MANAJEMEN KEUANGAN SUMBER DANA JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANAJEMEN KEUANGAN SUMBER DANA JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG"

Transkripsi

1 MANAJEMEN KEUANGAN SUMBER DANA JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG KELOMPOK 4 : VALDHE KARUNDENG (Koord) ARCULES EZRA, RISKY ROMPAS ERNY SOFYAN, KRISTIN RONDONUWU AKUNTANSI PUBLIK DAN PERPAJAKAN UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS EKONOMI 2011

2 SUMBER DANA JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG ampir sebagian besar perusahaan tidak bisa memperoleh sumber dana tanpa Hpenggunaan jaminan. Untuk itu mereka harus memberikan berbagai jaminan kepada pihak pemberi dana. Kredit jangka menengah dan panjang merupakan kredit yang menggunakan jaminan. Istilah jangka menengah menunjukkan bahwa kredit tersebutberjangka waktu satu tahun atau lebih, tetapi umumnya kurang dari 10 tahun. Sedangkredit jangka panjang adalah kredit yang berjangka waktu lebih dari 10 tahun. Pembagianwaktu ini memang tidak ada dasarnya, sehingga mungkin saja pembaca menjumpaipembagian jangka waktu yang berbeda. A. Sumber Dana Jangka Menengah Bentuk-bentuk kredit jangka menengah dan panjang diantaranya adalah: term loan, equipment financing, leasing, saham, obligasi dan kredit modal kerja permanen. 1. Leasing Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia sering disebut perusahaan leasing. Kegaitan usaha leasing bergerak dibidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan disini artinya jika perusahaan (klien) membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kredit, maka pihak leasing dapat membiayai keinginan perusahaan (klien) tersebut sesuai perjanjian kedua belah pihak. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemberian fasilitas leasing adalah: a) Lessor (merupakan perusahaan lesing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal) b) Lessee (adalah perusahaan yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan) c) Supplier (yaitu pedagang yang meyediakan barang yang akan di-leasing sesuai perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal ini suplier juga dapat bertindak sebagai lessor. d) Asuransi merupakan perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lessee, dimana dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung risiko sebesar jumlah yang sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang dileasingkan.

3 Sewa (Lease), adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak kepada lesse untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lesse melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Secara resmi lembaga Leasing ini beroperasi di Indonesia pada tahun 1974 yang ditandai dengan adanya SKB 3 Menteri, yaitu Menteri Republik Indonesia No. KEP 122/MK/IV/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 No. 30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Februari 1974 beserta berbagai surat-surat edaran menteri. Munculnya lembaga leasing ini merupakan suatu alternatif yang menarik bagi para pihak yang sulit mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhannya, baik dalam jangka waktu menengah maupun dalam jangka waktu yang panjang, sedangkan melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-barang yang menjadi kebutuhan mereka dengan angka pengembalian antara tiga hingga lima tahun atau lebih. Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor dengan lessea dimana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessea dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan pengertian sewa guna usaha sesuai dengan KMK No. 1169/KMK.01/1991 adalah : Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessea selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna usaha dimana lessea pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha. Adapun barang-barang yang dapat di-leasing beragam, antara lain seperti kapal laut, pesawat, otomotif, komputer, alat-alat berat atau barang produksi lain termasuk juga sebuah mesin injection. Seiring dengan berkembangnya leasing saat ini, maka semakin banyak pula perusahaan-perusahaan leasing di Indonesia. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan barang modal yang semakin meningkat seiring dengan diperlukan juga lembaga pembiayaannya dan leasing ini telah banyak berperan dalam pengadaan barang modal. Dalam kegiatan leasing, untuk menghindari risiko kerugian yang besar, maka dilibatkan juga asuransi. Oleh karenanya, dalam perjanjian leasing ditegaskan adanya

4 asuransi yang biasanya ditanggung oleh lessee. Pihak lessee yang harus menanggung premi asuransi dengan alasan lessee adalah pihak yang mengerti seluk beluk barang modal yang digunakan dan pihak lessor hanya mendapatkan keuntungan dari selisih antara biaya dana (cost of fund) dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh lessee. 2. Term Loan (Pinjaman Berjangka) Hal-hal yang dimasukkan dalam dokumen perjanjian pinjaman berjangka adalah: 1. Jumlah dan jatuh tempo pinjaman 2. Tanggal pembayaran 3. Tingkat bunga 4. Ketentuan standar dan pembatas 5. Kolateral 6. Tujuan pinjaman 7. Tindakan yang diambil jika terjadi pelanggaran dalam perjanjian 8. Waran pembelian saham (stock purchase warrants) Term loan mempunyai karakteristik: berusia lebih dari satu tahun, diberikan atas dasar perjanjian formal. Kredit ini dilunasi secara berkala, baik bulanan, triwulanan, tengah tahunan atau tahunan, dengan angsuran yang sama. Kemampuan membayar kredit ini dihubungkan aliran kas sehingga tidak membahayakan likuiditas perusahaan. Term loan ini diberikan oleh Bank Dagang, perusahaan asuransi, supplier atau manufacture. Term loan ini sering dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang relatif kecil untuk mengeluarkan surat berharga, baik jangka pendek maupun jangka panjang, sebagai salah satu sumber pembelanjaan. Lembaga keuangan utama yang memberikan pinjaman berjangka kepada perusahaan adalah: 1. Bank komersial 2. Perusahaan asuransi 3. Lembaga dana pensiun 4. Perusahaan pengembangan regional 5. Lembaga pembiayaan usaha kecil 6. Perusahaan investasi usaha kecil 7. Perusahaan keuangan komersial

5 Pinjaman berjangka adalah utang yang sebenarnya dijadwalkan untuk dilunasi selama lebih dari satu tahun, namun umumnya kurang dari 10 tahun. Bank Komersial adalah sumber utama dari pendanaan berjangka. Dua fitur pinjaman berjangka (term loan) bank membedakannya dengan jenis pinjaman bisnis lainnya. Pertama, pinjaman berjangka memiliki waktu jatuh tempo akhir lebih dari 1 tahun. Kedua, pinjaman berjangka sering kali menunjukkan kredit yang diperpanjang berdasarkan perjanjian pinjaman resmi. Secara umum, pinjaman ini dibayar kembali dengan angsuran secara periodik, setiap tiga bulan, setiap enam bulan, atau setiap tahun yang mencakup bunga dan pokoknya. Jadwal pembayaran pinjaman biasanya bergantung pada kemampuan arus kas peminjam untuk membayar utang. Umumnya, jadwal pelunasan memerlukan angsurna periodik dalam jumlah yang sama, namun ada juga yang jumlahnya tidak sama atau dibayar sekaligus pada waktu jatuh tempo akhir. Kadang-kadang pinjaman diamortisasi (dilunasi secara bertahap) dalam angsuran periodik yang sama kecuali untuk pembayaran tertinggi (ballon payment) akhir (pembayaran yang jumlahnya jauh lebih besar daripad angsuran lainnya). Kebanyakan pinjaman berjangka bank diterbitkan dengan waktu jatuh tempo awal selama 3 sampai 5 tahun. Umumnya, tingkat bunga dari pinjaman berjangka lebih besar daripada tingkat bunga dari pinjaman jangka pendek untuk peminjam yang sama. Jika perusahaan dapat meminjam pada tingkat bunga utama untuk pinjaman jangka pendek, perusahaan mungkin akan membayar 0,25 samapi 0,50% lebih besar untuk pinjaman berjangka. Tingkat bunga yang lebih tinggi merupakan kompensasi dari eksposur risiko yang lebih panjang bagi pemberi pinjaman. Tingkat bunga pinjaman berjangka biasanya ditentukan dengan dua cara : (1) tingkat bunga tetap selama masa pinjaman, atau (2) tingkat bunga variabel yang disesuaikan dengan perubahan tingkat bunga pasar. Kadang kala ditentukan tingkat bunga batas bawah dan batas atas untuk membatasi jarak fluktuasi tingkat bunga. Selain biaya bunga, peminjam diminta membayar beban hukum yang ditanggung bank dalam pembuatan perjanjian pinjaman. Juga, biaya komitmen (commitmen fee) dapat juga dikenakan untuk periode komitmen ketika pinjaman tidak diambil. Untuk pinjaman berjangka biasa, biaya-biaya tambahan ini biasanya cukup kecil dibanding total biaya bunga pinjaman. Umumnya biaya untuk bagian yang tidak digunakan dari suatu komitmen adalah sekitar 0,25 % sampai 0,75%.

6 Sebagai contoh, anggaplah biaya komitmen adalah 0,50% dari komitmen sebesar $1 juta dan perusahaan mengambil seluruh pinjaman berjangka 3 bulan setelah komitmen tersebut. Perusahaan akan berutang biaya komitmen ke bank sebesar ($1 juta) x (0,005) x (3 bulan/12 bulan) = $ Keuntungan dari pinjaman berjangka bank adalah fleksibilitasnya. Peminjam berurusan langsung dengan pemberi pinjaman, dan pinjaman dapat disesuaikan dengan kebutuhan peminjam melalui negosiasi langsung. Jika kebutuhan perusahaan berubah, syarat dan kondisi pinjaman dapat direvisi. Dalam banyak contoh, pinjaman berjangka dibuat untuk bisnis kecil yang tidak mempunyai akses ke pasar modal dan tidak siap untuk menjual sekuritas ke publik. 3. Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha/perusahaan kecil pribumi dengan persyaratan dan prosedur khusus, guna pembiayaan modal yang hanya dipergunakan secara terus-menerus untuk kelancaran usaha. Karena untuk pembiayaan modal kerja, biasanya KMKP diberikan pada perusahaan yang sudah beroperasi. Jumlah kredit maksimum dan kemungkinan kredit baru yang lebih besar adalah sama dengan KIK. Hanya saja, tingkat bunga yang diberikan sampai saat ini yang berlaku adalah 12% setahun. Jika terjadi tunggakan lebih dari 90 hari dari batas waktu yang diberikan, nasabah akan dikenakan denda 3% setahun. Para nasabah juga tidak dikenakan pungutan pendahuluan atas kredit yang diberikan yang dalam KMKP dikenal dengan provisi kredit. Persyaratan lain dari KMKP ini tidak berbeda dengan KIK. Satu hal perbedaan pokok yang perlu diperhatikan dalam KMKP ini, yaitu sifatnya yang permanen. Artinya, selama kredit itu masih dibutuhkan, nasabah mestinya tidak perlu mengembalikan pinjaman pokoknya. Cukup bunganya saja yang dibayar. Batasan-batasan KMKP adalah: - KMKP adalah bentuk kredit untuk kelancaran usaha secara terus-menerus - KMKP diberikan kepada perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa dalam usaha melakukan perluasan dan rehabilitasi, kecuali jasa-jasa yang bersifat hiburan/amusement. - KMKP diberikan maksimum Rp. 5 juta. Dalam memberikan kredit ini bank mempertimbangkan perputaran usaha pemohon masa lalu, dan untuk usaha baru dengan mendasarkan atas kebutuhan yang sebenarnya.

7 - Bunga KMKP 12% setahun. - Jangka waktu kredit maksimum 3 tahun. - Cara memberikan KMKP oleh bank dilakukan sebagaimana lazimnya pada pemberian kredit modal kerja/eksploatasi lainnya. - Guna memperkuat jaminan pembayaran kembali oleh nasabah, bank mengadakan perjanjian pertanggungan dengan PT. Askrindo. B. Sumber Modal Jangka Panjang Sumber modal jangka panjang ini dapat diperoleh dari modal sendiri (saham) dan modal asing (obligasi, hipotek dan KIK (Kredit Investasi Kecil). 1. Obligasi Obligasi adalah merupakan surat tanda hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan yang didalamnya tercantum nilai nominal dan bunga serta waktu pembayaran kembali. Harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang diharapkan. Perusahaan yang diperkenankan mengeluarkan obligasi adalah perusahaan yang benar-benar baik dan mendapat pengawasan dari badan yang ditunjuk. Jenis obligasi : debenture, subordinate debenture, income bond. Debenture adalah obligasi yang tidak dijamin dengan suatu aktiva tertentu (unsecured bond) dari suatu perusahaan. Pada saat dilikuidasi merupakan kreditor umum (akan dilunasi sesudah hutang yang dijamin). Subordinate debenture adalah bentuk obligasi, jika terjadi likuidasi akan dibayar setelah obligasi senior, bentuk ini dapat ditukarkan dengan saham (convertable bond). Income bond adalah yang memperoleh pendapatan (bunga) jika perusahaan memperoleh keuntungan, dimana bunga bersifat kumulatif, biasanya tidak lebih dari 3 tahun. Pembayaran obligasi (pembayaran kembali) dapat dilakukan secara sekaligus (sinking funds) pada hari jatuh tempo-nya, atau diangsur (amortization). Pembayaran kembali obligasi dapat diambilkan dari penyusutan dari aktiva yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut atau dari keuntungan perusahaan. Yaitu surat tanda hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam rangka mendapatkan dana / modal.

8 a) Jenis-jenis Obligasi : Berdasarkan sifatnya, obligasi dibedakan atas : - Obligasi Biasa, merupakan obligasi yang banyak berlaku dalam dunia bisnis,, obligasi ini memberikan bunga bunga (kupon) secara tetap dan diakhir periode berlakunya dibayarkan sebesar nilai nominal obligasi tersebut. - Obligasi Konversi, merupakan obligasi yang disamping memberikan bunga juga dapat dikonversikan dengan saham perusahaan yang bersangkutan pada harga dan jatuh tempo tertentu. Berdasarkan masa jatuh tempo, obligasi dibedakan atas : - Obligasi berjangka, yaitu obligasi yang memiliki satu tanggal jatuh tempo yang cukup panjang. - Obligasi serial, yaitu obligasi yang memiliki serangkaian tanggal jatuh tempo. Berdasarkan kupon pembayaran, obligasi dibedakan atas : - Obligasi Diskon, yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan harga pasar lebih rendah dari nilai pari dan memberi kupon yang lebih rendah dari obligasi keluaran terbaru. - Obligasi Premium, yaitu obligasi yang diperdagangkan dengan harga pasar lebih tinggi dari nilai pari dan memberi kupon yang lebih tinggi dari obligasi keluaran terbaru. Berdasarkan syarat penarikan bagi penerbit obligasi, obligasi dibedakan atas : obligasi dibedakan atas : - Freely Callable, artinya penerbit obligasi dapat menariknya setiap waktu. - Non Callable, artinya penerbit obligasi tidak dapat menariknya setiap waktu. - Deferred Call, artinya penerbit obligasi dapat menariknya hanya setelah suatu jangka waktu tertentu (umumnya 5 s.d 10 tahun). Berdasarkan jenis jaminan yang mendukungnya, maka obligasi dapat dibedakan atas : - Obligasi Senior, yaitu obligasi yang sepenuhnya terjamin karena didukung oleh tuntutan/hak legal atas kekayaan tertentu milik penerbit, seperti : obligasi hipotek yang dijamin dengan real estate.

9 - Obligasi Yunior, yaitu obligasi yang hanya dijamin dengan janji penerbit untuk membayar bunga dan prinsipal berdasarkan waktu. Berdasarkan pemegang atas suatu obligasi, maka obligasi dapat dibedakan atas : - Obligasi Atas Nama, yaitu nama dari pemegang obligasi secara formal terdaftar pada penerbit dan bunga secara otomatis diberikan kepada pemilik tersebut. - Obligasi Atas Unjuk, yaitu pemegang obligasi dianggap sebagai pemilik. Berdasarkan penerbitnya, maka obligasi dapat dibedakan atas : - Obligasi Pemerintah, yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. - Obligasi Instansi, yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh instansi milik pemerintah, misal BUMN. - Obligasi Perusahaan, Yaitu obligasi yang dikeluarka oleh perusahaan. - Obligasi Institusional, yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh berbagai institusi swasta yang tidak mencari laba. b) Jenis-jenis obligasi yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat antara lain : - Treasury Bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan dengan jangka waktu jatuh tempo menengah (antar 5 s.d 10 tahun) - Treasury Notes, merupakan obliasi jangka pendek (antara 1 s.d 5 tahun) - Treasury Bills, merupakan obligasi yang mempunyai jatuh tempo 91 hari, 6 bulan. - Federal Agency Bond, merupakan obligasi yang diterbitkan oleh Lembaga Keuangan milik Pemerintah Federal. - Municipal Bonds, merupakan obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Lokal. 2. Hipotek (Mortgage) Merupakan hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Hipotek berbeda dengan obligasi yang tidak menyebutkan jaminannya dalam hutang jangka panjang tersebut. Hipotek menyatakan secara jelas aktiva yang dipakai sebagai jaminan. Dalam peristiwa likuidasi, aktiva-aktiva tersebut dijual dan hasilnya dibayar terlebih dahulu kepada pihak yang memberikan hipotek. Hutang hipotik adalah pinjaman yang harus dijamin dengan harta tidakbergerak. Di dalam perjanjian hutang disebutkan kekayaan peminjam yang dijadikan jaminan misalnya berupa tanah atas gedung. Jika peminjam tidak melunasi pinjaman pada

10 waktunya, maka pemberi pinjaman dapat menjual jaminan untuk diperhitungkan dengan pinjaman yang bersangkutan. Pinjaman hipotik biasanya diambil jika dana yang diperlukan dapat dipinjam dari satu sumber, misalnya dengan mengambil pinjaman dari suatu bank tertentu. Kredit-kredit bank dengan jaminan harta tak bergerak adalah contoh hipotik yang banyak dijumpai dalam praktik. Mengingat pinjaman hipotik hanya diambil dari satu sumber maka akuntansi untuk hipotik relatif sederhana, a) Hak-hak Hipotik : Hak itu pada hakikatnya tidak dapat dibagi-bagi, dan diadakan atas semua barang tak bergerak yang terikat secara keseluruhan, atas masing-masing dari barang-barang itu, dan atas tiap bagian dari barang-barang itu. Barang-barang tersebut tetap memikul beban itu meskipun barang-barang tersebut berpindah tangan kepada siapa pun juga. b) Benda-benda yang dapat dibebani Hipotik Benda-benda yang dapat dibebani Hipotik antara lain : 1) Benda-benda tak bergerak yang dapat dipindah tangankan beserta segala perlengkapannya. 2) Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta segala perlengkapannya 3) Hak numpang karang dan hak guna usaha 4) Bunga tanah baik yang harus dibayar dengan uang maupun yang harus dibayar dengan hasil dengan hasil tanah dalam wujudnya. c) Hapusnya Hipotik 1) Karena hapusnya ikatan pokok 2) Karena pelepasan hipotik oleh si berpiutang atau kreditur 3) Karena penetapan oleh hakim d) Azas Hipotik Azas-azas Hipotik, antara lain : 1) Azas publikasi, yaitu mengharuskan hipotik itu didaftarkan supaya diketahui oleh umum. Hipotik didaftarkan pada bagian pendaftaran tanah kantor agrarian setempat. 2) Azas spesifikasi, hipotik terletak di atas benda tak bergerak yang ditentukan secara khusus sebagai unit kesatuan, misalnya hipotik diatas

11 sebuah rumah. Tapi tidak aada hipotik di atas sebuah pavileum rumah tersebut, atau atas sebuah kamar dalam rumah tersebut. e) Prosedur Pengadaan Hipotik 1) Harus ada perjanjian hutang piutang, 2) Harus ada benda tak bergerak untuk dijadikan sebagai jaminan hutang 3. Kredit Investasi Kecil (KIK) Kredit Investas Kecil (KIK), adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada pengusaha/perusahaan kecil pribumi dengan persyaratan dan prosedur khusus, guna pembiayaan barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan proyek dan pendirian proyek baru. Besarnya KIK yang diberikan saat ini maksimum Rp 10 juta, bebas dari pungutan pendahuluan atas kredit yang diberikan (commitment fee) dan bersifat satu kali tarik. Kredit ini harus dibayar kembali dalam jangka waktu (JWK) maksimum 10 tahun termasuk masa tenggang yang diperlukan (maksimum 4 tahun). Penentuan JWK ini tergantung pada kecepatan pembayaran kembali dari usaha yang dibiayai. Bunga yang dibebankan kepada peminjam yang berlaku saat ini adalah 10,5% setahun. Jika terjadi tunggakkan yang melebihi 90 hari dari tanggal yang ditetapkan, dikenakan denda sebesar 3% setahun. Namun jika nasabah yang telah menerima KIK ternyata menunjukkan hasil yang baik dalam usaha dan kreditnya berjalan lancar, dapat dipertimbangkan untuk diberikan tambahan kredit baru maksimum Rp 15 juta. Di dalam KIK juga dikenal adanya jaminan kredit (borg). Jika nasabah melalaikan kewajibannya untuk mengembalikan kredit tepat waktunya, bank dapat melelang jaminan itu untuk menutupi sisa kredit yang belum terbayar. Pihak-pihak yang diberikan KIK : a) Pengusaha kecil, pengusaha pribumi, atau yang digolongkan perusahaan pribumi. b) Kalangan profesi pribumi, seperti dokter dan pengacara yang telah memperoleh izin usaha/praktik. Kredit ini juga disebut juga KIK profesi.

12 4. Saham Preferen Saham preferen mempunyai sifat sebagai utang dan sebagai modal sendiri. Dividen tiap tahun tetap dinyatakan dalam persentase (%) tertentu dan bersifat kumulatif. Saham preferen ini mempunyai hak atas sisa keuntungan setelah dibagikan kepada pemilik saham biasa (participating future). Misalnya pemegang saham preferen telah menerima Rp. 16,- dan pemegang biasa menerima dividen Rp. 20,- maka pemegang saham preferen berhak atas tambahan sebesar Rp. 4,-. Jika terjadi likuidasi, saham preferen memperoleh hak setelah kreditor, tetapi sebelum pemegang saham biasa (biasanya hak ini hanya terbatas pada nilai nominal). Saham preferen tidak mempunyai suara (kecuali jika tidak pernah menerima dividen) dalam RUPS. Untuk mengakhiri peredaran saham preferen digunakan call price atau sinking funds. Call price adalah harga yang disebutkan sebagai harga pelunasan apabila perusahaan memutuskan untuk melunasi saham preferen. Call price lebih besar daripada nilai nominalnya. Call price ini dapat berlaku juga pada obligasi. Jika pajak tinggi tidak menarik untuk mengeluarkan saham preferen. Untuk suatu perusahaan mengeluarkan saham preferen karena alasan bahwa pembayaran dividen saham preferen sebenarnya tidak merupakan kewajiban yang mempunyai kekuatan hukum. Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu diatas pemegang saham biasa terutama dalam hal : a) Pembagian dividen dari saham preferen diambilkan lebih dulu kemudian sisanya disediakan untuk saham biasa. b) Pembagian kekayaan, apabila perusahaan dilikuidasi maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen hanya berhak menerima dividen apabila perusahaan mendapat keuntungan. Tetapi dilain pihak, pemegang saham preferen ini tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Kecuali kalau pemegang saham preferen tidak pernah menerima dividen dalam satu jangka waktu tertentu. 5. Saham Biasa Saham biasa adalah merupakan modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan.saham biasa ini akan menanggung risiko perusahaan sejauh modal yang disetorkan. Saham yang diotorisir adalah jumlah maksimum saham baisa yang boleh dikeluarkan. Out standing stock adalah saham biasa yang telah dikeluarkan yang dimiliki oleh pemilik. Perusahaan mungkin membeli sebagian dari saham ini yang

13 dikeluarkan dan menyimpan sebagai treasury stock. Saham biasa mungkin mempunyai atau mungkin tidak mempunyai nilai nominal. Nilai nominal hampir tidak ada nilai ekonomisnya. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan adalah : cadangan, dan laba ditahan. Cadangan yang merupakan modal sendiri berupa: cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan umum. Dan cadangan yang tidak termasuk modal sendiri: cadangan penyusutan, cadangan piutang ragu-ragu, cadangan yang bersifat utang. Dalam saham biasa ini apabila perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan maka pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan. Apabila perusahaan tersebut menderita kerugian maka pemegang saham biasa tidak akan mendapat dividen. Adapun fungsi dari saham saham biasa didalam perusahaan adalah : a) Sebagai alat belanja perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen. b) Sebagai alat untuk menentukan pembagian laba. c) Sebagai alat untuk menguasai perusahaan.

14 REFERENSI Suyatno Thomas, Dasar-Dasar Perkreditan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wibowo Singgih, Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil. Penebar Swadaya, Jakarta. Van Horne (Pearson) Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan 2. Penerbit Salemba Empat. Ed. 12. Jakarta. (Keputusan Pendanaan Jangka Panjang). (Sumber Dana Jangka Menengah Dan Jangka Panjang). Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor. Kep.-122/MK/IV/2/1974, No.32/M/SK/2/1974, 39/Kpb/I/1974 tertanggal 7 Februari 1974, Tentang Perizinan Usaha Leasing. PSAK No. 30. Tentang Akuntasi Sewa Guna Usaha.

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN

BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN BAB II JENIS-JENIS MODAL PERUSAHAAN A. Tujuan Kompetensi Khusus Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu: Memahami pengertian modal asing Mengetahui penggolongan modal asing Memahami pengertian

Lebih terperinci

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB

SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG. ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB SUMBER PENDANAAN JANGKA PANJANG ARI DARMAWAN, Dr. S.AB, M.AB Pengertian Sumber dana jangka panjang merupakan sumber dana yang memiliki jangka waktu panjang yaitu lebih dari 10 tahun. Sumber dana jangka

Lebih terperinci

BAB 8 JENIS JENIS MODAL

BAB 8 JENIS JENIS MODAL BAB 8 JENIS JENIS MODAL Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaanperusahaan yang menjadi besar, maka masalah modal dalam perusahaan

Lebih terperinci

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Pembelanjaan Jangka Panjang 2 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Terdapat beberapa alternatif sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi suatu

Lebih terperinci

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN

JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN JENIS-JENIS MODAL DALAM PERUSAHAAN Handout Manajemen Keuangan 1 JENIS-JENIS MODAL Modal Asing (Hutang) Hutang Jangka Pendek Hutang Jangka Menengah) Hutang Jangka Panjang Modal Sendiri Modal Saham Cadangan

Lebih terperinci

Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities)

Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities) Utang Jangka Panjang (Long Term Liabilities) Anggota Kelompok : Adi Tri Prasetyo Aisyah Novia W. Dian Fitria Sari Dianita Ramadhani Gunung Arifan Nandya Titi Hapsari A. Pengertian Utang Jangka Panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Packing Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung

Lebih terperinci

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN MODAL Modal adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi Untuk mendirikan

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan

Lebih terperinci

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan

A. HUTANG OBLIGASI perjanjian obligasi Obligasi berjamin dan tanpa jaminan A. HUTANG OBLIGASI Hutang jangka panjang memiliki definisi sebagai suatu pengorbanan ekonomi dengan kemungkinan yang sangat besar terjadi di masa depan akibat dari kewajiban masa kini yang belum dibayarkan

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMERS FINANCE) Lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga atau badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30 1. Finance lease Lessor : Pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee : Lessee : - memilih barang modal yang

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM. PENGERTIAN PASAR MODAL Bursa efek merupakan arti fisik dari pasar modal. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta

Lebih terperinci

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA Modul ke: PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA Fakultas FEB Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN LEASING : FASB-13: (Financial Accounting Standard Board)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Manajamen Keuangan Menurut Harjito dan Martono (2011:4) menyatakan: Manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS CHAPTER 19 PASAR MODAL (SECURITIES MARKET)

PENGANTAR BISNIS CHAPTER 19 PASAR MODAL (SECURITIES MARKET) PENGANTAR BISNIS CHAPTER 19 PASAR MODAL (SECURITIES MARKET) I. Fungsi Pasar Modal. Pasar Modal seperti Bursa Efek Indonesia merupakan tempat jual beli surat-surat berharga /efek yang meliputi saham & obligasi.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 Suatu perjanjian dari bentuk legalnya mungkin bukan merupakan perjanjian sewa, namun secara substansi dapat mengandung sewa. Untuk

Lebih terperinci

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban) Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban) Klasifikasi kewajiban dan aspek perpajakannya Beban Bunga Pinjaman Pembebasan utang Akuntansi Pajak Atas Ekuitas Investasi jangka pendek dan jangka panjang Bentuk

Lebih terperinci

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka LEASING Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka waktu berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala

Lebih terperinci

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) Rosita, SE., MM.,Ak. Abstrak Di Indonesia perusahaan sewa guna usaha berkembang sangat pesat. Hal ini membuat pemerintah berusaha untuk dapat menjaring

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Martono (2007:4) yaitu : Manajemen Keuangan(Financial Management), atau dalam literatur lain disebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN LEASING DAN BEBERAPA HAL MENGENAINYA Disusun Oleh: Hafizh Furqonul Amrullah 8111412280 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013-2014 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu bisa mengantisipasi situasi dan kemauan pasar. Menghadapi tuntutan pasar yang semakin kompleks

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta III. Pasar Modal 1. Pendahuluan Pasar Modal (dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 60 tahun 1988 tertanggal 20 Desember 1988) adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. jumlah modal kerja bersih yang layak diterima, serta menjamin tingkat likuiditas

II. LANDASAN TEORI. jumlah modal kerja bersih yang layak diterima, serta menjamin tingkat likuiditas II. LANDASAN TEORI 2.1 Modal 2.1.1 Pengertian Setiap perusahaan atau badan usaha membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari. Pengelolaan modal kerja yang baik harus dapat menjamin jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING)

MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING) MENTERI KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1169/KMK.01/1991 T E N T A N G KEGIATAN SEWA-GUNA-USAHA(LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (REVISI 0) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (revisi 0) terdiri dari paragraf - dan Panduan Aplikasi. Seluruh paragraf

Lebih terperinci

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PASAR MODAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami karakteristik pasar modal. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy ABSTRAK Leasing telah dikenal oleh bangsa Eropa dan Amerika di era 1850 an 1 dan hal ini telah menjadikan induswtri bisnis, produksi

Lebih terperinci

PROSES KEPUTUSAN INVESTASI

PROSES KEPUTUSAN INVESTASI PROSES KEPUTUSAN INVESTASI A. Mengenal Sekuritas Ekuitas Dan Sekuritas Hutang Sekuritas hutang adalah bukti kepemilikan hutang perusahaan lain berupa surat berharga yang menunjukan hak investor untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) dan sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Aliran kas menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 2 paragraf 05 adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas. Menurut Kieso

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN HUTANG DAN SAHAM PREFEREN. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II Semester 4

PEMBIAYAAN HUTANG DAN SAHAM PREFEREN. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II Semester 4 PEMBIAYAAN HUTANG DAN SAHAM PREFEREN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II Semester 4 Dosen Pengampu : Ninnasi Muttaqin, S.MB., M.SM Disusun Oleh : 1. Allan M. Egal (5130015001)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan 14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Sejarah perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dimulai sejak tahun 1974,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 2, 2008 ISSN : 1907-9958 KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Hiras Pasaribu (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu periode tertentu. Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profitabilitas 2.1.1. Pengertian Profitabilitas Profitabilitas sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dengan total aktiva, penjualan, maupun hutang jangka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Bank, Risiko, dan Manajemen Risiko Bank adalah sebuah lembaga yang diberikan izin oleh otoritas perbankan untuk menerima simpanan, memberikan kredit, dan menerima serta menerbitkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI

AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI AKUNTANSI PERPAJAKAN Modul ke: Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id AKUNTANSI PAJAK ATAS SEWA GUNA USAHA DAN JASA KUNSTRUKSI Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 6 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Kusnadi et al. (1998:342) dalam bukunya mengatakan bahwa, Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari

Lebih terperinci

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. 1/51 OBLIGASI PERUSAHAAN Obligasi perusahaan

Lebih terperinci

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha Pegadaian dan Sewa Guna Usaha A. Pegertian Usaha Gadai Secara umum pegertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN PERTEMUAN 11 MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. JENIS-JENIS 1. Sumber dana jangka pendek 2. Sumber dana jangka menengah 3. Sumber dana jangka panjang Sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan

Lebih terperinci

BAB KEWAJIBAN. sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan

BAB KEWAJIBAN. sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/menyerahkan BAB KEWAJIBAN Pengertian dan karakteristik Kewajiban Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board), kewajiban merupakan pengorbanan manafaat ekonomi masa datang yang cukup pasti timbul dari keharusan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5929 KEUANGAN OJK. Bank. Modal. Kewajiban. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 188). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PASAR MODAL INDONESIA

PASAR MODAL INDONESIA PASAR MODAL INDONESIA Definisi Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Modul ke: 02 Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Pendahuluan Apa yang yang dimaksud Laporan Keuangan

Lebih terperinci

LIABILITAS JANGKA PANJANG

LIABILITAS JANGKA PANJANG LIABILITAS JANGKA PANJANG - Pertemuan 12 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Irsyad dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 3 Utang Obligasi Wesel Bayar Jangka Panjang Isu-isu Spesial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Korporasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini dilandasi dengan berbagai teori yang relevan, khususnya mengenai sumber pembiayaan perusahaan. 2.1.1 Sumber pembiayaan modal perusahaan Menurut Riyanto

Lebih terperinci

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi :

SEWA GUNA USAHA. Statement of Financial Accounting Standards No. 13 mengelompokkan sewa guna usaha menjadi : SEWA GUNA USAHA LITERATUR :! US GAAP : FASB s Statement of Financial Accounting Standards No. 13, Accounting for Leases! IAI : Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 30 (Revisi 2007), Sewa! IFRS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan kejelasan bagi masyarakat dalam memahami

Lebih terperinci

C H A P T E R 14 LIABILITAS JANGKA PANJANG

C H A P T E R 14 LIABILITAS JANGKA PANJANG C H A P T E R 14 LIABILITAS JANGKA PANJANG Intermediate Accounting IFRS Edition Kieso, Weygandt, and Warfield 14-1 Liabilitas Jangka Panjang 14-2 Liabilitas Jangka Panjang adanya kemungkinan pengeluaran

Lebih terperinci

JUMLAH AKTIVA

JUMLAH AKTIVA NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi

Lebih terperinci

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto KONSEP DASAR ORGANISASI NIRLABA Oleh: Tri Purwanto Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan sesuai PSAK 45 berdasar SAK ETAP Sekretariat

Lebih terperinci

MATERI 7. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO

MATERI 7.  TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 7 http://www.deden08m.com TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO OBLIGASI PERUSAHAAN 2/51 Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 6 Pengertian Leasing Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi

Lebih terperinci

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING NAMA : SEPTIYANA NPM : 1411011123 JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 50 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 0 AKUNTANSI INVESTASI EFEK TERTENTU Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pemakai barang modal). Lessor memberikan hak kepada lessee

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud "Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN Makalah ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan dan Penialaian Aset Oleh Anggota kelompok: SAFINA NOVITASARI 115020307111031 ARI PUTRI R 115020307111042

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN

OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI, SAHAM, RISK & RETURN OBLIGASI Obligasi adalah wesel jangka panjang yang diterbitkan oleh unit perusahaan dan pemerintah Penerbit obligasi menerima uang dalam pertukaran untuk melakukan pembayaran

Lebih terperinci

Oleh Iwan Sidharta, MM.

Oleh Iwan Sidharta, MM. BIAYA PENGURANG PKP Oleh Iwan Sidharta, MM. Biaya Berkaitan dengan Kerugian Kerugian; Kerugian yang berasal dari beberapa kegiatan yang sudah direalisasikan dapat dibebankan sebagai biaya pada tahun terjadinya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA PEMBELIAN KREDIT OLEH BANK DARI BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Hutang 2.1.1 Pengertian Rasio Hutang Rasio hutang disebut juga dengan rasio leverage. Rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK LEASING

AKUNTANSI UNTUK LEASING AKUNTANSI UNTUK LEASING Lease Lessor Lessee : Suatu perjanjian kontraktual antara Lessor dengan Lessee, yang memberikan hak kepada Lessee untuk menggunakan harta tertentu yang dimiliki oleh Lessor selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Finansial 2.1.1 Pengertian Struktur Finansial Pendapat mengenai struktur finansial berbeda-beda. Dalam beberapa sumber pengertian struktur finansial kurang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekuitas Perseroan (corporation) adalah badan usaha yang dibentuk berdasarkan undang-undang, mempunyai eksistensi yang terpisah dari para pemiliknya dan dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut modal perseroan. Penyetoran dapat dilakukan dalam bentuk uang dan benda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perseroan Terbatas mempunyai peranan penting dalam menggerakkan dan mengarahkan pembangunan ekonomi dan perdagangan. Untuk mengelola perseroan perlu adanya modal, yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna BAB II LANDASAN TEORI A. Sewa Guna Usaha 1. Definisi Sewa Guna Usaha Leasing Definisi sewa guna usaha (Suandy, 2008), yakni "Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan

Lebih terperinci