PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Transkripsi

1 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu kegiatan budidaya tanaman kentang yang secara umum hampir sama seperti budidaya tanaman lain. Dimulai dari persiapan bahan tanam, persiapan lahan penanaman, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Selain itu juga dilakukan kegiatan pemasaran kentang. Produksi Bibit kentang Hikmah Farm memproduksi bibit kentang dari generasi nol (G0) sampai generasi keempat (G4). Perbanyakan bibit kentang bersertifikat mengikuti pola satu generasi (Gambar 2), dimulai dengan pengadaan bibit induk berupa planlet melalui kultur jaringan. Planlet tanaman kentang ditanam dengan cara stek. Hasil dari stek kentang yang ditanam merupakan umbi G0 (generasi vegetatif nol). Perbanyakan umbi G0 menghasilkan umbi G1 (generasi vegetatif pertama), tahap perbanyakan selanjutnya adalah umbi kentang kelas G2 (generasi vegetatif kedua). Setelah menghasilkan umbi G3 (generasi vegetatif ketiga) maka diperbanyak dan menghasilkan umbi G4 (generasi vegetatif keempat). Planlet (tanaman kultur jaringan) Umbi G0 Umbi G1 Umbi G2 Umbi G3 Umbi G4 Gambar 2. Pola Perbanyakan Bibit Kentang

2 23 Produksi bibit kentang diawali dengan permohonan sertifikasi kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH). Bibit kentang bermutu merupakan syarat utama pada budidaya kentang. Produksi kentang yang tinggi hanya dapat dicapai melalui bibit kentang bermutu. Bibit kentang bermutu adalah bibit yang telah bersertifikat (Wattimena, 2000). Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu kelayakan sejarah lahan untuk dilakukan penangkaran bibit serta tanaman yang pernah ditanam sebelum penanaman kentang. Tahap pemeriksaan yang kedua adalah pada masa penanaman yang dilakukan tiga kali yaitu saat tanaman berumur HST (Hari Setelah Tanam), HST, dan saat berumur HST. Pemeriksaan yang dilakukan di lapang meliputi penyakit yang menyerang tanaman. Pihak pengawas benih memeriksa setiap kebun dengan mengambil sampel kurang lebih tanaman dari setiap hektar. Pemeriksaan umbi merupakan tahap pemeriksaan setelah umbi disortasi dan grading. Pengawas bibit akan memeriksa kurang lebih butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan. Sertifikat diberikan untuk lot bibit yang lulus pemeriksaan sedangkan label dikeluarkan setelah sertifikat diberikan. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label (Lampiran 8). Benih dasar (G2) berlabel putih, benih pokok (G3) berlabel ungu, dan benih sebar (G4) berlabel biru. Batas toleransi pemeriksaan lapang dan umbi kentang bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Standar Toleransi Pemeriksaan Lapang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Benih G2 Benih G3 Benih G4 Isolasi (minimal) 10 m 10 m 10 m Virus (maksimal) 0.1 % 0.5 % 2 % Layu bakteri 0.5 % 1 % 1 % Busuk daun, penyakit lain 10 % 10 % 10 % CVL (campuran varietas lain) 0 % 0.1 % 0.5 % Sumber : BPSBTPH, 2003

3 24 Tabel 3. Standar Toleransi Pemeriksaan Umbi Kentang Sertifikasi Benih Kentang Faktor Benih G2 (%) Benih G3 (%) Benih G4 (%) Busuk coklat dan busuk lunak (maksimal) Common scab, black scurf, powdery scab, late blight (infeksi ringan) (maksimal) Busuk kering (maksimal) Penggerek umbi (maksimal) Nematoda bintil akar (infeksi ringan) (maksimal) CVL (maksimal Kerusak mekanis, serangga atau hewan kecil Sumber : BPSBTPH, 2003 Pembibitan Kentang G0 Produksi umbi G0 diawali dengan penyediaan bahan tanam yang berupa tanaman kultur jaringan untuk diperbanyak (Gambar 3). Tanaman Kultur Jaringan Aklimatisasi Produksi Stek Mini Tanam Umbi G0 Gambar 3. Bagan Produksi Umbi Kentang G0 Tanaman kultur jaringan kentang (Gambar 4) diperoleh dari Balitsa dengan harga Rp per botol, dalam satu botol terdapat 12 sampai 14 tanaman. Tanaman tersebut dicuci kemudian dipotong menjadi 1-2 buku per tanaman, sehingga menghasilkan 3-5 potong dalam satu tanaman. Kemudian dilakukan aklimatisasi dengan menanam bagian tanaman dalam bak plastik yang

4 25 berisi media arang sekam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm. Arang sekam mempunyai sifaf porous (berpori-pori), tidak kotor, dan cukup menahan air. Aklimatisasi merupakan kegiatan untuk mengadaptasikan planlet dari kondisi terkendali ke lingkungan lapang yang kondisinya tidak terkendali (Zacky, 2009). Aklimatisasi dilakukan selama 3 minggu di greenhouse. Setelah aklimatisasi, tanaman kentang di stek bagian pucuk daunnya untuk bahan stek mini. Stek mini dilakukan dengan memotong 1-2 daun per tanaman. Stek mini ditanam di bak bedengan dengan ukuran 1.5 m x 16 m dengan jarak tanam (5 cm-10 cm) x (5 cm - 10 cm). Stek mini dapat di stek kembali sampai 2 bulan. Setelah 5-6 bulan dari perhitungan terakhir stek mini, umbi mini kentang G0 dipanen. Jumlah populasi dari stek mini yang ditanam dalam setiap bak bedengan sebanyak tanaman. Terdapat 6 bak bedengan dalam greenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang dalam setiap bak bedengan masing-masing adalah 37.5 %, %, %, 50 %, 25 %, dan 50 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 7 umbi, sehingga menghasilkan umbi dalam setiap greenhouse. Tabel 4 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G0. Tabel 4. Produksi Umbi Kentang G0 Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) L (> 60) M (31-60) S (21-30) SS (<20) Afkir dan Busuk Umbi mini yang dihasilkan dipanen dan dikering anginkan selama beberapa hari, kemudian diperlakukan dengan fungisida sebelum disimpan di tempat yang kering sekitar 2-3 bulan. Setelah umbi bertunas kemudian ditanam di lapang untuk menghasilkan umbi G1 (Purwito dan Wattimena, 2008).

5 26 Gambar 4. Planlet Hasil Kultur Jaringan yang akan Menghasilkan Benih G0 Setiap 3 kali sehari tanaman disiram menggunakan sprinkler dengan sistem drip irrigation fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan dengan pengairan. Unsur hara yang diberikan yaitu Multigrand-K dengan dosis 30 gram per 200 m 2 dengan volume semprot 12 liter. Penyiangan gulma dilakukan apabila terdapat rumput atau gulma yang tumbuh. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu perakaran mengingat jarak tanam yang sempit. Jika terdapat tanaman yang layu atau berwarna kuning harus segera dicabut dan disulam dengan stek yang baru. Pembibitan kentang G0 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Pembibitan kentang G0 di Greenhouse Hasil panen umbi kentang G0 dikumpulkan dan disimpan ke gudang. Di gudang penyimpanan umbi kentang disortasi dan grading menurut ukuran (Tabel 5).

6 27 Tabel 5. Pengkelasan Umbi Bibit G0 Berdasarkan Ukuran Kelas umbi Ukuran (gram) L (besar) > 60 M (sedang) S (kecil) SS (sangat kecil) <20 Sumber : Hikmah Farm, 2009 Umbi yang telah disortir dan grading disimpan dalam cool storage. Ruang pendingin ini berfungsi untuk memperpanjang umur simpan bibit kentang. Umbi disimpan pada suhu C. Bibit yang disimpan di ruang pendingin setelah panen, masa dormansinya semakin panjang. Sebelum dimasukkan dalam cool storage (ruang pendingin), umbi disemprot pestisida menggunakan knapsack sprayer, diantaranya Probox (30 gram), Score (15 ml), Alika (15 ml), dan Previcur (30 ml) dengan volume semprot 14 liter. Menurut Novary (1999) penyimpanan pada suhu rendah dilakukan dalam lemari es dengan suhu C. Penyimpanan cara ini mampu menghambat kegiatan respirasi dan metabolisme umbi, proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan oleh bakteri dan kapang, serta proses pertumbuhan yang tak dikehendaki seperti tumbuhnya tunas. Kegiatan sortasi umbi dilakukan selama penyimpanan atau jika ada pesanan dari pembeli. Rata-rata umbi kentang G0 dijual dengan harga Rp per umbi. Namun jika ukurannya lebih kecil maka bisa kurang dari Rp per umbi. Pembibitan Kentang G1 Bibit kentang yang digunakan untuk menghasilkan kentang G1 adalah bibit kentang G0. Penanaman kentang G0 dilakukan di Rumah Ketat Serangga (screenhouse) (Gambar 6). Media yang digunakan untuk menanam adalah media tanah. Pengolahan tanah dilakukan dengan dicangkul dan disterilkan. Sterilisasi yang dilakukan adalah menggunakan fungisida yaitu Basamid dengan dosis 40 g/m 2 dan bahan aktif Dazomet 98 %. Pemberiannya dengan cara ditabur di atas bedengan kemudian diaduk dengan cangkul sampai merata.

7 28 Gambar 6. Rumah Ketat Serangga (Screenhouse) untuk Pembibitan Kentang G1 Bedengan ditutup dengan mulsa plastik dan dibiarkan selama satu sampai dua minggu. Setelah mulsa plastik dibuka, bedengan diberi pupuk kandang campuran sekam dan kotoran ayam dengan perbandingan 2 : 1, dengan dosis kg per 200 m 2. Kemudian tanah dicangkul sampai pupuk merata. Menurut Umboh (2000) sebelum diberi mulsa tanah perlu diolah. Pertama-tama tanah dibersihkan lalu digemburkan. Penggemburan tanah ditujukan untuk perbaikan sistem aerasi tanah. Jarak tanam yang digunakan yaitu 20 cm x 20 cm. Pembuatan lubang tanam menggunakan kayu berbentuk seperti garpu berukuran 20 cm atau tugal kayu. Umbi yang ditanam adalah umbi yang telah bertunas 1-3 cm dengan mata tunas menghadap ke atas. Selanjutnya umbi ditutup dengan tanah dan diratakan. Penyiangan gulma dilakukan bila rumput sudah tumbuh di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang tanaman penganggu dan dilakukan secara hati-hati agar tidak terkena perakaran tanaman kentang. Pengairan dilaksanakan seminggu sekali untuk menjaga kelembaban tanah. Pengairan dilakukan dengan cara irigasi sprinkler. Menurut Jumin (2008) pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air akan menggangggu aktivitas fisiologi maupun morfologi sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Kegiatan pembumbunan tanah dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Pemupukan susulan

8 29 menggunakan pupuk kelelawar dengan dosis 16 kg per m 2. Pupuk susulan lain yaitu Ponska. Pupuk Ponska diberikan dengan dosis 2 kg per m 2. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. Kegiatan roguing bertujuan untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal atau terserang hama dan penyakit. Roguing dilakukan sejak awal penanaman. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur HST, tanaman muda dengan umur HST, dan tanaman tua dengan umur HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman sangat muda membutuhkan larutan unsur hara Multigrand-K sebanyak 30 gram dengan volume semprot 12 liter setiap 200 m 2. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan campuran pestisida Aminil, Acrobat, Alika, dan Aquarez masing-masing 40 gram, 4 gram, 10 ml, dan 4 ml dengan volume semprot 20 liter setiap 200 m 2. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan campuran pestisida Equation sebanyak 8 gram, Agrifos sebanyak 40 ml, dan Aquarez sebanyak 4 ml dengan volume semprot 16 liter per 200 m 2. Pemanenan kentang dilakukan pada saat tanaman berumur HST. Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering, kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Jumlah populasi dari penanaman bibit kentang G0 dalam setiap bedengan sebanyak 660 tanaman. Terdapat 6 bedengan dalam schreenhouse, sehingga jumlah tanaman sebanyak tanaman. Daya tumbuh tanaman kentang G1 dalam setiap bedengan masing-masing adalah 87.5 %, 87.5 %, %, 87.5 %,

9 30 75 %, dan 84.25%. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi, sehingga menghasilkan umbi dalam setiap schreenhouse. Tabel 6 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G1. Tabel 6. Produksi Umbi Kentang G1 Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) XL (> 120) L (91-120) M (61-90) S (30-60) SS (<30) Afkir dan Busuk Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Bibit yang disortasi dan grading berdasarkan ukuran terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengkelasan Umbi Kentang Bibit G1 Berdasarkan Ukuran Kelas Umbi Ukuran (gram) XL (paling besar) > 120 L (besar) M (sedang) S (kecil) SS (sangat kecil) <30 Sumber : Hikmah Farm, 2009 Umbi yang telah disortasi dan grading disimpan di gudang. Kegiatan sortasi dan grading dilakukan 3-4 kali sampai dilakukan pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH untuk sertifikasi benih. Pembibitan Kentang G2, G3, dan G4 Bahan tanam yang digunakan untuk menghasilkan bibit kentang G2 adalah umbi kentang G1. Pembibitan ini dilakukan di lapang tidak menggunakan greenhouse ataupun screenhouse.

10 31 1. Pembukaan dan Persiapan Lahan a) Pengolahan tanah Pengolahan tanah yang dilakukan adalah secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Hal ini dikarenakan letak lahan yang berada pada daerah lereng gunung sehingga tidak memungkinkan alat olah tanah seperti traktor. Cara ini digunakan bila lahan yang akan diolah adalah bekas penanaman kentang sebab bedengan sudah tidak terbentuk lagi dan rata dengan tanah. Cara lain yang sering digunakan dalam pengolahan tanah adalah metode Laci. Metode Laci digunakan bila lahan yang akan diolah yaitu bekas penanaman jagung dan kubis. Metode ini dilakukan dengan cara mencangkul dan menggeser rumput dan gulma yang berada di atas bedengan dan parit ke parit berikutnya, kemudian sisa-sisa rumput tersebut ditimbun tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sisa rumput tersebut kemudian diratakan dengan diinjak-injak dengan kaki. b) Pembuatan bedengan Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air, sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit cm (Gambar 7). Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Pada musim hujan kedalaman parit sekitar 15 cm. Bila lebih dari 15 cm maka umbi akan membusuk karena tergenang air. Sedangkan pada musim kemarau kedalaman parit sekitar 20 cm, apabila kurang maka tanah sekitar akan kering karena panas. Pada lahan miring arah bedengan searah kemiringan lereng. Bagian bawah bedengan dibuat parit untuk menghambat laju aliran permukaan dari erosi dan sebagai jalan saat penyemprotan, sedangkan pada lahan datar bedengan diatur secara terasering, pembuatan parit berfungsi sebagai saluran irigasi.

11 32 Gambar 7. Lahan Pembibitan Kentang setelah Diolah 2. Penanaman a) Pemupukan Dasar Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk yang diberikan tanaman dapat bermacam-macam jenis dan dosisnya tergantung pada kebutuhan tanaman tersebut. Pupuk yang biasa diberikan tanaman diantaranya pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan, misalnya pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, serta meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk anorganik atau pupuk kimia merupakan hasil dari pabrik pembuat pupuk yang mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk tersebut pada umumnya mengandung unsur hara yang tinggi (Sutedjo, 1994). Hikmah Farm menggunakan pupuk dasar antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia (Gambar 8). Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba untuk meningkatkan pengambilan hara oleh tanaman dari dalam tanah. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati.

12 33 Gambar 8. Lahan yang telah di pupuk Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi sebanyak ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur sebelumnya di gudang dengan dosis yang telah ditentukan (Tabel 8). Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru. Tabel 8. Jenis dan Dosis Pupuk pada Kebun Hikmah Farm No Jenis pupuk Nama Pupuk Kandungan Hara (%) Dosis (kg/ha) 1 Organik Kotoran Sapi N : P : 0.68 K : Hayati PHE Bakteri Penambat N, Mikroba Pelarut Hara P dan K, dan Mikroba Pemantap Agregat Anorganik Ponska N : 15 P 2 O 5 : K 2 O : 15 S : 10 Superfos P 2 O 5 : Urea N : KST MgO : Kornkali S : 4 MgO : K 2 O : 40 Na : 3 Sumber : Hikmah Farm, 2009

13 34 b) Penentuan Jarak Tanam dan Penanaman Jarak tanam berpengaruh terhadap produksi dan ukuran umbi. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan persaingan antar tanaman dalam memenuhi unsur hara sehingga umbi yang dihasilkan akan lebih kecil bila dibandingkan dengan umbi yang ditanam dengan jarak yang lebih renggang. Jarak tanam yang digunakan tergantung dari ukuran bibit yang akan ditanam, semakin kecil ukuran bibit maka jarak tanamnya pun semakin rapat. Pada umumnya pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan yaitu 76 cm x (15-35) cm untuk kentang bibit. Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Hal yang harus diperhatikan saat penanaman diantaranya penggunaan bibit. Bibit yang ditanam sebaiknya bibit yang bersertifikat yang telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas (Gambar 9). Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah. Gambar 9. Bibit Kentang Siap Tanam Selain menggunakan tugal kayu, jarak tanam dibuat menggunakan alat gerendel (roda berjari) berukuran 35 cm (Gambar 10). Keuntungan dari penggunaan alat ini yaitu lebih menghemat waktu dan tenaga kerja untuk membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara mendorong gerendel dari bedengan paling ujung ke bedengan selanjutnya sampai bedengan terakhir sambil berjalan dan kembali lagi ke bedengan paling ujung.

14 35 Gambar 10. Gerendel alat untuk Membuat Jarak Tanam 3. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang dilakukan sampai tanaman dipanen. Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit. a) Penyiangan Gulma Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Gulma yang disiangi diusahakan sudah terlihat agak tumbuh besar dan banyak, sehingga mudah saat penyiangan. Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati agar tidak mengenai perakaran tanaman kentang. Gulma yang banyak ditemui diantaranya rumput belulang (Eleusine indica), kirinyuh (Chromolaena odorata), teki (Cyperus cyperoides), dan bubuhan (Bidens biterata). b) Pembumbunan Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Pembumbunan ini bertujuan untuk melindungi umbi dari sinar matahari langsung. Sinar matahari yang mengenai umbi menyebabkan terjadinya reaksi kimia pada kentang yang dinamakan solanin dan mengakibatkan umbi berwarna hijau. Solanin merupakan racun bagi manusia apabila terkena dosis yang banyak (Sumoprastowo, 2000).

15 36 Selain itu fungsi pembumbunan yaitu menahan batang agar tanaman tidak rebah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, dan menjadikan perakaran tanaman lebih baik. Keterlambatan waktu pembumbunan dapat mengakibatkan umbi keluar sebab tidak tertimbun tanah serta stolon tumbuh menjadi batang sehingga produksi umbi akan berkurang. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. c) Pemupukan Tanaman kentang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik memerlukan unsur hara dan nutrisi dengan jumlah, waktu pemberian, dan cara yang tepat. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah. d) Pengairan Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta produksi tanaman. Menurut Samadi (2007) fungsi air terutama untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mengangkutnya ke seluruh bagian tanaman. Jika pemberian air terlambat, tanaman akan layu karena tidak ada keseimbangan

16 37 antara besarnya penguapan melalui permukaan daun dengan banyaknya air yang diserap tanaman. Pengairan tanaman kentang dilakukan pada musim kemarau. Saat musim penghujan tidak dilakukan karena air sudah tersedia. Hikmah Farm pengairannya menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang. e) Pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT) Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan agar dihasilkan produksi yang optimal, untuk mengendalikannya harus diketahui jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman, gejala serangan, dan cara pengendaliannya. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer (Gambar 11). Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur HST, tanaman muda dengan umur HST, dan tanaman tua dengan umur HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter. Pada musim hujan penyemprotan lebih sering dilakukan antara 2-3 hari sekali. Sebab pestisida yang mengenai daun tercuci oleh air hujan sehingga obat banyak yang terbuang. Sedangkan pada musim kemarau dilakukan penyemprotan antara 4-5 hari sekali.

17 38 a. Mesin Penggerak b. Stank Sprayer Gambar 11. Alat Power Sprayer untuk Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot 1000 liter per hektar. Penyemprotan tahap akhir dilakukan pada tanaman tua (60-95 HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Pestisida yang sering digunakan Hikmah Farm dalam budidaya kentang terdapat pada (Tabel 9). Umur Tanaman (HST) Tabel 9. Jenis dan Fungsi Pestisida yang digunakan Hikmah Farm Volume Semprot (liter/hektar) Jenis Pestisida Fungsi Dosis (per hektar) Multigrand-K Unsur hara gram Aminil Fungisida gram Acrobat Fungisida 200 gram Alika Insektisida 500 ml Aquarez Perekat 250 ml Equation Fungisida 400 gram Agrifos Fungisida ml Aquarez Perekat 200 ml Unsur hara yang dipakai dalam satu hektar adalah Multigrand-K yang mengandung dua unsur makro yaitu Kalium 46 % dan Nitrogen 22 %. Selain itu juga mengandung unsur lain berupa P 2 O 5, ZnNa, Ca, Mg, dan Mn yang sedikit jumlahnya. Dosis yang digunakan yaitu gram per 600 liter. Fungisida yang digunakan dalam satu hektar lahan antara lain Aminil dengan dosis gram per liter, bahan aktif yang terkandung yaitu chlorothalonil 750 g/kg WP. Acrobat dengan dosis 200 gram per liter, bahan aktifnya yaitu dimetomort

18 39 50 WP. Equation dengan dosis 400 gram per 800 liter, bahan aktif yang terkandung yaitu simoksanil 29 % dan famoksadon 22.5 % WG. Agrifos dosis yang digunakan yaitu 2000 ml per 800 liter, dengan bahan aktif asam fosfit 400 g/l SL. Sedangkan insektisida yang digunakn yaitu Alika dengan dosis 500 ml per liter, bahan aktif yang terkandung yaitu lemda sibahytrin 106 g/l dan tiametoksam 141 g/l. Perekat yang digunakan yaitu Aquarez dengan dosis 200 ml per 800 liter, bahan aktif yang terkandung dalam Aquarez yaitu organik kompon 38 %. Alat power sprayer mempunyai jangkauan semburan 3 m ke kanan dan 3 m ke kiri dari parit jalan. Alat ini dihubungkan ke mesin diesel oleh selang. Penyemprotan menggunakan tiga selang sprayer dengan panjang selang masingmasing sekitar 300 m. Masing-masing selang dipegang oleh 3 orang. Satu orang memegang stank sprayer dan menyemprot tanaman kentang dari bedengan paling ujung sampai bedengan paling akhir kemudian kembali lagi ke bedengan paling ujung. Dua orang lainnya menarik dan menggulung selang. Penyakit yang menyerang tanaman kentang di Hikmah Farm diantaranya busuk daun (Phytopthora infestans), layu bakteri (Ralstonia solanacearum), dan penyakit yang disebabkan oleh virus. Sedangkan yang menyerang umbi setelah dipanen diantaranya kudis lak (Rhizoctonia solani), busuk kering (Fusarium spp), dan kudis (Strepromyces scabies). Menurut Suhardi (1984) penyakit busuk daun merupakan penyakit terpenting pada tanaman kentang. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat bergantung pada keadaan cuaca, intensif tidaknya tindakan penyemprotan fungisida, dan toleransi varietas kentang terhadap penyakit tersebut. Selanjutnya Semangun (2007) menambahkan jamur Phytopthora infestans dapat juga menyerang umbi, meskipun di Indonesia jarang terjadi. Jika keadaan baik bagi pertumbuhannya, pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna coklat. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Jika keadaan membantu perkembangan penyakit, karena pengaruh Phytopthora infestans yang dibantu oleh bakteri atau jamur lain maka umbi menjadi busuk basah.

19 40 1. Busuk Daun (Phytopthora infestans) Penyakit ini yang paling banyak menyerang tanaman kentang dan sering dikenal dengan nama lodoh yang disebabkan oleh cendawan Phytopthora infestans. Gejala yang ditimbulkan adalah timbulnya bercak basah pada daun hingga berubah menjadi coklat sampai hitam dan akhirnya membusuk, bagian bawah daun yang terinfeksi terdapat serbuk putih yang mengandung spora (Gambar 12). Pengendalian dari penyakit ini diantaranya menggunakan bibit yang sehat saat penanaman, pergiliran tanaman, serta penyemprotan secara teratur dan dengan teknik yang benar. Gambar 12. Tanaman Terserang Penyakit Busuk Daun (Phytopthora infestans) 2. Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum ini menyebabkan tanaman layu sebagian atau keseluruhan. Mula-mula pucuk tanaman layu kemudian menjalar ke seluruh tanaman dan akhirnya tanaman mati. Gejala infeksi pada umbi yang baru dipanen adalah munculnya lendir yang lengket pada mata tunas (Gambar 13). Cara pengendaliannya adalah menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), dan membuang tanaman yang layu.

20 41 Gambar 13. Tanaman Terserang Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) 3. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Virus Ciri-ciri tanaman yang terserang virus adalah daun bergelombang, menggulung, atau keriting. Pinggir daun bergerigi, ukurannya kecil-kecil, daun menguning, dan umbi yang dihasilkan kecil atau tidak menghasilkan umbi sama sekali (Gambar 14). Belum ada pestisida untuk mengendalikan virus ini, pencegahannya dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, mencabut dan mengubur, atau membakar tanaman yang terserang. Gambar 14. Tanaman Terserang Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus 4. Kudis Lak (Rhizoctonia solani) Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat jamur hitam kecoklatan pada umbi (Gambar 15). Cara pengendaliannya adalah menanam menggunakan bibit yang sehat, dilakukan pergiliran tanaman (rotasi tanaman), serta memisahkan umbi yang terserang.

21 42 Gambar 15. Penyakit Kudis Lak pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani 5. Busuk Kering (Fusarium spp) Gejala yang terlihat yaitu bercak-bercak berlekuk warna coklat tua, umbi menjadi kering, berkerut, dan mengeras (Gambar 16). Cara pengendaliannya adalah kegiatan panen dilakukan secara hati-hati jangan sampai melukai umbi. Penanaman menggunakan umbi yang sehat. Gambar 16. Penyakit Busuk Kering pada Umbi Kentang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp. f). Roguing Kegiatan roguing dilakukan sejak awal penanaman dalam waktu satu minggu dua kali atau lebih sampai menjelang pemeriksaan lapangan oleh BPSBTPH Tujuan roguing untuk membuang tanaman yang tumbuh abnormal, terserang hama dan penyakit, serta tumbuhan pengganggu. Pada areal yang luas, roguing dilakukan oleh 5-6 orang. Pekerja berjajar selang dua baris tanaman dan berjalan searah mengamati masing-masing tanaman.

22 43 4. Panen Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang dilakukan pada umur HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama. Tanaman kentang yang siap dipanen ciri-cirinya daun dan batang sudah mengering bukan karena penyakit namun pengaruh dari pemberian Gramoxon dan kulit umbi telah melekat sempurna pada daging dan tidak mudah terkelupas saat ditekan. Pemanenan dilakukan saat cuaca cerah pada pagi hari dan sedang tidak turun hujan, sebab umbi akan basah dan kotor sehingga akan cepat busuk pada saat penyimpanan. Panen dilakukan dengan mencangkul bagian kanan dan kiri bedengan tanaman secara bergantian dan hati-hati jangan sampai mengenai umbi (Gambar 17). Gambar 17. Kegiatan Pemanenan Kentang G2 Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian

23 44 umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan kemudian disortasi. Lahan bekas panen disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Kegiatan ini disebut ngasag. Harga satu hektar tanah sekitar Rp Pekerja ngasag dibayar Rp per satu ember kentang yang didapat. Pembibitan kentang G2, G3, dan G4 membutuhkan umbi kurang lebih kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman pada pembibitan kentang G2 yaitu 2.1 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Tabel 10 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G2. Tabel 10. Produksi Umbi Kentang G2 Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) XL (>200) L (61-200) M (31-60) S (<30) Afkir Pembibitan kentang G3 membutuhkan umbi kurang lebih kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 2.9 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan G3 tidak menghasilkan umbi ukuran XL. Tabel 11 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G3. Tabel 11. Produksi Umbi Kentang G3 Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) L (61-200) M (31-60) S (<30) Afkir Pembibitan kentang G4 membutuhkan umbi kurang lebih kg per hektar. Hama dan penyakit yang menyerang dalam 1 hektar pertanaman yaitu 4.2 %. Jumlah umbi dalam satu tanaman rata-rata sebanyak 10 umbi. Pembibitan

24 45 G4 tidak menghasilkan umbi ukuran XL dan umbi afkir. Tabel 12 merupakan produksi umbi kentang pada pembibitan G4. Tabel 12. Produksi Umbi Kentang G4 Ukuran Umbi (gram) Jumlah Umbi (%) Total Umbi (umbi) L (61-200) M (31-60) S (<30) Pasca Panen Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman agar terlindung dari sinar matahari sebab cahaya dapat menyebabkan pertumbuhan tunas, selain itu juga harus terlindung dari hujan dan kehilangan. Agar kondisi umbi dalam keadaan baik maka gudang harus memenuhi syarat seperti fentilasi cukup, dan lantai terbuat dari kayu agar dapat memberikan pertukaran udara bagi umbi. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, pada permukaan umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis. Di gudang penyimpanan ini dilakukan sortasi dan grading. Sortasi merupakan kegiatan memisahkan umbi kentang berdasarkan kualitas yaitu umbi yang bagus dan yang jelek seperti belah karena cangkul, cacat, dan busuk. Sedangkan grading adalah kegiatan memisahkan umbi berdasarkan ukuran. Proses persiapan bibit kentang dilakukan melalui beberapa tahap dimulai dari sortasi dan grading I, pengangkutan ke gudang, penyimpanan dan sortasi grading II, penggasan, penyimpanan dan sortasi III, penyimpanan dan sortasi IV, sampai persiapan sertifikasi oleh BPSBTPH. Kegiatan sortasi dan grading I dilakukan saat umbi masih di kebun. Umbi bibit dipisahkan dengan ukuran XL (> 200 gram), L ( gram), MS (< 61 gram), serta umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi kg. Kemudian umbi diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang penyimpanan. Setelah seminggu atau tergantung kondisi setelah panen dilakukan sortasi dan grading II. Umbi bibit ukuran MS (<61 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran M (31-60 gram) dan S (<30 gram).

25 46 Kegiatan perlakuan gas bertujuan untuk mempercepat masa dormansi dan mencegah dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan bila kebutuhan dan permintaan umbi meningkat. Jenis obat yang digunakan untuk perlakuan gas adalah CS 2 dengan dosis 800 ml per 8 ton umbi kentang. Obat diletakkan pada tumpukan krat kentang. Kegiatan perlakuan gas dilakukan selama 24 jam. Setelah umbi digas, kemudian disimpan kembali di gudang penyimpanan. Untuk mencegah hama dan penyakit, permukaan atas umbi diberi insektisida Agrosip dengan dosis 2 kg per ton dengan cara ditabur tipis-tipis, kemudian krat disusun. Sortasi III dilakukan untuk memisahkan umbi yang afkir, umbi yang telah keluar tunas, dan yang belum keluar tunas. Masing-masing umbi yang telah disortir diletakkan pada krat yang berbeda. Kegiatan sortasi tetap dilakukan sampai pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH. Pemeriksaan umbi oleh BPSBTPH dilaksanakan antara 1-3 hari setelah kegiatan sortasi yang terakhir. Pengawas akan memeriksa kurang lebih butir umbi secara acak dari setiap lot umbi. Setelah permintaan penangkar bibit dinyatakan lulus pemeriksaan, BPSBTPH akan mengeluarkan sertifikat dan label. Label tersebut dicantumkan nama penangkar, alamat, jenis tanaman, varietas, nomor lot, berat setiap kemasan, tanggal panen, ukuran umbi, dan tanggal pemasangan label. Kehilangan hasil panen digudang disebabkan diantaranya oleh penyimpanan umbi yang terlalu lama sehingga membuat umbi menjadi busuk, tempat penyimpanan yang kurang baik sehingga meyebabkan tempat menjadi lembab dan berpengaruh pada umbi, dan ikut terbawa umbi yang busuk saat panen sehingga menularkan pada umbi yang masih bagus. Hasil panen di kebun Gambung Blok Panarikan 1 sebanyak kg. Setelah disortasi kehilangan hasilnya untuk umbi yang busuk sebanyak 336 kg dan umbi yang hilang karena tidak tersortir, jatuh di lantai, atau tercampur dengan bibit yang lain sebanyak kg. Sehingga kehilangan hasil panen saat di gudang yaitu %.

26 47 6. Pemasaran Kegiatan pemasaran merupakan hal yang penting dari usaha pertanian. Kegiatan ini meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatankegiatan yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang. Penjualan kentang bibit dilakukan di gudang penyimpanan. Kentang bibit yang dijual meliputi kentang G0, G1, G2, G3, dan G4 dengan harga yang berbeda (Lampiran 9). Pengemasan untuk penjualan kentang bibit diantaranya menggunakan waring tali plastik, tolok bambu, dan peti kayu (Gambar 18). a. Kemasan Tolok Bambu b. Kemasan Peti Kayu c. Kemasan Waring Tali Plastik Gambar 18. Kemasan Penjualan Kentang Bibit Pengemasan kentang disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kemasan tolok bambu dan waring tali plastik digunakan apabila jarak angkut dari gudang pembelian dengan tempat pembelinya lebih dekat, sedangkan kemasan peti kayu digunakan untuk pembelian jarak jauh. Keuntungan dari kemasan peti kayu yaitu jika terjadi goncangan, bibit tidak saling berbenturan dan tidak jatuh di lantai

27 48 karena tertahan peti kayu. Namun apabila menggunakan kemasan peti kayu harga penjualan bertambah Rp untuk setiap peti kayu. Data penjualan bibit kentang G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada tahun terlihat pada Gambar 19. volume penjualan (ton) Umbi G2 Umbi G3 Umbi G4 tahun Gambar 19. Penjualan Kentang Bibit G2, G3, dan G4 di Hikmah Farm pada Tahun Penjualan kentang bibit G2 mengalami penurunan dari tahun 2004 ke tahun 2006, bahkan pada tahun 2006 tidak menjual kentang bibit G2. Hal ini disebabkan kesulitan dalam pengadaan benih G1 karena selain memerlukan perawatan yang intensif dipengaruhi juga oleh bibit yang masih sedikit jumlahnya. Berbeda dengan kentang bibit G3 dan G4. Pada tahun 2005 sempat mengalami kenaikan volume penjualan, namun pada tahun 2006 mengalami penurunan penjualan. Hal ini berkaitan dengan jumlah bibit kentang yang akan digunakan untuk pembibitan jumlahnya masih sedikit, selain itu teknik budidaya yang diterapkan juga sangat berpengaruh. Apabila teknik budidaya dilakukan dengan tepat maka akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas umbi kentang. Penanaman Umbi Kentang G4 Umbi Kentang G4 merupakan generasi terakhir dari bibit bersertifikat. Penanaman kentang G4 akan menghasilkan umbi G5 yang dijadikan kentang konsumsi. Umbi G5 apabila ditanam akan menghasilkan kentang yang bersifat lokal dan tidak dapat dijadikan sebagai bibit. Karena semakin tinggi generasi kentang maka peluang untuk terinfeksi penyakit semakin tinggi pula. Secara umum teknik budidaya penanaman umbi kentang G4 sama dengan penanaman umbi generasi sebelumnya. Pengolahan tanah yang dilakukan adalah

28 49 secara konvensional yaitu menggunakan cangkul. Bedengan dibuat untuk melindungi kerusakan akar umbi kentang terhadap genangan air. Sebab akar tanaman kentang sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan dan perkembangan tanaman terganggu. Pada umumnya bedengan dibuat dengan panjang 6 m, lebar 76 cm, dan jarak antar bedengan atau parit cm. Hal ini untuk memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman umbi kentang, lahan penanaman dipupuk terlebih dahulu. Jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada kentang harus dalam komposisi yang seimbang sebab pemberian suatu unsur hara yang kurang atau lebih akan menyebabkan produksi rendah. Pupuk dasar yang diberikan antara lain pupuk hayati, pupuk kandang, dan pupuk kimia. Aplikasi pupuk yang pertama diberikan yaitu pupuk hayati emas (PHE) dengan dosis 200 kg per hektar. Bahan aktif dari PHE terdiri dari bakteri penambat N, mikroba pelarut hara P dan K, dan mikroba pemantap agregat. Pupuk tersebut ditabur diantara bedengan yang telah dibuat untuk penanaman. Selanjutnya disebar pupuk kandang yang diletakkan di atas pupuk hayati. Pupuk kandang yang digunakan biasanya berasal dari kotoran ayam atau sapi sebanyak ton per ha. Pupuk yang terakhir diberikan yaitu pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang diberikan yaitu pupuk yang sudah dicampur sebelumnya di gudang meliputi Ponska 500 kg/ha, Superfos 600 kg/ha, Urea 100 kg/ha, KST 200 kg/ha, dan Kornkali sebanyak 150 kg/ha. Pupuk tersebut disebar di atas pupuk hayati dan pupuk kandang sehingga ketiga pupuk tersebut tertumpuk menjadi satu. Kemudian pupuk ditutup dengan tanah yang berasal dari bedengan di kanan dan kiri sehingga letak bedengan berpindah, yang semula parit menjadi bedengan baru. Pembuatan jarak tanam umbi menggunakan tugal dari kayu. Jarak tanam yang digunakan untuk kentang konsumsi yaitu 76 cm x (25-45) cm. Kegiatan penanaman dilakukan setelah lubang tanam dibuat. Bibit yang siap untuk ditanam yaitu bibit yang sudah tumbuh minimal 4 mata tunas. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan mata tunas menghadap ke atas. Setelah semua bibit ditanam dalam satu bedengan maka langsung ditimbun dengan tanah. Kegiatan pemeliharaan tanaman kentang konsumsi dilakukan sampai tanaman dipanen.

29 50 Kegiatan tersebut meliputi penyiangan gulma, pembumbunan, pemupukan susulan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan gulma merupakan kegiatan membuang tanaman pengganggu di areal tanaman kentang. Kegiatan ini dapat dilakukan secara manual dengan mencabut dan membuang gulma tersebut. Penyiangan gulma dapat pula dengan cara dicangkul kemudian dikumpulkan. Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur hari setelah tanam (HST) atau setelah terlihat adanya gulma yang tumbuh. Pembumbunan adalah kegiatan pengolahan lahan secara ringan di sekitar tanaman dan dilanjutkan dengan menaikkan tanah sehingga dapat meninggikan bedengan. Kegiatan pembumbunan ini dilakukan dua kali. Pembumbunan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur HST. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan. Tanah di parit dicangkul dan diangkat kemudian diletakkan di atas bedengan tanaman. Ketinggian tanah bedengan untuk pembumbunan pertama sekitar 10 cm. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur HST dengan cara yang sama pada pembumbunan pertama, tanah dinaikkan sekitar 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan akhir sekitar 20 cm. Pemberian pupuk susulan dapat menyokong pertumbuhan tanaman kentang. Pupuk susulan diberikan sebanyak dua kali, yang pertama dilakukan bersamaan dengan pembumbunan pertama pada umur HST. Jenis pupuk yang diberikan adalah kotoran kelelawar sebanyak 800 kg per hektar. Penggunaan kotoran kelelawar karena di daerah tersebut banyak tersedia. Pupuk susulan juga dapat menggunakan Ponska atau pupuk lain. Pupuk susulan yang kedua diberikan bersamaan dengan pembumbunan yang kedua yaitu saat tanaman berumur HST dosis 200 kg per hektar. Pupuk diletakkan diantara tanaman dengan cara disebar kemudian ditutup dengan tanah. Pengairan tanaman kentang dilakukan dengan sawah tadah hujan pada musim penghujan. Pengairan saat musim kemarau menggunakan sprinkler. Pemberian air dilakukan pada 5-7 hari sekali atau tergantung keadaan tanaman di lapang. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara manual dan menggunakan bahan kimia. Secara manual dilakukan dengan mencabut dan

30 51 membuang tanaman yang terserang supaya tidak menjalar ke tanaman yang lain. Pengendalian hama dan penyakit yang menggunakan bahan kimia dilakukan dengan cara penyemprotan memakai alat power sprayer. Pestisida dilarutkan dalam 200 liter air dalam satu drum. Terdapat tiga kriteria umur tanaman. Pertama pada tanaman yang sangat muda berumur HST, tanaman muda dengan umur HST, dan tanaman tua dengan umur HST. Pada tanaman yang sangat muda (15-30 HST) tidak diberi pestisida tetapi hanya diberi unsur hara agar pertumbuhan tanaman lebih cepat. Tanaman ini setiap hektar membutuhkan 3 drum larutan unsur hara dengan volume semprot 600 liter per hektar. Penyemprotan pada tanaman muda (30-60 HST) membutuhkan sebanyak 5 drum campuran pestisida dengan volume semprot liter per hektar. Penyemprotan pestisida tahap akhir dilakukan pada tanaman tua ( HST). Tanaman umur ini membutuhkan sebanyak 4 drum per hektar dengan volume semprot 800 liter per hektar. Kegiatan pemanenan merupakan tahap akhir dari teknik budidaya tanaman yang menentukan produksi yang dihasilkan. Pelaksanaan panen harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu, cara, dan kriteria umbi yang dipanen. Panen tanaman kentang konsumsi dilakukan pada umur HST. Sepuluh hari sebelum panen tanaman diberi herbisida Gramoxone dengan dosis ml dengan volume semprot 800 liter per hektar. Tujuan pemberian herbisida adalah untuk mematikan gulma dan membuat batang tanaman kentang menjadi kering sehingga memudahkan pekerjaan panen serta memudahkan umbi lepas dari stolon. Pemanenan yang terlalu awal dapat menyebabkan rendahnya produksi dan kulit umbi dapat terkelupas sehingga terinfeksi busuk umbi dan tidak dapat disimpan lama. Umbi diambil secara manual dengan tangan dan diletakkan di pinggir bedengan. Umbi dibiarkan sekitar 1 jam di lahan agar terkena sinar matahari langsung sehingga tanah yang menempel pada umbi menjadi kering. Kemudian umbi dipisahkan berdasarkan ukurannya dan dimasukkan dalam karung plastik. Hasil panen diangkut ke dalam truk dan dibawa ke gudang kemudian disortasi.

31 52 Seperti halnya lahan bekas penanaman kentang bibit, lahan bekas panen kentang konsumsi juga disewakan kepada bandar kentang untuk dicangkul dan diambil lagi kentang yang masih tersisa dan tertinggal di lahan. Umbi hasil panen dibawa ke gudang dan disimpan di ruangan dalam kondisi bersih dan aman. Di gudang penyimpanan ini dilakukan pencucian kentang sebelum disortasi dan grading. Seperempat bagian waring tali plastik berisi kentang (± 9.5 kg) dimasukkan dalam bak pencucian yang berisi air bersih kemudian dibersihkan sampai tanah yang menempel pada kentang terlepas. Setelah kentang bersih kentang diletakkan di atas lantai kayu hingga kering. Umbi untuk konsumsi dipisahkan dengan ukuran AL (> 200 gram), AB ( gram), ABC ( gram), AR (< 100 gram), dan umbi yang afkir (luka akibat tercangkul). Umbi tersebut dikumpulkan berdasarkan ukuran dan dimasukkan ke dalam karung jaring plastik berisi kg. Umbi konsumsi ukuran AR (< 100 gram) dipisahkan lagi menjadi ukuran D (33-99 gram) dan Ares (<33 gram). Hikmah Farm memasarkan produk kentang konsumsi ke pasar tradisional dan pasar swalayan. Pasar tradisional yang menjadi tujuan pemasaran antara lain pasar Pangalengan Bandung, pasar Caringin Bandung, pasar Kramatjati Jakarta, dan pasar Kemang Bogor. Penjualan kentang di pasar tradisional dilakukan oleh karyawan Hikmah Farm dengan melakukan transaksi dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Harga kentang konsumsi yang bagus berkisar antara Rp sampai Rp per kilogram, atau bergantung harga dipasaran. Sedangkan kentang afkir yang rusak mekanik (umbi terbelah) dijual dengan harga antara Rp sampai Rp per kilogram. Kegiatan ini biasa dilakukan pagi hari dengan bandar-bandar yang ada di pasar. Kentang konsumsi yang dijual di pasar swalayan adalah kultivar Granola, Pinky, dan Atlantik. Daerah yang menjadi tujuan pemasaran yaitu Bandung dan Jakarta. Daerah pemasaran di Bandung meliputi PT. Yogya Toserba, PT. Makro Indonesia, dan PT. Setiabudi. Sedangkan daerah pemasaran di Jakarta meliputi Hero dan PT Lion Superindo. Harga penjualan di supermarket PT Lion Superindo, PT Makro Indonesia, dan PT Yogya Toserba tahun 2008 dapat dilihat pada Lampiran 10, 11, dan 12.

32 53 Kemasan kentang yang dijual di supermarket menggunakan jaring tali kecil (polinet) berisikan 1.5 kg dan 2 kg serta memakai label. Label yang digunakan ada 3 macam (Gambar 20) yaitu warna hijau untuk kentang kultivar Granola (kentang konsumsi), warna kuning untuk kentang kultivar Atlantik (kentang goreng), warna merah untuk kentang kultivar Pinky (campuran masakan). Ada juga yang menggunakan waring tali plastik untuk kentang ukuran 5, 10, 20, dan 40 kg. Harga kentang kultivar Granola sekitar Rp 6 800/kg, kentang kultivar Atlantik sekitar Rp 7 500/kg, sedangkan kentang kultivar Pinky sekitar Rp Harga tersebut dapat berubah sesuai dengan permintaan dan harga dipasaran. a. Kultivar Granola b. Kultivar Pinky c. Kultivar Atlantik Gambar 20. Kemasan Kentang untuk Pasar Supermarket

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2009 BUDIDAYA TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMBIBITAN DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Kentang Kentang merupakan tanaman yang termasuk dalam kelas dikotil yang ditanam untuk diambil umbinya. Tanaman kentang diperbanyak secara aseksual dari umbinya. Kentang memiliki

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 23 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan budidaya kentang yang dilakukan oleh Hikmah Farm meliputi: persiapan bibit, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Persiapan Bibit Pembibitan

Lebih terperinci

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4

Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 Penyiapan Benih G0 untuk Benih generasi G1 sampai G4 1. Benih Kentang terdiri dari : (a) Benih dari biji (TPS) (b) Stek mikro (dalam botol kultur) (c) Umbi mikro (umbi kecil dalam botol kultur) (d) Stek

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek teknis 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek teknis Aspek teknis yang dilakukan dalam budidaya kentang oleh Hikmah Farm meliputi: pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen dan pemasaran.

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit 45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014

PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 PERCEPATAN KETERSEDIAAN BENIH KENTANG BERMUTU DI INDONESIA MELALUI KEPMENTAN NOMOR : 20/Kpts/SR.130/IV/2014 Kentang merupakan unggulan kelima besar dari komoditas sayuran utama yang dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin

Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan budidaya yang dilakukan di Hikmah Farm yaitu, persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, pengairan, pembumbunan, pengendalian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH

MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

SERTIFIKASI BENIH KENTANG DI INDONESIA

SERTIFIKASI BENIH KENTANG DI INDONESIA SERTIFIKASI BENIH KENTANG DI INDONESIA BALAI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT 1 SERTIFIKASI: Proses pemberian sertifikat

Lebih terperinci

PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KHOIRUL UMMAH A

PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KHOIRUL UMMAH A PRODUKSI BIBIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) DI HIKMAH FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT KHOIRUL UMMAH A24050394 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING Oleh:Heri Suyitno THL-TBPP BP3K Wonotirto 1. Pendahuluan Bawang Merah (Allium Ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR LATAR BELAKANG Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM POT/POLYBAG Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var Ascalonicum (L)) merupakan salah satu tanaman bumbu dapur yang sangat mudah dijumpai di berbaga tempat. Bumbu yang

Lebih terperinci

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida Oleh: Mildaerizanti, SP, M.Sc Peneliti Muda Ahli pada BPTP Balitbangtan Jambi Pendahuluan Kebutuhan terhadap jagung diproyeksikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci