BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM"

Transkripsi

1 BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERUBAHAN PERILAKU PESERTA PROGRAM Partisipasi merupakan keterlibatan seseorang atau masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam suatu kegiatan pembangunan untuk menciptakan, melaksanakan, serta memelihara lingkungan yang bersih dan sehat. Tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga dianalisis melalui tahapan partisipasi, faktor-faktor yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal, serta hubungannya dengan perubahan perilaku peserta program dalam mengelola sampah domestik. 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Peserta Program Tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga berhubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar individu. Baik faktor internal maupun faktor eksternal diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi peserta program. Melalui pengujian hipotesis dengan mengkorelasikan tingkat partisipasi peserta program dengan faktor-faktor internal maupun eksternal, sehingga dapat dilihat keeratan hubungan antara variabel-variabel yang termasuk dalam faktor internal dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi peserta program. Tabel 5 menunjukkan secara ringkas mengenai jumlah dan persentase faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi responden di RW 14, Perumahan Griya Pancoran Mas Indah, Kota Depok. Berdasarkan hasil pengolahan data dalam Tabel 5. sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga (tidak bekerja) usia dewasa dengan rata-rata tingkat pendidikan tinggi. Rata-rata lama tinggal responden di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah yaitu enam sampai dengan 11 tahun dengan status tempat tinggal adalah rumah sendiri. Responden cenderung sering menghadiri kegiatan bimbingan dan penyuluhan mengenai Program Komposting Rumah Tangga. Luas

2 halaman responden tergolong sempit, namun kondisi lingkungan rumah seluruh responden adalah bersih. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Faktor-faktor yang berhubungan dengan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Faktor Jumlah Persentase (orang) Muda 6 7,8 Usia Dewasa 67 87,0 Tua 4 5,2 Tingkat Rendah 5 6,5 pendidikan Tinggi 72 93,5 PNS 11 14,3 Jenis pekerjaan Pegawai Swasta 17 22,1 Wiraswasta 11 14,3 Lainnya 38 49,4 Rendah 5 6,5 Internal Tingkat Sedang 16 20,8 pendapatan Tinggi 20 26,0 Tidak berpenghasilan 36 46,8 Tidak bekerja 39 50,6 Lama kerja Tidak sibuk 5 6,5 Sibuk 33 42,9 Lama tinggal Baru 30 39,0 Lama 47 61,0 Rumah sendiri 74 96,1 Status tempat Sewa/kontrak/kos 2 2,6 tinggal Menumpang 1 1,3 Tidak punya halaman 12 15,6 Luas halaman Sempit 56 72,7 Luas 9 11,7 Eksternal Kondisi Kotor 0 0 lingkungan rumah Bersih Frekuensi hadir Sering 48 62,3 bimbingan dan Jarang 6 7,8 penyuluhan Tidak menjawab 23 29, Hubungan Faktor Internal dengan Peserta Program Faktor internal yang meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, lama kerja, lama tinggal, dan status tempat tinggal serta korelasi antara kedua jenis faktor tersebut terhadap tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga.

3 Usia Usia merupakan satuan umur responden dalam tahun yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan. Usia terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan Teori Hurlock, yakni usia muda (kurang dari 30 tahun), usia dewasa (antara 30 sampai dengan 50 tahun), dan usia tua (lebih dari 50 tahun). Hasil pengolahan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi paling tinggi adalah 66,7 persen responden usia muda, sedangkan paling rendah adalah 75 persen responden usia tua. Tabel 6. Persentase Responden Menurut Usia dan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Muda 33,3 66,7 Usia Dewasa 37,3 62,7 Tua Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,130 artinya antara usia dengan tingkat partisipasi berkorelasi negatif dan tidak nyata. Artinya, semakin tua usia responden, maka tingkat partisipasinya semakin rendah. Hal berkaitan dengan tingkat pemahaman responden terhadap program, semakin tua usia responden, maka tingkat pemahaman terhadap program semakin berkurang, artinya, responden dengan usia tua sulit menerima dan memahami program dikarenakan faktor usia, sehingga hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam program cenderung rendah. Namun, semakin muda usia responden, maka tingkat pemahaman terhadap program menjadi semakin tinggi, artinya usia muda lebih mudah menerima dan memahami program dibandingkan dengan usia tua, sehingga tingkat partisipasi dalam program cenderung tinggi. Hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi tidak nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 6 hanya berlaku bagi responden dan tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden. Berdasarkan hasil pengolahan data, tingkat pendidikan

4 dikategorikan menjadi rendah dan tinggi. Tingkat pendidikan kategori rendah adalah responden yang tidak sekolah, tamat SD, dan tamat SMP. Responden yang tergolong kategori berpendidikan tinggi adalah responden yang tamat SMA, Diploma (D1, D2, D3) dan Sarjana atau Pascasarjana. Tabel 7 menujukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 62,5 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi, sedangkan 60 persen responden tingkat pendidikan rendah, tingkat partisipasin cenderung rendah. Tabel 7. Tingkat Pendidikan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi di RW14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Rendah 33,3 66,7 Tinggi 37,3 62,7 Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai +0,114 artinya antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Apabila semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin luas pengetahuan sehingga memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan, kemudian hal ini berpengaruh terhadap keterlibatannya dalam program pengelolaan sampah rumah tangga. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 7 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14) Jenis Pekerjaan Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 76,5 persen responden yang termasuk dalam kategori lainnya, yaitu ibu rumah tangga, karena ibu rumah tangga memiliki lebih banyak waktu luang untuk berpartisipasi dalam program, sedangkan 63,6 persen responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta memiliki tingkat partisipasi terendah dikarenakan waktu kerja mereka lebih lama (sibuk).

5 Tabel 8. Jenis Pekerjaan Persentase Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Swasta 63,6 36,4 Ibu Rumah Tangga 23,5 76,5 Wiraswata 36,4 63,6 PNS 39,5 60,5 Hasil uji koreasi Chi-Square (Lampiran 7) didapatkan nilai x 2 hitung lebih kecil daripada x 2 tabel (0,053< 6,251), sehingga H 0 diterima, jadi tidak hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara jenis pekerjaan dengan rendah atau tingginya tingkat partisipasi responden dalam program. Teori Angell (1967) seperti dikutip oleh Bakri (1992) menyatakan bahwa individu yang bekerja cenderung berpartisipasi dalam program, namun dalam penelitian ini tingkat partisipasi ibu rumah tangga (tidak bekerja) cenderung tinggi, daripada pegawai swasta, PNS, atau wiraswasta yang memilik pekerjaan tetap, sehingga tidak terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang dihasilkan per bulan atau pendapatan bersih dari hasil bersih yang diterima sesuai dengan mata pencaharian responden setiap bulan ditambah dengan pendapatan bersih yang diperoleh dari usaha lainnya. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah (pendapatan kurang dari Rp ), sedang (pendapatan antara Rp sampai dengan Rp ), dan tinggi (pendapatan lebih dari Rp ). Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 81,25 persen responden yang tidak memiliki pendapatan, dalam hal ini adalah ibu rumah tangga, sedangkan tingkat partisipasi terendah adalah 35 persen responden dengan tingkat pendapatan tinggi.

6 Tabel 9. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Tingkat Pendapatan Tidak ada 18,75 81,25 Rendah 38,9 61,1 Sedang Tinggi Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,038, artinya antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi berkorelasi negatif dan tidak nyata. Artinya, semakin rendah tingkat pendapatan responden, maka semakin tinggi partisipasi responden dalam program. Angell (1967) seperti yang dikutip oleh Bakri (1992) menyatakan bahwa semakin tinggi penghasilan makin banyak partisipasi yang diberikan, sebab jika seseorang tak dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya cenderung untuk tidak berpartisipasi. Namun, hasil pengolahan data menunjukkan bahwa semakin tidak berpenghasilan (tidak bekerja) maka kontribusi waktu lebih banyak, sehingga tingkat partisipasi lebih tinggi daripada responden yang memiliki pendapatan tinggi dengan kontribusi waktu lebih sedikit sehingga tingkat partisipasi dalam program cenderung rendah. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi tidak nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 9 tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14) Lama Kerja Lama kerja dalam penelitian ini didefinisikan sebagai rata-rata total waktu bekeja responden dalam satuan jam per hari. Tabel 10 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 61,5 persen responden yang tidak bekerja yakni ibu rumah tangga, sedangkan responden yang paling rendah tingkat partisipasinya adalah 60,6 persen responden yang sibuk bekerja.

7 Tabel 10. Persentase Responden Menurut Lama Kerja dan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Tidak bekerja 38,5 61,5 Lama kerja Tidak sibuk Sibuk 60,6 39,3 Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai -0,009, artinya antara lama kerja dengan tingkat partisipasi berkorelasi negatif dan tidak nyata. Artinya, semakin rendah lama kerja responden, maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden. Responden yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) memiliki curahan waktu luang lebih besar daripada responden waktu kerjanya lebih lama (kategori sibuk). Hal ini berpengaruh terhadap tingkat partisipasi responden terhadap program dimana responden yang memiliki curahan waktu luang lebih banyak dapat lebih sering berpartisipasi dalam program daripada responden yang curahan waktu luangnya sedikit. Hubungan antara lama kerja dengan tingkat partisipasi tidak nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 10 tidak dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14) Lama Tinggal Lama tinggal adalah satuan tahun lama tinggal responden di Perumahan Griya Pancoran Mas Indah sejak perumahan tersebut dibangun yakni rentang waktu antara tahun 1998 hingga saat ini (tahun 2009). Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 63,8 persen responden yang sudah lama menetap di lokasi penelitian yakni enam sampai dengan 11 tahun, sedangkan tingkat partisipasi 43,3 persen responden yang baru menetap nol sampai dengan lima tahun adalah yang paling rendah. Tabel 11. Persentase Responden Menurut Lama Tinggal dan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Lama Tinggal Baru 43,3 56,7 Lama 36, 2 63,8

8 Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai +0,072, artinya antara lama tinggal dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin lama responden tinggal di suatu wilayah, maka semakin besar pula rasa memiliki dan perasaan bahwa dirinya (responden) sebagai bagian dari lingkungan tempat tinggalnya serta kuatnya keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan dimana ia tinggal sehingga tingkat partisipasi juga semakin tinggi. Hubungan antara lama tinggal dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 11 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14) Status Tempat Tinggal Status kepemilikan tempat tinggal didefinisikan sebagai status kepemilikan rumah yang ditinggali oleh responden. Tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 62,2 persen responden dengan status tempat tinggal rumah sendiri, sedangkan yang paling rendah tingkat partisipasinya adalah 100 persen responden yang status tempat tinggalnya menumpang. Artinya semakin tidak memiliki rumah sendiri, maka tingkat partisipasinya semakin rendah dan sebaliknya semakin memiliki rumah sendiri maka tingkat partisipasinya semakin tinggi. Namun, berdasarkan hasil uji koreasi Chi-Square didapatkan nilai x 2 hitung lebih kecil daripada x 2 tabel (0,053< 4,605) sehingga H 0 diterima, jadi tidak hubungan antara status tempat tinggal dengan tingkat partisipasi responden. Tabel 12. Persentase Responden Menurut Status Tempat Tinggal dan Tingkat Partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Status tempat tinggal Rumah Dinas 0 0 Rumah sendiri 37,8 62,2 Sewa/kontrak/kos Menumpang Hubungan Faktor Eksternal dengan Peserta Program Faktor eksternal yang meliputi luas halaman, kondisi lingkungan rumah, dan frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan, beserta hubungan korelasi antara

9 kedua jenis faktor tersebut terhadap tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga Luas Halaman Luas halaman didefinisikan sebagai satuan meter persegi halaman rumah yang dikategorikan menjadi sempit (0-49 m 2 ) dan luas ( m 2 ). Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tinggi adalah 64,3 persen responden yang memiliki halaman luas ( m 2 ), sedangkan tingkat partisipasi terendah terdapat pada 50 persen responden yang tidak memiliki halaman rumah. Tabel 13. Persentase Responden Menurut Luas halaman dan Tingkat partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Sempit 44,4 55,6 Luas halaman Luas 35,7 64,3 Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai +0,044, artinya antara luas halaman dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya semakin luas halaman rumah responden, maka tingkat partisipasinya semakin tinggi. Responden yang memiliki halaman lebih luas maka memiliki tempat yang lebih luas untuk menerapkan pelaksanaan program, karena pengolahan sampah rumah tangga baik dengan Keranjang Takakura dan lubang resapan Biopori memerlukan lahan. Responden yang tidak memiliki halaman rumah, maka berpotensi untuk tidak melaksanakan kegiatan karena tidak tersedianya lahan untuk mengolah sampah rumah tangga dengan metode tersebut. Hubungan antara luas halaman dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 13 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14) Keadaan Lingkungan Rumah Keadaan lingkungan rumah meliputi kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal dengan indikator tempat sampah, kondisi sampah, saluran air atau got, kondisi halaman rumah, jarak WC ke septic tank, dan kondisi air. Tabel 14 menunjukkan bahwa keadaan lingkungan rumah 100 persen responden adalah bersih dan 61,1 persen responden berpartisipasi aktif dalam

10 program artinya sebagian besar responden tingkat partisipasinya tinggi terhadap program. keadaan lingkungan rumah tidak dapat dikorelasikan dengan tingkat partisipasi melalui uji korelasi Spearman dikarenakan adanya keseragaman data (100 persen responden keadaan lingkungan rumahnya bersih). Artinya, tidak ada hubungan antara keadaan lingkungan rumah dengan tingkat partisipasi peserta program, sehingga data primer dalam Tabel 14 cukup dijabarkan secara deskriptif saja. Tabel 14. Persentase Responden Menurut Keadaan Lingkungan Rumah dan Tingkat partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Keadaan lingkungan rumah Bersih 38,9 61,1 Kotor Frekuensi Hadir Bimbingan dan Penyuluhan Frekuensi hadir dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan dikategorikan menjadi dua yaitu jarang dan sering. Tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi tertinggi adalah 68,9 persen responden yang sering hadir kegiatan bimbingan dan penyuluhan, sedangkan 63,2 persen responden yang jarang menghadiri bimbingan dan penyuluhan tingkat partisipasinnya cenderung rendah. Tabel 15. Persentase Responden Menurut Frekuensi Hadir Bimbingan Penyuluhan dan Tingkat partisipasi di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan Jarang 63,2 36,8 Sering 31,1 68,9 Hasil uji Spearman diperoleh nilai +0,284 artinya antara frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan dengan tingkat partisipasi berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin sering hadir dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi. Responden yang sering menghadiri kegiatan bimbingan dan penyuluhan maka pengetahuan dan pemahaman terhadap program bertambah, sehingga cenderung berpartisipasi aktif

11 dalam program. Namun, responden yang jarang menghadiri kegiatan bimbingan dan penyuluhan maka pengetahuan serta pemahaman terhadap program berkurang, sehingga cenderung tidak berpartisipasi aktif dalam program. Hubungan antara frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan dengan tingkat partisipasi nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 15 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14). 6.2 Tahapan Partisipasi Menurut Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Pratiwi (2009), partisipasi terbagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap pengambilan keputusan (perencanaan), pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi. Namun, pembahasan mengenai tingkat partisipasi rumah tangga dalam program fokus pada tahapan perencanaan, pelaksanaa, dan menikmati hasil, sedangkan tahapan evaluasi tidak dibahas dalam bab ini karena belum ada evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, sehingga dapat dipastikan warga tidak berpartisipasi dalam tahapan evaluasi program. Berikut analisis tingkat partisipasi rumah tangga dalam Program Komposting Rumah Tangga berdasarkan tahapan partisipasinya Tahap Pengambilan Keputusan (Perencanaan) Program Komposting Rumah Tangga merupakan program yang bersifat top down dan termasuk salah satu program pengelolaan sampah Kota Depok yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Artinya, dalam menyusun dan merencanakan program tidak melibatkan warga RW 14. Hal ini menunjukkan perencanaan program tidak partisipatif karena Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku perencana dan penanggungjawab program sekaligus pengambil keputusan tidak melibatkan warga RW 14 yang merupakan sasaran dalam pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga. Salah satu tujuan Program Komposting Rumah Tangga adalah terbentuknya kelembagaan sebagai penjamin keberlanjutan program di RW 14. Oleh karena itu, warga RW 14 berinisiatif untuk membentuk kelembagaan RW Hijau dan kader lingkungan guna mensukseskan Program Komposting Rumah

12 Tangga. Perencanaan pembentukan kelembagaan RW Hijau dan kader lingkungan melibatkan warga RW 14 karena perencanaan kelembagaan RW Hijau murni atas dasar inisiatif warga. Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 77 responden hanya 32,5 persen responden yang terlibat dalam pembentukan kelembagaan RW Hijau, sedangkan 67,5 persen responden tidak terlibat dalam pembentukan kelembagaan RW Hijau. Responden yang terlibat hanya pengurus RW dan RT, pengurus PKK RW dan RT, serta beberapa tokoh masyarakat. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden yang terlibat dalam Pembentukan Kelembagaan RW Hijau di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Persentase (orang) Terlibat 25 32,5 Tidak terlibat 52 67,5 Total Bentuk keterlibatan responden dalam pembentukan kelembagaan RW Hijau pun beragam. Berdasarkan hasil wawancara wujud keterlibatan responden dalam pembentukan kelembagaan RW Hijau dapat dikategorikan sebagai berikut: menghadiri rapat atau pertemuan, memberikan ide atau gagasan, dan menyediakan tempat. Sebagian besar responden menghadiri rapat atau pertemuan yang diadakan oleh pengurus RW 14 dan hanya sedikit diantara mereka yang memberikan ide atau gagasan dalam perencanaan program, namun ada juga responden yang menyediakan tempat (rumahnya) untuk pertemuan Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan tahap terpenting dalam program pembangunan yang diwujudkan secara nyata melalui partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, materi, dan keterlibatan sebagai anggota proyek. Partisipasi rumah tangga dalam pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga merupakan salah satu indikator keberhasilan program. Hasil pengolahan data dalam Tabel 17. menunjukkan bahwa 83,1 persen responden bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan program, sedangkan16,9 persen responden tidak bersedia melaksanakan program.

13 Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden yang Ikut Pelaksanaan Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Persentase (orang) Ikut (melaksanakan program) 64 83,1 Tidak ikut (tidak melaksanakan program) 13 16,9 Total Berdasarkan hasil wawancara, dari berbagai alasan yang melatarbelakangi partisipasi responden dalam program dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: kesadaran menjaga lingkungan, ajakan teman, saudara atau tetangga, dan sekedar ikut saja. Sebagian besar responden berpartisipasi dalam pelaksanaan program karena kesadaran menjaga lingkungan, mengingat keprihatinan mereka akan kondisi lingkungan terutama masalah persampahan di Kota Depok dan predikat Kota Depok sebagai Kota Metropolitan Terkotor pada penilaian Adipura tahun Namun, ada juga responden yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program karena ajakan teman, saudara, atau tetangga, artinya mereka dapat dikatakan memiliki kesadaran yang rendah sehingga perlu dimotivasi oleh lingkungan sekitar agar bersedia mengikuti program. Responden yang sekedar ikut saja ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program dapat dikatakan kurang memiliki kesadaran terhadap lingkungan karena mereka melaksanakan program karena mengikuti tren semata. Artinya, apabila mereka tidak ikut program maka dianggap tidak gaul dan berpotensi dijauhi oleh warga lain, berikut petikan wawancara dengan salah satu responden, Ibu NP: Saya sih mbak cuman sekedar ikut saja, yahh,,bisa dibilang ikut-ikutan ajalah. Kalau nggak ikut ntar dicap nggak gaul dong, bisa-bisa dijauhin sama warga yang lain.. Responden yang tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan Program Komposting Rumah Tangga sejumlah 13 orang. Berdasarkan hasil wawancara, dari berbagai alasan yang melatarbelakangi responden tidak partisipasi dalam program dikategorikan menjadi tiga, yaitu: sibuk kerja, kurang sosialisasi program, dan memang tidak berminat mengikuti program ini. Alasan utama responden tidak berpartisipasi dalam program adalah karena sibuk kerja. Pekerjaan di kantor yang cukup padat dan menyita waktu tidak memungkinkan bagi mereka untuk berpartisipasi dalam program, hal ini biasanya terjadi pada

14 rumah tangga dimana suami dan istri sama-sama bekerja, sehingga tidak jarang pembantu rumah tangga yang diminta untuk mengikuti program. Responden lain merasa kurang adanya sosialisasi program karena sosialisasi program hanya dilaksanakan satu kali yakni ketika acara pelatihan mengenai program dan hanya diperuntukkan bagi pengurus RW, Pokja RW Hijau dan kader lingkungan, sehingga mereka tidak sepenuhnya memahami tujuan dan manfaat program. Namun ternyata ada juga responden yang memang benar-benar tidak berminat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program karena program dianggap terlalu merepotkan dan sulit untuk diterapkan, sehingga dapat dikatakan bahwa responden memang tidak memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan. Responden yang berpartisipasi dalam Program Komposting Rumah Tangga ini memiliki peranan yang berbeda, yakni sebagian besar responden berperan sebagai partisipan saja, artinya mereka hanya melaksanakan kegiatankegiatan yang ada dalam program tanpa terlibat proses perencanaan ataupun sosialisasinya. Responden ada juga yang berperan sebagai kader lingkungan dan pengurus RT atau RW dimana mereka terlibat mulai perencanaan, sosialisasi, hingga pelaksanaan program, hal inilah yang membedakan peran mereka dengan partisipan saja. Program yang telah dilaksanakan sejak akhir bulan Juni 2008 ini mendapat respon positif dari warga RW 14. Pokja RW Hijau beserta kader lingkungan bahumembahu melatih dan memantau pengelolaan sampah di masing-masing rumah tangga. Pokja RW Hijau yang dimotori oleh Bapak Maman (Ketua Pokja sekaligus Ketua RT 05) bersama para anggota Pokja lainnya rutin mendatangi setiap RT untuk membantu warga mengebor tanah, baik tanah yang terdapat di halaman rumah maupun di sepanjang saluran air atau got untuk membuat lubang resapan Biopori. Pokja RW Hijau berkoordinasi dengan para kader lingkungan mengumpulkan sampah anorganik, yang terdiri dari sampah kemasan, botol, kaleng, kardus, kertas, kantong plastik dan barang-barang lain yang terbuang namun masih memiliki nilai ekonomis atau nilai jual dari para warga untuk ditampung di pos yang terdapat di masing-masing RT. Sampah yang telah

15 dikumpulkan di pos dipilah sesuai jenisnya dapat didaur-ulang menjadi kerajinan tangan atau dijual ke lapak kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam kas RW Hijau dan kas masing-masing RT. Kader lingkungan juga memiliki andil besar dalam pelaksanaan program. Ibu Kusmedi salah satu kader RT 03 yang sudah setahun ditunjuk menjadi kader oleh RW setempat dikarenakan beliau aktif di berbagai kegiatan RT. Ibu Kusmedi juga kreatif dalam hal mendaur ulang sampah, seperti mengubah potongan sedotan bekas air mineral gelas menjadi sebuah anyaman yang dapat dirajut menjadi beragam kerajinan diantaranya taplak meja, tas, dompet, kotak tisu, sarung handphone, dan sebagainya. Hasil kreasi dari potongan sedotan air mineral gelas yang telah dihasilkan pun telah tampil di beberapa pameran di Kota Depok dan memiliki nilai jual yang tidak kalah dengan produk olahan sampah yang terlebih dahulu ada di pasaran. Ketika ditanya tentang alasan kesediaan beliau menjadi kader, berikut jawaban Ibu KS: Saya bersedia menjadi kader karena dapat menyalurkan kreativitas saya miliki yakni membuat kreasi dari sampah terutama yang anorganik dan saya berharap yang lain juga terinspirasi dan tertarik untuk melakukan hal yang sama, saya siap kok berbagi ilmu! Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Ibu AT: Saya menjadi kader lingkungan ditunjuk oleh RW dan saya bersedia karena sudah setahun ini saya resign dari kantor dan menjadi ibu rumah tangga, jadi punya banyak waktu luang untuk aktif di kegiatan lingkungan RW dan RT. Berdasarkan pernyataan kedua narasumber dapat disimpulkan bahwa kesediaan menjadi kader karena ditunjuk oleh RW atau RT setempat dengan mempertimbangkan keaktifan dan ketersediaan waktu para kader untuk kegiatan di lingkungan RW dan RT. Program Komposting Rumah Tangga telah berjalan lebih dari setahun. Program yang terdiri dari pengomposan dengan Keranjang Takakura, Biopori, pemilahan sampah, dan daur ulang sampah anorganik ini ternyata mendapat respon yang berbeda dari masing-masing responden. Tabel 18 menunjukkan bahwa pemilahan sampah merupakan kegiatan yang atau paling disukai oleh 37 responden (48,1 persen), artinya program ini mendapatkan respon yang paling

16 positif dari warga karena paling mudah dilakukan. Pengomposan dengan Keranjang Takakura disukai sejumlah 18 responden (23,4 persen), karena membutuhkan lebih banyak waktu dan kesabaran dalam pengerjaannya. Daur ulang sampah anorganik juga disukai oleh delapan responden (10,4 persen), sedangkan untuk Biopori disukai oleh tiga responden (3,9 persen). Responden yang menyukai kegiatan daur ulang sampah anorganik untuk dijadikan kerajinan tangan mengalami kendala yakni keterbatasan ketrampilan (dalam hal menjahit), tenaga ahli, dan alat (mesin jahit), sehingga mereka kurang dapat menghasilkan kerajinan tangan berbahan dasar sampah yang memiliki nilai jual. Biopori adalah kegiatan yang paling sedikit disukai oleh responden, karena tidak semua responden memiliki lahan (tanah) untuk diberi lubang Biopori, selain itu alat bor Biopori juga terbatas, jadi apabila ingin membuat lubang Biopori harus melapor terlebih dahulu ke Pokja RW Hijau untuk meminjam alat bor atau minta dibuatkan lubang Biopori. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Kegiatan yang Paling Disukai di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Persentase (orang) Pemilahan sampah 37 48,1 Takakura 18 23,4 Daur ulang sampah anorganik 8 10,4 Biopori 3 3,9 Tidak menjawab 11 14,3 Total Tahap Menikmati Hasil Tingkat partisipasi peserta program dalam perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan progam dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan program dengan melihat warga RW 14 sebagai subjek atau sasaran program pembangunan. Semakin besar manfaat yang dirasakan dari proyek, maka proyek tersebut berhasil mengenai sasaran atau tepat sasaran. Tabel 19 menunjukkan bahwa 69 responden (89,6 persen) menyatakan bahwa Program Komposting Rumah Tangga ini membawa manfaat, sedangkan delapan responden (10,4 persen) menyatakan bahwa program ini tidak bermanfaat.

17 Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden tentang Manfaat Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Persentase (orang) Program bermanfaat 69 89,6 Program tidak bermanfaat 8 10,4 Total Responden yang menyatakan bahwa program ini bermanfaat merasakan manfaat yang berbeda-beda dari program ini. Berdasarkan hasil wawancara, manfaat yang dirasakan oleh responden dapat dikategorikan menjadi empat. Pertama, lingkungan sekitar tempat tinggal menjadi lebih bersih, asri, dan nyaman. Hal ini merupakan manfaat yang secara umum dirasakan oleh masyarakat, karena apabila masing-masing peserta program melakukan pengelolaan sampah mulai tingkat rumah tangga dengan melaksanakan Program Komposting Rumah Tangga, maka sampah atau buangan yang dihasilkan juga dapat diminimalisir, sehingga otomatis lingkungan menjadi bersih, asri, dan nyaman. Kedua, berkurangnya jumlah sampah yang dibuang karena sampah telah dikelola terlebih dahulu di tingkat rumah tangga, sehingga sampah yang dibuang adalah sampah sisa yang sudah tidak dapat diolah kembali. Ketiga, program ini memperkaya ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dengan metode Takakura, Biopori atau daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan karena pengetahuan akan hal tersebut baru bagi para responden, sehingga program ini bermanfaat menambah pengetahuan. Semakin meningkatnya pengetahuan responden, maka harapannya dapat diikuti dengan perubahan sikap dan perilaku rumah tangga dalam mengelola sampah domestik. Keempat, program ini juga bermanfaat mengurangi biaya pembelian pupuk, karena pupuk dapat diperoleh tanpa perlu mengeluarkan biaya dari hasil pengomposan sampah organik baik dengan Keranjang Takakura maupun lubang resapan Biopori. Setiap metode pengolahan sampah rumah tangga yang terdapat dalam Program Komposting Rumah Tangga memiliki manfaat masing-masing. Berikut diuraikan mengenai manfaat yang dirasakan responden terhadap metode pengolahan sampah dengan cara pemilahan sampah organik dan anorganik,

18 pengomposan dengan Keranjang Takakura dan lubang resapan Biopori, serta daur ulang sampah anorganik: 1) Pemilahan sampah organik dan anorganik Warga dapat mengolah sampah dibedakan sesuai jenis sampahnya, selain itu warga dapat membedakan mana yang termasuk bahan sampah organik dan anorganik. Berikut pernyataan salah satu responden mengenai manfaat pemilahan sampah, Ibu LD: Sebelum ada program ini saya kalau buang sampah langsung dibuang begitu saja ke tempat sampah depan rumah, nggak pernah dipilah terlebih dahulu. Tapi setelah adanya program ini saya jadi tahu bahwa sampah itu harus dipilah terlebih dahulu sebelum diolah atau dibuang ke tempat sampah. Saya bisa membedakan mana sampah organik dan mana yang anorganik, jadi sekarang kalau mau buang sampah dipilah dulu mbak. Merujuk pada pernyataan diatas, dapat dikatakan bahwa kegiatan pemilahan sampah memiliki manfaat yang besar dalam hal mengubah pengetahuan responden mengenai pemilahan sampah. 2) Keranjang Takakura Metode ini dicetuskan oleh peneliti asal Jepang, yakni Koji Takakura dengan memanfaatkan sampah berbahan dasar organik seperti dedaunan untuk diolah bersama tanah dan kompos jadi sebagai starter-nya menjadi kompos dengan menggunakan media keranjang tertutup (Lampiran 11). Pengolahannya terkesan rumit tetapi metode ini cukup sederhana dilakukan guna meminimalisir sampah rumah tangga terutama sampah dapur. Berikut pernyataan Ibu AT mengenai manfaat yang dirasakan dari pengomposan menggunakan Keranjang Takakura: Kalau habis masak biasanya kan banyak sisa sayur yang dedaunan, daripada dibuang kan sayang, lebih baik dibikin kompos. Sayurnya dipotong kecil-kecil dulu baru dimasukin ke keranjang trus diaduk deh biar kompos sama tanahnya nyampur. Biasanya sih kalo bagus sebulan sudah jadi kompos. Lumayan lho, kompos jadinya dipakai sendiri untuk pupuk tanaman hias jadi tidak perlu beli. Berdasarkan pernyataan diatas, keranjang Takakura juga bermanfaat untuk mengubah sampah organik menjadi kompos siap pakai, sehingga warga tidak perlu lagi membeli kompos karena dapat membuatnya sendiri dengan Takakura.

19 3) Lubang resapan Biopori Salah satu manfaat yang dirasakan responden dengan lubang resapan Biopori yakni lubang resapan Biopori dapat dimanfaatkan sebagai daerah resapan air maupun komposter khususnya sampah organik. Berikut pernyataan Bapak MN mengenai lubang resapan Biopori: Lubang Biopori itu tidak hanya untuk resapan air, sampah basi seperti tulang ikan atau ayam, pokoknya yang hewani dapat dimasukkan ke dalam lubang Biopori ini dan tidak berbau karena lubang ditutup dengan pot tanamn atau paving block. Sampah basi yang dibuang ke dalam lubang nantinya juga terurai sama tanah, daripada dibuang ke tong sampah bikin bau dan diacak-acak pemulung! Pernyataan Bapak MN ini juga didukung oleh pernyataan Bapak ID: Saya kalo buang sampah basi ya di lubang Biopori, tuh ada beberapa lubang yang tertutup paving block (sembari menunjukkan beberapa lubang Biopori) dan tidak berbau. Liat aja tuh tanah yang tertutup paving block jadi agak tidak rata karena dibor untuk Biopori (sembari menunjuk ke arah halaman rumah yang memang agak bergelombang). Saya juga memanfaatkan lubang Biopori untuk aliran buangan air AC, karena kebetulan lubangnya dekat dengan aliran pembuangan, jadi daripada meluber lebih baik dialirkan ke lubang resapan Biopori. Berdasarkan pernyataan Bapak MN dan ID dapat ditarik benang merah mengenai manfaat lubang resapan Biopori, yakni selain sebagai lubang resapan air, lubang Biopori juga dimanfaatkan sebagai media komposter untuk menampung sampah basi seperti tulang ikan atau daging (sampah organik yang berbahan dasar hewani) agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, dan dapat digunakan sebagai aliran buangan air AC dengan catatan lokasi lubang Biopori berdekatan dengan saluran pembuangan air AC. Hasil pengolahan data dalam Tabel 20 menunjukkan bahwa menurut 88,3 persen responden, program masih berlanjut hingga saat ini, sedangkan 11,7 persen responden menyatakan bahwa program ini tidak berlanjut.

20 Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden tentang Keberlanjutan Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Persentase (orang) Program berlanjut 68 88,3 Program tidak berlanjut 9 11,7 Total Tabel 21 menunjukkan bahwa dari hanya 70,1 persen responden yang masih melaksanakan program hingga saat ini, sedangkan 29,9 persen responden tidak melanjutkan pelaksanaan program. Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden yang masih Melaksanakan Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Persentase (orang) Masih melaksanakan prorgam 54 70,1 Tidak melanjutkan pelaksanaan program 23 29,9 Total Ketidakberlanjutan program ataupun ketidakberlanjutan responden dalam melaksanakan program dilatarbelakangi oleh beberapa hal. Berdasarkan hasil wawancara, alasan ketidakberlanjutan program dikategorikan menjadi empat. Pertama, program menyita waktu karena responden sibuk bekerja, sehingga tidak ada waktu untuk melanjutkan pelaksanaan program. Kedua, program tidak dimonitor oleh penanggungjawab program, sehingga mereka malas melanjutkannya. Selama program berlangsung belum pernah ada pihak dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang datang untuk melakukan monitoring ataupun evaluasi terhadap program. Ketiga, responden merasa bosan dengan rangkaian kegiatan yang ada dalam program karena terlalu monoton, sehingga perlu dilakukan penyuluhan kembali mengenai program oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Selama ini warga hanya dituntut untuk melaksanakan program tanpa mendapatkan perhatian dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Keempat, program ini hanya proyek yang bersifat sementara karena hingga saat ini belum ada pihak dari pemerintah Kota Depok ataupun Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang meninjau pelaksanaan program, sehingga terbentuk opini bahwa program ini adalah kepentingan pemerintah kota dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan semata bukan warga yang menjadi sasaran program.

21 6.3 Hubungan antara Tingkat Rumah Tangga dengan Perubahan Perilaku Peserta Program Peserta Program terhadap Tingkat Pengetahuan Tabel 22 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan 100 persen responden tinggi. Tingkat partisipasi tinggi adalah 61 persen responden, sedangkan tingkat partisipasi rendah adalah 39 persen responden dengan tingkat pengetahuan tinggi sama tinggi. Tabel 22. Persentase Responden Menurut dan Pengetahuan terhadap Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Tingkat pengetahuan Tinggi Rendah 39 Tinggi 61 Keseragaman input data dimana tingkat pengetahuan 100 persen responden sama tinggi menyebabkan tingkat partisipasi rumah tangga tidak dikorelasikan dengan tingkat pengetahuan responden, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan, sehingga data primer pada Tabel 22 dijabarkan secara deskriptif tanpa perlu uji korelasi. Namun, berdasarkan hasil wawancara, 100 persen responden mengalami perubahan tingkat pengetahuan yang awalnya tidak tahu menahu tentang program dan juga pengelolaan sampah menjadi tahu, artinya terdapat perubahan tingkat pengetahuan setelah responden berpartisipasi dalam Program Komposting Rumah Tangga Peserta Program terhadap Sikap Tabel 23 menunjukkan bahwa 100 persen responden bersikap positif terhadap program. Tingkat partisipasi tinggi adalah 61 persen responden, sedangkan tingkat partisipasi rendah adalah 39 persen responden dengan sikap sama yaitu positif.

22 Tabel 23. Persentase Responden Menurut dan Pengetahuan Terhadap Program di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Sikap Positif Rendah 39 Tinggi 61 Keseragaman input data dimana sikap 100 persen responden sama-sama positif menyebabkan tingkat partisipasi rumah tangga tidak dikorelasikan dengan tingkat pengetahuan responden, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat pengetahuan, sehingga data primer pada Tabel 23 dijabarkan secara deskriptif tanpa perlu uji korelasi. Namun, berdasarkan hasil wawancara, 100 persen responden mengalami perubahan sikap yang awalnya cenderung bersikap negatif menjadi positif dalam menyikapi program pengelolaan sampah rumah tangga, artinya terdapat perubahan sikap setelah responden berpartisipasi dalam Program Komposting Rumah Tangga Rumah Tangga terhadap Tindakan Tabel 24 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi rumah tangga yang tinggi diikuti dengan tindakan yang positif yakni 93,6 persen responden, begitu pula sebaliknya, tingkat partisipasi rendah diikuti dengan tindakan yang negatif dalam merespon program yakni sebesar 13,3 persen responden. Tabel 24. Persentase Responden Menurut dan Tindakan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Tingkat Rendah 13,3 86,7 Partisipasi Tinggi 6,4 93,6 Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai +0,307, artinya antara tingkat partisipasi dengan tindakan berkorelasi positif dan nyata. Artinya, semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam program, maka menjadi semakin positif tindakan yang dihasilkan dalam rangka merespon program. Responden yang berpartisipasi aktif dalam program, maka pengetahuan akan program juga bertambah dan sikap terhadap program juga semakin positif, sehingga tindakan

23 yang dihasilkan juga positif, begitu pula sebaliknya, semakin rendah partisipasi responden dalam program, maka pengetahuan akan program juga berkurang dan sikap terhadap program semakin negatif sehingga tindakan yang dihasilkan pun cenderung negatif. Hubungan antara tingkat partisipasi dengan tindakan nyata, artinya hasil uji korelasi Speraman dalam Tabel 24 dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi (warga RW 14). Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa terdapat perubahan tindakan terhadap program pengelolaan sampah rumah tangga. 6.4 Ikhtisar Warga tidak berpartisipasi dalam perencanaan Program Komposting Rumah Tangga karena program bersifat top down, artinya perencanaan program tidak partisipatif. Namun, perencanaan pembentukan kelembagaan RW Hijau melibatkan warga, karena pembentukan kelembagaan RW Hijau atas dasar inisiatif warga.bentuk partisiapsi warga dalam pembentukan kelembagaan RW Hijau adalah menghadiri rapat atau pertemuan yang diadakan oleh pengurus RW 14. Tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan adalah tinggi, hal ini dilatarbelakangi oleh tingginya kesadaran peserta program dalam menjaga lingkungan, namun ada juga peserta yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program karena ajakan tetangga, teman atau saudara dan sekedar mengikuti tren semata. Peserta program yang tidak terlibat dalam pelaksanaan program sebagian besar dikarenakan sibuk kerja. Peran peserta Program Komposting Rumah Tangga adalah sebagai kader lingkungan, pengurus RW atau RT yang aktif dalam kegiatan sosialisasi, perencanaan, dan pelaksanaan program, namun ada juga yang berperan sebagai partisipan biasa yang hanya terlibat dalam pelaksanaan program. Pemilahan sampah sebagai bagian dari Program Komposting Rumah Tangga merupakan program yang paling diminati oleh responden karena mudah dilakukan. Tingkat partisipasi peserta dalam tahap menikmati hasil tergolong tinggi, hal ini dibuktikan dengan pernyataan sebagian besar responden yang merasakan manfaat dari Program Komposting Rumah Tangga, yaitu lingkungan sekitar tempat tinggal menjadi lebih bersih, asri, dan nyaman. Responden yang tidak melanjutkan program menjadikan sibuk kerja sebagai alasan utama.

24 Tingkat partisipasi peserta Program Komposting Rumah Tangga berhubungan dengan faktor internal (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, lama kerja, lama tinggal, status tempat tinggal) dan faktor eksternal (luas halaman, kondisi lingkungan rumah, frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan). Tabel 25 mengenai korelasi antara variabel-variabel dalam faktor internal dengan tingkat partisipasi peserta program menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan lama tinggal berkorelasi positif (nyata) dengan tingkat partisipasi peserta program. Usia, tingkat pendapatan, dan lama kerja berkorelasi negatif (tidak nyata) dengan tingkat partisipasi peserta program, sedangkan variabel jenis pekerjaan dan status tempat tinggal tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi peserta program. Tabel 25. Usia Tingkat pendidikan Jenis pekerjaan Tingkat pendapatan Lama kerja Lama tinggal Status tempat tinggal Persentase dan Korelasi Responden antara Faktor Internal dengan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Persentase Tingkat Partisipasi Korelasi Muda 7,8 33,3 66,7 Negatif Dewasa 87,0 37,3 62,7 dan tidak nyata Tua 5, Rendah 6, Positif Tinggi 93,5 37,5 62,5 dan nyata Pegawai swasta 14,3 63,6 36,4 Ibu rumah tangga 22,1 23,5 76,5 Tidak ada hubungan Wiraswasta 14,3 36,4 63,6 (H 0 diterima) PNS 49,3 39,5 60,5 Rendah 26 38,9 61,1 Sedang 20, Tinggi 6, Tidak berpenghasilan 46,8 18,75 81,25 Tidak bekerja 50,6 38,5 61,5 Tidak sibuk 6, Sibuk 42,9 60,6 39,3 Baru 39,0 43,3 56,7 Lama 61,0 36, 2 63,8 Rumah sendiri 96,1 37,8 62,2 Sewa/kontrak/kos 2, Menumpang 1, Rumah dinas Negatif dan tidak nyata Negatif dan tidak nyata Positif dan nyata Tidak ada hubungan (H 0 diterima) Faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi peserta program terdiri dari variabel luas halaman, keadaan lingkungan rumah dan

25 frekuensi hadir dalam bimbingan dan penyuluhan. Tabel 26 menunjukkan bahwa luas halaman dan frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan berkorelasi positif (nyata). Keadaan lingkungan rumah 100 persen responden adalah bersih artinya keadaan lingkungan rumah tidak berkorelasi dengan tingkat partisipasi rumah tangga dalam program karena keseragaman data yaitu keadaan lingkungan rumah seluruh responden adalah bersih. Tabel 26. Persentase dan Korelasi Responden Menurut Faktor Eksternal dengan di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Persentase Korelasi Sempit: 0-49m 2 88,3 44,4 55,6 Nyata dan Luas halaman Luas: m 2 11,7 35,7 64,3 positif Keadaan lingkungan rumah Frekuensi hadir bimbingan dan penyuluhan Bersih ,9 61,1 Tidak Kotor ada Jarang 62,3 63,2 36,8 Sering 7,8 31,1 68,9 Nyata dan positif Tingkat partisipasi peserta program berhubungan dengan perubahan perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga. Perilaku dilihat melalui tiga variabel, yaitu tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan responden sebagai respons terhadap pelaksanaan program. Tabel 27 menunjukkan tingkat pengetahuan 100 persen responden dalam program adalah tinggi, begitu pula dengan sikap 100 persen responden adalah positif, sehingga tidak ada korelasi antara variabel tingkat pengetahuan dan sikap dengan tingkat partisipasi peserta program. tindakan memiliki hubungan yang nyata atau positif dengan tingkat partisipasi, artinya tingkat partisipasi peserta program berhubungan dengan tindakan responden. Tabel 27. Persentase dan Korelasi Perilaku dengan Responden di RW 14, Kelurahan Rangkapanjaya Baru, Kota Depok Tahun 2009 Korelasi Tingkat Pengetahuan Tinggi Tidak ada Sikap Positif Tidak ada Tindakan Positif 86,7 13,3 Negatif 93,6 6,4 Nyata dan positif

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA 5.1 Latar Belakang Program Setiap rumah tangga adalah produsen sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Cara yang paling efektif untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA BAB VII EVALUASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA Evaluasi program merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Lokasi I. Proposal dan Kolokium Penyusunan draft Kampus IPB Darmaga Konsultasi dan revisi proposal Kampus IPB Darmaga Studi penjajagan Kota Depok Kolokium

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian, Jenis, dan Sumber Sampah Berdasarkan ciri-cirinya, sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan,baik karena telah diambil

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar Pesatnya pembangunan perkotaan tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi berkembangnya kota tersebut tetapi juga menimbulkan dampak

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104 Environmental Engineering ITB - 2010 KELOMPOK 2 Dian Christy Destiana 15308012 Vega Annisa H. 15308014 Ratri Endah Putri 15308018 M. Fajar Firdaus 15308020 Listra Endenta

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGOLAHAN SAMPAH DOMESTIK DALAM MEWUJUDKAN MEDAN GREEN AND CLEAN (MdGC) DI LINGKUNGAN I KELURAHAN PULO BRAYAN DARAT II KECAMATAN MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami proses pembangunan perkotaan yang pesat antara tahun 1990 dan 1999, dengan pertumbuhan wilayah perkotaan mencapai 4,4 persen per tahun. Pulau Jawa

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Seluruh data yang dikumpulkan dari penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penumpukan sampah yang disebabkan oleh bertambahnya populasi manusia semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau sampah merupakan material

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

95 Tabel 6.2 Pengetahuan Warga Mengenai Akibat Membuang Sampah Secara Sembarangan Sebelum Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Band

95 Tabel 6.2 Pengetahuan Warga Mengenai Akibat Membuang Sampah Secara Sembarangan Sebelum Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Band 94 BAB VI EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PARTISIPATORIS DALAM PENYELAMATAN HULU DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM (SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG) 6.1 Pengetahuan Sikap dan Perilaku Warga 6.1.1 Pengetahuan Warga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA Shinta Dewi Astari dan IDAA Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN 5.1 Faktor Internal Menurut Pangestu (1995) dalam Aprianto (2008), faktor internal yaitu mencakup karakteristik individu

Lebih terperinci

Kategori : Mengembangkan Pengolahan Sampah Terpadu

Kategori : Mengembangkan Pengolahan Sampah Terpadu Kategori : Mengembangkan Pengolahan Sampah Terpadu Sampah di Tangan Perempuan Ampenan Kawasan Kampung Baru, Kelurahan Banjar, Ampenan, Kota Mataram merupakan daerah dengan 63% perempuan di usia produktif.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9

Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi. Oleh Kelompok 9 Konsep penanganan sampah dengan sistem koperasi Oleh Kelompok 9 Kondisi Eksisting TPS Balubur : Jalan Taman Sari Wilayah cakupan : Kelurahan Sekeloa, Kelurahan Taman Sari, dan Kelurahan Lebak Gede Jumlah

Lebih terperinci

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 283-290 PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MENDUKUNG PROGRAM URBAN FARMING 1 Reni Amaranti, 2 Eri Achiraeniwati,

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

Analisis Situasi. PENDEKATAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI RW 03 (Perum Kertas Leces) DESA BANJAR SAWAH KECAMATAN TEGALSIWALAN KABUPATEN PROBOLINGGO

Analisis Situasi. PENDEKATAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI RW 03 (Perum Kertas Leces) DESA BANJAR SAWAH KECAMATAN TEGALSIWALAN KABUPATEN PROBOLINGGO Analisis Situasi PENDEKATAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI RW 03 (Perum Kertas Leces) DESA BANJAR SAWAH KECAMATAN TEGALSIWALAN KABUPATEN PROBOLINGGO 1. Kebijakan: INPUT Kebijakan RW untuk mengurangi pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan sebagai suatu kegiatan nyata dan berencana, menjadi menonjol sejak selesainya perang dunia II. Inayatullah (dalam Nasution, hlmn 28) mengungkapkan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua By. M. Abror, SP, MM Tema utama Pengolahan sampah Program kali bersih Biopori Lahan sempit dan lahan tidur Pengembangan desa wisata Lingkungan adalah???????????

Lebih terperinci

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok. BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Deskripsi Perumahan Cipinang Elok Perumahan Cipinang Elok terletak di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perumahan ini memiliki dua pintu gerbang utama,

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH KELUARGA UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN SUNGAI (STUDI KASUS RW 07 KELURAHAN CIBEUREUM, KECAMATAN CIMAHI SELATAN)

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH KELUARGA UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN SUNGAI (STUDI KASUS RW 07 KELURAHAN CIBEUREUM, KECAMATAN CIMAHI SELATAN) Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH KELUARGA UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN SUNGAI (STUDI KASUS RW 07 KELURAHAN CIBEUREUM, KECAMATAN CIMAHI SELATAN)

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Sikap IRT terhadap Gagasan ZWL Bentuk sikap ibu rumah tangga menunjukan hal yang positif mengenai persetujuan terhadap gagasan ZWL, hal ini mendorong para IRT untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN-LAMPIRAN 108 LAMPIRAN I DOKUMENTASI SURVEI LAPANGAN DAN PROSES RAPID RURAL APPRAISAL (RRA) Gambar 1. Mengurus Perijinan, Membangun Komunikasi, Serta Melakukan Wawancara dengan Tokoh-Tokoh Masyarakat

Lebih terperinci

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang. BAB VI POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KOMPLEKS PERUMAHAN BBS KELURAHAN CIWEDUS KOTA CILEGON BANTEN 6.1. Konsep Pemilahan Sampah Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT 1. Nama Responden : 2. Jenis Kelamin : 3. Umur : a) Usia Produktif

Lebih terperinci

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat

BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH. Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat BANK SAMPAH RANGGA MEKAR : BERKAT SAMPAH MENUAI BERKAH Oleh : Budi Budiman, S.Hut, M.Sc Penyuluh Kehutanan Pusat Permasalahan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

BAB VI. HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 45 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. 6.1. Faktor Individu Responden Penelitian Faktor individu dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma Dusun Kaliabu merupakan salah satu dusun yang ada di Yogyakarta. Dusun Kaliabu terletak di Desa Banyuraden,

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan. Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 KAJIAN PEMBERDAYAAN PERAN WANITA UNTUK PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN TAKAKURA HOME METHOD (STUDI KASUS DI PERUMAHAN BUDI INDAH,

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Pengukuran dan Perhitungan Berat Sampah dan Volume Sampah Pengukuran volume sampah dari sumber pemukiman dan non pemukiman yang dilakukan menggunakan kotak

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2014Sains, Teknologi, dan KesehatanISSN EISSN

Prosiding SNaPP2014Sains, Teknologi, dan KesehatanISSN EISSN Prosiding SNaPP2014Sains, Teknologi, dan KesehatanISSN2089-3582 EISSN 2303-2480 IBM KELOMPOK KEGIATAN DI KOMPLEK BUDI INDAH KELURAHAN PASIRKALIKI KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI 1 Dewi Shofi Mulyati,

Lebih terperinci

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah

Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah Profil Orgic's Home Generasi Muda Peduli Sampah Profil Perusahaan Nama Perusahaan : ORGIC'S HOME GENERASI MUDA PEDULI SAMPAH Logo Perusahaan : Nama Pengusaha : Team ORGIC'S HOME Alamat : Wonorejo Rt 02

Lebih terperinci

NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI

NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI NOTULENSI KOORDINASI DAN PENDATAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BELAWAN Kota Medan, 29 Agustus 2017 NO SUMBER INFORMASI HASIL KOORDINASI 1. Bu Ida dan pak Suyono (PPS Belawan)

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK. Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI UPS MUTU ELOK Proyek UPS Mutu Elok diawali pada tahun 2005 dan memulai produksi serta penjualan pada tahun 2006. Umur proyek UPS Mutu Elok diasumsikan 20 tahun yang

Lebih terperinci

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat Pendahuluan Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY siti_marwati@uny.ac.id Sampah merupakan suatu barang yang dihasilkan dari aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana

BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana 35 BAB IV HASIL PENLITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Berdasarkan data yang diperoleh dari developer Perumahan Cendana jumlah rumah yang ada di perumahan ini yaitu sebanyak 46 rumah, namun

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

PROFIL & KEGIATAN LINGKUNGAN RT 29 RW 07

PROFIL & KEGIATAN LINGKUNGAN RT 29 RW 07 PROFIL & KEGIATAN LINGKUNGAN RT 29 RW 07 Menuju Gresik Berhias dan Gresik Mandiri Kelola Sampah DESA GADUNG KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK Daftar kegiatan yang sudah dilakukan dalam menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR Ketentuan Lomba 1. Lomba terbuka bagi Rukun Tetangga dengan kriteria: a. Komplek perumahan b. Perumahan tidak teratur (Non- komplek perumahan) c. Permukiman

Lebih terperinci

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 KATA PENGANTAR Bertambahnya produksi sampah diberbagai kota dewasa ini tidak lepas dari perubahan pola hidup

Lebih terperinci

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 69 BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Motivasi Relawan dalam Pelaksanaan PNPM-MP Motivasi responden dalam penelitian ini diartikan sebagai dorongan atau kehendak yang menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan

Lebih terperinci

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan

Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan LAMPIRAN 60 61 Surat Ijin Penelitian dari SDN 2 Tegowanu Wetan Surat Ijin Penelitian Dari Universitas Kristen Satya Wacana 62 Lembar Instrumen Wawancara Studi Dokumentasi No. Model evaluasi Indikator Item

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

KUESIONER UNTUK PEDAGANG Lampiran 1 KUESIONER UNTUK PEDAGANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DAN PARTISIPASI PEDAGANG UNTUK MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BERSIH DI BASEMENT PASAR PETISAH KOTA MEDAN TAHUN 2012 I. Identitas Pedagang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang telah mementingkan kebersihan lingkungan dipandang sebagai

Lebih terperinci

MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA

MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA MODEL BANK SAMPAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BERBASIS MASYARAKAT DI PERUM CISALAK KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA Andini Yunita ¹ (Andiniyunita91@yahoo.com) Siti Fadjarajani

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VIII.1. Kesimpulan Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dalam perencanaan, masyarakat berpartisipasi melalui Paguyuban Bersatu dalam menyampaikan keinginan

Lebih terperinci

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi BAB V DINAMIKA PROSES AKSI A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi Kompos Dalam proses aksi yang akan pendamping lakukan bersama masyarakat. Pendamping berkonsultasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupannya sehari-hari, manusia tidak bisa dilepaskan dari suatu benda. Benda ini ada yang dapat digunakan seutuhnya, namun ada juga yang menghasilkan sisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan sampah merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja.persoalan sampah dapat berpotensi menjadi masalah kultural karena dampaknya yang dapat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah Sasaran : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar Waktu : 25 menit Hari / tanggal : Rabu, 30 April 2014

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK II.1 Pengertian Sampah Botol Plastik Sampah botol plastik merupakan bahan padat buangan dari kegiatan manusia yang sudah terpakai. Endah (2015: h.8) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Informasi yang Dimiliki Masyarakat Migran Di Permukiman Liar Mengenai Adanya Fasilitas Kesehatan Gratis Atau Bersubsidi Salah satu program pemerintah untuk menunjang kesehatan

Lebih terperinci

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA B A B I I I ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA 3.1 ENABLING AND SUSTAINABILITY ASPECT Aspek-aspek non teknis yang menunjang keberlanjutan program dimaksudkan dalam bagian ini adalah isu-isu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang 25 BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT 2.1 Pengertian sampah dan sejenisnya Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruangan yang ditempati

Lebih terperinci

Jurnal FamilyEdu Persepsi Kader PKK Tentang Daur Ulang... 1

Jurnal FamilyEdu Persepsi Kader PKK Tentang Daur Ulang... 1 Jurnal FamilyEdu Persepsi Kader PKK Tentang Daur Ulang... 1 Vol III No.2 Oktober 2017 Persepsi Kader PKK Tentang Daur Ulang Limbah Plastik Berbasis Home Industry di Desa Cilame Kabupaten Bandung Barat

Lebih terperinci

BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN KAMPUNG MOJO

BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN KAMPUNG MOJO BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN KAMPUNG MOJO A. Penyajian Data 1. Proses Pengorganisasian di Kelurahan Mojo RT 6 RW 12 Komunitas Nol Sampah atau yang juga disebut Aktifis Hijau melakukan aksi-aksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah bisa juga diartikan oleh manusia menurut keterpakaiannya,

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG S. Utami, R. Rahadian, L. K. Perwati Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini persebaran dan pertumbuhan jumlah penduduk di berbagai wilayah tampak tidak merata. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jarak

Lebih terperinci

KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI. Oleh : Warga RW.16 Karanganyar Brontokusuman

KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI. Oleh : Warga RW.16 Karanganyar Brontokusuman KEGIATAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI Oleh : Warga RW.16 Karanganyar Brontokusuman Pemerintah Kota Yogyakarta 2011 Pengelolaan Sampah Mandiri I. Pendahuluan. A. Profil RW.16 Brontokusuman 1. Keadaan Alam

Lebih terperinci

Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung

Gambar 7 Peta wilayah Kota Bandung III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Bandung, dengan luas wilayah 16.729,00 hektar, terdiri dari 26 kecamatan. Gambar 8 menunjukkan peta administratif

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA M. Agphin Ramadhan Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email: agphin.ramadhan@gmail.com ABSTRACT Waste

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatnya volume sampah di Surakarta telah menimbulkan masalah yang kompleks dalam pengelolaan sampah. Untuk itu dibutuhkan strategi yang efektif untuk mereduksi

Lebih terperinci

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016

BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016 BAB III PERAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIREBON DALAM PENGOLAHAN SAMPAH TAHUN 2016 Kota Cirebon memiliki luas wilayah administratif yang relatif sempit dibandingkan dengan Kota-Kota lainnya di Propinsi

Lebih terperinci

PILOT PROJEK PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DI TEMPAT KOST DAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

PILOT PROJEK PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PADAT DI TEMPAT KOST DAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG Program PPM KOMPETITIF Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 5.000.000 Tim Pelaksana Rusmana WSN, Ikhsan Rias dan Fuad Madarisa Fakultas Peternakan Universitas Andalas Lokasi Kota Padang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Volume Timbulan Sampah Rumah Makan Fast Food di Yogyakarta Karakteristik timbulan yang dihasilkan dari kegiatan rumah makan cepat saji tidak terlalu berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampah merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Sampah dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

Hasil wawancara. Profil informan (pengurus) : Sri Sentuni

Hasil wawancara. Profil informan (pengurus) : Sri Sentuni Hasil wawancara Profil informan (pengurus) Nama Pekerjaan Umur : Sri Sentuni : Ibu Rumah Tangga : 36 tahun 1. Apa itu bank sampah? Bank sampah merupakan sebuah sarana untuk pengelolaan sampah, dengan cara

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan merupakan pemaknaan peneliti secara terpadu terhadap hasil penelitian yang diperoleh. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RP

TUGAS AKHIR RP TUGAS AKHIR RP09 1333 KONSEP PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PELIBATAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN KABUPATEN JEMBER Moh Rizal Rizki (3610100043) Dosen Pembimbing : Rully Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc Dosen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN Cici Violita Dewi Cintya Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan atas perkenannya, telah Kami sepakati Dokumen Aturan Bersama (AB) mengenai Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kalimango,pada Tahun 2013. Dokumen

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3). VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun

Lebih terperinci

Limbah Plastik Disulap Jadi Minyak Tanah

Limbah Plastik Disulap Jadi Minyak Tanah Limbah Plastik Disulap Jadi Minyak Tanah PERSOALAN sampah masih menjadi permasalahan tersendiri bagi kota-kota besar di Indonesia, tak terkecuali di Kota Solo. Jumlah sampah di Kota Solo setiap tahunnya

Lebih terperinci

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 1. Tas Laptop Dari Kain Perca Anda punya baju/rok batik yang kekecilan/robek? Mau makai bikin nggak pede, padahal kain batiknya masih bagus. Apa boleh buat, daur ulang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT HUBUNGAN PERAN STAKEHOLDERS DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT Hipotesis dalam penelitian ini adalah semakin tinggi peran stakeholders dalam penyelenggaraan program agropolitan di Desa Karacak maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci