BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan
|
|
- Sudomo Herman Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lingkup bahan ajar ekonomi di SMA cukup luas, sehingga tidak bisa dijangkau secara tuntas dalam pembelajaran tatap muka terjadwal. Menurut Badan Standart Nasional Pendidikan tahun 2006(BSNP:205) bahwa mata pelajaran ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Luasnya ilmu ekonomi dan terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada fenomena empirik ekonomi yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat merekam peristiwa ekonomi yang terjadi disekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupannya yang lebih baik. Pembagian alokasi waktu di dalam KTSP, pembelajaranjam tatap muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/SMK/MAK adalah 38 sampai dengan 39 jam pembelajaran, sedangkan alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit dan waktu pembelajaran yang tersedia selama satu semester minimal hanya 17 minggu efektif.alokasi waktu Ekonomi untuk SMA kelas X sebanyak 2jam/minggu, sedangkan untuk kelas XI IPS 4 jam / minggu. Dengan demikian alokasi waktu untuk mata pelajaran Ekonomi kelas X adalah 34 jam pelajaran dan untuk kelas XI IPS adalah 68 jam selama satu semester. 7
2 8 Mengingat materi yang luas selalu berubah dan berkembang, sedangkan jam tatap muka terbatas maka di dalam KTSP diberi ruang bagi guru untuk memberi kesempatan kepada murid untuk mendalami materi melalui kegiatan mandiri terstruktur dan mandiri tidak terstruktur. Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi yang dituntut. Batas waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru. Beberapa siswa mempunyai aktivitas yang berbeda-beda diluar sekolah, karena tidak terjadwal maka penyelesaian tugasnya dapat diatur sesuai kesempatan yang ada dan gaya belajar siswa yang bersangkutan. Motivasi siswa akan mempengaruhi gaya belajar siswa dan cara menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara guru dengan peserta didik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Mulyasa (2007:21) waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum 40%, pada SMP/MTs/SMPLB maksimum 50% dan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK maksimum 60% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan kecepatan kelambatan kerja siswa Pembelajaran mata pelajaran ekonomi memungkinkan siswa memiliki kemampuan cara siswa berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Ada
3 9 materi yang terkait dengan analisis grafis matematik, statistik serta akuntansi yang memang menuntut latihan yang banyak, sementara hari dan jadwal belajar yang terjadwal terbatas waktunya. Untuk mencapai hal tersebut, siswa perlu diberikannya tugas mandiri agar menguasai konsep-konsep, mengembangkan keterampilan dan sikap siswa yang ditunjukkan dengan keberanian berargumentasi, memberi saran dalam diskusi, serta meningkatnya kreatifitas siswa selama proses pengajaran berlangsung yang direkam melalui observasi dan catatan lapangan, sehingga siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri dalam kehidupan nyata. Melalui pelibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran memecahkan permasalahan nyata dalam kehidupannya merangsang siswa untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya. Pemberian tugas mandiri juga mampu meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan akan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Untuk mencapai hal diatas kegiatan pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas tetapi bisa juga di luar kelas melalui penugasan mandiri. Menurut Suherman, dkk (2001: beberapa keunggulan metode penemuan adalah sebagai berikut: 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakankemampuan untuk menemukan hasil akhir
4 10 2. Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri prosesmenemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih mudah diingat 3. Menemukan sendiri akan menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat 4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebihmampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks 5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Pemberian tugas mandiri itu diberikan untuk mengisi kekurangan penguasaan materi pada jam tatap muka serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan dan pengetahuannya. Selain itu tugas disampaikan untuk mengembangkan cara belajar mandiri siswa denganmenemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari maupunpengertian yangditemukan sendiri, pengertian tersebut merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan, maka hasil yang diperolehakan tahan lama dalam ingatan dandimaksudkan untuk mengatasi terjadinya lupa dalam proses belajar. MenurutMuvida (2011: dalam teori Thorndike yaknihukum belajar antara lain adalah The Law Exercise yang terbagi menjadi dua yaitu : 1. Koneksi antara stimulus dan respons menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain melatih koneksi ( hubungan ) antara situasi yang
5 11 menstimulasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi diantara keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of use ( hukum penggunaan ). 2. Koneksi antara stimulus dan respons akan melemah apabila praktik hubungan dihentikan atau jika ikatan neural tidak dipakai. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan law of disuse ( hukum ketidak gunaan ). Hal tersebut berarti makin sering diulangi materi pelajaran yang diterimanya akan semakin dikuasai dan bila materi pelajaran tidak diulangi atau tidak dipakai, maka informasi yang diterimanya akan mudah hilang.menurut Dimyati & Mudjior (2002: )Proses terjadinya gejala lupa dapat dilacak dan diperbaiki dalam proses belajar ulang. Proses terjadinya gejala lupa tersebut dapat terlihat dalam gambar 2.1 berikut 1 Konsentrasi 2 Mengolah 3 Menyimpan 4 Menggali 5 Berprestasi Keluar Keluar Lupa Gambar 2.1 : Proses Terjadinya Gejala Lupa Gambar 2.1 melukiskan suatu proses belajar yang memungkinkan terjadinya lupa. Proses lupa sebagai berikut. (1) Pebelajar melakukan konsentrasi terhadap bahan ajar. Pemusatan perhatian tersebut dapat menurun karena lelah atau memang lemah.akibatnya pada bahan ajar yang keluar dan tak terterima.(2)pebelajar mengolah bahan ajar yang diterima. (3) Apa yang terolah
6 12 akan disimpan, tetapi ada bagian yang keluar. Dengan demikian siswa menyimpan bagian bahan ajar yang terolah dengan baik. (4) Dalam menghadapi tugas-tugas belajar lanjut, maka siswa akan menggali pengetahuan dan pengalaman belajar yang tersimpan. Pebelajar memanggil pesan yang tersimpan. Ada pesan yang dilupakan, sehingga tidak dapat digunakan untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menggali kembali materi yang telah diberikan adalah dengan pengayaan berupa pemberian tugas.(5) Pebelajar menggunakan pesan-pesan yang telah dipelajari untuk berprestasi. Pada proses menggali dan berprestasi dapat terjadi gejala lupa, karena siswa lupa memanggil pesan yang tersimpan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa keluarnya pesan pada siswa terjadi saat konsentrasi dan mengolah pesan. Sedangkan gejala lupa terjadi pada siswa saat menggali dan berprestasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses berkonsentrasi dan pengolahan pesan dapat dipertinggi mutunya. Kurikulum yang dirancang dapat mengacu pada penguasaan kompetensi (seperti pada KTSP) maka murid harus menguasai kompetensi secara tuntas. Ketuntasan itu tercermin pada prestasi belajar yang tertera dalam rapor. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang standart kompetensi kelulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran Ekonomi SMA/MA adalah : 1. Menganalisis permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia dan sistem ekonomi. Diharapkan siswa dapat mengaplikasikan
7 13 ilmu ekonomi yang diperolehnya untuk menganalisis permasalahan ekonomi yang muncul dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Mendeskripsikan kegiatan ekonomi produsen, konsumen, permintaan, penawaran dan harga keseimbangan melalui mekanisme pasar. 3. Mendeskripsikan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dalam kaitannya dengan pendapatan nasional, konsumsi, tabungan dan investasi, uang dan perbankan. 4. Memahami pembangunan ekonomi suatu negara dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, APBN, pasar modal dan ekonomi terbuka. 5. Menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang. 6. Memahami fungsi-fungsi manajemen badan usaha, koperasi dan kewirausahaan. SKL ( Standart Kompetensi Kelulusan ) diatas adalah standart minimal yang harus dikuasai oleh seorang lulusan, dan itu merupakan tugas guru mata pelajaran untuk meningkatkan kadar kedalaman dan keluasan penguasaan materi oleh siswa. Mengingat jam belajar yang terbatas, maka oleh pemerintah di anjurkan untuk memperagai tugas terstruktur dan mandiri tidak terstruktur, yang bobotnya 60% dari tatap muka terjadwal. Inilah yang oleh guru mata pelajaran diwujudkan melalui pemberian tugas yang sering dikenal PR (Pekerjaan Rumah). Itu berarti, siswa yang mengerjakan tugas maka dengan otomatis siswa akan belajar. Hasil belajar tidak hanya untuk mendapat nilai PR yang baik, akan tetapi juga membantu meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan ulangan harian,
8 14 tes semester dan tes yang lainnya. Siswa yang tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) sebagai kebulatan penguasaan kompetensi, besar kemungkinan tidak tuntas dalam penguasaan tuntutan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Kadar ketuntasan penguasaan tuntutan Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar tercermin pada rapor. Standart ketuntasan dan kelulusan di SMA Muhammadiyah (Plus)Salatiga ini diwujudkan berupa nilai sebesar 73 yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran ekonomi pada awal tahun sesuai dengan rapat KKG sekolah. Standar kelulusan pada sekolah berbeda-beda, karena kemampuan siswa disetiap sekolah juga tidak sama satu dengan yang lainnya. Sebagaimana diketahui siswa itu datang dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda. Begitu pula kemampuan fisik dan psikis, karena itu ada yang cepat menangkap materi pelajaran dan ada pula yang susah untuk menangkap materi pelajaran yang disampaikan. Proses belajar diketahui bahwa prestasi belajar merupakan tahap pembuktian yang diakui oleh guru dan siswanya. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi yakni kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka siswa akan menjadi takut belajar dan tidak menyelesaikan tugasnya sehingga prestasi belajar menurun. Pengayaan dilakukan bagi siswa yang memiliki penguasaan lebih cepat dibandingkan siswa lainnya, atau siswa yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar siswa
9 15 yang lain belum. Siswa yang berprestasi kurang baik perlu mendapat pengayaan agar dapat mengembangkan potensi secara optimal. Penganut paham Piaget menyatakan bahwapeningkatkan penggunaan aktivitas belajar di luar jam belajar di sekolah dengan pemberian berbagai macam penugasan. Mereka beralasan bahwa interaksi siswa dalam tugas-tugas pembelajaran akan terjadi dengan sendirinya untuk mengembangkan prestasi siswa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini tentang penyelesaian tugas pada mata pelajaran ekonomi di SMA Muhammadiyah Plus) Salatiga inidiperoleh data yang mencerminkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Secara Nasional semua lembaga formal yakni sekolah, dikelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Secara Nasional semua lembaga formal yakni sekolah, dikelola sesuai dengan kalender akademik dan standar minimum yang ditetapkan. Tetapi ketika semua sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kawan-kawan menjelaskan bahwa perubahan dibedakan menjadi empat lapis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak terjadi permasalahan pendidikan saat ini dan nampak seperti iceberg, yaitu nampak kecil di permukaan padahal di dasarnya masih banyak permasalahan. Maka,
Lebih terperinci1 Kurikulum Versi Mahasiswa (Solusi SI Ekonomi SMA KTSP)
Kurikulum Versi Sendiri Solusi Untuk Kekurangan Pada Standar Isi (SI) Mata Pelajaran Ekonomi SMA Kelas X, XI, XII - KTSP 2006 Setelah menganalisis tentang Standar Isi (SI) yang terdapat dalam KBK dan KTSP.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata pelajaran wajib di Sekolah Dasar (SD). IPS menjadi salah satu pelajaran yang lebih bersifat
Lebih terperinci15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS
15. Mata Pelajaran Ekonomi Untuk Paket C Program IPS A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan perubahan pada aspek kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi,
Lebih terperinci1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
HANSISWANY KAMARGA 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Tinjauan teori ini berisikan teori-teori yang melandasi kegiatan penelitian mengenai hubungan disiplinan belajar terhadap hasil belajar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran, salah satu bagiannya berisi tentang Silabus dan Rencana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut UU RI no. 20 tahun 2003, pasal 1 : 1, Pendidikan adalah Usaha sadar yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Pendidikan ( formal ) adalah kegiatan yang disengaja oleh pendidik terhadap peserta didik. Menurut UU RI no. 20 tahun 2003, pasal 1 : 1, Pendidikan adalah Usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik permasalahan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinci68. Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)
68. Mata Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat di era global serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelajaran ekonomi yang dipelajari di sekolah merupakan ilmu yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia di dunia ini, berbagai masalah sosial dan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai prioritas penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya
Lebih terperinciKTSP DAN IMPLEMENTASINYA
KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN
Lebih terperinciPRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Hand out Seminar Pengembangan KTSP bagi Pengawas, Kepala Sekolah, Guru Kabupaten Donggala, Sulawesi Selatan 1 Desember 2007 Oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran Discovery Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI. Nur Aini Yuliati
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME PRISMA SEGITIGA DAN TABUNG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBI SD
Lebih terperinciMemuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.
TELAAH KURIKULUM DOC. 1 BAGIAN AWAL A. Cover Deskripsi 1. Ada logo sekolah. 2. Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah dan Tahun Pelajaran) 3. Menulis alamat sekolah dengan lengkap B. Lembar Pemberlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini banyak terjadi perubahan dan pembaharuan ke arah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan selalu mengalami perubahan, termasuk didalamnya perubahan terhadap dunia pendidikan. Seperti yang terjadi saat ini dunia pendidikan dimana pada saat
Lebih terperincirangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena keberhasilan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, hasil belajar yang rendah merupakan salah satu permasalahan yang paling sering dihadapi dalam dunia pendidikan. Rendahnya hasil belajar siswa
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasaran utamanya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan tidak asing dengan istilah UN, yaitu Ujian Nasional. UN diselenggarakan oleh BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. rata diberi tugas untuk membantu kesulitan temannya untuk membantu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.2 Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Tutor sebaya adalah siswa dikelas tertentu yang memiliki kemampuan diatas rata rata diberi tugas untuk membantu kesulitan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN ATAU TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
BAB II KAJIAN TEORI DAN ATAU TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU A. Kajian Teori 1. Prodistik a. Pengertian Prodistik Berdasarkan REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA. Rabu (14/5) Prodistik adalah Program Pendidikan
Lebih terperinciBudiyono Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak
ANALISIS NILAI UJIAN NASIONAL, NILAI SEKOLAH, NILAI UJIAN SEKOLAH DAN NILAI RAPOR SEMESTER 3, 4, 5 PELAJARAN MATEMATIKA PADA TEKNIK SWASTA DI KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Budiyono Program
Lebih terperinciKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Susiwi S Pengantar Kurikulum nasional perlu terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &
37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan (Mathematics is the queen of the sciences), maksudnya ialah bahwa matematika itu tidak bergantung kepada bidang studi lain;...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam rangkaian peristiwa sejarah, sejarah identik dengan konsep perubahan dimana konsep ini mengindikasikan bahwa segala hal yang ada didunia ini pasti mengalami
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di beberapa SMA di Salatiga diperoleh data sebagaimana di paparkan berikut ini : 4.1.1 Sekolah dan Keadaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi konsep-konsep dan prinsip-prinsip
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan hanya dengan menempuh pendidikan tertentu maka manusia dapat menguasai
Lebih terperincitercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakter Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN Kalipucang Kulon Kecamatan Batang Kabupaten Batang sebanyak 2 siklus,
Lebih terperinciSyifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA SISWA KELAS XI IPS 2 MAN MOJOKERTO KABUPATEN MOJOKERTO Syifa ur Rokhmah Jurusan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2007/2008
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2007/2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen
Lebih terperincijumlah siswa sebanyak 423, maka jumlah kelas terbagi menjadi 12 kelas.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Candimulyo Magelang yang terletak di JL. Candimulyo, KM. 4, Candimulyo, Magelang. SMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus Pada pra siklus, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik, spesifik, dan berbeda dengan satu sama lain, serta manusia memiliki pribadi yang khas.
Lebih terperinciHAYAT AL RAKHA
PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN SISTEM KREDIT SEMESTER (SKS) PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN KELULUSAN PESERTA DIDIK HAYAT AL RAKHA 5215062168 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB V ANALISIS IMPLEMENTASI PRODISTIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN DI MAN 1 PONOROGO
BAB V ANALISIS IMPLEMENTASI PRODISTIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN DI MAN 1 PONOROGO A. Analisis Pelaksanaan Prodistik di MAN 1 Ponorogo Prodistik adalah Program Pendidikan Terapan dalam
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Siklus I
1 108 109 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Siklus I Satuan Pendidikan : SD Lentera Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IV (Lima) / II (Dua) Materi Pokok : Bangun Ruang Alokasi Waktu :
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciJurnal Swarnadwipa Volume 1, Nomor 2, Tahun 2017, E-ISSN PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO
PERAN GURU SEBAGAI MOTIVATOR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA N 6 METRO Deni Eko Setiawan Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Email: Denny_r.madrid@yahoo.com Kian Amboro Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka. mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Mulyasa (2010:21), KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
Lebih terperinciInstrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah
Instrumen Review KTSP Berikut ini Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1 1 Cover/halaman judul Terdapat logo sekolah/daerah Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah...) Menulis alamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebagai proses pemberian bimbingan terhadap anak oleh orang dewasa dengan sengaja untuk mempengaruhi potensi anak agar mencapai kedewasaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar mengajar, karena walaupun kurikulum disajikan secara sempurna, sarana dan prasarana terpenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mencerdaskan dan membudayakan manusia serta mengembangkannya menjadi sumber daya yang berkualitas. Berdasarkan UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi bangsa Indonesia dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan pendidikan dalam memasuki era globlalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA E K O N O M I PROGRAM STUDI IPS PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY METHOD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY METHOD UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA (PTK di kelas VIII E Semester 2 SMP N 2 Gatak Tahun Ajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir, serta keterampilan ekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan,menurut Suharjono dalam Suharsisi Arikunto (2006:18) penelitian tindakan adalah
Lebih terperinciPANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH
PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Deskripsi teori penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hakikat Kegiatan Pembelajaran Fisika
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Deskripsi teori penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hakikat Kegiatan Pembelajaran Fisika Proses belajar-mengajar fisika SMA menggabungkan dua hal penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mutu Pendidikan Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible maupun yang intangible.
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS 4 SD Firosalia Kristin firosalia.kristin@gmail.com Dwi Rahayu dwi_rahayu@gmail.com Program Studi PGSD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan keanekaragaman suku, budaya, bahasa, sejarah serta keragaman sosial yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan keanekaragaman suku, budaya, bahasa, sejarah serta keragaman sosial yang terjadi
Lebih terperinciKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA Makalah Disajikan pada kegiatan Workshop Monev Pelaksanaan KTSP MI, MTs, dan MA Angkatan I Tingkat Propinsi Jawa Barat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2006 dan NOMOR 6 TAHUN 2007 Tentang PELAKSANAAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 24 TAHUN 2006 dan NOMOR 6 TAHUN 2007 Tentang PELAKSANAAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN Jadwal Pelaksanaan Kurikulum
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (1995:294)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum pendidikan di negara kita mengalami beberapa kali perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 sampai dengan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. 1. Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Perencanaan pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akidah akhlak di MI Roudlotun Nasyi in Pucungsari Slorok Garum Blitar. Sebelum memasuki
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut adanya upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mencakup berbagai perkembangan aspek/dimensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Kurikulum sebagai rancangan. dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian kebutuhan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Proses pembelajaran IPS di kelas 5 SD Negeri Tondokerto Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2013/2014 sebelum diadakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah hal paling penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan, serta sikap dan perilaku positif
Lebih terperinciOleh: Sri Wahyuni SDN 3 Malasan, Durenan, Trenggalek
114 JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI BAGIAN BAGIAN TUMBUHAN MELALUI METODE KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 3 MALASAN KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan biaya yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan
Lebih terperinciMelaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan
Lebih terperinciV. SIMPULAN DAN SARAN. penelitian tindakan kelas XI IPS SMA DCC Global Bandar Lampung Tahun. Pelajaran dapat disimpulkan sebagai berikut.
V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan interpretasi analisis serta pembahasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas XI IPS SMA DCC Global Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 dapat
Lebih terperinciWeni Muliawati SMA Negeri 10 Semarang
PENERAPAN MEDIA LEMBAR KERJA SISWA DAN QUIZ DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENDAPATAN NASIONAL PADA KELAS X-3 SMA NEGERI10 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011-2012 Weni Muliawati SMA Negeri 10
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. (PTK) atau disebut classroom action research.
24 1.1. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut classroom action research. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya
Lebih terperinci