obyeksi utama dari persiapan permukaan adalah adalah didapatkannya pedekatan maksimal untuk coating. Persiapan permukaan memiliki 2 kegunaan utama yaitu : Persiapan permukaan menghilangkan kontaminasi atau pencemaran dari dasar menghapus oksida metal, sisa-sisa coating lama yang merekat erat, bahan kimia, kotoran dan sebagainya. Pengeluaran dari material kontaminasi ini akan membuat lapisan primer dapat kontak langsung dengan bidang ini sehingga menghasilkan perekatan yang maksimal. Penyiapan permukaan dengan jalan menaikkan tingkat kekasarannya sehingga membuat coating dapat merekat secara efektif. Pemilihan abrasive material akan menentukan profil permukaan yang dihasilkan. Ada 2 jenis abrasive yang umum digunakan, yaitu : 1. Metalic abrasive Material yang termasuk dalam metalic abrasive adalah steel shot dan steel grit yang penggunaannya menggunakan mesin blasting atau 1

2 biasa disebut dengan autoblast dan dikendalikan oleh operator dari dalam ruang kontrol. 2. Non metalic abrasive Material yang termasuk dalam non metalic abrasive adalah copper slag, granit, silica, aluminium oxcide dan lainnya. Pengerjaan blasting ini dilakukan secara manual yang dilakukan oleh blaster dan dibantu oleh helper. Surface preparation (blasting) memiliki beberapa standar yang digunakan, antara lain : a. Sa 0 b. Sa 1 c. Sa 2 d. Sa 2.5 e. Sa 3 Peralatan-peralatan yang digunakan dalam proses blasting antara lain : Air Compressor Air receiver berfungsi sebagai penerima udara untuk disalurkan ke separator dan sand pot. After cooler berfungsi untuk mendinginkan udara yang berasal daeri receiver untuk pernapasan blaster. Separator. Sand pot berfungsi sebagai tempat material abrasive.. Nozzle alat penyemprot pasir/ material abrasive. Yang perlu diperhatikan dalam proses blasting adalah besarnya tekanan udara yang berasal dari compressor harus disesuaikan dengan material abrassive yang keluar sehingga kedalaman profil yang diinginkan akan tercapai. Pemilihan dari abrasive ini merupakan faktor utama dalam kecepatan pembersihan. Jika pada suatu proses blasting menggunakan abrasive ukuran kecil dimaksudkan untuk menaikkan kecepatan pembersihan pada baja baru atau yang mengalami sedikit karat, abrasive dengan ukuran besar biasa digunakan untuk baja yang memiliki tingkat karat yang tinggi atau bisa juga digunakan untuk material yang keras. Pada saat proses blasting sedang berlangsung proteksi harus diberikan kepada operator dan pekerja yang berada di blasting area agar terhindar dari sisasisa penggosok dan pencemar yang dikeluarkan dari udara. Setelah proses blasting selesai, hasilnya dicek dengan menggunakan press-o-film sehingga diketahui kedalaman profil. Jika hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapakan maka proses blasting harus diulang. Gambar diatas adalah skema sederhana dari peralatan blasting standar di lapangan. Penjabarannya kurang lebih adalah sebagai berikut : compressor udara adalah komponen pertama dari skema ini, di sini udara dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. Udara kemudian disalurkan menuju air receiver, dimana udara yang ada akan ditampung dan dipisahkan sesuai dengan kebutuhan. Udara yang ditampung tersebut diteruskan ke after cooler untuk menurunkan suhu dan menyaring kotoran yang mungkin ada. Di after cooler udara tidak ditampung terlalu lama karena akan dibagi oleh separator, yang mana biasanya salah satunya ke sand pot dan ke helm blaster. Udara inilah yang dipakai untuk menembakkan abrasive yang ada di sand pot melalui nozzle. 3. Paint preparation Merupakan tahap persiapan sebelum dimulai proses painting, yang dilakukan antara lain : a. Persiapan peralatan painting dan perlengkapan painter. Peralatan yang digunakan sama dengan pada proses blasting hanya saja sand pot yang merupakan tempat abrasive material diganti dengan paint pot sebagai tempat cat. Dalam paint pot terdapat mixer yang berfungsi untuk menjaga agar cat tidak menggumpal. Alat yang digunakan untuk menyemprotkan cat ke permukaan disebut dengan spray gun. b. Mixing adalah proses penyampuran cat dengan curing agent. Curing adalah cairan yang bersifat perekat namun memiliki fungsi sebagai pengencer. Jika hasil campurannya kurang sesuai dapat ditambahkan thinner. 4. Paint application Setelah proses pengecatan selesai harus dilakukan pemeriksaan terhadap hasil pengecatan, terutama pada ketebalan dari cat apakah sudah sesuai dengan standar yang diminta, kondisi pengecatan dapat berupa dalam kondisi basah atau kering. Alat yang digunakan adalah Dry film thickness dan Wet film thickness. compressor air receiver after cooler separator paint pot spray gun separator Gambar Skema peralatan painting after cooler sand pot compressor nozzle air receiver Gambar Skema peralatan blasting Gambar diatas adalah skema peralatan painting yang umumdigunakan di lapangan. Secara garis besar jenis peralatan dan alur kerjanya sama dengan blasting. Perbedaan yang nyata terletak pada peralatan pad output. Pada proses painting udara dari separator masuk ke paint pot untuk kemudian disalurkan 2

3 menuju spray gun, karena tekanan yang diperlukan tidak sebesar nozzle blasting jumlah spray gun yang dapat dipasang menjadi lebih banyak dari blaster. Metode Pengecatan Sebagaimana pada bagian-bagian kapal lainnya, cargo tank diberi perlindungan dengan suatu pengecatan agar pengoperasiaannya dapat optimal. Seperti pada kapal tangker yang mengangkut bahanbahan kimia konsentrasi tinggi, misalnya larutan asam pekat atau senyawa alkali sangat dibutuhkan system pengecatan yang baik sejak dini, yaitu mulai dari persiapan permukaan (grade Sa 2.5 atau Sa 3) sampai pada pengecatannya. Pada kapal tipe chemical tanker, shop coat dipersiapkan pada kondisi yang baik. Surface preparation tidak boleh kurang dari grade Sa 2.5. Sebelum pengecatan dilaksanakan, permukaan dinding harus dipersiapkan kebersihannya dari karat, minyak dan kotoran-kotoran lainnya dengan dengan cara vacuum blasting partikel-partikel abrasive dan debu-debu yang masih tersisa dipermukaan dinding, atap maupun bottom. Berikut ini adalah 4 metode yang digunakan untuk tank coating secara umum. A. METODE I 1. Blasting untuk seluruh area bottom yaitu bagian lantai tangki dan dinding tangki dengan ketinggian maksimum 2m. 2. Setelah proses blasting selesai maka dilanjutkan dengan pengecatan lapisan pertama seluruh area bottom. 3. Cat ditunggu hingga mengering kemudian dilakukan pemasangan scaffold / perancah. 4. Setelah scaffold / perancah terpasang maka dilanjutkan proses selanjutnya yaitu blasting seluruh bagian atas yang meliputi seluruh dinding tangki yang diatas ketinggian 2m dari bottom dan atap tangki. 5. setelah proses blasting selesai dilakukan pengecatan untuk seluruh upper area. 6. Cat ditunggu hingga mengering kemudian dilakukan pembongkaran scaffold / perancah dan dilakukan proses perbaikan pada bagianbagian yang rusak akibat pemasangan dan pembongkaran perancah. 7. Setelah perbaikan selesai maka dilanjutkan pengecatan lapisan kedua untuk seluruh bagian bottom. B. METODE II 1. Pemasangan alat perancah / scaffold. 2. Setelah scaffold / perancah terpasang dilakukan blasting untuk seluruh upper area yang meliputi atap tangki dan dinding tangki yang diatas ketinggian 2 m dari bottom. 3. Blasting selesai, dilanjutkan pengecatan seluruh bagian upper area yang meliputi atap tangki dan dinding tangki yang diatas ketinggian 2m dari bottom. 4. Cat ditunggu hingga kering. Kemudian dilakukan pembongkaran perancah / scaffold. Setelah selesai pembongkaran dilakukan perbaikan-perbaikan bagian yang rusak akibat bongkar pasang perancah. 5. Setelah selesai perbaikan maka dilanjutkan ke proses blasting untuk bagian bottom area yang meliputi bagian bottom / alas tangki dan dinding tangki dengan ketinggian 2m. 6. Blasting selesai dikerjakan, dilakukan pengecatan untuk seluruh area bottom. C. METODE III 1. Pemasangan perancah / scaffold. 2. Setelah scaffold / perancah terpasang dilakukan blasting untuk seluruh area permukaan tangki. Baik upper area maupun bottom area. 3. Blasting selesai, dilanjutkan pengecatan lapisan pertama seluruh area permukaan tangki. 4. Setelah cat mengering, dilakukan pengecatan lapisan kedua untuk upper area. 5. Setelah cat bagian upper area mengering, perancah dibongkar dan dilakukan perbaikan bagian yang rusak akibat bongkar pasang perancah. 6. Kemudian dilakukan pengecatan lapisan kedua untuk bagian bottom area. D. METODE IV 1. Pemasangan perancah / scaffold. 2. Setelah scaffold / perancah terpasang dilakukan blasting untuk seluruh area permukaan tangki. Baik upper area maupun bottom area. 3. Blasting selesai, dilanjutkan pengecatan seluruh area permukaan tangki. 4. Setelah cat mengering perancah dibongkar yang kemudian dilanjutkan perbaikanperbaikan bagian yang rusak akibat bongkat pasang perancah dan tidak dilakukan pengecatan ulang. METODOLOGI PENELITIAN Latar Belakang Pengecatan atau yang biasa disebut dengan painting atau coating dewasa ini semakin mendapat perhatian khusus seiring dengan kondisi lingkungan kerja dari kendaraan maritim atau kapal yang amat rawan terhadap korosi jika tidak mendapatkan perlindungan yang baik maka akan menurunkan kinerja dari struktur tersebut dalam hal ini adalah ruang muat. Pengecatan pada ruang muat dibagi menjadi 4 metode pengecatan. Dimana keempat metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi biaya, waktu pengerjaan dan konsumsi cat yang dibutuhkan untuk penerapannya. Dalam tahap penentuan latar belakang ini terjadi pada pihak estimator untuk menentukan besar biaya yang 3

4 dikeluarkan, waktu yang dibutuhkan dan juga banyaknya cat yang dihabiskan pada masing-masing metode yang diterapkan. Dengan menggunakan bantuan software computer diharapkan tercipta alat bantu perhitungan yang mampu beroperasi dengan dukungan estimator untuk mengestimasi biaya, waktu dan konsumsi cat keempat metode pengecatan tersebut. Dengan mengestimasi biaya, waktu dan cat yang dibutuhkan pada masing-masing metode tersebut diharapkan dapat membantu pihak galangan dalam memilih salah satu metode yang paling tepat untuk diterapkan. Pemilihan metode yang tepat sangat diperlukan karena menentukan besar biaya yang dikeluarkan sedikit atau banyak, waktu pengerjaan menjadi cepat atau lambat dan juga menentukan besar kecilnya konsumsi cat yang dibutuhkan. Identifikasi masalah Pada tahap kedua ini mengidentifikasi masalah yang terjadi yang nantinya harus dipecahkan agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Identifikasi masalah tersebut antara lain: 1. Bagaimana langkah atau prosedur untuk empat metode pengecatan? 2. Berapa besar biaya, waktu dan konsumsi cat yang dibutuhkan tiap metode pengecatan? 3. Dari keempat metode pengecatan, metode pengecatan manakah yang paling efisien ditinjau dari segi biaya, waktu dan konsumsi cat? Pengumpulan Data Pada tahap keempat ini adalah melakukan pengumpulan data. Cara yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan referensi-referensi yang sudah ada mengenai coating/painting ruang muat dari PT. PAL dan PT.INTERNATIONAL Marine Coatings Surabaya. Adapun ruang muat kapal yang dijadikan acuan adalah ruang muat kapal Chemical Tanker DWT yang dibangun di PT. PAL Surabaya. Pengolahan data empat metode Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan, maka selanjutnya dilakukan langkahlangkah untuk penghitungan : 1. menghitung besar biaya tiap metode. 2. menghitung waktu yang dibutuhkan untuk tiap metode 3. menghitung konsumsi cat yang diperlukan untuk tiap metode. Analisa Data Setelah melakukan pengumpulan data dan mengolahnya yang dilakukan selanjutnya adalah analisa data. Analisa dilakukan dengan tujuan untuk memperjelas dan membandingkan hasil yang didapat dari pengolahan data. Dengan membanding kan hasil yang diperoleh yaitu biaya, waktu dan konsumsi cat diketahui metode mana yang paling sedikit biayanya (murah), paling cepat waktu pengerjaannya dan paling sedikit konsumsi cat yang digunakan. PENGUMPULAN DATA Luas Permukaan Untuk mengetahui jumlah material yang akan digunakan serta waktu yang diperlukan untuk menyelesaiakan pekerjaan yaitu blasting dan coating, maka dibutuhkan luas permukaan dari tangki-tangki yang akan diaplikasi. Dibawah ini adalah data mengenai luas permukaan tangki-tangki yang akan diblasting dan coating. Tabel Luas Total Permukaan Tangki CHEMICAL TANKER 24,000 DWT NO COMPARTEMENT LUAS M 2 1 CARGO HOLD TANK 1P CARGO HOLD TANK 1S CARGO HOLD TANK 2P CARGO HOLD TANK 2S CARGO HOLD TANK 3P CARGO HOLD TANK 3S CARGO HOLD TANK 4P CARGO HOLD TANK 4S CARGO HOLD TANK 5P CARGO HOLD TANK 5S CARGO HOLD TANK 6P CARGO HOLD TANK 6S 960 Luas Total Permukaan Tangki Pada diatas tercantum luas dari masing-masing tangki ruang muat kapal chemical tanker DWT yang akan dicat. Tangki ruang muat terdiri 12 kompartemen dimana setiap kompartemen memiliki nama yaitu bagian sisi portside (P) dan starboard (S). Luas permukaan paling besar terdapat pada ruang muat 3S dan 3P yaitu 1180 m 2 karena berada dibagian tengah kapal dan paling kecil pada ruang muat 1S dan 1P yaitu 800 m 2. Consumable dan Material Untuk proses blasting dan painting, barang consumable merupakan perlengkapan tambahan yang diperlukan untuk melakukan pengerjaan blasting maupun painting, dan bukan merupakan barang yang dapat habis untuk blasting maupun painting. Yang termasuk dalam consumable misalnya roll dan stik, masking tape, sikat kawat (wire brush), mata gerinda, dan lain-lain. Material untuk proses blasting dan painting terdiri dari 2 jenis, yaitu material cat dan material blasting atau disebut juga dengan abrasive material. Untuk pemilihan jenis material cat disesuaikan dengan spesifikasi yang diminta oleh klien, karena umumnya klien memiliki perencanaan sendiri mengenai tipe dan jenis cat yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk pemilihan abrasive material sangat berpengaruh terhadap aplikasi cat selanjutnya dan kecepatan kerja. Dibawah ini adalah tabel mengenai kecepatan produksi abrasive material berdasar jenisnya. 4

5 Tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan amat bergantung pada pemilihan alat kerja yang digunakan. Tenaga kerja memiliki peran sebagai pelaksana kegiatan dilapangan. Posisi yang ada adalah sebagai berikut : 1. Blaster 2. Painter 3. Quality Control 4. Progress Control 5. Supervisor 6. Foreman 7. Helper Setiap perusahaan memiliki susunan karyawan sendiri sesuai dengan kebijakan internal dari perusaahan. Namun susunan diatas merupakan posisi yang umum ada secara ideal dalam suatu pekerjaan pengecatan. Untuk posisi inspektur pengecatan tidak termasuk dalam susunan pekerjaan lapangan karena dia bertugas sebagai penanggung jawab pekerjaan yang kadang juga bertindak sebagai estimator. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan untuk proses tank coating pada kapal Chemical Tanker DWT terdiri dari 2 macam : a. Peralatan Utama Peralatan utama meliputi segala peralatan pokok yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Peralatan tersebut anatara lain : 1. Air Compressor Sebuah mesin yang digunakan untuk mensupply kebutuhan udara tekan yang akan digunakan dalam pekerjaan blasting dan painting. Udara tekan yang dihasilkan oleh compressor harus mampu menghasilkan tekanan udara yang sesuai dengan kebutuhan. 2. Abrasive Blast Machine Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan tangki ruang muat, terlebih dahulu permukaan harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, minyak, karat, dan lain-lain. Pembersihan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pengecatan yang kualitasnya baik. Pembersihan dilakukan dengan menyemprotkan parikelpartikel abrasive ke permukaan dinding dengan tekanan tinggi. Untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibutuhkan sebuah alat yaitu Abrasive Blast Machine. 3. Humidifier Machine Sebuah mesin yang digunakan untuk mengatur temperatur pada permukaan baja agar temperaturnya selalu berada paling tidak 3 C (5 F) diatas dew point (titik terjadinya pengembunan). Karena tinggi rendahnya kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap lapisan cat sehingga penting sekali mempertahankan kondisi kelembaban udara pada persentase yang diijinkan selama pekerjaan berlangsung. Sebagai acuan yang diberikan oleh Interntional Marine Coatings, persentase tingkat kelembaban relatif 40-60% akan memberikan hasil yang optimal. Pengecatan tidak boleh dilakukan jika tingkat kelembaban relatifnya lebih dari 85%. 4. Vacuum Cleaner Sebuah alat yang digunakan untuk menghisap partikel-partikel abrasive yang habis dipakai dalam proses blasting. 5. Portable Paint Mixing Alat yang dipakai untuk mengaduk cat yang akan dipakai untuk pengecatan. 6. Airless Spray Alat penyemprot cat yang dilengkapi dengan pompa dan sebuah spray gun. Didalam airless spray, cat yang ada dalam container dihisap oleh pompa untuk disemprotkan ke luar melalui ujung nozzle atau spray gun dengan tekanan paling tidak 7 kg/cm 2. b. Peralatan Bantu Meliputi segala peralatan yang menunjang atau membantu terlaksananya peekerjaan tersebut. Peralatan tersebut antara lain : 1. Blower Alat yang berfungsi sebagai pengatur sirkulasi udara didalam tangki ruang muat selama pekerjaan berlangsung. Dengan adanya blower ini, maka polusi udara dalam tangki dapat diperkecil, sehingga tidak mengganggu kesehatan dan keselamatan pekerja. 2. Brush dan Roll Alat mengecat bagian-bagian yang sulit dijangkau oleh airless spray gun, seperti : tangga (ladder), tepian pelat, scallops, lubang orang, dan sebagainya. 3. Wire Brush dan Paper Brush Alat yang digunakan untuk membersihkan daerah-daerah yang tidak terkena sand blast atau sekrap hasil-hasil pengecatan yang rusak. 4. Scaffolding Disebut dengan perancah atau stage. Dipakai untuk membantu blaster maupun painter untuk melakukan pekerjaan ditempat yang tinggi. Misalnya atap ruang muang muat, dinding bagian atas ruang muat, dan sebagainya. ANALISA DATA Setelah dilakukan perhitungan dalam penentuan biaya, waktu dan konsumsi cat untuk keempat metode pengecatan pada proses pengecatan cargo tank/ruang muat pada kapal chemical tanker DWT, dimana alat yang digunakan adalah airless spray serta menggunakan cat dengan tipe Interline 704 dari produk International dan menggunakan standar harga yang ada di PT.PAL Indonesia, maka didapat perincian biaya pengecatan sebagai berikut : 5

6 Jenis Biaya Material Abrasive Material Cat Tenaga Kerja/jasa Overhead Tabel Biaya tank coating empat metode pengecatan. Metode Pengecatan I (Rupiah) II (Rupiah) III (Rupiah) IV (Rupiah) Total Dari tabel 5.1 diatas dapat diketahui bahwa distribusi biaya tank coating untuk biaya material cat lebih dominan dibandingkan biaya material abrasive, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Biaya material metode I sebesar Rp ,-, metode II dan IV Rp ,- dan metode III Rp ,-. Material cat yang dipakai adalah Interline 704 produk dari International yang mempunyai harga relatif lebih mahal dari pada jenis material cat lainnya. Biaya terbesar kedua adalah biaya material abrasive sebesar Rp,-. Karena diperlukan persiapan permukaan yang khusus sebelum proses pengecatan dilakukan untuk tangki ruang muat yang mengangkut muatan yang bersifat korosi. Kondisi persiapan pemukaan tangki harus benar-benar sempurna agar pengecatannya dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga kualitas muatan yang nantinya akan diangkut serta dapat melindungi dinding tangki dari sifat korosi muatan yang diangkutnya. Untuk biaya tenaga kerja/jasa metode pengecatan III yang paling mahal Rp ,- karena mengggunakan skema 2 layer cat pada proses pengecatannnya sedangkan metode IV yang paling murah Rp ,- karena menggunakan skema 1 layer cat pada proses pengecatannya. Biaya Overhead paling besar dikeluarkan oleh metode II dan IV Rp ,-. Untuk metode I sebesar Rp ,- dan yang paling rendah adalah metode III sebesar Rp ,-. Jadi biaya pengecatan yang tinggi dikeluarkan oleh metode pengecatan II dan IV yang sebesar Rp ,- kemudian metode pengecatan I sebesar Rp ,- dan yang paling rendah metode pengecatan III sebesar Rp ,-. Tabel Waktu tank coating empat metode pengecatan. Metode Waktu Pengerjaan (jam) I 157 II 152 III 169 IV 152 Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa waktu pengerjaan tank coating yang paling lama adalah metode III 169 jam jika dibandingkan dengan lama waktu pengerjaan metode I 157 jam, metode II maupun metode IV 152 jam. Hal ini disebabkan untuk metode pengecatan III menggunakan 2 layer untuk pengecatan seluruh permukaan tangki ruang muat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan metode pengecatan yang lain. Untuk metode pengecatan I juga relatif lebih lama pengerjaannya jika dibandingkan dengan metode pengecatan II dan IV. Hal ini dikarenakan pada metode pengecatan I mengunakan 2 layer untuk pengecatan bagian bottom area, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode II dan IV. Yang paling dalam pengerjaan pengecatan adalah metode II dan IV. Hal ini dikarenakan pada metode pengecatan II dan IV menggunakan 1 layer untuk pengecatan seluruh permukaan tangki ruang muat, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan metode pengecatan yang lain. PERBANDINGAN KEEMPAT METODE Biaya pengecatan keempat metode Ditinjau dari biaya pengecatan, metode pengecatan III yang paling murah jika dibandingkan dengan ketiga metode lain. Hal ini dipengaruhi oleh biaya material cat yang dikeluarkan untuk menyelesaikan metode pengecatan III ini jauh lebih murah yaitu sebesar Rp ,- sedangkan untuk metode lain menghabiskan biaya Rp ,- untuk metode I dan Rp ,- untuk metode II dan IV. Akan tetapi metode III membutuhkan biaya tenaga kerja/jasa yang lebih besar dibandingkan dengan ketiga metode lain yaitu sebesar Rp ,- untuk metode III, Rp ,- untuk metode I, dan Rp ,- untuk metode II dan IV. Waktu pengerjaan keempat metode Waktu pengerjaan yang paling cepat adalah metode pengecatan II dan IV jika dibandingkan dengan metode I dan III. Metode II dan IV membutuhkan waktu 152 jam sedangkan metode I 157 jam dan metode III 169 jam. Hal ini disebabkan metode pengecatan II dan IV menggunakan 1 layer cat untuk mengecat seluruh permukaan tangki ruang muat, sedangkan untuk metode I dan III menggunakan 2 layer cat. Konsumsi cat keempat metode Untuk konsumsi cat, metode III yang paling irit penggunaan cat dibandingkan metode I, II dan IV. Metode III menghabiskan 12001,9 liter cat sedangkan metode I menghabiskan liter, metode II dan IV menghabiskan liter cat. Hal ini disebabkan karena metode pengecatan III menggunakan 2 layer untuk pengecatan seluruh ruang muat dimana tingkat lossnya (tabel 2.3) lebih rendah dibandingkan dengan metode pengecatan I, II, dan IV. Selain itu ketebalan cat mempengaruhi konsumsi cat. Dimana ketebalan yang harus dicapai untuk pengecatan dinding tangki ruang muat adalah 300 mikron. Untuk skema 1 layer memiliki tingkat loss sebesar 60% sedangkan skema 2 layer memiliki tingkat loss sebesar 40%. Sehingga untuk practical coverage, skema 2 layer pengecatan lebih irit penggunaan cat jika dibandingkan dengan skema 1 layer pengecatan. Untuk mencapai ketebalan 6

7 cat yang telah ditentukan yaitu 300 mikron, skema 2 layer pengecatan (masing-masing layer 150 mikron) memiliki practical area yang lebih luas yaitu 2,12 m 2 /liter cat sedangkan skema 1 (langsung 300 mikron) layer hanya mencakup 0,7 m 2 /liter. Dalam hal ini penggunaan metode pengecatan II dan IV dikatakan boros dalam konsumsi cat, karena menggunakan skema 1 layer pengecatan untuk pencapaian ketebalan yang telah ditentukan. KESIMPULAN Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan sebelumnya, berdasarkan studi perbandingan dan batasan masalah dari pengerjaan Tugas Akhir ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penghitungan biaya, waktu pengerjaan dan konsumsi cat keempat metode pengecatan, metode pengecatan I menghabiskan biaya Rp ,- dengan lama pengerjaan 157 jam dan menghabiskan cat sebanyak l. Untuk metode II dan IV memiliki kesamaan dalam biaya, waktu pengerjaan dan konsumsi cat. Metode II dan IV menghabiskan biaya Rp ,- dengan lama pengerjaan 152 jam dan knsumsi cat sebanyak l. Metode III menghabiskan biaya Rp ,- dengan lama pengerjaan 169 jam dan konsumsi cat sebanyak 12001,9 l. 2. Tingkat loss sangat mempengaruhi konsumsi cat. Semakin rendah tingkat lossnya maka konsumsi cat juga akan semakin sedikit dengan syarat luas permukaan yang dicat sama. 3. Metode pengecatan yang paling tepat diterapkan adalah metode pengecatan III. Karena metode pengecatan III yang paling murah dan menghabiskan cat paling sedikit. DAFTAR PUSTAKA Ananda P, Agustinus. (2009) Analisa Metode Penjadwalan Dan Biaya Pengecatan Lambung Kapal Berbasis Komputer Tugas Akhir, J.T.P Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya. Berendsem, A.M. (1989). Marine Painting manual. London, Graham and Trotman. International Coating. International Technical Support Guide, International Paint Ltd. ForOwnersAndOperators.aspx International Coating (2005). International Marine Coating Prduct Catalogue Stoneygate Lane, Felling. International Paint Ltd M+eng-usa+A4.pdf IMO PSPC MSC.215(82). Performance Standard for Protective Coatings for Dedicated Seawater Ballast Tanks In All Types Of Ships And Double- Side Skin Spaces. sdoc/imo PSPC MSC.215(82).pdf 7

STUDI PERBANDINGAN METODE PELAPISAN (COATING) PADA RUANG MUAT BERBASIS REGULASI IMO

STUDI PERBANDINGAN METODE PELAPISAN (COATING) PADA RUANG MUAT BERBASIS REGULASI IMO STUDI PERBANDINGAN METODE PELAPISAN (COATING) PADA RUANG MUAT BERBASIS REGULASI IMO Aulia Windyandari*) Ahmad Fauzan Zakki, Sarwoko **) Email : auliaw@undip.ac.id Abstrak Cargo holds is one of the parts

Lebih terperinci

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT

PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT PROSES PENGECATAN (PAINTING) Dosen : Agus Solehudin, Ir., MT JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK - UPI 2 June 2010 asolehudin@upi.edu 1 PENGENALAN CAT Salah satu metoda yang paling banyak dipergunakan

Lebih terperinci

PAINTING DAN COATING BLASTING/SURFACE PREPARATION

PAINTING DAN COATING BLASTING/SURFACE PREPARATION PAINTING DAN COATING SANDBLASTING & COATING Pada umumnya sebelum pengerjaan Pengecatan terlebih dahulu dilakukan preparasi permukaan (surface preparation) pada bidang yang akan dicat yaitu dengan cara

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Pemakaian Material Baja Karbon dengan Coating dan Material Duplex Tanpa Coating untuk Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN Disusun oleh : Fedriansyah Priyantoro Dosen Pembimbing : Ir. Budie Santosa, M.T. Ir.

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Material Abrasif Pada Blasting Terhadap Kekuatan Lekat Cat dan Ketahanan Korosi di Lingkungan Air Laut

Analisa Pengaruh Material Abrasif Pada Blasting Terhadap Kekuatan Lekat Cat dan Ketahanan Korosi di Lingkungan Air Laut JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-231 Analisa Pengaruh Material Pada Blasting Terhadap Kekuatan Lekat Cat dan Ketahanan Korosi di Lingkungan Air Laut Carolus Trijatmiko

Lebih terperinci

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting

Sandblasting Macam-Macam Abrasif Material untuk Sandblasting Sandblasting Sandblasting adalah suatu proses pembersihan dengan cara menembakan partikel (pasir) kesuatu permukaan material sehingga menimbulkan gesekan atau tumbukan. Permukaan material tersebut akan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGECATAN

BAB III PROSES PENGECATAN BAB III PROSES PENGECATAN 3.1 JENIS PRODUK Adapun jenis produk yang akan dicat yaitu pada bagian depan motor YAMAHA JUPITER MX (front fender), dan untuk proses pengecatan dilakukan hanya pada permukaan

Lebih terperinci

LAKUKAN SENDIRI APLIKASI PEREDAM SUARA MOBIL ACOURETE PAINT

LAKUKAN SENDIRI APLIKASI PEREDAM SUARA MOBIL ACOURETE PAINT LAKUKAN SENDIRI APLIKASI PEREDAM SUARA MOBIL ACOURETE PAINT Kebisingan yang terdengar di dalam kabin kendaraan dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah kebisingan dari luar kendaraan yang masuk ke

Lebih terperinci

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko 1 PENGECATAN Oleh: Riswan Dwi Djatmiko Salah satu proses finishing yang terpopuler di kalangan masyarakat adalah proses pengecatan (painting). Proses ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan beaya yang

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-306

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-306 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-306 Studi Eksperimen Pengaruh Tekanan dan Waktu Sandblasting Terhadap Kekasaran Permukaan, Biaya, dan Kebersihan pada Pelat Baja

Lebih terperinci

Teknik, 35 (1), 2014, KAJIAN REPARASI PENGECATAN PADA LAMBUNG KAPAL (STUDI KASUS KM. KIRANA 3)

Teknik, 35 (1), 2014, KAJIAN REPARASI PENGECATAN PADA LAMBUNG KAPAL (STUDI KASUS KM. KIRANA 3) Tersedia online di: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 35 (1), 2014, 27-32 KAJIAN REPARASI PENGECATAN PADA LAMBUNG KAPAL (STUDI KASUS KM. KIRANA 3) Zulfaidah Ariany* ) Program Studi Diploma

Lebih terperinci

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430

Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430 Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja Aisi 430 Putu Hadi Setyarini, Erwin Sulistyo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono no.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. WIJAYA SAKTI

BAB II GAMBARAN UMUM PT. WIJAYA SAKTI BAB II GAMBARAN UMUM PT. WIJAYA SAKTI 2.1 Sejarah PT. Wijaya Sakti PT. Wijaya Sakti adalah perusahaan jasa yang bergerak di bidang perbaikan kapal laut dan penyedia suku cadang kapal laut. Dengan ditangani

Lebih terperinci

Lakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint

Lakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint Lakukan Sendiri Aplikasi Peredam Suara Mobil Acourete Paint Langkah-langkah Pengaplikasian Peredam Suara Mobil Acourete Paint Kebisingan yang terdengar di dalam kabin kendaraan dapat disebabkan oleh dua

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PENERBITAN DAN PENGUKUHAN DOKUMEN PENYESUAIAN MANAJEMEN KESELAMATAN (DOCUMENT OF COMPLIANCE/DOC) : SOP-PMKK-0 Tgl Berlaku : 0-0-0 kepada evaluasi kepada Auditor ISM Code Untuk penerbitan DOC pertama. Permohonan.

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU DAN UKURAN PARTIKEL DRY SANDBLASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH WAKTU DAN UKURAN PARTIKEL DRY SANDBLASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA BAJA KARBON SEDANG PENGARUH WAKTU DAN UKURAN PARTIKEL DRY SANDBLASTING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA BAJA KARBON SEDANG Oleh : Wira Prasetio Bangun Dosen Pembimbing : I Made Widyarta, ST., M.Eng Sc.,PhD. : Dr.I Made

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT

TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT Oleh Baskoro Adisatryanto NRP. 2102 100 047 Dosen Pembimbing Dr. Ir. H.C.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

Bayangkan kemungkinan Perlindungan Permanen dan Tanpa Erosi

Bayangkan kemungkinan Perlindungan Permanen dan Tanpa Erosi Bayangkan kemungkinan Perlindungan Permanen dan Tanpa Erosi Pertama PLASTIK di dunia Lapisan Selalu Bersih Transparan 2-komponen yang cocok untuk melindungi semua permukaan umum seperti cat, beton, baja,

Lebih terperinci

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber TUGAS AKHIR Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber Disusun Oleh: FEBRIANTO ANGGAR WIBOWO NIM : D 200 040 066 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 PENGGUNAAN MDU Plasteran digunakan sebagai material penutup dinding bata konvensional ataupun bata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Galvanisasi Sistem Panas Hot dip galvanizing Manual ini disusun untuk membantu dan memahami proses Hot Dip Galvanizing ( HDG) dan desain untuk komponen - komponen yang akan

Lebih terperinci

ABSTRAK STUDI PERBEDAAN APLIKASI VARIASI WAKTU PENGECATAN ANTAR LAYER PADA PENGECATAN CHEMICAL TANKER CALAFURIA. Kefas Adityasurya NRP :

ABSTRAK STUDI PERBEDAAN APLIKASI VARIASI WAKTU PENGECATAN ANTAR LAYER PADA PENGECATAN CHEMICAL TANKER CALAFURIA. Kefas Adityasurya NRP : 1 ABSTRAK STUDI PERBEDAAN APLIKASI VARIASI WAKTU PENGECATAN ANTAR LAYER PADA PENGECATAN CHEMICAL TANKER CALAFURIA Oleh Kefas Adityasurya NRP : 6208030008 Kapal merupakan salah satu transportasi yang sangat

Lebih terperinci

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-378 Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) 50.000 DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi Nurul Hidayah, Triwilaswandio W.P Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perpindahan debu dari transfer point Perpindahan debu di sekitar conveyor sangat di pengaruhi oleh tiga faktor, dengan hubungan sebagai berikut : 1. Perpindahan debu akan tinggi

Lebih terperinci

OXYFLOOR Epoxy Floor Coating

OXYFLOOR Epoxy Floor Coating PT. PUTRAMATARAM COATING INTERNATIONAL OXYFLOOR Epoxy Floor Coating AGUSTUS 2011 VOLUME 8 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi epoxy dan amine. Epoxy mempunyai keunggulan

Lebih terperinci

MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA

MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA MACAM MACAM EPOXY DAN POLYURETHANE BASED FLOORING SYSTEM BESERTA KINERJANYA Brian Christopher Sutandyo 1, Evan Sutantu Putra 2, Sudjarwo 3, Januar 4 ABSTRAK : Cat lantai Epoxy dan Polyurethane merupakan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA

MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA MACAM-MACAM FLOOR HARDENER DENGAN KINERJANYA Leonardo Krisnanto Wijono 1, Gerry Febrian Ongko 2, Prasetio Sudjarwo 3, Januar Buntoro 4 ABSTRAK : Perkembangan bangunan industri membutuhkan permukaan lantai

Lebih terperinci

Epoxy Floor Coating :

Epoxy Floor Coating : PT PUTRA MATARAM COATING INTERNATONAL Epoxy Floor Coating : Aplikasi dan masalahnya Volume 2 Desember 2015 Pendahuluan Epoxy merupakan cat dua komponen yang terbuat dari kombinasi polimer epoksi sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun Oleh: ADI PRABOWO D 200 040 049 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN JALAN: 13. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMELIHARAAN BERKALA JEMBATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI 13. Standar Operasional Prosedur Pemeliharaan Berkala

Lebih terperinci

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381 TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER Oleh : Diego Pramanta Harvianto 2708100020 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir.

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STRUKTUR BAJA YANG DIFABRIKASI DI PABRIK DAN DI LAPANGAN

ANALISIS BIAYA STRUKTUR BAJA YANG DIFABRIKASI DI PABRIK DAN DI LAPANGAN ANALISIS BIAYA STRUKTUR BAJA YANG DIFABRIKASI DI PABRIK DAN DI LAPANGAN Dina Oktorina NRP : 0321084 Pembimbing : Yohanes L. D. Adianto, Ir., MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN

Lebih terperinci

ANALISA SURFACE PREPARATION PADA PLAT BAJA ASTM A36

ANALISA SURFACE PREPARATION PADA PLAT BAJA ASTM A36 ANALISA SURFACE PREPARATION PADA PLAT BAJA ASTM A36 Andik Suprayogi 1), Prantasi Harmi Tjahjanti 2) 1,2) Prodi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Jalan Raya Gelam 250, Candi Sidoarjo

Lebih terperinci

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING DEASY MONICA PARHASTUTI M. IRFAN NUGRAHA NOVSA LIRIK QORIAH TAUFAN HIDAYAT KELOMPOK 3 KG-3A PERMASALAHAN PADA ATAP PERMASALAHAN 5. BUBUNGAN RETAK PENYEBAB

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik metil tersier butil eter adalah unit

Lebih terperinci

RSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN

RSU KASIH IBU - EXTENSION ARSITEKTUR - BAB - 12 DAFTAR ISI PEKERJAAN PENGECATAN DAFTAR ISI 01. PENGECATAN SECARA UMUM 77 02. PENGECATAN LANGIT-LANGIT GYPSUM. 80 03. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT DAN DINDING BETON EXPOSE. 81 04. PENGECATAN DINDING.. 82 05. PENGECATAN BESI. 84 06. PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI RANCANGAN

BAB III METODOLOGI RANCANGAN BAB III METODOLOGI RANCANGAN Sebelum dilakukan proses pengerjaan tugas akhir akan lebih baik apabila dilakukan perancangan terhadap pengerjaan tersebut. Pengkonsepan ini dimaksutkan adar dapat membantu

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

DECORATIVE PAINT PT. MEKAR PERDANA

DECORATIVE PAINT PT. MEKAR PERDANA Technical Data Sheet DECORATIVE PAINT SKEMA FUNGSI CAT DECORATIVE NO ELBRUSPAINTS BRANDS STANDAR PENERAPAN BAHAN RESIN APLIKASI STANDARD FINISHING JENIS ROLL FUNGSI 1 Dantech Interior Vinyl Acrylic ElbrusAlkali

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 49 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tahap Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT. MYR memprodusi puluhan jenis produk makanan ringan yang sering dikonsumsi sehari-hari dari beberapa

Lebih terperinci

International Quality Waterproofing

International Quality Waterproofing International Quality Waterproofing Hidup di negara tropis, kita dihadapkan pada cuaca yang cukup ekstrim yang datang silih berganti, yaitu panas matahari yang terik dan curah hujan yang tinggi. Menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052 Disusun : HARI SUPRIYADI NIM : D 200 040 039 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) G-15

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) G-15 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-15 Perancangan Aplikasi Berbasis Android untuk Pemeriksaan Pengecatan Kapal Bangunan Baru Dandy Adrianto dan Triwilaswandio Wuruk

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Penyedian Alat dan Bahan. Pengambilan Data Awal, Berat Awal Kendaraan Dan Handling. Proses Development

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Penyedian Alat dan Bahan. Pengambilan Data Awal, Berat Awal Kendaraan Dan Handling. Proses Development BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Studi Literatur Penyedian Alat dan Bahan Pengambilan Data Awal, Berat Awal Kendaraan Dan Handling Development Interior Eksterior Dengan Evaluasi Bobot

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM I. UMUM Angkutan laut sebagai salah satu moda transportasi, selain memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH TEKANAN UDARA DAN JENIS BLASTING NOZZLE TERHADAP LAJU PENGIKISAN PLAT BAJA SAAT PROSES SANDBLASTING

PENGARUH TEKANAN UDARA DAN JENIS BLASTING NOZZLE TERHADAP LAJU PENGIKISAN PLAT BAJA SAAT PROSES SANDBLASTING PENGARUH TEKANAN UDARA DAN JENIS BLASTING NOZZLE TERHADAP LAJU PENGIKISAN PLAT BAJA SAAT PROSES SANDBLASTING Oleh Nama : Mochamad Harun Al Rosyid Nrp : 6308030051 A. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Penjadwalan kerja akan berhasil bila didukung dengan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam metode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Proses Perancangan Dalam suatu pembuatan alat diperlukan perencanaan yang matang agar hasilnya optimal dan efisien dari segi waktu, biaya dan tenaga. Dalam

Lebih terperinci

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung

Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Tata cara pengecatan kayu untuk rumah dan gedung ICS 87.020; 91.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

BAB IV METODE PENELITIAN. Start BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Secara umum rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Start Studi literatur Jurnal, Text book Persiapan alat dan bahan Pembentukan spesimen

Lebih terperinci

Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018) PENGARUH JARAK DAN WAKTU PENYEMPROTAN PADA PROSES SANDBLASTING TERHADAP LAJU KOROSI HASIL PENGECATAN BAJA

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang menjawab kebutuhan seseorang untuk melakukan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang menjawab kebutuhan seseorang untuk melakukan aktifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era modern seperti sekarang ini alat transportasi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang untuk melakukan aktifitas sehari hari. Salah satu alat transportasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara langsung dan mendapatkan data lengkap. Kemudian penulis melakukan analisa masalah

Lebih terperinci

Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunan Pasir Volkano sebagai Alternatif Material Abrasif di Galangan. Oleh: Priyo Susetyo

Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunan Pasir Volkano sebagai Alternatif Material Abrasif di Galangan. Oleh: Priyo Susetyo Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunan Pasir Volkano sebagai Alternatif Material Abrasif di Galangan Oleh: Priyo Susetyo 4104 100 054 Outline Pendahuluan Latar Belakang Perumusan Mslh Tujuan & Manfaat Batasan

Lebih terperinci

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER Oleh Mujib Ridwan Nrp 6208030014 Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dimana persaingan tidak hanya terjadi pada perusahaan dalam satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW 30 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 KESIMPULAN 5.1.1 Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW mesin las GMAW ini adalah mesin las yang menggunakan shielding gas. Shielding gas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG Disusun : RULENDRO PRASETYO NIM : D 200 040 074 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED DESKRIPSI Semen Instan sebagai perekat untuk pemasangan Bata Ringan (AAC Block) dengan bahan dasar semen, pasir silika, filler dan adi>f yang dcampur secara

Lebih terperinci

PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL. Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT?

PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL. Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT? PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL Tanya (T-01) :Bagaimana cara kerja RUST COMBAT? JAWAB (J-01) : RUST COMBAT bekerja melalui khelasi (chelating) secara selektif. Yaitu proses di mana molekul sintetik yang

Lebih terperinci

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout):

FAQ. Pengisi Nat (Tile Grout): FAQ Pengisi Nat (Tile Grout): Q: Apa kelebihan pengisi nat AM dengan pengisi nat semen konvensional? A: Kelebihan pengisi nat AM dibandingkan dengan pengisi nat semen konvensional adalah mengandung bahan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim

3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim 3 SKS (2 P, 1 T) Dosen Pengampu : Tim Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan bahan dengan tujuan untuk memperindah (decoratif), memperkuat (reinforcing), dan melindungi (protective)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA MEDIA NaCl DENGAN VARIASI KONSENTRASI RANDI AGUNG PRATAMA

Lebih terperinci

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker

Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Tri Octa Kharisma Firdausi 1*, Arief Subekti 2, dan Rona Riantini 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengambilan data ketidaksesuaian Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang selesai tahun 2011 didapatkan dari salah satu departemen

Lebih terperinci

Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT

Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan 17500 DWT Oleh : NUR RIDWAN RULIANTO 4106100064 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Djauhar Manfaat M. Sc., Ph.D JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN

Lebih terperinci

TUGAS INDUSTRI TEACHING

TUGAS INDUSTRI TEACHING TUGAS INDUSTRI TEACHING Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Practical Teaching Di susun oleh : Abdullah Aisyah Nurjanah Asep Yayan Deasy Wijayanti Iis Nuraisah Rini Sri puspasari Saefudin

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN

TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN TATA CARA PELAKSANAAN BETON ASPAL CAMPURAN DINGIN DENGAN ASPAL EMULSI UNTUK PERKERASAN JALAN BAB I DESKRIPSI 1.1. Maksud dan Tujuan 1.1.1. Maksud Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai

BAB III METODE PERANCANGAN. Mulai. Merancang Desain dan Study Literatur. Quality Control. Hasil Analisis. Kesimpulan. Selesai BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Merancang Desain dan Study Literatur Proses Pembuatan Rangka -Pemotongan pipa -Proses pengelasan -Proses penggerindaan Proses Finishing -Proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ICS 91.100.15; 91.010.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Didalam suatu konstruksi terutama pada konstruksi yang dilakukan proses pengelasan (welding), sering sekali terjadi ketidaksempurnaan dalam proses penyambungan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING

TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Srata Satu Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 JENIS-JENIS CACAT Pada bagian ini akan dijelaskan jenis-jenis cacat yang dominan, yang ditemui selama proses pengecatan front fender JUPITER MX, yaitu : 5.1.1 Berlubang Jenis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 62 BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Visual Permukaan Sampel Pada seluruh tahapan pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berjumlah 18 (delapan belas), dengan

Lebih terperinci

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

FACILITIES PLANNING WORKSHOP FOR BLASTING SUPPORT THE ACTIVITY OF DEVELOPMENT AND REPAIR SHIP IN PT. JASA MARINA INDAH UNIT II

FACILITIES PLANNING WORKSHOP FOR BLASTING SUPPORT THE ACTIVITY OF DEVELOPMENT AND REPAIR SHIP IN PT. JASA MARINA INDAH UNIT II FACILITIES PLANNING WORKSHOP FOR BLASTING SUPPORT THE ACTIVITY OF DEVELOPMENT AND REPAIR SHIP IN PT. JASA MARINA INDAH UNIT II Samuel, Ari Wibawa Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Agar pelaksanaan penelitian lebih mudah dan sistematis, maka dibuat diagram alir penelitian serta prosedur penelitian. Dengan begitu, percobaan akan lebih terarah. 3.1. DIAGRAM

Lebih terperinci

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PABRIK PAKAN TERNAK DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP SYNCHRONOUS MANUFACTURING Budi Christianto, Witantyo Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Jl. Cokroaminoto 12A

Lebih terperinci

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah:

BAB VII LAMPIRAN. Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: BAB VII LAMPIRAN Perhitungan Neraca Massa pada Proses Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah: Ukuran buah jambu biji merah: - Diameter = + 10 cm - 1kg = 7-8 buah jambu biji merah (berdasarkan hasil pengukuran)

Lebih terperinci

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat.

BAB 3 STUDI LAPANGAN. Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan. pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan cermat. BAB 3 STUDI LAPANGAN Gambar 3.1 Kerangka pemikiran studi lapangan Saat ini proyek konstruksi bangunan bertingkat sangat berkembang, dalam pelaksanaannya segala sesuatu perlu direncanakan dengan tepat dan

Lebih terperinci