KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN Ir. ERNA MUTIARA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
|
|
- Budi Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990 Ir. ERNA MUTIARA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tiap warga negara berhak memeperoleh derajat kesehatan yang optimal, agar dapat bekerja serta hidup layak sesuai dengan martabat manusia, tidak terkecuali warga negara yang telah berusia lanjut. Masalah penduduk lanjut usia masih sedikit sekali mendapat perhatian dari pemerintah di negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini disebabkan karena proporsi penduduk lanjut usia umumnya sangat kecil dan ada hal-hal yang lebih penting untuk diperhatikan yang berkaitan dengan penduduk usia muda. Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya ilmu pengetahuan, terutama karena kemajuan ilmu kedokteran, mampu meningkatkan huruf harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan meningkat lebih cepat. Lanjut usia akan segera menjadi masalah pembangunan di Indonesia. Masalah itu menyangkut berbagai aspek mulai dari sosial ekonomi, sosial kemasyarakatan, sampai pada kesehatan. Indonesia pertama kali dalam perjalanan sejarahnya mengalami suatu realitas baru yaitu masalh lanjut usia. Ini berarti indonesia belum memiliki pengalaman penaganan masalah tersebut. Oleh karena itu diperlukan visi baru terhadap realitas itu atau paradigma baru menghadapi masalah itu. Diperlukan prakondisi atau penyiapan masyarakat untuk menerima realitas baru tersebut. Salah satu kondisi yang perlu segera disiapkan adalah pengupayaan intervensi dan mencegah terjadinya situasi seperti yang sering dicitrakan ke lanjut usia. Selain itu secara bertahap sudah perlu dimulai memikirkan kemudahan apa yang perlu dipersiapkan, dilayankan atau perhatian khusus apa yang harus diadakan terhadap lanjut usia. Hal ini hanya dapat dapat dilakukan kalau semua komponen dalam masyarakat ikut serta, baik yang bergerak secara langsung menangani lanjut usia maupun yang tidak langsung. Dinegara-negara maju terdapat perlakuan khusus terhadap senior citizen, misalnya potongan harga biaya transport, hiburan, rumah sakit dan pelayanan umum lainnya. Masyarakat negara maju telah melembaga memberikan perhatian yang istimewa terhap penduduk lanjut usia. Menciptakan kondisi seperti ini memerlukan langkahlangakah sistematik dan terencana dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan jumlah lanjut usia tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi, antara lain : 2003 Digitized by USU digital library 1
2 a. Bertambah besarnya sumber-sumber pemerintah dan masyarakat yang harus dikeluarkan untuk mengakomodasikan permasalahan yang diakibatkannya (untuk perawatan, penanggulangan permasalahan, penyediaan fasilitas, perluasan lapangan kerja dan pelatihan). b. Perlu lebih ditingkatkan penyuluhan sosial kepada masyarakat tentang karakteristik kehidupan lanjut usia. c. Penyediaan dan perluasan lapangan kerja serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang layak bagi lanjut usia. d. Penyediaan dan perluasan pelayanan sosial dan pelayanan lainnya yang secara kuantitatif dan kualitatif memadai. BATASAN-BATASAN LANJUT USIA Defenisi penduduk lanjut usia berbeda dari satu negara dengan negara lain. Dan defenisi ini juga masih bisa berubah dan dipengaruhi oleh bentuk kegiatan ekonomi dan perbedaan jenis kelamin disuatu masyarakat tertentu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), usia lanjut meliputi : a. Usia Pertengahan (Middle Age) = antara tahun. b. Usia lanjut (Elderly) = antara tahun. c. Usia lanjut tua (Old) = antara tahun. d. Usia sangat tua (Very Old) = di atas 90 tahun. Sumiati Ahmad Mohamad, membagi periodisasi biologis perkembangan manusia sebagai berikut : 0-1 tahun = masa bayi 1-6 tahun = masa pra sekolah 6-10 tahun = masa sekolah tahun = masa pubertas tahun = masa dewasa tahun = masa setengah umur (Prasenium) 60 tahun ke atas = masa lanjut usia (Senium) Jos Masdani mengatakan usia lanjut merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian : 1. Fase iuventus = tahun. 2. Fase verilitas = tahun. 3. Fase prasenium = tahun. 4. Fase senium = 65 tahun hingga tutup usia. Koesoemato Setyonegoro mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut : - Usia dewasa muda (Elderly Adulhood) = 18/20 25 tahun. - Usia dewasa penuh (Middle Years) = 25 60/65 tahun. - Usia lanjut (Geriatric Age) = > 65/70 tahun ; terbagi : - untuk umur tahun (Young Old) - untuk umur tahun (Old) - untuk umur > 80 tahun (Very Old) Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang disebut usia lanjut adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas. Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokan usia lanjut sebagai berikut : 2003 Digitized by USU digital library 2
3 Kelompok Pertengahan Umur, ialah kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45 54 tahun). Kelompok Usia Lanjut Dini, ialah kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki Usia Lanjut (55 64 tahun). Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi, ialah kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok Usia Lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Dalam tulisan ini diganakan batasan umur 55 tahun ke atas sesuai dengan batasan umur pensiun bagi pegawai negeri dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1965 yang menyatakan : Seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI SUMATERA UTARA Sejalan dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, jumlah lanjut usia juga bertambah. Menurut hasil Sensus Penduduk 1990, di Sumatera Utara dari jumlah 10,2 juta sebanyak atau 7,41 % diantaranya adalah penduduk lanjut usia. Karakteristik penduduk lanjut usia dalam tulisan ini hanya dibatasi pada karakteristik yang meliputi jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak yang dimiliki dan pendidikan. JENIS KELAMIN PENDUDUK LANJUT USIA Proporsi penduduk lanjut usia perempuan lebih besar dari laki-laki pada golongan umur tahun (30,42 % dan 29,14 %). Tapi proporsal penduduk lanjut usia baik laki-laki maupun perempuan per golongan umur tidak menunjukkan perbedaan yang menyolok antara kota dan desa. Pada golongan umur 65 tahun ke atas, proporsi penduduk lanjut usia lebih besar dijumpai di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan penduduk lanjut usia pada golongan umur 65 tahun ke atas lebih suka untuk menghabiskan masa tuanya didaerah pedesaan. Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1 berikut : 2003 Digitized by USU digital library 3
4 Status Perkawinan Laki-laki Perempuan Sumber : BPS, 1992 Tabel 1 Penduduk Lanjut Usia di Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin Kota Desa Total 31,31 28,78 16,56 11,73 11,62 N = ,45 26,42 16,55 12,07 13,50 N = ,14 28,42 17,06 13,38 13,00 N = ,92 26,74 16,94 12,31 14,09 N = ,14 28,53 16,91 12,86 12,56 N = ,42 26,63 16,82 12,24 13,90 N = STATUS PERKAWINAN PENDUDUK LANJUT USIA Seperti di banyak negara maju, status cerai mati biasanya lebih banyak dialami penduduk lanjut usia perempuan daripada laki-laki. Tabel 2 menunjukkan presentase laki-laki lanjut usia yang berstatus kawin (83,44 %) lebih besar dari perempuan lanjut usia (48,37 %). Presentase perempuan lanjut usia yang berstatus cerai mati lebih besar 4 kali daripada laki-laki lanjut usia yang berstatus sama (47 62 % dibandingkan dengan 11,36 %). Hal ini disebabkan karena laki-laki cenderung untuk mengharapkan bantuan dari istri sementara perempuan biasanya lebih bisa mengabaikan kerjasama dengan suaminya. Beberapa penjelasan dapat dapat dikemukakan sebagai berikut : pertama, perempuan hidup lebih lama daripada lakilaki; kedua, laki-laki biasanya menikahi perempuan yang lebih muda dari umurnya yang lebih tua umurnya. Dari sudut pandang sosio-biologi, dapat dijelaskan bahwa laki-laki mencapai kematangan seksual lebih lambat daripada perempuan. Lagipula, laki-laki lebih menyukai istri yang lebih muda. Pernikahan juga ditentukan oleh usia reproduksi perempuan. Sehingga, laki-laki tidak mau menikahi wanita pasca usia reproduksi. Alasan utama mengapa proposi perempuan berstatus cerai mati lebih besar adalah bahwa laki-laki cenderung untuk menikah kembali setelah bercerai atau istrinya meninggal. Hal ini disebabkan karena baynak laki-laki tidak dapat mengurus rumah tangga yang biasanya ditangani oleh istri mereka. Kematian dari pasangannya membuktikan kesulitan bagi seorang suami, karena mereka kurang berpengalaman dalam urusan rumah tangga. Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara menurut status perkawinan dapat dilihat pada tabel 2 berikut : 2003 Digitized by USU digital library 4
5 Status Perkawinan Laki-laki Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati Perempuan Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati Sumber : BPS, 1992 Tabel 2 Penduduk Lanjut Usia di Sumatera Utara Menurut Status Perkawinan Kota Desa Total 4,33 83,20 1,46 11,02 N = ,19 45,28 2,91 49,63 N = ,42 83,55 1,51 11,52 N = ,41 49,87 2,07 46,65 N = ,71 83,44 1,50 11,36 N = ,67 48,37 2,35 27,62 N = Yang menarik untuk dilihat adalah bahwa presentase perempuan lanjut usia yang berstatus cerai mati lebih banyak dijumpai di daerah kota daripada di daerah pedesaan (49,63 % dibandingkan dengan 46,65 %). Ini menunjukkan bahwa perempuan lanjut usia yang berstatus cerai mati pindah ke daerah kota untuk lebih dekat dengan sanak famili setelah kematian suami. Pada saat kematian sang suami banyak perempuan lanjut usia menghadapi perubahan besar dalam kehidupannya. Mereka hidup dalam kemiskinan karena tidak ada lagi dana pensiun khusus bagi mereka. Perempuan yang berstatus cerai mati biasanya lebih pada kondisi yang tidak menyenangkan. Hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk melanjutkan studi, sehingga lebih memungkinkan untuk mempunyai satus pekerjaan yang tinggi yang menyediakan pensiun. Alasan lain adalah kemungkinan perempuan lanjut usia untuk menikah lagi biasanya kecil. Sebaliknya, laki-laki usia lebih mungkin untuk menikah lagi, dan hidup dengan pasangannya. Menarik juga untuk dikaji presentase perempuan lanjut usia yang berstatus cerai hidup (2,35 %) lebih tinggi dari laki-laki lanjut usia yang berstatus sama (1,50 %). Perempuan lanjut usia ini mungkin tidak mempunyai anak, dan mereka bisa saja dicerai oleh suaminya. Memang status perempuan yang tidak subur sangat menyedihkan. Nilai anak masih dianggap sangat penting. Kadang-kadang perempuan lanjut usia mendapat kecaman yang sangat buruk jika mereka tidak memiliki anak. Hal ini sering menyebabkan perceraian. Karena alasan ini pula, tidak mengherankan bila perempuan lanjut usia lebih suka untuk bergantung kepada anak-anak mereka untuk keamanan di masa tua dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia. JUMLAH ANAK YANG DIMILIKI PENDUDUK LANJUT USIA Dengan menegetahui jumalah anak yang dimiliki penduduk lanjut usia diharapkan dapat diketahui peran anak sebagai pengayom bagi orang tua mereka. Orang tua yang memiliki anak baik yang tinggal di rumah maupun di temapt lain mungkin saja membantu orang tua mereka. Bentuk bantuan bisa berupa membantu mengurus 2003 Digitized by USU digital library 5
6 rumah tangga sehari-hari bagi anak yang tinggal bersama orang tua. Sementara bagi anak yang tinggal di tempat lain mungkin membantu orang tuanya dalambentuk uang yang dikirim secara teratur. Anak bungsu biasanya tetap tinggal bersama orang tua dan keluarganya, karena ia punya kewajiban untuk mengurus orang tuanya. Di Indonesia struktur keluarga dengan lebih dari dua generasi tinggal satu atap lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan negara-negara barat. Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara menurut jumlah anak masih hidup yang dimiliki dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3 Penduduk lanjut usia di Sumatera Utara Menururt jumalah Anak Masih Hidup Yang Dimiliki Jumlah Anak Masih Kota Hidup Yang Dimiliki Sumber : BPS, ,62 17,34 77,04 N = PENDIDIKAN PENDUDUK LANJUT USIA Desa 5,62 15,76 78,63 N = Banyak penduduk lanjut usia memiliki tingkat pendidikan yang rendah (tidak sekolah dan SD). Rendahnya tingkat pendidikan ini menyebabkan kesulitan-kesulitan dan sikap konservatif yang dapat menyebabkan kesulitan lebih lanjut dalam memahami untuk merawat mereka dan bagi perencana pelayanan sosial. Tabel 4 menunjukkan presentase penduduk lanjut usia di daerah kota/ belum pernah sekolah lebih rendah dari yang tinggal di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan karena lebih banyak fasilitas pendidikan di daerah kota dibandingkan dengan daerah pedesaan. Disamping itu, menyekolahkan anak-anak di tahun 1920 an merupakan suatu hal yang mewah. Hanya para orang kaya, priyayi, bangsawan, yang memiliki posisi yang tinggi di pemerintahan, yang dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas pendidikan tersebut. Begitupun, penduduk lanjut usia di daerah pedesaan dapat juga melanjutkan pendidikan sampai tingkat SD. Kemungkinan hambatan yang lain untuk sekolah lebih tinggi adalah berkaitan dengan kemampuan untuk mahir berbahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah hingga tahun Perempuan lanjut usia lebih mengalami diskriminasi untuk sekolah dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini tercermin dari tingginya presentase perempuan usia lanjut usia yang tidak/ belum pernah sekolah (49,38 %) dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia (19,47 %). Pola ini dapat juga dilihat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dimana presentase laki-laki lanjut usia yang berpendidikan SD ke atas lebih tinggi dibandingkan perempuan lanjut usia. Ada perbedaan yang besar antara laki-laki lanjut usia dan perempuan lanjut usia yang berpendidikan SD (66,86 % dibandingkan dengan 46,60 %). Ini menunjukkan banyaknya perempuan lanjut usia yang drop out dibandingkan dengan laki-laki lanjut usia. Hal ini disebabkan karena selama tahun 1920 an, anak perempuan diharapkan untuk membantu orang tua mereka di bidang produksi hasil pertanian, 2003 Digitized by USU digital library 6
7 peternakan dan tugas-tugas rumah tangga sehari-hari. Juga banyak dari mereka yang keluar dari dari sekolah bahkan sebelum mereka menyelesaikan pendidikan dasar tiga tahun, untuk dinikahkan. Oleh sebab itu, pernikahan dini lebih merupakan penghambat mereka untuk mencapai pendidikan tertinggi. Tabel 4 Penduduk Lanjut Usia di Sumatera Utara Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Kota Desa Total Laki-laki - Tidak/ Belum Pernah Sekolah - SD - SMTP - SMTA - Diploma+Akad+Univ 10,55 63,10 12,98 10,90 2,46 N = ,56 68,58 4,39 3,10 0,37 N = ,47 66,86 7,10 5,56 1,02 N = Perempuan - Tidak/ Belum Pernah Sekolah - SD - SMTP - SMTA - Diploma+Akad+Univ 35,96 54,69 5,84 3,13 0,38 N = ,91 42,67 0,95 0,46 0,02 N = Catatan : SD = Tida/ Belum Tamat SD SMTP = SMTP Umum dan SMTP Kejuruan SMTA = SMTA Umum dan SMTA Kejuruan DIPLOMA = Diploma I/ II AKADEMI = Akademi/ Diploma III Sumber : BPS, ,38 46,60 2,55 1,33 0,14 N = PENUTUP Ada beberapa sumber penting yang dimiliki penduduk lanjut usia untuk mengurus hidup mereka antara lain keluarga dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Sumber keluarga meliputi status perkawinan mereka dan jumlah anak yang dimiliki. Dengan dicapainya pendidikan tertinggi, mereka mempunyai posisi yang baik dalam pekerjaanya, sehingga dapat diharapkan dana pensiun untuk menunjang kehidupan di hari tuanya. Laki-laki lanjut usia lebih cenderung untuk memiliki beberapa keuntungan, seperti lebih cepat untuk memperoleh pasangan, atau cenderung untuk menjadi kepala rumah tangga. Sebaliknya perempuan usia lanjut, cenderung untuk berada pada kondisi yang tidak menyenangkan, seperti mereka bergantung kepada anak atau sanak famili mereka, dan mereka kebanyakan berstatus cerai mati Digitized by USU digital library 7
8 DAFTAR PUSTAKA Astawan Made and Mita Wahyuni, Gizi dan Kesehatan Manula, Medyatama Sarana Prakasa, Jakarta 1988 Biro Pusat Statistik, Sensus Penduduk Sumatera Utara 1990, BPS, Jakarta 1992 Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Pedoman Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut Di Puskesmas, Jakarta 1992 Nugroho Wahyudi, Perawatan Lanjut Usia, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1992 Shinta Arundati, Population Ageing in Yogyakarta 1980, School of Social Sciences, The Flinders University of South Australia, 1990 Universitas Sumatera Utara, Keadaan Sosial Ekonomi Dan Demografi Manusia Usia Lanjut, Studi Kasus : Beberapa Suku Bangsa di daerah Perkotaan dan Pedesaan Propinsi Sumatera Utara, Lembaga Penelitian USU, Medan Digitized by USU digital library 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Penduduk Lanjut Usia Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahaptahap perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kesejahteraan 2.1.1 Definisi Kesejahteraan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) adalah keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran.
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciPERKAWINAN DAN PERCERAIAN
PERKAWINAN DAN PERCERAIAN 1. Pendahuluan Dalam demografi pertumbuhan penduduk antara lain dipengaruhi oleh fertilitas. Perkawinan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Populasi warga lanjut usia (lansia) di Indonesia semakin bertambah setiap tahun, hal tersebut karena keberhasilan pembangunan di berbagai bidang terutama bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja atau young people adalah anak yang berusia 10-19 tahun (World Health Organization, 2011). Pada periode ini manusia mengalami masa transisi dengan kebutuhan kesehatan
Lebih terperinciGAMBARAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI JAMBI. IR. SINAR INDRA KESUMA Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas sumatera Utara I.
GAMBARAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI JAMBI IR. SINAR INDRA KESUMA Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas sumatera Utara I. PENDAHULUAN Sumber daya manusia atau human resources mengandung dua
Lebih terperincimengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah periode perubahan fisik yang sangat monumental dimana terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu secara seksual
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemenuhan hak-hak reproduksi wanita di dunia pada masa sekarang ini masih banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara Indonesia, di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi dan merupakan unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa dan salah satu keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI 2.1. Masyarakat Agraris Sejak zaman tokugawa sampai akhir perang dunia II, sistem keluarga Jepang diatur oleh konsep Ie dan bahkan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, seperti penemuan antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita
BAB I PENDAHULUAN Anak adalah sebagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu dari 8 tujuan pembangunan millenium atau MDG s (Millenium Development Goals) yang terdapat pada tujuan ke 5 yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya
KESEHATAN REPRODUKSI Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya Definisi Kespro Suatu Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh tidak sematamata bebas dari penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dilatar belakangi banyak masyarakat di pedesaaan yang lebih memilih menikah diusia muda dimana kematangan emosinya masih belum siap untuk membina sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu diantara tujuh manusia penduduk dunia yang berjumlah 6,75 miliar ini adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara yang tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
Lebih terperinciKONDISI SOSIAL EKONOMI
Bab 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 21 Bab 3 KONDISI SOSIAL EKONOMI Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau yang mempunyai wilayah seluas 632,26 Km 2 yang pada tahun 2002
Lebih terperinciPENDUDUK LANJUT USIA
PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk yang begitu besar di Negara yang sedang berkembang seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Dalam Wicaksono
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Makin tinggi angka kematian ibu disuatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penduduk ialah orang atau individu yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa pengertian yang secara singkat perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah dan memiliki anak adalah salah satu fase yang dialami dalam kehidupan dewasa awal. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Hal ini menunjukkan sudah adanya perhatian dunia dalam meningkatkan derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat
Lebih terperinciDATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA
DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya
Lebih terperinciBoleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya
INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan
Lebih terperinciDATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA
DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Indonesia antara lain meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,
Lebih terperinciFAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN REMAJA DAN EKONOMI KELUARGA DENGAN SIKAP REMAJA UNTUK MEMUTUSKAN MENIKAH DI USIA MUDA DI DESA PRAPAG KIDUL - LOSARI - BREBES S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan
Lebih terperinciMasalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur
Di Indonesia proses transisi demografi dapat dikatakan berhasil yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kematian bayi dan kematian maternal secara konsisten. Di sisi yang lain, terjadi peningkatan angka
Lebih terperincimenikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lingkaran kehidupan manusia dilihat dari penggolongan umur terdiri dari empat masa yaitu: masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa lanjut usia. Khususnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh rakyat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah
Lebih terperinciFAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG
FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program
Lebih terperinciIndeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014
Indeks Kebahagiaan Papua Tahun 2014 INDEKS KEBAHAGIAAN PAPUA TAHUN 2014 SEBESAR 60,97 PADA SKALA 0 100 Indeks Kebahagiaan Papua tahun 2014 sebesar 60,97 pada skala 0-100. Indeks kebahagiaan merupakan rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Banyaknya penurunan yang terjadi pada lanjut usia, menuntut lansia dapat menyesuaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu
Lebih terperinciLATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN
Http://arali2008.wordpress.com LATIHAN ANALISIS KEPENDUDUKAN OLEH Arsad Rahim Ali Staf Dinas Kesehatan Kab Polewali Mandar Analisa kependudukan dibatasi pada analisa distribusi jenis kelamin dan usia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah di dalam masyarakat kadang masih menjadi tolak ukur kedewasaan. Setelah memiliki pekerjaan mapan dan penghasilan sendiri, orang umumnya mulai berpikir
Lebih terperinciSITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN ,11 GAMBAR III. PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017
SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO Andesia Maliana Akademi Kebidanan Gemilang Husada andesia.maliana@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan aset dan generasi penerus bangsa yang harus sehat secara jasmani, mental dan spiritual. Usia remaja merupakan fase umur penduduk yang sangat menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Spiritual 2.1.1 Defenisi Spiritual Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda. Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang layak bagi seluruh masyarakat. Semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. 1 Hasil positif yang telah terwujud seiring dengan keberhasilan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengertian Beberapa pengertian singkat yang perlu diketahui untuk mendukung tulisan ini dan merupakan bahan acuan dalam mengembangkan aplikasi yang ada, yaitu : 2.1.1.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup. Lansia dengan jumlah yang meningkat dapat berperan
Lebih terperinciEKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN LANSIA DENGAN KEAKTIFAN DALAM BERPARTISIPASI PADA KEGIATAN POSYANDU LANSIA III DI DESA SAREN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJAMBE SRAGEN S K R I PS I Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual merupakan komponen integral yang tidak terpisahkan pada semua orang (Stanley
Lebih terperinciPendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak
Pendahuluan Anak adalah aset bangsa dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang akan menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Oleh karena itu perhatian dan harapan yang besar perlu diberikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah pembangunan kesehatan di Indonesia mempunyai delapan tujuan, dimana dua diantaranya adalah untuk menurunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang
Lebih terperinciASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami perhitungan angka kelahiran.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefenisikan remaja sebagai masa dimana individu berkembang pada saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sampai mencapai
Lebih terperinciHUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN
LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN PROGRAM PELAYANAN POSYANDU LANSIA TERHADAP TINGKAT KEPUASAN LANSIA DI DAERAH BINAAN PUSKESMAS DARUSSALAM MEDAN Wirdasari Hasibuan*, Ismayadi** ABSTRAK Program pelayanan posyandu
Lebih terperinciKesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,
61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan modal dasar utama dalam pembangunan suatu negara. Penduduk yang besar dan berkualitas merupakan investasi yang berharga dengan produktifitasnya yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua (aging process) adalah akumulasi secara progresif dari berbagai perubahan patofisiologi organ tubuh yang berlangsung seiring dengan berlalunya waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)
Lebih terperinci