PENELITIAN HUBUNGAN KAUSAL. Oleh : SURADI. Staf Pengajar FE UNSA. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENELITIAN HUBUNGAN KAUSAL. Oleh : SURADI. Staf Pengajar FE UNSA. Abstrak"

Transkripsi

1 PENELITIAN HUBUNGAN KAUSAL Oleh : SURADI Staf Pengajar FE UNSA Abstrak Penelitian yang menggunakan metode eksperimen maupun metode observasi meskipun terdapat perbedaan tetapi mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu mempelajari hubungan sebab akibat atau hubungan kausal antara sebuah faktor penyebab atau lebih dengan faktor akibat. Koefisien asosiasi atau korelasi antara variabel selalu dapat terhitung secara statistik, akan tetapi besar kemungkinan antara variabel tersebut tidak berlaku hubungan sebab-akibat. Untuk mengatasi hal itu, maka masalah yang harus diperhatikan adalah Bagaimana observasi harus dilakukan sehingga dapat menghasilkan hubungan kausal antara variabel yang diperhatikan Dalam hal ini ada 3 bentuk studi observasional yaitu studi kohor, studi kasus-kontrol dan studi sejarah. Dalam setiap studi perlu diperhatikan pula masalah hasil pengukuran yang tepat. Kata Kunci : Hubungan Kausal atau sebab-akibat A. PENDAHULUAN Dalam bidang biologi dan kesehatan, banyak penelitian dilakukan dengan memakai metode eksperimen, disamping memakai metode observasi. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam setiap eksperimen si peneliti melakukan sebuah perlakuan yang direncanakan atau lebih terhadap kelompok atau sub-kelompok individu yang dijadikan obyek penelitian. Di pihak lain, dalam studi observasional seperti dalam survei, sama sekali tidak dilakukan perlakuan atau intervensi. Meskipun terdapat perbedaan yang nyata antara kedua macam studi ini, akan tetapi baik eksperimen maupun studi observasional mempunyai suatu tujuan akhir yang sama yaitu mempelajari hubungan sebab-akibat atau hubungan kausal antara sebuah faktor penyebab atau lebih dengan faktor akibat (Igusti Ngurah Agung, 2002 : 1) 51

2 B. STUDI OBSERVASIONAL Dalam praktek di lapangan, cukup banyak studi atau analisis yang dilakukan berdasarkan data sampel survei dengan tujuan untuk mempelajari hubungan kausal antara dua buah variabel atau lebih. Koefisien asosiasi, atau korelasi antar variabel selalu dapat dihitung secara statistik, akan tetapi besar kemungkinan antara variabel tersebut tidak berlaku hubungan sebab-akibat. Untuk mengatasi hal ini, maka masalah yang harus diperhatikan adalah Bagaimana observasi harus dilakukan sehingga dapat menghasilkan hubungan kausal antara variabel yang diperhatikan? Dalam hal ini akan diperhatikan tiga (3) bentuk studi observasional, yaitu studi kohor (cobort studies), studi kasus kontrol (case-control studies), dan studi sejarah (historical studies). 1. Studi Kohor Dalam setiap studi kohor, kelompok individu atau obyek penelitian dipilih untuk diobservasi dan diikuti sepanjang waktu tertentu. Studi semacam ini juga disebut prospoctive study atau follow-up study. Studi kohor observasional ini merupakan suatu penelitian dimana peristiwa tertentu / kesakitan, kematian dan sebagainya terjadiasetelah penyelidikan atau penelitian dimulai. Penilaian kohor atau kelompok individu dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut : (a) Kelompok individu dipilih secara Random dari populasi target atau sasaran. Selanjutnya, dibentuk kelompok individu berdasarkan karakterisrtik yang diduga merupakan faktor penyebab sebelum munculnya kasus (penyakit atau kematian) (b) Dua kelompok individu atau lebih dipilih sedemikian sehingga kelompok pertama mempunyai karakteristik tersebut. Misalnya kelompok perokok dan tidak merokok, kelompok peminum dan bukan peminum. 52

3 Kelompok-kelompok individu yang terbentuk itu diikuti untuk periode waktu yang telah ditentukan. Untuk melakukan studi kohor, sipeneliti harus mempertimbangkan 3 kendala utama berikut : (1) Membutuhkan individu yang sangat banyak untuk kasus atau peristiwa (penyakit) yang sangat jarang terjadi. (2) Membutuhkan waktu pengamatan yang panjang, terutama untuk kasuskasus yang langka. (3) Pengaruh beberapa faktor luar yang tidak dapat dikontrol dengan sempurna, bahkan ada yang tidak mungkin dikontrol. Dampak ke dua butir pertama di atas, antara lain : ( i ) Studi kohor akan membutuhkan biaya yang besar, akibat jumlah subyek yang kasar dan lamanya studi. ( ii ) Sulitnya untuk melakukan follow-up atau mengikuti seluruh subyek penelitian, dan ( iii ) Faktor-faktor yang sekarang diperhatikan ada kemungkinan akan berubah sehingga hasil akhir studi tersebut menjadi tidak relevan lagi. 2. Studi Sejarah Studi sejarah merupakan studi kohor dimana semua peristiwa atau kasus yang ingin dipelajari telah terjadi sebelum penelitian dimulai. Sehingga studi sejarah ini menelusuri permsalahan mulai dari akibat menuju ke faktor penyebab atau pengarah. Dalam hal ini, kohor yang sesuai dibentuk dipilih setelah diobservasikan, kemudian karakteristik dan pengalaman mereka diperoleh berdasarkan catatan atau data yang telah tersedia. Sebagai contoh : studi tentang determinan kematian bagi dalam periode satu tahun sebelum survei, berdasarkan data survei kesehatan Rumah Tangga, Berdasarkan kita yang telah terkumpul misalnya dibentuk kelompok ibu yang mengalami kematian bayi dan kelompok lainnya. Selanjutnya diperhatikan perbedaan karakteristik antara kedua 53

4 kelompok tersebut, yang diduga sebagai faktor penyebab atau faktor resiko. Dalam studi ini beberapa confounding variables, seperti umur ibu, paritas dan penolong persalinan, dapat dikontrol didalam analisis. Di pihak lain beberapa variabel penting lainnya, seperti berat badan bayi saat dilahirkan dan faktor penyakit tidak tersedia di dalam data. 3. Studi Kasus-Kontrol Seperti pada studi sejarah, dalam studi kasus kontrol (case control study) permasalahan juga ditelusuri mulai dari akibat menuju ke faktor pengaruh. Dalam studi kasus kontrol, kelompok individu yang menunjukkan atau mempunyai kasus tertentu (penyakit atau lainnya) dipilih untuk dibandingkan dengan kelompok individu yang tidak mempunyai kasus tersebut. Kedua kelompok individu ini berturut-turut akan dinyatakan sebagai kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus dan kelompok kontrol dibandingkan berdasarkan faktor-faktor pengaruh yang relevan berkaitan dengan akibat yang ingin dipelajari. Sebenarnya, dalam studi kasus-kontrol ini sipeneliti cenderung mempelajari perbedaan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol berkaitan dengan resiko (peluang atau kecenderungan) munculnya kasus yang dipelajari, bukan menentukan faktor penyebab langsung. Dalam studi ini yang menjadi masalah adalah bagaimana pemilihan kelompok kasus dan kelompok kontrol harus dilakukan. Jika studi kasuskontrol dilakukan dalam suatu wilayah yang relatif sempit, maka ada kemungkinan kelompok kasus terbentuk dari semua individu yang menunjukkan kasus tersebut yang dapat dinyatakan sub-populasi kasus, karena terbatasnya kasus di wilayah tersebut. Selanjutnya, apakah sub populasi lain seluruhnya akan observasi sebagai sub-populasi kontrol atau akan dipilih sebagian, misalnya secara Random? Beberapa keuntungan dan kelemahan studi kasus-kontrol berdasarkan = Schlesselman (1982) sebagai berikut : 54

5 Keuntungan 1. Sangat cocok untuk mempelajari kasus yang terjadi atau kasus dengan long latency. 2. Relatif mudah dilakukan 3. Relatif murah 4. Membutuhkan jumlah subyek yang kecil dalam setiap kelompok 5. Data yang telah tersedia dari berbagai sumber kadang-kadang dapat dipakai dalam analisis. 6. Subyek penelitian tidak mempunyai resiko akibat perlakuan. 7. Memungkinkan untuk melakukan analisis tentang faktor pengaruh multipel ganda terhadap kasus tertentu. Kelemahan 1. Tergantung pada data atau kemampuan mengingat peristiwa-peristiwa pada masa lampau. 2. validitas data sulit ditentukan, bahkan kadang-kadang tidak mungkin dilakukan 3. Pengaruh variabel luar tidak dapat dikontrol dengan sempurna. 4. Sangat sulit memilih kelompok kontrol yang sesuai / cocok. 5. Angka atau peluang terjadinya peristiwa (penyakit, kegagalan pemakaian konstrasepsi dan sebagainya) sulit untuk ditentukan baik untuk kelompok kasus maupun kelompok kontrol. 6. Metode ini relatif kurang dipahami oleh komunitas medis, dipihak lain metode ini sulit untuk dijelaskan 7. Jarang dapat dilakukan studi secara mendalam. C. EKSPERIMEN Kerapkali seorang peneliti menduga bahwa dengan melakukan eksperimen, dia dapat menunjukkan pengaruh murni suatu perlakukan terhadap peristiwa tertentu. Walaupun banyak pengaruh variabel dapat dikontrol dalam suatu eksperimen, akan tetapi tidaklah mungkin untuk mengontrol semua variabel yang penting. 55

6 Hal ini disebabkan oleh berbagai keterbatasan termasuk keterbatasan pengetahuan sipeneliti yang bersngkutan. Dipihak lain, seorang peneliti tidak akan pernah yakin bahwa semua variabel penting telah dikontrol pengaruhnya. Berkaitan dengan sejauh mana pengaruh faktor luar dapat dikontrol dalam sebuah eksperimen, maka dapat dibedakan dua (2) macam eksperimen, yaitu : - eksperimen laboratorium - eksperimen lapangan. Dalam eksperimen laboratorium memungkinkan sipeneliti untuk mengontrol pengaruh faktor-faktor luar dengan cara yang jauh lebih ketat dibandingkan dengan eksperimen lapangan. Misalnya : untuk mengukur metode proses belajar mengajar(pbm) terhadap keberhasilan siswa terdapat cukup banyak faktor luar yang turut mempengaruhi keberhasilan siswa, yang tidak dapat dikontrol. Disamping masalah tersebut di atas, permasalahan lain yang penting diperhatikan dalam melakukan eksperimen antara lain : (1) perlakuan tidak selalu dapat dilakukan, terutama untuk perlakuan yang berakibat buruk terhadap subyek penelitian. dengan kata lain subyek penelitian mempunyai resiko tinggi untuk sakit, meninggal atau rusak. Misalnya eksperimen dibidang medis, antara lain untuk pengembangan obat baru dan operasi organ vital/ jantung, hati dan ginjal), mula-mula dilakukan terhadap biantang, kemudian dilakukan pada manusia. Beberapa orang pertama yang menjadi kelinci percobaan untuk operasi jantung mempunyai resiko akan tidak berhasil. Dan menguji daya tahan mobil dan keamanan sipengemudi terhadap benturan atau tabrakan, dimana mobil itu ditabrakan dengan kecepatan tertentu. Akibatnya, mobil tersebut pasti rusak. (2) Beberapa perlakuan tidak etis untuk diterapkan pada manusia. Beberapa kasus menunjukkan dimana subyek penelitian tidak mengetahui bahwa meteka termasuk dalam kelinci percobaan, misalnya pemberian placebo 56

7 kepada kelompok kontrol dan pemberian obat uji-coba terhadap kelompok kasus. (3) Suatu eksperimen dapat jauh lebih mahal dibandingkan dengan studi kohor, misalnya eksperimen yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelajahi angkasa luar, penemuan obat kanker dan sebagainya. (4) Untuk mencapai hasil akhir suatu eksperimen juga dapat membutuhkan waktu yang lama. Dibandingkan dengan studi observasional diatas, eksperimen mempunyai keunggulan dalam hal melakukan kontrol pada pengaruh variabel penting. Dalam realitas, pada umumnya untuk suatu tujuan akhir tertentu eksperimen dilakukan dalam beberapa tahap, bahkan mungkin dilakukan dalam beberapa tahap, bahkan mungkin dilakukan dalam banyak tahapanuntuk periode waktu yang cukup lama, misalnya proses penemuan obat kanker. Berbagai eksperimen telah dilakukan untuk menemukan oleh kanker yang telah dilakukan untuk menemukan obat kanker yang telah berlangsung puluhan bahkan ratusan tahun, dan hasil terakhir menyatakan bahwa sinar laser merupakan salah satu metode penyembuhan penyakit kanker, walaupun masih jauh dari sempurna (majalah, Jakarta, No. 376, September 1993). Demikian pula eksperimen di bidang pertanian dan peternakan, misalnya untuk menemukan bibit unggul, dan untuk mempercepat pertumbuhan. Dengan demikian untuk mempelajari hubungan kausal yang cukup rumit atau kompleks antara faktor penyebab dengan akibat tertentu dapat dilakukan mulai eksperimen pemula, kemudian dikembangkan menjadi eksperimen-eksperimen lanjutan untuk mencapai tujuan akhir yang diharapkan. D. VARIASI HASIL PENGUKURAN Dalam setiap studi yang bersifatkuantitatif pengukuran merupakan salah satu masalah utama yang harus diperhatikan. Secara umum dapat dikemukakan bahwa variasi, termasuk kesalahan, hasil pengukuran dapat terjadi akibat dari subyek atau obyek penelitian, alat ukur yang dipakai untuk 57

8 mengukur, dan individu atau petugas yang melakukan pengukuran tersebut (Agung, 2002 : 8). Disamping itu bahwa variasi nilai yang diobservasi dapat juga terjadi akibat perubahan biologis dalam diri subyek, perubahan sesaat dan beda pengukuran (Angelfinger, et.al. 1987). E. FAKTOR PENYEBAB DAN FAKTOR AKIBAT Setiap eksperimen dan studi observasi nasional dalam bidang modis dan kesehatan masyarakat pada dasarnya direncanakan untuk menentukan faktor penyebab dan faktor resiko suatu penyakit. Misalnya : untuk melahirkan, usia muda (di bawah 15 tahun) merupakan faktor resiko bukan merupakan faktor penyebab kematian bayi. Tujuan akhir dari studi ini adalah melakukan intervensi atau perlakuan terhadap faktor-faktor tersebut dalam usaha penyembuhan penyakit atau mencegah munculnya kasus-kasus baru. Berbagai faktor penyebab terjadinya variasi pengukuran tersebut diatas mengakibatkan analisis hubungan kausal dalam bidang biologi dan kesehatan menjadi sangat rumit atau kompleks. Walaupun sangat sulit untuk menentukan pengaruh murni sebuah faktor terhadap peristiwa / kasus tertentu, kita dapat memakai kriteria di bawah ini untuk menentukan bahwa sebuah faktor merupakan salah satu dari kelompok faktor pengaruh. Kriteria tersebut antara lain : (1) Nilai observasi faktor pengaruh (sebab) harus diukur lebih awal dari nilai faktor akibat. Dengan kata lain, faktor pengaruh dan faktor akibat diamati atau diukur pada dua titik waktu berbeda dengan selang waktu tertentu. Misalnya kasus minum obat yang keras. Konsep waktu ini dinyatakan sebagai konsep dasar hubungan sebab-akibat atau hubungan kausal. (2) Asosiasi (hubungan) antara dua buah faktor dapat merupakan hubungan sebab akibat, jika terjadi asosiasi yang konsisten antara kedua faktor tersebut. Untuk menjelaskan hal ini, maka perlu dilakukan studi tentang asosiasi tersebut berulang kali dalam berbagai situasi dan kondisi yang berbeda. 58

9 (3) Sebuah faktor pengaruh atau faktor penyebab (Cause factor) disebut mempunyai pengaruh khusus (spesific) jika perlakuan faktor tersebut diikuti oleh munculnya akibat tertentu, dan akibat tersebut akan hilang jika perlakuan dihentikan. (4) Akhirnya dapat dinyatakan bahwa sebagian terbesar dari studi observasional akan menghasilkan pendapat ilmiah tentang hubungan sebab akibat, bukanlah merupakan bukti terjadinya hubungan sebab akibat. F. ILUSTRASI HUBUNGAN ANTAR VARIABEL Untuk lebih memahami pengertian hubungan antar variabel, termasuk hubungan kausal, di bawah ini disajikan beberapa variabel terpilih disertai dengan pembahasannya. 1. Kasus Hubungan Timbal Balik Permasalah atau kasus hubungan timbal balik antara dua buah variabel dapat terjadi karena pengukuran variabel tersebut tidak dikaitkan dengan waktu, yang merupakan salah satu unsur penting untuk mempelajari hubungan kausal antara variabel. Dengan kata lain, definisi operasional variabel yang diperhatikan tidak dikemukakan secara rinci, disamping desain pengamatannya terhadap permasalahan yang diperhatikan. Perhatikanlah contoh-contoh berikut : (1) Untuk para ibu rumah tangga, variabel Status pemakaian alat konstrasepsi (Ya/tidak). Secara substansi dapat dinyatakan sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan (kelahiran). Akan tetapi, jika kita perhatikan variabel pemakaian KB (V 1 ) dan Jumlah anak yang dilahirkan (V 2 ) maka hubungan sebab akibatnya dapat timbal balik atas dasar pemikiran sebagai berikut : 1. Variabel V 1 mempunyai pengaruh terhadap V 2 atas dasr substansi, karena pelaksanaan atau pemakaian KB jelas membatasi atau mengurangi kelahiran. 59

10 2. Di pihak lain, seorang ibu rumah tangga melakukan KB (V 1 ) dengan alasan karena jumlah anak (V 2 ) yang dimilikinya telah dipandang cukup atau lebih dari cukup. Dalam kasus ini maka variabel V 2 punya pengaruh terhadap V 1. Selanjutnya ingatlah bahwa terdapat beberapa faktor lain, di luar KB yang juga dapat menjadi faktor penyebab seorang ibu tidak hamil. (2) Bagaimanakah hubungan antara variabel Pendidikan ibu (V 3 ) dengan variabel Jumlah anak yang dilahirkan (V 2 )? Sesuai dengan keterangan diatas maka V 3 bukanlah faktor penyebab terhadap V 2, tetapi faktor resiko. Juga dinyatakan bahwa V 3 termasuk variabel yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap V 2 melalui variabel antara dipihak lain, mungkinkah variabel jumlah anak (V 2 ) mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendidikan ibu (V 3 )? Untuk menjelaskan maslaah ini, marilah kita perhatikan kasus dimana seorang ibu mulai belajar / kuliah lagi setelah berkeluarga, baik setelah punya anak yang cukup maupun tidak mempunyai anak sama sekali karena faktor alamiah. Bukankah dalam kasus seperti ini variabel jumlah anak (V 2 ) dapat dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap keputusan si ibu untuk melanjutkan pendidikannya (V 3 )! (3) Demikian pula hubungan antara variabel Pendidikan (V 3 ) dan Pekerjaan (V 4 ), karena banyak kasus yang menunjukkan peningkatan kualitas pendidikan seseorang terjadi setelah bekerja atau memperoleh pendapatan untuk membiayai pendidikannya, sehingga hubungan antara variabel pendidikan dan pendapatan dapat mempunyai hubungan timbal baik. 2. Kasus Hubungan Searah Dalam hal ini diberikan beberapa contoh sebagai berikut : 60

11 a. Hubungan pola makan ibu waktu hamil (x) dan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) b. Hubungan frekuensi pemeriksaan kehamilan (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) c. Hubungan status kerja ibu (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) d. Hubungan pendidikan ibu (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) e. Hubungan umur ibu pada saat melahirkan (x) dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan (y) f. Hubungan antara pendapatan (x) dengan simpanan dalam bentuk uang (y) g. Hubungan antara jenis pekerjaan (x) dengan simpanan dalam bentuk uang (y) 3. Asosiasi Antara Variabel yang Tidak Meyakinkan Pasangan variabel secara substansi kadang-kadang tidak mempunyai asosiasi atau hubungan yang tidak meyakinkan, lihat contoh berikut : 1. Penolong persalinan dengan berat badan bayi pada saat dilahirkan 2. Jarak tempat tinggal ke puskesmas terdekat dengan berat badan bayi saat dilahirkan 3. Status pemilikan rumah dengan berat badan bayi saat dilahirkan 4. Umur istri pada perkawinan pertama dan status kredit dengan kategori kredit macet. 61

12 KESIMPULAN Dalam penelitian ilmiah dapat digunakan berbagai macam metode antara lain metode observasi, metode angket, metode eksperimen, maupun metode historis. Namun tidak semua metode tersebut cocok untuk digunakan, sehingga perlu digunakan kasus yang akan diteliti. Misalnya penelitian di bidang biologi maupun kesehatan, pertanian lebih tepat digunakan metode eksperimen maupun metode observasi. Dalam pembahasan ini penulis menyoroti penelitian tentang hubungan kausal atau sebab akibat antara sebuah fakta penyebab atau lebih dengan faktor akibat. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan yaitu studi kohor, studi kasus kontrol dan studi sejarah. Penggunaan metode eksperimen memerlukan tahapan yang lebih panjang dan rumit, sehingga perlu biaya juga mahal. Dari hasil pnelitian perlu dilakukan pengukuran hasilnya, dan alat ukur yang dipakai maupun individu yang melakukan pengukuran harus mendapatkan perhatian agar tidak terjadi kesalahan. DAFTAR PUSTAKA Agung Igusti Ngurah Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta Metode Penelitian Sosial. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Dampak Relatif Pemakaian Konstrasepsi, Lembaga Demografi, Reprint series. No September Engel finger. et. Dll Biostatics in Clinnical Medicine. Mac Mill Publishing Co., Inc; New York. Igusti Ngurah Analisa Statistik Sederhana Untuk Pengambilan Keputusan, dalam Populasi, Volume 11 Nomor 2. 62

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa. JENIS DESAIN PENELITIAN 1. Cross-Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

Lebih terperinci

Studi epidemiologi deskriptif

Studi epidemiologi deskriptif Studi epidemiologi deskriptif Penelitian Crosectional Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit

Lebih terperinci

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies Disampaikan oleh: Retna Siwi Padmawati KMPK-2009 Tujuan Memberi pengantar tentang disain metode penelitian Memahami perbedaan penelitian deskriptif dan analytic Mengidentifikasi hirarki disain penelitian,

Lebih terperinci

Dewi Gayatri, M.Kes.

Dewi Gayatri, M.Kes. Dewi Gayatri, M.Kes. Observasi Wawancara Angket Test Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan cara tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara Bentuk Observasi non sistematis (tanpa instrumen) Observasi

Lebih terperinci

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

TKS Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4209 Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Pengertian masalah penelitian yang dapat diangkat untuk diteliti secara ilmiah memiliki unsur-unsur sebagai berikut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan masyarakat, dimana kualitas kondisi lingkungan yang buruk akan menimbulkan berbagai gangguan pada kesehatan

Lebih terperinci

A. Penelitian Dasar atau Murni

A. Penelitian Dasar atau Murni Drajat Armono A. Penelitian Dasar atau Murni Jenis penelitian ini bertujuan sebagai pengujian atau membentuk teori baru yang bukan ditujukan untuk menerapkan hasil-hasil temuannya. Penelitian ini diharapkan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. wanita sebagai pilihan kontrasepsi

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. wanita sebagai pilihan kontrasepsi LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul Penelitian :Pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi Peneliti :Desi Anggraini Dengan menandatangani lembaran

Lebih terperinci

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan STUDI EKSPRIMENTAL/STUDI INTERVENSI Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan sengaja diberikan tindakan/intervensi tertentu dengan kelompok lain yang sama tetapi

Lebih terperinci

JENIS RISET. Saptawati Bardosono

JENIS RISET. Saptawati Bardosono JENIS RISET Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Penelitian adalah proses pendekatan dengan pembuktian ilmiah untuk mendapatkan tambahan dan memperdalam ilmu di bidang tertentu Proses pembuktian dapat terjadi

Lebih terperinci

mengungkap kebenaran empirik, yaitu dipakai? Selanjutnya, untuk menentukan yang efektif? Hal ini sangat tergantung diteliti, dan berbagai alternatif

mengungkap kebenaran empirik, yaitu dipakai? Selanjutnya, untuk menentukan yang efektif? Hal ini sangat tergantung diteliti, dan berbagai alternatif PENGANTAR Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam mengungkap kebenaran empirik, yaitu pendekatan dan metode penelitian apa yang dipakai? Selanjutnya, untuk menentukan pendekatan dan metode penelitian mana

Lebih terperinci

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Thypoidpada anak-anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit

Lebih terperinci

Cross sectional Case control Kohort

Cross sectional Case control Kohort Definisi Cross sectional Case control Kohort Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu

Lebih terperinci

Tujuan Belajar : Setelah mempelajari Materi ini, diharapkan Mahasiswa mampu : Pengampu :

Tujuan Belajar : Setelah mempelajari Materi ini, diharapkan Mahasiswa mampu : Pengampu : Tujuan Belajar : Setelah mempelajari Materi ini, diharapkan Mahasiswa mampu : 1. Memahami tentang Pengertian Rancangan Penelitian Deskriptif, 2. Memahami Langkah-2 Penelitian Deskriptif. 3. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil Kesepakatan Kepala Negara dan Perwakilan dari 189 Negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai

Lebih terperinci

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika Studi Epidemiologi Analitik DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK 1.1 PENGERTIAN STUDI EPIDEMIOLOGI

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Kependudukan Teori kependudukan dibagi ke dalam tiga kelompok besar: (1) aliran Malthusian yang dipelopori oleh Thomas Robert Malthus; (2) aliran Marxist yang dipelopori

Lebih terperinci

Sejarah perkembangan konsep penilaian pemakaian obat dalam kedokteran

Sejarah perkembangan konsep penilaian pemakaian obat dalam kedokteran Uji Klinik Sejarah perkembangan konsep penilaian pemakaian obat dalam kedokteran Konsep dasar pemikiran Bahan yang dipakai Pemikiran/metode 2000 SM Magis, sakral Bahan alam Kepercayaan 0 Empiris primitif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengertian Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada, yaitu : 2.1.1.

Lebih terperinci

BAGIAN 3. TENTANG RISET/PENELITIAN

BAGIAN 3. TENTANG RISET/PENELITIAN BAGIAN 3. TENTANG RISET/PENELITIAN Teguh Wahyono Kuliah Penulisan Karya Ilmiah Program Studi D3 Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Tentang Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

KONSEP PENELITIAN EX-POST FACTO. Baso Intang Sappaile )

KONSEP PENELITIAN EX-POST FACTO. Baso Intang Sappaile ) KONSEP PENELITIAN EX-POST FACTO Baso Intang Sappaile ) Abstrak: Penelitian ex-post facto merupakan metode yang banyak dipakai dan merupakan metode yang berguna yang dapat memberikan banyak informasi berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal, Angka Kematian Bayi (AKB)

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Disain Penelitian Menurut Sugiyono (2004,p5) jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut, tujuan, pendekatan, dan tingkat eksplanasi, dan analisis & jenis data. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi maka dapat menimbulkan perubahan juga pada. masyarakatnya dimana mereka menuntut kelancaran transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi maka dapat menimbulkan perubahan juga pada. masyarakatnya dimana mereka menuntut kelancaran transportasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era perkembangan sekarang ini pemasaran merupakan faktor penting dalam menentukan maju berkembangnya suatu perusahaan. Pemasaran adalah suatu kegiatan dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta- fakta atau prinsipprinsip

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta- fakta atau prinsipprinsip BAB III METODE PENELITIAN Metode yaitu suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian, Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan

Lebih terperinci

jenis-jenis pendekatan adalah :

jenis-jenis pendekatan adalah : Memilih Pendekatan jenis-jenis pendekatan adalah : 1. Jenis Pendekatan menurut Teknik Samplingnya Jenis pendekatan ini menggunakan objek yang diteliti dalam menggambil pendekatan suatu penelitian. Yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian 73 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis univariat Pada analisis ini, variabel yang akan dieksplorasi adalah variabel kejadian kehamilan tidak diinginkan, variabel kegagalan kontrasepsi termasuk jenis metode

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. untuk menyebut dukun bayi, ma blien merupakan penduduk asli yang sudah sejak

BAB V PENUTUP. untuk menyebut dukun bayi, ma blien merupakan penduduk asli yang sudah sejak BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Ma blien merupakan sebutan yang digunakan masyarakat Aceh Utara untuk menyebut dukun bayi, ma blien merupakan penduduk asli yang sudah sejak lama tinggal di daerah Aceh dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang menyangkut fisik, mental maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK

HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR. Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** ABSTRAK HUBUNGAN DISIPLIN WAKTU DALAM PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEGAGALAN AKSEPTOR Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Lilis Oktaviani** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

LITERATURE REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN IBU SAAT PERSALINAN. Rini Hayu Lestari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang

LITERATURE REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN IBU SAAT PERSALINAN. Rini Hayu Lestari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang LITERATURE REVIEW: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN IBU SAAT PERSALINAN Rini Hayu Lestari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang ABSTRAK Kematian Ibu merupakan salah satu indikator

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode dan Rancangan Penelitian 5/7/2011 Anrinal - FTI ITP 1 Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan penelitian: Etika penelitian Kendala Hukum Pelatihan asisten

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian-pengertian Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan metode case control. Pengambilan data variabel dependen pada metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cakupan IPA adalah pelajaran biologi yang membahas tentang mahluk hidup dan lingkungan serta diajarkan untuk menambah informasi, mengembangkan cara

Lebih terperinci

PENELITIAN EX POST FACTO

PENELITIAN EX POST FACTO PENELITIAN EX POST FACTO Oleh: Dr. Widarto, M.Pd. DISAMPAIKAN PADA KEGIATAN PELATIHAN METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TANGGAL 27 S.D. 28 JUNI 2013. 1 PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan ibu selama kehamilan sampai melahirkan dicerminkan dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yang dapat dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau

BAB I PENDAHULUAN. informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian bidang kesehatan pada umumnya bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau medis sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya, kesejahteraan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, begitupun arti penting kehidupan bagi seorang ibu yang memiliki andil yang sangat besar dalam pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan selama siklus hidup manusia. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional mencakup upaya peningkatan semua segi kehidupan bangsa. Agar penduduk dapat berfungsi sebagai modal pembangunan dan merupakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu deklarasi hasil kesepakatan kepala-kepala negara dan perwakilan dari 191 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Lebih terperinci

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita

Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita Hubungan Kegiatan Posyandu Dengan Tingkat Fertilitas dan Mortalitas Balita Cipta Aji Atmojo (08130014) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Kegiatan posyandu yang dilakukan ibu-ibu

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2007, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan penduduk relatif tinggi, ini merupakan beban dalam pembangunan nasional. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia pertama kali menikah. Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Melalui program pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan bisa terjadi, kemudian

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN. ditentukan. Pelaksanaan penelitian membutuhkan banyak waktu, tenaga, alat,

B A B III METODE PENELITIAN. ditentukan. Pelaksanaan penelitian membutuhkan banyak waktu, tenaga, alat, B A B III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah melalui prosedur yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

METODOLOGI O OG PENELITIAN KUANTITATIF. Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

METODOLOGI O OG PENELITIAN KUANTITATIF. Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN METODOLOGI O OG PENELITIAN KUANTITATIF A Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PENGANTAR Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam mengungkap kebenaran empirik, yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) Akseptor Keluarga Berencana 1. Pengertian Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007) 2. Jenis-jenis Akseptor KB a.

Lebih terperinci

Experimental (Melihat faktor dan akibat, namun faktor dibuat oleh peneliti secara sengaja)

Experimental (Melihat faktor dan akibat, namun faktor dibuat oleh peneliti secara sengaja) Experimental (Melihat faktor dan akibat, namun faktor dibuat oleh peneliti secara sengaja) a. Quasi Experimental (Eksperimental semu). Contoh dari 50 bayi, 25 dari RSHS, dan 25 sisanya dari Sardjito. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu hamil adalah masalah kesehatan yang harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan, karena menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang

Lebih terperinci

Safitri Juanita. Metodologi Riset. Pertemuan 8

Safitri Juanita. Metodologi Riset. Pertemuan 8 Safitri Juanita Metodologi Riset Pertemuan 8 DESAIN PENELITIAN Desain penelitian merupakan pedoman dalam melakukan proses penelitian diantaranya dalam menentukan instrumen pengambilan data, penentuan sampel,

Lebih terperinci

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif Pertemuan 4 - Epidemiologi Adalah studi yang menggambarkan karakteristik & sebaran masalah kesehatan/ penyakit;

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner. Umumnya, penelitian survei dibatasi pada penelitian

METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner. Umumnya, penelitian survei dibatasi pada penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan 59 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003.

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1. Beberapa konsep tentang KB KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan

Lebih terperinci

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2 Pengertian, tujuan dan kegunaan Terjadinya penyakit / masalah kesehatan reproduksi Faktor resiko terjadinya masalah kesehatan reproduksi Ukuran-ukuran status kesehatan epidemiologi yang terkait dalam kespro

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK IBU DENGAN PARITAS LEBIH DARI 3 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

KARAKTERISTIK IBU DENGAN PARITAS LEBIH DARI 3 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARAKTERISTIK IBU DENGAN PARITAS LEBIH DARI 3 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA Ita Handayani, Annisa Andriyani Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan: Paritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. yaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bagi pada masa perinatal. Hal ini ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rawan yaitu ibu

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan izin dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah farmakoepidemiologi tentang Studi Cohort. Dalam makalah

Lebih terperinci

RAGAM PENELITIAN PERTEMUAN KE-3. 5/7/2011 Anrinal - FTI ITP 1

RAGAM PENELITIAN PERTEMUAN KE-3. 5/7/2011 Anrinal - FTI ITP 1 RAGAM PENELITIAN PERTEMUAN KE-3 Anrinal - FTI ITP 1 RAGAM PENELITIAN MENURUT BIDANG ILMU Secara umum, ilmu-ilmu dapat dibedakan : Kelompok ilmu dasar, antara lain -ilmu yang dikembangkan di fakultas-fakultas

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Aji Suraji, MSc. Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang

Oleh: Ir. Aji Suraji, MSc. Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang Oleh: Ir. Aji Suraji, MSc. Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang Penelitian Murni (Basics Research): penelitian yang lebih memandang kepada bagaimana pengembangan keilmuan itu sendiri tanpa harus

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENELITIAN

JENIS-JENIS PENELITIAN Andriani Kusumawati JENIS-JENIS PENELITIAN Berdasarkan: 1. Tujuan 2. Kedalaman analisisnya 3. Pendekatan analisis atau Proses 4. Logika Penelitian 5. Kategori fungsionalnya 6. Hasil yang diharapkan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam mengumpulkan data an analisa data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi, sebagai rencana pemecahan masalah

Lebih terperinci

Pengantar causal inference 2 8 SEP TEM BER

Pengantar causal inference 2 8 SEP TEM BER Pengantar causal inference PANJI FO RTUNA H ADI SO EMARTO M ETO DE, AP LI K ASI DAN M ANAJEM EN P ENELI TIAN K ESM AS S2 I K M FK UP 2 8 SEP TEM BER 2 0 1 6 Tujuan pembelajaran Melalui perkuliahan ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kematian ibu dapat menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat kesehatan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya dalam Safe Motherhood, masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal nonteknis seperti wanita dan pendidikan. Mengatasi masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia terdapat banyak kasus yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah munculnya penyakit, baik menular

Lebih terperinci

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

HERNAWAN TRI SAPUTRO J HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG HIPERTENSI DENGAN SIKAP KEPATUHAN DALAM MENJALANKAN DIIT HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS ANDONG KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

A. Tujuan Penelitian 1. Studi eksplorasi ( exploration study

A. Tujuan Penelitian 1. Studi eksplorasi ( exploration study 1 DESAIN PENELITIAN Desain penelitian membahas masalah yang berkaitan dengan pemilihan rancangan penelitian mengenai tujuan penelitian, tipe hubungan antar variabel, lingkungan (setting) penelitian, unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama yang menggambarkan kesejahteraan suatu negara. AKI dipengaruhi faktor-faktor seperti terbatasnya pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dini merupakan institusi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah, 2008:56). Pola pikir zaman primitif dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami suatu 27 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami suatu permasalahan sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan tersebut dengan menggunakan cara yang bersifat

Lebih terperinci

Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU

Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU Ukuran Frekuensi; Ukuran Asosiasi; Ukuran Dampak. Ukuran frekuensi merupakan ukuran dalam epidemiologi deskriptif; Ukuran

Lebih terperinci

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA 30-50 TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan hal yang penting didalam suatu penelitian ilmiah. Karena penelitian ilmiah harus dilakukan dengan cara-cara atau langkah-langkah tertentu dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan, ekonomi dan kesehatan. Masalah kesehatan sampai saat ini masih belum dapat diselesaikan. Salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Untuk menjawab sebuah pertanyaan yang timbul dari sebuah masalah tentunya perlu dijawab dan dibuktikan sesuai dengan tata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN. 3.. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Malang.Dilakukan di FE UIN Malang, untuk memudahkan peneliti mengambil sampel dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang dikategorikan sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker masih menjadi ancaman kesehatan bagi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN POST SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI PRESENTASI BOKONG DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang berbasis rumah sakit ( hospital based). Rancangan yang digunakan adalah studi kasus

Lebih terperinci

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi.

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Ternyata didapatkan hubungan dengan obesitas, merokok, dan aktifitas

Lebih terperinci