PERBANDINGAN CIMT SISI LESI ANTARA DM DAN NONDM DENGAN ATAU TANPA DISLIPIDEMIA PENDERITA STROK ISKEMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN CIMT SISI LESI ANTARA DM DAN NONDM DENGAN ATAU TANPA DISLIPIDEMIA PENDERITA STROK ISKEMIK"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN CIMT SISI LESI ANTARA DM DAN NONDM DENGAN ATAU TANPA DISLIPIDEMIA PENDERITA STROK ISKEMIK COMPARISON OF CIMT LESION SIDE BETWEEN DM AND NONDM WITH OR WITHOUT DISLIPIDEMIA IN ISCHEMIC STROKE Imelda Farida Ahmad 1, Yudy Goysal, 1 Abdul Muis 1, Amiruddin Aliah 1, Cahyono Kaelan 1, Idham Jaya Ganda 2 1 Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2 Bagian Ilmu Penyakit Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Imelda Farida Ahmad Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP: imemedikal@gmail.com

2 1 ABSTRAK Proses aterosklerosis dapat menyebabkan degenerasi tunika intima media arteri karotis (CIMT) yang dapat dilihat dengan pemeriksaan carotid doppler. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan carotid intima media thickness (CIMT) sisi lesi antara DM dan non DM dengan atau tanpa dislipidemia pada penderita strok iskemik. Desain penelitian adalah Cross Sectional Study, pada 40 subjek penderita strok iskemik. Masing-masing 20 subjek diabetes melitus dan 20 subjek non diabetes melitus di Rumah Akademis Makassar, dari bulan Maret hingga Juni Pada kelompok penelitian dilakukan pemeriksaan ketebalan tunika intima media arteri karotis komunis sisi lesi dengan menggunakan carotid doppler. Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata CIMT penderita strok iskemik yang disertai DM dan dislipidemia secara bermakna lebih tinggi daripada tanpa dislipdemia (p<0,05) Selain itu nilai rerata CIMT penderita strok iskemik yang non DM disertai dislipidemia secara bermakna lebih tinggi daripada tanpa dislipidemia. Demikian pula pada penderita DM nilai CIMTnya lebih tinggi dari nondm. Penelitian ini menunjukkan penderita DM rata-rata memiliki ketebalan tunika intima lebih tinggi daripada nondm Kata kunci: CIMT, DM, Strok iskemik, carotid doppler ABSTRACT The process of atherosclerosis can cause degeneration of the intima and media layers that can be seen by by carotid Doppler examination. This study aims to compare of CIMT lesion side in patients with ischemic stroke between DM and Non DM with or without dislipidemia. Design of this study was a Cross Sectional involve 40 subjects of ischemic stroke. which 20 subjects were in Diabetes melitus and and 20 were in Non diabetes melitus as control group. This study was performed at Akademis hospital Makassar started from March until June The result showed that mean value of CIMT in patient DM and dislipidemia was higher and more significantthan without dislipidemia (p< 0,05).and mean value of CIMT with NonDM accompanied dislipidemia more higher than DM and non dislipidemia patients and mean value of CIMT with duslipidemia patient was significantly higher than without dislipdemia patient. And so do CIMT value in DM patient were higher than non DM. Tis study showed DM patient had tunica intima thickness higher than non DM. Keywords : CIMT, DM, Ischemic stroke, carotid doppler

3 2 PENDAHULUAN Strok adalah masalah kesehatan utama, merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada manusia masa puncak produktif dan menjadi penyebab kematian nomor tiga dan penyebab kecacatan nomor satu (Misbach,2011). Di Amerika Serikat strok menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahunnya orang-orang Amerika terserang strok, orang terkena strok iskemik dan orang menderita strok hemoragik (termasuk perdarahan intraserebral dan subarachnoid) dengan 175 orang diantaranya mengalami kematian (Trush, 2005). Strok telah terbukti menjadi penyebab utama kecacatan kronik di semua lapisan masyarakat. Penderita yang selamat dari strok dapat mengalami kecacatan fungsi kognitif, sensorik, maupun motorik akibat kerusakan otak (Gofir, 2007). Beberapa faktor risiko pada strok berdasarkan data penelitian dari 28 Rumah sakit di Indonesia didapatkan hipertensi sebesar 73,9%, Fibrilasi atrium 3,4%, diabetes mellitus 17,3%, hiperkolestrolemia 16,4%, merokok 20,45%. Diabetes melitus (DM) dan peningkatan kadar lemak darah (dislipidemia) merupakan dua dari faktor risiko strok iskemik menurut The WHO Task Aorce on Stroke and Other Cerebrovascular Disorder yang dapat menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis pada lapisan tunika intima media arteri karotis (Misbach, 2011). Ini sesuai dengan penelitian Rehman MU,(2011 bahwa kondisi diabetes, cholesterol HDL, mempecepat terjadinya ketebalan tunika intima media (Rehman,2011). Demikian pula pada penelitian di India yang menunjukkan bahwa CIMT pada penderita stroke dengan beberapa faktor risiko relative lebih tinggi secara signifikan (Jain, 2012). Aterosklerosis adalah pengerasan pada pembuluh darah arteri yang terjadi karena proses pengendapan lemak, komplek karbohidrat dan produk darah, jaringan ikat dan kalsium, yang mengakibatkan hilangnya elastisitas arteri, disertai perubahan degenerasi lapisan media dan intima. Penekanan yang terlalu banyak pada arteri dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku akhirnya membatasi

4 3 darah yang mengalir ke organ dan jaringan yang menimbulkan proses arteriosklerosis ( Murtala dkk.,2010) Bila aterosklerosis terjadi pada arteri yang mensuplai darah ke otak yaitu arteri karotis maka akan menimbulkan risiko strok dan bila terjadi pada arteri koronaria dapat menimbulkan penyakit jantung iskemia. Menurut Homoud 2008, aterosklerosis adalah penyebab utama penyakit jantung koroner. Lesi aterosklerosis pada arteri karotis, juga seringkali merupakan faktor risiko terjadinya stroke tromboembolik. Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Aterosklerosis dapat menjadi kronik dengan menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang meningkat sebanding dengan umur (penyakit degenerative) dan lamanya menderita aterosklerosis. (Murtala dkk., 2010) Diabetes merupakan salah satu faktor risiko utama pada strok iskemik dan berhubungan dengan angka mortalitas. Milikan 1987 menyatakan bahwa 10-30% penderita strok sebelumnya adalah penderita Diabetes. Telah dikemukakan pada Framingham Study bahwa insiden strok Iskemik didapatkan 2,5-3,5 kali lebih tinggi pada DM dibanding non DM (Basjiruddi,2009). Peningkatan kadar gula darah dapat memperburuk prognosis strok. Hal ini disebabkan fungsi vasodilatasi arteri serebral yang berkurang pada penderita diabetes. Demikian pula pada penderita DM kelompok usia tahun adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan non DM (Misbach, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian di jerman bahwa IMT arteri karotis kommunis secara signifikan dipengaruhi oleh umur, maupun jenis kelamin (Linnebank et al.,2011). Pada DM tipe 2 ditandai dengan gagalnya kemampuan memproduksi insulin yang cukup untuk mencegah resistensi insulin, dan sering bersamaan dengan faktor risiko lain termasuk hipertensi, obesitas dan hiperlipidemia. Hal ini menimbulkan suatu keadaan yang disebut sindroma metabolik, dimana dengan adanya sindroma ini maka risiko strok akan meningkat menjadi 1,5 kali lipat, sedang risiko pada DM lebih dari 2 kali lipat. Metabolik sindrom dan derajat resistensi insulin merupakan

5 4 faktor risiko independen untuk stroke, dan bila keduanya ada pada pasien akan meningkatkan risiko strok tiga kali lipat. Sindrom ini secara langsung merupakan mata rantai terjadinya perubahan pada arteri besar seperti arteri karotis dengan bertambah tebalnya tunika media-intima yang akan menambah kerusakan vaskular kearah aterosklerosis (Basjiruddin,2009). Suatu penelitian kasus kontrol dan prespektif epidemiologi menunjukkan efek independen diabetes pada strok iskemik pada laki-laki maupun perempuan, dengan peningkatan risiko relatif strok pada penderita diabetes 1,8 hingga hampir 6 kali. The Atherosclerosis Risk in Communities Study Investigators (ARIC) menemukan pasien-pasien yang sebelumnya menderita DM yang tidak terdiagnosis ternyata mengalami kecepatan progresi aterosklerosis karotis yang lebih besar dibanding pasien yang telah diketahui menderita DM (Liviakis et al., 2010). Diabetes mempercepat perkembangan aterosklerosis arteri karotis. Pada suatu populasi berdasarkan studi kohort 1192 pria dan wanita yg diperiksa interval 5 tahun, perkembangan ketebalan intima media pada pemeriksaan USG common arteri karotid (CCA) dan interna arteri karotid (ICA) adalah sekitar dua kali pada penderita diabetes dibandingkan dengan penderita non diabetes. Tingkat kemajuan pada ICA lebih besar pada pasien yang tidak terdiagnosis diabetes dibandingkan dengan pasien yang diabetes (Hennerici,2004). IMT pada CCA pasien diabetes dan strok akut secara signifikan lebih besar dibanding pada pasien strok yang non diabetes. Pada studi sebelumnya menunjukkan bahwa resistensi insulin menunjukkan suatu gambaran yang penting pada syndrome DM type 2 tidak berkorelasi dengan IMT (Idris et al.,2006). kemudian studi lain menemukan bahwa, pada pasien DM menyebabkan regresi dari CIMT (Al-Nimer, 2009). Beberapa studi dalam menilai ketebalan intima media sebagai tanda lesi awal dari aterosklerosis dilakukan oleh Bachtiar Murtala dkk, (2011) pada penelitiannya yang menghubungkan Intima Media Thickness (IMT) arteri karotis dengan fraksi lipid, yang menunjukkan hubungan yang signifikan (Murtala,2011). Polak Fj pada

6 5 penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan progresifitas IMT pada penderita diabetes control and complication Trial (DCCT) disertai dengan merokok dan hipertensi, sedangkan umur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada penderita strok iskemik (Murtala dkk.,2011). Beberapa studi lain menunjukkan prevalensi IMT pada populasi secara umum. Bermacam-macam metode telah dibuat dengan berbagai interprestasi. Bahkan pada tiga studi berbasis populasi di Eropa cukup sebanding dengan kriteria untuk IMT. Kuopio ischaemic Heart Disease Risk Factor Study (KIHD) menurut Salonen et al., The San Daniele Project (SDP) (Prati et al., 1992) dan The investigation Pre-Cliniques de Paris (IPC) (Bonithon-Kopp et al., 1993), terdapat perbedaan yang bermakna tentang prevalensi tersebut. Misalnya sekitar 37% laki-laki Filandia memiliki ketebalan dinding arteri sementara laki-laki Italia dilaporkan hanya memiliki ketebalan sekitar 9,4%. Demikian pula IMT lebih tinggi pada wanita Prancis (30,4%) dibandingkan wanita Italia (Hennerici,2004). Persyaratan dalam penilaian penyakit serebrovaskular dini menggunakan pemeriksaan IMT dengan teknik Ultrasonography B-mode (Carotid Doppler) beresolusi tinggi pada arteri karotis (Alexandrov,2011). Teknik noninvasive ini telah memainkan peran sentral dalam banyak studi epidemiologi terakhir dan sedang digunakan untuk penilaian keberhasilan pencegahan aterosklerosis (Hennerici,2004) Berdasarkan berbagai studi dan teori diatas, dan beberapa penelitian ternyata menunjukkan bahwa pada DM mudah terjadi penebalan tunika intima media arteri carotis, sehingga pada penelitian ini bertujuan menilai perbandingan CIMT sisi lesi antara DM dan non DM dengan atau tanpa dislipidemia pada penderita strok iskemik akut dengan menggunakan carotid doppler. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS Akademis Makassar. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional untuk membandingkan carotid intima media

7 6 thickness (CIMT) sisi lesi antara Diabetes melitus dan non diabetes melitus dengan atau tanpa dislipidemia pada penderita strok iskemik. Populasi dan Sampel Populasi adalah penderita strok iskemik yang DM dan non DM dengan atau tanpa dislipidemia yang berobat jalan di poli saraf RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan jejaringnya di Makassar. Didapatkan sebanyak 20 sampel dengan diabetes melitus dan 20 sampel tanpa diabetes melitus yang terdiri dari 10 sampel dislipidemia dan 10 tanpa dislipidemia. Sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: 1) Semua penderita strok yang terdiagnosa strok iskemik yang penderita DM disertai dan tanpa dislipidemia, non DM dengan dan tanpa dislipidemia; 2)Pertama kali mengalami strok; 3) Bersedia ikut dalam penelitian. Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan, dianalisis menggunakan bantuan komputer program excel dan dianalisis statistik terhadap variabel-variabel yang diteliti dengan bantuan program Statistical Package for Social Scienses (SPSS) for Windows. Analisis data Data yang dikumpul diolah melalui analisis statistik, untuk membandingkan CIMT sisi iskemik dan non iskemik penderita strok iskemik antara DM dan non DM yang disertai dan tanpa dislipidemia dengan menggunakan uji T tidak berpasangan. HASIL Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin, dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus pada subjek penelitian. Pada kelompok umur terdiri dari 27 orang (67,5%) yang dari 60 tahun dan 13 orang (32,5%) > 60 tahun. Sebagian besar distribusi sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (55%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (45%). Kelompok hipertensi didapatkan jumlah sampel 17(42,5%) pada tekanan darah >160, dan pada 160 berjumlah 23 orang (57,5%) dan distribusi DM dan non DM serta

8 7 dislipidemia jumlah sampel yang didapatkan baik pada kelompok perlakuan ataupun kontrol adalah 20 orang (50%). Pada kelompok yang merokok didapatkan jumlah pasien sebanyak 12 (55%) dan 28 orang (45%) yang tidak merokok. Tabel 2 menunjukkan bahwa dari hasil analisis dengan Uji T nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik yang diabetes melitus disertai dislipidemia lebih tinggi daripada rerata nilai CIMT penderita diabetes melitus tanpa dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut bermakna, yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih kecil dari α = 0,05. Tabel 3 menunjukkan bahwa dari hasil analisis uji T, nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik yang Nondiabetes melitus disertai dislipidemia lebih tinggi daripada rerata nilai CIMT sisi lesi penderita Nondiabetes melitus tanpa dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut bermakna, yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih kecil dari α = 0,05. Tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil analisis uji T, nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik yang diabetes melitus disertai dislipidemia lebih tinggi daripada rerata nilai CIMT sisi lesi penderita Nondiabetes melitus tanpa dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut bermakna, yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih kecil dari α = 0,05. Tabel 5 menunjukkan bahwa dari hasil analisis dengan Uji T menunjukkan bahwa nilai rerata CIMT sisi lesi penderita strok iskemik disertai diabetes melitus dan tanpa dislipidemia didapatkan perbedaan yang tidak bermakna dibandingkan pada penderita Nondiabetes melitus disertai dislipidemia dan perbedaan rerata tersebut yang ditunjukkan oleh nilai p yang lebih besar dari α = 0,05. PEMBAHASAN Pada penelitian ini kami menemukan nilai perbandingan CIMT sisi lesi pada penderita DM rata-rata lebih tinggi dibandingkan non DM. Nilai CIMT yang diperoleh antara 1,1 mm hingga 1,7 mm. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan, dimana didapatkan nilai CIMT pada penderita DM dan rata-rata > 1 mm,

9 8 dan yang non DM < 1 mm, meskipun masih terdapat nilai CIMT DM < 1 dengan jumlah yang minimal. Dalam literatur menyatakan bahwa ketebalan kompleks lapisan intima media pada orang dewasa normal berkisar 0,5-1 mm. Penebalan CIMT > 1,0 mm merupakan keadaan abnormal menandakan perubahan paling awal aterosklerosis (Hennerici,2004). Pada penelitian ini, dari 20 orang penderita DM, 16 diantaranya memiliki ukuran CIMT yang > 1, sedang 4 yang lainnya bernilai 1 mm, dan pada kelompok kontrol diperoleh 13 orang dengan ukuran CIMT 1, dan 7 orang dengan ukuran > 1 mm, yang masing-masing terbagi Dalam kelompok dislipidemia dan nondislipidemia. Dari 40 sampel, didapatkan penderita strok yang DM sebanyak 20 orang dan kontrol yang non DM 20 orang, serta dari kedua kelompok tersebut terbagi lagi masing-masing menjadi 10 dislipidemia dan 10 nondislipidemia. jumlah sampel yang diperoleh laki-laki lebih banyak daripada perempuan, namun pada penderita DM lebih banyak pada jenis kelamin perempuan dibanding laki-laki. Berdasarkan Framingham study diperkirakan risiko strok meningkat 1,5-3 kali pada pasien DM, begitupun pada bahwa insiden strok non hemoragik didapatkan 2,5-3,5 kali lebih tinggi pada DM dibandingkan yang non DM. Hal ini sesuai dengan penelitian liviakis L et al,(2010) Sementara Capes dkk mengatakan bahwa pada pasien dengan kadar GDP > 13,4 mmol/l, risiko strok kira-kira lebih tinggi dua kali lipat dibanding dengan kontrol metabolik. Demikian pula proporsi wanita lebih besar, dimana menurut Almdal mendapatkan risiko ateroskleoris dan relative terkena strok lebih tinggi dua hingga 6,5 kali pada wanita, oleh karena kemungkinan berhubungan dengan perbedaan sensivitas terhadap insulin yang lebih rendah dibanding laki-laki (Rehman,2011). Pada kelompok umur, sampel penelitian antara 25 tahun sampai dengan 73 tahun dengan persentase terbesar sama pada umur 60 tahun, namun pada penderita DM jumlahnya sama pada kedua kelompok umur tersebut. Sesuai Copenhagen Stroke Study Usia merupakan satu faktor pengubah yang penting dimana DM menimbulkan risiko strok lebih tinggi diantara pasien yang berusia lebih muda, sesuai penelitian linnebank et al., (2011) Pada populasi yang berusia < 55

10 9 tahun. DM akan meningkatkan strok iskemik lebih tinggi. Namun pada Framingham study melaporkan bahwa risiko terjadinya strok iskemik pada DM terbanyak pada kelompok usia tahun adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan penderita non DM. Dengan menggunakan T U test didapatkan nilai yang bermakna pada perbandingan antara kelompok DM disertai dislipidemia dengan yang tanpa dislipdemia, demikian pula pada kelompok NonDM disertai dislipidemia dan tanpa dislipidemia, dengan nilai p < 0,05. Dengan menggunakan T U test didapatkan nilai rerata CIMT sisi lesi lebih tinggi secara bermakna pada kelompok DM disertai dislipidemia dengan nilai CIMT maximum dan minimum > 1.0 mm, dibandingkan dengan DM tanpa dislipidemia dengan tingkat kemaknaan <0.05. Demikian pula rerata CIMT kelompok non DM disertai dislipidemia dibandingkan non DM tanpa dislipidemia dengan nilai maksimum > 1.0 mm, dan minimum < 1.0 mm dengan tingkat kemaknaan diperoleh nilai p < Demikian pula nilai rerata CIMT DM disertai dislipidemia dibandingkan yang nondm disertai dislipidemia kelompok DM disertai dislipidemia dibandingkan nondm tanpa dislipidemia dan kelompok DM tanpa dislipidemia dibandingkan NonDM tanpa dislipidemia menunjukkan nilai rata-rata CIMT sisi lesi tersebut lebih tinggi secara bermakna dengan nilai p <0.05, nampak rata-rata CIMT kelompok NonDM tanpa dislipidemia nilainya < 1.0 mm. Hal ini sesuai beberapa studi yang dikemukakan beberapa peneliti, bahwa IMT pada arteri karotis kommunis penderita diabetes dan strok iskemik akut secara signifikan lebih besar dibanding pasien strok non diabetes menurut idris I,(2006) Ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-nimer,(2009). Hal ini disebabkan oleh keadaan hiperglikemi kronis akan mengaktivasi PK.C yang bersifat vasokontriksi, infiltrasi monosit melewati endotel, mengawali pembentukan ateroma di dinding pembuluh darah. Yang dapat dilihat dengan mengukur nilai CIMT dengan menggunakan carotid Doppler. Adanya peningkatan nilai CIMT yang lebih besar dari 1 mm telah menunjukkan bahwa telah

11 10 terjadi suatu aterosklerosis yang terjadi pada pada arteri yang mensuplai darah ke otak yaitu arteri karotis (Idris,2006). Demikian pula pada kondisi profil lipid yang meningkat, dimana oksidasi LDL kolesterol sebagai kemungkinan penyebab dari kerusakan endotel. Peningkatan LDL kolesterol akan menurunkan sejumlah antioksidan pada endotel yang sehat dan menyebabkan metabolism endotel yang abnormal, gangguan pada dinding pembuluh darah yang berhubungan dengan perkembangan ateriosklerosis. Sesuai penelitian Dari penelitian Rehman,(2011) dan liviakis et al., (2010) menunjukkan ketebalan tunika intima media pada penderita dislipidemia dan DM lebih tinggi dibanding tanpa dislipidemia. Dari beberapa penelitian yang ada diketahui bahwa CIMT dapat dijadikan sebagai surrogate kerusakan atau disfungsi pembuluh darah arteri karotis. Namun pada kelompok penderita DM tanpa dislipidemia dibandingkan dengan nondm disertai dislipidemia, didapatkan nilai p > 0,05, yang menunjukkan bahwa perbedaan nilai CIMT pada analisis uji T tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, karena kedua kondisi tersebut memberikan kontribusi besar terhadap terjadinya deposit plak pada dinding pembuluh darah. Pada penelitian ini dari analisis faktor risiko tidak menunjukkan adanya pengaruh yang berarti terhadap penebalan CIMT pada sampel, baik pada kelompok umur ataupun hipertensi, Sejalan dengan penelitian Linnebank et al.,(2011) yang menunjukkan bahwa progresifitas IMT terhadapa umur tidak memberikan perbedaan yang signifikan, tetapi meskipun demikian secara angka didapatkan nilai yang tinggi pada kelompok umur > 60th, demikian pulapada kelompok hipertensi, berbeda pada kelompok jenis kelamin terutama pada jenis kelamin perempuan. Beberapa kondisi yang dari faktor risiko tersebut sehingga tidak didapatkannya peningkatan ketebalan dari arteri karotis adalah kondisi yang bukan kronik, efek dari obat-obatan (Hennerici, 2004) dan beberapa faktor lain. SIMPULAN DAN SARAN Nilai CIMT sisi lesi pada penderita Strok Iskemik yang disertai DM dan

12 11 dislipidemia lebih tinggi secara bermakna daripada yang non dislipidemia. Demikian pula pada yang non DM dan disertai dislipidemia lebih tinggi secara bermakna daripada yang penderita non DM tanpa dislipidemia. Tidak didapatkannya nilai CIMT yang bermakna antara penderita strok iskemik yang disertai DM dan nondislipidemia dengan non DM dan dislipidemia, tetapi didapatkannya nilai rerata CIMT pada penderita strok Iskemik yang disertai DM lainnya lebih tinggi secara bermakna dibandingkan penderita yang non DM. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga data yang terkumpul dapat lebih homogen. Dan juga disarankan dilakukannya pemeriksaan pengukuran CIMT pada penderita yang mempunyai faktor risiko strok sebagai langkah awal dalam pencegahan penyakit aterosklerosis dini. DAFTAR PUSAKA Al-Nimer,MS;Hussein, I.(2009). Increased mean Carotid Intima Media Thickness in type 2 DM patients with non Blood pressure component metabolic syndrome.baghdad:international Journal of DM, Department of Pharmacology, College of Medicine Al Mustansiriyia University. Alexandrov,AV.(2011).Principle of ekstracranial Ultrasound Examination. In Cerebrovascular Ultrasound in Stroke Prevention and Treatment: Wiley Blackwell USA Basjiruddin A;(2009).Diabetes Melitus and Stroke. The Pathobiogenesis dalam Neurology up date. Hal Gofir,A.(2009). Pengantar Manajemen Stroke komprehensif. dalam Manajemen Stroke Komprehensif.Yogyakarta:Pustaka Cendekia Press.1-3 Hennerici,MJ;Meairs,SP.(2004).Carotid Artery Intima Media Thickness in Cerebrovascular Ultrasound. New York :International journal of CIMT. Cambridge University Press Idris,I;Thomson,GA.(2006). Diabetes Melitus and Stroke. Inct Journal Clin Pract January : European of Journal Jain,j.(2012). Carotid Intima-media thickness and apolipoprotein in patients of ischemic stroke in a rural hospital setting in central India;A cross sectional study. Journal of neurosciences. Liviakis,L et al.(2010).carotid intima-media thickness for the practicing Lipidologist. Journal of Clinical Lypidology.USA: Universyti of Washington School of Medicine

13 Linnebank,M et al.(2011).homocysteine and Carotid Intima-Media thickness in a German Population: Lack of Clinical Relevan. Journal of The American Heart Association. Murtala,B;Liyadi,F.(2010). Hubungan Ketebalan Intima Media Karotis berdasarkan pemeriksaan Ultrasonografi dengan fraksi lipid darah penderita Dislipidemia:FK-UH. Misbach,J.(2011). Manajemen faktor risiko Stroke dalam Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi: Manajemen, FKUI, Jakarta Rehman,MU.(2011).Association of Common Carotid Intimal Media Thickness (CCA-IMT) with risk factors atherosclerosis in patients with DM type 2 diabetes mellitus:journal Of Pakistan Medical association. Trush,A;Harstone.(2005).Ultrasound assessment of The extracranial cerebral circulation in Peripheral Vasculare Ultrasound. Philadelphia:Elsevier churchil livingstone

14 13 Tabel 1. Distribusi sampel menurut jenis kelamin, kelompok umur, menderita dislipidemia, hipertensi dan merokok, DM dan NonDM Variabel N % Umur 60th > 60th Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Dislipidemia Ya Tidak Hipertensi > Merokok Ya Tidak DM Dislipidema Nondis NonDM Dislip Nondislip Sumber : Data primer, ,5 32, ,5 57,

15 14 Tabel 2. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi penderita strok iskemik disertai DM dan dislipidemia dengan strok iskemik disertai DM dan Nondislipidemia Nilai CIMT Strok Iskemik sisi lesi(mm) DM+Dislipidemia DM+NonDislipidemia P N Mean ,120 SD 0,176 0,103 0,001 Min 1,100 0,900 Max 1,700 1,200 Nilai p = Uji T Tabel 3. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi pada penderita strok Iskemik disertai Non DM dan dislipidemia dengan strok Iskemik disertai NonDM dan Nondislipidemia Nilai CIMT Strok Iskemik sisi lesi(mm) NonDM+Dislipidemia NonDM+NonDislipidemia P N Mean SD Min Max 1, Nilai p dengan Uji T tidak berpasangan

16 15 Tabel 4. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi pada penderita strok Iskemik disertai DM dan dislipidemia dengan strok Iskemik disertai NonDM dan Nondislipidemia Nilai CIMT Strok Iskemik Sisi lesi(mm) DM+Dislipidemia NonDM+NonDislipidemia P N Mean SD Min Max 1, Nilai p dengan Uji T tidak berpasangan Tabel 5. Perbedaan nilai CIMT sisi lesi pada penderita strok Iskemik disertai DM dan Nondislipidemia dengan strok Iskemik disertai NonDM dan dislipidemia Nilai CIMT Strok Iskemik Sisi lesi(mm) DM+NonDislipidemia NonDM+Dislipidemia P N Mean SD Min Max Nilai p dengan Uji T tidak berpasangan

17 16 mean Diabetes Melitus Non Diabetes Melitus Gbr 2. Perbedaan rerata CIMT sisi lesi pada DM dan NON DM dengan atau tanpa dislipidemia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hipertensi, dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini 61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris

BAB I PENDAHULUAN. plak yang tersusun oleh kolesterol, substansi lemak, kalsium, fibrin, serta debris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi kronik yang terjadi pada arteri akibat adanya disfungsi endotel. Proses ini ditandai oleh adanya timbunan plak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu dari penyakit saraf yang cukup memprihatinkan dan senantiasa membutuhkan perhatian kita bersama adalah stroke, penyakit ini disebut juga sebagai serangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Gambaran Faktor Risiko Stroke pada Pasien Stroke Infark Aterotrombotik di RSUD Al Ihsan Periode 1 Januari 2015 31 Desember 2015 The Characteristic of Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian pertama pada negara-negara berkembang. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai saat ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia seperti Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan insulin yang tidak efektif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit jantung yang sering ditemui pada orang dewasa. Pada PJK, fungsi jantung terganggu akibat adanya penyempitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2005 sedikitnya 17,5 juta atau setara dengan 30 % kematian diseluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan jenis penyakit yang melibatkan jantung atau pembuluh darah. Penyakit ini masih merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD 1 HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD dr SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA (Studi Di Wilayah Kerja RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2015)

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 Michelle Angel Winata, 2016. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk., MPd. Ked

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian tertinggi di dunia. Hal ini disebabkan oleh karena meningkatnya populasi kematian usia produktif di banyak

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( bersamaan. ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang 3.2. H0A0 H0A1 H1A0 N H1A1 H2A0 H2A1 H3A0 H3A1 Keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan akan memberikan beban mortalitas, morbiditas dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita,

Lebih terperinci

Gambaran Penderita Stroke di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012

Gambaran Penderita Stroke di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012 Gambaran Penderita di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012 Fortunata, July Ivone, Dedeh Supantini Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Jl.

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat berkurangnya sekresi insulin, berkurangnya penggunaan glukosa,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr. ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL Marissa Johannes, 2006 Pembimbing: Suhendar A.G.,dr.FCCP. FACA Aming Tohardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES Thereatdy Sandi Susyanto, 2010. Pembimbing I : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes. Pembimbing II : dr. Ellya Rosa Delima,M.Kes.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis, disebut juga penyakit gula merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia (Soegondo, 2008). DM ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke merupakan satu dari masalah kesehatan yang penting bagi individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian stroke, akan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak bisa menghasilkan cukup insulin atau tidak dapat secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Arya Widyatama 1, Imam Rusdi 2, Abdul Gofir 2 1 Student of Medical Doctor, Faculty of Medicine,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Definisi lain lebih mementingkan defisit neurologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suplai darah ke seluruh tubuh sangat penting bagi kehidupan karena di dalam darah terkandung oksigen yang sangat dibutuhkan sebagai pengangkut bahan makanan.

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding pembuluh darah disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbanyak di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat yang tinggi penyebab kematian. Penyakit stroke di Amerika Serikat menduduki peringkat ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN YANG DIRAWAT DIRUANG ICCU RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA Manuscript Oleh : DEWI PUSPITASARI NIM : G2A213026 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Stroke adalah gangguan fungsi otak, fokal maupun global, yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam disebabkan kelainan peredaran darah otak. Stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan (RisKesDas, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan (RisKesDas, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit serebrovaskular merupakan kelainan pada suatu area di otak baik secara permanen maupun sementara yang diakibatkan oleh kejadian iskemik atau perdarahan. Stroke

Lebih terperinci

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI Prof. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

Lebih terperinci

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sebuah kondisi dimana aliran darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakangan ini. Sudah banyak orang yang mengalaminya, mulai dari usia produktif sampai usia tua dan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin ataupun tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian... DAFTAR ISI Sampul Dalam... i Lembar Persetujuan... ii Penetapan Panitia Penguji... iii Kata Pengantar... iv Pernyataan Keaslian Penelitian... v Abstrak... vi Abstract...... vii Ringkasan.... viii Summary...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit yang utama menyebabkan cacat dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apolipoprotein atau apoprotein dikenal sebagai gugus protein pada lipoprotein. 1 Fungsi apolipoprotein ini adalah mentransport lemak ke dalam darah. Karena lemak tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau penyakit kencing manis telah menjadi beban besar sebagai suatu masalah kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh karena morbiditas DM

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan penyebab kematian ketiga didunia, dengan angka mortalitas tertinggi di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah. Dari data WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang jantung. Organ tersebut memiliki fungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Kelainan pada organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup insulin atau tidak dapat mempergunakan insulin secara baik.

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik 74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular

Lebih terperinci