BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON"

Transkripsi

1 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON KELOMPOK KERJA SANITASI PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

2

3 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan rasa syukur yang tak terkira kepada Allah SWT, penyusunan draft buku putih sanitasi Kota Cirebon telah diselesaikan pada waktunya. Draft buku putih merupakan konsep awal buku putih yang akan disempurnakan dikemudian hari. Dokumen ini berisikan tentang karakteristik daerah Kota Cirebon saat ini dan potret awal kondisi sanitasi Kota Cirebon. Dokumen ini berisikan tentang laporan data dan analisa kegiatan yang berkaitan dengan sanitasi di Kota Cirebon. Dari data dan analisa kegiatan yang meliputi penggalian informasi dari berbagai sumber diantaranya dari SKPD yang membidangi sanitasi, kajian data sekunder, dari hasil kesepakatan serta dari kunjungan lapangan Tim Pokja Sanitasi, dapat dilakukan pemetaan awal kondisi sanitasi di Kota Cirebon. Disamping itu, dalam proses melengkapi draft Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon Tahun 2010 juga dilakukan kajian kelembagaan yang ada di Kota Cirebon, analisis pembiayaan sanitasi, kajian komunikasi untuk peningkatan kepedulian sanitasi dan analisis sektor swasta dalam layanan sanitasi di Kota Cirebon. Satu tahapan lagi yang akan ditempuh agar draft buku putih menjadi buku putih sanitasi adalah akan dilakukan survey penilaian resiko kesehatan lingkungan/ehra (Enviroment Health Risk Assesment). Kedepan bahwa Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon Tahun 2010 ini merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Srategi Sanitasi Kota (City Sanitation Strategy). Penyusunan dokumen Rencana Strategi Sanitasi Kota akan melibatkan semua pemangku kepentingan sanitasi, masyarakat dan swasta sehingga diharapkan agar hasil dari SSK dapat tepat sasaran, efisien dan berhasil guna. Terakhir, kami ucapkan terima kasih kepada para stake holder yang membidangai sanitasi di Kota Cirebon, Tim Pokja sanitasi Kota Cirebon, City Fasilitator Sanitasi Kota Cirebon, para enumerator, masyarakat dan swasta yang berperan serta dalam penyusunan dokumen ini. Kota Cirebon, November 2010 Penyusun, Tim Pokja Sanitasi Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON ii

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR. ii DAFTAR ISI. iii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR GRAFIK.. viii DAFTAR TABEL. ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.. I Pengertian Dasar Sanitasi.. I Maksud dan Tujuan Maksud.. I Tujuan. I Pendekatan dan Metodologi Metode Penyusunan Buku Putih. I Tahapan Penyusunan Buku Putih. I Posisi Buku Putih.. I Sumber Data... I Peraturan Perundangan I-8 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA CIREBON 2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi.. II Administratif. II Kependudukan. II Pendidikan. II Kesehatan.. II Sosial Masyarakat. II Perekonomian.. II Visi Dan Misi Kota Visi Kota II Misi Kota II Institusi dan Organisasi Pemda.. II Tata Ruang Wilayah II-66 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON iii

5 BAB III PROFIL SANITASI KOTA 3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kesehatan Lingkungan.. III Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat.. III Kuantitas dan kualitas air III Limbah Cair Rumah Tangga III Limbah Padat (Sampah) III Drainase Lingkungan.. III Pencemaran Udara.. III Limbah Industri.. III Limbah Medis.. III Pengelolaan Limbah Cair Landasan Hukum/Legal Operasional.. III Aspek Institusional.. III Cakupan Pelayanan. III Aspek Teknis dan Teknologi. III Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair.. III Permasalahan III Pengelolaan Persampahan (Limbah Padat) Landasan Hukum/Legal Operasional.. III Aspek Institusional.. III Cakupan Pelayanan III Aspek Teknis dan Teknologi.. III Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah. III Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah.. III Pengelolaan Drainase Landasan Hukum/Legal Operasional. III Aspek Institusional.. III Cakupan Pelayanan III Aspek Teknis dan Operasional. III Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan. III Permasalahan III-52 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON iv

6 3.5. Penyediaan Air Bersih Landasan Hukum/Legal Operasional... III Aspek Institusional III Cakupan Pelayanan. III Aspek Teknis dan Operasional Instalasi Produksi. III Instalasi Pengolahan.. III Sistem Transmisi.. III Sistem Distribusi.. III Pengawasan dan Pemantauan Air Bersih. III Permasalahan III Komponen Sanitasi Lainnya Penanganan Limbah Industri.. III Penanganan Limbah Medis... III Kampanye PHBS.. III Pembiayaan Sanitasi Kelembagaan Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi.. III Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi Kota. III Perkembangan APBD III Besaran Pendanaan Sanitasi Pertahun III Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi III Pinjaman Daerah III Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kota III Besaran Pendapatan Sanitasi Perkapita. III-82 BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1. Visi dan Misi Sanitasi Kota.. IV Strategi Penanganan Sanitasi Kota. IV Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair Sistem Terpusat (Offsite System). IV Sistem Sanimas.. IV Sistem Setempat (Onsite System) IV Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah (Limbah Padat).. IV Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan... IV Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum.. IV Rencana Peningkatan Kampanye PHBS... IV-11 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON v

7 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1. Area berisiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya V Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.. V Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi V Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Layanan Sanitasi V-23 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan.. VI Rekomendasi.. VI-2 LAMPIRAN A. Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan Kota Cirebon B. Laporan Penilaian Partisipasi Sektor Swasta (Sanitation Supply Assessment/SSA) dalam Pengelolaan Sanitasi Perkotaan Kota Cirebon C. Laporan Penilaian Media Untuk Perencanaan Media dalam Kampanye Sanitasi D. Laporan Penilaian Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan dalam Pembangunan Sanitasi BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Pengelolaan On Site Secara Konvensional. I-3 Gambar 1.2. Pengelolaan On Site Secara Johkasou.. I-4 Gambar 1.3. Pengelolaan Off Site. I-4 Gambar 1.4. Bagan Tahapan Buku Putih. I-7 Gambar 2.1 Peta Orientasi... II-3 Gambar 2.2 Peta DAS Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung... II-7 Gambar 2.3 Peta Rencana Jaringan Air Bersih II-8 Gambar 2.4 Peta Administrasi... II-13 Gambar 2.5 Peta Rencana Kepadatan Penduduk II-18 Gambar 2.6 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kota Cirebon.. II-62 Gambar 2.7 Penggunaan Lahan Kota Cirebon Hasil Survey II-68 Gambar 2.8 Peta Bagian Wilayah Kota (BWK) Kota Cirebon... II-72 Gambar 2.9 Bagian Wilayah Kota I... II-73 Gambar 2.10 Bagian Wilayah Kota II... II-74 Gambar 2.11 Bagian Wilayah Kota III... II-75 Gambar 2.12 Bagian Wilayah Kota IV... II-76 Gambar 3.1 Gambaran Umum Sistem Air Limbah Terpusat Kota Cirebon III-13 Gambar 3.2 Genangan Jl. Ciptomangunkusumo... III-16 Gambar 3.3 Peta Spot Genangan Di Kota Cirebon... III-17 Gambar 3.4 Struktur Organisasi PDAM serta kaitannya dengan Pengelolaan Air Limbah... III-24 Gambar 3.5 Instalasi Pengolahan Air Limbah Di Kota Cirebon... III-28 Gambar 3.6 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan III-35 Gambar 3.7 Sketsa Layout Tempat Pemrosesan Akhir Kopi Luhur (Eksisting) III-37 Gambar 3.8 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral... III-46 Gambar 3.9 Sistem Cakupan Layanan Drainase Kota Cirebon... III-49 Gambar 5.1 Peta Area Beresiko Kota Cirebon... V-3 Gambar 5.2 Hasil Daur Ulang Sampah... V-27 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON vii

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 2.1 Curah Hujan per Bulan di Kota Cirebon Tahun II-10 Grafik 2.2 Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kota Cirebon Tahun II-15 Grafik 2.3 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Kota Cirebon 2005/ /2010 II-26 Grafik 2.4 Banyaknya Tenaga Medis dan Paramedis di Kota Cirebon Tahun II-29 Grafik 2.5 Jumlah Narapidana berdasarkan putusan pengadilan menurut jenis pelanggaran di Kota Cirebon Tahun II-34 Grafik 2.6 Banyaknya akte-akte yang diterbitkan oleh Dinas Catatan Sipil Kota Cirebon II-36 Grafik 2.7 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Tahun II-39 Grafik 2.8 Realisasi Penerimaan Daerah Tahun Anggaran II-51 Grafik 3.1 Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi Kota Cirebon. III-73 Grafik 3.2 Prosentase Pendanaan Pembangunan Sanitasi terhadap APBD.. III-73 Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Daerah Tahun Anggaran III-74 Grafik 3.4 Besaran Pendanaan Sanitasi / Tahun per SKPD.. III-78 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON viii

10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nama-Nama Sungai Yang Melintasi Kota Cirebon..... II-5 Tabel 2.2 Banyaknya Hari dan Curah Hujan Tahun II-9 Tabel 2.3 Temperatur di Kota Cirebon Tahun II-11 Tabel 2.4 Wilayah Administrasi Kota Cirebon.. II-12 Tabel 2.5 Perkembangan Penduduk Per Kecamatan di Kota Cirebon Tahun II-14 Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Perempuan dan Laki-laki Menurut Kecamatan Tahun II-14 Tabel 2.7 Perkembangan dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun II-15 Tabel 2.8 Proyeksi Penduduk Menurut Kecamatan.. II-16 Tabel 2.9 Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin Kota Cirebon II-16 Tabel 2.10 Penduduk, Kelahiran dan Rata-Rata Kelahiran Menurut Kecamatan Tahun II-17 Tabel 2.11 Penduduk, Kematian dan Rata-Rata Kematian Menurut Kecamatan Tahun II-17 Tabel 2.12 Jumlah Keluarga dan Keluarga Miskin di Kota Cirebon Tahun II-19 Tabel 2.13 Banyaknya Sekolah Rombel, Murid dan Guru Sekolah Dasar (SD) Menurut Kecamatan Tahun 2005/ / II-22 Tabel 2.14 Banyaknya Sekolah Rombel, Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Menurut Kecamatan Tahun 2005/ /2010 II-22 Tabel 2.15 Banyaknya Sekolah, Rombel, Murid dan Guru Sekolah Menengah Umum (SMU) Menurut Kecamatan Tahun 2005/ / II-23 Tabel 2.16 Banyaknya Sekolah, Rombel, Murid dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menurut Kecamatan Tahun 2005/ / II-23 Tabel 2.17 Banyaknya Sekolah, Rombel, Murid dan Guru Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Menurut Kecamatan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON ix

11 Tahun 2005/ / II-24 Tabel 2.18 Banyaknya Sekolah, Rombel, Murid dan Guru Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Menurut Kecamatan Tahun 2005/ / II-24 Tabel 2.19 Banyaknya Sekolah, Rombel, Murid dan Guru Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Menurut Kecamatan Tahun 2005/ / II-25 Tabel 2.20 Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Tahun Ajaran 2005/ /2010 (persen).. II-26 Tabel 2.21 Banyaknya Pendidikan Luar Sekolah Swasta Menurut Kecamatan Tahun II-27 Tabel 2.22 Sarana Kesehatan dan Jenisnya Tahun II-28 Tabel 2.23 Banyaknya Rumah Sakit dan Tempat Tidur Tahun II-28 Tabel 2.24 Banyaknya Tenaga Medis dan Para Medis Tahun II-29 Tabel 2.25 Jumlah Kematian Bayi Per Kecamatan di Kota Cirebon Tahun II-30 Tabel 2.26 Jumlah Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) Berdasarkan Penyebab Kematian di Kota Cirebon Tahun II-30 Tabel 2.27 Jumlah Balita dan Balita Gizi Buruk Menurut Kecamatan Di Kota Cirebon tahun II-31 Tabel 2.28 Banyaknya Petugas Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Menurut Kecamatan.. II-32 Tabel 2.29 Banyaknya Akseptor KB Aktif dan Drop Out Menurut Kecamatan. II-33 Tabel 2.30 Jumlah PUS, Peserta KB Aktif Menurut Alat Kontrasepsi yang Dipergunakan Menurut Kecamatan.. II-33 Tabel 2.31 Jumlah Narapidana Berdasarkan Putusan Pengadilan Menurut Jenis kejahatan/pelanggaran di Rutan Benteng Tahun 2008 II-35 Tabel 2.32 Banyaknya Penerbitan Akte-Akte Catatan Sipil Di Kota Cirebon II-36 Tabel 2.33 Jenis Agama Serta Jumlah Pemeluk Agama Tahun II-37 Tabel 2.34 Banyaknya Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan dan Jenis Agama Tahun II-37 Tabel 2.35 Banyaknya Pondok Pesantren, Kiai, Ustad dan Santri Diasramakan Menurut Kecamatan Tahun II-38 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON x

12 Tabel 2.36 Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (Milyar Rupiah) II-41 Tabel 2.37 Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun (Milyar Rupiah) II-42 Tabel 2.38 Peranan NTB Atas Dasar Harga Berlaku Setiap Sektor Dalam Perekonomian Kota Cirebon Tahun (persen) II-44 Tabel 2.39 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Cirebon Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (%). II-46 Tabel 2.40 PDRB Per Kapita Kota Cirebon dan Laju Pertumbuhannya Tahun II-48 Tabel 2.41 Banyaknya Pencari Kerja Yang Terdaftar, Pencari Kerja Yang Terpenuhi dan Penghapusan Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Tahun II-50 Tabel 2.42 Penduduk 10 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun II-50 Tabel 2.43 Realisasi Penerimaan Daerah Tahun Anggaran (.000 Rp).. II-52 Tabel 2.44 Realisasi Belanja Aparatur Tahun Anggaran (.000 Rp).. II-53 Tabel 2.45 Realisasi Belanja Pelayanan Publik Tahun Anggaran (.000 Rp).. II-53 Tabel 2.46 Realisasi Belanja Aparatur Tahun Anggaran (.000 Rp). II-54 Tabel 2.47 Peran dan Fungsi SKPD Terkait Sanitasi.. II-63 Tabel 2.48 Penggunaan Lahan Kota Cirebon Tahun 2009 II-67 Tabel 2.49 Rencana Pengembangan Sistem BWK II-71 Tabel 3.1 Keluarga Memiliki Akses Air Bersih Menurut Kecamatan III-3 Tabel 3.2 Rumah Sehat Kota Cirebon. III-4 Tabel 3.3 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat menurut kecamatan Kota Cirebon Tahun 2009 III-5 Tabel 3.4 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (Toilet dan Tempat Cuci Tangan).. III-7 Tabel 3.5 Kondisi Sanitasi Sekolah (Pengelolaan Sampah dan Pengetahuan Higiene) III-8 Tabel 3.6 Jumlah Penderita Penyakit DBD di Kota Cirebon.. III-9 Tabel 3.7 Kapasitas Produksi Air Bersih PDAM. III-11 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON xi

13 Tabel 3.8 Industri Rumah Tangga Tahun III-14 Tabel 3.9 Jumlah Dan Prosentase Penduduk Terlayani. III-25 Tabel 3.10 Luas Cakupan Dan Prosentasi Wilayah Terlayani.. III-26 Tabel 3.11 Jumlah Pelanggan (unit) dan Prosentase (%) Terlayani III-26 Tabel 3.12 Jumlah MCK Menurut Kecamatan. III-27 Tabel 3.13 Sarana Pengelola Air Limbah. III-29 Tabel 3.14 Kapasitas Stasiun Pompa (SP) dan IPAL III-29 Tabel 3.15 Sistem Penyaluran/Pembuangan III-30 Tabel 3.16 Sistem Pengolahan III-30 Tabel 3.17 Peralatan. III-31 Tabel 3.18 Volume Sampah Per Hari Per Kecamatan (M3) Di Kota Cirebon Tahun III-39 Tabel 3.19 Tempat Penampungan Sementara III-40 Tabel 3.20 Kendaraan Operasional Pengangkut Sampah.. III-41 Tabel 3.21 Kegiatan Pemanfaatan dan Pengolahan Sampah (Reuse, Reduce dan Recycle) oleh Masyarakat, Swasta dan Pemerintah.. III-43 Tabel 3.22 Pintu Air. III-50 Tabel 3.23 Kondisi Jumlah Pelanggan PDAM Kota Cirebon Tahun 2008 III-54 Tabel 3.24 Perkembangan Tingkat Pelayanan III-55 Tabel 3.25 Kondisi Saat Ini dan Sasaran Dari Aspek Pemasaran III-55 Tabel 3.26 Perkembangan Kapasitas Produksi 5 Tahun Terakhir III-57 Tabel 3.27 Kondisi Pipa Transmisi.. III-59 Tabel 3.28 Lokasi dan Jarak Unit Produksi Sistem Lama ( 1937 & 1960 ) III-59 Tabel 3.29 Lokasi Dan Jarak Unit Produksi Sistem Baru ( 1982 ). III-60 Tabel 3.30 Panjang Dan Diameter Pipa Transmisi Lama. III-60 Tabel 3.31 Panjang Pipa Transmisi III (1980). III-60 Tabel 3.32 Tingkat Kehilangan Air Pdam Kota Cirebon 5 Tahun Terakhir III-62 Tabel 3.33 Daftar Industri Penghasil Limbah B3 III-66 Tabel 3.34 Jumlah Timbulan Sampah Medis Bersumber Dari Sarana Kesehatan/Puskesmas di Kota Cirebon III-66 Tabel 3.35 Rumah Sakit dan Laboratorium Penghasil Limbah B3.. III-67 Tabel 3.36 Persentase RUmah Tangga Ber Perilaku Hidup Bersih Sehat Kota Cirebon Tahun III-70 Tabel 3.37 Lembaga Pengelola Keuangan Sanitasi III-72 Tabel 3.38 Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi Kota Cirebon III-73 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON xii

14 Tabel 3.39 Realisasi Penerimaan Daerah Tahun Anggaran (.000 Rp).. III-75 Tabel 3.40 Proporsi Belanja Sanitasi. III-77 Table 3.41 Realisasi Pendapatan Pelayanan Sanitasi III-79 Tabel 3.42 Permasalahan Pendanaan Sanitasi. III-82 Tabel 3.43 Biaya Pembangunan Sanitasi Perkapita. III-83 Tabel 4.1 Rencana Program Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Cair.. IV-4 Tabel 4.2 Rencana Program Peningkatan Pengelolaan Sampah.. IV-6 Tabel 4.3 Rencana Program Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan. IV-8 Tabel 4.4 Rencana Program Pembangunan Air Bersih. IV-9 Tabel 4.5 Rencana Program Peningkatan Kampanye PHBS IV-12 Tabel 5.1 Pembobotan Area Beresiko Kota Cirebon.. V-2 Tabel 5.2 Pelaksanaan Penyuluhan Sosialisasi Lingkungan Sehat Tahun V-5 Tabel 5.3 Pelaksanaan Penyuluhan Sosialisasi Lingkungan Sehat Tahun V-5 Tabel 5.4 Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut Kecamatan.. V-7 Tabel 5.5 Kader-Kader PKK. V-10 Tabel 5.6 Data EHRA mengenai kebiasaan cuci tangan masyarakat V-11 Tabel 5.7 Radio FM di Kota Cirebon V-17 Tabel 5.8 Harian Surat Kabar Cirebon.. V-17 Tabel 5.9 Televisi Cirebon. V-17 Tabel 5.10 Data Umum Perusahaan Daur Ulang Sampah Organik.. V-24 Tabel 5.11 Data Umum Pengepul. V-25 Tabel 5.12 Jenis Barang Bekas Yang Ditampung V-25 Tabel 5.13 Jenis Barang Rongsok yang DItampung.. V-26 Tabel 5.14 Jenis barang Bekas yang Ditampung. V-26 Tabel 5.15 Daftar Perusahaan Pengolahan Lingkungan Hidup (Reuse, Reduce dan Recycle). V-28 Tabel 5.16 Profil Pengusaha Sedot Tinja.. V-29 Tabel 5.17 Rekapitulasi Program Dana CSR dari BUMN untuk Kota Cirebon Tahun V-30 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON xiii

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi sanitasi dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan hidup, pencemaran air, meningkatnya penderita penyakit. Sebagai gambaran, Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (ANTARA News, 2006). Meskipun kuantitas layanan air limbah telah mencapai 69,3% namun kualitasnya belum memadai. Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Potensi kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk mencapai 2,1% dari GDP pada tahun Berdasarkan data yang ada,68% masyarakat menggunakan fasilitas umum sanitasi, tetapi sanitasi belum menjadi prioritas utama pembangunan baik di tingkat nasional sampai ke tingkat daerah, hal ini terlihat dari masih sedikitnya dana yang tersedia untuk sanitasi. Sehingga target MDGs Indonesia sampai tahun 2015 adalah penurunan setengah proporsi penduduk Indonesia yang belum memiliki akses air minum bersih dan fasilitas sanitasi dasar. Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki sanitasi yang sangat minim. Sebagian masyarakat masih membuang hajat di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatif rendah sehingga mempengaruhi pola hidup masyarakat. Indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2007adalah 70,59, khusus untuk IPM Kesehatan adalah 68,7. Sedangkan untuk IPM Kota Cirebon pada tahun 2007 adalah 73,88, khusus untuk IPM Kesehatan adalah 69,57. Penanganan sanitasi harus dilakukan secara bersama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk di Kota Cirebon, pembangunan sanitasi masih banyak BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

16 dilakukan secara parsial, masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri, padahal seringkali kegiatan tersebut dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Cirebon berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kota Cirebon dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) Pada program ini Pemerintah Kota Cirebon menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi. Keikutsertaan Kota Cirebon dalam Program Nasional PPSP didahului dengan Surat Walikota Cirebon nomor: 14/1491-Bappeda kepada Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas mengenai pernyataan minat Pemerintah Kota Cirebon untuk mengikuti Program Nasional PPSP. Ditindaklanjuti dengan menetapkan Kota Cirebon sebagai salah satu kota dari 41 kota yang mengikuti Program PPSP tahun 2010 melalui surat Bappenas nomor: 7057/Dt.6.3/II/2009 tanggal 25 November 2009 dengan perihal Penetapan Kabupaten/Kota Program PPSP Tahun Berdasarkan Surat Edaran Mendagri nomor 050/2615/VI/Bangda mengenai Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Sanitasi di Daerah, Pemerintah Kota Cirebon membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Cirebon dengan Surat Keputusan Walikota Cirebon Nomor : /Kep.124- BAPPEDA/2010. Diharapkan Pokja Sanitasi dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja maupun sebagai mitra pendukung. Untuk memudahkan pekerjaan Pokja Sanitasi dibentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tugas Tim Pengarah mencakup aspek advokasi dan pengarahan kebijakan bidang kelembagaan, teknis, pemberdayaan dan kerja sama masyarakat, optimalisasi sumber pendanaan dan peluang investasi oleh swasta dalam program PPSP Kota Cirebon. Tim Teknis bertugas mengkaji, menganalisa, dan mengumpulkan data untuk memetakan kondisi sanitasi Kota Cirebon. Hasil analisa dan pemetaan kondisi sanitasi akan disajikan dalam Buku Putih dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Cirebon. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 2

17 1.2 PENGERTIAN DASAR SANITASI Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Sanitasi juga merupakan usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis. Hal ini akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat, baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kota Cirebon adalah sebagai berikut : 1. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestic) dengan sistem : a. Pengelolaan On Site adalah penanganan air limbah rumah tangga menggunakan sistem septic-tank dengan dua cara pembuangan yaitu : a.1 Konvensional Limbah air rumah tangga diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki khusus yang kemudian dibuang ke IPAL. Untuk sementara limbah air ini dibuang ke IPAL karena Kota Cirebon belum mempunyai IPLT. Gambar 1.1. Pengelolaan On Site secara konvensional a.2 Johkasou Limbah air rumah tangga dikumpulkan secara komunal sebelum disalurkan ke septik tank johkasou, cairan keluaran dari septik tank ini merupakan green water dan dapat langsung dibuang ke badan air penerima Kota. Merupakan pengolahan mandiri dari bantuan Pemerintah Jepang untuk skala terbatas sampai 300 KK. Saat ini telah terbangun dan beroperasi sebanyak 2 unit di kantor PDAM dan di kompleks Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA). BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 3

18 Gambar 1.2. Pengelolaan On Site secara johkasou b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan air limbah rumah tangga yang disalurkan melalui saluran tersier, sekunder atau induk (primer), kemudian dibuang ke IPAL. Gambar 1.3. Pengelolaan Off Site 2. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lainnya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). 3. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai pengalir air kota dan memutuskan air permukaan 4. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kota Cirebon untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Penyebab penanganan sanitasi di Kota Cirebon tidak maksimal adalah masih lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi seperti tidak terpadu dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah Kota Cirebon perlu memetakan situasi dan kondisi sanitasi Kota Cirebon kemudian menyusun perencanaan pembangunan sanitasi. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 4

19 1.3.1 Maksud Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon adalah memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kota Cirebon saat ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan sanitasi di masa mendatang yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kota Cirebon. Buku Putih Sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas terkait dengan sanitasi yang diwakilkan pada Kelompok Kerja Sanitasi Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon adalah : 1. Memberikan gambaran pemetaan situasi dan kondisi sanitasi Kota Cirebon berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing condition). Pemetaan mencakup aspek teknis dan aspek non teknis yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, serta aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. 2. Menjadi panduan kebijakan Kota Cirebon dalam manajemen kegiatan sanitasi di Kota Cirebon. Pemetaan sanitasi dilakukan dalam bentuk zona-zona sanitasi di tingkat kota sehingga akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kota Cirebon. 3. Buku ini dapat digunakan oleh semua unsur pemangku kepentingan baik di level masyarakat, level kota maupun nasional dan swasta untk memainkan perannya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi, penerapan strategi dan implementasi dari rencana strategi di lapangan. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan sehingga penerapan strategi sanitasi kota berjalan dengan baik. 1.4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI Metode Penyusunan Buku Putih Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon adalah studi dokumen dan pengumpulan data sekunder yang ada BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 5

20 di masing-masing SKPD terkait dengan sanitasi, kemudian didukung dengan observasi objek yang relevan. Selain itu untuk mendapatkan pemetaan yang lebih akurat maka dilakukan beberapa kajian atau studi, seperti survey EHRA, Studi Penyedia Layanan Sanitasi (SSA) dan Studi Komunikasi dan Pemetaan Media. Dari hasil kajian dan analisa baik data sekunder maupun data primer akan menggambarkan kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang, sehingga bisa menyusun rencana pembangunan sanitasi dan menghasilkan usulan atau rekomendasi terkait dengan peluang pengembangan layanan sanitasi Tahapan Penyusunan Buku Putih Proses penyusunan Buku Putih Sanitasi dilakukan melalui tiga tahap,yaitu: 1. Penetapan lingkup buku putih, dimana pada tahap ini merupakan proses konsolidasi awal bagi Pokja melalui rapat koordinasi dalam menyamakan persepsi tentang pengertian Buku Putih. Dalam penetapan lingkup buku putih, Pokja menyepakati jenis informasi dan sumber data, cakupan wilayah pemetaan, metoda analisis, pembagian tugas dan pelaporan, rencana penetapan kawasan prioritas, jadwal kerja penyusunan Buku Putih. 2. Pemetaan secara cepat situasi sanitasi, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisis data sekunder untuk menghasilkan gambaran situasi sanitasi secara cepat. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber data seperti SKPD, dokumen yang dimiliki Kota Cirebon (laporan penelitian, dokumen perencanaan), pemerintah pusat, publikasi media, atau yang dimiliki LSM. Data yang telah terkumpul akan diverifikasi kebenarannya, kemudian data dikonsolidasikan dan disusun secara sistematis. Setelah penyusunan data secara sistematis, selanjutnya dilakukan analisis untuk memetakan situasi sanitasi, baik aspek teknis (sarana dan prasarana) maupun aspek non-teknis. Sehingga berdasarkan hasil pemetaan dapat diketahui potret umum kondisi sanitasi Kota Cirebon (termasuk kawasan beresiko sanitasi) dan hal-hal yang perlu dilengkapi agar penyusunan Buku Putih lebih berkualitas. 3. Konsep dan Finalisasi Buku Putih, dimana pada tahap ini untuk mempertajam hasil pemetaan awal sanitasi maka dilakukan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 6

21 OUTPUT PROSES pengumpulan data primer dan beberapa kajian atau studi yaitu survey EHRA, studi Komunikasi dan Pemetaan Media, dan studi Penyedia Layanan Sanitasi (SSA). Berdasarkan hasil analisis data sekunder dan data primer didukung kajian dan studi dapat dilakukan penetapan area beresiko sanitasi, dimana peta ini bisa menjadi acuan dasar dalam penentuan lokasi prioritas pembangunan sanitasi. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dilakukan penyusunan draft Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon kemudian diajukan dalam rapat dengan pemangku kepentingan tingkat kota dan dilakukan finalisasi Buku Putih sehingga dihasilkannya Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon. Gambar 1.4 BAGAN TAHAPAN BUKU PUTIH Pertemuan Perdana Rapat Konsultasi Konsultasi Publik Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data primer melalui Studi EHRA, Studi Komunikasi dan Pemetaan Media, Studi SSA Finalisasi Buku Putih Verifikasi data sekunder Penilaian pemetaan kondisi sanitasi berdasarkan data primer Analisis data sekunder Penetapan Area Beresiko Penilaian Pemetaan Awal Sanitasi Kota Penyusunan Draft Buku Putih Penilaian Pemetaan Awal Sanitasi Kota Konsep Buku Putih Sanitasi Kota Buku Putih Sanitasi Kota BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 7

22 1.5 POSISI BUKU PUTIH Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang menggambarkan karakteristik dan kondisi sanitasi wilayah Kota Cirebon dan prioritas atau arah pengembangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota dan masyarakat kota. Buku ini mencakup profil sanitasi kota, sarana prasarana eksisting, cakupan dan tingkat pelayanan, informasi kelembagaan dan keuangan, arah pengembangan sanitasi, kebutuhan peluang, dan analisa awal untuk penetapan area berdasarkan tingkat resiko dan zona sanitasi di Kota Cirebon. Buku ini dijadikan sebagai prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota Cirebon. Rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. 1.6 SUMBER DATA Sumber data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon meliputi : 1. Data sekunder, diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap dinas atau SKPD yang terlibat dalam Kelompok Kerja Sanitasi, buku-buku umum mengenai wajah dan karakter Kota Cirebon secara umum. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti : Environmental Health Risk Assesment (EHRA), survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender. 2. Data primer yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan Pokja, data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun potret (photo) kondisi eksisting di lapangan. 1.7 PERATURAN PERUNDANGAN Kegiatan program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 2010 Kota Cirebon didasarkan pada aturan-aturan dan dasar hukum yang meliputi : Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berikut perubahan-perubahannya BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 8

23 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah 2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri 1. Peraturan Menter Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Peraturan Daerah 1. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rincian Urusan Pemerinatahan yang Dilaksanakan Pemerintah Kota Cirebon 2. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu pada Pemerintah Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 9

24 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA CIREBON 2.1 GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI Letak Geografis Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang strategis, yang merupakan jalur utama transportasi dari Jakarta menuju Jawa Barat, Jawa Tengah, yang melalui daerah utara atau pantai utara (pantura). Letak tersebut menjadikan suatu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi. Geografis Kota Cirebon terletak pada posisi º dan 6.41º Lintang Selatan pada pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur + 8 kilometer, dan dari Utara ke Selatan + 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut + 5 meter. Topografi Secara topografis, sebagian besar wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dan sebagian kecil merupakan wilayah perbukitan yang berada di Wilayah Selatan kota. Kondisi wilayah kota yang sebagian besar berupa dataran rendah menjadi kendala tersendiri karena kecepatan aliran air hujan yang terbuang ke laut menjadi lambat dan sangat berpotensi menimbulkan genangan banjir di beberapa tempat. Oleh karena itu di beberapa titik dibangun stasiun pompa yang berfungsi mempercepat pembuangan air hujan ke laut. Secara umum kondisi lingkungan di Kota Cirebon dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kawasan yang masih memiliki kualitas lingkungan yang masih baik yaitu memiliki indikator lingkungan di bawah ambang batas, dan kawasan yang kondisi lingkungannya telah berada di atas ambang batas kualitas lingkungan yang diperkenankan. Kawasan yang masih memiliki kualitas lingkungan di bawah ambang batas tersebar di seluruh wilayah kota, ditandai dengan masih adanya kawasan ruang terbuka hijau seperti di wilayah Argasunya, Harjamukti, wilayah Perumnas, dan lain sebagainya. Namun yang harus menjadi perhatian adalah kawasan-kawasan yang kondisi lingkungannya telah terjadi penurunan kualitas. Kawasan-kawasan tersebut diantaranya adalah kawasan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 1

25 bekas galian C Argasunya, kawasan-kawasan persimpangan jalan yang padat lalulintas yaitu di sekitar area Jl. Siliwangi, Jl. Dr. Cipto M, Jl. Karanggetas, Jl. Pekiringan, Jl. Rajawali, Terminal Bus, dan Jl. Pemuda By Pass. Selain itu ada beberapa aliran sungai yang memiliki indikator lingkungan yang telah melampaui ambang batas (Amoniak, Deterjen, dan Pecal Coli) yaitu diantaranya di sungai Sipadu, Sukalila, Suradinaya, Sigujeg, dan Gang Sontong. Wilayah Kota Cirebon merupakan dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara meter di atas permukaan laut. Peningkatan ketinggian mulai dari daerah pantai menuju ke arah Selatan dengan ketinggian maksimal 200 meter, yaitu di Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. Kemiringan lahan di wilayah Kota Cirebon dapat diklasifikasikan berdasarkan persentase kemiringan sebagai berikut: Kemiringan 0-3 % terdapat di sebagian besar wilayah Kota Cirebon, kecuali sebagian kecil wilayah di Kecamatan Harjamukti; Kemiringan 3-8 % terdapat di sebagian besar wilayah Kelurahan Kalijaga, sebagian kecil di Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Harjamukti; Kemiringan 8-15 % terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti; Kemiringan % terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 2

26 Gambar 2.1 PETA ORIENTASI BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 3

27 Jenis Tanah Tanah sebagian subur dan sebagian kurang produktif disebabkan tanah pantai yang semakin luas akibat endapan sungai-sungai. Pada umumnya tanah di Kota Cirebon adalah tanah jenis regosol yang berasal dari endapan lava dan piroklasik (pasir, lempung, tanah liat, breksi lumpur, dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai. Secara umum jenis tanah yang tersebar di Kota Cirebon ini relatif mudah untuk mengembangkan berbagai macam jenis vegetasi. Jenis tanah di Kota Cirebon adalah tipe argosol yang berasal dari endapan lava dan piroklastik (pasir, lempung, tanah liat, tupa, breksi lumpur, dan kerikil) hasil intrusi Gunung Ciremai. Secara rinci jenis tanah di Kota Cirebon terdiri atas : Regosol cokelat kelabu, asosiasi regosol kelabu Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu Asosiasi glei humus rendah/aluvial kelabu Asosiasi regosol kelabu, regosol cokelat kelabu, dan latosol Asosiasi mediteran cokelat dan litosol Latosol cokelat kemerahan Sementara itu kedalaman efektif tanah di Kota Cirebon terdiri atas 3 macam, yaitu: Kedalaman meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti Kedalaman meter : terdapat di sebagian wilayah Kelurahan Argasunya, Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti dan Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi Kedalaman lebih dari 60 meter : Terdapat di seluruh wilayah Kota Cirebon, kecuali di wilayah-wilayah yang telah disebutkan di atas Hidrologi Potensi air Kota Cirebon meliputi; air tanah dangkal, air tanah dalam, air permukaan, dan air laut. Kondisi air tanah relatif baik dengan kedalaman 5 10 meter untuk dataran rendah dan mencapai meter untuk dataran tinggi (di Wilayah Argasunya). Sementara untuk air tanah di kawasan pantai pada umumnya sudah terkena intrusi air laut. Khusus untuk air bersih sebagai konsumsi rumah tangga yang sebagian besar bersumber dari pasokan Perusahaan Daeran Air Minum (PDAM), Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 4

28 masih memiliki kendala utama dimana penyediaannya masih tergantung pada Kabupaten Kuningan. Hal ini dikarenakan sumber air yang digunakan berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Maka perlu ada penyelesaian karena masalah air dikategorikan sebagai bidang pelayanan dasar, sebagai solusi bisa berupa kerjasama antar daerah atau kerjasama amalgamasi atau pengelolaan air laut melalui teknologi pengelolaan air bersih yang mutakhir. Sedangkan untuk keperluan lainnya sebagian besar diperoleh dari sumur dengan kedalaman antara dua meter sampai dengan enam meter, di samping itu ada beberapa daerah/wilayah kondisi air tanah relatif sangat rendah dan rasanya asin karena intrusi air laut dan tidak dapat digunakan untuk keperluan air minum. Kondisi air permukaan berupa air yang mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai.di Kota Cirebon terdapat empat sungai yang tersebar merata di seluruh wilayah yaitu Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean(Kriyan) dan Sungai Kalijaga. Sungai berfungsi sebagai batas wilayah antara Kabupaten Cirebon dan sebagai saluran pembuangan air. Tabel 2.1 NAMA-NAMA SUNGAI YANG MELINTASI KOTA CIREBON UKURAN NO. NAMA SUNGAI PANJANG (M) LEBAR (M) TINGGI (M) LOKASI I Sistem Kedung Pane / Tangkil 1 Kali Tangkil /20 5,50 Perbatasan 2 Kali Kemlaka /10 3,20 Kota 3 Kali Cideng /11 3 Kota 4 Kedung Bima Kota 5 Kedung Pane Perbatasan 6 Banjir Kanal /17 4 Perbatasan 7 Kali Kijing /16 3 Kota 8 Kali Kramat /6 1,5 Ex CUDP 9 Anak Pane Kabupaten 10 Anak Bima Kabupaten 11 Kayu Walang Kota 12 Kali Koa Kabupaten II Sistem Sukalila 1 Kali Sukalila Kota 2 Kali Sigujeg ,5 1,25 Kota 3 Kali Bedeng 800 5,5 1 Kota 4 Kali Sijarak I ,5 1,5 Ex CUDP 5 Kali Sijarak II ,25 Ex CUDP 6 Kali Langensari Ex CUDP 7 Kali Sirabun ,5 3 Kota 8 Kali Penyuken Kota 9 Kali Saladara Kota III Sistem Kesunean 1 Kali Kesunean /32 5,6 Kota 2 Kali Suba Kota 3 Kali Cirongkob ,5 Kabupaten 4 Kali Cisiluk ,5 Kabupaten BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 5

29 UKURAN NO. NAMA SUNGAI PANJANG (M) LEBAR (M) TINGGI (M) LOKASI 5 Kali Reungas Kabupaten 6 Kali Cibacang Kabupaten 7 Kali Cikurutug Kabupaten 8 Kali Cikijing ,5 Kota 9 Kali Sigemblo Kota IV Sistem Kalijaga 1 Kalijaga /24 5,5 Perbatasan 2 Kali Lunyu /15 5 Kab dan Kota 3 Cikalong /17 5,2 Kota 4 Cikenis Barat /20 7 Kota 5 Cikenis Timur ,5 Kota 6 Cikenis Tampomas Kota 7 Kedung Menjangan Kota 8 Kedung Jumbleng Kota 9 Kedung Mendeng Kota 10 Pengasinan Kabupaten 11 Cigedeg Kabupaten 12 Anak Lunyu Kabupaten 13 Surapandan Kota 14 Cigambay ,5 Kabupaten 15 Cadas Ngampar ,5 Kota 16 Cilombang ,5 Kabupaten Sumber : Dinas Kimpraswil Kota Cirebon, Adapun kondisi air laut, khususnya di kawasan pantai berwarna coklat karena pengaruh pendangkalan oleh lumpur yang dibawa oleh 4 sistem sungai dan sungai-sungai dari wilayah Kabupaten Cirebon. Sungai-sungai primer yang melewati Kota Cirebon termasuk dalam Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, merupakan wilayah sungai lintas provinsi (Jawa Barat dan Jawa Tengah) yang kewenangan pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat. Berikut gambar wilayah sungai Cimanuk-Cisanggarung. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 6

30 Gambar 2.2 Peta DAS Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 7

31 Gambar 2.3 PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 8

32 Iklim Sesuai dengan lokasi wilayah yang berada di tepi laut, wilayah Kota Cirebon termasuk dalam iklim tropis dan memiliki pola curah hujan monsunal karena dipengaruhi oleh angin monsun. Musim penghujan jatuh pada bulan Oktober- April/Mei, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September. Musim pancaroba terjadi pada bulan April dan November. Berdasarkan data tahun 2009, banyaknya curah hujan tahunan di Kota Cirebon ± mm/tahun dengan jumlah hari hujan 86 hari, ini berarti sebesar ± 23,56 % hari dalam setahun yang mengalami hari hujan. Bulan Curah Hujan (mm) Tabel 2.2 BANYAKNYA HARI DAN CURAH HUJAN TAHUN Hari Hujan Curah Hujan (mm) Hari Hujan Curah Hujan (mm) Hari Hujan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah 1, , , , Rata-rata per bulan Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 9

33 Curah Hujan mm Grafik 2.1 CURAH HUJAN PER BULAN DI KOTA CIREBON TAHUN Bulan Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Cirebon Udara panas dengan temperatur maksimum terjadi pada bulan Oktober hingga Desember, yaitu ± 32,8 C, sedangkan temperatur terendah terjadi pada bulan Juni-September, yaitu ± 24,2 C. Rata-rata temperatur yaitu 27,29 C. Adapun kelembaban udara berkisar antara %, dengan fluktasi cukup besar setiap musimnya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 10

34 Tabel 2.3 TEMPERATUR DI KOTA CIREBON TAHUN Bulan Temperatur Rata-rata Min Max (1) (2) (3) (4) 1. Januari 27, ,7 2. Februari 27, ,7 3. Maret 27, ,7 4. April 27, ,7 5. Mei 27, ,8 6. Juni 27, ,6 7. Juli 27, ,5 8. Agustus 27, ,5 9. September 27, ,5 10. Oktober 27, ,8 11. November 27, ,8 12. Desember 27, ,8 Rata-rata per bulan Tahun ,29 24,26 32, ,7 22,3 33, ,1 22,4 33, ,6 22,5 32,6 Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian Kota Cirebon 2.2 ADMINISTRATIF Wilayah administrasi Pemerintah Kota Cirebon dengan luas 37,358 km2 dengan batas-batas : Sebelah Utara Sebelah Barat : Sungai Kedung Pane : Sungai Banjir Kanal / Kabupaten Cirebon Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga Sebelah Timur : Laut Jawa Pada tahun 2008, Kota Cirebon terdiri dari 5 wilayah Kecamatan, 22 Kelurahan, 247 Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Harjamukti merupakan kecamatan terluas (47 %), kemudian berturut-turut kecamatan Kesambi (22%), Lemahwungkuk (17%), Kejaksan (10%) dan Pekalipan (4%). BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 11

35 Tabel 2.4 WILAYAH ADMINISTRASI KOTA CIREBON NO. KECAMATAN KELURAHAN LUAS (HA) RW RT 1 Kejaksan *) Kejaksan Kesenden *) Kebon Baru *) Sukapura Jumlah Pekalipan Pekalipan Pekalangan Pulasaren Jagasatru Jumlah Lemahwungkuk *) Lemahwungkuk *) Panjunan *) Kasepuhan *) Pegambiran *) Jumlah Kesambi Kesambi Drajat Pekiringan Sunyaragi Karyamulya Jumlah Harjamukti Harjamukti Kalijaga Argasunya Kecapi Larangan Jumlah Kota Cirebon Total Sumber : RTRW Kota Cirebon, 2009 dan Kota Cirebon Dalam Angka, 2008 Keterangan : *) mengalami penambahan luas dalam bentuk tanah timbul. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 12

36 Gambar 2.4 PETA ADMINISTRASI BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 13

37 2.3 KEPENDUDUKAN No Perkembangan jumlah penduduk Kota Cirebon selama 6 tahun terakhir ( ) menunjukkan perkembangan yang cukup siginifikan. Selama enam tahun terakhir tersebut penduduk Kota Cirebon bertambah dari jiwa menjadi jiwa atau sebanyak 35 ribu jiwa dengan pertumbuhan rata-rata penduduk per tahun sebanyak 2,54%. Pada tahun 2009, tingkat kepadatan penduduk adalah sebesar 8143 jiwa/km 2 atau 81 jiwa/hektar (lihat tabel di bawah), dengan komposisi penduduk laki-laki sekitar 148 ribu jiwa dan perempuan sekitar 155 ribu jiwa, dan rasio jenis kelamin sekitar 95,27 %. Kecamatan Tabel 2.5 PERKEMBANGAN PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA CIREBON TAHUN Penduduk Perkembangan Penduduk (%) Tahun Tahun Ratarata Harjamukti 85,440 86,504 87,367 92,070 96,534 95, Lemahwungkuk 46,431 46,813 46,364 52,884 55,046 55, Pekalipan 31,884 31,892 32,064 33,867 33,559 35, Kesambi 63,591 65,364 66,797 68,340 70,988 71, Kejaksan 41,243 41,222 41,366 43,316 42,869 46, Jumlah 268, , , , , , Sumber : BPS Tabel 2.6 KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI MENURUT KECAMATAN TAHUN 2009 No Kecamatan Kelurahan Penduduk Rasio Jenis Laki-laki Perempuan Jumlah Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Harjamukti 5 47,040 48,299 95, Lemahwungkuk 4 27,091 28,881 55, Pekalipan 4 17,161 18,517 35, Kesambi 5 34,701 36,366 71, Kejaksan 4 22,399 23,697 46, Jumlah , , , Sumber : BPS Berdasarkan sebaran penduduk, Kecamatan Harjamukti masih merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak mencapai jiwa atau sebesar 31,34 %, sementara jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 14

38 Ribu Jiwa/Km2 Pekalipan yaitu sebesar jiwa atau 11,73 %. Adapun untuk tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pekalipan memiliki tingkat kepadatan paling tinggi yaitu sebesar ribu jiwa /km 2, sementara Kecamatan Harjamukti merupakan Kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar ribu jiwa /km 2. Tabel 2.7 No Kecamatan PERKEMBANGAN DAN TINGKAT KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN TAHUN Luas Penduduk Tingkat Kepadatan Penduduk Wilayah Tahun Tahun (km2) Harjamukti ,440 86,504 87,367 92,070 96,534 95,339 4,849 4,909 4,958 5,225 5,479 5,411 2 Lemahwungkuk ,431 46,813 46,364 52,884 55,046 55,972 7,132 7,191 7,122 8,124 8,456 8,598 3 Pekalipan ,884 31,892 32,064 33,867 33,559 35,678 20,438 20,444 20,554 21,710 21,512 22,871 4 Kesambi ,591 65,364 66,797 68,340 70,988 71,067 7,890 8,110 8,287 8,479 8,807 8,817 5 Kejaksan ,243 41,222 41,366 43,316 42,869 46,096 11,393 11,387 11,427 11,966 11,842 12,734 Jumlah Sumber : BPS , , , , , ,152 7,189 7,275 7,333 7,775 8,003 8, Grafik 2.2 KEPADATAN PENDUDUK PER KECAMATAN DI KOTA CIREBON TAHUN Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Kecamatan Sumber : BPS BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 15

39 No Kecamatan Tabel 2.8 PROYEKSI PENDUDUK MENURUT KECAMATAN Tahun Harjamukti 95,339 97,484 99, , , , , , ,577 2 Lemahwungkuk 55,972 58,177 60,469 62,852 65,328 67,902 70,578 84, ,453 3 Pekalipan 35,678 36,506 37,353 38,219 39,106 40,013 40,941 46,641 52,051 4 Kesambi 71,067 72,673 74,316 75,995 77,713 79,469 81,265 92, ,712 5 Kejaksan 46,096 47,156 48,241 49,350 50,485 51,647 52,834 60,126 67,040 Jumlah 304, , , , , , , , ,833 Sumber : diproyeksikan oleh tim pokja sanitasi 2010 Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk terbesar di kelompok umur tahun yaitu sebanyak jiwa, sementara jumlah penduduk paling sedikit adalah di kelompok umur 75+ tahun yaitu sebanyak jiwa (lihat tabel di bawah). Adapun jumlah terbesar penduduk laki-laki adalah di kelompok umur tahun sebanyak jiwa dan penduduk perempuan di kelompok umur tahun sebanyak jiwa. Tabel 2.9 PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN KOTA CIREBON TAHUN 2009 Kelompok Umur POPULATION BY AGE GROUP, SEX IN CIREBON 2009 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Jumlah Sumber : BPS BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 16

40 Berdasarkan angka kelahiran, Kecamatan Harjamukti memiliki angka kelahiran tertinggi sebesar jiwa dengan komposisi laki-laki 832 jiwa dan perempuan 795 jiwa, sementara Kecamatan Pekalipan memiliki angka kelahiran terendah sebesar 396 jiwa dengan komposisi laki-laki 226 jiwa dan perempuan 170 jiwa. Sedangkan untuk rata-rata kelahiran per 1000 penduduk, Kecamatan Harjamukti memiliki rata-rata tertinggi sebesar 17,07. Kecamatan Tabel 2.10 PENDUDUK, KELAHIRAN DAN RATA-RATA KELAHIRAN MENURUT KECAMATAN TAHUN 2009 Penduduk Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Kelahiran Perempuan Jumlah Rata-Rata Kelahiran per 1000 Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Harjamukti ,07 2. Lemahwungkuk ,81 3. Pekalipan ,11 4. Kesambi ,80 5. Kejaksan ,06 Jumlah ,32 Sumber : BPS Kecamatan Harjamukti memiliki angka kematian tertinggi yaitu sebesar 344 jiwa dengan rata-rata kematian per 1000 penduduk sebesar 3,61. Sedangkan Kecamatan Lemahwungkuk memiliki angka kematian terendah sebesar 201 jiwa. Kecamatan Pekalipan memiliki rata-rata kematian per 1000 penduduk tertinggi yaitu sebesar 6,17. Kecamatan Tabel 2.11 PENDUDUK, KEMATIAN DAN RATA-RATA KEMATIAN MENURUT KECAMATAN TAHUN 2009 Penduduk Kematian Rata-Rata kematian per Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Jumlah 1000 Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Harjamukti ,61 2. Lemahwungkuk ,59 3. Pekalipan ,17 4. Kesambi ,59 5. Kejaksan ,12 Jumlah ,36 Sumber : BPS BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 17

41 Gambar 2.5 Peta Rencana Kepadatan Penduduk BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 18

42 Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan yaitu, peningkatan jumlah penduduk rata-rata sebesar 1,72 % pertahun menuntut konsekuensi akan penambahan ruang hidup seperti tempat tinggal, lapangan kerja, jasa pelayanan publik, dan lain sebagainya. Jika dipetakan, wilayah Utara sudah padat dengan bangunan dibandingkan dengan wilayah Selatan yang masih memiliki banyak lahan kosong. Kondisi ini harus menjadi perhatian karena di wilayah selatan selain diperuntukkan bagi kawasan budidaya juga ada kawasan lindung yang perlu dijaga kelestariannya. Jika tidak dikendalikan, perkembangan penduduk di wilayah ini akan merambah ke kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai fungsi lindung. No Tabel 2.12 JUMLAH KELUARGA DAN KELUARGA MISKIN DI KOTA CIREBON TAHUN Kecamatan / Kelurahan Jumlah Keluarga Keluarga Miskin Prosentase (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Harjamukti 23,896 5, Argasunya 3,648 1, Kalijaga 7,030 1, Harjamukti 4, Kecapi 5, Larangan 3, Lemahwungkuk 12,209 4, Pegambiran 4, Kasepuhan 3,415 1, Lemahwungkuk 2,041 1, Panjunan 2, Pekalipan 7,479 2, Jagasatru 2, Pulasaren 1, Pekalipan 1, Pekalangan 1, Kesambi 15,842 4, Karyamulya 4,743 1, Sunyaragi 2, Drajat 3,724 1, Kesambi 2, Pekiringan 2, Kejaksan 10,287 4, Kejaksan 2, BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 19

43 No Kecamatan / Kelurahan Jumlah Keluarga Keluarga Miskin Prosentase (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kebon Baru 1, Sukapura 3,175 1, Kesenden 2,918 1, Jumlah ,713 21, ,753 21, ,106 14, ,550 13, ,088 12, ,683 11, ,671 11, Sumber : Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Cirebon Kemiskinan bersifat dinamis, ada sekelompok masyarakat yang berada di sekitar garis kemiskinan atau cenderung keluar masuk kemiskinan (kemiskinan transient) dan ada sekelompok masyarakat yang terus menerus miskin dan jauh di bawah garis kemiskinan (kemiskinan kronis). Kemiskinan dan pengangguran tetap menjadi masalah besar dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Ekonomi local harus dipacu untuk lebih maju, sesuai Sumber Daya yang ada. Dilihat dari segi persentase Keluarga Miskin terhadap Jumlah Keluarga yang ada di Kota Cirebon, dari tahun 2002 hingga tahun 2003 persentase keluarga miskin terhadap total jumlah keluarga Kota Cirebon menurun dari 18,76% menjadi 17,28%. Kemudian pada tahun 2004 hingga tahun 2007 meningkat kembali dari 19,01% menjadi 31,24% dan pada tahun 2008 menurun menjadi 30,83%. Untuk mengentaskan kemiskinan tersebut berbagai upaya telah dilakukan. Untuk bidang pendidikan dan kesehatan telah dialokasikan anggaran yang cukup untuk membiayai pendudukan pendidikan dan kesehatan keluarga miskin. Untuk bidang fisik telah dilakukan berbagai program dan kegiatan seperti perbaikan lingkungan, penyediaan MCK, dan lainnya. Namun untuk bidang pemberdayaan ekonomi, program dan kegiatan yang ada dalam APBD belum fokus pada pengentasan kemiskinan, selain karena porsi anggaran yang dialokasikan termasuk kecil. Ke depan diharapkan fokus pengentasan kemiskinan adalah pada upaya pendampingan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin dengan jaminan ketersediaan pasar dan peluang berusaha yang lebih jelas. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 20

44 2.4 PENDIDIKAN Pendidikan Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) satu diantaranya diupayakan melalui pembangunan di bidang pendidikan, terutama melalui pendidikan formal. Sementara itu, untuk memajukan dunia pendidikan upaya yang dilakukan di antaranya meningkatkan prasarana dan sarana agar dapat memperluas jangkauan pelayanan dan kesempatan kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di Kota Cirebon merupakan salah satu wujud nyata pembangunan dalam bidang pendidikan. Sebagai pusat pertumbuhan di wilayah Cirebon, sarana pendidikan termasuk yang paling lengkap. Fasilitas pendidikan dasar hingga perguruan tinggi tersedia dengan berbagai pilihan. Selama kurun waktu 1997 hingga 2009, jumlah fasilitas pendidikan dasar, pendidikan menengah cenderung menurun. Hal ini terjadi karena ada beberapa fasilitas pendidikan yang digabung atau dimerger. Untuk fasilitas pendidikan dasar (SD) pada tahun 1997 berjumlah 174 sekolah, sementara pada tahun 2009 turun menjadi 160 sekolah. Untuk sekolah tingkat SMP pada tahun 1997 berjumlah 41 dan pada tahun 2009 turun menjadi 40 sekolah. Sekolah tingkat SMA pada tahun 1997 berjumlah 25 sekolah dan pada tahun 2009 turun menjadi 24 sekolah. Tahun 2009/2010 di Kota Cirebon, Sekolah Kejuruan (SMK) terdapat 17 sekolah dengan jumlah guru 661 orang, sekolah keagamaan MI berjumlah 17 dengan jumlah guru sekitar 255 orang, MTs berjumlah 12 dengan jumlah guru 270 orang dan di tingkat MA jumlahnya 6 sekolah mempunyai guru 146 orang. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 21

45 Tabel 2.13 BANYAKNYA SEKOLAH ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH DASAR (SD) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF ELEMENTARY SCHOOL BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon Tabel 2.14 BANYAKNYA SEKOLAH, ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF JUNIOR HIGH SCHOOL BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 22

46 Tabel 2.15 BANYAKNYA SEKOLAH, ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH MENENGAH UMUM (SMU) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF SENIOR HIGH SCHOOL BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon Meskipun jumlah fasilitas pendidikan dasar cenderung menurun namun rasio guru terhadap murid semakin baik, hal ini dapat dilihat dari rasio guru SD terhadap murid SD pada tahun 1997 berjumlah 1 berbanding 27 orang dan pada tahun 2009 menjadi 1 berbanding 21 orang. Tabel 2.16 BANYAKNYA SEKOLAH, ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF SENIOR VOCATIONAL HIGH SCHOOL BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 23

47 Tabel 2.17 BANYAKNYA SEKOLAH, ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon Tabel 2.18 BANYAKNYA SEKOLAH, ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF MADARASAH TSANAWIYAH (MTS) BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 24

48 Tabel 2.19 BANYAKNYA SEKOLAH, ROMBEL, MURID DAN GURU SEKOLAH MADRASAH ALIYAH (MA) MENURUT KECAMATAN TAHUN 2005/ /2010 NUMBER OF SCHOOL, CLASSROOM, PUPILS AND TEACHERS OF MADRASAH ALIYAH (MA) BY DISTRICT 2005/ /2010 Kecamatan Sekolah Rombel Murid Guru Rasio Murid Terhadap Guru (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah 2009/ / / / / Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon Indikator lainnya adalah angka partisipasi sekolah atau angka partisipasi murni. Selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009, tingkat partisipasi sekolah dasar di Kota Cirebon sudah lebih dari 90 persen penduduk usia 7 12 tahun baik laki-laki maupun perempuan telah bersekolah. Sementara pada tingkat yang lebih tinggi (SLTP) partisipasi penduduk usia tahun selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2009 meningkat dari 92,08 persen menjadi 99,84 persen. Adapun untuk tingkat SLTA selama kurun waktu 2005 ke 2009 meningkat dari 88,51 persen tahun menjadi 89,61 persen. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 25

49 Persentase Tabel 2.20 ANGKA PARTISIPASI MURNI DAN ANGKA PARTISIPASI KASAR TAHUN AJARAN 2005/ /2010 (PERSEN) PURE PATICIPATION NUMBER AND CRUDE PARTICIPATION NUMBER IN CIREBON Tingkat Sekolah ( APM / APK ) 2005/ / / / / /2010 (1) (2) (3) (4) (5) 1. SD/MI a. Angka Partisipasi Murni 97,48 99,78 99,81 99,83 b. Angka Partisipasi Kasar 159,86 158,52 127,68 136,36 2. SMP/MTS a. Angka Partisipasi Murni 92,08 92,38 93,67 99,84 b. Angka Partisipasi Kasar 141,71 196,54 131,02 137,75 3. SMA/MA/SMK a. Angka Partisipasi Murni 88,51 88,82 89,32 89,61 b. Angka Partisipasi Kasar 149,87 222,44 146,49 139,98 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon Grafik 2.3 PERKEMBANGAN ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) KOTA CIREBON 2005/ / / / / /2010 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon Tahun Ajaran SD/MI SMP/MTS SMA/MA/SMK BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 26

50 Selain pendidikan formal, di Kota Cirebon juga terdapat beberapa lembaga pendidikan nonformal seperti mengemudi, computer, akuntansi dan lainnya. Tabel 2.21 BANYAKNYA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SWASTA MENURUT KECAMATAN TAHUN NUMBER OF PRIVATE INFORMAL SCHOOL BY DISTRIC Kecamatan Menjahit Mengemudi Komputer Akuntasi Bahasa Lainnya* (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kota Cirebon *Lainnya belum dapat dirinci per Kecamatan 2.5 KESEHATAN Menurut Bloom kondisi kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu tingkat pelayanan kesehatan, kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, dan keturunan (genetik). Agar derajat kesehatan masyarakat dapat terus meningkat, maka perlu diupayakan terus menerus pembangunan di bidang kesehatan.dengan harapan semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah. Demikian pula halnya dengan Pemda Kota Cirebon yang telah mencanangkan program Cirebon Kota Sehat. Berupaya terus melakukan pembangunan di bidang kesehatan dengan melakukan berbagai program-program pembangunan. Diantaranya adalah dengan menyediakan prasarana dan sarana kesehatan agar jangkauan pelayanan kesehatan makin meluas sehingga semua lapisan sosialekonomi masyarakat dapat dilayani dengan biaya yang terjangkau. Disisi lain dilakukan pula penyuluhan dan edukasi terhadap masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit dan pola hidup sehat. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 27

51 Kota Cirebon memiliki fasilitas yang cukup lengkap, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu tersebar merata di setiap kelurahan, sementara fasilitas kesehatan lanjutan tersedia rumah sakit baik swasta maupun pemerintah hingga Rumah Sakit Pemerintah tipe B. Pada tahun 2009 di Kota Cirebon telah tersedia sekitar 6 rumah sakit umum, 4 rumah sakit bersalin, 21 Puskesmas, 15 Puskemas Pembantu, 20 Puskesmas Keliling, serta 81 Apotik, dan 31 Toko Obat. Bila dilihat dari jumlah seluruh Puskesmas (56 unit) maka akan tersedia 2 Puskesmas/Pustu/Pusling untuk setiap penduduk Kota Cirebon. Tahun Tabel 2.22 SARANA KESEHATAN DAN JENISNYA TAHUN NUMBER OF HEALTH CENTERS AND TYPE Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Bersalin/ RS Khusus Puskesmas/ Pustu/Pusling Apotik Toko Obat (1) (2) (3) (4) (5) (6) /15/ /15/ /15/ /15/ /15/ Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon Adapun untuk rumah sakit dengan jumlah rumah sakit sebanyak 10 rumah sakit dengan kapasitas 938 tempat tidur maka untuk setiap penduduk tersedia sekitar 31 tempat tidur. Tabel 2.23 BANYAKNYA RUMAH SAKIT DAN TEMPAT TIDUR TAHUN NUMBER OF HOSPITALS AND BEDS Tahun Rumah Sakit Tempat Tidur (1) (2) (3) Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon Dengan jumlah tenaga medis seperti dokter spesialist sekitar 94 orang, dan 116 dokter umum, 37 dokter gigi, 847 perawat, serta 278 bidan. Jumlah tenaga BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 28

52 medis pada tahun 2009 cenderung menurun bila dibandingkan pada tahun 2008, walaupun dari tahun 2005 sampai tahun 2008 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana dapat dilihat dari Grafik di bawah. Tabel 2.24 BANYAKNYA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS TAHUN NUMBER OF HEALTH PERSONEL Tenaga Medis dan Paramedis (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Apoteker (+ Apotik) Sarjana Kesehatan Lainnya a. S.K. Masyarakat +Kesling b. S.K. Gizi (DIV Gizi) c. Kes.Lingkungan (D1+D3) Paramedis Perawatan a. Perawat b. Bidan Paramedis Nonperawatan Paramedis Pembantu Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon Grafik 2.4 BANYAKNYA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI KOTA CIREBON TAHUN Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 29

53 Tingkat kesehatan suatu kelompok masyarakat dapat dilihat dari berbagai macam indikator. Salah satu indikator yang dapat di gunakan untuk mengukur hal tersebut adalah jumlah kematian bayi yang terjadi. Tabel di bawah memberikan informasi jumlah kematian bayi di Kota Cirebon dari tahun Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Jumlah Kematian bayi di Kota Cirebon mengalami turun naik. Tahun 2009, terdapat 71 kasus kematian bayi. Angka ini lebih besar dari kasus yang terjadi di tahun 2008 yang mencapai 49 kasus Tabel 2.25 JUMLAH KEMATIAN BAYI PER KECAMATAN DI KOTA CIREBON TAHUN NUMBER OF INFANT MORTALITY BY DISTRICT IN CIREBON Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon Tabel 2.26 JUMLAH KEMATIAN BAYI BARU LAHIR (NEONATAL) BERDASARKAN PENYEBAB KEMATIAN DI KOTA CIREBON TAHUN NUMBER OF NEONATAL DEATH BY CAUSE OF DEATH IN CIREBON Penyebab Kematian (1) (2) (3) (4) (5) (6) BBLR Asfixia ISPA- infeksi Aspirasi Respirasi Disstress Cacat Bawaan dan premature Lain-lain Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 30

54 Masa depan sebuah bangsa terletak pada kualitas generasi penerusnya. Generasi yang sehat dan kuat mencerminkan masa depan yang baik. Sebaliknya, generasi yang buruk kualitas kesehatannya mencerminkan masa depan yang buruk pula. Tabel di bawah memperlihatkan perkembangan jumlah balita gizi buruk di kota Cirebon tahun Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah balita gizi buruk di kota cirebon cenderung mengalami penurunan. Tahun 2005 terdapat 364 kasus, tahun 2006 ada 320 kasus, tahun 2007 terdapat 338 kasus, dan tahun 2008 terdapat 272, dan tahun 2009 terdapat 275 kasus bayi gizi buruk. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka tersebut, dan akhir-akhir ini fokus upaya kesehatan mulai bergeser dari kegiatan-kegiatan kuratif ke kegiatan-kegiatan preventif dan promotif. Hal ini ditandai dengan berbagai kegiatan yang lebih melibatkan dan mengedepankan partisipasi masyarakat dalam penanganan kesehatan seperti program Kampung Siaga, Gerakan Sayang Ibu, pembudayaan Pola Hidup Bersih dan Sehat melalui KKM (Kader Kesehatan Masyarakat), dan Rumah Sakit Berbasis Masyarakat. Upaya ini dilakukan karena dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu ada kesadaran diri dari masyarakat sendiri dan lingkungannya untuk menjaga kesehatan. Kegiatan Kampung Siaga lebih mengedepankan keterlibatan masyarakat dalam memantau dan menjaga ibu hamil dan bayi/anak-anak yang terkena kasus penyakit. Tabel 2.27 JUMLAH BALITA DAN BALITA GIZI BURUK MENURUT KECAMATAN DI KOTA CIREBON TAHUN NUMBER OF INFANT AND LOW NUTRITION INFANT BY DISTRICT IN CIREBON Kecamatan Balita Balita Balita Balita Balita Balita Gizi Balita Gizi Balita Gizi Balita Gizi Balita Gizi Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 31

55 Adapun Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) merupakan salahsatu terobosan baru untuk lebih mendekatkan penanganan rujukan medis ke masyarakat. Dalam kegiatan ini ditempatkan dokter spesialis kandungan dan spesialis anak di Puskesmas-puskesmas, serta dijalin kerjasama dengan rumah sakit swasta untuk bermitra dalam penanganan kasus ibu hamil dan bayi terutama bagi keluarga miskin. Hingga tahun 2007 sudah ada tujuh Puskesmas yang menyelenggarakan RSBM yaitu Puskesmas Kejaksan, Jagasatru, Gunugsari, Kesunean, Kalitanjung, Larangan, dan Sitopeng. Adapun rumah sakit yang telah bermitra dalam penyelenggaraan RSBM ini adalah Rumah Sakit Sumber Kasih, Rumah Sakit Pelabuhan, Rumah Sakit Panti Abdi Dharma, Rumah Sakit Muhammadiyah, Rumah Sakit Ciremai, dan Rumah Sakit Putera Bahagia. Program seperti ini mutlak harus dilanjutkan karena sangat membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tabel 2.28 BANYAKNYA PETUGAS PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB) MENURUT KECAMATAN NUMBER OF FAMILY PLANNING PERSONNELS BY DISTRICS Kecamatan PLKB/PKB Dokter Bidan (1) (2) (3) (4) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 32

56 Tabel 2.29 BANYAKNYA AKSEPTOR KB AKTIF DAN DROP OUT MENURUT KECAMATAN NUMBER OF ACTIVE ACCEPTORS AND DROP OUT BY DISTRICS Kecamatan Akseptor KB Aktif Drop Out Persentase Drop Out (1) (2) (3) (4) 1. Harjamukti 11, ,43 2. Lemahwungkuk 6, Pekalipan 3, Kesambi 8, Kejaksan 4, Jumlah , ,117 2, Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Cirebon Tabel 2.30 JUMLAH PUS, PESERTA KB AKTIF MENURUT ALAT KONTRASEPSI YANG DIPERGUNAKAN MENURUT KECAMATAN NUMBER OF PUS AND ACTIVE ACCEPTORS BY TYPE OF CONTRACEPTION AND DISTRICS Kecamatan Jumlah PUS IUD Suntik Impla nt Peserta KB Aktif MOP/ MOw Pil Lain nya Jum lah Akseptor Terhadap PUS % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Harjamukti 16,026 2,026 6, , , Lemahwungkuk 7, , , Pekalipan 4, , , Kesambi 10,712 1,664 4, , Kejaksan 6, , , Jumlah ,237 5,491 19,121 1,685 2,651 4, , ,570 5,366 18,918 1,649 2,592 4, , Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 33

57 Jumlah Narapidana 2.6 SOSIAL MASYARAKAT Situasi aman dan tertib di dalam kehidupan masyarakat sangat diperlukan. Dengan keamanan dan ketertiban yang kondusif akan meningkatkan produktifitas masyarakat. Grafik 2.5. menampilkan jumlah narapidana di kota Cirebon berdasarkan putusan pengadilan menurut jenis pelanggaran tahun Dari grafik tersebut dapat kita lihat bahwa jenis pelanggaran yang terbanyak adalah pencurian yang mencapai 138 orang narapidana. Kemudian disusul jumlah narapidana narkotika sebanya 39 orang, psikotropika 30 orang, penipuan 30 orang, perampokan 24 orang Grafik 2.5 JUMLAH NARAPIDANA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT JENIS PELANGGARAN DI KOTA CIREBON TAHUN Pencurian Narkotika Psikotropika Penipuan Perampokan Penggelapan Pelanggaran Ketertiban Jenis Pelanggaran Sumber : Kota Cirebon Dalam Angka, 2008 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 34

58 Tabel 2.31 JUMLAH NARAPIDANA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN MENURUT JENIS KEJAHATAN/PELANGGARAN DI DI RUTAN BENTENG TAHUN 2008 NUMBER OF CONVICTION IN CIVIL COURT BY TYPE OF CRIMINAL 2008 Jenis Kejahatan dan Pelanggaran Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 1. Terhadap Ketertiban Pembakaran Mata uang Memalsu materai/surat Kesusilaan Perjudian Penculikan Pembunuhan Penganiayaan Pencurian Perampokan Memeras/Mengancam Penggelapan Penipuan Merusak barang Dalam Jabatan Penadahan Narkotika Psikotropika Korupsi Kenakalan Jumlah Sumber : Rutan Benteng Penerbitan Akte oleh Kantor Catatan Sipil sangat penting untuk memberikan identitas seorang individu agar keberadaanya diakui oleh negara, seperti akte kelahiran untuk seorang anak sangat penting, baik untuk urusan masuk sekolah maupun hal-hal yang lain. Dari Grafik 2.6. tercatat akte kelahiran yang diterbitkan pada tahun 2006 sebanyak akte, kemudian di tahun 2007 turun menjadi akte, tahun 2008 meningkat menjadi akte, dan pada tahun 2009 jumlah akte kelahiran yang diterbitkan menurun menjadi akte. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 35

59 Jumlah Grafik 2.6 BANYAKNYA AKTE-AKTE YANG DITERBITKAN OLEH DINAS CATATAN SIPIL KOTA CIREBON Kelahiran Perkawinan Perceraian Kematian Jenis Akte Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cirebon Tabel 2.32 BANYAKNYA PENERBITAN AKTE-AKTE CATATAN SIPIL DI KOTA CIREBON NUMBER OF CIVIL PUBLISHING IN CIREBON No Jenis Akte WNI WNA WNI WNA WNI WNA WNI WNA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Kelahiran Perkawinan Perceraian Kematian Pengesahan Anak Pengangkatan Perubahan Nama Kutipan Kedua Ganti Nama Salinan Kutipan II Pelaporan lainnya JUMLAH Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 36

60 Sarana Ibadah Di Kota Cirebon terdapat 6 jenis agama yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu dengan jumlah pemeluk agama terbesar adalah agama Islam. Tabel 2.33 JENIS AGAMA SERTA JUMLAH PEMELUK AGAMA TAHUN AGAMA Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghucu Indikator makin membaiknya tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat diantaranya adalah semakin mudahnya masyarakat melakukan ibadah menurut agama yang dianutnya. Untuk kemudahan tersebut diantaranya tersedia tempat untuk melakukan ibadah. Pada tahun 2009 di Kota Cirebon terdapat 219 masjid, 26 gereja, 1 pura, 3 vihara dan 1 kelenteng. Tabel 2.34 BANYAKNYA TEMPAT PERIBADATAN MENURUT KECAMATAN DAN JENIS AGAMA TAHUN NUMBER OF WORSHIP FACILITIES BY DISTRICS AND RELIGION Kecamatan Islam Kristen Hindu Budha Konghuchu Masjid Gereja Pura Vihara Klenteng (1) (2) (5) (6) (7) (8) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Sumber : Kantor Departemen Agama Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 37

61 Tabel 2.35 BANYAKNYA PONDOK PESANTREN, KIAI, USTAD DAN SANTRI DIASRAMAKAN MENURUT KECAMATAN TAHUN NUMBER OF MOSLEM BOARDING SCHOOL, RELIGION TEACHERS AND STUDENTS BY DISTRICS Kecamatan Pondok Pesantren Kiai/Ustad Santri diasramakan (1) (2) (3) (4) 1. Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Sumber : Kantor Departemen Agama Kota Cirebon 2.7 PEREKONOMIAN Sesuai kondisi geografis dan letak wilayah kota yang berada pada jalur persimpangan arus lalulintas Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, maka sektorsektor ekonomi yang berkembang lebih banyak terjadi pada bidang perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pusat-pusat perbelanjaan atau mall, perbankan dan jasa keuangan, perkantoran, serta jasa lainnya. Kota Cirebon memiliki pula infrastruktur pendukung ekonomi yang tidak dimiliki wilayah lain, seperti Pelabuhan Laut, Bandara, Stasiun KA penumpang dan barang, Terminal penumpang Antar Kota antar Provinsi dan kelengkapan infrastruktur lainnya (jaringan air bersih, gas, telepon, dan listrik). Kota Cirebon juga menjadi Pusat Pertumbuhan Wilayah Cirebon sehingga sering dijadikan tempat atau lokasi kantor-kantor cabang yang melayani seluruh Wilayah Cirebon (Kabupaten Cirebon, Kuningan, Majalengka, dan Indramayu). Kondisi ini merupakan beban tersendiri karena kondisi infrastruktur pelayanan yang ada harus menanggung beban melampaui batas wilayah administrasi kota itu sendiri. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 38

62 Gambaran perekonomian daerah adalah gambaran tentang kondisi aspek perekonomian dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), aspek keuangan daerah, dan indikator ekonomi lainnya. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografisnya yang sangat strategis sehingga sektor yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat adalah sektor perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya pusat pusat perbelanjaan atau mall, perbankan dan jasa keuangan, perkantoran, dan jasa lainnya. Grafik 2.7 GRAFIK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA CIREBON TAHUN Berdasarkan data BPS tahun , Produk Domestik Regional Bruto Kota Cirebon dihitung berdasarkan harga berlaku dan berdasarkan harga konstan, yang masing-masing menggambarkan indikator inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Perkembangan indikator ini menunjukkan bagaimana Kota Cirebon yang pada tahun mengalami resesi ekonomi kemudian bisa kembali bangkit yang ditandai dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga konstan. Namun pada periode-periode berikutnya tahun jarak perbandingan antara laju pertumbuhan inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi riil semakin besar. Ini menunjukkan bahwa tingkat inflasi semakin lama semakin jauh meninggalkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 39

63 Selama periode tahun 2008, PDRB Kota Cirebon Atas Dasar Harga Berlaku mencapai Rp. 10,698 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 16,93 % dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp. 9,149 trilyun. Sedangkan untuk mengetahui PDRB secara riil harus dilihat dari PDRB yang didasarkan atas harga konstan dan harga yang digunakan adalah harga-harga di tahun Dengan harga konstan tahun 2000 tersebut PDRB Kota Cirebon tahun 2008 mencapai angka Rp. 5,823 trilyun sementara pada tahun 2007 mencapai angka Rp. 5,513 trilyun. Dengan membandingkan angka di kedua tahun tersebut terlihat bahwa PDRB atas dasar harga konstan tahun 2008 telah tumbuh sebesar 5,64 %. Angka LPE ini ternyata menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari LPE tahun sebelumnya yang mencapai 6,17 %. Penurunan angka LPE sebesar 0,53 poin dari LPE tahun sebelumnya ini terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan di sektor angkutan khususnya pada sub sektor angkutan laut. Selama tahun 2008 hampir semua sektor di Kota Cirebon mampu tumbuh positif kecuali sektor angkutan yang mengalami pertumbuhan negatif. Pada tahun 2006 sektor angkutan tumbuh 4,72% dan pada tahun 2007 tumbuh 3,02%, maka pada tahun 2008 sektor ini pertumbuhannya -5,13%. Hal ini disebabkan pada sub sektor angkutan laut mengalami penurunan jumlah barang yang dimuat dari pelabuhan Kota Cirebon. Pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon pada tahun 2008 ini banyak dipengaruhi oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa yang masing-masing mampu tumbuh sebesar 12,89% dan 11,63%. Secara umum kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi tiga sektor ekonomi, yaitu: 1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. 2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan baku, baik yang berasal dari sektor primer maupun sektor sekunder menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainya. Sektor Sekunder mencakup sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas, Air Bersih dan sektor Bangunan/Konstruksi. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 40

64 3. Sektor Tersier atau dikenal juga sebagai Sektor Jasa-jasa, yaitu sektorsektor yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa, yang termasuk sektor ini adalah sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintahan dan jasa-jasa. Tabel 2.36 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA CIREBON ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN (MILYAR RUPIAH) Lapangan Usaha *) 2008**) (1) (2) (3) (4) (5) I. Primer Pertanian Pertambangan II. Sekunder 2, , , , Industri 2, , , , Listrik Gas dan Air Bangunan III. Tersier 4, , , , Perdagangan 2, , , , Pengangkutan 1, , , , Lembaga Keuangan Jasa-jasa PDRB 6, , , , Kenaikan (%) Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara PDRB kelompok sektor primer (sektor Pertanian) atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp. 28,03 milyar di tahun 2007 menjadi Rp. 32,25 milyar di tahun 2008 atau meningkat sebesar 15,05%. Adapun kelompok sektor sekunder mengalami peningkatan sebesar 13,00% yaitu dari Rp ,47 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp ,69 milyar di tahun Demikian pula sektor tersier mengalami peningkatan dari Rp ,93 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp ,04 milyar tahun Kendati demikian peningkatanpeningkatan tersebut belum menunjukkan kinerja aktual dari kelompok sektor BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 41

65 bersangkutan, karena pada NTB atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi. Tabel 2.37 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA CIREBON ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, TAHUN (MILYAR RUPIAH) Lapangan Usaha *) 2008**) (1) (2) (3) (4) (5) I. Primer Pertanian Pertambangan II. Sekunder 2, , , , Industri 1, , , , Listrik Gas dan Air Bangunan III. Tersier 2, , , , Perdagangan 1, , , , Pengangkutan Lembaga Keuangan Jasa-jasa PDRB 4, , , , Kenaikan (%) Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Berdasarkan harga konstan 2000, sektor primer, sekunder dan tersier selama tahun 2008 menunjukkan kinerja yang meningkat dengan pertumbuhan yang positif. Sektor Primer (Sektor Pertanian) menunjukkan kinerja yang meningkat dari Rp. 17,78 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 18,55 milyar pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 4,29%. Sementara itu kelompok sektor sekunder pada tahun 2008 mampu menciptakan PDRB sebesar Rp ,77 milyar meningkat sebesar 4,29% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp ,05 milyar. PDRB kelompok sektor tersier yang merupakan sektor-sektor pendukung dari seluruh kegiatan ekonomi, pada tahun 2007 sebesar Rp ,04 milyar naik menjadi Rp ,22 milyar pada tahun 2008 atau tumbuh sebesar 6,64%, BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 42

66 kendati demikian terjadi perlambatan pada sektor pengangkutan dari Rp. 839,27 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp. 796,25 milyar pada tahun Struktur Ekonomi Sistem perekonomian di suatu wilayah dapat memberikan gambaran bagaimana struktur perekonomian di wilayah tersebut. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral PDRB. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. Semakin besar peranan suatu sektor dalam perekonomian, dapat dikatakan bahwa sektor tersebut sebagai engine growth atau mesin pertumbuhan ekonomi daerah. Struktur ekonomi Kota Cirebon pada tahun menurut kelompok sektor primer, sekunder, dan tersier. Dalam kurun waktu tersebut Nampak sekali bahwa kelompok sektor primer dan sekunder mengalami penurunan kontribusi yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan kinerja sektor pertanian dan industri yang semakin tertinggal perkembangannya dari sektor-sektor lainnya. Pada kelompok sektor primer kontribusinya yaitu dari 0,34% menjadi 0,30% dan dari kelompok sektor sekunder yaitu dari 38,82% menjadi 36,75%. Sementara itu kelompok sektor tersier terlihat semakin memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota Cirebon, kontribusinya meningkat dari 60,84% menjadi 62,95%. Kelompok sektor tersier ini sangat didukung oleh sektor perdagangan. Dari pengelompokkan tersebut tampak bahwa kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga belaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2008 mencapai Rp ,04 milyar, atau meningkat 19,36% dibandingkan tahun sebelumnya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 43

67 Tabel 2.38 PERANAN NTB ATAS DASAR HARGA BERLAKU SETIAP SEKTOR DALAM PEREKONOMIAN KOTA CIREBON TAHUN (PERSEN) Lapangan Usaha *) 2008**) I. Primer Pertanian Pertambangan II. Sekunder Industri Listrik Gas dan Air Bangunan III. Tersier Perdagangan Pengangkutan Lembaga Keuangan Jasa-jasa NTB Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Di Kota Cirebon peranan sektor primer merupakan sektor yang memberik konstribusi paling kecil dibandingkan sektor lainnya, dan mempunyai kecenderungan relatif stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 distribusi sektor primer atas dasar harga berlaku sebesar 0,30% mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2007 yang sebesar 0,31%. Kontribusi kelompok sektor primer yaitu sektor Pertanian hanya dilihat dari kegiatan on farm sehingga perlu dilihat kontribusi agribisnis hulu dan hilir (off farm) sehubungan dengan Kota Cirebon sebagai pusat koleksi dan distribusi termasuk di dalamnya produk-produk agribisnis hulu dan hilir, sedangkan untuk pengembangan on farm potensi sumber daya alamnya kecil. Hal ini dapat dilihat bahwa agribisnis pertanian (off farm) seperti industri makanan ternak dan jaring di Kota Cirebon merupakan usaha besar yang dominan dan merupakan penyumbang terbesar BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 44

68 bagi pembentukan PDRB Kota Cirebon dan sebagian besar produknya dipasarkan di luar Kota Cirebon. Sektor lainnya yang berkembang adalah sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan non migas, bangunan, listrik, gas dan air bersih. Kelompok sektor sekunder mengalami peningkatan sebesar 13.00% yaitu dari Rp milyar pada tahun 2007 menjadi Rp ,69 milyar di tahun Pertumbuhan sektor sekunder memang dipengaruhi juga oleh perkembangan sektor tersier yang menunjukkan bahwa berkembangnya perdagangan dan jasa membutuhkan dukungan prasarana dan sarana yang memadai seperti bangunan, fasilitas listrik, telepon, gas dan air bersih, serta utilitas lainnya. Kelompok sektor sekunder yang didukung oleh sektor industri, sektor listrik, gas dan air (LGA) serta sektor bangunan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Cirebon sejak tahun 2005 selalu mengalami penurunan. Penurunan kontribusi pada kelompok ini disebabkan karena menurunnya kontribusi sektor industri terhadap PDRB. Sedangkan besaran kontribusi masing-masing sektornya sebagai berikut : sektor industri sebesar 30,34%, sektor LGA sebesar 1,83% dan sektor bangunan sebesar 4,58%. Dilihat dari distribusi lapangan usaha yang menjadi komponen PDRB, Kota Cirebon selama ini masih mengandalkan pada sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya. Kelompok tersier masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kota Cirebon. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor tersier di tahun 2008 mencapai Rp ,04 milyar, atau meningkat 19,36% dibandingkan tahun sebelumnya. Kelompok sektor tersier selalu memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan kelompok sektor yang lainnya dan sejak tahun 2005 senantiasa mengalami peningkatan. Nilai kontribusi PDRB untuk sektor ini rata-rata diatas lima puluh persen per tahun dan pada tahun 2008 kelompok sektor tersier terlihat semakin memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Kota Cirebon, kontribusinya meningkat dari 61,46% pada tahun 2007 menjadi 62,95% pada tahun Kelompok sektor tersier ini sangat didukung oleh sektor perdagangan. Hal ini memang sesuai dengan karakteristik kota yang dipengaruhi oleh letak kota di BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 45

69 persimpangan jalur Jawa Barat dan Jawa Tengah, serta dukungan sarana dan prasarana kota yang memadai sehingga yang sektor-sektor usaha yang berkembang di Kota didominasi terutama oleh sektor perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto adalah salah satu indikator untuk melihat perkembangan ekonomi yang dicapai oleh suatu daerah. Indikator ini menunjukkan naik tidaknya produk yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi suatu daerah. Secara umum, pada tahun 2008 perekonomian Kota Cirebon mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,64%. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif semua sektor kecuali sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh negatif sebesar -5,13%. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang pertumbuhannya mencapai 12,89%. Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 11,63% dan 10,40%. Tabel 2.39 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (LPE) KOTA CIREBON ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 TAHUN (%) SEKTOR *) 2008**) 1. Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Apabila laju pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon dipakai sebagai dasar (base line), maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 46

70 Kelompok pertama adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-rata (5,64%). Kelompok kedua adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif walaupun masih di bawah LPE rata-rata. Kelompok ketiga adalah sektor yang mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan sektor yang termasuk pada kelompok pertama yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 2008 yaitu sebesar 12,89%. Pertumbuhan sektor yang termasuk pada kelompok kedua yaitu sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Kinerja sektor pertanian pada tahun 2008 relatif baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 4,29%. Penyumbang terbesar pertumbuhan di sektor ini adalah sub sektor perikanan yang mencapai 7,69%, karena letak Kota Cirebon di pinggir laut yang memiliki potensi perikanan laut. Sektor industri mengalami pertumbuhan sebesar 3,55%, untuk lapangan usaha industri Kota Cirebon yang didominasi oleh industri rokok, industri makanan ternak dan industri jaring masih menunjukkan pertumbuhan. Pertumbuhan PDRB sektor industri pada tahun 2008 sebesar 3,55% lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada tahun 2007 yaitu sebesar 3,45%. Kelompok ketiga adalah sektor pengangkutan dan komunikasi dengan angka pertumbuhan sebesar -5,13%. Hal ini disebabkan karena kinerja pelabuhan di Kota Cirebon yang melayani angkutan bongkar muat barang dari dan keluar Cirebon menurun. Menurunnya jumlah barang yang dimuat dari pelabuhan Kota Cirebon menyebabkan petumbuhan di usaha angkutan laut mencapai -40,37%. Adapun kegiatan usaha yang dilakukan pelabuhan Cirebon meliputi angkutan batubara, angkutan kayu, angkutan semen, angkutan pupuk dan bahan-bahan baku industri. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Indikator yang sering dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 47

71 Dengan mengasumsikan bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar sama dengan pendapatan dan transfer yang mengalir masuk, maka nilai pendapatan regional dianggap sama besar dengan nilai PDRB. Asumsi ini digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan keluar. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Jumlah penduduk yang dipakai dalam estimasi pendapatan per kapita adalah proyeksi penduduk yang didasarkan pada data hasil sensus penduduk tahun Perhitungan proyeksi penduduk menggunakan laju pertumbuhan penduduk pertengahan tahun. Meskipun pendapatan per kapita dihitung dengan menggunakan komponen PDRB tetapi bukan berarti bahwa PDRB dinikmati oleh seluruh penduduk suatu wilayah, karena PDRB merupakan nilai tambah dari suatu proses kegiatan baik produksi maupun jasa. Sehingga PDRB lebih menggambarkan produk yang dihasilkan oleh suatu wilayah tertentu. Dengan demikian pendapatan per kapita yang sebenarnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan PDRB per kapita hasil perhitungan ini. Tahun Tabel 2.40 PDRB PER KAPITA KOTA CIREBON DAN LAJU PERTUMBUHANNYA ADH Berlaku (Rupiah) TAHUN Pertumbuhan (%) ADH Konstan 2000 Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) (4) (5) ,363, ,237, ,951, ,052, *) 31,535, ,001, **) 36,303, ,762, Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel di atas memperlihatkan bahwa PDRB per kapita Kota Cirebon terus mengalami peningkatan yang cukup tinggi selama periode Pada tahun 2005, PDRB per kapita atas harga berlaku di Kota Cirebon mencapai Rp , Rp pada tahun 2006, Rp pada tahun 2007 dan Rp pada tahun 2008 dengan pertumbuhan mencapai 15,12% pada tahun Kendati demikian peningkatan peningkatan PDRB per kapita di atas masih belum menggambarkan secara riil kenaikan daya beli masyarakat Kota Cirebon secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 48

72 kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB per kapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa PDRB per kapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp dan Rp pada tahun Dari dua kondisi tersebut memberi gambaran bahwa secara riil daya beli masyarakat tumbuh sebesar 4,01% pada tahun Walaupun PDRB per kapita di Kota Cirebon relatif tinggi sebenarnya angka tersebut bukan merupakan cerminan rata-rata pendapatan absolut yang diterima oleh penduduk. Karena komponen PDRB yang dimaksud terdiri dari surplus usaha, pembentukan modal, penyusutan dan upah gaji, sehingga tidak semua komponen PDRB tersebut dinikmati oleh penduduk. Faktor lain yang juga menyebabkan PDRB per kapita Kota Cirebon cukup besar adalah jumlah penduduk Kota Cirebon relatif sedikit sehingga bisa dimengerti mengingat Kota Cirebon mempunyai karakteristik seperti kota metropolitan yaitu jumlah penduduk struktural lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk secara fungsional. Tenaga Kerja Peningkatan kesempatan kerja akan mengakibatkan peningkatan kualitas penduduk, karena aspek ketenagakerjaan memiliki dimensi ekonomi dan sosial bagi kehidupan manusia. Dalam dimensi ekonomi, kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara untuk dimensi sosial, pekerjaan seseorang berkaitan dengan status atau pengakuan masyarakat terhadap kemampuan individu. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 49

73 Tabel 2.41 BANYAKNYA PENCARI KERJA YANG TERDAFTAR, PENCARI KERJA YANG TERPENUHI DAN PENGHAPUSAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN Tingkat Pendidikan Terdaftar Terpenuhi Penghapusan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. SD SLTP SMU/Sederajat Diploma I dan II Diploma III Sarjana Pasca Sarjana Jumlah ,694 2, ,057 2, ,326 15,800 1,528 1,707 16,401 14, ,436 2, ,368 3, ,375 2, ,982 3, ,551 3, ,150 4, ,572 4, ,088 1, ,349 2, ,345 1, ,713 1, ,977 1,127 Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Cirebon Untuk mengetahui perkembangan ketenagakerjaan dan tingkat pengangguran di Kota Cirebon maka diukur melalui jumlah angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang bekerja dan mencari pekerjaan. Tabel 2.42 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA UTAMA TAHUN Lapangan Pekerjaan Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Pertanian 2,136 3,467 4,608 6,206 2,340 5,652 1,395 2, Industri Pengolahan 9,342 9,834 10,080 8,346 9,477 6,594 7,595 7, Perdagangan, Hotel & Restoran 41,263 38,068 44,640 44,084 41,418 48,984 46,190 58, Jasa-jasa 21,793 26,027 23,040 25,894 26,091 31,086 31,155 27, Lainnya 26,533 25,489 23,616 22,256 23,751 24,178 27,435 32,343 Jumlah 101, , , , , , , ,514 Sumber : BPS BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 50

74 Lapangan usaha utama di Kota Cirebon yang menyerap tenaga kerja paling banyak tahun 2008 adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu 41% dan yang paling sedikit menyerap tenaga kerja adalah Sektor Pertanian (on farm) yaitu sebanyak 1%. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Cirebon Realisasi penerimaan Pemerintah Kota Cirebon dari tahun ke tahun terus meningkat, dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Pada tahun anggaran 2004 penerimaan mencapai 260,1 miliar rupiah, sementara itu pada tahun anggaran 2009 meningkat menjadi 637,2 miliar rupiah. Grafik 2.8 REALISASI PENERIMAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,259,937, ,186,378, ,413,293, ,653,117, ,000,000, ,088,521, ,692,158,000 Realisasi Penerimaan Daerah 200,000,000, ,000,000, Pada tahun 2009, pos penerimaan terbesar masih diperoleh dari bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 474,3 miliar rupiah atau sekitar 74,4 persen dari seluruh penerimaan daerah, penerimaan terbesar kedua berasal dari Bagian Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 77,3 miliar rupiah atau sebesar 12,1 persen dari seluruh penerimaan daerah. Besarnya Dana Perimbangan ini, terutama merupakan kontribusi dari dana alokasi umum (DAU) kepada pemerintah daerah Kota Cirebon yang pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 365,5 miliar rupiah atau sebesar 57,3 persen dari total penerimaan. Realisasi penerimaan daerah tahun anggaran dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 51

75 Jenis Penerimaan Tabel 2.43 REALISASI PENERIMAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN (.000 Rp) Tahun Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pendapatan Asli Daerah 34,400,560 43,137,624 56,060,827 57,002,328 67,692,578 77,318, Pajak Daerah 9,945,851 11,869,339 13,456,234 15,418,406 17,234,097 19,594, Retribusi Daerah 6,262,372 6,835,486 6,750,458 7,223,077 7,183,910 9,406, Bagian Laba BUMD & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,479,078 2,286,706 2,312,559 2,471,593 2,505,393 2,175, Penerimaan Lain-Lain 16,713,259 22,146,093 33,541,576 31,889,252 40,769,178 46,142,577 2 Dana Perimbangan 214,071, ,148, ,592, ,267, ,898, ,292, Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 35,333,969 37,602,170 44,449,945 46,590,141 60,637,365 74,933, Dana Alokasi Umum 149,752, ,039, ,312, ,470, ,669, ,486, Dana Alokasi Khusus 5,530,000 7,210,000 17,830,000 29,207,000 35,592,000 33,873, Bagi Hasil Pajak & Bantuan Keuangan Dari Propinsi 23,454,979 31,297,364 40,999,353 3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pinjaman Daerah 11,616,770 7,406,000 67,143,824 50,595,308 85,648,619 Jumlah Penerimaan 260,088, ,692, ,653, ,413, ,186, ,259,937 Kenaikan (%) ,78 Dari tabel di atas, tampak bahwa Pendapatan Daerah Kota Cirebon selama kurun waktu lima tahun, mulai tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti dengan rata-rata pertumbuhan 20,85% per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi tahun 2006 yaitu sebesar 55,23% dengan total Pendapatan Daerah sebesar Rp ,- hal ini terjadi karena pada tahun tersebut penerimaan dari Dana Perimbangan sangat dominan atau mencapai besaran Rp ,- (86,6% dari total Pendapatan Daerah) dibandingkan pada tahun sebelumnya. Pada tahun anggaran 2009 ini untuk realisasi belanja tidak langsung dan belanja langsung, tercatat belanja tidak langsung sebesar 362,6 miliar rupiah dan belanja langsung sebesar 258 miliar rupiah. Dari sejumlah belanja tidak langsung, yang menggunakan keuangan terbesar adalah untuk pos belanja pegawai yaitu sebesar 292,2 miliar rupiah. Sementara itu untuk belanja langsung pos terbesar adalah untuk belanja barang dan jasa yaitu sebesar 129,7 miliar. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 52

76 Realisasi belanja langsung dan tidak langsung untuk tahun anggaran dapat dilihat pada tabel-tabel berikut. Tabel 2.44 REALISASI BELANJA APARATUR TAHUN ANGGARAN (.000 Rp) Jenis Belanja Aparatur Daerah Tahun Anggaran (1) (2) (3) (4) 1 Belanja Administrasi Umum 56,119,209 38,790,586 50,792, Belanja Pegawai 35,889,913 17,394,573 25,450, Belanja Barang dan Jasa 16,732,879 18,176,408 18,574, Belanja Perjalanan Dinas 1,761,190 1,327,475 3,740, Belanja Pemeliharaan 1,735,227 1,892,130 3,027,332 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3,979,894 5,841,519 18,347, Belanja Pegawai/Personalia 1,575,635 1,864,217 4,714, Belanja Barang dan Jasa 2,239,301 3,684,652 12,599, Biaya Perjalanan Dinas 161, , , Biaya Pemeliharaan 3,623 15,200 41,000 3 Belanja Modal 4,388,747 4,567,682 12,598,806 Jumlah 64,487,850 49,199,787 81,739,535 Kenaikan (%) Tabel 2.45 REALISASI BELANJA PELAYANAN PUBLIK TAHUN ANGGARAN (.000 Rp) Jenis Belanja Pelayanan Publik Tahun Anggaran (1) (2) (3) (4) 1 Belanja Administrasi Umum 116,257, ,286, ,238, Belanja Pegawai 87,605, ,153, ,476, Belanja Barang dan Jasa 22,886,594 28,400,106 34,082, Belanja Perjalanan Dinas 1,366, , , Belanja Pemeliharaan 4,399,530 3,986,885 5,716,352 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 22,151,351 19,049,585 56,286, Belanja Pegawai/Personalia 3,754,078 3,177,060 7,671, Belanja Barang dan Jasa 16,019,213 15,104,064 45,299, Biaya Perjalanan Dinas 951, , , Biaya Pemeliharaan 1,426, ,456 2,752,805 3 Belanja Modal 28,765,625 26,984,274 65,197,215 Jumlah 167,174, ,320, ,722,635 Kenaikan (%) BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 53

77 Tabel 2.46 REALISASI BELANJA APARATUR TAHUN ANGGARAN (.000 Rp) Jenis Belanja Daerah (1) (3) (4) (5) 1 Belanja Tidak Langsung 244,727, ,690, ,613, Belanja Pegawai 189,442, ,178, ,174, Belanja Hibah 0 7,043,275 36,774, Belanja Bantuan Sosial 24,117,440 25,347,478 23,483, Belanja Bantuan Keuangan 31,167,415 14,121,570 10,181,223 2 Belanja Langsung 243,310, ,197, ,012, Belanja Pegawai 34,788,573 30,343,592 36,243, Belanja Barang dan Jasa 118,772, ,178, ,746, Biaya Modal 89,749,744 94,674,902 92,022,318 Jumlah 488,037, ,887, ,625,958 Kenaikan (%) VISI DAN MISI KOTA Visi Kota Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cirebon No 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun , Kota Cirebon memiliki visi yaitu Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia menuju Kota Cirebon yang Sejahtera di Tahun 2013 Secara Berkelanjutan. Visi tersebut memiliki makna: 1. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia memiliki makna bahwa dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat kota Cirebon dilakukan melalui upaya peningkatan komponen-komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan fokus utama indeks daya beli, indeks pendidikan dan indeks kesehatan. 2. Sejahtera memiliki makna bahwa kesejahteraan masyarakat yang harus menjadi landasan sekaligus tujuan utama dari pelaksanaan pembangunan di Kota Cirebon. Hal ini bermakna bahwa setiap kegiatan dan produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pembangunan harus bisa menciptakan masyarakat kota Cirebon sejahtera, yaitu suatu masyarakat yang secara materiil terpenuhi melalui pertumbuhan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 54

78 (ekonomi) yang terus meningkat yang diikuti peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan, rasa aman masyarakat, dan diimbangi pemerataaan, pendapatan, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. 3. Berkelanjutan memiliki makna bahwa kegiatan pembangunan dilaksanakan secara terus menerus dengan memperhatikan pembangunan periode sebelumnya Misi Kota Berdasarkan visi tersebut, maka misi Kota Cirebon adalah: 1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dengan tujuan yang akan dicapai, yaitu : a. Meningkatkan daya beli masyarakat, dengan sasaran antara lain : Meningkatnya kerjasama pengusaha sektor informal dan pengusaha menengah. Diharapkan dengan sasaran ini tercipta beberapa MoU/kerjasama antara pengusaha menengah dengan sektor informal guna mengurangi dampak negatif keberadaan sektor informal. Dengan upaya ini diharapkan sektor informal bisa lebih maju dan lambat laun beralih menjadi sektor formal. Meningkatnya modal koperasi dan pengusaha UKM. Diharapkan terjadi peningkatan modal koperasi dan UKM sebesar 3 % per tahunnya. Meningkatnya jumlah kelompok usaha meliputi KUBE, UED-SP dan kelompok usaha perempuan. Peningkatan jumlah kelompok usaha ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja alternatif sehingga dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat. b. Meningkatkan kualitas tenaga kerja, dengan sasaran antara lain : Meningkatnya jumlah tenaga kerja terampil, dengan indikator sasaran berupa meningkatnya jumlah peserta pelatihan yang bisa mandiri sebesar 30%, meningkatnya jumlah pencari kerja yang dapat ditempatkan sebesar 15%, dan terselesaikannya kasus-kasus ketenagakerjaan sebesar 70% dari kasus yang ada. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 55

79 c. Mewujudkan pengentasan kemiskinan di masyarakat, dengan sasaran menurunnya keluarga miskin. Diharapkan pada akhir tahun 2013 persentase keluarga miskin berkurang hingga menjadi 20% dari KK Kota. d. Meningkatkan kualitas pendidikan dan memperkecil anak putus sekolah, dengan sasaran antara lain : Mewujudkan masayarakat Kota Cirebon yang bebas buta huruf, diharapkan masyarakat Kota Cirebon sudah bebas buta huruf pada tahun Meningkatnya angka partisipasi sekolah dengan indikator sasaran menurunnya angka putus sekolah. Diharapkan pada akhir tahun 2013 sudah tidak ada lagi anak putus sekolah tingkat SD hingga SLTA (0%), dan rata-rata lama sekolah telah mencapai angka 12 tahun. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan indikator sasaran meningkatnya rasio ruang kelas yang layak pakai untuk tingkat SD hingga 100%, SLTP 98%, dan SLTA 87%. Meningkatnya minat baca dengan indikator sasaran meningkatnya jumlah keanggotaan perpustakaan daerah sebesar 2% per tahun. e. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan sasaran antara lain : Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar. Meningkatnya pelayanan kesehatan lanjutan. Terkendalinya pertumbuhan penduduk. f. Meningkatkan profesionalisme pelayanan rehabilitasi dan bantuan sosial, dengan sasaran : Menurunnya jumlah penyandang masalah-masalah sosial sebesar 9% per tahun. 2. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kota dan pelestarian keseimbangan lingkungan, dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 56

80 a. Mewujudkan pembangunan di wilayah Harjamukti dengan sasaran : Terealisasinya perbaikan infrastruktur di wilayah Harjamukti dengan indikator sasaran antara lain meningkatnya panjang jalan kota di wilayah tersebut sepanjang 12,858 km, jembatan sepanjang 1,07 km, jalan perbatasan yang dibuka sepanjang 2,06 km, dan terpenuhinya cakupan pelayanan air bersih sebesar 95%. Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan yang memadai. b. Mewujudkan tata ruang kota yang selaras serasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan, dengan indikator sasaran : Meningkatnya penataan ruang terbuka hijau untuk menjamin kualitas lingkungan yang asri dengan indikator sasaran adalah terpenuhinya cakupan ruang terbuka hijau terhadap luas kota sebesar 10%, mempertahankan kualitas air, tanah, dan udara di bawah ambang batas pencemaran, memelihara tamantaman kota sebanyak 3 titik per tahun, dan tercapainya nilai minimal adipura sebesar 68%. 3. Meningkatkan profesionalisme aparatur dan revitalisasi kelembagaan pemerintah kota yang efektif dan efisien menuju pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Adapun tujuan yang hendak dicapai yaitu antara lain : a. Meningkatkan kualitas kinerja pelayanan aparatur, dengan sasaran antara lain : Meningkatkan kualitas perencanaan dengan indikator meningkatnya kesesuaian APBD dengan dokumen rencana kerja pemerintah sebesar 93%. Meningkatnya pengawasan pelaksanaan pembangunan dengan indikator tertanganinya seluruh kasus-kasus aduan masyarakat terhadap kinerja aparatur, dan kesesuaian dokumen pelaksanaan dengan dokumen pelaksanaan anggaran dan aturan lainnya yang berlaku. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 57

81 Terciptanya tertib administrasi di segala bidang dengan indikator sasaran terpenuhinya standar administrasi keuangan dan barang, penilaian BPK dengan predikat wajar tanpa pengecualian, dan terkelolanya administrasi kearsipan sesuai standar di seluruh SKPD. Terpenuhinya standar minimal kompetensi aparatur dan SKPD dengan indikator sasaran berupa terpenuhinya standar minimal untuk jabatan struktural dan jabatan fungsional, serta meningkatnya jumlah SKPD yang memiliki SPM sebanyak 14 SKPD. Terinformasikannya hasil-hasil pembangunan kota cirebon melalui media cetak, media elektronik, website, dan kelompok masyarakat. Terwujudnya pelayanan perijinan satu pintu dengan indikator sasaran tersedianya unit pelayanan terpadu satu pintu dengan jumlah pelayanan perijinan sebanyak 50 jenis. Terwujudnya penyederhanaan perijinan yang berbelit-belit, cepat, dan murah dengan indikator sasaran berupa terbentuknya layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik, terpenuhinya lama pelayanan perijinan (ijin tepat waktu) sesuai dengan peraturan, dan penerapan insentif dan disinsentif investasi. Tersedianya pelayanan administrasi kependudukan yang cepat, tepat, dan murah dengan indikator sasaran penyelesaian setiap pemohon administrasi kependudukan tepat waktu. Tersedianya pelayanan penanganan bencana kebakaran dengan indikator sasaran tertanganinya seluruh kasus kebakaran di Kota Cirebon. Meningkatnya hubungan eksekutif, legislatif, dan masyarakat dengan indikator sasaran meningkatnya jumlah frekuensi rapat, temu kerja, open house, dan sosialisasi pembangunan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 58

82 4. Meningkatkan keamanan dan ketertiban umum, yaitu dengan tujuan : a. Meningkatkan ketertiban umum dengan sasaran : Menurunnya tindak pindana kejahatan sehingga masyarakat merasa aman dan tenteram, dengan indikator menurunnya laju tingkat kejadian dalam kasus-kasus penyakit masyarakat (pekat) sebanyak 25% per tahun. Tertatanya pedagang kaki lima. Terciptanya iklim investasi yang kondusif dengan indikator sasaran berupa penurunan jumlah pelanggaran perda sebanyak 5 kasus per tahun, bebasnya lampu merah dari kegiatan gelandangan dan pengemis, serta peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan. 5. Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelayanan sarana dan prasarana ekonomi, serta produktifitas ekonomi yang berdaya saing tinggi, yaitu dengan tujuan yang ingin dicapai, antara lain : a. Menciptakan laju pertumbuhan ekonomi dengan sasaran : Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6%. Meningkatnya nilai pemasaran hasil-hasil industri baik industri kecil maupun industri rumah tangga. Terciptanya peningkatan pendapatan asli daerah sebesar 3%. b. Menciptakan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana bagi masyarakat dengan sasaran : Meningkatnya kualitas jalan kota dalam kondisi baik menjadi sebesar 95%. Meningkatnya pelayanan kesehatan lingkungan dengan indikator menurunnya penyakit berbasis lingkungan sebesar 10% per tahun, meningkatnya volume sampah yang diangkut, dan meningkatnya penanganan titik genangan banjir. Terciptanya tertib berlalu lintas dengan indikator sasaran berupa menurunnya jumlah kecelakaan lalulintas dan jumlah daerah rawan kemacetan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 59

83 6. Melestarikan dan mengembangkan budaya dan pariwisata yang bertumpu pada nilai-nilai dan budaya cirebonan, dengan tujuan yang hendak dicapai : a. Melestarikan dan mengembangkan budaya khas Cirebon dengan sasaran meningkatnya pelestarian budaya melalui kepariwisataan khas Cirebon dengan indikator sasaran meningkatnya persentase benda cagar budaya, meningkatnya persentase sanggar seni yang aktif, dan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. 7. Meningkatkan kemitraan dan optimalisasi kerjasama pemerintah dengan lembaga lainnya, dengan tujuan : a. Meningkatkan jumlah investasi antara pemerintah dan swasta serta lembaga pemerintah dan pemerintah daerah dengan sasaran: Meningkatnya kerjasama investasi antar daerah dengan indikator berupa meningkatnya nilai investasi sebanyak 12%, dan adanya pedoman pelaksanaan kerjasama antar daerah. 8. Peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga di tingkat yang paling bawah, dengan tujuan : a. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat dan lembaga lainnya, dengan sasaran : Meningkatnya fasilitasi kerjasama Pemda dengan Pemda lainnya lembaga non pemerintah dan pemberdayaan gender. Adapun indikator sasaran berupa : - Meningkatnya nilai stimulan dana yang berasal dari partisipasi masyarakat sebesar 5% per tahun. - Adanya pedoman pelaksanaan kerjasama dengan pihak ketiga sebanyak 6 dokumen. - Meningkatnya indeks pemberdayaan gender sebanyak 51%. - Menurunnya kekerasan terhadap perempuan dan anak (KDRT) menjadi sebanyak 61 kasus. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 60

84 2.9 INSTITUSI DAN ORGANISASI PEMDA Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Walikota Cirebon telah mengesahkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang kelembagaan di lingkungan pemerintah Kota Cirebon, yaitu : 1. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2008 tentang Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada Pemerintah Kota Cirebon (Lembaran Daerah Kota Cirebon Tahun 2008 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kota Cirebon Nomor 20 Seri D) 2. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Dinas-dinas Daerah pada Pemerintah Kota Cirebon (Lembaran Daerah Kota Cirebon Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Cirebon Nomor 21 Seri D) 3. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja dan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu pada Pemerintah Kota Cirebon (Lembaran Daerah Kota Cirebon Tahun 2008 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Cirebon Nomor 22 Seri D) 4. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kecamatan dan Kelurahan pada Pemerintah Kota Cirebon (Lembaran Daerah Kota Cirebon Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kota Cirebon Nomor 23 Seri D) BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 61

85 Gambar 2.6 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA WAKIL WALIKOTA Sekretaris Daerah Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Asisten Perekonomian dan Pembangunan Asisten Administrasi Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Energi dan Sumberdaya Mineral Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Dinas Kesehatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kantor Lingkungan Hidup SKPD-SKPD BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 62

86 Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kota Cirebon yang terkait dengan sanitasi adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumberdaya Mineral; Dinas Kesehatan; Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah; Dinas Kebersihan dan Pertamanan; dan Kantor Lingkungan Hidup di luar perangkat daerah adalah Perusahaan Air Minum Daerah. Sedangkan stakeholders pendukung yang tergabung dalam Pokja Sanitasi adalah HAKLI dan YLBH. Lembaga di tingkat masyarakat antara lain Badan Keswadayaan Masyarakat di tingkat kelurahan dengan tugas menyusun rencana program dan pengawasan, KSM sebagai pengelola dan pelaksana, UPK, UPL, UPS. Kelembagaan di tingkat Kota adalah Forum BKM, KBP, Satker PIP (Pembangunan Infrastruktur Perumahan), dan TKPK. Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing SKPD terkait sanitasi adalah sebagai berikut : Tabel 2.47 PERAN DAN FUNGSI SKPD TERKAIT SANITASI NO SKPD PERAN FUNGSI 1 BAPPEDA c.q Bidang Fisik Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, Regulator dan mengawasi dan merencanakan Lingkungan kegiatan operasional urusan c.q Sub Bidang perencanaan pengembangan kawasan Perencana perkotaan, lingkungan hidup dan Pengembangan pertanahan, meliputi perumusan Kawasan kebijakan pelaksanaan perencanaan Perkotaan, dan pengendalian pembangunan, Lingkungan bimbingan, konsultasi, koordinasi Hidup dan perencanaan dan pengendalian Pertanahan pembangunan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan bidang pengembangan kawasan perkotaan, lingkungan hidup dan pertanahan 2 DPPKD Perumusan kebijakan teknis bidang Regulator pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 63

87 NO SKPD PERAN FUNGSI Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup bidang pendapatan dan pengelolaan daerah 3 DPU-PESDM c.q Bidang Cipta Karya c.q Seksi Tata Lingkungan 4 DKP c.q Bidang Kebersihan c.q 1. Seksi Kebersihan Jalan dan Saluran 2. Seksi Angkutan Persampahan 3. Seksi Retribusi Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan pengaturan, pembinaan, pembangunan, pengawasan perkotaan, air limbah, drainase (sistem jaringan tersier) dan pemukiman 1. Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan kebersihan jalan dan saluran dari jenis sampah, meliputi kebersihan jalan, saluran terbuka non sungai dengan lebar saluran < 2 meter dan lapangan terbuka milik Pemerintah Kota 2. Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan penyelenggaraan angkutan persampahan 3. Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan penetapan penagihan, penyuluhan dan pengaduan retribusi persampahan Regulator Operator Regulator Operator c.q Bidang Sarana dan Prasarana Persampahan c.q 1. Seksi Sarana Prasarana Angkutan 2. Seksi Tempat Pembuangan Sampah Sementara 1. Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan pemeliharaan sarana dan prasarana angkutan 2. Memberi petunjuk, membagi tugas, membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan penyediaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah sementara BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 64

88 NO SKPD PERAN FUNGSI c.q UPTD Memberi petunjuk, membagi tugas, Tempat membimbing, memeriksa, mengoreksi, Pemrosesan mengawasi, merencanakan dan Akhir melaksanakan kegiatan teknis operasional urusan pengelolaan tempat 5 BPMPPKB c.q Bidang Penguatan Kelembagaan c.q Sub Bidang Pengembangan Partisipasi Masyarakat 6 DINKES c.q Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan c.q Seksi Wabah, Bencana dan Kesehatan Lingkungan 7 KLH c.q Seksi Analisa mengenai Dampak Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas pemrosesan akhir Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugas bidang pemberdayaan masyarakat dan kelurahan, bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugas bidang pemberdayaan masyarakat dan kelurahan, bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas bidang pemberdayaan masyarakat dan kelurahan, bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera Membimbing, memeriksa, mengoreksi, mengawasi dan merencanakan kegiatan operasional urusan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah serta penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan, penyehatan lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugas bidang lingkungan hidup Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugas bidang lingkungan hidup Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas bidang lingkungan hidup Regulator Regulator Regulator BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 65

89 NO SKPD PERAN FUNGSI c.q Peningkatan Kapasitas dan Seksi Pengawasan dan Pengendalian 2.10 TATA RUANG WILAYAH Pemanfaatan Tanah Kota Cirebon terbagi habis dalam 2 (dua) peruntukan, yaitu ; kawasan /lahan terbangun dan kawasan/lahan kosong. Kawasan/lahan terbangun pada prinsipnya terbagi habis untuk jenis penggunaan lahan seperti; perumahan/permukiman, perkantoran/pemerintahah, perdagangan/jasa, industri, perbengkelan/ pergudangan, permakaman, ruang terbuka hijau (taman) dan lain-lain (prasarana jalan, drainase). Sedangkan kawasan/lahan non terbangun pada umumnya masih berupa lahan-lahan kosong (sawah, ladang, kebun, tanah kosong tanpa pemanfaatan khusus). Berdasarkan identifikasi penggunaan lahan tahun 2009, luas Kota Cirebon sekitar 3.913,20 Ha yang terdiri dari penggunaan lahan terbangun seluas 2.240,24 Ha atau sekitar 57,25 % dan lahan tidak terbangun sekitar 1.750,48 atau sekitar 42,75 %. Berdasarkan hasil identifikasi dapat diperoleh gambaran bahwa perbandingan lahan terbangun dengan tidak terbangun hampir berimbang. Daerah Terbangun di Kota Cirebon didominasi oleh penggunaan lahan permukiman seluas 1.298,91 Ha atau 33,19 %, selanjutnya perumahan seluas 419,23 Ha atau sekitar 10,71 %, perdagangan dan jasa seluas 123,66 Ha atau 3.16 %, pendidikan seluas 81,68 Ha atau 2,09 %, perkantoran seluas 49,06 Ha atau sekitar 1,25 %, pelabuhan seluas 77,52 Ha atau 1,98 %, keraton seluas 40,81 Ha atau 1,04 %, selain itu terdapat penggunaan lahan lainnya seperti rumah sakit, mall, kawasan militer, bandara, dan lain-lain. Selain lahan terbangun, di Kota Cirebon lahannya juga termanfaatkan untuk lahan tidak terbangun dengan luas 1.750,48 Ha atau sekitar 42,75 %. Terbagi menjadi pemanfaatan kebun seluas 372,35 Ha atau 9,52 %, Kolam seluas 17,40 Ha atau sekitar 0,44 %, mangrove seluas 3,17 Ha atau 0,08 %, sawah seluas BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 66

90 438,97 Ha atau 11,22 %, semak seluas 178,35 Ha atau 4,56 %, TPU seluas 62,93 Ha atau 1,61 %, dan tanah kosong seluas 397,79 Ha atau sekitar 10,17 %. Untuk lebih jelasnya lihat Tabel dan Peta di bawah. Tabel 2.48 PENGGUNAAN LAHAN KOTA CIREBON TAHUN 2009 NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (HA) LUAS DALAM % TERBANGUN (HA) TIDAK TERBANGUN (HA) 1 Penggunaan Lain Kawasan Bandara Kawasan Industri Kawasan Kraton Fasilitas Kesehatan Fasilitas Olah Raga Kawasan Pelabuhan Fasilitas Pendidikan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Ruang Terbuka Hijau/RTH Fasilitas Perkantoran Kawasan Permukiman Kawasan Perumahan Kawasan Pertanian (Sawah/Kebun) Kawasan Stasiun Kereta Api Pemakaman/TPU Kolam/Tambak Kawasan Terminal Total Sumber : Hasil Identifikasi Lapangan, Tahun BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 67

91 Gambar 2.7 PENGGUNAAN LAHAN KOTA CIREBON HASIL SURVEY 2009 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 68

92 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Cirebon Kota Cirebon dalam penataan ruang nasional yaitu berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN adalah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang merupakan salah satu pengembangan kawasan metropolitan, serta merupakan bagian dari kawasan andalan yaitu Ciayumajakuning (Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan) dengan sektor unggulan pertanian, industri, perikanan, dan pertambangan. Dalam mendukung terwujudnya konsep kawasan andalan dan peningkatan fungsi dan peran Kota Cirebon seperti tersebut di atas, maka diperlukan rencana konsep struktur ruang pengembangan wilayah perencanaan (Kota Cirebon) yang terpadu dan terencana. Kajian yang dilakukan dalam menetapkan rencana konsep pengembangan tersebut dengan mempertimbangkan: 1. Fungsi yang diemban Kota Cirebon. 2. Potensi dan kendala fisik dalam mendukung peluang pengembangan jenis kegiatan. 3. Pola Penggunaan Lahan eksisting di Kota Cirebon. 4. Keterkaitan fungsional antar jenis kegiatan yang akan dikembangkan di Kota Cirebon. Tujuan dari penetapan hirarki dalam konsep struktur ruang wilayah kota adalah untuk menciptakan keseimbangan, kelestarian dan mendayagunakan pengembangan kota, antara lain sebagai berikut : Keseimbangan, dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan pada wilayah perkotaan secara optimal dengan mewujudkan intensitas penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi lingkungan, terutama fisik wilayah. Kelestarian, dimaksudkan untuk menciptakan wilayah perkotaan agar mampu berkembang secara optimal dengan mewujudkan kegiatan di setiap lingkungan sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak menimbulkan kerusakan baik fisik maupun non fisik. Daya guna dan hasil guna, dimaksudkan untuk menciptakan sistem pelayanan yang optimal dengan mewujudkan adanya jenjang fungsi pelayanan pada wilayah sesuai dengan skala pelayanan. Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka tercermin bahwa konsep struktur ruang kota adalah kawasan yang mempunyai karakteristik tersendiri berdasarkan fungsi dan pelayanan yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 69

93 Cirebon. Oleh karena itu maksud penentuan wilayah pengembangan adalah dengan mendeliniasi setiap wilayah dalam beberapa bagian yang mempunyai karakteristik sebagai suatu kesatuan fungsi. Rencana struktur tata ruang meliputi ; rencana pengembangan sistem BWK dan rencana pengembangan prasarana dan sarana. A. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan Pengembangan pusat kegiatan maupun pelayanan di Kota Cirebon untuk 20 tahun ke depan diperlukan beberapa pusat kegiatan baik skala nasional, regional, maupun lokal. Hal ini untuk perlu direncanakan untuk pengembangan Kota Cirebon yang lebih terarah, yaitu: Pusat Pelayanan Umum I, berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional di mana arah pergerakan berorientasi di kawasan ini yang terletak di Kecamatan Pekalipan. Pusat Pelayanan Umum II, berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang melayani di daerah tersebut dan sekitarnya. Pusat Pelayanan Umum II ini terdapat 2 (dua) lokasi yaitu di Kelurahan Larangan dan Kelurahan Kecapi di Kecamatan Harjamukti, serta di Kelurahan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi. Pusat Pemerintahan, kegiatan pemerintahan Kota Cirebon terpusat di kawasan Kejaksan bagian Barat. B. Rencana Pengembangan Sistem BWK Rencana pengembangan Sistem BWK pada prinsipnya merupakan upaya untuk meningkatkan peran dan fungsi setiap BWK / Sub BWK dalam mendukung pengembangan kota secara keseluruhan. Peningkatan peran dan fungsi BWK tersebut dilakukan dengan menetapkan elemen utama dan elemen penunjang di setiap BWK. Elemen utama adalah jenis kegiatan yang secara dominan mewarnai kinerja pengembangan BWK. Dominasi ini dapat diukur dari luas area, skala pelayanan, maupun dampak tata ruang yang ditimbulkan. Sedangkan Elemen penunjang adalah elemen yang diharapkan dapat mendukung bekerjanya elemen utama dan atau keberadaannya sudah ada sejak dulu sehingga harus dipertahankan, meskipun tidak secara langsung mendukung elemen utama. Secara lebih rinci gambaran mengenai penetapan elemen utama dan penunjang dalam setiap BWK dapat dilihat pada tabel di bawah ini. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 70

94 No. BWK / LUAS FUNGSI 1 BWK I Luas =346 ha Zone Pesisir Kelautan Tabel 2.49 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM BWK dan ELEMEN UTAMA Pelabuhan Perikanan PENUNJANG Perumahan Pemerintahan Perdagangan / Jasa Pariwisata Industri / Pergudangan Fasilitas Sosial / Umum Ruang Terbuka Hijau 2 BWK II Luas = ha Zone Perdagangan dan Jasa Perdagangan Jasa Perumahan Pemerintahan Pariwisata Industri / Pergudangan Fasilitas Sosial / Umum Ruang Terbuka Hijau 3 BWK III Luas = ha Zone Permukiman Perumahan Pemerintahan Perdagangan / Jasa Pariwisata Industri / Pergudangan Fasilitas Sosial / Umum Ruang Terbuka Hijau 4 BWK IV Luas = 405 ha Zone Pertanian Campuran Pertanian Campuran Kota Cirebon Luas = ha Sumber: Hasil Analisis RTRW Kota Cirebon (masih dalam proses legalisasi) Perumahan Pariwisata Fasilitas Sosial / Umum Agrobisnis Ruang Terbuka Hijau Hankam Mitigasi Bencana BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 71

95 Gambar 2.8 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 72

96 Gambar 2.9 BAGIAN WILAYAH KOTA I BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 73

97 Gambar 2.10 Bagian Wilayah Kota II BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 74

98 Gambar 2.11 Bagian Wilayah Kota III BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 75

99 Gambar 2.12 Bagian Wilayah Kota IV BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 76

100 C. Rencana Pengembangan Prasarana dan Sarana Rencana pengembangan prasarana dan sarana meliputi; transportasi, perumahan, utilitas, fasilitas sosial / umum dan fasilitas ekonomi. 1. Transportasi Rencana pengembangan sistem transportasi meliputi; transportasi darat, laut, dan udara. a. Transportasi Darat Rencana transportasi darat di Kota Cirebon terbagi menjadi transportasi jalan dan transportasi kereta api. Rencana transportasi jalan adalah sebagai berikut: 1) Penetapan fungsi jalan untuk mendukung sistem transportasi terpadu di kota dan lintas kota sebagai berikut: Arteri Primer: Jalan By Pass, Jalan Slamet Riyadi, Jalan Siliwangi (Utara), Jalan Diponegoro, Jalan Samadikun, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Benteng, Jalan Yos Sudarso, Jalan Kesunean, dan Jalan Kalijaga Kolektor Primer: Jalan Kanggraksan, Jalan Sudirman, Jalan Kalitanjung, Jalan Kesambi (Selatan), Jalan dr. Cipto Mangunkusumo, Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo Arteri Sekunder: Jalan Tuparev, Jalan RA. Kartini, Jalan Veteran, Jalan Ariodinoto, Jalan Pulasaren, Jalan Lawanggada, Jalan Kesambi Jalan Kesambi, Jalan Penggung Raya Kolektor Sekunder: Jalan Ciremai Raya, Jalan Permata Harjamukti, Jalan Pramuka, Jalan Penggung Raya, Jalan Argasunya, Jalan Kopiluhur, Jalan Cadas Ngampar, Jalan Cibogo, Jalan Kedung Mendeng. Lokal : Selain keempat fungsi jalan tersebut di atas 2) Membangun / meningkatkan jalan / jembatan yang menghubungkan kawasan-kawasan potensial tumbuh dan berkembang dan atau dengan wilayah Kabupaten Cirebon. 3) Membangun jalan / jembatan yang menghubungkan kawasan Perumnas Gunung dengan Jalan By Pass. 4) Membangun jalan outer ring road dibagian selatan kota (lingkar selatan) pada sisi sebelah utara Jalan Tol Palikanci. 5) Meningkatkan kapasitas pelayanan jalan arteri sekunder dan kolektor, khususnya yang berperan besar dalam mendukung pengembangan sektor BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 77

101 perdagangan dan jasa, serta yang menghubungkan kawasan terisolir dengan kawasan permukiman / akses ke pusat kota. 6) Membangun jalan-jalan layang sebagai alternatif untuk peningkatan aksesibilitas kota dan atau pemecahan terhadap kemacetan lalu-lintas. 7) Melakukan penyesuaian secara bertahap terhadap kuota angkutan kota dan atau mengoperasikan angkutan kota dengan sistem shift (berdasarkan nomor polisi ganjil dan genap). 8) Secara bertahap menerapkan konsep urban transport yang berorientasi pada pemindahan penumpang secara cepat dan masal. 9) Mengendalikan operasional angkutan becak melalui ; pembatasan kegiatan usaha produksi becak di wilayah Kota Cirebon, pembatasan jumlah becak yang beroperasional, penetapan tititk-titik pangkalan becak, dan penerapan operasi becak siang dan malam. 10) Melakukan penyesuaian arah rute / jalur kendaraan umum dan pribadi yang mampu menciptakan sistem pergerakan barang dan orang untuk meminimalisir kemacetan. 11) Membangun gedung parkir di kawasan bisnis sebagai alternatif pemecahan terhadap kemacetan lalu-lintas akibat parkir di badan jalan. 12) Menata parkir di atas badan jalan dengan menggunakan sistem insentif dan disinsentif, misalnya: Insentif (bayar 50 %) pada jam berikutnya untuk kendaraan yang melakukan parkir di Gedung Parkir Disinsentif (bayar parkir 3 x 100%) pada jam berikutnya untuk kendaraan yang parkir di jalan tertentu (Jalan Pekiringan) Disinsentif (bayar parkir 3 x 100%) untuk kendaraan pribadi penjemput anak sekolah yang melakukan parkir di badan jalan tertentu (Jalan ; Kartini, Veteran, Siliwangi). Pembedaan besaran bayar parkir untuk setiap kawasan yang disesuaikan dengan tingkat / beban yang diterima oleh masing-masing ruas jalan di kawasan bersangkutan. 13) Memberikan insentif kepada pengelola parkir yang menyediakan lahan parkir di luar badan jalan. 14) Membangun jembatan penyeberangan orang (JPO) di titik-titik rawan kemacetan lalu-lintas. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 78

102 15) Pemenuhan kebutuhan fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan raya (shelter, rambu-rambu, marka) untuk menunjang tertib lalu-lintas. 16) Menetapkan titik-titik pangkalan angkutan becak dan ojeg 17) Kota Cirebon memiliki 2 (dua) terminal yaitu Terminal Harjamukti dan Terminal Dukuh Semar. Aktivitas kedua terminal tersebut adalah: a. Terminal Harjamukti merupakan terminal kelas A yang melayani angkutan Antar Kota Antar Provinsi dan Antar Kota Dalam Provinsi, terletak di Jalan By Pass. b. Terminal Dukuh Semar merupakan terminal tipe C yaitu terminal khusus angkutan kota dan angkutan perbatasan/ pedesaan sebagai pendukung dari Terminal Harjamukti. Rencana transportasi kereta api adalah sebagai berikut: 1) Stasiun kereta api di Kota Cirebon terdiri dari 2 (dua) yaitu: a. Stasiun kereta api Kejaksan, terletak di Jalan Siliwangi merupakan stasiun penumpang yang melayani rute Cirebon Jakarta, Cirebon Surabaya yang dilalui oleh kereta-kereta bisnis dan eksekutif yang melalui Semarang dan Jogjakarta. b. Stasiun kereta api Parujakan, terletak di di Jalan Nyi Mas Gandasari merupakan stasiun transit rute kereta jarak pendek. 2) Meningkatkan kapasitas pelayanan sistem transportasi Kereta Api 3) Pembangunan double track (jalur ganda) Kereta Api Cirebon Kroya. 4) Menata persimpangan-persimpangan stretagis dan perlintasan sebidang KA yang disesuaikan dengan ketentuan Garis Sempadan Pagar dan Bangunan. b. Transportasi Laut 1) Meningkatkan kapasitas pelayanan Pelabuhan Cirebon sebagai Pelabuhan Utama Sekunder. 2) Membangun fasilitas-fasilitas penunjang yang mampu mendukung peningkatan kapasitas pelayanan Pelabuhan Cirebon. 3) Mengoptimalkan fungsi Pelabuhan Cirebon. 4) Membangun terminal khusus batubara. c. Transportasi Udara 1) Mengendalikan pemanfaatan ruang udara dari kegiatan (baik gedung maupun bukan gedung) yang dapat mengganggu fungsi Kawasan Keselamatan dan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Cakrabuana. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 79

103 2) Meningkatkan kapasitas pelayanan Bandara Cakrabuana sebagai penunjang Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). 3) Mengoptimalkan fungsi Transportasi Udara. 2. Sistem Jaringan Utilitas Rencana pengembangan utilitas meliputi: jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan gas. a. Jaringan Listrik Jaringan listrik di Kota Cirebon hampir semua lokasi sudah terlayani. Untuk itu dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan dan pemeliharaan jaringan eksisting maka perlu pembangunan jaringan baru dan peningkatan kualitas jaringan yang sudah ada. Berikut rencana jaringan listrik Kota Cirebon: 1) Menambah energi listrik untuk kebutuhan di Kota Cirebon 2) Meningkatkan mutu jaringan listrik tegangan tinggi 3) Menyediakan jaringan baru pada kawasan perumahan dan unit usaha produktif yang belum terlayani jaringan listrik 4) Melakukan rehabilitasi jaringan lama dan secara bertahap mengupayakan sistem jaringan bawah tanah 5) Menertibkan penggunaan energi listrik secara illegal 6) Relokasi jaringan / tiang yang dinilai mengganggu kepentingan pengguna jalan atau kepentingan lain b. Jaringan Telekomunikasi Jaringan telekomunikasi Kota Cirebon saat ini masih belum merata. Arah pelayanan jaringan telekomunikasi ini pada wilayah bagian tengah sampai utara Kota Cirebon, sedangkan wilayah bagian selatan sebagian belum terlayani oleh jaringan telepon. Untuk rencana utilitas telekomunikasi ini secara garis besar perlu adanya pembangunan jaringan telepon ke arah selatan Kota Cirebon. Berikut rencana yang lebih detail dari jaringan telekomunikasi: 1) Relokasi tiang / jaringan / rumah kabel yang dinilai mengganggu kepentingan pengguna jalan atau kepentingan lain 2) Rehabilitasi jaringan kabel lama dan secara bertahap mengupayakan sistem jaringan bawah tanah 3) Membangun menara / tower terpadu untuk memfasilitasi kepentingan penyedia jasa telekomunikasi telepon seluler (non kabel). BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 80

104 4) Penertiban menara / tower telepon seluler (non kabel) yang melanggar KKOP dan penggunaan frekuensi secara ilegal. c. Jaringan Gas Jaringan gas di Kota Cirebon terpusat di bagian Utara dan Barat, sedangkan pada bagian timur relatif sedikit pelayanan jaringan gas, terutama Kota Cirebon bagian Selatan. Dengan demikian, diperlukan pembangunan jaringan gas pada daerah yang belum terlayani. Selain itu recana jaringan gas adalah: 1) Menyediakan jaringan baru pada kawasan perumahan dan atau unit usaha produktif yang belum terlayani jaringan gas 2) Rehabilitasi jaringan gas lama yang mengalami penurunan fungsi guna meningkatkan sistem distribusi / penyaluran d. Air Bersih Pasokan air bersih PDAM Kota Cirebon saat ini dipenuhi dari sumber mata air Cipaniis Kuningan Jawa Barat dengan debit 860 lt/dt. Daerah cakupan layanan meliputi Kecamatan Kejaksan, Pekalipan, Kesambi, Lemahwungkuk dan sebagian Kecamatan Harjamukti. Untuk dapat melayani seluruh penduduk kota diperlukan peningkatan kapasitas produksi air bersih melalui: 1) Kemitraan dengan daerah tetangga untuk mendapatkan alternatif sumber air bersih selain mata air sebagai upaya untuk meningkatkan pasokan / penyediaan air bersih. 2) Memperluas cakupan pelayanan air bersih sehingga kebutuhan minimum masyarakat kota terpenuhi. 3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber air dan jaringan sistem yang ada serta mengurangi tingkat kebocoran. 4) Pemanfaatan sumber air dari outlet kolam oksidasi (Kesenden, TAIS dan Perumnas) dan pemanfaatan air tanah. 5) Pemanfaatan sumber air dari Sungai Kalijaga dan Sungai Kesunean. 6) Sumber air alternatif dari: Mata air Cigorowong yang terletak di tepi Sungai Cipager Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan. Mata air Talaga Herang yang terdiri dari 3 kelompok mata air yaitu kelompok mata air Talaga Herang, mata air Cileles dan mata air Cikuda. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 81

105 Mata air Cipadung terdiri dari 2 kelompok mata air yaitu kelompok mata air Cipadung dan mata air objek wisata Hutan Lindung Prabu Siliwangi. 7) Sumber air alternatif dari Waduk Jatigede yang terletak di Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang. 8) Sumber air alternatif dari air laut yang merupakan sumber air dengan cadangan air terbesar, namun proses pengolahannya memerlukan investasi yang sangat mahal. e. Drainase Rencana pembangunan dan perbaikan jaringan drainase di Kota Cirebon terdiri dari jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier untuk menampung limpasan air hujan, sehingga tidak terjadi banjir pada wilayah ini. Jaringan drainase ini terdapat pada sungai utama yang bermuara ke laut. Jaringan drainase sekunder yang digunakan adalah jaringan jalan, sedangkan jaringan drainase tersier terdapat pada kawasan terbangun seperti perumahan, perkantoran, perdagangan, dan sebagainya. Rencana pembangunan bidang drainase yaitu : Penyusunan Master Plan dan Perda drainase Kota Cirebon. Normalisasi jaringan drainase yang ada di Kota Cirebon. Pembangunan kolam retensi pada kawasan Argasunya. Pembangunan sumur resapan. f. Air Limbah Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan cara melalui jaringan perpipaan (offsite) dan dengan cara septic tank individu (on-site). Kota Cirebon memiliki 4 (empat) IPAL berupa kolam oksidasi yang berlokasi di Kesenden, Taman Ade Irma Suryani (TAIS), Perumnas Utara dan Perumnas Selatan. Kolam oksidasi berfungsi untuk mengolah limbah cair domestik dengan menggunakan bantuan bakteri tertentu sedemikan rupa sehingga effluentnya memenuhi baku mutu untuk dibuang ke perairan bebas sehingga bisa dipergunakan sebagai sumber air baku. Kolam oksidasi khususnya di Kesenden sebagai tempat pembuangan akhir limbah cair atau untuk kepentingan lain yang lebih bermanfaat. Jaringan air limbah cair ini masih pada lokasi tertentu, sehingga perlu pembangunan jaringan air kotor/ limbah cair terutama pada kawasan terbangun. Pengolahan air limbah di Kota Cirebon juga perlu adanya rencana yaitu sebagai berikut: BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 82

106 1) Sistem septic tank dikembangkan untuk penanganan limbah domestic (limbah manusia) 2) Sistem pelayanan septic tank kolektif (sistem off-site) dikembangkan pada kawasan perkotaan, pendidikan, pemerintahan dan kawasan komersil. 3) Sistem tipe individu (sistem on-site) dikembangkan pada kawasan perumahan tipe sedang dan tipe besar, sedangkan untuk perumahan tipe kecil digunakan sistem pelayanan septic tank individu ataupun kolektif dengan memperhatikan kesepakatan dan kemampuan dari masyarakat. 4) Sistem campuran (yaitu menyatukan air limbah dan air hujan dalam satu saluran) dikembangkan untuk air limbah dari kegiatan non domestic dan kegiatan lainnya, sedangkan untuk menutupi kelemahan sistem ini dapat diatasi dengan membuat saluran terbuka dari perkerasan dengan campuran kedap air. 5) Pembangunan saluran dengan konstruksi tertutup dibangun pada kawasan perdagangan, perkantoran, dan kawasan komersil. g. Persampahan Pola pengelolaan sampah (limbah padat) di Kota Cirebon saat ini dilakukan dengan secara berantai mulai dari pembuangan sampah dari rumah tangga, kemudian ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang berada di beberapa lokasi dan terakhir dibawa ke TPA Kopiluhur. Pelayanan persampahan di Kota Cirebon sudah mencapai 100% tetapi tidak semua sampah dapat diangkut dalam 1 (satu) hari. Tingkat pengangkutan sampah dilakukan 1 sampai 2 hari. Pengolahan persampahan di Kota Cirebon untuk masa yang akan datang diarahkan pada pengolahan sampah dengan konsep Pengelolaan Sampah Terpadu menuju Zero Waste, merupakan upaya mengubah sampah menjadi bahan yang lebih berguna dan tidak mencemari lingkungan. Sistem yang terkait adalah sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Strategi Konsep Sampah Terpadu Menuju Zero Waste, antara lain : Memperbaiki sistem pengelolaan sampah wilayah perencanaan dengan skala terpadu pada tiap kawasan. Pengolahan sampah pada sumbernya (skala individu). Konsep ini merupakan kombinasi dari berbagai teknologi pengolahan sampah, antara lain teknologi pengkomposan, teknologi daur ulang sampah non-organik, BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 83

107 teknologi sanitary landfill yang sehat dan dapat di guna ulang (dapat dipakai secara terus terus menerus). Pengelolaan sampah dengan konsep ini dapat dilakukan kerjasama antara pihak swasta, masyarakat serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang meliputi : Pihak masyarakat dapat melakukan kegiatan pemisahan sampah sesuai dengan sampah yang dihasilkan yaitu memisahkan sampah kering dan sampah basah yang terkumpul pada tempat terpisah. Sedangkan pihak swasta dapat bekerjasama dalam pengolahan sampah yang bersifat daur ulang yaitu sampah-sampah kering yang dapat mereka beli dan dapat didaur ulang. Pihak Dinas Kebersihan melakukan pengangkutan sisa-sisa sampah yang telah terpisah untuk diangkut ke TPA. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemilihan awal sampah yang dihasilkan. Mengurangi beban dinas kebersihan dalam pengangkutan sampah. Beban TPA berkurang dengan berkurangnya sampah yang diangkut ke TPA Adapun pengembangan lokasi tempat penampungan sampah sementara (berupa container) di Kota Cirebon adalah di seluruh kelurahan Kota Cirebon yang disediakan 1-2 buah kontainer sesuai dengan kebutuhan dan timbulan yang dihasilkan oleh setiap kelurahan. Selain pengolahan persampahan yang telah diuraikan di atas, rencana persampahan di Kota Cirebon adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kapasitas pelayanan sistem Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Kopi Luhur dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. 2) Membangun Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang tersebar secara proporsional di setiap kawasan perumahan. 3) Meningkatkan kapasitas pelayanan angkutan sampah sehingga tidak terjadi timbunan sampah berlimpah di TPS-TPS. 4) Meningkatkan kapasitas produksi Pabrik Kompos (Composting Plant). 5) Mengupayakan sistem pengelolaan sampah dengan menggunakan konsep sistem 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) yang tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tetapi oleh seluruh masyarakat dan stakeholder. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 84

108 3. Fasilitas Sosial / Fasilitas Umum Rencana pengembangan fasilitas sosial / fasilitas umum meliputi: pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga/taman, permakaman, pemadam kebakaran, dan perabot jalan. a. Pendidikan 1) Membangun fasilitas Sekolah TK, SD / Sederajat, SLTP / Sederajat, dan SLTA / Sederajat di BWK III untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan seiring dengan penambahan jumlah penduduk. 2) Relokasi fasilitas pendidikan yang keberadaannya menimbulkan ekonomi biaya tinggi (kemacetan lalu-lintas) secara signifikan ke BWK II bagian Selatan atau BWK III. b. Kesehatan 1) Meningkatkan kapasitas pelayanan pada RSU Gunungjati dari tipe B menjadi tipe A 2) Melakukan kemitraan dengan pihak swasta untuk membangun Rumah Sakit Khusus bertaraf nasional di koridor Jalan By Pass 3) Membangun Puskesmas dan atau Puskesmas Pembantu di kawasan potensial tumbuh dan berkembang (di BWK III) c. Peribadatan 1) Memberikan bantuan stimulan untuk kepentingan pembangunan / rehabilitasi fasilitas peribadatan. 2) Menciptakan iklim yang kondusif dan proporsional terhadap pembangunan fasilitas peribadatan umat beragama di atas lahan yang telah mendapatkan persetujuan dari instansi terkait dan atau warga di sekitarnya. d. Olahraga/Taman 1) Revitalisasi Lapangan Kejaksan, Lapangan Kebumen, Lapangan Kesepuhan menjadi ruang publik (Ruang Terbuka Hijau). 2) Revitalisasi Lapangan Olahraga Jalan Evakuasi, Jalan Pramuka (Kebon Pelok), PSOR Sunyaragi, Jalan Harapan, Jalan Lapangan Bola (Grenjeng), Jalan Slamet Riyadi (Krucuk), Jalan Diponegoro untuk berbagai kepentingan peningkatan prestasi olah raga atau even-even tertentu sesuai kebutuhan. e. Pemakaman 1) Menyediakan / membangun Tempat Permakaman Umum (TPU) skala kota. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 85

109 2) Melanjutkan relokasi Kuburan Cina Penggung (di sebelah Barat / depan Bandara Cakrabuana) ke kawasan Kuburan Cina yang terletak di sebelah Timur Bandara Cakrabuana. 3) Melakukan pemagaran / penutupan bagi TPU-TPU yang sudah jenuh. 4) Optimalisasi areal pemakaman sebagai ruang terbuka hijau publik. f. Pemadam Kebakaran 1) Meningkatkan kapasitas pelayanan pemadam kebakaran yang mampu menjangkau bangunan gedung bertingkat tinggi. 2) Menyediakan hidran umum pada kawasan-kawasan yang strategis guna mendukung pelayanan pemadam kebakaran. 3) Menyediakan kolam tampungan di lokasi tertentu sebagai upaya peningkatan pelayanan pencegahan kebakaran. g. Perabot Jalan 1) Melakukan penertiban terhadap papan-papan reklame yang keberadaannya dinilai mengganggu estetika lingkungan di ruas-ruas jalan protokol / etalase kota seperti ; Jalan ; Tuparev, dr. Cipto MK, Kartini, Wahidin, Siliwangi. Reklame harus diatur dengan baik supaya informasi dapat tersampaikan dengan baik agar tidak mengganggu estetika. Reklame ini sebagai salah satu komoditi pendapatan daerah, dan dalam pengaturannya akan dijabarkan dalam RDTR dan RTBL. 2) Penghijauan pada ruas-ruas jalan strategis dengan menggunakan tanaman dalam pot atau sistem lain yang sesuai 3) Menyediakan tempat sampah pada ruas-ruas jalan strategis / kawasan perdagangan dengan bahan konstruksi yang kuat / tahan lama 4) Memasang lampu PJU pada ruas-ruas jalan strategis dan titik-titik tertentu di kawasan perumahan secara proporsional dengan menggunakan lampu yang hemat energi 5) Memberlakukan tarif PJU dengan menggunakan sistem meter yang dipasang pada titik-titik tertentu berdasarkan cakupan / sistem jaringannya. 6) Penempatan Rambu Penunjuk Pengarah Jalan (RPPJ) sebelum persimpangan jalan di titik tertentu. 4. Fasilitas Ekonomi / Perdagangan Rencana pengembangan fasilitas ekonomi / perdagangan adalah: BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 86

110 a. Pengembangan / pembangunan pusat-pusat perbelanjan / mal / yang mengakomodir kegiatan pedagang kaki lima secara proporsional. Pembangunan diarahkan ke 3 (tiga) kawasan, yaitu ; koridor Jalan dr. Cipto Mangunkusumo, koridor Jalan Kalijaga, dan Koridor Jalan By Pass. b. Pembangunan pasar induk di BWK III dan relokasi kegiatan grosir Pasar Jagasatru dan Pasar Pagi ke Pasar Induk c. Relokasi Pasar Burung Gunungsari dan Lemahwungkuk ke Pasar Pangan Harjamukti d. Penataan pasar besi Sunyaragi dan Katiyasa, serta relokasi pasar besi Pamitran e. Memoderenisasi pasar-pasar tradisional yang dinilai mengalami penurunan kualitas fisik lingkungan f. Melakukan penataan pedagang kaki lima (PKL) yang ditempatkan secara proporsional dengan kegiatan Rumah Toko (Ruko) di kawasan Gudang Jalan Nyi Mas Gandasari g. Penataan / revitalisasi PKL di kawasan Sungai Sukalila. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON II - 87

111 BAB III PROFIL SANITASI KOTA 3.1 KONDISI UMUM SANITASI Kesehatan Lingkungan Kondisi umum kesehatan lingkungan Kota Cirebon dapat dilihat dari beberapa data berkaitan dengan kesehatan lingkungan sebagai berikut : a. Sarana Jamban Keluarga / WC Pemeriksaan dilakukan terhadap KK yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, dari hasil pemeriksaan sebanyak KK, yang memiliki jamban sebanyak KK (92,42%) dengan kriteria jamban sehat KK (92,98%). Permasalahan di Kota Cirebon mengenai penyediaan jamban adalah keterbatasan lahan dan dekatnya sarana jamban dengan sumber air, sehingga penampungan tinjanya harus kedap air dan kadang diletakkan di dalam rumah. Perlu diketahui bahwa pencemaran bakteri Coli-form mempunyai dampak pada kesehatan yang cukup serius, karena dapat menjadi faktor risiko penyakit batu empedu. (Sumber: Dr. Tatar Sumarjan, Spesialis Penyakit Dalam). Saat ini Kota Cirebon telah memiliki jamban sehat atau yang sering disebut dengan jamban helikopter sebanyak 2 unit, yang ditempatkan manakala diperlukan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. b. Kondisi Pencemaran b.1.pencemaran Air Sumber pencemar air dominan berasal dari kegiatan domestik, industri dan medis/rumah sakit. Pada saat ini Kota Cirebon memiliki IPAL berupa kolam oksidasi sejumlah 4 buah. Disamping itu sektor industri memberikan kontribusi pencemaran terhadap badan air penerima Kota. Sumber pencemar air lainnya yaitu dari limbah medis/rumah sakit, di Kota Cirebon terdapat 4 rumah sakit umum dan 5 rumah sakit khusus (khusus bedah, persalinan ibu dan anak) serta memiliki 46 puskesmas. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 1

112 b.2.pencemaran Udara Pencemaran udara dominan berasal dari gas buang kendaraan bermotor disamping berasal dari kegiatan domestik. Pada tahun 2009, KLH Kota Cirebon telah melakukan pengukuran kualitas udara ambien di 10 titik pantau yang mempresentasikan kawasan padat hingga permukman, yaitu : 1. Bunderan Gedung Negara Jl. Diponegoro; 2. Kantor Balaikota Cirebon Jl. Siliwangi 3. SMK Santa Maria Jl. Sisingamangaraja; 4. Swalayan Gunung Jati Jl. Pekiringan; 5. Pintu rel KA Jl. Lawanggada; 6. Simpang Gunung Sari; 7. Simpang Pemuda-Cipto; 8. Terminal Harjamukti; 9. Swalayan Yogya Jl. Rajawali 10. Perumahan Pegambiran Jl. Kalijaga. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara dan intensitas kebisingan, pada umumnya hasil pengujian menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara di Kota Cirebon tergolong sedang, dalam artian konsentrasi dari parameter-parameter masih memenuhi baku mutu PP No 41 Tahun c. Akses pada Sumber Air Tanah Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk manusia. Keberadaan air baik kualitas maupun kuantitas akan berpengaruh pada kehidupan manusia. Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah air yang memnuhi syarat kesehatan baik fisik, kimia, maupun bakteriologi juga air bersih harus memenuhi kebutuhan manusia baik secara kuantitas maupun kontinuitas. Akses air bersih selain bersumber dari PDAM, sebagian masyarakat juga berusaha mendapatkan air bersih melalui sumur pompa tangan, sumur gali dan lainnya. Dari hasil inspeksi sanitasi tahun 2009 jumlah Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa 99,18% dari jumlah KK yang ada dengan rincian KK BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 2

113 NO JUMLAH KELUARGA YANG ADA JUMLAH KELUARGA DIPERIKSA LEDENG SPT SGL PAH KEMASAN LAINNYA JUMLAH yang memiliki akses air bersih bersumber dari ledeng 75,89%, sumur pompa tangan (SPT) 8,12%, sumur gali 14,1% dan lainnya 1,88%. Tabel 3.1 KELUARGA MEMILIKI AKSES AIR BERSIH MENURUT KECAMATAN AKSES AIR BERSIH KECAMATAN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Kejaksan 10,931 10,876 9, ,924 2 Kesambi 16,990 16,629 13, , ,629 3 Pekalipan 7,805 7,635 6, ,263 4 Lemahwungkuk 11,943 11,943 9, , ,692 5 Harjamukti 23,626 23,626 11,529 4,477 5, ,116 Jumlah ,295 70,709 50,561 5,412 9, ,254 66, ,023 67,030 47,122 5,301 8, ,686 Dari 22 kelurahan di Kota Cirebon, yang paling rendah memiliki akses air bersih adalah Kelurahan Argasunya yaitu hampir 67,07% dari jumlah KK di kelurahan tersebut. Akses PDAM baru mencapai 5,99%, sumur gali 52,74%, SPT 8,37%. Rendahnya akses air bersih di Kelurahan Argasunya disebabkan karena secara geografis tanahnya berbukit sehingga tidak terjangkau layanan PDAM, mengingat PDAM mengalirkan airnya mengunakan prinsip gravitasi. Pemenuhan air, masyarakat Argasunya banyak memanfaatkan air kolam untuk memenuhi kebutuhannya. d. Rumah Sehat 1 Hasil pendataan mengenai jumlah rumah yang ada di Kota Cirebon pada tahun 2007 sebanyak dari jumlah tersebut rumah yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak rumah (58,17%) dan yang tidak memenuhi syarat rumah (41,83%). 1 Kriteria rumah sehat: memiliki langit-langit bersih, dinding permanen, memiliki lantai, ada jendela kamar tidur, ada jendela ruang keluarga, ada ventilasi, ada lubang asap dapur, pencahayaan baik, bebas tikus, tersedia sarana air bersih, ada jamban, ada sarana pembuangan air limbah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 3

114 KECAMATAN KEJAKSAN Tabel 3.2. RUMAH SEHAT KOTA CIREBON NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Kel. Kesenden 2,596 1,369 1,227 2 Kel. Kejaksan 1, Kel. Kebon Baru 1, Kel. Sukapura 2,671 1, Jumlah 8,499 4,897 3,602 KECAMATAN KESAMBI NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Pekiringan 2,227 1, Kesambi 1,795 1, Sunyaragi 2,062 1, Karyamulya 3,849 2,282 1,567 5 Drajat 2,893 1,523 1,370 Jumlah 12,826 7,619 5,207 KECAMATAN PEKALIPAN NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Jagasatru 1, Pulasaren 1, Pekalangan 1, Pekalipan 1,331 1, Jumlah 5,864 3,733 2,131 KECAMATAN LEMAHWUNGKUK NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Kesepuhan 2,726 1, Pegambiran 3,395 1,155 2,240 3 Panjunan 2,188 1, Lemahwungkuk 1, Jumlah 9,768 5,266 4,502 KECAMATAN HARJAMUKTI NO KELURAHAN JUMLAH RUMAH RUMAH SEHAT RUMAH TIDAK SEHAT 1 Harjamukti 3,159 1,405 1,754 2 Argasunya 2, ,681 3 Kalijaga 5,396 2,946 2,450 4 Kecapi 4,247 3, Larangan 3,068 2, Jumlah e. Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Dari jumlah TUPM tahun 2008 sebanyak sarana telah dilakukan pemeriksaan sejumlah sarana dan yang dinyatakan memenuhi aspek kesehatan sarana (86,82%). BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 4

115 JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT JUMLAH YG ADA JUMLAH DIPERIKSA JUMLAH SEHAT % SEHAT Tabel 3.3 PERSENTASE TEMPAT UMUM DAN PENGELOLAAN MAKANAN (TUPM) SEHAT MENURUT KECAMATAN KOTA CIREBON TAHUN 2009 HOTEL RESTORAN/R-MAKAN PASAR TUPM LAINNYA JUMLAH TUPM NO KECAMATAN PUSKESMAS Kejaksan Jl.Kembang Nelayan Pamitran KEC.KEJAKSAN Kesambi Gunung Sari Sunyaragi Majasem Drajat KEC.KESAMBI Jagasatru Astanagarib Pekalangan KEC.PEKALIPAN Kesunean Pegambiran Pesisir Cangkol KEC.LEMAH WUNGKUK Kalitanjung Larangan Perumnas Utara Sitopeng Kalijaga KEC.HARJA MUKTI JUMLAH KOTA CIREBON ,218 1,717 1, ,947 1,929 1, Sumber: Bidang pengendalian masalah penyakit BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 5

116 f. Rumah Bebas Jentik Nyamuk Hasil kegiatan tahun 2008 dari bangunan yang ada, yang menjadi objek pemeriksaan adalah bangunan (65,72%) sedangkan yang bebas jentik ada (92,05%). Melihat hal tersebut, angka bebas jentik belum memenuhi target yaitu 95%. g. Sarana Sanitasi Sekolah Dari hasil survey sarana sanitasi yang ada di sekolah, sebagian besar sekolah sudah memiliki sarana sanitasi hanya saja jumlah sarana sanitasi masih kurang bila dibandingkan dengan jumlah pemakai (jumlah siswa dan guru). Fasilitas cuci tangan sudah disediakan di sekolah beserta dengan sabunnya. Mengenai pengetahuan higiene dan sanitasi biasa diberikan pada mata pelajaran Penjas walaupun masih ada yang hanya diberikan pada pertemuan tertentu saja. Setiap sekolah memiliki dana untuk penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, rata-rata dana yang dikeluarkan adalah Rp setiap bulannya. Sebagian besar pengelolaan sampah masih dikumpulkan hanya sebagian kecil sekolah yang telah memisahkan sampah serta diolah menjadi kompos. Tangki septik merupakan tempat buangan air kotor dari toilet, tapi masih ada yang langsung membuang ke badan penerima air. Pengosongan tangki septik hanya bila tangki septik sudah penuh, tidak ada jadwal rutin pengosongan tangki septik. Secara keseluruhan kondisi higiene sekolah adalah cukup bersih. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 6

117 No. Nama Sekolah Tabel 3.4 KONDISI SARANA SANITASI SEKOLAH (TOILET DAN TEMPAT CUCI TANGAN) Jumlah Sumber Air Bersih * Jumlah Toilet Fas. Cuci Persediaan Siapa yg membersihkan toilet Jumlah Siswa Guru PDAM SPT/L SGL Tangan Sabun Siswa Guru Pesuruh Sklh Guru L P L P L P S K T S K T S K T Y T Y T L P L P L P 1 SDN Pekiringan SMK Negeri SMPN SMPN SMPN SMPN SDN Karang Mulya SDN Tampomas SMPN SMA SMK TI PUI SDN Argapura SMPN SMAN SMAN Keterangan: L :Laki-laki S Selalu tersedia air P Perempuan K Kadang-kadang tersedia air Y Ya T Tidak ada tersedia air T Tidak SPT/L Sumur Pompa Tangan/Listrik SGL Sumur Gali BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 7

118 Tabel 3.5 KONDISI SANITASI SEKOLAH (PENGELOLAAN SAMPAH DAN PENGETAHUAN HIGIENE) No. Nama Sekolah Apakah pengetahuan tentang Higiene & Sanitasi Apakah ada dana utk Cara Pengelolaan Sampah di Sekolah Tempat buangan air kotor diberikan penyediaan air bersih, Kapan Tangki Septik Kondisi higiene sarana sanitasi & Ya, pada pertemuan Ya, pada mata Tidak dikosongkan sekolah pendidikan higiene Dikumpulkan Dipisahkan Dibuat Kompos Dari toilet Dari kamar mandi tertentu pelajaran PenJas pernah Y T 1 SDN Pekiringan Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2009 Cukup Bersih 2 SMK Negeri 2 Tangki Septik Saluran Drainase Bersih 3 SMPN 15 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2009 Cukup Bersih 4 SMPN 16 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih 5 SMPN 12 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2005 Cukup Bersih 6 SMPN 9 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih 7 SDN Karang Mulya Tangki Septik Saluran Drainase Cukup Bersih 8 SDN Tampomas Kali Kali Tidak pernah Cukup Bersih 9 SMPN 7 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2006 Bersih 10 SMA 3 Tangki Septik Saluran Drainase Sudah pernah, untuk yang baru dibangun tahun 2008 belum pernah Bersih 11 SMK TI PUI Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup 12 SDN Argapura Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah baru dibangun tahun 2006 Cukup Bersih 13 SMPN 4 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih 14 SMAN 6 Tangki Septik Saluran Drainase Tahun 2009 Cukup Bersih 15 SMAN 2 Tangki Septik Saluran Drainase Belum pernah Cukup Bersih BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 8

119 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat. Kondisi kesehatan masyarakat Kota Cirebon seperti besarnya timbulan penyakit, terutama penyakit menular akibat sanitasi buruk, kondisi pola hidup masyarakat menyangkut sanitasi, dan sebagainya dapat dilihat sebagai berikut : a. Diare Jumlah penderita diare tahun 2008 seluruhnya orang, yang dilayani oleh sarana kesehatan sebanyak orang dan oleh kader kesehatan orang, lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 yaitu orang. Dengan rincian Kec. Kejaksan ada kasus, Kec. Kesambi ada kasus, Kec. Pekalipan ada kasus, Kec. Lemahwungkuk ada kasus dan Kec. Harjamukti ada kasus. b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Jumlah penderita DBD tahun 2008 seluruhnya 329 kasus dengan rincian Kec. Kejaksan ada 61 kasus, Kec. Kesambi ada 77 kasus, Kec. Pekalipan ada 28 kasus, Kec. Lemahwungkuk ada 34 kasus dan Kec. Harjamukti ada 129 kasus. Angka kesakitan penderita DBD di Kota Cirebon dari tahun 2000 s.d. tahun 2008 dapat dilihat pada tabel. Tabel 3.6 JUMLAH PENDERITA PENYAKIT DBD DI KOTA CIREBON NO TAHUN JUMLAH KASUS c. TB Paru Jumlah penderita TB Paru BTA positif yang ditemukan dan diobati di puskesmas pada tahun 2008 sebanyak 314 penderita dengan penderita TB paru klinis sebanyak 222 orang. Dari data rumah sakit penderita paru klinis sebanyak 413 orang. d. Pola Hidup Masyarakat Secara umum pola hidup masyarakat Kota Cirebon dalam membuang air limbah rumah tangga telah menggunakan septic tank, namun BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 9

120 belum menggunakan sistem komunal, hal ini berkaitan dengan pemahaman masyarakat bahwa keperluan membuang air limbah merupakan urusan sendiri. Ada beberapa daerah yang masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) diantaranya sebagian wilayah Kayu Walang, Argasunya, Pesisir dan Pegambiran. Sedangkan pola masyarakat Kota Cirebon dalam membuang sampah, masih mengandalkan sarana TPS yang ada, belum melakukan pemilahan sampah dari rumah baik sampah organik, anorganik maupun sampah B3. Beberapa wilayah yang bersinggungan dengan sungai dan drainase, masyarakat masih membuang sampah ke badan air penerima tersebut. Kota Cirebon dilalui 4 (empat) sungai besar diantaranya adalah Sungai Kedungpane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Disamping itu, terdapat sungai Banjir Kanal yang merupakan batas wilayah bagian barat dengan Kabupaten Cirebon. Disamping itu juga ditunjang oleh system drainase kota yang menghubungkan jaringan tersier, sekunder dan primer. Pola masyarakat Kota Cirebon dalam memanfaatkan system drainase bahwa masih ada anggapan drainase merupakan urusan pemerintah Kota Cirebon, sehingga kepedulian masyarakat akan drainase dalam hal perawatan dan pemelharaan, masih rendah. Bahwa apabila drainase terhambat aliran airnya, merupakan tugas pemerintah kota, belum ada kesadaran kepemilikan bersama Kuantitas dan kualitas air. a. Kuantitas air minum PDAM PDAM Kota Cirebon memiliki 2 buah sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yaitu : 1. Sumber air I, berasal dari sumber di Paniis Kabupaten Kuningan; 2. Sumber air II, berasal dari sumber di Paniis Kabupaten Kuningan yang berjarak 50 meter dari sumber air I; Dari kedua sumber air ini, kapasitas produksi dari tahun 2004 s.d mengalami fluktuasi seperti digambarkan pada tabel berikut : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 10

121 Tabel 3.7 KAPASITAS PRODUKSI AIR BERSIH PDAM TAHUN VOLUME (m 3 /th) DEBIT (lt/dtk) Perkembangan kapasitas produksi tersebut tidak sebanding dengan terus bertambahnya jumlah pelanggan dan penurunan pelayanan yang terjadi pada sebagian wilayah pelayanan. b. Kualitas air minum PDAM Pemantauan kualitas air bersih dilakukan oleh DKK Cirebon yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. Berdasarkan hasil pemeriksaan air PDAM Triwulan I Tahun 2010, didapat data bahwa pemeriksaan air sampel secara fisik dan kimia terhadap 8 titik dengan hasil seluruhnya memenuhi syarat, sedangkan untuk pemeriksaan air sampel secara bakteriologis terhadap 75 sampel seluruhnya memenuhi syarat Limbah Cair Rumah Tangga. Kondisi umum penanganan limbah cair rumah tangga. Dengan asumsi produksi limbah cair rumah tangga rata-rata per hari adalah 40 gr/org/hari maka pada tahun 2008 diperkirakan produksi limbah cair per hari sebanyak 12 m 3. Sistem penanganan limbah cair rumah tangga di Kota Cirebon ada 2, yaitu : off-site system dan on-site system. Pada sistem off-site, limbah cair rumah tangga disalurkan melalui saluran tersier, sekunder atau induk (primer). Dari saluran ini cairan limbah dipompa menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), ada 4 sistem offsite di Kota Cirebon, diantaranya : kolam oksidasi Kesenden, Ade Irma N., Perumnas Utara dan Perumnas Selatan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 11

122 Pada sistem on-site terdiri dari : a. Konvensioal Limbah cair rumah tangga diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki khusus yang kemudian di salurkan ke IPAL b. Johkasou Limbah cair rumah tangga dikumpulkan secara komunal sebelum disalurkan ke septic tank Johkasou, cairan keluaran dari septic tank ini merupakan green water dan dapat langsung dibuang ke badan air penerima Kota. Sistem ini telah terbangun dan beroperasi sebanyak 2 unit yatu di kantor PDAM dan di kompleks Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Dukuh Semar. Sedangkan penanganan grey water (limbah cair rumah tangga non kakus) adalah disalurkan atau dibuang langsung ke badan air penerima kota. Gambaran umum sistem air limbah terpusat Kota Cirebon dapat dilihat pada gambar berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 12

123 Gambar 3.1 GAMBARAN UMUM SISTEM AIR LIMBAH TERPUSAT KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 13

124 Penanganan limbah cair industri rumah tangga di Kota Cirebon sebagian besar masih dibuang langsung ke saluran drainase hanya sekitar 0,2 % yang membuang limbah cair ke bak penampungan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.8 INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHUN No Jenis Industri Rumah Tangga Alamat Sistim Pengelolaan Limbah 1 Kecap Lombok Jl. Panjunan Ditampung di bak 2 Kecap Tiga Sendok Jl. Kesunean Dibuang langsung ke saluran drainase 3 Kecap Dua Sontong Jl. Gambir Laya Dibuang langsung ke saluran drainase 4 Kecap Bawal Jl. Winaon Dalam Dibuang langsung ke saluran drainase 5 Kecap Banteng Jl. Pekalipan Dibuang langsung ke saluran drainase 6 Kecap Matahari Jl. Pagongan Dibuang langsung ke saluran drainase 7 Kecap Bola Jl. Lapang Bola Dibuang ke sungai 8 Kecap Ikan Tambak Jl. Pegambiran Dibuang langsung ke saluran drainase 9 Roti Ryan Jl. Karang Mulya Dibuang langsung ke saluran drainase 10 Roti Monas Jl. Jagasatru Ditampung di bak 11 Roti Maria Jl. Winaon Dalam Dibuang langsung ke saluran drainase 12 Kue Atom merk Lia Jl. Jagasatru Dibuang langsung ke saluran drainase 13 Gula Batu Tamsis Jl. Kapten Samadikun Dibuang langsung ke saluran drainase 14 Nata De Coco Jl. Diponegoro Ditampung di kolam 15 Beski Kokoya Jl. Slamet Riyadi Dibuang langsung ke saluran drainase 16 Manisan Handoko Jl. Rajawali Dibuang langsung ke saluran drainase 17 Potong Ayam H. Kerah Jl. Kampung Baru Dibuang ke sungai 18 Krupuk Udang Sari Jl. Ampera Dibuang langsung ke saluran drainase 19 Krupuk Jl. Satria gg.mangga Dibuang langsung ke saluran drainase 20 Krupuk H. Suryo Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 21 Krupuk H. Ibad Jl. Terusan Kandang Perahu Dibuang ke lahan pertanian 22 Krupuk Ahmad Sudi Jl. Raya Kalitanjung Dibuang ke lahan pertanian 23 Sohun Tanah Mas Pegambiran Ditampung di bak 24 Sohun Cap Mangkuk Pegambiran Ditampung di bak 25 Tempe Bp. Didi Casdi Jl. Pangeran Drajat Dibuang ke sungai 26 Tempe Bp. Sutrisno Jl. Pangeran Drajat Dibuang ke sungai 27 Tempa Bp. Rolan Jl. Pangeran Drajat Ditampung di bak 28 Tempe Bp. Rosidi Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 29 Tempe Bp. Feny Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 30 Tempe Bp. Danan Jl. Pangeran Drajat Dibuang langsung ke saluran drainase 31 Tempe Bp. Dalari Kecapi Dibuang ke sungai 32 Tahu Bp. Abdul Wahid Jl. Pangeran Drajat Ditampung di bak 33 Tahu Bp. Eeng Jaelani Jl. Pangeran Drajat Dibuang ke sungai BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 14

125 Limbah Padat (Sampah). Kondisi umum penanganan limbah padat/persampahan Kota Cirebon. Penanganan sampah kota telah menjadi isu lingkungan utama, hal ini berkaitan erat dengan keterbatasan lahan yang dapat digunakan sebagai tempat pembuangan akhir karena luas wilayah Kota Cirebon yang kecil serta kondisi hidrogeologisnya yang kurang layak dari segi teknis. Berbagai kegiatan di wilayah Kota Cirebon akan menimbulkan konsekuensi seperti masalah persampahan yang memerlukan penanganan terpadu. Luas kota yang hanya km 2 berpenduduk jiwa dengan kepadatan rata-rata 8.003,5 jiwa/km 2. Dari catatan DKP, data volume sampah yang dibuang di TPA Kopiluhur bulan April 2010, diperkirakan menghasilkan sampah yang berasal dari permukiman, jalan dan pasar serta daerah industri sebesar 770 m 3 /hari. Sebagian besar sampah rumah tangga dikumpulkan di TPS kemudian dibawa ke TPA begitu juga dengan sampah pasar, sedangkan untuk sampah industri, sebagian industri bekerjasama dengan DKP untuk penjemputan sampah yang kemudian dibuang ke TPA. Dari tahun 1998 sampai dengan saat ini pembuangan sampah yang berasal dari penduduk kota dialihkan dari TPA Grenjeng Kelurahan Harjamukti Kecamatan Harjamukti ke TPA Kopiluhur Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti dengan sistem pengolahan sampah Open Dumping. TPA Kopiluhur mempunyai luas 9 Ha merupakan lahan bekas penambangan galian C Drainase Lingkungan. Kondisi umum pematusan air hujan (drainase) Kota Cirebon. Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur dan termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan mm per tahun dan hari hujan 133 hari. Dengan ketinggian rata-rata 5 m dpl serta kondisi saluran yang kurang terawat menyebabkan Kota Cirebon berpotensi terjadi genangan. Hal ini yang tentunya berdampak buruk pada sanitasi perkotaan, dengan demikian Drainase lingkungan sebagai salah satu sarana utilitas lingkungan tidak boleh diabaikan dan harus direncanakan secara detail dalam proses BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 15

126 pembangunan. Karena perencanaan drainase yang baik dapat meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian yang disebabkan banjir atau genangan, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan, oleh karena itu pada tahap perencanaan saluran drainase perlu mempertimbangkan debit saluran terencana, jalur saluran, profil memanjang, penampang melintang saluran dan perkuatan dinding saluran. Selain itu dalam proses pelaksanaannya mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi. Kota Cirebon memiliki 4 (empat) sungai besar diantaranya adalah Sungai Kedungpane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean dan Sungai Kalijaga. Disamping itu, terdapat sungai Banjir Kanal yang merupakan batas wilayah bagian barat dengan Kabupaten Cirebon. Permasalahan kesehatan lingkungan banyak muncul karena kelalaian atau ketidakmampuan masyarakat dalam mengelola drainase lingkungan di sekitarnya. Fenomena yang lebih memprihatinkan lagi adanya sikap yang kurang bijaksana dalam memaknai fungsi drainase, diantaranya pembuangan sampah di saluran drainase, penutupan saluran dengan bahan permanen sehingga menyulitkan pembersihan salurannya. Fenomena yang menjadi permasalahan ini lambat laun akan menimbulkan kerusakan lingkungan karena mengakibatkan terjadinya genangan air kotor yang mengganggu dan menjadi sumber penyakit, bahkan berakibat genangan serta banjir. Pada saat musim penghujan terjadi genangan, secara umum genangan yang terjadi di Kota Cirebon bukan diakibatkan oleh limpasnya air sungai akan tetapi karena terhambatnya aliran air drainase lingkungan. Berdasarkan pengamatan terdapat 7 (tujuh) titik genangan, diantaranya : a. Kawasan Jl. Pemuda, Jl. Terusan Pemuda dan Kawasan Jl. Ciptomangunkusumo b. Kawasan Kampung Sukasari (blk Hotel Kharisma) c. Kawasan Gunung Sari Ampera d. Kawasan Perumnas Burung e. Kawasan Perumnas Gunung f. Kawasan Kali Tanjung g. Kawasan Majasem Gambar 3.2 GENANGAN JL. CIPTOMANGUNKUSUMO BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 16

127 Gambar 3.3 PETA SPOT GENANGAN DI KOTA CIREBON Lokasi Genangan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 17

128 Pencemaran Udara. Kondisi umum pencemaran udara. Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai kondisi atmosfer yang terdiri dari senyawa dengan konsentrasi tinggi diatas kondisi udara ambien normal sehingga menimbulkan dampak negatif bagi manusia, hewan, vegetasi maupun benda lainnya. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999, yang dimaknai baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Unsur pencemar yang tercakup didalamnya antara lain : SO2, CO, NO2, HC, Partikulat, Debu, Pb, Fluor dan senyawa khlorine. Kota Cirebon adalah kota perkotaan dengan tingkat pencemaran yang cukup tinggi terutama sumber pencemar berasal dari sektor transportasi serta industri, baik yang bersumber dari kota maupun dari wilayah sekitarnya. Pencemaran ini bersifat mikro namun tetap memiliki peran dalam mempengaruhi skala meso ataupun makro. Oleh karena itu pengendalian pencemaran juga dilakukan guna mengatasi masalah pada skala mikro tersebut. Tingkat konsentrasi pencemaran udara sangat ditentukan oleh tingkat emisi, jenis emiter/polutan, kondisi meteorologi, topografi dan tutupan lahan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Cirebon membawa dampak meningkatnya tingkat pencemaran udara. KLH Kota Cirebon pada tahun 2009 telah melakukan pengukuran kualitas udara ambien di 10 titik pantau yang mewakili kondisi kualitas udara di Kota Cirebon, kesepuluh titik pantau tersebut adalah : 1. Bunderan Gedung Negara Jl. Diponegoro; 2. Kantor Balaikota Cirebon Jl. Siliwangi 3. SMK Santa Maria Jl. Sisingamangaraja; 4. Swalayan Gunung Jati Jl. Pekiringan; 5. Pintu rel KA Jl. Lawanggada; 6. Simpang Gunung Sari; 7. Simpang Pemuda-Cipto; 8. Terminal Harjamukti; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 18

129 9. Swalayan Yogya Jl. Rajawali 10. Perumahan Pegambiran Jl. Kalijaga. Dari hasil rekapitulasi data pengukuran kualitas udara ambien di 10 titik pantau, menunjukkan bahwa kondisi kualitas udara tergolong sedang, artinya bahwa konsentrasi dari parameter uji masih memenuhi baku mutu udara ambien Limbah Industri. Kondisi umum penanganan limbah Industri. Limbah industri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu limbah padat (sampah) dan limbah cair. Pada umumnya para pelaku industri melakukan pengelolaan limbah padat sendiri oleh staf pengelola limbah padat. Sampah dikumpulkan kemudian dibuang ke tempat pembuangan khusus, ada juga yang melakukan pengolahan sendiri di tempat, seperti daur ulang dan penimbunan. Dalam menangani limbah industri, KLH melakukan program monitoring limbah industri. Dalam monitoring tersebut dilakukan pengambilan sampel limbah industri, misalnya di PT BAT yang bergerak dibidang industri rokok dan PT Dunia Kimia Jaya yang bergelut di industri kimia, guna dapat ditentukan beban polusi masing-masing industri. Penanganan terhadap limbah industri terkendala oleh pemahaman pengusaha mengenai cara pengolahan limbah industri itu sendiri, disamping rendahnya upaya pengusaha memenuhi kewajiban menyediakan fasilitas instalasi pengolah limbah, tingginya beaya investasi pembangunan, operasi dan pemeliharaan instalasi pengolah limbah juga belum tersedianya laboratorium lingkungan daerah yang akan mampu mengurangi beban operasional pemeriksaan air limbah sehingga kurang akurasi dalam menentukan tingkat pencemaran yang terjadi. Para pelaku industri di Kota Cirebon yang telah memiliki Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) sejumlah 5 pengusaha. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 19

130 Limbah Medis. Kondisi umum penanganan limbah medis. Kota Cirebon termasuk kota yang memiliki sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap yang mampu melayani masyarakat Kota Cirebon dan sekitarnya (Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Brebes dan Tegal). Kota Cirebon memiliki fasilitas rumah sakit dari tipe D hingga tipe B terdiri dari 4 rumah sakit umum dan 5 rumah sakit khusus (bedah, persalinan ibu dan anak) dan ditunjang oleh 46 Puskesmas, klinik bersama hingga apotek yang cukup lengkap. Akan tetapi dalam hal pengelolaan limbah medis baik cair maupun padat yang bersifat infeksious masih kurang, karena masih banyak yang belum dilengkapi instalasi pengolah limbah cair dan padat yang representatif. Terdapat beberapa penanganan limbah medis di Kota Cirebon, agar tidak membahayakan lingkungan diantaranya : 1. Pengoptimalan kinerja incinerator yang ada di rumah sakit agar dapat menghanguskan limbah padat medis; 2. Melakukan perawatan rutin IPAL rumah sakit. KLH secara rutin melaksanakan program monitoring lingkungan terhadap limbah medis/rumah sakit di Kota Cirebon PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Landasan Hukum/Legal Operasional Kebijakan Pusat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 20

131 6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih; 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; Kebijakan Daerah 1. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 9 Tahun 1994 yang antara lain mengatur tentang pengalihan tugas pengelolaan air limbah ke PDAM. Sesuai Surat Keputusan Walikota yang mengacu pada PERDA No.9 Tahun 1994, sektor Air Limbah diserahkan pengelolaan sepenuhnya ke PDAM dan dalam struktur organisasi dan tata kerja PDAM Kota Cirebon, Air Limbah merupakan salah satu BAGIAN. Sebagai konsekuensinya maka pengelolaan keuangan disatukan dengan sektor air minum. 2. Peraturan Daerah No. 10 / 1994 antara lain disebutkan bahwa Retribusi Penyehatan Lingkungan Pemukiman (RPLP) meliputi 2 sektor (drainase & persampahan), sedangkan pembiayaan sektor Air Limbah dimasukkan ke struktur tarif PDAM. Dalam pelaksanaannya struktur tarif yang diberlakukan belum dapat membiayai pengelolaan sektor air limbah. 3. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM. 4. Tahun 2000 dilakukan penyesuaian tarif air minum PDAM melalui Kep. Walikota, dimana struktur tarif tersebut belum memperhitungkan pembiayaan air limbah, hal tersebut disebabkan kondisi perekonomian masyarakat belum sepenuhnya pulih dari krisis moneter. 5. Tahun 2003 terbit RPPK / PL untuk sektor persampahan yang pola dan besarnya seperti RPLP yaitu melalui rekening PDAM sebesar 25 % dari pemakaian air. 6. Tahun 2004 (tarif yang berlaku sampai saat ini) dilakukan penyesuaian tarif, dimana pembiayaan air limbah masih belum dapat diperhitungkan. 7. Tahun 2007 RPPK / PL disesuaikan besarannya menjadi 12 % dari pemakaian air. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 21

132 Aspek Institusional Saat ini pengelolaan limbah cair domestik, ditangani oleh PDAM Kota Cirebon. Dilihat dari struktur organisasinya penanganan limbah cair merupakan kewenangan Bagian Air Limbah, Bagian ini membawahkan 2 seksi yaitu Seksi Pemeliharaan Saluran dan Pembuangan Lumpur dan Seksi Pengolahan Air Limbah. Seksi Pemeliharaan Saluran dan Pembuangan Lumpur membawahkan Sub Seksi Penyambungan dan Pemeliharaan Saluran dan Sub Seksi Pembuangan Lumpur Tinja. Seksi Pengolahan Air Limbah membawahkan Sub Seksi Stasiun Pompa dan Sub Seksi IPAL. Sesuai dengan PERDA No. 13 Tahun 1994, tarif pelayanan air limbah ditetapkan sebagai berikut : a. Tarif pelayanan septik tank : Setiap pelayanan penyedotan lumpur tinja septik tank dikenakan biaya sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,- / m 3. - Komersial sebesar Rp ,- / m 3. - Industri sebesar Rp ,- / m 3 Volume penyedotan minimal adalah 2 m 3. Bagi persil / bangunan diluar kota, dikenakan Biaya Transportasi sebesar Rp. 500,- / km untuk setiap pelayanan penyedotan. b. Tarif Pelayanan Penyambungan Baru : Setiap permohonan penyambungan baru (persil / bangunan yang belum mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan), dikenakan Biaya Penyambungan (BP) sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,-. - Komersial I sebesar Rp ,-. - Komersial II sebesar Rp ,-. Khusus untuk klasifikasi Industri ditentukan berdasarkan jenis dan jumlah air limbah yang dihasilkan serta telah memenuhi syarat baku mutu buangan air limbah yang telah ditentukan melalui laboratorium. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 22

133 c. Tarif Pelayanan Penyambungan kembali : Setiap permohonan penyambungan kembali (persil / bangunan yang telah mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan), dikenakan Biaya Administrasi dan Pencatatan sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,- - Komersial I sebesar Rp ,- - Komersial II sebesar Rp ,- d. Pelayanan Lain-lain : Setiap penyambungan persil yang telah mendapatkan pelayanan air limbah ke saluran Perusahaan, dikenakan Biaya Administrasi dan Pencatatan sesuai dengan klasifikasi persilnya yaitu : - Non Komersial sebesar Rp ,- - Komersial I sebesar Rp ,- - Komersial II sebesar Rp ,- e. Pelayanan Perencanaan dan Pemeriksaan Laboratorium Air Limbah : Meliputi desain IPAL, sistem jaringan saluran dan Baku Mutu parameter air limbah. Struktur organisasi PDAM dapat dilihat pada gambar berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 23

134 Gambar 3.4 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 24

135 Cakupan Pelayanan Saat ini cakupan pelayanan pengelolaan air limbah di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek, diantaranya menurut jumlah penduduk yang terlayani, luas cakupan dan prosentasi wilayah terlayani dan menurut jumlah pelanggan dan prosentasi terlayani. Dari jumlah penduduk Kota Cirebon per tanggal 31 Agustus 2009, sebanyak jiwa yang tersebar di 5 kecamatan, jumlah yang terlayani adalah jiwa atau 26,36%. Kecamatan Kesambi merupakan kecamatan yang belum memiliki jangkauan layanan air limbah dikarenakan infrastruktur jaringan air limbah di kecamatan ini belum tersedia. Sedangkan menurut cakupan pelayanan air limbah menurut luasan wilayah per kecamatan secara total adalah 15,02% dari seluruh wilayah Kota Cirebon. Jika dilihat dari jumlah pelanggan baik pelanggan tetap maupun non pelanggan, terdapat total pelanggan yang terlayani 26,01% yang terdiri dari pelanggan tetap sebesar 13,765% dan non pelanggan 12,247%. Tabel berikut dapat mengambarkan kondisi cakupan layanan air limbah di Kota Cirebon tahun Tabel 3.9 JUMLAH DAN PROSENTASE PENDUDUK TERLAYANI No KECAMATAN PENDUDUK (JIWA) PENDUDUK TERLAYANI % PENDUDUK TERLAYANI % TERHADAP TOTAL 1. Harjamukti ,40% 9,36% 2. Lemahwungkuk ,19% 7,44% 3. Pekalipan ,51% 6,95% 4. Kesambi Kejaksan ,20% 2,61% Jumlah ,36 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 25

136 Tabel 3.10 LUAS CAKUPAN DAN PROSENTASE WILAYAH TERLAYANI No KECAMATAN LUAS WILAYAH % WILAYAH % TERHADAP WILAYAH (Ha) TERLAYANI TERLAYANI TOTAL 1. Harjamukti 1.761, ,97 6,11 2. Lemahwungkuk 650, ,90 3,81 3. Pekalipan 156, ,18 2,85 4. Kesambi 805, Kejaksan 361, ,20 2,25 Jumlah 3.735, ,02 Tabel 3.11 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 26

137 Tabel 3.12 JUMLAH MCK MENURUT KECAMATAN NO NAMA WILAYAH JUMLAH MCK KEJAKSAN 20 2 KESAMBI 18 3 PEKALIPAN 37 4 LEMAHWUNGKUK - 5 HARJAMUKTI - JUMLAH 75 Sumber : TP PKK Kota Cirebon Aspek Teknis dan Teknologi a. Sistem terpusat/offsite system Di Kota Cirebon terdapat 4 (empat) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu : IPAL Kesenden, Ade Irma, Perumnas Utara dan Perumnas Selatan. IPAL Kesenden yang terletak di Kecamatan Kejaksan saat ini mempunyai luas area terlayani 83,89 Ha, dengan jumlah pelanggan 171 SL sedangkan panjang saluran terpasang adalah 11,5 Km. IPAL Ade Irma terletak di Kecamatan Pekalipan memiliki jumlah pelanggan SL dengan cakupan luas area yang terlayani 248,98 Ha dan panjang saluran terpasang 20,7 Km. IPAL Perumnas Utara di Kecamatan Harjamukti melayani pelanggan sejumah SL dengan luasan area yang terlayani 53,58 Ha dan panjang saluran 9,2 Km IPAL Perumnas Selatan yang terletak di Kecamatan Harjamukti mempunyai jumlah pelanggan SL dengan luas area cakupan 174,84 Ha, sedangkan panjang saluran air limbah di IPAL ini 27,7 Km. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 27

138 Gambar 3.5 INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI KOTA CIREBON IPAL Ade Irma : - Jumlah Pelanggan : SL - Luas Area Terlayani : 248,98 Ha - Panjang Saluran : 20,675 Km IPAL Perumnas Selatan : - Jumlah Pelanggan : SL - Luas Area Terlayani : 174,84 Ha - Panjang Saluran : 27,739 Km IPAL Perumnas Utara : - Jumlah Pelanggan : SL - Luas Area Terlayani : 53,58 Ha - Panjang Saluran : 9,182 Km a IPAL Kesenden : - Jumlah Pelanggan : 171 SL - Luas Area Terlayani : 83,89 Ha - Panjang Saluran : 11,493 Km BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 28

139 Tabel 3.13 Sarana Pengelola Air Limbah Tabel 3.14 KAPASITAS STASIUN POMPA (SP) DAN IPAL BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 29

140 Tabel 3.15 SISTEM PENYALURAN/PEMBUANGAN Tabel 3.16 SISTEM PENGOLAHAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 30

141 Tabel 3.17 PERALATAN b. Sistem setempat/onsite system Sistem setempat/onsite system yang ada di Kota Cirebon terdiri dari sistem konvensional dan sistem Johkasou. Secara konvensional, sistem pembuangan limbah berasal dari persil yang disedot dan diangkut oleh kendaraan khusus pengangkut air limbah yang kemudian dibuang ke IPAL. Johkasou, sistem ini berupa pengolahan mandiri untuk skala terbatas sampai dengan 300 KK. Saat ini telah terbangun dan beroperasi sebanyak 2 unit di kantor PDAM dan di kompleks Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Dukuh Semar. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 31

142 Cara kerja sistem ini dimulai dari pembuangan air limbah komunal dari beberapa rumah tangga yang dialirkan ke septic tank Johkasou. Dalam septic tank ini air limbah diproses dan keluaran dari saluran ini dapat langsung dibuang di badan air penerima Kota Cirebon Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan limbah cair di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Masyarakat kota yang mempunyai kesadaran dan memiliki kelonggaran finansial telah mampu menangani limbah cair, baik dalam penyediaan maupun dalam pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah; b. Sedangkan untuk masyarakat yang belum memiliki kesadaran dan low income, sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh untuk Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk perilaku masyarakat dalam BAB sebagai berikut, pada tahun 2010, ada sebanyak 47 orang yang masih BAB di kebun/sawah, 80 orang yang BAB di sungai/kolam, 175 orang yang BAB di MCK umum, dan sebanyak orang BAB di WC sendiri. Secara umum peran serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kota Cirebon belum maksimal, masih mengandalkan kegiatan atau proyek dari Pemerintah Kota Cirebon, baik penyediaan sarana prasarana maupun perawatannya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 32

143 Permasalahan Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam meningkatkan cakupan layanan air limbah di Kota Cirebon, diantaranya adalah : Cakupan area masih kecil dan didominasi golongan low income; Kurangnya infrastruktur jaringan air limbah, khususnya di Kecamatan Kesambi; Masih banyaknya penduduk yang memiliki jamban yang tidak kedap air; Masih banyaknya perilaku masyarakat yang BABS; Persepsi dari sebagian masyarakat bahwa sarana sanitasi air limbah belum menjadi kebutuhan yang mendesak; Sebagian masyarakat Kota Cirebon lebih mudah membuang limbahnya ke saluran/sungai atau karena keterbatasan ekonominya belum mampu menyediakan sarana sanitasi sendiri; Kondisi kawasan pemukiman di Kota Cirebon yang padat sulit untuk menempatkan saluran pembuangan air limbah dan septic tank yang sesuai dengan persyaratan kesehatan PENGELOLAAN PERSAMPAHAN (LIMBAH PADAT) Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL; 5. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Perda Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan; 6. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 14 Tahun 2008 tentang Dinasdinas Daerah Pada Pemerintah Kota Cirebon. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 33

144 Aspek Institusional Urusan pengelolaan persampahan di Kota Cirebon ditangani oleh DKP, berdasarkan bagan Struktur Organisasi DKP, perencanaan pengelolaan persampahan di bawah Bidang Sarana dan Prasarana Persampahan yang menangani sarana dan prasarana angkutan persampahan dan tempat pembuangan sampah sementara. Sedangkan operasional penanganan dan pengelolaan tempat pemrosesan akhir sampah dilaksanakan oleh UPTD Tempat Pemrosesan Akhir. Sesuai dengan Perda No.3 tahun 2005, objek retribusi pelayanan persampahan adalah : Pedagang Kaki Lima Melalui PDAM (rumah, dll) Pasar / Fasilitas Umum Industri Kantor/usaha perdagangan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 34

145 Gambar 3.6 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 35

146 Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan pengelolaan persampahan meliputi 5 kecamatan di 22 kelurahan se-wilayah Kota Cirebon yang ditunjang oleh sarana TPS yang tersebar di kota, diantaranya adalah : TPS Tuparev dan Wahidin, TPS LP dan TPI, TPS kembar dan Sukalila, TPS Mega Endah, Nuansa Majasem dan BI, TPS Rajawali dan Buyut, TPS Pasar Jagasatru dan Pasar Pagi, TPS Krucuk dan GSP, TPS Penggung, TPS R.S GN.Jati, Sunyaragi dan Terminal, TPS Galunggung dan Kimia Jaya, TPS Kalibaru, Sukalila dan TPI, TPS BI, Kembar dan LP, TPS Krucuk, Penggung dan Wahidin, TPS Sunyaragi dan Rajawali, TPS Buyut dan Grage Mall, TPS Pasar Jagasatru dan Jl.Protokol, TPS BAT, TPS Pasar Kanoman. Kapasitas penanganan sampah atau Service Coverage sebesar 78 % dari area kota. Sampah dari TPS diangkut dengan menggunakan kendaraan pengangkut sampah (amroll kecil dan dumptruck) sedangkan sampah saluran, sampah kerja bhakti, sampah pasar liar dan sampah sapuan diangkut oleh kendaraan ringan bak terbuka. Kemudian akhir dari pengangkutan sampah disentralkan di TPA Kopiluhur Kelurahan Argasunya di Kecamatan Harjamukti yang merupakan tempat pemrosesan akhir sampah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 36

147 Gambar 3.7 SKETSA LAYOUT TEMPAT PEMROSESAN AKHIR KOPI LUHUR ( EKSISTING) BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 37

148 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 38

149 Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang dihasilkan per orang/hari dalam satuan volume atau berat dengan sumber timbulan sampah di Kota Cirebon sebagai berikut : 1. Sampah domestik 2. Sampah daerah komersial, jalan dan drainase 3. Sampah pasar 4. Sampah perkantoran dan institusi 5. Sampah khusus 6. Sampah rumah sakit 7. Sampah industri 8. Sampah hotel dan rumah makan Jumlah volume sampah yang dibuang per hari per kecamatan di Kota Cirebon selama 8 tahun dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.15 VOLUME SAMPAH PERHARI PER KECAMATAN (M 3 ) DI KOTA CIREBON TAHUN No Kecamatan Volume Sampah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Harjamukti Lemahwungkuk Pekalipan Kesambi Kejaksan Jumlah Kenaikan (%) Sumber : Cirebon Dalam Angka Komposisi sampah yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya adalah sebagai berikut : 1. Perumahan 76 % 2. Area bisnis (perkantoran dan hotel) 1,8 % 3. Pasar 12,3 % 4. Kawasan publik 9,7 % BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 39

150 Komposisi sampah kota sebagai berikut : 1. Organik 76,5 % 2. Plastik 12,49 % 3. Logam 0,39 % 4. Kertas 6,51 % 5. Lain-lain 4,1 % Aspek Teknis dan Teknologi a. Tempat Penampungan Sementara (TPS) Kota Cirebon memiliki 30 tempat penampungan sementara yang tersebar di wilayah Kota Cirebon. Masing-masing TPS dilengkapi dengan kontainer, data mengenai jumlah volume sampah yang dapat ditampung kontainer pada masing-masing TPS tersaji pada tabel berikut : Tabel 3.16 TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA No Tempat Penampungan Volume Kontainer Jumlah Sementara (m 3 ) (unit) 1. Krucuk Tuparev Kalibaru Utara Sukalila Selatan Nuansa Majasem Wahidin Sunyaragi BI LP Evakuasi Taman Sari Kembar Jagasatru TPI Pronggol Bima Puri Taman Sari 6 2 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 40

151 No Tempat Penampungan Volume Kontainer Jumlah Sementara (m 3 ) (unit) 18. Pasar Pagi Galunggung Rajawali Penggung Kimia Jaya PLTG RS Gunung Jati Terminal SMP BAT Hotel Sidodadi Wanacala Sunyaragi 6 2 Jumlah : 50 Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Perda Nomor 3 Tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan, yang terkena objek retribusi meliputi : pedagang kaki lima, pasar/fasilitas umum, industri dan kantor/usaha perdagangan. Cara pengumpulan sampah dibedakan menjadi 2 yaitu, secara langsung dan melalui TPS Dalam melaksanakan operasioal persampahan, kinerja DKP ditunjang oleh beberapa kendaraan operasional pengangkut sampah diantaranya: Tabel 3.17 KENDARAAN OPERASIONAL PENGANGKUT SAMPAH No Jenis Kapasitas Kondisi Kepemilikan Kendaraan Angkut 1. Dump Truck 8 x 8 m 3 50% Pemkot 2. Amroll Besar 3 x 12 m 3 Laik jalan Pemkot 3. Amroll Kecil 7 x 8 m 3 50% Pemkot 4. Pick Up 5 x 4 m 3 50% Pemkot BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 41

152 b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) TPA Kopiluhur Kota Cirebon berlokasi di Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti, dengan luas areal ± 9,6 Ha merupakan bekas galian C dengan kedalaman rata-rata areal 10 meter. Pertama kali dimanfaatkan sebagai TPA pada tahun Dengan asumsi produksi sampah rata-rata per hari adalah 2,4 lt/org/hari atau 717 m 3/ hari (tahun 2008) maka diperkirakan akan penuh 3 tahun lagi (lahan tersisa : ± 2 Ha). Sistem yang dipakai masih menggunakan sistem open dumping. Jarak terdekat terhadap permukiman terdekat sekitar 250 meter. Dalam areal TPA telah berdiri pabrik pembuatan kompos dengan kapasitas produksi kompos ton per hari. Dari data DKP volume rata-rata buangan sampah per harinya sampai dengan bulan April 2010 ini, adalah 770 m 3, dengan berat sampah rata-rata dalam kontainer 256 kgm 3. Saat ini diperkirakan ada sekitar 156 orang pemulung yang beroperasi di TPA. Para pemulung tersebut diperkirakan bisa mengurangi sampah TPA sekitar 99m 3 ton/bulan atau 12.9 % dari volume sampah yang masuk TPA. Guna melancarkan operasional TPA, kelengkapan sarana yang ada meliputi : 1 unit exavator, 1 unti buldozer, 1 unit becho wheel loader dan 1 unit soft wheel loader. Saat ini DKP telah membangun kolam lindi. Kolam ini berfungsi untuk memperlakukan air licid diubah menjadi green water yang selanjutnya air tersebut dibuang ke badan air penerima. Air licid merupakan air hasil proses pembusukan sampah, apabila air licid meresap ke dalam tanah, maka dikhawatirkan akan membuat air tanah menjadi terpolusi. c. Pemanfaatan dan pengolahan sampah Ada sebagian masyarakat, swasta dan pemerintah yang melakukan kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah secara 3R (reuse, reduce dan recycle). Kegiatan pemanfaatan ini sedikitnya dapat mereduksi jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA walaupun tidak tampak secara signifikan karena jumlah timbulan sampah sangat banyak dan selalu meningkat. Rincian kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah 3R dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 42

153 Tabel 3.18 KEGIATAN PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH (REUSE, REDUCE DAN RECYCLE) OLEH MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH No JENIS KEGIATAN ALAMAT JENIS SAMPAH KAPASITAS (LIMBAH) PEMANFAATAN a Sekolah: SDN Karang Mulya Jl.Drajat Limbah padat dan organik m3/hari SDN Kebon Melati Jl.Moh.Toha Limbah padat dan organik m3/hari SMP 1 Jl.Siliwangi Limbah padat dan organik m3/hari SMP 2 Jl.Siliwangi Limbah padat dan organik m3/hari SMP 3 Jl.Pemuda Limbah padat dan organik m3/hari SMP 4 Jl.Wahidin S Limbah padat dan organik m3/hari SMP 5 Jl.Jend.A.Yani Limbah padat dan organik m3/hari SMP 8 Jl.Cipto MK Limbah padat dan organik m3/hari SMU 2 Jl.Ciremai Raya Limbah padat dan organik m3/hari SMU 3 Jl.Perjuangan Limbah padat dan organik m3/hari SMKN 1 Jl.Cipto MK Limbah padat dan organik m3/hari SMKN 2 Limbah padat dan organik b Perkantoran: Dinas Kesehatan Jl.Kesambi Limbah padat dan organik 0.05 m3/hari Kantor lingkungan Hidup Jl.Wahidin S Limbah padat dan organik 0.05 m3/hari Limbah padat dan organik c Perumahan: RW.03 Sigendeng Kelurahan Kesambi Limbah padat dan organik RW.04 Kampung Melati Kelurahan Kesambi Limbah padat dan organik RW.08 Kebon Baru Kelurahan Kebon Baru Limbah padat dan organik RW.03 Pegambiran Kelurahan Pengambiran Limbah padat dan organik RW.08 Sunyaragi Kelurahan Sunyaragi Limbah padat dan organik 1-2 m3/hari RW.10 Jagasatru Keluran Jagastru Limbah padat dan organik RW.03 Larangan Keluran Larangan Limbah padat dan organik RW.07 Larangan Keluran Larangan Limbah padat dan organik RW.08 Larangan Kelurahan Larangan Limbah padat dan organik d Rumah sakit/puskesmas: Puskesmas Kejaksan Jl.Siliwangi Limbah padat dan organik Puskesmas Nelayan Jl.Kapten Samadikun Limbah padat dan organik 0.15 m3/hari Puskesmas Gunungsari Jl.Tentara Pelajar Limbah padat dan organik Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Sampah Peran serta masyarakat dan jender dalam pengelolaan sampah di Kota Cirebon masih belum optimal, seharusnya sebelum sampah dibuang di TPS, penanganan sampah dilakukan di rumah masing-masing dengan cara pemilahan sampah organic, anorganik dan sampah B3, namun hal ini belum dilakukan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 43

154 Sebagian kecil masyarakat melakukan pemusnahan sendiri dengan cara ditimbun atau dibakar, terutama pada permukiman dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Umumnya pada pengelolaan sampah belum ada keterlibatan perempuan sejak dari tingkat rumah tangga sampai tingkat kelurahan dan kecamatan. Semua aktifitas masih didominasi oleh laki-laki Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah Permasalahan dalam pengelolaan sampah di Kota Cirebon sangat komplek, baik dari tingkat masyarakat, tingkat swasta maupun ditingkat Pemerintah Kota Cirebon. Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat : 1. Kesadaran masyarakat Kota Cirebon untuk memilah sampah rumah tangga dari sampah organic, anorganik dan sampah B3, masih kurang; 2. Perilaku masyarakat Kota Cirebon membuang sampah di sungai, drainase lingkungan atau badan air penerima kota masih banyak terlihat; 3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah; 4. Masih adanya pola masyarakat yang membakar sampah, bukan menimbun dan menutup dengan tanah. Permasalahan persampahan ditingkat swasta 1. Peran swasta dalam memanfaatkan pengelolaan sampah masih kurang; Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah 1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk DED persampahan; 2. Kurangnya sarana operasional persampahan, berupa gerobak sampah dan kendaraan pengangkut sampah yang tidak laik jalan; 3. Pemerintah Kota Cirebon melalui DKP Kota Cirebon mengalami kesulitan menempatkan TPS (baik permanen maupun kontainer); 4. Lahan TPA Kopiluhur diperkirakan akan penuh dalam 3 tahun mendatang; 5. Mengingat dana operasional yang minim, TPA Kopiluhur masih menggunakan system open dumping, belum ke sanitary landfill; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 44

155 6. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan, khususnya disebagian wilayah Pegambiran; 7. Belum adanya penghargaan berupa insentif yang diberikan kepada masyarakat atau pihak swasta, apabila masyarakat atau swasta melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu PENGELOLAAN DRAINASE Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai; 4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih; 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan; 6. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi; 7. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 7 November 2008 tentang Dinas-dinas Daerah Pada Pemerintah Kota Cirebon Aspek Institusional Penanganan sungai-sungai yang melintas di Kota Cirebon terbagi menjadi 2, untuk penanganan sungai : Kedungpane, Sukalila, Kesunean dan Kalijaga merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, yang merupakan instansi Kementerian Pekerjaan Umum RI, yang berkedudukan di wilayah Cirebon. Sedangkan pengelolaan drainase di Kota Cirebon merupakan kewenangan Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, Energi dan Sumber Daya Mineral, dibawah Bidang Sumber Daya Air, Energi dan Mineral. Bidang SDAEM membawahi Seksi Sumber Daya Air dan Seksi Energi dan Sumber Daya Mineral. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 45

156 Gambar 3.8 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 46

157 Cakupan Pelayanan Cakupan layanan dari sistem drainase yang ada di Kota Cirebon dari sistem drainase yang terkecil sampai dengan yang terbesar terdiri dari sistem drainase tersier, drainase sekunder dan drainase primer. Sistem drainase tersier yaitu sistem drainase yang melayani kawasan layanan meliputi sistem drainase yang berasal dari perumahan ke selokan yang biasanya berada di depan, samping ataupun belakang rumah yang terletak tersebar di wilayah permukiman yang ada di Kota Cirebon, dalam perawatan dan pengelolaannya dibutuhkan kesadaran warga yang menempati kawasan wilayahnya. Sistem drainase sekunder yaitu sistem drainase dari yang berasal dari drainase tersier menuju saluran yang dimensi penampangnya lebih besar dari dimensi penampang saluran drainase tersier. Sistem drainase primer atau drainase utama yaitu sistem drainase yang menampung dari sistem drainase tersier dan drainase sekunder, selanjutnya disalurkan ke sungai atau canal-canal yang nantinya akan dialirkan ke sungai utama menuju muara. Adapun sistem drainase sungai utama (dengan asumsi panjang saluran utama meliputi saluran terpanjang yang berhilir ke sungai/ saluran utama dan terletak di daerah administrasi Kota Cirebon), meliputi: a. Sungai Kedungpane Kali kedungpane merupakan kali yang terletak di kawasan Kota Cirebon bagian utara dan berhilir tepat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, dengan panjang 8,3 km, lebar kali di bagian hulu 25 m dan luas kawasan yang terlayani sebesar 405,9 Ha. b. Sungai Sukalila Kali Sukalila sebenarnya bukanlah sebuah kali, karena Kali Sukalila tidak memiliki hulu. Sehingga lebih tepatnya sebagai saluran pembuang dari beberapa pertemuan sungai-sungai yang terletak di bagian hulu serta saluran sekunder lainnya yang terletak di kawasan padat permukiman dan pusat kegiatan, sehingga beban yang diterima Kali Sukalila sangat besar yaitu dengan daerah layanan sebesar 478 Ha, panjang 5,1 km dan lebar di bagian hilir sebesar 28 m. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 47

158 c. Sungai Kesunean Kali Kesunean merupakan kali dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 643 Ha, panjang 8,4 km dan lebar di bagian hilir sebesar 85 m. d. Sungai Kalijaga Sungai Kalijaga merupakan sungai yang terletak di bagian selatan Kota Cirebon yang sekaligus berbatasan langsung dengan Kabupaten Cirebon, dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 1261 Ha, dengan panjang 11,8 km dan lebar di bagian hilir sebesar 27 m. Selain sungai utama yang sudah disebutkan diatas, sistem saluran utama di Kota Cirebon terdiri dari kanal-kanal, seperti disebutkan di bawah ini: 1. Kanal Diponegoro Kanal Diponegoro terletak di sepanjang jalan diponegoro dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 19 Ha, panjang canal sebesar 900 m dan lebar di bagian hilir sebesar 3 m. 2. Kanal Kramat Kanal Kramat yang berhulu di daerah pancuran dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 64 Ha, panjang canal sebesar 1,5 k m dan lebar di bagian hilir sebesar 3 m. 3. Tongkol Kanal Tongkol Kanal yang berhulu di daerah siliwangi bagian utara dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 70 Ha, panjang canal sebesar 1 km dan lebar di bagian hilir sebesar 5 m. 4. Kanal Cipadu Kanal Cipadu yang berhulu di daerah Kutagara dengan luas kawasan daerah yang terlayani sebesar 165 Ha, panjang kanal sebesar 1,9 km dan lebar di bagian hilir sebesar 9 m. Untuk lebih jelasnya mengenai system drainase beserta daerah cakupan layanannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 48

159 Gambar 3.9 SISTEM CAKUPAN LAYANAN DRAINASE KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 49

160 Kota Cirebon memiliki pintu air sebanyak 52 buah, Kali Kerian yang memiliki paling banyak pintu air. Tabel 3.19 PINTU AIR Lokasi Pintu Air Jumlah Pintu Air BENDUNG BATU 2 BT.1. 2 BT.2. 3 BT.4. 2 BT.5. 1 K K PINTU PENGURAS 1 K MAJASEM 3 KANDANG PERAHU 1 KALI TANJUNG 4 SUNYARAGI 5 KESAMBI 3 KALI KERIAN 11 KALI CIPADU 1 KALI KESUNEAN 3 KOMPLEK SUATER 1 PENGAMBIRAN 1 JUMLAH Aspek Teknis dan Operasional a. Aspek Teknis Dalam mengatasi permasalahan drainase yang ada di Kota Cirebon, maka aspek yang diperlukan adalah : Pembuatan master plan Drainase Kota Cirebon; Membuat embung di kawasan hulu yang berfungsi sebagai tampungan dan persediaan air hujan; Membuat sumur resapan yang bertujuan untuk,mengendalikan kelebihan air permukaan sedemikian rupa sehingga air permukaan dapat mengalir secara terkendali; Normalisasi saluran dan sungai terutama di daerah muara; Pembuatan mechanical screen di saluran drainase utama; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 50

161 Pengadaan pompa, saat ini di Kota Cirebon hanya terdapat 2 pompa aktif di Ade Irma. Pompa ini dipergunakan pada saat terjadi genangan. b. Aspek Non Teknis Aspek non teknis merupakan aspek yang bersifat yuridis yang mengatur system drainase perkotaan secara umum, seperti: Undang Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I judul Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Masih kurangnya peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kota Cirebon, hal ini terbukti dari perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan sarana drainase lingkungan. Namun dibeberapa tempat, keterlibatan masyarakat untuk menormalisasikan saluran drainase lingkungan sudah nampak. Dilain pihak masih terlihat perilaku masyarakat terhadap sarana drainase adalah sebagai berikut : a. Masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan pembuangan limbah home industri tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih dahulu; b. Masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai TPS (tempat pembuangan sampah) yang praktis; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 51

162 c. Masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jamban untuk BAB; d. Masyarakat sering mendirikan bangunan untuk kegiatan usaha. seperti yang terjadi bantaran sungai Sukalila, bantaran kali Suba, bantaran Permasalahan Kota Cirebon merupakan kota yang terletak di kawasan pantai, sehingga dalam penanganan permasalahan drainase banyak faktor yang mempengaruhi dan perlunya pertimbangan yang matang. Adapun permasalahan sektor drainase yang terjadi di Kota Cirebon yaitu: Perubahan tata guna lahan seperti yang sangat terlihat diantaranya pada kawasan Argasunya yang mengakibatkan peningkatan aliran permukaan sehingga aliran permukaan yang mengalir ke hilir semakin cepat dan tidak terkendali; Kelandaian kemiringan dasar saluran yang merupakan konsekuensi dari daerah pantai sehingga mengakibatkan kecepatan aliran air kecil, sehingga banyak terjadi endapan/ sedimentasi terutama pada daerah tikungan yang tentunya memberi kontribusi percepatan pendangkalan/ penyempitan saluran dan sungai, dengan demikian kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang dan tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap sehingga terjadi genangan; Kurangnya fasilitas pompa drainase PENYEDIAAN AIR BERSIH Landasan Hukum/Legal Operasional 1. Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor 13 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM; 2. Surat Keputusan Walikotamadya DT II Cirebon No 18 Tahun 1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 13 Tahun BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 52

163 Aspek Institusional Saat ini pengelolaan dan penyediaan air bersih di Kota Cirebon merupakan kewenangan PDAM Kota Cirebon. Kondisi saat ini pada tahun 2009, harga rata-rata air bersih per m3 adalah Rp sasaran pada tahun 2014 mencapai Rp Untuk kualitas pelayanan atau jam layanan, pada tahun 2009 masih 16 jam layanan sasaran pada tahun 2014 adalah 24 jam. Saat ini jumlah SDM kurang memadai sehingga untuk SDM bidang penagihan lapangan dan pencatatan meter air akan dilakukan outsourcing mulai tahun Cakupan Pelayanan Cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Cirebon dan sekitarnya pada tahun 2008 mencapai 75,60% dari total penduduk Kota Cirebon. 24,40% penduduk yang belum terakses sarana air bersih mayoritas bertempat tinggal di kawasan Argasunya Kecamatan Harjamukti. Dalam melayani masyarakat, PDAM mengklasifikasikan pelanggan dalam beberapa kelompok. Kelompok I merupakan kelompok pelanggan sosial, baik sosial khusus dan sosial umum. Kelompok II meliputi golongan Semi Permanen, Permanen A, Niaga A (kecil) dan Industri A (kecil). Kelompok III terdiri dari Perkantoran, Permanen B, Rumah Praktek A dan Rumah Praktek B. Kelompok IV terbagi menjadi Niaga B (sedang),industri B (sedang), Niaga C (besar) dan Industri C (besar). Sedangkan Kelompok V melayani PDAM Kabupaten Cirebon, Pancuran Umum, Air Sebagai Bahan Baku, Pelabuhan, Tanki Sosial, Tanki Niaga dan Air Sebelum Diolah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 53

164 Tabel 3.20 KONDISI JUMLAH PELANGGAN PDAM KOTA CIREBON TAHUN 2008 URAIAN JUMLAH PROSENTASE (%) A. KELOMPOK I : Sosial Khusus 2 Sosial Umum B. KELOMPOK II : Semi Permanen 2 Permanen A 3 Niaga A (kecil) 4 Industri A (kecil) C. KELOMPOK III : Kantor, Instansi Pemerintah 2 Permanen B 3 Rumah Praktek A 4 Rumah Praktek B D. KELOMPOK IV : Niaga B (sedang) 2 Industri B (sedang) 3 Niaga C (besar) 4 Industri C (besar) E. KELOMPOK V : PDAM Kota Cirebon 2 Pancuran Umum 3 Air sebagai bahan baku 4 Pelabuhan Tanki Sosial 6 Tanki Niaga 7 Air Sebelum Diolah Jumlah Karakteristik Pelayanan Berdasarkan data pemakaian air dan data air yang diproduksi selama 5 tahun terakhir ( ) menunjukkan karakteristik sebagai-berikut : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 54

165 Tabel 3.21 PERKEMBANGAN TINGKAT PELAYANAN Keterangan Jumlah Pelanggan Penjualan Air (m3/thn) Rata-rata pemakaian per pelanggan (m3/hari) Pemakaian per orang per hari (liter) 1,04 1,02 1 0,99 0, Kehilangan air (%) 23,91 27,22 26,28 25,5 25,86 NO 1 2 URAIAN Jumlah distriusi/penjualan Cakupan pelayanan Tabel 3.22 KONDISI SAAT INI DAN SASARAN DARI ASPEK PEMASARAN KONDISI SAAT INI (2009) M3 (650 l /det) SASARAN (2014) 84 % 101 % M3 (868 l /det) 3 Jumlah SL SL SL 4 Kualitas air Sesuai KepMenKes 5 Sarana distribusi Sudah tua Prasarana diatribusi Penggolongan kembali pelanggan Harga rata rata per M3 Kualitas pelayanan (jam layanan) SDM: Kecukupan jumlah kualifikasi Ketersediaan counterpoint Sesuai KepMenKes Penggantian bertahap dan penambahan Sudah tua Sda Sda Rp 1.361,00 Rp 3.180,00 16 jam Tidak memadai Belum memadai 24 jam bertahap Outsuorcing Memadai KETERANGAN / ACTION PLAN Evaluasi kembali estimasi penambahan sumber air unuk menentukan program distribusi tiap tahun Cakupan untuk pelanggan tidak hanya di kota Cirebon, tetapi juga pelanggan di daerah sekitarnya Peningkatan distribusi/produksi air untuk SL baru dan memperbaiki pelayanan pelanggan yang sudah ada Diprogram secara otomaris berdasarkan corporate plan Dilakukan investasi/identifikasi secara konprehensif sebagai dasar pertimbangan dasar pengganti secara bertahap serta pemeliharaan yang tepat. Penambahan baru sesuai keperluan investasi untuk penambahan air baku Melakukan inventarisasi dan tinjauan lapangan untuk dijadikan dasar penggolongan kembali tarif pelanggan Kualitas layanan termasuk cara pembayaran, pengaduan, dll SDM dirinci dalam bab program Untuk SDM bidang penagihan lapangan dan pencatatan meter air akan dilakukan outsourcing mulai 2011 Menambahan counterpoint yang paling strategis, efisien dan efektif. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 55

166 Aspek Teknis dan Operasional Instalasi Produksi PDAM Kota Cirebon memiliki dua buah sumber air untuk sistem penyediaan air minumnya yaitu: 1) Sumber Air I : Sumber air I berasal dari terowongan penampungan air yang dibangun pada tahun 1937 terletak di Paniis dengan 33 liter/dt. Terowongan air merupakan penampung air yang berasal dari sumur vertikal berdiameter 200 mm dengan kedalaman bervariasi antara 2 m sampai 8 m. Panjang terowongan + 77 mm dibawah kaki Gunung Ciremai. Pada tahun 1960, kapasitas ditingkatkan menjadi 100 liter/detik dengan menambah pipa 350 mm. Dari sumber ini air disalurkan melalui pipa dia.250 mm (1937) menuju instalasi pengolahan yang terletak dari sumber air 2) Sumber Air II : Sumber air II terletak kurang lebih 50 m dari sumber air lama, berupa sumur pengumpul bediameter dalam 4 m dan 5 m diameter luar dengan kedalaman + 7 m yang mengumpulkan air dari 24 buah sumur horisontal berdiameter 200 mm yang tepasang melingkar dengan jari-jari antara 9 m sampai 32,5 m. Namun demikian, hanya beberapa sumur horisontal saja yang terarah ke sungai yang mampu mengalirkan air. Dari sumber ini air disalurkan melalui pipa diameter 700 mm menuju instalasi pengolahan yang terletak di Plangon + 8,195 km dari Paniis. Perkembangan lingkungan kawasan sumber air sejak tahun 1998, sudah banyak mengalami perubahan yang meliputi : kebakaran hutan, galian pasir dan batu, penebangan hutan dan perubahan perilaku masyarakat telah mempengaruhi kelangsungan pasokan terhadap sumber air tersebut. Sebelum tahun 1998, ketinggian muka air di sumur pengumpul Paniis adalah cm, dari bibir atas pipa outlet. Kondisi ini menjamin air yang masuk ke dalam pipa mengalir secara penuh. Sehingga kapasitas yang diranfang terhadap instalasi pengolahan air di Plangon dapat menghasilkan air secara optimal sesuai dengan kapasitas pasangannya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 56

167 Kondisi lingkungan sumber air berubah sejak tahun 1998, secara bertahap namun pasti telah mengganggu pasokan air ke pipa transmisi. Ketinggian air diatas bibir pipa outlet pada sumur pengumpul hanya berkisar 4 cm, yang menyebabkan adanya air disekitar pipa outlet sebagai indikasi adanya udara yang ikut masuk ke dalam pipa. Kondisi udara dalam pipa air baku ini meyebaba menurunnya kapasitas yang mungkin dialirkan melalui pipa tersebut. Sebagai diketahui kapasitas terpasang adalah sebesar 860 liter/detik, (meliputi sistem lama dan baru) namun demikian total perkembangan produksi yang dapat demanfaatkan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel PERKEMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI 5 TAHUN TERAKHIR TAHUN VOLUME (m3/thn) DEBIT (I/det) ,659, ,247, ,262, ,621, ,536, Perkembangan kapasitas produksi tersebut tidak sebanding dengan terus bertambahnya jumlah pelanggan dan penurunan pelayanan yang terjadi desebagian wilayah pelayanan Instalasi Pengolahan 1) Instalasi Pengolahan I, Paniis Instalasi ini terdapat di Paniis m dari sumber air baku, dibangun pada tahun 1937 dan dikembangkan tahun 1961, meliputi : Unit Aerasi dengan Marley Sproyers (Sistem Pancaran) untuk mengurangi kandugan C02 Agresif. Berjumlah : 20 buah (1937), 80 buah (1961). Sejak tahun 1996 diganti dengan model Dreesner. Debit produksi rata - rata sebesar 22,2 liter/detik dan sebesar 84,5 liter/debit. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 57

168 Unit Desinfeksi dengan menggunakan injieksi gas Chlor Pembubuhan gas Chlor dilakukan untuk menjaga kualitas air di jaringan distribusi sampai dengan titik dengan sisa chlor kurang lebih 0,2 mg/l. 2) Instalasi Pengolahan II, Plangon Instalasi pengolahan baru dibangun 1980 merupakan satu unit pengolahan yang terdiri dari : Unit Aerasi dengan Methoda Sulzer (Sistem Kontak dengan tekanan tinggi) Unit Desinfeksi dengan menggunakan injeksi gas Chlor. Instalasi pengolahan tersebut terletak di desa Plangon m dari sumber air Paniis ke arat kota Cirebon, dengan debit produksi air bersih rata rata sebesar 700 lt/dt. Berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada unit sumber airnya, pasokan IPA Plangon juga mengalami perubahan. Standar operasi yang seharusnya tidak dapat dipenuhi. Standar operasi optimal, seperti yang disyaratkan pada Pedoman Operasi dan Pemeliharaannya (1982) disyaratkan : 5 unit enjektor bekerja dan 1 unit ejektor siaga Tekanan inlet : 18,5 bar dan tekanan outlet : 17,5 bar Debit masing masing enjektor : 580 m3/jam ( 161,1 l/det ), sehingga dalam kondisi optimal debit total mencapai : 805 l/det. Kualitas air yang dihasilkan : 8 11 mg/l CO2 bebas ( 1-3 mg/l CO2 aggresif ) Namun demikian sejak tahun 2000, keenam enjektor telah dioperasikan secara total dalam upaya untuk mendapatkan tambahan debit. Namun demikian kondisi sumber air yang ada, hal tersebut sulit dipenuhi. Terlebih lagi, karena IPA Plangon sudah dirangcang sedemikian rupa untuk menghasilkan kualitas air dengan CO2 agresif 1-3 mg/l bila dioperasikan dengan optimal, maka bila kondisi tersebut diabaikan maka kualitas air yang dihasilkan tentu menurun. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 58

169 No Keterangan Pipa transmisi Pipa transmisi II Pipa transmisi III Sistem Transmisi Sistem Transmisi dimaksudkan untuk mengalirkan air dari instalasi pengolahan air ke sistem distribusi. Sistem Transmisi yang dibangun bersamaan dengan dibangunnya instalasi pengolahan air dan dpergunakan untuk mengalirkan air sesuai dengan kapasitas yang dihasilakan oleh instalasi pengolahan air. Dengan demikian ukuran diameter pipa transmisi yang terdiri dari 3 sistem perpipaan juga memiliki diameter yang bervariasi. Tahun Pasang Tabel 3.24 KONDISI PIPA TRANSMISI Jenis pipa CI, sebagian sudah diganti PVC CI, sebagian sudah diganti PVC 1980 DCIP Diameter mm mm mm Kapasitas Desain (l/det) Sistem pengalira n 30 grafitasi 80 grafitasi 760 grafitasi Pengendali Tekanan Bangunan Pelepas Tekanan (3 buah) BPT di siliwangi elevasi 269 m.a.l BPT di Capar elevasi 197 m.a.l BPT di Plangon elevasi 116 m.a.l Ketup pengendalian Kecepatan (Over Speed Velve) dan Katup Pengurang Tekanan (Pressure Reducing Velve) Tabel 3.25 LOKASI DAN JARAK UNIT PRODUKSI SISTEM LAMA ( 1937 & 1960 ) NO KETERANGAN ELEVASI (m.s.a.l ) JARAK ( m ) 1 Terowongan m 2 Aerasi m km 3 Tempat Bahan Kimia m km 4 BPT I m km 5 BPT II m km 6 BPT III m km 7 Resorvoar Perujukan m km BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 59

170 Tabel 3.26 LOKASI DAN JARAK UNIT PRODUKSI SISTEM BARU ( 1982 ) NO KETERANGAN ELEVASI JARAK(km) 1 Sumur Pengumpul m 2 Over Speed m Teatmen Plant 92.5 m Presure Control m Reservoar Gn. Sari m Tabel 3.27 PANJANG DAN DIAMETER PIPA TRANSMISI LAMA NO KETERANGAN PIPA I PIPA II PVC Dia. (mm) Panjang (m) Dia. (mm) Panjang (m) Dia. (mm) Panjang (m) 1. Transmisi Plan Cipaniis s/d Conection Chamber Cirea Conection Chamber Cirea s/d Changing Point 3. Changing Point s/d BPT Capar BPT Sidawangi s/d BPT Capar BPT Capar s/d BPT Plangon BPT Plangon s/d Kota a. Pipa I : Ke Menara Parujakan b. Pipa II : Ke Menara Gunung Sari Panjang Total Tabel 3.28 PANJANG PIPA TRANSMISI III (1980) NO. KETERANGAN PIPA II (1982) Dia. Panjang (m) 1. Collector Well s/d Over Speed 700 mm Over Speed s/d Treatment Plant Plangon 600 mm 6,3 3. Perempatan By Pass s/d PCS Kalitanjung 700 mm 8 4. PCS Kali Tanjung s/d By Pass 700 mm 1,15 5. By Pass s/d Kesambi 600 mm Jl. Kesambi s/d Menara Gunung Sari 500 mm 2,8 Panjang Total 2118,25 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 60

171 Sistem Distribusi Sistem distribusi dengan menggunakan berbagai macam pipa diantaranya jenis Steel dia m ( tahun ), jenis PVC, ACP dan DCIP (tahun 1877) dia mm dan jenis pipa PE (tahun 2008). Di samping itu untuk mendukung pendistribusian air, telah dibangun beberapa reservoir yakni : - Menara Air Baja Parujakan (tahun 1973), kapasitas 875 m3 - Menara Air Beton Gunung Sari (tahun 1960), kapasitas m3 - Reservoar Pompongan (tahun 1999), kapasitas 2000 m3 Namun demikian, seiring dengan perubahan yang terjadi pada sumber air Paniis, pengisian terhadap ketiga reservoar tersebut juga mengalami gangguan. Menara air Parujakan dan Gunung Sari sudah tidak terisi sejak tahun Sementara itu operasional Reservoar Pompongan juga tidak optimal bukaan katup dari reservoar hanya kurang lebih 10% dari total bukaan. Hal ini dilakukan untuk dapat menahan air untuk beberapa waktu di dalam reservoar dan mengeluarkannya sedikit demi sedikit karena pasokan air yang relatif sedikit. Karena bila katup dibuka total, air cenderung langsung mengalir ke pipa dan tidak ada yang tersimpan di reservoar. Gangguan distribusi ini sudah lama dirasakan sejak tahun 2000 oleh masyarakat di daerah pelayanan bagian utara. Secara bertahap, gangguan itu mulai dirasakan oleh masyarakat di wilayah lainnya. Dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus tahun 2007 lalu, saat reservoar pompongan sudah tidak dapat diisi secara normal dari pipa transmisi 700 mm tanpa melakukan pengaturan pada katup pengurang tekanan (PRV) di BPT Kalitanjung. Sistem pengaliran secara prinsip dilakukan secara grafitasi 24 jam. Namun demikian, pada kenyataannya beberapa wilayah di jaringan distribusi tidak mendapatkan air seperti yang diharapkan, karena pasokan air ke sistem distribusi relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan air oleh masyarakat, khususnya kebutuhan air pada jam puncak. Saat ini sistem operasi jaringan distribusi dengan melakukan pengaturan beberapa katup yang ada di jaringan. Pengaturan katup tersebut BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 61

172 berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dengan jumlah putaran dan lokasi katup ditetapkan dengan sistem coba-coba. Pemantauan terhadap tekanan air di jaringan distribusi dilakukan secara periodik dan beberapa tempat (random) antara lain di beberapa hydrant kebakaran setiap ½ tahun. Sedangkan pemantauan terhadap debit air di jaringan distribusi dilakukan dengan memasang meter konsumen di setiap pelanggan. Untuk menyeimbangkan tekanan air dan mengarahkan aliran, pada jaringan distribusi, maka beberapa katup bukaan/putarannya diatur. Kegiatan pengendalian kebocoran pada jaringan pipa distribusi merupakan faktor utama dalam suatu manajemen perusahaan air minum yang baik. Sebagian penghematan dana dapat dilaksanakan dengan melaksanakan deteksi dan perbaikan kebocoran. Selain daripada hal tersebut diatas bahwa kegiatan kontrol kebocoran ini juga mempunyai keuntungan yaitu untuk meningkatkan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi. Tabel 3.29 TINGKAT KEHILANGAN AIR PDAM KOTA CIREBON 5 TAHUN TERAKHIR NO URAIAN SATUAN Volume air M produksi 2. Volume air M didistribusikan 3. Kebocoran M Prosentase kebocoran (%) % 23,91 27,22 26,28 25,50 25,86 Dengan tingkat kehilangan air PDAM Cirebon tahun 2008 sebesar 25,86% perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan kehilangan air terdiri dari : aspek teknis maupun non teknis. Aspek teknis untuk menurunkan tingkat kehilangan air meliputi : - Pencarian kebocoran dan memperbaikinya dengan cepat - Penyelesaian sambungan tidak resmi - Program penggantian meter air yang sudah lama BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 62

173 - Penggantian pipa lama khususnya pipa dengan bahan yang mudah korosif (CI, steel) - Membuat zona-zona dengan jumlah pelanggan tertentu untuk memudahkan pemantauan kehilangan air (area distrik meter) - Menerapkan pengelolaan asset (Asset Manajemen) dan peta jaringan perpipaan yang baik untuk mengetahui kondisi setiap aset yang dimiliki dan menjadualkan pemeliharaannya. Aspek Non Teknis untuk menurunkan kehilangan air meliputi : - Pengecekan terhadap akurasi pencatatan meter pelanggan - Pengecekan terhadap pengolahan data hasil pembacaan - Pencatatan terhadap semua pemakaian resmi tanpa rekening (contoh: pemakaian untuk kebutuhan dinas kebakaran, dinas pertamanan, bantuan dll) - Pencatatan terhadap semua pemakaian yang tidak berekening atau berekening Pengawasan dan Pemantauan Air Bersih Pengawasan dan pemantauan air bersih bertujuan agar kualitas air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat aman sehingga masyarakat terhindar dari gangguan penyakit bersumber/perantara air. Kualitas air yang didistribusikan kepada pelanggan pada dasarnya telah dilakukan pemeriksaan/pengujian melalui laboratorium PDAM Kota Cirebon dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan No.907/Menkes/Sk/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Program pemeriksaan/ pengujian kualitas air meliputi : 1). Kualitas air baku diperiksa setiap hari 2). Kualitas sumber air diperiksa seminggu sekali 3). Kualitas air yang didistribusikan diperiksa setiap hari 4). Pengambilan sampel dari pelanggan dilakukan seminggu sekali (diambil secara random dari beberapa rumah pelanggan) 5). Pemeriksaan per triwulan oleh Dinas Kota Cirebon 6). Pemeriksaan per tahun oleh Balai Teknik Lingkungan di Jakarta BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 63

174 Berkaitan dengan poin 5 diatas, Dinas Kesehatan melakukan pemantauan kualitas air bersih setiap tiga bulan sekali yang terdiri dari 8 titik untuk pemeriksaan kimia dan 75 titik untuk pemeriksaan bakteri. Sedangkan untuk pengawasan air bersih bersumber non PDAM seperti sumur pompa tangan dan sumur gali, maka dilakukan inspeksi sanitasi terhadap sarana air bersih guna mengetahui resiko pencemaran apakah rendah, sedang, tinggi atau amat tinggi. Pemantauan kualitas sumur gali dan sumur pompa tangan pada tahun 2008 sebanyak 950 sampel untuk pemeriksaan bakteri dan 44 sampel untuk pemeriksaan kimia. Pada hasil pemeriksaan bakteri hanya 24% yang memenuhi syarat sedangkan pemeriksaan kimia 100% memenuhi syarat Permasalahan Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan pembangunan di Kota Cirebon tidak dapat dipungkiri lagi akan peningkatan berbagai kebutuhan pelayanan umum diantaranya adalah penyediaan air bersih yang merupakan salah satu prasarana dasar kehidupan. Pemerintah bertanggung jawab dalam hal perencanaan dan pembangunan system penyediaan air bersih, mulai dari sumber-sumber air bersih, sistem produksi, transmisi dan distribusi. Adapun permasalahan sektor penyediaan air bersih yang terjadi di Kota Cirebon yaitu: 1. Isu utama air bersih adalah dalam memperoleh sumber air karena hingga saat ini Kota Cirebon sangat bergantung pada sumber air dari wilayah lain yaitu kawasan Gunung Ciremai yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Kuningan. Permasalahan tuntutan kompensasi air dan debit operasional berpotensi menyebabkan konflik antar daerah. 2. Sumber penyediaan air bersih di Kota Cirebon yang lain adalah dari air bawah tanah. Namun sumber ini menghadapi ancaman dari intrusi air laut dan kerusakan daerah tangkapan air. Intrusi air laut terpantau telah mencapai sejauh m dari garis pantai ke darat. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 64

175 3.6. KOMPONEN SANITASI LAINNYA. Penjelasan kondisi riil penanganan limbah industri dan limbah medis, program kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dilaksanakan SKPD Penanganan Limbah Industri Beberapa penanganan yang dilakukan untuk mereduksi dampak dari Limbah Industri, yaitu : a. Telah diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Perijinan Air Bawah Tanah yang mengatur penggunaan air bawah tanah untuk keperluan usaha atau kegiatan produksi dan komersial. b. Telah diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelayanan Air Minum dan Air Limbah pada PDAM, dimana untuk sektor Air Limbah diserahkan pengelolaan sepenuhnya ke PDAM. c. Mewajibkan kepada pelaku usaha untuk membuat sumur resapan di areal usahanya, dengan pengawasan pelaksanaan dilakukan oleh KLH Kota Cirebon. d. Mempersiapkan rancangan Peraturan Daerah mengenai perijinan pembuangan limbah cair. e. Melaksanakan supervisi dan monitoring rutin kepada pelaku usaha dan kondisi air permukaan aktual. f. Melakukan reduksi limbah yang masuk ke dalam badan air dengan mendorong pembangunan peningkatan sarana prasarana pengumpulan air limbah dan pengolahannya atau kolam oksidasi yang dikelola oleh PDAM Kota Cirebon, meningkatkan penyambungan/perluasan sambungan dari bangunan yang terletak di sepanjang sistem penyaluran air limbah. Beberapa industri yang menghasilkan limbah B3, dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 65

176 Tabel 3.30 DAFTAR INDUSTRI PENGHASIL LIMBAH B3 No Nama Perusahaan Alamat Jenis Industri 1 PT.BAT Jl. Pabean No. 84 Industri Rokok 2 PT Japfa Comfeed Jl. A.Yani. No.31 Industri Pakan Ternak 3 PT Japfa Comfeed Jl. Buyut No.130 Industri Pakan Ternak 4 PT Arida Jl. Dukuhduwur No.46 Industri Jaring Sintetis 5 PT Starion Jl. Kalijaga No. 164/165 Industri Karoseri 6 PT Pegambiran Jaya Jl. Karangdawa brt No.2 Industri Sumpit Utama 7 PT. Dunia Kimia Jaya Jl. Kalijaga No Industri Kimia 8 PT Indonesia Power Jl. By Pass Industri Pembangkit Listrik 9 PT Pelindo II Cirebon Jl. Belawan Pelabuhan Kawasan Industri Penanganan Limbah Medis Limbah medis adalah jenis sampah berbahaya (B3), karena sampah medis merupakan sampah infeksius yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan sangat berbahaya dapat mencemari lingkungan, sehingga dalam pengelolaannya perlu penanganan khusus. Dalam pengelolaan limbah medis di Kota Cirebon belum seluruhnya tertangani, baru dari UPTD Puskesmas, Laboratorium daerah. Pelaksanaan pengumpulan limbah medis dilaksanakan oleh setiap UPTD Puskesmas se Kota Cirebon dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan setiap bulan. Dalam pemusnahan limbah medis, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan CV Medivest sebagai Jasa Pelayanan Pengelolaan Sampah Medis. Selain itu beberapa Rumah Sakit juga memiliki incinerator untuk memusnahkan limbah medis. Tabel JUMLAH TIMBULAN SAMPAH MEDIS BERSUMBER DARI SARANA KESEHATAN / PUSKESMAS DI KOTA CIREBON JUMLAH TIMBUL SAMPAH MEDIS (KG) / TRIWULAN JUMLAH NO PUSKESMAS I II III IV TOTAL 1 Kejaksan 11,00 13,37 10,15 8,66 43,18 2 Jl. Kembang 8,00 3,38 8,33 9,40 29,11 3 Nelayan 1,20 6,43 3,44 4,28 15,35 4 Cangkring 4,50 6,41 5,71 7,49 24,11 5 Pekiringan 13,00 2,05 1,48-16,53 6 Gunungsari 14,00 15,80 15,32 12,06 57,18 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 66

177 NO PUSKESMAS JUMLAH TIMBUL SAMPAH MEDIS (KG) / TRIWULAN JUMLAH I II III IV TOTAL 7 Sunyaragi 6,50 5,98 4,32 6,55 23,35 8 Majasem 7,20 10,48 9,63-27,31 9 Drajat 13,00 10,01 9,13 7,07 39,21 10 Jagasatru 66,00 15,53 8,71 8,21 98,45 11 Astanagarib 4,50 3, ,67 13,37 12 Pekalangan 10,00 2,66 2,30 2,30 17,26 13 Kesunen 6,40 4,77 4,39 13,91 29,47 14 Pegambiran 6,20 8,51 7,36-22,07 15 Pesisir 10,00 2,25 4,88 3,71 20,84 16 Cangkol 11,00 5,24 4,91 5,06 26,21 17 Kalitanjung 9,00 18,29 12,69 32,06 72,04 18 Larangan 7,30-2,61 17,08 26,99 19 Perumnas Utara 13,00 7,20 4,52 10,48 35,20 20 Sitopeng 7,50 6,26 7,09 6,59 27,44 21 Kalijaga Permai 9,00 3,78 23,42-36,20 22 P2P - 9,81 2,88 12,69 23 Laboratorium Kesda 9,00 12,26 20,12 11,29 52,67 24 Bidan Ika 3,00 3,00 25 RB Rajawali 14,00 14,00 25 KKP Cirebon 2,78 2,78 26 BP Saadah 1,88 1,88 JUMLAH 247,30 164,28 205,56 170,75 787,89 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Cirebon Beberapa rumah sakit dan laboratorium yang menghasilkan limbah B3 sebagai berikut : Tabel 3.32 RUMAH SAKIT DAN LABORATORIUM PENGHASIL LIMBAH B3 No Nama Perusahaan Alamat 1 RSUD Gunung Jati Jl. Kesambi No RST Ciremai Jl. Kesambi No RSU Putra Bahagia Jl. Ciremai Raya No RSU Budi Asta Jl. Kalitanjung No RSB Muhamadiyah Jl. Dr. Wahidin S No.71 6 RSB PAD Jl. Pulasaren No.7 7 RSIA Sumber Kasih Jl. Siliwangi No RSU Pelabuhan Jl. Sisingamangaraja No.45 9 RS Budi Luhur Jl. Kebon Pelok BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 67

178 No Nama Perusahaan Alamat 10 RS Bedah Medimas Jl. Evakuasi 11 RSB PMI Jl. Ade Irma Suryani 12 Lab Alma Jl. Pagongan No.23B 13 Lab Ciremai Jl. Siliwangi No Lab Harapan Sehat Jl. Kesambi 15 Lab Mitra Jaya Jl. Karanggetas No Lab Promedis Jl. Karanggetas No Lab Wahidin Jl. Wahidin No Lab Setia Darma Jl. Lemahwungkuk No Lab Prodia Jl. Kartini No Lab Pramita Jl. Dr. Cipto MK No Lab Mitra Jl. Karanggetas 22 Lab Bio Analisa Jl. Ciremai Raya 23 Lab Bio Assaadah Jl. Diponegoro Kampanye PHBS Beberapa program Dinas Kesehatan yang dilakukan dalam mendukung PHBS, yaitu : 1. Program Pengembangan Lingkungan Sehat, dengan kegiatan sosialisasi kebijakan lingkungan sehat dan penyuluhan menciptakan lingkungan sehat. 2. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, dengan kegiatan pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat, penyuluhan masyarakat pola hidup sehat, peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan, peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan. Dalam upaya mencapai Cirebon Kota Sehat, Dinas Kesehatan memiliki program-program fokus, salah satu program yang berkaitan dengan sanitasi adalah Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan melalui pengembangan Perilaku Bersih dan Sehat (PHBS).Pemberdayaan masyarakat dilakukan atas prakarsa perorangan atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta dan pemerintah, terdiri dari : 1. Pemberdayaan perorangan : ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik, tokoh swasta dan tokoh populer. Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 68

179 perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan. 2. Pemberdayaan kelompok : ditujukan kepada kelompok atau kelembagaan yang ada di masyarakat seperti : RT/RW, kelurahan, kelompok pengajian, kelompok budaya, kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi. Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan. 3. Pemberdayaan masyarakat umum : ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah melalui wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan Penyantun Puskesmas (di Kecamatan), Konsil/KOmite Kesehatan Kab/Kota atau Koalisi/Jaringan/Forum Peduli Kesehatan (di Provinsi/Nasional). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan tindakan (perilaku) yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajara yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri (memecahkan masalah-masalah) di bidang kesehatan serta berperan aktif dalam emwujudkan kesehatan masyarakatnya. Pelaksanaan PHBS secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap penanggulangan masalah kesehatan melalui pencegahan terjadinya kesakitan maupun kematian. PHBS mengisyaratkan slogan Lebih baik mencegah daripada mengobati. Pembinaan PHBS dilaksanakan di beberapa tatanan yaitu di Rumah Tangga, di Sekolah, di Tempat Kerja, di Tempat Umum dan di Sarana Kesehatan. Pembinaan PHBS juga dilaksanakan di tatanan rumah tangga, hasil pantauan jumlah rumah tangga yang telah ber perilaku hidup bersih dan sehat mengalami peningkatan dan mencapai 46,51 % dari rumah tangga yang diperiksa pada tahun 2009.Materi yang diberikan pada pembinaan PHBS di sekolah antara lain adalah mengenai makanan jajan yang ada, penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan oleh jajanan yang tidak sehat dan kiat praktis dalam memilih jajanan yang aman, materi ini juga diberikan dalam pembinaan pada masyarakat BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 69

180 Tabel 3.33 PERSENTASE RUMAH TANGGA BER PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT KOTA CIREBON TAHUN RUMAH TANGGA RUMAH TANGGA RUMAH TANGGA NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BER PHBS % JUMLAH JUMLAH BER PHBS % BER PHBS % DIPANTAU DIPANTAU DIPANTAU Kejaksan 2, ,881 1, ,068 1, Jl.Kembang 3, ,586 2, ,657 2, Nelayan 1, , , Cangkring 2, ,192 2, , KEC. KEJAKSAN 10,619 1, ,619 6, ,179 5, Pekiringan 2,271 1, , ,250 1, Gunung Sari 2,676 1, , ,676 1, Sunyaragi 2, , ,747 1, Majasem 4,722 1, , ,057 2, Drajat 3, , ,985 1, KEC. KESAMBI 15,733 5, ,733 1, ,715 8, Jagasatru 4, , ,257 1, Astanagarib 1, ,724 1, , Pekalangan 1, ,308 1, , KEC. PEKALIPAN 7,068 1, ,068 3, ,561 3, Kesunean 3, , ,799 1, Pegambiran 3,908 1, , ,382 2, Pesisir 2, , ,676 1, Cangkol 1, , , KEC. LEMAHWUNGKUK 11,425 2, , ,072 6, Kalitanjung 4, , ,557 1, Larangan 5, , ,377 2, Perumnas 3, ,510 3, ,749 2, Utara Sitopeng 3, , , Kalijaga 6,325 2, , ,862 3, KEC. HARJAMUKTI 22,855 4, ,855 4, ,526 9, JUMLAH KOTA CIREBON 67,700 15, ,700 16, ,053 33, Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan, DINKES BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 70

181 Indikator PHBS di tatanan rumah tangga mencakup aspek-aspek sebagai berikut yaitu : ibu bersalin oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI untuk balita, adanya jaminan pemeliharaaan kesehatan, aktivitas setiap hari, tidak merokok, makan dengan gizi berimbang, ketersediaan air bersih, adanya jamban, tingkat kepadatan hunian, lantai rumah bukan dari tanah dan bebas jentik. Penerapan PHBS di rumah tangga diharapkan mengurangi resiko terjadinya kematian bayi karena tidak ditolong oleh tenaga kesehatan, meningkatnya daya tahan tubuh dengan ASI, pencegahan penyakit degeneratif dengan berolahraga, mengkonsumsi makanan bergizi. Pencegahan penyakit pernafasan dengan tidak merokok dan tinggal di tempat yang tidak terlalu padat hunian. Ketersediaan air bersih, jamban dan lantai mengurangi risiko kejadian penyakit berbasis lingkungan, seperti diare, penyakit kulit, dll. Hingga saat ini penyakit infeksi saluran pernafasan dan diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang cukup besar. Ada kalanya manfaat perilaku hidup bersih dan sehat ini tidak langsung dirasakan oleh masyarakat, sehingga seringkali masyarakat sulit melakukannya bahkan kurang memperdulikannya. Indikator PHBS di tatanan tempat kerja mencakup aspek : kawasan tanpa rokok, aktifitas fisik/olahraga, kesehatan dan keselamatan kerja, bebas jentik dan jamban sehat. Tahun 2008 telah dilakukan kajian PHBS dengan pendataan pada seluruh penduduk, dengan hasil sebagai berikut, dari jumlah yang disurvei sebanyak KK yang sudah ber-phbs yang memenuhi 9 indikator Perilaku sehat dan 3 indikator gaya hidup baru KK atau 23,11%, hal ini disebabkan karena masih banyaknya penduduk yang masih merokok di dalam rumah (53,42%). ASI Ekslusif masih rendah (16,15%), rumah yang tidak memenuhi syarat dalam tingkat kepadatan hunian (77,59), dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masih rendah (52,57%). Dari data diatas maka ada 3 indikator Perilaku sehat yang angkanya masih perlu ditingkatkan yaitu : ASI Eksklusif, tingkat kepadatan hunian, dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, sedangkan perilaku gaya hidup yang masih sukar untuk dihilangkan yaitu kebiasaan merokok di dalam rumah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 71

182 3.7. PEMBIAYAAN SANITASI KOTA Kelembagaan Pembiayaan Pengelolaan Sanitasi Pengelolaan sektor sanitasi yang terdiri dari sub sektor persampahan, air limbah, air bersih dan drainase di Kota Cirebon merupakan kewenangan dari berbagai SKPD, diantaranya : DPUESDM, DKP, PDAM, Dinkes dan KLH Kota Cirebon. Secara rinci kelembagaan pembiayaan pengelolaan sanitasi dapat dilihat pada table berikut : Tabel LEMBAGA PENGELOLA KEUANGAN SANITASI No Sub Sektor SKPD Ket. 1. Persampahan DKP, KLH KLH : pelatihan, edukasi 2. Air Limbah PDAM, KLH KLH : pembinaan dan monitoring limbah selain limbah domestik/rt 3. Air Bersih PDAM, DPUESDM, Dinkes Dinkes : uji kualitas air bersih 4. Drainase DPUESDM Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi Kota Proporsi pendanaan pembangunan sanitasi di Kota Cirebon, dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 terlihat bahwa untuk tahun 2007 realisasi pendanaan pembangunan sanitasi sebesar : Rp ,- dari APBD Rp ,- atau sebesar 0,56% APBD. Pada tahun 2008, realisasi pendanaan pembangunan sanitasi mengalami kenaikan menjadi Rp ,- dari APBD sebesar ,- atau sebesar 1,23% APBD hal ini disebabkan ada pendanaan yang diterima oleh Dinkes dari Dana Alokasi Khusus. Tahun 2009 realisasi pendanaan pembangunan sanitasi mengalami kenaikan menjadi Rp ,- dari APBD Rp ,- atau sebesar 1,72% APBD, hal ini dipengaruhi oleh kucuran dana perimbangan untuk sub sektor drainase. Untuk tahun 2010, alokasi pendanaan pembangunan untuk sektor sanitasi sebesar Rp ,- dari APBD Rp ,- atau 0,75% APBD. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 72

183 Tabel PROPORSI PENDANAAN PEMBANGUNAN SANITASI KOTA CIREBON No Tahun Pendanaan APBD % THD Ket. Pembangunan Sanitasi (Rp) (Rp) APBD , ,- 0,56 Realisasi , ,- 1,23 Realisasi , ,- 1,72 Realisasi , ,- 0,75 Alokasi 800,000,000,000 Grafik 3.1. PROPORSI PENDANAAN PEMBANGUNAN SANITASI KOTA CIREBON 700,000,000, ,000,000, ,000,000, ,186,378, ,413,293, ,402,250, ,615,933, ,000,000, ,000,000,000 Dana Sanitasi APBD 200,000,000, ,000,000,000 2,826,614,793 6,840,424,400 11,509,755,052 4,666,157, Grafik 3.2. Prosentase Pendanaan Pembangunan Sanitasi Terhadap APBD BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 73

184 3.7.3 Perkembangan APBD Kota Cirebon Penerimaan pemerintah daerah merupakan salah satu faktor utama untuk membiayai pembangunan. Penerimaan pemerintah daerah bersumber dari pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, retribusi, laba BUMD dan penerimaan lainnya, pajak daerah dan bantuan pemerintah pusat. Realisasi penerimaan Pemerintah Kota Cirebon dari tahun ke tahun terus meningkat, dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Pada tahun anggaran 2004 penerimaan mencapai 260,1 miliar rupiah, sementara itu pada tahun anggaran 2009 meningkat menjadi 637,2 miliar rupiah. Grafik 3.3 REALISASI PENERIMAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,653,117, ,186,378, ,413,293, ,259,937, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,088,521, ,692,158, Realisasi Penerimaan Daerah Pada tahun 2009, pos penerimaan terbesar masih diperoleh dari bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 474,3 miliar rupiah atau sekitar 74,4 persen dari seluruh penerimaan daerah, penerimaan terbesar kedua berasal dari Bagian Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 77,3 miliar rupiah atau sebesar 12,1 persen dari seluruh penerimaan daerah. Besarnya Dana Perimbangan ini, terutama merupakan kontribusi dari dana alokasi umum (DAU) kepada pemerintah daerah Kota Cirebon yang pada tahun 2009 jumlahnya mencapai 365,5 miliar rupiah atau sebesar 57,3 persen dari total penerimaan. Realisasi penerimaan daerah tahun anggaran dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 74

185 Jenis Penerimaan Tabel 3.36 REALISASI PENERIMAAN DAERAH TAHUN ANGGARAN (.000 Rp) Tahun Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pendapatan Asli Daerah 34,400,560 43,137,624 56,060,827 57,002,328 67,692,578 77,318, Pajak Daerah 9,945,851 11,869,339 13,456,234 15,418,406 17,234,097 19,594, Retribusi Daerah 6,262,372 6,835,486 6,750,458 7,223,077 7,183,910 9,406, Bagian Laba BUMD & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,479,078 2,286,706 2,312,559 2,471,593 2,505,393 2,175, Penerimaan Lain-Lain 16,713,259 22,146,093 33,541,576 31,889,252 40,769,178 46,142,577 2 Dana Perimbangan 214,071, ,148, ,592, ,267, ,898, ,292, Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 35,333,969 37,602,170 44,449,945 46,590,141 60,637,365 74,933, Dana Alokasi Umum 149,752, ,039, ,312, ,470, ,669, ,486, Dana Alokasi Khusus 5,530,000 7,210,000 17,830,000 29,207,000 35,592,000 33,873, Bagi Hasil Pajak & Bantuan Keuangan Dari Propinsi 23,454,979 31,297,364 40,999,353 3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Pinjaman Daerah 11,616,770 7,406,000 67,143,824 50,595,308 85,648,619 Jumlah Penerimaan 260,088, ,692, ,653, ,413, ,186, ,259,937 Kenaikan (%) ,78 Dari tabel di atas, tampak bahwa Pendapatan Daerah Kota Cirebon selama kurun waktu lima tahun, mulai tahun mengalami kenaikan yang cukup berarti dengan rata-rata pertumbuhan 20,85% per tahun. Kenaikan tertinggi terjadi tahun 2006 yaitu sebesar 55,23% dengan total Pendapatan Daerah sebesar Rp ,- hal ini terjadi karena pada tahun tersebut penerimaan dari Dana Perimbangan sangat dominan atau mencapai besaran Rp ,00 (86,6% dari total Pendapatan Daerah) Besaran Pendanaan Sanitasi Per Tahun a. Sub Sektor Persampahan DKP dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai SKPD pelayanan operasional persampahan di Kota Cirebon, didukung dari BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 75

186 aspek pendanaan APBD. Tercatat bahwa mulai tahun 2007 s.d. 2010, pendanaan sanitasi persampahan mengalami fluktuasi. Tahun 2007, sebesar Rp ,- atau 0,02% APBD, tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi Rp ,- atau 0,32% APBD, tahun 2009 sebesar Rp ,- atau 0,07% APBD dan tahun 2010 dianggarkan Rp ,- atau 0,15% APBD. b. Sub Sektor Drainase DPUESDM dalam mengelola drainase yang ada di wilayah Kota Cirebon, didukung dengan pendanaan sebagai-berikut : Tahun 2007 mengelola dana APBD sebesar Rp ,- atau 0,51% APBD, tahun 2008 dana untuk sub sektor ini adalah Rp ,- atau 0,53% APBD, pada tahun 2009 sebesar Rp ,- atau 1,55% APBD dan pada tahun 2010 dianggarkan Rp ,- atau 0,59% APBD. c. Sub Sektor Air Limbah dan Air Bersih Untuk sub sektor air limbah rumah tangga dan air bersih yang operasionalnya merupakan kewenangan PDAM, maka pendanaannya bukan bersumber dari APBD Kota Cirebon namun dikelola secara mandiri oleh PDAM. Dana yang dikelola untuk operasional penyediaan air bersih pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, tahun 2008 sebesar Rp ,-, tahun 2009 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2010 dialokasikan dana sebesar Rp ,-. Dana yang dikelola untuk operasional penyediaan air bersih pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, tahun 2008 sebesar Rp ,-, tahun 2009 sebesar Rp ,- sedangkan pada tahun 2010 dialokasikan dana sebesar Rp ,-. d. Sub Sektor Pendukung Sanitasi Dalam pengelolaan sanitasi di Kota Cirebon, terdapat beberapa SKPD yang mempunyai kewenangan yang bersifat memberikan edukasi, kampanye dan perencanaan terhadap operasionalisasi sanitasi, diantara SKPD yang membidangi hal tersebut adalah KLH dan Dinkes. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 76

187 KLH Kantor Lingkungan Hidup telah melaksanakan kegiatan yang mendukung sektor sanitasi diantaranya adalah kegiatan Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengendalian Lingkungan Hidup dan Pengujian Kadar Polusi Limbah Padat dan Cair. Pada tahun 2007, sebesar Rp ,- atau 0,03% APBD, pada tahun 2008 Rp ,- atau 0,01% APBD, tahun 2009 tercatat realisasi anggaran sebesar Rp ,- atau 0,017 APBD dan pada tahun 2010 dianggarkan Rp ,- atau 0,01% APBD. Dinkes Dinas Kesehatan Kota Cirebon telah merealisasikan anggaran untuk sanitasi dengan rincian : pada tahun 2007 sebesar Rp ,- atau 0,03% APBD, tahun 2008 sebesar Rp ,- atau 0,38% APBD, untuk tahun 2009 sebesar Rp ,- atau 0,10% APBD dan anggaran untuk tahun 2010 adalah Rp ,- atau 0,01% APBD. Tabel PROPORSI BELANJA SANITASI No Tahun SKPD Jumlah DKP DPUESDM LH Dinkes , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,- BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 77

188 Grafik 3.4. BESARAN PENDANAAN SANITASI/TAHUN PER SKPD Rp12,000,000, Rp10,000,000, Rp10,366,651, Rp8,000,000, Rp6,000,000, Rp3,652,850, Rp4,000,000, Rp2,964,124, Rp2,584,594, Rp1,786,300, Rp2,000,000, Rp966,200, Rp478,000, Rp96,061, Rp DKP DPUESDM KLH Dinkes Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi a. Realisasi Pendapatan Layanan Sanitasi Dalam melaksanakan pelayanan sanitasi, Kota Cirebon menerima hasilretribusi pelayanan sanitasi sebagai konsekuensi pelayanan kepada pengguna jasa sanitasi, diantaranya dari : Retribusi Persampahan/Kebersihan, Retribusi Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah. Sedangkan retribusi dari layanan air limbah rumah tangga dan air bersih yang dikelola oleh PDAM, dapat dijabarkan secara terpisah. Dari pendapatan Retribusi Persampahan/Kebersihan, pada tahun 2005 tercatat Rp ,-, tahun 2006 Rp ,-, pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi Rp ,-, pada tahun 2008 sebesar Rp ,- dan tahun 2009 penerimaan retribusi sebesar Rp ,-. Pendapatan Retribusi Ijin Pengambilan Air Bawah Tanah tercatat bahwa pada tahun 2007 sebesar Rp ,-, Tahun 2008 Rp ,-, dan pada tahun 2009 menjadi Rp ,- BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 78

189 Table REALISASI PENDAPATAN PELAYANAN SANITASI Jenis Pendapatan No Tahun Ijin Pengambilan Jumlah Persampahan/Kebersihan Air Bawah Tanah , , , , , ,- 1, , , , , , , ,- b. Potensi Pendapatan Layanan Sanitasi Potensi retribusi terkait aspek sanitasi lainnya yang berpotensi mendatangkan pendapatan di masa mendatang adalah retribusi dari pengujian air bersih dan air limbah yang dikelola oleh KLH Kota Cirebon, dimana kedua potensi ini memerlukan dukungan berupa aturan hukum yang mengikat, seperti perda misalnya Pinjaman Daerah Pendapatan daerah Pemerintah Kota Cirebon yang bersumber dari Pinjaman Daerah berasal dari Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri. Pinjaman Daerah yang sudah lunas adalah sebagai berikut : 1. SLA No. 781/DP.3/1995, tanggal 13 Januari Asal pinjaman dari Pemerintah Swiss (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp ,30 dengan peruntukan sektor drainase dan persampahan. 2. RDA No. 04/DDI/1988, tanggal 14 Oktober Asal pinjaman dari Departemen Keuangan Republik Indonesia (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar Rp ,86 dengan peruntukan sektor persampahan. Pinjaman Daerah yang belum lunas adalah sebagai berikut : 1. SLA No. 394/001/1988, tanggal 12 Agustus Asal pinjaman dari Pemerintah Swiss (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp ,52, realisasi angsuran telah dilakukan sampai 31 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 79

190 Desember 2009 sebesar Rp ,52. Sisa pokok pinjaman dan jasa bank sebesar Rp , dengan masa berakhir pinjaman tahun 2017 (periode pinjaman 30 tahun). Peruntukan pinjaman adalah sektor persampahan dan pengeringan banjir. 2. PRJ No. 054/MD.4/1987, tanggal 22 September Asal pinjaman dari Departemen Keuangan Republik Indonesia (Penanaman Modal Dalam Negeri) sebesar Rp ,20 dengan realisasi angsuran sebesar Rp ,20. Sisa pinjaman dan bunga sebesar Rp Pinjaman diperuntukan sektor persampahan dan drainase. 3. SLA No. 395/DDI/1988, tanggal 12 Agustus Asal pinjaman dari Pemerintah Swiss (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp ,57, realisasi angsuran yang telah dilakukan sampai 15 Desember 2009 sebesar Rp ,-. Sisa pinjaman sebesar Rp ,57, dengan masa berakhir pinjaman tahun 2017 (periode pinjaman 30 tahun). Peruntukan pinjaman sektor air bersih dan air limbah. 4. SLA No. 782/DP.3/1995, tanggal 13 Januari Asal pinjaman dari Pemerintah Swiss (Penanaman Modal Asing) sebesar Rp ,-, realisasi angsuran yang telah dilakukan sampai 30 Desember 2009 sebesar Rp ,33. Sisa pinjaman sebesar Rp ,67, dengan masa berakhir pinjaman tahun Peruntukan pinjaman sektor air bersih dan air limbah Permasalahan Pendanaan Sanitasi Kota Pendanaan sektor sanitasi di Kota Cirebon, secara umum masih diperlukan upaya untuk mengoptimalkannya, hal ini disebabkan adanya permasalahan kelembagaan, mekanisme penganggaran dan terbatasnya informasi mengenai aspek sanitasi secara menyeluruh. Aspek Kelembagaan Pendanaan pembangunan sanitasi di Kota Cirebon dikelola oleh SKPD antara lain : Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUESDM), Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH). Permasalahan akan muncul BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 80

191 karena tiap SKPD merencanakan program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang tidak terintegrasi antar SKPD, sehingga timbul duplikasi program dan kegiatan dalam mengelola pembangunan sanitasi. Disamping itu, pengelolaan sub sektor air limbah dan air bersih merupakan kewenangan PDAM sehingga menjadikan kendala tersendiri apabila akan merencakan pengalokasian dana pembangunan sanitasi secara keseluruhan di Kota Cirebon. Faktor koordinasi antara SKPD PDAM memegang kunci utama dalam menyukseskan keberhasilan pembangunan sektor sanitasi. Hal-hal semacam ini akan berpengaruh terhadap optimalisasi perencanaan, pengalokasian anggaran dan pengelolaan sanitasi. Aspek Mekanisme Penganggaran Mekanisme penganggaran selama ini telah sesuai dengan ketentuan yang ada, karena sudah melalui prosedur yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Mekanisme pengajuan anggaran secara umum di Pemerintah Kota Cirebon suasananya kondusif, sehingga semua usulan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) hampir 100% disetujui oleh Panitia anggaran. Hanya saja, masih dipandang belum optimal. Hal ini perlu ditelusuri lebih lanjut, apakah perlu adanya pencatuman secara lebih eksplisit aspek pembangunan sanitasi dalam KUA dan PPAS Kota Cirebon, sehingga dokumen perencanaan turunannya akan lebih fleksibel dalam pencantuman alokasi anggaran pembangunan sanitasi baik fisik maupun non fisik. Aspek Transformasi Informasi Sanitasi Walaupun sektor sanitasi merupakan urusan wajib daerah, namun sampai dengan saat ini realisasi pembangunan di sektor sanitasi masih belum mendapat perhatian yang lebih besar. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan fisik sanitasi karena jika tidak dilakukan, aparat pemda yang tidak memahami rencana pembangunan suatu sarana sanitasi maka akan berpengaruh kepada masyarakat pengguna, terutama yang belum memahami penggunanaan sarana sanitasi yang baru dibangun tersebut. Jika hal ini terjadi maka tujuan dari pembangunan sanitasi tidak optimal. Oleh karena itu maka transfer informasi yang berupa edukasi dan kampanye bahwa sanitasi BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 81

192 merupakan urusan kita bersama, dari pemerintah pusat maupun tim teknis pembangunan sanitasi (TTPS) sangat penting sebagai kegiatan non fisik yang akan menunjang pembangunan fisik sanitasi di Kota Cirebon. Hal ini tidak saja bagi perangkat SKPD dan masyarakat calon pengguna, namun yang tak kalah penting adalah advokasi kepada pimpinan daerah. Secara umum, permasalahan sanitasi Kota Cirebon dapat diringkas dan ditampilkan pada table di bawah Tabel PERMASALAHAN PENDANAAN SANITASI No Permasalahan Pendanaan Sanitasi Ket Aspek Aspek Mekanisme Aspek Transformasi Informasi Kelembagaan Penganggaran Sanitasi 1. Perencanaan Tidak Kurangnya edukasi, kampanye pembangunan dicantumkannya dan penyebarluasan informasi sanitasi secara eksplisit sanitasi sebagai urusan wajib tidak/kurang pembangunan daerah kepada para pemangku terintegrasi sanitasi pada kepentingan dan pimpinan dokumen KUA dan daerah PPAS Besaran Pendapatan Sanitasi Perkapita Dari data yang ada besarnya beaya pembangunan sanitasi perkapita di Kota Cirebon dihitung dari besarnya realisasi biaya pembangunan sanitasi dibagi dengan banyaknya jumlah penduduk Kota Cirebon. Apabila besarnya biaya pembangunan sanitasi tahun 2007 sebesar Rp ,- maka biaya pembangunan sanitasi perkapita sebesar Rp ,42/tahun, untuk tahun 2008 realisasi pembangunan sanitasi sebesar Rp ,-, maka biaya pembangunan sanitasi per kapita adalah Rp ,20/pertahun (Rp ,- dibagi jiwa), sedangkan untuk tahun 2009,biaya pembangunan sanitasi perkapita per tahun adalah Rp ,21. Biaya pembangunan sanitasi per kapita ini, masih berada di bawah target pembangunan sanitasi nasional sebesar Rp /perkapita/pertahun. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 82

193 Tabel BIAYA PEMBANGUNAN SANITASI PERKAPITA No Tahun Realisasi Pembangunan Sanitasi (Rp) Jumlah Penduduk Biaya Pembangunan Sanitasi Perkapita/Tahun , Rp , , Rp , , Rp ,21 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON III - 83

194 BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1. VISI DAN MISI SANITASI KOTA. a. Visi Visi sanitasi Kota Cirebon adalah : Terwujudnya pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kota Cirebon menuju masyarakat sejahtera. b. Misi 1. Meningkatkan kualitas lingkungan melalui pembangunan sarana prasarana air bersih, air limbah, drainase dan persampahan 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat melalui penjaringan aspirasi, pemberdayaan, kesetaraan gender dan kebersamaan dalam pembangunan sanitasi 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas pelayanan publik sektor sanitasi dan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat. 4. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) STRATEGI PENANGANAN SANITASI KOTA. Untuk perencanaan jangka menengah, Kota Cirebon telah memiliki dokumen perencanaan jangka menengah yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Cirebon Keterkaitan antara strategi penanganan sanitasi Kota Cirebon yang sedang dan akan dijalankan terhadap RPJMD Kota Cirebon diantaranya adalah : a. Peningkatan kesadaran pemerintah daerah dan masyarakat mengenai sanitasi untuk peningkatan kuantitas dan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat khususnya; b. Peningkatan ketersediaan kebutuhan sarana dan prasarana sanitasi mulai dari lingkup rumah tangga sampai dengan tingkat kota baik secara swadaya masyarakat maupun oleh pemerintah kota dan swasta; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 1

195 c. Peningkatan kesadaran dan kepedulian dunia usaha terhadap sanitasi dasar masyarakat melalui advokasi, stimulasi dan donasi; d. Meningkatnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk mendukung dan melakukan sistem pilah sampah mulai dari rumah tangga; e. Meningkatnya sarana dan prasarana persampahan serta teknologi pengolahan sampah di tingkat kota; f. Meningkatnya daya dan kemampuan masyarakat dan Pemerintah Kota Cirebon dalam mengelola sampah rumah tangga dan kota dengan menggunakan pola 3-R (reduce,reuse dan recycle); g. Meningkatnya daya dan kemampuan pengolahan air limbah rumah tangga baik yang berupa air buangan tinja dan air bekas mandi dan cuci melalui pola pengembangan sanitasi berbasis masyarakat (komunal). Diperlukan juga pengembangan kemampuan pengolahan air limbah industri dengan teknologi yang ramah lingkungan; h. Meningkatnya fungsi drainase sebagai saluran air hujan dan meminimalisir penggunaan drainase yang digunakan sebagai saluran pembuangan air limbah (SPAL); i. Meningkatnya upaya konservasi ketersediaan air tanah sebagai sarana pemenuhan kebutuhan air bersih. Dari strategi sanitasi tersebut diaplikasikan dalam beberapa rencana program prioritas yang lebih operasional berikut indikator capaiannya, antara lain : 1. Cakupan perilaku hidup bersih dan sehat rumah tangga strata utama dan paripurna > 80%; 2. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hunian; 3. Meningkatnya kualitas infrastruktur perumahan/permukiman; 4. Tersusunnya masterplan drainase; 5. Terbangunnya dan terpeliharanya saluran drainase; 6. Terlaksananya pembangunan sarana dan prasarana perkotaan; 7. Terlengkapinya lingkungan permukiman yang memadai pada kawasan permukiman; 8. Tersedianya TPA yang memenuhi standar teknis; 9. Meningkatnya sarana pengolah sampah disumbernya. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 2

196 4.3. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Sistem Terpusat (Offsite System) Permasalahan sistem pelayanan air limbah yang ada saat ini di Kota Cirebon adalah akibat masih kurangnya jumlah sarana dan prasarana air limbah yaitu : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), disamping itu masih kurangnya kendaraan truk tinja dan septic tank komunal untuk menunjang operasional IPAL. Kondisi seperti ini apabila dibiarkan terus menerus maka akan berakibat terhadap timbulnya penyebaran penyakit yang penyebarannya melalui media air limbah akibat kondisi sanitasi buruk, seperti diare. Untuk meningkatkan sistem pelayanan air limbah tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan optimalisasi/rehabilitasi sistem pelayanan air limbah yaitu dengan melakukan pembangunan IPLT dan jaringannya serta penambahan jumlah truk tinja. Rencana program peningkatan pengelolaan limbah cair sistem terpusat meliputi : 1. Program Perluasan Cakupan Pelayanan Air Limbah; 2. Program Peningkatan Sistem Pengolahan Lumpur Tinja; 3. Program Pengembangan Jaringan Air Limbah; 4. Program Pengembangan Instalasi Pengolahan Tinja Sistem Sanimas Sistem sanitasi yang berbasis masyarakat (Sanimas) Setuju Berseri di Kota Cirebon terdapat di Kecamatan Lemahwungkuk, tepatnya di RT 01 RW 08 Kelurahan Panjunan dengan cakupan pelayanan sejumlah 40 KK dengan luas areal pengolahan air limbah sekitar 100 m 2. Dalam operasionalisasinya, sistem ini menemui beberapa kendala, yaitu masalah perawatan dalam pengelolaannya dikarenakan minimnya dana yang didapat dari swadaya masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan hasil biogas dikarenakan konstruksi pendukung yang ada dinilai kurang layak sehingga perlu dilakukan rehabilitasi, dengan harapan hasil dari biogas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Rencana program peningkatan sistem Sanimas meliputi : 1. Program Pengembangan Sistem Sanimas BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 3

197 2. Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Instalasi Pengolahan Tinja; Sistem Setempat (Onsite System) Pembuangan air limbah dengan menggunakan Sistem Komunal akan dikembangkan di kawasan Argasunya dengan mempertimbangkan aspek ketersediaan lahan yang cukup, disamping itu akan ada rencana memindahkan septic tank Johkasou (Berupa pengolahan mandiri dari bantuan Pemerintah Jepang untuk skala terbatas sampai dengan 300 KK, saat ini telah terbangun dan beoperasi sebanyak 2 unit dikantor PDAM dan di kompleks Rumah Susun Sederhana Sewa /Rusunawa Dukuh Semar) ke Argasunya. Rencana program peningkatan sistem setempat (onsite system) yaitu : Program Pembangunan Sistem Komunal. Tabel 4.1. RENCANA PROGRAM PENINGKATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH CAIR No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) Sistem Terpusat I. Program Perluasan Pelayanan Air Limbah : Rehabilitasi dan optimalisasi jaringan pipa Pengadaan dan pemasangan pipa primer Ø 250 mm Pengadaan dan pemasangan pipa sekunder I Ø 150 mm Pengadaan dan pemasangan pipa II. tersier Ø 100 mm Progam Peningkatan Sistem Pengolahan Lumpur Tinja 1. Pembangunan IPLT baru IPLT baru 2. Rehabilitasi IPAL Rehabilitasi IPAL Perumnas Selatan (Rinjani) Sludge Drying Bed Green Belt baru 3. Peralatan High Velocity Vacuum Tank Winching Machine Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Jl. Cipto Jl. Pemuda m m m Kel. Kesenden 1 Unit Kel. Larangan m 2 Kel. Kesenden 1 Unit Kel. Kesenden m 2 Kota Cirebon 1 Unit Kota Cirebon 1 Unit BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 4

198 No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) III. IV. Armroll Truck + Container Bin Sentrifugal Pump Submersible Pump Sludge Pump Pengembangan Jaringan Air Limbah Sistem Penyaluran : Pipa Tersier Cracking Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Belum terealisasikan Belum dilaksanakan Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Kota Cirebon 1 Unit Kel. Kesenden 1 Unit Kota Cirebon 3 Unit Kota Cirebon 1 Unit Kota Cirebon m Kota Cirebon 4 Unit Pengembangan Instalasi Pengolahan Tinja : Sistem Pengolahan : IPLT baru Kota Cirebon 1 Ha Sludge Drying Bed Kota Cirebon 4 Unit Sanimas I. Pengembangan Sistem Sanimas Memakai sistem komunal II. Pengembangan Sarana dan Prasarana Instalasi Pengolahan Tinja Belum maksimal, terbentur pendanaan Kel. Panjunan dan Kel. Lemahwungkuk Kel. Panjunan dan Kel. Lemahwungkuk 10 Lokal 1 Paket Sistem Setempat I. Program Pembangunan Sistem Komunal Belum ada perencanaan Kel. Argasunya 5 lokal 4.4. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH (LIMBAH PADAT). Kurang optimalnya pelayanan persampahan di Kota Cirebon salah satu penyebabnya adalah minimnya anggaran Pemerintah Kota Cirebon untuk menambah sarana dan prasarana operasional pengelolaan sampah. Usulan tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan sistem pengelolaan persampahan adalah dengan melakukan optimalisasi dan rehabilitasi terhadap sarana dan prasarana persampahan yang ada saat ini, menambah jumlah sarana dan prasarana persampahan mulai dari tempat pengumpul sampah (bin), gerobak sampah, tempat pemrosesan sementara (TPS), menambah kontainer, arm roll truck, memperluas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) berikut alat berat penunjang operasional persampahan. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 5

199 Adapun rencana peningkatan pengelolaan sampah, meliputi program : 1. Pembinaan Sistem Pengelolaan Persampahan; 2. Peningkatan Kualitas Sistem Pemrosesan Akhir Sampah; 3. Kebijakan Manajemen Pengolahan Sampah; 4. Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengolahan Persampahan; 5. Kerjasama Pengolahan Sampah; 6. Kerjasama Pembangunan; 7. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan. Tabel 4.2. RENCANA PROGRAM PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan I. Program Pembinaan Sistem Pengelolaan Persampahan Pengembangan Kinerja TPA (tahap I) : Argasunya 1 Lokasi - Pembuatan kolam lindi dan sel Sudah TPA Kopi Luhur - - sampah terbangun - Jalan operasi dan manuver Sudah TPA Kopi Luhur - - terbangun - Pengadaan alat berat (excavator) Belum tersedia TPA Kopi Luhur 1 Unit II. Program Peningkatan Kualitas Sistem Pengolahan Akhir Sampah 1. Perencanaan Teknis Perencanaan Teknis Managemen Persampahan Metro Cirebon Pembebasan lahan perluasan TPA Belum terealisasi Metro Cirebon 1 Paket Telah TPA Kopi Luhur 1 Paket dibebaskan 9,6 Ha dari rencana pengembangan minimal 20 Ha Review DED TPA Belum ada Kota Cirebon 1 Paket Supervisi Peningkatan TPA Belum Kota Cirebon 1 Paket terealisasi 2. Rehabilitasi TPA Penimbunan TPA lama Belum TPA Kopi Luhur 4 Ha terlaksana Rehabilitasi TPA Belum TPA Kopi Luhur 1 Paket dilaksanakan Pengadaan arm roll truck kecil Belum Kota Cirebon 5 Unit terealisir Kontainer Belum Kota Cirebon 25 Unit terlaksana Gerobak sampah Belum tersedia Kota Cirebon 247 Unit Sosialisasi Peraturan Perundangundangan Belum Kota Cirebon 1 Paket tentang persampahan terlaksana Perencanaan dan pembangunan Belum Kota Cirebon 1 Paket BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 6

200 No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) pengelolaan sampah dengan pola 3R Sosialisasi dan pendampingan pengelolaan sampah 3R terlaksana Belum dilaksanakan Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Kel. Argasunya 1 Paket III. Program Kebijakan Managemen Pengolahan Sampah - Pembuatan DED dan FS Belum tersedia Kota Cirebon 1 paket - Penyusunan SOP Persampahan Belum tersedia Kota Cirebon 1 Paket IV. Program Penyediaan Sarana dan Prasarana Pengolahan Persampahan - Pembuatan bronjong sel sampah TPA Kopi Luhur 200 m 2 - Pembuatan pagar kolam lindi TPA Kopi Luhur 250 m 2 - Pembinaan masyarakat sekitar Kota Cirebon 1 Paket TPA dan pemulung - Pengadaan peralatan penunjang TPA Kopi Luhur 1 Paket TPA - Penghijauan sekitar TPA TPA Kopi Luhur 1 Paket - Pembangunan gedung kantor TPA Kopi Luhur 2 Gedung - Pelapisan tanah urug TPA Kopi Luhur m 3 - Penanggulangan kebakaran TPA TPA Kopi Luhur 300 Tanki - Pengadaan kendaraan dinas operasional Kota Cirebon 2 Kend. V. Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan - Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah Kota Cirebon 1 paket 4.5. RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SALURAN DRAINASE LINGKUNGAN. Kurang terawatnya kondisi saluran/drainase lingkungan sering menyebabkan genangan akibat tersumbatnya saluran oleh sampah, disamping itu dibeberapa segmen dinding saluran yang longsor dan material longsoran tersebut menyumbat saluran sehingga air pada saluran meluap dan terjadilah genangan. Prioritas utama adalah dengan melakukan perbaikan/rehabilitasi terhadap saluran yang ada saat ini, disamping itu sulan lainnya adalah dengan menambah saluran baru baik primer, sekunder maupun tersier. Di Kota Cirebon sistem drainase yang diprogramkan 5 (lima) tahun kedepan adalah membangun komponen-komponen seperti : 1. Program Pengembangan Perecanaan Drainase; 2. Peningkatan Sistem Drainase. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 7

201 Tabel 4.3. RENCANA PROGRAM PENINGKATAN PENGELOLAAN DRAINASE LINGKUNGAN Kondisi No Program/Kegiatan Tahun 2010 Tahun 2013 (akhir RPJMD) (saat ini) Lokasi Volume Satuan I. Pengembangan Perencanaan Drainase 1. Membuat Rencana Induk Sistem Drainase Kota Cirebon 1 Paket Kota 2. Penyusunan DED Sistem Drainase Kota Kota Cirebon 1 Paket 3. Penyusunan Studi Kelayakan Sistem Kota Cirebon 1 Paket Dranase Kota II. Peningkatan Sistem Drainase - Rehab saluran Kota Cirebon 1 Paket - Rehabilitasi saluran drainase Kota Cirebon 1 Paket 4.6. RENCANA PEMBANGUNAN PENYEDIAAN AIR MINUM. Dilihat dari kondisi permasalahan sistem pelayanan air minum saat ini pada KabKota Cirebon, kekurangan yang ada adalah terbatasnya sistem produksi air minum akibat kurangnya air baku dan masih terbatasnya jaringan pipa distribusi, disamping itu permasalahan pada sistim pelayanan air minum saat ini adalah masih belum optimalnya sistem pelayanan air minum saat ini, kondisis tersebut dapat terlihat dari angka kobocoran yang masih tinggi, diperkirakan kondisi ini timbul akibat belum optimalnya sistim air baku, kondisi pipa transmisi dan distribusi dan kondisi meter air. Rekomendasi yang diusulkan untuk meningkatkan sistim pelayanan pada Kota Cirebon adalah dengan melakukan optimalisasi sistim, dari mulai sumber air baku sampai dengan sistim pelayanan, penambahan kapasitas sistim pelayanan air minum, yaitu dengan menambah kapasitas sistim air baku, menambah jaringan pipa distribusi dan menambah jumlah Sambungan Rumah (SR) / Hydran Umum (HU). Di kota Cirebon sistim penyediaan air minum yang diprogramkan 5 (lima) tahun adalah membangun komponen-komponen seperti yang terdapat pada tabel 4.4 berikut : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 8

202 Tabel 4.4. RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN AIR BERSIH No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) I. Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Minum di Perkotaan 1 Pembangunan Sumur Dalam DED sistem Pembangunan Sumur Dalam Pembahasan Lahan IPA 4 LOKASI Pembangunan IPA (DED IPA, PEMBANGUNAN IPA, AWAL TRANSMISI, RESERVOIR) Transmisi Sumur Dalam 2 Pengembangan Sumber Baru Regional Pembahasan lahan IPA dan Perijinan DED Sistem IPA II. Belum terlaksana Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Perumnas Gunung Kec. Harjamukti 1 paket Belum terlaksana 2,000 m 2 Belum terlaksana 80 I/det Belum terlaksana 2,165 m Belum terlaksana 2,000 m 2 Belum terlaksana 1 paket Pembangunan IPA Belum terlaksana 440 I/det Pengadaan Pipa Transmisi Belum terlaksana 30,800 m Pemasangan Pipa Transmisi Belum terlaksana 30,800 m Pembangunan Reservoar Baru Belum terlaksana 3,500 m 3 Pemasangan dan Pengadaan Belum Pipa Distribusi terlaksana Pemasanagan Sambungan Belum Langsung terlaksana 50,000 SL Penyehatan PDAM Optimalisasi Sistem Pengadaan Mesin Backwash Belum terlaksana 1 paket Penggantian Transmisi Belum terlaksana a. Jl. Kesambi 1 paket b. Jl. Kanggraksan 1 paket c. Jl. Cakrabuana s/d Warung Jl. Cakrabuana asem s/d Warung 1 paket asem d. Peningkatan PS AB/AL Palimanan e. GIS 1 paket f. MIS dan CIS 1 paket BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 9

203 No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) III Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum Pengadaan Sumber Air Bersih Belum terlaksana Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Harjamukti 3 titik IV Program Penambahan Kapasitas Produksi Air Minum di Perkotaan a. Pengembangan Sumber Baru (Sumber Air dari Majalengka / Studi USAID th 2005) - Pembebasan lahan IPA dan Belum perijinan terlaksana - DED Sistem IPA Belum terlaksana - Pembangunan IPA Belum terlaksana - Pengadaan Pipa Transmisi Belum terlaksana - Pemasangan Pipa Transmisi Belum terlaksana - Pembangunan Reservoar Baru Belum terlaksana - Pengadaan dan Pemasangan Belum Pipa Distribusi - Pemasangan Sambungan Langsung terlaksana Belum terlaksana b. Pengembangan Sumber Baru 300 I/det (Sumber air dari Kuningan / Studi BPPSAM th 2008) - Pembebasan lahan Belum terlaksana - Bangunan Sumber Air Belum terlaksana - Bak Pengumpul dan BPT Belum terlaksana - Pengadaan & Pemasangan Belum Pipa Transmisi terlaksana - Saluran Terbuka Belum terlaksana - Perlengkapan lahan Belum terlaksana - Pekerjaan non fisik - Pekerjaan DED Belum terlaksana - Pembuatan Reservoar Baru Belum terlaksana Majalengka 4,600 m 2 Majalengka 1 paket Majalengka 440 I/det Majalengka 30,880 m Majalengka 30,880 m Kepongpongan 3,500 m 3 Kota Cirebon 56,988 m Kota Cirebon 30,000 SL Kab. Kuningan 4500 m 2 Kab. Kuningan 420 I/det Kab. Kuningan 2,361 m 2 Kab. Kuningan m Kab. Kuningan 800 m Kab. Kuningan 1 LS Kota Cirebon 5,000 m 3 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 10

204 No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) - Pembuatan Pipa Distribusi Utama - Pemasanagan Pipa Distribusi Utama + jemb. Pipa - Pengadaan Pipa Distribusi Tersier - Pemasangan Pipa Distribusi Tersier + jemb. Pipa - Pemasangan Sambungan Langsung Belum terlaksana Belum terlaksana Belum terlaksana Belum terlaksana Belum terlaksana Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Kota Cirebon 20,988 m Kota Cirebon 20,988 m Kota Cirebon 360,000 m Kota Cirebon 360,000 m Kec. Argasunya 18,375 SR 4.7. RENCANA PENINGKATAN KAMPANYE PHBS. Pemberdayaan PHBS, kesehatan masyarakat/lingkungan di Kota Cirebon dapat dijabarkan sebagai-berikut : 1. Pemberdayaan Perorangan : Pemberdayaan perorangan ditujukan kepada tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik, tokoh swasta dan tokoh populer. Hal ini dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan kader-kader kesehatan; 2. Pemberdayaan Kelompok : Ditujukan kelompok atau kelembagaan yang ada di masyarakat seperti : RT/RW, kelurahan, kelompok pengajian, kelompok budaya, kelompok adat, organisasi swasta, organisasi wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi. Dilakukan melalui pembentukan kolompok peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian kelompok / lembaga mayarakat terhadap kesehatan. 3. Masyarakat Umum : Ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah melalui wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan Penyantun Pukesmas (di Kecamatan), Konsil/Komite Kesehatan Kab/Kota atau Koalisi / Jaringan /Forum Peduli Kesehatan (di Provinsi/Nasional). Pemerintah bersifat terbuka, bertanggung jawab, dan bertanggung gugat dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendamping, fasilitator dan pemberi bantuan (asistensi) dalam penyelenggara upaya kesehatan yang berbasis masyarakat. Bentuk pokok pemberdayaan masyarakat di Kota Cirebon terdiri dari: BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 11

205 Adapun rencana program peningkatan kampanye PHBS adalah : 1. Program Pemberdayaan Perorangan; 2. Program Pemberdayaan Kelompok; 3. Program Pemberdayaan Umum. Tabel 4.5. RENCANA PROGRAM PENINGKATAN KAMPANYE PHBS No Program/Kegiatan Tahun 2010 (saat ini) I. Program Pemberdayaan Perorangan Edukasi PHBS Telah dilaksanakan Sosialisasi PHBS Telah dilaksanakan Survei PHBS Telah dilaksanakan II. Program Pemberdayaan Kelompok Edukasi PHBS Telah dilaksanakan Sosialisasi PHBS Telah III. Survei PHBS Program Pemberdayaan Umum Edukasi PHBS Sosialisasi PHBS Survei PHBS dilaksanakan Telah dilaksanakan Telah dilaksanakan Telah dilaksanakan Telah dilaksanakan Kondisi Tahun 2013 (akhir RPJMD) Lokasi Volume Satuan Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket Kota Cirebon 1 Paket BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON IV - 12

206 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 AREA BERISIKO TINGGI DAN PERMASALAHAN UTAMANYA Peta area sanitasi beresiko Kota Cirebon dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai skoring grade 1-4 dengan rincian sebagai-berikut : Skor 4 : Resiko Tinggi berwarna merah; Skor 3 : Resiko Sedang berwarna biru; Skor 2 : Resiko Menengah berwarna kuning; Skor 1 : Resiko Rendah berwarna hijau. Hasil akhir penilaian terhadap area beresiko untuk Kota Cirebon telah ditetapkan oleh kelompok kerja sanitasi setelah membandingkan skor penilaian terhadap data sekunder, data EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi anggota Pokja Sanitasi serta melakukan serangkaian observasi atau kunjungan lapangan diseluruh kelurahan. Hasil kesepakatan sebagaimana terlihat pada Tabel 5.1., menetapkan 3 kelurahan yang mempunyai resiko tinggi. Kelurahan-kelurahan tersebut adalah: Kelurahan Lemahwungkuk, Kelurahan Panjunan dan Kelurahan Argasunya. Area beresiko sedang terdapat di wilayah Kelurahan Kasepuhan dan Kelurahan Kalijaga. Area beresiko menengah terjadi di Kelurahan Kesenden, Kelurahan Kebon Baru, Kelurahan Sukapura, Kelurahan Pekalipan, Kelurahan Jagasatru, Kelurahan Pegambiran, Kelurahan Kesambi, Kelurahan Drajat, Kelurahan Pekiringan, Kelurahan Karyamulya, Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kecapi dan Kelurahan Larangan. Sedangkan area beresiko dengan tingkat rendah terdapat pada Kelurahan Kejaksan, Kelurahan Pekalangan, Kelurahan Pulasaren dan Kelurahan Sunyaragi. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 1

207 Kecamatan/ Kelurahan Tabel 5.1. PEMBOBOTAN AREA BERESIKO KOTA CIREBON Skor berdasarkan persepsi SKPD Skor berdasarkan data sekunder Skor berdasarkan data EHRA Skor yang disepakati Skor berdasarkan kunjungan lapangan Kejaksan Kejaksan ,3 1 1 Kesenden Kebon Baru ,6 2 2 Sukapura ,6 2 2 Pekalipan Pekalipan Pekalangan ,3 1 1 Pulasaren ,3 1 1 Jagasatru Lemahwungkuk Lemahwungkuk Panjunan Kasepuhan ,3 3 3 Pegambiran Kesambi Kesambi ,6 2 2 Drajat ,6 2 2 Pekiringan ,6 2 2 Sunyaragi ,3 1 1 Karyamulya Harjamukti Harjamukti Kalijaga ,3 3 3 Argasunya ,3 4 4 Kecapi ,6 2 2 Larangan ,6 2 2 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 2

208 Gambar 5.1 PETA AREA BERESIKO KOTA CIREBON BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 3

209 5.2 Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas Masyarakat merupakan komponen dalam suatu komunitas dan mempunyai posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Berkaitan dengan hal tersebut perlu ditingkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat yang ditandai dengan penduduknya yang hidup dengan perilaku sehat dan dalam lingkungan sehat. Salah satu upayanya adalah memberdayakan individu dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif. Dengan demikian untuk menunjang tujuan di atas, Dinas Kesehatan memiliki beberapa program diantaranya sebagai berikut : 1. Program Upaya Kesehatan Masyarakat, diantaranya adalah Rumah Sakit Berbasis Masyarakat (RSBM) dan penyelenggaraan penyehatan lingkungan. 2. Program Pengembangan Lingkungan Sehat 2.1. Penyehatan lingkungan 2.2. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat 2.3. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat 3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 3.1. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat 3.2. Penyuluhan masyarakat pola hidup sehat 3.3. Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan 3.4. Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan 4. Program Perbaikan Sanitasi Lingkungan melalui pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan penyuluhan sosialisasi lingkungan sehat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan mempunyai tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat, pada tahun 2008 telah dilaksanakan di 11 lokasi dan pada tahun 2009 dilaksanakan di 22 lokasi di Kota Cirebon. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 4

210 Tabel 5.2 Pelaksanaan Penyuluhan Sosialisasi Lingkungan Sehat Tahun 2008 No Lokasi Hari / Tanggal Darma Wanita Disperindag Kota Cirebon Pondok Pesantren Madinatunnajah Pondok Pesantren Ulumudin Pondok Pesantren Darul Masholeh Pondok Pesantren Siti Fatimah Pondok Pesantren Istiqomah Pondok Pesantren Manarussalam Pondok Pesantren Benda kiayi Miftah Pondok Pesantren Jagasatru Pondok Pesantren Az-Ziyadah Pondok Pesantren Tuhfaturrogibin Rabu / 14 Mei 2008 Rabu / 18 Juni 2008 Kamis / 19 Juni 2008 Rabu / 25 Juni 2008 Senin / 30 Juni 2008 Selasa / 1 Juli 2008 Senin / 18 September 2008 Rabu / 29 Oktober 2008 Jum at / 21 Nopember 2008 Senin / 24 Nopember 2008 Minggu / 30 Nopember 2008 Tabel 5.3 Pelaksanaan Penyuluhan Sosialisasi Lingkungan Sehat Tahun 2009 No Tanggal Pelaksanaan Kelurahan Lokasi Pelaksanaan Sasaran 1 05-Okt-09 Kesenden Baperkam RW 10 Samadikun Selatan Masyarakat RW Okt-09 Kebon Baru Baperkam RW 06 Tanda Barat Masyarakat RW Okt-09 Kejaksan Baperkam RW 05 Masyarakat RW Mei-09 Sukapura Baperkam RW 07 Masyarakat RW Okt-09 Drajat Baperkam RW 01 Masyarakat RW Okt-09 Karyamulya UPTD Puskesmas Majasem Masyarakat RW Okt-09 Kesambi Baperkam RW 03 Sigendeng Masyarakat RW Okt-09 Pekiringan Ruang Pertemuan Pusk. Gunung Sari Masyarakat RW Okt-09 Sunyaragi Baperkam RW 06 Karang Jalak Masyarakat RW Okt-09 Jagasatru Baperkam RW 09 Karang Anyar Masyarakat RW Okt-09 Pulasaren Baperkam RW 06 Pulobaru Utara Masyarakat RW Jul-09 Pekalangan Baperkam RW 05 Pekalangan Selatan Masyarakat RW Okt-09 Pekalipan Ruang Pertemuan Pusk. Astanagarib Masyarakat RW Okt-09 Kesepuhan Ruang Pertemuan Pusk. Kesunean Masyarakat RW Mei-09 Lemahwungkuk Ruang Pertemuan Pusk. Cangkol Masyarakat BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 5

211 No Tanggal Pelaksanaan Kelurahan Lokasi Pelaksanaan Sasaran Okt-09 Panjunan Ruang Pertemuan Pusk. Pesisir Masyarakat RW Jun-09 Pegambiran Baperkam RW 03 Karangdawa Barat Masyarakat RW Okt-09 Argasunya Baperkam RW 06 Kedung Krisik Selatan Masyarakat RW Okt-09 Harjamukti Baperkam RW 09 Katiasa Masyarakat RW Okt-09 Kalijaga Baperkam RW 03 Masyarakat RW Okt-09 Kecapi Baperkam RW 15 Galungan Asih Masyarakat RW Jun-09 Larangan Baperkam RW 08 Merbabu Asih Masyarakat RW 08 Program pengembangan lingkungan sehat dari Dinas Kesehatan mempunyai tujuan memberdayakan masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan untuk menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan masalahmasalah lingkungan. Pada tahun 2008 sasaran diarahkan kepada : 1. Perbaikan Sarsandas Tempat-tempat Umum : a. Masjid Jami Al-Lijamutaqwa Kelurahan Argasunya b. Masjid Baiturahman Kelurahan Kalijaga Dengan kegiatan pembangunan dan perbaikan tempat wudlu dan MCK. 2. Perbaikan Sarsandas Perumahan bagi rumah penderita penyakit berbasis lingkungan sebanyak 20 rumah di Kelurahan Kesenden. Dengan kegiatan pembangunan jamban dan septik tank, perbaikan ventilasi dan pencahayaan, pembangunan septik tank dan plesterisasi Selain program-program di atas, dilakukan juga inspeksi sarana sanitasi dasar perumahan dengan hasil sebagai berikut : BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 6

212 JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH SEHAT % KK MEMILIKI % SEHAT Tabel 5.4 KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN JAMBAN NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KK Kejaksan 2,993 2,920 2,920 2, Jl.Kembang 3,658 3,658 3,575 3, Nelayan 1,932 1,883 1,883 1, Pamitran 2,348 2,348 2,130 1, KEC.KEJAKSAN 10,931 10,809 10,508 9, Kesambi 2,492 2,492 2,492 2, Gunung Sari 2,676 2,676 2,676 2, Sunyaragi 2,643 2,643 2,636 2, Majasem 5,194 5,194 5,132 5, Drajat 3,985 3,985 3,985 2, KEC.KESAMBI 16,990 16,990 16,921 15, Jagasatru 4,627 4,627 4,599 3, Astanagarib 1,670 1,670 1,559 1, Pekalangan 1,508 1,508 1,388 1, KEC.PEKALIPAN 7,805 7,805 7,546 6, Kesunean 2,958 2,285 2,285 1, Pegambiran 4,269 4,269 3,509 2, Pesisir 2,529 1,861 1,744 1, Cangkol 2,187 2,187 1,599 1, KEC.LEMAH WUNGKUK 11,943 10,602 9,137 7, Kalitanjung 4,565 4,565 4,380 4, Larangan 5,153 5,153 5,058 5, Perumnas Utara 3,719 3,719 3,708 3, Sitopeng 3,407 3,407 2,182 2, Kalijaga 6,782 6,782 6,326 6, KEC.HARJA MUKTI 23,626 23,626 21,654 21, JUMLAH KOTA ,295 69,832 65,766 61, CIREBON ,023 65,254 63,229 59, ,023 67,030 63,229 60, Sumber: Bidang pengendalian masalah penyakit, DINKES BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 7

213 JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH SEHAT % KK MEMILIKI % SEHAT Tabel 5.4 KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN (LANJUTAN) TEMPAT SAMPAH NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KK Kejaksan 2,993 2,772 2,772 2, Jl.Kembang 3,658 3,658 3,658 3, Nelayan 1,932 1,883 1,883 1, Pamitran 2,348 2,348 2,348 2, KEC.KEJAKSAN 10,931 10,661 10,661 9, Kesambi 2,492 2,492 2,492 2, Gunung Sari 2,676 2,676 2,676 2, Sunyaragi 2,643 2,643 2,591 1, Majasem 5,194 5,194 5,194 5, Drajat 3,985 3,985 3,985 2, KEC.KESAMBI 16,990 16,990 16,938 14, Jagasatru 4,627 4,627 4,254 3, Astanagarib 1,670 1,209 1, Pekalangan 1,508 1,508 1, KEC.PEKALIPAN 7,805 7,344 6,580 5, Kesunean 2,958 2,285 2,285 1, Pegambiran 4,269 4,269 3,700 2, Pesisir 2,529 1,861 1,327 1, Cangkol 2,187 2,187 1,599 1, KEC.LEMAH WUNGKUK 11,943 10,602 8,911 7, Kalitanjung 4,565 4,565 4,565 4, Larangan 5,153 5,153 5,153 4, Perumnas Utara 3,719 3,719 3,719 3, Sitopeng 3,407 3, Kalijaga 6,782 6,782 6,265 6, KEC.HARJA MUKTI 23,626 23,626 20,492 19, JUMLAH KOTA ,295 69,223 63,582 55, CIREBON ,023 67,068 61,049 47, ,023 67,068 61,049 47, Sumber: Bidang pengendalian masalah penyakit, DINKES BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 8

214 JUMLAH KK DIPERIKSA JUMLAH KK MEMILIKI JUMLAH SEHAT % KK MEMILIKI % SEHAT Tabel 5.4 KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR MENURUT KECAMATAN (LANJUTAN) PENGELOLAAN AIR LIMBAH NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KK Kejaksan 2,993 2,986 2,986 2, Jl.Kembang 3,658 3,658 3,575 3, Nelayan 1,932 1,883 1,883 1, Pamitran 2,348 2,348 2,204 2, KEC.KEJAKSAN 10,931 10,875 10,648 9, Kesambi 2,492 2,492 2,492 2, Gunung Sari 2,676 2,676 2,162 1, Sunyaragi 2,643 2,643 2,643 1, Majasem 5,194 5,194 5,194 5, Drajat 3,985 3,985 3,985 2, KEC.KESAMBI 16,990 16,990 16,476 13, Jagasatru 4,627 4,627 4,627 3, Astanagarib 1,670 1,670 1,670 1, Pekalangan 1,508 1,508 1,508 1, KEC.PEKALIPAN 7,805 7,805 7,805 6, Kesunean 2,958 2,285 2,285 1, Pegambiran 4,269 4,269 3,059 2, Pesisir 2,529 1,861 1,519 1, Cangkol 2,187 2,187 1, KEC.LEMAH WUNGKUK 11,943 10,602 8,458 6, Kalitanjung 4,565 4,565 4,565 4, Larangan 5,153 5,153 5,061 5, Perumnas Utara 3,719 3,719 3,719 3, Sitopeng 3,407 3, Kalijaga 6,782 6,782 6,782 6, KEC.HARJA MUKTI 23,626 23,626 20,917 20, JUMLAH KOTA ,295 69,898 64,304 57, CIREBON ,023 22,922 65,705 19, ,023 67,934 65,705 60, Sumber: Bidang pengendalian masalah penyakit, DINKES BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 9

215 Selain Dinas Kesehatan, PKK juga mempunyai Program-program layanan yang berkaitan dengan sanitasi berbasis masyarakat di antaranya : 1. Penyuluhan tentang rumah layak huni dengan azas Tri Bina 2. Penyuluhan rumah sehat dan lingkungan sehat 3. Mengikuti sosialisasi tentang pembuatan biopori dan kompos 4. Program kelestarian lingkungan hidup Kegiatan yang dilaksanakan berupa penyuluhan yang diadakan melalui forumforum rutin seperti posyandu dan pertemuan lainnya dengan materi : a. Menanamkan kesadaran tentang kebersihan dan pengelolaan jamban keluarga, MCK, SPAL b. Perlindungan mata air dari pencemaran c. Pembuangan dan pengelolaan sampah d. Pemakaian air bersih e. Perilaku hidup bersih dan sehat f. Pembuatan kompos dan biopori PKK memiliki kader-kader yang bergerak di bidang kesehatan, dimana fungsinya adalah menyampaikan materi penyuluhan mengenai lingkungan sehat kepada masyarakat. Tabel 5.5 Kader-kader PKK NO NAMA WILAYAH KESEHATAN JUMLAH KADER KESEHATAN POSYANDU GIZI KESLING PENYULUHAN NARKOBA LAIN- LAIN KEJAKSAN KESAMBI PEKALIPAN LEMAHWUNGKUK HARJAMUKTI JUMLAH Sumber : TP PKK Kota Cirebon BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 10

216 Kantor Lingkungan Hidup juga memiliki program pelatihan pengelolaan limbah padat domestik anorganik sebagai upaya mereduksi total timbulan sampah yang ada. Berdasarkan studi primer EHRA, berikut mengenai kebiasaan cuci tangan masyarakat terutama pada 5 waktu kritis, dengan sampel 40 responden tiap kelurahan. Desa/Kelurahan Tabel 5.6 DATA EHRA MENGENAI KEBIASAAN CUCI TANGAN MASYARAKAT CTPS sesudah BAB CTPS sebelum menyuapi anak CTPS sebelum menyiapkan makanan CTPS sebelum makan CTPS setelah menceboki anak Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan Kesenden Kebon Baru Sukapura Pekiringan Kesambi Sunyaragi Karyamulya Drajat Jagasatru Pulasaren Pekalipan Pekalangan Kesepuhan Lemahwungkuk Panjunan Pegambiran Harjamukti Larangan Kecapi Argasunya Kalijaga TOTAL CTPS : Cuci Tangan Pakai sabun 5.3 Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Studi media merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja sanitasi Kota Cirebon dalam rangka melengkapi data untuk buku putih. Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon yang merupakan rangkuman kondisi eksisting kota diharapkan dapat menyediakan semua informasi mengenai kota termasuk mengenai media yang terdapat di kota termasuk di dalamnya preferensi media masyarakat. Studi media dilakukan dengan tujuan: BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 11

217 1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah kota dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk di sini adalah media yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan pembelajarannya 2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu sanitasi yang akan diangkat oleh pemkot dan ISSDP dan peluang-peluang kerjasama dengan media massa 3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan isu sosial lainnya 4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan kemasayarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi Adapun hasil dari studi ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye kepedulian sanitasi. 2. Digunakan sebagai dasar perencanaan media untuk kampanye kepedulian sanitasi. 3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja sanitasi untuk kegiatan sejenis di masa mendatang. Selain itu manfaat lain dari studi ini adalah terinformasikannya program pembangunan sanitasi kota, ISSDP dan pokja sanitasi kota kepada nara sumber yang diwawancarai (instansi pemerintah dan media massa) Mengingat studi media memerlukan update sebelum kampanye dilakukan, metode yang digunakan adalah metode pemantauan cepat (rapid appraisal methods). Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai media komunikasi. Metode yang dipergunakan meliputi: 1. Wawancara informan kunci (key informant interview). Wawancara ini terdiri serangkaian pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 12

218 2. Pengamatan langsung (direct observation). Melakukan kunjungan lapangan atau pengamatan langsung terhadap media komunikasi. Data yang dikumpulkan dapat berupa informasi mengenai sumber-sumber informasi yang tersedia, kegiatan program pemasaran sosial yang sedang dan telah berlangsung, pemanfaatan media formal dan informal, kerjasama dengan media massa dll. 3. Survey kecil (mini-survey). Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan tertutup) terhadap sejumlah kecil sample (antara orang). Narasumber menggunakan random sampling yaitu sampel acak. Di Kota Cirebon, sampel merupakan penduduk di semua kelurahan (22 kelurahan) yang terpilih secara random. Adapun informasi yang ingin diketahui dari survey ini adalah: 1. Isu-isu yang menarik bagi masyarakat miskin 2. Preferensi media massa sehari-hari, frekuensi terpaan dan waktu 3. Kegiatan kemasyarakatan sehubungan dengan sanitasi yang ada di lingkungan Berikut hasil pemetaan yang dilakukan oleh pokja A. Hasil Pengumpulan Data dari OPD Pengumpulan data dari OPD dilakukan dengan mewawancarai narasumber di masing-masing OPD yang berhubungan dengan sanitasi. Adapun pertanyaan yang diajukan pada narasumber yaitu: 1. Apa saja kegiatan komunikasi untuk masyarakat serta kegiatan pemasaran social lainnya yang pernah dilakukan? 2. Isu apa saja yang diangkat? 3. Siapa khalayak sasaran yang dituju? 4. Media apa saja yang digunakan? (media massa, luar ruang, alternatif) 5. Kalau media massa lokal yang digunakan, media massa yang mana saja yang diajak kerjasama? Dan bagaimana bentuk kerjasamanya? 6. Apa yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan OPD/Dinas Hasil Pemetaan Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Tupoksi Utama adalah untuk mengkoordinasikan merumuskan sasaran, mengarahkan, membina, mengendalikan, mengerahkan penyelenggaraan BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 13

219 urusan pemerintah daerah dalam menyusun melaksanakan kebijakan daerah bidang pmberdayaan masyarakat dan kelurahan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta bidang KB dan KS berdasarkan kebijakan Walikota atau sekda serta tugas pembantuan yang ditugaska Pemerintah kepada Pemerintah Kota. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat serta kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan adalah Sosial UU Pencegahan Kekerasan dalam rumah tangga, Sosialisasi UU tentang perlindungan anak dan sosialisasi bantuan permodalan bagi KUBE. Isu yang diangkat diantaranya kekerasan terhadap perempuan dan anak, trafficking (perdagangan manusia), Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Khalayak Sasaran yang dituju adalah masyarakat secara luas di setiap kelurajan yang terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh wanita, pengurus LPM, RW dan RT. Media yang digunakan yaitu media sendiri berupa bahan-bahan sosialisasi dalam bentuk powerpoint. Hal yang menarik yang bisa menjadi pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran social yang pernah dilakukan adalah masyarakat bertambah informasi tentang program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan perempuan, administrasi kelurahan, penguatan kelembagaan, KB dan KS Besarnya anggaran sosialisasi dan komunikasi kegiatan (sanitasi) adalah variatif. OPD/Dinas Hasil Pemetaan Kantor Lingkungan Hidup Tupoksi utama adalah melaksanakan urusan pemerintah daerah dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Fungsinya adalah : - Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugas bidang lingkungan hidup BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 14

220 - Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan lingkup bidang lingkungan hidup - Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugas bidang lingkungan hidup - Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kegiatan komunikasi untuk masyarakat serta kegiatan pemasaran sosial lainnya yang pernah dilakukan adalah sosialisasi global warming (pemilahan sampah, pengolahan sampah, biopori, penanaman pohon dan penghijauan. Isu yang diangkat yaitu pemanasan global dan pengelolaan sampah perkotaan Khalayak sasaran yang dituju adalah seluruh stakeholder Media yang digunakan yaitu media sendiri seperti standing banner, poster, leaflet, spanduk dan media massa berupa koran. Media massa lokal yang digunakan adalah Radar Cirebon dan Kabar Cirebon sedangkan bentuk kerjasama berupa pemberitaan Hal yang menarik yang bisa menjadi pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran social yang pernah dilakukan adalah antusias masyarakat terhadap upaya perbaikan sanitasi dalam pengelolaan lingkungan sangat tinggi tetapi implementasinya belum sesuai harapan. Besarnya anggaran sosialisasi dan komunikasi kegiatan (sanitasi) berupa pengadaan alat komposter sebesar Rp ,-, pengadaan alat biopori dan sosialisasi pembuatan lubang resapan biopori sebesar Rp ,- dan pelatihan pengolahan sampah organik dan anorganik sebesar Rp ,-. OPD/Dinas Hasil Pemetaan Dinas Kesehatan Dinas kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan. Bidang pengendalian masalah kesehatan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang penyehatan lingkungan, meliputi : penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan, pengawasan dan registrasi BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 15

221 makanan minuman produksi rumah tangga, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dibidang penyehatan lingkungan. Kegiatan komunikasinya menggunakan media penyuluhan, sosialisasi, survey dan pemetaan. Bekerjasama dengan PKK. Alat yang dipakai adalah leaflet dan hand out yang disebar di penyuluhan dan sosialisasi, poster, spanduk, materi dalam bentuk presentasi, radio spot, dialog interaktif di radio lokal. Mempunyai hubungan baik dengan media massa lokal. Wartawan seringkali datang ke kantor untuk menanyakan isu terbaru ataupun mencari tahu lebih dalam tentang isu yang sedang berkembang. Menggunakan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan sebagai media komunikasi. Alat bantu yang digunakan berupa fotokopi materi. Berdasarkan pengalaman, sosialisasi dengan menggunakan media LCD (ada bahan tayang) lebih menarik masyarakat dibandingkan sosialisasi biasa tanpa alat bantu. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dari OPD/dinas dapat ditarik kesimpulan yaitu: 1. Setiap OPD/dinas memiliki anggaran untuk melakukan kegiatan komunikasi (termasuk di dalamnya membuat materi komunikasi yang biasanya berbentuk leaflet, spanduk maupun spot di radio). Untuk produksi materi komukasi, OPD/dinas membuat sendiri dan juga bisa bekerja sama dengan kantor Infomas. 2. Semua OPD/dinas yang menjadi narasumber menggunakan media sosialisasi dan penyuluhan dalam mengkomunikasikan isu tertentu. Alat yang digunakan masih berupa leaflet, paparan presentasi dan copy hand out yang disebarkan saat sosialisasi. Belum maksimal dalam memanfaatkan media massa lokal seperti koran dan radio. 3. Isu yang diangkat oleh OPD/dinas tergantung dari tupoksi masing-masing. Untuk isu tertentu, beberapa OPD/dinas bersama-sama dalam pengerjaannya. 4. Tiap OPD/dinas cukup dekat dengan media massa lokal namun masih berdasar BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 16

222 B. Hasil pengumpulan data dari media massa lokal Di Cirebon cukup banyak media lokal baik media cetak maupun media elektronik. Berikut daftar media massa di Kota Cirebon. Tabel 5.7 RADIO FM DI KOTA CIREBON No Nama Radio Alamat 1 Radio Maritim Rassonia Jl. Raya Kesambi Kampung Melati 04 Cirebon 2 Radio Swara Prima Sonata Jl. Gunung Kelud Cirebon 3 Radio Kita Jl. Kartini Cirebon 4 Radio Is FM Jl. Ciremai Raya Cirebon 5 Radio Kisi FM Jl. Karang Jalak Cirebon 6 Radio MM Jl. Karang Jalak Cirebon 7 Radio Dairy Jl. Kesatria Kesambi Cirebon 8 Radio Cirebon FM Jl. Sliwangi Cirebon 9 Radio Nuansa FM Jl. Cipto Mangunkusumo Cirebon 10 Radio DB FM Jl. Cipto Mangunkusumo Cirebon 11 Radio Citra Jl. Perumnas Cirebon Tabel 5.8 HARIAN SURAT KABAR CIREBON No Nama Surat Kabar Alamat 1 Harian Radar Cirebon Jl. Perjuangan No. 9 Cirebon Telp / Harian Kabar Cirebon Jl. Kartini Cirebon Tabel 5.9 TELEVISI CIREBON No Nama Surat TV Alamat 1 Radar Cirebon TV Jl. Perjuangan No. 9 Cirebon Telp / Cirebon TV Jl. Pronggol Cirebon Untuk media massa lokal, wawancara dilakukan oleh pokja sanitasi. Ada 15 media massa lokal yang dikunjungi dan diwawancara yaitu 1 media cetak : Radar Cirebon, 3 radio yaitu: Radio Maritim Rassonia, Radio Cirebon FM dan Radio Swara Prima Sonata dan 1 televisi yaitu Radar Cirebon Televisi (RCTV). Penentuan media massa dilakukan oleh pokja. Selain untuk memperoleh data terbaru mengenai media massa bersangkutan, kunjungan ke media juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang baik antara pokja dan media massa tersebut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 17

223 C. Harian Radar Cirebon Kunjungan pertama dilakukan ke Radar Cirebon yang beralamat di Graha Pena Cirebon Jalan Perjuangan 9 Kota Cirebon, terbit perdana pada 20 Desember 1999 dikelola oleh manajemen professional dibawah naungan PT. Wahana Semesta Cirebon (Group Jawa Post). Manajemen ini telah terbukti berhasil mengelola lebih dari 120 perusahaan pers di seluruh Indonesia. Koran yang mempunyai slogan Harian Pertama dan Terutama di Pantura Jawa Barat ini tampil sebagai koran umum dan menampilkan berbagai informasi tentang kegiatan ekonomi dan bisnis, finansial, lokal maupun nasional. Sajian Radar Cirebon mengutamakan berita-berita lokal (65%) dan nasional (35%). Rubrikasinya antara lain: Cirebon metropolis, Kotabaru Cirebon, WTC dan WBC, Radar bisnis, Metro bisnis, Komunitas bisnis, Radar Sport, Politika, Wacana, Prootomi, Selebritis, Goyang Pantura, Budaya, Visite, Sosok, Wanita dan Keluarga, Komunitas Cirebon, Puber, Radar Yunior, Ecogreen, dll. Wilayah edar adalah Ciayumajakuning : Kota/Kabupaten Cirebon (40%), Indaramayu (27,9%), Kuningan (23%), Majalengka (9,1%) Adapun sasaran pembacanya adalah (data 2010): Jenis kelamin: - pria: 65% - wanita: 35% Usia pembaca: - di bawah 20th : 15% th: 16% th: 27% th: 30% - 50 th ke atas: 12% Pendidikan: - SMP: 5% - SLTA/sederajat: 45% - Akademi: 30% - Sarjana: 20% Pekerjaan: - Pelajar/mahasiswa: 7% BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 18

224 - Kary. swasta, pns: 18% - Pengusaha/wiraswasta: 45% - Ibu rumah tangga: 25% - lain-lain: 5% Pengeluaran per bulan: - di bawah Rp. 250rb: 10% - Rp.250rb Rp. 500rb: 17,9% - Rp. 500rb Rp. 750rb: 12,7% - Rp. 750rb Rp 1 juta: 19,3% - Rp 1 juta Rp 1,5 juta: 24,9% - Rp. 1,5 juta ke atas: 15% Koran ini belum memiliki rubrik khusus mengenai sanitasi namun sering mengangkat berita sehubungan dengan sanitasi di Cirebon termasuk didalamnya persampahan, banjir yang disebabkan oleh saluran drainase yang tidak berfungsi maksimal, air bersih dan lain lain. Tetapi beberapa edisi ini Radar Cirebon mempunyai Rubrik bernama Ecogreen yang berisi tentang lingkungan hidup. Berdasarkan pemantauan Radar Cirebon, cara yang paling cocok untuk berkomunikasi dengan masyarakat Cirebon adalah melalui kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan ini dapat berbentuk lomba ataupun event lainnya. Berdasarkan pengalaman dalam menyelenggarakan kegiatan kemasyarakatan, antusiasme masyarakat akan lebih tinggi untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan seperti lomba dibandingkan sosialisasi biasa dengan media pertemuan warga. Antusiasme masyarakat juga dapat diraih dengan cara memberikan stimulan berupa hadiah. E. Radio Maritim Rassonia Radio Maritim FM berdiri pada tahun 1965 sebagai penganggung jawab adalah Nisfu S dan Direkturnya bernama Ismir OS, SE. Radio yang beralamat di Jalan Raya Kesambi Kampung Melati No. 04 Cirebon berada pada frekuensi MHz dengan radius pancar ± 100 Km dan radius jangkauan Cirebon, Kuningan, Indramayu, Majalengka, Brebes dan Sumedang Timur. Dengan jam siar yang cukup panjang yaitu dari pukul sampai BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 19

225 Maritim FM membidik kalangan professional muda. Maritim FM mempunyai format siaran yaitu berita yang up to date, konseptual dari sudut pandang jurnalistik, mencari mengolah lalu menyebar luaskan informasi yang layak kepada publik dan sprit edukasi, sebuah program yang kami bangun untuk saling berbagi informasi dan pemikiran, berbagai persoalan serta solusinya. Isu yang dibawakan disesuaikan dengan keadaan Cirebon pada saat tersebut. Respon pendengar cukup bagus untuk acara sosialisasi namun peningkatan yang signifikan akan terjadi ketika ada stimulan berupa hadiah bagi penanya. Waktu sosialisasi disesuaikan dengan karakterisik pendengar. Umumnya di pagi hari ibu-ibu lebih banyak, siang menjelang sore bapak-bapak yang lebih banyak. setelah jam 3 sore lebih banyak anak muda. untuk itu waktu yang paling tepat untuk acara sosialisasi adalah antara jam sore. Radio Maritim FM pernah menjalin kerjasama dengan OPD Dinas Kesehatan dan BKKBN Propinsi Jawa Barat. Jenis-jenis informasi / acara di Radio Maritim Fm antara lain Berita 25%, Pendidikan 10%, Entertainment 50% dan Commercial 15%. Adapun sasaran pendengar adalah (data 2010): Jenis kelamin: - pria: 50% - wanita: 50% Usia pembaca: - di bawah 20th : 35% th: 35% th: 25% th: 5% - 50 th ke atas: 0% Pendidikan: - SMP: 35% - SLTA/sederajat: 23% - Akademi: 29% - Sarjana: 13% BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 20

226 F. Radio Cirebon FM Radio Labamba dikelola oleh PT Radio Swara Cirebon yang berlamat di Jalan Siliwangi Gang Kramat IV No. 134 Cirebon berdiri semenjak tahun 2001 oleh Biem T Benjamin. Radio Cirebon FM merupakan radio yang berbahasa pengantar bahasa Cirebon karena mempunyai konsep mengangkat Cirebon dimata masyarakat Cirebon. Radio Cirebon FM sangat peduli dengan perkembangan dan pembangunan di Kota Cirebon sehingga konsep dari acaranya sangat berorientasi kepada perkembangan Kota Cirebon. Adapun jenis-jenis informasi/acara di Radio Cirebon FM antara lain : Intip Cirebon, Dedomelan, Sintren, Srengongo Sore, Kanoman, Midang dan Kasepuhan. Sasaran pendengar Radio Cirebon FM : Jenis kelamin: - pria: 45% - wanita: 55% Usia pembaca: - di bawah 20th : 30% th: 35% th: 20% th: 5% - 50 th ke atas: 10% Pendidikan: - SD : 5% - SMP: 15% - SLTA/sederajat: 25% - Akademi: 25% - Sarjana: 25% F. Radio Swara Prima Sonata Radio Swara Prima Sonata berdiri pada tahun 1968 sebagai pengelola adalah H. Dasuki. Radio yang beralamat di Jalan Gunung Salak II No. 111 Cirebon. Radio Swara Prima Sonata belum pernah menjalin kerjasama dengan OPD. Jenis-jenis informasi / acara di Radio Swara Prima Sonata antara lain Hiburan dan Informasi 80% dan Lain-lain 20%. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 21

227 Adapun sasaran pendengar adalah (data 2010): Jenis kelamin: - pria: 43% - wanita: 57% Usia pembaca: - di bawah 20th : 19% th: 43% th: 31% th: 4% - 50 th ke atas: 3% Pendidikan: - SD :34% - SMP: 26% - SLTA/sederajat: 33% - Akademi: 4% - Sarjana: 3% G. Radar Cirebon TV Radar Cirebon Televisi (RCTV) yang beralamat di Garaha Pena Radar Cirebon Jalan Perjuangan No. 9 Cirebon berdiri pada tanggal 1 September 2008 yang dikelola oleh PT. Wahana Televisi Cirebon. RCTV berada pada 25 UHF dengan cakupan area Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, Brebes, Tegal dan Pemalang. Jumlah penonton RCTV diperkirakan sebanyak 2 juta orang (20 dari jumlah penduduk) dengan waktu siaran dari jam wib sampai dengan jam wib atau selama 15 jam. Jenis-jenis informasi/acara RCTV antara lain : Berita (30%), Hiburan (40%), Religius (10%) dan Talkshow (20%). Adapun sasaran pendengar adalah (data 2010): Jenis kelamin: - pria: 45% - wanita: 55% Usia pembaca: - di bawah 20th : 10% BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 22

228 th: 25% th: 50% th keatas: 15% Pendidikan: - SD :5% - SMP: 15% - SLTA/sederajat: 30% - Akademi/Sarjana: 45% 5.4 Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Layanan Sanitasi Di Kota Cirebon, inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dan sebagainya) yang memiliki nilai jual. Sejauh ini belum ada interaksi formal antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan para pelaku bisnis terkait pengelolaan sampah tersebut. Sektor swasta yang terlibat dari usaha pendaur ulangan sampah adalah : 1. Peran Pengusaha Daur Ulang Sampah Organik Pihak swasta yang berbadan usaha dan terlibat dalam usaha pendaur ulangan sampah yaitu PT KPM (Khatulitiswa Putra Mandiri) yang dalam proses pembuatannya bekerja sama dengan PT SAI (Sarana Argo Internusa) dengan produksi berupa pupuk organik berbentuk granule dengan komposisi bahan terdiri dari kompos 30% dan sisanya menggunakan campuran dari kotoran hewan (kohe), kotoran ayam (Koyam), bahan kapur (Kaptain) dan ampas tebu (blotong putih) setelah itu dilakukan proses pencampuran sampai dengan jadi produk dibutuhkan waktu proses 40 hari dengan total produksi sebesar 500 ton/bulan dengan nama produk Elang Biru yang dalam pendistribusiannya bekerjasama dengan Petro Kimia Gresik, PT Shang Hyang Sri. Perjanjian kerjasama antara pemerintah Kota Cirebon dengan PT Khatulistiwa Putra Mandiri tercantum dalam Nota Kerjasama Nomor : 137.1/Perj.11- DKP/2007 ; 18/KPM/IX/2007 tentang Kerjasama Pemberdayaan, Pemanfaatan dan Pengelolaan Pabrik Kompos Pemerintah Kota Cirebon pada tanggal 5 September Perjanjian kerjasama antara PT Khatulistiwa BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 23

229 Putra Mandiri dengan PT Sarana Agro Internusa tercantum dalam Nota Kerjasama Nomor : 21.1/Perj.01/2008 tentang Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Organik di TPA Kopiluhur Cirebon pada tanggal 15 November Adapun data umum perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.10 DATA UMUM PERUSAHAAN DAUR ULANG SAMPAH ORGANIK 1. Bidang Usaha Pengolah kompos menjadi POG 2. Nama Perusahaan (bila berbadan hukum) PT. Khatulistiwa Putra Mandiri 3. Nama Penanggung Jawab / Direktur Ir. Rahmanizan Saputra 4. Alamat Jl. Pramuka No.10 Argasunya Kota Cirebon 5. Telepon - 6. Mulai menjalankan usaha Jumlah Personel 24 a. Tenaga langsung 4 b. Tenaga tidak langsung Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari satu) Pengolahan Kompos di TPA Kopi Luhur menjadi Pupuk Organik Granul 2. Peran Pengusaha Penampung dari jenis sampah anorganic (Pengepul) dan Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas Keterlibatan sektor swasta dalam proses pendaur ulangan hanya sebatas pengepul dari bahan sampah yang diterima dari pemulung yang sebagian besar berada di TPA Kopi Luhur dengan total jumlah pemulung sekitar 157 orang yang kemudian dikirim ke tempat daur ulang, proses pengumpulan barang terdiri dari sampah non organik, adapun beberapa pengusaha daur ulang yang berhasil diidentifikasi dan diwawancarai adalah sebagai berikut: a. Nama pengusaha pengepul Bapak Jasana, alamat kegiatan Desa Banjar Wangunan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, dengan modal investasi awal pada tahun 1998 sebesar Rp ,- dan nilai kekayaan perusahaan hingga tahun 2009 mencapai sekitar Rp ,-untuk informasi mengenai data umum perusahaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 24

230 Tabel 5.11 DATA UMUM PENGEPUL 1) Bidang Usaha Pengepul Limbah Plastik 2) Nama Perusahaan (bila berbadan - hukum) 3) Nama Penanggung Jawab / Jasana Direktur 4) Alamat Banjar Wangunan Rt 02 RW 04 Kec. Mundu 5) Telepon - 6) Mulai menjalankan usaha ) Jumlah Personel 8 a. Tenaga langsung - b. Tenaga tidak langsung 8 8) Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari satu) Pengepul Limbah Plastik (kresek) dari pemulung Adapun untuk jenis barang bekas yang ditampung serta volume rata-rata dari masing-masing jenis barang bekas yang dikumpulkan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.12 JENIS BARANG BEKAS YANG DITAMPUNG No Jenis Barang Bekas Volume rata-rata per Harga Beli per minggu (kg) minggu (Rp/kg) Harga Jual (Rp/Kg) 1 Plastik kresek Karung PE dan PP Kota tujuan penjualan barang di Kota Surabaya, sedangkan kendala dalam mengembangkan usaha adalah modal usaha dan pemasaran/ harga yang tidak stabil. b. Nama pengusaha pengepul Bapak Pili, alamat kegiatan Perumahan Gerbang Permai Kabupaten Cirebon, usaha berdiri sejak tahun 2000, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 10 orang, untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung seperti dapat terlihat pada tabel di bawah ini: BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 25

231 Tabel 5.13 JENIS BARANG RONGSOK YANG DITAMPUNG No Jenis Barang Bekas Volume rata-rata per Harga Beli per minggu (kg) minggu (Rp/kg) Harga Jual (Rp/Kg) 1 Kertas Beling Kaleng , c. Nama pengusaha pengepul Bapak Udini, alamat kegiatan Kopi Luhur Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, usaha berdiri sejak tahun 2002 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak tujuh orang, untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung seperti dapat terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.14 JENIS BARANG BEKAS YANG DITAMPUNG No Jenis Barang Bekas Volume rata-rata per Harga Beli per minggu (kg) minggu (Rp/kg) Harga Jual (Rp/Kg) 1 Botol/ Cup Air Kemasan , Botol Bekas Shampo 500 2, Emberan , Sektor lembaga pendidikan yang berupaya dalam proses daur ulang sampah yang berhasil diwawancarai adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri Delapan (SMPN 8) sebagai pelopor Sekolah Berbasis Lingkungan, pihak sekolah memasukan kegiatan ini dalam bentuk muatan lokal yakni mata pelajaran lingkungan hidup (PLH) yang anggotanya terdiri dari seluruh siswa yang ada di SMPN 8 Kota Cirebon, yaitu sekitar 805 siswa. Setelah SMPN 8 mendapat gelar sekolah asri di tahun 2005 dan sekolah berbasis lingkungan (SBL) di tahun 2006 sampai dengan 2008, sampai pada akhirnya mendapat gelar Sekolah Adiwiyata di tahun Kondisi lingkungannya terlihat sangat asri karena banyak di tanami dengan tumbuh-tumbuhan dan ditambah lagi dengan adanya hutan sekolah yang ditanami pohon-pohon dengan model tumpang sari. Terkait dengan proses pendaur ulangan sampah, sekolah ini telah memiliki alat komposting yang bertujuan untuk mengolah sampah yang berasal dari organik dalam bentuk produk berupa pupuk kompos tanaman yang dilakukan proses produksi 2 minggu sekali dengan bahan baku sampah organik yang dihasilkan sebanyak 100 kg/minggu dan menghasilkan 50 kg/minggu pupuk kompos BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 26

232 tanaman. Selain mengolah dari sampah organik, sekolah ini juga mengolah bahan an organik menjadi kerajinan tangan berupa taplak meja, tatakan gelas, tas, gantungan kunci, patung miniatur dan lain-lain. Dengan demikian hasil produksi dari kreatifitas siswa tersebut sering diikutsertakan dalam acara pameran dan dijual yang uangnya digunakan untuk biaya proses selanjutnya, karena Pemerintah Daerah Kota Cirebon yang dalam hal ini Dinas Pendidikan tidak mengalokasikan anggaran yang menunjang proses pendaur ulangan tersebut. Dengan demikian SMPN 8 mampu mereduksi jumlah timbulan sampah di TPS karena secara keseluruhan karena semua jenis sampah yang dihasilkan dapat sepenuhnya termanfaatkan, sehingga sekolah ini mendapat julukan sebagai sekolah pelopor untuk kategori sekolah berbasisi lingkungan. Gambar 5.2 HASIL DAUR ULANG SAMPAH 3. Peran Pengusaha Pelaksana Reuse, Reduce dan Recycle (3R) Keterlibatan pihak swasta selain mendaur ulang limbah padat atau sampah, ada beberapa perusahaan yang melakukan pengolahan reuse, reduce dan recycle (3R) air limbah dan komposting, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 27

233 Tabel 5.15 DAFTAR PERUSAHAAN PENGOLAHAN LINGKUNGAN HIDUP (REUSE, REDUCE DAN RECYCLE) NO PERUSAHAAN ALAMAT DOKUMEN YANG KETERANGAN DIMILIKI (AMDAL/UKL/UPL) 1 PT.ARIDA Jl.Dukuh Duwur UKL-UPL Reuse dan Recycle air Limbah untuk produksi 2 PT.INDONESIA POWER Jl.Brigjen H.R UKL-UPL Komposting Dharsono,Bypass 4. Pengusaha Sedot Tanki Septic Sistem penanganan limbah cair di Kota Cirebon menggunakan sistem on site dan sistem offsite adapun penanganan pengelolaannya dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum dan pihak swata. Pengelolaan oleh pihak perorangan yang menggunakan sistem on site yakni menggunakan jasa mobil sedot tinja yang dalam hal ini sektor swasta tidak berbadan usaha yang terlibat dan ada di Kota Cirebon hanya baru ada satu dengan jumlah armada yang dimiliki tiga buah unit untuk satu unit kendaraa terdiri dari 3 orang personil dengan kapasitas angkut mobil 3m 3 untuk tiap unitnya, dengan ketentuan biaya sebesar Rp ,-/m 3. Order yang diterima untuk setiap harinya sekitar 10 rit atau apabila dikalikan dengan satu unit mobil dengan kapasitas 3m 3 setara dengan 30m 3 limbah cair yang bisa diangkut mobil sedot tinja untuk dibuang ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang awalnya dibuang ke IPAL kesenden yang terletak di Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan namun karena suatu hal sehingga pada saat ini dibuang ke IPAL Ade Irma yang tepatnya terletak di Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk, namun terkadang adanya sektor usaha lain yang terlibat (sektor pertanian, peternakan ikan) yang mau memanfaatkan limbah sedot tinja sebagai pupuk tanaman ataupun makanan ikan, karena belum ada pihak swasta yang secara resmi mau mengolah dan memanfaatkan pembuangan limbah tinja. Total keuntungan yang didapat setelah dikurangi dengan biaya operasional dan pemeliharaan sebesar 50% dari total pendapatan kotor, selain jasa BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 28

234 penyedotan tinja usaha lain yang terkait dalam bentuk pembuatan septic tank dan perbaikan saluran yang menuju septic tank. Untuk informasi data umum mengenai profil pengusaha sedot tinja dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.16 PROFIL PENGUSAHA SEDOT TINJA 1) Bidang Usaha Usaha Sedot Limbah Tinja 2) Nama Perusahaan (bila berbadan hukum) GSP 3) Nama Penanggung Jawab / Direktur Dadang Suryadarma 4) Alamat Jl. Mahoni F 37 Kosambi Cirebon 5) Telepon / ) Mulai menjalankan usaha ) Jumlah Personel 11 orang a. Tenaga langsung 9 orang b. Tenaga tidak langsung 2 orang 8) Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari satu) Usaha Sedot LImbah tinja Beberapa BUMN juga telah memberikan bantuan melalui CSR di antaranya ada yang diperuntukkan bidang sanitasi, seperti PT PELINDO II memberikan bantuan untuk pembuatan TPS Harjamukti, daftar BUMN yang memberikan bantuan melalui CSR dapat dilihat pada tabel berikut. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 29

235 Tabel 5.17 REKAPITULASI PROGRAM DANA CSR DARI BUMN UNTUK KOTA CIREBON TAHUN 2009 NO BUMN PROGRAM TELAH DILAKSANAKAN RENCANA CSR TAHUN 2009 JUMLAH DANA CSR KETERANGAN TAHUN LALU TAHUN BANK JABAR BANTEN program CSR tidak ditentukan namun disesuaikan disesuaikan berdasarkan usulan atau Rp. 0 Rp berdasarkan usulan atau disesuaikan berdasarkan usulan atau kebutuhan daerah kebutuhan daerah kebutuhan daerah 2 PT KERETA API Rp Rp. 0 telah disalurkan 3 PT BAT INDONESIA Tbk 1. Pelayanan Kesehatan a. Bantuan Posyandu 4 posyandu di kelurahan Lemahwungkuk dan Pegambiran tahun 2007 dilaksanakan setiap bulan sekali sejak tahun 2007 b. Bantuan Pengobatan Gratis orang setiap 2 (dua) kali dalam setahun c. Donor Darah tahun 2007 dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan sekali sejak tahun Pendidikan a. Pelatihan Guru kerjasama dengan Universitas Swadaya Gunung Jati tahun 2007, untuk meningkatkan kualitas guru di sekitar pabrik BAT : SMP 13, 14, 15 dan 16 b. Guru favorit dikirim untuk studi perbandingan 3. Tempat umum dan Pelayanan Lainnya a. Perbaikan Taman Kebumen tahun b. Papan pemberitahuan berkendaraan c. Menanam 1000 pohon Kesenden awal Desember tahun 2008 d. Sosialisasi Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan 4 BANK INDONESIA 1. Pemberian bantuan langsung (CSR Philantrophy) Bantuan sumbangan banjir, kegiatan sosial dan keagamaan di wilayah Kab/Kota Cirebon Pemberian sumbangan buku kepada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Karya Mulya Nelayan dan SD Sukasari Cirebon 2. Pelaksanaan CSR tahun 2009 lebih diarahkan pada bantuan pendidikan dan pengembangan Pemberian sumbangan buku untuk SMA Negeri 8 5 PT PELINDO II Pemberian bantuan langsung (CSR Philantrophy) Pemberian bantuan untuk pembuatan TPS Harjamukti Pemberian Bantuan untuk penataan penerangan jalan umum di Wilayah Pantau 6 BTN SYARIAH Pemberian bantuan langsung (CSR Philantrophy) Pemberian Bantuan untuk pembuatan Sarana Olahraga Bantuan pendidikan dan pengembangan UMKM Rp Rp. 0 Rp Rp. 0 Rp. 0 Rp Rp. 0 Rp Telah dilaksanakan melalui DKP Kota Cirebon Rp. 0 Rp Telah dilaksanakan melalui Dinas Perhubungan Kota Cirebon Rp. 0 Rp Telah dilaksanakan melalui Kecamatan Lemahwungkuk BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON V - 30

236 BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN A. Air Bersih Cakupan pelayanan air bersih PDAM Kota Cirebon dan sekitarnya pada tahun 2008 mencapai 75,60% dari total penduduk Kota Cirebon. 24,40% penduduk yang belum terakses sarana air bersih mayoritas bertempat tinggal di Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti. B. Air Limbah Kesadaran masyarakat Kota Cirebon mengenai pentingnya kesehatan lingkungan masih kurang, sehingga masih ada yang menggunakan prasarana sanitasi yang belum memenuhi syarat. Kondisi kawasan permukiman di Kota Cirebon yang padat sulit untuk menempatkan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dan septictank sesuai persyaratan kesehatan. Secara kuantitas mengenai sarana sanitasi di Kota Cirebon sudah memenuhi (kepemilikan jamban sehat 92,98%), akan tetapi secara kualitas masih banyak kondisi sarana air limbah yang kurang memadai karena baru tersedia 4 unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). C. Persampahan Pengelolaan persampahan di Kota Cirebon tingkat pelayanannya pada daerah pusat kota, pemukiman padat, pertokoan, perkantoran, jalan-jalan umum serta area pasar. Sarana dan prasarana penunjang operasional masih kurang mendukung karena tidak semua prasarana dapat dioperasikan dengan optimal. Untuk Tempat Pemrosesan Akhirnya (TPA) dengan luas 9 Ha, masih menggunakan model open dumping dan lokasinya hanya berjarak 250 meter dari pemukiman penduduk. Dilihat dari lokasinya, sebenarnya tidak memenuhi syarat sebagai Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). D. Drainase Hampir seluruh masyarakat Kota Cirebon telah terlayani oleh drainase lingkungan, namun kondisi drainase masih ada yang belum memenuhi syarat akibat kurangnya penanganan perawatan drainase. Sehingga pada saat hujan terdapat beberapa titik genangan banjir. Dari data dan pantauan terdapat 7 BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON VI - 1

237 (tujuh) kawasan genangan banjir, yaitu : Kawasan. Pemuda-Terusan Pemuda- Ciptomangunkusumo, Kawasan Kampung Sukasari (blk Hotel Kharisma), Kawasan Gunung Sari Ampera, Kawasan Perumnas Burung, Kawasan Perumnas Gunung, Kawasan Kali Tanjung dan Kawasan Majasem. 6.2 REKOMENDASI A. Air Bersih 1. Diperlukan ketersediaan infrastruktur air bersih yang memadai agar dapat meningkatkan cakupan pelayanan keseluruh wilayah Kota Cirebon; 2. Diperlukan usaha untuk menekan angka kebocoran air bersih dan memaksimalkan penggalian sistem air baku; 3. Meningkatkan masyarakat dalam pengelolaan air bersih. B. Air Limbah 1. Merencanakan penanganan system pengelolaan limbah cair baik yang sifatnya on site sistem ataupun sistem komunal sehingga berkorelasi dengan upaya peningkatan pengelolaan penyehatan lingkungan permukiman (PLP). 2. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pengelolaan air limbah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air limbah dan meningkatkan kinerja pengelola air limbah. 3. Disamping itu juga dikembangkan sistem sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas) dan menerapkan pembuangan air limbah dengan menggunakan sistem komunal baik di pemukiman, pesantren maupun di sekolah. 4. Sedangkan untuk rencana penanganan limbah cair medis, diantaranya adalah mewajibkan pengelola rumah sakit untuk membangun IPAL guna mereduksi limbah cair sebelum dibuang ke saluran drainase. 5. Membangun IPAL industri untuk penanganan limbah industri. 6. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan air limbah. C. Persampahan 1. Melakukan pembinaan sistem pengelolaan persampahan dengan melakukan pengembangan kinerja TPA; 2. Peningkatan kualitas sistem pemrosesan akhir sampah, dengan melaksanakan pembebasan lahan perluasan TPA, supervisi peningkatan TPA dan rehabilitasi TPA; BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON VI - 2

238 3. Kebijakan manajemen pengolahan sampah dengan menyiapkan prosedur operasional standar persampahan, ; 4. Penyediaan sarana dan prasarana pengolahan persampahan, diantaranya adalah dengan membangun brojong sel sampah,pembuatan pagar kolam lidi, pengadaan peralatan penunjang TPA, penghijauan sekitar TPA, pembangunan gedung kantor, pelapisan tanah urug dan pengadaan kendaraan dinas; 5. Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan diantaranya dengan melakukan upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. 6. Penyusunan dasar hukum atau peraturan sebagai acuan pelaksanaan, khususnya mengenai retribusi sampah. 7. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan persampahan. D. Drainase Dalam meningkatkan kualitas drainase lingkungan, hal-hal yang diperlukan adalah dengan : 1. Membuat rencana induk system drainase kota; 2. Menyusun DED system drainase kota; 3. Menyusun studi kelayakan sistem drainase kota, rehabilitasi dan normalisasi saluran drainase; 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan drainase. BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON VI - 3

239 LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

240 I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana sanitasi, kesehatan/higinitas, serta perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi dan advokasi di tingkat kota hingga kelurahan. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan saluran pembuangan air limbah. Pada aspek perlaku, dipelajari hal-hal yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Cirebon. Selanjutnya data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk melengkapi Buku Putih Sanitasi Kota Cirebon dan menjadi masukan untuk menyusun strategi sanitasi dan programprogram sanitasi kota. Pelaksanaan pengumpulan data EHRA, Pokja berkolaborasi dengan kelurahan, kader PKK dan kader Kesling, dengan pertimbangan kader memiliki akses lebih mudah diterima oleh RT/RW dan warga, serta lebih memahami wilayah kelurahan. Responden yang dipilih adalah ibu rumah tangga karena mereka adalah kelompok warga yang lebih memahami kondisi lingkungan di rumahnya. II. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan Mendapatkan gambaran jelas tentang sarana dan prasarana sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer. Manfaat Hasil survey digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). III. METODOLOGI EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2 bulan) dengan metode pengumpulan data, sampling dan analisis. EHRA menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 teknik pengumpulan data, yaitu : LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-2

241 1. Wawancara / interview 2. Pengamatan / observation Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah kader-kader kelurahan, Kesling dan PKK. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator dengan materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan, pemahaman tentang instrument EHRA, latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator, uji coba lapangan, dan diskusi perbaikan instrument. Sampling dilakukan secara acak/random bertahap dan sistematis. Satuan sampling primer adalah Rukun Tetangga (RT). Pengambilan sampel mencakup semua kelurahan dengan jumlah RT diambil secara proporsional yaitu 40 rumah tangga per kelurahan. Sebagai unit respon adalah ibu rumah tangga dengan asumsi bahwa mereka lebih memahami kondisi lingkungan rumah berkaitan dengan isu sanitasi dan lebih mudah untuk ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia tahun yang telah atau pernah menikah. Pemilihan ibu berdasarkan urutan/tabel prioritas sebagai berikut : 1. Kepala rumah tangga (orang tua tunggal) 2. Istri kepala rumah tangga 3. Anak rumah tangga 4. Adik/kakak kepala rumah tangga Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih ibu, maka usia menjadi penentunya. Untuk mengorganisir studi EHRA, dibentuk tim khusus yang intinya terdiri dari Tim Pokja Sanitasi sebagai Koordinator EHRA, anggota HAKLI sebagai supervisor, kader kelurahan dan kader Kesling sebagai enumerator, serta mahasiswa sebagai tim data entri. IV. AIR BERSIH Survey EHRA menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Cirebon mengolah terlebih dahulu air minumnya, seperti terlihat pada tabel, sekitar 87,5% rumah tangga dari total populasi mengolah air untuk air minum. Sedangkan supply air bersih yang digunakan untuk mencuci sekitar 72,2% rumah tangga menggunakan perpipaan sebagai sarana pengalirnya. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-3

242 Air Minum Diolah Sumber Air Mencuci Desa/Kelurahan Diolah Perpipaan Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 87.5% 12.5% 77.5% 22.5% Kesenden 97.5% 2.5% 57.5% 42.5% Kebon Baru 92.5% 7.5% 72.5% 27.5% Sukapura 97.5% 2.5% 77.5% 22.5% Pekiringan 100.0% 0.0% 90.0% 10.0% Kesambi 95.0% 5.0% 97.5% 2.5% Sunyaragi 77.5% 22.5% 50.0% 50.0% Karyamulya 72.5% 27.5% 57.5% 42.5% Drajat 97.5% 2.5% 70.0% 30.0% Jagasatru 87.5% 12.5% 77.5% 22.5% Pulasaren 100.0% 0.0% 87.5% 12.5% Pekalipan 90.0% 10.0% 62.5% 37.5% Pekalangan 97.5% 2.5% 70.0% 30.0% Kesepuhan 92.5% 7.5% 77.5% 22.5% Lemahwungkuk 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% Panjunan 90.0% 10.0% 97.5% 2.5% Pegambiran 97.5% 2.5% 75.0% 25.0% Harjamukti 72.5% 27.5% 62.5% 37.5% Larangan 100.0% 0.0% 97.5% 2.5% Kecapi 90.0% 10.0% 77.5% 22.5% Argasunya 22.5% 77.5% 15.0% 85.0% Kalijaga 67.5% 32.5% 37.5% 62.5% Total 87.5% 12.5% 72.2% 27.8% V. CUCI TANGAN PAKAI SABUN Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare seringkali dipandang sepele, padahal sekitar anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002). Selain itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebenarnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu yang tepat. Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Kotoran adalah sumber utama dari virus, bakteri dan patogen lain penyebab diare, sedangkan salah satu jalur pencemaran adalah melalui tangan. Cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan prenvetif untuk memblok transmisi patogen melalui tangan. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-4

243 Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 waktu penting, yaitu : 1. Sesudah buang air besar (BAB) 2. Sebelum menyuapi anak 3. Sebelum menyiapkan makanan 4. Sebelum makan 5. Sesudah menceboki pantat anak Studi EHRA menemukan hampir semua rumah tangga di Kota Cirebon memiliki akses pada sabun, tetapi belum memanfaatkan akses itu untuk kepentingan higinitas, khususnya cuci tangan di waktu-waktu penting. Seperti terlihat grafik di bawah, proporsi ibu yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan mencakup sekitar 46,6% dari total populasi. Sekitar 43,6% melaporkan mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB dan sekitar 12,6% melaporkan melakukannya sebelum menyiapkan makanan. Dan walaupun merupakan populasi paling penuh resiko, praktik cuci tangan pakai sabun pada kelompok ibu memiliki anak balita sangat kurang. Hanya sekitar 34,7% yang mencuci tangan pakai sabun setelah menyeboki anak dan sekitar 13,4% yang melakukannya sebelum menyuapi anak. Dengan demikian, terlihat bahwa cakupan ibu-ibu yang belum mencuci tangan pakai sabun di lima waktu penting masih cukup besar yaitu lebih dari 50% dari total populasi, terutama sebelum menyiapkan makanan mencapai 87,4%. Setelah menyeboki anak 34.7% Sebelum makan 46.6% Sebelum menyiapkan makanan 12.6% Sebelum menyuapi anak 13.4% Sesudah BAB 43.6% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-5

244 Desa/Kelurahan CTPS sesudah BAB CTPS sebelum menyuapi anak CTPS sebelum menyiapkan makanan CTPS sebelum makan CTPS setelah menceboki anak Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 25.0% 75.0% 20.0% 80.0% 17.5% 82.5% 27.5% 72.5% 15.0% 85.0% Kesenden 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 32.5% 67.5% Kebon Baru 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 27.5% 72.5% Sukapura 65.0% 35.0% 17.9% 82.1% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 50.0% 50.0% Pekiringan 30.0% 70.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 20.0% 80.0% Kesambi 27.5% 72.5% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% 90.0% 10.0% 27.5% 72.5% Sunyaragi 90.0% 10.0% 10.0% 90.0% 17.5% 82.5% 97.5% 2.5% 22.5% 77.5% Karyamulya 87.5% 12.5% 45.0% 55.0% 20.0% 80.0% 90.0% 10.0% 42.5% 57.5% Drajat 30.0% 70.0% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 45.0% 55.0% 45.0% 55.0% Jagasatru 62.5% 37.5% 22.5% 77.5% 10.0% 90.0% 35.0% 65.0% 72.5% 27.5% Pulasaren 65.0% 35.0% 7.5% 92.5% 7.5% 92.5% 10.0% 90.0% 25.0% 75.0% Pekalipan 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 22.5% 77.5% Pekalangan 55.0% 45.0% 25.0% 75.0% 37.5% 62.5% 82.5% 17.5% 25.0% 75.0% Kesepuhan 37.5% 62.5% 17.5% 82.5% 7.5% 92.5% 62.5% 37.5% 15.0% 85.0% Lemahwungkuk 62.5% 37.5% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 100.0% 0.0% 85.0% 15.0% Panjunan 75.0% 25.0% 20.0% 80.0% 60.0% 40.0% 60.0% 40.0% 12.5% 87.5% Pegambiran 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 92.5% 7.5% 25.0% 75.0% Harjamukti 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 57.5% 42.5% Larangan 45.0% 55.0% 7.5% 92.5% 2.5% 97.5% 52.5% 47.5% 17.5% 82.5% Kecapi 100.0% 0.0% 17.5% 82.5% 12.5% 87.5% 75.0% 25.0% 47.5% 52.5% Argasunya 12.5% 87.5% 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 20.0% 80.0% 55.0% 45.0% Kalijaga 85.0% 15.0% 60.0% 40.0% 70.0% 30.0% 85.0% 15.0% 20.0% 80.0% TOTAL 43.6% 56.4% 13.4% 86.6% 12.6% 87.4% 46.6% 53.4% 34.7% 65.3% VI. PEMBUANGAN SAMPAH Pada studi ini, dipelajari mengenai cara pembuangan sampah yang utama dan praktik pemilahan sampah. Di banyak kota di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada walaupun sebagian rumah tangga ada yang tidak membuang sampah setiap hari. Seperti terlihat pada tabel sekitar 90,3% dari total rumah tangga tidak setiap hari membuang sampahnya. Seperti diketahui, rumah tangga sebenarnya dapat ikut berperan dalam mengurangi volume sampah dengan berbagai cara. Contoh yang cukup popular adalah dengan melakukan pemilahan dan memanfaatkan kembali atau mengolah sampah-sampah tertentu. Terkait dengan ini, EHRA di Kota Cirebon mencoba mengetahui praktik pemilahan sampah di rumah tangga. Dari EHRA diperoleh gambaran bahwa hanya sekitar 8,1% dari total rumah tangga melakukan pemilahan, walaupun tidak secara signifikan mengurangi sampah, tetapi setidaknya ada masyarakat yang sadar mengenai pengelolaan sampah secara benar. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-6

245 Walaupun hanya sekitar 8,1% yang melakukan pemilahan sampah, tetapi masyarakat Kota Cirebon cukup bersih, dapat dilihat dari tabel bahwa sekitar 90,1% tidak membuang sampah ke sungai atau parit atau selokan atau lapangan bahkan dibakar. Desa/Kelurahan Sampah Dibuang Tiap Hari Sampah ke Sungai/Parit/ Selokan/ Lapang/Bakar Memisahkan Sampah di Rumah Jawaban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% Kesenden 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 12.5% 87.5% Kebon Baru 17.5% 82.5% 0.0% 100.0% 10.0% 90.0% Sukapura 12.5% 87.5% 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% Pekiringan 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% 5.0% 95.0% Kesambi 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% Sunyaragi 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% 0.0% 100.0% Karyamulya 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% Drajat 15.0% 85.0% 7.5% 92.5% 5.0% 95.0% Jagasatru 10.0% 90.0% 25.0% 75.0% 17.5% 82.5% Pulasaren 10.0% 90.0% 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% Pekalipan 30.0% 70.0% 5.0% 95.0% 2.5% 97.5% Pekalangan 27.5% 72.5% 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% Kesepuhan 10.0% 90.0% 25.0% 75.0% 15.0% 85.0% Lemahwungkuk 22.5% 77.5% 7.5% 92.5% 2.5% 97.5% Panjunan 10.0% 90.0% 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% Pegambiran 2.5% 97.5% 15.0% 85.0% 2.5% 97.5% Harjamukti 25.0% 75.0% 25.0% 75.0% 7.5% 92.5% Larangan 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% 17.5% 82.5% Kecapi 0.0% 100.0% 10.0% 90.0% 12.5% 87.5% Argasunya 0.0% 100.0% 57.5% 42.5% 10.0% 90.0% Kalijaga 12.5% 87.5% 10.0% 90.0% 40.0% 60.0% Total 9.7% 90.3% 9.9% 90.1% 8.1% 91.9% VII. JAMBAN DAN BAB Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak memadai adalah salah satu faktor resiko turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah, praktik seperti itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/kali/got/kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-7

246 tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup kepemilikan jamban, kondisi, penggunaan, pemeliharaannya. Lebih jauh tentang kondisi jamban, studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/wc yang ada di rumah tangga. Ada beberapa aspek yang diamati, seperti ketersediaan air, sabun dan mengenai kebersihan diamati juga apakah ada tinja yang menempel, apakah ada pembalut perempuan? Survey EHRA menunjukkan bahwa sekitar 92,7% rumah tangga memiliki jamban, dan 70,9% memiliki tangki septik. Desa/Kelurahan Kepemilikan Jamban Jamban ke Satu Septictank Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 92.5% 7.5% 70.0% 30.0% Kesenden 95.0% 5.0% 70.0% 30.0% Kebon Baru 95.0% 5.0% 70.0% 30.0% Sukapura 97.5% 2.5% 90.0% 10.0% Pekiringan 100.0% 0.0% 67.5% 32.5% Kesambi 100.0% 0.0% 75.0% 25.0% Sunyaragi 95.0% 5.0% 75.0% 25.0% Karyamulya 100.0% 0.0% 82.5% 17.5% Drajat 100.0% 0.0% 82.5% 17.5% Jagasatru 97.5% 2.5% 77.5% 22.5% Pulasaren 90.0% 10.0% 72.5% 27.5% Pekalipan 92.5% 7.5% 62.5% 37.5% Pekalangan 90.0% 10.0% 40.0% 60.0% Kesepuhan 60.0% 40.0% 42.5% 57.5% Lemahwungkuk 95.0% 5.0% 80.0% 20.0% Panjunan 97.5% 2.5% 60.0% 40.0% Pegambiran 87.5% 12.5% 72.5% 27.5% Harjamukti 95.0% 5.0% 77.5% 22.5% Larangan 90.0% 10.0% 75.0% 25.0% Kecapi 97.5% 2.5% 62.5% 37.5% Argasunya 75.0% 25.0% 67.5% 32.5% Kalijaga 97.5% 2.5% 87.5% 12.5% Total 92.7% 7.3% 70.9% 29.1% Terkait dengan kondisi kebersihan fasilitas WC di rumah, apapun jenisnya, hanya sedikit WC yang terlihat kotor. Dari pengamatan, hanya sekitar 3% WC yang terlihat LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-8

247 memiliki tinja di dinding jamban, dan sekitar 3,4% WC yang terlihat ada pembalut perempuan di dalamnya. Ada Tinja di Dinding Jamban 3.0% Ada Pembalut di Jamban 3.4% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% Desa/Kelurahan Ada Pembalut di Jamban Ada tinja di dinding Jamban Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% Kesenden 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% Kebon Baru 7.5% 92.5% 2.5% 97.5% Sukapura 0.0% 100.0% 15.0% 85.0% Pekiringan 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% Kesambi 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% Sunyaragi 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% Karyamulya 0.0% 100.0% 5.0% 95.0% Drajat 7.5% 92.5% 12.5% 87.5% Jagasatru 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% Pulasaren 2.5% 97.5% 2.5% 97.5% Pekalipan 2.5% 97.5% 10.0% 90.0% Pekalangan 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% Kesepuhan 25.0% 75.0% 0.0% 100.0% Lemahwungkuk 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% Panjunan 0.0% 100.0% 0.0% 100.0% Pegambiran 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% Harjamukti 5.0% 95.0% 0.0% 100.0% Larangan 5.0% 95.0% 2.5% 97.5% Kecapi 2.5% 97.5% 0.0% 100.0% Argasunya 0.0% 100.0% 7.5% 92.5% Kalijaga 0.0% 100.0% 2.5% 97.5% Total 3.4% 96.6% 3.0% 97.0% Mengenai kondisi fasilitas jamban, rata-rata jamban cukup memiliki fasilitas seperti terlihat bahwa sekitar 87,8% WC yang tersedia air dan 95% WC yang tersedia sabun. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-9

248 Ada Air di Jamban Ada Sabun di Jamban Desa/Kelurahan Jawaban Jawaban Ya Tidak Ya Tidak Kejaksan 97.5% 2.5% 92.5% 7.5% Kesenden 85.0% 15.0% 97.5% 2.5% Kebon Baru 95.0% 5.0% 95.0% 5.0% Sukapura 80.0% 20.0% 90.0% 10.0% Pekiringan 95.0% 5.0% 100.0% 0.0% Kesambi 100.0% 0.0% 95.0% 5.0% Sunyaragi 77.5% 22.5% 95.0% 5.0% Karyamulya 65.0% 35.0% 100.0% 0.0% Drajat 87.5% 12.5% 97.5% 2.5% Jagasatru 87.5% 12.5% 90.0% 10.0% Pulasaren 95.0% 5.0% 100.0% 0.0% Pekalipan 62.5% 37.5% 82.5% 17.5% Pekalangan 95.0% 5.0% 97.5% 2.5% Kesepuhan 92.5% 7.5% 95.0% 5.0% Lemahwungkuk 87.5% 12.5% 80.0% 20.0% Panjunan 87.5% 12.5% 97.5% 2.5% Pegambiran 92.5% 7.5% 92.5% 7.5% Harjamukti 92.5% 7.5% 97.5% 2.5% Larangan 92.5% 7.5% 97.5% 2.5% Kecapi 97.5% 2.5% 100.0% 0.0% Argasunya 70.0% 30.0% 97.5% 2.5% Kalijaga 97.5% 2.5% 100.0% 0.0% Total 87.8% 12.2% 95.0% 5.0% VIII. BANJIR Studi EHRA di Kota Cirebon menunjukkan sekitar 15,3% rumah tangga pernah mengalami banjir, seperti terlihat pada grafik dibawah, proporsi terbesar yaitu sekitar 84,7% rumah tangga melaporkan tidak pernah mengalami banjir. LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-10

249 Tidak Pernah 84.7% Ya, Pernah 15.3% 0.0% 20.0% 40.0% 60.0% 80.0% 100.0% Data lengkap jumlah rumah tangga yang pernah mengalami banjir tiap kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut : Desa/Kelurahan Pernah Banjir Jawaban Ya Tidak Total Kejaksan 0.0% 100.0% 100.0% Kesenden 17.5% 82.5% 100.0% Kebon Baru 7.5% 92.5% 100.0% Sukapura 40.0% 60.0% 100.0% Pekiringan 2.5% 97.5% 100.0% Kesambi 7.5% 92.5% 100.0% Sunyaragi 0.0% 100.0% 100.0% Karyamulya 5.0% 95.0% 100.0% Drajat 0.0% 100.0% 100.0% Jagasatru 7.5% 92.5% 100.0% Pulasaren 12.5% 87.5% 100.0% Pekalipan 25.0% 75.0% 100.0% Pekalangan 20.0% 80.0% 100.0% Kesepuhan 25.0% 75.0% 100.0% Lemahwungkuk 15.0% 85.0% 100.0% Panjunan 17.5% 82.5% 100.0% Pegambiran 57.5% 42.5% 100.0% Harjamukti 5.0% 95.0% 100.0% Larangan 27.5% 72.5% 100.0% Kecapi 25.0% 75.0% 100.0% Argasunya 7.5% 92.5% 100.0% Kalijaga 12.5% 87.5% 100.0% Total 15.3% 84.7% 100.0% LAPORAN STUDI EHRA KOTA CIREBON A-11

250 Laporan Penilaian Partisipasi Sektor Swasta (Sanitation Supply Assessment/ SSA) Dalam Pengelolaan Sanitasi Perkotaan Kota Cirebon

251 PENGANTAR Penelitian yang dilakukan melalui kunjungan langsung kepada beberapa responden pelaku usaha terkait sanitasi ini telah berusaha memotret kondisi keterlibaan sektor swata dalam sistem sanitasi, khususnya persampahan dan limbah cair diomestik, di Kota Cirebon Beberapa pertemuan/ diskusi dengan responden diselenggarakan berdasarkan inisiatif atau informasi yang muncul ketika sedang diskusi dengan responden sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa aktivitas sektor swasta dapat di eksplorasi secara seksama dan memberikan gambaran yang lebih teliti terhadap apa yang sedang berlangsung. Angka-angka yang disajikan bersumber dari data resmi/ formal dan lainnya dari sumber tidak resmi, bahkan ada pula yang merupakan hasil estimasi. Data yang berasal dari berbagai sumber tersebut digunakan untuk menyusun ekstrapolasi estimasi lebih lanjut. Kemungkinan besar akan terjadi perbedaan (pada beberapa hal perbedaan tersebut bisa saja cukup signifikan) antara hasil estimasi dan data aktual. Akan tetapi hal tersebut tidak untuk dipresentasikan sebagai bahan argumentasi ilmiah, namun lebih kepada pemberian makna atas skala permasalahan yang ada. Hal ini dapat dijadikan masukan dalam menentukan titik berat penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas sektor swasta yang paling penting untuk diberi perhatian. Dengan demikian, data dan diskusi dalam laporan ringkas ini harus dimaknai dalam konteks tersebut. Mudah-mudahan informasi lebih lanjut yang lebih akurat akan menambah bobot kualitas atas ide yang ada dalam laporan ini sehingga diharapkan dokumen ini juga menjadi titik awal yang akan diperkaya dengan pemikiran yang lebih seksama dan akurat dikemudian hari. LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 2

252 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagaimana dijumpai di kota-kota lain, khususnya di kota-kota peserta ISSDP, apreasiasi terhadap potensi partisipasi sektor swasta pada sanitasi dari pihak Pemerintah Kota Cirebon masih belum proporsional. Terdapat berbagai kendala, diantaranya berupa keterbatasan pemahaman dan minimnya kepedulian dari pihak pemerintah terhadap potensi partisipasi sektor swasta tersebut. Pada sisi lain terdapat kenyataan bahwa kemampuan pendanaan pemerintah untuk sanitasi sangat terbatas dan pembangunan sanitasi yang memadai sulit dilaksanakan bila hanya mengandalkan dana publik semata. Dalam kondisi seperti ini maka pemanfaatan potensi sektor swasta dalam penyediaan dan penyelenggaraan sektor sanitasi menjadi pilihan yang makin mengemuka. Guna mengetahui sejauh mana potensi sektor swasta tersebut, perlu dilakukan penilaian (assessment) secara seksama melalui serangkaian survey dan observasi langsung yang terencana dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi sektor swasta dalam penanganan sanitasi kota. Hasil penilaian tersebut akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi skala perkotaan. Survey potensi penyediaan layanan sanitasi oleh sector swasta tersebut dinamakan Sanitation Supply Assessment (SSA) Tujuan Studi Sanitation Supply Assessment (SSA) Tujuan penyelenggaraan studi SSA antara lain sebagai berikut: 1. Mendapatkan potret kondisi partisipasi sektor swasta dalam penanganan sistem sanitasi kota beserta prospek pengembangannya di masa depan. 2. Mendapatkan bahan masukan untuk merumuskan strategi peningkatan partisipasi sektor swasta dalam pengelolaan sanitasi Manfaat dan Lingkup Studi SSA Hasil Studi SSA akan menjadi bagian dari Pemetaan dan Penilaian Sanitasi Kota (Buku Putih) dan sebagai bahan dalam menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK). Mengingat pada umumnya partisipasi sector swasta hanya terdapat pada sub sektor persampahan dan limbah cair domestik maka lingkup survey dan studi SSA yang dilakukan hanya meliputi kedua sub sektor ini aja. II. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN 1. Kondisi Penanganan Sampah di Kota Cirebon Sesuai dengan SOTK yang baru di diberlakukan pada bulan November tahun 2008, SKPD yang bertanggung jawab terhadap penanganan sub sektor persampahan di Kota Cirebon adalah Bidang Kebersihan dan Persampahan - Dinas Kebersihan dan Pertamanan. LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 3

253 Berdasarkan kajian data sekunder dari SKDP terkait, diperoleh data persampahan sebagai berikut: Jumlah timbulan sampah per hari 770 m 3 Jumlah timbulan sampah per tahun dalam 3 tahun terakhir m m m 3 Kapasitas penanganan sampah atau Service Coverage sebesar 78 persen dari area kota Komposisi sampah yang dikumpulkan berdasarkan sumbernya adalah sebegi berikut:y a. Perumahan 76%. b. Area bisnis (perkantoran dan hotel) 1,8%. c. pasar 12,3%. d. kawasan publik 9,7%. Komposisi sampah kota: 76,5% Organik, 12,49% Plastik, 0,39% logam, 6,51% kertas 4,1% lain-lain persentase yang dilakukan berdasarkan hasil sampling. a. Pengelolaan TPA Berdasarkan catatan unit pengelola TPA, volume sampah yang masuk tiap hari sebanyak 770 M3/ hari. Metode penampungan sampah masih menggunakan open dumping. Saat ini diperkirakan ada sekitar 156 orang pemulung yang beroperasi di TPA. Para pemulung tersebut diperkirakan bisa mengurangi sampah TPA sekitar 99 m 3 ton/bulan atau 12,9% dari volume sampah yang masuk TPA. Permasalahan utama yang menjadi kendala dalam penanganan sampah di Kota Cirebon adalah: Masyarakat masih belum sepenuhnya melakukan 3R System pengelolaan yang digunakan masih bersifat open dumping Kebutuhan lahan di TPA setelah 3 tahun kedepan sehubungan dengan penuhnya lahantpa untuk 3 tahun kedepan Inisiatif yang sudah/ sedang dilakukan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon dalam meningkatkan kualitas pelayanan dalam penanganan sampah adalah sebegi berikut: Menambah jumlah TPS Menambah infrastruktur penunjang di TPA yaitu dengan penambahan alat berat LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 4

254 Partisipasi sektor swasta dalam penanganan sampah Kota Cirebon sudah memasuki pada tatanan formal. Pihak Pemerintah Kota Cirebon (sudah/ belum)* mengagendakan adanya kerja sama formal yang dituangkan dalam suatu kontrak kerja. Melalui Studi SSA ini diharapkan akan muncul sebuah inspirasi yang lebih memungkinkan adanya sinergi, baik secara formal maupun informal antara pihak Pemerintah Kota Cirebon dengan sektor swasta setempat, khususnya dalam penanganan sampah kota. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Pengusaha Penampung (Pengepul) Atau Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas Sebagaimana di kota-kota lain, inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dll) yang memiliki nilai jual. Sejauh ini belum ada interaksi formal antara Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan para pelaku bisnis terkait pengelolaan sampah tersebut. Beberapa pengusaha daur ulang sampah yang berhasil diidentifikasi dan diwawancarai adalah sebagai berikut: Peran Pengusaha Daur Ulang Sampah Organik 1. Pihak swasta yang berbadan usaha dan terlibat dalam usaha pendaur ulangan sampah yaitu PT KPM (Khatulitiswa Putra Mandiri) yang dalam proses pembuatannya bekerja sama dengan PT SAI (Sarana Argo Internusa) dengan produksi berupa pupuk organik berbentuk granule dengan komposisi bahan terdiri dari kompos 30% dan sisanya menggunakan campuran dari kotoran hewan (kohe), kotoran ayam (Koyam), bahan LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 5

255 kapur (Kaptain) dan ampas tebu (blotong putih) setelah itu dilakukan proses pencampuran sampai dengan jadi produk dibutuhkan waktu proses 40 hari dengan total produksi sebesar 500 ton/bulan dengan nama produk Elang Biru yang dalam pendistribusiannya bekerjasama dengan Petro Kimia Gresik, PT Shang Hyang Sri. Adapun data umum perusahaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: 1. Bidang Usaha Pengolah kompos menjadi POG 2. Nama Perusahaan (bila berbadan PT. Khatulistiwa Putra Mandiri hukum) 3. Nama Penanggung Jawab / Direktur Ir. Rahmanizan Saputra 4. Alamat Jl. Pramuka No.10 Argasunya Kota Cirebon 5. Telepon - 6. Mulai menjalankan usaha Jumlah Personel 24 a. Tenaga langsung 4 Tenaga tidak langsung Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari Pengolahan Kompos di TPA satu) Kopi Luhur menjadi Pupuk Organik Granul Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 6

256 2. Peran Pengusaha Penampung dari jenis sampah an organic (Pengepul) dan/ atau Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas Keterlibatan sektor swasta dalam proses pendaur ulangan hanya sebatas pengepul dari bahan sampah yang diterima dari pemulung yang sebagian besar berada di TPA Kopi Luhur dengan total jumlah pemulung sekitar 157 orang yang kemudian dikirim ke tempat daur ulang, proses pengumpulan barang terdiri dari sampah non organik, adapun beberapa pengusaha daur ulang yang berhasil diidentifikasi dan diwawancarai adalah sebagai berikut: a. Nama pengusaha pengepul Bapak Jasana, alamat kegiatan Desa Banjar Wangunan Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, dengan modal investasi awal pada tahun 1998 sebesar Rp ,- dan nilai kekayaan perusahaan hingga tahun 2009 mencapai sekitar Rp ,-untuk informasi mengenai data umum perusahaan dapat dilihat pada table di bawah ini: 1) Bidang Usaha Pengepul Limbah Plastik 2) Nama Perusahaan (bila berbadan - hukum) 3) Nama Penanggung Jawab / Direktur Jasana 4) Alamat Banjar Wangunan Rt 02 RW 04 Kec. Mundu 5) Telepon - 6) Mulai menjalankan usaha ) Jumlah Personel 8 a. Tenaga langsung - b. Tenaga tidak langsung 8 8) Lingkup usaha (bisa dipilih lebih dari satu) Pengepul Limbah Plastik (kresek) dari pemulung LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 7

257 Adapun untuk jenis barang bekas yang ditampung serta volume rata-rata dari masingmasing jenis barang bekas yang dikumpulkan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No Jenis Barang Bekas Volume rata-rata per Harga Beli per minggu (kg) minggu (Rp/kg) Harga Jual (Rp/Kg) 1 Plastik kresek Karung PE dan PP Kota tujuan penjualan barang di Kota Surabaya, sedangkan kendala dalam mengembangkan usaha adalah modal usaha dan pemasaran/ harga yang tidak stabil. b. Nama pengusaha pengepul Bapak Pili, alamat kegiatan Perumahan Gerbang Permai Kabupaten Cirebon, usaha berdiri sejak tahun 2000, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 10 orang, untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung seperti dapat terlihat pada tabel di bawah ini: No Jenis Barang Bekas Volume rata-rata per Harga Beli per minggu (kg) minggu (Rp/kg) Harga Jual (Rp/Kg) 1 Kertas Beling Kaleng , c. Nama pengusaha pengepul Bapak Udini, alamat kegiatan Kopi Luhur Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, usaha berdiri sejak tahun 2002 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak tujuh orang, untuk jenis dan volume barang rongsok yang ditampung seperti dapat terlihat pada tabel di bawah ini: No Jenis Barang Bekas Volume rata-rata per Harga Beli per minggu (kg) minggu (Rp/kg) Harga Jual (Rp/Kg) 1 Botol/ Cup Air Kemasan , Botol Bekas Shampo 500 2, Emberan , Permasalahan utama yang menjadi masalah dalam penanganan sampah di Kota Cirebon adalah: Tingkat partisipasi masyarakat yang rendah terhadap kebersihan dan keindahan lingkungan; Keterbatasan alokasi anggaran peremajaan peralatan pengelolaan persampahan dan kebersihan; Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembayaran retribusi RPPK/PL; Banyaknya lalu lintas manusia yang bekerja di sector informal yang secara langsung akan menimbulkan dan menghasilkan sampah; Penanganan sampah didaerah perbatasan yang kerap menjadi sorotan public luar; LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 8

258 Diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengeloaan Sampah yang mengharuskan Penutupan TPA Open Dumping dan beralih ke Sanitary landfill. Keterbatasan lahan TPA; Pencemaran yang timbul akibat pengelolaan sampah dan lingkungan yang kurang baik Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan SKPD dalam meningkatkan kualitas pelayanan dalam penanganan persampahan adalah: a. Penambahan dan perbaikan sarana dan Prasarana pengelolaan kebersihan dan pertamanan dalam lingkup makro; b. Peningkatan profesionalisme aparatur dalam bidang kebersihan dan keindahan kota; c. Peningkatan kualitas pengelolaan sampah di TPA Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 3. Keterlibatan Sektor Lembaga Pendidikan Dalam Upaya Proses Daur Ulang Sampah Sektor lembaga pendidikan yang berupaya dalam proses daur ulang sampah yang berhasil diwawancarai adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri Delapan (SMPN 8) sebagai pelopor Sekolah Berbasis Lingkungan, pihak sekolah memasukan kegiatan ini dalam bentuk muatan lokal yakni mata pelajaran lingkungan hidup (PLH) yang anggotanya terdiri dari LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 9

259 seluruh siswa yang ada di SMPN 8 Kota Cirebon, yaitu sekitar 805 siswa. Setelah SMPN 8 mendapat gelar sekolah asri di tahun 2005 dan sekolah berbasis lingkungan (SBL) di tahun 2006 sampai dengan 2008, sampai pada akhirnya mendapat gelar Sekolah Adiwiyata di tahun Kondisi lingkungannya terlihat sangat asri karena banyak di tanami dengan tumbuh-tumbuhan dan ditambah lagi dengan adanya hutan sekolah yang ditanami pohonpohon dengan model tumpang sari. Terkait dengan proses pendaur ulangan sampah, sekolah ini telah memiliki alat komposting yang bertujuan untuk mengolah sampah yang berasal dari organik dalam bentuk produk berupa pupuk kompos tanaman yang dilakukan proses produksi 2 minggu sekali dengan bahan baku sampah organik yang dihasilkan sebanyak 100 kg/minggu dan menghasilkan 50 kg/minggu pupuk kompos tanaman. Selain mengolah dari sampah organik, sekolah ini juga mengolah bahan an organik menjadi kerajinan tangan berupa taplak meja, tatakan gelas, tas, gantungan kunci, patung miniatur dan lain-lain. Dengan demikian hasil produksi dari kreatifitas siswa tersebut sering diikutsertakan dalam acara pameran dan dijual yang uangnya digunakan untuk biaya proses selanjutnya, karena Pemerintah Daerah Kota Cirebon yang dalam hal ini Dinas Pendidikan tidak mengalokasikan anggaran yang menunjang proses pendaur ulangan tersebut. Dengan demikian SMPN 8 mampu mereduksi jumlah timbulan sampah di TPS karena secara keseluruhan karena semua jenis sampah yang dihasilkan dapat sepenuhnya termanfaatkan, sehingga sekolah ini mendapat julukan sebagai sekolah pelopor untuk kategori sekolah berbasisi lingkungan. LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 10

260 4. Peran Pengusaha Pelaksana Reuse, Reduce dan Recycle (3R) Keterlibatan pihak swasta selain mendaur ulang limbah padat atau sampah, ada beberapa perusahaan yang melakukan pengolahan reuse, reduce dan recycle (3R) air limbah dan komposting, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah. DAFTAR PERUSAHAAN PENGOLAHAN LINGKUNGAN HIDUP (REUSE, REDUCE DAN RECYCLE) NO PERUSAHAAN ALAMAT DOKUMEN YANG KETERANGAN DIMILIKI (AMDAL/UKL/UPL) 1 PT.ARIDA Jl.Dukuh Duwur UKL-UPL Reuse dan Recycle air Limbah untuk produksi 2 PT.INDONESIA POWER Jl.Brigjen H.R UKL-UPL Komposting Dharsono,Bypass III. Proses Pengelolaan Limbah Cair di Kota Cirebon Dalam proses pengelolaan yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair di Kota Cirebon ditangani oleh PDAM melalui Kewenangan Direktur Teknik dan ditunjuk Kepala Bagian Air Limbah sebagai pengelola teknis limbah di Kota Cirebon, adapun sistem yang digunakan berupa: a. sistem off site sistem off site adalah sistem pengolahan limbah dari persil ke saluran/ pipa dan dipompa untuk dibuang ke IPAL. Adapun lokasi IPAL yang ada di Kota Cirebon meliputi: 1. IPAL Perumnas Selatan (Gn. Rinjani) Instalasi pengolahan Gn Rinjani memiliki areal lahan seluas sekitar 6 ha yang terdiri dari 4 kolam (anaerobik, fakultatif, maturasi 1 dan maturasi 2) dan luas daerah yang terlayani Ha dan panjang saluran km dengan dua orang operator sebagai tenaga yang diperbantukan dari PDAM bagian air limbah, mampu melayani pelanggan. Belum ada pemanfaatan hasil endapan tinja kering. Kolam IPAL Rinjani hanya pemanfaatan dalam bentuk penanaman Eceng Gondok (untuk meminimalisir bau tak sedap, hasil rekomendasi Balitbangda Jabar). Petani ada 3 kelompok dengan harga Rp /kg eceng gondok kering. LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 11

261 2. IPAL Perumnas Utara (Gelatik) Instalasi pengolahan Gelatik memiliki luas area yang terlayani sebesar Ha dengan jumlah pelanggan dan panjang saluran km, Belum ada pemanfaatan hasil endapan tinja kering. Kolam IPAL Rinjani hanya pemanfaatan dalam bentuk penanaman Eceng Gondok (untuk meminimalisir bau tak sedap, hasil rekomendasi Balitbangda Jabar). Petani ada 2 kelompok dengan harga Rp /kg eceng gondok kering 3. IPAL Ade Irma Instalasi Pengolahan Ade Irma memiliki luas areal daerah terlayani sebesar Ha dengan panjang saluran 20,68 km dan jumlah pelanggan Belum ada pemanfaatan hasil endapan tinja kering. Kolam IPAL Rinjani hanya pemanfaatan dalam bentuk penanaman Eceng Gondok (untuk meminimalisir bau tak sedap, hasil rekomendasi LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 12

262 Balitbangda Jabar). Petani yang memanfaatkan untuk petani padi, jagung dan singkong ada 6 orang. 4. IPAL Kesenden Instalasi pengolahan kesenden memiliki luas areal lahan sebesar 11 ha, memiliki kedalaman sumur penampung 12 m dengan luas daerah layanan ha dengan panjang saluran km dan jumlah pelanggan 171. Pemanfaatan yang ada pada saat ini yaitu berupa kolam pemancingan yang dikelola oleh warga dengan rincian nama sbb: No Nama Penggarap Lahan Luas Lahan Unit 1 Herman 405 m 2 2 Agung m 2 3 Yoyon m 2 4 Agus Putra 93,75 m 2 5 Ruswa m 2 6 Sumarli m 2 7 Susilo m 2 8 Endang m 2 9 H. Cutom Rohman m 2 10 Iing 6.32 m 2 11 Wandur m 2 12 Rusmadi 540 m 2 13 Akhir 960 m 2 b. sistem on site sistem on site yang dipergunakan adalah dengan cara konvensional yaitu limbah cair dari septik tank warga yang disedot dengan mobil tinja dan di buang ke kolam limbah di Ade LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 13

263 Irma dan cara Johkasau yaitu sistem pengolahan mandiri dengan skala terbatas sampai dengan 300 kk yang berasal dari bantuanpemerintah Jepang dan telah berada dua unit di dua lokasi yaitu di Kantor PDAM dan di Kompleks Rusunawa. 1. Pengusaha Sedot Tanki Septic Sistem penanganan limbah cair di Kota Cirebon menggunakan sistem on site dan sistem offsite adapun penanganan pengelolaannya dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum dan pihak swata. Pengelolaan Oleh PDAM Dalam pengelolaan limbah cair Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki 3 kendaraan sedot tinja untuk kapasitas sampai dengan 8m3 dan dengan tarif sesuai dengan PERDA No. 13 Tahun 1994, dengan klasifikasi persilnya yaitu untuk Non Komersial sebesar Rp ,-/m3, untuk komersial sebesar Rp ,-/m3, untuk indsutri sebesar Rp ,-/m3. Pengelolaan Oleh Perorangan Pengelolaan oleh pihak perorangan yang menggunakan sistem on site yakni menggunakan jasa mobil sedot tinja yang dalam hal ini sektor swasta tidak berbadan usaha yang terlibat dan ada di Kota Cirebon hanya baru ada satu dengan jumlah armada yang dimiliki tiga buah unit untuk satu unit kendaraa terdiri dari 3 orang personil dengan kapasitas angkut mobil 3m3 untuk tiap unitnya, dengan ketentuan biaya sebesar Rp ,-/m3. Order yang diterima untuk setiap harinya sekitar 10 rit atau apabila dikalikan dengan satu unit mobil dengan kapasitas 3m3 setara dengan 30m3 limbah cair yang bisa diangkut mobil sedot tinja untuk dibuang ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang awalnya dibuang ke IPAL kesenden yang terletak di Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan namun karena suatu hal sehingga pada saat ini dibuang ke IPAL Ade Irma yang tepatnya terletak di Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk, namun terkadang adanya sektor usaha lain yang terlibat (sektor pertanian, peternakan ikan) yang mau memanfaatkan limbah sedot tinja sebagai pupuk tanaman ataupun makanan ikan, karena belum ada pihak swasta yang secara resmi mau mengolah dan memanfaatkan pembuangan limbah tinja. Total keuntungan yang didapat setelah dikurangi dengan biaya operasional dan pemeliharaan sebesar 50% dari total pendapatan kotor, selain jasa penyedotan tinja usaha lain yang terkait dalam bentuk pembuatan septic tank dan perbaikan saluran yang menuju septic tank. Untuk informasi data umum mengenai profil pengusaha sedot tinja dapat dilihat pada table di bawah ini: LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 14

264 1) Bidang Usaha Usaha Sedot Limbah Tinja 2) Nama Perusahaan (bila berbadan GSP hukum) 3) Nama Penanggung Jawab / Dadang Suryadarma Direktur 4) Alamat Jl. Mahoni F 37 Kosambi Cirebon 5) Telepon / ) Mulai menjalankan usaha ) Jumlah Personel 11 orang a. Tenaga langsung 9 orang b. Tenaga tidak langsung 2 orang 8) Lingkup usaha (bisa dipilih lebih Usaha Sedot LImbah tinja dari satu) LAPORAN SSA KOTA CIREBON B - 15

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA CIREBON

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA CIREBON BAB II GAMBARAN UMUM KOTA CIREBON 2.1 GEOGRAFIS, TOPOGRAFIS DAN GEOHIDROLOGI Letak Geografis Kota Cirebon terletak di daerah pantai utara Propinsi Jawa Barat bagian timur. Dengan Letak geografis yang strategis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON I. PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA CIREBON REKAPITULASI PER DINAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PERIODE 1 Januari s.d 30 Juni 2015

PEMERINTAH KOTA CIREBON REKAPITULASI PER DINAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PERIODE 1 Januari s.d 30 Juni 2015 NO SKPD PEMERINTAH KOTA CIREBON REKAPITULASI PER DINAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN PERIODE 1 Januari s.d 30 Juni 2015 BELANJA TIDAK LANGSUNG (BTL) BELANJA LANGSUNG (BL) TOTAL PROSENTASE ANGGARAN REALISASI

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI Proses monitoring dan evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Monitoring atau pemantauan dapat mempermudah

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah yang terbesar yang dialami oleh seluruh kota besar di Indonesia, dimana pada tahun 2007 jumlah populasi di Indonesia berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH Alamat : Bappeda Kota Cirebon Jalan Brigjend Dharsono Bypass Cirebon 45131 Telp. (0231) 203588 GEMAH RIPAH LOH JINAWI PENGUMUMAN PENGAJUAN

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON 110 BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON Pada Bab ini dilakukan analisis data-data yang telah diperoleh. Untuk mempermudah proses analisis secara keseluruhan, dapat

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Tujuan Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik Secara umum kegiatan pengelolaan limbah cair di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan cukup

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Bagian selatan Bagian barat Secara astronomis, Kota Situbondo yang terdiri dari 9 desa/kelurahan, terletak diantara 7º35 7º 44 Lintang

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi Kota Kendari disusun dengan mengacu pada visi misi Kota Kendari yang tertuang dalam RPJMD Kota Kendari, dengan adanya

Lebih terperinci