BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI (BPS) Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banggai"

Transkripsi

1 2.1. Geografis, Administrsi dan Kondisi Fisik Geografis Kabupaten Banggai merupakan dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian rata-rata ± 84 meter di atas permukaan laut, Kabupaten Banggai terletak antara Bujur Timur dan Lintang Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Banggai adalah berupa daratan seluas 9.672,70 Km 2, jarak antara ibukota kabupaten ke ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan kabupaten lain di Sulawesi Tengah - Luwuk - Palu = 610 Km - Luwuk - Parigi = 535 Km - Luwuk - Poso = 388 Km - Luwuk - Ampana = 248 Km - Luwuk - Banggai = 100 Km/66 Mil Laut - Luwuk - Salakan = 61 Km/38 Mil Laut - Luwuk - Bungku = 161 Km/106 Mil Laut Kabupaten Banggai memiliki keaneka ragaman kondisi alam, dimana terdapat pegunungan, dataran dan sungai-sungai yang masih sangat jernih serta pulau-pulau kecil yang tersebar mengelilingi wilayah kabupaten. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Banggai terdiri dari Sungai Balingara, Sungai Bunta, Sungai Toima, Sungai Lobu, Sungai Mentawa, Sungai Minahaki, Sungai Sinorang, Sungai Kalumbangan, dan Sungai Kintom. Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Banggai No Nama DAS Panjang (Km) Luas (Ha) 1 Balingara 142, Bunta 121, Toima 107, BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 15

2 No Nama DAS Panjang (Km) Luas (Ha) 4 Lobu 160, Mentawa 142, Minahaki 382, Sinorang 142, Kalumbangan 55, Kintom 21, Sumber : RTRW Kabupaten Banggai Tahun BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 16

3 Peta 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Banggai Sumber: RTRW Kabupaten Banggai Tahun BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 17

4 2.1.2 Administrasi Kabupaten Banggai merupakan kabupaten yang terletak di bagian timur Provinsi Sulawesi Tengah yang merupakan salah satu kabupaten awal yang terbentuk di Sulawesi Tengah, yang kemudian sebagian wilayah kabupaten ini dimekarkan menjadi Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut. Kabupaten Banggai memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan dengan Teluk Tomini Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Maluku Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Teluk Tolo dan Kabupaten Banggai Kepulauan Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali Kabupaten Banggai dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tanggal 1 April 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan maka secara yuridis wilayah Kabupaten Banggai telah terpisah dengan Kabupaten Banggai Kepulauan. Pada awal Tahun 2009 di Kabupaten Banggai terjadi pemekaran wilayah kecamatan, pada awalnya k ecamatan yang ada 7 kecamatan yang di mekarkan menjadi 13 kecamatan. Kecamatan hasil pemekaran tersebut antara lain: Kecamatan Toili dan Kecamatan Toili Barat hasil pemekaran dari Kecamatan Batui, kemudian Kecamatan Luwuk Timur hasil pemekaran Kecamatan Luwuk, Kecamatan Masama, dan Lamala, hasil pemekaran dari Kecamatan Balantak dan Kecamatan Nuhon merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Bunta. Pada awal Tahun 2011 di Kabupaten Banggai terjadi lagi pemekaran wilayah kecamatan, dari 13 Kecamatan dimekarkan menjadi 18 kecamatan. Kecamatan hasil pemekaran tersebut antara lain: Kecamatan Moilong hasil pemekaran dari Kecamatan Toili, kemudian Kecamatan Batui Selatan hasil pemekaran Kecamatan Batui, Kecamatan Simpang Raya, hasil pemekaran dari Kecamatan Bunta, Kecamatan Lobu BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 18

5 hasil pemekaran dari Kecamatan Pagimana dan Kecamatan Balantak Selatan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Balantak. Pada awal Tahun 2012 di Kabupaten Banggai terjadi lagi pemekaran wilayah kecamatan, dari 18 kecamatan yang di mekarkan menjadi 23 kecamatan. Kecamatan hasil pemekaran tersebut antara lain: Kecamatan Nambo hasil pemekaran dari Kecamatan Kintom dan Kecamatan Luwuk, kemudian Kecamatan Luwuk Selatan, dan Luwuk Utara hasil dari pemekaran Kecamatan Luwuk, Kecamatan Mantoh, hasil pemekaran dari Kecamatan Lamala dan Kecamatan Balantak Selatan, kemudian Kecamatan Balantak Utara hasil pemekaran dari Kecamatan Balantak. Tabel 2.2: Nama, Luas Wilayah Per Kecamatan Dan Jumlah Kelurahan di Kabupaten Banggai Luas Wilayah Nama Jumlah Jumlah No Administrasi Terbangun Kecamatan Desa Kelurahan (%) thd (Ha) (%) thd (Ha) total total 1 Toili ,31 7, ,25 12,99 2 Toili Barat ,67 10, ,25 11,80 3 Moilong ,64 2,29 864,25 6,73 4 Batui Selatan ,97 3,39 788,50 6,14 5 Batui ,36 10,98 560,03 4,36 6 Kintom ,72 4,43 187,00 1,46 7 Nambo ,70 1,75 252,00 1,96 8 Luwuk Selatan ,80 1,24 843,00 6,56 9 Luwuk ,82 0, ,00 12,84 10 Luwuk Utara ,08 2,54 661,40 5,15 11 Luwuk Timur ,30 2,24 548,00 4,27 12 Masama ,64 2,39 237,00 1,84 13 Lamala ,66 2,28 276,00 2,15 14 Mantoh ,00 2,34 211,00 1,64 15 Balantak Selatan ,50 1,51 27,16 0,21 16 Balantak ,46 2,03 39,25 0,31 17 Balantak Utara ,60 1,48 30,92 0,24 18 Bualemo ,00 8, ,45 7,89 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 19

6 Luas Wilayah Nama Jumlah Jumlah No Administrasi Terbangun Kecamatan Desa Kelurahan (%) thd (Ha) (%) thd (Ha) total total 19 Paguimana ,34 9,90 440,00 3,43 20 Lobu ,44 1,43 96,00 0,75 21 Bunta ,00 5,99 429,00 3,34 22 Simpang Raya ,69 2,52 241,00 1,88 23 Nuhon ,00 11,45 269,00 2,09 Jumlah ,70 100, ,46 100,00 Sumber: RTRW Kabupaten Banggai Tahun Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Nuhon dengan luas ± 1.107,00 Ha atau seluas 11,45 % dari luas kabupaten. Terluas kedua adalah Kecamatan Batui dengan luas 1.062,36 Ha atau seluas 10,98 % dari luas kabupaten sedangkan Kecamatan Toili Barat ± 10,27 % dari luas Kabupaten merupakan wilayah Kecamatan terluas ketiga. Berdasarkan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tahun 2012, Wilayah Administrasi Kabupaten Banggai terbagi menjadi 23 kecamatan, masing-masing kecamatan tersebut terbagi menjadi beberapa wilayah administrasi di bawahnya yaitu desa. Sehingga tahun 2013, terdapat 293 desa dan 45 Kelurahan dan 2 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) di wilayah Kabupaten Banggai. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 20

7 Peta 2.2: Peta Administrasi Kabupaten Banggai Sumb Sumber: RTRW Kabupaten Banggai Tahun BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 21

8 2.1.3 Kondisi Fisik a. Topografi Dilihat dari kondisi topografi Kabupaten Banggai didominasi oleh kawasan perbukitan dengan kategori kemiringan lereng curam (25-40%) sangat curam (>40%) sebesar ,87 Ha atau sekitar % dari jumlah keseluruhan. Sedangkan untuk kemiringan lereng yang termasuk kategori landai agak curam curam (15-25%) sebesar 213, Ha atau sekitar 23,82% dari jumlah keseluruhan. Kemiringan lereng yang termasuk kategori datar landai (8-15%) seluas 167, Ha atau sekitar 18,70 % dari jumlah keseluruhan. Terakhir, yang termasuk kategori sangat datar (0-8%) seluas 190, Ha atau sekitar 21,26 % dari jumlah keseluruhan. Berdasarkan kondisi topografi tersebut, dapat diketahui bahwa lahan datar di Kabupaten Banggai terbatas sehingga lahan yang dapat dijadikan kawasan budidaya juga menjadi terbatas. Desa-desa di Kabupaten Banggai pada umumnya terletak pada ketinggian kurang dari 500 m di atas permukaan laut dengan bentuk permukaan tanah didominasi oleh daratan dan perbukitan. Pada desa tersebut terdapat juga pegunungan, namun dengan jumlah persentase yang lebih kecil dibandingkan dengan daratan dan perbukitan. Desa yang terletak pada ketinggian m di atas permukaan laut, pada umumnya didominasi oleh bentuk permukaan tanah yang terdiri dari perbukitan atau pegunungan. Sedangkan untuk desa yang terletak pada ketinggian lebih besar dari 700 m di atas permukaan laut, pada umumnya memiliki bentuk permukaan tanah yang didominasi oleh pergunungan. b. Geologi / Keadaan Tanah Batuan di Kabupaten Banggai terdiri atas batuan-batuan berumur sangat tua yang terdiri dari kompleks ofiolit berumur Mesozoikum, batuan sedimen berumur Tersier, batuan terumbu koral yang terangkat, dan endapan aluvial yang paling muda. Jenis tanah pada umumnya dipengaruhi oleh batuan dasarnya, sehingga kondisi geologi kawasan setempat sangat berpengaruh terhadap terbentuknya tanah. Kondisi jenis tanah di Kabupaten Banggai didominasi oleh jenis Litolit dan Podsolic yang masing-masing 32,25 % dan 35,03 % dari jumlah keseluruhan Kabupaten Banggai. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 22

9 Keadaan jenis tanah beberapa tempat didominasi oleh tanah kapur. Pada daerah-daerah tertentu didominasi oleh tanah podsolic merah kuning. Satuan tanah yang mendominasi terdiri dari rendzina tua yang tertutup oleh lapisan podsolic merah kuning dari podsolic kuning. Di pantai-pantai yang landai terdapat endapan aluvial yang berasal dari laut yang terdiri dari pasir dan tanah pasir. c. Hidrologi Kabupaten Banggai dialiri 9 buah sungai besar. Sungai-sungai ini merupakan sumber air baku yang dimanfaatkan secara langsung di wilayah perdesaan dan sumber air PAM yang sudah diolah untuk Kota Luwuk. Untuk itu, keberadaan sungai-sungai ini nantinya dilindungi melalui penerapan kawasan perlindungan setempat yaitu sempadan sungai. Selain air permukaan, Kabupaten Banggai juga memiliki potensi air bawah tanah, dalam bentuk Cekungan Air Tanah, yaitu Cekungan Air Tanah (CAT) lintas Kabupaten CAT Topo dan dalam Kabupaten CAT Tomeang, CAT Luwuk, dan CAT Sobol. d. Keadaan Iklim Rata-rata curah hujan selama kurun waktu yang tercatat pada Stasiun Meteorologi Bubung Luwuk di Kabupaten Banggai berkisar antara 77,8 190,6 mm. Dengan curah hujan tertinggi terdapat pada bulan April sampai Juli, sedangkan curah hujan yang terendah terdapat pada bulan Agustus sampai Februari. Rata-rata hari hujan hari perbulan. Beberapa kondisi ekstrim terjadi yaitu curah hujan tertinggi pada Tahuin 2010 pada bulan Desember (284,9 mm) dan tahun 2011 terjadi pada bulan Februari (303,9 mm). Suhu udara maksimum rata-rata selang tercatat 29,6 C 33,1 C, Suhu udara minimum 21,7 C - 24,8 C. Suhu maksimum yang pernah terjadi yaitu pada bulan Februari 2010 (36,0 C). Sedangkan suhu minimum yang pernah terjadi yaitu Bulan Mei dan Nopember Suhu udara rata-rata pada stasiun Meteorologi Bubung Luwuk tahun adalah 26,8 C 28,2 C. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 23

10 Kelembaban udara di Kabupaten Banggai cukup tinggi selama lima tahun dari tahun dengan rata-rata 74,9 % 79,7 %. Sedangkan rata-rata penyinaran matahari tahun adalah 53,3% - 63% DEMOGRAFI a) Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan Data Kabupaten Banggai Dalam Angka 2012, jumlah penduduk Kabupaten Banggai Tahun 2011 mencapai jiwa. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun pada Tahun adalah 3,40 %, dengan kepadatan penduduk 34 jiwa/km². Berdasarkan proyeksi, jumlah penduduk pada Tahun 2032 di perkirakan berjumlah jiwa. Jumlah dan komposisi tenaga kerja terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada Tahun 2011, di Kabupaten Banggai terdapat penduduk usia kerja, yang terdiri atas Laki-laki dan perempuan. Bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja. TPAK Kabupaten Banggai pada Tahun 2011 sebesar 73,08 %. b) Proyeksi Penduduk Kabupaten Banggai Untuk memprediksikan jumlah penduduk Kabupaten Banggai sampai dengan akhir tahun perencanaan yaitu Tahun 2018 akan digunakan pendekatan Aritmetic Rate of Growth berdasarkan pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Banggai sebesar 1,5 % per tahun untuk memprediksikan jumlah penduduk Kabupaten Banggai hingga Tahun Berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan dengan menggunakan metode tersebut maka jumlah penduduk Kabupaten Banggai pada Tahun 2019 adalah sebesar jiwa. Selengkapnya jumlah penduduk dan kepadatannya 3 5 tahun terakhir dan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Banggai dapat dilihat pada tabel di bawah ini: BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 24

11 Tabel 2.3 : Jumlah penduduk dan kepadatannya 3-5 tahun terakhir Nama Kecamatan Tingkat Jumlah Penduduk Jumlah KK Pertumbuhan Tahun Tahun Tahun Kepadatan Penduduk Tahun Toili ,95 0,44 1,78 1,84 1,60 39,47 39,64 40,35 41,09 41,75 Toili Barat ,62 1,05-1 1,85 1,56 20,84 21,06 20,84 21,23 21,56 Moilong ,28 0,69 6,30 1,85 1,54 76,08 76,29 76,81 83,16 84,44 Batui ,42 2,15 0,80 1,85 1,51 13,46 13,75 13,86 14,12 14,33 Batui Selatan ,28 2,14 5,34 1,85 1,48 36,41 37,19 39,17 39,90 40,49 Bunta ,99 1,74-2,30 1,85 1,54 31,76 32,31 31,57 32,15 32,65 Nuhon ,22 1,53 1,45 1,85 1,57 15,69 15,93 16,16 16,46 16,71 Simpang Raya ,96-0,50 1,85 1,50 54,96 56,04 55,76 56,79 57,64 Kintom ,42 1,53-4,4 1,85 1,43 25,01 25,87 26,27 25,1 22,78 Luwuk ,29 2,44 6,64 1,85 1,61 425,7 436,1 465,1 473,7 481,3 Luwuk Timur ,00-8,4 1,85 1,44 52,76 53,29 48,81 49,71 50,43 Luwuk Utara ,45 26,5 1,86 1,52 48,26 29,45 62,55 63,72 64,69 Luwuk Selatan ,05 2,44 1,82 1,84 1, ,5 171,70 175,1 177,8 Nambo ,33 45,73 46,34 Pagimana ,12 1,28 2,84 1,84 1,56 22,28 22,57 23,21 23,64 24,01 Bualemo ,5 0,58 2,81 20,00 20,00 19,00 20,00 Lobu ,18 1,48-3,1 1,84 0,95 24,4 24,76 24,00 24,44 24,67 Lamala ,53-4,2 1,84 1,27 29,67 29,83 28,01 28,12 Masama ,64 3,44 0,76-6,4 1,45 48,15 48,51 45,4 46,42 46,91 Mantoh ,85 1,30 28,73 29,26 29,64 Balantak ,63-5,3 1,82 1,20 27,02 27,19 27,35 27,86 28,00 Balantak Selatan ,45 0,79-5,6 2,30 1,12 31,96 32,21 30,41 30,97 31,32 Balantak Utara ,61 1,85 2,22 28,55 JUMLAH Catatan: *Untuk Tahun 2012 itu berdasarkan Proyeksi bersifat sementara Sumber: BPS Kabupaten Banggai 2012 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 25

12 Sumber: BPS Kabupaten Banggai 2012 diolah oleh Pokja Sanitasi Tahun 2014 Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Tingkat Jumlah Penduduk Jumlah KK Kepadatan Pddk Pertumbuhan Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun Toili ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 43,02 43,67 44,33 45,00 45,68 Toili Barat ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 22,21 22,55 22,89 23,23 23,59 Moilong ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 87,01 88,33 89,66 91,02 92,40 Batui ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 14,77 14,99 15,22 15,45 15,68 Batui Selatan ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 41,72 42,36 43,00 43,65 44,30 Bunta ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 33,64 34,15 34,66 35,19 35,72 Nuhon ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 17,22 17,48 17,74 18,01 18,28 Simpang Raya ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 59,40 60,30 61,21 62,13 63,07 Kintom ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 23,48 23,83 24,19 24,56 24,93 Luwuk ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 495,94 503,44 511,04 518,77 526,61 Luwuk Timur ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 51,96 52,75 53,54 54,35 55,17 Luwuk Utara ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 66,66 67,66 68,69 69,72 70,78 Luwuk Selatan ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 183,20 185,97 188,78 191,63 194,53 Nambo ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 47,75 48,47 49,21 49,95 50,70 Pagimana ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 24,74 25,12 25,50 25,88 26,27 Bualemo ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 20,98 21,29 21,61 21,94 22,27 Lobu ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 25,43 25,81 26,20 26,60 27,00 Lamala ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 28,98 29,42 29,86 30,32 30,77 Masama ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 48,34 49,07 49,81 50,56 51,33 Mantoh ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 30,54 31,01 31,47 31,95 32,43 Balantak ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 28,75 29,19 29,63 30,08 30,53 Balantak Selatan ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 32,27 32,76 33,25 33,76 34,27 Balantak Utara ,50 1,50 1,50 1,50 1,50 29,41 29,86 30,31 30,77 31,23 JUMLAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 26

13 Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu setiap tahunnya. Kegunaannya adalah memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk eksponensial menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu. Rumus laju pertumbuhan penduduk eksponensial adalah sebagai berikut. Ket : Pt = Po e rt Pt = Jumlah Penduduk tahun t Po = Jumlah Penduduk tahun dasar r = laju pertumbuhan penduduk t = Jangka waktu e = Bilangan eksponensial yang besarnya 2, Keuangan dan Perekonomian Daerah Keuangan daerah Dalam Perencanaan Anggaran dan Belanja Negara, pemerintah menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis. Jumlah penerimaan daerah untuk pembangunan daerah baik yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Penerimaan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi sangat menentukan kinerja Pemerintah Kabupaten Banggai. Dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat Kabupaten Banggai didukung APBD yang jumlahnya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pertumbuhan pendapatan rata rata pertahun sebesar 11,79 %. Sementara Pengeluaran dari tahun ke tahun masih menunjukkan sisi negatif dengan adanya defisit anggaran. Perkembangan APBD Kabupaten Banggai Tahun 2009 sampai Tahun 2013 tampak pada Tabel 2.5. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 27

14 Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Banggai Tahun No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 pertumbuhan A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) , , , , ,81 11,79% a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) , , , , ,81 26,17% a.1.1 Pajak daerah , , , , ,76 33,12% a.1.2 Retribusi daerah , , , , ,85 33,74% a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang sah , , , , ,08 18,21% a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah , , , , ,12 3,61% a.2 Dana Perimbangan (Transfer) , , , , ,00 10,85% a.2.1 Dana bagi hasil Pajak , , , , ,00 7,83% a.2.2 Dana bagi hasil bukan Pajak , , , , ,00 18,05% a.2.3 Dana alokasi umum , , , , ,00 11,45% a.2.4 Dana alokasi khusus , , , , ,00 5,85% a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , , , ,00 12,16% a.3.1 Hibah ,00 - a.3.2 Dana darurat a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada Kabupaten/kota , , , , ,00 9,46% a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus , , , , ,00 13,88% a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya , , , , ,00-2,71% BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 28

15 No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 pertumbuhan B Belanja (b1 + b.2) , , , , ,90 11,17% b.1 Belanja Tidak Langsung , , , , ,00 0,87% b.1.1 Belanja pegawai b.1.2 Bunga b.1.3 Subsidi , , , , ,00-29,98% b.1.4 Hibah , , , , ,00-25,64% b.1.5 Bantuan sosial , , , , , % b.1.6 Belanja bagi hasil , b.1.7 Bantuan keuangan , , ,00 9,07% b.1.8 Belanja tidak terduga , , ,00-136% b.2 Belanja Langsung , , , , ,90 11,43% b.2.1 Belanja pegawai , , , , ,83 12,51% b.2.2 Belanja barang dan jasa , , , , ,06 19,01% b.2.3 Belanja modal , , , , ,01 3,64% C Pembiayaan , , , , ,26 6,64% Surplus/(Defisit Anggaran) ( ,37) ( ,36) ( ,07) ( ,72) ( ,35) 0,27% Sumber : DPKKAD Kabupaten Banggai, Realisasi APBD Kabupaten Banggai tahun BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 29

16 2.3.2 Belanja Modal Sanitasi Pendanaan subsektor sanitasi di Kabupaten Banggai belum menunjukkan konsistensi pendanaan setiap tahunnya, anggaran sektor sanitasi Tahun 2009 sekitar Rp ,- Tahun 2010 Rp ,- Tahun 2011 Rp ,- Tahun 2012 Rp ,- sementara Tahun 2013 pendanaan untuk program sanitasi hanya sebesar Rp ,-. Dana Pendapatan dan Belanja Sanitasi masih sangat kurang dan masih sangat tergantung dengan kucuran dana dari Pemerintah Pusat melalui Dana Alokasi Khusus. Berdasarkan perkembangan Realisasi Anggaran Tahun , diperoleh data bahwa realisasi program sektor sanitasi terhadap total belanja pembangunan rata rata hanya mencapai 0,15 %, Subsektor yang mendapat alokasi pendanaan terbesar berturut-turut adalah subsektor drainase, persampahan dan selanjutnya subsektor drainase. Subsektor drainase dan persampahan memiliki alokasi anggaran yang cukup besar diantara dua sektor lainnya, hal ini disebabkan subsektor drainase membutuhkan dana yang besar untuk memperbaiki saluran air yang rawan terhadap banjir dan genangan dan program drainase untuk di saluran tersier di kawasan permukiman masih belum banyak dilakukan pemerintah. Serta subsektor persampahan juga membutuhkan dana yang besar untuk penanganan sampah. Subsektor Air Limbah dan PHBS tampak belum mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Banggai, mengingat sebagian masyarakat Banggai masih termasuk kategori pedesaan dimana masyarakat belum mendapatkan pelayanan yang maksimal dan belum ada kesadaran dari masyarakat itu sendiri tentang pengolahan air limbah domestik dan PHBS. Rata-rata belanja sanitasi per penduduk baru sebesar Rp ,00 per penduduk, hal ini tentu sangat kurang dari kondisi ideal yang diinginkan. Tabel 2.6 dan 2.7 di bawah ini memperlihatkan belanja sanitasi di Kabupaten Banggai. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 30

17 No SKPD Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Banggai Tahun Tahun Rata2 pertumbuhan 1 Dinas Cipta Karya ,02% 1.a Investasi ,84% 1.b operasional/pemeliharaan (OM) ,33% 2 BPLH ,29% 2.a Investasi ,53% 2.b operasional/pemeliharaan (OM) ,02% 3 Dinkes ,64% 3.a Investasi ,33% 3.b operasional/pemeliharaan (OM) ,88% 8 Belanja Sanitasi (1+2+3) ,37% 9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a) ,85% 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b) ,15% 11 Belanja Langsung , , , , ,90 11,43% 12 Proporsi Belanja Sanitasi Belanja Langsung(8/11) 0,15% 0,41% 0,72% 1,29% 1,61% 0,84% 13 Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (9/8) 92,91% 94,83% 58,19% 75,00% 80,69% 80,32% 14 Proporsi OM Sanitasi Total Belanja Sanitasi (10/8) 7,17% 5,17% 41,81% 25,00% 19,31% 19,69% Sumber : Realisasi APBD Kabupaten Banggai tahun BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 31

18 Tabel 2.7: Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Banggai Tahun No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata Pertumbuhan 1 Belanja Sanitasi ( ) ,37% 1.1 Air Limbah Domestik ,59% 1.2 Sampah rumah tangga ,96% 1.3 Drainase permukiman ,29% 1.4 PHBS Dana Alokasi Khusus ( ) DAK Sanitasi DAK Lingkungan Hidup DAK Perumahan dan Permukiman Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) ,23% Total Belanja Langsung , , , , ,90 11,43% % APBD murni terhadap Belanja Langsung 0,14% 0,41% 0,59% 1,03% 1,61% 0,76% Sumber : APBD Kabupaten Banggai tahun diolah Tahun 2014 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 32

19 Tabel 2.8: Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Banggai Tahun No D e s k r i p s i Tahun Rata-rata 1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) Rp 3.012,00 Rp 7.983,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Sumber : APBD Kabupaten Banggai tahun diolah Tahun 2014 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 33

20 , No 1 Retribusi Air Limbah SKPD Tabel 2.9: Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 1.a Realisasi retribusi ,56% 1.b Potensi retribusi % 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi ,37% 2.b Potensi retribusi ,03% 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) ,39% 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) ,99% 6 Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) 0,94 0,95 0,90 0,81 0,95 0,91 Sumber : APBD Kabupaten Banggai tahun diolah 2014 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 34

21 2.3.3 Perekonomian Daerah Kabupaten Banggai Struktur ekonomi menggambarkan kontribusi atau peranan masing-masing sektor dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dalam konteks lebih jauh akan memperlihatkan bagaimana suatu perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Struktur ekonomi dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah. Semakin maju perekonomian suatu daerah maka kontribusi sektor primer cenderung mengalami penurunan sedangkan sektor sekunder dan tersier menunjukkan peningkatan. Struktur ekonomi Kabupaten Banggai masih berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam atau masih berstruktur primer. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor pertanian, kelautan dan sektor pertambangan dan penggalian yang menciptakan nilai tambah terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banggai. Secara riil, fluktuasi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tergambar melalui pengerahan PDRB atas dasar harga konstan. Perkembang PDRB atas dasar harga konstan cendrung menunjukkan perkembangan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dari tahun ke tahun. Pendapatan perkapita adalah jumlah seluruh balas jasa faktor produksi yang diterima oleh setiap penduduk secara rata-rata dalam keterlibatannya pada faktor produksi dalam proses produksi, sehingga sering digunakan sebagai indikator dalam melihat tingkat kesejahteraan atau kemakmuran masyarakat secara umum. Pendapatan perkapita penduduk Banggai dari Tahun menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan seiringan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang tercapai dari tahun ke tahun merupakan indikator untuk menilai kinerja suatu daerah dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha mengembangkan ekonominya dalam jangka panjang. Kondisi perekonomian Kabupaten Banggai terus mengalami peningkatan dan kemajuan yang berarti pada Tahun 2012, hal ini ditunjukan dari peningkatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yang mencapai rupiah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya rupiah. Untuk PDRB atas dasar harga konstan 2000 selama Tahun 2012 mencapai rupiah mengalami peningkatan pula dari tahun sebelumnya rupiah. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 35

22 PDRB Perkapita Tahun 2012 Kabupaten Banggai berdasarkan harga berlaku mencapai Rp meningkat dibandingkan tahun sebelumnya Rp PDRB Perkapita Harga Konstan juga menunjukkan peningkatan dari Rp meningkat menjadi Rp Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banggai Tahun 2011 sebesar 14,64 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 12,74 persen, dan naik menjadi 16,59% di Tahun 2012.Pertumbuhan ekonomi ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2012 (9,27%) dan pertumbuhan ekonomi nasional (6,23%). Jika dilihat berdasarkan pertumbuhan masing-masing sektor, di Tahun 2012 pertumbuhan Sektor Bangunan/Konstruksi = 49,36% meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 45,63%, kemudian di susul sektor pertambangan dan penggalian yaitu 35,54%. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya, di Tahun 2011 pertumbuhan terbesar berasal dari sektor pertambangan dan penggalian yaitu 55,81%, sementara sektor bangunan di urutan kedua (45,63%). Berdasarkan peranan sektoral perekonomian Kabupaten Banggai sampai saat ini masih didominasi sektor pertanian sebagai motor penggerak utama perekonomian daerah, di mana peranannya cenderung semakin melemah dari tahun ke tahun. Hal ini seiring menurunnya peranan subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Berdasarkan perkembangan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menunjukan terdapat tiga sektor ekonomi yang mempunyai peran terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banggai. Peranan sektor pertanian Tahun 2012 mencapai 44,61 % dari total PDRB Kabupaten Banggai menurun dibandingkan tahun sebelumnya 47,71 %. Sedangkan sektor Konstruksi/bangunan berada di urutan kedua dengan peranan sebesar 12,66 %, sektor jasa-jasa berada di urutan ketiga dengan peranan sebesar 11,43%. Menurunnya peranan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak terhadap perubahan peranan sektorsektor lainnya. Prospek perekonomian Kabupaten Banggai pada masa mendatang menunjukan semakin membaik seiring dengan peningkatan investasi baik oleh PMA dan PMDN dengan menggali berbagai potensi sumber daya alam yang ada. Berbagai kondisi yang ada seperti eksplorasi tambang BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 36

23 minyak dan gas bumi yang secara langsung nantinya memberikan nilai tambah terhadap perekonomian daerah, demikian pula sektor-sektor lainnya seperti perkebunan, perikanan, kehutanan, perdagangan dan lainnya. Perkembangan PDRB Harga Konstan, Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banggai Tahun 2009 sampai Tahun 2013 tampak pada Tabel Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Banggai Tahun No D e s k r i p s i Tahun PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) Pertumbuhan Ekonomi (%) 9,21 12,74 14,64 16,59 16,59 Sumber : APBD Kabupaten Banggai tahun Tata Ruang Wilayah Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah Kabupaten Banggai yang ingin di capai pada masa 20 tahun yang akan datang. Tujuan ini akan menjadi dasar dalam memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang, memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dan sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Banggai. Tujuan penataan ruang di rumuskan berdasarkan visi dan misi pembangunan, karakteristik wilayah, isu strategis serta kondisi obyektif yang di inginkan pada kurun waktu mendatang. Kriteria tujuan tidak boleh bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah Provinsi dan Nasional, jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan kriteria di atas, maka tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Banggai adalah untuk: Menjadikan Kabupaten Banggai sebagai Gerbang BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 37

24 Timur Sulawesi Tengah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pengembangan pertanian dan pengembangan kelautan yang berkelanjutan. Rumusan tujuan penataan ruang sebagaimana yang disampaikan pada sub di atas dibangun berdasarkan arahan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tahun , pola ruang dikategorikan atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pusat Kegiatan Berdasarkan RTRW Kabupaten Banggai Tahun , sistem permukiman/pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Banggai adalah meliputi Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp) Pusat kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), dan Pusat Pelayanan Kawasan Promosi (PPKp) atau Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Wilayah Pengembangan Berdasarkan arahan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Tahun wilayah pengembangan Kabupaten Banggai terdiri atas: Wilayah Pengembangan di Kabupaten Banggai No Nama Wilayah Pengembangan Cakupan Wilayah 1. Wilayah Pengembangan - Kecamatan Bualemo Timur (WP I) - Kecamatan Balantak - Kecamatan Balantak Selatan - Kecamatan Balantak Utara - Kecamatan Mantoh - Kecamatan Masama - Kecamatan Lamala 2. Wilayah Pengembangan - Kecamatan Pagimana Tengah (WP II) - Kecamatan Luwuk - Kecamatan Luwuk Selatan - Kecamatan Luwuk Utara - Kecamatan Luwuk Timur - Kecamatan Nambo BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 38

25 No Nama Wilayah Pengembangan Cakupan Wilayah 3. Wilayah Pengembangan - Kecamatan Nuhon Utara (WP III) - Kecamatan Simpang Raya - Kecamatan Bunta - Kecamatan Lobu 4. Wilayah Pengembangan - Kecamatan Toili Barat Selatan (WP IV) - Kecamatan Toili - Kecamatan Moilong - Kecamatan Batui - Kecamatan Batui Selatan - Kecamatan Kintom Sumber : RTRW Kabupaten Banggai Kawasan Strategis Kabupaten Dalam arahan RTRW Kabupaten Banggai Tahun , terdapat beberapa kawasan Strategis di Kabupaten Banggai yang terdiri atas Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi dan kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 39

26 Peta 2.3 : Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banggai Sumber : RTRW Kabupaten Banggai BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 40

27 Peta 2.4 : Rencana Pola Ruang Kabupaten Banggai Sumber : RTRW Kabupaten Banggai Tahun BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 41

28 Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Kawasan ini pada dasarnya merupakan kawasan yang berdasarkan analisis daya dukung mempunyai keterbatasan untuk dikembangkan karena adanya faktor-faktor limitasi yang menjadi kriteria (lereng, jenis tanah, curah hujan, ketinggian; serta zona bahaya gunung api, zona kerentanan gerakan tanah, dan zona konservasi air potensial sangat tinggi) Sosial Budaya Kondisi Pendidikan Pendidikan sangat diperlukan oleh setiap penduduk, bahkan setiap penduduk berhak untuk dapat mengenyam pendidikan, khususnya penduduk usia sekolah (7-18 tahun). Kualitas pendidikan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan suatu daerah untuk menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sarana dan prasarana pendidikan seperti sekolah dan tenaga pendidik (guru) yang memadai. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Banggai dan Departemen Agama Kabupaten Banggai diketahui ada 374 Sekolah Dasar (SD/MI) dengan guru dan murid, untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) ada 126 sekolah dengan guru dan murid sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMU/SMK/MA) ada 61 sekolah dengan guru dan murid. Adapun fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Banggai dapat dilihat pada tabel berikut ini: BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 42

29 Tabel 2.11: Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Banggai Jumlah Sarana Pendidikan No Kecamatan Umum Agama SD SLTP/SMP SMA SMK MI MTs MA 1 Toili Barat Toili Moilong Batui Batui Selatan Bunta Nuhon Simpang Raya Kintom Luwuk Luwuk Timur Luwuk Utara Luwuk Selatan Nambo Pagimana Bualemo Lobo Lamala Masama Mantoh Balantak Balantak Selatan Balantak Utara Jumlah Sumber : Kabupaten dalam Angka Tahun Jumlah Penduduk Miskin Untuk mengetahui proporsi dan jumlah penduduk miskin, tersedia dua sumber, yaitu persen penduduk miskin dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan setiap tiga tahun, dan jumlah rumah tangga miskin yang pendataannya dilaksanakan oleh Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa bekerjasama dengan BPS pada setiap tahun dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) oleh pemerintah pusat. Kedua jenis data tersebut berbeda dalam beberapa hal. Pertama, data SUSENAS adalah hasil survei, tanpa nama dan tanpa alamat. Tujuannya untuk memantau persen penduduk miskin setiap 3 tahun. Alat ukurnya juga berbeda, yaitu pola konsumsi masyarakat, yang kemudian disimpulkan menjadi kilokalori. Bila konsumsi per orang dibawah 2100 kilokalori per hari maka dikategorikan sebagai penduduk miskin. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 43

30 Dari delapan tujuan Milinium Development Goals (MDG s), komponen pertama adalah; Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Target secara nasional pencapaian MDGs poin pertama adalah : Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah US$1 per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu Untuk mendukung target tersebut, maka ditetapkan dua indikator target yaitu : 1) Penurunan Persentase penduduk dengan pendapatan di bawah US$1 (PPP) per hari. 2) Penurunan Persentase penduduk dengan tingkat konsumsi di bawah garis kemiskinan nasional. Nasional menargetkan pencaapain MDGs pada tahun 2015, maka Kabupaten Banggai wajib menargetkan pada tahun 2015 juga. Berdasarkan data kondisi rumah tangga miskin di Kabupaten Banggai yang bersumber dari hasil badan statistik menunjukkan penduduk miskin terkonsentrasi pada Kecamatan Pagimana dengan jumlah KK Jiwa, Kecamatan Bualemo dengan jumlah 834 KK Jiwa, Kecamatan 687 KK Jiwa, lebih jelasnya jumlah KK miskin dan penyebarannya di Kabupaten Banggai dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.12: Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan No Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) Jiwa 1 Toili Toili Barat Moilong Batui Batui Selatan Bunta Nuhon Simpang Raya Kintom Luwuk Luwuk Timur Luwuk Utara BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 44

31 No Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) Jiwa 13 Luwuk Selatan Nambo Pagimana Bualemo Lobo Lamala Masama Mantoh Balantak Balantak Salatan Balantak Utara Jumlah Sumber : Kabupaten Dalam Angka Jumlah Rumah Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan sangat berperan sebagai media penularan penyakit di antara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Berdasarkan data Laporan Data Sarana Sanitasi Dasar (Rumah, Jamban) DINKES Kabupaten Banggai 2013, jumlah rumah yang ada di Kabupaten Banggai ada sebanyak buah rumah yang tersebar di 23 Kecamatan dalam Kabupaten Banggai, Kecamatan yang memiliki rumah relative banyak adalah kecamatan Luwuk dapat dilihat pada tabel dibawah ini : BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 45

32 Tabel 2.13: Jumlah Rumah Per Kecamatan No Nama Kecamatan Jumlah Jumlah Rumah Penduduk 1 Toili Toili Barat Moilong Batui Batui Selatan Bunta Nuhon Simpang Raya Kintom Luwuk Luwuk Timur Luwuk Utara Luwuk Selatan Nambo Pagimana Bualemo Lobu Lamala Masama Mantoh Balantak Balantak Selatan Balantak Utara Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, 2013 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 46

33 2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai dalam menjalankan tugas dan kewajibannya telah menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, yaitu dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Nomor : 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Derah dan Peraturan Daerah Kabupaten Banggai Nomor : 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga-Lembaga Teknis Daerah, Kabupaten Banggai telah menngesahkan Peraturan Daerah Kabupaten Banggai tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Banggai dan Peraturan Daerah Kabupaten Banggai tentang : BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 47

34 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Banggai B U P A T I WAKIL BUPATI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT DAERAH STAF AHLI 1. Bidang Hukum dan Politik 2. Staf Ahli Bidang Pemerintahan 3. Bidang Pembangunan 4. Bidang Kemasyarakatan 5. Bidang Keuangan & Ekonomi ASISTEN PEMERINTAHAN - Bagian Tata Pemerintahan - Bagian Hukum - Bagian Organisasi ASISTEN PEREKONOMIAN - Bagian Ekonomi - Bagian Pembangunan - Bagian Keuangan ASISTEN ADMINISTRASI UMUM - Bagian Umum - Bagian Perlengkapan - Bagian Protokol DINAS DAERAH 1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Sosial; 4. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika; 6. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; 7. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 8. Dinas Bina Marga dan Pengairan; 9. Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang; 10. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah; 11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan; 12. Dinas Pertanian; 13. Dinas Kelautan dan Perikanan; 14. Dinas Kehutanan; 15. Dinas Pertambangan dan Energi; 16. Dinas Perkebunan. LEMBAGA TEKNIS DAERAH 1. Inspektorat; 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; 3. Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa; 4. Badan Kepegawaian Daerah; 5. Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan; 6. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 7. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat; 8. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana; 9. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi; 10. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. KECAMATAN KELURAHAN / DESA Sumber : Sekretariat Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 48

35 Gambar 2.2: Struktur SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Banggai BUPATI BAPPEDA BPMPD DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG DINAS KESEHATAN BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP Bidang Fisik dan Prasarana Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Bidang Penyehatan Lingkungan Bidang Permukiman Bidang Kebersihan dan Persampahan Bidang P2PL Bidang Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Bidang Pengawasan dan Pengendalian Keterangan: Mandat Tupoksi Langsung Mandat Tupoksi Tidak Langsung Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Banggai 2014 diolah 2.7 Komunikasi dan Media Pengelolaan sanitasi tidak pernah terlepas dari peranan media, eksistensi media dalam bentuk penyebarluasan informasi baik visual maupun audio visual masing-masing memiliki peranan yang berbeda namun memiliki tujuan dan sasaran yang sama yakni memberikan informasi dan himbauan kepada khalayak untuk terus berupaya meningkatkan kualitas hidup melalui pola hidup bersih dan sehat. Masyarakat diharapkan dapat lebih berperan dalam pengelolaan sanitasi terutama pada lingkungan rumah tangga. Karena lingkungan terkecil dalam bermasyarakat adalah lingkungan keluarga, jika dalam lingkungan keluarga sudah menjaga dan mengelola sanitasi dengan baik maka berpengaruh nyata terhadap tingkat kesehatan, kenyamanan serta estetika di lingkungan masyarakat yang ada. Tidak dapat dipungkiri lagi media memiliki peranan penting dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 49

36 Di Kabupaten Banggai, kampanye tentang tentang sanitasi masih sangat minim dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta ataupun masyarakat. Adapun kegiatan komunikasi terkait sanitasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Banggai yaitu sebagaimana disajikan dalam tabel-tabel berikut ini. Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi Dinas Khalayak No Kegiatan Tahun Tujuan Kegiatan Pelaksana Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran 1 Pemicuan STBM Dinas Kesehatan Meningkatkan peranserta masyarakat dalam penyediaan layanan sanitasi dan membiasakan PHBS dalam kehidupan seharihari. Masyarakat di Desa/Kelurahan prioritas yang menurut studi EHRA memiliki Indek Risiko Sanitasi Tertinggi. Sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak bersih dan tidak sehat itu menjijikan, memalukan dan membuat sakit, karenanya perlu kita perbaiki Terbatasnya tenaga fasilitator yang handal, membuat pemicuan di sejumlah RT kurang sukses, perlu sanitasi dan biasakan PHBS. peningkatan jumlah fasilitator handal. 2 Penyuluhan tata 2014 Dinas Siswa Sekolah Siswa-siswi Dengan Dampak dari cara Cuci Tangan Pendidikan Dasar mampu SD di 20 CTPS, kita kegiatan ini, Pakai Sabun dan Dinas dan mau sekolah terhindar dari ternyata dapat (CTPS) di Kesehatan melakukan CTPS dengan angka penyakit, dan menurunkan sekolah Dasar yang baik dan tidak masuk hidup lebih angka tidak benar. sekolah sehat. masuk sekolah karena diare karena diare. tertinggi. 3. Sosialisali STBM 2014 Dinas Untuk Masyarakat Dengan Dampak dari Kesehatan menurunkan umum dilakukan kegiatan angka kejadian kegiatan sosialisasi penyakit menular sosialisasi STBM dapat berbasis STBM setiap menurunkan lingkungan dan individu atau angka kesakitan barkaitan dangan masyarakat di kalangan BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 50

Gambaran Umum Wilayah

Gambaran Umum Wilayah Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Kepulauan Aru dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2003 dengan maksud mengoptimalkan penyelenggaraan

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN

BAB VII PENUTUP KESIMPULAN BAB VII PENUTUP KESIMPULAN Pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Bogor pada tahun anggaran 2012 telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hal ini terlihat dari sejumlah capaian kinerja dari indikator

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH ` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Letak Geografis merupakan salah satu dari 14 Kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan hasil pemekaran

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas Admistrasi Sumber : Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2016 Gambar 4.1 Peta wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman

DAFTAR TABEL. Halaman v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Bali... 6 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana tahun 2011...... 7 1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana...

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR Urusan Pemerintahan 1 - URUSAN WAJIB 1.20 - Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, 1.20.05 - BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR 15.090.246.60 5.844.854.40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Geografis Kabupaten Pelalawan terletak di Pesisir Pantai Timur pulau Sumatera antara 00 0 48 32 Lintang Utara 00 0 24 14 Lintang

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Kota Metro dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 dengan luas wilayah 6.874 Ha. Kota Metro terdiri dari 5 Kecamatan dengan 22 kelurahan, yang pembentukannya berdasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 30 Desember 2013 Peraturan Daerah Nomor 23 Tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Gambaran Umum Wilayah`

Gambaran Umum Wilayah` Bab 2: Gambaran Umum Wilayah` 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kabupaten Seram Bagian Timur merupakan kabupaten hasil pemekaran berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2003 Tanggal 18 Desember 2003

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Halaman

DAFTAR TABEL. Halaman v DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten/Kota se-provinsi Bali... 6 1.2 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Jembrana tahun 2011...... 7 1.3 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Jembrana...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi fisik 2.1.1 Kondisi Geografis Posisi astronomis Kota Bitung yang terletak antara 1 0 23 23-1 0 35 39 Lintang Utara dan 125 0 1 43-125

Lebih terperinci

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii

Daftar Isi. KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii BAB. I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Dasar Hukum... I-1 1.2. Gambaran Umum Wilayah... I-2 1.2.1. Kondisi Geografis Daerah... I-2 1.2.2. Topografi...

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun

DAFTAR TABEL. Kabupaten Rembang Tahun II-1. Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun II-12. Kelamin Kabupaten Rembang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan/Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2015... II-1 Tabel 2.2. Jumlah dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rembang Tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, pada tanggal 9 Januari 2012 Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Daerah Nomor : TAHUN 08 Tanggal : Januari 08 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA RINGKASAN APBD Tahun Anggaran 08 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH. PENDAPATAN.8..0.8,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH.008.78..8,00..

Lebih terperinci

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Sanitasi Kabupaten Sinjai adalah Kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan di kabupaten Sinjai sampai tahun 2017 yang merupakan bagian dari Visi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi 3. Status Pembangunan Manusia 4. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE Lampiran 1. Hasil Kajian Aspek Non Teknis dan Lembar Kerja Area Berisiko KELOMPOK KERJA SANITASI TAHUN 2015 Lampiran 1.1. Struktur Organisasi Daerah dan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA - DESA DI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA - DESA DI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DESA - DESA DI WILAYAH KABUPATEN BANGGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI, Menimbang : a. bahwa perkembangan dan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH i ii BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH Identifikasi kondisi dan karakteristik wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang meliputi karakteristik fisik, kependudukan, administratif, keuangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95

Jumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95 PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara.

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman... 2 Tabel 1.2. Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman... 3 Tabel 1.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N

BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N BUPATI PAMEKASAN S A M B U T A N Assalamu alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada tanggal 29 Desember 2016 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2016 tentang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH, STAF AHLI DAN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten

Lebih terperinci