TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Botani Pepaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Botani Pepaya"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Botani Pepaya Genus carica merupakan satu dari empat genus yang ada dalam famili Caricaceae. Semua spesies yang ada pada genus carica berasal dari Amerika tropis (Villegas, 1992; Garrett, 1995; Nakasone dan Paull, 1998). Genus carica mempunyai 21 spesies, namun hanya C. papaya L yang memiliki nilai penting secara ekonomi (Nakasone dan Paull, 1998). C. papaya L terbentuk dari persilangan alami yang melibatkan C. peltata Hook. & Arn (Villegas, 1992; Chan, 1995). Pepaya merupakan tanaman herba, batangnya tidak bercabang namun apabila pucuknya dipotong, cabang akan terbentuk. Bentuk batang lurus, bulat berongga di dalam dan dapat mencapai ketinggian hingga 10 m. Daun-daun pepaya tersusun secara spiral, tangkai daunnya panjang hingga mencapai 1 m dan berongga (Villegas, 1992). Pepaya merupakan tanaman polygamous, memiliki bunga jantan, bunga betina dan bunga hermafrodit (Villegas, 1992; Nakasone dan Paull, 1998). Tipe bunga sangat bergantung pada sifat kelamin masing-masing pohon yang ekspresi seksnya dikendalikan oleh gen tunggal dengan tiga alel yaitu M untuk jantan, H untuk hermafrodit dan m untuk betina. Alel M dan H dominan terhadap m, tetapi jika dalam keadaan homozigot dominan bersifat letal, sehingga tanaman jantan dan hermafrodit selalu dalam keadaan heterozigot Mm dan Hm (Storey, 1953; Chandler, 1958). Tipe penyerbukan pada pepaya terdiri dari dua macam yaitu menyerbuk silang dan menyerbuk sendiri, tergantung dari ekspresi seks tanamannya (Villegas, 1992; OGTR, 2003). Literatur lain menyebutkan bahwa varietas pepaya yang memiliki ukuran buah besar umumnya bersifat menyerbuk silang, sedangkan varietas yang termasuk tipe solo dengan ukuran buah yang kecil umumnya bersifat menyerbuk sendiri (Chan, 1995). Pada pepaya tipe solo yang berukuran kecil, inisiasi pembentukan bunga terjadi pada 10 Minggu Sebelum Antesis (MSA). Diferensiasi stamen dimulai pada 8 MSA dan selesai 3 minggu kemudian, sedangkan diferensiasi ovari

2 dimulai pada 7 MSA dan selesai 3 minggu kemudian. Pendewasaan organ bunga berlangsung pada saat berumur 4-1 MSA (Arkle dan Nakasone, 1984). Bunga jantan dan bunga betina pepaya tipe solo menunjukkan puncak antesis pada pukul , sedangkan bunga hermafrodit pada pukul (Mekako dan Nakasone, 1975a). Program Pemuliaan Pepaya Tujuan umum pemuliaan tanaman pepaya adalah untuk mendapatkan varietas yang lebih baik dari varietas yang sudah ada. Menurut Nakasone dan Paull (1998) karakteristik tanaman pepaya yang diinginkan adalah tanaman yang kuat dengan perawakan pendek dan cepat berbuah, hermafrodit, resisten terhadap serangan hama dan penyakit serta produktivitasnya tinggi. Karakteristik buah yang disukai adalah kulit buah halus dengan daging buah yang tebal, rongga buah bulat dan daya simpannya lama. Program pemuliaan tanaman pepaya di Indonesia menginginkan ideotipe tanaman pepaya yang lebih spesifik, seperti yang telah ditetapkan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok (2003) yaitu yang mempunyai umur generatif = 4 bulan, umur petik buah = 3.5 bulan dari saat berbunga, tidak dijumpai lag fase generatif, ukuran buah sedang antara kg/buah atau ukuran buah sangat besar = 2.85 kg/buah, padatan total terlarut = 13.5 Brix, vitamin C = 136 mg/100 g, vitamin A = 91.5 RE/100 g, tesktur keras dan daya simpan = 15 hari setelah panen. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (2003) melalui kegiatan RUSNAS buah menambahkan karakteristik yang diinginkan untuk industri papain yaitu yang mempunyai ukuran buah besar, kandungan getah papainnya tinggi, kulit buah halus, daging buah tebal dan bentuk buah lonjong. Menurut Allard (1960), syarat agar suatu program pemuliaan tanaman dapat berhasil adalah tersedianya keragaman genetik dalam populasi. Plasma nutfah pepaya di Indonesia cukup banyak dan dapat digunakan dalam perakitan varietas pepaya unggul baru. Purnomo (2001) melaporkan hasil eksplorasi pepaya di Indonesia oleh Balitbu Solok telah diperoleh 41 genotipe pepaya dan dua spesies liar yaitu C. cauliflora sebagai sumber gen ketahanan terhadap PRV serta C. pubescen sebagai sumber gen warna buah kuning dengan tekstur daging buah

3 kenyal. Selain itu juga diperoleh lima varietas pepaya hasil introduksi dari Malaysian Agricultural Research and Development Institute (MARDI). Sementara itu, PKBT (2001) melaporkan bahwa hasil eksplorasi pepaya yang telah dilakukan diperoleh 11 genotipe dari Jawa Barat, sembilan genotipe dari Jawa Tengah, tujuh genotipe dari Jawa Timur, tiga genotipe dari Banten dan satu genotipe masingmasing dari Kalimantan Barat, Lampung, Jambi dan Sumatera Barat. Selain itu juga diperoleh empat varietas hasil introduksi. Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan adalah karakterisasi tanaman sehingga tanaman-tanaman dengan sifat yang diinginkan dapat diseleksi. Plasma nutfah yang dimiliki oleh PKBT sebagian besar telah dikarakterisasi. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (2003) melaporkan hasil karakterisasi terhadap 11 genotipe pepaya lokal dan introduksi dimana diperoleh informasi bahwa buah termanis dan kadar vitamin C tertinggi ada pada genotipe IPB 1. Sementara itu, Sujiprihati dan Sulistyo (2004) melaporkan hasil karakterisasi 15 genotipe pepaya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa genotipe yang berpotensi untuk dijadikan sebagai tetua dengan perawakan pendek adalah Batang Ungu Watulimo, Mojosongo, Turen I dan Turen Talang. Hasil karakterisasi secara molekuler pun telah dilakukan. Galingging (2005) melaporkan bahwa terdapat keragaman genetik secara molekuler dari 20 genotipe pepaya koleksi PKBT-IPB. Broto, Suyanti dan Sjaifullah (1991) melakukan karakterisasi varietas untuk standardisasi mutu buah pepaya. Berdasarkan kegiatan tersebut diperoleh informasi bahwa pepaya Dampit Bogor, Dampit Malang, Jingga dan Paris merupakan pepaya berukuran besar. Pepaya Dampit Malang, Jingga dan Sunrise merupakan sumber vitamin C yang baik, sedangkan Dampit Bogor, Jingga dan Paris baik digunakan untuk bahan baku industri pengolahan karena mempunyai kandungan air yang banyak. Hasil karakterisasi yang dilakukan oleh Prahardini et al. (2001) menunjukkan bahwa varietas Bali memiliki ukuran buah terbesar dan varietas Meksiko memiliki ukuran buah terkecil. Varietas Dampit mempunyai daging buah yang tebal, padatan total terlarut tertinggi dan warna daging buah merah segar. Kegiatan pemuliaan pepaya di Indonesia yang dilakukan oleh BPTP Malang pada tahun 1992 telah berhasil melakukan silang dialel resiprokal enam

4 tetua. Seleksi dan evaluasi hibrida F 1 dilaksanakan pada tahun di Wajak, Malang. Pada tahun 1997 seleksi dilanjutkan dan tahun 1999 dilepas varietas Sari Rona, hasil seleksi nomor aksesi PSLK-03. Varietas Sari Rona adalah inbrida generasi ketiga dari persilangan varietas Meksiko dan Dampit (Purnomo, 2001). Untuk memperbaiki sifat daya simpan buah, dilakukan transformasi gen reporter (prq6) pada pepaya Dampit dan Sari Rona. Evaluasi awal menunjukkan bahwa seleksi kalus kedua varietas pepaya tersebut optimal pada larutan 150 mg/l kanamisin dan jarak optimal penembakan gen pada varietas Dampit adalah 5 cm sedangkan pada varietas Sari Rona adalah 9 cm (Makful et al., 2004) Pemuliaan pepaya di Malaysia dilaksanakan sejak tahun 1970an dengan melakukan seleksi pada varietas lokal seperti Subang, Sitiawan dan Batu Arang. Melalui kegiatan backcross, MARDI telah berhasil melepaskan pepaya varietas Eksotika (Chan, 1991). Eksotika merupakan varietas pepaya yang dibentuk melalui dua kali backcross dan lima kali selfing menggunakan varietas Sunrise Solo sebagai recurrent parent dan Subang 6 sebagai non-recurrent parent (Chan, 1992). Program pemuliaan pepaya di negara-negara lain banyak difokuskan pada perbaikan sifat ketahanan terhadap penyakit. Salah satu penyakit yang dapat merusak perkebunan pepaya adalah Papaya Ringspot Virus (PRV). Sumber genetik untuk mendapatkan sifat ketahanan ini tidak dijumpai pada spesies C. papaya L., tetapi dapat ditemui pada kerabat liarnya. C. pubescens, C. stipulata, C. candicans dan C. cauliflora dilaporkan memiliki ketahanan terhadap ringspot virus (Mekako dan Nakasone, 1975b). Ketahanan terhadap ringspot virus juga ditemui pada C. quercifolia dan C. pentagona (Manshardt dan Wenslaff, 1989a) Transfer gen suatu sifat yang diinginkan dari spesies-spesies liar tersebut ke dalam C. papaya, masih menggunakan teknik persilangan konvensional. Persilangan interspesifik yang dilakukan oleh Sawant (1958) diperoleh hasil bahwa hanya persilangan antara C. monoica x C. cauliflora yang paling sukses dilakukan diantara kombinasi-kombinasi persilangan yang mungkin dibuat dari C. papaya, C. monoica, C. goudotiana dan C. cauliflora. Kombinasi persilangan

5 interspesifik yang lain umumnya gagal atau sedikit membentuk buah dengan jumlah biji yang sedikit dan kurang viabel. Manshardt dan Wenslaff (1989a; 1989b) dan Manshardt et al. (1995) mengatasi kegagalan pembentukan buah pada persilangan interspesifik dengan melakukan embrio rescue. Magdalita et al. (1998) kemudian mengembangkan protokol yang efisien dalam persilangan interspesifik antara C. papaya x C. cauliflora. Mekako dan Nakasone (1975b) melaporkan keberhasilan melakukan dua persilangan yang sebelumnya susah untuk didapat, yaitu C. monoica x C. goudotiana dan C. parviflora x C. goudotiana. Biji yang viabel hasil persilangan antara C. papaya x C. cauliflora dilaporkan sebagai hasil persilangan yang resisten terhadap ringspot virus. Manshardt et al. (1995) melaporkan persilangan C. quercifolia x C. pubescens tampak vigorous dan menunjukkan ketahanan terhadap PRV di lapangan. Persilangan interspesifik sekarang difokuskan pada pemanfaatan spesies C. cauliflora sebagai sumber ketahanan terhadap PRV, karena spesies ini merupakan spesies yang memiliki adaptasi terhadap lingkungan yang mirip dengan lingkungan yang dibutuhkan pepaya (Manshardt dan Wenslaff, 1989b). Hasil persilangan spesies ini dengan C. papaya menghasilkan hibrida interspesifik yang dilaporkan resisten terhadap PRV (Mekako dan Nakasone, 1975b; Manshardt dan Wenslaff, 1989a; Magdalita et al., 1997). Pembentukan Hibrida Terminologi hibrida oleh Allard (1960) digunakan untuk menggambarkan populasi F 1. Populasi F 1 disini dapat diperoleh melalui persilangan antar klon, varietas menyerbuk terbuka, galur murni atau populasi lain yang secara genetik berbeda. Hibrida juga dapat berarti produk dari hasil persilangan antara tetua-tetua yang secara genetiknya berbeda. Keberhasilan pembentukan varietas hibrida sampai saat ini telah banyak dilakukan pada jagung. Penggunaan galur murni telah meningkatkan persentase perbaikan sifat dalam pembentukan varietas hibrida tersebut. Oleh karena itu, terminologi hibrida lebih sering ditujukan pada populasi F 1 hasil persilangan antara dua galur murni yang berbeda secara genetik.

6 Shull (1909) merupakan orang pertama yang menyarankan penggunaan galur murni dalam pembentukan F 1 hibrida. Galur murni ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan varietas menyerbuk terbuka jika dijadikan sebagai tetua, diantaranya yaitu galur murni lebih homozygot sehingga ketika dua tetua galur murni disilangkan akan menghasilkan hibrida yang heterozigot. Individu yang heterozigot ini akan mengalami pembagian sel, pertumbuhan dan mempunyai proses fisiologi yang lebih baik daripada individu homozigot. Duvick (1999) melaporkan bahwa para pemulia tanaman menemui kesulitan dalam memperbaiki sifat hasil pada hibrida lebih lanjut jika hanya menggunakan hasil selfing satu kali dari jagung menyerbuk terbuka. Galur murni yang didapat dari hasil selfing dua kali pun belum dapat memberikan perbaikan pada hibrida. Menurut Allard (1960) homozigositas pada satu lokus dapat diperoleh setelah dilakukan tujuh generasi selfing. Pada tanaman jagung, hibrida yang dihasilkan melalui persilangan antar galur murni dikenal dengan hibrida konvensional. Selain hibrida konvensional juga terdapat hibrida non-konvensional yaitu pembentukan hibrida yang melibatkan sedikitnya satu tetua non-galur murni. Tetua non-galur murni ini bisa berupa varietas, kultivar, varietas sintetis dan mungkin sebuah famili yang berbeda (Vassal, 2001; CIMMYT, 2003). Varietas hibrida pepaya dibuat untuk lebih dapat beradaptasi, lebih vigorous dan berproduksi tinggi melebihi kultivar lokal yang sudah ada. Varietas F 1 hibrida pada pepaya masih jarang ditemui meskipun telah diperoleh informasi adanya heterosis dan perbaikan hasil pada kombinasi persilangan antara varietas pepaya yang berbeda. Beberapa hibrida pepaya yang ada diantaranya Bettina, merupakan hibrida hasil persilangan antara varietas Betty dari Florida dengan pepaya lokal Australia; Hybrid No. 5, hibrida persilangan antara Bettina 100A dengan Petersen 170; Big Bluestem dari Amerika yang merupakan hasil persilangan antara Bluestem dengan Norton; Bluestem Solo atau Blue Solo hasil persilangan antara Big Bluestem dengan Solo (Anonimous, 2005). Di Malaysia terdapat varietas Eksotika II hasil persilangan antara Line 19 dengan Eksotika (Chan, 1992; 1995).

7 Hibridisasi atau persilangan sering dilakukan untuk memperoleh suatu hibrida. Hibridisasi dapat dilakukan dengan cara melakukan penyerbukan buatan terkontrol. Ada dua alasan umum kenapa dilakukan penyerbukan buatan terkontrol ini, yaitu 1) untuk mencegah penyerbukan silang yang tidak diinginkan dalam pembentukan suatu hibrida dan galur murni, dan 2) penyerbukan buatan terkontrol merupakan kegiatan pokok pada beberapa metode pemuliaan, misalnya pada metode back cross. Menurut Allard (1960) masalah utama dalam melakukan penyerbukan buatan terkontrol adalah penentuan waktu yang tepat untuk menyerbuki stigma reseptif oleh polen fungsional. Hal ini tergantung pada masing-masing spesies tanaman yang digunakan. Oleh karena itu, masing-masing spesies tanaman memerlukan teknik hibridisasi yang berbeda-beda, termasuk didalamnya adalah teknik emaskulasi. Pada pepaya, masalah yang sering ditemui pada penyerbukan buatan adalah rendahnya viabilitas polen. Di Australia, produksi buah pepaya yang berubah-ubah seiring dengan pergantian musim disebabkan oleh beberapa faktor termasuk diantaranya adalah viabilitas polen yang rendah. Kecenderungan secara umum menunjukkan bahwa kuantitas polen berkurang selama musim dingin atau awal musim panas (OGTR, 2003). Heterosis Menurut Allard (1960) heterosis digambarkan sebagai vigor hibrida dari F 1 yang melebihi rata-rata kedua tetuanya. Sebenarnya vigor hibrida menerangkan pertambahan dalam ukuran dan vigor suatu tanaman, sedangkan heterosis digunakan untuk pertambahan maupun pengurangan ukuran dan vigor suatu tanaman. Selain dari istilah heterosis dikenal juga istilah heterobiltiosis yaitu vigor hibrida dari hibrida F 1 yang melebihi dari tetua terbaiknya. Shull (1908) pertama kali mendeskripsikan fenomena ini, dimana dikatakan bahwa individu yang heterozygot mengalami pembagian sel, pertumbuhan dan mempunyai proses fisiologis yang lebih baik daripada individu homozygot. East (1936) menambahkan bahwa individu heterozygot yang memiliki dua alel yang berbeda pada satu lokus maka akan menghasilkan dua

8 enzim berbeda sehingga lebih superior jika dibandingkan dengan individu homozigot yang hanya menghasilkan satu enzim. Gejala heterosis ditemukan pada pembentukan pepaya hibrida. Hasil penelitian Chan (1992; 1995) menunjukkan bahwa gejala heterosis ditemukan pada empat karakter vegetatif yang diamati yaitu diameter batang, tinggi tanaman, panjang petiole dan lebar lamina. Gejala heterosis yang paling nyata terdapat pada karakter diameter batang. Persilangan antara L 19 x Eksotika tetap menunjukkan gejala heterosis pada komponen hasil yang melebihi tetua terbaik pada tiga kali percobaan. Hasil penelitian Dinesh et al. (1992) juga menemukan gejala heterosis pada hasil persilangan pepaya yang menggunakan kultivar Washington, Thailand, Coorg Honey Dew, Pink Flesh Sweet, Sunrise Solo dan Waimanalo. Gejala heterosis ditemukan pada karakter jumlah buah, hasil, bobot buah, volume buah, ketebalan daging, padatan total terlarut, indeks ronga buah dan gula total. Kultivar Pink Flesh Sweet untuk hasil dan kultivar Sunrise Solo dan Waimanalo untuk kualitas buah ditemukan sebagai kombinasi yang baik. Pada persilangan interspesifik yang melibatkan genus Carica, gejala heterosis juga ditemukan. Hasil penelitian Mekako dan Nakasone (1975b) yang menggunakan spesies Carica papaya, C. monoica, C. goudotiana, C. cauliflora, C. parviflora dan C. pennata menemukan gejala heterosis pada hibrida interspesifik yang dihasilkan. Persilangan-persilangan yang menunjukkan gejala heterosis adalah C. cauliflora x C. monoica pada karakter tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah buah dan bobot buah dan C. goudotiana x C. monoica pada karakter lingkar batang, jumlah buah dan bobot buah. Analisis Daya Gabung Daya gabung adalah kemampuan dari suatu tetua galur murni untuk menurunkan sifat-sifat yang diinginkan ke hibrida F 1. Ada dua macam daya gabung yaitu Daya Gabung Umum (DGU) dan Daya Gabung Khusus (DGK). Menurut Falconer (1981) efek DGU dan DGK adalah indikator penting dari nilai potensial suatu galur murni dalam kombinasi hibrida. Welsh (1981) menambahkan bahwa kemampuan berkombinasi umum (DGU) terutama

9 merupakan hasil dari aksi gen aditif, sedangkan kemampuan berkombinasi spesifik (DGK) merupakan hasil dari gen dominan, epistasis dan aditif. Menurut Griffing (1956) dalam melakukan analisis daya gabung diperlukan tiga set materi genetik yaitu tetua, F 1 hasil silangan serta resiprokalnya. Dengan menggunakan ketiga set materi genetik tersebut, Griffing memberikan empat metode dalam analisis daya gabung yaitu Metode 1 yang melibatkan tetua, F 1 hasil silangan serta resiprokalnya, Metode 2 melibatkan tetua dan hanya F 1 hasil silangannya saja, Metode 3 melibatkan F 1 hasil silangan serta resiprokalnya tanpa tetua dan Metode 4 hanya melibatkan F 1 hasil silangan saja. Analisis daya gabung umumnya digunakan dalam program pemuliaan tanaman pangan, misalnya pada padi dan jagung. Pada pepaya, metode ini masih jarang dilakukan. Subhadrabandhu dan Nontaswatsri (1997) mencoba menggunakan metode ini pada pepaya. Dengan memanfaatkan Metode 1 Model 1 menurut Griffing dan menggunakan tiga kultivar pepaya yaitu Khaek Dam, Eksotika #20 serta Tainung #5 diperoleh informasi bahwa Daya Gabung Umum (DGU) ketiga tetua tersebut berbeda nyata pada ke-14 karakter yang diamati yang meliputi fase vegetatif, fase generatif dan kualitas buah. Efek Daya Gabung Khusus (DGK) juga berbeda nyata pada karakter yang diamati sedangkan efek resiprokal hanya berbeda pada bobot buah yang menggambarkan adanya efek maternal pada karakter tersebut. Program pemuliaan pepaya di Indonesia juga pernah memanfaatkan prosedur analisis daya gabung ini. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Malang pada tahun 1992 melakukan silang dialel resiprokal enam tetua. Kegiatan seleksi dan evaluasi hibrida F 1 dilaksanakan pada tahun di Wajak dan pada tahun 1999 dilepas varietas Sari Rona hasil seleksi nomor aksesi PSLK-03. Varietas Sari Rona adalah inbrida generasi ketiga dari persilangan varietas Meksiko x Dampit (Purnomo, 2001). Hasil penelitian Indriyani (2002) dan Indriyani et al. (2002) yang memanfaatkan Metode 4 menurut Griffing dan menggunakan lima genotipe pepaya yaitu genotipe nomor , , , dan diperoleh informasi bahwa penduga ragam DGU berbeda nyata pada letak buah pertama, umur panen buah pertama dan hasil, sedangkan penduga ragam DGK

10 berbeda nyata pada saat perkecambahan, persentase perkecambahan dan umur panen buah pertama. Dari penelitian ini diketahui bahwa genotipe merupakan tetua penggabung umum yang baik untuk letak buah pertama, umur panen buah pertama dan hasil, sedangkan genotipe merupakan tetua penggabung umum yang baik untuk letak buah pertama dan hasil. Hasil penelitian Subhadrabandhu dan Nontaswatsri (1997) menunjukkan bahwa pada karakter umur berbunga, tinggi letak bunga pertama, diameter batang saat berbunga pertama, jumlah node dari permukaan tanah sampai letak buah pertama, bobot buah, panjang buah, diameter bauh, persentase rongga buah, kekerasan buah, tebal buah dan padatan total terlarut dipengaruhi oleh ragam aditif. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Indriyani (2002) dan Indriyani et al. (2002) yang menunjukkan bahwa karakter umur panen buah pertama, letak buah pertama dan hasil dipengaruhi oleh ragam aditif. Nilai ragam aditif yang tinggi artinya nilai persilangan dapat diduga berdasarkan fenotipe induknya tanpa harus menguji keturunan untuk menentukan induk yang diinginkan. Masny et al. (2005) menambahkan jika hal ini terjadi maka tetua yang diinginkan dapat ditentukan dengan melihat DGU-nya.

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman asli Amerika tropis yang dibawa ke Kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjajahan Spanyol pada abad ke-16.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Famili Caricaceae ini terdiri dari empat genus yaitu Carica, Jarilla dan Jacaratial yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu tanaman buah yang sangat penting dalam pemenuhan kalsium dan sumber vitamin A dan C (Nakasome dan Paull 1998). Selain dikonsumsi sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Genus Carica merupakan tanaman asli Amerika tropika yang berasal dari persilangan alami Carica peltata Hook. & Arn. dari Amerika tropika dibawa ke Karibia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Agroekologi Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Agroekologi Tanaman Pepaya TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Agroekologi Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran tanaman pepaya ini di duga berada di daerah sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks V. PEMBAHASAN UMUM Pepaya berpotensi menjadi buah utama Indonesia karena sifatnya yang multi fungsi. Indonesia mempunyai banyak plasma nutfah pepaya yang menjadi kekuatan dan modal dasar untuk pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Manis LASS Menurut Hikam (2007), varietas LASS merupakan hasil rakitan kembali varietas jagung sintetik bernama Srikandi. Varietas LASS juga merupakan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida 6 TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Jagung (Zea mays L., 2n = 20) merupakan tanaman berumah satu (monoceous) dan tergolong ke dalam tanaman menyerbuk silang. Penyerbukannya terjadi secara acak

Lebih terperinci

Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah

Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah Tri Budiyanti, Sudarmadi Purnomo, Karsinah, dan Anang Wahyudi Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok ABSTRACT Research Institute of Fruit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen 71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi Padi merupakan tanaman yang termasuk ke dalam genus Oryza Linn. Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan, yaitu O. sativa Linn. dan O. glaberrima Steud.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang secara lengkap adalah sebagai berikut Divisi Kelas Sub kelas

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

KERAGAMAN PENAMPILAN FENOTIP ENAM GENOTIPE PEPAYA HASIL PERSILANGAN THE PHENOTYPICAL APPEARANCE DIVERSITY OF SIX GENOTYPES OF HYBRID PAPAYA

KERAGAMAN PENAMPILAN FENOTIP ENAM GENOTIPE PEPAYA HASIL PERSILANGAN THE PHENOTYPICAL APPEARANCE DIVERSITY OF SIX GENOTYPES OF HYBRID PAPAYA KERAGAMAN PENAMPILAN FENOTIP ENAM GENOTIPE PEPAYA HASIL PERSILANGAN THE PHENOTYPICAL APPEARANCE DIVERSITY OF SIX GENOTYPES OF HYBRID PAPAYA Sunyoto, Liza Octriana, dan Tri Budiyanti Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.)

PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.) i PENGUJIAN PERTUMBUHAN TIGA GENOTIPE PEPAYA HIBRIDA (Carica papaya L.) VICKY OCTARINA CHAIRUNNISSA A24070121 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 EXAMINATION

Lebih terperinci

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter PEMBAHASAN UMUM Pengembangan konsep pemuliaan pepaya tahan antraknosa adalah suatu kegiatam dalam upaya mendapatkan genotipe tahan. Salah satu metode pengendalian yang aman, murah dan ramah lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yunita et al.: Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregesi Biji 25 Vol. 1, No. 1: 25 31, Januari 2013 PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Pepaya Pepaya diklasifikasikan kedalam Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Class Angiospermae, Subclass Dicotyledonae, Familia Caricaceae, Genus Carica dan Species Carica

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Nenas (Ananas comosus (L.) Merr.) merupakan salah satu tanaman buah tropika penting ketiga setelah pisang dan mangga, yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai kandungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer dan Palmer, 1990). Tinggi tanaman jagung berkisar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies cabai yang telah dikenal, diantaranya C. baccatum, C. pubescent,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB VII PEMBAHASAN UMUM BAB VII PEMBAHASAN UMUM Kajian tentang potensi jarak pagar sebagai penghasil bahan bakar nabati telah banyak dilakukan. Sebagai penghasil bahan bakar nabati, secara teknis banyak nilai positif yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jagung Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah namun masih pada satu tanaman.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan

TINJAUAN PUSTAKA. kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales, famili : poaceae, genus : Zea, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Steenis (2003) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung diklasifikasikan dalam kingdom : Plantae, divisio : Anthophyta, kelas : Monocotyledoneae, ordo : poales,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) termasuk dalam genus Capsicum yang spesiesnya telah dibudidayakan, keempat spesies lainnya yaitu Capsicum baccatum, Capsicum pubescens,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan daerah tropis yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Gramineae dan genus Oryza (Grist, 1959). Padi dapat tumbuh pada berbagai lokasi dan iklim yang berbeda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Pepaya

2. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Pepaya 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman tropis yang berasal dari Amerika Tropis dan menyebar ke wilayah Asia dan Pasifik Selatan pada sekitar abad ke XVIII. Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN MODUL II TEKNIK PERSILANGAN BUATAN 2.1 Latar Belakang Keragaman genetik merupakan potensi awal di dalam perbaikan sifat. Salah satu upaya untuk memperluas keragaman genetik ialah melalui persilangan buatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. Kebutuhan kacang

Lebih terperinci

Mengenal Morfologi Bunga untuk Meningkatkan Kualitas Benih Pepaya

Mengenal Morfologi Bunga untuk Meningkatkan Kualitas Benih Pepaya Mengenal Morfologi Bunga untuk Meningkatkan Kualitas Benih Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah tropika yang mempunyai manfaat untuk kesehatan, nilai komersial tinggi, dan tersedia sepanjang

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 5 Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 1. Tanaman menyerbuk sendiri 2. Dasar genetik Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA Upaya perakitan varietas unggul serealia saat ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik lingkungan, diantaranya jagung spesifik wilayah dengan curah hujan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

MANFAAT MATA KULIAH. 2.Merancang program perbaikan sifat tanaman. 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman

MANFAAT MATA KULIAH. 2.Merancang program perbaikan sifat tanaman. 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman PEMULIAAN TANAMAN MANFAAT MATA KULIAH Memberikan pengetahuan tentang dasar genetik tanaman dan teknik perbaikan sifat tanaman, sehingga bermanfaat untuk 1.Menilai sifat dan kemampuan tanaman 2.Merancang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman asli dari daerah tropis Amerika yang termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae (Heller 1996). Di Indonesia, jarak pagar dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi karena banyak disukai oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian Benyamin Lakitan Pengertian & Tujuan Pemuliaan Tanaman Pemuliaan tanaman (plant breeding) adalah ilmu atau upaya untuk menghasilkan varietas, kultivar,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A24080098 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Hutan memberikan

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang No. 6 - Agustus 2010 Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah melepas enam varietas unggul mangga merah untuk buah segar. Varietas unggul mangga

Lebih terperinci

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Pendahuluan Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1) Keragaan Morfologi dan Kualitas Buah Pepaya Di Empat Lokasi di Wilayah Bogor pada Dua Musim (Morphological Performance and Fruit Quality of Papaya on Four Locations at Bogor Areas in Two Seasons) Siti

Lebih terperinci

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Dasar Genetik Tanaman Penyerbuk Silang Heterosigot dan heterogenous Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda Keragaman

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

EFEK HETEROSIS DAN AKSI GEN UKURAN BUAH PADA HIBRIDA PEPAYA. (Heterosis Effects and Gene Action on Size Fruit of Hybrid Papaya) Tri Budiyanti 1

EFEK HETEROSIS DAN AKSI GEN UKURAN BUAH PADA HIBRIDA PEPAYA. (Heterosis Effects and Gene Action on Size Fruit of Hybrid Papaya) Tri Budiyanti 1 EFEK HETEROSIS DAN AKSI GEN UKURAN BUAH PADA HIBRIDA PEPAYA (Heterosis Effects and Gene Action on Size Fruit of Hybrid Papaya) Tri Budiyanti 1 1 Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jl. Raya Solok Aripan

Lebih terperinci