HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL GENOTIPE PADI DI TIGA LEVEL KETINGGIAN TEMPAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL GENOTIPE PADI DI TIGA LEVEL KETINGGIAN TEMPAT"

Transkripsi

1 45 HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL GENOTIPE PADI DI TIGA LEVEL KETINGGIAN TEMPAT (Correlation of Growth and Yield Components on Yield of Rice Genotypes under Three Different Altitudes ) Sherly Rahayu 1,, Desta Wirnas 3 dan Hajrial Aswidinnoor 3,* ABSTRACT The primary environmental factor which causes weather damage is basically low temperatures. It causes yield lost through decreasing of the yield components. This study was aimed to evaluate the phenotypic correlation and broad sense heritability related to low temperature stress condition. Experimental design was randomized complete block design with three replications. The experiment was conducted in rainy season (011/01) at three different altitudes areas (Banjaran with 700 m above sea level, Ciburuy with 900 m above sea level and Boyongbong with 100 m above sea level) used 5 rice genotypes. The result indicated that there were a similar positive correlation of agronomic trait which highly significant for all locations i.e tiller numbers with grain yield, panicle length with flag leaf length, flowering date with grain weight and grain filled percentage with grain filled number and also grain yield. Most of the yield components had broad sense heritability with high category ranged from 0,51 for filled grain numbers to 0,86 for flowering date. Key words: rice, correlation, agronomic trait, low temperature PENDAHULUAN Berbagai kendala ditemukan dalam rangka melestarikan dan meningkatkan produksi padi di Indonesia. Salah satunya, keterbatasan lahan pertanian yang turut menjadi faktor penghambat budidaya tanaman padi. Berbagai kawasan dengan kondisi yang beragam terus dikembangkan untuk menjadi lahan yang potensial bagi penanaman padi di antaranya daerah dataran tinggi yang merupakan sebagian besar kawasan di Indonesia. Suatu pendekatan yang telah dikaji untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah adalah melalui pendekatan varietas unggul (Balitpa 003) namun hasil yang didapatkan belum optimal. 1 Mahasiswa S Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Staf Peneliti, Bidang Pertanian, PATIR, BATAN, Jakarta 3 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB * Penulis untuk Korespondensi (Coresponding Author), hajrial@gmail.com

2 46 Di Indonesia lahan dataran tinggi dengan kemiringan > 15% diperkirakan 5,5 juta (Las et al. 1993). Kurang kondusifnya kondisi lingkungan yang meliputi suhu rendah, keterbatasan air, lama penyinaran yang cenderung lebih singkat serta curah hujan yang sedikit memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan padi di kawasan dataran tinggi. Ekosistem dataran tinggi mempunyai rata-rata suhu selama musim pertumbuhan bervariasi dari C. Temperatur kritis untuk tanaman padi biasanya di bawah 0 C dan bervariasi menurut fase pertumbuhan. Pada stadia vegetatif tanaman padi, temperatur yang lebih rendah dari 15 C dapat mengurangi tinggi tanaman, pertumbuhan akar dan bobot kering tanaman (Lee 001). Pengaruh nyata juga terjadi pada karakter panjang malai dan jumlah gabah yang mengalami penurunan (Long et al. 006). Suhu rendah selama fase reproduksi menyebabkan struktur dan fungsi organ reproduksi menjadi abnormal dan berdampak terhadap proses penyerbukan (Mahajan & Tuteja 010). Cekaman suhu rendah merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi padi di beberapa negara. Pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas padi yang toleran suhu rendah merupakan pendekatan yang efektif dan bernilai ekonomi untuk menyelesaikan permasalah ini (Jun et al. 008). Beberapa karakter yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan produksi padi yaitu jumlah malai, kapasitas sink, jumlah gabah total, panjang malai, efisiensi pengisian gabah yang stabil, dan potensi hasil yang tinggi (Chen 008). Korelasi antar karakter agronomi dengan hasil perlu dipelajari lebih mendalam karena akan menentukan arah pemuliaan untuk menghasilkan varietas dengan potensial hasil yang tinggi pada lingkungan optimal maupun marginal. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi mengenai korelasi antar komponen pertumbuhan, komponen hasil dengan hasil genotipe padi dataran tinggi serta mengetahui nilai heritabilitas setiap karakter agronomi pada pengujian tigal level ketinggian tempat.

3 47 METODE PENELITIAN Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada musim hujan 011/01 mulai bulan Oktober 011 sampai dengan bulan April 01 di tiga lokasi yaitu Banjaran (700 m dpl), Ciburuy (900 m dpl) dan Boyongbong (100 m dpl). Waktu penanaman di setiap lokasi berselang 1 minggu. Materi genetik yang digunakan terdiri dari dua puluh lima genotipe yang telah di seleksi berdasarkan keragaan karakter agronomi dan hasil pada MK 011 (Tabel 7). Penelitian di setiap lokasi dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 3 ulangan dan genotipe menjadi perlakuan. Satuan percobaan berupa plot yang berukuran m x 5 m. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm, setelah benih semaian berumur 1 hari. Bibit ditanam sebanyak satu bibit per lubang. Tanaman dipupuk dengan dosis 110 kg.ha -1 Urea, 100 kg.ha -1 SP36 dan KCl 100 kg.ha -1. Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pertanaman di lapangan. Panen dilakukan pada saat tanaman telah matang fisiologis, sesuai dengan galur yang diuji, yang ditandai dengan menguningnya bulir gabah. Pengamatan 1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ujung malai. Jumlah anakan produktif, dihitung setelah fase pembungaan penuh. 3. Umur berbunga, dihitung jumlah hari dari waktu semai sampai lebih dari 50 % tanaman telah mengeluarkan malai dalam setiap petak. 4. Umur panen, jumlah hari dari waktu semai hingga matang. 5. Panjang malai, diukur dari pangkal hingga ujung malai. 6. Panjang daun bendera, diukur dari pangkal hingga ujung daun bendera. 7. Persentase gabah bernas per malai, dihitung dengan membandingkan jumlah gabah isi dengan jumlah gabah total per malai dikali 100%. 8. Bobot 1000 biji (g). 9. Hasil (ton/ha), dihitung per plot.

4 48 Tabel 7 Genotipe padi dataran tinggi yang digunakan dalam penelitian pada MH 011/01 No Genotipe Dosis Radiasi Generasi Induk/Tetua (kgy) 1 C M6 Ciburuy 4 C M6 Ciburuy 8 3 RB M6 Randah Batu Hampa 4 RB M6 Randah Batu Hampa 5 RB M6 Randah Batu Hampa 6 KN M6 Kuning 7 KN M6 Kuning 8 KN M6 Kuning 9 PK M6 Kutu 10 PK M6 Kutu 11 C M6 Ciburuy 3 1 KN M6 Kuning 13 OS M6 Osog 14 KK M6 Kuriek Kusuik 15 CM M6 Ceredek Merah 16 IPB97-F-13 Galur murni IPB6-d-10s-1-1 x Fatmawati 17 IPB117-F-0 F8 Pulu Mandoti x Fatmawati 18 IPB F8 Pulu Mandoti x Fatmawati 19 IPB F8 Pulu Mandoti x Fatmawati 0 IPB117-F-15-4 F8 Pulu Mandoti x Fatmawati 1 Kuning Padi Lokal Dataran Tinggi Kutu Padi Lokal Dataran Tinggi 3 Randah Batu Hampa Padi Lokal Dataran Tinggi 4 Kuriek Kusuik Padi Lokal Dataran Tinggi 5 Sarinah Varietas Pembanding Pengolahan Data Data yang telah direkapitulasi dianalisis melalui perangkat lunak SAS dengan tahapan berikut : 1. Analisis ragam pada masing-masing lokasi Sidik ragam digunakan untuk melihat keragaman yang terdapat diantara genotipe. Analisis ragam setiap karakter genotipe padi pada masing-masing lokasi dilakukan mengikuti metode yang dikemukakan oleh Singh dan Chaudhary (1979) dan Falconer (1989).. Analisis ragam gabungan Analisis ragam gabungan dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan.

5 49 3. Studi keragaman dengan melibatkan G x E Menurut Hallauer dan Miranda (1995), ragam fenotipik ( ), ragam genotipik ( ), ragam interaksi ( gl ) dihitung sebagai berikut: g p = g + ( / l) + ( / rl) gl e p g = (M 3 M ) / rl gl e = (M M 1 ) / r = M 1 /rl Menurut Sing dan Chaudhary (1979) nilai duga heritabilitas dan kriterianya dihitung dengan menggunakan rumus : h bs g p Kriteria nilai heritabilitas (Stanfield 1983): h > 0.5 (heritabilitas tinggi), 0. > h > 0.5 (heritabilitas sedang), h < 0. (heritabilitas rendah). Koefisien keragaman genetik diduga berdasarkan ragam genotipik ( ). Standar deviasi ragam genetik dapat menentukan luas atau sempitnya nilai keragaman genetik suatu karakter menggunakan rumus berikut: g g = M 3 M dbg db gl ( rl) (Hallauer dan Miranda 1995). g > g : keragaman genetik luas; g < g : keragaman genetik sempit. Keterangan : M 3 = kuadrat tengah genotipe; M = kuadrat tengah genotipe x lokasi; R= banyaknya ulangan; L= banyaknya lokasi; db g = derajat bebas genotipe; db gl = derajat bebas genotipe x lokasi 4. Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui karakter yang berkaitan dengan karakter utama, yaitu untuk memperbaiki respon ikutan dalam penerapan seleksi tak langsung. Analisis korelasi dihitung berdasarkan (Gaspersz 199):

6 50 r xy Keterangan: n xiyi ( xi)( yi) [ n x ( xi) ][( n y ( yi) ] i i r xy = korelasi variabel X dan Y; n= jumlah objek pengamatan; x= nilai variabel X; dan y=nilai variabel Y 5. Analisis Lintasan (path analysis) Analisis lintasan digunakan untuk mengetahui kontribusi suatu variabel bebas terhadap variabel respon apakah berpengaruh langsung atau tidak langsung. Analisis lintasan berdasarkan persamaan simultan (Gasperz 199) seperti berikut: Keterangan: r11r1r1 r 1r r rp1rp r Rx C Ry p 0 pp C 1 r C r C 3 r 1 y y py Rx = matriks korelasi antar variabel bebas dalam model regresi berganda yang memiliki p buah variabel bebas sehingga merupakan matriks dengan elemnen-elemen R xixj (i,j=1,,...,p) C = vektor koefisien lintasan yang menunjukan pengaruh langsung dari setiap variabel bebas yang telah dibakukan Ry = vektor koefisien korelasi antar variabel bebas Xi (i=1,,...p) dan variabel tak bebas Y HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian genotipe padi pada tiga ketinggian tempat menghasilkan perbedaan keragaan karakter agronomi. Semua karakter agronomi yang diamati memiliki pengaruh genotipe yang berbeda nyata (P <0.0001) di ketinggian 700 m dpl. Koefisien keragaman tergolong rendah berkisar antara 0.44% pada karakter umur panen hingga 17.78% pada karakter jumlah gabah bernas (Tabel 8). Nilai koefisien keragaman dengan kategori sedang terdapat pada karakter jumlah anakan produktif sebesar 3,19% dan karakter gabah bernas per malai sebesar 7,54% di ketinggian 900 m dpl. Karakter agronomi yang memiliki

7 51 keragaman diantara genotipe yang tidak berbeda nyata di ketinggian 100 m dpl yaitu jumlah anakan produktif dan panjang malai. Karakter jumlah gabah bernas memiliki koefisien keragaman yang tergolong sedang (33.77%) sedangkan karakter agronomi lainnya memiliki koefisien keragaman yang tergolong rendah. Ketinggian tempat berkait erat dengan suhu dan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan tanaman. Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dengan penurunan suhu. Semakin tinggi suatu tempat, memiliki suhu yang semakin rendah dan menyebabkan berkurangnya tinggi tanaman. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 8, tinggi tanaman rata-rata yaitu 11,39 cm (di ketinggian 700 m dpl), 109,9 cm (di ketinggian 900 m dpl) dan 100,33 cm (di ketinggian 100 m dpl). Jumlah gabah bernas terbanyak terdapat di ketinggian 700 m dpl (155 butir per malai), sedangkan di ketinggian 900 m dpl dan 100 m dpl memiliki rata-rata jumlah gabah bernas yang sama, masing-masing 91 butir per malai. Berbeda dengan jumlah anakan produktif, pada ketinggian 100 m dpl memiliki jumlah anakan paling banyak (3 anakan per rumpun) diikuti oleh ketinggian 900 m dpl dan 700 m dpl. Karakter panjang daun bendera di ketinggian 900 m dpl lebih panjang (33,39 cm) dibandingkan dengan ketinggian 700 m dpl (31,16 cm) dan ketinggian 100 m dpl (7,19 cm). Persentase gabah bernas juga menunjukkan korelasi positif dengan suhu rendah. Semakin rendah suhu maka persentase gabah bernas semakin berkurang, seperti dapat dilihat pada Tabel 8, untuk ketinggian 700, 900 dan 100 m dpl masing-masing memiliki persentase gabah bernas sebesar 77,17%; 65,37% dan 63,03%. Hal serupa terjadi pada karakter panjang malai dan bobot 1000 butir. Nilai rata-rata panjang malai yang tinggi terdapat di ketinggian 700 m dpl (6,5 cm) diikuti ketinggian 900 m dpl (5,15 cm) dan ketinggian 100 m dpl (,67 cm). Terdapat perbedaan pengaruh ketinggian tempat terhadap umur berbunga dan umur panen. Umur berbunga dan umur panen yang paling dalam terdapat di ketinggian 900 m dpl yaitu 116 (HSS) dan 146 HSS sedangkan di ketinggian 700 m dpl memiliki rata-rata umur berbunga dan umur panen masing-masing 111 HSS dan 139 HSS, namun di ketinggian 100 m dpl memiliki umur berbunga dan umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan ketinggian 900 m dpl, yaitu 114 HSS dan 140 HSS.

8 5 5 Tabel 8 Analisis ragam karakter agronomi genotipe padi dataran tinggi di tiga lokasi dengan perbedaan ketinggian tempat Sumber Keragaman TT GI JAP PDB PGI PM SB UB UP Lokasi Banjaran (700 m dpl) Kelompok 6.7 tn tn 56.5** 7.99 tn 69.61* 4.37 tn.58 tn tn.41 tn Genotipe 585.0** ** 44.98** 46.35** ** 1.93** 13.89** 50.14** 17.** Galat KK Rata-rata Sumber Keragaman TT GI JAP PDB PGI PM SB UB UP Lokasi Ciburuy (900 m dpl) Kelompok 543.7** tn 34.1 tn 6.86 tn tn 0.67 tn 0.84 tn 14.5** 3.16* Genotipe 390.5** ** 7.99 tn 53.89** ** 6.6** 5.3** tn 56.76** Galat KK Rata-rata Sumber Keragaman TT GI JAP PDB PGI PM SB UB UP Lokasi Boyongbong (100 m dpl) Kelompok 57.3 tn tn 69.97* 7.1 tn tn 0.95 tn.0 tn 0.17** 0.16 tn Genotipe 17.16** ** 0.04 tn 39.11** ** 4.93 tn 6.48* 3.43 tn 46.8** Galat KK Rata-rata Keterangan: TT=tinggi tanaman (cm), GI = gabah bernas, JAP=jumlah anakan produktif, PDB=panjang daun bendera (cm), PGI=persentase gabah bernas, PM=panjang malai (cm), SB=bobot 1000 butir (g), UB= umur berbunga, UP=umur panen, KK=koefisien keragaman, tn=tidak berbeda nyata, *)=berbeda nyata, P<0.05, **)=berbeda nyata, P<0.01

9 53 Korelasi antara karakter agronomi sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan genotipe. Karakter tinggi tanaman memiliki korelasi negatif dan sangat nyata dengan karakter persentase gabah bernas (-0,3) dan jumlah gabah bernas (-0,61) serta berkorelasi positif dan nyata dengan karakter umur berbunga (0,7) di ketinggian 700 m dpl. Karakter jumlah anakan produktif berkorelasi positif dan nyata dengan produksi GKG (0,81) dan berkorelasi negatif dan nyata dengan karakter panjang malai (-0,4) dan bobot 1000 butir (-0,58) dapat dikatakan bahwa di ketinggian 700 m dpl, semakin banyak jumlah anakan maka produksi semakin meningkat tetapi terjadi penurunan bobot 1000 butir dan panjang malai. Korelasi positif dan nyata terdapat pada karakter panjang malai dengan beberapa karakter yaitu; panjang daun bendera (0,64), umur berbunga (0,33) dan bobot 100 butir (0,56), namun berkorelasi negatif dengan persentase gabah bernas (-0,63) dan produksi GKG (-0,55) (Tabel 9). Karakter umur berbunga memiliki nilai korelasi yang sama namun berbanding terbalik dengan karakter persentase gabah bernas (-0,37) dan bobot 1000 butir (0,37). Dapat diartikan bahwa, penundaan umur berbunga menyebabkan persentase gabah bernas semakin rendah tetapi bobot 1000 butir semakin meningkat. Tidak terdapat korelasi yang nyata pada karakter umur panen dengan karakter agronomi lainnya. Karakter persentase gabah bernas menentukan produksi GKG, hal ini ditunjukan dengan korelasi yang positif dan sangat nyata di antara dua karakter (0,69) dan gabah bernas (0,3) tetapi berkorelasi negatif dan nyata dengan bobot 1000 butir (-0,36). Nilai korelasi antar dua karakter yang semakin mendekati +1 atau -1 mengindikasikan semakin dekatnya hubungan diantara kedua karakter tersebut (Mattjik dan Sumertajaya 008). Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dan sangat nyata dengan karakter umur panen (0,30), persentase gabah bernas (0,47) dan produksi GKG (0,50), tetapi berkorelasi negatif dan nyata dengan bobot 1000 butir (-0,3) di ketinggian 900 m dpl (Tabel 10). Panjang malai berkorelasi negatif dan nyata dengan persentase gabah bernas (-0,47) dan produksi GKG (-0,33). Dapat diartikan bahwa semakin panjang malai maka semakin tinggi jumlah gabah hampa dan terjadi penurunan angka produksi. Serupa dengan di ketinggian 700 m dpl, dimana umur panen tidak memiliki korelasi yang nyata dengan karakter agronomi

10 54 lainnya. Persentase gabah bernas memiliki korelasi negatif dan sangat nyata dengan bobot 1000 butir (-0,75) tetapi berkorelasi positif dan sangat nyata dengan jumlah gabah bernas dan produksi GKG masing-masing 0,65 dan 0,74. Sebagian besar karakter agronomi memiliki hubungan korelasi yang tidak nyata di ketinggian 100 m dpl (Tabel 11). Korelasi positif dan nyata hanya terdapat pada karakter tinggi tanaman dengan jumlah gabah bernas (0,40), jumlah anakan produktif terhadap produksi GKG (0,3), karakter panjang malai dengan panjang daun bendera (0,38), umur berbunga dengan bobot 1000 butir (0,31), persentase gabah bernas dengan jumlah gabah bernas (0,58) dan produksi GKG (0,83). Korelasi negatif dan nyata hanya terdapat pada karakter tinggi tanaman terhadap jumlah anakan produktif (-0,5). Karakter jumlah anakan produktif, jumlah gabah bernas dan persentase gabah bernas memiliki kontribusi yang besar terhadap produksi di lingkungan dengan cekaman suhu rendah di ketinggian 100 m dpl pada MK 011. Fageria (007) melaporkan bahwa kultivar dengan jumlah anakan yang banyak akan lebih baik dibandingkan dengan yang memiliki anakan sedikit pada lingkungan bercekaman, karena dapat mengimbangi produksi, namun pada lingkungan optimal tidak memiliki pengaruh nyata. Kemampuan tanaman menghasilkan anakan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan malai yang berkorelasi kuat dengan hasil (Miller et al. 1991). Jumlah anakan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu, densitas tanaman dan nutrisi (Wu et al. 1998). Karakter persentase gabah bernas merupakan karakter utama pada lingkungan dengan cekaman suhu rendah, yang memiliki kontribusi di lingkungan optimal sebesar 4%, sedangkan di lingkungan marginal jauh lebih besar yaitu sebesar 69%, sehingga (Khush 1999). Keeratan hubungan diantara dua karakter lebih banyak terdapat di ketinggian 700 m dpl. Beberapa karakter agronomi memiliki korelasi positif sangat nyata yang sama di ketiga lokasi yaitu diantara karakter jumlah anakan produktif dengan produksi GKG, panjang malai dengan panjang daun bendera, karakter umur berbunga dengan bobot 1000 butir, karakter persentase gabah bernas dengan jumlah gabah bernas dan produksi GKG.

11 55 Tabel 9 Nilai koefisien korelasi karakter agronomi galur padi dataran tinggi di ketinggian 700 m dpl TT JAP PM PDB UB UP PGI SB GI JAP 0,5* PM -0,03 tn -0,4** PDB -0,06 tn -0,6 tn 0,64** UB 0,7* -0,06 tn 0,33** 0,15 tn UP 0,1 tn 0,04 tn -0,10 tn -0,15 tn 0,58** PGI -0,3** 0,9* -0,63** -0,43** -0,37** 0,09 tn SB -0,16* -0,58** 0,56** 0,41** 0,37** -0,0 tn -0,36** GI -0,61** -0,0 tn 0,1 tn 0,1 tn -0,5* -0,13 tn 0,3** 0,17 tn PRO 0,07 tn 0,81** -0,55** -0,35** -0,04 tn 0,18 tn 0,69** -0,37** 0,01 tn Keterangan: TT=Tinggi Tanaman; JAP=Jumlah Anakan Produktif; PM=Panjang Malai; PDB= Panjang Daun Bendera; UB=Umur Berbunga; UP=Umur Panen; PGI=Persentase Gabah Isi; SB=Bobot 1000 butir;gi=gabah Isi.*)berkorelasi nyata pada taraf 5%; **)berkorelasi nyata pada taraf 1%. Tabel 10 Nilai koefisien korelasi karakter agronomi galur padi dataran tinggi di ketinggian 900 m dpl TT JAP PM PDB UB UP PGI SB GI JAP 0,04 tn PM -0,13 tn 0,09 tn PDB 0,1 tn 0,11 tn 0,3** UB 0,05 tn 0,19 tn 0,04 tn -0,30** UP 0,30** 0,07 tn -0,11 tn -0,30** 0,75** PGI 0,47** -0,13 tn -0,47** 0,09 tn -0,6* -0,10 tn SB -0,3** 0,08 tn 0,56** -0,0 tn 0,30** 0,15 tn -0,75** GI 0,16 tn -0,05 tn -0,19 tn 0,09 tn -0,11 tn 0,07 tn 0,65** -0,48** PRO 0,50** 0,48** -0,33** 0,10 tn 0,03 tn 0,14 tn 0,74** -0,45** 0,50** Keterangan: TT=Tinggi Tanaman; JAP=Jumlah Anakan Produktif; PM=Panjang Malai;PDB= Panjang Daun Bendera ; UB=Umur Berbunga; UP=Umur Panen; PGI=Persentase Gabah Isi; SB=Bobot 1000 butir;gi=gabah Isi. *)berkorelasi nyata pada taraf 5%; **)berkorelasi nyata pada taraf 1%. Tabel 11 Nilai koefisien korelasi karakter agronomi galur padi dataran tinggi di ketinggian 100 m dpl TT JAP PM PDB UB UP PGI SB GI JAP -0,5* PM 0,08 tn -0,03 tn PDB 0,1 tn -0,0 tn 0,38** UB 0,19 tn -0,14 tn 0,13 tn 0,14 tn UP -0,05 tn 0,16 tn 0,06 tn 0,16 tn 0,09 tn PGI 0,3 tn -0,11 tn -0,0 tn -0,03 tn -0,01 tn 0,16 tn SB 0,17 tn -0,19 tn -0,08 tn 0,11 tn 0,31** -0,07 tn 0,04 tn GI 0,40** -0,19 tn 0, tn 0,5* -0,1 tn -0,1 tn 0,58** 0,0 tn PRO 0,15 tn 0,3** -0,17 tn -0,09 tn 0,03 tn 0,9* 0,83** 0,16 tn 0,38** Keterangan: TT=Tinggi Tanaman; JAP=Jumlah Anakan Produktif; PM=Panjang Malai; PDB= Panjang Daun Bendera; UB=Umur Berbunga; UP=Umur Panen; PGI=Persentase Gabah Isi; SB=Bobot 1000 butir;gi=gabah Isi.*) berkorelasi nyata pada taraf 5%; **) berkorelasi nyata taraf 1%.

12 56 Perbandingan antara besaran ragam genotipe dengan besaran total ragam fenotipe suatu tipe dinyatakan oleh nilai heritabilitas. Nilai ini dapat menjelaskan seberapa besar peranan suatu genotipe terhadap fenotipe tanaman di lapangan dibandingkan dengan faktor lingkungan (Fehr 1987). Karakter jumlah anakan produktif, panjang malai, panjang daun bendera dan umur panen mempunyai nilai heritabilitas sedang yang berkisar antara 0,4 0,49. Karakter lainnya memiliki nilai heritabilitas tinggi yang berkisar 0,5-0,86 (Tabel 1). Tabel 1 Parameter genetik komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi dataran tinggi di tiga ketinggian tempat Karakter G GL P h BS KKG (%) KKF (%) Produksi 0,37 0,38 0,48 0,77 t 16,51 t 18,80 TT 50,9 7,48 60,71 0,84 t 6,81 ar 7,43 JAP 4,61 15,33 9,41 0,49 s 9,44 ct 13,48 PM 0,48,6 1,13 0,4 s,8 r 4,3 PDB,88 9,95 5,86 0,49 s 5,44 ar 7,75 UB 14,75 10,43 17,0 0,86 t 3,43 r 3,71 UP 1,40 8,47 3,1 0,45 s 0,84 r 1,6 PGI 118,83 175,93 163,19 0,73 t 16,59 t 19,44 SB,48 1,58,9 0,85 t 6,64 ar 7,0 GI 18,3 471,11 360,13 0,51 t 11,66 ct 16,39 GTO 785, ,9 1145,05 0,69 t 16,47 t 19,88 LP 7,54 35,57 15,04 0,50 t 9,43 ct 13,3 Keterangan: σ G=Ragam genotipe, σ GL=Ragam GxE, σ P=Ragam fenotipe, h BS=Heritabilitas dalam arti luas (t tinggi, s sedang, r rendah), KKG=Koefisien keragaman genetik (%) (ct cukup tinggi, t tinggi, ar agak rendah, r rendah), KKF=Koefisien keragaman fenotipe (%), x=nilai rata-rata. TT=Tinggi Tanaman; JAP=Jumlah Anakan Produktif; PM=Panjang Malai; PDB= Panjang Daun Bendera; UB=Umur Berbunga; UP=Umur Panen; PGI=Persentase Gabah Isi; SB=Bobot 1000 butir; GI=Gabah Isi. Nilai KKG dapat mengukur keragaman genetik suatu sifat dan dapat membandingkan keragaman genetik berbagai sifat tanaman. Karakter dengan KKG relatif rendah dan agak rendah digolongkan sebagai sifat variabilitas genetik sempit dan karakter dengan kriteria KKG relatif cukup tinggi dan tinggi digolongkan sebagai karakter variabilitas genetik luas (Murdaningsih et al. 1990). Nilai KKG yang tinggi terdapat pada karakter produksi, persentase gabah isi dan jumlah gabah total masing-masing 16,51%, 16,59% dan 16,47%. Karakter jumlah anakan produktif, gabah bernas dan lama pengisian memiliki nilai KKG dengan kategori cukup tinggi. Karakter tinggi tanaman, panjang daun bendera dan bobot 1000 butir tergolong agak rendah, sedangkan karakter lainnya seperti panjang malai, umur berbunga dan umur panen

13 57 mempunyai nilai KKG pada kategori rendah yang berkisar 0,84-3,43. Nilai KKF menggambarkan keragaman fenotipe, nilai KKF berkisar antara 3,71% (umur berbunga) sampai dengan 19,88% (jumlah gabah total per malai). Karakter yang memiliki korelasi nyata dilanjutkan dengan analisis lintasan (path way analysis) untuk mengetahui besarnya kontribusi karakter tersebut terhadap hasil. Analisis lintasan berisi informasi pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel bebas dan variabel respon (Singh dan Chaudary 1979). Hasil analisis lintasan untuk lokasi di ketinggian 700 m dpl menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung yang besar dan bernilai positif terhadap hasil pada karakter jumlah anakan produktif (0,79), persentase gabah bernas (0,61) dan bobot 1000 butir (0,30) (Tabel 13). Nilai pengaruh langsung karakter jumlah anakan produktif sebesar 0,79 dapat diartikan bahwa setiap kenaikan satu simpangan baku jumlah anakan produktif akan menaikkan hasil sebesar 0,79 simpangan baku. Nilai koefisien korelasi sangat nyata untuk karakter panjang malai terhadap hasil, tetapi memiliki pengaruh langsung dengan nilai yang rendah (-0,03) serta pengaruh total yang tinggi (-0,55). Hal ini dapat dijelaskan bahwa terdapat pengaruh tidak langsung karakter panjang malai melalui karakter agronomi lainnya yaitu pada karakter jumlah anakan produktif (-0,33) dan persentase gabah bernas (-0,33). Karakter bobot 1000 butir memiliki pengaruh langsung yang besar dan bernilai positif terhadap hasil (0,30) dan pengaruh tidak langsung yang besar dan bernilai negatif melalui karakter jumlah anakan produktif (-0,46) mengindikasikan bahwa kontribusi karakter bobot 1000 butir bernilai besar terhadap hasil secara langsung, selain itu juga disalurkan melalui jumlah anakan produktif yang dihasilkan lebih sedikit (Tabel 13). Pengaruh langsung yang besar dan bernilai positif terhadap hasil di ketinggian 900 m dpl terdapat pada karakter jumlah anakan produktif (0,58), umur panen (0,14), persentase gabah bernas (0,98) dan bobot 1000 butir (0,6) (Tabel 14). Karakter tinggi tanaman memiliki nilai koefisien korelasi yang tinggi terhadap hasil (0,50) seperti yang disajikan pada Tabel 10, namun memiliki pengaruh langsung yang rendah (0,05) dan pengaruh tidak langsung yang besar yang disalurkan melalui karakter persentase gabah bernas (0,46). Nilai koefisien

14 58 korelasi karakter bobot 1000 butir yang bernilai negatif terhadap hasil (-0,45) (Tabel 10) berbeda dengan nilai pengaruh langsung karakter tersebut terhadap hasil (0,6). Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya pengaruh tidak langsung yang besar dan bernilai negatif yaitu melalui karakter persentase gabah bernas (-0,74). Hal serupa dengan karakter jumlah gabah bernas yang memiliki pengaruh langsung yang sangat rendah (-0,01) tetapi memiliki pengaruh total yang besar (0,50) yang disalurkan melalui karakter persentase gabah bernas sebesar 0,63. Karakter persentase gabah bernas memiliki kontribusi besar secara tidak langsung yang bernilai positif maupun negatif terhadap hasil melalui karakter lainnya. Terdapat beberapa karakter yang memiliki pengaruh langsung yang besar dan bernilai positif di ketinggian 100 m dpl, yaitu karakter jumlah anakan produktif (0,44) dan persentase gabah bernas (0,90). Hal ini konsisten dengan nilai korelasi antar karakter tersebut terhadap hasil yang memiliki hubungan yang erat seperti yang disajikan pada Tabel 11. Hanya terdapat satu karakter yang memiliki pengaruh tidak langsung yang besar terhadap hasil yaitu persentase gabah bernas melalui jumlah gabah bernas (0,5) (Tabel 15). Analisis lintasan pada tiga lokasi dengan ketinggian yang berbeda mengindikasikan bahwa di ketinggian 700 m dpl terdapat lebih banyak karakter yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap hasil. Terdapat tiga karakter yang memiliki pengaruh langsung yang besar dan bernilai positif serta sama di ketiga ketinggian tempat yaitu karakter jumlah anakan produktif, persentase gabah isi dan bobot 1000 butir.

15 Tabel 13 Pengaruh langsung dan tidak langsung antara komponen pertumbuhan, komponen hasil terhadap hasil di ketinggian 700 m dpl Variabel Pengaruh tidak langsung melalui variabel Zi bebas dibakukan Pengaruh langsung Z1 Z Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Pengaruh Total Z1 0, Z 0,79 Z3-0,03 Z4 0,01 Z5 0,09 Z6 0,03 Z7 0,61 Z8 0,30 Z9 0, Keterangan: Z1=tinggi tanaman, Z=jumlah anakan produktif, Z3=panjang malai, Z4=panjang daun bendera, Z5=umur berbunga, Z6=umur panen, Z7=persentase gabah bernas, Z8=bobot 1000 butir dan Z9=gabah bernas

16 60 60 Tabel 14 Pengaruh langsung dan tidak langsung antara komponen pertumbuhan, komponen hasil terhadap hasil di ketinggian 900 m dpl Variabel bebas dibakukan Pengaruh langsung Pengaruh tidak langsung melalui variable Zi Z1 Z Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Pengaruh Total Z1 Z Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z Keterangan: Z1=tinggi tanaman, Z=jumlah anakan produktif, Z3=panjang malai, Z4=panjang daun bendera, Z5=umur berbunga, Z6=umur panen, Z7=persentase gabah bernas, Z8=bobot 1000 butir dan Z9=gabah bernas.

17 Tabel 15 Pengaruh langsung dan tidak langsung antara komponen pertumbuhan, komponen hasil terhadap hasil di ketinggian 100 m dpl Pengaruh tidak langsung melalui variable Zi Variabel bebas dibakukan Z1 Z Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Pengaruh langsung Z1 Z Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Keterangan: Z1=tinggi tanaman, Z=jumlah anakan produktif, Z3=panjang malai, Z4=panjang daun bendera, Z5=umur berbunga, Z6=umur panen, Z7=persentase gabah bernas, Z8=bobot 1000 butir dan Z9=gabah bernas. Pengaruh total

18 6 Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama seperti yang dilaporkan oleh Limbongan (008), bahwa analisis korelasi untuk jumlah anakan produktif bernilai positif dan nyata dengan produksi. Pada kondisi cekaman suhu rendah, pengaruh karakter agronomi terhadap produksi disalurkan melalui persentase gabah bernas. Pengaruh langsung yang bernilai besar ditunjukan oleh karakter jumlah anakan produktif. Kontribusi karakter persentase gabah bernas di lingkungan optimal 4% sedangkan di lingkungan marginal 69%, berarti karakter persentase gabah isi merupakan karakter utama di dataran tinggi dengan cekaman suhu rendah (Wu et al. 1998). Jiang et al. (010) melaporkan bahwa korelasi diantara karakter agronomi pada cekaman suhu rendah terjadi pada karakter umur berbunga yang berkorelasi erat dan positif dengan panjang malai, jumlah gabah hampa, dan jumlah gabah total. Jumlah gabah hampa berkorelasi kuat positif dengan jumlah gabah total dan berkorelasi negatif nyata dengan jumlah gabah bernas dan bobot 1000 butir. Cekaman suhu rendah pada fase reproduksi dapat mengurangi jumlah gabah, eksersi malai yang tidak sempurna dan meningkatnya sterilitas gabah yang berakibat pada berkurangnya hasil (Thakur et al. 010). Faktor lingkungan utama yang menyebabkan panjangnya umur tanaman dan persentase gabah hampa yang tinggi yaitu besarnya cekaman suhu rendah pada kawasan dataran tinggi yang berakibat pada sterilitas polen, fase vegetatif menjadi lebih panjang dan terhambatnya proses pengisian (Lee 001). Terdapat korelasi yang positif diantara sterilitas malai dengan suhu udara minimum yang terjadi selama pertumbuhan mikrospora dan fase pembungaan. Sterilitas malai akan meningkat sebanyak 1.7% apabila terjadi penurunan suhu minimum di dataran tinggi sebesar 1 C selama fase pembungaan. Oleh karena itu untuk menekan sterilitas malai sebesar 10% diperlukan lebih dari 1000 butir polen (Cruz et al. 006).

19 63 KESIMPULAN Keeratan hubungan diantara dua karakter lebih banyak di ketinggian 700 m dpl. Karakter agronomi yang memiliki korelasi positif sangat nyata yang sama di ketiga lokasi yaitu antara karakter jumlah anakan produktif dengan produksi GKG, panjang malai dengan panjang daun bendera, karakter umur berbunga dengan bobot 1000 butir, serta karakter persentase gabah bernas dengan jumlah gabah bernas dan produksi GKG. Karakter jumlah anakan produktif, panjang malai, panjang daun bendera dan umur panen mempunyai nilai heritabilitas arti luas pada kategori sedang yang berkisar antara 0,4-0,49. Karakter lainnya memiliki nilai heritabilitas tinggi yang berkisar 0,51-0,86. Terdapat lebih banyak karakter yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung yang besar terhadap hasil di ketinggian 700 m dpl, sedangkan di ketinggian 900 m dpl dan 100 m dpl, hanya beberapa karakter yang memiliki pengaruh yang besar terhadap hasil. Karakter yang memiliki pengaruh langsung bernilai positif yang besar dan sama di ketiga ketinggian tempat yaitu karakter jumlah anakan produktif, persentase gabah bernas dan bobot 1000 butir.

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 010 Maret 011, kecuali lokasi Sukabumi pada bulan Maret Juni 011. Tempat Penelitian dilaksanakan di 7 lokasi yaitu Bogor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi BAHAN DAN METODE Kegiatan penelitian secara keseluruhan terbagi dalam tiga percobaan sebagai berikut: 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 2. Studi Keragaan Karakter Agronomis

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juli 2009 di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor yang terletak pada ketinggian 250 m dpl dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A24062913 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN DEDE TIARA.

Lebih terperinci

KORELASI FENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH

KORELASI FENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH 1 KORELASI ENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH (PHENOTYPIC, GENOTYPIC CORRELATION AND PATH ANALYSIS AND THEIR IMPLICATION ON RED RICE SELECTION) IGP Muliarta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 013 sampai dengan Januari 014. Penanaman dilaksanakan di laboratorium lapang terpadu Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L. UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.) Suciati Eka Chandrasari 1, Nasrullah 2, Sutardi 3 INTISARI Delapan

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

Respon Genotipe Padi Sawah terhadap Pemupukan Nitrogen Di Dataran Tinggi. Response of Rice Genotypes to Nitrogen Fertilizer in Highland

Respon Genotipe Padi Sawah terhadap Pemupukan Nitrogen Di Dataran Tinggi. Response of Rice Genotypes to Nitrogen Fertilizer in Highland Respon Genotipe Padi Sawah terhadap Pemupukan Nitrogen Di Dataran Tinggi Response of Rice Genotypes to Nitrogen Fertilizer in Highland Yusuf La lang Limbongan 1*, Bambang Sapta Purwoko 2, Trikoesoemaningtyas

Lebih terperinci

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian Agrin, Vol.11 No. 1, April 007 KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN Genetic

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makro antaralain

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makro antaralain IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Pertanaman Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makro antaralain : curah hujan, intensitas sinar matahari, suhu, dan kesuburan tanah. Curah

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB yang berada pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan tipe tanah latosol. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN 1 TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN SKRIPSI Oleh: RIA SRI HARTATY SIDAURUK 050301037 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI

SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI SKRIPSI OPTIMALISASI PRODUKSI PADI (Oryza sativa L.) MENGGUNAKAN SISTEM SRI DENGAN PENGATURAN JARAK TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DI TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Oleh: ARI HIDAYAT 10982005500 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta Selatan

Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta Selatan Analisis Stabilitas dan Adaptabilitas Beberapa Galur Padi (Sherly Rahayu, dkk.) Analisis Stabilitas dan Adaptabilitas Beberapa Galur Padi Stability and Adaptability Analysis of Highland Rice Genotypes

Lebih terperinci

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA

INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA INTERAKSI GENETIC X LINGKUNGAN DAN STABILITAS HASIL GALUR-GALUR GANDUM TROPIS PADA DATARAN MENENGAH DI INDONESIA Amin Nur 1), Karlina Syahruddin 1), dan Muhammad Azrai 1) 1) Peneliti Pemuliaan pada Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan bahan pangan sebagianbesarpenduduk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH : EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH : HENDRI SIAHAAN / 060307013 BDP PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembenihan padi Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru. Waktu penelitian dilakukan selama ± 4 bulan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA KULTIVAR PADI LOKAL PADA TANAH GAMBUT DENGAN PEMBERIAN DOLOMIT

HUBUNGAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA KULTIVAR PADI LOKAL PADA TANAH GAMBUT DENGAN PEMBERIAN DOLOMIT ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 6, No. 2, 2004, Hlm. 75-82 75 HUBUNGAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA KULTIVAR PADI LOKAL PADA TANAH GAMBUT DENGAN PEMBERIAN DOLOMIT THE RELATIONS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) INTRODUKSI DI SUKARAMI KABUPATEN SOLOK

UJI ADAPTASI BEBERAPA GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) INTRODUKSI DI SUKARAMI KABUPATEN SOLOK UJI ADAPTASI BEBERAPA GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) INTRODUKSI DI SUKARAMI KABUPATEN SOLOK Adaptation Experiment on Several Introduced Wheat (Triticum aestivum L.) Genotypes in Sukarami, Solok

Lebih terperinci

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production 47 STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi pemotongan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau Jl. H.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini antara lain pengamatan selintas dan pengamatan Utama 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oriza sativa) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/ disubtitusi oleh makanan lainnya,

Lebih terperinci

KORELASI DAN SIDIK LINTAS KARAKTER FENOTIPIK GALUR- GALUR PADI HAPLOID GANDA HASIL KULTUR ANTERA

KORELASI DAN SIDIK LINTAS KARAKTER FENOTIPIK GALUR- GALUR PADI HAPLOID GANDA HASIL KULTUR ANTERA KORELASI DAN SIDIK LINTAS KARAKTER FENOTIPIK GALUR- GALUR PADI HAPLOID GANDA HASIL KULTUR ANTERA CORRELATION AND PATH ANALYSIS ON PHENOTYPIC CHARACTERS OF DOUBLED HAPLOID RICE LINES Heni Safitri *), Bambang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Kata kunci : beras merah, korelasi, sidik lintas Key words: red rice, correlation, path analysis. Agroteksos Vol. 21 No.

Kata kunci : beras merah, korelasi, sidik lintas Key words: red rice, correlation, path analysis. Agroteksos Vol. 21 No. 1 SIDIK LINTAS PADI BERAS MERAH PADA TIGA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA PATH ANALYS OF RED RICE AT THREE DIFFERENT GROWING ENVIRONMENTS I Gusti Putu Muliarta Aryana 1), Nur Basuki 2) dan Kuswanto 2) 1) PS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian, Medan, dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan laut, yang di mulai

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi penelitian terletak di Kebun Percobaan Leuwikopo. Lahan yang digunakan merupakan lahan yang biasa untuk penanaman cabai, sehingga sebelum dilakukan penanaman,

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI DAN KOEFISIEN LINTAS ANTAR BEBERAPA SIFAT PADI GOGO PADA MEDIA TANAH MASAM

ANALISIS KORELASI DAN KOEFISIEN LINTAS ANTAR BEBERAPA SIFAT PADI GOGO PADA MEDIA TANAH MASAM ANALISIS KORELASI DAN KOEFISIEN LINTAS ANTAR BEBERAPA SIFAT PADI GOGO PADA MEDIA TANAH MASAM Correlation and path analysis among some characters of upland rice in acid soils Bakhtiar 1, Bambang S. Purwoko

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum. Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman gandum meliputi muncul daun ke permukaan (emergence),

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia, karena padi merupakan pangan pokok bagi lebih dari setengah penduduk dunia (Lu 1999). Menurut Pusat Data dan

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru yang dibawahi oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai pada

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT SKRIPSI KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT Oleh: Fitri Yanti 11082201730 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung, Desa Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 009 sampai bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN SKRIPSI Oleh: SATRIYA SANDI K 070307027/BDP PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI 080307008/Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing NIP NIP Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi Judul : Seleksi Individu M3 Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Nama : Yoke Blandina Larasati Sihombing NIM : 100301045 Program Studi : Agroekoteknologi

Lebih terperinci

ANALISIS GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE UNGGUL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) UNTUK ADAPTASI PADA EKOSISTEM DATARAN TINGGI YUSUF LA LANG LIMBONGAN

ANALISIS GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE UNGGUL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) UNTUK ADAPTASI PADA EKOSISTEM DATARAN TINGGI YUSUF LA LANG LIMBONGAN ANALISIS GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE UNGGUL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) UNTUK ADAPTASI PADA EKOSISTEM DATARAN TINGGI YUSUF LA LANG LIMBONGAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN. Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System

KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN. Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System 18 KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 18

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa (Laboratorium Pemuliaan dan Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang

BAB IV METODE PENELITIAN. (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang 17 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal dengan perlakuan galur mutan padi gogo. Galur mutan yang diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Balai Besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci