METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka analisis penelitian ini diawali dengan pemikiran atas sedikitnya hasil invensi/inovasi teknologi unggulan Badan Litbangtan yang telah dikomersialkan. Permasalahan tersebut kemudian ditentukan sebagai topik penelitian dan kemudian dilakukan observasi dan studi kepustakaan awal sehingga dapat diperoleh perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Dari hasil studi pustaka terhadap hasil invensi Badan Litbangtan yang telah dipublikasikan melalui buku 50, 100 dan 200 Inovasi Teknologi Badan Litbang Pertanian yang telah didata sampai dengan tahun 2010, diketahui bahwa terdapat 13 (tiga belas) perusahaan lisensor, dan 5 (lima) diantaranya menjadi lisensor untuk varietas jagung hibrida (Tabel 7). Dalam prosesnya hingga saat ini hanya ada 3 (tiga) perusahaan lisensor yang masih melanjutkan kerjasama tersebut. Tabel 7. Daftar Nama Perjanjian Lisensi dan Nama Lisensor No Nama Perjanjian Lisensi Nama Lisensor 1. Jagung Hibrida Varietas Bima 2 Bantimurung PT. Saprotan Nusantara Agro Utama 2. Jagung Hibrida Varietas Bima 3 Bantimurung PT. Redy Mulia Abadi* 3. Jagung Hibrida Varietas Bima 4 PT. Bintang Timur Pasifik 4. Jagung Hibrida Varietas Bima 5 PT. Sumber Alam Sutera 5. Jagung Hibrida Varietas Bima 6 PT. Makmur Sejahtera Utama* Keterangan : *) Membatalkan kerjasama lisensinya. Kerangka alur pemikiran penelitian (Gambar 12) meliputi: 1. Studi literatur: dilakukan untuk mencari bahan-bahan referensi berupa bukubuku, jurnal-jurnal, tesis dan disertasi. 2. Studi awal analisis masalah, analisis kebutuhan dan analisis keputusan mengenai strategi komersialisasi. 3. Wawancara dan diskusi serta pengisian kuesioner mengenai strategi komersialisasi hasil invensi dengan narasumber yang mengetahui permasalahan dan pihak yang sudah berpengalaman dalam strategi komersialisasi hasil invensi. 4. Analisis dan pengolahan data termasuk penyusunan matriks.

2 37 TAHAPAN PENELITIAN Penulusuran Jagung Hibrida Hasil Invensi Jagung Hibrida hasil invensi yang telah komersial Model Kerjasama Lisensi pada Jagung Hibrida Hasil Invensi Needs Assessment Data Primer/Sekunder Faktor Eksternal (EFE) Faktor Internal (IFE) INPUT Matriks Analisis EFE & IFE SWOT PENCOCOKAN QSPM AHP Kebijakan Komersialisasi Pemberian Lisensi KEPUTUSAN OUTPUT Bakuan Komersialisasi Jagung Hibrida Hasil Invensi Hasil Penelitian OUTCOME Rancangan Komersialisasi Jagung Hibrida Hasil Invensi PENULISAN HASIL PENELITIAN Gambar 12. Kerangka alur pemikiran penelitian 1 Berdasarkan kerangka alur penelitian (Gambar 12) dengan mengumpulkan permasalahan yang ditemui dalam upaya komersialisasi produk hasil invensi, khususnya pada jagung hibrida diperoleh 3 (tiga) faktor utama strategi komersialisasi jagung hibrida (Gambar 13), yaitu : 1 Diadaptasi dari penelitian Strategi Komersialisasi Produk Hasil Inovasi Badan Litbang Pertanian melalui Optimalisasi Model Kerjasama yang dibiayai KKP3T TA

3 38 1. Sumber daya manusia (SDM), dimana indikatornya yaitu kesiapan dalam menunjang proses alih teknologi baik pada pelaksana proses alih teknologi, pemanfaat alih teknologi (manajer investor selaku pelisensor), inventor/peneliti dan pengguna alih teknologi (petani/masyarakat secara luas). 2. Sarana, dimana indikatornya yaitu sistem komersialisasi termasuk didalamnya kesiapan dana dan bahan komersialisasi, yaitu : kebijakan alih teknologi termasuk didalamnya kesiapan organisasi dan pedoman valuasi invensi atau pricing technology, tata cara royalti termasuk pemanfaatannya bagi lembaga pelaksana litbang maupun inventor. 3. Hasil invensi, dimana indikatornya kesiapan hasil invensi termasuk didalamnya adanya risiko kegagalan pada hasil invensi. Strategi Komersialisasi Produk Hasil Inovasi SDM Sarana Hasil Invensi/Inovasi Peneliti/Inventor Pelaksana Alih Teknologi Pemanfaat Alih Teknologi Sistem Komersialisasi Kebijakan Tata cara royalti Kesiapan Produk Invensi Organisasi Panduan Risiko Produk Gambar 13. Skema permasalahan dan strategi komersialisasi/pemasaran produk hasil invensi (Balai PATP, 2010) Selain itu untuk mencapai fokus strategi komersialisasi jagung hibrida hasil invensi yang berbasis kerjasama maka ketiga faktor yang perlu ditingkatkan, yaitu SDM, sarana komersialisasi dan ketersediaan hasil invensi/inovasi. Ketiga faktor tersebut sangat ditentukan oleh peran aktor pengambil kebijakan, pelaksana alih teknologi, manajer investor dan inventor. Melalui ketiga aktor tersebut tujuan dalam mengembangkan komersialisasi jagung hibrida hasil invensi dapat dicapai

4 39 dengan meningkatnya jumlah jagung hibrida hasil invensi yang dilisensi dan meningkatnya kinerja inventor jagung hibrida Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi mitra/investor selaku pelisensor dan inventor jagung hibrida berada. Inventor keseluruhannya berada di Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Makassar dan mitra/investor berada di Subang, Semarang dan Sidoarjo. Lokasi penelitian tersebut ditentukan secara purposive dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal dari mitra/investor yang telah menjadi pelisensor dalam upaya mengkomersialisasikan jagung hibrida hasil invensi Badan Litbangtan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga September Narasumber Penelitian Oleh karena masih sedikitnya mitra/investor yang berperan sebagai pelisensor, maka keseluruhan mitra/investor selaku pelisensor jagung hibrida hasil invensi Badan Litbangtan yang berjumlah 3 (tiga) perusahaan, keseluruhannya digunakan sebagai narasumber, termasuk 9 (sembilan) inventor jagung hibrida yang terlibat dalam proses melaksanakan komersialisasi jagung hibrida hasil invensi. Selain narasumber investor dan inventor juga digunakan pendapat seorang pakar alih teknologi untuk mengkonfirmasi hasil yang diperoleh sekaligus yang menentukan bobot dan rating pada faktor-faktor yang diidentifikasi oleh narasumber. Keseluruhan narasumber dan pakar ditentukan tanpa pengacakan (purposive). Narasumber penelitian keseluruhannya diinterview dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1). Ketiga narasumber dari pihak mitra/investor antara lain 1 (satu) orang adalah direktur utama, 1 (satu) orang adalah manajer riset dan 1 (satu) orang adalah manajer operasional. Sedangkan untuk konfirmasi bobot dan rating digunakan pendapat 1 (satu) orang pakar alih teknologi untuk menilai bobot dan rating (Lampiran 2) pada faktor-faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dari jawaban kuesioner inventor dan mitra/investor.

5 40 Mitra/investor jagung hibrida ini umumnya baru sekitar 3 (tiga) tahun melaksanakan kerjasama lisensi dan secara keseluruhan ketiga mitra/investor merupakan perusahaan perdagangan di bidang pertanian. Sedangkan narasumber inventor keseluruhannya adalah pemulia jagung yang bertugas di Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, Makassar dengan latar belakang pendidikan S1, S2 dan S Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu : a. Data primer : diperoleh dari jawaban kuesioner (Lampiran 1 dan 2) atas permasalahan dan kebutuhan strategi komersialisasi jagung hibrida hasil invensi dan hasil wawancara, serta diskusi kepada inventor dan pihak mitra/investor yang telah menjadi pelisensor jagung hibrida hasil invensi. Hasil interview fokus pada masalah, kebutuhan dan keputusan yang tepat terkait dengan pendapat narasumber, baik mitra/investor dan inventor serta pakar alih teknologi mengenai mekanisme kerjasama yang dibutuhkan. b. Data sekunder : diperoleh melalui studi kepustakaan pada disertasi, tesis dan jurnal ilmiah ataupun populer terkait upaya komersialisasi melalui kerjasama ataupun kemitraan iptek ataupun pemberian hak lisensi pada produk hasil invensi di bidang pertanian, khususnya pengembangan varietas. Data sekunder lainnya yaitu data-data penunjang yang diperoleh secara tidak langsung seperti riwayat kerjasama dan catatan proses partnership komersialisasi. Untuk mengetahui permasalahan, kebutuhan dan keputusan yang diperlukan baik bagi inventor/peneliti jagung hibrida maupun mitra/investor sebagai pelisensor dilakukan 3 (tiga) analisis pendahuluan, yaitu analisis masalah, analisis kebutuhan dan analisis keputusan Analisis Masalah Tahapan analisis ini adalah analisis awal yang dilakukan guna mengidentifikasi masalah, termasuk kelemahan dan kekurangan sistem kerjasama yang telah terlaksana yaitu melalui pemberian hak lisensi terhadap mitra/investor selaku mitra kerjasama dan inventor selaku pemilik lisensi.

6 41 Hasil analisis masalah yang ada pada mitra/investor dan inventor, kemudian disusun menjadi suatu rumusan kebutuhan mekanisme kerjasama. Pernyataan kebutuhan yang diperlukan menjadi masukan bagi pengembangan strategi komersialisasi. Jumlah narasumber dari mitra/investor selaku pelisensor yang masih melanjutkan lisensi adalah 3 (tiga) perusahaan dan 9 (sembilan) peneliti/inventor jagung hibrida kemudian didata masalah sistem komersialisasinya. Dari kedua belah pihak mitra/investor dan inventor yang Tidak Puas dengan strategi yang ada saat ini, maka dapat disimpulkan dibutuhkan suatu pengembangan strategi komersialisasi yang dapat lebih meningkatkan komersialisasi jagung hibrida hasil invensi agar dapat lebih banyak lagi dilisensikan kepada mitra/investor. Penilaian atas identifikasi mekanisme kerjasama tersebut dibagi atas : (a) Sangat penting (very important) dengan skor 5; (b) Penting (important) dengan skor 4; (c) Ragu-ragu (average) dengan skor 3; (d) Kurang penting (not that important) dengan skor 2; (e) Tidak penting (not important) dengan nilai 1. Adapun faktor yang akan menjadi kriteria penentu dalam strategi komersialisasi akan menjadi pertanyaan dalam kuesioner (Tabel 8). Tabel 8. Daftar faktor yang akan dinilai dalam kuesioner Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) Profil Investor Profil Inventor Profil Pelaksana Alih Teknologi Sarana/Prasarana Sistem Komersialisasi Kebijakan Alih Teknologi Valuasi Invensi (Pricing Technology) Tata cara Royalti Teknologi/Hasil Invensi Kedudukan/posisi invensi pada daur teknologi Kebaruan dan langkah inventif Tahap pengembangan teknologi Kemudahan pengembangan produksi Daya saing produk

7 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dalam kerjasama untuk upaya komersialisasi jagung hibrida hasil invensi. Pada analisis ini digunakan skala Likert (Tabel 9) untuk beberapa faktor yang menjadi indikator dalam kerjasama komersialisasi. Faktor-faktor tersebut yaitu (1) Penyediaan layanan kerjasama, termasuk fasilitasi lembaga berupa memorandum of understanding (MOU), informasi hasil invensi, fasilitisasi temu bisnis, termasuk analisis prospek bisnis hasil invensi; (2) Fasilitasi pendampingan, termasuk adanya layanan pendampingan (technical service) dari inventor, keterbukaan hasil invensi, serta layanan lainnya; dan (3) Jaminan aturan kerjasama, termasuk tata cara pembagian royalti, layanan perencanaan bisnis, rambu-rambu aturan kerjasama, dan adanya sanksi bila ada pelanggaran dari aturan kerjasama. Tabel 9. Skor skala likert analisis kebutuhan Kriteria Nilai Tidak penting 1 Kurang penting 2 Penting 4 Sangat Penting Analisis Keputusan Dari hasil analisis masalah dan analisis kebutuhan kemudian dilakukan analisis keputusan terhadap strategi komersialisasi yang menjadi usulan apakah tetap dilanjutkan atau tidak. Analisis keputusan tersebut dilakukan dengan menyusun matriks QSPM dan kemudian diuji dengan membandingkan nilai AS (Attractiveness Score) dan TAS (Total Attractiveness Score), nilai tertinggi menunjukkan peringkat pertama alternatif strategi yang terbaik. Nilai TAS merupakan hasil perkalian bobot dengan masing-masing dengan nilai AS Konsep Operasional Pemahaman mengenai obyek yang diteliti termasuk beberapa istilah perlu dijelaskan untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda terhadap masalah yang sama dan menghindari adanya duplikasi maupun pengabaian dalam

8 43 pengumpulan data. Dengan demikian diharapkan ada persamaan pemahaman atas obyek yang diteliti. Berapa konsep operasional pada penelitian ini adalah : 1. Produk hasil inovasi (PHI) adalah hasil kegiatan penelitian yang berupa produk invensi seperti varietas, formula, proses, model, prototipe atau jasa. 2. PHI yang dilisensi adalah hasil kegiatan penelitian yang sudah dilisensikan. 3. PHI yang diadopsi adalah hasil kegiatan penelitian yang sudah dimanfaatkan secara meluas di masyarakat (adopsi). 4. Perjanjian lisensi adalah perjanjian pengalihan pengelolaan dan pendayagunaan invensi dari pemilik invensi kepada pengguna invensi melalui lisensi. 5. Lisensi adalah ijin penggunaan/pemanfaatan hasil invensi dalam jangka waktu dan syarat tertentu yang diberikan pemilik invensi kepada pengguna berdasarkan perjanjian antar kedua belah pihak. 6. Pelaksana Alih Teknologi adalah orang yang bekerja melaksanakan proses alih teknologi dari hasil teknologi yang telah teridentifikasi nilai komersialnya. 7. Pengambil Kebijakan Kerjasama adalah pihak manajerial dalam organisasi yang berhak memutuskan terjalinnya kerjasama dalam penelitian ataupun kerjasama dalam alih teknologi, yaitu direktur mitra/investor atau kepala unit kerja/kepala balai. 8. Peneliti/Inventor adalah orang yang bekerja sebagai peneliti dan menghasilkan invensi yang baru. 9. Mitra/Investor adalah organisasi/perusahaan yang bermitra bersama dengan inventor melalui unit kerjanya dalam melaksanakan alih teknologi secara komersial. 10. Manajer R&D Mitra/Investor adalah pihak manajerial perusahaan/investor yang terlibat langsung pada kelanjutan kerjasama lisensi. 11. Business Plan (Perencanaan Bisnis) adalah perencanaan sisi bisnis atas hasil invensi untuk pengembangan secara komersial demi mencapai keuntungan yang diharapkan. 12. Technical Service (Pendampingan Teknis) adalah layanan pendampingan/ asistensi bagi investor dari inventor sehingga invensi dapat optimal hasilnya.

9 Kurva daur hidup teknologi adalah skema penggambaran siklus hidup teknologi yang digambarkan sebagai kurva s. 14. Kebijakan alih teknologi adalah kebijakan alih teknologi dalam rangka pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan atau orang, baik yang berada dalam lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri atau sebaliknya. 15. Royalti adalah kompensasi bernilai ekonomis dalam rangka alih teknologi yang diberikan oleh penerima alih teknologi kepada pemilik invensi. 16. Fleksibel adalah sifat mudah menyesuaikan dengan keadaan. 17. Kompatibel adalah sifat mudah dipakai sesuai dengan fungsinya. 18. Plagiasi adalah peniruan atas hasil invensi bisa yang sifatnya peniruan sebagian atau bahkan pada keseluruhan bagian invensi. 19. BUSS (Baru, Unik, Stabil dan Seragam) adalah 4 (empat) kontribusi sifat invensi yang harus ada sebelum sebuah invensi dikomersialisasikan dan layak dikatakan sebagai sebuah invensi. 20. Promosi adalah kegiatan pengenalan invensi baik itu hanya berupa seminar, ekspose, atau bahkan round table meeting dimana investor mencari teknologi/invensi yang terbaru yang sesuai dengan kebutuhannya. 21. Pra Lisensi adalah masa pada saat status HKI belum definitif dimana mitra melakukan kerjasama penelitian partisipatif sejak penelitian hulu (proses perakitan teknologi) atau pada penelitian hilir (uji multilokasi, uji efektifitas/efikasi, uji pasar, dll) dan kemudian berhak memperoleh prioritas sebagai pemegang pra lisensi atau lisensi. 22. Valuasi invensi adalah penetapan nilai/penentuan harga/penentuan nilai atas hasil invensi yang menunjukkan nilai atau harga suatu invensi/teknologi sebagai dasar untuk penetapan besarnya royalti baik yang dibayar di muka sekaligus atau secara regular perwaktu Pengolahan dan Analisis Data Dari interview dengan kedua pihak narasumber, mitra/investor dan inventor akan diperoleh faktor-faktor. Faktor-faktor yang terkumpul tersebut, kemudian

10 45 dikelompokkan sebagai faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Kemudian masing-masing faktor ditentukan bobot dan ratingnya oleh pakar yang mampu memberikan pendapatnya dalam memberikan bobot dan rating pada masing-masing faktor internal dan faktor eksternal. Keseluruhannya merupakan input dasar yang digunakan untuk menyusun beberapa matriks sebelum akhirnya sampai pada tahapan AHP Penyusunan Matriks Perumusan strategi yang digunakan dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu : 1. Tahap I (Tahap Input) dalam kerja perumusan strategis terdiri dari: a. Matriks IFE b. Matriks EFE Matriks IFE dan EFE adalah matriks faktor-faktor internal dan eksternal jagung hibrida hasil invensi yang disusun berdasarkan pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki dan dihadapi jagung hibrida hasil invensi yang berkaitan dengan kegiatan komersialisasi dalam rangka alih teknologi. Matriks IFE digunakan untuk menganalisa faktor-faktor internal, mengklasifikasikannya pada kekuatan dan kelemahan bagi jagung hibrida hasil invensi, kemudian dilakukan pembobotan (Tabel 9). Sedangkan Matriks EFE digunakan untuk menganalisa faktor-faktor eksternal, yaitu peluang dan ancaman. Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dalam matriks IFE dan EFE (Umar, 2008), yaitu: a. Buat daftar critical success factor (CSF) (faktor-faktor utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan atau kegagalan) untuk aspek eksternal yang mencakup peluang dan ancaman bagi jagung hibrida hasil invensi. b. Tentukan bobot dari faktor-faktor utama tadi dengan skala yang lebih tinggi bagi yang berprestasi tinggi dan begitu pula sebaliknya. Jumlah seluruh bobot harus 1,0. Nilai bobot dicari dan dihitung dari rata-rata produk invensi di bidang pertanian, khususnya varietas. c. Tentukan rating untuk setiap faktor-faktor penentu dengan nilai antara 1 sampai dengan 4, dimana :

11 46 1 = di bawah rataan; 2 = rataan; 3 = di atas rataan; dan 4 = sangat bagus Faktor Strategis Internal Kekuatan Kelemahan Total Sumber : David, Tabel 10. Matriks IFE Bobot Rating Skor (a) (b) (c) Rating ditentukan berdasarkan efektifitas strategi komersialisasi. a. Kalikan nilai bobot (a) dengan nilai ratingnya (b) untuk mendapatkan skor (c) untuk semua faktor-faktor utama. b. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai total skor matriks EFE 4,0, mengindikasikan bahwa Badan Litbangtan merespon dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-peluang yang ada dan mampu mengantisipasi ancaman pesaingnya. Nilai rata-rata adalah total skor 2,5. Nilai total skor IFE di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. 2. Tahap II (Tahap Pencocokan), berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan faktor internal kunci, melalui Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT). a. Langkah pertama, buat daftar kekuatan kunci internal; b. Langkah kedua, buat daftar kelemahan kunci internal; c. Langkah ketiga, buat daftar peluang eksternal;

12 47 d. Langkah keempat, buat daftar ancaman eksternal; e. Langkah kelima, cocokkan kekuatan-kekuatan internal dan peluangpeluang eksternal, dan catat hasilnya dalam sel Strategi SO (Strengths dan Opportunities) atau strategi intensif; f. Langkah keenam, cocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel Strategi WO (Weaknesess dan Opportunities) atau strategi turn arround. g. Langkah ketujuh, cocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancamanancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel Strategi ST (Strengths dan Threaths) atau strategi diversifikasi. h. Langkah kedelapan, cocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel Strategi WT (Weaknesess dan Threats) atau strategi defensif/konsolidasi. Perlu diketahui bahwa kegunaan dari setiap alat pada Matching Stage adalah untuk mengembangkan strategi alternatif yang fisibel untuk dilaksanakan, bukan untuk memilih atau menentukan strategi mana yang terbaik. 3. Tahap III (Tahap Keputusan), melibatkan strategi tunggal berupa Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif menggunakan input dari tahap satu untuk mengevaluasi secara objektif alternatif-alternatif strategi yang layak dan dengan demikian memberikan dasar tujuan untuk memilih strategi yang spesifik (David, 2009). Dalam perumusan strategi yang dipilih adalah Matriks IFE-EFE, Analisis SWOT dan Analisis QSPM. Tahap penyusunan matriks QSPM adalah : a. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, ini diperoleh dari matriks IFE dan EFE. b. Beri bobot (a) pada masing-masing faktor kunci sukses eksternal dan faktor kunci sukses internal. Bobot ini juga sama dengan yang ada di matriks IFE dan matriks EFE.

13 48 c. Teliti matriks-matriks pada b) dan identifikasi strategi alternatif yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan. Catat strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM. Kelompokkan strategi-strategi tersebut ke dalam kesatuan mutually exclusive, jika memungkinkan. d. Tentukan Attractiveness Score (AS), yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. AS ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing faktor kunci sukses internal dan faktor kunci sukses eksternal. Tentukan bagaimana peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat. Jika, dari peran tersebut adalah besar, maka strategi-strateginya harus dibandingkan relatif pada faktor utama itu. Secara rinci, nilai AS harus ada pada masing-masing strategi untuk menunjukkan kemenarikan relatif dari satu strategi terhadap strategi lainnya. Batasan nilai Attractiveness Score adalah 4 = sangat menarik, 3 = secara logis menarik, 2 = agak menarik dan 1 = tidak menarik. e. Hitunglah Total Attractiveness Score (TAS). Total Attractiveness Score didapat dari perkalian bobot (b) dengan AS (d) pada masing-masing baris. TAS menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif strategi. f. Selanjutnya hitung Sum Total Attractiveness Score (STAS). Jumlahkan semua Total Attractiveness Scores pada masing-masing kolom QSPM dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggi yang menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir. Tabel 11. Contoh Matriks QSPM CSF Bobot Strategi Strategi Strategi Pertumbuhan Intensif Pertumbuhan Integratif Diversifikasi (AS) (TAS) (AS) (TAS) (AS) (TAS) a b axb c axc d axd Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total Sumber : Umar, 2008.

14 Penyusunan Struktur Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan strategi alternatif strategi komersialisasi jagung hibrida hasil invensi dilakukan dengan AHP dengan bantuan program Expert Choice AHP digunakan untuk menentukan peringkat beberapa alternatif strategi yang sudah diperoleh dari analisis SWOT dan QSPM. Langkah dalam menyusun struktur dilakukan dengan mendefinisikan fokus goal yang ingin dicapai melalui beberapa faktor yang paling berpengaruh sebagai unsur faktor pada tingkat 2 (dua), aktor yang berperan pada pencapaian fokus goal pada tingkat 3 (tiga), tujuan yang berperan pada pencapaian fokus goal pada tingkat 4 (empat), dan alternatif strategi yang dapat menjadi prioritas pada tingkat 5 (lima) Kerangka Kerja AHP Kerangka kerja AHP terdiri dari 8 (delapan) langkah utama (Saaty, 1993) berikut : 1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria, kreativitas dan elemen-elemen yang menyusun struktur hirarki. Komponen sistem dalam hirarki dapat diidentifikasi berdasarkan kemampuan para analis untuk menemukan unsur-unsur yang dilibatkan dalam suatu sistem dan dapat dilakukan dengan memperoleh informasi yang relevan dengan masalah yang sedang dihadapi. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Penyusunan hirarki berdasarkan pada jenis keputusan yang akan diambil. Setiap set unsur dalam hirarki menduduki satu tingkat hirarki. Pada tingkat puncak hirarki hanya terdiri dari satu unsur yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat berikutnya dapat terdiri dari beberapa unsur yang dibagi dalam kelompok homogen, yang berjumlah antara 5 (lima) sampai 9 (sembilan) unsur, agar dapat dibandingkan dengan unsur-unsur yang berada di tingkat atasnya. Tahap ini tetap melibatkan

15 50 responden dengan tujuan agar responden mulai memahami alur pertimbangan yang akan dilakukan berdasarkan struktur hirarki yang dihasilkan. 3. Menyusun matriks banding berpasangan. Dalam matriks ini (Tabel 12), pasangan-pasangan unsur dibandingkan berkenaan dengan kriteria di tingkat yang lebih tinggi, dimulai dari puncak hirarki untuk fokus goal yang merupakan dasar untuk melakukan perbandingan berpasangan antar unsur yang terkait dengan yang dibawahnya. Menurut perjanjian suatu unsur yang ada di sebelah kiri diperiksa perihal dominasi atas yang ada di sebelah kiri suatu elemen di puncak matriks (pembandingan pertama dilakukan pada level kedua terhadap fokus goal). Pada tahap ini responden tidak dilibatkan, karena matriks banding berpasangan hanya disusun berdasarkan hirarki yang telah dibuat sebelumnya. Tabel 12. Contoh matriks banding berpasangan F1 F2 F3 F4 F F2 1/3 1 F3 1/5 1 F4 1/7 1 Sumber : Dermawan, Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil matriks banding berpasangan antar unsur pada langkah 3. Setelah matriks banding berpasangan selesai dibuat, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembandingan berpasangan antara unsur pada kolom ke-i dengan setiap unsur pada baris ke-j yang berhubungan dengan fokus goal. Pembandingan berpasangan antar unsur dilakukan dengan pertanyaan. Seberapa kuat unsur baris ke-i didominasi atau dipengaruhi oleh fokus goal dibandingkan dengan kolom ke-j. Untuk mengisi matriks banding berpasangan digunakan skala banding yang dijelaskan pada Tabel 12.

16 51 5. Memasukkan nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama dan di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Matriks di bawah diagonal utama diisi dengan nilai-nilai kebalikannya. Misalnya elemen F12 memiliki nilai 3, maka nilai unsur F21 adalah kebalikannya, yaitu 1/3. setelah itu prioritas dicari dan konsistensinya diuji. Contoh penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel Melaksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hirarki. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen atau elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki, berkenaan dengan kriteria unsur di atas. Ada 2 (dua) macam matriks pembanding yang dipakai dalam AHP, yaitu: a. Matriks Pendapat Individu (MPI) MPI adalah matriks hasil pembandingan oleh individu. Unsurnya disimbolkan oleh a ij, yaitu unsur matriks baris ke-i dan kolom ke-j. Gambar matriks pendapat individu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Skala utama model AHP Intensitas Definisi Penjelasan Kepentingan 1 Equal Importance Dua aktivitas memberikan kontribusi sama terhadap tujuan 3 Moderate Importance Pengalaman dan penilaian memberikan nilai tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya 5 Strong Importance Pengalaman dan penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya 7 Very Strong Importance Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lain 9 Extreme Importance Satu aktivitas secara pasti menempati urutan tertinggi dalam tingkatan preferensi 2,4,6,8 Nilai kompromi atas nilai-nilai di atas Penilaian kompromi secara numeris dibutuhkan semenjak tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan tingkat preferensi Sumber: Dermawan, 2005.

17 52 Tabel 14. Matriks pendapat individu (Saaty, 1993) G A1 A2... An A1 a 11 a a 1n A2 a 21 a a 2n An a n1 a n2... a nm b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) MPG merupakan matriks baru yang unsurnya berasal dari rataan geometrik pendapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0.1 atau 10%. Unsurnya disimbolkan oleh g ij yaitu elemen matriks baris ke-i dan kolom ke-j. Untuk lebih jelas pada Tabel 15 dapat dilihat bentuk MPG. Syarat-syarat MPG yang bebas dari konflik tersebut adalah: a. Pendapat masing-masing individu pada baris dan kolom yang sama memiliki selisih kurang dari empat satuan antara nilai dari pendapat individu yang tertinggi dengan yang terendah. b. Tidak terdapat angka kebalikan pada baris dan kolom yang sama. Rumus matematika untuk rata-rata geometrik adalah : g ij m n a k... (1) k 1 ij g ij = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j (a ij ) = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI ke-j k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat m = jumlah MPI yang memenuhi syarat Tabel 15. Matriks pendapat gabungan (Saaty, 1993) G G1 G2... Gn G1 g 11 g g 1n G2 g 21 g g 2n... g 31 g Gn g n1 g n2... g nn

18 53 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Pengolahan matriks terdiri dari 2 (dua) tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. a. Pengolahan horizontal, yaitu terdiri dari penentuan vektor prioritas, uji konsistensi dan revisi pendapat bila diperlukan. Tahapan perhitungan dalam pengolahan horizontal adalah : 1) Perkalian baris (Z) dengan rumus Z i = n n a ij k 1... (2) (i,j = 1,2,3,...n) 2) Perhitungan Vektor Prioritas atau Eigen Vektor dengan rumus VP i = n n n k 1 n a n i 1 k 1 ij a ij... (3) VP = (VP i ), untuk i = 1,2,3...,n 3) Perhitungan Eigen Maks dengan rumus VA = a ij VP... (4) dengan VA = (VA i ) VA VB = VP dengan VB = (Vb i ) maks vb i n i 1... (5) n 1... (6) untuk i = 1,2,3,...,n 4) Perhitungan Consistency Index (CI) dengan rumus CI = maks n n 1... (7)

19 54 5) Perhitungan Ratio Consistency (CR) dengan rumus CI CR = RI... (8) RI : Random Index yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory (Saaty, 1993) dari matriks berorde 1 s/d 15 yang menggunakan contoh berukuran 100 (Tabel 17). b. Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap unsur pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila CV ij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka : CV ij = CH t, i 1 VW i 1 ij t Untuk i = 1,2,3,...n j = 1,2,3,...n t = 1,2,3,...n Tabel 16. Nilai Random Index matrik berorde 1 s/d 15 N RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 Sumber: Fewidarto, Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas kriteria yang bersangkutan dan menjumlah hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak yang sesuai dengan dimensi dari masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Rasio konsistensi ini harus bernilai 10% atau kurang, jika tidak mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden membuat perbandingan berpasangan. Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan komputer dimana rasio konsistensi diperoleh secara otomatis setelah input setiap matriks dimasukkan seluruhnya pada software Expert Choice 2000.

20 55 Untuk langkah pertama sampai langkah ke enam, pengolahan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2007, sedangkan untuk langkah ke tujuh sampai langkah ke delapan, pengolahan data dengan menggunakan software Expert Choice Metode AHP digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan strategi komersialisasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dimiliki oleh mitra investor, khususnya keputusan yang diambil guna meningkatkan komersialisasi jagung hibrida hasil invensi agar lebih banyak lagi dilisensikan kepada mitra/investor.

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan yang terjadi pada industri minuman ringan membuat setiap industri yang bergerak memproduksi minuman ringan harus selalu mengkaji ulang secara terus-menerus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER INVENTOR/INVESTOR

LAMPIRAN 1 KUESIONER INVENTOR/INVESTOR 100 LAMPIRAN 1 KUESIONER INVENTOR/INVESTOR 101 Pertanyaan Wawancara dengan Inventor/Investor INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KOMERSIALISASI JAGUNG HIBRIDA HASIL INVENSI MELALUI

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 29 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategik dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Gambaran Umum Badan Litbang Pertanian Badan Litbangtan merupakan lembaga penelitian di bidang pertanian dibawah Kementerian Pertanian yang mengemban tugas, pokok dan fungsi

Lebih terperinci

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha sate bebek H. Syafe i Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang 23 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang lingkup wilayah kerja Dinas Perkebunan Kabupaten Batu Bara dan Dinas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pemilihan stretegi bersaing yang tepat sangat diperlukan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada. Tahapan dimulai dengan pembangunan konstruksi hirarki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS), Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan kopi bubuk Inkopas Sejahtera, Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja, karena adanya pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN Industri farmasi merupakan salah satu industri besar dan berpengaruh di Indonesia, karena Indonesia merupakan pasar obat potensial (Pharos, 2008) Hingga saat

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian III. METODE KAJIAN 3.. Kerangka Pemikiran Kajian Sinergi yang saling menguntungkan antara petani dan perusahaan (PT ATB) dalam pengusahaan perkebunan merupakan faktor penting dalam usaha pengembangan perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) III. METODE PEELITIA. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Maret 2009. Jenis dan Sumber Data.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan bisnis pada PT.Griya Nutrisi Bandung yang beralamat di Jl. Sampurna No. 5 Bandung. Adapun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan melakukan studi kasus di UMKM sulam usus Galeri Aan Ibrahim. Pengolahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei sedangkan metodenya yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian survei merupakan penelitian kuantitatif dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Proses perumusan strategi pada restoran Kebun Kita dimulai dengan mengetahui visi dan misinya, kemudian menganalisis permasalahan yang terjadi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi eksternal dan internal PT. Padang Digital Indonesia saat ini

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING 3.1 Penetapan Kriteria Penelitian Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis alternatif-alternatif strategi bisnis yang akan digunakan Restaurant PT Okirobox Indonesia

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR

PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR PERUMUSAN STRATEGI PERUSAHAAN PT X MENGGUNAKAN MATRIKS EVALUASI FAKTOR Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak: Perubahan lingkungan industri dan peningkatan persaingan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan BPK RI Nomor 23/SK/

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alur /Kerangka Desain Penelitian Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat oleh Sugiyono, dikutip bahwa: Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang bertujuan membantu memecahkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Curug Jaya di Kampung Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis strategi pengembangan usaha di lakukan di Mangestoni Putri Poultry Shop, Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Diamond Journey Network, yang merupakan badan usaha yang bergerak di bidang pariwisata. Diamond Journey ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus suatu rantai pasokan udang vaname. Penelitian ini dilaksanakan di berbagai tempat, yaitu pada produsen benih

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di outlet takoyummy yang berlokasi di Plaza Ekalokasari Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek dan Tempat Penelitian Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh Industri Hilir Teh (IHT) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Cibiru,

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada restoran iga bakar Mang Opan yang terletak di Jl. Adhyaksa II No.1A, Buah Batu, Bandung. Pemilihan tempat dilakukan

Lebih terperinci