JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI METODE INQUIRY DI KELAS IV SDN 9 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI METODE INQUIRY DI KELAS IV SDN 9 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1 1 JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MASALAH SOSIAL MELALUI METODE INQUIRY DI KELAS IV SDN 9 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO OLEH DEVY YULIANTY S. MAYULU NIM Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah dengan metode inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi masalah sosial di Kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dengan menggunkan metode inquiry di kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, pemantauan dan evaluasi, analisis dan refleksi. Metode pembelajaran inqury dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran IPS karena meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya pada materi masalah sosial di kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dalam materi masalah sosial pada tahap observasi awal dari 20 orang siswa hanya 6 orang atau 30% yang tuntas dalam pembelajaran sedangkan 14 orang atau 70% tidak tuntas. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat 13 orang siswa atau 65,00% yang tuntas, sedangkan 7 orang lainnya atau 35% tidak tuntas. Pada siklus II sebanyak 17 orang siswa atau 85% yang tuntas, sedangkan 3 orang lainnya atau 15% tidak tuntas.. Hipotesis penelitian yang menyatakan jika digunakan metode inquiry maka hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dalam pembelajaran IPS dapat ditingkatkan dapat diterima. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi maslah sosial dapat ditingkatkan melalui Motode Inquiry. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Metode Inquiry

2 2 Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan sejak dari tingkat sekolah dasar, yang mempelajari konsep-konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik. Lebih tepatnya bahwa siswa diarahkan untuk mempelajari, menelaah serta mengkaji gejala dan masalah sosial yang ada di lingkungannya. Melalui Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa dibimbing untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta dapat menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat global yang setiap saat mengalami perubahan. Sehingga Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki tujuan utama, yaitu untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat di sekitarnya. Hal ini sama halnya dengan pendapat Wahab (2008:1.9) yang mengemukakan bahwa IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafal, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggungjawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara. Hasil pengamatan di lapangan terkait dengan rendahnya hasil belajar siswa dari beberapa materi yang dibelajarkan di kelas IV SDN 9 Telaga Biru, salah satunya adalah materi tentang masalah sosial. Pada materi masalah sosial yang ditunjukkan oleh data riil yang ada bahwa dari 20 siswa kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo hanya 6 orang atau 30% yang mendapat nilai di atas rata-rata sedangkan 14 orang atau 70% mendapat nilai kurang. Rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada materi masalah sosial, hal ini disebabkan oleh guru dalam menyajikan materi masih menggunakan metode konvensional. Metode konvensional yang digunakan pada umumnya adalah metode ceramah, siswa hanya mencatat dan menghafalkan konsep-konsep yang dijelaskan guru. Dalam metode ini siswa tidak diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Metode ini menjadikan siswa pasif

3 3 dalam menerima informasi. Siswa hanya diajak untuk mendengarkan, mencatat tanpa adanya partisipasi dari siswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan diupayakan perbaikan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode inquiry, yaitu suatu strategi yang diterapkan pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi masalah sosial pada pembelajaran IPS. Kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang dirumuskan dalam judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Masalah Sosial Melalui Metode Inquiry Di Kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Kajian Teori Pengertian Belajar, Pembelajaran, dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Siddiq, dkk (2008:2.3) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (dalam Lapono, 2008 : 4.125) menyebut belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan. Lebih lanjut Degeng (dalam Riyanto, 2010 : 5) menyatakan bahwa belajar adalah pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Pendapat ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan

4 4 dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain, belajar adalah suatu proses mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti skill, persepsi, emosi, proses berpikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Degeng (dalam M.S. Sutikno, 2009 : 31) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan pebelajar. Hal senada juga dikemukakan oleh Muhaimin (dalam Rianto, 2010 : 131) bahwa pembelajaran adalah upaya membelajrkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Hal ini jelas menyampaikan bahwa dalam proses pembelajaran yang menjadi fokus utama adalah bagaimana seorang guru membelajarkan siswa sehingga mereka akan memperoleh pengalaman belajar yang akan bermanfaat bagi diri mereka dan orang lain. Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang dirancang secara sistematis dilakukan secara sengaja antara guru dan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan sehingga terjadi perubahan baik dalam segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Sebagaimana pendapat Lapono, dkk (2008 : 3.97) kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Perancangan kegiatan ini dimaksudkan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif sehingga peserta didik belajar memperoleh pengetahuan dan memiliki keterampilan yang ditunjukkan oleh sikap mereka. Proses pembelajaran merupakan suatu desain untuk melibatkan guru dengan komponen-komponen pembelajaran yang merupakan suatu sistem yang saling terkait di dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Yulaelawati

5 5 (2004 : 48) menjelaskan bahwa desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana untuk meningkatkan mutu belajar. c. Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam interaksi tersebut seseorang mengalami perubahan tingkah laku baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Perubahan tingkah laku ini merupakan bukti seseorang telah belajar, sebagaimana pendapat Hamalik (2011:30) yang menyebutkan bahwa bukti seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sedangkan menurut Nasution (dalam PPG-PGSD 2012, diakses tanggal 1 April 2013) bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila ditunjukkan oleh siswa merasa berhasil dan memperoleh kepuasan dalam belajar, dan hal ini yang akan mendorong siswa untuk belajar lebih baik lagi. Dan tentunya keberhasilan ini dibuktikan dengan tercapainya tujuan instruksional dari suatu bahan pembelajaran. Anitah (2009 : 2.19) berpendapat bahwa hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Hal ini mengandung arti bahwa perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Lebih rinci Romizoswki (dalam Anitah 2009 : 2.19) menyebutkan yang dapat menunjukkan hasil belajar yaitu : 1) keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berfikir logis; 2) keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindak fisik dan kegiatan perseptual; 3) keterampilan reaktif

6 6 berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4) keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan. Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Dan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan. Pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengukur tingkat daya serap siswa terhadap materi yang dibelajarkan. Namun dalam pencapaian hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slameto (dalam Sunartombs 2011, sunartombs.wordpress.com/2011/10/10/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar/, diakses tanggal 28 Maret 2013) faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu : 1) Faktor Intern; 2 Faktor Ekstern. Hakikat Pembelajaran IPS di SD Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian Social Studies, seperti di Amerika Serikat. IPS merupakan bidang studi yang diberikan sejak dari tingkat sekolah dasar. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Menurut Sardjiyo dkk (2009:1.26) IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Yulaelawati (2004:115) menjelaskan bahwa belajar pengetahuan sosial merupakan usaha membentuk jaringan pengetahuan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Hal ini sama halnya dengan pendapat Wahab (2008:1.9) yang mengemukakan bahwa IPS bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan pengetahuan peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafal, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggungjawab

7 7 terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara. Lebih khusus ada tiga hal yang terkait dengan pembelajaran IPS yaitu; 1) penyampaian pengetahuan dan pengertian, 2) pembentukan nilai dan sikap, 3) melatih keterampilan. Ketiga hal ini perlu dilaksanakan oleh guru dalm proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran IPS akan sesuai dengan harapan yang ada. Pada jenjang SD pembelajaran IPS harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia SD berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Menurut Sumantri (2009:1.15) kemampuan berpikir logis muncul pada tahap kongkrit operasional. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang kongkrit. Ini dapat diartikan bahwa mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Metode Pembelajaran Inquiry Metode dalam bahasa inggris adalah method yang berarti cara. Apabila dikaitkan dengan pembelajaran maka metode adalah cara guru dalam membelajarkan siswa. Hamzah B. Uno (2010: 2) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan suatu metode dalam pembelajaran harus memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran yang akan diajarkan, karena penentuan metode ini merupakan langkah penting yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Sumiati ( 2009 : 11 ) berpendapat bahwa metode pembelajaran dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan materi pembelajaran. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keefektifan proses pembelajaran. Hal ini senada dengan pernyataan Wasley (dalam Wahab 2008 : 11.4) yang menyatakan bahwa guru yang baik haruslah memiliki metode yang baik, dan guru yang terbaik ditentukan oleh metode yang dikuasainya. Pernyataan ini menjelaskan bahwa penguasaan dan penerapan metode yang tepat dalam proses pembelajaran merupakan bagian yang esensial untuk mencapai tujuan.

8 8 Secara spesifik Chamisijatin, dkk (2008 : 7.16) menguraikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan metode antara lain : (1) Tujuan instruksional; (2) kemampuan guru; (3) kemampuan siswa; (4) jumlah siswa; (5) materi; (6) alokasi waktu; (7) fasilitas belajar yang tersedia. Dari berbagai metode yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran, salah satunya adalah metode pembelajaran inquiry. Kata inquiry sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inquiry berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. adalah salah satu cara belajar yang bersifat mencari sesuatu secara kritis, analitis, argumental ( ilmiah ) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung oleh data. Rogers (dalam Wahab, 2008 : 11.3) menjelaskan bahwa inquiry merupakan suatu proses untuk mengajukan pertanyaan dan mendorong semangat belajar para siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hakiim (2009 : 55) membagi strategi pembelajaran dalam dua cara, yaitu deduktif dan inqury induktif. 1) deduktif, yaitu konsep permasalahannya ditentukan oleh guru; 2) induktif, yaitu konsep atau prinsip ditentukan oleh siswa. dapat dilakukan secara individu, kelompok atau klasikal, serta dapat dengan tanya jawab, diskusi atau kegiatan di dalam maupun di luar kelas. Sanjaya (2011 : 201) menguraikan bahwa secara umum pelaksanaan metode inquiry mengikuti langkah-langkah sebagai berikut, 1) Orientasi; 2) Merumuskan masalah; 3) Mengajukan Hipotesis; 4) Mengumpulkan Data; 5) Menguji hipotesis; 6) Merumuskan kesimpulan. Hal ini senada dengan pendapat Hakiim (2009 : 55) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiri ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, yaitu : a) pemunculan masalah; b) pengumpulan data (verifikasi); c) pengumpulan data (eksperimen); d mengorganisasi dan menformulasikan pernyataan; e) analisis. Dalam menerapkan metode inquiry dalam proses pembelajaran harus memperhatikan prosedur operasional dari metode inquiry. Adapaun prosedur

9 9 operasional metode inquiry menurut Hakiim (2009 : 56) adalah sebagai berikut, 1) Pelajaran dimulai dari mencari jawaban untuk pertanyaan tentang dunia nyata dan siswa didukung untuk merumuskan pertanyaan yang menarik perhatian mereka. 2) Mencari pertanyaan alternative yang berhubungan guna mendorong peningkatan pemahaman sehingga penyelidikan (investigasi) menjadi suatu peristiwa yang berkelanjutan. 3) Pertanyaan, penyelidikan, dan pelajaran secara langsung dan dengan seketika dihubungkan dengan aktifitas yang dilakukan dan dialami siswa. 4) Dlam penyelidikan suatu masalah, dapat igunakan cara-cara yang berbeda sehingga dalam kelas dan waktu yang sama terjadi banyak aktivitas yang berbeda. 5) Intervensi guru dalam proses pembelajaran sangat kecil, karena guru harus berperan sebagai : a) pembantu dan fasilitator penyelidikan/investigasi siswa; b) motivator, penegak disiplin dan manajer kelas; pendengar yang baik, penilai dan lawan. Sebagaimana metode pembelajaran pada umumnya, metode inquiry memiliki beberapa kelebeihan dan kekurangan. Orgenes Tonga (2011) menjabarkan kelebihan dari metode inquiry adalah : 1) Mendorong siswa berpikir secara ilmiah dalam setiap pemecahan masalah yang dihadapi; 2) Membantu dalam menggunakan ingatan, dan transfer pengetahuan pada situasi proses pengajaran yang baru; 3) Mendorong siswa untuk berfikir kreatif, dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri; 4) Menumbuhkan sikap obyektif, jujur dan terbuka; 5) Situasi proses belajar mengajar menjadi hidup dan dinamis; 6) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik; 7) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri; 8) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik; 9) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan; 10) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu; 11) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri; 12) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional; 13) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Sedangkan kekurangan metode inquiry adalah : 1) Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang terbiasa dengan cara

10 10 tradisional, merupakan beban yang memberatkan; 2) Pelaksanaan pengajaran melalui metode ini, dapat memakan watu yang cukup panjang. Apalagi proses pemecahan masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah; 3) Proses jalannya inquiry akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa cara belajar konvensional tanpa kritik dan pasif apa yang diberikan oleh gurunya; 4) Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah. Akan tetapi justru memerlukan pengulangan dan penanaman nilai. Misalnya pada pengajaran agama, mengenai keimanan, ibadah dan akhlak ( diakses tanggal 1 April 2013). Penerapan Metode Inquiry pada Pembelajaran IPS Dalam mengajarkan ilmu pengetahuan sosial memerlukan suatu cara atau metode yang dapat menumbuhkan respon siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk menguasai materi pembelajaran. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007 : 75) menjelaskan bahwa dalam mengajarkan bidang studi kelompok sosial diperlukan adanya upaya pengembangan kemampuan berfikir yang luas dan tentunya fleksibel dalam arti guru harus mengajarkan pola-pola berfikir yang kompleks. Pendapat tersebut sama halnya dengan pendapat Hidayati, dkk (2008 : 1.25) IPS bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajr IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inquiry) untuk menemukan ide-ide, konsepkonsep baru sehingga mreka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. SDN 9 Telaga Biru merupakan salah satu sekolah dasar yang terdapat di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, yang tepatnya terletak di Desa Tinelo Kecamatan Telaga Biru, Secara fisik bangunan sekolah terdiri atas 10 bangunan permanen dengan jumlah siswa 228 orang serta tenaga guru 11 orang yang terdiri dari 7 orang guru PNS dan 4 orang Guru Tidak Tetap (GTT).

11 11 Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil penelitian terkait dengan hasil belajar siswa pada materi masalah sosial dengan menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian ini diawali oleh observasi awal terhadap subjek penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Selengkapnya hasil penelitian ini diuraikan sebagai berikut : Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 April 2013, yang disesuaikan dengan jadwal untuk mata pelajaran IPS di kelas IV. Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang lakilaki dan 12 orang perempuan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi masalah sosial yang menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran, sehingga memperoleh data sebagai berikut : 1. Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas belajar siswa siklus I menunjukkan bahwa dari 6 aspek yang diamati memperoleh rata-rata 53,33%. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru sebanyak 16 orang atau 80,00%, siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 13 orang atau 65,00%, siswa yang menjawab pertanyaan guru/teman sebanyak 12 orang atau 60,00%, dan siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 9 orang atau 45,00%, siswa yang aktif mencari informasi tentang maslah yang dibahas sebanyak 8 orang atau 40%, dan siswa yang dapat mengambil kesimpulan untuk memecahkan maslah sebanyak 6 orang 30,00%. 2. Pengamatan Kegiatan Guru Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I sesuai dengan lembar pengamatan yang mencakup 33 aspek yang diamati

12 12 dengan skor masing-masing aspek minimal 1 dan skor maksimal 4, sebagaiman hasil yang mencapai rata-rata 2,61 dengan total skor perolehan 86. Dari 33 aspek yang diamati terkait dengan kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran terdapat 6 aspek atau 18,18% yang memperoleh skor 4 (sangat baik), 13 aspek atau 39,40% yang memperoleh skor 3 (baik), 9 aspek atau 27,27% yang memperoleh skor 2 (cukup), dan 15,15% atau 5 aspek lainnya memperoleh skor 1 (kurang). 3. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dari 20 orang siswa yang mengikuti kegiatan evaluasi yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 13 orang atau 65%, sedangkan yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 7 orang atau 35%, dengan nilai rata-rata kelas 66,50. Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa 30 April 2013, yang disesuaikan dengan jadwal untuk mata pelajaran IPS di kelas IV. Pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh 20 orang siswa yang terdiri dari 8 orang lakilaki dan 12 orang perempuan. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan kegiatan pembelajaran di kelas yang mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi masalah sosial yang menerapkan metode inquiry dalam pembelajaran, sehingga memperoleh data sebagai berikut : 1. Pengamatan Aktivitas Siswa Aktivitas belajar siswa siklus II menunjukkan bahwa dari 6 aspek yang diamati memperoleh rata-rata 85,83%. Seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru atau mencapai 100,00%, siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 18 orang atau 90,00%, siswa yang menjawab pertanyaan guru/teman sebanyak 17 orang atau 85,00%, dan siswa yang mengajukan pertanyaan sebanyak 17 orang atau 85,00%, siswa yang aktif mencari informasi tentang maslah yang dibahas sebanyak 16 orang atau 80,00%, dan siswa yang dapat mengambil kesimpulan untuk memecahkan maslah sebanyak 15 orang atau 75,00%.

13 13 2. Pengamatan Kegiatan Guru Hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus II sesuai dengan lembar pengamatan yang mencakup 33 aspek yang diamati dengan skor masing-masing aspek minimal 1 dan skor maksimal 4, sebagaimana hasil yang mencapai rata-rata 2,61 dengan total skor perolehan Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang ditunjukkan oleh tabel 4.10 dapat dilihat bahwa dari 20 orang siswa yang mengikuti kegiatan evaluasi yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 17 orang, sedangkan yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 3 orang, dengan nilai rata-rata kelas 80,00. Peningkatan aktivitas belajar siswa yang dipengaruhi oleh guru yang telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, hal ini berimbas pula terhadap hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan yang ditunjukkan oleh ketuntasan belajar siswa Dengan demikian kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa metode inquiry terbukti, setidaknya dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diangkat simpulan sebagai berikut: 1) Metode pembelajaran inqury dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran IPS karena meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS khususnya pada materi masalah sosial di kelas IV SDN 9 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 2) Hasil belajar siswa mata pelajaran IPS dalam materi masalah sosial pada tahap observasi awal dari 20 orang siswa hanya 6 orang atau 30,00% yang tuntas dalam pembelajaran sedangkan 14 orang atau 70,00% tidak tuntas. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat 13 orang siswa atau 65,00% yang tuntas, sedangkan 7 orang lainnya atau 35,00% tidak tuntas. Pada siklus II sebanyak 17 orang siswa atau 85,00% yang tuntas, sedangkan 3 orang lainnya atau 15,00% tidak tuntas. Berdasarkan simpulan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Metode Inqury hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu metode dalam

14 14 pembelajaran IPS karena secara riil mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi masalah sosial. 2) Perlu adanya bimbingan secara rutin kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran Inquiry sehingga setiap guru memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan metode pembelajaran ini. 3) Perlu dukungan fasilitas pembelajaran IPS yang representatif guna mendukung implementasi penggunaan metode pembelajaran inquiry dalam pembelajaran. Daftar Pustaka Anitah Sri, dkk, Strategi Pembelajaran di SD, Jakarta : Universitas Terbuka Arikunto Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara Chamisijatin Lise, dkk, Pengembangan Kurikulum SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Hakim Lukmanul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara Hidayati, dkk, Pengembanagan Pendidikan IPS SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Khotimah Siti, Skripsi Penerapan Metode Inquiry Sosial pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar, Kemampuan Berpikir, dan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Manaruwi-I Bangil. Universitas Negeri Malang Lapono Nabisi, Belajar dan Pembelajaran SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nuryani, Skripsi. Skripsi Efektivitas Penggunaan Metode Inquiry Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SDN Tegalpanggung Danurejan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Universitas Negeri Malang Orgenes Tonga, ( diakses tanggal 1 April 2013).

15 15 PPG-PGSD 2012, ( diakses tanggal 1 April 2013) Pomalingo Nelson, Rahmat Abdul, Think Teacher Think Profesional, Bandung : MQS Publishing Riyanto Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media. Sardjiyo, dkk, Pendidikan IPS di SD, 56 Jakarta : Universitas Terbuka Siddiq Djauhar M, dkk, Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sumantri Mulyani, Nana Syaodih, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Universitas Terbuka Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran, Bandung : CV Wacana Prima Sunartombs, ( /2011/10/10/faktor-yangmempengaruhi-hasil-belajar/, diakses tanggal 28 Maret 2013) Sutikno Sobry M, Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, Bandung : Prospect Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I, Bandung : PT Imperial Bhakti Utama Tukijan Eddy, dkk, Sosiologi Pendidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Uno B. Hamzah, Model Pembelajaean Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta : PT. Bumi Aksara Wahab Aziz Abdul, Konsep Dasar IPS, Jakarta : Universitas Terbuka Yulaelawati Ella, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung : Pakar Raya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di SD Negeri 20 Ampana pada Pembelajaran IPA melalui Metode Inquiry Ratna Arifin Djana, Amran Rede, dan Marungkil Pasaribu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Dwiyani Hegarwati Guru SMAN 6 Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI Oleh Sartin Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Sejalan dengan itu, R. Gagne dalam Susanto (2013:1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Pada hakekat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang dialaminya sehingga terjadi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ruslan Siregar Guru SD Negeri 010 Ratu Sima Dumai Selatan siregarruslan972@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Inkuiri Menurut Sund, yang dikutip oleh Suryasubroto (1993), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry atau inquiry merupakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siti Hairunnisa dan Fitri Hilmiyati 135 Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Oleh: Siti Hairunnisa 1 dan Fitri Hilmiyati 2 Abstrak Studi ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII-B DI SMP NEGERI 1 BOLAANG Tjitriyanti Potabuga 1, Meyko

Lebih terperinci

Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No.

Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No. Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penyebab Benda Bergerak Di Kelas II SD No. 1 Polanto Jaya Fartati Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal yang menjadi komponen dalam pembelajaran tersebut. Salah satunya adalah kesesuaian antara

Lebih terperinci

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BANYUANYAR II SURAKARTA

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi tangung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JEMBANGAN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JEMBANGAN TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JEMBANGAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Habib Amin Nurrokhman 1), Suripto 2), Joharman 3)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

(JURNAL) Oleh SRI MULYANI MAMAN SURAHMAN RIYANTO M TARUNA

(JURNAL) Oleh SRI MULYANI MAMAN SURAHMAN RIYANTO M TARUNA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN TEMA CITA-CITAKU MELALUI METODE DISCOVERY (JURNAL) Oleh SRI MULYANI MAMAN SURAHMAN RIYANTO M TARUNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli Andi Rahmi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Permendikbud No 67 Th 2013 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yang menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA YANTI REFITA Guru SMP Negeri 3 Dumai yantirefita3@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan (Knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/ keterampilan (Skills development), sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali warga negara agar menjadi warga negara yang memiliki kecerdasan dan kepribadian yang baik. Hal tersebut sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam mewujudkan suatu negara yang maju, maka dari itu orang-orang yang ada di dalamnya baik pemerintah itu sendiri atau masyarakatnya

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN NO. 55 KECAMATAN DUMBO RAYA Oleh : SUMIATI DAUD Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang merlin_dylan@yahoo.co.id Abstract The purpose of this research is to improve science learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Hasil pembelajaran yang optimal merupakan sesuatu hal yang sangat didambakan oleh semua guru. Hal ini sangat mudah untuk diraih dan dinikmati oleh semua guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang disampaikan guru dapat terlihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar akan diperoleh

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RUSMAWATI Guru SD Negeri 031 Tarai Bangun rusmawati6360@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD.

TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD. PENGARUH METODE INQUIRY DAN DISCOVERY TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMPULKAN HASIL PERCOBAAN GAYA (DORONGAN DAN TARIKAN) DAPAT MENGUBAH BENTUK SUATU BENDA PADA SISWA KELAS IV SD. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, pendidikan di tuntut untuk mampu mengikuti perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di Indonesia mulai mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG Dwi Wahyuning Tiyas 1, Suminah 2, Sutansi 3 Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. Eko Wahyuningtyas 1, Aminuddin PP 2

MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. Eko Wahyuningtyas 1, Aminuddin PP 2 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol. 1 No.2 (2015) : 17-25 MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Eko Wahyuningtyas 1, Aminuddin PP 2 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu begitu pesat, sehingga berdampak kepada jalannya proses penerapan pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Rismawati, Ratman, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dalam belajar matematika, yang merupakan masalah bukanlah soal yang biasa dikerjakan oleh siswa atau biasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan mutlak harus dipenuhi dalam rangka upaya peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari pendidikan inilah diperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

Penerapan Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 3 Siwalempu

Penerapan Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 3 Siwalempu Penerapan Metode Inquiry Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 3 Siwalempu Nurhani, Yusuf kendek Paluin, dan Dewi Tureni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD *FAUZIAH FADLAH DAN **NURMAYANI *Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan, khususnya di Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sekolah dasar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan. diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan keterampilannya kepada generasi

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dewasa ini cenderung kembali kepada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik lagi jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan

Lebih terperinci

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan 2 demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang memadai, mengajar bukan semata persoalan menceritakan saja, lebih dari itu untuk dapat merubah sikap dan pengetahuan siswa

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang Bambang Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang motivasi untuk berkembang

Lebih terperinci

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Model pembelajaran inkuiri, keaktifan siswa, hasil belajar siswa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DI KELAS III SD NEGERI PADURENAN 04 BEKASI Aningsih Irnawati Sapitri

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR Vicky Budi Utomo 1, Dedi Kuswandi 2, Saidah Ulfa 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action

BAB III METODE PENELITIAN. metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu metode yang dianggap tepat adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo Monalisa Gerardini 1, Tri Juli Hajani 2, Optimalisasi Hasil Belajar IPA Melalui Model Learning Cycle 5E Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SUBTEMA GERAK DAN GAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 16 BANDA ACEH Suid AB 1), M.Nasir Yusuf 2), Nurhayati 3) 1) (Dosen Program Studi Pendidikan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan hampir di seluruh dunia. Perkembangan tersebut melibatkan seluruh bidang kehidupan lain untuk berkembang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan

I. PENDAHULUAN. pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan oleh guru. Tindakan dapat dikatakan bersifat edukatif bila berorentasi pada pengembangan diri atau pribadi

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Minarni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018

E.ISSN P.ISSN Vol.3 No.1 Edisi Januari 2018 UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL POLYA DI SEKOLAH DASAR Oleh : Sukriadi Hasibuan Fakultas IPS dan

Lebih terperinci