Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat Transparan: Pengaruh Jenis Cangkang dan Penyimpanan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat Transparan: Pengaruh Jenis Cangkang dan Penyimpanan"

Transkripsi

1 Pelepasan Fero Sulfat Dari Cangkang Kapsul Alginat Transparan: Pengaruh Jenis Cangkang dan Penyimpanan The Release of Ferrous Sulfate From Transparent Alginate Capsules Shell: Effect of Capsules Shell Variety and Storage Natalia Sitorus, M. Timbul Simanjuntak, Hakim Bangun* Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia ABSTRAK Latar belakang : Pada umumnya cangkang kapsul terbuat dari gelatin dan kapsul ini akan segera pecah setelah sampai di lambung sehingga kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping fero sulfat yang dapat mengiritasi lambung. Cangkang kapsul alginat merupakan cangkang kapsul keras yang dapat mencegah efek iritasi dari fero sulfat terhadap lambung. Tujuan : Untuk melihat pengaruh jenis cangkang kapsul alginat transparan dan pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat. Metode penelitian : Cangkang kapsul alginat transparan yang digunakan ada 2 jenis yaitu kapsul alginat transparan yang dibuat dari natrium alginat cp dan natrium alginat cp. Cangkang kapsul yang dibuat merupakan cangkang kapsul dengan ukuran 0. Kedua jenis kapsul diperoleh dari Laboratorium Farmasi Fisik, Fakultas Farmasi, USU. Uji pelepasan fero sulfat dilakukan dengan metode dayung dalam medium ph 1,2 dan penetapan kadar fero dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm. Fero sulfat disimpan selama 3 bulan pada suhu kamar (28 0 C, RH 70%) dan suhu (40 0 C, RH 75%). Hasil : Fero sulfat mengalami oksidasi selama penyimpanan dan peruraian lebih cepat pada kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp daripada yang dari natrium alginat cp. Pelepasan fero sulfat lebih cepat dari cangkang kapsul yang dibuat dari natrium alginat cp daripada yang dari natrium alginat cp. Kesimpulan : Cangkang kapsul transparan yang dibuat dari natrium alginat dengan viskositas lebih rendah menghasilkan pelepasan fero lebih cepat, tetapi menghasilkan oksidasi fero sulfat yang lebih cepat pada penyimpanan. Kata kunci: cangkang kapsul alginat; fero sulfat; viskositas; penyimpanan ABSTRACT Background : In general capsules are made of gelatin and this kind of capsule will immediate release when reach the stomach so that the gelatin capsule cannot avoid the side effects of ferrous sulfate that can irritate the stomach. Alginate capsule shells are hard capsule shell that prevent the irritating effects of ferrous sulfate to the stomach. Objectives : To observe the effect of capsule shells transparent variety and the effect of storage against the release of ferrous sulfate from alginate capsule shell. Methods : Transparent alginate capsules used were 2 types of transparent alginate capsules: 1) made from sodium alginate cp and 2) made from sodium alginate cp. Both capsules were size 0 and obtained from Laboratory of Physical Pharmacy, Faculty of Pharmacy, University of Sumatera Utara. Ferrous sulfate release test was conducted by paddle method in medium ph 1,2 and ferrous content was determined by using visible spectrophotometer at 70

2 wavelength of 510 nm. Ferrous sulfate capsules were stored for 3 months at room temperature (28 0 C, RH 70%) and temperature 40 0 C, RH 75%. Results : Ferrous sulfate was oxidized during storage and the oxidation of alginate capsule made from sodium alginate cp was faster than that of from sodium alginate cp. Ferrous sulfate release was faster from capsule shell made from sodium alginate cp than that of made from sodium alginate cp. Conclusion : Transparent alginate capsules shell from sodium alginate with lower viscosity produce faster release of ferrous sulfate but produce lower stability of ferrous sulfate during storage. Keywords: alginate capsules shell, ferrous sulfate, viscosity, storage PENDAHULUAN Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel, 1989). Fero sulfat bersifat mengiritasi lambung. Pada umumnya fero sulfat dimasukkan kedalam cangkang kapsul yang terbuat dari gelatin. Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang mengiritasi lambung, seperti fero sulfat. Hal ini dikarenakan kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung (Sumaiyah, 2006; Bangun, 2012). Natrium alginat merupakan produk pemurnian karbohidrat yang diekstraksi dari alga coklat (Phaeophyceae) dengan menggunakan basa lemah (Grasdalen, dkk., 1979). Di Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi USU telah dikembangkan kapsul alginat yang tahan terhadap asam lambung. Telah terbukti bahwa cangkang kapsul alginat tahan atau tidak pecah dalam cairan lambung buatan (ph 1,2). Kapsul mengembang dan pecah dalam cairan usus buatan yaitu ph 4,5 dan ph 6,8 (Bangun, dkk., 2005). Selanjutnya, telah dilakukan penelitian perbandingan disolusi dan efek iritasi dari fero sulfat terhadap lambung kelinci antara sediaan lepas segera dan lepas lambat. Pengujian disolusi menunjukkan bahwa pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat dalam medium cairan lambung buatan adalah lebih lambat pada kapsul alginat daripada kapsul gelatin, oleh karena kapsul alginat tahan terhadap cairan lambung buatan. Pengujian iritasi secara akut menunjukkan tablet fero sulfat dalam kapsul gelatin menyebabkan iritasi berupa luka dan kemerahan pada mukosa lambung, sedangkan tablet fero sulfat dalam kapsul alginat tidak menyebabkan iritasi pada lambung (Mawarni, 2008). Hal lain yang berhubungan dengan itu, Bangun (2002) menginformasikan bahwa enkapsulasi Indometasin dengan gel alginat dalam bentuk butir-butir gel yang mengandung Indometasin setelah dilakukan uji iritasi akut dan kronik terhadap lambung tikus percobaan, dan terbukti dapat mencegah efek samping penggunaan dari obat tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh jenis kapsul alginat yang digunakan dan pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat transparan, dimana kapsul alginat yang digunakan ada 2 jenis yaitu yang dibuat dari natrium alginat cp dan natrium alginat cp. 71

3 METODOLOGI PENELITIAN Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: cangkang kapsul alginat transparan adalah produk laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi USU, fero sulfat hepta hidrat (Merck), asam askorbat (Mutifa), asam klorida (Merck), kalsium klorida anhidrat (Wako pure chemical industries, Ltd Japan), laktosa (Merck), 1,10-fenantrolin monohidrat (Merck), hidroksilamin klorida (Merck), natrium asetat trihidrat (Merck). Pembuatan larutan hidroksilamin hidroklorida Hidroksilamin hidroklorida sebanyak 10,0 g dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut (Skoog, dkk., 1988). Pembuatan larutan natrium asetat 1,2 M Natrium asetat sebanyak 166,0 g dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda, dikocok sampai larut (Skoog, dkk., 1988). Pembuatan larutan ortofenantrolin Ortofenantrolin monohidrat sebanyak 1,0 g dimasukkan dalam labu tentukur 1000 ml, ditambahkan 20 tetes HCl pekat, kemudian ditambahkan dengan akuades sampai garis tanda (Skoog, dkk., 1988). Pembuatan sediaan kapsul fero sulfat Fero sulfat sebanyak 250,0 mg, asam askorbat 50,0 mg dan laktosa 50,0 mg masing-masing ditimbang tepat dengan menggunakan neraca listrik, kemudian dicampur sampai homogen lalu diisikan ke dalam bagian badan cangkang kapsul alginat melalui bagian ujung yang terbuka lalu ditutup dengan bagian tutup cangkang kapsul dengan mendorong sedalam 1 cm menutupi bagian badan kapsul yang terbuka. Kapsul diolesi dengan bahan perekat larutan natrium alginat sehingga bagian tutup kapsul dengan bagian badan kapsul menyatu dengan baik.. Penyimpanan sediaan kapsul fero sulfat Sediaan kapsul fero sulfat di simpan dalam wadah bersilika gel selama 3 bulan pada suhu kamar (28 0 C, RH 70%) dan suhu 40 0 C, RH (Relative Humadity) 75% di dalam climatic chamber (Memmert). Pengujian pelepasan fero sulfat secara invitro Dimasukkan 900 ml HCl 0,1 N (ph 1,2) ke dalam wadah disolusi dan diatur suhu ,5 o C dan kecepatan pengadukannya 50 rpm dengan menggunakan metode dayung. Pada kapsul alginat yang diuji diberikan pemberat berbentuk ring. Pada saat kapsul jatuh ke dasar wadah medium, lalu tekan tombol putar bersamaan dengan stopwach. Pengujian dilakukan selama 180 menit didalam cairan lambung buatan. Pada interval waktu tertentu dipipet cuplikan sebanyak volume tertentu. Pengambilan cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pada pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah (Ditjen POM, 1995). Penentuan kadar Fe dalam sampel Larutan hasil disolusi dipipet 2,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 72

4 25 ml kemudian ditambahkan 0,25 ml larutan hidroksilamin hidroklorida, 2,5 ml larutan natrium asetat, 2,5 ml larutan ortofenantrolin, dicukupkan dengan larutan lambung buatan sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapan fero sulfat dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 510 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Tabel 1 ditunjukkan spesifikasi cangkang kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp dan natrium alginat cp. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa cangkang kapsul yang dibuat dari natrium alginat cp adalah lebih tebal daripada cangkang kapsul yang dibuat dari natrium alginat cp. Cangkang kapsul yang dibuat pada penelitian ini merupakan cangkang kapsul dengan ukuran 0. Hal ini dapat dilihat dari spesifikasi cangkang kapsul alginat pada Tabel 1. Pengaruh jenis cangkang kapsul terhadap pelepasan fero sulfat. Dari Gambar 1 terlihat jelas perbedaan pelepasan fero sulfat dari jenis kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp dan natrium alginat cp. Pada kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp lebih cepat pelepasannya dibandingkan dengan kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp. Cangkang kapsul yang dibuat dari natrium alginat yang lebih tinggi viskositasnya menghasilkan cangkang kapsul yang lebih tebal sehingga pelepasan fero sulfat lebih lambat. Tabel 1. Spesifikasi Cangkang Kapsul Alginat. No. Spesifikasi Tutup cangkang Badan cangkang Cangkang kapsul keseluruhan 1 Panjang (mm) 11,20 18,30 22,00 2 Diameter (mm) 7,60 7,30-3 Berat (mg) Warna Transparan Transparan Transparan 5 Volume (ml) - 0,63-6 Ketebalan - Kapsul dari natrium alginat cp (mm) 0,04 0, Kapsul dari natrium alginat cp (mm) 0,06 0,06-73

5 % kumulatif terlepas Kapsul dari natrium alginat cp Gambar 1. Grafik pengaruh jenis cangkang kapsul terhadap pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat Adapun pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada menit 180 yaitu 83,15% sedangkan pada kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada menit 180 yaitu 20,16%. waktu (menit) Kapsul dari natrium alginat cp Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat Dapat dilihat dari Gambar 2 bahwa perubahan warna terjadi pada bahan obat fero sulfat. Pemerian fero sulfat menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah fero sulfat merupakan hablur atau granul warna hijau kebiruan. Setelah penyimpanan selama 3 bulan warna fero sulfat didalam kapsul mengalami perubahan warna, dimana pada suhu kamar (28 C, RH 70 %) berwarna kuning kecoklatan, sedangkan pada suhu 40 º C, RH 75 % berwarna coklat kehitaman. Perubahan warna fero sulfat pada cangkang kapsul alginat terjadi karena teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat. Gambar 2. Fero sulfat dalam cangkang kapsul alginat transparan. Keterangan: 1) Kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp mulamula. 2) Kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada suhu kamar 28 º C, RH 70% setelah disimpan selama 3 bulan. 3) Kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada suhu 40 º C, RH 75% setelah disimpan selama 3 bulan. 4) Kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp mula-mula. 5) Kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada suhu kamar 28 º C, RH 70% setelah disimpan selama 3 bulan. 6) Kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada suhu 40 º C, RH 75% setelah disimpan selama 3 bulan. 74

6 % kumulatif terlepas Mula-mula Waktu (menit) 3 bulan Gambar 3. Grafik pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp. Pada Gambar 3 terlihat perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar (28 C, RH 70%). Pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat cp sebelum penyimpanan pada menit 5 terlepas sebanyak 3,53%. Kemudian pada menit 15 hingga menit 45 terjadi kenaikan pelepasan fero sulfat. Hal ini di sebabkan medium ph 1,2 berdifusi kedalam cangkang kapsul sehingga fero sulfat dapat melarut dan menembus keluar dari cangkang kapsul alginat. Fero sebelum penyimpanan pada menit 180 terlepas sebesar 83,15%. Setelah disimpan selama 3 bulan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) hingga menit 180 terlepas hanya sebesar 50,23%. Penurunan pelepasan fero sulfat setelah penyimpanan adalah oleh karena berkurangnya jumlah fero sulfat di dalam kapsul. Pengujian statistik dilakukan berdasarkan harga AUC (Area Under Curva) dengan uji T-test, dimana T hitung > T tabel (21,842 > 2,776), Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi, ada perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu kamar (28 C, RH 70%). Pada Gambar 4 terlihat perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat cp sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75%. Fero sebelum penyimpanan pada menit 180 terlepas sebesar 20,16%, sedangkan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40ºC, RH 75% pada menit 180 terlepas hanya sebesar 10,12%. Pengujian statistik dilakukan berdasarkan harga AUC (Area Under Curva) dengan uji T-Test, dimana T hitung > T tabel (352,731 > 2,776), Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi, ada perbedaan pelepasan fero sulfat dari kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40 C, RH 75%. Pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat yang ditunjukkan dari Gambar 3 dan Gambar 4 75

7 menunjukkan bahwa kelihatannya pelepasan fero lebih lambat setelah penyimpanan. Penurunan pelepasan fero sulfat terlihat lebih lambat sebenarnya oleh karena berkurangnya jumlah fero yang terdapat didalam kapsul alginat akibat dari teroksidasinya fero sulfat menjadi feri sulfat dan bukan oleh karena perubahan pada cangkang kapsul. % kumulatif terlepas Waktu (menit) Mula-mula 3 bulan Gambar 4. Grafik pengaruh penyimpanan terhadap pelepasan fero sulfat dari cangkang kapsul alginat yang dibuat dari natrium alginat cp. KESIMPULAN Cangkang kapsul yang dibuat dari natrium alginat cp lebih lambat dibandingkan cangkang kapsul yang dibuat dari natrium alginat alginat cp. Penyimpanan selama 3 bulan pada suhu kamar (28ºC, RH 70%) dan suhu 40ºC, RH menyebabkan pelepasan fero sulfat kelihatan lebih lambat. Hal ini oleh karena berkurangnya fero sulfat di dalam cangkang kapsul tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI Press. Halaman 217. Bangun, H. (2002). The preparation of Indometacin Capsules Without Gastrointestinal Side Effect. The 32 nd Korean Society of Pharmaceutics. Pharmaceutics in Asia November. Bangun, H., Tarigan, P., Simanjuntak, M.T., dan Ismanelly, T. (2005). Pembuatan dan Karakterisasi Kapsul Alginat yang Tahan Terhadap Asam Lambung. Media Farmasi. 13 (1): Bangun, H. (2012). International, 6th symposium of Individualited Pharmaceutics for Optimized Drug Delivery. Korean Society of Pharmaceutics, Seoul National University (Korea). May Ditjen POM (1995). Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 231, , 1085,

8 Grasdalen, H., Larsen, B., dan Smidsord, O. (1979). The Inhibitor Effect of Liposom Encapsulated Indometachin and Platelet Aggregation. J. Pharm. Pharmacol. 40, Mawarni. (2008). Perbandingan Disolusi dan Efek Iritasi Antara Sediaan Fero Sulfat Lepas Segera dan Lepas Lambat Terhadap Lambung Kelinci. Skripsi Medan: Fakultas Farmasi USU. Skoog, D.A., West, D.M., dan Holler, F.J. (1988). Fundamentals of Analitical Chemistry. Edisi kelima. United States of America: W.B. Saunders Company. Halaman Sumaiyah. (2006). Uji Pelepasan, Biovailabilitas dan Iritasi Akut Terhadap Lambung Kelinci dari Fero Sulfat yang Diformulasikan dalam Kapsul Alginat. Tesis Medan: Program Studi Farmasi Sekolah Paska Sarjana USU. 77

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh BAB III METODE PENELITIAN Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh penambahan polimer terhadap pelepasan amoksisilin dari kapsul alginat. Dalam penelitian ini yang termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANAN DAN VISKOSITAS TERHADAP STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK DARI CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH : MAINARTI EKASARI NIM

PENGARUH PENYIMPANAN DAN VISKOSITAS TERHADAP STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK DARI CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH : MAINARTI EKASARI NIM PENGARUH PENYIMPANAN DAN VISKOSITAS TERHADAP STABILITAS NATRIUM DIKLOFENAK DARI CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH : MAINARTI EKASARI NIM 081524007 PROGRAM SARJANA EKSTENSI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan derivat sederhana fenilasetat yang menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang kuat dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GLISERIN PADA PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIK CANGKANG DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK

PENGARUH KONSENTRASI GLISERIN PADA PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIK CANGKANG DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK PENGARUH KONSENTRASI GLISERIN PADA PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIK CANGKANG DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK SKRIPSI OLEH: TRIPUTRIANA DOSTAHI SITOHANG NIM 091501057 PROGRAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat dicelupkan kedalam larutan natrium alginate 5% dengan viskositas

Lebih terperinci

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik, antipiretik, anti inflamasi, dan dalam dosis rendah dapat menghambat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

OLEH: RUDI YANTO ANTONO NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

OLEH: RUDI YANTO ANTONO NIM PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI STABILITAS ASPIRIN PADA CANGKANG KAPSUL ALGINAT YANG DITAMBAHKAN BAHAN PEMBURAM TITANIUM DIOKSIDA DAN DIKEMAS DENGAN ALUMINIUM FOIL SEBAGAI SEDIAAN LEPAS TUNDA SKRIPSI OLEH: RUDI YANTO ANTONO NIM 081501004

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield a. Larutan alginat 80-120 cp konsentrasi 4,5% No spindle : 64 Speed : 12 Faktor koreksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. Obat ini dapat menyebabkan masalah gastrointestinal

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR UAP AIR TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIK CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH: HANDI HENDRA NIM

PENGARUH KADAR UAP AIR TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIK CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH: HANDI HENDRA NIM PENGARUH KADAR UAP AIR TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIK CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH: HANDI HENDRA NIM 060804038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH KADAR UAP AIR TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI Metodologi yang dilakukan pada kaplet Omefulvin produksi PT.MUTIFA Medan adalah uji disolusi dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung dengan kecepatan rotasi 100 rpm dan waktu

Lebih terperinci

STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT

STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT SKRIPSI OLEH: SITI ANIROH NIM 121524159 PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 LAMPIRAN Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2 NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2 1 3,0000 0,226 0,678 9,0000 0,051076 2 4,2000 0,312 1,310 17,64 0,0973 3 5,4000 0,395 2,133

Lebih terperinci

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat. I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Besi (2+) sulfat (1:1) heptahidrat. Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat, kuning kecoklatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Besi (2+) sulfat (1:1) heptahidrat. Pemerian : Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat, kuning kecoklatan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fero Sulfat 2.1.1 Uraian Bahan Rumus molekul : FeSO 4.7H 2 O Berat molekul : 278,01 Nama kimia : Besi (2+) sulfat (1:1) heptahidrat Pemerian : Hablur atau granul warna hijau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan 1. Bahan yang digunakan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco chemical),

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS VALIDASI PENETAPAN KADAR BESI DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Wiranti Sri Rahayu, Asmiyenti Djaliasrin Djalil, Fauziah Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

STUDI EFEK ETANOL DAN GLISERIN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI DARI BASIS GEL ALGINAT SECARA IN VITRO SKRIPSI

STUDI EFEK ETANOL DAN GLISERIN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI DARI BASIS GEL ALGINAT SECARA IN VITRO SKRIPSI STUDI EFEK ETANOL DAN GLISERIN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI DARI BASIS GEL ALGINAT SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH: DESMA SUSANTI SINAGA NIM 111501030 PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rute pemberian obat secara oral merupakan rute pemberian obat yang paling nyaman dan paling sering digunakan (Badoni, et al.,2012). Namun, rute ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV Vis V-530 (Jasco, Jepang), fourrier transformation infra red 8400S (Shimadzu, Jepang), moisture analyzer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat AINS merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama dalam hal aktivitas antipiretik, analgesik dan antiinflamasinya. Sediaan aspirin dalam bentuk konvensional

Lebih terperinci

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN

PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN PROFIL PELEPASAN METRONIDAZOL DARI MATRIKS KALSIUM ALGINAT-KITOSAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi gelar Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis)

LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) LAPORAN TUGAS AKHIR ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis) Disusun oleh: RASINTAN AYUDHA PRAMITA I 8310050 SEKAR KUSUMANINGRUM I8310056 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 PEMBUATAN DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN FLOATING TETRASIKLIN DENGAN MENGGUNAKAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT SKRIPSI OLEH: MICHAEL KHOSASIH NIM 121501097 PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 STUDI PENETRASI KETOPROFEN MELALUI KULIT KELINCI MENGGUNAKAN BASIS GEL ALGINAT SECARA IN VITRO SKRIPSI pada Fakultas Farmasi Universitas Mate ra OLEH: SEVENTRIA SINAGA NIM 131524044 PROGRAM EKSTENSI SARJANA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan melakukan percobaan disolusi tablet floating metformin HCl dan tablet

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500 Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci Kelompok Tanpa pemberian obat Indometasin dalam kapsul gelatin Indometasin dalam matriks kalsium alginatkitosan (dibedah stlh 1 hari) Indometasin dalam matriks

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Karakterisasi dan Pembuatan Cangkang Kapsul dari Tepung Pektin Lidah Buaya [Aloe vera (L.) Burm. f] sebagai Alternatif Bahan Pembuatan Cangkang Kapsul Keras Characterization

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6 PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6 Agus Siswanto, Iskandar Sudirman, Santi Patrinia Feranses Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih lima formula untuk dibandingkan kualitasnya, seperti

Lebih terperinci

Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan

Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan 43 Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan Furosemida Sifat Fisikokimia Serbuk hablur berwarna putih s/d kekuningan dan tidak berbau Praktis tidak larut dalam air pka 3,9 Log P 0,74 Kelarutan 0,01 (mg/ml)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN TUGAS AKHIR OLEH: HARDINITA HASUGIAN NIM 102410005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN. Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS BERBAGAI PRODUK TABLET NIFEDIPIN Elda F. Luawo, Gayatri Citraningtyas, Novel Kojong Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Abstrak Penyimpanan obat pada kondisi suhu udara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan Medika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di kawasan Puspitek Serpong, Tangerang. Waktu pelaksanaannya

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN PENETAPAN KADAR TANIN DALAM INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp)) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK Mufti Kharismawati*, Pri Iswati Utami*, Retno Wahyuningrum * Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada sistem arteri

Lebih terperinci

PEMBUATAN SEDIAAN FLOATING DISPERSI PADAT KLARITROMISIN DENGAN MENGGUNAKAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA

PEMBUATAN SEDIAAN FLOATING DISPERSI PADAT KLARITROMISIN DENGAN MENGGUNAKAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA PEMBUATAN SEDIAAN FLOATING DISPERSI PADAT KLARITROMISIN DENGAN MENGGUNAKAN CANGKANG KAPSUL ALGINAT DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERINYA SKRIPSI OLEH: VIVIEN FRANSISKA NAINGGOLAN NIM 121501084 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemanas listrik, panci alumunium, saringan, peralatan gelas (labu Erlenmayer, botol vial, gelas ukur,

Lebih terperinci

Lampiran 1.Gambar alat pencetak kapsul dan pengering kapsul. Gambar alat pencetak kapsul

Lampiran 1.Gambar alat pencetak kapsul dan pengering kapsul. Gambar alat pencetak kapsul Lampiran 1.Gambar alat pencetak kapsul dan pengering kapsul Gambar alat pencetak kapsul Gambar alat pengering kapsul 66 Lampiran 2. Gambar alat-alat uji spesifikasi cangkang kapsul Gambar mikrometer skrup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK IRITASI KRONIK PADA SALURAN CERNA KELINCI ANTARA ASPIRIN DALAM KAPSUL ALGINAT DENGAN TABLET ASCARDIA SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEK IRITASI KRONIK PADA SALURAN CERNA KELINCI ANTARA ASPIRIN DALAM KAPSUL ALGINAT DENGAN TABLET ASCARDIA SKRIPSI PERBANDINGAN EFEK IRITASI KRONIK PADA SALURAN CERNA KELINCI ANTARA ASPIRIN DALAM KAPSUL ALGINAT DENGAN TABLET ASCARDIA SKRIPSI RUDI TANDEAN NIM 040804050 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT Nursiah Hasyim 1, Mirawati 2, dan Sri Sulistiana 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan januari hingga maret 2008 percobaan skala 500 mililiter di laboratorium kimia analitik Institut Teknologi Bandung. III.2

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PENGARUH ph MEDIUM TERHADAP

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP Yulias Ninik Windriyati (1), Sugiyono (1), Widhi Astuti (1), Maria Faizatul Habibah (1) 1) Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis LAMPIRAN Lampiran 1. Flowsheet pembuatan larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis Natrium dihidrogen fosfat ditimbang 0,8 g Dinatrium hidrogen fosfat ditimbang 0,9 g dilarutkan dengan 100 ml aquadest bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE. Prosedur Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2010 sampai Maret 2011 di Laboratorium Bagian Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA IPB dan di Laboratory of Applied

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana

OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana As-Syifaa Vol 07 (01) : Hal. 52-59, Juli 2015 ISSN : 2085-4714 OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK Audia Triani Olii, Aztriana Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT 1. Kertas saring a. Kertas saring biasa b. Kertas saring halus c. Kertas saring Whatman lembar d. Kertas saring Whatman no. 40 e. Kertas saring Whatman no. 42 2. Timbangan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM

SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM UJI PELEPASAN TEOFILIN DARI MEMBRAN NATA DE COCO YANG DIPANEN DENGAN WAKTU YANG BERBEDA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PENYAMPAIAN OBAT SECARA TERAPUNG SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM 050814029 PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah: Variabel bebas Variabel terikat Waktu

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004)

Lampiran 1. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 2004) 49 Lampiran. Karakteristik Metode GC-AOAC dan Liquid Chromatography AOAC (Wood et al., 004) Performance characteristics for benzoic acid in almond paste, fish homogenate and apple juice (GC method) Samples

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium

Lebih terperinci

Pupuk amonium sulfat

Pupuk amonium sulfat Standar Nasional Indonesia Pupuk amonium sulfat ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Prakata... i Daftar isi... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

Pupuk amonium klorida

Pupuk amonium klorida Standar Nasional Indonesia Pupuk amonium klorida ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

PENGUJIAN TERHADAP PENGIKATAN DAN PELEPASAN SEFALEKSIN PADA ERITROSIT SECARA IN VITRO

PENGUJIAN TERHADAP PENGIKATAN DAN PELEPASAN SEFALEKSIN PADA ERITROSIT SECARA IN VITRO Vol 9, No.1, 25: 46-5 PENGUJIAN TERHADAP PENGIKATAN DAN PELEPASAN SEFALEKSIN PADA ERITROSIT SECARA IN VITRO Matheus Timbul Simanjuntak Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

1 Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa Sesuai sedikit pahit 2 Identifikasi

1 Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa Sesuai sedikit pahit 2 Identifikasi Jl. Raya Sentosa Blok A-3 Kawasan Industri MM20100 No. 02/III/QC/14 Nama bahan baku : Parasetamol Asal bahan baku : PT. Brataco, Indonesia Nomor bets : CS1002 Tanggal Pembuatan : 12Januari 2014 Tanggal

Lebih terperinci

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO Sriwidodo, Boesro Soebagio, Ricki Maranata S Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS SERTA PENETAPAN KADAR TABLET FUROSEMIDA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS ABSTRAK

PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS SERTA PENETAPAN KADAR TABLET FUROSEMIDA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS ABSTRAK PENGARUH SUHU TERHADAP STABILITAS SERTA PENETAPAN KADAR TABLET FUROSEMIDA MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS Rekanita Waney 1), Gayatricitraningtyas 1), Jemmy Abidjulu 2) 1) Program Studi Farmasi FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian pengaruh konsentrasi larutan tawas terhadap protein terlarut dan kandungan asam amino pada ikan tongkol adalah melalui eksperimen di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Obat Obat adalah zat aktif berasal dari tumbuhan, hewan, maupun sintetis yang dalam dosis tertentu dapat digunakan untuk preventif (profilaksis), rehabilitasi, terapi,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Sintesis partikel Fe 0 Uji degradasi dengan DBS (penentuan rasio konsentrasi partikel Fe 0 /sampel, waktu degradasi, dan ph terbaik) Uji degradasi dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 17 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA IPB, di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, IPB dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. eritrosit. Pemilihan antianemia bergantung pada penyebab anemia. Anemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. eritrosit. Pemilihan antianemia bergantung pada penyebab anemia. Anemia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat-obat Antianemia Defisiensi Besi Hematinik adalah antianemia untuk menambah kadar hemoglobin dalam eritrosit. Pemilihan antianemia bergantung pada penyebab anemia. Anemia

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci