BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sirup Jahe Sirup merupakan bahan minuman dalam kondisi kental karena kadar gulanya yang tinggi. Dalam penggunaannya, sirup harus ditambahkan air matang sebanyak 4-5 kali volume sirup (Suprapti, 2014). Berdasarkan SNI 3544:2013, sirup adalah produk minuman yang dibuat dari campuran air dan gula dengan kadar larutan gula minimal 65% dengan atau tanpa bahan pangan lain dan atau bahan tambahan pangan yang diijinkan sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu sirup yang berkembang di Indonesia adalah sirup jahe. Menurut Haryoto (1998), sirup jahe merupakan salah satu bentuk produk olahan dari rimpang jahe sebagai bahan minuman. Sirup jahe dapat disajikan sebagai minuman jahe panas atau campuran jamu secara praktis dan cepat. Sirup jahe merupakan larutan berkadar gula tinggi yang dipadukan dengan sari rimpang jahe sehingga menimbulkan rasa khas jahe. Di samping itu, sirup jahe harus memiliki rasa pedas yang pas, keawetannya terjamin dan aman bagi konsumen, yang artinya sirup tidak beracun, tidak mengandung bakteri dan jamur penyebab pembusukan. Untuk produk sirup jahe dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Sirup Jahe Ciri-ciri sirup jahe yang berkualitas baik menurut Haryoto (1998) adalah sebagai berikut: 1. Kenampakan : Sedikit keruh, permukaannya tidak berbuih dan agak kental 2. Warna : Coklat 4

2 5 3. Rasa/ bau : Pedas khas jahe dan sangat manis. Syarat mutu sirup menurut Haryoto (1998) pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Gula : Mutu I minimum 65%. Mutu II minimum 55%. 2. Zat warna : Yang diperbolehkan untuk makanan. 3. Pemanis buatan : Negatif. 4. Bahan pengawet : Maksimum 250 mg/ kg, dihitung 5. Asam salisilat : Negatif. 6. Logam berbahaya : Negatif. sebagai asam benzoat. 7. Zat pengental : Yang diperbolehkan untuk minuman. 8. Jamur ragi : Negatif. 9. Bakteri golongan bentuk Coli : Negatif. Sedangkan Syarat mutu sirup berdasarkan SNI 3544:2013 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Syarat Mutu Sirup Menurut SNI 3544:2013 No Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan: 1.1 Bau - normal 1.2 Rasa - normal 2. Total gula (dihitung sebagai sukrosa) (b/b) % min. 1,0 3. Cemaran logam: % b/b 3.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0 3.2 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,2 3.3 Timah (Sn) mg/kg maks Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,03 4. Cemaran Arsen (As) mg/kg maks. 0,5 5. Cemaran mikroba: 5.1 Angka lempeng total (ALT) koloni/ ml maks. 5 x Bakteri Coliform APM/ ml maks Escherichia coli APM/ ml < Salmonella sp - negatif/ 25 ml 5.5 Staphylococcus aureus - negatif/ 25 ml 5.6 Kapang dan khamir koloni/ ml maks. 2 x 10 2 (BSN, 2013)

3 6 B. Bahan Baku Sirup Jahe 1. Jahe Gambar 2.2 Rimpang Jahe Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman tahunan yang tingginya mencapai cm dan telah dimanfaatkan serta dibudidayakan secara luas di kawasan tropik, ditanam di daratan rendah sampai daerah yang memiliki ketinggian 1500 m dpl (Purseglove dkk., 1981 dalam Rugayah, 1994). Menurut Rukmana (2000), kedudukan tanaman jahe dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu) Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae (temu-temuan) Subfamili : Zingiberoidae Genus : Zingiber Spesies : Zingiber officinale Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu jahe merah (sunti), jahe emprit dan jahe gajah. Jahe merah memiliki ukuran rimpang paling kecil dibandingkan dengan kedua klon lainnya. Klon jahe ini memiliki karakteristik warna merah sampai jingga, berserat kasar, beraroma tajam dan sangat pedas. Jahe emprit berukuran lebih besar daripada jahe merah, namun lebih kecil daripada jahe gajah. Klon jahe ini memiliki karakteristik warna putih atau kuning, berbentuk agak pipih, berserat lembut, aroma tidak terlalu tajam

4 7 dan rasa tidak terlalu pedas. Jahe gajah, juga disebut jahe badak atau jahe kombongan (Bengkulu) memiliki ukuran rimpang paling besar dibandingkan dengan dua klon yang lain. Jahe jenis ini memiliki karakteristik warna kuning atau kuning muda, berserat sedikit dan lembut, aroma tidak terlalu tajam dan rasa tidak terlalu pedas (Suprapti, 2003). Tanaman jahe mempunyai rimpang yang bervariasi, baik dalam kandungan minyak atsiri, air, serat dan juga bentuk serta warnanya. Variasi tersebut berhubungan dengan keadaan tanah, iklim dan cara pembudidayaannya (Purseglove dkk., 1981 dalam Rugayah, 1994). Unsur gizi dan kalori yang terdapat dalam rimpang jahe ditunjukkan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kandungan Unsur Gizi Rimpang Jahe No. Unsur Gizi Kadar (per 100 g Bahan) 1. Kalori (kal) 51,00 2. Protein (gram) 1,50 3. Lemak (gram) 1,00 4. Karbohidrat (gram) 10,10 5. Kalsium (mg) 21,00 6. Fosfor (mg) 39,00 7. Zat besi (mg) 1,60 8. Vitamin A (SI) 30,00 9. Vitamin B (mg) 0, Vitamin C (mg) 4, Air (gram) 86,20 Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, Unsur lain yang bermanfaat yang terdapat di dalam rimpang jahe adalah oleoresin, yang terdiri atas minyak atsiri (volatile oil) dan minyak tak menguap (non-volatile oil). Pada jahe emprit dan jahe merah, kadar minyak atsiri dan oleoresin lebih besar dibandingkan dengan jahe gajah sehingga kedua jenis jahe ini lebih pedas dan sangat cocok digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan pada industri farmasi, parfum, kosmetik dan sebagainya (Suprapti, 2003). Syarat mutu jahe berdasarkan SNI dapat dilihat pada Tabel 2.3.

5 8 Tabel 2.3 Syarat Mutu Jahe Menurut SNI No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Kesegaran jahe Segar 2 Rimpang bertunas Tidak ada 3 Kenampakan irisan melintang Cerah 4 Bentuk rimpang Utuh 5 Serangga hidup dan hama lain Bebas 6. Rimpang yang terkelupas % Maks. 5 kulitnya (R/jml R) 7. Rimpang busuk (R/jml R) % 0 8. Kadar abu % Maks Kadar ekstrak yang larut dalam % Maks. 15,6 air 10. Kadar ekstrak yang larut dalam % Min. 4,3 etanol 11. Benda asing % Maks Kadar minyak atsiri % Min. 1,5 13. Kadar timbal mg/kg Maks Kadar arsen mg/kg Negatif 15. Kadar tembaga mg/kg Angka lempeng total koloni/g 1 X Telur nematoda butir/g Kapang dan khamir koloni/g Maks (BSN, 2005) 2. Gula Gambar 2.3 Gula Pasir Gula pasir atau sukrosa adalah hasil dari penguapan nira tebu (Saccharum officinarum). Gula pasir berbentuk kristal berwarna putih dan mempunyai rasa manis. Gula pasir mengandung sukrosa 97,1%, gula reduksi 1,24%, kadar air 0,61% dan senyawa organik bukan gula 0,7% (Suparmo dan Sudarmanto, 1991 dalam Sularjo, 2010). Menurut Fenemma (1976) dalam Sularjo (2010), gula berfungsi sebagai sumber nutrisi dalam bahan makanan, sebagai pembentuk tekstur dan pembentuk flavor melalui reaksi pencoklatan.

6 9 Menurut Buckle et al. (1985) dalam Sularjo (2010), daya larut yang tinggi dari gula dan daya mengikatnya terhadap air merupakan sifatsifat yang menyebabkan gula sering digunakan dalam pengawetan bahan pangan. Konsentrasi yang cukup tinggi pada olahan pangan dapat mencegah pertumbuhan bakteri sehingga dapat berperan sebagai pengawet. Komposisi kimia gula pasir dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Komposisi Kimia Gula Pasir dalam 100 gram Bahan Komponen Jumlah Kalori 364 Protein (gram) 0 Lemak (gram) 0 Karbohidrat (gram) 94 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 1 Besi (mg) 0 Vitamin A (SI) 0 Vitamin C (mg) 0 Air (gram) 5,40 (Sularjo, 2010) Syarat mutu gula pasir (sukrosa) menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) :2010 dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5 Syarat Mutu Gula Pasir Menurut SNI :2010 No Parameter uji Satuan Persyaratan GKP 1 GKP 2 1. Warna: 1.1 Warna kristal CT 4,0-7,5 7,6-10, Warna larutan (ICUMSA) IU Besar jenis butir mm 0,8-1,2 0,8-1,2 3. Susut pengeringan (b/b) % Maks. 0,1 Maks. 0,1 4. Polarisasi ( Z, 20 C) Z Min. 99,6 Min. 99,5 5. Abu konduktiviti (b/b) % Maks. 0,10 Maks. 0,15 6. Bahan tambahan pangan: 6.1 Belerang dioksida (SO2) mg/kg Maks. 30 Maks Cemaran logam: 7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2 Maks Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2 Maks Arsen (As) mg/kg Maks. 1 Maks. 1 (BSN, 2010)

7 10 3. Air Gambar 2.4 Air Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 dijelaskan bahwa air adalah air minum, air bersih, air kolam dan air pemandian umum. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya membuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Suhartini, 2008). Menurut Ichsan (1979) dalam Suhartini (2008), pada dasarnya air dikatakan bersih apabila telah memenuhi 3 persyaratan yaitu sebagai berikut: a. Syarat fisik, artinya air tersebut harus tidak berwarna (jernih), tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, mempunyai suhu di bawah udara setempat (segar). b. Syarat-syarat bakteri, setelah melalui pemeriksaan, maka sekurangkurangnya dalam 90% dari jumlah contoh air yang dikumpulkan tidak terdapat bakteri golongan coli. c. Syarat-syarat kimia, air tidak mengandung racun atau zat-zat mineral dalam jumlah terlalu banyak dan tidak boleh mengandung zat kimia yang dipergunakan dalam pengolahan dengan jumlah yang terlalu besar. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan serta meningkatkan kualitas air. Persyaratan kualitas air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 dapat dilihat pada Tabel 2.6 berikut.

8 11 Tabel 2.6 Persyaratan Kualitas Air Bersih Menurut Permenkes RI Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990 Kadar No Parameter Satuan maksimum yang Keterangan diperbolehkan 1. Fisika 1.1 Bau - - Tidak berbau 1..2 Jumlah zat padat mg/ L terlarut (TDS) 1.3 Kekeruhan Skala NTU Rasa - - Tidak berasa 1.5 Suhu o C Suhu udara ± - 3 o C 1.6 Warna Skala TCU Kimia 2.1 Air raksa mg/ L 0,001 0,8-1,2 2.2 Arsen mg/ L 0, Besi mg/ L 1,0 2.4 Fluorida mg/ L 1,5 2.5 Kadnium mg/ L 0, Kesadahan (CaCO 3) mg/ L Klorida mg/ L Kromium, valensi 6 mg/ L 0, Mangan mg/ L 0, Nitrat, sebagai N mg/ L Nitrit, sebagai N mg/ L 1, ph - 6,5-9,0 Merupakan batas minimum dan maksimum, khusus air hujan ph minimum 5, Selenium mg/ L 0, Seng mg/ L Sianida mg/ L 0, Sulfat mg/ L Timbal mg/ L 0,05 3. Kimia Organik 3.1 Aldrin dan Dieldrin mg/ L 0, Benzena mg/ L 0, Benzo (a) pyrene mg/ L 0, Chlordane (total mg/ L 0,007 isomer) 3.5 Coloroform mg/ L 0, ,4 D mg/ L 0, DDT mg/ L 0, Detergen mg/ L 0, ,2 Discloroethane mg/ L 0,01

9 ,1 Discloroethene mg/ L 0, Heptachlor dan mg/ L 0,003 Heptaclor epoxide 3.12 Hexachlorobenzene mg/ L 0, Gamma-HCH mg/ L 0,004 (Lindane) 3.14 Methoxychlor mg/ L 0, Pentachlorophenol mg/ L 0, Pestisida total mg/ L 0, ,4,6 urichlorophenol mg/ L 0, Zat organik (KMnO 4) mg/ L Mikrobiologik 4.1 Total koliform (MPN) 5. Radio Aktivitas 5.1 Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity) 5.2 Aktivitas Beta (Gross Beta Activity) (Menkes RI, 1990) C. Proses Pembuatan Sirup Jahe Jumlah per 100 ml Jumlah per 100 ml Bq/ L 0,1 Bq/ L 1,0 Bukan air perpipaan Air perpipaan Menurut Haryoto (1998), pembuatan sirup jahe pada dasarnya adalah memisahkan cairan sari jahe dan menyatukannya dengan larutan gula berkadar tinggi. Dengan cara demikian, akan dioeroleh larutan cukup kental dengan rasa manis dan pedas jahe. Larutan tersebut dikemas dalam botol sambil disterilkan agar tidak terjadi penjamuran bila disimpan dalam waktu yang cukup lama. Adapun langkah-langkah pembuatan sirup jahe adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan Sari Jahe a. Pemilihan Bahan Pada proses pemilihan bahan baku, bahan yang dipilih adalah jahe yang sudah berumur tua dan memiliki kualitas yang baik yaitu tidak kisut, bebas dari bekas seranan hama dan penyakit, tidak berjamur, tidak ada bagian yang busuk, bebas dari segala kotoran dan tanah.

10 13 b. Pencucian Pada proses pencucian dilakukan untuk membersihkan rimpang jahe dari segala kotoran dan tanah liat dengan menggunakan air bersih yang dilakukan berulang kali. c. Pengupasan Pada proses pengupasan rimpang jahe bertujuan untuk menghilangkan kulit, bagian rimpang yang busuk dan bagian-bagian yang kurang baik sehingga tidak mempengaruhi rasa pedas khas jahe pada sirup yang dihasilkan. Proses pengupasan dapat dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam dan memiliki ujung yang runcing. d. Pencucian Ulang Setelah proses pengupasan rimpang jahe, selanjutnya dilakukan proses pencucian kembali menggunakan air bersih. Pada proses ini, bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan tanah yang masih menempel pada daging rimpang sehingga sirup yang dihasilkan terbebas dari kotoran. e. Pemarutan Pada proses pemarutan bertujuan untuk menghancurkan daging jahe agar mudah diambil sarinya. Pada proses ini dapat dilakukan menggunakan parut tangan yang biasa digunakan untuk memarut kelapa, menggunakan mesin pemarut atau penggiling. f. Pemerasan Pada proses pemerasan bertujuan untuk memperoleh ekstrak sari jahe. Proses pemerasan dilakukan dengan menambahkan air secukupnya kemudian diremas-remas menggunakan tangan, diperas dan selanjutnya sari jahe ditampung pada panci atau wadah yang tersedia. Proses pemerasan dilakukan beberapa kali hingga sari jahe yang diperoleh maksimal. Sari jahe yang diperoleh berupa cairan kental berwarna kuning kecoklat-coklatan, mirip jamu beras kencur.

11 14 2. Pengolahan Sirup a. Perebusan Air Pada proses perebusan air menggunakan air bersih sebanyak 8 liter yang diletakkan di dalam panci tertutup dan dipanaskan hingga mendidih. b. Perebusan Sari Jahe Pada proses perebusan jahe dilakukan dengan cara menambahkan sari jahe ke dalam air mendidih dan dipanaskan hingga mendidih selama 15 menit. Proses perebusan dilakukan dalam keadaan terbuka sehingga adonan tidak meluap. c. Penyaringan I Pada proses penyaringan pertama, larutan sari jahe disaring menggunakan saringan tepung yang bertujuan untuk memisahkan ampas kasar dengan larutan tetapi ampas yang halus masih lolos dari penyaringan. d. Penyaringan II Pada proses penyaringan kedua, larutan sari jahe disaring menggunakan kain saringan untuk memisahkan ampas halus sehingga dihasilkan larutan sari jahe yang jernih. e. Pencampuran Akhir Pada proses pencampuran akhir dilakukan dengan menambahkan gula pasir sebanyak 13 kg ke dalam larutan dan dipanaskan hingga mendidih (semua gula terlarut dan menyatu ke dalam adonan). 3. Pengemasan a. Sterilisasi Botol Kemasan Pada proses sterilisasi botol kemasan sirup jahe dilakukan dengan mencuci botol dan tutup botol menggunakan sabun hingga bersih kemudian dibilas dengan air bersih hingga tidak berbau. Setelah itu, botol dan tutup botol dikukus selama 20 menit terhitung sejak air mendidih. Pada proses pengukusan ini, tutup botol tidak boleh terpasang dengan botol.

12 15 b. Pengisian Pada proses pengisian botol sirup dilakukan dengan memasukkan sirup jahe yang masih dalam kondisi panas ke dalam botol yang sudah disterilisasi dan diberi jarak pada permukaan sekitar 3-4 cm di bawah mulut botol atau ditakar 630 ml untuk setiap botol. c. Pemasangan Tutup Pada proses pemasangan tutup botol dilakukan dengan menggunakan alat khusus pemasang tutup botol yaitu dengan cara meletakkan botol di bawah silinder perapat, kemudian memasang tutup botol beserta karet perapatnya. Selanjutnya, pengungkit dan silinder perapatnya ditekan ke bawah yang bertujuan untuk menekan tutup sehingga terpasang rapat pada mulut botol. d. Pasteurisasi Pada proses pasteurisasi dilakukan dengan cara merendam botol yang telah berisi sirup dalam air mendidih selama 30 menit kemudian diangkat dan diletakkan pada posisi terbaik selama 15 menit. Bila terjadi perembesan, maka tutup harus diganti dan dilakukan pasteurisasi ulang. e. Pemasangan Segel dan Label Pada proses pemasangan segel dilakukan dengan cara memasang plastik segel berupa selongsong pada ujung botol sirup yang tertutup kemudian selongsong yang terpasang dicelupkan ke dalam air panas sehingga plastik segel akan mengkerut dan menempel ketat pada ujung botol. Pemasangan label atau etiket pada botol berfungsi sebagai merek dagang produk dengan mencantumkan sirup jahe, cap produk, bahan-bahan yang digunakan dan isi bersih sirup. Setelah itu, sirup jahe dapat disimpan dalam suhu kamar dan siap untuk dipasarkan.

13 16 Untuk lebih memahami proses pembuatan sirup jahe, dapat dilihat urutan langkah-langkah proses pembuatan sirup jahe pada Gambar 2.5 di bawah ini. Jahe Pemilihan Pencucian Pengupasan Pencucian ulang Pemarutan Air Air Pemerasan Sari Jahe Perebusan Ampas Botol kotor Penyaringan I Pencucian Pensterilan Penyaringan II Pencampuran Akhir Botol bersih Pengemasan Gambar 2.5 Diagram Alir Tahapan Proses Pembuatan Sirup Jahe (Haryoto, 1998) D. Pengemasan Sirup Jahe Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau

14 17 mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan atau produk yang ada di dalamnya dan melindungi bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan dan getaran). Di samping itu, pengemasan juga berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi, wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli sehingga bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. Tujuan pengemasan adalah membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang, menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah, mencegah rusaknya nutrisi/ gizi bahan pangan, memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan dan menambah estetika serta nilai jual bahan pangan (Murniyati dkk., 2014). Pengemas yang baik akan memberikan perlindungan terhadap produknya, terutama mutu dan kondisi produk saat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian, pegemas harus memiliki kemampuan membungkus yang baik untuk memudahkan penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan atau penumpukan. Selain itu, pengemas juga harus memiliki kemampuan melindungi isinya dari berbagai resiko dari luar misalnya udara panas atau dingin, sinar matahari, bau asing, benturan atau tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme, serta memiliki daya tarik terhadap konsumen. Perlu diperhatikan pula dalam hal identifikasi, informasi dan penampilan seperti bentuk kemasan (warna dan keindahan bahan). Persyaratan lain adalah ekonomis, yaitu kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar, sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan. Ukuran, bentuk dan bobot kemasan harus sesuai dengan standar yang ada yaitu mudah dibuang dan mudah dibentuk atau dicetak (Murniyati dkk., 2014). Untuk menghindari kesalahan dalam memilih pengemas, perlu diketahui sifat-sifat pengemas terlebih dahulu. Beberapa sifat pengemas adalah permeable terhadap udara (oksigen dan gas lainnya), non-toksik dan inert (tidak menyebabkan reaksi kimia). Dengan demikian, kemasan dapat mempertahankan warna, aroma dan cita rasa produk yang dikemas. Selain itu,

15 18 pengemas juga harus kuat, tidak mudah bocor, relatif tahan terhadap panas, mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah, serta kedap air (mampu menahan air/ kelembaban udara sekitarnya) (Murniyati dkk., 2014). Jenis-jenis bahan pengemas adalah gelas, metal/ logam, aluminium dan plastik. Salah satu jenis bahan pengemas yang digunakan dalam pengolahan sirup adalah gelas dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Terbuat dari campuran pasir, soda abu dan alumina. b. Bersifat inert (tidak bereaksi dengan produk pangan). c. Kuat (tahan terhadap kerusakan akibat pengaruh waktu). d. Trasparan (bentuk dan warna bahan pangan dapat dilihat). e. Biasanya mudah pecah dan tidak dapat digunakan untuk bahan pangan yang peka terhadap sinar. f. Agar tidak mudah pecah, sebaiknya permukaan gelas dilapisi lilin (wax) dan silika halus (Murniyati dkk., 2014). E. Pengendalian Mutu Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap bahan makanan dan minuman (Presiden RI, 2004). Pengendalian mutu adalah suatu sistem verifikasi dan penjagaan/ perawatan dari suatu tingkatan/ derajat mutu produk atau proses yang dikehendaki dengan cara perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai inspeksi yang terus-menerus dann tindakan korektif apabila diperlukan. Dengan demikian, hasil yang diperoleh dari kegiatan pengendalian mutu ini benar-benar bisa memenuhi standar-standar yang telah direncanakan atau ditetapkan (Ariani, 2004 dalam Parwati dan Rian, 2012). Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya adalah akan meliputi aktivitas-aktivitas perencanaan kualitas pada saat merancang (desain) produk dan proses pembuatannya, keseluruhan kumpulan aktivitas, dimana berusaha untuk mencapai kondisi fitness for use tidak peduli dimana aktivitas tersebut akan dilaksanakan yaitu mulai pada saat produk dirancang, diproses sampai selesai dan didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas

16 19 pengendalian dalam penggunaan segala sumber material yang dipakai dalam proses produksi (incoming material control), analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat-cacat yang dijumpai pada produk yang dihasilkan. Parameter yang menentukan nilai suatu produk harus mampu memenuhi konsep fitness for use dimana ada dua macam yaitu parameter kualitas desain (quality of design) dan parameter kualitas kesesuaian (quality of conformance) (Wignjosoebroto, 2003 dalam Parwati dan Rian, 2012). Menurut Prawirosentono (2004) dalam Sonalia dan Hubeis (2013), secara garis besar pengendalian mutu dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: 1. Pengendalian Mutu pada Bahan Baku Bahan baku merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kualitas produk akhir dimana kualitas produk akhir ditentukan oleh kualitas bahan baku. 2. Pengendalian Mutu pada Produk dalam Proses Pengendalian mutu produk dalam proses merupakan pengawasan terhadap pengerjaan bahan baku pada setiap tahap, mesin yang digunakan, tenaga kerja dan kebersihan. 3. Pengendalian Mutu pada Produk Akhir Pengendalian mutu pada produk akhir berkaitan dengan penangan produk akhir sampai ke tangan konsumen. Menurut Muhandri dan Darwin (2008), program pengendalian dan peningkatan mutu tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika tidak didasarkan pada data kondisi kinerja nyata industri tersebut. Untuk memperoleh data yang akurat dan sekaligus untuk analisis yang valid, dikenal adanya 7 (tujuh) alat bantu yang dikenal dengan istilah Seven Tools. Ketujuh alat bantu ini adalah sebagai berikut: 1. Lembar pengumpul data (check sheet) 2. Stratifikasi 3. Grafik dan bagan Pengendalian 4. Diagram pareto 5. Diagram sebab skibat (cause & effect diagram)

17 20 6. Diagram pencar (scatter diagram) 7. Histogram F. CPPB Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. CPPB merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan yang ditetapkan untuk pangan. CPPB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil, sedang maupun yang berskala besar. Melalui CPPB, industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu, layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang dengan pesat. Selain itu, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan. CPPB menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan baku sampai produk akhir yang mencakup: 1. Lokasi dan lingkungan produksi 2. Bangunan dan fasilitas 3. Peralatan produksi 4. Suplai air atau sarana penyediaan air 5. Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi 6. Kesehatan dan higiene karyawan 7. Pemeliharaan dan program higiene sanitasi karyawan 8. Penyimpanan 9. Pengendalian proses 10. Pelabelan pangan 11. Pengawasan oleh penanggungjawab 12. Penarikan produk 13. Pencatatan dan dokumentasi 14. Pelatihan karyawan (Kepala BPOM RI, 2012).

18 21 Menurut Kepala BPOM RI (2012), persyaratan CPPB terdiri atas 4 tingkatan yaitu harus (shall), seharusnya (should), sebaiknya (may) dan dapat (can) yang diberlakukan terhadap semua lingkup yang terkait dengan proses produksi, pengemasan, penyimpanan dan atau pengangkutan pangan Industri Rumah Tangga (IRT) dengan rincian sebagai berikut: 1. Persyaratan harus Persyaratan harus adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi akan mempengaruhi keamanan produk secara langsung dan/ atau merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian kritis. 2. Persyaratan seharusnya Persyaratan seharusnya adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan produk dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian serius. 3. Persyaratan sebaiknya Persyaratan sebaiknya adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi pengendalian keamanan produk dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian mayor. 4. Persyaratan dapat Persyaratan dapat adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi mutu (wholesomeness) produk dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian minor.

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU 1. Kadar Air Suhu Massa awal Massa akhir (gr) ( o C) (gr) I II III IV V 500 4,77 4,82 4,80 4,79 4,80 600 4,64 4,63 4,64 4,65 4,64 700 5 4,53 4,54

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air SALINAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l

Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l Lampiran 1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari Larutan Seri Standar Fe(NH 4 ) 2 ( SO 4 ) 2 6H 2 O 0,8 mg/l No Panjang Gelombang % T Absorbansi (nm) 1 500 75 0,1249 2 505 74 0,1308 3 510 73

Lebih terperinci

Jahe untuk bahan baku obat

Jahe untuk bahan baku obat Standar Nasional Indonesia Jahe untuk bahan baku obat ICS 11.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM. - Mg/l Skala NTU - - Skala TCU 85 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR : 416/MENKES/PER/IX/1990 TANGGAL : 3 SEPTEMBER 1990 DAFTAR PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. No Parameter Satuan A. FISIKA Bau Jumlah

Lebih terperinci

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang AgroinovasI Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang Pisang kaya akan karbohidrat dan mempunyai kandungan gizi yang baik yaitu vitamin (provitamin A, B dan C) dan mineral

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit Konsentrasi zat di titik sampling masuk dan keluar Hari/ mingg u WT H (jam) Masu k Seeding

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air A. Daftar Kriteria Kualitas Air Golonagan A (Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alpukat Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan buah yang berasal dari Amerika Tengah, termasuk famili Lauraceae, yaitu suatu famili tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan suatu unsur penting dalam kehidupan manusia untuk berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat konsumsi air minum dalam kemasan semakin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning. Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning. Kandungan Gizi. 0,08 mg.

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning. Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning. Kandungan Gizi. 0,08 mg. 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kandungan Gizi Labu Kuning Tabel 5. Kandungan Gizi dalam 100 g Labu Kuning Kandungan Gizi Kalori Protein Lemak Hidrat arang Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B 1 Vitamin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

Sosis ikan SNI 7755:2013

Sosis ikan SNI 7755:2013 Standar Nasional Indonesia Sosis ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-028-IDN Alamat Bidang Pengujian : Jl. Jend. Ahmad Yani No. 315, Surabaya 60234 Bahan atau produk Gaplek SNI 01-2905-1992 butir 7.1 Pati Serat Pasir/Silika

Lebih terperinci

TARIF LINGKUP AKREDITASI

TARIF LINGKUP AKREDITASI TARIF LINGKUP AKREDITASI LABORATORIUM BARISTAND INDUSTRI PALEMBANG BIDANG PENGUJIAN KIMIA/FISIKA TERAKREDITASI TANGGAL 26 MEI 2011 MASA BERLAKU 22 AGUSTUS 2013 S/D 25 MEI 2015 Bahan Atau Produk Pangan

Lebih terperinci

Air mineral SNI 3553:2015

Air mineral SNI 3553:2015 Standar Nasional Indonesia ICS 67.160.20 Air mineral Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12 LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-080-IDN Bahan atau produk yang Jenis Pengujian atau sifat-sifat yang Spesifikasi, metode pengujian, teknik yang Kimia/Fisika Pangan Olahan dan Pakan Kadar

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN JARAK SEPTIC TANK, KONSTRUKSI SUMUR GALI, DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli AIR SUMUR GALI

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

Lampiran 1 Standard Mutu Bahan Baku dan Bahan pembantu

Lampiran 1 Standard Mutu Bahan Baku dan Bahan pembantu Lampiran 1 Standard Mutu Bahan Baku dan Bahan pembantu A. Standar Mutu Tepung Terigu (SNI 01-3751-2000) No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan 1.1 Bentuk 1.2 Bau 1.3 1.4 Rasa 56 Serbuk Normal (bebas

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan 1 Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan Pengertian Abon Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

Air mineral alami SNI 6242:2015

Air mineral alami SNI 6242:2015 Standar Nasional Indonesia Air mineral alami ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komposisi Gizi Beras Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, beras dapat digantikan/disubsitusi oleh bahan makanan lainnya, namun

Lebih terperinci

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA Agus Budiyanto, Abdullah bin Arif dan Nur Richana Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian n Disampaikan Pada Seminar Ilmiah dan Lokakarya Nasional 2016

Lebih terperinci

Siomay ikan SNI 7756:2013

Siomay ikan SNI 7756:2013 Standar Nasional Indonesia Siomay ikan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER Akhir-akhir ini hujan deras semakin sering terjadi, sehingga air sungai menjadi keruh karena banyaknya tanah (lumpur) yang ikut mengalir masuk sungai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM I. PARAMETER WAJIB No. Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum Yang Diperbolehkan 1. Parameter

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Untuk Daerah Tertinggal

Untuk Daerah Tertinggal Daya Saing Agroindustri Gula Semut Untuk Daerah Tertinggal Oleh :Edi Mulyadi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur Gula a. Komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT Feri Manoi PENDAHULUAN Untuk memperoleh produk yang bermutu tinggi, maka disusun SPO penanganan pasca panen tanaman kunyit meliputi, waktu panen,

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tahu Tahu adalah salah satu jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya melalui proses pengendapan protein dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No. 27 2000 Seri D PERATURAN DAERAH JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2000 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CITARUM DAN ANAK-ANAK SUNGAINYA DI JAWA BARAT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

TINJAUAN PUSTAKA. Susu TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi PENDAHULUAN Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ampas Tahu Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu. Bahan utama pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan protein sekitar 33-42% dan kadar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe Standar Nasional Indonesia Saus cabe ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji nangka merupakan salah satu limbah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan sebagai usaha tanaman industri. Rimpangnya memiliki banyak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu rempah-rempah penting. Oleh karena itu, jahe menjadi komoditas yang mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai usaha

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN 1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur Hari/ Tgl Menara Fahutan No Jam Meteran terbaca Volume Ketinggian Air Di Air Menara Terpakai Keterangan (m 3 ) (m 3 ) (m 3 ) 1 6:00

Lebih terperinci

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN SEBAGAI PELUANG USAHA Oleh : Andi Mulia, Staff Pengajar di UIN Alauddin Makassar Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli

Lebih terperinci

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Saus tomat ICS 67.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Persyaratan...1

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Produksi Kopi Biji Salak dengan Penambahan Jahe Merah dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Lebih terperinci

Air demineral SNI 6241:2015

Air demineral SNI 6241:2015 Standar Nasional Indonesia Air demineral ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA Jl. M.T. Haryono / Banggeris

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Susy Lesmayati 1 dan Retno Endrasari 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2 Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga dan dilakukan dari bulan Juni hingga bulan Oktober 2010. 3. 2 Alat dan Bahan 3.2.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NO. 13 2000 SERI D KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 28 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUNTUKAN AIR DAN BAKU MUTU AIR PADA SUNGAI CIWULAN DAN SUNGAI CILANGLA DI JAWA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Durian 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian Menurut Rahmat Rukmana ( 1996 ) klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-607-IDN Fisika/Kimia/ Tepung terigu Keadaan produk: Bentuk, Bau, Warna SNI 3751-2009, butir A.1 Mikrobiologi Benda asing SNI 3751-2009, butir A.2 Serangga

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan pada penelitian dampak pemupukan N dosis tinggi pada usahatani sayuran dataran tinggi. KUESIONER DAMPAK PEMUPUKAN NITROGEN DOSIS TINGGI PADA USAHATANI SAYURAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pisang Raja Pisang raja termasuk jenis pisang buah. Menurut ahli sejarah dan botani secara umum pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 01-2600 - 1992 SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN =========================================== DEWAN STANDARDISASI NASIONAL PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga atau ganggang. Rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang merupakan tumbuhan berklorofil.

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang BAB II TINJAUAN PUSATAKA 2.1 Air 2.1.1 Air Bersih Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang dinamakan siklus hidrologi. Air yang berada di permukaan menguap ke langit, kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9

Lampiran 1 ph. Hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil pengukuran ph sebelum dan sesudah elektrokoagulasi ph. Pengambilan Sampel 1 4,7 6,9 97 Lampiran 1 ph Alat Ukur : ph meter Prosedur Pengukuran 1. Kalibrasi dengan larutan buffer sampai ph 4 2. Pengukuran ph air gambut (dicelupkan ph meter ke air gambut) 3. Dicatat berapa ph yang terukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya mengandung mineral, vitamin dan lemak tak jenuh. Protein dibutuhkan tubuh

Lebih terperinci

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat A. Penggunaan Siapa yang tidak kenal dengan selai? Bahan pelengkap dalam menyantap roti atau singkong rebus ini memiliki rasa yang manis dan terbuat dari buah segar. Tak hanya itu, variasi rasa dari selai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah ( fruit juice) adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minuman Beralkohol Yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Minuman ini diproses dari hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013. III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) ini dilakukan di perusahaan bakpia pathok 25 Yogyakarta, dan dilakukan selama 2,5 bulan yaitu dimulai

Lebih terperinci

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PEMBUATAN TEMPE Disusun Oleh: Mukaromah K3310058 Nuryanto K3310060 Sita Untari K3310079 Uswatun Hasanah K3310081 Pendidikan Kimia A PROGAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bubur kacang hijau Bubur kacang hijau adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok kacang hijau dengan perebusan, penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Sari buah tomat ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iigkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Syarat mutu...2 5 Pengambilan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH KULIT UDANG (Penaeus sp) UNTUK PENGANEKARAGAMAN MAKANAN RINGAN BERBENTUK STICK Tri Rosandari dan Indah Novita Rachman Program Studi Teknoogi Industri Pertanian Institut Teknologi Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakso Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk yang strukturnya kompak atau

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks. LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan atau berbau

Lebih terperinci

BAB X PENGAWASAN MUTU

BAB X PENGAWASAN MUTU BAB X PENGAWASAN MUTU Pengawasan mutu merupakan aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat mempertahanan sebagaimana yang telah direncanakan

Lebih terperinci

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks. AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-036-IDN Nama Laboratorium : Balai Pengujian Sertifikasi Mutu Barang dan Lembaga Tembakau Surabaya Fisika/kimia Biji kopi Biji berbau busuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis) Kluwih merupakan kerabat dari sukun yang dikenal pula dengan nama timbul atau kulur. Kluwih dianggap sama dengan buah

Lebih terperinci