BAB I PENDAHULUAN. industri dan organisasi. Konflik sendiri diartikan sebagai reaksi psikologis dan
|
|
- Lanny Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini banyak kita jumpai konflik yang terjadi di dalam dunia industri dan organisasi. Konflik sendiri diartikan sebagai reaksi psikologis dan perilaku (behavioral) terhadap suatu persepsi bahwa orang lain menghalangi Anda dalam mencapai suatu tujuan, mengambil hak Anda untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu, atau merusak pengharapan-pengharapan dari suatu hubungan (dalam Aamodt, 2007). Pendapat lain mengatakan bahwa konflik adalah suatu proses yang dimulai saat satu pihak memandang bahwa pihak lainnya frustrasi, atau akan mengalami frustrasi oleh kepentingan pihak mereka (dalam Dunnette, 1988). Di dalam penelitian ini, konflik dibatasi kepada dyadic conflict, yaitu konflik yang muncul di antara dua unit sosial yang dapat berupa individu, kelompok, atau organisasi. Konflik ini melibatkan persepsi, emosi, perilaku, dan hasil yang diperoleh dari kedua kelompok. Jenis-jenis konflik yang termasuk di dalam dyadic conflict ini yaitu: (1) Konflik Interpersonal (Interpersonal Conflict); (2) Konflik Individual-Kelompok (Individual-Group Conflict); dan (3) Konflik Kelompok-Kelompok (Group-Group Conflict) (dalam Dunnette, 1988). Aamodt (2007) mengatakan bahwa konflik interpersonal di lingkungan kerja bisa muncul antara rekan kerja, antara supervisor dan bawahan, antara karyawan dan kustomer, atau antara karyawan dengan pemasok (vendor). Universitas Sumatera Utara 8
2 Sementara itu, Luthans (2005) mengatakan terdapat lima hal penyebab dari timbulnya konflik interpersonal ini, yaitu: (1) Kompetisi terhadap sumber daya; (2) Saling ketergantungan tugas; (3) Ketidakjelasan peraturan; (4) Penghalang-penghalang komunikasi; dan (5) Kepribadian. Dalam organisasi, interaksi antar karyawan akan berpeluang menimbulkan konflik interpersonal, karena menurut Thibaut & Kelley (1959) interaksi merupakan elemen yang menjadi bagian dari saling ketergantungan seorang individu dengan individu lainnya. Interaksi ini merupakan keterikatan individu yang mempengaruhi well-being individu itu sendiri dan well-being individu lainnya (dalam Fletcher & Clark, 2001). Sesuai dengan pendapat Luthans (2005) sebelumnya, Ia mengatakan bahwa penyebab konflik interpersonal bisa disebabkan karena adanya saling ketergantungan tugas. Dengan demikian interaksi karyawan akan berpeluang dalam menimbulkan konflik interpersonal. Sementara itu, bidang pekerjaan sales asuransi merupakan jenis salesmanship yang termasuk ke dalam consumer salesmanship jenis speciality sales executivies. Consumer salesmanship yaitu jenis sales sales yang memperdagangkan barang atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka, dimana motivasi pembeliannya merupakan kombinasi antara motivasi emosional dan rasional. Disebut speciality sales executives karena tugasnya menjual barang atau jasa tertentu pada satu kelompok konsumen akhir di rumah atau di kantor mereka. Tipe sales ini harus mampu bekerja esktra keras, energik, ambisius dan ramah, karena mereka harus bepergian terus menerus dari satu Universitas Sumatera Utara 9
3 tempat ke tempat lain menemui beraneka ragam calon pembeli (dalam Sutojo, 2003). Penyebab konflik interpersonal lainnya di lingkungan kerja juga bisa terjadi dari rekan kerja yang memiliki kepribadian yang senang mengkritik, mencuri ide, menyalahkan, meremehkan pekerjaan orang lain, ataupun ingin menang sendiri. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh orang-orang ini sering kali berdampak negatif terhadap individu lain, pekerjaan, dan kegiatan lainnya di perusahaan tempat mereka bekerja, sehingga penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat, bahkan tidak terselesaikan sama sekali. Hal ini disampaikan oleh Roy Sembel (Direktur Program MM Keuangan Universitas Bina Nusantara) dan Sandra Sembel (Dirut EdPro - sebuah lembaga pembelajaran untuk para eksekutif dan profesional) dalam situs surat kabar Sinar Harapan:... Kita menjadi malas bekerja sama dengan orang-orang ini, sehingga penyelesaian pekerjaan terhambat, bahkan bisa menyebabkan pekerjaan terbengkalai atau sama sekali tidak terselesaikan. Jika semua ini terjadi, konsumen akan lari, dan lambat laun bisnis kita pun akan hancur ( Karyawan dengan karakter seperti ini mereka sebut sebagai karyawan yang berkarakter miskin. Mereka juga sering berdalih saat dituntut untuk mencapai target penjualan oleh atasan. Berikut ini pendapat dari Cahyo Pramono, SE, MBA mengenai karyawan sales yang sering berdalih:... Pada tahap ini biasanya mereka dengan cerdas mencari kambing hitam dan seribu satu alasan sebagai upaya pembenaran bahwa mereka sudah mencoba yang terbaik ( Universitas Sumatera Utara 10
4 Sementara itu, Gottman (1994) mengatakan bahwa individu yang sering berdalih ini adalah individu yang sedang mengalami konflik interpersonal, yaitu saat anggota suatu kelompok (tim) dikritik oleh anggota lainnya, yaitu kepribadian / karakternya diserang, maka mereka akan merespon secara defensif dan bertahan. Saat bersikap defensif, mereka akan terlibat dalam perilaku yang akan meningkatkan konflik, salah satu tindakan defensif ini yaitu dengan membuat alasan-alasan, dimana kekuatan di luar kendali seseorang menjadi sesuatu yang dipersalahkan (dalam Burn, 2004). Ketika menghadapi konflik, kebanyakan orang memiliki gaya tertentu yang mereka gunakan saat menghadapinya (Wilmot & Hocker, dalam Aamodt, 2007). Blake, dkk. (1964) menyebutkan lima orientasi yang bisa ditempuh individu untuk mengatasi konflik interpersonal ini, yaitu: (1) Bersaing (Competitive); (2) Bekerja sama (Collaborative); (3) Menghindari (Avoidant); (4) Memberikan (Accomodative); dan (5) Berbagi (Sharing) (dalam Dunnette, 1988). Adapun dimensi yang menjadi dasar dalam cara penanganan konflik interpersonal ini adalah: (1) Usaha dalam memenuhi kepentingan diri sendiri; dan (2) Usaha dalam memenuhi kepentingan orang lain (Rahim & Magner, dalam Weiten dkk., 2006). Winardi (2004) berpendapat bahwa dari kelima cara / perilaku mengatasi konflik interpersonal di atas, perilaku kolaboratif, akomodatif, dan berkompromi (berbagi) merupakan perilaku yang dinilai positif atau disenangi oleh pihak lain. Winardi (2004) juga mengatakan bahwa salah satu sifat dari konflik interpersonal yaitu perlu diperhatikannya hasil-hasil bersama / kepentingan kedua Universitas Sumatera Utara 11
5 belah pihak, maupun hasil-hasil individual / kepentingan masing-masing pihak yang terlibat dalam konflik yang bersangkutan. Sedangkan Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel mengatakan bahwa dalam memenuhi kepentingan individu di tempat kerja, maka individu tersebut akan melibatkan individu lainnya untuk memiliki atau menguasai sesuatu yang Ia inginkan. Dimana menurut mereka hal ini bisa dilakukan dengan jalan negosiasi ( Sementara itu, menurut Cahyo Pramono, SE, MBA, ketika karyawan seperti sales ditantang untuk target tertentu, umumnya mereka akan merespon dengan nilai yang tinggi dan membanggakan, tetapi pada tahap pelaksanaannya banyak yang tidak menunjukkan kinerja positif sesuai harapan target tersebut. Pada akhir pelaksanaannya juga tidak memuaskan, terlebih lagi jika sedang melakukan proses negosiasi. Berikut ini adalah pernyataannya:... Saya yakin Anda setuju jika saya katakan inilah situasi yang sangat tidak nyaman. Lebih parah lagi jika kita berada pada posisi harus bernegosiasi dengan tim penjualan kita sendiri. Bukankah harusnya merekalah yang mesti bernegosiasi dengan pembeli di luar sana, bukan dengan kita ( Menurut Phil Baguley, negosiasi merupakan cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh kedua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Namun negosiasi ini memiliki potensi konflik di dalam prosesnya, sehingga sangat penting untuk memahami cara mengatasi konflik interpersonal ini ( Universitas Sumatera Utara 12
6 Selanjutnya Aamodt (2007) berpendapat bahwa negosiasi dan tawarmenawar (bargaining) ini akan terjadi ketika individu memakai orientasi berkompromi dalam mengatasi konflik interpersonal. Aamodt (2007) menerangkan bahwa proses negosiasi ini dimulai saat kedua pihak membuat suatu penawaran yang meminta suatu hal lebih banyak daripada yang diinginkan sebenarnya. Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Henri Barki dan Jon Hartwick (2001), ditemukan bahwa konflik interpersonal memiliki korelasi negatif dengan orientasi perilaku kolaboratif (problem-solving), serta memiliki korelasi positif dengan orientasi perilaku kompetitif (asserting) dan menghindar (avoiding). Selain itu, orientasi perilaku kolaboratif dikatakan memiliki efek positif, sedangkan orientasi perilaku kompetitif dan menghindar akan menghasilkan efek negatif pada kepuasan resolusi konflik ( Dengan demikian, orientasi perilaku kompetitif dan menghindar dalam menangani konflik interpersonal menyebabkan timbulnya konflik interpersonal, serta menghasilkan ketidakpuasan dalam resolusi konflik. Sedangkan orientasi perilaku kolaboratif tidak menyebabkan konflik interpersonal dan menghasilkan kepuasan dalam resolusi konflik bagi pihak lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Donnelly (1971) yang mengatakan bahwa hubungan-hubungan yang didasari dengan perilaku kompetitif merupakan suatu hubungan konflik (dalam Dunnette, 1978). Apa yang dimaksud dengan tidak menyebabkan konflik interpersonal di atas dapat dijelaskan melalui Model Proses Konflik Dyadic (Process Model of Universitas Sumatera Utara 13
7 Dyadic Conflict) dari Pondy (1967) dan Walton (1969). Dalam satu episode Model Proses Konflik Dyadic ini terdapat lima tahap yang dilalui, yaitu: (1) Frustrasi; (2) Konseptualisasi; (3) Reaksi Pihak Lain; (4) Perilaku; dan (5) Hasil. Di sini konflik muncul sebagai suatu episode, dimana setiap episode terbentuk secara terpisah oleh hasil-hasil dari episode sebelumnya, yang menjadi landasan kerja bagi episode-episode konflik selanjutnya (dalam Dunnette, 1978). Pada tahap Hasil, ketika interaksi di antara kedua pihak berakhir maka beberapa hasil akan muncul dalam bentuk suatu kesepakatan. Pada tahap ini kita juga memutuskan bagaimana kita akan memberi respon terhadap cara konflik yang telah diatasi hingga sampai pada tahap ini (Luthans, 2005). Dengan kata lain, jika tidak tercapai kesepakatan pada tahap Hasil (Outcome) melalui perilaku penanganan konflik pada tahap Perilaku (Behavior), maka konflik tersebut akan berlanjut ke episode konflik berikutnya (dalam Dunnette, 1978). Sebagai contoh, seorang konsumen mengalami konflik dengan seorang sales karena meminta ganti rugi atas produknya yang rusak. Namun sales tersebut memilih perilaku penanganan konflik interpersonal yang muncul secara kompetitif, yaitu dengan menolak memberikan ganti rugi kepada konsumen tersebut. Kepentingan konsumen yang tidak terpenuhi dan hanya memenuhi / menguntungkan kepentingan sales membuat konsumen meningkatkan konflik dengan sales tersebut. Tingkat episode konflik selanjutnya bisa menjadi lebih besar, yaitu konsumen kemungkinan akan mengajukan tuntutan terhadap perusahaan sales tersebut. Universitas Sumatera Utara 14
8 Dengan demikian, karyawan sales yang mengalami konflik interpersonal bisa mempengaruhi proses negosiasi oleh individu yang menggunakan orientasi berkompromi, dan dalam melakukan proses negosiasi ini akan berpeluang menimbulkan konflik interpersonal, hal ini sesuai dengan pendapat Winardi (2004):... Andaikata pihak-pihak yang berhadapan satu sama lain hanya melihat elemen-elemen distributif (menang-kalah), maka negosiasi membuka peluang untuk munculnya konflik konfrontatif. Winardi (2004) menjelaskan bahwa menang-kalah di sini merupakan suatu pendekatan yang merupakan cerminan dari perilaku yang bersifat asertif / kompetitif dan tidak bekerja sama terhadap konflik. Orang-orang yang menggunakan gaya demikian berupaya mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri tanpa menghiraukan kepentingan pihak lain (Winardi, 2004). Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana orientasi perilaku mengatasi konflik interpersonal pada sales asuransi di kota Medan. I.B. Perumusan Masalah Peneliti di dalam penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana gambaran orientasi perilaku mengatasi konflik interpersonal pada sales asuransi di kota Medan. Universitas Sumatera Utara 15
9 I.C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan, menggambarkan atau mendeskripsikan komponen-komponen orientasi perilaku mengatasi konflik interpersonal pada sales asuransi di kota Medan. I.D. Manfaat Penelitian I.D.1. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, seperti: a. Dapat mengenali sumber-sumber penyebab konflik interpersonal agar kepentingan kedua belah pihak yang mengalami konflik bisa diselesaikan. b. Dapat mengetahui efek positif dan negatif dari konflik interpersonal bagi organisasi. c. Dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai perilaku mengatasi konflik interpersonal di tempat kerja. I.D.2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, seperti: a. Dapat menyumbangkan karya ilmiah dan perluasan informasi teoritis di bidang Psikologi, khususnya bidang Psikologi Industri dan Organisasi. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi suatu penelitian yang dapat dikembangkan dan dijadikan referensi pada penelitian-penelitian berikutnya, khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan konflik interpersonal. Universitas Sumatera Utara 16
10 I.E Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut : Bab I Pendahuluan dalam Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan serta manfaat penelitian. Bab II Landasan Teori dalam Bab II ini akan dijelaskan mengenai pengertian konflik interpersonal, jenis-jenis konflik, model proses konflik, komponen-komponen serta aspek-aspek orientasi perilaku mengatasi konflik interpersonal, sumber-sumber penyebab konflik interpersonal, efek fungsional dan disfungsional dari konflik interpersonal, faktorfaktor yang mempengaruhi konflik interpersonal, jenis-jenis sales, dan gambaran orientasi perilaku mengatasi konflik interpersonal pada sales asuransi di kota Medan. Bab III Metodologi Penelitian berisi mengenai metode penelitian yang digunakan, identifikasi variabel penelitian, defenisi variabel operasional penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item, dan reliabilitas serta metode analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Analisis Hasil Penelitian, yang berisikan uraian hasil penelitian dan analisis data. Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran. Universitas Sumatera Utara 17
BAB II LANDASAN TEORI. II.A.1. Pengertian Orientasi Perilaku Mengatasi Konflik Interpersonal
BAB II LANDASAN TEORI II.A. Konflik Interpersonal II.A.1. Pengertian Orientasi Perilaku Mengatasi Konflik Interpersonal Sebelum membahas mengenai konflik interpersonal, maka terlebih dahulu kita harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berorientasi pada keuntungan finansial maupun organisasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi yang dibangun memiliki tujuan serta pencapaian. Organisasi yang berorientasi pada keuntungan finansial maupun organisasi yang bergerak dibidang
Lebih terperinciInterpersonal Conflict and Its Management in Information System Development MIS Quarterly, June 2001
Interpersonal Conflict and Its Management in Information System Development MIS Quarterly, June 2001 Oleh Henri Barki dan Jon Hartwick Kelompok : 143 Nama : Ardhita Maharindra NPM : 120200015X Kata Kunci
Lebih terperinciDINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK
DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (3) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. volume produksi sepeda motor terus mengalami peningkatan. Pada tahun
[Typ e 1 a BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri sepeda motor sebagai manufaktur tidak terlepas dari dampak resesi ekonomi global industri sepeda motor masih mengalami pertumbuhan cukup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbankan, dan termasuk provider telekomunikasi sudah menggunakan customer
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, perusahaan jasa seperti perusahaan asuransi, penerbangan, perbankan, dan termasuk provider telekomunikasi sudah menggunakan customer service.
Lebih terperinciNegosiasi dengan Hati
Negosiasi Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat terhadap pentingnya arti kesehatan, maka jasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak ditemukan berbagai jenis penyakit baru yang mengancam kesehatan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciStrategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.
Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi
Lebih terperinciTEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK
TEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK TUJUAN : Peserta dapat melihat, memahami dan menempatkan dirinya secara proporsional, sebagai konselor, konsultan, dan resolver terhadap berbagai potensi konflik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi seperti sekarang ini satu hal yang dijadikan tolak ukur keberhasilan perusahaan adalah kualitas manusia dalam bekerja, hal ini didukung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerugian terjadi ketika dua belah pihak yang terlibat tidak dapat mencapai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pertikaian sangat sering terjadi di Indonesia, ada yang mengatasnamakan kelompok bahkan personal. Tiga hal utama yang dapat menimbulkan pertikaian adalah
Lebih terperinciKONFLIK DALAM KELOMPOK. Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam
KONFLIK DALAM KELOMPOK. Sepanjang individu berinteraksi dengan individu lain, konflik tidak mungkin terhindarkan. Konflik dapat terjadi dalam menentukan suatu tujuan atau dalam menentukan metode yang akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Manajemen Konflik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Manajemen Konflik 1. Pengertian Gaya Manajemen Konflik Gaya manajemen konflik, menurut Rahim (2002), adalah suatu upaya untuk mendiagnosis dan mengintervensi sekaligus mengatasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan pernikahan, tidak ada pernikahan yang sempurna. Setiap individu yang memiliki pasangan untuk berbagi waktu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja 2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan situasi dan tempat kerja pegawai. Seorang individu yang berada pada lingkungan kerjanya akan senantiasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nusantara, bahwasannya konflik ini sudah terjadi sejak lama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada saat ini di SMA Terpadu Krida Nusantara sering terjadi perselisihan atau konflik antar angkatan.hal ini diperkuat oleh pernyataan oleh Bapak Rosadi Turjamil
Lebih terperinciKONFLIK DAN NEGOSIASI
BAB XI KONFLIK DAN NEGOSIASI Konflik Definisi Konflik Proses yang dimulai ketika satu pihak menganggap pihak lain secara negatif mempengaruhi atau akan secara negatif mempengaruhi sesuatu yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sama, serta berusaha secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Suatu organisasi didirikan dengan alasan bahwa organisasi dapat mencapai sesuatu yang tidak dapat secara individu atau perorangan. Di dalam organisasi terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, mahasiswa menempati strata paling tinggi yang diharapkan mampu menjadi sumber daya manusia unggul untuk menjawab persoalanpersolan yang ada,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan banyak aspek, sulit, berbahaya dan stressfull (Lutfiyah,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Kepolisian merupakan salah satu lembaga negara yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar, yaitu melindungi dan melayani masyarakat. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi untuk mampu mendukung perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era persaingan saat ini perusahaan menghadapi tantangan yang semakin berat dan kompetitif. Dunia usaha baik dibidang perdagangan ataupun jasa dituntut untuk dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi manajemen yang sangat penting bagi sebuah bank. Hal ini dapat dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan membangun kepuasan nasabah dengan melalui kualitas pelayanan menjadi manajemen yang sangat penting bagi sebuah bank. Hal ini dapat dilihat dari langkah-langkah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;
BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Masyarakat memberikan kepercayaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mampu bersaing dan harus memperhatikan kepuasaan konsumen. Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang ketat ini, setiap perusahaan harus mampu bersaing dan harus memperhatikan kepuasaan konsumen. Masalah yang sering dihadapi oleh
Lebih terperinciMODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM
PERTEMUAN 14 MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM POKOK BAHASAN: Konflik dan Negoisasi DESKRIPSI Materi berupa uraian tentang dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya
14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya melalui cara yang dapat menghasilkan produk dan jasa yang dipasarkan. Siapa pun yang
Lebih terperinciModul ke: Salesmanship. Pengadaan & Seleksi Tenaga Penjual. Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen. Rizal, S.ST.
Modul ke: Salesmanship Pengadaan & Seleksi Tenaga Penjual Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM Kebutuhan Tenaga Penjual Untuk menjalankan fungsi penjualan
Lebih terperinciStrategi dan Seni dalam
Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan manusia lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena konsumen terdiri dari beberapa segmen, gaya hidup dan kepribadian yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Memahami perilaku konsumen merupakan permasalahan yang kompleks karena konsumen terdiri dari beberapa segmen, gaya hidup dan kepribadian yang berbeda. Levitt (1983)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1. Pengertian Organizational Citizenship Behavior Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational citizenship behavior
Lebih terperinciPENGARUH GAYA NEGOSIASI TERHADAP HASIL NEGOSIASI PADA INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA (STUDI KASUS DEVELOPER SWASTA DI KOTA SURABAYA)
PENGARUH GAYA NEGOSIASI TERHADAP HASIL NEGOSIASI PADA INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA (STUDI KASUS DEVELOPER SWASTA DI KOTA SURABAYA) HANIFAH NEBRIAN SUKMA 3104 100 073 Dosen Pembimbing: Cahyono Bintang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan Indonesia. Kementerian Pertanian menyatakan bahwa pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi tersebut sering berbeda antara para ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan terdapat orang-orang yang dapat berkomunikasi satu sama
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman globalisasi saat ini, menuntut berbagai pihak untuk selalu berkembang dan berkontribusi banyak dalam perubahan. Organisasi adalah salah satu dari agen perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang dapat memenuhi kebutuhannya ia akan mempunyai kepuasan kerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk kerja, manusia mempunyai kecendrungan untuk melakukan pekerjaan ataupun mempunyai kecendrungan untuk menyukai pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang jasa boga, maka setiap perusahaan perlu menciptakan konsep
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini dan seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan khususnya di bidang jasa boga, maka
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU MELAYANI PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH ROEMANI SEMARANG Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Kerja 1. Pengertian Konflik Kerja Dalam setiap organisasi, agar setiap organisasi berfungsi secara efektif, maka individu dan kelompok yang saling bergantungan harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Cinta (love) merupakan salah satu tema yang paling umum dalam lagu-lagu, film, dan kehidupan sehari-hari. Sebagian besar orang menerima cinta sebagai pengalaman
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas.uji asumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan produk saat ini merupakan sebuah dampak dari semakin banyak dan kompleksnya kebutuhan manusia. Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan harus memahami
Lebih terperinciPsikologi Dunia Kerja Kepuasan Kerja, Kegairahan Kerja & Keamanan Kerja
Psikologi Dunia Kerja Kepuasan Kerja, Kegairahan Kerja & Keamanan Kerja Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Kepuasan Kerja Pendahuluan Motivasi untuk bekerja tidak dapat dikaitkan hanya pada kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organisasi dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Peran organisasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penunjang keberhasilan sebuah organisasi adalah keberadaan dan kontribusi karyawan. Produktifitas dan kinerja karyawan yang tinggi akan memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS
BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada
Lebih terperinciTeam Building & Manajeman Konflik
Team Building & Manajeman Konflik www.kahlilpooh.wordpress.com SEMUA TENTANG PASKIBRA, PASKIBRAKA & OSIS KOTA MAGELANG PERSAHABATAN, YANG MERUPAKAN IKATAN SUCI, AKAN LEBIH SAKRAL DENGAN ADANYA KESULITAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan atau biasa disebut dengan stres, stres bisa hadir dalam keluarga, lingkungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan Pribadi (Personal Selling) Menurut Kotler (2010: 29), pemasaran adalah suatu proses sosial-manajerial yang membuat seorang
Lebih terperincidimengerti oleh penerima, dan secara nyata dapat dilaksanakan, sehingga tercipta interaksi dua arah.
Sekalipun Anda memiliki produk unggulan, konsep layanan prima dan gagasan-gagasan kreatif, tetapi tidak Anda komunikasikan kepada orang lain, tidak ada gunanya. Sehebat apa pun ilmu dan jurus-jurus bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang dipekerjakan dalam suatu badan tertentu, baik pada lembaga pemerintah maupun badan usaha merupakan seorang pegawai (A.W. Widjaja, 2006). Pegawai
Lebih terperinciTeori Keadilan (Equity Theory)
Teori Keadilan (Equity Theory) Teori Keadilan (Equity Theory) Menurut teori ini bahwa kepuasan seseorang tergantung apakah ia merasakan ada keadilan (equity) atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Adjustment 1. Definisi Personal Adjustment Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada didalam suatu organisasi. Sumber daya manusia (SDM) harus dikelola
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu aset berharga yang ada didalam suatu organisasi. Sumber daya manusia (SDM) harus dikelola dengan sebaik mungkin dan diberi
Lebih terperinciEdukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini
Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah suatu institusi yang pengelolaannya ditujukan untuk melayani masyarakat. Sebagai rumah sakit swasta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, suatu perusahaan dituntut untuk selalu bekerja keras dalam menyelesaikan segala tantangan baik yang sudah ada maupun yang akan datang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi adalah kualitas sumber daya manusia. As ad (2004) mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam keberlangsungan suatu organisasi adalah kualitas sumber daya manusia. As ad (2004) mengatakan bahwa betapapun
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara
BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres telah menjadi bagian hidup para pekerja. Pesatnya perkembangan asuransi saat ini mendorong setiap perusahaan asuransi bersaing secara ketat serta menuntut pegawai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling penting dimiliki oleh suatuperusahaan, karena keberhasilan organisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya manusia merupakan harta atau aset yang paling berharga dan paling penting dimiliki oleh suatuperusahaan, karena keberhasilan organisasi sangat ditentukan
Lebih terperinci6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab 6 akan dibahas beberapa kesimpulan, diskusi, keterbatasan penelitian, saran metodologis dan saran praktis yang diperoleh dari hasil penelitian. 6. 1. Kesimpulan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha di era globalisasi saat ini dirasakan sangat pesat. Pertumbuhan dan perkembangan ini juga berjalan seirama dengan persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya, dan ekonomi yang begitu pesat, mengakibatkan meningkatnya konflik dan kecemasan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kotler (2005:157), Pasar merupakan kumpulan seluruh pembeli dan potensial atas tawaran pasar tertentu. Ukuran pasar tergantung pada jumlah pembeli yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia kerja semakin ketat. Hal tersebut menuntut perusahaan harus berusaha bersaing dan bertahan dengan cara meningkatkan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan perusahaan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, sumber daya dituntut untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sales promotion girl atau SPG merupakan sumber daya manusia dengan peran penting dalam suatu proses penjualan. Fungsi SPG antara lain melaksanakan promosi suatu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anggaran Menurut Anthony dan Govindarajan (2006:73), anggaran merupakan alat penting perencanaan dan pengendalian jangka pendek
Lebih terperinciMANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS
MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK? BEBERAPA PENGERTIAN : *Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau
Lebih terperinciBahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.
Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Oxford Dictionary : Negosiasi didefinisikan sebagai : pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan
Lebih terperinciAdiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Adiharsa Winahyu Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Pengertian Konflik suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah akuntan publik 1016 orang. Jumlah ini meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan KAP (Kantor Akuntan Publik) meningkat pesat. Hal ini diperkuat dari penghitungan yang dilakukan IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) pada
Lebih terperinciDINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK
DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen proyek adalah suatu perencanaan dan pengendalian proyek yang telah ditekankan pada pola kepemimpinan, pembinaan kerja sama, serta mendasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era pasar persaingan global, setiap perusahaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi era pasar persaingan global, setiap perusahaan harus menghadapi persaingan ketat dengan perusahaan perusahaan dari seluruh dunia. Meningkatnya
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi
16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 :
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahkan detik. Perkembangan perkembangan teknologi ini terjadi di setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang tidak terbatas terjadi setiap hari, menit, bahkan detik. Perkembangan perkembangan teknologi ini terjadi di setiap belahan dunia.
Lebih terperinci