PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN RASA SYUKUR TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN RASA SYUKUR TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi"

Transkripsi

1 PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN RASA SYUKUR TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL BEING MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Farhanah Murniasih FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H/2013 i

2

3

4

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S. 94 : 6-8) Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkannya menempuh jalan ke surga (HR.Muslim) Kepada kedua orang tuaku tersayang Terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya serta doa yang diberikan untukku serta sahabat-sahabat yang selalu menyayangiku dengan sepenuh hati, dan selalu memberikan dukungan serta mendoakanku dalam kebaikan viii

6 ABSTRAK A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta B) Oktober 2013 C) Farhanah Murniasih D) Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Rasa Syukur Terhadap Psychological Well-Being pada Mahasiswa yang Kuliah sambil Bekerja E) xiv halaman + 29 lampiran F) Psychological well-being adalah kondisi dimana seseorang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu, keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan hidup, memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungan secara efektif dan kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri. Psychological well-being seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya, yaitu kecerdasan emosi dan rasa syukur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh kecerdasan emosi dan rasa syukur terhadap psychological well-being pada mahasiswa yang kuliah sambil berkerja. Penelitian ini melibatkan 200 orang mahasiswa yang kuliah sambil bekerja di beberapa universitas di daerah Jabodetabek. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala penelitian yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan pada dimensi masing-masing variabel. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik regresi berganda dengan menggunakan software 18.0, sedangkan pengujian validitas konstruk menggunakan Lisrel 8.7. Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda didapatkan indeks signifikansi 0,000 (p<0,05) dan R-Square sebesar 0,445, hal ini berarti proporsi varian dari psychological well-being yang dijelaskan oleh semua IV kecerdasan emosi dan rasa syukur adalah sebesar 44,5%. Artinya dengan diterimanya hipotesis alternatif mayor, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif signifikan kecerdasan emosi dan rasa syukur terhadap psychological well-being pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan menambah variabel lain yang terkait dengan psychological well-being yang dapat dianalisis sebagai IV yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap psychological well-being. seperti personality, self-esteem dan dukungan sosial. G) Bahan bacaan: 22 ; buku: 6 + jurnal: 16 viii

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN RASA SYUKUR TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING MAHASISWA YANG KULIAH SAMBIL BEKERJA. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari berbagai bantuan pihak eksternal atau luar, oleh karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph.D., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Zahrotun Nihayah, M.Si., dan Wakil Dekan Bidang Keuangan Bambang Suryadi, Ph.D., yang telah memberi kesempatan pada penulis selama ini untuk mengembangkan kemampuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran serta ide dalam penyusunan skripsi ini. Penulis banyak mendapatkan masukan, ide, pengetahuan serta wawasan yang telah diberikan selama penulis berjuang di kampus tercinta ini. 3. Ibu Zahrotun Nihayah, M.Si, dosen pembimbing Akademik kelas C 2009, yang telah memberikan motivasi dan arahan selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. viii

8 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, semoga Allah SWT memberikan berlipat-lipat pahala atas amal yang telah diberikan. 5. Kedua orang tuaku tercinta, Drs. Abdul Hamid Cebba, Akt., MBA, CPA dan Dra.Tri Mursiti, SE yang senantiasa memberikan dukungan serta doa yang tulus dalam proses pembelajaran yang dilakukan penulis selama ini serta dalam proses penyelesaian skripsi. Terima kasih banyak penulis ucapkan untuk kedua orang tua yang telah banyak berjuang, memberikan kasih sayang, dan bersusah payah dalam membimbing dan membina penulis agar meraih impian dan kesuksesan dalam dunia dan akhirat. 6. Tika, Lita, Mita. Terima kasih untuk segala nasehat, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis serta persahabatan yang indah ini. Semoga Allah selalu menjaga persaudaraan kita. 7. Teman-teman psikologi angkatan 2009 khususnya kelas C, terima kasih untuk cerita kelas kita dari yang biasa sampai yang terheboh. Terima kasih untuk kebersamaanya, senang, sedih, tegang, dan haru selama 4 tahun ini. 8. Ka Adiyo, dan teman-teman bimbingan Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si. Terima kasih untuk cerita-cerita dan diskusi-diskusi selama menunggu giliran bimbingan dan bantuan yang diberikan selama penulisan. 9. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral, doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya kata terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan, semoga mereka mendapatkan balasan yang setimpal atas usaha yang telah mereka berikan. viii

9 Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, aamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih cukup jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk dapat meyempurnakan skripsi ini. Akhir kata sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang sangat besar, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih lanjut. Jakarta, Oktober 2013 Penulis viii

10 DAFTAR ISI JUDUL SKRIPSI... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv LEMBAR PERNYATAAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan BAB 2 KAJIAN TEORI Psychological Well-being Definisi Psychological Well-being Aspek-aspek Psychological Well-being Faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological Well-being Pengukuran Psychological Well-being Kecerdasan Emosi Definisi Kecerdasan Emosi Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Pengukuran Kecerdasan Emosi Rasa Syukur Definisi Rasa Syukur Aspek-aspek Rasa Syukur Pengukuran Rasa Syukur Kerangka Berfikir viii

11 2.5. Hipotesis Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Populasi dan Sampel Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Variabel Penelelitian Definisi Operasional Psychological well-being Definisi Operasional Kecerdasan emosi Definisi Operasional Rasa Syukur Instrumen Pengumpulan Data Psychological well-being Kecerdasan Emosi Rasa Syukur Uji Validitas Konstruk Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Validitas Konstruk Psychological well-being Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi Uji Validitas Konstruk Rasa Syukur Metode Analisis Data Prosedur Penelitian BAB 4 HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Subjek Penelitian Deskripsi Data berdasarkan Jenis Kelamin Deskripsi Statsitik masing-masing variabel Penelitian Uji Hipotesis Penelitian Analisis Regresi Variabel Penelitian Pengujian Proporsi Varians masing-masing Independen Variabel BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN Kesimpulan Diskusi Saran Saran teoritis Saran praktis DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

12 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Skor Pengukuran Skala Tabel 3.2. Blue Print Item Psychological Well-being Tabel 3.3. Blue Print Item Kecerdasan Emosi Tabel 3.4. Blue Print Item Rasa Syukur Tabel 3.5. Muatan Faktor Psychological Well-being (Self Acceptance) Tabel 3.6 Muatan Faktor Psychological Well-being (Positive Relations With Others) Tabel 3.7. Muatan Faktor Psychological Well-being (Autonomy) Tabel 3.8. Muatan Faktor Psychological Well-being (Environmental Mastery) Tabel 3.9. Muatan Faktor Psychological Well-being (Purpose in Life) Tabel Muatan Faktor Psychological Well-being (Personal Growth) Tabel Muatan Faktor Kecerdasan Emosi (Mengenali Emosi Diri Sendiri) Tabel Muatan Faktor Kecerdasan Emosi (Mengelola Emosi) Tabel Muatan Faktor Kecerdasan Emosi (Memotivasi Diri) Tabel Muatan Faktor Kecerdasan Emosi (Mengenali Emosi Orang Lain) Tabel Muatan Faktor Kecerdasan Emosi (Ketrampilan Sosial) Tabel Muatan Faktor Rasa Syukur (Syukur dengan Hati) Tabel Muatan Faktor Rasa Syukur (Syukur dengan Lisan) Tabel Muatan Faktor Rasa Syukur (Syukur dengan Perbuatan) Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2. Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Tabel 4.4. Deskripsi Statistik Tabel 4.5 Norma Skor Tabel 4.6. Kategorisasi Tingkat Psychological Well-being Tabel 4.7. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi Tabel 4.8. Kategorisasi Tingkat Rasa Syukur Tabel 4.9. R Square Tabel ANOVA Pengaruh Keseluruhan Variabel Independen Terhadap Dependen Variabel Tabel Koefisien Regresi Tabel Kontribusi Varians Variabel Independen terhadap Variabel Dependen viii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bagan kerangka berpikir pengaruh kecerdasan emosi dan rasa syukur dengan psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja viii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Alat Ukur Penelitian Lampiran 3 Syntax dan Path Diagram Psychological Well-being Lampiran 4 Syntax dan Path Diagram Kecerdasan Emosi Lampiran 5 Syntax dan Path Diagram Rasa Syukur Lampiran 6 Output Regresi Kecerdasan Emosi dan Rasa Syukur terhadap Psychological Well-being Lampiran 7 Output Pengujian Proporsi Varians masing-masing Independen Variabel viii

15 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian Latar Belakang Masalah Kehidupan normal dan sehat menjadi idaman semua orang. Tidak seorang pun menginginkan hidupnya dalam tekanan, kesulitan, dan tidak bahagia. Semua ingin mencapai kesejahteraan, baik fisik maupun psikologis. Setiap manusia berupaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera, baik kondisi fisik, sosial, dan juga psikologisnya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya, termasuk mahasiswa. Mahasiswa dipandang sebagai pemimpin masa depan (Salami, 2010), mereka memiliki tanggung jawab besar untuk apa yang dijalaninya, terlebih lagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Selain tanggung jawab terhadap pendidikannya, mahasiswa yang aktif kuliah dan bekerja juga harus bisa memenuhi tanggung jawab dari pengelola usaha yang telah memperkerjakannya. Tanggung jawab yang harus dipenuhi itu menjadi beban tugas tersendiri bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Terlebih lagi permasalahan lain yang timbul dapat mempengaruhi proses pemenuhan tuntutan yang ada, seperti 1

16 2 permasalahan dalam pergaulan atau permasalahan keluarga yang akan menambah tuntutan beban untuk diselesaikan. Mahasiswa yang hanya kuliah saja memiliki waktu yang lebih luang untuk menyelesaikan tugas, laporan atau belajar. Berbeda dengan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja yang memiliki waktu terbatas karena terlalu banyak kegiatan yang dijalani. Berdasarkan hasil wawancara singkat yang peneliti lakukan kepada 20 mahasiswa yang kuliah sambil bekerja, 80% mengatakan bahwa yang sering menjadi hambatan atau kesulitan bagi mereka yang kuliah sambil bekerja adalah kesulitan untuk membagi waktu antara kuliah dan bekerja, kesulitan berkonsentrasi pada saat kuliah, kesulitan dalam menentukan prioritas antara kuliah dan pekerjaan, dan kurangnya waktu istirahat. Hal-hal tersebut terkadang dapat menyebabkan menurunnya prestasi akademik mereka dan tidak jarang dapat menyebabkan mereka stres. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja sebagian besar seringkali mengalami kesulitan dalam hal penguasaan lingkungan yaitu kesulitan dalam mengatur urusan sehari-hari membagi waktu antara urusan kuliah dan pekerjaan. Mereka sering tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas, laporan dan belajar serta memenuhi tanggung jawab terhadap beban tugas dari pekerjaan mereka. Selain itu, padatnya kegiatan yang dijalani oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja membuat mereka memiliki waktu yang terbatas di kampus, jarang terlibat aktivitas kampus dan sosial, sehingga menyebabkan kurangnya interaksi dengan sesama temannya di kampus.

17 3 Besarnya tuntutan dan tanggung jawab yang ditemukan di kalangan mahasiswa yang kuliah sambil bekerja ini ternyata tidak selalu membawa dampak negatif bagi mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya mahasiswa yang kuliah sambil bekerja tersebut yang mampu menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan yang ada selama mereka aktif hingga menyelesaikan perkuliahan dan tetap mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang memuaskan. Bagi mahasiswa yang berhasil beradaptasi secara positif terhadap berbagai kondisi menekan yang dihadapi, mampu berprestasi secara akademik, menyelesaikan perkuliahan tepat waktu, terhindar dari perilaku-perilaku yang negatif, punya hubungan sosial yang baik dengan orang-orang di sekitarnya dan mampu mengembangkan semua potensi-potensi yang dimilikinya (Salami, 2010). Pencapaian pada hal-hal tersebut diyakini dapat meningkatkan kesejahteraan dalam diri mahasiswa. Mahasiswa tersebut akan merasa tenang, nyaman dan tidak terbebani. Sikap positif tersebut juga mengarah pada terbentuknya kondisi psikologis yang positif (positive psychological functioning), yang membawa kepada terbentuknya psychological well-being dalam diri seseorang (Ryff & Keyes, 1995). Seseorang yang mampu melewati dan menghadapi masalah yang dihadapi dan berkompetensi dalam mengatur lingkungan, maka akan mengarah pada kondisi psikologi yang positif dan terbentuknya psychological well-being dalam dirinya. Psychological well-being merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi psikologi positif. Psychological well-being adalah kondisi psikologis yang

18 4 ditentukan oleh hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya, yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat psychological well-being-nya rendah, atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-being-nya meningkat (Ryff, 1989). Orang yang memiliki skor psychological well-being yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengatur urusan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungannya (Ryff, 1989). Psychological well-being penting untuk diteliti karena merupakan kunci bagi seorang individu agar menjadi sehat secara utuh dan dapat memanfaatkan serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara maksimal. Terutama bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Banyaknya tuntutan dan tanggung jawab yang dihadapi (Imonikebe, 2009) membuat mereka kesulitan dalam mengatasinya dan tidak jarang hal tersebut juga bisa membuat mahasiswa stres dan juga berakibat pada penurunan prestasi akademiknya. Menurut Dwyer & Cummings (2001) mahasiswa tersebut membutuhkan psychological well-being yang baik untuk dapat berhasil dalam mengejar akademik mereka (dalam Salami, 2010). Banyak faktor yang mempengaruhi psychological well-being seseorang, diantaranya adalah jenis kelamin (Ryff, 1989), usia (Ryff dalam Ryan & Deci, 2001), kepribadian(schumutte & Ryff; dalam Ryan & Deci, 2001), kecerdasan emosi (Shulman & Hemenover; dalam Extremera, Aranda, Galan, & Salguero,

19 5 2011), budaya (Ryff, 1989), status sosial ekonomi (Ryff dalam Ryan & Deci, 2001) dan rasa syukur (Wood, Joseph, & Maltby, 2009). Kecerdasan emosi merupakan salah satu faktor penting dalam psychological well-being (Shulman & Hemenover, 2006). Peneliti memilih kecerdasan emosi sebagai variabel independen dalam penelitian ini karena dengan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka dapat mempengaruhi psychological well-being. Shulman dan Hemenover (2006) menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka individu tersebut akan dapat mengontrol lingkungannya, mengendalikan aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupannya sehingga individu tersebut tidak mengalami kesulitan dalam mengatur urusan sehari-harinya. Hal ini karena individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu mengontrol emosi negatif, mengarahkan pada perasaan untuk penguasaan lingkungan hidup mereka sehingga memiliki psychological wellbeing yang lebih baik (dalam Extremera dkk., 2011). Goleman (2005) mengatakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang baik akan memperoleh dampak positif dalam berbagai aspek kehidupannya. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi, sedikit mengalami tekanan emosi ketika berhadapan dengan keadaan yang membuat stres. Dengan kata lain, individu tersebut lebih sering mengalami perasaan positif. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Goleman (2005), Ciarrochi, Chan, Caputi dan Robert (dalam Ciarrochi, Forgas, & Mayer, 2001) menemukan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dapat

20 6 beradaptasi dengan sumber stres, sementara individu yang memiliki kecerdasan emosi yang rendah, sulit dapat beradaptasi dengan sumber stres akibatnya menjadi cenderung depresi, putus asa, dan perilaku negatif lainnya. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Landa, Martos, & Zafra (2010) dijelaskan bahwa individu yang mampu memelihara atau meningkatkan intensitas emosi positif yang dimiliki dan mampu mengurangi emosi yang negatif dikatakan bahwa individu tersebut memiliki penerimaan diri, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi yang cukup tinggi. Dengan kata lain, ketika seseorang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang lebih tinggi, ia akan memiliki nilai yang juga tinggi dalam enam dimensi psychological well-being. Salami (2010) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi senantiasa akan memiliki kepuasan terhadap dirinya, kebahagiaan dan jauh dari perasaan depresi. Selain kecerdasan emosi, faktor yang mempengaruhi psychological wellbeing seseorang adalah rasa syukur (Wood, Joseph, & Maltby, 2009). Peneliti memilih variabel independen rasa syukur karena dengan bersyukur akan tercipta suatu pandangan positif terhadap peristiwa yang terjadi. Jika seseorang bersyukur, maka secara otomatis pandangannya akan menjadi positif, penilaian positif ini sangat berguna bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dalam mengevaluasi pengalaman-pengalaman yang didapatkan selama bekerja dan kuliah dengan segala tuntutan dan tanggung jawab yang dihadapinya, sehingga individu dapat memiliki psychological well-being yang baik, dimana ditunjukkan dengan mampu berhubungan baik dengan orang lain, mampu menentukan sesuatu secara mandiri,

21 7 mampu mengatur kehidupannya, mampu memaknai hidup dan memiliki tujuan hidup serta mengalami pertumbuhan hidup. Menurut Emmons & McCullough (2003) gratitude atau rasa syukur merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan mempengaruhi seseorang menanggapi atau bereaksi terhadap sesuatu atau situasi. Al-Fauzan (2005) menyebutkan bahwa rasa syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan. Rasa syukur menjadi salah satu kekuatan positif yang paling memberikan keuntungan bagi diri individu, juga berhubungan dengan psychological well-being (Wood, Joseph, & Maltby, 2009). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Wood, Joseph, & Maltby (2009) rasa syukur secara signifikan berkorelasi dengan psychological well-being. Rasa syukur berkaitan dengan positive coping, fungsi sosial dan memiliki efek unik dan sebab-akibat pada positive well-being dan hubungan sosial. Syukur sangat efektif dalam meningkatkan well-being seperti membangun sumber daya psikologis, sosial, dan spiritual (Emmons & McCullough, 2003). Semakin bersyukur seseorang, maka well-being individu tersebut akan semakin tinggi, ia akan memiliki evaluasi kognitif dan afektif yang positif tentang hidupnya, begitu pula dengan sebaliknya. Dalam penelitian Bono, Emmons, McCullough (2004), disebutkan bahwa bersyukur bisa mencegah emosi yang melemahkan dan mencegah kondisi patologis. Ada banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari bersyukur,

22 8 diantaranya yaitu bisa menimbulkan ketenangan batin, hubungan interpersonal yang lebih baik, dan kebahagiaan (dalam Linley & Joseph, 2004). Selain kecerdasan emosi dan rasa syukur, faktor lain yang mempengaruhi psychological well-being adalah jenis kelamin. Dari hasil penelitian Ryff (1989), dimensi yang menunjukkan perbedaan signifikansi antara laki-laki dan perempuan adalah dimensi hubungan positif dengan orang lain. Wanita memiliki nilai signifikansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria karena kemampuan wanita dalam berinteraksi dengan lingkungan lebih baik dibandingkan dengan pria. Sejak kecil, stereotype gender telah tertanam dalam diri anak laki-laki digambarkan sebagai sosok agresif dan mandiri, sementara itu perempuan digambarkan sebagai sosok yang paling pasif dan tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain dan hal ini akan terbawa sampai anak beranjak dewasa. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah dijabarkan diatas, peneliti tertarik untuk melihat pengaruh variabel kecerdasan emosi, rasa syukur dan jenis kelamin terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Selain itu penelitian yang serupa masih jarang dilakukan, terutama pada subjek mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian skripsi pada mahasiswa dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Rasa Syukur terhadap Psychological well-being Mahasiswa yang Kuliah sambil Bekerja.

23 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan pada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari: 1. Psychological well-being adalah kondisi psikologis yang ditentukan oleh hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya, yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. 2. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan pribadi dan orang lain, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengelola emosi baik pada diri sendiri dan keterampilan sosial. 3. Rasa syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan. 1.3.Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosi dan rasa syukur terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.

24 10 2. Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosi dan rasa syukur terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tujuan, baik secara umum maupun khusus yaitu sebagai berikut: 1. Secara umum yaitu untuk mengukur pengaruh kecerdasan emosi dan rasa syukur terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. 2. Secara khusus tujuan penelitian ini yaitu: a. Untuk mengukur pengaruh mengenali emosi diri sendiri terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. b. Untuk mengukur pengaruh mengelola emosi terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. c. Untuk mengukur pengaruh memotivasi diri sendiri terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. d. Untuk mengukur pengaruh mengenali emosi orang lain terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. e. Untuk mengukur pengaruh keterampilan sosial terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. f. Untuk mengukur pengaruh syukur dengan hati terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.

25 11 g. Untuk mengukur pengaruh syukur dengan lisan terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. h. Untuk mengukur pengaruh syukur dengan perbuatan terhadap psychological well-being mahasiswa yang kuliah sambil bekerja Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis, diantaranya: 1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan bisa menambah wacana keilmuan psikologi, khususnya bagi psikologi positif mengenai kecerdasan emosi, rasa syukur dan psychological well-being. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: a. Bagi almamater, penelitian ini dapat menambah referensi yang ada dan dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terutama dalam Ilmu Psikologi. b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan kepustakaan yang merupakan informasi tambahan yang berguna bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai permasalahan yang sama atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

26 Sistematika Penelitian Penulisan skripsi ini berpedoman pada sistematika penulisan American Psychological Association (APA) style dan panduan penulisan skripsi dengan pendekatan kuantitatif. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, peneliti menyusunnya dalam bentuk beberapa bab seperti berikut: BAB 1: Pendahuluan Berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai prediksi perilaku diet, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB 2: Landasan Teori Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis penelitian. BAB 3: Metode Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, validitas konstruk, metode analisis data dan prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. BAB 4: Hasil Penelitian Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai pengolahan semua data yang terkumpul dari penelitian ini dan analisa terhadap data.

27 13 BAB 5: Kesimpulan, Diskusi dan Saran Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.

28 BAB 2 KAJIAN TEORI Dalam bab ini dibahas semua teori yang dapat menjelaskan masing-masing variabel penelitian. Terlebih dahulu teori yang dibahas adalah mengenai teoriteori yang berkaitan dengan psychological well-being yang dimulai dengan definisi, aspek-aspek, faktor yang mempengaruhi dan juga pengukuran. Kemudian peneliti membahas mengenai kecerdasan emosi dan rasa syukur Psychological well-being Definisi Psychological well-being Meningkatnya ketertarikan terhadap penelitian mengenai psychological wellbeing muncul dari fenomena bahwa bidang ilmu psikologi sejak kemunculannya lebih sering menekankan pada ketidakbahagiaan manusia dan penderitaan dibandingkan dengan penyebab dan konsekuensi dari fungsi yang positif (Diener, 1984; Jahoda, 1958, dalam Ryff, 1989). Pengetahuan mengenai psychological well-being masih kurang dibandingkan dengan pengetahuan mengenai disfungsi psikologis. Hal ini menyebabkan pengertian dasar mengenai kesehatan mental didefinisikan sebagai kondisi tidak adanya gejala gangguan psikologis, seperti depresi dan kecemasan. Tetapi menurut Ryff (1989), seseorang disebut sehat secara mental tidak hanya 14

29 15 ketika orang tersebut tidak menderita kecemasan, depresi, atau bentuk lain dari gejala psikologis akan tetapi juga ketika hadirnya kondisi positif seperti kepuasan terhadap kehidupan dan kualitas hubungan baik yang tinggi dengan orang lain. Konsep Ryff (1989) berawal dari adanya keyakinan bahwa kesehatan yang positif tidak sekedar tidak adanya penyakit fisik saja. Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) terdiri dari adanya kebutuhan untuk merasa baik secara psikologis (psychologically-well). Ryff menambahkan bahwa psychological wellbeing merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari serta mengarah pada pengungkapan perasaan-perasaan pribadi atas apa yang dirasakan oleh individu sebagai hasil dari pengalaman hidupnya. Ryff (1989) menjelaskan makna dari kesehatan mental yang positif dengan beberapa konsep yang serupa, diantaranya seperti: konsep self-actualization Maslow, pandangan Roger tentang fully functioning person, konsep kematangan Allport, dan lain-lain. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep yang menekankan pentingnya menggali dan memanfaatkan potensi diri manusia. Ryff sendiri menyebutnya sebagai konsep psychological well-being (Ryff, 1989). Konsep psychological well-being yang diajukan oleh Ryff bersifat eudamonis. Dalam perspektif eudamonism, well-being dicapai dengan merealisasikan atau mewujudkan daimon (true self) yaitu dengan merealisasikan potensi diri manusia yang sebenarnya. Konsep ini merupakan konsep multidimensional untuk mengukur psychological well-being manusia.

30 16 Ryff (1989) mengajukan kritik terhadap pengertian psychological wellbeing sebagai kebahagiaan dan kepuasan hidup tertentu. Terhadap konsep psychological well-being sebagai kebahagiaan, Ryff mengajukan dua kritik, yaitu bahwa tujuan utama penelitian Bradburn bukan untuk menentukan aspek-aspek kesejahteraan psikologis (tetapi untuk mempelajari pengaruh dari perubahanperubahan sosial saat itu), dan kurang tepat jika kata Yunani eudamonia diterjemahkan sebagai kebahagiaan. Hal ini didukung oleh Waterman (dalam Ryff, 1989) yang mengatakan bahwa eudamonia lebih tepat didefinisikan sebagai realisasi potensi individu dan bukan sebagai kebahagiaan. Ryff (1989) mengatakan bahwa karakterisasi dari hal tertinggi yang bisa dicapai manusia adalah usaha-usaha manusia untuk mencapai kesempurnaan yang mewakili realisasi potensi dari individu. Secara umum, Ryff menjelaskan literatur psychological well-being yang mengatakan bahwa psychological well-being sebagai kebahagiaan dan rumusan aspek-aspek psychological well-being sebagai afek positif, afek negatif, dan kepuasan hidup pada mulanya tidak didasari oleh landasan teori yang kuat. Alat-alat pengukuran psychological well-being yang dikembangkan dalam penelitian-penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being yang baik, dan tidaklah bertujuan untuk menetapkan aspek-aspek dari psychological well-being. Maka, Ryff (1989) kemudian mengajukan beberapa evaluasi terhadap penelitian-penelitian tentang psychological well-being yang dilakukan sebelumnya. Ia mengatakan bahwa individu yang mempunyai psychological well-

31 17 being yang baik tidak sekedar terbebas dari hal-hal yang menjadi indikator mental negatif, seperti terbebas dari rasa cemas, tercapainya kebahagiaan, dan lain-lain. Untuk mengetahui psychological well-being juga harus diukur kesehatan mental positif, bagaimana pandangan individu terhadap potensi-potensi dalam dirinya. Selama ini pengukuran tentang psychological well-being hanya meneliti sejauhmana individu terbebas dari indikator mental negatif saja. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Ryff terhadap studi-studi mengenai psychological well-being, ia berusaha mengajukan konsep psychological wellbeing yang bersifat multidimensional. Menurut Ryff (1989), psychological wellbeing adalah kondisi dimana seseorang memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu, pengembangan diri, keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan, memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain, kapasitas untuk mengatur kehidupan dan lingkungan secara efektif dan kemampuan menentukan tindakan sendiri. Psychological well-being merupakan kondisi psikologis yang ditentukan oleh hasil evaluasi atau penilaian seseorang terhadap dirinya, yang merupakan evaluasi atas pengalamanpengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan seseorang menjadi pasrah terhadap keadaan yang membuat psychological wellbeing-nya rendah, atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-being individu tersebut meningkat. Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa psychological well-being adalah perasaan bahagia, mempunyai kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi karena kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya fungsi

32 18 psikologis yang positif seperti penerimaan diri, relasi sosial yang positif, mempunyai tujuan hidup, perkembangan pribadi, penguasaan lingkungan dan kemandirian Aspek-aspek Psychological Well-being Ryff (1989) mengemukakan enam dimensi dari psychological well-being yaitu: 1. Penerimaan Diri (Self Acceptance) Kriteria kesejahteraan yang jelas paling berulang dalam perspektif sebelumnya adalah rasa penerimaan diri individu. Penerimaan diri juga merupakan ciri penting kesehatan mental, karakteristik individu yang mengaktualisasikan dirinya, serta ciri kematangan dan karakteristik individu yang berfungsi secara optimal. Dalam teori perkembangan manusia, self acceptance berkaitan dengan penerimaan individu pada masa kini dan masa lalunya (Ryff, 1989). Seseorang yang memiliki skor self acceptance yang tinggi memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek yang ada pada dirinya baik kualitas yang baik maupun buruk, dan merasa positif terhadap kehidupan masa lalunya. Sedangkan seseorang yang memiliki skor self acceptance yang rendah menunjukkan ketidakpuasan terhadap dirinya, kecewa terhadap kehidupan masa lalunya, memiliki masalah tentang kualitas personal tertentu, dan ingin menjadi orang yang berbeda dari dirinnya sendiri (Ryff, 1989).

33 19 2. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relation with Others) Banyak teori sebelumnya menekankan pentingnya hubungan yang hangat, hubungan yang penuh kepercayaan dengan orang lain, kemampuan untuk mencintai dilihat sebagai komponen utama dari kesehatan mental. Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baikdideskripsikan memiliki kemampuan berempati dan afeksi sesama manusia, mampu mencintai, memiliki persahabatan yang dalam (memiliki kedekatan dengan orang lain), dan identifikasi yang lebih baik dengan orang lain. Keterampilan sosial merupakan salah satu kriteria dari kematangan (maturity). Memiliki kedekatan dan mampu memberikan bimbingan serta pengarahan kepada orang lain merupakan komponen yang penting. Kesimpulannya, hubungan positif dengan orang lain itu merupakan konsep penting dalam psychological well-being. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan mampu membina hubungan yang hangat, kepuasan, percaya pada orang lain, memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, dan keintiman, serta memahami prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antar pribadi. Sebaliknya, seseorang yang memiliki skor rendah menunjukkan tingkah laku yang tertutup dalam hubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, terbuka, peduli dengan orang lain, terisolasi dan merasa frustasi dalam membina hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain (Ryff, 1989).

34 20 3. Otonomi (autonomy) Dimensi ini diartikan sebagai kemampuan untuk mengatur tingkah laku, kemandirian, dan kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self determination) yang dianggap sebagai ciri yang penting dalam psychological well-being. Individu yang fully functioning juga digambarkan sebagai seseorang yang dapat menilai diri sendiri dengan menggunakan standar personal dan tidak memandang orang lain untuk mendapatkan persetujuan. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa orang tersebut dapat menentukan segala sesuatu seorang diri dan mandiri, dapat menolak tekanan sosial untuk bertindak dan berlaku dalam cara-cara tertentu, dapat mengatur tingkah laku dari dalam diri, serta dapat mengevaluasi diri dengan standar personal. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa orang tersebut biasanya akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan harapan dan evaluasi orang lain, berpegang pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting, serta mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu (Ryff, 1989). 4. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) Kemampuan seseorang untuk memilih atau membuat lingkungan sesuai dengan kondisi psikologisnya merupakan ciri kesehatan mental. Untuk mencapai tingkat kematangan, seseorang individu perlu memiliki

35 21 aktivitas-aktivitas yang berarti bagi dirinya. Kemampuannya untuk memanipulasi dan mengontrol lingkungan yang kompleks, kemampuan untuk mengembangkan dan mengubah diri sendiri secara kreatif melalui kegiatan-kegiatan fisik dan mental, serta mengambil keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang ada dalam lingkungan merupakan hal yang penting dalam psychological well-being seseorang. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki keyakinan dan kompetensi dalam mengatur lingkungan, dapat mengendalikan berbagai aktivitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan kesempatan yang ada di lingkungannya, serta mampu memiliki dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi. Sedangkan seseorang yang memiliki skor rendah menunjukkan ia mengalami kesulitan dalam mengatur urusan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya, kurang peka terhadap kesempatan yang ada di lingkungannya, dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungannya (Ryff, 1989). 5. Tujuan Hidup (purpose in life) Individu yang sehat mental dianggap memiliki kepercayaan yang dapat memberikan arti dan tujuan hidup. Seorang individu perlu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan hidupnya, misalnya menjadi produktif dan kreatif atau mendapatkan integrasi emosional di masa selanjutnya.

36 22 Jadi, seseorang dengan psychological well-being yang baik memiliki arah dan tujuan yang membuat hidupnya berarti. Seseorang yang memiliki skor yang tinggi pada dimensi ini memiliki tujuan dan arah dalam hidup, mampu merasakan arti dari masa lalu dan masa kini, memiliki keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta memiliki tujuan dan target yang ingin dicapai dalam hidup. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa orang tersebut kurang memiliki arti hidup, memiliki sedikit tujuan, arah dan cita-cita, tidak melihat tujuan dari kehidupan yang dijalani, dan tidak memiliki harapan atau kepercayaan yang memberi arti pada kehidupan. 6. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) Untuk dapat mencapai psychological functioning yang optimal, seseorang tidak hanya dituntut untuk mencapai karakateristik-karakteristik sebelumnya, namun juga berkembang sebagai individu. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan menyadari potensi-potensi yang dimiliki merupakan hal yang penting dalam pertumbuhan pribadi. Keterbukaan terhadap pengalaman, misalnya, merupakan karakteristik penting dari fully functoning person. Individu yang fully functioning terus bertumbuh dan berkembang secara berkelanjutan dan tidak berhenti pada suatu keadaan statis. Individu akan selalu menghadapi tantangan-tantangan baru atau tugas-tugas pada periode kehidupan yang berbeda. Jadi, pertumbuhan yang

37 23 berkelanjutan dan realisasi diri merupakan hal yang penting bagi psychological well-being. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada dimensi yang terakhir ini menunjukkan bahwa individu memiliki perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan dalam dirinya, memandang sendiri sebagai individu yang selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru, menyadari potensi diri, melihat kemajuan diri dan tingkah laku dari waktu ke waktu, berubah dalam cara efektif dan lebih mencerminkan pengetahuan akan diri. Sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan pengembangan diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya, serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih baik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-being Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi psychological well-being seseorang, diantaranya adalah jenis kelamin (Ryff, 1989), usia (Ryff dalam Ryan & Deci, 2001), kepribadian (Schumutte dan Ryff; dalam Ryan & Deci, 2001), kecerdasan emosi (Shulman & Hemenover; dalam Extremera dkk., 2011), budaya (Ryff, 1989), status sosial ekonomi (Ryff, dalam Ryan & Deci, 2001) dan rasa syukur (Wood, Joseph, & Maltby, 2009):

38 24 1. Faktor Demografis Beberapa faktor demografis yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis antara lain: a. Jenis Kelamin Menurut Ryff (1989), satu-satunya dimensi yang menunjukkan perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan adalah dimensi hubungan positif dengan orang lain. Wanita memiliki nilai signifikan yang lebih tinggi dibanding pria karena kemampuan wanita dalam berinteraksi dengan lingkungan lebih baik dibanding pria. Sejak kecil, stereotype gender telah tertanam dalam diri anak lakilaki digambarkan sebagai sosok agresif dan mandiri, sementara itu perempuan digambarkan sebagai sosok yang pasif dan tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain dan hal ini akan terbawa sampai anak beranjak dewasa. Penelitian dengan hasil serupa juga dilakukan oleh Raina dan Bakhsi (2013) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki nilai korelasi yang lebih tinggi. b. Usia Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ryff (1989), ditemukan adanya perbedaan tingkat psychological well-being pada orang dari berbagai kelompok usia. Dalam dimensi penguasaan lingkungan terlihat profil meningkat seiring dengan pertambahan usia. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin mengetahui kondisi yang terbaik bagi dirinya. Oleh karenanya, individu tersebut semakin dapat pula mengatur lingkungannya menjadi yang terbaik sesuai dengan keadaan dirinya.

39 25 Individu yang berada dalam usia dewasa madya (mildlife) memiliki skor tinggi dalam dimensi penguasaan lingkungan, otonomi, dan hubungan positif dengan orang lain sementara pada dimensi pertumbuhan pribadi, tujuan hidup, dan penerimaan diri mendapat skor rendah. Individu yang berada dalam usia dewasa awal (young) memiliki skor tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi, penerimaan diri, dan tujuan hidup sementara pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan otonomi memiliki skor rendah (Ryff dalam Ryan & Deci, 2001). c. Budaya Ryff (1989) mengatakan bahwa sistem nilai individualisme atau kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan otonomi, sedangkan budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme memiliki nilai yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. d. Status Sosial Ekonomi Ryff (dalam Ryan & Decci, 2001) mengemukakan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan dan pertumbuhan diri. Beberapa penelitian juga mendukung pendapat ini (Ryan & Deci, 2001), dimana individu-individu yang memfokuskan pada kebutuhan materi dan finansial sebagai tujuannya menunjukkan tingkat kesejahteraan yang rendah. Hasil ini sejalan dengan status social atau kelas sosial

40 26 yang dimiliki individu akan memberikan pengaruh berbeda pada psychological well-being seseorang. Individu yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status ekonomi yang lebih baik darinya. Individu dengan tingkat penghasilan tinggi, status menikah, dan mempunyai dukungan sosial tinggi akan memiliki psychological well-being yang lebih tinggi. 2. Kecerdasan Emosi Shulman dan Hemenover (2006) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang lebih tinggi, sedikit mengalami tekanan emosi ketika berhadapan dengan keadaan yang membuat mereka stres. Dengan kata lain, mereka lebih sering mengalami perasaan positif (dalam Extremera, Aranda, Galan & Salguero, 2011). Wong, Wong dan Chau (2001) menyimpulkan bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi akan merasakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain, mereka juga merasakan bahwa mereka lebih mampu mengontrol lingkungan mereka karena mereka mampu mengontrol emosi negatif yang mereka rasakan. Mampu mengontrol emosi negatif dan lebih sering mengalami emosi positif, membuat mereka memiliki psychological well-being yang lebih baik. Orang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai emosi mereka, ditandai dengan adanya kesadaran diri yang sangat penting untuk penerimaan diri yang merupakan salah satu dimensi dari kesejahteraan psikologis (Ryff, 1989).

41 27 Kesadaran seseorang terhadap emosi mereka juga penting dalam dimensi otonomi (menentukan pilihan hidup, kemandirian, dan kemampuan mengatur perilaku) dan terhadap pertumbuhan pribadi yang juga merupakan dimensi dari psychological well-being. 3. Kepribadian Schumutte dan Ryff (1997) telah melakukan penelitian mengenai hubungan antara lima tipe kepribadian (the big five traits) dengan aspek-aspek psychological wellbeing. Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang termasuk dalam kategori ekstraversion, conscientiousness dan low neouroticism mempunyai skor tinggi pada dimensi penerimaan diri, penguasaan lingkungan dan keberarahan hidup. Individu yang termasuk dalam kategori openness to experience mempunyai skor tinggi pada dimensi pertumbuhan pribadi. Individu yang termasuk dalam kategori agreeableness dan extraversion mempunyai skor tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan individu yang termasuk kategori low neuriticism mempunyai skor tinggi pada dimensi ekonomi (dalam Ryan & Deci, 2001). 4. Rasa Syukur Menurut Emmons dan McCullough (2003) gratitude atau rasa syukur merupakan sebuah bentuk emosi atau perasaan, yang kemudian berkembang menjadi suatu sikap, sifat moral yang baik, kebiasaan, sifat kepribadian, dan akhirnya akan mempengaruhi seseorang menanggapi atau bereaksi terhadap sesuatu atau situasi. Rasa syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugerahkan, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan (Al-Fauzan,

42 ). Rasa syukur menjadi salah satu kekuatan positif yang paling memberikan keuntungan bagi diri individu, juga berhubungan dengan psychological well-being (dalam Wood, Joseph, & Maltby, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Wood, Joseph, & Maltby (2009) rasa syukur secara signifikan berkorelasi dengan psychological well-being. Rasa syukur berkaitan dengan positive coping, fungsi sosial dan memiliki efek unik dan sebab-akibat pada positive well-being dan hubungan sosial. Syukur sangat efektif dalam meningkatkan well-being seperti membangun sumber daya psikologis, sosial, dan spiritual (Emmons & McCullough, 2003). Semakin bersyukur seseorang, maka well-being nya akan semakin tinggi, ia akan memiliki evaluasi kognitif dan afektif yang positif tentang hidupnya, begitu pula dengan sebaliknya. Penelitian lain menyebutkan bahwa bersyukur bisa mencegah emosi yang melemahkan dan mencegah kondisi patologis. Ada banyak sekali manfaat yang bisa diambil dari bersyukur, diantaranya yaitu bisa menimbulkan ketenangan batin, hubungan interpersonal yang lebih baik, dan kebahagiaan (Bono, Emmons, McCullough; dalam Linley & Joseph, 2004) Pengukuran psychological well-being Instrumen yang paling populer digunakan adalah Ryff s Psychological Well-Being Scale yang mengukur 6 dimensi, yaitu penerimaan diri (self acceptance), memiliki hubungan yang positif dengan orang lain (positive relation with orthers), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), memiliki tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing pada mahasiswa Fakultas Psikologi Unversitas X di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk membangun relasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum anak-anak tinggal dengan orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga sebagian anak yang tinggal di panti asuhan. Panti asuhan adalah suatu lembaga

Lebih terperinci

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah sepasang pria dan wanita menikah, memiliki anak merupakan hal yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala upaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya tingkat persaingan dalam dunia pekerjaan, menuntut individu untuk mengejar pendidikan hingga tingkat yang lebih tinggi (Utami & Kusdiyanti, 2014), terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Lokasi Penelitian 1. Populasi dan Sampel penelitian Sampel penelitian adalah orang tua anak tunarungu. Anak tunarungu tersebut bersekolah di kelas satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kesejahteraan Psikologis Ryff (Ryff & Keyes, 1995) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Intensi Membeli Air Minum Dalam Kemasan Merek Aqua Pada Mahasiswa FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Susun Oleh: NYA SORAYA RIZKINA (106070002284) Skripsi

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological 15 BAB II LANDASAN TEORI A. PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 1. Definisi Psychological Well-Being Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological well-being menjadi afek positif dan afek negatif. Penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit Lupus di Indonesia meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 menjadi 13.300 jiwa per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kemajuan dan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian eksperimen (True Experimental Research) yaitu suatu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian eksperimen (True Experimental Research) yaitu suatu penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TIPE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dengan jenis eksperimen dengan cara memberi perlakuan sesuatu pada situasi tertentu, kemudian membandingkan hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-Being 1. Pengertian Psychological Well-Being Psychological well-being merupakan realisasi dan pencapaian penuh dari potensi individu dimana individu dapat

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di zaman modern dan era globalisasi ini, sangat mudah untuk menemukan individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daripada psikologis yang berfungsi positif (Ryff, 1989). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesehatan mental dikaitkan dengan tidak adanya gangguan psikologis daripada psikologis yang berfungsi positif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) 1. Kesejahteraan Psikologis Bradburn menterjemahkan kesejahteraan psikologis berdasarkan pada buku karangan Aristotetea yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN THE BIG FIVE DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PARANORMAL DEWASA MADYA DI KOTA SEMARANG TESIS Oleh : PUPUT MULYONO 11.92.0003 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus atau yang dikenal dengan HIV merupakan sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah kurang lebih lima hingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui psychological well-being pada pasien HIV positif (usia 20-34 tahun) di RS X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KUALITAS MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI PADA MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN ANGKATAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi

BAB II LANDASAN TEORI. Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi BAB II LANDASAN TEORI A. Kesejahteraan Psikologis 1. Definisi Kesejahteraan Psikologis Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologis Disusun Oleh MARIANA INDRASTUTI F.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI MEMBELI PRODUK SABUN MUKA PADA PRIA SKRIPSI Oleh : Muhammad Arief Budiman NIM : 109070000067 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tindakan kriminalitas merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu hukuman yang akan diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja. Aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi. Pada zaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Alat Ukur

LAMPIRAN A. Alat Ukur LAMPIRAN A Alat Ukur A1. Kuesioner PWB Petunjuk pengisian : Di balik halaman ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan apa yang Saudara rasakan terhadap diri sendiri dan kehidupan Saudara

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DENGAN STRES KERJA PADA GURU SMP MUHAMADIYAH SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DENGAN STRES KERJA PADA GURU SMP MUHAMADIYAH SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN PSIKOSOSIAL KERJA DENGAN STRES KERJA PADA GURU SMP MUHAMADIYAH SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJADI WARIA PADA PRIA TRANSEKSUAL SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian Syarat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PONSEL MEREK SAMSUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PONSEL MEREK SAMSUNG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PONSEL MEREK SAMSUNG (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP KINERJA PADA PERAWAT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO (Studi Big Five Model sebagai Anteseden Variabel Kinerja) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1 DITINJAU DARI KONTINUITAS BELAJAR AKUNTANSI DAN KEMAMPUAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI ANGKATAN 2009 FKIP UMS SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013

DAFTAR ISI Dina Meyraniza Sari,2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Hikmah... iii Ucapan Terima Kasih... iv Abstrak... vi Abstract... vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran...

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SKRIPSI Diajukan Oleh : Benazir Hardiyanti F 100 070 118 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA, PELAYANAN DAN LOKASI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA TOKO OLI SUMBER REJEKI SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH HARGA, PELAYANAN DAN LOKASI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA TOKO OLI SUMBER REJEKI SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH HARGA, PELAYANAN DAN LOKASI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA TOKO OLI SUMBER REJEKI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004, Tentara Nasional Indonesia sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, bertugas melaksanakan kebijakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER. DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER. DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN POLA ASUH OTORITER DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA MTs NURUL HUDA DEMPET SKRIPSI Disusun Oleh: MUKAYAROH 2009 60 029 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2014 i

Lebih terperinci

SUISWATI A SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SUISWATI A SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai derajad Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR, FASILITAS BELAJAR, DAN CARA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 SULANG REMBANG TAHUN

Lebih terperinci

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja

Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja Hubungan Antara Persepsi Tentang Foto Profil Pada Facebook Dengan Normal Narsisme Remaja Disusun Oleh: NOVITA BARSELIA P. (106070002277) Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 1 KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psychological well-being (PWB) atau kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang menjadikan individu dapat mengenali, menggali dan memiliki potensi yang khas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152)

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152) MOTTO Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152) Fabiayyiaalaairobbikumaatukadzibaan Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap individu, baik dengan keunikan ataupun kekurangan berhak

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PT. NOHHI INDONESIA GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PT. NOHHI INDONESIA GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP ETOS KERJA KARYAWAN PT. NOHHI INDONESIA GROGOL SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS 1. Defenisi Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis dikemukakan oleh Ryff (1989) yang mengartikan bahwa istilah tersebut sebagai pencapaian penuh

Lebih terperinci

TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENGARUH KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN AKTIVITAS BELAJAR DI RUMAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn KELAS V SDN 01 PANDEYAN TASIKMADU TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh : RIAN APRILIANI

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh : RIAN APRILIANI HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN UNSUR KEBAHASAAN DAN SIKAP TERHADAP BAHASA INDONESIA DENGAN KOMPETENSI MENULIS KARYA ILMIAH (Survei padaa Mahasiswa Pendidikan MIPA-FKIP UNS) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA PRIA DAN WANITA TENTANG KINERJA DAN KOMITMEN PROFESI AUDITOR

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA PRIA DAN WANITA TENTANG KINERJA DAN KOMITMEN PROFESI AUDITOR PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA PRIA DAN WANITA TENTANG KINERJA DAN KOMITMEN PROFESI AUDITOR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Akuntansi

Lebih terperinci

: EKA PUTRI PURWITASARI NIM : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

: EKA PUTRI PURWITASARI NIM : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO PRODUKTIVITAS KERJA DITINJAU DARI FAKTOR DEMOGRAFIS (USIA, JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA) PADA KARYAWAN TETAP DI KANTOR PUSAT PDAM TIRTA SATRIA PURWOKERTO, KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI PADA PASANGAN INFERTILITAS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI OLEH: MUHAMAD HARIADI

PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI PADA PASANGAN INFERTILITAS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI OLEH: MUHAMAD HARIADI PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI PADA PASANGAN INFERTILITAS DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SKRIPSI OLEH: MUHAMAD HARIADI 10861002944 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

Lebih terperinci

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaraan Memperoleh Gelar Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : DINA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi ANGGRAYANA WIJAYANTI

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi ANGGRAYANA WIJAYANTI PENGARUH KEMANDIRIAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PRODUK YANG DITAWARKAN KOPERASI TERHADAP KEPUASAN NASABAH KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DANA MULIA KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PRODUK YANG DITAWARKAN KOPERASI TERHADAP KEPUASAN NASABAH KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DANA MULIA KARANGANYAR SKRIPSI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PRODUK YANG DITAWARKAN KOPERASI TERHADAP KEPUASAN NASABAH KOPERASI SERBA USAHA (KSU) DANA MULIA KARANGANYAR SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan sebagai penelitian kuantitatif. Arikunto (2006:12), mengatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah pendekatan

Lebih terperinci

ANALISIS DISIPLIN DAN KEPUASAN KERJA DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. INDOMAJU TEXTINDO KUDUS

ANALISIS DISIPLIN DAN KEPUASAN KERJA DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. INDOMAJU TEXTINDO KUDUS ANALISIS DISIPLIN DAN KEPUASAN KERJA DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN PT. INDOMAJU TEXTINDO KUDUS Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran masing-masing yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ADVERTISING

ANALISIS PENGARUH ADVERTISING ANALISIS PENGARUH ADVERTISING, SALES PROMOTION, PUBLIC RELATION, PERSONAL SELLING, DAN DIRECT MARKETING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR HONDA MATIK DI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Pengertian Psychological Well Being Psychological well-being adalah tingkat kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PROMOSI DAN CITRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI TERHADAP MINAT MASUK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PADA MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2012 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang menjelaskan tentang pengertian psychological well-being, faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being,

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS PERBEDAAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL PADA SUAMI DI FASE DEWASA AWAL DENGAN DEWASA MADYA DI DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Retno Suryaningsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Campbell (1976) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. Campbell (1976) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai BAB II LANDASAN TEORI A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Campbell (1976) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai hasil evaluasi seseorang terhadap hidupnya baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan selama hidupnya, manusia dihadapkan pada dua peran yaitu sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, manusia selalu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh

Lebih terperinci

BRIAN KARTIKASARI PUTRI A

BRIAN KARTIKASARI PUTRI A PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 MANYARAN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI MASUK PROGDI TERHADAP INDEKS PRESTASI KOMULATIF (IPK) MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2011/2012

PENGARUH MOTIVASI MASUK PROGDI TERHADAP INDEKS PRESTASI KOMULATIF (IPK) MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2011/2012 PENGARUH MOTIVASI MASUK PROGDI TERHADAP INDEKS PRESTASI KOMULATIF (IPK) MAHASISWA PGSD ANGKATAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci