Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test)"

Transkripsi

1 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Uji Kemampuan dan Kepatutan ()

2 DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan pembaca memahami peraturan dan menelusuri rekam jejak keberlakuan suatu peraturan Bank Indonesia.Penyusunan kodifikasi ini telah melalui proses pemeriksaan dan editing terkait keakuratan dan kelengkapan peraturan yang dikodifikasikan. Namun demikian mengingat bahwa peraturan Bank Indonesia dapat berubah dari waktukewaktu, maka setiap akses dan penggunaan atas kodifikasi ini agar dilakukan secara bijaksana dengan memperhatikan tanggal unggahdansumber orisinal dari masing-masing peraturan Bank Indonesia yang dirujuk. 1 1 Peraturan Bank Indonesia dapat diakses pada situs resmi Bank Indonesia atau melalui fasilitas pencarian peraturan pada situs resmi Bank Indonesia (

3 Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Uji Kemampuan dan Kepatutan () Tim Penyusun Zainal Abidin Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza Ayu Novriana Patrick A. Kapugu Sylvia Sazumi Riska Rosdiana Ristia Icha Pramesi Tresna Kholilah Safyra Primadhyta Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Telp: Fax.: Hak Cipta 2013, Bank Indonesia 2013

4 DAFTAR ISI Paragraf Halaman Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia Hal. i iv Hal. v Hal. vi Hal. vi Hal. vi vii Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Umum Ketentuan Umum Par. 1 4 Hal. 1 7 Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon PSP Par Hal Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Par. 6 8 Hal. 7 9 Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Par Hal Komisaris dan Calon Anggota Direksi Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap PSP, Anggota Dewan Par Hal Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal. 32 Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Permohonan Kembali untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Par. 42 Hal. 41 Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Pemimpin Kantor Par. 43 Hal Perwakilan Bank Asing Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Bank Dalam Par Hal Penyelamatan/Penanganan Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Par Hal Komisaris dan Calon Anggota Direksi Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Anggota Dewan Komisaris, Par. 52 Hal. 43 Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Ketentuan Lain-Lain Par Hal Sanksi Par. 59 Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Syariah Ketentuan Umum Par Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Syariah Par Hal Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal. 59 i

5 Uji Kemampuan dan Kepatutan Bagi Calon Anggota Dewan Par Hal Komisaris dan Calon Anggota Direksi Bank Syariah Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan Bagi Pemegang Saham Pengendali, Par Hal Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Permohonan Kembali untuk Menjadi PSP, Anggota Dewan Komisaris dan Par. 102 Hal. 85 Anggota Direksi Bank Syariah Uji Kemampuan dan Kepatutan Bagi Calon Direktur Unit Usaha Syariah, Direktur Unit Usaha Syariah dan Pejabat Eksekutif Unit Usaha Syariah Par Hal Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Pemimpin Kantor Par. 108 Hal. 87 Perwakilan Bank Asing Uji Kemampuan Dan Kepatutan Pada Bank Syariah Dan Bank Umum Par Hal Konvensional Yang Memiliki UUS Dalam Penyelamatan/ Penanganan Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Uji Kemampuan dan Kepatutan terhadap Calon Anggota Dewan Komisaris Par Hal dan Calon Anggota Direksi Bank Syariah serta Calon Direktur UUS Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Anggota Dewan Komisaris, Par. 118 Hal. 90 Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, serta Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Pihak yang Sudah Tidak Par. 119 Hal Menjadi PSP atau sudah Tidak menjabat sebagai Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, serta Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS Ketentuan Lain-Lain Par Hal Sanksi Par Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan Umum Par Hal Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon PSP Par Hal Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Par Hal Komisaris Dan Calon Anggota Direksi Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par. 163 Hal. 119 ii

6 Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap PSP, Anggota Dewan Par Hal Komisaris, Anggota Direksi Dan Pejabat Eksekutif Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Permohonan Kembali untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris Par. 180 Hal dan/atau anggota Direksi BPR Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Pihak Yang Sudah Tidak Par Hal Menjadi PSP, Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi Dan Pejabat Eksekutif Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal. 140 Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal. 141 Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Par Hal. 142 Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap BPR Dalam Par Hal Penyelamatan/Penanganan Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon PSP, Calon Anggota Par Hal Dewan Komisaris dan Calon Anggota Direksi Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Anggota Dewan Komisaris, 196 Hal. 145 Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Ketentuan Lain-Lain Par Hal Sanksi Par. 201 Hal Lampiran Hal Lampiran 1 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Hal Pengendali Bank Umum melalui Proses Pengambilalihan (Akuisisi) Lampiran 2 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Hal Pengendali Bank Umum melalui Proses Pembelian Saham Bank Umum Lampiran 3 Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Hal Perorangan Lampiran 4 Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank Hal Badan Hukum/Pemegang Saham Pengendali Terakhir Lampiran 5 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Anggota Dewan Hal Komisaris Bank Umum Lampiran 6 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Anggota Direksi Hal Bank Umum Lampiran 7 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Direktur Yang Hal. 171 Membawahkan Fungsi Kepatuhan Bank Umum Lampiran 8 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pimpinan Kantor Hal. 172 Cabang Bank Asing (KCBA) Lampiran 9 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemimpin Kantor Hal. 173 Perwakilan Bank Asing Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup Hal Lampiran 11 Jangka Waktu Sanksi Bagi PSP Yang Ditetapkan Tidak Lulus Hal Lampiran 12 Jangka Waktu Sanksi Bagi Anggota Dewan Komisaris, Anggota Hal Direksi Atau Pejabat Eksekutif Yang Ditetapkan Tidak Lulus Lampiran 13 Struktur Kelompok Usaha PT Bank XYZ Hal. 183 Lampiran 14 Penjelasan atas Skema Struktur Kelompok Usaha PT Bank XYZ Hal iii

7 Lampiran 15 Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) Atau Hal Ultimate Shareholders Bank Syariah Perorangan Lampiran 16 Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) Atau Hal Ultimate Shareholders Bank Syariah Badan Hukum Lampiran 17 Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) Atau Hal Ultimate Shareholders Bank Syariah Perorangan (Perubahan Kegiatan Usaha Menjadi BUS/BPRS) Lampiran 18 Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) Atau Ultimate Hal Shareholders Bank Syariah Badan Hukum (Perubahan Kegiatan Usaha Menjadi BUS/BPRS) Lampiran 19 Daftar Isian Bagi Calon Anggota Dewan Komisaris Dan Calon Hal Anggota Direksi Bank Syariah Serta Calon Direktur UUS (New Entry) Lampiran 20 Daftar Isian Bagi Calon Anggota Dewan Komisaris Dan Calon Hal Anggota Direksi Bank Syariah (Perubahan Kegiatan Usaha Menjadi BUS/BPRS) Lampiran 21 Daftar Riwayat Hidup (Calon: PSP/Komisaris/Direktur Bank Syariah Hal dan calon Direktur UUS) Lampiran 22 Tabel penetapan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan Hal Lampiran 23a Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Hal Pengendali BPR melalui Proses Pembelian Saham BPR Lampiran 23b Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Hal Pengendali (PSP) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) melalui Proses Pengambilalihan (Akuisisi) Lampiran 23c Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) BPR Hal Perorangan Lampiran 23d Daftar Isian Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) BPR Hal Badan Hukum/Pemegang Saham Pengendali Terakhir Lampiran 24a Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Anggota Dewan Hal Komisaris BPR Lampiran 24b Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Anggota Direksi Hal BPR Lampiran 24c Daftar Riwayat Hidup (calon PSP/anggota Direktur/anggota Dewan Hal Komisaris *) Lampiran 25a Jangka Waktu Sanksi Bagi PSP yang Ditetapkan Tidak Lulus Hal Lampiran 25b Jangka Waktu Sanksi Bagi Anggota Dewan Komisaris, Anggota Hal Direksi atau Pejabat Eksekutif yang Ditetapkan Tidak Lulus Lampiran 26a Struktur Kelompok Usaha PT BPR XYZ Hal. 253 Lampiran 26b Penjelasan atas Skema Struktur Kelompok Usaha PT BPR XYZ Hal iv

8 Rekam Jejak Regulasi Uji Kemampuan dan Kepatutan () SE 13/26/DPNP 2011 Perubahan atas SE 13/8/ DPNP 2011 SE 13/8/DPNP 2011 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan -14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum -13/3/PBI/2011 Tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank -13/2/PBI/2011 tentang pelaksanaan Fungsi Kepatuhan bank umum; -11/1/PBI/2009 tentang bank umum -8/14/PBI/2006 mengenai Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum -11/3/PBI/2011 Tentang Bank Umum Syariah -11/10/PBI/2009 Tentang Unit Usaha Syariah -13/2/PBI/2011 Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum - 9/8/PBI/2007 Tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan -8/7/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/13/PBI/2005 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah - 11/15/PBI/2009 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah - 11/10/PBI/2009 Tentang Unit Usaha Syariah Pasal 8 Ayat (4) dan (5) - 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Pasal 58 Ayat (3), (4), dan (5) Corporate Governance Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah 14/6/PBI/2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah SE 15/45/DPNP 2013 Perubahan atas SE 14/36/DKBU 2012 SE 14/36/DKBU 2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Perkreditan Rakyat I.3.c., II.E, III.A.2.k., III.C.2., Lampiran 1a-b, 2a-c 14/9/PBI/2012 Penilaian Kemampuan dan KepatutanUji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat 12/23/PBI/2010 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Bank Umum Syariah SE 12/6/DPbS 2010 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bank Syariah Bagi Bank Umum Syariah 11/31/PBI/2009 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bank Syariah Bagi BPRS SE 6/35/DPBPR 2004 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan BPR SE 6/15/DPNP 2004 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi BPR Syariah 6/23/PBI/2004 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan BPR 5/25/PBI/2003 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Bank Umum Keterangan : SE 2/22/DPNP 2000 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan 2/23/PBI/2000 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan SE 2/3/DPNP 2000 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan 2/1/PBI/2000 Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Diubah Terkait Dicabut Terkait dan Dicabut PBI/ KEP DIR Masih Berlaku PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku 27/118/KEP/DIR/1995 Kriteria Perbuatan Tercela orang yang dilarang menjadi Pemegang saham dan/ atau pengurus Bank SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku Regulasi Terkait v

9 Dasar Hukum: - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun Undang-Undang Nomor 23 T ahun 1999 tent ang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah - Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Regulasi Terkait: - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/3/PBI/2011 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan bank umum; - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/8/PBI/2007 tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan - Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/7/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/13/PBI/2005 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/15/PBI/2009 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/21/DPNP 2012 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/33/DPNP 2007 tentang Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/2/DPbS 2011 perihal Tindak Lanjut Penanganan Terhadap Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Status Pengawasan Khusus - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbS 2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/24/DPbS 2009 perihal Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/27/DPNP 2007 perihal Pelaksanaan Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/2/DPNP 2006 perihal Pelaksanaan Pentahapan Penetapan Kualitas yang Sama untuk Aset Produktif yang Diberikan oleh Lebih dari Satu Bank kepada Satu Debitur atau Proyek yang Sama Regulasi Bank Indonesia: - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/9/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/6/PBI/2012 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit And Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/45/DPNP 2013 perihal Perubahan atas Sur at Eda ran B ank Indonesia Nomor 14/ 36/DKB U 2012 perihal Uji Kemampu an dan Kepat utan (Fit and Proper Test) B ank Perkreditan Rakyat - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/36/DKBU 2012 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat vi

10 - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP 2011 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/26/DPNP 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP 2011 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan () - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/06/DPbS 2010 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah vii

11 Perbankan Manajemen Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Umum BAB I Ketentuan Umum 1 Pasal 1 12/23/PBI/ Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing. 2. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun Kantor Cabang Bank Asing adalah kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri. 4. Kantor Perwakilan Bank Asing adalah kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri. 5. Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut dengan PSP adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang: a. memiliki saham perusahaan atau Bank sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau b. memiliki saham perusahaan atau Bank kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian perusahaan atau Bank, baik secara langsung maupun tidak langsung. 6. Pengendalian adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan, termasuk Bank, dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. 7. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut dengan RUPS: a. bagi Bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah RUPS sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi Bank berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah Rapat Pemegang Saham/Saham Prioritet dan Rapat Umum Pemegang Saham (Prioritet dan Biasa) sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perusahaan Daerah; c. bagi Bank berbentuk badan hukum Koperasi adalah Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian. 8. Dewan Komisaris: a. bagi Bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi Bank berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perusahaan Daerah; 1

12 c. bagi Bank berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian. 9. Direksi: a. bagi Bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi Bank berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang tentang Perusahaan Daerah; c. bagi Bank berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian; d. bagi Kantor Cabang Bank Asing adalah pimpinan Kantor Cabang Bank Asing yakni pemimpin kantor cabang dan pejabat satu tingkat di bawah pemimpin kantor cabang; e. bagi Kantor Perwakilan Bank Asing adalah pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing. 10. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada anggota Direksi atau mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dan/atau operasional Bank, antara lain kepala divisi, kepala kantor wilayah, kepala kantor cabang, kepala kantor fungsional yang kedudukannya paling kurang setara dengan kepala kantor cabang, kepala satuan kerja manajemen risiko, kepala satuan kerja kepatuhan, dan kepala satuan kerja audit intern dan/atau pejabat lainnya yang setara. 11. Daftar Tidak Lulus yang untuk selanjutnya disebut DTL adalah daftar yang ditatausahakan oleh Bank Indonesia yang memuat pihak pihak yang mendapat predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan terhadap pemegang saham, pemegang saham pengendali, anggota dewan komisaris, anggota direksi, dan pejabat eksekutif. 12. Tindak Pidana Tertentu adalah tindak pidana asal yang disebut dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang. 2 Pasal 2 12/23/PBI/2010 (1) Pihak-pihak yang termasuk sebagai pengendali Bank wajib tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini. Yang dimaksud pihak pihak yang termasuk sebagai pengendali Bank termasuk pihak pihak yang menjadi pengendali akibat dari berlakunya peraturan perundangan terkait lainnya. (2) Pihak-pihak yang termasuk sebagai pengendali Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan, badan hukum atau kelompok usaha yang melakukan Pengendalian terhadap Bank, termasuk namun tidak terbatas pada PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif Bank. (3) Pengendalian terhadap Bank dapat dilakukan dengan cara-cara, antara lain sebagai berikut: a. memiliki secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank; 2

13 Bank dapat memiliki 1 (satu) atau lebih PSP. Termasuk dalam pengertian calon PSP antara lain adalah pemegang saham yang menjadi PSP karena terjadinya pengalihan saham Bank secara internal atau eksternal, penambahan modal dari pemegang saham Bank, right issue saham Bank dan/atau pengajuan diri secara sukarela menjadi PSP. b. secara langsung menjalankan pengelolaan dan/atau mempengaruhi kebijakan Bank; c. memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham yang apabila digunakan akan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank; d. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama memiliki dan/atau mengendalikan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank, baik langsung maupun tidak langsung dengan atau tanpa perjanjian tertulis; e. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan menyebabkan pihak-pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank; f. mengendalikan satu atau lebih perusahaan lain yang secara keseluruhan memiliki dan/atau mengendalikan secara bersamasama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank; g. mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan/atau memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank; h. secara tidak langsung mempengaruhi atau menjalankan pengelolaan dan/atau kebijakan Bank; i. melakukan Pengendalian terhadap perusahaan induk; j. melakukan Pengendalian terhadap pihak yang melakukan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i. Dalam menghitung jumlah saham yang dimiliki dan/atau dikendalikan secara bersama-sama oleh pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank, termasuk: a. saham Bank yang dimiliki oleh pihak lain yang hak suaranya dapat digunakan atau dikendalikan oleh pengendali Bank; b. saham Bank yang dimiliki oleh perusahaan yang dikendalikan oleh pengendali Bank; c. saham Bank yang dimiliki oleh pihak terafiliasi dari pengendali Bank; 3

14 d. saham Bank yang dimiliki oleh anak perusahaan dari perusahaan yang dikendalikan oleh pengendali Bank; e. saham Bank yang dimiliki oleh pihak lain untuk dan atas nama pengendali Bank (saham nominee) berdasarkan atau tidak berdasarkan suatu perjanjian tertentu; f. saham Bank yang dimiliki oleh pihak lain yang pemindahtanganannya memerlukan persetujuan dari pengendali Bank; g. saham Bank lainnya selain saham sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf f, yang dikendalikan oleh pengendali Bank. Yang dimaksud dengan pihak terafiliasi dari pengendali Bank sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah: a. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau yang setara atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali Bank; b. pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau karyawan perusahaan pengendali Bank, khusus bagi perusahaan yang berbentuk hukum koperasi; c. pihak yang memberikan jasa kepada perusahaan pengendali Bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lain yang terbukti dikendalikan oleh pengendali Bank; d. pihak yang mempunyai hubungan keluarga dengan pengendali Bank baik karena perkawinan maupun karena keturunan sampai dengan derajat kedua baik secara horizontal maupun vertikal, termasuk besan; e. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan perusahaan pengendali Bank, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, dan keluarga pengurus. 3 Pasal 3 12/23/PBI/2010 (1) Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap: a. calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi; Calon anggota Direksi Bank yang hanya bertanggung jawab terhadap Unit Usaha Syariah, tunduk kepada ketentuan mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan pada Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. b. PSP,anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif; dan c. Pihak-pihak yang sudah tidak menjadi atau menjabat sebagai pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf b, namun yang bersangkutan ditengarai terlibat atau bertanggung jawab terhadap perbuatan atau tindakan yang sedang dalam proses uji kemampuan dan kepatutan pada Bank atau Kantor Perwakilan Bank Asing. Pihak pihak yang dimaksud pada huruf ini adalah pihak-pihak yang sudah tidak berada pada Bank atau Kantor Perwakilan Bank 4

15 Asing dimana perbuatannya menjadi objek uji kemampuan dan kepatutan dilakukan, termasuk yang sudah keluar dari industri perbankan. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. A No. 2 (2) Pihak-pihak yang wajib mengikuti uji kemampuan dan kepatutan adalah: a. Calon PSP, meliputi: 1) orang dan/atau badan hukum yang akan melakukan pembelian, menerima hibah, menerima hak waris atau bentuk lain pengalihan hak atas saham Bank sehingga yang bersangkutan akan menjadi PSP; 2) pemegang saham Bank yang tidak tergolong sebagai PSP (non PSP) yang melakukan pembelian saham Bank, menerima hibah saham Bank menerima hak waris atau bentuk lain pengalihan hak atas saham Bank, sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP; 3) non PSP yang melakukan penambahan setoran modal sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP; 4) non PSP namun menurut Bank Indonesia dinilai melakukan Pengendalian Bank; 5) orang dan/atau badan hukum yang digolongkan sebagai pengendali Bank karena adanya perubahan struktur kelompok usaha Bank; 6) orang dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP pada Bank hasil penggabungan (merger); 7) orang dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP Bank hasil peleburan (konsolidasi); b. Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi, meliputi: 1) orang yang belum pernah menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank, yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank; 2) orang yang sedang menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank, yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, pada Bank lainnya; 3) orang yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank, yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, pada Bank yang sama atau pada Bank lainnya; 4) anggota Dewan Komisaris Bank yang akan beralih jabatan menjadi anggota Direksi pada Bank yang sama; 5) anggota Dewan Komisaris Bank yang akan beralih jabatan menjadi Komisaris Independen pada Bank yang sama; 6) anggota Direksi Bank yang akan beralih jabatan menjadi Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan pada Bank yang sama; 7) anggota Direksi Bank yang akan beralih jabatan menjadi anggota Dewan Komisaris pada Bank yang sama; 8) anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank yang akan beralih jabatan ke jabatan yang lebih tinggi pada Bank 5

16 yang sama, antara lain meliputi: a) anggota Dewan Komisaris Bank yang akan diangkat menjadi komisaris utama/wakil komisaris utama atau yang setara dengan itu pada Bank yang sama; b) anggota Direksi Bank yang akan diangkat menjadi direktur utama/wakil direktur utama atau yang setara dengan itu pada Bank yang sama; 9) orang yang akan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada Bank hasil penggabungan yang berasal dari Bank yang menggabungkan ; 10) orang yang akan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada Bank hasil penggabungan yang berasal dari Bank yang menerima penggabungan (surviving bank) termasuk perpanjangan jabatan; 11) orang yang akan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank hasil peleburan yang berasal dari Bank yang melakukan peleburan; 12) orang yang dicalonkan menjadi pemimpin kantor perwakilan bank asing; 13) orang yang dicalonkan menjadi pimpinan kantor cabang bank asing. Uji kemampuan dan kepatutan tidak dilakukan terhadap perpanjangan jabatan bagi anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi, kecuali perpanjangan jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 10). Termasuk dalam pengertian perpanjangan jabatan adalah setiap penugasan kembali dalam jabatan yang sama, baik sebelum maupun sesudah masa jabatan yang bersangkutan berakhir. Perpanjangan jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi tersebut dilaporkan kepada Bank Indonesia dengan alamat penyampaian sebagaimana terdapat pada angka III huruf D (Paragraf 15 ayat (5) Kodifikasi ini). 4 Pasal 4 12/23/PBI/2010 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi I (1) Pihak pihak yang sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank, tidak dapat diajukan untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi. (2) Sebagaimana diatur dalam PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan, uji kemampuan dan kepatutan dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap: 1. Calon Pemegang Saham Pengendali (PSP), calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi. Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebelum yang bersangkutan menjadi PSP atau menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi. 2. PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif. Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai kembali kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak yang menjadi PSP 6

17 atau yang sedang menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif. 3. Pihak-pihak yang sudah tidak menjadi atau menjabat sebagai pihak sebagaimana dimaksud pada angka 2, namun yang bersangkutan ditengarai terlibat atau bertanggung jawab terhadap perbuatan atau tindakan yang sedang dalam proses uji kemampuan dan kepatutan pada Bank atau Kantor Perwakilan Bank Asing. Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk: a. menilai kembali kemampuan dan kepatutan, dalam hal yang bersangkutan telah menjadi pemegang saham atau bekerja pada bank lain; atau b. bahan penilaian pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan kembali menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank. BAB II 5 Pasal 5 12/23/PBI/2010 Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon PSP (1) Untuk menjadi PSP Bank, calon PSP wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. (2) Calon PSP yang belum memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, namun telah memiliki saham Bank, dilarang melakukan tindakan sebagai PSP. Yang dimaksud dengan telah memiliki saham Bank termasuk kepemilikan saham yang diperoleh melalui transaksi di bursa efek, hibah atau waris. Yang dimaksud belum memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia adalah calon PSP yang belum memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. Yang dimaksud dengan tindakan sebagai PSP pada ayat ini antara lain adalah mempengaruhi kebijakan Bank, hadir dan/atau memberikan suara dalam RUPS dalam kapasitas sebagai PSP. Bagian Pertama 6 Pasal 6 12/23/PBI/ Pasal 7 12/23/PBI/2010 Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai bahwa calon PSP memenuhi persyaratan: a. integritas; dan b. kelayakan keuangan. Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a (Paragraf 6 huruf a Kodifikasi ini) meliputi: Persyaratan integritas pihak yang diuji didasarkan antara lain dari catatan administrasi Bank Indonesia, predikat hasil uji kemampuan dan kepatutan yang pernah diberikan kepada yang bersangkutan, atau pihak yang pernah mendapat predikat Tidak Lulus namun telah disetujui oleh Bank Indonesia untuk kembali menjadi PSP. a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; 7

18 Penilaian terhadap kriteria pada huruf ini dilakukan antara lain berdasarkan informasi yang diperoleh Bank Indonesia atau informasi yang diketahui oleh umum, bahwa yang bersangkutan pernah dihukum karena melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan Bank kepada Bank Indonesia. b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional Bank yang sehat; d. tidak termasuk dalam DTL; dan e. memiliki komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 (Paragraf 27 dan Paragraf 28 Kodifikasi ini), bagi calon PSP yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani masa sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 35 ayat (1), Pasal 40 ayat (4) huruf a, dan Paragraf 40 ayat (5) (Paragraf 35 ayat (1), Paragraf 40 ayat (4) huruf a dan Paragraf 40 ayat (5) Kodifikasi ini). 8 Pasal 8 12/23/PBI/2010 (1) Persyaratan kelayakan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b (Paragraf 6 huruf b Kodifikasi ini) antara lain dibuktikan dengan: a. memiliki kemampuan keuangan yang dapat mendukung perkembangan bisnis Bank; Penilaian terhadap kriteria pada huruf ini dilakukan antara lain berdasarkan analisa kemampuan keuangan pada saat ini dan proyeksinya untuk jangka waktu paling kurang 3 (tiga) tahun yang disusun oleh konsultan independen. b. tidak memiliki kredit macet; Yang dimaksud dengan kredit macet pada huruf ini adalah: 1) kredit macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva. Dalam pengertian memiliki kredit macet adalah apabila calon PSP: 1) mempunyai kredit macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit macet. c. tidak memiliki hutang jatuh tempo dan bermasalah; 8

19 Yang dimaksud dengan hutang jatuh tempo dan bermasalah pada huruf ini adalah hutang yang telah jatuh tempo dan tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan restrukturisasi. Dalam pengertian memiliki hutang jatuh tempo dan bermasalah adalah apabila calon PSP: 1) mempunyai hutang jatuh tempo dan/atau bermasalah; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai hutang jatuh tempo dan/atau bermasalah, baik dalam industri perbankan maupun diluar industri perbankan. d. tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan; dan Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan Bank kepada Bank Indonesia. e. memiliki komitmen kesediaan untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila Bank menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. A No. 1a Bagian Kedua 9 Pasal 9 12/23/PBI/2010 (2) Faktor yang dinilai dalam uji kemampuan dan kepatutan meliputi integritas dan kelayakan keuangan bagi calon PSP. Calon PSP wajib memenuhi persyaratan integritas dan kelayakan keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 8 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 7 dan Paragraf 8 Kodifikasi ini). Terkait dengan salah satu persyaratan integritas bagi calon PSP yaitu memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional Bank yang sehat, calon PSP wajib menyampaikan rencana pengembangan operasional Bank yang sehat, yang paling kurang memuat arah dan strategi pengembangan Bank, dan rencana penguatan permodalan Bank untuk jangka waktu paling kurang 3 (tiga) tahun. Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat meminta pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk tidak melakukan pengalihan kepemilikan sahamnya di Bank dalam jangka waktu tertentu. Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon PSP diajukan oleh Bank kepada Bank Indonesia. Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon PSP diajukan oleh anggota Direksi. (2) Dalam hal calon PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan pembelian saham Bank melalui program divestasi saham negara dalam 9

20 rangka penyertaan modal sementara oleh instansi Pemerintah yang berwenang, maka permohonan persetujuan diajukan oleh instansi Pemerintah yang berwenang. 10 Pasal 10 12/23/PBI/2010 Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 9 Kodifikasi ini), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan, yang meliputi: a. penelitian administratif; dan Penelitian administratif meliputi antara lain penelitian dokumen persyaratan administratif sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan yang berlaku, catatan administrasi Bank Indonesia, penelitian kemampuan dan kelayakan keuangan, serta struktur kepemilikan calon PSP. Penelitian terhadap catatan administrasi Bank Indonesia termasuk penelitian terhadap pihak yang pernah mendapat predikat Tidak Lulus, namun dalam uji kemampuan dan kepatutan kembali telah dinilai memenuhi persyaratan untuk kembali menjadi PSP. b. wawancara. 11 Pasal 11 12/23/PBI/2010 (1) Dalam hal calon PSP Bank berbentuk badan hukum, uji kemampuan dan kepatutan terhadap badan hukum tersebut dilakukan dengan menilai badan hukum yang bersangkutan, anggota dewan komisaris dan anggota direksi badan hukum yang bersangkutan, dan pihak-pihak yang berdasarkan penilaian Bank Indonesia merupakan pemilik dan pengendali terakhir dari badan hukum tersebut (ultimate shareholders). Dalam hal badan hukum pemegang saham Bank dimiliki dan dikendalikan oleh badan hukum lain secara berjenjang dalam suatu kelompok usaha maka pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholders) adalah perorangan atau badan hukum yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki saham Bank dan merupakan pengendali terakhir keseluruhan struktur kelompok usaha yang mengendalikan Bank. Badan hukum terakhir dalam keseluruhan struktur kelompok usaha ditetapkan sebagai ultimate shareholders apabila badan hukum tersebut tidak memiliki pengendali. (2) Dalam hal ultimate shareholders adalah pemerintah negara lain, dan hukum di negara yang bersangkutan tidak memperbolehkan ultimate shareholders tersebut memberikan data dan dokumen, Bank Indonesia menetapkan ultimate shareholders lain yang secara langsung dikendalikan oleh pemerintah negara lain tersebut berdasarkan dokumen pendukung yang sah. (3) Pihak pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib menyampaikan persyaratan administratif dan menjalani wawancara. (4) Selain pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank Indonesia dapat menetapkan pihak-pihak lain yang dianggap melakukan Pengendalian, untuk menyampaikan persyaratan administratif dan/atau menjalani wawancara. 10

21 (5) Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1). SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. B No Pasal 12 12/23/PBI/2010 (6) Persyaratan Administratif bagi Calon PSP adalah sebagai berikut : 1. Permohonan Bank untuk memperoleh persetujuan atas calon PSP disampaikan kepada Bank Indonesia dilengkapi dengan dokumen persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan dan ketentuan lain yang mengatur mengenai persyaratan pemegang saham Bank, yaitu: a. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri; b. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pembelian saham bank umum; c. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara merger, konsolidasi dan akuisisi bank umum; dan d. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai bank umum. Rincian dokumen persyaratan administratif dimaksud adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1a dan Lampiran 1b (Lampiran 1 dan Lampiran 2 Kodifikasi ini). 2. Persyaratan laporan keuangan 3 (tiga) tahun buku terakhir dari Bank dan badan hukum yang akan melakukan pengambilalihan Bank sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1a butir 2.c (Lampiran 1 butir 2.c Kodifikasi ini), paling kurang terdiri dari laporan neraca dan perhitungan laba rugi beserta penjelasannya yang telah diaudit oleh Akuntan Publik. Laporan keuangan tersebut disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. 3. Selain dokumen sebagaimana dimaksud dalam angka 1, Bank juga menyampaikan Daftar Isian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1c dan Lampiran 1d (Lampiran 3 dan Lampiran 4 Kodifikasi ini) yang telah diisi lengkap dan ditandatangani oleh calon PSP atau calon Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT). Dalam hal calon PSP Bank adalah Pemerintah, maka pelaksanaan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b (Paragraf 10 huruf b Kodifikasi ini) hanya dilakukan apabila dianggap perlu. Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia, baik tingkat Pusat maupun Daerah. 13 Pasal 13 12/23/PBI/2010 (1) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon PSP, apabila pada saat uji kemampuan dan kepatutan dilakukan calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. 11

22 (2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada Bank dan pihak yang diuji. (3) Calon PSP yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, apabila yang bersangkutan telah selesai menjalani proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani proses hukum adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2) Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. E No. 1 3 (4) Tata Cara dan Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan adalah sebagai berikut : 1. Tata cara uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 22 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 10 dan Paragraf 22 Kodifikasi ini) dilakukan terhadap: a. calon PSP melalui penelitian administratif dan wawancara; b. calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi melalui: 1) penelitian administratif; dan 2) wawancara, apabila diperlukan. 2. Penelitian administratif: a. Calon PSP Dalam rangka menilai pemenuhan persyaratan integritas dan kelayakan keuangan calon PSP dilakukan penelitian, meliputi: 1) dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1a sampai dengan Lampiran 1d (Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4 Kodifikasi ini); 2) catatan administrasi Bank Indonesia antara lain berupa rekam jejak, Daftar Tidak Lulus, dan Daftar Kredit Macet; dan 3) informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia dalam rangka pengawasan Bank. b. Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Dalam rangka menilai pemenuhan persyaratan integritas, reputasi keuangan dan kompetensi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi dilakukan penelitian, meliputi: 1) dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2a sampai dengan Lampiran 2f (Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 10 Kodifikasi ini); 2) catatan administrasi Bank Indonesia antara lain berupa rekam jejak, Daftar Tidak Lulus, dan Daftar Kredit Macet; dan 12

23 3) informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia dalam rangka pengawasan Bank. 3. Wawancara Wawancara dilakukan dalam rangka konfirmasi atas informasi yang telah diperoleh Bank Indonesia dan/atau untuk menggali informasi lebih lanjut dari pihak yang diuji untuk memperoleh keyakinan atas terpenuhinya persyaratan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan, dan/atau kompetensi. a. wawancara wajib dilakukan terhadap calon PSP. b. wawancara terhadap calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi dilakukan apabila: 1) pihak yang diuji akan menjabat sebagai Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan; 2) pihak yang diuji akan menjabat sebagai Komisaris Independen; dan/atau 3) diperlukan klarifikasi atau penjelasan lebih lanjut dari pihak yang diuji. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. F No. 1 5 (5) Penghentian Uji Kemampuan dan Kepatutan : 1. Bank Indonesia menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi apabila pada saat penilaian dilakukan, calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. 2. Yang dimaksud sedang menjalani proses hukum adalah apabila calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi telah menyandang status tersangka atau terdakwa. 3. Yang dimaksud sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank adalah apabila calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi: a. sedang diajukan sebagai calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi pada bank lain. Bank Indonesia menghentikan uji kemampuan dan kepatutan terhadap pencalonan yang terakhir diajukan Bank kepada Bank Indonesia. b. sedang menjalani uji kemampuan dan kepatutan yang disebabkan karena yang bersangkutan diindikasikan mempunyai permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 27 atau Paragraf 28 Kodifikasi ini). Bank Indonesia menghentikan uji kemampuan dan kepatutan terhadap pencalonan yang bersangkutan yang diajukan Bank kepada Bank Indonesia. 4. Bank Indonesia memberitahukan penghentian uji kemampuan dan kepatutan kepada Bank yang mengajukan pencalonan. 5. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan, dapat 13

24 diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi apabila yang bersangkutan telah selesai menjalani: a. proses hukum yang dibuktikan dengan adanya: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2) Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah; atau b. proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank yang dibuktikan dengan adanya hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan existing. Bagian Ketiga 14 Pasal 14 12/23/PBI/2010 Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Berdasarkan penelitian administratif dan hasil wawancara yang dilakukan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 10 Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat yaitu: a. Lulus; atau Calon PSP yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi PSP pada Bank dimaksud. b. Tidak Lulus. Calon PSP yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan menjadi PSP pada Bank dimaksud. (2) Dalam hal calon PSP dinyatakan Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b namun telah memiliki saham Bank, maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38 (Paragraf 36, Paragraf 37, dan Paragraf 38 Kodifikasi ini). 15 Pasal 15 12/23/PBI/2010 (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 14 ayat (1) Kodifikasi ini) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah seluruh dokumen permohonan diterima secara lengkap. (2) Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada Bank dalam bentuk persetujuan atau penolakan. Yang dimaksud dengan persetujuan adalah predikat Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji, sedangkan yang dimaksud dengan penolakan adalah predikat Tidak Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji. (3) Selain kepada Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia dapat memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pihak-pihak lain yang berkepentingan pada ayat ini antara lain adalah Pemerintah dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan. 14

25 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. E No. 4 (4) Hasil Penilaian Uji Kemampuan dan Kepatutan : a. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi pada Bank yang mengajukan pencalonan. b. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi pada Bank yang mengajukan pencalonan. c. Hasil uji kemampuan dan kepatutan berupa persetujuan (predikat Lulus) atau penolakan (predikat Tidak Lulus) atas permohonan calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi disampaikan secara tertulis kepada Bank yang mengajukan pencalonan. Hasil uji kemampuan dan kepatutan dapat disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, antara lain Pemerintah, Lembaga Penjamin Simpanan, pemegang saham bank atau pihak lain yang dianggap perlu oleh Bank Indonesia. d. Dalam hal calon PSP yang memperoleh predikat Tidak Lulus telah memiliki saham bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 14 ayat (2) Kodifikasi ini) maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 38 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 36, Paragraf 37, dan Paragraf 38 Kodifikasi ini). e. Dalam hal calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus namun telah mendapat persetujuan dan diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank sesuai keputusan RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 24 ayat (2) Kodifikasi ini), berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) sampai dengan ayat (4) dan Pasal 40 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 34 ayat (2) sampai dengan ayat (4) dan Paragraf 40 Kodifikasi ini), dengan ketentuan sebagai berikut: 1) calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus yang dilarang menjadi PSP atau memiliki saham pada industri perbankan apabila predikat Tidak Lulus disebabkan faktor integritas dan/atau reputasi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 20 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 18 dan Paragraf 20 Kodifikasi ini). 2) calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus namun berasal dari peralihan jabatan yang bersangkutan masih dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris, atau anggota Direksi pada Bank dimaksud sepanjang tidak terdapat indikasi permasalahan integritas, 15

26 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. G kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 27 atau Paragraf 28 Kodifikasi ini). 3) calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus yang berasal dari Pejabat Eksekutif yang sedang menjabat pada Bank, yang bersangkutan masih dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Pejabat Eksekutif pada Bank dimaksud sepanjang tidak terdapat indikasi permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 28 Kodifikasi ini). (5) Surat permohonan berikut dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf B, C, dan D (Paragraf 11 ayat (6), Paragraf 22 ayat (2) dan Paragraf 15 (6) Kodifikasi ini) di atas disampaikan oleh Bank kepada: Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia Jalan M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350; dengan tembusan kepada: 1. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia, Jalan M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor Pusat di wilayah Jabodetabek; atau 2. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah Jabodetabek. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. D BAB III 16 Pasal 16 12/23/PBI/2010 (6) Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia dianggap perlu, pihak yang diuji wajib menyampaikan dokumen pendukung atas dokumen persyaratan administratif yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1a sampai dengan Lampiran 1d dan Lampiran 2a sampai dengan Lampiran 2f (Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4 dan Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 10 Kodifikasi ini). Dokumen permohonan yang disampaikan Bank dinyatakan telah diterima secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 25 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 15 dan Paragraf 25 Kodifikasi ini), apabila dokumen persyaratan administratif dan dokumen pendukungnya telah diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia. Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Komisaris dan Calon Anggota Direksi (1) Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebelum menjalankan tugas dan fungsi dalam jabatannya. Yang dimaksud dengan tugas dan fungsi dalam jabatannya adalah bertindak mewakili Bank dalam membuat keputusan yang secara hukum mengikat Bank dan/atau mengambil keputusan penting yang mempengaruhi kondisi keuangan Bank. 16

27 (2) Calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank yang belum mendapat persetujuan Bank Indonesia dilarang melakukan tugas sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi walaupun telah mendapat persetujuan dan diangkat oleh RUPS. Yang dimaksud belum mendapat persetujuan Bank Indonesia adala anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank yang belum memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. Bagian Pertama 17 Pasal 17 12/23/PBI/2010 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. A No. 1b 18 Pasal 18 12/23/PBI/2010 Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai bahwa calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi memenuhi persyaratan : a. integritas; b. kompetensi; dan c. reputasi keuangan. Faktor yang dinilai dalam uji kemampuan dan kepatutan meliputi integritas, kompetensi dan reputasi keuangan bagi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi. Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a (Paragraf 17 huruf a Kodifikasi ini) bagi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi meliputi: Persyaratan integritas pihak yang diuji didasarkan antara lain dari catatan administrasi Bank Indonesia, predikat hasil uji kemampuan dan kepatutan yang pernah diberikan kepada yang bersangkutan, atau pihak yang pernah mendapat predikat Tidak Lulus namun telah disetujui oleh Bank Indonesia untuk kembali menjadi anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi. a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; Penilaian terhadap kriteria pada huruf ini dilakukan antara lain berdasarkan informasi yang diperoleh Bank Indonesia atau informasi yang diketahui oleh umum, bahwa yang bersangkutan pernah dihukum karena melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan Bank kepada Bank Indonesia. b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional Bank yang sehat; d. tidak termasuk dalam DTL; dan 17

28 e. memiliki komitmen untuk tidak akan melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 28 (Paragraf 27 dan Paragraf 28 Kodifikasi ini), bagi calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani masa sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 35 ayat (1), Pasal 40 ayat (4) huruf a dan Pasal 40 ayat (5) (Paragraf 35 ayat (1), Paragraf 40 ayat (4) huruf a dan Paragraf 40 ayat (5) Kodifikasi ini). 19 Pasal 19 12/23/PBI/2010 Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b (Paragraf 17 huruf b Kodifikasi ini) meliputi: a. bagi calon anggota Dewan Komisaris: 1) pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya; dan/atau Yang dimaksud dengan pengetahuan di bidang perbankan antara lain meliputi pengetahuan tentang peraturan dan operasional Bank termasuk pengetahuan/pemahaman mengenai manajemen risiko. 2) pengalaman di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan. Yang dimaksud pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan antara lain adalah pengalaman dan keahlian di bidang operasional, pemasaran, akuntansi, audit, pendanaan, perkreditan, pasar uang, pasar modal, hukum atau pengalaman dan keahlian dibidang pengawasan perbankan dan/atau keuangan. b. bagi calon anggota Direksi: 1) pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya; Yang dimaksud dengan pengetahuan di bidang perbankan antara lain meliputi pengetahuan tentang peraturan dan operasional Bank termasuk pengetahuan/pemahaman mengenai manajemen risiko. 2) pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan; dan Yang dimaksud pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan antara lain adalah pengalaman dan keahlian di bidang operasional, pemasaran, akuntansi, audit, pendanaan, perkreditan, pasar uang, pasar modal, hukum atau pengalaman dan keahlian dibidang pengawasan perbankan dan/atau keuangan. Selain itu, persyaratan pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau bidang keuangan bagi anggota Direksi harus mempertimbangkan bahwa mayoritas (lebih dari 50%) anggota Direksi wajib berpengalaman dalam operasional Bank paling kurang 5 (lima) tahun sebagai Pejabat Eksekutif. 18

29 3) kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank yang sehat. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, menginterpretasikan visi, misi Bank dan analisa situasi industri perbankan. 20 Pasal 20 12/23/PBI/2010 Persyaratan reputasi keuangan bagi calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c (Paragraf 17 huruf c Kodifikasi ini) meliputi: a. tidak memiliki kredit macet; dan Yang dimaksud dengan kredit macet pada huruf ini adalah: 1) kredit macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva. Dalam pengertian memiliki kredit macet adalah apabila calon anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi: 1) mempunyai kredit macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit macet. b. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan Bank kepada Bank Indonesia. Bagian Kedua 21 Pasal 21 12/23/PBI/2010 Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi diajukan oleh Bank kepada Bank Indonesia. Dalam hal seluruh atau mayoritas saham Bank dimiliki oleh Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, atau lembaga lain yang diberikan tugas oleh Pemerintah untuk menyelamatkan Bank, maka permohonan persetujuan calon anggota Dewan Komisaris /calon anggota Direksi Bank dapat diajukan oleh Pemerintah atau instansi yang mewakili. (2) Dalam hal anggota Direksi Bank yang berwenang untuk mengajukan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan Bank, permohonan diajukan oleh: 19

30 Yang dimaksud dengan benturan kepentingan adalah apabila terdapat benturan kepentingan antara anggota Direksi yang berwenang mengajukan permohonan dengan Bank. a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Bank; b. anggota Dewan Komisaris apabila seluruh anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan Bank; atau c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS apabila seluruh anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan Bank. (3) Calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang diajukan dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak berjumlah 2 (dua) orang untuk setiap lowongan jabatan, dan penetapan calon yang diajukan telah dilakukan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku antara lain peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan tentang Ketenagakerjaan. 22 Pasal 22 12/23/PBI/2010 (1) Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 21 ayat (1) Kodifikasi ini), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan, yang meliputi: a. penelitian administratif; dan Penelitian administratif meliputi antara lain penelitian dokumen persyaratan administratif sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan yang berlaku, catatan administrasi Bank Indonesia serta penelitian reputasi keuangan calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi Bank. c. wawancara, apabila diperlukan. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. C (2) Permohonan Bank untuk memperoleh persetujuan atas calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi disampaikan kepada Bank Indonesia dengan dilengkapi dokumen persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Uji Kemampuan dan Kepatutan dan ketentuan lain yang mengatur mengenai persyaratan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pimpinan kantor cabang bank asing dan pemimpin kantor perwakilan bank asing, yaitu: 1. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai persyaratan dan tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu dan kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri; 2. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pelaksanaan fungsi kepatuhan bank umum; 20

31 3. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai bank umum; dan 4. Ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum. Rincian dokumen persyaratan administratif dimaksud adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2a sampai dengan Lampiran 2f (Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 10 Kodifikasi ini). 23 Pasal 23 12/23/PBI/2010 (1) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi Bank, apabila pada saat uji kemampuan dan kepatutan dilakukan calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. (2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada Bank dan pihak yang diuji. (3) Calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi Bank yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank, apabila yang bersangkutan telah selesai menjalani proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani proses hukum adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2) Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan. Bagian Ketiga 24 Pasal 24 12/23/PBI/2010 Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Berdasarkan penelitian administratif dan wawancara yang dilakukan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 22 Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat, yaitu: a. Lulus; atau Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank dimaksud. b. Tidak Lulus. Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank dimaksud. 21

32 (2) Dalam hal calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b namun telah mendapat persetujuan dan diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi Bank sesuai keputusan RUPS, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2), Pasal 34 ayat (3), Pasal 34 ayat (4), dan Pasal 40 (Paragraf 34 ayat (2), Paragraf 34 ayat (3), Paragraf 34 ayat (4), dan Paragraf 40 Kodifikasi ini). 25 Pasal 25 12/23/PBI/2010 (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) (Paragraf 24 ayat (1) Kodifikasi ini) paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah seluruh dokumen permohonan dari Bank telah diterima secara lengkap. (2) Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada Bank dalam bentuk persetujuan atau penolakan. Yang dimaksud dengan persetujuan adalah predikat Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji, sedangkan yang dimaksud dengan penolakan adalah predikat Tidak Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji. (3) Selain kepada Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia dapat memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pihak-pihak lain yang berkepentingan pada ayat ini antara lain adalah Pemerintah dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi II. D 26 Pasal 26 12/23/PBI/2010 (4) Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia dianggap perlu, pihak yang diuji wajib menyampaikan dokumen pendukung atas dokumen persyaratan administratif yang dipersyaratkan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1a sampai dengan Lampiran 1d dan Lampiran 2a sampai dengan Lampiran 2f (Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4 dan Lampiran 5 sampai dengan Lampiran 10 Kodifikasi ini). Dokumen permohonan yang disampaikan Bank dinyatakan telah diterima secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 25 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 15 dan Paragraf 25 Kodifikasi ini), apabila dokumen persyaratan administratif dan dokumen pendukungnya telah diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia. (1) Terhadap calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang telah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) (Paragraf 25 ayat (2) Kodifikasi ini), wajib diangkat oleh RUPS paling lambat 6 (enam) bulan setelah tanggal surat persetujuan dari Bank Indonesia. (2) Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan berakhir dan calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang telah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), belum diangkat oleh RUPS, maka persetujuan yang telah diberikan menjadi tidak berlaku. 22

33 BAB IV Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap PSP, Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bagian Pertama Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan 27 Pasal 27 12/23/PBI/2010 Uji kemampuan dan kepatutan dalam rangka penilaian kembali terhadap PSP dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas dan/atau kelayakan keuangan yang meliputi: a. Tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa: Yang dimaksud dengan pegawai adalah setiap orang yang bekerja dan tercatat dalam administrasi kepegawaian Bank. 1) mempengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank untuk menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya; 2) mempengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank untuk memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank; dan/atau Yang dimaksud dengan merugikan atau mengurangi keuntungan Bank adalah merugikan atau mengurangi keuntungan dalam bentuk keuangan. 3) mempengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank untuk melakukan perbuatan yang melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat; b. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap; c. terbukti menyebabkan Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank dan/atau dapat membahayakan industri perbankan; Yang dimaksud dengan menyebabkan Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank atau dapat membahayakan industri perbankan, antara lain adalah: 1) memanfaatkan Bank untuk membiayai kepentingan sendiri atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia atau Pemerintah, yang menyebabkan Bank ditempatkan dalam pengawasan intensif atau khusus, diambilalih Pemerintah/Lembaga Penjamin Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut ijin usahanya. d. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu; e. terbukti memiliki kredit macet; 23

34 Yang dimaksud dengan kredit macet pada huruf ini adalah: 1) kredit macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva. Dalam pengertian memiliki kredit macet adalah apabila PSP: 1) mempunyai kredit macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit macet. f. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; g. tidak mampu melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila Bank menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas; atau h. terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan Bank Indonesia dan/atau Pemerintah. 28 Pasal 28 12/23/PBI/2010 (1) Uji kemampuan dan kepatutan dalam rangka penilaian kembali terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi dan/atau reputasi keuangan yang meliputi: a. tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa: 1) menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya; 2) memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank; dan/atau Yang dimaksud dengan pegawai adalah setiap orang yang bekerja dan tercatat dalam administrasi kepegawaian Bank. Yang dimaksud dengan merugikan atau mengurangi keuntungan Bank adalah merugikan atau mengurangi keuntungan dalam bentuk keuangan. 3) melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan asas-asas perbankan yang sehat; b. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap; c. terbukti menyebabkan Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan industri perbankan; 24

35 Yang dimaksud dengan menyebabkan Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank atau dapat membahayakan industri perbankan, antara lain adalah: 1) memanfaatkan Bank untuk membiayai kepentingan sendiri atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia atau Pemerintah, yang menyebabkan Bank ditempatkan dalam pengawasan intensif atau khusus, diambilalih Pemerintah/Lembaga Penjamin Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut ijin usahanya. d. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu; e. terbukti memiliki kredit macet; Yang dimaksud dengan kredit macet pada huruf ini adalah: 1) kredit macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva. Dalam pengertian memiliki kredit macet adalah apabila anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi: 1) mempunyai kredit macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit macet. f. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; g. tidak mampu melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank yang sehat; atau Penilaian didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi, sesuai uraian tugas yang ada pada Bank yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain adalah kemampuan untuk menginterpretasikan visi dan misi Bank, mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, menganalisa situasi industri perbankan dan sektor-sektor industri yang dibiayai. h. terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan Bank Indonesia dan/atau Pemerintah. 25

36 SE 13/8/DPNP (2) Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan adalah sebagai berikut : Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak Romawi III. A sebagaimana dimaksud dalam butir I.2 dan butir I.3 (Paragraf 4 ayat (2) Kodifikasi ini), meliputi: a. Pihak-pihak yang menjadi PSP atau sedang menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada Bank, yang terindikasi memiliki permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 27 atau Paragraf 28 Kodifikasi ini); b. Pihak-pihak yang pada saat menjadi PSP atau menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada suatu Bank, ditengarai terlibat atau bertanggung jawab dalam permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 27 atau Paragraf 28 Kodifikasi ini), namun pada saat dilakukan uji kemampuan dan kepatutan, yang bersangkutan: 1) telah menjadi pemegang saham bank lain atau bekerja pada bank lain; atau 2) tidak lagi menjadi pemegang saham bank atau tidak lagi bekerja pada bank. 2. Pelaksanaan uji kemampuan dan kepatutan dilakukan setiap saat apabila berdasarkan bukti, data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan (off site supervision dan/atau on site supervision) maupun informasi lainnya, terdapat indikasi: a. permasalahan integritas dan/atau kelayakan keuangan pada PSP; b. permasalahan integritas, reputasi keuangan dan/atau kompetensi pada anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif; atau c. pelanggaran atau penyimpangan kegiatan kantor perwakilan bank asing yang dilakukan oleh pemimpin kantor. 3. Permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi adalah permasalahan yang terkait dengan: a. tindakan menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya, antara lain: 1) pencatatan palsu dan/atau transaksi fiktif baik yang dilakukan pada sisi aktiva maupun pasiva Bank termasuk transaksi pada rekening administratif; 2) penggelapan atau manipulasi; 3) praktek bank dalam bank; 4) praktek pembukuan dan/atau laporan keuangan Bank yang tidak benar dan secara material berpengaruh terhadap keadaan keuangan Bank sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap Bank (window dressing); 26

37 5) pembobolan teknologi sistem informasi Bank; dan/atau 6) menghilangkan atau merusak catatan pembukuan dan/atau dokumen pendukung transaksi atau catatan pembukuan Bank. b. tindakan memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank, antara lain: 1) pemberian suku bunga pinjaman dibawah cost of fund. 2) transaksi valuta asing (termasuk derivasinya) yang tidak wajar dan merugikan Bank dan/atau mengurangi potensi keuntungan Bank; 3) penjualan dan/atau pembelian harta milik Bank dengan harga yang tidak wajar dibandingkan harga pasar; dan/atau 4) pemberian fasilitas yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan pegawai. c. tindakan melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat, yang meliputi: 1) Melakukan perbuatan atau tindakan yang melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat, yang antara lain: a. pemberian kredit yang tidak didasarkan pada prinsip pemberian kredit yang sehat; b. penyediaan dana yang melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); c. penyediaan dana kepada pihak atau sektor atau kegiatan yang dilarang oleh ketentuan; dan/atau 2) Tidak melakukan perbuatan atau tindakan yang menjadi tugas dan/atau tanggung jawabnya sehingga mengakibatkan terjadinya pelanggaran prinsip kehatihatian di bidang perbankan, penerapan manajemen risiko, pelaksanaan Good Corporate Governance, penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme, dan/atau asas-asas perbankan yang sehat. Prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat termasuk namun tidak terbatas pada ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum, posisi devisa neto, batas maksimum pemberian kredit, kualitas aktiva dan giro wajib minimum d. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde). Tindak Pidana Tertentu adalah tindak pidana asal yang disebut dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu tindak pidana korupsi, 27

38 penyuapan, narkotika/psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, dibidang perbankan, dibidang pasar modal, dibidang perasuransian, kepabeanan, cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, dibidang perpajakan, dibidang kehutanan, dibidang lingkungan hidup, dibidang kelautan dan perikanan atau tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana 4 (empat) tahun atau lebih. e. terbukti menyebabkan Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan industri perbankan. Yang dimaksud dengan menyebabkan Bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan industri perbankan, antara lain adalah tindakan yang: 1) memanfaatkan Bank untuk membiayai kepentingan sendiri dan/atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia atau Pemerintah, yang menyebabkan Bank ditempatkan dalam pengawasan intensif atau pengawasan khusus, diambilalih Pemerintah/Lembaga Penjamin Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut ijin usahanya. f. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu (cease and desist order), dalam rangka perbaikan dan/atau penyehatan Bank. g. terbukti memiliki kredit macet. Khusus untuk kartu kredit, pengertian kredit macet tidak termasuk tagihan yang berasal dari annual fee, biaya administrasi dan/atau tagihan lainnya yang bukan berasal dari transaksi pemakaian kartu kredit. h. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. i. PSP tidak melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila Bank menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas, misalnya tidak melakukan upaya penambahan setoran modal Bank atau tidak melakukan upaya mencari investor baru. j. anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak mampu melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank yang sehat. Penilaian didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, sesuai uraian tugas yang ada pada Bank yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain adalah kemampuan untuk menginterpretasikan visi dan misi Bank, mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, 28

39 menganalisa situasi industri perbankan dan sektor industri yang dibiayai. k. menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia dan/atau instansi lain yang berwenang. Komitmen yang dimaksud antara lain adalah: 1) komitmen dalam rangka penyehatan Bank; 2) komitmen untuk tidak mengulangi tindakan atau perbuatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan/atau huruf c; atau 3) komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau Pasal 28 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 27 atau Paragraf 28 Kodifikasi ini) (bagi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani masa sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 35 ayat (1), Pasal 40 ayat (4) huruf a dan Pasal 40 ayat (5) PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 35 ayat (1), Paragraf 40 ayat (4) huruf a dan Paragraf 40 ayat (5) Kodifikasi ini). 4. Pelanggaran terhadap kegiatan usaha yang dilarang untuk Kantor Perwakilan Bank Asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang dilakukan atau melibatkan pemimpin kantor perwakilan bank asing. Bagian Kedua 29 Pasal 29 12/23/PBI/2010 Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP dilakukan untuk keseluruhan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) (Paragraf 2 ayat (3) Kodifikasi ini) yang terkait dengan PSP yang akan diuji. (2) Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP dan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan dan berlaku bagi PSP dan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank yang terkait dengan PSP yang dinilai tersebut, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Yang dimaksud satu kesatuan dan berlaku bagi PSP dan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian adalah apabila PSP diberikan predikat Tidak Lulus, maka keseluruhan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian yang terkait dengan PSP juga diberikan predikat Tidak Lulus. Ketentuan ini dimaksudkan agar masing-masing anggota PSP dapat bertindak independen terhadap anggota yang lain dalam kelompok PSP. (3) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pihakpihak yang bersangkutan dalam langkah-langkah uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 (Paragraf 30 Kodifikasi ini). 29

40 30 Pasal 30 12/23/PBI/2010 (1) Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan bukti, data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan maupun informasi lainnya. (2) Uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. klarifikasi bukti, data dan informasi kepada pihak-pihak yang diuji; Pelaksanaan klarifikasi dengan pihak-pihak yang diuji dapat dilakukan melalui tatap muka yang dilengkapi dengan berita acara dan/atau melalui surat. b. penetapan dan penyampaian hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak yang diuji; Hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan yang disampaikan kepada pihak-pihak yang diuji memuat predikat hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan beserta alasannya. c. tanggapan dari pihak-pihak yang diuji terhadap hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan; dan Penyampaian tanggapan dari pihak-pihak yang diuji dilakuka secara tertulis disertai dengan bukti-bukti pendukung yang relevan. d. penetapan dan pemberitahuan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak yang diuji. Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan disampaikan secara tertulis, dengan memuat predikat hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan beserta alasannya. (3) Pihak-pihak yang diuji diberikan kesempatan menyampaikan tanggapan atas permintaan klarifikasi bukti, data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal permintaan klarifikasi dari Bank Indonesia. (4) Dalam hal pihak-pihak yang diuji tidak menggunakan hak untuk menyampaikan klarifikasi bukti, data dan informasi dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Bank Indonesia akan melakukan langkah-langkah penilaian selanjutnya. Yang dimaksud dengan tidak menggunakan hak pada ayat ini adalah termasuk penyampaian klarifikasi yang tidak disertai dengan bukti pendukung yang relevan. (5) Pihak-pihak yang diuji diberikan kesempatan menyampaikan tanggapan atas hasil sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal surat Bank Indonesia. (6) Dalam hal pihak-pihak yang diuji tidak menggunakan hak untuk menyampaikan tanggapan terhadap hasil sementara dalam jangka 30

41 waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), maka Bank Indonesia menetapkan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan menjadi hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan. Yang dimaksud dengan tidak menggunakan hak pada ayat ini termasuk menyampaikan tanggapan namun tidak disertai dengan bukti-bukti pendukung yang relevan. 31 Pasal 31 12/23/PBI/2010 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi III. B (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara langsung tanpa mengikuti seluruh langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) (Paragraf 30 ayat (2) Kodifikasi ini), apabila pihak yang diuji: a. diputus bersalah dalam Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; atau b. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. (2) Tata Cara Pelaksanaan Uji Kemampuan dan Kepatutan adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan uji kemampuan dan kepatutan dilakukan setiap saat dalam rangka penilaian kembali apabila berdasarkan bukti, data dan/atau informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan maupun informasi lainnya terdapat indikasi permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan, dan/atau kompetensi. 2. Uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada angka 1, dilakukan dengan langkah-langkah: a. klarifikasi bukti, data dan informasi kepada pihak-pihak yang diuji; b. penetapan dan penyampaian hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak yang diuji; c. tanggapan dari pihak-pihak yang diuji terhadap hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan; dan d. penetapan dan pemberitahuan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak yang diuji; 3. Penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan dilakukan berdasarkan tingkat keterlibatan atau peranan pihak-pihak yang diuji terhadap permasalahan atau tindakan pelanggaran yang dilakukan, yang dikategorikan menjadi: a. Pelaku Yang dimaksud dengan Pelaku adalah: 1) orang yang memerintahkan, menyuruh melakukan atau mengusulkan; 2) orang yang menyetujui, turut serta menyetujui, atau menandatangani; 3) orang yang turut serta melakukan berdasarkan perintah, baik dengan atau tanpa tekanan, dan yang bersangkutan patut mengetahui atau patut menduga bahwa perintah tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku; 31

42 4) orang yang melakukan suatu perbuatan karena adanya janji atau imbalan tertentu; dan/atau 5) orang yang tidak melakukan perbuatan atau tindakan yang menjadi tugas dan/atau tanggung jawabnya sehingga mengakibatkan terjadinya pelanggaran dan/atau penyimpangan. b. Pelaku Pembantu Yang dimaksud dengan Pelaku Pembantu adalah Orang yang karena melaksanakan tugas, jabatan dan/atau adanya suatu perintah dari pihak lain, baik dengan atau tanpa tekanan, melakukan atau turut serta melakukan suatu perbuatan, dan yang bersangkutan patut mengetahui atau patut menduga bahwa perbuatan atau perintah yang dilakukan tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, namun yang bersangkutan telah berusaha untuk menolak melakukan perbuatan atau perintah tersebut. Bagian Ketiga 32 Pasal 32 12/23/PBI/2010 Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat, yaitu: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus. (2) Penetapan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan tingkat keterlibatan pihak-pihak yang diuji. Tingkat keterlibatan pihak-pihak yang diuji didasarkan atas peranan masing masing pihak yang diuji terhadap tindakan pelanggaran yang dilakukan. (3) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sejak tanggal surat penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf d (Paragraf 30 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). 33 Pasal 33 12/23/PBI/2010 (1) Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara tertulis kepada Bank dan pihak yang diuji. (2) Selain kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pihak-pihak lain yang berkepentingan pada ayat ini antara lain adalah pemegang saham termasuk pemegang saham pengendali. Bagian Keempat 34 Pasal 34 12/23/PBI/2010 Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Pihak-pihak yang ditetapkan predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk tetap menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif. (2) Pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dilarang menjadi: a. PSP atau memiliki saham pada industri perbankan; dan/atau b. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada industri perbankan. 32

43 (3) Pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga berlaku bagi pihak-pihak yang pada saat penilaian ditetapkan Tidak Lulus, yang bersangkutan telah menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank lain. (4) Terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku konsekuensi Tidak Lulus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan yang berlaku pada ayat ini adalah ketentuan yang mengatur tentang uji kemampuan dan kepatutan bagi bank umum atau BPR baik konvensional maupun syariah bank umum, bank syariah dan BPR. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi III. C No. 1 3, 6 (5) Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan beserta Konsekuensinya adalah sebagai berikut : 1. Pihak-pihak yang ditetapkan dengan predikat Lulus memenuhi persyaratan untuk tetap menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif. 2. Pihak-pihak yang dikategorikan sebagai Pelaku Pembantu dapat ditetapkan predikat Lulus apabila yang bersangkutan menyampaikan surat pernyataan yang berisi komitmen untuk tidak mengulangi tindakan pelanggaran dimasa yang akan datang. Pelanggaran atas komitmen dimaksud menjadi dasar untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan kepada yang bersangkutan. 3. Pihak-pihak yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus dilarang menjadi: a. PSP atau memiliki saham pada industri perbankan; dan/atau b. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada industri perbankan. sejak tanggal surat penetapan Bank Indonesia. 4. Dalam hal pihak-pihak yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada angka 3 sudah menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank lain, maka yang bersangkutan berhenti dari jabatannya sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank lain tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jika bank tersebut adalah Bank Umum maka yang bersangkutan berhenti dari jabatannya sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada bank lain tersebut sejak tanggal surat penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia. Bank Umum tersebut wajib menindaklanjuti pemberhentian anggota Dewan Komisaris anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan Bank Indonesia, berupa: 1) melaksanakan RUPS untuk memberhentikan (pengukuhan) anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus; atau 33

44 2) menerbitkan surat keputusan pemberhentian bagi Pejabat Eksekutif yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus. b. jika bank tersebut adalah Bank Umum Syariah atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah maka tindaklanjut pemberhentian bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif dimaksud mengacu kepada ketentuan yang mengatur mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. c. jika bank tersebut adalah Bank Perkreditan Rakyat maka tindaklanjut pemberhentian bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif dimaksud mengacu kepada ketentuan yang mengatur mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat. d. jika bank tersebut adalah Bank Umum dan yang bersangkutan menjabat sebagai Direktur atau Pejabat Eksekutif yang hanya bertugas mengelola Unit Usaha Syariah (UUS), maka tindaklanjut pemberhentian yang bersangkutan mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf b. 35 Pasal 35 12/23/PBI/2010 (1) Pengenaan jangka waktu larangan terhadap pihak-pihak yang diberikan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) (Paragraf 34 ayat (2) Kodifikasi ini) ditetapkan: a. selama jangka waktu 3 (tiga) tahun: 1) bagi PSP apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h (Paragraf 27 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h Kodifikasi ini). 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif apabila terbukti melakukan tindakantindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h (Paragraf 28 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h Kodifikasi ini). b. selama jangka waktu 5 (lima) tahun: 1) bagi PSP apabila: a) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a angka 1) atau angka 2) (Paragraf 27 huruf a angka 1) atau angka 2) Kodifikasi ini); atau b) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g atau huruf h (Paragraf 27 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g atau huruf h Kodifikasi ini), dan perbuatan dimaksud: i. dilakukan secara berulang; ii. dilakukan secara kumulatif; atau 34

45 Yang dimaksud dengan kumulatif pada huruf ini adalah gabungan paling kurang dari 2 (dua) perbuatan Pasal 27 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h (Paragraf 27 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h Kodifikasi ini). iii. terbukti menguntungkan diri sendiri maupun pihak lain. 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif apabila: a) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a angka 1) atau angka 2) (Paragraf 28 huruf a angka 1) atau angka 2) Kodifikasi ini); atau b) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h (Paragraf 28 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h Kodifikasi ini) dan perbuatan dimaksud: i. dilakukan secara berulang; ii. dilakukan secara kumulatif; atau Yang dimaksud dengan kumulatif pada huruf ini adalah gabungan paling kurang dari 2 (dua) perbuatan Pasal 28 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, dan/atau huruf h (Paragraf 28 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h Kodifikasi ini). iii. terbukti menguntungkan diri sendiri maupun pihak lain. c. selama jangka waktu 20 (dua puluh) tahun: 1) bagi PSP apabila terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b, huruf c atau huruf f (Paragraf 27 huruf b, huruf c atau huruf f Kodifikasi ini). 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif apabila terbukti melakukan tindakantindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, huruf c atau huruf f (Paragraf 28 huruf b, huruf c atau huruf f Kodifikasi ini). (2) Jangka waktu larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal surat penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) huruf d (Paragraf 30 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). SE 13/8/DPNP 2011 Romawi III. C No. 4 Jangka waktu larangan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada angka 3 (Paragraf 34 ayat (5) butir 3 Kodifikasi ini) tercantum dalam Lampiran 3a dan Lampiran 3b (Lampiran 11 dan Lampiran 12 Kodifikasi ini). 35

46 36 Pasal 36 12/23/PBI/2010 (1) Pihak-pihak yang dilarang menjadi PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) (Paragraf 34 ayat (2) Kodifikasi ini) huruf a: a. dilarang melakukan tindakan sebagai PSP; b. tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai perseroan terbatas; dan Yang dimaksud dengan hak selaku pemegang saham pada huruf ini misalnya, hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS namun tidak termasuk hak untuk menerima deviden yang dibagikan. c. wajib mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan. (2) Bank wajib mencantumkan penjelasan dalam daftar pemegang saham Bank mengenai status PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan penjelasan dalam daftar pemegang saham Bank adalah penjelasan mengenai status PSP yang mempunyai predikat Tidak Lulus sehingga saham yang dimiliki oleh PSP tersebut menjadi tidak memiliki hak suara dalam RUPS dan tidak diperhitungkan dalam kuorum, sampai dengan saham dimaksud dialihkan kepada pihak lain. (3) Dalam hal pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus adalah PSP dari Bank yang berada dalam penanganan/penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan, maka jangka waktu kewajiban pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mengacu kepada ketentuan yang dikeluarkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan. (4) Bank Indonesia dapat menetapkan jangka waktu kewajiban pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c secara tersendiri apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-langkah dimaksud perlu disesuaikan dengan program penyehatan Bank sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan yang berlaku adalah ketentuan yang mengatur mengenai Tindaklanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank. (5) Bank wajib melaporkan pengalihan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah RUPS mengesahkan pengalihan kepemilikan saham. SE 13/8/DPNP 2011 Romawi III.C No. 5 (6) Dalam hal pihak-pihak yang ditetapkan Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada angka 3 (Paragraf 34 ayat (5) butir 3 Kodifikasi ini) juga merupakan pemegang saham pada bank lain, yang bersangkutan juga wajib mengalihkan kepemilikan sahamnya pada bank lain tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jika bank tersebut adalah Bank Umum maka yang bersangkutan wajib mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya pada bank 36

47 tersebut dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia. Dalam hal tidak dialihkan dalam jangka waktu dimaksud maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 37 dan Paragraf 38 Kodifikasi ini); b. jika bank tersebut adalah Bank Umum Syariah atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah maka yang bersangkutan wajib mengalihkan kepemilikan sahamnya pada bank tersebut dengan jumlah saham, jangka waktu, dan tata cara pengalihan sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah; c. jika bank tersebut adalah Bank Perkreditan Rakyat maka yang bersangkutan wajib mengalihkan kepemilikan sahamnya pada Bank Perkreditan Rakyat tersebut dengan jumlah saham, jangka waktu, dan tata cara pengalihan sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Perkreditan Rakyat. 37 Pasal 37 12/23/PBI/2010 (1) Dalam hal pihak pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf c, ayat (3) dan ayat (4) (Paragraf 36 ayat (1) huruf c, ayat (3) dan ayat (4) Kodifikasi ini) tidak mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan, maka: a. pihak yang bersangkutan wajib menyerahkan surat kuasa menjual kepada Bank Indonesia dengan hak substitusi atau kepada pihak lain yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank Indonesia dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya batas waktu pengalihan kepemilikan saham; Surat kuasa menjual pada ayat ini paling kurang memuat klausula memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual atau mengalihkan saham kepada pihak lain. Selain surat kuasa, pemberi kuasa memberikan surat pernyataan kepada Bank Indonesia yang paling kurang memuat: 1) menerima segala keputusan pengalihan saham yang dilakukan oleh penerima kuasa; dan 2) membebaskan penerima kuasa atas segala akibat hukum yang timbul dari penjualan atau pengalihan saham dimaksud. b. jangka waktu larangan kepada pihak yang bersangkutan ditetapkan menjadi selama 20 (dua puluh) tahun; c. pihak yang bersangkutan diberitahukan kepada Otoritas Pengawasan Pasar Modal; dan d. pembayaran deviden ditunda sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan kepemilikan sahamnya. 37

48 SE 13/8/DPNP (2) PSP yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus dan tidak mengalihkan 2011 seluruh kepemilikan sahamnya dalam jangka waktu paling lama 6 Romawi III. C (enam) bulan maka dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja No. 7 9 sejak berakhirnya batas waktu tersebut, yang bersangkutan wajib menyerahkan surat kuasa menjual saham kepada: a. pihak yang ditunjuk oleh PSP dengan persetujuan Bank Indonesia b. pihak yang ditunjuk Bank Indonesia; atau c. Bank Indonesia dengan hak substitusi (3) Surat kuasa menjual sebagaimana dimaksud pada angka 7 (ayat (2) Kodifikaisi ini) dibuat dalam bentuk akta notariil yang paling kurang memuat: a. memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual atau mengalihkan saham kepada pihak lain; b. menerima/menyetujui segala keputusan atas penjualan atau pengalihan saham yang dilakukan oleh penerima kuasa; c. membebaskan penerima kuasa atas segala akibat hukum yang timbul dari penjualan atau pengalihan saham dimaksud; d. pemberi kuasa tidak akan mencabut surat kuasa menjual yang telah diberikan kepada penerima kuasa; dan e. segala biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan surat kuasa menjual, menjadi beban pemberi kuasa. (4) Hak PSP terhadap pembagian deviden, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. yang bersangkutan masih berhak menerima pembagian deviden untuk periode paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia tersebut. Dalam hal pembagian deviden untuk periode tersebut dilakukan setelah 6 (enam) bulan sejak penetapan Tidak Lulus maka yang bersangkutan hanya menerima pembagian deviden setelah memperhitungkan biaya pelaksanaan surat kuasa menjual. b. apabila sampai dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a terlampaui dan PSP tidak mengalihkan kepemilikan sahamnya atau mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua termasuk kepada kelompok usahanya, maka pembayaran deviden ditunda sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan kepemilikan sahamnya sesuai dengan ketentuan. 38 Pasal 38 12/23/PBI/ Pasal 39 12/23/PBI/2010 Bank Indonesia dapat membentuk Komite untuk menangani pengalihan saham PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a (Paragraf 37 huruf a Kodifikasi ini). (1) Perbuatan mengalihkan kepemilikan saham dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf c (Paragraf 36 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini) dapat dilakukan melalui hibah maupun melalui penjualan kepada pihak selain pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua termasuk kepada kelompok usahanya. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu, dan ipar, meliputi: 38

49 1. Orang tua kandung/tiri/angkat; 2. Saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; 3. Anak kandung/tiri/angkat; 4. Kakek/nenek kandung/tiri/angkat; 5. Cucu kandung/tiri/angkat; 6. Saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau istrinya; 7. Suami/istri; 8. Mertua; 9. Besan; 10. Suami/istri dari anak kandung/tiri/angkat; 11. Kakek/nenek dari suami/istri; 12. Suami/istri dari cucu kandung/tiri/angkat; 13. Saudara kandung/tiri/angkat dari suami/istri beserta suami atau istrinya. (2) Dalam hal pengalihan kepemilikan dilakukan dengan cara mengalihkan saham kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau kelompok usaha dari PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus, maka: a. pengalihan tersebut tidak dianggap sebagai pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf c (Paragraf 36 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini); b. Bank dilarang melakukan pencatatan atas pihak-pihak yang menerima pengalihan tersebut dalam daftar pemegang saham Bank; dan Larangan pencatatan atas kepemilikan saham tidak mempengaruhi pencatatan akuntansi maupun pencatatan modal Bank sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan sahamnya. c. pihak-pihak yang menerima pengalihan tidak memperoleh hakhaknya sebagai pemegang saham. 40 Pasal 40 12/23/PBI/2010 (1) Pihak pihak yang dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf b (Paragraf 34 ayat (2) huruf b Kodifikasi ini): a. dilarang untuk melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif; dan Yang dimaksud dengan melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada ayat ini adalah bertindak mewakili Bank dalam membuat keputusan yang secara hukum mengikat Bank dan/atau mengambil keputusan yang mempengaruhi kondisi keuangan Bank. b. wajib berhenti sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif. (2) Bank wajib menindaklanjuti konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan dari Bank Indonesia. 39

50 Yang dimaksud dengan tindaklanjut yang harus dilakukan Bank pada ayat ini antara lain adalah penyelenggaraan RUPS. (3) Bank wajib melaporkan tindaklanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja. Jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja antara lain terhitung sejak penyelenggaraan RUPS. (4) Dalam hal anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih melakukan tindakan sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif, maka: a. jangka waktu larangan kepada yang bersangkutan ditetapkan menjadi selama 20 (dua puluh) tahun; dan b. Bank diberitahukan kepada Otoritas Pengawasan Pasar Modal. Ketentuan ini hanya berlaku bagi Bank yang telah go public (5) PSP yang dengan sengaja membiarkan anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi yang Tidak Lulus untuk melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, diberikan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun. Dengan diberikannya predikat Tidak Lulus bagi PSP maka berlaku konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf a (Paragraf 34 ayat (2) huruf a Kodifikasi ini). (6) Penetapan sanksi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (5) didahului dengan surat teguran dari Bank Indonesia sebanyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing surat teguran adalah 5 (lima) hari kerja. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) (Paragraf 30 ayat (2) Kodifikasi ini). 41 Pasal 41 12/23/PBI/2010 (1) Dalam hal seluruh atau sebagian anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi ditetapkan Tidak Lulus dan menurut penilaian Bank Indonesia kekosongan jabatan Direksi dan/atau Komisaris tersebut dapat mengganggu kegiatan operasional Bank, maka Bank Indonesia menunjuk pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti yang tetap sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. 40

51 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi III. D (2) Penyampaian klarifikasi dan tanggapan dari pihak-pihak yang diuji dalam proses uji kemampuan dan kepatutan, penyampaian surat pernyataan dan laporan Bank, disampaikan kepada: 1. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank yang berkantor Pusat di wilayah Jabodetabek; atau 2. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah Jabodetabek, dengan tembusan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Bagian Kelima 42 Pasal 42 12/23/PBI/2010 Permohonan Kembali untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi (1) Pihak-pihak yang dikenakan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) (Paragraf 34 ayat (2) Kodifikasi ini) dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi apabila jangka waktu pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 40 ayat (4) huruf a, dan Pasal 40 ayat (5) (Paragraf 35 ayat (1), Paragraf 40 ayat (4) huruf a, dan Paragraf 40 ayat (5) Kodifikasi ini) telah terlampaui. PSP yang berbentuk badan hukum yang dikenakan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) (Paragraf 34 ayat (2) Kodifikasi ini) dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP sebelum berakhirnya jangka waktu pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), Pasal 40 ayat (4) huruf a dan Pasal 40 ayat (5) (Paragraf 35 ayat (1), Paragraf 40 ayat (4) huruf a dan Paragraf 40 ayat (5) Kodifikasi ini) sepanjang badan hukum yang bersangkutan telah mengganti pihak pihak yang melakukan Pengendalian terhadap badan hukum dimaksud yang dalam uji kemampuan dan kepatutan memperoleh predikat Tidak Lulus. Penggantian pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap badan hukum dimaksud harus dibuktikan dengan dokumen yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Penilaian atas permohonan untuk kembali menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB II dan BAB III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 5 Paragraf 15 dan Paragraf 16 Paragraf 26 Kodifikasi ini). BAB V 43 Pasal 43 12/23/PBI/2010 Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing (1) Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 16 - Paragraf 26 Kodifikasi ini). 41

52 (2) Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 27 - Paragraf 42 Kodifikasi ini). (3) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing dilakukan apabila terdapat indikasi bahwa yang bersangkutan memiliki peranan atas pelanggaran atau penyimpangan kegiatan Kantor Perwakilan Bank Asing. BAB VI Bagian Pertama 44 Pasal 44 12/23/PBI/2010 Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Bank Dalam Penyelamatan/Penanganan Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Komisaris dan Calon Anggota Direksi (1) Dalam hal Bank berada dalam penanganan atau penyelamatan oleh LPS, maka uji kemampuan dan kepatutan hanya dilakukan terhadap calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi. Terhadap LPS sebagai calon PSP tidak dilakukan uji kemampuan dan kepatutan. (2) Permohonan persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh LPS. 45 Pasal 45 12/23/PBI/ Pasal 46 12/23/PBI/ Pasal 47 12/23/PBI/2010 Persyaratan uji kemampuan dan kepatutan bagi calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 (Paragraf 44 Kodifikasi ini), berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 16 dan Bagian Pertama BAB III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 4, Paragraf 16 dan Paragraf 17 Paragraf 20 Kodifikasi ini). Uji kemampuan dan kepatutan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. penelitian administratif berupa persyaratan tidak tercantum dalam daftar kredit macet dan DTL; b. penelitian administratif lainnya; dan c. wawancara, apabila diperlukan. (1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a (Paragraf 46 huruf a Kodifikasi ini) pihak yang diuji tidak tercantum dalam daftar kredit macet dan DTL maka Bank Indonesia memberikan persetujuan sementara sehingga pihak yang diuji berwenang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi. (2) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a (Paragraf 46 huruf a Kodifikasi ini) pihak yang diuji tercantum dalam daftar kredit macet dan/atau DTL, maka Bank Indonesia tidak memberikan persetujuan sementara dan: a. pihak yang diuji dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi; dan 42

53 Yang dimaksud dengan melakukan tindakan sebagai anggot Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada ayat ini adalah bertindak mewakili Bank dalam membuat keputusan yang secara hukum mengikat Bank dan/atau mengambil keputusan yang penting yang mempengaruhi kondisi keuangan Bank. b. LPS menyampaikan kembali calon anggota Direksi atau calon anggota Dewan Komisaris yang baru. (3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf a (Paragraf 46 huruf a Kodifikasi ini) diberitahukan kepada LPS. 48 Pasal 48 12/23/PBI/ Pasal 49 12/23/PBI/ Pasal 50 12/23/PBI/ Pasal 51 12/23/PBI/2010 Bagian Kedua 52 Pasal 52 12/23/PBI/2010 (1) Bank wajib menyampaikan dokumen administratif lainnya mengenai pihak-pihak yang diuji paling lambat 1 (satu) bulan setelah persetujuan sementara Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) (Paragraf 47 ayat (1) Kodifikasi ini). (2) Dalam rangka melakukan penelitian administratif lainnya dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b dan huruf c (Paragraf 46 huruf b dan huruf c Kodifikasi ini), berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 dan Bagian Ketiga BAB III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 4 dan paragraf Kodifikasi ini). (1) Berdasarkan penelitian administratif lainnya dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b dan huruf c (Paragraf 46 huruf b dan huruf c Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus (2) Penetapan hasil akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan Bank Indonesia paling lambat 6 (enam) bulan setelah persetujuan sementara. Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara tertulis kepada Bank, pihak yang diuji dan LPS. (1) Konsekuensi dari hasil akhir uji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) (Paragraf 49 ayat (1) Kodifikasi ini), berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Bagian Keempat BAB IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 34 - Paragraf 41 Kodifikasi ini). (2) Dalam hal hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan pihak yang diuji ditetapkan Tidak Lulus, maka hasil persetujuan sementara yang telah diterbitkan menjadi batal terhitung sejak tanggal penetapan Tidak Lulus. Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam BAB IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 27 Paragraf 42 Kodifikasi ini). 43

54 BAB VII Ketentuan Lain-Lain 53 Pasal 53 12/23/PBI/2010 (1) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan bersifat rahasia dan ditatausahakan serta digunakan oleh Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan Bank. (2) Dalam hal Bank, pihak-pihak yang diuji dan pihak pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 25, Pasal 33, Pasal 47 dan Pasal 50 (Paragraf 15, Paragraf 25, Paragraf 33, Paragraf 47 dan Paragraf 50 Kodifikasi ini) memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak lain, maka segala akibat hukum yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Bank Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan data yang telah diberikan kepada anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi dan pihak-pihak lain yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 25, Pasal 33, Pasal 47, dan Pasal 50 (Paragraf 15, Paragraf 25, Paragraf 33, Paragraf 47 dan Paragraf 50 Kodifikasi ini). 54 Pasal 54 12/23/PBI/2010 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi IV 55 Pasal 55 12/23/PBI/2010 (1) Bank wajib melaporkan rencana perubahan struktur kelompok usaha yang terkait dengan Bank termasuk badan hukum pemilik Bank sampai dengan ultimate shareholders kepada Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan sebelum terjadinya perubahan. (2) Dalam hal perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut penilaian Bank Indonesia menyebabkan perubahan pengendali Bank atau apabila menurut penilaian Bank Indonesia terdapat pengendali Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 2 Kodifikasi ini), maka Bank wajib mengajukan calon PSP dan Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana diatur dalam BAB II Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 5 - Paragraf 15 Kodifikasi ini). (3) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pengendali Bank yang disebabkan karena adanya perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap kelompok usaha. (4) Laporan rencana perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan (Paragraf 54 Kodifikasi ini) mencakup seluruh pihak yang terkait dengan Bank dari segi pengendalian sampai dengan PSPT. Contoh pelaporan rencana perubahan struktur kelompok usaha adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4a dan Lampiran 4b (Lampiran 13 dan Lampiran 14 Kodifikasi ini). Laporan rencana perubahan struktur kelompok usaha disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana terdapat pada butir III.D (Paragraf 41 ayat (2) Kodifikasi ini). Bank Indonesia berwenang menolak perubahan pengendali Bank, apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia perubahan tersebut dapat menyebabkan atau diindikasikan dapat menghambat pelaksanaan pengawasan Bank. 44

55 Dalam hal pihak pengendali berbentuk badan hukum maka pihak yang diuji adalah badan hukum dan pengurus badan hukum tersebut. Yang dimaksud dengan menghambat pelaksanaan pengawasan Bank antara lain apabila Bank Indonesia mengalami atau melihat potensi adanya kesulitan untuk mengakses data dan informasi termasuk informasi sumber keuangan pengendali Bank. 56 Pasal 56 12/23/PBI/ Pasal 57 12/23/PBI/2010 Bank wajib mengungkapkan penjelasan mengenai status PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2) (Paragraf 36 ayat (2) Kodifikasi ini) dalam Laporan Keuangan Publikasi Bank Triwulanan dan Laporan Tahunan Bank. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi selain wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi, dan kelayakan/reputasi keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini, juga wajib memenuhi persyaratan mengenai kepemilikan dan kepengurusan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang berlaku beserta perubahan dan/atau penggantinya. Yang dimaksud dengan ketentuan mengenai kepemilikan dan kepengurusan yang berlaku dalam ayat ini antara lain adalah ketentuan mengenai bank umum, tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri, pembelian saham bank umum, dan merger, konsolidasi dan akusisi bank, fungsi kepatuhan, tenaga kerja asing, dan pelaksanaan good corporate governance. 58 SE 13/8/DPNP 2011 Romawi V BAB VIII 59 Pasal 58 12/23/PBI/2010 Lampiran 1a sampai dengan Lampiran 4b (Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 14 Kodifikasi ini) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Sanksi (1) Bank yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), Pasal 39 ayat (2) huruf b, atau Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 36 ayat (2), Paragraf 39 ayat (2) huruf b, atau Paragraf 40 ayat (2) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 ayat (2) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa: a. teguran tertulis; dan/atau b. pemberhentian sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank dan selanjutnya Bank Indonesia menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank Indonesia. (2) Bank yang melanggar kewajiban menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5), Pasal 40 ayat (3) atau Pasal 54 ayat (1) (Paragraf 36 ayat (5), Paragraf 40 ayat (3) atau Paragraf 54 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar: Pengenaan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar, tidak menghilangkan kewajiban Bank untuk menyampaikan laporan. 45

56 a. Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari kelambatan untuk setiap laporan dengan jumlah paling tinggi Rp ,00 (tiga puluh juta rupiah) apabila Bank belum menyampaikan laporan sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan; atau b. Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) apabila Bank tidak menyampaikan atau menyampaikan laporan melebihi batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan. (3) Pemegang saham yang dengan sengaja tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), Pasal 36 ayat (1) huruf a, Pasal 37 huruf a atau Pasal 40 ayat (5) (Paragraf 5 ayat (2), Paragraf 36 ayat (1) huruf a, Paragraf 37 huruf a atau Paragraf 40 ayat (5) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun (4) Anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif yang dengan sengaja tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) atau Pasal 40 ayat (1) (Paragraf 16 ayat (2) atau Paragraf 40 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun BAB I 60 Pasal 1 14/6/PBI/2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Syariah Ketentuan Umum 1. Bank Syariah adalah Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 2. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 4. Bank Umum Konvensional adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional. 5. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. 6. Kantor Perwakilan Bank Asing adalah kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. 46

57 7. Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut dengan PSP adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang: a. memiliki saham perusahaan atau Bank Syariah sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau b. memiliki saham perusahaan atau Bank Syariah kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian perusahaan atau Bank Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung. 8. Pengendalian adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk memengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan, termasuk Bank Syariah, dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. 9. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah RUPS sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 10. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 11. Direksi adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 12. Direktur UUS adalah anggota Direksi Bank Umum Konvensional atau pimpinan kantor cabang bank asing yang mengelola dan bertanggung jawab terhadap operasional UUS. 13. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada anggota Direksi dan/atau mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dan/atau operasional Bank Syariah atau UUS, antara lain kepala divisi, kepala kantor wilayah, kepala kantor cabang, kepala kantor fungsional yang kedudukannya paling kurang setara dengan kepala kantor cabang, kepala satuan kerja manajemen risiko, kepala satuan kerja kepatuhan, dan kepala satuan kerja audit internal atau pejabat lainnya yang setara. 14. Daftar Tidak Lulus yang selanjutnya disebut DTL adalah daftar yang ditatausahakan oleh Bank Indonesia yang memuat pihak yang mendapat predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan terhadap pemegang saham pengendali, anggota dewan komisaris, anggota direksi, dan pejabat eksekutif. 15. Tindak Pidana Tertentu adalah tindak pidana asal yang disebut dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. 61 Pasal 2 14/6/PBI/2012 (1) Pihak yang termasuk sebagai pengendali Bank Syariah dan UUS wajib tunduk pada Peraturan Bank Indonesia ini Pihak yang termasuk sebagai pengendali Bank Syariah dan UUS termasuk pihak yang menjadi pengendali akibat dari berlakunya peraturan perundang-undangan terkait lainnya. 47

58 (2) Pihak yang termasuk sebagai pengendali Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan, badan hukum atau kelompok usaha yang melakukan Pengendalian terhadap Bank Syariah, termasuk PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah. (3) Pihak yang termasuk sebagai pengendali UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS. (4) Pengendalian terhadap Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai berikut: Dalam menghitung jumlah saham yang dimiliki dan/atau dikendalikan secara bersama-sama oleh pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank Syariah, termasuk: a. saham Bank Syariah yang dimiliki oleh pihak lain yang hak suaranya dapat digunakan atau dikendalikan oleh pengendali Bank Syariah; b. saham Bank Syariah yang dimiliki oleh perusahaan yang dikendalikan oleh pengendali Bank Syariah; c. saham Bank Syariah yang dimiliki oleh pihak terafiliasi dari pengendali Bank Syariah; d. saham Bank Syariah yang dimiliki oleh anak perusahaan dari perusahaan yang dikendalikan oleh pengendali Bank Syariah; e. saham Bank Syariah yang dimiliki oleh pihak lain untuk dan atas nama pengendali Bank Syariah (saham nominee) berdasarkan atau tidak berdasarkan suatu perjanjian tertentu; f. saham Bank Syariah yang dimiliki oleh pihak lain yang pemindahtanganannya memerlukan persetujuan dari pengendali Bank Syariah; atau g. saham Bank Syariah lainnya selain saham sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf f, yang dikendalikan oleh pengendali Bank Syariah. Yang dimaksud dengan pihak terafiliasi dari Pengendali Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah: a. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau yang setara atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali Bank Syariah; b. pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau karyawan perusahaan pengendali Bank Syariah, khusus bagi perusahaan yang berbentuk hukum koperasi; c. pihak yang memberikan jasa kepada perusahaan pengendali Bank Syariah, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lain yang terbukti dikendalikan oleh pengendali Bank Syariah; d. pihak yang mempunyai hubungan keluarga dengan pengendali Bank Syariah baik karena perkawinan maupun karena keturunan sampai dengan derajat kedua baik secara horizontal maupun vertikal, termasuk besan; e. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta memengaruhi pengelolaan perusahaan pengendali Bank Syariah, 48

59 antara lain keluarga pemegang saham, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, dan keluarga pengurus. a. memiliki secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank Syariah; Bank Syariah dapat memiliki 1 (satu) atau lebih PSP. Termasuk dalam pengertian calon PSP antara lain adalah pemegang saham yang menjadi PSP karena terjadinya pengalihan saham Bank Syariah secara internal atau eksternal, penambahan modal dari pemegang saham Bank Syariah, right issue saham Bank Syariah dan/atau pengajuan diri secara sukarela menjadi PSP. b. secara langsung menjalankan manajemen dan/atau memengaruhi kebijakan Bank Syariah; c. memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham yang apabila digunakan akan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank Syariah; d. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank Syariah (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama memiliki dan/atau mengendalikan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank Syariah, baik langsung maupun tidak langsung dengan atau tanpa perjanjian tertulis; e. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan Bank Syariah (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank Syariah; f. mengendalikan satu atau lebih perusahaan lain yang secara keseluruhan memiliki dan/atau mengendalikan secara bersamasama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham Bank Syariah; g. mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan/atau memberhentikan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Dewan Pengawas Syariah; h. secara tidak langsung memengaruhi atau menjalankan manajemen dan/atau kebijakan Bank Syariah; i. melakukan Pengendalian terhadap perusahaan induk atau perusahaan induk di bidang keuangan dari Bank Syariah; dan/atau j. melakukan Pengendalian terhadap pihak yang melakukan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i. 49

60 62 Pasal 3 14/6/PBI/2012 Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap: a. calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi Bank Syariah, dan calon Direktur UUS, serta calon pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing; b. PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS, serta pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing; Uji kemampuan dan kepatutan dalam rangka penilaian kembali dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi dan/atau reputasi keuangan yang bersangkutan selaku PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif UUS, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing. Dalam hal kegiatan operasional UUS melibatkan proses pengambilan keputusan yang melebihi batas wewenang Direktur UUS maka uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang terlibat selain Direktur UUS, tunduk kepada ketentuan yang mengatur mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Konvensional. c. pihak yang sudah tidak menjadi atau sudah tidak menjabat sebagai pihak sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang diindikasikan terlibat atau bertanggung jawab terhadap perbuatan atau tindakan yang sedang dalam proses uji kemampuan dan kepatutan pada Bank Syariah, UUS, atau Kantor Perwakilan Bank Asing. Yang dimaksud dengan pihak yang sudah tidak menjadi atau sudah tidak menjabat sebagai pihak sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah: 1) PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS, serta pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing yang sudah tidak menjadi PSP atau sudah tidak menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS, serta pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing pada Bank Syariah, UUS atau Kantor Perwakilan Bank Asing dimana perbuatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan menjadi obyek uji kemampuan dan kepatutan, namun yang bersangkutan masih menjadi PSP atau masih menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS, serta pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing di bank lain; atau 2) yang bersangkutan sudah tidak lagi menjadi PSP, atau sudah tidak lagi menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS, serta pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing pada industri perbankan. 50

61 SE 12/6/DPbS 2010 Romawi I. A d. PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah dalam hal terdapat indikasi bahwa yang bersangkutan memiliki peranan atas terjadinya pelanggaran atau penyimpangan, No. 2 3 termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) dalam kegiatan operasional Bank Syariah; dan e. Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS dalam hal terdapat indikasi bahwa yang bersangkutan memiliki peranan atas terjadinya pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) dalam kegiatan operasional UUS. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi I. B E 63 Pasal 4 14/6/PBI/2012 A. Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf A.1 (huruf a Kodifikasi ini) dilakukan melalui penelitian administratif dan wawancara dalam rangka menilai pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan. Wawancara hanya dilakukan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf A.1 (huruf a Kodifikasi ini) telah memenuhi persyaratan dalam penelitian administratif. B. Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf A.2 dan huruf A.3 (huruf d dan huruf e Kodifikasi ini) dilakukan untuk menilai keterlibatan dan/atau keterkaitan yang bersangkutan (clearance test) atas pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan), yang terkait dengan faktor: 1. integritas dan kelayakan keuangan bagi PSP Bank Syariah; Termasuk dalam faktor integritas antara lain tindakan campur tangan PSP dalam operasional Bank Syariah. 2. integritas, kompetensi dan reputasi keuangan bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah; atau 3. integritas, kompetensi dan reputasi keuangan bagi Direktur UUS dan/atau Pejabat Eksekutif UUS. C. Perpanjangan jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah serta Direktur UUS yang hanya bertugas mengelola UUS tidak dilakukan uji kemampuan dan kepatutan sepanjang tidak terdapat informasi atau indikasi tertentu yang telah menurunkan kredibilitas yang bersangkutan. Perpanjangan jabatan adalah setiap penugasan kembali atas seseorang yang dilakukan sebelum atau pada saat berakhirnya masa jabatan sebelumnya. Kredibilitas adalah hal-hal yang terkait dengan dapat dipercayanya seseorang dalam pengelolaan Bank Syariah atau UUS. D. Dalam hal terdapat informasi atau indikasi tertentu yang telah menurunkan kredibilitas yang bersangkutan maka atas perpanjangan jabatan sebagaimana dimaksud pada huruf D (huruf C Kodifikasi ini), harus dilakukan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada huruf B (huruf A Kodifikasi ini). Pihak yang sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank, tidak dapat diajukan untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, calon anggota Direksi Bank Syariah, atau calon Direktur UUS. 51

62 Yang dimaksud dengan bank adalah BUS, Bank Umum Konvensional, Bank Perkreditan Rakyat, BPRS dan UUS. Yang dimaksud dengan proses hukum adalah proses penyidikan, penuntutan, atau persidangan di pengadilan dalam perkara Tindak Pidana Tertentu. BAB II 64 Pasal 5 14/6/PBI/2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan Bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Syariah (1) Untuk menjadi PSP Bank Syariah, calon PSP wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. (2) Dalam memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon PSP. (3) Calon PSP yang belum memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, namun telah memiliki saham Bank Syariah, dilarang melakukan tindakan sebagai PSP. Kepemilikan saham Bank Syariah termasuk kepemilikan saham yang diperoleh melalui transaksi di bursa efek, hibah atau waris. Yang dimaksud dengan belum memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia adalah calon PSP yang belum memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. Tindakan sebagai PSP antara lain adalah hadir dan/atau memberikan suara dalam RUPS dalam kapasitas sebagai PSP. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. A No. 1 (4) Pihak-pihak yang wajib mengikuti uji kemampuan dan kepatutan bagi calon PSP, antara lain adalah: a. Perorangan dan/atau badan hukum yang bukan merupakan pemegang saham Bank Syariah yang akan membeli saham Bank Syariah, sehingga yang bersangkutan menjadi PSP Bank Syariah; b. Perorangan dan/atau badan hukum yang bukan merupakan pemegang saham Bank Syariah yang akan menerima hibah saham Bank Syariah, sehingga yang bersangkutan menjadi PSP Bank Syariah; c. Perorangan yang telah menerima pengalihan saham Bank Syariah melalui penerimaan hak waris sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP Bank Syariah; d. Pemegang saham Bank Syariah baik perorangan maupun badan hukum yang tidak tergolong sebagai PSP yang akan membeli saham atau menerima hibah saham Bank Syariah, sehingga yang bersangkutan menjadi PSP Bank Syariah; e. Pemegang saham Bank Syariah perorangan yang tidak tergolong sebagai PSP yang menerima pengalihan saham Bank Syariah melalui hak waris, sehingga yang bersangkutan menjadi PSP Bank Syariah; f. Pemegang saham Bank Syariah yang melakukan tambahan setoran modal sehingga yang bersangkutan menjadi PSP Bank Syariah; g. Pemegang saham Bank Syariah yang tidak tergolong sebagai PSP yang secara sukarela mengajukan diri sebagai PSP Bank Syariah; 52

63 SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. B h. Pemegang saham Bank Syariah yang menurut penilaian Bank Indonesia digolongkan sebagai pengendali Bank Syariah; dan i. PSP Bank Syariah yang berasal dari PSP bank konvensional yang melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah. (5) Persyaratan Administratif bagi Calon PSP adalah sebagai berikut : 1. Permohonan untuk memperoleh persetujuan atas calon PSP Bank Syariah diajukan kepada Bank Indonesia dengan dilengkapi persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur tentang persyaratan pemegang saham, yaitu: a. Ketentuan mengenai Bank Umum Syariah; b. Ketentuan mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah; c. Ketentuan mengenai Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum; d. Ketentuan mengenai Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BPR. 2. Dalam pengajuan permohonan, Bank Syariah harus menyampaikan: a. Daftar Isian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1 dan/atau Lampiran 2 atau Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4 (Lampiran 15 dan/atau Lampiran 16 atau Lampiran 17 dan/atau Lampiran 18 Kodifikasi ini) yang telah diisi lengkap dan ditandatangani oleh calon PSP atau ultimate shareholders. b. Laporan keuangan audited 3 (tiga) tahun buku terakhir dari badan hukum yang akan mengakuisisi Bank Syariah, paling kurang terdiri dari laporan neraca, laporan administratif dan perhitungan laba rugi beserta penjelasannya. Laporan keuangan tersebut disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. c. Dokumen pendukung yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen persyaratan administratif, antara lain: 1) perjanjian konsorsium apabila pembelian saham dilakukan secara bersama-sama dengan pihak lainnya; 2) dokumen yang menunjukkan keterkaitan antara PSP dengan ultimate shareholders; 3) dokumen keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan keuangan calon PSP dan/atau ultimate shareholders; 4) dokumen keuangan yang dapat menunjukkan aliran dana pembelian saham; dan/atau 5) dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk mendukung kebenaran atau kewajaran dokumen-dokumen utama atau pernyataanpernyataan yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 53

64 SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. F SE 12/6/DPbS 2010 Romawi IV (6) Calon PSP, calon anggota Dewan komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah dalam program penyelamatan 1. Dalam hal Bank Syariah berada dalam program penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dimana LPS menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) maka terhadap LPS dimaksud tidak dilakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). 2. Dalam hal Bank Syariah berada dalam program penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan maka anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi baru yang diangkat oleh LPS untuk pertama kalinya, dapat langsung menduduki jabatan dan melaksanakan tugasnya secara efektif hingga memperoleh pemberitahuan dari Bank Indonesia berdasarkan hasil uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test). (7) Penyampaian atas: a. Surat permohonan perpanjangan jabatan; b. Surat permohonan berikut dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada angka II huruf B dan C (ayat (5) dan Paragraf 75 ayat (5) Kodifikasi ini); dan/atau c. Surat permohonan peninjauan kembali sebagaimana dimaksud dalam angka II huruf E.5 (Paragraf 95 Kodifikasi ini); disampaikan oleh Bank Syariah atau UUS kepada: 1. Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank Syariah atau UUS yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta Raya, Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang dan Bekasi; atau 2. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank Syariah atau UUS yang berkantor pusat di luar wilayah DKI Jakarta Raya, Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang dan Bekasi. Bagian Pertama 65 Pasal 6 14/6/PBI/ Pasal 7 14/6/PBI/2012 Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon PSP dilakukan untuk menilai pemenuhan persyaratan: a. integritas; dan b. kelayakan keuangan. Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a (Paragraf 65 huruf a Kodifikasi ini) meliputi: Persyaratan integritas didasarkan antara lain dari catatan administrasi Bank Indonesia, predikat hasil uji kemampuan dan kepatutan yang pernah diberikan oleh Bank Indonesia kepada yang bersangkutan, atau informasi mengenai telah dijalaninya sanksi oleh pihak yang diuji yang pernah mendapat predikat Tidak Lulus. a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; 54

65 Penilaian terhadap kriteria pada huruf ini dilakukan antara lain berdasarkan informasi yang diperoleh Bank Indonesia atau informasi yang diketahui oleh umum, bahwa yang bersangkutan pernah dihukum karena melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sampai tanggal surat permohonan Bank Syariah kepada Bank Indonesia. b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional Bank Syariah yang sehat; d. tidak tercantum dalam DTL; dan e. memiliki komitmen untuk tidak akan melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 (Paragraf 87 dan Paragraf 88 Kodifikasi ini), bagi calon PSP yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (1), Pasal 38 huruf b, Pasal 41 ayat (4) dan Pasal 41 ayat (5) (Paragraf 95 ayat (1), Paragraf 97 huruf b, Paragraf 100 ayat (4) huruf a dan Paragraf 100 ayat (5) Kodifikasi ini). 67 Pasal 8 14/6/PBI/2012 Persyaratan kelayakan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b (Paragraf 65 huruf b Kodifikasi ini) antara lain dibuktikan dengan: a. memiliki kemampuan keuangan yang dapat mendukung perkembangan bisnis Bank Syariah; Penilaian kemampuan keuangan bagi calon PSP berupa badan hukum dilakukan antara lain berdasarkan pada analisis kemampuan keuangan pada saat ini dan proyeksinya untuk jangka waktu paling kurang 3 (tiga) tahun, yang disusun oleh konsultan independen. b. tidak memiliki kredit/pembiayaan macet dan/atau hutang jatuh tempo dan bermasalah; Yang dimaksud dengan kredit/pembiayaan macet adalah: 1) kredit/pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; atau 2) kredit/pembiayaan yang berdasarkan penelitian Bank Indonesia digolongkan macet, namun oleh bank: a) dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur namun belum digolongkan macet; atau b) tidak dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur. Calon PSP dinilai memiliki kredit/pembiayaan macet apabila: 1) mempunyai kredit/pembiayaan macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit/pembiayaan macet. 55

66 Yang dimaksud dengan hutang jatuh tempo dan bermasalah adalah hutang yang telah jatuh tempo dan tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan restrukturisasi. Dalam pengertian memiliki hutang jatuh tempo dan bermasalah adalah apabila calon PSP: 1) mempunyai hutang jatuh tempo dan bermasalah; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai hutang jatuh tempo dan bermasalah, baik dalam industri perbankan maupun di luar industri perbankan. c. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan; dan Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sampai tanggal surat permohonan Bank Syariah kepada Bank Indonesia. d. memiliki komitmen untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan dalam rangka mengatasi kesulitan permodalan maupun likuiditas yang dihadapi Bank Syariah. Bagian Kedua 68 Pasal 9 14/6/PBI/2012 Ayat (1) Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Permohonan untuk menjadi PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) (Paragraf 64 ayat (1) Kodifikasi ini) diajukan oleh Bank Syariah kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen persyaratan administratif. Permohonan diajukan oleh anggota Direksi Bank Syariah. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. E Persetujuan atau penolakan atas permohonan diberikan oleh Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah seluruh persyaratan terpenuhi dan dokumen permohonan diterima secara lengkap. Dokumen permohonan diterima secara lengkap adalah apabila dokumen administratif dan dokumen pendukungnya (apabila diperlukan) telah disampaikan oleh pihak pemohon dan telah diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia. Pasal 9 14/6/PBI/2012 Ayat (2) 69 Pasal 10 14/6/PBI/2012 (2) Dalam hal calon PSP melakukan pembelian saham Bank Syariah melalui program divestasi saham negara atas penyertaan modal sementara oleh lembaga yang berwenang maka permohonan untuk menjadi PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh lembaga yang berwenang. Atas permohonan untuk menjadi PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 68 Kodifikasi ini), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan 56

67 kepatutan, yang meliputi: a. penelitian administratif; dan Penelitian administratif meliputi antara lain penelitian dokumen persyaratan administratif, catatan administrasi Bank Indonesia, penelitian kemampuan dan kelayakan keuangan, serta struktur kepemilikan calon PSP. Penelitian terhadap catatan administrasi Bank Indonesia termasuk penelitian terhadap pihak yang pernah mendapat predikat Tidak Lulus, namun dalam uji kemampuan dan kepatutan kembali telah dinilai memenuhi persyaratan untuk kembali menjadi PSP. Penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen administratif dan catatan administrasi Bank Indonesia dalam rangka penilaian atas faktor integritas serta kelayakan keuangan. b. wawancara. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. D No Pasal 11 14/6/PBI/2012 Wawancara hanya dapat dilakukan terhadap calon PSP yang telah memenuhi persyaratan dalam penelitian administratif. Wawancara dilakukan untuk klarifikasi atas informasi yang telah diperoleh dan/atau untuk menggali informasi lebih lanjut dari calon PSP yang diajukan dalam rangka memperoleh keyakinan atas faktor integritas, kompetensi dan/atau kelayakan dan/atau reputasi keuangan yang bersangkutan. Hasil uji kemampuan dan kepatutan ditetapkan berdasarkan hasil penelitian administratif dan wawancara. (1) Dalam hal calon PSP Bank Syariah berbentuk badan hukum, uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 69 Kodifikasi ini) dilakukan terhadap badan hukum, anggota dewan komisaris dan anggota direksi badan hukum yang bersangkutan, serta pihak yang berdasarkan penilaian Bank Indonesia merupakan pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholders) dari badan hukum tersebut. Dalam hal badan hukum pemegang saham Bank Syariah dimiliki dan dikendalikan oleh badan hukum lain secara berjenjang dalam suatu kelompok usaha maka pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholders) adalah perorangan atau badan hukum yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki saham Bank Syariah dan merupakan pengendali terakhir keseluruhan struktur kelompok usaha yang mengendalikan Bank Syariah. Badan hukum terakhir dalam keseluruhan struktur kelompok usaha ditetapkan sebagai ultimate shareholders apabila badan hukum tersebut tidak memiliki pemegang saham pengendali. (2) Dalam hal ultimate shareholders adalah pemerintah negara lain, dan hukum di negara yang bersangkutan tidak memperbolehkan ultimate shareholders tersebut memberikan data dan dokumen, Bank Indonesia menetapkan pihak lain yang secara langsung dikendalikan oleh 57

68 pemerintah negara lain tersebut sebagai ultimate shareholders berdasarkan dokumen pendukung yang sah. (3) Pelaksanaan wawancara terhadap calon PSP Bank Syariah berbentuk badan hukum dilakukan terhadap anggota dewan komisaris dan direksi yang ditunjuk oleh badan hukum yang bersangkutan dan pihak yang berdasarkan penilaian Bank Indonesia merupakan ultimate shareholders. (4) Selain pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank Indonesia dapat menetapkan pihak lain yang dianggap melakukan Pengendalian, untuk menyampaikan persyaratan administratif dan/atau menjalani wawancara. (5) Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 71 Pasal 12 14/6/PBI/2012 Dalam hal calon PSP Bank Syariah adalah Pemerintah maka pelaksanaan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b (Paragraf 69 huruf b Kodifikasi ini) hanya dilakukan apabila dianggap perlu. Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Republik Indonesia, baik tingkat Pusat maupun Daerah. 72 Pasal 13 14/6/PBI/2012 (1) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon PSP, apabila pada saat uji kemampuan dan kepatutan dilakukan calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. (2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada Bank Syariah dan pihak yang diuji. (3) Calon PSP yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, apabila yang bersangkutan telah menjalani proses hukum dan/atau uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. Yang dimaksud dengan telah menjalani proses hukum adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); 2) Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP); atau 3) Putusan Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah. Yang dimaksud dengan telah menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus. 58

69 Bagian Ketiga Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan 73 Pasal 14 14/6/PBI/2012 (1) Berdasarkan penelitian administratif dan hasil wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 69 Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat: a. Lulus; atau Calon PSP yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi PSP pada Bank Syariah dimaksud. b. Tidak Lulus. Calon PSP yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan menjadi PSP pada Bank Syariah dimaksud. (2) Calon PSP yang memperoleh predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b: a. dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai PSP pada Bank Syariah yang bersangkutan; dan b. wajib mengalihkan kepemilikan saham yang telah dibeli kepada pihak lain. Yang dimaksud dengan mengalihkan kepemilikan saham yang telah dibeli adalah mengalihkan: 1) Seluruh kepemilikan sahamnya bagi calon PSP yang semula belum memiliki saham pada Bank Syariah yang bersangkutan; atau 2) Tambahan kepemilikan sahamnya bagi calon PSP yang semula sudah menjadi pemegang saham pada Bank Syariah yang bersangkutan. 74 Pasal 15 14/6/PBI/2012 (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 73 ayat (1) Kodifikasi ini) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah permohonan beserta dokumen persyaratan administratif diterima secara lengkap. (2) Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada Bank Syariah dalam bentuk persetujuan atau penolakan. Yang dimaksud dengan persetujuan adalah predikat Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji, sedangkan yang dimaksud dengan penolakan adalah predikat Tidak Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji. (3) Selain kepada Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia berwenang memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak lain yang berkepentingan. Pihak lain yang berkepentingan pada ayat ini antara lain adalah Pemerintah dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan. 59

70 BAB III Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Komisaris Dan Calon Anggota Direksi Bank Syariah 75 Pasal 16 (1) Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah 14/6/PBI/2012 wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia sebelum menjalankan tugas dan fungsi dalam jabatannya. Yang dimaksud dengan menjalankan tugas dan fungsi dalam jabatannya adalah bertindak mewakili Bank Syariah dalam membuat keputusan yang secara hukum mengikat Bank Syariah dan/atau mengambil keputusan penting yang memengaruhi kondisi keuangan Bank Syariah. (2) Calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi Bank Syariah yang belum mendapat persetujuan Bank Indonesia dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi walaupun telah mendapat persetujuan dan diangkat oleh RUPS. Yang dimaksud dengan belum mendapat persetujuan Bank Indonesia adalah anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank Syariah yang belum memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. A No. 2 3 SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. C (3) Pihak-pihak yang wajib mengikuti uji kemampuan dan kepatutan bagi calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi, antara lain adalah: a. Perorangan yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi Bank Syariah dan/atau Direktur UUS; b. Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dari bank konvensional yang melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah, yang akan diangkat menjadi Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah; c. Anggota Dewan Komisaris Bank Syariah yang beralih jabatan menjadi anggota Direksi pada Bank Syariah yang sama; dan d. Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah yang beralih jabatan menjadi Direktur Kepatuhan pada Bank Syariah yang sama. (4) Pihak-pihak yang wajib mengikuti uji kemampuan dan kepatutan berupa penelitian administratif bagi calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi adalah: a. Anggota Direksi Bank Syariah yang beralih jabatan menjadi anggota Dewan Komisaris pada Bank Syariah yang sama; atau b. Anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang beralih jabatan ke jabatan yang lebih tinggi pada Bank Syariah yang sama. Dalam hal dari hasil penelitian administratif diketahui terdapat hal-hal yang memerlukan klarifikasi dan pendalaman lebih jauh, maka atas peralihan jabatan tersebut harus dilakukan wawancara. (5) Persyaratan Administratif bagi Calon anggota Dewan Komisaris dan Calon anggota Direksi Bank Syariah serta Calon Direktur UUS 1. Permohonan untuk memperoleh persetujuan atas calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah atau 60

71 permohonan untuk memperoleh persetujuan atas calon Direktur UUS diajukan kepada Bank Indonesia dengan dilengkapi persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur tentang persyaratan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi Bank Syariah dan/atau Direktur UUS, yaitu: a. Ketentuan mengenai Bank Umum Syariah; b. Ketentuan mengenai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah; c. Ketentuan mengenai Unit Usaha Syariah; dan d. Ketentuan mengenai Direktur Kepatuhan (Compliance Director). 2. Dalam pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas, juga disampaikan: a. Daftar Isian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 5 atau Lampiran 6 (Lampiran 19 atau Lampiran 20 Kodifikasi ini) dan Daftar Riwayat Hidup sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7 (Lampiran 21 Kodifikasi ini) yang telah diisi lengkap dan ditandatangani oleh calon anggota Dewan Komisaris, calon anggota Direksi Bank Syariah, atau calon Direktur UUS. b. Dokumen pendukung lain, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen persyaratan administratif, antara lain dokumen yang dapat digunakan untuk mendukung kebenaran atau kewajaran dokumen-dokumen utama atau pernyataan-pernyataan yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Bagian Pertama 76 Pasal 17 14/6/PBI/ Pasal 18 14/6/PBI/2012 Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah dilakukan untuk menilai pemenuhan persyaratan: a. integritas; b. kompetensi; dan c. reputasi keuangan. Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a (Paragraf 76 huruf a Kodifikasi ini) bagi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi meliputi: Persyaratan integritas didasarkan antara lain dari catatan administrasi Bank Indonesia, predikat hasil uji kemampuan dan kepatutan yang pernah diberikan oleh Bank Indonesia kepada yang bersangkutan, atau informasi mengenai telah dijalaninya sanksi oleh pihak yang diuji yang pernah mendapat predikat Tidak Lulus. a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; 61

72 Penilaian terhadap kriteria pada huruf ini dilakukan antara lain berdasarkan informasi yang diperoleh langsung oleh Bank Indonesia atau melalui informasi yang diketahui oleh umum. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sampai tanggal surat permohonan Bank Syariah kepada Bank Indonesia. b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional Bank Syariah yang sehat; d. tidak tercantum dalam DTL; dan e. memiliki komitmen untuk tidak akan melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 (Paragraf 87 dan Paragraf 88 Kodifikasi ini), bagi calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (1), Pasal 38 huruf b, Pasal 41 ayat (4) huruf a, dan Pasal 41 ayat (5) (Paragraf 95 ayat (1), Paragraf 97 huruf b, Paragraf 100 ayat (4) huruf a dan Paragraf 100 ayat (5) Kodifikasi ini). 78 Pasal 19 14/6/PBI/2012 Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b (Paragraf 76 huruf b Kodifikasi ini) meliputi: a. bagi calon anggota Dewan Komisaris BUS meliputi antara lain: 1) memiliki pengetahuan, pemahaman dan/atau pengalaman di bidang operasional perbankan syariah yang cukup; Yang dimaksud dengan pengetahuan, pemahaman di bidang operasional perbankan syariah adalah berupa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan dan operasional BUS yang antara lain dibuktikan dengan memiliki sertifikat pelatihan perbankan syariah dengan cakupan materi paling kurang mengenai ketentuan perbankan syariah, produk bank syariah dan analisa laporan keuangan bank syariah. Yang dimaksud dengan pengalaman di bidang operasional perbankan syariah antara lain berupa pengalaman dalam mengelola bisnis utama Bank Syariah dan/atau UUS. 2) memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengawasi kegiatan usaha BUS agar sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah di bidang perbankan syariah; dan Kemampuan untuk mengawasi kegiatan usaha BUS antara lain ditunjukkan dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pengawasan kegiatan usaha perbankan syariah. 3) memiliki pengetahuan dan pemahaman dalam penerapan manajemen risiko; 62

73 Memiliki pengetahuan dan pemahaman manajemen risiko antara lain dibuktikan dengan memiliki sertifikat manajemen risiko yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang telah memperoleh izin dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). b. bagi calon anggota Dewan Komisaris BPRS meliputi antara lain: 1) memiliki pengetahuan, pemahaman dan/atau pengalaman di bidang operasional perbankan syariah yang cukup; dan Yang dimaksud dengan pengetahuan, pemahaman di bidang operasional perbankan syariah adalah berupa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan dan operasional BPRS yang antara lain dibuktikan dengan memiliki sertifikat pelatihan perbankan syariah dengan cakupan materi paling kurang mengenai ketentuan perbankan syariah, produk bank syariah dan analisa laporan keuangan bank syariah. Yang dimaksud dengan pengalaman di bidang operasional perbankan syariah adalah antara lain memiliki pengalaman dalam mengelola bisnis utama Bank Syariah dan/atau UUS. 2) memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengawasi kegiatan usaha BPRS agar sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Prinsip Syariah di bidang perbankan syariah; Kemampuan untuk mengawasi kegiatan usaha BPRS antara lain dibuktikan dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai pengawasan kegiatan usaha perbankan syariah. c. bagi calon anggota Direksi BUS meliputi antara lain: 1) memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang operasional perbankan syariah yang cukup; Yang dimaksud dengan pengetahuan dan pemahaman di bidang operasional perbankan syariah adalah berupa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan dan operasional BUS yang antara lain dibuktikan dengan memiliki sertifikat pelatihan perbankan syariah dengan cakupan materi paling kurang mengenai ketentuan perbankan syariah, produk bank syariah, kegiatan operasional bank syariah dan laporan keuangan bank syariah. 2) memiliki pengalaman dan keahlian di bidang operasional perbankan, perbankan syariah, bidang keuangan atau keuangan syariah; Yang dimaksud dengan pengalaman dan keahlian di bidang operasional perbankan, perbankan syariah, bidang keuangan dan/atau keuangan syariah adalah antara lain berupa pengalaman dan keahlian dalam mengelola bisnis utama bank dan/atau lembaga keuangan. 63

74 3) memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan BUS yang sehat dan tangguh; dan Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, menginterpretasikan visi dan misi BUS dan analisis situasi industri perbankan. 4) memiliki pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam penerapan manajemen risiko; Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang antara lain dibuktikan dengan memiliki sertifikat manajemen risiko yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang telah memperoleh izin dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) serta memiliki kemampuan dalam penerapan manajemen risiko pada kegiatan operasional BUS. d. bagi calon anggota Direksi BPRS meliputi antara lain: 1) memiliki pengetahuan dan pemahaman di bidang operasional perbankan syariah yang cukup; Yang dimaksud dengan pengetahuan dan pemahaman di bidang operasional perbankan syariah antara lain berupa pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan dan operasional BPRS yang antara lain dibuktikan dengan memiliki sertifikat pelatihan perbankan syariah dengan cakupan materi paling kurang mengenai ketentuan perbankan syariah, produk bank syariah, kegiatan operasional bank syariah dan laporan keuangan bank syariah. 2) memiliki pengalaman dan keahlian di bidang operasional perbankan, perbankan syariah, bidang keuangan atau keuangan syariah; dan Yang dimaksud dengan pengalaman dan keahlian di bidang operasional perbankan atau perbankan syariah dan/atau bidang keuangan atau keuangan syariah adalah antara lain berupa pengalaman dan keahlian dalam mengelola bisnis utama bank dan/atau lembaga keuangan. 3) memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan BPRS yang sehat dan tangguh. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, menginterpretasikan visi dan misi BPRS dan analisis situasi industri perbankan. 64

75 79 Pasal 20 14/6/PBI/2012 Persyaratan reputasi keuangan bagi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf c (Paragraf 76 huruf c Kodifikasi ini) meliputi: a. tidak memiliki kredit/pembiayaan macet; dan Yang dimaksud dengan kredit/pembiayaan macet adalah: 1) kredit/pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; atau 2) kredit/pembiayaan yang berdasarkan penelitian Bank Indonesia digolongkan macet, namun oleh bank: a) dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur dengan kualitas yang belum digolongkan macet; atau b) tidak dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur. Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi dinilai memiliki kredit/pembiayaan macet apabila: 1) mempunyai kredit/pembiayaan macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit/pembiayaan macet. b. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sampai tanggal surat permohonan Bank Syariah kepada Bank Indonesia. 80 Pasal 21 14/6/PBI/2012 (1) Pemenuhan persyaratan pengalaman dan keahlian bagi calon Direksi BUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c angka 2 (Paragraf 78 huruf c angka 2 Kodifikasi ini), mencakup pula pemenuhan persyaratan bahwa mayoritas anggota Direksi wajib memiliki pengalaman paling kurang 4 (empat) tahun dengan jabatan paling rendah sebagai Pejabat Eksekutif di industri perbankan dan paling kurang 1 (satu) tahun diantaranya menjabat paling rendah sebagai Pejabat Eksekutif pada BUS dan/atau UUS. Yang dimaksud dengan mayoritas adalah lebih dari setengah jumlah seluruh anggota Direksi. (2) Bagi BUS yang didirikan melalui proses perubahan kegiatan usaha, untuk pertama kalinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diwajibkan bagi 1 (satu) calon anggota Direksi. (3) Mayoritas anggota Direksi BUS hasil perubahan kegiatan usaha wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 2 (dua) tahun setelah izin perubahan kegiatan usaha diberikan. 65

76 Bagian Kedua Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan 81 Pasal 22 14/6/PBI/2012 (1) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi diajukan oleh Bank Syariah kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen persyaratan administratif. (2) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh Pemerintah atau instansi yang mewakili dalam hal seluruh atau mayoritas saham Bank Syariah dimiliki oleh Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah. (3) Dalam hal anggota Direksi Bank Syariah yang berwenang untuk mengajukan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan Bank Syariah, permohonan diajukan oleh: Yang dimaksud dengan benturan kepentingan adalah apabila terdapat benturan kepentingan antara anggota Direksi yang berwenang mengajukan permohonan dengan Bank Syariah. a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Bank Syariah; b. anggota Dewan Komisaris apabila seluruh anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan Bank Syariah; atau c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS apabila seluruh anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan Bank Syariah. (4) Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi yang diajukan dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak berjumlah 2 (dua) orang untuk setiap lowongan jabatan dan penetapan calon yang diajukan telah dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku adalah antara lain peraturan perundang-undangan tentang perseroan terbatas dan tentang ketenagakerjaan. 82 Pasal 23 14/6/PBI/2012 Atas permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) (Paragraf 81 ayat (1) Kodifikasi ini), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan, yang meliputi: a. penelitian administratif; dan Penelitian administratif meliputi antara lain penelitian dokumen persyaratan administratif sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan yang berlaku, catatan administrasi Bank Indonesia, dan penelitian reputasi keuangan calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi Bank Syariah. 66

77 b. wawancara, apabila diperlukan. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi II. D No. 3 4 Wawancara hanya dapat dilakukan terhadap calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah serta calon Direktur UUS yang telah memenuhi persyaratan dalam penelitian administratif. Wawancara dilakukan untuk klarifikasi atas informasi yang telah diperoleh dan/atau untuk menggali informasi lebih lanjut dari calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah serta calon Direktur UUS yang diajukan dalam rangka memperoleh keyakinan atas faktor integritas, kompetensi dan/atau kelayakan dan/atau reputasi keuangan yang bersangkutan. Hasil uji kemampuan dan kepatutan ditetapkan berdasarkan hasil penelitian administratif dan wawancara. Khusus untuk pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada butir II.A angka 3 (Paragraf 75 ayat 4 Kodifikasi ini) di atas, dalam hal tidak dilakukan wawancara, maka hasil uji kemampuan dan kepatutan hanya ditetapkan berdasarkan hasil penelitian administratif. 83 Pasal 24 14/6/PBI/2012 (1) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah, apabila pada saat uji kemampuan dan kepatutan dilakukan calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. (2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada Bank Syariah dan pihak yang diuji. (3) Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah, apabila yang bersangkutan telah menjalani proses hukum dan/atau telah menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. Yang dimaksud dengan telah menjalani proses hukum adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); 2) Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKPP); atau 3) Putusan Pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah. Yang dimaksud dengan telah menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus. 67

78 Bagian Ketiga Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan 84 Pasal 25 14/6/PBI/2012 (1) Berdasarkan penelitian administratif dan hasil wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 (Paragraf 82 Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat: a. Lulus; atau Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah dimaksud. b. Tidak Lulus. Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah dimaksud. (2) Dalam hal calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi memperoleh predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b namun telah mendapat persetujuan dan diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah sesuai keputusan RUPS maka yang bersangkutan dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi pada Bank Syariah yang bersangkutan. (3) Bank Syariah wajib menindaklanjuti konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan dari Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan tindak lanjut yang harus dilakukan Bank Syariah adalah antara lain menyelenggarakan RUPS dengan agenda pembatalan pengangkatan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi yang ditetapkan Tidak Lulus. (4) Bank Syariah wajib melaporkan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja dihitung sejak pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (3). 85 Pasal 26 14/6/PBI/2012 (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 84 ayat (1) Kodifikasi ini) paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah permohonan beserta dokumen persyaratan administratif diterima dari Bank Syariah secara lengkap. (2) Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada Bank Syariah dalam bentuk persetujuan atau penolakan. 68

79 Yang dimaksud dengan persetujuan adalah predikat Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji, sedangkan yang dimaksud dengan penolakan adalah predikat Tidak Lulus yang diberikan kepada pihak yang diuji. (3) Selain kepada Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia berwenang memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak lain yang berkepentingan. Pihak lain yang berkepentingan pada ayat ini antara lain adalah PSP, Pemerintah dan/atau Lembaga Penjamin Simpanan. 86 Pasal 27 14/6/PBI/2012 BAB IV Bagian Pertama 87 Pasal 28 14/6/PBI/2012 Ketentuan dan tata cara pengangkatan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi yang telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) (Paragraf 85 ayat (2) Kodifikasi ini) tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BUS atau BPRS. Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Pemegang Saham Pengendali, Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi, Dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan dalam rangka penilaian kembali terhadap PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b(paragraf 62 huruf b Kodifikasi ini) dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas dan/atau kelayakan keuangan yang meliputi: a. tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa: Yang dimaksud dengan pegawai adalah setiap orang yang bekerja dan tercatat dalam administrasi kepegawaian Bank Syariah. 1) memengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank Syariah untuk menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya; 2) memengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank Syariah untuk memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Pejabat Eksekutif, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank Syariah; dan/atau Yang dimaksud dengan merugikan atau mengurangi keuntungan Bank Syariah adalah merugikan atau mengurangi keuntungan dalam bentuk keuangan. 69

80 3) memengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank Syariah untuk melakukan perbuatan yang melanggar prinsip kehati hatian di bidang perbankan, asas-asas perbankan yang sehat dan/atau Prinsip Syariah di bidang perbankan syariah; b. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap; c. terbukti menyebabkan Bank Syariah mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Syariah dan/atau dapat membahayakan industri perbankan; Yang dimaksud dengan menyebabkan Bank Syariah mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Syariah dan/atau dapat membahayakan industri perbankan adalah antara lain: 1) memanfaatkan Bank Syariah untuk membiayai kepentingan sendiri atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia atau Pemerintah, yang menyebabkan Bank Syariah ditempatkan dalam pengawasan intensif atau pengawasan khusus, diambilalih Pemerintah/Lembaga Penjamin Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut ijin usahanya. d. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu; e. terbukti memiliki kredit/pembiayaan macet; Yang dimaksud dengan kredit/pembiayaan macet adalah: 1) kredit/pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit/pembiayaan yang berdasarkan penelitian Bank Indonesia digolongkan macet, namun oleh bank: a) dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur namun belum digolongkan macet; atau b) tidak dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur. PSP dinilai memiliki kredit/pembiayaan macet apabila: 1) mempunyai kredit/pembiayaan macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit/pembiayaan macet. f. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; g. tidak mampu melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila Bank Syariah menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas; atau h. terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan Bank Indonesia dan/atau Pemerintah. 70

81 88 Pasal 29 Uji kemampuan dan kepatutan dalam rangka penilaian kembali terhadap 14/6/PBI/2012 anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b (Paragraf 62 huruf b Kodifikasi ini) dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi dan/atau reputasi keuangan yang meliputi: a. tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa: 1) menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya; 2) memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Pejabat Eksekutif, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank Syariah; Yang dimaksud dengan pegawai adalah setiap orang yang bekerja dan tercatat dalam administrasi kepegawaian Bank Syariah. Yang dimaksud dengan merugikan atau mengurangi keuntungan Bank Syariah adalah merugikan atau mengurangi keuntungan dalam bentuk keuangan. 3) melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan asasasas perbankan yang sehat; dan/atau 4) melanggar Prinsip Syariah di bidang perbankan syariah; b. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap; c. terbukti menyebabkan Bank Syariah mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya atau dapat membahayakan industri perbankan; Yang dimaksud dengan menyebabkan Bank Syariah mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank Syariah atau dapat membahayakan industri perbankan adalah antara lain: 1) memanfaatkan Bank Syariah untuk membiayai kepentingan sendiri atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia atau Pemerintah, yang menyebabkan Bank Syariah ditempatkan dalam pengawasan intensif atau pengawasan khusus, diambil alih Pemerintah/Lembaga Penjamin Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut ijin usahanya. d. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu; e. terbukti memiliki kredit/pembiayaan macet; Yang dimaksud dengan kredit/pembiayaan macet adalah: 1) kredit/pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 71

82 2) kredit/pembiayaan yang berdasarkan penelitian Bank Indonesia digolongkan macet, namun oleh bank: a) dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur namun belum digolongkan macet; atau b) tidak dilaporkan dalam Sistem Informasi Debitur. Anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi dinilai memiliki kredit/pembiayaan macet apabila: 1) mempunyai kredit/pembiayaan macet; dan/atau 2) merupakan pengendali, anggota dewan komisaris (pengawas), atau anggota direksi (pengurus) dari badan hukum yang mempunyai kredit/pembiayaan macet. f. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; g. tidak mampu melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan Bank Syariah yang sehat; Penilaian didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi, sesuai uraian tugas yang ada pada Bank Syariah yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis adalah antara lain kemampuan untuk menginterpretasikan visi dan misi Bank Syariah, mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, menganalisa situasi industri perbankan dan sektor-sektor industri yang dibiayai. h. terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan Bank Indonesia dan/atau Pemerintah; atau i. tidak melakukan perbuatan atau tindakan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sehingga mengakibatkan terjadinya pelanggaran atau tindakan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf c dan/atau huruf d. Bagian Kedua 89 Pasal 30 14/6/PBI/2012 Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b (Paragraf 62 huruf b Kodifikasi ini) dilakukan untuk keseluruhan pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) (Paragraf 61 ayat (4) Kodifikasi ini) yang terkait dengan PSP yang akan diuji. (2) Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b (Paragraf 62 huruf b Kodifikasi ini) dan pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan dan berlaku bagi PSP dan pihak yang melakukan Pengendalian terhadap Bank Syariah yang terkait dengan PSP yang dinilai tersebut, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. 72

83 Yang dimaksud dengan satu kesatuan dan berlaku bagi PSP dan pihak yang melakukan Pengendalian adalah apabila PSP diberikan predikat Tidak Lulus, maka keseluruhan pihak yang melakukan Pengendalian yang terkait dengan PSP juga diberikan predikat Tidak Lulus. Ketentuan ini dimaksudkan agar masing-masing anggota PSP dapat bertindak independen terhadap anggota yang lain dalam kelompok PSP. (3) Pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pihak yang bersangkutan dalam langkah-langkah uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 (Paragraf 90 Kodifikasi ini). 90 Pasal 31 14/6/PBI/2012 Ayat (1) (2) (1) Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan bukti, data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan maupun informasi lainnya. (2) Uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. klarifikasi bukti, data dan informasi kepada pihak yang diuji; Pelaksanaan klarifikasi dengan pihak yang diuji dapat dilakukan melalui tatap muka yang dilengkapi dengan berita acara dan/atau melalui surat. b. penetapan dan penyampaian hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak yang diuji; Hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan yang disampaikan kepada pihak yang diuji memuat predikat hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan beserta alasannya. c. tanggapan dari pihak yang diuji terhadap hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan; dan Penyampaian tanggapan dari pihak yang diuji dilakukan secara tertulis disertai dengan bukti-bukti pendukung yang relevan. d. penetapan dan pemberitahuan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak yang diuji. Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan disampaikan secara tertulis, dengan memuat predikat hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan beserta alasannya. SE 12/6/DPbS 2010 Romawi III. A Pelaksanaan uji kemampuan dan kepatutan dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut: 1. pengumpulan data dan informasi; 2. pelaksanaan pemeriksaan khusus; 3. konfirmasi hasil pemeriksaan kepada pihak-pihak yang dinilai dan/atau pihak terkait lainnya; 4. penyampaian hasil penilaian pertama kepada pihak-pihak yang dinilai dan pihak terkait lainnya; 5. penerimaan atas tanggapan pertama dari pihak-pihak yang dinilai dan pengkajian atas tanggapan tersebut; 73

84 6. penyampaian hasil penilaian kedua kepada pihak-pihak yang dinilai; 7. penerimaan atas tanggapan kedua dari pihak-pihak yang dinilai dan pengkajian atas tanggapan tersebut; dan 8. penetapan dan pemberitahuan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan oleh Bank Indonesia. Pasal 31 14/6/PBI/2012 Ayat (3) (6) (3) Pihak yang diuji diberikan kesempatan menyampaikan tanggapan atas permintaan klarifikasi bukti, data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal permintaan klarifikasi dari Bank Indonesia. (4) Dalam hal pihak yang diuji tidak menggunakan hak untuk menyampaikan klarifikasi bukti, data dan informasi dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka Bank Indonesia akan melakukan langkah-langkah penilaian selanjutnya. Yang dimaksud dengan tidak menggunakan hak adalah termasuk penyampaian klarifikasi namun tidak disertai dengan bukti pendukung yang relevan. (5) Pihak yang diuji diberikan kesempatan menyampaikan tanggapan atas hasil sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal surat Bank Indonesia. (6) Dalam hal pihak yang diuji tidak menggunakan hak untuk menyampaikan tanggapan terhadap hasil sementara dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) maka Bank Indonesia menetapkan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan menjadi hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan. Yang dimaksud dengan tidak menggunakan hak adalah termasuk menyampaikan tanggapan namun tidak disertai dengan bukti-bukti pendukung yang relevan. 91 Pasal 32 14/6/PBI/2012 Bagian Ketiga 92 Pasal 33 14/6/PBI/2012 Bank Indonesia berwenang menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Tidak Lulus tanpa melakukan sebagian atau seluruh langkah langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) (Paragraf 90 ayat (2) Kodifikasi ini), apabila pihak yang diuji: a. diputus bersalah dalam Tindak Pidana Tertentu oleh pengadilan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap; atau b. dinyatakan pailit dan/atau menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap. Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat, yaitu: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus. 74

85 (2) Penetapan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan tingkat keterlibatan pihak yang diuji. Tingkat keterlibatan pihak yang diuji didasarkan atas peranan masing masing pihak yang diuji terhadap tindakan pelanggaran yang dilakukan. (3) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sejak tanggal surat penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf d (Paragraf 90 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). SE 12/6/DPbS 2010 Romawi III. B A. Tata Cara Penentuan Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan 1. Penentuan hasil uji kemampuan dan kepatutan bagi PSP dilaksanakan melalui pemberian nilai untuk masing-masing faktor sebagai berikut: a. Faktor Integritas Pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) yang terkait dengan faktor integritas diberikan nilai faktor sebesar 5 (lima). b. Faktor Kelayakan Keuangan Pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) yang terkait dengan faktor kelayakan keuangan diberikan nilai faktor sebesar maksimal 5 (lima). 2. Penentuan hasil uji kemampuan dan kepatutan bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah serta Direktur UUS dan/atau Pejabat Eksekutif UUS, dilaksanakan melalui pemberian nilai untuk masing-masing faktor sebagai berikut: a. Faktor Integritas Pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) yang terkait dengan faktor integritas diberikan nilai faktor sebesar 5 (lima). b. Faktor Kompetensi Pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) yang terkait dengan faktor kompetensi diberikan nilai faktor sebesar maksimal 5 (lima). c. Faktor Reputasi Keuangan Pelanggaran atau penyimpangan, termasuk tindakan fraud (penipuan, penggelapan dan/atau kecurangan) yang terkait dengan faktor reputasi keuangan diberikan nilai faktor sebesar maksimal 5 (lima). 3. Dalam uji atas faktor kelayakan atau reputasi keuangan sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf b dan angka 2 huruf c di atas, dalam hal yang bersangkutan tercantum dalam Daftar Kredit Macet (DKM), maka yang bersangkutan: a. wajib menyelesaikan pembiayaan dan/atau kredit macet tersebut paling lama selama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia; dan 75

86 b. diberi nilai faktor sebesar 5 (lima) tanpa melalui langkahlangkah uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada huruf A di atas, apabila yang bersangkutan tidak dapat menyelesaikan pembiayaan dan/atau kredit macet tersebut dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a. 4. Penetapan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dilakukan berdasarkan nilai dan bobot yang diformulasikan ke dalam tabel sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 8 (Lampiran 22 Kodifikasi ini). SE 12/6/DPbS 2010 Romawi III. C 93 Pasal 34 14/6/PBI/2012 B. Tata Cara Penentuan Predikat Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Berdasarkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam huruf B angka 4 (Huruf A angka 4 Kodifikasi ini), maka PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah serta Direktur UUS dan/atau Pejabat Eksekutif UUS diberikan predikat: a. Memenuhi Persyaratan (Lulus), apabila hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan bernilai kurang dari 5 (lima); atau b. Tidak Memenuhi Persyaratan (Tidak Lulus), apabila hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan bernilai sama dengan atau lebih dari 5 (lima). (1) Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara tertulis kepada Bank Syariah dan pihak yang diuji. (2) Selain kepada pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia berwenang memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak lain yang berkepentingan. Yang dimaksud dengan pihak lain yang berkepentingan adalah antara lain pemegang saham termasuk PSP. Bagian Keempat 94 Pasal 35 14/6/PBI/2012 Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah yang ditetapkan predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk tetap menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah. (2) PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dilarang menjadi: a. pemegang saham lebih dari 10% (sepuluh persen) dan/atau PSP pada seluruh Bank Syariah; b. pemegang saham pada Bank Umum Konvensional atau Bank Perkreditan Rakyat; dan/atau c. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing pada industri perbankan. 76

87 95 Pasal 36 14/6/PBI/2012 (1) Larangan terhadap pihak yang diberikan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) (Paragraf 94 ayat (2) Kodifikasi ini) ditetapkan sebagai berikut: a. selama jangka waktu 3 (tiga) tahun: 1) bagi PSP apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a angka 3, Pasal 28 huruf d, Pasal 28 huruf e, Pasal 28 huruf g, atau Pasal 28 huruf h (Paragraf 87 huruf a angka 3, Paragraf 87 huruf d, Paragraf 87 huruf e, Paragraf 87 huruf g, atau Paragraf 87 huruf h Kodifikasi ini); dan 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif apabila terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a angka 3, Pasal 29 huruf d, Pasal 29 huruf e, Pasal 29 huruf g, Pasal 29 huruf h, atau Pasal 29 huruf i (Paragraf 88 huruf a angka 3, Paragraf 88 huruf d, Paragraf 88 huruf e, Paragraf 88 huruf g, Paragraf 88 huruf h, atau Paragraf 88 huruf i Kodifikasi ini); b. selama jangka waktu 5 (lima) tahun: 1) bagi PSP apabila: a) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a angka 1 atau Pasal 28 huruf a angka 2 (Paragraf 87 huruf a angka 1 atau Paragraf 87 huruf a angka 2 Kodifikasi ini); atau b) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a angka 3, Pasal 28 huruf d, Pasal 28 huruf e, Pasal 28 huruf g, Pasal 28 huruf h (Paragraf 87 huruf a angka 3, Paragraf 87 huruf d, Paragraf 87 huruf e, Paragraf 87 huruf g, atau Paragraf 87 huruf h Kodifikasi ini), dan perbuatan dimaksud: i. dilakukan secara berulang; ii. dilakukan secara kumulatif; atau Yang dimaksud dengan kumulatif adalah gabungan paling kurang dari 2 (dua) perbuatan Pasal 28 huruf a angka 3, Pasal 28 huruf d, Pasal 28 huruf e, Pasal 28 huruf g, Pasal 28 huruf h (Paragraf 87 huruf a angka 3, Paragraf 87 huruf d, Paragraf 87 huruf e, Paragraf 87 huruf g dan/atau Paragraf 87 huruf h Kodifikasi ini). iii. terbukti menguntungkan diri sendiri maupun pihak lain; 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif apabila: a) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a angka 1 atau Pasal 29 huruf a angka 2 (Paragraf 88 huruf a angka 1 atau Paragraf 88 huruf a angka 2 Kodifikasi ini); atau b) terbukti melakukan tindakan-tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a angka 3, Pasal 29 huruf d, Pasal 29 huruf e, Pasal 29 huruf g, Pasal 29 huruf h, 77

88 atau Pasal 29 huruf i (Paragraf 88 huruf a angka 3, Paragraf 88 huruf d, Paragraf 88 huruf e, Paragraf 88 huruf g, Paragraf 88 huruf h, atau Paragraf 88 huruf i Kodifikasi ini) dan perbuatan dimaksud: i. dilakukan secara berulang; ii. dilakukan secara kumulatif; atau Yang dimaksud dengan kumulatif adalah gabungan paling kurang dari 2 (dua) perbuatan Pasal 29 huruf a angka 3, Pasal 29 huruf d, Pasal 29 huruf e, Pasal 29 huruf g, Pasal 29 huruf h, dan/atau Pasal 29 huruf i (Paragraf 88 huruf a angka 3, Paragraf 88 huruf d, Paragraf 88 huruf e, Paragraf 88 huruf g, Paragraf 88 huruf h dan/atau Paragraf 88 huruf i Kodifikasi ini). iii. terbukti menguntungkan diri sendiri maupun pihak lain; c. selama jangka waktu 20 (dua puluh) tahun: 1) bagi PSP apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b, Pasal 28 huruf c atau Pasal 28 huruf f (Paragraf 87 huruf b, Paragraf 87 huruf c atau Paragraf 87 huruf f Kodifikasi ini); dan 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b, Pasal 29 huruf c atau Pasal 29 huruf f (Paragraf 88 huruf b, Paragraf 88 huruf c atau Paragraf 88 huruf f Kodifikasi ini). (2) Jangka waktu larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal surat penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf d (Paragraf 90 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). SE 12/6/DPbS 2010 Romawi III. D E Larangan bagi Pihak-pihak yang Tidak Memenuhi Persyaratan (Tidak Lulus) Pihak-pihak yang diberikan predikat Tidak Memenuhi Persyaratan (Tidak Lulus) dilarang menjadi: 1. PSP dan/atau pengendali pada seluruh Bank Syariah; 2. Pemilik saham lebih dari 10% (sepuluh persen) pada seluruh Bank Syariah; dan/atau 3. Anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif pada seluruh Bank Syariah. Penetapan Jangka Waktu Pengenaan Sanksi 1. Penetapan jangka waktu pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud dalam huruf D dihitung berdasarkan faktor materialitas atas kerugian yang ditimbulkan oleh yang bersangkutan terhadap permodalan dan tingkat keuntungan Bank Syariah atau UUS. Pengukuran tingkat materialitas atas kerugian yang ditimbulkan tersebut dilakukan dengan cara mengukur pengaruh kerugian 78

89 terhadap posisi terakhir atas Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Return On Asset (ROA) dan/atau rata-rata gross income. Posisi terakhir adalah data terakhir yang tersedia berdasarkan hasil pengawasan Bank Indonesia, sebelum terjadinya perbuatan dan/atau tindakan yang bersangkutan. 2. Penghitungan kontribusi kerugian dari pihak-pihak yang dinyatakan Tidak Memenuhi Persyaratan (Tidak Lulus) adalah sebagai berikut: a. Penentuan beban kerugian terhadap setiap perbuatan dan/atau tindakan yang terjadi ditentukan atas besarnya kerugian yang berpengaruh pada permodalan Bank Syariah atau UUS, termasuk berkurangnya keuntungan Bank Syariah atau UUS dan/atau potensi kerugian yang ditimbulkan. b. Beban kerugian yang ditimbulkan sebagaimana dimaksud pada huruf a, kemudian diperhitungkan dengan KPMM, ROA dan/atau rata-rata gross income posisi terakhir. c. KPMM sebagaimana dimaksud huruf b di atas adalah rasio KPMM sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Syariah. d. ROA sebagaimana dimaksud huruf b di atas adalah ROA sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah dan UUS. e. Gross Income sebagaimana dimaksud huruf b di atas adalah pendapatan operasional setelah likurangi dengan bagi hasil dana investasi sebelum dikurangi dengan beban operasional dan beban non operasional. Gross Income rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir adalah rata-rata gross income dari 12 (dua belas) bulan terakhir yang bernilai positif. f. Dalam hal terdapat beberapa perbuatan dan/atau tindakan yang dilakukan, maka perhitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh kerugian dari beberapa perbuatan dan/atau tindakan tersebut dibandingkan dengan posisi terakhir KPMM, ROA dan/atau rata rata gross income sebelum perbuatan dan/atau tindakan terakhir tersebut dilakukan. Contoh perhitungan: Suatu pelanggaran telah dilakukan pada tanggal 15 Januari 2010 yang menyebabkan kerugian sebesar Rp ,00. Rasio KPMM pada akhir Desember 2009 adalah 10% ( ,- / ,-). Rasio ROA pada akhir Desember 2009 adalah 3% ( ,- / ,). Sedangkan rata-rata gross income dalam 12 bulan terakhir adalah sebesar Rp ,00. Pengaruh kerugian tersebut terhadap KPMM, ROA dan rata-rata gross income adalah sebagai berikut: % penurunan KPMM =10%-(Rp , ,00)/ Rp ,00 = 10% - 9,83% = 0,17% 79

90 % penurunan ROA =3%-(Rp , ,00)/ Rp ,00 = 3% - 2,9% = 0,1% % penurunan rata-rata gross income =Rp10.000,00/ Rp ,00 = 10% 3. Penetapan Tingkat Materialitas a. Perbuatan dan/atau tindakan dikategorikan telah menimbulkan kerugian yang tidak material terhadap permodalan dan tingkat keuntungan Bank Syariah atau UUS apabila: 1) menyebabkan: i. berkurangnya rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sebesar kurang dari 0,5% (setengah persen); ii. berkurangnya rasio Return On Asset (ROA) sebesar kurang dari 0,125% (seperdelapan persen); dan/atau iii. berkurangnya gross income sebesar kurang dari 5% (lima persen) untuk Bank Umum Syariah dan UUS, atau kurang dari 10% (sepuluh persen) untuk BPRS; dan 2) rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum masih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Perbuatan dan/atau tindakan dikategorikan telah menimbulkan kerugian yang cukup material terhadap permodalan dan tingkat keuntungan Bank Syariah atau UUS apabila: 1) menyebabkan: i. berkurangnya rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sebesar 0,5% (setengah persen) sampai dengan kurang dari 2% (dua persen); ii. berkurangnya rasio Return On Asset (ROA) sebesar 0,125% (seperdelapan persen) sampai dengan kurang dari 0,5% (setengah persen); dan/atau iii. berkurangnya rasio gross income sebesar 5% (lima persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen) untuk Bank Umum Syariah dan UUS, atau sebesar 10% (sepuluh persen) sampai dengan kurang dari 20% (dua puluh persen) untuk BPRS; dan 2) rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum masih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Perbuatan dan/atau tindakan dikategorikan telah menimbulkan kerugian yang sangat material terhadap permodalan dan tingkat keuntungan Bank Syariah atau UUS apabila: 1) menyebabkan: i. berkurangnya rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sebesar sama dengan atau lebih dari 2 % (dua persen); 80

91 ii. berkurangnya rasio Return On Asset (ROA) sebesar sama dengan atau lebih dari 0,5% (setengah persen); dan/atau iii. berkurangnya rasio gross income sebesar sama dengan atau lebih dari 10% (sepuluh persen) untuk Bank Umum Syariah dan UUS, atau sama dengan atau lebih dari 20% (dua puluh persen) untuk BPRS; dan/atau 2) rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Syariah atau UUS menjadi lebih rendah dari ketentuan yang berlaku. 4. Penetapan Jangka Waktu Sanksi a. Jangka waktu sanksi ditetapkan sebagai berikut: i. selama 2 (dua) tahun, apabila kerugian tidak material termasuk tidak terdapat kerugian; ii. selama 3 (tiga) tahun, apabila kerugian cukup material; dan iii. selama 5 (lima) tahun, apabila kerugian sangat material. b. Jangka waktu pengenaan sanksi larangan selama 5 (lima) tahun dapat langsung diberikan apabila: i. terjadi penyimpangan manajerial dan/atau operasional perbankan yang bersifat serius (serious misconduct), antara lain berupa pemberian pembiayaan fiktif dan praktik bank dalam bank; dan/atau ii. pelanggaran atau penyimpangan dilakukan dengan sengaja atau dimaksudkan untuk memberikan keuntungan pribadi dan/atau keuntungan kepada pihak lain. Pengenaan sanksi dimaksud dilakukan tanpa melalui proses perhitungan tingkat materialitas kerugian yang ditimbulkan. 5. Permohonan peninjauan kembali oleh pihak-pihak yang memperoleh predikat Tidak Memenuhi Persyaratan (Tidak Lulus), diajukan kepada Bank Indonesia dengan disertai bukti baru yang kuat dan relevan. 96 Pasal 37 14/6/PBI/2012 (1) Pihak yang dilarang menjadi PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a (Paragraf 94 ayat (2) huruf a Kodifikasi ini): a. dilarang melakukan tindakan sebagai PSP; b. hanya dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dengan jumlah hak suara yang diperhitungkan dalam kuorum RUPS paling banyak 10% (sepuluh persen) dari seluruh saham Bank Syariah; dan Yang dimaksud dengan hak selaku pemegang saham misalnya hak untuk menghadiri, mengeluarkan suara dalam RUPS, dan hak untuk menerima deviden sesuai saham yang dimiliki. c. wajib menurunkan kepemilikannya menjadi paling banyak 10% (sepuluh persen) pada seluruh Bank Syariah dalam jangka waktu 6 (enam) bulan. (2) Bank Syariah wajib mencantumkan penjelasan dalam daftar pemegang saham Bank Syariah mengenai status PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 81

92 Yang dimaksud dengan penjelasan adalah penjelasan mengenai status PSP yang mempunyai predikat Tidak Lulus bahwa jumlah hak suara yang diakui dalam kuorum RUPS paling banyak 10% (sepuluh persen) dari seluruh saham Bank Syariah, sampai dengan saham dimaksud dialihkan kepada pihak lain. (3) Dalam hal pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus merupakan PSP dari Bank Syariah yang berada dalam penanganan/penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan maka jangka waktu kewajiban penurunan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mengacu kepada Undang-Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan dan peraturan pelaksanaannya. (4) Bank Syariah wajib melaporkan realisasi penurunan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah RUPS yang mengesahkan pengalihan kepemilikan saham tersebut. 97 Pasal 38 14/6/PBI/2012 Dalam hal PSP tidak menurunkan kepemilikan sahamnya sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf c (Paragraf 96 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini) maka: a. PSP wajib menyerahkan surat kuasa menjual kepada pihak lain yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank Indonesia atau kepada Bank Indonesia dengan hak substitusi, dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu kewajiban penurunan kepemilikan saham; Surat kuasa menjual pada ayat ini paling kurang memuat klausula memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual atau mengalihkan saham kepada pihak lain. Selain surat kuasa, pemberi kuasa memberikan surat pernyataan kepada Bank Indonesia yang paling kurang memuat: 1) menerima segala keputusan pengalihan saham yang dilakukan oleh penerima kuasa; dan 2) membebaskan penerima kuasa atas segala akibat hukum yang timbul dari penjualan atau pengalihan saham dimaksud. b. jangka waktu larangan kepada PSP ditetapkan menjadi selama 20 (dua puluh) tahun; c. nama PSP diberitahukan kepada Otoritas Pengawasan Pasar Modal; d. hak suara PSP tidak diperhitungkan dalam RUPS; e. hak suara PSP tidak diperhitungkan sebagai penghitungan kuorum atau tidaknya RUPS; f. dividen yang dapat dibayarkan kepada PSP paling banyak 10% (sepuluh persen) dan sisanya dibayarkan setelah PSP tersebut mengalihkan kepemilikannya; dan g. nama PSP yang bersangkutan diumumkan kepada publik melalui 2 (dua) media massa yang mempunyai peredaran luas. 82

93 Pengumuman kepada publik melalui media massa dilakukan oleh Bank Syariah. 98 Pasal 39 14/6/PBI/ Pasal 40 14/6/PBI/2012 Bank Indonesia berwenang membentuk komite untuk menangani penurunan kepemilikan saham PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a (Paragraf 97 huruf a Kodifikasi ini). (1) Perbuatan menurunkan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf c (Paragraf 96 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini) dapat dilakukan melalui hibah maupun melalui penjualan kepada pihak yang tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan PSP dan/atau pihak yang tidak termasuk dalam kelompok usaha PSP. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu, dan ipar, meliputi: 1. orang tua kandung/tiri/angkat; 2. saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; 3. anak kandung/tiri/angkat; 4. kakek/nenek kandung/tiri/angkat; 5. cucu kandung/tiri/angkat; 6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau istrinya; 7. suami/istri; 8. mertua; 9. besan; 10. suami/istri dari anak kandung/tiri/angkat; 11. kakek/nenek dari suami/istri; 12. suami/istri dari cucu kandung/tiri/angkat; dan/atau 13. saudara kandung/tiri/angkat dari suami/istri beserta suami atau istrinya. (2) Dalam hal penurunan kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara mengalihkan saham kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau pihak yang merupakan kelompok usaha dari PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus maka: a. pengalihan tersebut tidak dianggap sebagai penurunan kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) huruf c (Paragraf 96 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini); b. Bank Syariah dilarang melakukan pencatatan atas pihak yang menerima pengalihan tersebut dalam daftar pemegang saham Bank Syariah; dan Larangan pencatatan atas kepemilikan saham tidak memengaruhi pencatatan akuntansi maupun pencatatan modal Bank Syariah sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan sahamnya. 83

94 c. pihak yang menerima pengalihan tidak memperoleh haknya sebagai pemegang saham. 100 Pasal 41 14/6/PBI/2012 (1) Pihak yang dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf c (Paragraf 94 ayat (2) huruf c Kodifikasi ini): a. dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing; dan b. wajib berhenti sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing. (2) Bank Syariah wajib menindaklanjuti konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal pemberitahuan dari Bank Indonesia. Tindak lanjut yang harus dilakukan Bank Syariah adalah antara lain menyelenggarakan RUPS atau keputusan pemberhentian Pejabat Eksekutif oleh Direksi Bank Syariah. (3) Bank Syariah wajib melaporkan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lama (tujuh) hari kerja. Jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja dihitung sejak pelaksanaan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Dalam hal anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih melakukan tindakan sebagai Komisaris, Direksi, Direktur UUS, Pejabat Eksekutif, atau pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing, maka: a. jangka waktu larangan kepada yang bersangkutan ditetapkan menjadi selama 20 (dua puluh) tahun; dan b. ketidakpatuhan Bank Syariah diberitahukan kepada Otoritas Pengawasan Pasar Modal. Ketentuan ini hanya berlaku bagi Bank Syariah yang telah go public. (5) PSP yang tidak menindaklanjuti konsekuensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun. Yang dimaksud dengan tidak menindaklanjuti antara lain adalah: 1) tidak hadir dalam RUPS sehingga mengakibatkan kuorum penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak terpenuhi; atau 2) tidak melakukan upaya-upaya untuk terselenggaranya RUPS sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas. 84

95 (6) Penetapan sanksi Tidak Lulus selama 20 (dua puluh) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (5) didahului dengan surat teguran dari Bank Indonesia sebanyak 2 (dua) kali dengan tenggang waktu masing-masing surat teguran adalah 5 (lima) hari kerja. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) (Paragraf 90 ayat (2) Kodifikasi ini). 101 Pasal 42 14/6/PBI/2012 Bagian Kelima 102 Pasal 43 14/6/PBI/2012 Dalam hal seluruh atau sebagian anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi ditetapkan Tidak Lulus dan menurut penilaian Bank Indonesia kekosongan jabatan Direksi dan/atau Komisaris tersebut dapat mengganggu kegiatan operasional Bank Syariah, Bank Indonesia berwenang menunjuk pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti yang tetap sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku. Permohonan Kembali untuk Menjadi PSP, Anggota Dewan Komisaris dan Anggota Direksi Bank Syariah (1) Pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dan dikenakan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) (Paragraf 94 ayat (2) Kodifikasi ini) dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi apabila jangka waktu pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), Pasal 38 huruf b, Pasal 41 ayat (4) huruf a, Pasal 41 ayat (5) (Paragraf 95 ayat (1), Paragraf 97 huruf b, Paragraf 100 ayat (4) huruf a, dan Paragraf 100 ayat (5) Kodifikasi ini) telah terlampaui. (2) PSP yang berbentuk badan hukum yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dan dikenakan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) (Paragraf 94 ayat (2) Kodifikasi ini) dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP sebelum berakhirnya jangka waktu pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), Pasal 38 huruf b, Pasal 41 ayat (4) huruf a, Pasal 41 ayat (5) (Paragraf 95 ayat (1), Paragraf 97 huruf b, Paragraf 100 ayat (4) huruf a, dan Paragraf 100 ayat (5) Kodifikasi ini) sepanjang badan hukum yang bersangkutan telah mengganti pihak yang melakukan Pengendalian terhadap badan hukum dimaksud yang dalam uji kemampuan dan kepatutan memperoleh predikat Tidak Lulus. Penggantian pihak yang melakukan Pengendalian terhadap badan hukum dimaksud harus dibuktikan dengan dokumen yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Penilaian atas permohonan untuk kembali menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam BAB II dan BAB III Peraturan Bank Indonesia ini. 85

96 BAB V Uji Kemampuan Dan Kepatutan Bagi Calon Direktur Unit Usaha Syariah, Direktur Unit Usaha Syariah, Dan Pejabat Eksekutif Unit Usaha Syariah 103 Pasal 44 14/6/PBI/2012 Direktur UUS wajib memiliki kompetensi di bidang perbankan syariah dan komitmen dalam pengembangan UUS. 104 Pasal 45 14/6/PBI/ Pasal 46 14/6/PBI/2012 Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen persyaratan administratif. (1) Pihak yang dicalonkan menjadi Direktur UUS dapat berasal dari: a. salah satu anggota Direksi Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS, yang ditugaskan merangkap jabatan sebagai Direktur UUS; b. calon anggota Direksi Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS, yang akan ditugaskan merangkap jabatan sebagai Direktur UUS; atau c. calon anggota Direksi Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS dan telah ditetapkan sejak awal akan menjabat sebagai Direktur UUS dengan wewenang dan tanggungjawab hanya untuk mengelola kegiatan usaha UUS. (2) Calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengikuti proses wawancara apabila diperlukan. Wawancara dilakukan semata-mata untuk menilai kompetensi di bidang perbankan syariah dan komitmen dalam pengembangan perbankan syariah dan bukan dimaksudkan untuk menguji kembali kemampuan dan kepatutan direktur pada Bank Umum Konvensional yang telah menjalani uji kemampuan dan kepatutan sebelumnya. (3) Calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib mengikuti uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan ketentuan uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Konvensional. (4) Dalam hal calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dinilai: a. tidak memiliki kompetensi di bidang perbankan syariah, yang bersangkutan dapat diajukan kembali oleh Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS untuk dilakukan penilaian ulang paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak surat pemberitahuan Bank Indonesia; atau 86

97 b. tidak memiliki komitmen dalam pengembangan UUS, yang bersangkutan dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai Direktur UUS. (5) Apabila berdasarkan penilaian ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, calon Direktur UUS dinilai masih tidak memiliki kompetensi maka Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS wajib mengganti dengan calon lain. 106 Pasal 47 14/6/PBI/ Pasal 48 14/6/PBI/2012 BAB VI 108 Pasal 49 14/6/PBI/2012 (1) Tata cara uji kemampuan dan kepatutan bagi calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c (Paragraf 105 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini), berpedoman pada ketentuan BAB III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 75 Paragraf 86 Kodifikasi ini), kecuali Pasal 19 huruf a, Pasal 19 huruf b, Pasal 19 huruf d, Pasal 21, Pasal 22 ayat (1), dan Pasal 27 (Paragraf 78 huruf a, Paragraf 78 huruf b, Paragraf 78 huruf d, Paragraf 80, Paragraf 81 ayat (1), dan Paragraf 86 Kodifikasi ini). (2) Ketentuan dan tata cara pengangkatan calon Direktur UUS yang telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia tunduk pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai UUS. Tata cara uji kemampuan dan kepatutan bagi Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b (Paragraf 62 huruf b Kodifikasi ini) berpedoman pada ketentuan BAB IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 87 Paragraf 102 Kodifikasi ini), kecuali Pasal 28, Pasal 30, Pasal 36 ayat (1) huruf a angka 1, Pasal 36 ayat (1) huruf b angka 1, Pasal 36 ayat (1) huruf c angka 1, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, dan Pasal 43 ayat (2) (Paragraf 87, Paragraf 89, Paragraf 95 ayat (1) huruf a angka 1, Paragraf 95 ayat (1) huruf b angka 1, Paragraf 95 ayat (1) huruf c angka 1, Paragraf 96, Paragraf 97, Paragraf 98, Paragraf 99, dan Paragraf 102 ayat (2) Kodifikasi ini). Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing (1) Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing berpedoman pada BAB III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 75 Paragraf 86 Kodifikasi ini). (2) Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing berpedoman pada BAB IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 87 Paragraf 102 Kodifikasi ini). (3) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing dilakukan apabila terdapat indikasi bahwa yang bersangkutan melakukan pelanggaran atau penyimpangan kegiatan Kantor Perwakilan Bank Asing. 87

98 BAB VII Uji Kemampuan Dan Kepatutan Pada Bank Syariah Dan Bank Umum Konvensional Yang Memiliki Uus Dalam Penyelamatan/ Penanganan Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Bagian Pertama Uji Kemampuan dan Kepatutan terhadap Calon Anggota Dewan Komisaris dan Calon Anggota Direksi Bank Syariah serta Calon Direktur UUS 109 Pasal 50 14/6/PBI/2012 (1) Dalam hal Bank Syariah berada dalam penanganan atau penyelamatan oleh LPS maka uji kemampuan dan kepatutan hanya dilakukan terhadap calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi. Terhadap LPS sebagai calon PSP tidak dilakukan uji kemampuan dan kepatutan. (2) Dalam hal Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS berada dalam penanganan atau penyelamatan oleh LPS maka uji kemampuan dan kepatutan hanya dilakukan terhadap calon Direktur UUS. (3) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan oleh LPS kepada Bank Indonesia. 110 Pasal 51 14/6/PBI/ Pasal 52 14/6/PBI/ Pasal 53 14/6/PBI/2012 Persyaratan uji kemampuan dan kepatutan bagi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah, serta calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 (Paragraf 109 Kodifikasi ini) berpedoman pada Pasal 4, Pasal 16, BAB III Bagian Pertama, Pasal 44 dan Pasal 46 Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 63, Paragraf 75, Paragraf 76 Paragraf 80, Paragraf 103 dan Paragraf 105 Kodifikasi ini). (1) Pelaksanaan uji kemampuan dan kepatutan bagi calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi Bank Syariah, serta calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c (Paragraf 105 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini) dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. penelitian administratif berupa persyaratan tidak tercantum dalam daftar kredit macet dan DTL; b. penelitian administratif lainnya; dan c. wawancara, apabila diperlukan. (2) Calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a (Paragraf 105 ayat (1) huruf a Kodifikasi ini) mengikuti proses wawancara apabila diperlukan. (3) Calon Direktur UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b (Paragraf 105 ayat (1) huruf b Kodifikasi ini) wajib mengikuti uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan ketentuan uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Konvensional. (1) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf a (Paragraf 111 ayat (1) huruf a Kodifikasi ini) pihak yang diuji tidak tercantum dalam daftar kredit macet dan DTL, Bank Indonesia berwenang memberikan persetujuan sementara kepada 88

99 pihak yang diuji untuk menjalankan tugas dan fungsi sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Direktur UUS. (2) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf a (Paragraf 111 ayat (1) huruf a Kodifikasi ini) pihak yang diuji tercantum dalam daftar kredit macet dan/atau DTL, Bank Indonesia tidak memberikan persetujuan dan: a. pihak yang diuji dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Direktur UUS; dan Yang dimaksud dengan melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Direktur UUS adalah bertindak mewakili Bank Syariah atau UUS dalam membuat keputusan yang secara hukum mengikat Bank Syariah atau UUS dan/atau mengambil keputusan yang penting yang memengaruhi kondisi keuangan Bank Syariah atau UUS. b. LPS menyampaikan kembali permohonan calon anggota Dewan Komisaris, calon anggota Direksi, dan calon Direktur UUS yang baru untuk memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. (3) Hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberitahukan kepada LPS. 113 Pasal 54 14/6/PBI/ Pasal 55 14/6/PBI/ Pasal 56 14/6/PBI/2012 (1) Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS wajib menyampaikan dokumen persyaratan administratif lainnya mengenai pihak yang diuji paling lama 1 (satu) bulan setelah persetujuan sementara Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) (Paragraf 112 ayat (1) Kodifikasi ini). (2) Dalam rangka penelitian administratif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) huruf b (Paragraf 111 ayat (1) huruf b Kodifikasi ini) dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) hurufc (Paragraf 111 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini) berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 4, Pasal 24, Pasal 27, dan Pasal 47 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 63, Paragraf 83, Paragraf 86, dan Paragraf 106 ayat (2) Kodifikasi ini). (1) Berdasarkan penelitian administratif lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf b (Paragraf 111 ayat (1) huruf b Kodifikasi ini) dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) huruf c (Paragraf 111 ayat (1) huruf c Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus. (2) Penetapan hasil akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan Bank Indonesia paling lama 6 (enam) bulan setelah persetujuan sementara. (1) Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah secara tertulis kepada Bank Syariah, pihak yang diuji, dan LPS. 89

100 (2) Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan calon Direktur UUS kepada Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS, pihak yang diuji, dan LPS. 116 Pasal 57 14/6/PBI/ Pasal 58 14/6/PBI/2012 Bagian Kedua 118 Pasal 59 14/6/PBI/2012 BAB VIII 119 Pasal 60 14/6/PBI/2012 Konsekuensi dari hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) (Paragraf 114 ayat (1) Kodifikasi ini) adalah: a. berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 25 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 84 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Kodifikasi ini); dan b. hasil persetujuan sementara yang telah diterbitkan menjadi batal terhitung sejak tanggal penetapan Tidak Lulus, dalam hal hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan pihak yang diuji ditetapkan predikat Tidak Lulus. (1) Dalam hal anggota Direksi Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS yang dicalonkan sebagai Direktur UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) (Paragraf 111 ayat (2) Kodifikasi ini) dinilai: a. tidak memiliki kompetensi di bidang perbankan syariah, yang bersangkutan dapat diajukan kembali oleh Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak surat pemberitahuan Bank Indonesia; atau b. tidak memiliki komitmen dalam pengembangan UUS, yang bersangkutan dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai Direktur UUS. (2) Apabila berdasarkan penilaian ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, calon Direktur UUS dinilai masih tidak memiliki kompetensi maka Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS wajib mengganti dengan calon lain. Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, serta Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, serta Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 87 Paragraf 102 Kodifikasi ini). Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Pihak Yang Sudah Tidak Menjadi PSP Atau Sudah Tidak Menjabat Sebagai Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi Dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, Serta Direktur UUS Dan Pejabat Eksekutif UUS (1) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang sudah tidak menjadi PSP atau sudah tidak menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, serta Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c (Paragraf 62 huruf c Kodifikasi ini), berpedoman pada 90

101 BAB IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 87 Paragraf 102 Kodifikasi ini). (2) Dalam hal pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan predikat Tidak Lulus namun masih menjadi PSP dan/atau menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif pada bank lain maka bank lain tersebut wajib melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 100 ayat (2) dan ayat (3) Kodifikasi ini). BAB IX 120 Pasal 61 14/6/PBI/2012 Ketentuan Lain Lain (1) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan bersifat rahasia dan ditatausahakan serta digunakan oleh Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan bank. (2) Dalam hal Bank Syariah, Bank Umum Konvensional atau kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang memiliki UUS, pihak yang diuji, dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 26, Pasal 34, Pasal 53 dan Pasal 56 (Paragraf 74, Paragraf 85, Paragraf 93, Paragraf 112 dan Paragraf 115 Kodifikasi ini) memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak lain maka segala akibat hukum yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Bank Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan data yang telah diberikan kepada anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan pihak lain yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 26, Pasal 34, Pasal 53 dan Pasal 56 (Paragraf 74, Paragraf 85, Paragraf 93, Paragraf 112 dan Paragraf 115 Kodifikasi ini). 121 Pasal 62 14/6/PBI/ Pasal 63 14/6/PBI/2012 (1) BUS wajib melaporkan rencana perubahan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BUS termasuk badan hukum pemilik BUS sampai dengan ultimate shareholders kepada Bank Indonesia paling lama 1 (satu) bulan sebelum terjadinya perubahan. (2) Dalam hal perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut penilaian Bank Indonesia menyebabkan perubahan pengendali BUS atau terdapat pengendali BUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 61 Kodifikasi ini) maka BUS wajib mengajukan calon PSP untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam BAB II Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 64 Paragraf 74 Kodifikasi ini). (3) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pengendali BUS yang disebabkan adanya perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap kelompok usaha. Bank Indonesia berwenang menolak perubahan pengendali BUS, apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia perubahan tersebut dapat menyebabkan atau diindikasikan dapat menghambat pelaksanaan pengawasan BUS. 91

102 Yang dimaksud dengan menghambat pelaksanaan pengawasan BUS adalah antara lain apabila Bank Indonesia mengalami kesulitan atau potensi kesulitan untuk mengakses data dan informasi termasuk informasi sumber keuangan pengendali Bank Syariah. 123 Pasal 64 14/6/PBI/ Pasal 65 14/6/PBI/2012 BUS wajib mengungkapkan status PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) (Paragraf 96 ayat (2) Kodifikasi ini) dalam Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Laporan Tahunan. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi Bank Syariah, serta calon Direktur UUS selain wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi, dan kelayakan/reputasi keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini, juga wajib memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kepemilikan dan kepengurusan. Yang dimaksud dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kepemilikan dan kepengurusan adalah antara lain ketentuan mengenai: 1) BUS, UUS, BPRS; 2) perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank syariah; 3) tata cara pembukaan kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor perwakilan dari bank yang berkedudukan di luar negeri; 4) pembelian saham bank umum; 5) merger, konsolidasi dan akuisisi bank; 6) fungsi kepatuhan; 7) tenaga kerja asing; dan 8) pelaksanaan good corporate governance. BAB X 125 Pasal 66 14/6/PBI/2012 Sanksi (1) Bank Syariah dan UUS yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3), Pasal 37 ayat (2), Pasal 40 ayat (2) huruf b, atau Pasal 41 ayat (2) (Paragraf 84 ayat (3), Paragraf 96 ayat (2), Paragraf 99 ayat (2) huruf b, atau Paragraf 100 ayat (2) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif berupa: a. teguran tertulis; dan/atau b. pemberhentian sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank Syariah, serta Direktur UUS dan selanjutnya Bank Indonesia menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank Indonesia. (2) Bank Syariah yang melanggar kewajiban menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (4), Pasal 37 ayat (4), Pasal 41 ayat (3) atau Pasal 62 ayat (1) (Paragraf 84 ayat (4), Paragraf 96 ayat (4), Paragraf 100 ayat (3) atau Paragraf 121 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebagai berikut: Pengenaan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar, tidak menghilangkan kewajiban Bank Syariah untuk menyampaikan laporan. 92

103 a. bagi BUS: 1) Rp ,00 (satu juta rupiah) per hari kelambatan untuk setiap laporan dengan jumlah paling banyak Rp ,00 (tiga puluh juta rupiah) apabila BUS belum menyampaikan laporan sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan; atau 2) Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) apabila BUS tidak menyampaikan atau menyampaikan laporan melebihi batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan; b. bagi BPRS: 1) Rp ,00 (seratus ribu rupiah) per hari kelambatan untuk setiap laporan dengan jumlah paling banyak Rp ,00 (satu juta rupiah) apabila BPRS belum menyampaikan laporan sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan; atau 2) Rp ,00 (tiga juta rupiah) apabila BPRS tidak menyampaikan atau menyampaikan laporan melebihi batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah batas waktu penyampaian laporan. (3) Pemegang saham yang dengan sengaja tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), Pasal 37 ayat (1) huruf a, Pasal 38 huruf a, atau Pasal 41 ayat (5) (Paragraf 64 ayat (3), Paragraf 96 ayat (1) huruf a, Paragraf 97 huruf a, atau Paragraf 100 ayat (5) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. (4) Anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Bank Syariah, serta Direktur UUS dan Pejabat Eksekutif UUS yang dengan sengaja tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2), Pasal 25 ayat (2) atau Pasal 41 ayat (1) (Paragraf 75 ayat (2), Paragraf 84 ayat (2) atau Paragraf 100 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 63 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 126 Pasal 67 14/6/PBI/2012 (1) Hasil uji kemampuan dan kepatutan yang dilakukan oleh Bank Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini dinyatakan tetap berlaku. (2) Terhadap uji kemampuan dan kepatutan bagi calon PSP atau PSP, calon anggota Dewan Komisaris atau anggota Dewan Komisaris, calon anggota Direksi atau anggota Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif Bank Syariah serta calon Direktur UUS atau Direktur UUS dan/atau Pejabat Eksekutif UUS yang sedang dilakukan pada saat berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini maka: a. proses penilaian dan hasil penilaian tetap mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/31/PBI/2009 tanggal 28 Agustus 2009 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah; dan b. konsekuensi dan pengenaan jangka waktu sanksi mengacu kepada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini. 93

104 Pasal 68 14/6/PBI/2012 Pihak yang telah dinyatakan sebagai pihak yang Tidak Lulus berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/31/PBI/2009 tanggal 28 Agustus 2009 tentang Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, tetap dilarang menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Bank Syariah serta Direktur UUS sampai dengan jangka waktu pelarangan berakhir. BAB I 127 Pasal 1 14/9/PBI/2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan Umum 1. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional. 2. Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk kantor cabang bank asing. 3. Bank adalah Bank Umum atau BPR sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional maupun Bank Umum Syariah atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 4. Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut dengan PSP adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang: a. memiliki saham perusahaan atau BPR sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau b. memiliki saham perusahaan atau BPR sebesar kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian perusahaan atau BPR, baik secara langsung maupun tidak langsung. 5. Pengendalian adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan, termasuk BPR, dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. 6. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut dengan RUPS: a. bagi BPR berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah RUPS sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah Rapat Pemegang Saham/Saham Prioritet dan Rapat Umum Pemegang Saham (Prioritet dan Biasa) sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Perusahaan Daerah; 94

105 c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian. 7. Dewan Komisaris: a. bagi BPR berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perusahaan Daerah; c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengawas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian. 8. Direksi: a. bagi BPR berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas; b. bagi BPR berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perusahaan Daerah. c. bagi BPR berbentuk badan hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian. 9. Pejabat Eksekutif adalah pejabat yang bertanggung jawab langsung kepada anggota Direksi atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional BPR, antara lain Pemimpin Kantor Cabang, Kepala Divisi, Kepala Bagian, Manajer dan/atau Pejabat lainnya yang setara. 10. Daftar Tidak Lulus yang untuk selanjutnya disebut DTL adalah daftar yang ditatausahakan oleh Bank Indonesia yang memuat pihak pihak yang mendapat predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. 11. Tindak Pidana Tertentu adalah tindak pidana asal yang disebut dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang. 128 Pasal 2 14/9/PBI/2012 Untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi, maka calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi selain wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi, dan kelayakan atau reputasi keuangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini, juga wajib memenuhi persyaratan mengenai kepemilikan dan kepengurusan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan ketentuan mengenai kepemilikan dan kepengurusan antara lain adalah ketentuan mengenai Bank Perkreditan Rakyat. 129 Pasal 3 14/9/PBI/2012 (1) Pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap BPR wajib tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini. (2) Pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan, badan hukum atau 95

106 kelompok usaha yang melakukan Pengendalian terhadap BPR secara langsung maupun tidak langsung. (3) Pengendalian terhadap BPR dapat dilakukan dengan cara-cara, antara lain sebagai berikut: a. memiliki secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham BPR; Yang dimaksud dengan memiliki secara bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham BPR adalah: a. saham BPR yang dimiliki oleh satu atau beberapa pemegang saham yang hak suaranya dapat digunakan atau dikendalikan oleh pemegang saham lainnya; b. saham BPR yang dimiliki oleh perusahaan yang dikendalikan oleh pengendali BPR; c. saham BPR yang dimiliki oleh pihak terafiliasi dari pengendali BPR; d. saham BPR yang dimiliki oleh anak perusahaan dari perusahaan yang dikendalikan oleh pengendali BPR; e. saham BPR yang dimiliki oleh pihak lain yang pemindahtanganannya memerlukan persetujuan dari pengendali BPR; dan/atau f. saham BPR lainnya selain saham sebagaiman dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e yang dikendalikan oleh pengendali BPR. Yang dimaksud dengan pihak terafiliasi dari pengendali BPR sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah: a. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau yang setara atau kuasanya, pejabat, atau karyawan perusahaan pengendali BPR; b. pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau karyawan perusahaan pengendali BPR, khusus bagi perusahaan yang berbadan hukum Koperasi; c. pihak yang memberikan jasa kepada perusahaan pengendali BPR, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lain yang terbukti dikendalikan oleh pengendali BPR; d. pihak yang mempunyai hubungan keluarga dengan pengendali BPR baik karena perkawinan maupun karena keturunan sampai dengan derajat kedua baik secara horizontal maupun vertikal, termasuk besan; dan/atau e. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan perusahaan pengendali BPR, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, dan keluarga pengurus. b. secara langsung menjalankan pengelolaan dan/atau mempengaruhi kebijakan BPR; c. memiliki hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham yang apabila digunakan akan menyebabkan pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara sendiri atau bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham BPR; 96

107 d. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan BPR (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama memiliki dan/atau mengendalikan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham BPR, baik langsung maupun tidak langsung dengan atau tanpa perjanjian tertulis; e. melakukan kerjasama atau tindakan yang sejalan untuk mencapai tujuan bersama dalam mengendalikan BPR (acting in concert) dengan atau tanpa perjanjian tertulis dengan pihak lain, sehingga secara bersama-sama mempunyai hak opsi atau hak lainnya untuk memiliki saham, yang apabila hak tersebut dilaksanakan menyebabkan pihak-pihak tersebut memiliki dan/atau mengendalikan secara bersama-sama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham BPR; f. mengendalikan satu atau lebih perusahaan lain yang secara keseluruhan memiliki dan/atau mengendalikan secara bersamasama 25% (dua puluh lima persen) atau lebih saham BPR; g. mempunyai kewenangan untuk menyetujui dan/atau memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi BPR; h. secara tidak langsung mempengaruhi atau menjalankan pengelolaan dan/atau kebijakan BPR; i. melakukan Pengendalian terhadap perusahaan induk; dan/atau j. melakukan Pengendalian terhadap pihak yang melakukan Pengendalian sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf i. 130 Pasal 4 14/9/PBI/2012 Huruf a SE 14/36/DKBU 2012 Romawi I No. 3a Pasal 4 14/9/PBI/2012 Huruf b Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan terhadap: a. calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi; Termasuk dalam pengertian calon PSP antara lain adalah pemegang saham yang akan menjadi PSP karena terjadiny pengalihan saham BPR, penambahan modal dan/atau pengajuan diri secara sukarela untuk menjadi PSP. Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh persetujuan Bank Indonesia, yang pelaksanaannya dilakukan sebelum yang bersangkutan menjadi PSP atau menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi. b. PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif; dan Yang dimaksud dengan Pejabat Eksekutif adalah Pejabat Eksekutif yang telah diangkat atau belum diangkat oleh BPR tetapi telah menjalankan fungsi sebagai Pejabat Eksekutif. 97

108 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi I No. 3b Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan setiap waktu apabila berdasarkan hasil pengawasan, pemeriksaan atau informasi dari sumbersumber lainnya terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi dan/ atau kelayakan/ reputasi keuangan. Pasal 4 14/9/PBI/2012 Huruf c c. Pihak-pihak yang sudah tidak menjadi atau sudah tidak menjabat sebagai pihak sebagaimana dimaksud pada huruf b, namun yang bersangkutan diindikasikan terlibat atau bertanggung jawab terhadap perbuatan atau tindakan yang sedang dalam proses uji kemampuan dan kepatutan pada BPR. Pihak-pihak yang dimaksud pada huruf ini adalah pihak-pihak yang sudah tidak menjadi atau sudah tidak menjabat sebagai PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif di BPR termasuk yang sudah keluar dari industri perbankan. SE 15/45/DPNP 2013 No.1 (I.3.c) 131 Pasal 5 14/9/PBI/2012 Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan setiap waktu apabila berdasarkan hasil pengawasan, pemeriksaan atau informasi dari sumbersumber lainnya terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi, dan/ atau kelayakan/ reputasi keuangan. Pihak-pihak yang sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank, tidak dapat diajukan untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi. Yang dimaksud dengan proses hukum adalah proses penyidikan atau peradilan dalam perkara Tindak Pidana Tertentu dan perkara di bidang kepailitan yang diproses dalam Peradilan Niaga. BAB II 132 Pasal 6 14/9/PBI/2012 Ayat (1) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. A No. 2a Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon PSP (1) Untuk menjadi PSP BPR, calon PSP wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. Yang dimaksud memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia adalah calon PSP yang telah memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. Calon PSP meliputi : 1) orang dan/atau badan hukum yang akan melakukan pembelian saham, menerima hibah saham, atau menerima hak waris atau bentuk lain pengalihan hak atas saham sehingga yang bersangkutan menjadi PSP; 2) pemegang saham BPR yang tidak tergolong sebagai PSP (non PSP) yang akan melakukan pembelian saham, menerima hibah saham, atau menerima hak waris atau bentuk lain pengalihan hak atas saham, sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP; 3) non PSP yang melakukan penambahan setoran modal sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP; 4) non PSP namun menurut Bank Indonesia dinilai melakukan Pengendalian BPR; 98

109 5) non PSP yang secara sukarela mengajukan diri sebagai PSP; 6) orang dan/atau badan hukum yang digolongkan sebagai pengendali BPR karena adanya perubahan struktur kelompok usaha BPR; 7) orang dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP pada BPR hasil penggabungan (merger); dan 8) orang dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP BPR hasil peleburan (konsolidasi). Pasal 6 14/9/PBI/2012 Ayat (2) 133 Pasal 7 14/9/PBI/2012 (2) Calon PSP yang belum mendapat persetujuan Bank Indonesia namun telah memiliki saham BPR, dilarang melakukan tindakan sebagai PSP. Kepemilikan saham calon PSP dapat diperoleh melalui hibah, waris dan jual beli. Yang dimaksud dengan tindakan sebagai PSP antara lain adalah hadir dan/atau memberikan suara dalam RUPS dalam kapasitas sebagai PSP. (1) Dalam hal calon PSP BPR berbentuk badan hukum, uji kemampuan dan kepatutan terhadap badan hukum tersebut dilakukan dengan menilai: a. badan hukum yang bersangkutan, anggota dewan komisaris dan anggota direksi badan hukum yang bersangkutan; dan b. pihak-pihak yang berdasarkan penilaian Bank Indonesia merupakan pemilik dan pengendali terakhir dari badan hukum tersebut (ultimate shareholders). Dalam hal badan hukum pemegang saham BPR dimiliki dan dikendalikan oleh badan hukum lain secara berjenjang dalam suatu kelompok usaha maka pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholders) adalah perorangan atau badan hukum yang secara langsung ataupun tidak langsung memiliki saham BPR dan merupakan pengendali terakhir keseluruhan struktur kelompok usaha yang mengendalikan BPR. Badan hukum terakhir dalam keseluruhan struktur kelompok usaha ditetapkan sebagai ultimate shareholders apabila badan hukum tersebut tidak memiliki PSP. (2) Bank Indonesia berwenang melakukan uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dianggap melakukan Pengendalian. Yang dimaksud dengan pihak-pihak lain yang dianggap melakukan Pengendalian adalah badan hukum yang masih dalam kelompok usaha PSP (ultimate shareholders) yang dianggap melakukan pengendalian terhadap BPR. Bagian Kesatu 134 Pasal 8 14/9/PBI/2012 Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai bahwa calon PSP memenuhi persyaratan: a. integritas; dan b. kelayakan keuangan. 99

110 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. A No. 1a Calon PSP wajib memenuhi persyaratan integritas dan kelayakan keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 9 dan Pasal 10 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 135 dan Paragraf 136 Kodifikasi ini). Terkait dengan salah satu persyaratan integritas bagi calon PSP yakni penilaian komitmen terhadap pengembangan operasional BPR yang sehat, salah satu aspek yang dinilai antara lain komitmen pengembangan ekonomi regional. Untuk penilaian dimaksud, calon PSP harus menyampaikan komitmen tertulis mengenai rencana arah dan strategi selama paling kurang 3 (tiga) tahun sebagai pedoman untuk pengembangan BPR yang sehat, yang mencakup juga pengembangan ekonomi regional yang mengutamakan pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) yang produktif dengan mempertimbangkan potensi wilayah serta ditujukan untuk masyarakat setempat. Selain itu, Bank Indonesia dapat meminta pernyataan tertulis yang berisi komitmen untuk tidak melakukan pengalihan kepemilikan sahamnya di BPR dalam jangka waktu tertentu. 135 Pasal 9 14/9/PBI/2012 Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a (Paragraf 134 huruf a Kodifikasi ini) meliputi: Penilaian integritas pihak yang diuji didasarkan pada catatan administrasi Bank Indonesia, dan sumber informasi lainnya. a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan BPR kepada Bank Indonesia. b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional BPR yang sehat; Termasuk dalam komitmen terhadap pengembangan operasional BPR yang sehat adalah komitmen pengembangan ekonomi regional. d. tidak termasuk dalam DTL; dan e. memiliki komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan/atau Pasal 39 (Paragraf 164 dan/atau Paragraf 165 Kodifikasi ini), bagi calon PSP yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani sanksi. 136 Pasal 10 14/9/PBI/2012 Persyaratan kelayakan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b (Paragraf 134 huruf b Kodifikasi ini) antara lain dibuktikan dengan: a. memiliki kemampuan keuangan yang dapat mendukung pengembangan bisnis BPR; 100

111 Dalam hal calon PSP BPR berbentuk badan hukum, penilaian terhadap kriteria pada huruf ini dilakukan antara lain berdasarkan analisa kemampuan keuangan badan hukum pada saat ini dan proyeksinya untuk jangka waktu paling kurang 3 (tiga) tahun yang disusun oleh konsultan independen. b. tidak memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet; Yang dimaksud dengan kredit dan/atau pembiayaan macet adalah: 1) kredit dan/atau pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit dan/atau pembiayaan macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit dan/atau pembiayaan tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. c. tidak menjadi pengendali, anggota dewan komisaris, atau anggota direksi, dari badan hukum yang mempunyai kredit dan/atau pembiayaan macet; d. tidak memiliki hutang jatuh tempo dan bermasalah baik dalam industri perbankan maupun di luar industri perbankan; Yang dimaksud dengan hutang jatuh tempo dan bermasalah adalah hutang yang telah jatuh tempo dan tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan restrukturisasi. e. tidak menjadi pengendali, anggota dewan komisaris, atau anggota direksi, dari badan hukum yang mempunyai hutang jatuh tempo dan bermasalah baik dalam industri perbankan maupun diluar industri perbankan; f. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan; dan Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan BPR kepada Bank Indonesia. g. memiliki komitmen kesediaan untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila BPR menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas. Bagian Kedua 137 Pasal 11 14/9/PBI/2012 Ayat (1) Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon PSP diajukan oleh Direksi BPR kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen persyaratan administratif. 101

112 SE 15/45/DPNP 2012 No. 2 (II.E) Penyampaian Permohonan Surat permohonan berikut dokumen disampaikan secara lengkap oleh BPR kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagai berikut: 1) Kantor Regional Pengawasan Bank 1, Bank Indonesia, Jalan M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPR yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Karawang, Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Provinsi Banten. 2) Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi BPR yang berkantor pusat di luar wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Karawang, Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Provinsi Banten. Pasal 11 14/9/PBI/2012 Ayat (2) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. B SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. D 138 Pasal 12 14/9/PBI/2012 Huruf a (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 1. Permohonan untuk memperoleh persetujuan atas calon PSP disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia dilengkapi dengan dokumen persyaratan administratif sebagaimana tercantum dalam Lampiran la dan Lampiran lb (Lampiran 23a dan 23b Kodifikasi ini). 2. Selain dokumen administratif sebagaimana dimaksud dalam angka 1, calon PSP berupa badan hukum juga harus menyampaikan: a. laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan yang meliputi neraca, laba/rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan; dan b. proyeksi keuangan untuk jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun, yang disusun oleh konsultan independen. 3. Disamping menyampaikan dokumen administratif, BPR juga harus menyampaikan Daftar Isian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran lc dan Lampiran ld (Lampiran 23c dan Lampiran 23d Kodifikasi ini), yang telah diisi lengkap dan ditandatangani oleh calon PSP atau calon Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT). Dalam hal diperlukan penelitian lebih lanjut, Bank Indonesia dapat meminta dokumen tambahan atas dokumen persyaratan administratif dari pihak yang diuji melalui BPR, misalnya Kartu Keluarga dan surat nikah. Dokumen permohonan yang disampaikan BPR dinyatakan telah diterima secara lengkap, apabila dokumen administratif dan dokumen tambahan persyaratan administratif telah diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia. Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 137 Kodifikasi ini), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan, yang meliputi: a. penelitian administratif; dan Penelitian administratif meliputi antara lain: penelitian dokumen persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia, catatan administrasi Bank Indonesia, penelitian kemampuan 102

113 dan kelayakan keuangan, struktur kepemilikan calon PSP, serta informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 2a SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 2c Pasal 12 14/9/PBI/2012 Huruf b SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 3a 139 Pasal 13 14/9/PBI/2012 Dalam rangka menilai pemenuhan persyaratan integritas dan kelayakan keuangan calon PSP, dilakukan penelitian atas: 1) kelengkapan dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Lampiran la, Lampiran lb (Lampiran 23 a, Lampiran 23b Kodifikasi ini) dan dokumen tambahan; 2) Daftar Isian sebagaimana dimaksud dalam Lampiran lc atau Lampiran ld (Lampiran 23c atau Lampiran 23d Kodifikasi ini); 3) kemampuan keuangan berdasarkan laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir dan proyeksi keuangan untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun untuk calon PSP yang berupa badan hukum; 4) catatan administrasi Bank Indonesia antara lain berupa rekam jejak, Daftar Tidak Lulus, dan Daftar Kredit Macet; dan 5) informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian administratif, permohonan BPR untuk memperoleh persetujuan atas calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi: 1) belum memenuhi persyaratan dokumen administratif yang ditetapkan dan telah diminta untuk melengkapi dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari namun tidak menyampaikan dokumen yang ditetapkan; dan/atau 2) tidak memenuhi persyaratan administratif, maka Bank Indonesia menegaskan secara tertulis kepada BPR bahwa permohonan calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan/atau calon anggota Direksi tidak diproses lebih lanjut. Jangka waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak tanggal surat permintaan kelengkapan dokumen oleh Bank Indonesia sampai dengan penerimaan kelengkapan dokumen di Bank Indonesia. b. wawancara. Wawancara dilakukan terhadap calon PSP yang telah memenuhi persyaratan dalam penelitian administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Wawancara bagi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan/atau calon anggota Direksi dilakukan dalam rangka menggali informasi lebih lanjut dari pihak yang diuji untuk memperoleh keyakinan atas terpenuhinya persyaratan integritas, kompetensi, dan kelayakan atau reputasi keuangan. (1) Dalam hal calon PSP BPR berbentuk badan hukum, penelitian administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a (Paragraf 138 huruf a Kodifikasi ini) dilakukan terhadap: a. badan hukum yang bersangkutan; b. anggota dewan komisaris dan anggota direksi dari badan hukum yang bersangkutan; dan 103

114 c. pihak-pihak yang berdasarkan penilaian Bank Indonesia merupakan pemilik dan pengendali terakhir dari badan hukum yang bersangkutan (ultimate shareholders). (2) Bank Indonesia dapat melakukan penelitian administratif terhadap pihak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dianggap melakukan Pengendalian. 140 Pasal 14 14/9/PBI/2012 (1) Dalam hal calon PSP BPR berbentuk badan hukum, wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b (Paragraf 138 huruf b Kodifikasi ini) dilakukan terhadap: a. anggota dewan komisaris dan anggota direksi dari badan hukum yang bersangkutan; dan Wawancara dilakukan terhadap minimal 1 (satu) anggota dewan komisaris dan 1 (satu) anggota direksi dari badan hukum. b. pihak-pihak yang berdasarkan penilaian Bank Indonesia merupakan pemilik dan pengendali terakhir dari badan hukum yang bersangkutan tersebut (ultimate shareholders). (2) Bank Indonesia dapat melakukan wawancara terhadap pihak selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dianggap melakukan Pengendalian. 141 Pasal 15 14/9/PBI/ Pasal 16 14/9/PBI/2012 Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 13 dan Pasal 14 (Paragraf 133, Paragraf 139 dan Paragraf 140 Kodifikasi ini) merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap badan hukum. Dalam hal calon PSP BPR adalah Pemerintah, maka pelaksanaan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b (Paragraf 138 huruf b Kodifikas ini) hanya dilakukan apabila dianggap perlu. Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Daerah. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 3b 143 Pasal 17 14/9/PBI/2012 Ayat (1) Dalam hal calon PSP adalah Pemerintah, pelaksanaan wawancara dilakukan apabila dianggap perlu untuk mendalami komitmen dari Pemerintah mengenai pengelolaan BPR yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance. (1) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon PSP, apabila pada saat penilaian dilakukan calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank. Yang dimaksud dengan sedang menjalani proses hukum adalah apabila calon PSP telah menyandang status tersangka atau tergugat. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. G No. 2 3 Yang dimaksud sedang menjalani proses hukum adalah apabila calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi telah menyandang status tersangka atau tergugat. 104

115 a. Yang dimaksud dengan status tersangka adalah apabila yang bersangkutan sedang menjalani proses penyidikan/ peradilan dalam perkara Tindak Pidana Tertentu sebagaimana dimaksud Undang-Undang yang mengatur mengenai pemberantasan dan pencegahan tindak pidana pencucian uang. b. Yang dimaksud dengan status tergugat adalah apabila yang bersangkutan sedang menghadapi perkara gugatan perdata yang berkaitan dengan masalah keuangan. Yang dimaksud sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank adalah apabila calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi sedang menjalani uji kemampuan dan kepatutan yang disebabkan karena yang bersangkutan diindikasikan mempunyai permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 atau Pasal 39 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 164 atau Pasal 165 Kodifikasi ini). Pasal 17 14/9/PBI/2012 Ayat (2) (3) (2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada BPR dan pihak yang diuji. (3) Calon PSP yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, apabila yang bersangkutan telah selesai menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani proses hukum adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan, antara lain: 1. Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah. Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. G No. 5 Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan, dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II huruf B, huruf C dan huruf D (Paragraf 137 ayat (2) dan Paragraf 157 ayat (2) Kodifikasi ini) serta melampirkan bukti bahwa proses hukum atau proses uji kemampuan dan kepatutan telah selesai dilakukan berupa: a. proses hukum yang dibuktikan dengan adanya: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2) Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah; atau 105

116 b. proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank yang dibuktikan dengan adanya hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan existing. Bagian Ketiga 144 Pasal 18 14/9/PBI/2012 Huruf a Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Berdasarkan penelitian administratif dan hasil wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 (Paragraf 138 Kodifikasi ini), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat yaitu: a. Lulus; atau Yang dimaksud dengan Lulus adalah calon PSP yang dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi PSP pada BPR dimaksud. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4b Pasal 18 14/9/PBI/2012 Huruf b SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4d 145 Pasal 19 14/9/PBI/2012 Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi BPR yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan dan disetujui untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi pada BPR yang mengajukan pencalonan. b. Tidak Lulus. Yang dimaksud dengan Tidak Lulus adalah calon PSP yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan menjadi PSP pada BPR dimaksud. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan dan ditolak untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi pada BPR yang mengajukan pencalonan. (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 (Paragraf 144 Kodifikasi ini) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap. (2) Dalam hal permohonan persetujuan calon PSP BPR diajukan pada saat permohonan persetujuan pendirian BPR, Bank Indonesia memberikan penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemberian izin pendirian BPR. (3) Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada: a. BPR, dalam bentuk persetujuan atau penolakan; dan Persetujuan diberikan dalam hal calon yang diajukan memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan, dan penolakan diberikan dalam hal calon yang diajukan memperoleh predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. 106

117 b. pihak yang diuji melalui BPR, dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan. (4) Selain kepada BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bank Indonesia dapat memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pihak-pihak lain yang berkepentingan pada ayat ini antara lain PSP. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4e 146 Pasal 20 14/9/PBI/2012 Ayat (1) Bagian Keempat 147 Pasal 21 14/9/PBI/2012 Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi disampaikan secara tertulis kepada: 1) BPR dan/atau PSP, dalam bentuk persetujuan atau penolakan; dan 2) Pihak yang diuji melalui BPR, dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan. Pemberitahuan kepada BPR dan PSP sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas untuk kepentingan tindaklanjut atas hasil uji kemampuan dan kepatutan. Dalam hal diperlukan, hasil uji kemampuan dan kepatutan dapat disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, antara lain Lembaga Penjamin Simpanan. (1) BPR wajib menindaklanjuti persetujuan Bank Indonesia terhadap calon PSP sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (3) huruf a (Paragraf 145 ayat (3) huruf a Kodifikasi ini) dengan menyelenggarakan RUPS mengenai perubahan kepemilikan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal surat persetujuan Bank Indonesia. (2) Dalam hal jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir dan BPR belum menyelenggarakan RUPS maka persetujuan Bank Indonesia dan penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan menjadi tidak berlaku. Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Calon PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b (Paragraf 144 huruf b Kodifikasi ini) namun telah memiliki saham BPR: Yang dimaksud dengan telah memiliki saham BPR termasuk kepemilikan saham yang diperoleh melalui hibah, waris atau jual beli. a. dilarang melakukan tindakan sebagai PSP; b. tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS; Yang dimaksud dengan menjalankan hak selaku pemegang saham antara lain hadir dan/atau memberikan suara dalam RUPS. c. hak menerima pembayaran dividen ditunda sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan kepemilikan sahamnya; dan Pengaturan mengenai penundaan pembayaran dividenmengacu pada ketentuan yang berlaku. 107

118 d. wajib mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya pada BPR yang bersangkutan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. (2) BPR wajib mencantumkan penjelasan mengenai calon PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus namun telah memiliki saham BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam daftar pemegang saham. Yang dimaksud dengan penjelasan mengenai calon PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus namun telah memiliki saham adalah informasi mengenai: a. predikat yang bersangkutan; b. yang bersangkutan tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS; dan c. penundaan hak menerima pembayaran dividen sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan kepemilikan sahamnya. 148 Pasal 22 14/9/PBI/ Pasal 23 14/9/PBI/ Pasal 24 14/9/PBI/2012 Bank Indonesia dapat menetapkan jangka waktu kewajiban pengalihan kepemilikan selain sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) huruf d (Paragraf 147 ayat (1) huruf d Kodifikasi ini) apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-langkah dimaksud perlu disesuaikan dengan program penyehatan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku. BPR wajib melaporkan pengalihan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1) huruf d (Paragraf 147 ayat (1) huruf d Kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah RUPS mengesahkan pengalihan kepemilikan saham. (1) Pengalihan seluruh kepemilikan saham BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d (Paragraf 147 ayat (1) huruf d Kodifikasi ini) dilarang dilakukan kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau kelompok usahanya. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua adalah hubungan baik vertikal maupun horizontal, termasuk mertua, menantu, dan ipar, meliputi: 1. Orang tua kandung/tiri/angkat; 2. Saudara kandung/tiri/angkat beserta suami atau istrinya; 3. Anak kandung/tiri/angkat; 4. Kakek/nenek kandung/tiri/angkat; 5. Cucu kandung/tiri/angkat; 6. Saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua beserta suami atau istrinya; 7. Suami/istri; 8. Mertua; 9. Besan; 10. Suami/istri dari anak kandung/tiri/angkat; 11. Kakek/nenek dari suami/istri; 12. Suami/istri dari cucu kandung/tiri/angkat; 13. Saudara kandung/tiri/angkat dari suami/istri beserta suami atau istrinya. 108

119 (2) Dalam hal kepemilikan saham BPR dialihkan kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau kelompok usaha dari PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus maka: a. pengalihan tersebut tidak diakui sebagai pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d (Paragraf 147 ayat (1) huruf d Kodifikasi ini); b. BPR dilarang melakukan pencatatan atas pihak yang menerima pengalihan tersebut dalam daftar pemegang saham BPR; dan c. pihak yang menerima pengalihan tidak memperoleh hak-haknya sebagai pemegang saham. 151 Pasal 25 14/9/PBI/2012 (1) Dalam hal calon PSP yang diberikan predikat Tidak Lulus tidak mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf d dan Pasal 22 (Paragraf 147 ayat (1) huruf d dan Paragraf 148 Kodifikasi ini) maka: a. Pihak yang bersangkutan ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun; Penetapan sanksi Tidak Lulus pada huruf ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkahlangkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2)(Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). b. Pihak yang bersangkutan wajib menyerahkan: 1) surat kuasa menjual kepada pihak yang tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau kelompok usahanya; dan 2) hasil penilaian harga saham yang dilakukan oleh penilai independen. Surat kuasa menjual paling kurang memuat klausula memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual atau mengalihkan saham kepada pihak lain. Bank Indonesia dapat meminta PSP mengganti penerima surat kuasa menjual yang ditunjuk PSP jika dalam pelaksanaannya Bank Indonesia menila penerima kuasa: - tidak menunjukan upaya riil atau perkembangan dalam melakukan penjualan atau pengalihan saham; atau - tidak mampu melaksanakan penjualan atau pengalihan saham sesuai dengan jangka waktu yang telah direncanakan. Yang dimaksud dengan penilai independen adalah penilai yang: - melakukan kegiatan penilaian berdasarkan kode etik profesi dan ketentuan yang ditetapkan oleh institusi yang berwenang, - menggunakan metode penilaian berdasarkan standar profesi penilaian yang diterbitkan oleh institusi yang berwenang, dan - memiliki izin usaha dari institusi yang berwenang. c. Penyerahan surat kuasa menjual dan hasil penilaian harga saham sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dalam jangka 109

120 waktu 1 (satu) bulan sejak berakhirnya batas waktu pengalihan kepemilikan saham dengan persetujuan Bank Indonesia. Persetujuan Bank Indonesia mencakup pemenuhan persyaratan pihak penerima surat kuasa menjual dan penilai independen. (2) Dengan ditetapkannya predikat Tidak Lulus bagi calon PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a maka berlaku konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini). BAB III 152 Pasal 26 14/9/PBI/2012 Ayat (1) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. A No. 2b Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Calon Anggota Dewan Komisaris Dan Calon Anggota Direksi (1) Untuk menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia. Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi meliputi: 1) orang yang belum pernah menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR, yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR; 2) orang yang sedang menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR, yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada BPR lainnya; 3) orang yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR, yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada BPR yang sama atau pada BPR lainnya; 4) Komisaris BPR yang dicalonkan menjadi Komisaris Utama pada BPR yang sama; 5) Direktur BPR yang dicalonkan menjadi Direktur Utama pada BPR yang sama; 6) anggota Direksi BPR yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris pada BPR yang sama; 7) anggota Dewan Komisaris BPR yang dicalonkan menjadi anggota Direksi pada BPR yang sama; 8) orang yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada BPR hasil penggabungan (merger); dan 9) orang yang dicalonkan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR hasil peleburan (konsolidasi). Uji kemampuan dan kepatutan tidak dilakukan terhadap pengangkatan kembali jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi pada BPR yang sama. Pengangkatan kembali jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi tersebut dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah RUPS dengan memperhatikan berakhirnya masa jabatan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi. 110

121 Pasal 26 14/9/PBI/2012 Ayat (2) (2) Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi BPR yang belum mendapat persetujuan Bank Indonesia dilarang menjalankan tugas dan fungsi sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi walaupun telah mendapat persetujuan dan diangkat oleh RUPS. Yang dimaksud dengan belum mendapat persetujuan Bank Indonesia adalah anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BPR yang belum memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. Bagian Kesatu 153 Pasal 27 14/9/PBI/2012 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. A No. 1b 154 Pasal 28 14/9/PBI/2012 Faktor Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan dilakukan untuk menilai bahwa calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi memenuhi persyaratan: a. integritas; b. kompetensi; dan c. reputasi keuangan. Calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi wajib memenuhi persyaratan integritas sebagaimana diatur dalam Pasal 28 (Paragraf 154 Kodifikasi ini), kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 (Paragraf 155 Kodifikasi ini), dan reputasi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 156 Kodifikasi ini). Persyaratan integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a (Paragraf 153 huruf a Kodifikasi ini) bagi calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi meliputi: Penilaian integritas pihak yang diuji didasarkan pada catatan administrasi Bank Indonesia, dan sumber informasi lainnya. a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan BPR kepada Bank Indonesia. b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki komitmen terhadap pengembangan operasional BPR yang sehat; d. tidak tercantum dalam DTL; dan e. memiliki komitmen untuk tidak akan melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan/atau Pasal 39 (Paragraf 164 dan/atau Paragraf 165 Kodifikasi ini), bagi calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan dan telah menjalani sanksi. 111

122 155 Pasal 29 14/9/PBI/2012 Persyaratan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b (Paragraf 153 huruf b Kodifikasi ini) yakni: a. bagi calon anggota Dewan Komisaris: 1) pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya; dan/atau Yang dimaksud dengan pengetahuan di bidang perbankan antara lain meliputi pengetahuan tentang peraturan dan operasional BPR. 2) pengalaman di bidang perbankan dan/atau keuangan. Yang dimaksud dengan pengalaman di bidang perbankan dan/atau keuangan antara lain pemasaran, akuntansi, audit, pendanaan, perkreditan, hukum atau pengalaman di bidang pengawasan operasional perbankan. b. bagi calon anggota Direksi: 1) pengetahuan di bidang perbankan yang memadai dan relevan dengan jabatannya; Yang dimaksud dengan pengetahuan di bidang perbankan antara lain meliputi pengetahuan tentang peraturan dan operasional BPR. 2) pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau keuangan; dan Yang dimaksud dengan pengalaman dan keahlian di bidang perbankan dan/atau keuangan antara lain adalah pengalaman dan keahlian di bidang operasional, pemasaran, pembukuan, pendanaan, perkreditan atau hukum yang berkaitan dengan bidang perbankan. 3) kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan BPR yang sehat. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian, kemampuan menggali potensi daerah dan perbankan, menginterpretasikan visi, misi BPR dan analisa situasi industri perbankan. 156 Pasal 30 14/9/PBI/2012 Persyaratan reputasi keuangan bagi calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c (Paragraf 153 huruf c Kodifikasi ini) meliputi: a. tidak memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet; 112

123 Yang dimaksud dengan kredit dan/atau pembiayaan macet adalah: 1) kredit dan/atau pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit dan/atau pembiayaan macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit dan/atau pembiayaan tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. b. tidak menjadi pengendali, anggota dewan komisaris, atau anggota direksi, dari badan hukum yang mempunyai kredit dan/atau pembiayaan macet; dan c. tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan. Yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan adalah terhitung sejak tanggal surat permohonan BPR kepada Bank Indonesia. Bagian Kedua 157 Pasal 31 14/9/PBI/2012 Ayat (1) Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Permohonan untuk memperoleh persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi diajukan oleh Direksi BPR kepada Bank Indonesia disertai dengan dokumen persyaratan administratif. Dalam hal seluruh atau mayoritas saham BPR dimiliki oleh Pemerintah Daerah atau LPS maka permohonan persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi BPR dapat diajukan oleh Pemerintah Daerah atau LPS. SE 15/45/DPNP 2013 No. 2 (IIE) Pasal 31 14/9/PBI/2012 Ayat (2) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. C Penyampaian Permohonan Surat permohonan berikut dokumen disampaikan secara lengkap oleh BPR kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagai berikut: 3) Kantor Regional Pengawasan Bank 1, Bank Indonesia, Jalan M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10350, bagi BPR yang berada di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Karawang, Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Provinsi Banten. 4) Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi BPR yang berkantor pusat di luar wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Karawang, Bekasi, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Provinsi Banten. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Permohonan untuk memperoleh persetujuan atas calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi disampaikan oleh BPR kepada Bank Indonesia dilengkapi dengan persyaratan administratif sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2a, Lampiran 2b dan Lampiran 2c (Lampiran 24a, 24b, dan 24c Kodifikasi ini). 113

124 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. D Dalam hal diperlukan penelitian lebih lanjut, Bank Indonesia dapat meminta dokumen tambahan atas dokumen persyaratan administratif dari pihak yang diuji melalui BPR, misalnya Kartu Keluarga dan surat nikah. Dokumen permohonan yang disampaikan BPR dinyatakan telah diterima secara lengkap, apabila dokumen administratif dan dokumen tambahan persyaratan administratif telah diterima secara lengkap oleh Bank Indonesia. Pasal 31 14/9/PBI/2012 Ayat (3) (4) (3) Dalam hal anggota Direksi BPR yang berwenang untuk mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan BPR, permohonan diajukan oleh: a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan BPR; b. anggota Dewan Komisaris apabila seluruh anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan BPR; atau c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS apabila seluruh anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan BPR. (4) Calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang diajukan dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling banyak berjumlah 2 (dua) orang untuk setiap lowongan jabatan, dan penetapan calon yang diajukan telah dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku antara lain peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan Ketenagakerjaan. 158 Pasal 32 14/9/PBI/2012 Ayat (1)a (1) Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) (Paragraf 157 ayat (1) Kodifikasi ini), Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan, yang meliputi: a. penelitian administratif; dan Penelitian administratif meliputi antara lain penelitian dokumen persyaratan administratif sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia, catatan administrasi Bank Indonesia dan penelitian reputasi keuangan calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi BPR serta informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 2b Dalam rangka menilai pemenuhan persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi keuangan calon anggota Dewan Komisaris dan calon anggota Direksi, dilakukan penelitian atas: 1) dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2a, Lampiran 2b, dan Lampiran 2c (Lampiran 24a, Lampiran 24b, dan Lampiran 24c Kodifikasi ini) serta dokumen tambahan; 114

125 2) catatan administrasi Bank Indonesia antara lain berupa rekam jejak, Daftar Tidak Lulus, dan Daftar Kredit Macet; dan 3) informasi lainnya yang diperoleh Bank Indonesia. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 2c Pasal 32 14/9/PBI/2012 Ayat (1)b SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 3a Pasal 32 14/9/PBI/2012 Ayat (2) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 3c Dalam hal berdasarkan hasil penelitian administratif, permohonan BPR untuk memperoleh persetujuan atas calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi: 1) belum memenuhi persyaratan dokumen administratif yang ditetapkan dan telah diminta untuk melengkapi dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari namun tidak menyampaikan dokumen yang ditetapkan; dan/atau 2) tidak memenuhi persyaratan administratif, maka Bank Indonesia menegaskan secara tertulis kepada BPR bahwa permohonan calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan/atau calon anggota Direksi tidak diproses lebih lanjut. Jangka waktu 14 (empat belas) hari dihitung sejak tanggal surat permintaan kelengkapan dokumen oleh Bank Indonesia sampai dengan penerimaan kelengkapan dokumen di Bank Indonesia. b. wawancara Wawancara dilakukan terhadap calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi BPR yang telahmemenuhi persyaratan dalam penelitian administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a. Wawancara bagi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan/atau calon anggota Direksi dilakukan dalam rangka menggali informasi lebih lanjut dari pihak yang diuji untuk memperoleh keyakinan atas terpenuhinya persyaratan integritas, kompetensi, dan kelayakan atau reputasi keuangan. (2) Dalam kondisi tertentu, terhadap calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi dapat tidak dilakukan wawancara. Yang dimaksud dalam kondisi tertentu adalah apabila informasi yang diperoleh mengenai calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi sebagai dasar penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan dinilai sudah memadai sehingga tidak diperlukan klarifikasi atau penjelasan lebih lanjut dalam proses wawancara. Wawancara terhadap calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi dapat tidak dilakukan apabila informasi yang diperoleh mengenai calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi tersebut dinilai sudah memadai sehingga tidak diperlukan klarifikasi atau penjelasan lebih lanjut dalam proses wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 158 Kodifikasi ini). Misalnya BPR mengajukan permohonan untuk pencalonan salah satu anggota Dewan Komisaris menjadi Komisaris Utama pada BPR yang sama dan diketahui bahwa anggota Dewan Komisaris tersebut memiliki rekam jejak yang baik. 115

126 159 Pasal 33 14/9/PBI/2012 Ayat (1) (1) Bank Indonesia berwenang untuk menghentikan uji kemampuan dan kepatutan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi BPR, apabila pada saat penilaian dilakukan calon tersebut sedang menjalani proses hukum dan/atau sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank. Yang dimaksud dengan sedang menjalani proses hukum adalah apabila calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi telah menyandang status tersangka atau tergugat. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. G No. 2 3 Yang dimaksud sedang menjalani proses hukum adalah apabila calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi telah menyandang status tersangka atau tergugat. a. Yang dimaksud dengan status tersangka adalah apabila yang bersangkutan sedang menjalani proses penyidikan/ peradilan dalam perkara Tindak Pidana Tertentu sebagaimana dimaksud Undang-Undang yang mengatur mengenai pemberantasan dan pencegahan tindak pidana pencucian uang. b. Yang dimaksud dengan status tergugat adalah apabila yang bersangkutan sedang menghadapi perkara gugatan perdata yang berkaitan dengan masalah keuangan. Yang dimaksud sedang menjalani proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank adalah apabila calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, atau calon anggota Direksi sedang menjalani uji kemampuan dan kepatutan yang disebabkan karena yang bersangkutan diindikasikan mempunyai permasalahan integritas, kelayakan keuangan, reputasi keuangan dan/atau kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 atau Pasal 39 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 158 atau Paragraf 159 Kodifikasi ini). Pasal 33 14/9/PBI/2012 Ayat (2) (3) (2) Penghentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada BPR dan pihak yang diuji. (3) Calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi BPR yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi BPR, apabila yang bersangkutan telah selesai menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani proses hukum adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan, antara lain: 1. Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2. Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah. Yang dimaksud dengan telah selesai menjalani uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank adalah apabila yang bersangkutan telah mendapatkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus. 116

127 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. G No. 5 Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi yang dihentikan uji kemampuan dan kepatutan, dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota Direksi dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir II huruf B, huruf C dan huruf D (Paragraf 137 ayat (2) dan Paragraf 157 ayat (2) Kodifikas i ini) serta melampirkan bukti bahwa proses hukum atau proses uji kemampuan dan kepatutan telah selesai dilakukan berupa: a. proses hukum yang dibuktikan dengan adanya: 1) Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3); atau 2) Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak bersalah; atau b. proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu Bank yang dibuktikan dengan adanya hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan dengan predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan existing. Bagian Ketiga 160 Pasal 34 14/9/PBI/2012 Huruf a Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan Berdasarkan penelitian administratif dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 132 (Paragraf 158 Kodifikasi ini) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat, yaitu: a. Lulus; atau Yang dimaksud dengan Lulus adalah calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang dinyatakan memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR dimaksud. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4b Pasal 34 14/9/PBI/2012 Huruf b SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4d 161 Pasal 35 14/9/PBI/2012 Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi BPR yang memperoleh predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan dan disetujui untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi pada BPR yang mengajukan pencalonan. b. Tidak Lulus. Yang dimaksud dengan Tidak Lulus adalah calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi dinyatakan tidak memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi BPR dimaksud. Calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus dinyatakan tidak memenuhi persyaratan dan ditolak untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi pada BPR yang mengajukan pencalonan. (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 (Paragraf 160 Kodifikasi ini) paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak permohonan berikut dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap. 117

128 (2) Dalam hal permohonan persetujuan calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi BPR diajukan pada saat permohonan pendirian BPR, Bank Indonesia memberikan penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai pemberian izin pendirian BPR. (3) Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara tertulis kepada: a. BPR dan PSP, dalam bentuk persetujuan atau penolakan; dan Persetujuan diberikan dalam hal calon yang diajukan memperoleh predikat Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan, dan penolakan diberikan dalam hal calon yang diajukan memperoleh predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan. Pemberitahuan kepada PSP dimaksudkan agar PSP segera memastikan calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang Tidak Lulus tidak melakukan tindakan atau fungsi selaku anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi b. pihak yang diuji melalui BPR, dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4e 162 Pasal 36 14/9/PBI/2012 Ayat (1) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi II. F No. 4c Hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi disampaikan secara tertulis kepada: 1) BPR dan/atau PSP, dalam bentuk persetujuan atau penolakan; dan 2) Pihak yang diuji melalui BPR, dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan. Pemberitahuan kepada BPR dan PSP sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas untuk kepentingan tindaklanjut atas hasil uji kemampuan dan kepatutan. Dalam hal diperlukan, hasil uji kemampuan dan kepatutan dapat disampaikan kepada pihak yang berkepentingan, antara lain Lembaga Penjamin Simpanan. (1) BPR wajib menindaklanjuti persetujuan Bank Indonesia terhadap calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat (3) huruf a (Paragraf 161 ayat (3) huruf a Kodifikasi ini) dengan menyelenggarakan RUPS mengenai pengangkatan anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal surat persetujuan Bank Indonesia. Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi BPR yang telah mendapat persetujuan Bank Indonesia dan diangkat oleh RUPS dapat menjalankan tugas dan fungsi sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi. 118

129 Pasal 36 14/9/PBI/2012 Ayat (2) (2) Dalam hal jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir dan BPR belum menyelenggarakan RUPS maka persetujuan Bank Indonesia dan penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan menjadi tidak berlaku. Bagian Keempat 163 Pasal 37 14/9/PBI/2012 Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang memperoleh predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf b (Paragraf 160 huruf b Kodifikasi ini) namun telah mendapat persetujuan dan diangkat oleh RUPS, dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada BPR dimaksud. (2) Dalam hal calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi maka terhadap yang bersangkutan ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan 20 (dua puluh) tahun. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). (3) Dengan ditetapkannya predikat Tidak Lulus bagi calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka berlaku konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini). (4) PSP wajib memastikan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang Tidak Lulus untuk tidak melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi. (5) PSP yang dengan sengaja membiarkan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang Tidak Lulus melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan menjadi PSP selama 20 (dua puluh) tahun. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). (6) Dengan ditetapkannya predikat Tidak Lulus bagi PSP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) maka berlaku konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini). 119

130 BAB IV Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap PSP, Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi Dan Pejabat Eksekutif Bagian Kesatu Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan 164 Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf a. 1) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas dan/atau kelayakan keuangan yang meliputi: a. tindakan-tindakan secara langsung maupun tidak langsung berupa: 1) mempengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai BPR untuk menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya; Yang dimaksud dengan pegawai adalah setiap orang yang tercatat dalam administrasi kepegawaian BPR,pegawai honorer dan/atau pegawai outsourcing (alih daya), yang bekerja pada BPR bersangkutan. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2a Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf a. 2) Tindakan menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya, antara lain: 1. pencatatan palsu dan/atau transaksi fiktif baik yang dilakukan pada neraca maupun laba/rugi BPR termasuk transaksi pada rekening administratif; 2. penggelapan, manipulasi atau kolusi dengan nasabah atau pihak lainnya; 3. praktek bank dalam bank, dengan memanfaatkan BPR untuk kepentingan usaha pribadi/ kelompok; 4. praktek pembukuan dan/atau laporan keuangan BPR yang tidak benar dan secara material berpengaruh terhadap keadaan keuangan BPR sehingga mengakibatkan penilaian yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya terhadap BPR (window dressing); 5. pembobolan Teknologi Sistem Informasi (TSI) BPR; 6. tidak melakukan pencatatan transaksi dalam pembukuan BPR; dan/atau 7. menghilangkan atau merusak catatan pembukuan dan/atau dokumen pendukung transaksi atau catatan pembukuan BPR. 2) mempengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai BPR untuk memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR; dan/atau Yang dimaksud dengan merugikan atau mengurangi keuntungan BPR adalah merugikan atau mengurangi keuntungan dalam bentuk keuangan. 120

131 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2b Tindakan memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, antara lain: 1. pemberian suku bunga pinjaman kepada debitur di bawah cost of fund; 2. penjualan dan/atau pembelian harta milik BPR dengan harga yang tidak wajar dibandingkan harga pasar; dan/ atau 3. pemberian fasilitas yang tidak sesuai dengan kepatutan dan kewajaran kepada anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan pegawai. Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf a. 3) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2c 3) mempengaruhi dan/atau menyuruh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai BPR untuk melakukan perbuatan yang melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat; Tindakan melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat, antara lain: 1. pemberian kredit yang tidak didasarkan pada prinsip pemberian kredit yang sehat; 2. penyediaan dana yang melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); 3. penyediaan dana kepada pihak atau kegiatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan; dan/ atau 4. melakukan penyetoran modal dengan sumber dana yang tidak sesuai dengan ketentuan. Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf b SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2d Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf c b. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; Tindak Pidana Tertentu adalah tindak pidana asal yang disebut dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu tindak pidana korupsi, penyuapan, narkotika/ psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, dibidang perbankan, dibidang pasar modal, dibidang perasuransian, kepabeanan, cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, dibidang perpajakan, dibidang kehutanan, dibidang lingkungan hidup, dibidang kelautan dan perikanan atau tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana 4 lempat) tahun atau lebih. c. terbukti menyebabkan BPR mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya; Yang dimaksud dengan menyebabkan BPR mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya antara lain: 1) memanfaatkan BPR untuk membiayai kepentingan sendiri atau kelompok usahanya; dan/atau 121

132 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia, yang menyebabkan BPR ditempatkan dalam pengawasan khusus, diambilalih LPS dan/atau dicabut ijin usahanya. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2e Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf d SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2f Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf e SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2g Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf f g Yang dimaksud dengan menyebabkan BPR mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, antara lain adalah tindakan yang: 1) memanfaatkan BPR untuk membiayai kepentingan sendiri dan/atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia, yang menyebabkan BPR ditempatkan dalam pengawasan khusus, diambilalih Lembaga Penjamin Simpanan, dan/atau dicabut ijin usahanya. d. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu; Terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu (cease and desist order), dalam rangka perbaikan dan/atau penyehatan BPR. e. terbukti memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet; Yang dimaksud dengan kredit dan/atau pembiayaan macet adalah: 1) kredit dan/atau pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit dan/atau pembiayaan macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit dan/atau pembiayaan tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva. Dalam pengertian memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet adalah apabila anggota PSP: a. mempunyai kredit dan/atau pembiayaan macet; dan/atau b. merupakan pengendali, anggota dewan komisaris, atau anggota direksi dari badan hukum yang mempunyai kredit dan/atau pembiayaan macet. Khusus untuk kartu kredit, pengertian kredit macet tidak termasuk tagihan yang berasal dari annual fee, biaya administrasi dan/atau tagihan lainnya yang bukan berasal dari transaksi pemakaian kartu kredit. f. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; g. tidak mampu melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila BPR menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas; atau 122

133 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2i PSP tidak melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila BPR menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas, misalnya tidak melakukan upaya penambahan setoran modal BPR atau tidak melakukan upaya mencari investor baru. Pasal 38 14/9/PBI/2012 Huruf h SE 15/45/DPNP 2013 No. 3 (III.A.2.k) 165 Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf a. 1) h. terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan Bank Indonesia. Komitmen yang dimaksud antara lain adalah: 1) komitmen dalam rangka penyehatan BPR; 2) komitmen terhadap pengembangan operasional BPR yang sehat, termasuk pengembangan ekonomi regional yang mengutamakan pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) yang produktif dengan mempertimbangkan potensi wilayah dan ditujukan untuk masyarakat setempat; 3) komitmen untuk tidak mengulangi tindakan atau perbuatan pelanggaran sebagai berikut: 4) komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan/atau Pasal 39 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 164 dan/atau Paragraf 135 Kodifikasi ini) bagi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan, dan telah menjalani sanksi. Uji kemampuan dan kepatutan terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilakukan dalam hal terdapat indikasi permasalahan integritas, kompetensi dan/atau reputasi keuangan yang meliputi: a. tindakan-tindakan secara langsung maupun tidak langsung berupa: Termasuk perbuatan tidak langsung pada huruf ini adalah perbuatan/tindakan yang tidak dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif namun menjadi tugas dan/atau tanggung jawabnya. 1) menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya; SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2a Tindakan menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya, antara lain: 1. pencatatan palsu dan/atau transaksi fiktif baik yang dilakukan pada neraca maupun laba/rugi BPR termasuk transaksi pada rekening administratif; 2. penggelapan, manipulasi atau kolusi dengan nasabah atau pihak lainnya; 3. praktek bank dalam bank, dengan memanfaatkan BPR untuk kepentingan usaha pribadi/ kelompok; 123

134 4. praktek pembukuan dan/atau laporan keuangan BPR yang tidak benar dan secara material berpengaruh terhadap keadaan keuangan BPR sehingga mengakibatkan penilaian yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya terhadap BPR (window dressing); 5. pembobolan Teknologi Sistem Informasi (TSI) BPR; 6. tidak melakukan pencatatan transaksi dalam pembukuan BPR; dan/atau 7. menghilangkan atau merusak catatan pembukuan dan/atau dokumen pendukung transaksi atau catatan pembukuan BPR. Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf a. 2) 2) memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR; dan/atau Yang dimaksud dengan merugikan atau mengurangi keuntungan BPR adalah merugikan atau mengurangi keuntungan dalam bentuk keuangan. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2b Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf a. 3) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2c Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf b Tindakan memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan BPR, antara lain: 1. pemberian suku bunga pinjaman kepada debitur di bawah cost of fund; 2. penjualan dan/atau pembelian harta milik BPR dengan harga yang tidak wajar dibandingkan harga pasar; dan/ atau 3. pemberian fasilitas yang tidak sesuai dengan kepatutan dan kewajaran kepada anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan pegawai. 3) melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan asasasas perbankan yang sehat; Tindakan melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan dan/atau asas-asas perbankan yang sehat, antara lain: 1. pemberian kredit yang tidak didasarkan pada prinsip pemberian kredit yang sehat; 2. penyediaan dana yang melanggar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK); 3. penyediaan dana kepada pihak atau kegiatan yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan; dan/ atau 4. melakukan penyetoran modal dengan sumber dana yang tidak sesuai dengan ketentuan. b. terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; 124

135 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2d Tindak Pidana Tertentu adalah tindak pidana asal yang disebut dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu tindak pidana korupsi, penyuapan, narkotika/ psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan imigran, dibidang perbankan, dibidang pasar modal, dibidang perasuransian, kepabeanan, cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, dibidang perpajakan, dibidang kehutanan, dibidang lingkungan hidup, dibidang kelautan dan perikanan atau tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana 4 lempat) tahun atau lebih. Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf c SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2e Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf d SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2f Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf e c. terbukti menyebabkan BPR mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya; Yang dimaksud dengan menyebabkan BPR mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, antara lain adalah: 1) memanfaatkan BPR untuk membiayai kepentinganmsendiri atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia, yang menyebabkan BPR ditempatkan dalam pengawasan khusus, diambilalih Lembaga Penjamin Simpanan, dibekukan kegiatan usahanya dan/atau dicabut izin usahanya. Yang dimaksud dengan menyebabkan BPR mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, antara lain adalah tindakan yang: 1) memanfaatkan BPR untuk membiayai kepentingan sendiri dan/atau kelompok usahanya; dan/atau 2) melanggar ketentuan dan/atau komitmen kepada Bank Indonesia, yang menyebabkan BPR ditempatkan dalam pengawasan khusus, diambilalih Lembaga Penjamin Simpanan, dan/atau dicabut ijin usahanya. d. terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu; Terbukti tidak melaksanakan perintah Bank Indonesia untuk melakukan dan/atau tidak melakukan tindakan tertentu (cease and desist order), dalam rangka perbaikan dan/atau penyehatan BPR. e. terbukti memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet; Yang dimaksud dengan kredit dan/atau pembiayaan macet adalah: 1) kredit dan/atau pembiayaan macet yang tercantum dalam Sistem Informasi Debitur; dan/atau 2) kredit dan/atau pembiayaan macet yang belum dilaporkan oleh bank dalam Sistem Informasi Debitur, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Bank Indonesia, kredit dan/atau pembiayaan tersebut telah memenuhi kriteria yang tergolong macet sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva. 125

136 Dalam pengertian memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet adalah apabila anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi: a. mempunyai kredit dan/atau pembiayaan macet; dan/atau b. merupakan pengendali, anggota dewan komisaris, atau anggota direksi dari badan hukum yang mempunyai kredit dan/atau pembiayaan macet. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A No. 2g Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf f g Khusus untuk kartu kredit, pengertian kredit macet tidak termasuk tagihan yang berasal dari annual fee, biaya administrasi dan/atau tagihan lainnya yang bukan berasal dari transaksi pemakaian kartu kredit. f. terbukti dinyatakan pailit dan/atau menjadi anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; g. tidak mampu melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan BPR yang sehat; atau Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian, kemampuan menggali potensi daerah dan perbankan, menginterpretasikan visi, misi BPR dan analisa situasi industri perbankan. Penilaian didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi, sesuai uraian tugas yang ada pada BPR yang bersangkutan. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. A.2j Pasal 39 14/9/PBI/2012 Huruf h SE 15/45/DPNP 2013 No. 3 (III.A.2.k) Penilaian didasarkan pada tugas dan tanggung jawab dari setiap jabatan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, sesuai uraian tugas yang ada pada BPR yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis antara lain adalah kemampuan untuk menginterpretasikan visi dan misi BPR, mengantisipasi perkembangan perekonomian, keuangan dan perbankan, menganalisa situasi industri perbankan dan sektor industri yang dibiayai. h. terbukti menolak memberikan komitmen dan/atau tidak memenuhi komitmen yang telah disepakati dengan Bank Indonesia. Komitmen yang dimaksud antara lain adalah: 1) komitmen dalam rangka penyehatan BPR; 2) komitmen terhadap pengembangan operasional BPR yang sehat, termasuk pengembangan ekonomi regional yang mengutamakan pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) yang produktif dengan mempertimbangkan potensi wilayah dan ditujukan untuk masyarakat setempat; 5) komitmen untuk tidak mengulangi tindakan atau perbuatan pelanggaran sebagai berikut: 6) komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 dan/atau Pasal 39 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 164 dan/atau Paragraf 165 Kodifikasi 126

137 ini) bagi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif yang pernah memiliki predikat Tidak Lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan, dan telah menjalani sanksi. Bagian Kedua 166 Pasal 40 14/9/PBI/2012 Ayat (1) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III.A No. 1 Pasal 40 14/9/PBI/2012 Ayat (2)a Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan bukti, data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan maupun informasi lainnya. Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan dalam hal berdasarkan bukti, data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan (off site supervision dan/atau on site supervision) maupun informasi lainnya, terdapat indikasi: a. permasalahan integritas dan/ atau kelayakan keuangan pada PSP; atau b. permasalahan integritas, reputasi keuangan dan/atau kompetensi pada anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pejabat Eksekutif. (2) Uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. klarifikasi bukti, data dan informasi kepada pihak yang diuji; Pelaksanaan klarifikasi dengan pihak yang diuji dilakukan dapat melalui tatap muka yang dilengkapi dengan berita acara dan/atau melalui surat. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. B No. 1a 1) Bank Indonesia menyampaikan surat permintaan klarifikasi atas bukti, data dan informasi kepada pihak yang diuji. 2) Pihak-pihak yang diuji melakukan tanggapan atas permintaan klarifikasi melalui surat atau tatap muka dengan pihak yang berwenang di Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal permintaan dari Bank Indonesia sampai dengan penerimaan surat klarifikasi atau pelaksanaan klarifikasi dalam hal klarifikasi dilakukan dengan tatap muka. 3) Dalam hal klarifikasi dilakukan melalui tatap muka (pertemuan) maka tempat pelaksanaan klarifikasi dapat dilakukan di Bank Indonesia atau di tempat lain karena pertimbangan situasi/ kondisi tertentu. 4) Dalam hal pihak yang diuji adalah PSP berupa badan hukum, maka tanggapan atas permintaan klarifikasi bukti, data, dan informasi dilakukan oleh anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris dari badan hukum yang bersangkutan serta keseluruhan pihak-pihak yang melakukan pengendalian terhadap BPR. 5) Dalam hal pihak yang diuji tidak menggunakan hak untuk menyampaikan tanggapan klarifikasi bukti, data, dan informasi dalam jangka waktu yang telah ditetapkan atau 127

138 menggunakan hak menyampaikan tanggapan tetapi melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan, maka Bank Indonesia melakukan langkahlangkah selanjutnya dalam rangka uji kemampuan dan kepatutan. Pasal 40 14/9/PBI/2012 Ayat (2)b SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. B No. 1b Pasal 40 14/9/PBI/2012 Ayat (2)c SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. B No. 1c Pasal 40 14/9/PBI/2012 Ayat (2)d SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. B No. 1d b. penetapan dan penyampaian hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak-pihak yang diuji; Hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan yang disampaikan kepada pihak pihak yang diuji dengan memuat predikat hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan beserta dasar pertimbangan. Bank Indonesia menetapkan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan bukti, data, dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan dan informasi lainnya serta berdasarkan tanggapan atas permintaan klarifikasi terhadap bukti, data, dan informasi dalam hal pihak yang diuji memberikan tanggapan. Bank Indonesia menyampaikan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan melalui surat kepada pihak yang diuji. c. tanggapan dari pihak-pihak yang diuji terhadap hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan; dan Penyampaian tanggapan dari pihak-pihak yang diuji dilakukan secara tertulis disertai dengan bukti-bukti pendukung yang relevan. Pihak yang diuji diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan secara tertulis atas hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan disertai dengan bukti-bukti pendukung yang relevan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal surat penyampaian hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan dari Bank Indonesia sampai dengan penerimaan tanggapan oleh Bank Indonesia. d. penetapan dan pemberitahuan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak yang diuji. Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan disampaikan secara tertulis, dengan memuat predikat hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan beserta dasar pertimbangan. Bank Indonesia menetapkan hasil akhir setelah mempertimbangkan tanggapan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan yang disampaikan oleh pihak yang diuji, atau berdasarkan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan dalam hal pihak yang diuji tidak memberikan tanggapan atas hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, atau pihak yang diuji memberikan tanggapan atas hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan namun melampaui batas waktu yang telah ditetapkan. 128

139 Pasal 40 14/9/PBI/2012 Ayat (3) (3) Pihak-pihak yang diuji diberikan kesempatan menyampaikan tanggapan atas permintaan klarifikasi bukti, data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal permintaan klarifikasi dari Bank Indonesia. (4) Dalam hal pihak-pihak yang diuji tidak menyampaikan klarifikasi, bukti, data dan informasi dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka Bank Indonesia akan melakukan langkah langkah penilaian selanjutnya. (5) Pihak yang diuji diberikan kesempatan menyampaikan tanggapan atas hasil penilaian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal surat Bank Indonesia. (6) Dalam hal pihak yang diuji tidak menyampaikan tanggapan terhadap hasil sementara dalam jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), maka Bank Indonesia menetapkan hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan menjadi hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan. 167 Pasal 41 14/9/PBI/ Pasal 42 14/9/PBI/2012 Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara langsung tanpa mengikuti seluruh langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini), apabila pihak yang diuji: a. diputus bersalah dalam Tindak Pidana Tertentu berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; atau b. terbukti dinyatakan pailit dan/atau sebagai pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. (1) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP dilakukan untuk keseluruhan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) (Paragraf 129 ayat (3) Kodifikasi ini) yang terkait dengan PSP yang diuji. (2) Penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap PSP dan pihakpihak yang melakukan Pengendalian terhadap BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui langkah-langkah uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). (3) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu kesatuan dan berlaku bagi PSP dan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap BPR, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya. Yang dimaksud satu kesatuan dan berlaku bagi PSP dan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian adalah apabila PSP diberikan predikat Tidak Lulus, maka keseluruhan pihak-pihak yang melakukan Pengendalian yang terkait dengan PSP juga diberikan predikat Tidak Lulus. Ketentuan ini dimaksudkan agar masing-masing anggota PSP dapat bertindak independen terhadap anggota yang lain dalam kelompok PSP. 129

140 Bagian Ketiga Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan 169 Pasal 43 14/9/PBI/2012 Ayat (1) (2) (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat, yaitu: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus (2) Penetapan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan tingkat keterlibatan pihak yang diuji. Tingkat keterlibatan pihak yang diuji didasarkan atas peranan pihak yang bersangkutan terhadap tindakan pelanggaran yang dilakukan. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. B No. 2 Pasal 43 14/9/PBI/2012 Ayat (3) 170 Pasal 44 14/9/PBI/2012 Tingkat keterlibatan atau peranan pihak-pihak yang diuji terhadap permasalahan atau tindakan pelanggaran yang dilakukan dikategorikan sebagai berikut: a. Pelaku Yang dimaksud dengan Pelaku adalah: 1) orang yang memerintahkan, menyuruh melakukan atau mengusulkan terjadinya perbuatan; 2) orang yang menyetujui, turut serta menyetujui, atau menandatangani; 3) orang yang melakukan atau turut serta melakukan suatu perbuatan berdasarkan perintah, baik dengan atau tanpa tekanan, dan yang bersangkutan patut mengetahui atau patut menduga bahwa perintah tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku; 4) orang yang melakukan suatu perbuatan karena adanya janji atau imbalan tertentu; dan/atau 5) orang yang tidak melakukan perbuatan atau tindakan yang menjadi tugas dan/atau tanggung jawabnya sehingga mengakibatkan terjadinya pelanggaran dan/atau penyimpangan. b. Pelaku Pembantu Yang dimaksud dengan Pelaku Pembantu adalah orang yang karena melaksanakan tugas, jabatan dan/atau adanya suatu perintah dari pihak lain, baik dengan atau tanpa tekanan, melakukan atau turut serta melakukan suatu perbuatan, dan yang bersangkutan patut mengetahui atau patut menduga bahwa perbuatan atau perintah yang dilakukan tersebut bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, namun yang bersangkutan telah berusaha untuk menolak melakukan perbuatan atau perintah tersebut. (3) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sejak tanggal penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d (Paragraf 166 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara tertulis kepada: a. BPR dan PSP; dan 130

141 Pemberitahuan kepada BPR terkait tindaklanjut yang harus dilakukan, antara lain kewajiban penyelenggaraan RUPS untuk memberhentikan anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang diberikan predikat Tidak Lulus. Dalam hal pihak yang diuji adalah anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, pemberitahuan disampaikan kepada PSP agar PSP segera memastikan anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang Tidak Lulus tidak melakukan tindakan atau fungsi selaku anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi. Dalam hal pihak yang diuji adalah PSP, pemberitahuan disampaikan kepada PSP lain. b. pihak yang diuji melalui BPR, dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. E Bagian Keempat 171 Pasal 45 14/9/PBI/2012 Ayat (1) SE 15/45/DPNP 2013 No. 4 (III.C.2) Pasal 45 14/9/PBI/2012 Ayat (2) (4) Penyampaian klarifikasi dan tanggapan dari pihak yang diuji dalam proses uji kemampuan dan kepatutan, penyampaian surat pernyataan dan laporan BPR, disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana butir II huruf E (sebagaimanan telah diubah oleh Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/45/DPNP 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/36/DKBU tanggal 21 Desember 2012 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Perkreditan Rakyat, No. 2). Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Pihak-pihak yang ditetapkan predikat Lulus dinyatakan memenuhi persyaratan untuk tetap menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif. Pihak-pihak yang dikategorikan sebagai Pelaku Pembantu ditetapkan predikat Lulus apabila yang bersangkutan menyampaikan surat pernyataan yang berisi komitmen untuk tidak mengulangi tindakan pelanggaran, dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal surat pemberitahuan hasil sementara dari Bank Indonesia. Dalam hal pihak yang dikategorikan sebagai Pelaku Pembantu tidak menyampaikan surat pernyataan yang berisi komitmen kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu tersebut di atas maka yang bersangkutan ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu 3 (tiga) tahun. Pelanggaran atas komitmen yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia menjadi dasar untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan kepada yang bersangkutan selama yang bersangkutan menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif. (2) Pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dilarang menjadi: a. PSP atau memiliki saham pada industri perbankan; dan b. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada industri perbankan. 131

142 (3) Pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga berlaku bagi pihak pihak yang pada saat penilaian ditetapkan Tidak Lulus, yang bersangkutan telah menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Bank lain. (4) Terhadap pihak pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku konsekuensi Tidak Lulus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan yang berlaku pada ayat ini adalah ketentuan yang mengatur mengenai konsekuensi terhadap pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dan yang bersangkutan telah menjadi PSP atau memiliki saham pada industri perbankan, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif pada Bank lain sesuai ketentuan Uji Kemampuan dan Kepatutan yang berlaku bagi BPR, Bank Umum dan/atau bank syariah. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. C No. 5 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. C No. 6 Dalam hal pihak yang ditetapkan Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada angka 3 juga merupakan pemegang saham pada bank lain, yang bersangkutan wajib melepaskan kepemilikan sahamnya pada bank lain tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jika bank lain tersebut adalah Bank Perkreditan Rakyat maka yang bersangkutan wajib mengalihkan kepemilikan sahamnya pada Bank Perkreditan Rakyat tersebut dalam jangka waktu paling lama 1 lsatu) tahun sejak tanggal penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia. Dalam hal tidak dialihkan dalam jangka waktu dimaksud maka berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 177 Kodifikasi ini); b. jika bank lain tersebut adalah Bank Umum maka yang bersangkutan wajib mengalihkan kepemilikan sahamnya pada bank tersebut dengan jumlah saham dan jangka waktu pengalihan sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum; c. jika bank lain tersebut adalah Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah maka yang bersangkutan wajib mengalihkan kepemilikan sahamnya pada bank tersebut dengan jumlah saham dan jangka waktu pengalihan sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam hal pihak yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada butir 3 sedang menjabat sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank lain, maka yang bersangkutan wajib berhenti dari jabatannya sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada bank lain tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jika bank lain tersebut adalah BPR maka yang bersangkutan dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada BPR lain terhitung sejak tanggal penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia. 132

143 BPR lain tersebut wajib menindaklanjuti larangan dimaksud dengan: 1) melaksanakan RUPS untuk memberhentikan anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus dalam jangka waktu paling lambat 90 lsembilan puluh) hari sejak tanggal penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia; atau 2) menerbitkan surat keputusan untuk memberhentikan Pejabat Eksekutif yang ditetapkan dengan predikat Tidak Lulus dalam jangka waktu paling lambat 30 ltiga puluh) hari sejak tanggal penetapan Tidak Lulus oleh Bank Indonesia. b. jika bank lain tersebut adalah Bank Umum maka tindaklanjut untuk memberhentikan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif dimaksud mengacu kepada ketentuan yang mengatur mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum. c. jika bank lain tersebut adalah Bank Umum Syariah atau Bank Pembiayaan Rakyat Syariah maka tindaklanjut untuk memberhentikan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif dimaksud mengacu kepada ketentuan yang mengatur mengenai uji kemampuan dan kepatutan yang berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 172 Pasal 46 14/9/PBI/2012 (1) Pengenaan jangka waktu larangan terhadap pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini) ditetapkan: a. selama jangka waktu 3 (tiga) tahun: 1) bagi PSP apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h (Paragraf 164 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h Kodifikasi ini). 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h (Paragraf 165 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g, atau huruf h Kodifikasi ini). b. selama jangka waktu 5 (lima) tahun: 1) bagi PSP apabila: a) terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a angka 1) atau angka 2) (Paragraf 164 huruf a angka 1) atau angka 2) Kodifikasi ini); atau b) terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g atau huruf h (Paragraf 164 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g atau huruf h Kodifikasi ini), dan perbuatan dimaksud: i. dilakukan secara berulang; ii. dilakukan secara kumulatif; atau 133

144 Yang dimaksud dengan kumulatif pada huruf ini adalah gabungan paling kurang dari 2 (dua) perbuatan Pasal 38 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h (Paragraf 164 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h Kodifikasi ini). iii. terbukti menguntungkan diri sendiri maupun pihak lain. 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif apabila: a) terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a angka 1) atau angka 2) (Paragraf 165 huruf a angka 1) atau angka 2) Kodifikasi ini); atau b) terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g atau huruf h (Paragraf 165 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g atau huruf h Kodifikasi ini), dan perbuatan dimaksud: i. dilakukan secara berulang; ii. dilakukan secara kumulatif; atau Yang dimaksud dengan kumulatif pada huruf ini adalah gabungan paling kurang dari 2 (dua) perbuatan Pasal 39 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h (Paragraf 165 huruf a angka 3), huruf d, huruf e, huruf g dan/atau huruf h Kodifikasi ini). iii. terbukti menguntungkan diri sendiri maupun pihak lain. c. selama jangka waktu 20 (dua puluh) tahun: 1) bagi PSP apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b, huruf c atau huruf f (Paragraf 164 huruf b, huruf c atau huruf f Kodifikasi ini). 2) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif apabila terbukti melakukan tindakan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b, huruf c atau huruf f (Paragraf 165 huruf b, huruf c atau huruf f Kodifikasi ini). (2) Jangka waktu larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d (Paragraf 166 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. C No. 4 Jangka waktu larangan terhadap pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada angka 3 tercantum dalam Lampiran 3a dan Lampiran 3b (Lampiran 25a dan Lampiran 25b Kodifikasi ini). 134

145 173 Pasal 47 14/9/PBI/2012 Ayat (1) (1) Pihak-pihak yang dilarang menjadi PSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a (Paragraf 171 ayat (2) huruf a Kodifikasi ini): a. dilarang melakukan tindakan sebagai PSP; b. tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS; Yang dimaksud dengan menjalankan hak selaku pemegang saham antara lain hak untuk hadir dan/atau memberikan suara dalam RUPS. c. hak menerima pembayaran dividen ditunda sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan kepemilikan sahamnya; dan Pengaturan mengenai penundaan pembayaran dividen mengacu pada ketentuan yang berlaku. d. wajib mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya pada: 1) BPR yang bersangkutan dan/atau BPR lainnya dalam jangka waktu 1 (satu) tahun; 2) bank umum konvensional dan/atau bank syariah sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai uji kemampuan dan kepatutan bank umum konvensional dan bank syariah. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. C No. 7 Pasal 47 14/9/PBI/2012 Ayat (2) 174 Pasal 48 14/9/PBI/2012 Pengalihan seluruh kepemilikan saham oleh PSP predikat Tidak Lulus dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dibuktikan dengan pelaksanaan RUPS perubahan komposisi kepemilikan saham setelah PSP yang menerima pengalihan saham dari PSP predikat Tidak Lulus mendapat persetujuan Bank Indonesia. (2) BPR wajib mencantumkan penjelasan mengenai pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam daftar pemegang saham. Yang dimaksud dengan penjelasan pihak-pihak yang dilarang menjadi PSP adalah informasi mengenai: a. Predikat yang bersangkutan; b. yang bersangkutan tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum RUPS; dan c. penundaan hak menerima pembayaran dividen sampai dengan yang bersangkutan mengalihkan kepemilikan sahamnya. Bank Indonesia dapat menetapkan jangka waktu kewajiban pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d angka 1) (Paragraf 173 ayat (1) huruf d angka 1) Kodifikasi ini) secara tersendiri apabila menurut penilaian Bank Indonesia langkah-langkah dimaksud perlu disesuaikan dengan program penyehatan BPR sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai tindak lanjut penanganan terhadap BPR dalam status pengawasan khusus. 135

146 175 Pasal 49 14/9/PBI/2012 BPR wajib melaporkan pengalihan kepemilikan saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d angka 1) (Paragraf 173 ayat (1) huruf d angka 1) Kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah RUPS mengesahkan pengalihan kepemilikan saham. 176 Pasal 50 14/9/PBI/ Pasal 51 14/9/PBI/2012 (1) Pengalihan seluruh kepemilikan saham BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d angka 1) (Paragraf 173 ayat (1) huruf d angka 1) Kodifikasi ini) dilarang dilakukan kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau kelompok usahanya. (2) Dalam hal pengalihan kepemilikan saham BPR dilakukan kepada pihak yang memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau kelompok usaha dari PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus, maka: a. Pengalihan tersebut tidak diakui sebagai pengalihan kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d angka 1) (Paragraf 173 ayat (1) huruf d angka 1) Kodifikasi ini); b. BPR dilarang melakukan pencatatan atas pihak-pihak yang menerima pengalihan tersebut dalam daftar pemegang saham BPR; dan c. Pihak-pihak yang menerima pengalihan tidak memperoleh hakhaknya sebagai pemegang saham. Dalam hal pihak-pihak yang dilarang menjadi PSP atau memiliki saham pada industri perbankan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf a (Paragraf 171 ayat (2) huruf a Kodifikasi ini) tidak mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) huruf d angka 1 dan Pasal 48 (Paragraf 173 ayat (1) huruf d angka 1) dan Paragraf 174 Kodifikasi ini) maka: a. Pihak yang bersangkutan ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun; Penetapan sanksi Tidak Lulus pada huruf ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). b. Pihak yang bersangkutan wajib menyerahkan: 1) surat kuasa menjual kepada pihak yang tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau kelompok usahanya; dan 2) hasil penilaian harga saham yang dilakukan oleh penilai independen. Surat kuasa menjual paling kurang memuat klausulamemberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual atau mengalihkan saham kepada pihak lain. 136

147 Bank Indonesia dapat meminta PSP mengganti penerima surat kuasa menjual yang ditunjuk PSP, jika dalampelaksanaannya Bank Indonesia menilai penerima kuasa: - tidak menunjukan upaya riil atau perkembangan dalam melakukan penjualan atau pengalihan saham; atau - tidak mampu melaksanakan penjualan atau pengalihan saham sesuai dengan jangka waktu yang telah direncanakan. Yang dimaksud dengan penilai independen adalah penilai yang: - melakukan kegiatan penilaian berdasarkan kode etik profesi dan ketentuan yang ditetapkan oleh institusi yang berwenang, - menggunakan metode penilaian berdasarkan standar profesi penilaian yang diterbitkan oleh institusi yang berwenang, dan - memiliki izin usaha dari institusi yang berwenang. c. Penyerahan surat kuasa menjual dan hasil penilaian harga saham sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak berakhirnya batas waktu pengalihan kepemilikan saham dengan persetujuan Bank Indonesia. Persetujuan Bank Indonesia mencakup pemenuhan persyaratan pihak penerima surat kuasa menjual dan penilai independen. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. D No Dalam rangka penyerahan surat kuasa menjual dan hasil penilaian harga saham sebagaimana dimaksud pada angka 1, PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus mengajukan kepada Bank Indonesia paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah jangka waktu kewajiban pengalihan kepemilikan saham berakhir hal-hal sebagai berikut: a. calon pihak penerima surat kuasa menjual, dilengkapi dengan dokumen: 1) identitas calon penerima surat kuasa menjual: a) fotokopi tanda pengenal, berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP); b) fotokopi Kartu Keluarga; dan c) pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm. 2) surat pernyataan bermeterai cukup dari PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus bahwa calon pihak penerima kuasa tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau bukan merupakan pihak dalam kelompok usahanya. b. pihak independen yang akan melakukan appraisal atas harga saham yang akan dialihkan, dilengkapi dengan dokumen berupa izin dari instansi yang berwenang. c. konsep surat kuasa menjual yang paling kurang memuat klausula: 1) memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk menjual atau mengalihkan saham kepada pihak yang tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dan/atau bukan merupakan pihak dalam kelompok usaha dari PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus; 2) pemberi kuasa menerima/menyetujui segala keputusan atas penjualan atau pengalihan saham yang dilakukan oleh penerima kuasa sepanjang penerima kuasa melaksanakannya dengan itikad baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 137

148 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi III. C No ) membebaskan penerima kuasa atas segala akibat hukum yang timbul dari penjualan atau pengalihan saham dimaksud sepanjang penerima kuasa melaksanakannya dengan itikad baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 4) segala biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan surat kuasa menjual, menjadi beban pemberi kuasa sepanjang biaya tersebut telah disepakati. 2. Bank Indonesia melakukan penelitian mengenai pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a, huruf b, dan huruf c (angka 1 huruf a, huruf b, dan huruf c Kodifikasi ini). 3. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada angka 3 (angka 2 Kodifikasi ini) dan persetujuan Bank Indonesia, PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus melaksanakan penyerahan surat kuasa menjual dan hasil penilaian harga saham kepada penerima kuasa. 4. PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus melalui BPR melaporkan kepada Bank Indonesia mengenai pelaksanaan penyerahan surat kuasa menjual dan hasil penilaian harga saham sebagaimana dimaksud pada angka 4 (angka 3 Kodifkasi ini) paling lama 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan penyerahan, dilampiri fotokopi dokumen: a. surat kuasa menjual; b. hasil penilaian harga saham oleh penilai independen; dan c. rencana pelaksanaan penjualan/pengalihan saham oleh penerima kuasa. 5. BPR mengajukan kepada Bank Indonesia pihak yang akan mengambilalih saham PSP yang ditetapkan predikat Tidak Lulus yang diajukan oleh penerima kuasa, untuk memperoleh persetujuan sebagai PSP/ PS dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kelembagaan BPR dan uji kemampuan dan kepatutan BPR. 178 Pasal 52 14/9/PBI/2012 (1) Pihak-pihak yang dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) huruf b (Paragraf 171 ayat (2) huruf b Kodifikasi ini): a. dilarang untuk melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif; dan b. wajib berhenti sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif. (2) BPR wajib: a. menyelenggarakan RUPS untuk memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal pemberitahuan dari Bank Indonesia; dan/atau b. memberhentikan Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal surat pemberitahuan dari Bank Indonesia. (3) BPR wajib melaporkan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak penyelenggaraan RUPS pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi, dan/atau sejak pemberhentian Pejabat Eksekutif. (4) Dalam hal pihak-pihak yang dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud pada 138

149 ayat (1) melakukan tindakan sebagai Komisaris, Direksi, atau Pejabat Eksekutif maka terhadap yang bersangkutan ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). (5) PSP yang dengan sengaja membiarkan anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi yang Tidak Lulus untuk melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi, ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 20 (dua puluh) tahun. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). (6) Anggota Direksi yang dengan sengaja membiarkan Pejabat Eksekutif yang Tidak Lulus untuk melakukan tindakan sebagai Pejabat Eksekutif, ditetapkan predikat Tidak Lulus dengan jangka waktu larangan selama 3 (tiga) tahun. Penetapan sanksi Tidak Lulus pada ayat ini dilakukan secara langsung tanpa mengikuti langkah-langkah penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). (7) Dengan diberikannya predikat Tidak Lulus bagi PSP atau anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6) maka berlaku konsekuensi Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini). 179 Pasal 53 14/9/PBI/2012 Bagian Kelima 180 Pasal 54 14/9/PBI/2012 Dalam hal seluruh anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi ditetapkan Tidak Lulus dan menurut penilaian Bank Indonesia kekosongan jabatan anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi tersebut dapat mengganggu kegiatan operasional BPR, maka Bank Indonesia dapat menunjuk pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti yang tetap sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Permohonan Kembali untuk menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BPR (1) Pihak-pihak yang dikenakan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini) dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP, calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi apabila jangka waktu pengenaan sanksi larangan telah terlampaui. 139

150 (2) PSP yang berbentuk badan hukum yang dikenakan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) (Paragraf 171 ayat (2) Kodifikasi ini) dapat diajukan kembali kepada Bank Indonesia untuk menjadi calon PSP sebelum berakhirnya jangka waktu pengenaan sanksi larangan sepanjang badan hukum yang bersangkutan telah mengganti pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap badan hukum dimaksud yang dalam uji kemampuan dan kepatutan memperoleh predikat Tidak Lulus. Penggantian pihak-pihak yang melakukan Pengendalian terhadap badan hukum dimaksud harus dibuktikan dengan dokumen yang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. (3) Penilaian atas permohonan untuk kembali menjadi calon PSP dan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BPR. BAB V Bagian Kesatu 181 Pasal 55 14/9/PBI/2012 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi IV No Pasal 56 14/9/PBI/2012 SE 14/36/DKBU 2012 Romawi IV No. 1 Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap Pihak Yang Sudah Tidak Menjadi PSP, Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi Dan Pejabat Eksekutif Cakupan Uji Kemampuan dan Kepatutan Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang sudah tidak menjadi PSP dilakukan dalam hal yang bersangkutan diindikasikan terlibat atau bertanggungjawab atas permasalahan integritas dan/atau kelayakan keuangan meliputi hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 (Paragraf 164 Kodifikasi ini). Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihakpihak yang sudah tidak menjadi atau sudah tidak menjabat sebagai PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif di BPR, termasuk yang sudah keluar dari industri perbankan, yang diindikasikan terlibat atau bertanggung jawab terhadap perbuatan atau tindakan yang menjadi obyek uji kemampuan dan kepatutan pada BPR. Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihak yang sudah tidak menjadi anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif dilakukan dalam hal yang bersangkutan diindikasikan terlibat atau bertanggungjawab atas permasalahan integritas, kompetensi dan/atau reputasi keuangan meliputi hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 (Paragraf 165 Kodifikasi ini). Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan terhadap pihakpihak yang sudah tidak menjadi atau sudah tidak menjabat sebagai PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif di BPR, termasuk yang sudah keluar dari industri perbankan, yang diindikasikan terlibat atau bertanggung jawab terhadap perbuatan atau tindakan yang menjadi obyek uji kemampuan dan kepatutan pada BPR. 140

151 Bagian Kedua Tata Cara Uji Kemampuan dan Kepatutan 183 Pasal 57 14/9/PBI/2012 Ayat (1) (1) Bank Indonesia melakukan uji kemampuan dan kepatutan berdasarkan bukti, data dan informasi yang diperoleh dari hasil pengawasan maupun informasi lainnya. SE 14/36/DKBU 2012 Romawi IV No. 2 Pasal 57 14/9/PBI/2012 Ayat (2) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi IV No Pasal 58 14/9/PBI/2012 Bagian Ketiga 185 Pasal 59 14/9/PBI/ Pasal 60 14/9/PBI/2012 Yang dimaksud dengan informasi lainnya adalah informasi yang terkait dengan pelanggaran pihak yang sudah tidak menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif di BPR, antara lain informasi yang diperoleh dari nasabah atau BPR. (2) Uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Paragraf 166 ayat (2) Kodifikasi ini). Dalam hal surat permintaan klarifikasi dan/atau surat permintaan tanggapan atas hasil sementara uji kemampuan dan kepatutan tidak diterima oleh pihak yang diuji pada alamat yang tercatat di Bank Indonesia atau surat dimaksud kembali kepada Bank Indonesia, pemberitahuan untuk permintaan klarifikasi dilakukan dengan cara pemanggilan melalui surat kabar lokal. Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara langsung tanpa mengikuti seluruh langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) (Pasal 166 ayat (2) Kodifikasi ini), apabila pihak yang diuji: a. diputus bersalah dalam Tindak Pidana Tertentu berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; atau b. terbukti dinyatakan pailit dan/atau sebagai pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat, yaitu: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus (2) Penetapan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan tingkat keterlibatan pihak yang diuji. (3) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sejak tanggal penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d (Paragraf 166 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). Bank Indonesia memberitahukan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan secara tertulis kepada: a. pihak yang diuji, dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan; dan b. BPR, apabila diperlukan. 141

152 Pemberitahuan kepada BPR dilakukan apabila hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan tersebut memerlukan tindak lanjut, yaitu antara lain pengalihan saham oleh pihak-pihak yang sudah tidak menjadi PSP yang diberikan predikat Tidak Lulus. Bagian Keempat 187 Pasal 61 14/9/PBI/2012 Konsekuensi Hasil Uji Kemampuan dan Kepatutan (1) Pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dilarang menjadi: a. PSP atau memiliki saham pada industri perbankan; dan b. anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif pada industri perbankan. (2) Pengenaan sanksi larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi pihak pihak yang pada saat penilaian ditetapkan Tidak Lulus, yang bersangkutan menjadi PSP, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan/atau Pejabat Eksekutif pada Bank lain. (3) Terhadap pihak pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku konsekuensi Tidak Lulus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Yang dimaksud dengan ketentuan yang berlaku pada ayat ini adalah ketentuan yang mengatur mengenai konsekuensiterhadap pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus dan yang bersangkutan telah menjadi PSP atau memiliki saham pada industri perbankan, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan/atau Pejabat Eksekutif pada Bank lain sesuai ketentuan Uji Kemampuan dan Kepatutan yang berlaku bagi BPR, Bank Umum dan/atau bank syariah. 188 Pasal 62 14/9/PBI/2012 BAB VI Bagian Kesatu 189 Pasal 63 14/9/PBI/ Pasal 64 14/9/PBI/2012 (1) Pengenaan jangka waktu larangan terhadap pihak-pihak yang ditetapkan predikat Tidak Lulus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) huruf b (Paragraf 185 ayat (1) huruf b Kodifikasi ini) ditetapkan mengacu pada Pasal 46 (Paragraf 172 Kodifikasi ini). (2) Jangka waktu larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal surat penetapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d (Paragraf 166 ayat (2) huruf d Kodifikasi ini). Uji Kemampuan Dan Kepatutan Terhadap BPR Dalam Penyelamatan/Penanganan Oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Calon PSP, Calon Anggota Dewan Komisaris dan Calon Anggota Direksi (1) Dalam rangka penanganan atau penyelamatan BPR, terhadap LPS tidak dilakukan uji kemampuan dan kepatutan selaku calon PSP. (2) Dalam hal LPS akan menjual seluruh saham BPR maka calon PSP harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Bab II Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 132 Paragraf 151 Kodifikasi ini). (1) Untuk memenuhi 1 (satu) anggota Dewan Komisaris dan/atau 1 (satu) anggota Direksi pertama kali sejak BPR dalam penyelamatan/penanganan oleh LPS, LPS mengajukan permohonan 142

153 persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi dengan disertai dokumen identitas calon yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan pemenuhan 1 (satu) anggota Dewan Komisaris dan/atau 1 (satu) anggota Direksi pertama kali sejak BPR dalam penyelamatan/penanganan oleh LPS adalah proses pemenuhan 1 (satu) anggota Dewan Komisaris dan/atau 1 (satu) anggota Direksi pada saat BPR mengalami kekosongan anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi. Dokumen identitas terdiri dari pasfoto, Kartu Tanda Penduduk dan riwayat hidup. (2) Berdasarkan permohonan persetujuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia melakukan penelitian administratif berupa persyaratan tidak tercantum dalam daftar kredit dan/atau pembiayaan macet dan DTL. (3) Dalam hal berdasarkan penelitian administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi tidak tercantum dalam daftar kredit dan/atau pembiayaan macet dan DTL, Bank Indonesia memberikan persetujuan sementara sampai dengan Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan. Dengan diberikannya persetujuan sementara maka pihak yang diuji berwenang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi. (4) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pihak yang dinilai tercantum dalam daftar kredit dan/atau pembiayaan macet dan DTL, maka Bank Indonesia tidak memberikan persetujuan sementara dan: a. pihak yang dinilai dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi; dan b. LPS menyampaikan kembali calon anggota Dewan Komisaris atau calon anggota Direksi yang baru. (5) Bank Indonesia memberitahukan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada LPS berupa: a. persetujuan sementara, dalam hal calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang diajukan memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (3); b. penolakan, dalam hal calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi yang diajukan memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (4). 191 Pasal 65 14/9/PBI/2012 Pengajuan calon anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi lainnya selain untuk memenuhi 1 (satu) anggota Dewan Komisaris dan/atau 1 (satu) anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 64 ayat (1) (Paragraf 190 ayat (1) Kodifikasi ini) dalam ketentuan pada Bab III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 152 Paragraf 163 Kodifikasi ini). 143

154 192 Pasal 66 (1) BPR wajib menyampaikan dokumen persyaratan administratif 14/9/PBI/2012 sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (1) (Paragraf 157 ayat (1) Kodifikasi ini) dari anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi yang telah memperoleh persetujuan sementara dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal persetujuan sementara. (2) Terhadap anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan uji kemampuan dan kepatutan berupa penelitian administratif dan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) (Paragraf 158 ayat (1) Kodifikasi ini). (3) Berdasarkan penelitian administratif dan wawancara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan menjadi 2 (dua) predikat: a. Lulus; atau b. Tidak Lulus (4) Bank Indonesia menetapkan hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah seluruh dokumen persyaratan administratif dari BPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah diterima secara lengkap. 193 Pasal 67 14/9/PBI/2012 (1) Dalam hal BPR tidak menyampaikan secara lengkap dokumen persyaratan administratif dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) (Paragraf 192 ayat (1) Kodifikasi ini) maka persetujuan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) (Paragraf 190 ayat (3) Kodifikasi ini) dinyatakan tidak berlaku terhitung sejak terlampauinya jangka waktu dimaksud. (2) Apabila persetujuan sementara dinyatakan tidak berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka: a. Pihak yang diuji dilarang melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi; dan Yang dimaksud dengan melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada ayat ini adalah bertindak mewakili BPR dalammembuat keputusan yang secara hukum mengikat BPR dan/atau mengambil keputusan yang penting yang mempengaruhi kondisi keuangan BPR. b. LPS dapat mengajukan kembali calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi sesuai dengan ketentuan pada Bab III Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 152 Paragraf 163 Kodifikasi ini). 194 Pasal 68 14/9/PBI/ Pasal 69 14/9/PBI/2012 Bank Indonesia memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (4) (Paragraf 192 ayat (4) Kodifikasi ini) secara tertulis kepada: a. BPR dan LPS dalam bentuk persetujuan atau penolakan; dan b. Pihak yang diuji melalui BPR dalam bentuk penetapan hasil uji kemampuan dan kepatutan. (1) Tindaklanjut dari hasil akhir uji sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat (3) (Paragraf 192 ayat (3) Kodifikasi ini), berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 36, Pasal 37 ayat (1), dan Pasal 37 ayat (2) (Paragraf 162, Paragraf 163 ayat (1), dan Paragraf 164 ayat (2) Kodifikasi ini). 144

155 (2) Dalam hal hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan pihak yang diuji ditetapkan Tidak Lulus, maka hasil persetujuan sementara yang telah diterbitkan menjadi batal terhitung sejak tanggal penetapan Tidak Lulus. (3) LPS dapat mengajukan kembali calon anggota Dewan Komisaris dan/atau calon anggota Direksi sesuai dengan ketentuan pada Bab III pada Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 152 Paragraf 163 Kodifikasi ini). Bagian Kedua 196 Pasal 70 14/9/PBI/2012 BAB VII 197 Pasal 71 14/9/PBI/2012 Uji Kemampuan dan Kepatutan Terhadap Anggota Dewan Komisaris, Anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif Tata cara uji kemampuan dan kepatutan terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif, berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab IV Peraturan Bank Indonesia ini (Paragraf 164 Paragraf 180 Kodifikasi ini). Ketentuan Lain-Lain (1) Hasil akhir uji kemampuan dan kepatutan bersifat rahasia dan ditatausahakan serta digunakan oleh Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia. (2) Dalam hal BPR, pihak-pihak yang diuji dan pihak-pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 35, Pasal 44, Pasal 60, Pasal 64 dan Pasal 68 (Paragraf 145, Paragraf 161, Paragraf 170, Paragraf 186, Paragraf 190 dan Paragraf 194 Kodifikasi ini) memberitahukan hasil uji kemampuan dan kepatutan kepada pihak lain, maka segala akibat hukum yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Bank Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan data yang telah diberikan kepada anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi dan pihakpihak lain yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 35, Pasal 44, Pasal 60, Pasal 64, dan Pasal 67 (Paragraf 145, Paragraf 161, Paragraf 170, Paragraf 186, Paragraf 190 dan Paragraf 193 Kodifikasi ini). 198 Pasal 72 14/9/PBI/2012 Ayat (1) SE 14/36/DKBU 2012 Romawi V (1) BPR wajib melaporkan rencana perubahan struktur kelompok usaha yang terkait dengan BPR termasuk badan hukum pemilik BPR sampai dengan ultimate shareholders kepada Bank Indonesia paling lambat 1 (satu) bulan sebelum terjadinya perubahan. Dalam hal terdapat rencana perubahan struktur kelompok usaha, BPR wajib menyampaikan laporan rencana perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan BPR (Paragraf 198 Kodifikasi ini) yang mencakup seluruh pihak terkait pengendalian BPR sampai dengan pemilik dan pengendali terakhir dari badan hukum lpspt). Pelaporan rencana perubahan struktur kelompok usaha disampaikan dengan disertai struktur perubahan sebagaimana contoh pada Lampiran 4a (struktur kelompok usaha setelah perubahan) dan Lampiran 4b (tabel perubahan struktur kelompok usaha) (Lampiran 26a dan Lampiran 26b Kodifikasi ini). Laporan rencana perubahan struktur kelompok usaha 145

156 disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana butir II huruf E (sebagaimana telah diubah oleh Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/45/DPNP 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/36/DKBU tanggal 21 Desember 2012 perihal Uji Kemampuan dan Kepatutan () Bank Perkreditan Rakyat, No. 2). Pasal 72 14/9/PBI/2012 Ayat (2) (3) (2) Dalam hal perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut penilaian Bank Indonesia menyebabkan perubahan pengendali BPR atau apabila menurut penilaian Bank Indonesia terdapat pengendali BPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 (Paragraf 129 Kodifikasi ini), maka BPR wajib mengajukan calon PSP kepada Bank Indonesia untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan. Dalam hal pihak pengendali berbentuk badan hukum maka pihak yang diuji adalah badan hukum dan pengurus badan hukum tersebut. (3) Uji kemampuan dan kepatutan terhadap pengendali BPR yang disebabkan karena adanya perubahan struktur kelompok usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan satu kesatuan dan merupakan hasil uji kemampuan dan kepatutan terhadap kelompok usaha. 199 Pasal 73 14/9/PBI/2012 Bank Indonesia berwenang menolak perubahan pengendali BPR, apabila berdasarkan penilaian Bank Indonesia perubahan tersebut dapat menyebabkan atau diindikasikan dapat menghambat pelaksanaan pengawasan BPR. Yang dimaksud dengan menghambat pelaksanaan pengawasan BPR antara lain apabila Bank Indonesia mengalami atau melihat potensi adanya kesulitan untuk mengakses data dan informasi termasuk informasi sumber keuangan pengendali BPR. 200 Pasal 74 14/9/PBI/2012 BAB VIII 201 Pasal 75 14/9/PBI/2012 Peraturan Bank Indonesia ini tidak diberlakukan bagi BPR eks Badan Kredit Desa (BKD) yang didirikan berdasarkan Staatsblad Tahun 1929 Nomor 357 dan Rijksblad Tahun 1937 Nomor 9. Sanksi (1) BPR yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2), Pasal 24 ayat (2) huruf b, Pasal 47 ayat (2), Pasal 50 ayat (2) huruf b, atau Pasal 52 ayat (2) (Paragraf 128 ayat (2), Paragraf 150 ayat (2) huruf b, Paragraf 173 ayat (2), Paragraf 176 ayat (2) huruf b, atau Paragraf 178 ayat (2) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif sesuai dengan Pasal 52 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa: Pengenaan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar, tidak menghilangkan kewajiban BPR untuk menyampaikan laporan. 146

157 a. teguran tertulis; dan/atau b. pemberhentian sebagai anggota Dewan Komisaris dan/atau anggota Direksi BPR dan selanjutnya Bank Indonesia menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank Indonesia. (2) BPR yang melanggar kewajiban menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 49, Pasal 52 ayat (3) atau Pasal 72 ayat (1) (Paragraf 149, Paragraf 175, Paragraf 178 ayat (3) atau Paragraf 178 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp ,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap laporan dengan jumlah paling banyak Rp ,00 (tiga juta rupiah). (3) Pemegang saham yang dengan sengaja tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), Pasal 25 ayat (1) huruf c, Pasal 37 ayat (5), Pasal 47 ayat (1) huruf a, Pasal 51 huruf c, atau Pasal 52 ayat (5) (Paragraf 132 ayat (2), Paragraf 151 ayat (1) huruf c, Paragraf 163 ayat (5), Paragraf 173 ayat (1) huruf a, Paragraf 177 huruf c, atau Paragraf 178 ayat (5) Kodifikasi ini), dikenakan sanksi sesuai dengan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun (4) Anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang dengan sengaja tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) atau Pasal 52 ayat (1) (Paragraf 152 ayat (2) atau Paragraf 178 ayat (1) Kodifikasi ini) dikenakan sanksi sesuai Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

158 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum melalui Proses Pengambilalihan (Akuisisi) Lampiran 1 1. Salinan pengumuman Ringkasan Rancangan Pengambilalihan, sebelum dilaksanakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS): a. kepada masyarakat, melalui 2 (dua) surat kabar yang mempunyai peredaran luas. b. kepada karyawan Bank (tertulis). 2. Usulan Rencana Pengambilalihan yang disusun oleh Direksi Bank yang diambil alih bersama pihak yang akan melakukan pengambilalihan, paling kurang memuat hal hal sebagai berikut: a. nama dan tempat kedudukan Bank yang akan diambil alih dan pihak yang akan melakukan pengambilalihan, disertai dengan dokumen identitas pihak yang akan melakukan pengambilalihan: 1) Untuk perorangan: a) fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). b) Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai dengan Lampiran 2f. c) pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 2) Untuk badan hukum: a) Akta Pendirian Badan Hukum yang memuat Anggaran Dasar berikut perubahannya yang telah mendapat pengesahan dari instansi berwenang, termasuk bagi badan hukum asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara asal badan hukum tersebut. b) dokumen identitas seluruh anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi masing masing badan hukum: i. fotokopi tanda pengenal, dapat berupa KTP atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). ii. iii. Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai dengan Lampiran 2f. pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

159 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 1 b. alasan serta penjelasan dari Bank yang akan diambil alih dan dari pihak yang akan melakukan pengambilalihan. c. laporan keuangan 3 (tiga) tahun buku terakhir dari Bank yang diambil alih dan badan hukum yang akan melakukan pengambilalihan Bank yang diaudit oleh Akuntan Publik. d. tata cara konversi saham dari masing-masing pihak yang melakukan ambil alih bila pembayaran pengambilalihan dilakukan dengan saham. e. rancangan perubahan anggaran dasar Bank yang diambil alih. f. jumlah dan nilai saham Bank yang akan diambil alih. g. kesiapan pendanaan dari pihak yang akan melakukan pengambilalihan. h. cara penyelesaian hak hak pemegang saham minoritas. i. cara penyelesaian status karyawan dari Bank yang akan diambil alih. j. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengambilalihan. k. komposisi pemegang saham setelah dilakukan pengambilalihan. l. surat pernyataan bermaterai cukup dari pihak yang akan melakukan pengambilalihan bahwa dana yang digunakan untuk mengambil alih bukan: 1) berasal dari pinjaman/fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan/atau pihak lain di Indonesia; dan/atau 2) berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang. 3. Rancangan Akta Pengambilalihan yang telah disetujui oleh RUPS Bank yang diambil alih dan pihak yang akan melakukan pengambilalihan. 4. Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan, bagi calon PSP perorangan. 5. Surat pernyataan bermaterai cukup dari pihak yang akan melakukan pengambilalihan, sebagai berikut: a. dalam hal calon PSP merupakan perorangan, surat pernyataan tersebut paling kurang memuat bahwa yang bersangkutan: 1) bersedia untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan. 2) bersedia untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila Bank menghadapi kesulitan permodalan maupun likuiditas dalam menjalankan kegiatan usahanya

160 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 1 3) tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun sebelum tanggal pengajuan permohonan, dan tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi pemegang saham Bank. 4) tidak pernah dinyatakan pailit dan/atau tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan. 5) tidak memiliki kredit macet dan/atau hutang jatuh tempo yang bermasalah. 6) tidak melakukan pengalihan kepemilikan saham pada Bank yang akan diambilalih dalam jangka waktu tertentu. 7) tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. b. dalam hal calon PSP merupakan badan hukum, surat pernyataan tersebut berupa: 1) surat pernyataan badan hukum yang diwakili oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan anggaran dasarnya untuk pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir a.1) sampai dengan butir a.7). 2) surat pernyataan dari masing masing anggota Dewan K omisaris dan masing-masing anggota Direksi Badan Hukum dimaksud untuk pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir a.1), butir a.3), butir a.4), butir a.5) dan butir a.7). 3) surat pernyataan dari Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT), yaitu: a) dalam hal PSPT adalah perorangan, berupa surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir a.1) sampai dengan butir a.7); b) dalam hal PSPT yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah badan hukum maka surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir a.1) sampai dengan butir a.7), diwakili oleh pejabat yang berwenang mewakili badan hukum sesuai dengan anggaran dasarnya, atau

161 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 1 c) dalam hal PSPT adalah pemerintah negara lain dan hukum di negara yang bersangkutan tidak memperbolehkan PSPT tersebut memberikan data dan dokumen, Bank Indonesia menetapkan PSPT lain yang secara langsung dikendalikan oleh Pemerintah negara lain tersebut berdasarkan dokumen pendukung yang sah. Yang dimaksud dengan PSPT lain yang dikendalikan secara langsung oleh pemerintah negara lain adalah PSPT yang telah mendapatkan penunjukan dari pemerintah berdasarkan dokumen pendukung yang sah. Yang dimaksud dengan dokumen pendukung yang sah antara lain berupa pernyataan dari pemerintah negara lain tersebut yang memuat: i. penegasan antara lain bahwa hukum dari negara tersebut melarang pemerintah atau badan hukum yang dikendalikan secara langsung oleh pemerintah untuk memberikan data dan dokumen; ii. penunjukan badan hukum lain yang dikendalikan pemerintah sebagai PSPT untuk dilakukan uji kemampuan dan kepatutan. 4) apabila terdapat pengendali Bank, surat pernyataan yaitu: a) dalam hal pengendali adalah badan hukum, berupa pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir a.1) sampai dengan butir a.7) yang diwakili oleh pejabat yang berwenang mewakili badan hukum sesuai dengan anggaran dasarnya. b) dalam hal pengendali adalah perorangan, berupa pernyataan sebagaimana dimaksud pada butir a.1), butir a.3), butir a.4), butir a.5), butir a.6) dan butir a.7). 6. Surat pernyataan bermaterai cukup dari calon PSP mengenai kesediaan untuk memberikan data dan informasi yang terkait dengan struktur kelompok usaha kepada Bank Indonesia dalam rangka pengawasan. 7. Struktur kelompok usaha yang terkait dengan badan hukum sebagai calon PSP Bank sampai dengan PSPT. 8. Analisis kemampuan keuangan calon PSP saat ini beserta proyeksinya paling kurang untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kedepan yang disusun oleh konsultan independen. 9. Rencana Bisnis yang dibuat oleh calon PSP terhadap pengembangan Bank paling kurang untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kedepan

162 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 2 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum melalui Proses Pembelian Saham Bank Umum 1. bagi calon PSP perorangan: a. Dokumen yang menyatakan identitas berupa: 1) fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). 2) Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai dengan Lampiran 2f. 3) pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. b. Rancangan Akta Jual Beli Saham. c. Rencana komposisi pemegang saham Bank setelah pembelian saham. d. Surat pernyataan bermaterai cukup dari calon pembeli bahwa dana yang digunakan bukan : 1) berasal dari pinjaman/fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank atau pihak lain di Indonesia. 2) berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang. e. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1a butir 5.a. f. Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Tahunan. g. Rencana Bisnis yang dibuat oleh calon PSP terhadap pengembangan Bank paling kurang untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kedepan. 2. bagi calon PSP berbentuk badan hukum: a. Rancangan akta jual beli saham. b. Akta pendirian termasuk anggaran dasar badan hukum berikut perubahannya yang telah mendapat pengesahan dari instansi berwenang. c. Dokumen yang menyatakan identitas berupa fotokopi KTP atau paspor dari seluruh anggota dewan komisaris dan anggota direksi. d. Daftar pemegang saham berikut besarnya masing masin g kepemilikan saham badan hukum yang bersangkutan

163 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 2 e. Neraca badan hukum yang telah diaudit oleh Akuntan Publik independen (disertai penjelasannya) paling lambat 6 (enam) bulan sebelum tanggal pengajuan permohonan. f. Surat pernyataan bermaterai cukup dari anggota direksi dan atau anggota dewan komisaris badan hukum yang bersangkutan bahwa dana yang digunakan untuk pembelian saham bukan: 1) berasal dari pinjaman/fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank atau pihak lain di Indonesia. 2) berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang. g. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1a butir 5.b. h. Melampirkan seluruh struktur kelompok usaha yang terkait dengan Bank dan badan hukum pemilik Bank. i. Surat pernyataan bermaterai cukup dari calon PSP mengenai kesediaan untuk memberikan data dan informasi yang terkait dengan struktur kelompok usaha kepada Bank Indonesia dalam rangka pengawasan. j. Analisa kemampuan keuangan calon PSP saat ini beserta proyeksinya paling kurang untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kedepan yang disusun oleh konsultan independen. k. Rencana Bisnis yang dibuat oleh calon PSP terhadap pengembangan Bank paling kurang untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun kedepan

164 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 3 DAFTAR ISIAN BAGI CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI (PSP) BANK PERORANGAN (Gunakan lembar jawaban terpisah apabila halaman yang tersedia tidak mencukupi) 1. Nama lengkap (termasuk alias) 2. Nama lain (apabila ada) 3. Tempat, tanggal lahir 4. Alamat sesuai bukti identitas diri 5. Alamat domisili/korespondensi (apabila berbeda dengan alamat sesuai angka 4) 6. Kualifikasi profesi Saudara dan periode waktunya. (sebutkan secara lengkap) 7. Jelaskan profesi/aktivitas bisnis dan keanggotaan profesi Saudara dalam dua tahun terakhir. Jelaskan termasuk nama perusahaan, bidang usaha, jabatan, asosiasi profesi yang diikuti dan informasi lain yang relevan. 8. NPWP (bagi WNI) atau yang setara (bagi WNA). 9. Sebutkan jumlah seluruh harta Saudara pada akhir Desember tahun terakhir. (lampirkan copy dokumen pendukung) 10. Sebutkan jumlah seluruh kewajiban Saudara pada akhir Desember tahun terakhir. (lampirkan copy dokumen pendukung)

165 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Sebutkan pendapatan atau penghasilan Saudara dalam 3 tahun terakhir. (lampirkan copy dokumen pendukung) 12. Sebutkan pembayaran pajak penghasilan Saudara dalam 3 tahun terakhir. (lampirkan copy dokumen pendukung) 13. Sebutkan perkiraan pendapatan yang akan diperoleh dalam tahun berjalan. 14. Jelaskan sumber dana yang akan Saudara gunakan untuk membeli saham bank, apakah dari: Kekayaan pribadi? Pinjaman dalam negeri? Pinjaman luar negeri? Lainnya? (Sebutkan sumbernya) 15. Jelaskan perusahaan yang Saudara miliki (secara langsung dan tidak langsung/nominee). 16. Jelaskan kewajiban dan tanggungjawab Saudara pada perusahaan tersebut. 17. Apakah saat ini Saudara merupakan PSP pada bank lain? Jelaskan 18. Apakah Saudara saat ini berperan sebagai PSP pada perusahaan non bank? 19. Apakah bank lain pada pertanyaan no. 17 dan atau perusahaan non bank pada pertanyaan no.18 memiliki hubungan bisnis dengan bank yang sahamnya akan Saudara beli? Jelaskan jenis hubungan bisnisnya secara detail

166 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Apakah Saudara berniat membeli saham tersebut dengan tujuan untuk investasi jangka panjang (strategic partner)? Jika tidak, jelaskan. 21. Apakah saat ini Saudara telah memiliki saham pada bank yang sahamnya akan Saudara beli tersebut (secara langsung maupun tidak langsung). Jelaskan detail dengan komposisinya. 22. Berapa banyak saham yang yang akan Saudara beli? Berapa nilai pembeliannya? Berapa porsinya dari keseluruhan saham Bank? Apabila Saudara telah memiliki saham Bank tersebut sebelumnya, berapa porsinya jika ditambah dengan jumlah saham yang akan Saudara beli saat ini? 23. Bagaimana penggunaan hak suara Saudara pada bank tersebut, secara sendiri-sendiri (Saudara sebagai individu) ataukah bersama-sama dengan kelompok usaha/ afiliasi Saudara? 24. Apakah Saudara pernah dinyatakan pailit oleh otoritas di Indonesia atau negara lainnya? Jelaskan secara spesifik. 25. Apakah Saudara pernah diminta untuk berhenti bekerja, dikenakan tindakan disiplin/ sanksi oleh perusahaan atau dikenakan sanksi larangan untuk menjalankan profesi Saudara?

167 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 \ Lanjutan Lampiran Apakah pada saat Saudara mengelola atau memiliki perusahaan, perusahaan tersebut pernah dinyatakan pailit oleh otoritas di Indonesia atau negara lainnya? 27. Apakah Saudara sendiri atau dalam asosiasi, perusahaan Saudara atau kelompok usaha Saudara, pernah dipublikasikan dan atau menjadi obyek investigasi pihak otoritas hukum berkaitan dengan permasalahan pidana dan atau tindak tercela di bidang keuangan? 28. Apakah Saudara memiliki perusahaan yang pernah dibekukan izinnya oleh otoritas di Indonesia atau negara lain? Jelaskan. 29. Apakah Saudara atau perusahaan Saudara memiliki izin menjalankan bisnis di Indonesia atau di negara lain? Jika benar, jelaskan jenis bidang usaha, berapa lama, dimana? Apabila terdapat perizinan yang dibekukan/dibatalkan, jelaskan secara spesifik. 30. Apakah Saudara (sendiri atau dalam asosiasi), perusahaan Saudara atau kelompok usaha Saudara pernah ditolak permohonan perizinannya di bidang perbankan/keuangan oleh otoritas di Indonesia atau di negara lain? Jelaskan secara rinci

168 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Apakah Saudara dan atau kelompok usaha Saudara memiliki rencana untuk melakukan bisnis lain di Indonesia atau di negara lain yang akan berpengaruh terhadap bank yang sahamnya akan Saudara beli? Jelaskan. 32. Apakah Saudara (sendiri atau bersama-sama), perusahaan Saudara atau kelompok usaha Saudara pernah gagal memenuhi kewajiban kepada pihak lain berdasarkan hukum di Indonesia atau negara lain (misal pembayaran pajak, kredit dsb)? Jelaskan. 33. Apakah aktivitas bisnis Saudara atau perusahaan Saudara/ kelompok usaha Saudara sedang atau akan dijamin oleh pihak lain? Jelaskan. 34. Jelaskan apabila terdapat informasi lain yang dapat memberikan data sebagai pertimbangan Bank Indonesia dalam memproses permohonan Saudara. Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan, bahwa : 1. telah memahami ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban saya selaku PSP/PSPT sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku. 2. informasi yang diberikan di atas adalah benar, lengkap dan akurat. 3. akan menginformasikan kepada Bank Indonesia dalam waktu 30 (tiga puluh) hari apabila terdapat perubahan informasi yang signifikan

169 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 3 4. apabila pernyataan/informasi di atas terbukti tidak benar, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sanggup untuk mengundurkan diri dari PSP Bank. (Kota),... (Tandatangan di atas materai cukup) (Nama/jabatan)

170 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 4 DAFTAR ISIAN BAGI CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI (PSP) BANK BADAN HUKUM/PEMEGANG SAHAM PENGENDALI TERAKHIR (Gunakan lembar jawaban terpisah apabila halaman yang tersedia tidak mencukupi) 1. Nama perusahaan dan alamat lengkap: 2. Nama lengkap (pihak yang mewakili perusahaan): Jabatan dalam perusahaan : 3. Jelaskan kewajiban dan tanggungjawab Saudara sebagai pihak yang mewakili perusahaan: 4. Tempat dan tanggal perusahaan didirikan: 5. Lembaga Pengawas/Regulator perusahaan Saudara: Nama Lembaga : Alamat : Web Site : Apakah otoritas pengawas perusahaan Saudara menerima konsep bersedia consolidated supervision bersama Bank Indonesia?

171 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 4 6. Bisnis utama perusahaan saat ini dan sesuai anggaran dasar perusahaan: 7. Apakah saat ini perusahaan Saudara merupakan PSP pada Bank lain? Jelaskan. 8. Apakah saat ini perusahaan Saudara berperan sebagai PSP pada perusahaan non bank? Jelaskan. 9. Apakah perusahaan pada pertanyaan no.8 memiliki hubungan bisnis dengan Bank yang akan diambil alih atau dengan Bank pada pertanyaan no.7? Jelaskan. 10. Apakah perusahaan Saudara bermaksud menjadi pengendali/ sebagai PSP dengan tujuan investasi jangka panjang (strategic partner)? Jika Ya, jelaskan program Saudara

172 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Apakah saat ini perusahaan Saudara telah memiliki saham bank yang akan diambil alih (secara langsung maupun tidak langsung/nominee)? Jika Ya, jelaskan komposisinya secara rinci dan jelaskan pencatatan nominee atas nama siapa, jelaskan alasannya. 12. Uraikan secara rinci, besar nominal/prosentase kepemilikan yang akan diambil alih oleh perusahaan Saudara dan kelompok bisnis Saudara. 13. Jelaskan penggunaan hak suara perusahaan Saudara pada bank yang akan diambil alih: Apakah digunakan secara sendiri-sendiri (perusahaan Saudara secara independen) ataukah bersamasama dengan kelompok bisnis Saudara sebagai satu kesatuan? 14. Sebutkan nama dan jabatan key person pada perusahaan Saudara. Khusus pengendali, jelaskan informasi rinci meliputi kebangsaan, kualifikasi akademis dan profesi, serta pekerjaan dalam lima tahun terakhir

173 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Informasikan secara rinci seluruh daftar pemegang saham pada perusahaan Saudara dan jelaskan PSPnya. 16. Apakah saat ini perusahaan Saudara telah mengendalikan secara langsung maupun tidak langsung Bank yang akan diambil alih? Jika Ya, jelaskan. 17. Apakah perusahaan Saudara pernah dipublikasikan atau menjadi obyek investigasi pihak berwenang di Indonesia atau negara lain dalam perkara pidana atau tindak tercela lain di bidang keuangan? Jika Ya, jelaskan, termasuk hasil akhir penyelesaiannya. 18. Apakah perusahaan Saudara menjadi pengendali pada perusahaan lain yang izin usahanya pernah dicabut atau direkomendasikan untuk dicabut oleh otoritas di Indonesia atau negara lain: Jika Ya, jelaskan

174 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Apakah perusahaan Saudara atau kelompok usaha Saudara memiliki izin untuk menjalankan bisnis di Indonesia atau di negara lain dan kemudian dibekukan/dibatalkan izinnya? Jika Ya, jelaskan. 20. Apakah perusahaan Saudara atau kelompok bisnis Saudara pernah ditolak permohonan perizinannya di bidang perbankan/keuangan oleh otoritas di Indonesia atau di negara lain? Jika Ya, jelaskan. 21. Apakah Saudara dan atau kelompok bisnis Saudara memiliki rencana untuk melakukan bisnis lain di Indonesia atau di negara lain yang akan berpengaruh terhadap bank yang akan diambil alih? Jika Ya, jelaskan. 22. Apakah perusahaan Saudara atau kelompok bisnis Saudara pernah gagal memenuhi kewajiban (pembayaran pajak, kredit dsb.) kepada pihak lain berdasarkan hukum di Indonesia atau negara lain? Jika Ya, jelaskan

175 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran Apakah kegiatan perusahaan Saudara/perusahaan lainnya dalam kelompok bisnis Saudara dijamin atau diekspektasikan akan dijamin oleh pihak lain? Jika Ya, jelaskan oleh siapa dan bagaimana penjaminan itu akan dilaksanakan. 24. Jelaskan sumber dana yang akan digunakan perusahaan Saudara untuk mengambil alih Bank (jawaban wajib disertai dengan dokumen pendukung). 25. Jelaskan alasan/informasi lain yang dapat memperkuat pertimbangan Bank Indonesia dalam memproses permohonan pengambilalihan Bank oleh perusahaan Saudara (disertai dengan bukti pendukung). Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan, bahwa: 1. telah memahami ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban saya selaku PSP/PSPT sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku. 2. informasi yang diberikan di atas adalah benar, lengkap dan akurat. 3. akan menginformasikan kepada Bank Indonesia dalam waktu 30 (tiga puluh) hari apabila terdapat perubahan informasi yang signifikan

176 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 4 4. apabila pernyataan/informasi di atas terbukti tidak benar, maka dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sanggup untuk mengundurkan diri dari PSP Bank. (Kota),... (Tandatangan di atas materai cukup) Nama & Jabatan: Nama Perusahaan yang diwakili : Dasar hukum untuk mewakili : Catatan: 1. Termasuk ditandatangani oleh PSPT badan hukum. 2. Saudara diperkenankan untuk menggunakan lembar jawaban terpisah jika kolom yang tersedia tidak mencukupi (sebagai satu kesatuan)

177 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 5 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Anggota Dewan Komisaris Bank Umum 1. Daftar susunan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank. 2. Fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). 3. Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai dengan Lampiran 2f. 4. Pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 5. Contoh tanda tangan dan paraf. 6. Surat Keterangan / bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya mengenai pengalaman di bidang perbankan, bagi calon yang telah berpengalaman. 7. Bukti telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Nominasi dan Remunerasi. 8. Surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa yang bersangkutan: a. bersedia untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan; b. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; c. tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi anggota Dewan Komisaris Bank; d. tidak memiliki kredit macet; e. tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi komisaris atau direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; f. tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada lembaga perbankan, perusahaan atau lembaga lain, melebihi yang diperkenankan dalam ketentuan yang berlaku; g. tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua termasuk besan dengan sesama anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi (berlaku bagi mayoritas anggota Komisaris bank); h. merupakan pihak yang independen terhadap pemilik Bank atau PSP (khusus bagi Komisaris Independen); dan i. tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank

178 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 5 9. Bukti telah memiliki sertifikat manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum

179 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 6 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Anggota Direksi Bank Umum 1. Daftar susunan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank. 2. Fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). 3. Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai dengan Lampiran 2f. 4. Pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 5. Contoh tanda tangan dan paraf. 6. Surat Keterangan / bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya yang menyatakan bahwa yang bersangkutan berpengalaman dalam operasional bank paling kurang 5 (lima) tahun sebagai Pejabat Eksekutif bank (berlaku bagi mayoritas anggota Direksi Bank). 7. Bukti telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Nominasi dan Remunerasi. 8. Surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa yang bersangkutan: a. bersedia untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan; b. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; c. tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi anggota Direksi Bank; d. tidak memiliki kredit macet; e. tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi komisaris atau direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; f. tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif pada lembaga perbankan, perusahaan atau lembaga lain; g. tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua termasuk besan dengan sesama anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi (berlaku bagi mayoritas anggota Direksi Bank); h. baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama tidak memiliki saham melebihi 25 % dari modal disetor pada suatu perusahaan lain; i. merupakan pihak yang independen terhadap PSP bank (khusus bagi calon Direktur Utama Bank); dan

180 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 6 j. tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. 9. Bukti telah memiliki sertifikat manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum

181 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 7 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan Bank Umum 1. Daftar susunan anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi Bank. 2. Fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). 3. Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai Lampiran 2f. 4. Pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 5. Contoh tanda tangan dan paraf. 6. Surat Keterangan / bukti tertulis dari bank tempat bekerja sebelumnya yang menyatakan bahwa yang bersangkutan berpengalaman dalam operasional bank paling kurang 5 (lima) tahun sebagai Pejabat Eksekutif bank (berlaku bagi mayoritas anggota Direksi Bank). 7. Bukti telah mendapatkan rekomendasi dari Komite Nominasi dan Remunerasi. 8. Surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa yang bersangkutan: a. bersedia untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan; b. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; c. tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi anggota Direksi Bank; d. tidak memiliki kredit macet; e. tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi komisaris atau direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; f. tidak merangkap jabatan sebagai Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada lembaga perbankan, perusahaan atau lembaga lain; g. tidak memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua termasuk besan dengan sesama anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi (berlaku bagi mayoritas anggota Direksi Bank); h. baik secara sendiri sendiri atau bersama sama tidak memiliki saham melebihi 25 % dari modal disetor pada suatu perusahaan lain; dan i. tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. 9. Bukti telah memiliki sertifikat manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum. 10. Struktur organisasi Bank dan job description calon Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan

182 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 8 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pimpinan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) 1. Daftar susunan Pimpinan Kantor Cabang. 2. Fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). 3. Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai Lampiran 2f. 4. Pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 5. Contoh tanda tangan dan paraf. 6. Surat penunjukan atau pemberian wewenang dari kantor pusat bank. 7. Surat keterangan atau bukti tertulis dari bank atau kantor bank tempat bekerja sebelumnya mengenai pengalaman operasional di bidang perbankan bagi calon Pimpinan Kantor Cabang yang telah berpengalaman (berlaku bagi mayoritas anggota Pimpinan Kantor Cabang). 8. Surat Pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa yang bersangkutan: a. bersedia untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan; b. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan, yang disahkan oleh instansi berwenang, otoritas perbankan asal atau kedutaan besar negara asal Bank di Indonesia; c. tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi pimpinan KCBA; d. tidak memiliki kredit macet; e. tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi pemegang saham, anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; f. tidak merangkap jabatan sebagai Dewan Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif yang memerlukan tanggung jawab penuh pada bank, perusahaan atau lembaga lain; dan g. tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank. 9. Bukti telah memiliki sertifikat manajemen risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum

183 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 9 Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing 1. Fotokopi tanda pengenal, dapat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dan/atau KITAS (apabila menetap di Indonesia). 2. Daftar Riwayat Hidup, dengan format sesuai Lampiran 2f. 3. Pas foto terakhir ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. 4. Contoh tanda tangan dan paraf. 5. Surat penunjukan atau pemberian wewenang dari kantor pusat bank. 6. Surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa yang bersangkutan: a. bersedia untuk mematuhi ketentuan dan peraturan perundang undangan yang berlaku khususnya di bidang perbankan; b. tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde) dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan yang disahkan oleh instansi berwenang, otoritas perbankan asal atau kedutaan besar negara asal Bank di Indonesia; c. tidak sedang dalam masa pengenaan sanksi untuk dilarang menjadi Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Asing; d. tidak memiliki kredit macet; e. tidak pernah dinyatakan pailit dan tidak pernah menjadi komisaris atau direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit berdasarkan ketetapan pengadilan dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan permohonan; f. tidak merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang memerlukan tanggung jawab penuh pada Bank, perusahaan atau lembaga lain; dan g. tidak sedang menjalani proses hukum dan/atau proses uji kemampuan dan kepatutan pada suatu bank

184 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 10 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. DATA PERSONAL Nama Lengkap : Nama Panggilan : Alamat Rumah : Kode Post: Telepon Rumah : Nomor Handphone : Alamat Kantor : Nomor Telepon Kantor : Tempat & Tanggal Lahir : Status : Agama :

185 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN Lanjutan Lampiran 10 Tingkatan Tahun Nama Institusi Fakultas / Lulus / Gelar Jurusan yang dicapai Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum Akademi Perguruan Tinggi Pasca Sarjana III. PELATIHAN / KURSUS YANG PERNAH DIIKUTI Nama Pelatihan / Tahun Penyelenggara Lokasi Kursus*) *) termasuk pelatihan sertifikasi IV.RIWAYAT PEKERJAAN Bulan Total Tanggung dan Perusahaan Jabatan*) Prestasi Penghargaan Aktiva/ Jawab Tahun omzet *) penjelasan mengenai pengalaman sebagai Pejabat Eksekutif sesuai PBI Uji Kemampuan dan Kepatutan

186 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 V. PENGALAMAN SPESIFIK Lanjutan Lampiran 10 (Uraikan pengalaman spesifik anda di tempat kerja yang menggambarkan kemampuan anda dalam menangani situasi yang sulit). Demikianlah Daftar Riwayat Hidup ini saya susun dengan sebenar-benarnya. (Kota),... (Tanda tangan di atas materai cukup) (Nama)

187 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 JANGKA WAKTU SANKSI BAGI PSP YANG DITETAPKAN TIDAK LULUS No PSP yang ditetapkan Tidak Lulus Jangka Waktu Sanksi karena terbukti melakukan tindakan/perbuatan: Lampiran 11 1 mempengaruhi dan/atau menyuruh 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila: anggota Dewan Komisaris, anggota a. tindakan/perbuatan dilakukan Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau secara berulang; pegawai Bank untuk melakukan b. melakukan juga tindakan/ perbuatan yang melanggar prinsip perbuatan pada nomor 2, nomor 3, kehati-hatian di bidang perbankan nomor 4 dan/ atau nomor 5; atau dan/atau asas-asas perbankan yang c. tindakan/perbuatan dilakukan sehat. disertai dengan menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. 2 terbukti tidak melaksanakan 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila: perintah Bank Indonesia untuk a. tindakan/perbuatan dilakukan melakukan dan/atau tidak secara berulang; melakukan tindakan tertentu dalam b. melakukan juga tindakan/ rangka penyehatan Bank. perbuatan pada nomor 1, nomor 3, nomor 4 dan/atau nomor 5; atau c. tindakan/perbuatan dilakukan disertai dengan menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. 3 terbukti memiliki kredit macet. 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila melakukan juga tindakan/ perbuatan pada nomor 1, nomor 2, nomor 4 dan/atau nomor

188 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 11 JANGKA WAKTU SANKSI BAGI PSP YANG DITETAPKAN TIDAK LULUS No PSP yang ditetapkan Tidak Lulus Jangka Waktu Sanksi karena terbukti melakukan tindakan/perbuatan: 4 tidak melakukan upaya-upaya yang 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila diperlukan apabila Bank melakukan juga tindakan/ perbuatan menghadapi kesulitan permodalan pada nomor 1, nomor 2, nomor 3 maupun likuiditas. dan/atau nomor 5. 5 menolak atau tidak melaksanakan 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila: komitmen yang telah dibuat kepada a. tindakan/perbuatan dilakukan Bank Indonesia dan/atau secara berulang; Pemerintah. b. melakukan juga tindakan/ perbuatan pada nomor 1, nomor 2, nomor 3 dan/atau nomor 4; atau c. tindakan/perbuatan dilakukan disertai dengan menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. 6 mempengaruhi dan/atau menyuruh 5 tahun anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank untuk menyembunyikan dan/atau mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya

189 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 JANGKA WAKTU SANKSI Lanjutan Lampiran 11 BAGI PSP YANG DITETAPKAN TIDAK LULUS No PSP yang ditetapkan Tidak Lulus Jangka Waktu Sanksi karena terbukti melakukan tindakan/perbuatan: 7 mempengaruhi dan/atau menyuruh 5 tahun anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif dan/atau pegawai Bank untuk memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank. 8 terbukti melakukan Tindak Pidana 20 tahun Tertentu yang telah diputus oleh pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap. 9 terbukti menyebabkan Bank 20 tahun mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha Bank dan/atau dapat membahayakan industri perbankan. 10 terbukti dinyatakan pailit dan/atau 20 tahun menjadi pemegang saham, anggota dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. 11 dengan sengaja membiarkan 20 tahun Penetapan sanksi didahului didahului anggota Dewan Komisaris dan/atau dengan surat teguran dari Bank anggota Direksi yang Tidak Lulus Indonesia sebanyak 2 (dua) kali untuk melakukan tindakan sebagai dengan tenggang waktu masinganggota Dewan Komisaris atau masing surat teguran adalah 5 (lima) anggota Direksi. hari kerja

190 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 12 No JANGKA WAKTU SANKSI BAGI ANGGOTA DEWAN KOMISARIS, ANGGOTA DIREKSI ATAU PEJABAT EKSEKUTIF YANG DITETAPKAN TIDAK LULUS Anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Direksi dan Pejabat Eksekutif yang ditetapkan Tidak Lulus karena terbukti melakukan tindakan/ perbuatan: Jangka Waktu Sanksi 1 melanggar prinsip kehati-hatian di 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila: bidang perbankan dan/atau asas-asas a. tindakan/perbuatan dilakukan perbankan yang sehat. secara berulang; b. melakukan juga tindakan/ perbuatan pada nomor 2, nomor 3, nomor 4 dan/atau nomor 5; atau c. tindakan/perbuatan dilakukan disertai dengan menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. 2 terbukti tidak melaksanakan perintah 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila: Bank Indonesia untuk melakukan a. tindakan/perbuatan dilakukan dan/atau tidak melakukan tindakan secara berulang; tertentu dalam rangka penyehatan b. melakukan juga tindakan/ Bank. perbuatan pada nomor 1, nomor 3, nomor 4 dan/atau nomor 5; atau c. tindakan/perbuatan dilakukan disertai dengan menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. 3 terbukti memiliki kredit macet. 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila melakukan juga tindakan/ perbuatan pada nomor 1, nomor 2, nomor 4 dan/atau nomor 5. 4 tidak mampu melakukan pengelolaan 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila strategis dalam rangka pengembangan melakukan juga tindakan/ perbuatan Bank yang sehat. pada nomor 1, nomor 2, nomor 3 dan/atau nomor

191 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 No Lanjutan Lampiran 12 JANGKA WAKTU SANKSI BAGI ANGGOTA DEWAN KOMISARIS, ANGGOTA DIREKSI ATAU PEJABAT EKSEKUTIF YANG DITETAPKAN TIDAK LULUS Anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Direksi dan Pejabat Eksekutif yang ditetapkan Tidak Lulus karena terbukti melakukan tindakan/ perbuatan: Jangka Waktu Sanksi 5 menolak atau tidak melaksanakan 3 tahun Menjadi 5 (lima) tahun apabila: komitmen yang telah dibuat kepada a. tindakan/perbuatan dilakukan Bank Indonesia dan atau Pemerintah. secara berulang; b. melakukan juga tindakan/ perbuatan pada nomor 1, nomor 2, nomor 3 dan/atau nomor 4; atau c. tindakan/perbuatan dilakukan disertai dengan menguntungkan diri sendiri atau pihak lain 6 menyembunyikan dan/atau 5 tahun mengaburkan pelanggaran dari suatu ketentuan atau kondisi keuangan dan/atau transaksi yang sebenarnya. 7 memberikan keuntungan secara tidak 5 tahun wajar kepada pemegang saham, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, pegawai, dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank

192 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lanjutan Lampiran 12 JANGKA WAKTU SANKSI BAGI ANGGOTA DEWAN KOMISARIS, ANGGOTA DIREKSI ATAU PEJABAT EKSEKUTIF YANG DITETAPKAN TIDAK LULUS No Anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Direksi dan Pejabat Eksekutif yang ditetapkan Tidak Lulus karena terbukti melakukan tindakan/ perbuatan: 8 terbukti melakukan Tindak Pidana 20 Tertentu yang telah diputus oleh tahun pengadilan dan mempunyai kekuatan hukum tetap. 9 terbukti menyebabkan Bank mengalami 20 kesulitan yang membahayakan tahun kelangsungan usaha Bank dan/atau dapat membahayakan industri perbankan. 10 terbukti dinyatakan pailit dan/atau 20 menjadi pemegang saham, anggota tahun dewan komisaris atau anggota direksi yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. 11 anggota Dewan Komisaris, anggota 20 Direksi atau Pejabat Eksekutif yang tahun ditetapkan Tidak Lulus, namun masih melakukan tindakan sebagai anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, atau Pejabat Eksekutif. Jangka Waktu Sanksi

193 Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/8/DPNP tanggal 28 Maret 2011 Lampiran 13 STRUKTUR KELOMPOK USAHA PT BANK XYZ Sdr. E Sdr. F PT. G Tbk. Sdri. Fifi Sdr. J (PSPT) (PSPT) 15% (PSPT) 20% 80% 100% 65% 90% PT E PT F Sdr. I PT J PT K (PSPT) 70% 20% 20% 30% 60% Sdr. C PT D PT I Sdr. H1 Sdr. H2 (PSPT) (PSPT) 85% 65% 15% 20% PT C PT H 30% 30% PT B A N K XYZ 15% Hubungan Keluarga (Saudara Kandung) Ket: PSPT 10% 30% PT B Tbk 85% PUBLIK PT A (Tidak ada PS Dirinci untuk pemegang 25 %) saham 10 % (PSPT) : Pemegang Saham Pengendali Terakhir 15% Koperasi Karyawan : Pengendali : Jalur Pengendalian STRUKTUR KELOMPOK USAHA PT BANK XYZ (SETELAH PERUBAHAN)

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016 Yth. Direksi Bank di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, CALON ANGGOTA DIREKSI, DAN

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 136) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 6 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2016

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2016 Yth. 1.! Direksi Bank; di Tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2016 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN TERHADAP CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, CALON ANGGOTA DIREKSI DAN CALON

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong terciptanya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mendorong terciptanya sistem perbankan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Sertifikasi Manajemen Risiko Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan

Lebih terperinci

No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

No. 14/ 25 /DPbS Jakarta, 12 September 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 14/ 25 /DPbS Jakarta, 12 September 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 14/ 25 /DPbS Jakarta, 12 September 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank Tim Penyusun Ramlan

Lebih terperinci

USULAN. Menimbang: c.! bahwa untuk mendukung mewujudkan perizinan prima diperlukan pelayanan perizinan yang lebih cepat, tepat, mudah dan transparan;

USULAN. Menimbang: c.! bahwa untuk mendukung mewujudkan perizinan prima diperlukan pelayanan perizinan yang lebih cepat, tepat, mudah dan transparan; Menimbang: POJK No. /POJK.03/2016 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, CALON ANGGOTA DIREKSI DAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS BAGI BANK UMUM BATANG TUBUH a.! bahwa

Lebih terperinci

No. 12/ 6 /DPbS Jakarta, 8 Maret Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 12/ 6 /DPbS Jakarta, 8 Maret Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA No. 12/ 6 /DPbS Jakarta, 8 Maret 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 6/35/DPBPR Jakarta, 16 Agustus 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat.

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan

Lebih terperinci

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN Yth. Direksi Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN LEVEL KOMISARIS Tanggal Efektif Berlaku : 15 November 2013 Page 1/13 DAFTAR ISI 1.0. LATAR BELAKANG 3 2.0. MAKSUD DAN TUJUAN 3 3.0. DASAR

Lebih terperinci

No.14/36/DKBU Jakarta, 21 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No.14/36/DKBU Jakarta, 21 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No.14/36/DKBU Jakarta, 21 Desember 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Perkreditan Rakyat. Sehubungan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Komite Perbankan Syariah

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Komite Perbankan Syariah Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen DISCLAIMER Isi kodifikasi ini adalah himpunan peraturan Bank Indonesia yang disusun secara sistematis berdasarkan kelompok dan topik tertentu untuk memudahkan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan Alih

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Pelaksanaan Pengawasan Bank Kredit Desa

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Pelaksanaan Pengawasan Bank Kredit Desa Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Pelaksanaan Pengawasan Bank Kredit Desa Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank Dengan BI Pelaksanaan Pengawasan Bank Kredit Desa Tim Penyusun

Lebih terperinci

Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum Syariah Perorangan

Dokumen Persyaratan Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum Syariah Perorangan LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 14/25/DPbS TANGGAL 12 SEPTEMBER 2012 PERIHAL UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH Lampiran 1a Dokumen Persyaratan

Lebih terperinci

Pasar Uang Antar Bank

Pasar Uang Antar Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Rupiah Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 23 /PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 23 /PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 23 /PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan lembaga perbankan

Lebih terperinci

No. 6 / 15 /DPNP J a k a r t a, 3 1 M a r e t S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM INDONESIA

No. 6 / 15 /DPNP J a k a r t a, 3 1 M a r e t S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM INDONESIA No. 6 / 15 /DPNP J a k a r t a, 3 1 M a r e t 2 0 0 4 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) -----------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Bank Umum Syariah Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tanggal

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 27 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/1/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 27 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/1/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 27 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/1/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Good Corporate Governance

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Manajemen. Good Corporate Governance Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Good Corporate Governance Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Good Corporate Governance Tim Penyusun Zainal Abidin Gantiah Wuryandani Zulkarnain

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 1 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 1 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 1 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perbankan nasional yang sehat dan kuat mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat

Lebih terperinci

No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penetapan Status Lanjut Pengawasan dan Tindak Bank Tim

Lebih terperinci

No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia Sehubungan dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/ 1/PBI/2002 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR BANK BERDASARKAN PRINSIP

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN I. UMUM Upaya menciptakan Lembaga Jasa Keuangan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Dalam rangka mendukung perkembangan perekonomian nasional, maka diperlukan lembaga

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016 Yth. 1. Direksi Perusahaan Perasuransian; 2. Pengurus dan Pelaksana Tugas Pengurus Dana Pensiun; 3. Direksi Perusahaan Pembiayaan; 4. Direksi Lembaga Penjamin; 5. Direksi Perusahaan Modal Ventura; dan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Likuiditas Valuta Asing Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank Tim Penyusun

Lebih terperinci

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENJADI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT

Lebih terperinci

Persyaratan Dokumen Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum melalui Proses Akuisisi

Persyaratan Dokumen Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum melalui Proses Akuisisi Persyaratan Dokumen Administratif bagi Calon Pemegang Saham Pengendali Bank Umum melalui Proses Akuisisi Lampiran 1 a 1. Salinan pengumuman Ringkasan Rancangan Akuisisi, sebelum dilaksanakannya RUPS :

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA No. 11/ 34 /DPbS Jakarta, 23 Desember 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN. Nama :... No. Kartu Identitas :... Tempat/ Tanggal Lahir :... Alamat :...

SURAT PERNYATAAN. Nama :... No. Kartu Identitas :... Tempat/ Tanggal Lahir :... Alamat :... LAMPIRAN I Dengan ini menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia mengikuti proses Seleksi Calon Anggota Direksi Bank Jateng hingga selesai. Demikian Surat Pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan mendukung perkembangan usaha

Lebih terperinci

BAGIAN KEDUA LAMPIRAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PSP, CALON ANGGOTA DIREKSI DAN CALON ANGGOTA

BAGIAN KEDUA LAMPIRAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PSP, CALON ANGGOTA DIREKSI DAN CALON ANGGOTA BAGIAN KEDUA LAMPIRAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PSP, CALON ANGGOTA DIREKSI DAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS BPR DAFTAR DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRATIF

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 27 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/1/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM UMUM Salah satu faktor penting dalam mewujudkan terciptanya

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perbankan. 2 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang :

Lebih terperinci

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bank sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA - 1 - Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN

Lebih terperinci

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 351) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,

Lebih terperinci

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi

Pedoman dan Tata Tertib Kerja Direksi PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Page 1 of 12 Daftar Isi 1. Organisasi 2. Independensi 3. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi 4. Fungsi Direktur Utama 5. Direktur Kepatuhan 6. Rapat 7. Benturan Kepentingan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

Dicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG

Dicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG Dicabut dengan PBI No. 2/23/PBI/2000 tanggal 6 November 2000 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/1/PBI/2000 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, - 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA KONSOLIDASI BAGI BANK YANG MELAKUKAN PENGENDALIAN TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DEWAN KOMISARIS PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI Jl.Raya Puputan No. 198, Niti Mandala, Denpasar Telp. (0361)

DEWAN KOMISARIS PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI Jl.Raya Puputan No. 198, Niti Mandala, Denpasar Telp. (0361) DEWAN KOMISARIS PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI Jl.Raya Puputan No. 198, Niti Mandala, Denpasar Telp. (0361) 241157 PENGUMUMAN NOMOR: 001 /PENG/DK/BPD/2018 TENTANG CALON ANGGOTA DIREKSI PT. BANK PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah Sehubungan dengan

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara No.351, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Modal. Kepemilikan. Pengurus. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5629) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /POJK.03/2017 TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPATUHAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

No. 11/ 25 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 11/ 25 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 11/ 25 /DPbS Jakarta, 29 September 2009 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal: Perubahan Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank dengan BI Penyelenggaraan Survei oleh Bank Indonesia Tim Penyusun

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/14/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/4/PBI/2006 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI PEDOMAN DAN TATA TERTIB DIREKSI PT BPR MANDIRI ARTHA ABADI mencakup: A. Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi B. Masa Jabatan Direksi C. Rangkap Jabatan Direksi D. Kewajiban, Tugas, Tanggung Jawab

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 8 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghadapi dinamika

Lebih terperinci

Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN

Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN iaccountax Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN Kamis, 12 Mei 2016 AGENDA I. Pendirian Perusahaan Pembiayaan Syariah II. A. Pendirian Kelembagaan Pendirian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.66, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Perantara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6040) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/POJK.03/2017

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG PERUBAHAN IZIN USAHA BANK UMUM MENJADI IZIN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM RANGKA KONSOLIDASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /POJK.04/2016 TENTANG PERIZINAN PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN

Lebih terperinci

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban No.144, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Perusahaan Anak. Manajemen Risiko. Pengendalian. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6087)

Lebih terperinci

No Selaku Komisaris Independen dan Pihak Independen, anggota komite harus dapat terlepas dari benturan kepentingan.untuk mencegah adanya bentur

No Selaku Komisaris Independen dan Pihak Independen, anggota komite harus dapat terlepas dari benturan kepentingan.untuk mencegah adanya bentur No.5685 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. OJK. Tata Kelola. Bank Perkreditan Rakyat. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 72) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Portofolio Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Portofolio Obligasi Pemerintah bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset bagi Bank Umum Peserta Program Rekapitalisasi Tim Penyusun Ramlan Ginting

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.284, 2012 PERBANKAN. BI. Kepemilikan. Tunggal. Struktur. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5382) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci