BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR. Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS WADAH KUBUR Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, penulis menggunakan tahapan analisis yang bersifat analisis tipologi terhadap wadah kubur. Analisis tipologi ialah suatu bentuk menganalisis temuan artefak berdasarkan bentuknya, guna mempermudah menjawab permasalah di atas maka, analisis tipologi dibagi dalam dua bagian yaitu analisis tempat dan analisis bentuk, sedangkan data lingkungan dan beberapa sumber bacaan terkait dengan situs serta data budayanya akan dijadikan bridging argument. Adapun cakupan bahasan dari bentuk analisis tempat dan analisis bentuk meliputi: bentuk/jenis wadah kubur, ragam hias, ukuran (cm), bekal kubur/temuan lain, teknik pembuatan, letak wadah kubur, bahan pembuatan, arah hadap, fungsi wadah kubur, penggunaan warna. Kesepuluh kategori tadi akan diterapkan pada masing-masing situs, tetapi ada beberapa item yang berbeda dalam analisisnya hal ini disesuaikan dengan temuan yang ada, serta dalam penyajian data dibuat dalam bentuk diagram frekuensi kategori berupa diagram batang guna memudahkan dalam menganalisis, sehingga dapat memberi jawaban terhadap permasalahan yang ada. Adapun bentuk penalaran yang diterapkan yaitu penalaran induktif. Berikut hasil penjabaran dari tahapan analisis pada masing-masing situs. 60

2 4.1 Situs Liang Datu Duni di situs ini semula berjumlah buah. Tetapi sebagian besar telah mengalami kerusakan baik karena faktor alam maupun karena faktor manusia, sehingga jumlahnya berkurang drastis. Hasil identifikasi yang penulis lakukan saat pengumpulan data di lapangan menunjukkan duni yang tersisa tinggal 27 buah, oleh karena itu analisis yang dilakukan hanya difokuskan pada ke 27 duni tersebut. Berikut ini hasil analisis pada duni di Situs Landatu Bentuk/Jenis W.K Bentuk atau jenis duni yang ditemukan disini, menunjukkan bentuk perahu dengan berbagai macam varian penutup (lihat gambar) hal ini di dasarkan pada penelitian Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 61

3 sebelumnya yang mengelompokkan dalam 7 bentuk. Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan, penulis mengelompokkan dalam tiga bentuk/jenis temuan yaitu tinggalan duni yang lengkap, duni berupa wadah, dan duni yang berupa penutup saja. Dan untuk memudahkan dalam penjabarannya, maka dibuat dalam bentuk diagram seperti berikut ini: BENTUK/JENIS TEMUAN TUTUP BENTUK WADAH PERAHU KUBUR Total (blank) Diagram (a): Persentase jumlah bentuk/jenis temuan di Situs Landatu Berdasarkan diagram di atas diketahui Duni yang masih utuh dan yang hanya berupa wadah saja jumlahnya sama banyak, sedangkan penutup duni hanya sedikit. Bentuk perahu dipilih karena menurut kepercayaan mereka, perahu dianggap sebagai kendaraan bagi orang yang meninggal untuk menuju ke daerah tempat asalnya, dan juga perahu dianggap sakral hal ini dikaitkan dengan peristiwa perpindahan kelompok-kelompok masyarakat ke tempat baru dengan menggunakan perahu, sehingga sewaktu ia meninggal maka mayatnya dikuburkan dalam duni yang berbentuk perahu untuk menuju ke dunia arwah yang berada di seberang pulau yang dianggap tanah asal mereka. Selain itu pengamatan juga dilakukan pada duni berupa wadah, dan secara keseluruhan terlihat bahwa wadahnya berbetuk persegi empat panjang dengan berbagai variasi tutup. 62

4 Foto (b): Bentuk/Jenis duni di Situs Liang Datu (Doc. Etha Sriputri 2012) Selain di Situs Liang Datu, situs-situs yang lain yang ada di Enrekang juga memiliki tipe yang sama yaitu duni bentuk perahu dengan bentuk wadah persegi empat panjang seperti yang ada di Situs Tonton 1 dan 2, Situs Tumpang, yang terletak di Kecamatan Anggreaja, Situs To Mila di Kecamatan Alla, Situs Liang Galotok dan Situs Liang To Jolo Ragam Hias Wadah Kubur Ragam hias yang ditemukan di Situs Liang Datu tidak terlalu banyak, hanya satu yaitu pa sususk atau ragam hias dengan bentuk garis vertikal yang terdapat pada wadah maupun pada penutup duni, dan selebihnya tidak memiliki ragam hias atau polos. Berikut penjabarannya: RAGAM HIAS GARIS POLOS VERTIKAL Total (blank) Diagram (a): Persentase jumlah ragam hias di Situs Liang Datu 63

5 Hasil analisis pada ragam hias duni yang ditunjukkan pada diagram di atas, dapat diketahui bahwa, duni yang memiliki ragam hias lebih banyak jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki ragam hias, walaupun perbedaannya tidaklah terlalu besar, bahkan bisa dikatakan hampir sama banyak. Ragam hias pa susuk merupakan bentuk ragam hias (garanto pa sura) dasar dari budaya Toraja seperti yang ditemukan pada rumah Tongkonan. Foto (b): Ragam hias pa susuk yang terdapat rumah adat tongkonan dikawasan adat Situs Buntu Pune. bentuk seperti ini juga ditemukan pada duni di Situs Liang datu (Doc. Etha Srpiutri, 2012) Ragam hias pa susuk memiliki arti ornamen keselarasan, Horizontal dan Vertikal adalah simbol antara manusia dan Tuha yang mempunyai makna bahwa semua manusia memiliki status yang sama dimata Tuhan Ukuran Wadah Kubur (Cm) Ukuran wadah duni dilakukan dengan menggunakan satuan hitung cm. Hasil penelitian yang penulis lakukan, didapatkan data ukuran Duni yang paling panjang 445 cm dan yang paling kecil 150 cm, sehingga penulis mengelompokkan ukuran duni itu dengan membagi tiga sehingga untuk ukuran besar dimulai dari ukuran cm, ukuran sedang

6 170 cm, dan ukuran kecil cm. Berikut penjabarannya yang dibuat dalam bentuk diagram. UKURAN W.K BESAR KECIL SEDANG (blank) Total Diagram (a): Persentase jumlah ukuran wadah kubur di Situs Liang Datu Ukuran duni di situs ini, lebih dominan ukuran sedang, kemudian ukuran besar lalu ukuran kecil. Ukuran suatu duni dapat dipersonifikasikan sebagai lambang status sosial seseorang dalam masyakat. Seperti yang diketahui, untuk ukuran yang besar biasanya diperuntukkan bagi golongan to puang atau arung (bangsawan tingkat atas) seperti para pemimpin/raja yang dihormati atau para pemuka agama. Ukuran sedang biasa diperuntukan golongan to mardeka (rakyat biasa) dan ukuran kecil untuk golongan kaunan. Duni dengan ukuran besar Duni dengan ukuran sedang Duni dengan ukuran kecil Foto (b): Ukuran duni di Situs Landatu (Doc. Etha Sriputri,2012) 65

7 4.1.4 Bekal Kubur/Temuan Lain Berbicara soal bekal kubur, hampir semua Duni yang ada di Situs Liang Datu tidak di temukan adanya bekal kubur, yang ada hanya berisi tulang belulang manusia itu pun hanya beberapa duni saja, selain bekal kubur penulis juga melakukan pendataan terhadap temuan lain yang berada di sekitar duni tersebut, berikut penjabarannya. BEKAL KUBUR/TEMUAN LAIN TIDAK ADA TULANG (blank) Total 24 3 Diagram (a): Persentase jumlah bekal kubur/temuan lain di Situs Landatu Diagram diatas menunjukkan, sebanyak 24 duni tidak ditemukan tulang-tulang manusia lagi, dan hanya tiga duni yang masih ada. Hal ini dimungkinkan oleh dua faktor, yang pertama kelembapan udara yang cukup tinggi yang menunjukkan pula tingginya kadar air sehingga terjadinya pelapukan pada tulang-tulang manusia. Faktor yang kedua diakibatkan adanya penjarahan yang pernah dilakukan pada situs ini, sehingga temuannya sudah tidak ada lagi. Tidak terdapat temuan lain disini Teknik Pembuatan Wadah Kubur Teknik pembuatan yang terlihat pada duni di situs ini, yang didasarkan pada hasil pengamatan penulis dapat digolongkan dalam dua teknik yaitu teknik cungkil pahat, teknik cungkil pahat bermotif dan ada juga duni yang tidak diketahui teknik pembuatannya karena 66

8 kondisi temuan yang sudah hancur dan memasukkannya dalam kategori uid. Berikut ini akan dijabarkan. TEKNIK PEMBUATAN CUNGKIL PAHAT CUNGKIL PAHAT BERMOTI F UID Total (blank) Diagram (a): Persentase teknik pembuatan wadah kubur di Situs Landatu Berdasarkan klasifikasi di atas, diketahui teknik pembuatan cungkil pahat bermotif lebih banyak diterapkan pada duni di situs ini, kemudian teknik cungkil pahat, dan uid. Teknik pembuatan seperti ini menunjukkan bahwa duni yang ada di Situs Liang Datu dibuat dengan teknik yang masih sederhana dan dibuat dari sebatang kayu besar, hal ini terlihat dari adanya pola melingkar yang merupakan serat-serat kayu pada bagian depan dan belakang duni. Teknik cungkil pada duni Teknik cungkil pahat bermotif pada duni Teknik yang tidak diketahui atau UID Foto (b): Teknik yang digunakan dalam pembuatan duni (Doc. Etha Sriputri,2012) 67

9 4.1.6 Letak Wadah Kubur Situs Liang Datu merupakan sebuah ceruk, yang memiliki 2 chamber yaitu pada bagian depan yang selanjutnya disebut chamber 1 dan bagian belakang sebelah kiri yang disebut chamber 2. Pada chamber inilah diletakkan duni di atas tanah/lantai gua. Berikut letak duni LETAK W.K CHAMBER CHAMBER 1 2 Total 26 1 (blank) Diagram (a): Persentase letak wadah kubur di Situs Liang Datu Kebanyakan temuan duni berada di bagian depan atau chamber 1, hal ini disebabkan karena luas ruangan yang memungkinkan tempat penyimpanan duni, disamping itu ruang ini tidak terlalu gelap jika dibandingkan dengan ruangan yang lainnya, serta letaknya yang berada di dekat mulut ceruk. Ada satu duni yang disimpan pada chamber 2 yang masih dalam keadaan baik Bahan Wadah Kubur Biasanya dalam pembuatan duni menggunakan kayu bitti atau dalam bahasa latinya disebut Vitex Cofassus. Pohon ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ketinggian 2000 mdpl, kayu ini dapat tumbuh hingga 40 meter dan berdiameter 130 cm, beralur dalam dan jelas, kayunya padat, berwarna kepucatan, kayu ini tergolong kuat, tahan lama dan tidak mengandung silika. Disamping keunggualan tadi, faktor ketersediaan bahan di alam 68

10 juga menjadi alasan dipilihnya kayu ini dalam pembuatan duni. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian yang sebelumnya, walaupun dalam pengambilan data penulis tidak melakukan pengambilan sampel untuk diuji Arah Hadap Wadah Kubur (Derajat) Arah hadap masing-masing duni berbeda-beda. Pengambilan data arah hadap duni ini bertujuan untuk mengetahui apakah peletakan wadah ini mendapat pengaruh dari ajaran aluk tomatua yang menekankan tentang konsep kosmologi atau sudah mendapat pengaruh agama tertentu, berikut persentase arah hadap masing-masing duni: ARAH HADAP /45-45 / / /315 Total (blank) Diagram (a): Persentase arah hadap wadah kubur di Situs Liang Datu Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa, arah hadap duni berada pada kisaran derajat 315 / /225 lebih banyak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orietasi duni di situs ini menghadap ke utara selatan dan jika dikaitkan dengan kepercayaan aluk tojolo, maka orientasi seperti ini dimaksudkan agar arwah orang yang meninggal tidak tersesat dalam perjalanan menuju alam baka. 69

11 4.1.9 Fungsi W.K Jika dilihat dari pendeskripsian ukuran pada wadah kubur yang panjangnya sekitar 400 cm, lebih panjang dari tinggi badan manusia pada umumnya dan jika dikaitan dengan temuan tulang yang hanya ditemukan pada beberapa duni, maka duni yang ada kemungkinan digunakan sebagai kuburan primer 1 yang kemudian dijadikan kuburan komunal dari satu keluarga Penggunaan Warna Hasil penelitian yang telah dilakukan, tidak ditemukan satupun wadah yang menggunakan pewarna baik pada duni maupun pada ragam hiasnya. 1 Kuburan primer (pertama) ialah kuburan yang mengandung mayat yang dikuburkan secara langsung dalam sikap membujur atau terlipat. 70

12 4.2 Situs Kete kesu Situs Kete kesu memiliki erong sebanyak 37 yang masih dapat diidentifikasi sedangkan beberapa erong lainnya sudah dalam keadaan rusak, sehingga tahapan analisis hanya di fokuskan pada ke 37 erong tersebut. Dalam tahap analisis yang digunakan disini agak berbeda dengan penerapan analisis yang digunakan di Situs Liang Datu, namun hanya beberapa kategori saja, hal ini disesuaikan dengan temuan yang ada. Berikut penjabarannya Bentuk/Jenis W.K Pengklasifikasi jenis erong yang ada disini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya 2 yang sudah mengklasifikasinya ke dalam empat tipe erong, yaitu erong kerbau, erong rumah adat, erong babi, erong perahu dan bentuk yang hanya berupa wadah saja. Berikut pengklasifikasian jumlah erong yang ada di Situs Kete kesu. BENTUK/JENIS TEMUAN E. BABI E. KERBA U E. PERAHU E. R. TORAJA WADAH KUBUR Total (blank) Diagram (a): Persentase jumlah bentuk/jenis temuan di Situs Kete kesu 2 jurnal walannae volume 13, skripsi Deviyanti Astuti, 71

13 Erong yang lebih dominan disini ialah erong perahu, wadah kubur, erong rumah adat erong kerbau, dan erong babi. Pemilihan bentuk erong biasanya didasarkan pada status sosial ketika mereka masih hidup, ini juga menentukan tingkatan dalam upacara rambu solo. Adanya penyimbolan Kerbau dan Babi, dikarenakan Kerbau dan Babi merupakan hewan kurban dalam upacara-upacara keagamaan termasuk dalam upacara kematian, dan bentuk erong kerbau juga didasarkan pada kepercayaan bahwa Kerbau merupakan hewan penjaga atau pelindung dari arwah selama dalam perjalanan menuju alam baka, selain itu bentuk kerbau merupakan implementasi dari kehidupan sehari-hari, dalam hal ini kerbau dianggap lambang kekayaan bagi si pemiliknya, yang kemudian berkaitan dengan status sosialnya. Erong Babi melambangkan bahwa pemilikinya memiliki kekayaan yang sedang-sedang saja artinya tidak melebihi kekayaan yang menggunakan erong kerbau. Erong tipe rumah adat berukir dipersonifikasikan sebagai erong bangsawan dan berjasa semasa hidupnya, sedangkan yang tidak berukir adalah milik kaum dari golongan masyarakat biasa (to buda). Erong perahu dianggap erat kaitannya dengan sejarah kedatangan orang Toraja yang menempati daerah sekarang dengan menggunakan perahu, bentuk ini juga dianggap sebagai kendaraan menuju alam puya. Jika diamati dari wadah kuburnya, bentuk erong perahu dan rumah Toraja terlihat berbentuk persegi empat panjang tetapi agak tinggi dan agak melengkung bagian atasnya, sedangkan untuk wadah kubur erong Kerbau dan Babi bentuknya agak bulat. 72

14 a b c d Foto (b): Bentuk/jenis erong a). erong R. Toraja b). erong Kerbau c). erong Babi, dan d) erong Perahu (Dok. Etha Sriputri, 2012) Ragam Hias Wadah Kubur Ragam hias yang ada di situs ini lebih banyak dan lebih beragam jika dibandingkan dengan temuan yang ada di Situs Liang Datu, walaupun begitu 4 dasar ragam hias Toraja atau garonto pa sura masih dapat ditemukan disini. Mengingat banyaknya jenis ragam hias yang ditemukan, maka penulis tidak memasukkannya dalam bentuk diagram seperti yang lain, sehingga penulis memilih bentuk tabel guna mempermudah dalam tahapan analisisnya. Berikut penjabarannya: 73

15 Tabel 4.2.2: Ragam hias pada erong di Situs Kete kesu RAGAM HIAS No JMLH PAQTEDONG TUMURU 11 PAQDOTI SILUANG II 21 PAQPOLLOA GAYANG 2 NEQ LIMBONGAN 12 SEGITIGA 22 PAQBARRAQ-BARRAQ 3 PAQ KARUA 13 PAQDON BOLU SANGBUA 23 PAQPOLLOQ SONGKANG 4 PAQBULU LONDONG 14 PAQKADANG PAO 24 GARIS VERTIKAL 5 MOTIF ULAR 15 PAQPOLLOQ SONGKANG 25 PAQBATANG LAU 6 CATUR 16 PAQTANGKE LUMUQ 26 PAQSEKONG KANDAURE. 7 PAQULU GAYANG 17 SULUR-SULUR 27 TIDAK ADA 8 PAQBARANAQ I 18 PAQSIBORONGAN 28 TIDAK JELAS 9 PAQERONG 19 PAQKAPUQ BAKA 29 PAQBARRAQ-BARRAQ. 10 PAQBARANAQ II 20 PAQKANGKUNG 74

16 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jenis ragam hias yang banyak digunakan yaitu ragam hias 1, ragam hias 14, ragam hias 10 dan 24, ragam hias 28, 21, 23, 16. Dan selebihnya ragam hias lainnya. Selain itu ada ragam hias yang unik yaitu berbentuk ular yang terdapat pada erong Kerbau dan Babi. Ragam hias ini disimbolkan sebagai penjaga keselamatan bagi si mati, lambang keberanian dan kebijaksanaan serta sebagai simbol bahwa pemiliknya adalah orang yang memiliki kedudukan dimasa hidupnya. serta ragam hias pa susuk masih dapat ditemukan pada beberapa erong. Ada juga ragam hias Pa doti, ragam hias ini biasanya diperuntukan/melambangkan bahwa orang yang dikuburkan adalah seorang perempuan. Penggunaan ragam hias sendiri selain sebagai simbol orang yang dikuburkan, juga sebagai simbol penolak bala, agar dalam perjalan si mati bisa berjalan dengan baik tanpa ada gangguan apapun. Erong yang memiliki banyak ragam hias biasanya diperuntukan bagi golongan bangsawan atas sedangkan erong yang tidak memiliki ragam hias biasanya untuk golongan bawah. Banyaknya ragam hias yang ditemukan menunjukkan perkembangan budaya kearah yang lebih kompleks. Foto (b): Beberapa ragam hias yang ditemukan pada erong (Dok. Etha Sriputri, 2012) 75

17 4.2.3 Ukuran Wadah Kubur (cm) Ukuran erong dibagi dalam tiga kategori yaitu besar, sedang dan kecil. Dalam menentukan ukuran tersebut digunakan metode yang sama, sehingga didapatkan ukuran besar berkisar antara cm, ukuran sedang cm dan ukuran kecil Cm. Berikut penjabarannya: UKURAN WADAH BESAR KECIL SEDANG (blank) Total Diagram (a): Persentase ukuran erong. Jika dilihat dari persentase ukuran yang ada, maka dapat digolongkan erong yang ada disini termasuk dalam ukuran besar. Ukuran suatu erong juga melambangkan status sosial seseorang dan kemungkinan digunakan sebagai kuburan sekunder. Hal ini didukung dari kepercayaan yang mereka anut yaitu aluk todolo, dimana ketika ada orang yang meninggal, maka mayatnya tidak langsung dikuburkan tetapi menunggu sampai upacara rambu solo dilaksanakan Bekal Kubur/Temuan Lain Hasil pengambilan data di lapangan, menunjukkan bahwa tidak ditemukan bekal kubur, yang ada hanya tulang-tulang manusia yang cukup banyak, selain itu pendataan juga dilakukan pada temuan lain yang berada disekitar erong, adapun temuan lainnya berupa 76

18 kandea dulang tipe bundar 3 berkaki lengkung tinggi. yang terletak diatas sebuah erong kerbau dan tau-tau. Berikut penjabaran pada masing-masing erong. BEKAL KUBUR TIDAK TIDAK TULANG ADA TAHU Total (blank) Diagram (a): Persentase bekal kubur/temuan lain pada Situs Kete kesu Hampir 30 erong berisi tulang-tulang manusia dan kemungkinan lebih dari satu rangka manusia, hal ini terlihat dari ditemukanya dua atau lebih tengkorak dalam satu erong, serta 6 erong lainnya tidak diketahui isinya karena letak erong yang digantung, sehingga menyulitkan dalam pengambilan data. 3 Kandea dulang tipe bundar memiliki badan berbentuk bundar dan tidak memperlihatkan bentuk pinggiran menyudut. Kandea dulang sama fungsinya sebagai piring tetapi, dalam kepemilikannya hanya digunakan satu dan tidak bisa digunakan oleh orang lain. Ada tiga macam kandea dulang yang pertama kandea dulang bundar, ini juga terbagi lagi antara lain, kandea dulang tipe bundar berkaki lengkung tinggi, kandea dulang bundar berkaki lengkung rendah, kandea dulang bundar berkaki tegak, kandea dulang berdasar rata dan kandea dulang bundar dasar lengkung. Kedua, kandea dulang tipe lonjong yang terbagi dalam tipe lonjong bertangkai, dan lonjong dasar lengkung. Dan yang ketiga kandea dulang tipe persegi, terbagi lagi yaitu segi empat bertangkai dan segi delapan bertangkai. (Nur, :2011). 77

19 a. b. c Foto (b): a). erong yang tidak ditemukan bekal kubur atau temuan lain, b). erong yang tidak diketahui isinya dan c). erong yang berisi tulangtulang manusia. (Dok. Etha Sriputri, 2012) Temuan lain di sekitar situs, yaitu ditemukan tiga buah kandea dulang dimana dalam kepercayaan masyarakat toraja, orang meninggal hanya mengalami perubahan tempat dari dunia nyata ke alam puya sehingga barang-barang yang menjadi milik orang yang meninggal harus turut disertakan termasuk kandea dulang. Selain itu beragamnya jenisjenis kandea dulang menggambarkan pula strata sosial. Ada juga temuan lainnya yaitu tautau 4 yang disimpan dalam satu tempat yang dipahat di dinding gua berbetuk persegi empat dan diberi pintu teralis besi. Disini juga banyak ditemukan rokok yang diletakkan di erong dan adanya pemberian uang yang diberikan pengunjung 4 Tau-tau berati orang kecil atau orang saja, tau-tau merefleksikan kepada orang yang telah meninggal, dengan memakai pakaian dan perhiasan orang yang telah meninggal tersebut. Tau-tau dibuat untuk jiwa orang yang meninggal. Ukuran tau-tau biasanya setengah meter yang diletakan disamping kuburan dan biasanya bahan tau-tau terbuat dari pohon nangka. 78

20 Foto (c): Temuan lain berupa kandea dulang dan tautau (Dok. Etha Sriputri, 2012) Teknik Pembuatan Wadah Kubur Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan ada tiga teknik pembuatan dalam membuat erong yaitu teknik cungkil pahat, teknik cungkil sambung dan teknik cungkil sambung bermotif yang diterapkan pada 37 buah erong, berikut penjabaran dalam bentuk tabel: TEKNIK PEMBUATAN CUNGKIL PAHAT CUNGKIL SAMBUNG CUNGKIL SAMBUNG BERMOTIF Total (blank) Diagram (a): Persentase teknik pembuatan erong pada Situs Kete kesu 79

21 Berdasarkan diagram di atas, teknik pembuatan yang banyak digunakan yaitu teknik cungkil sambung bermotif, kemudian teknik cungkil pahat dan cungkil sambung. Keberagaman teknik pembuatan juga mengalami perkembangan hal ini juga didukung oleh kemajuan teknologi masyarakat Toraja. Dalam pembuatan erong biasanya di buat dari sebatang kayu besar dan kemudian menggunakan teknik dicungkil. a B c. Foto (b): Beberapa teknik yang digunakan dalam pembuatan erong, a).cungkil sambung bermotif b) cungkil sambung c). cungkil pahat (Dok.Etha Sriputri, 2012) Letak Wadah Kubur Awalnya erong yang ada disini berada diatas tebing dan dibawah tebing, tetapi karena tiang penyangga erong sudah rusak akibat/patah, maka erong yang ada diatas dipindahkan ke bawah dan dibuatkan sebuah pondasi. Berbicara letak wadah kubur disini, maka pengklasifikasian letak erong didasarkan pada data yang penulis dapatkan dilapangan. Penempatan wadah kubur di Situs Kete kesu dapat dibagi dalam tiga tempat, yaitu erong yang terletak di tanah, diatas pondasi beton dan erong yang digantung diatas tebing, berikut pengkasifikasian berdasarkan letaknya: 80

22 LETAK W.K DI GANTUN G DI TANAH DI TOPANG Total (blank) Diagram (a): Persentase letak erong di Situs Kete kesu Letak erong disini lebih banyak ditopang dengan pondasi dari beton, kemudian disusul dengan letak erong digantung, yang mana posisi seperti ini bisa dikatakan masih in situ, keletakan erong seperti ini juga ditemukan pada situs-situs lain di Cina bagian selatan 5, Filipina 6, Malaysia 7. Serta yang terakhir diletakkan di atas tanah. Biasanya posisi/letak suatu erong bisa menujukkan status sosial seseorang, semakin tinggi tempatnya maka tinggi pula status sosial mereka. a. b. c. Foto (b): a). letak erong di atas tanah, b). erong yang digantung dan c). erong yang di topang (Dok. Etha Sriputri, 2012). 5 Pada daerah Fujian, pegunungan wuji, hubei, Jiangxi, longhushen, Sichuan, gongxan, yunnan 6 Pada situs sagada 7 Pada kompleks batu kapur agop batu tulug, kompleks batu kapur batu supi, dan beberapa situs lainnya di kitabatangan,sabah. 81

23 4.2.7 Bahan Wadah Kubur Bahan yang dimaksud disini ialah bahan baku dalam pembuatan wadah kubur yaitu kayu. Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya menyebutkan, kayu uru merupakan kayu yang digunakan dalam pembutan erong. Kayu uru atau kayu cempaka yang dalam bahasa latinnya disebut Michelia Champaca berasal dari India. Pohon berukuran sedang dengan tinggi sampai dengan 50 meter dan diameter batangnya sampai dengan 1,8 meter, batang lurus, bulat, kulit batangnya halus, bewarna coklat keabu-abuan. Pohon ini juga dapat bertahan hingga ratusan tahun lamanya. Pohon cempaka tumbuh ditanah yang subur pada ketinggian hingga 1500 m dpl. Karena pohon ini banyak tumbuh di Toraja dan ketahanannya yang mencapai ratusan tahun, maka tidak heran kayu ini dipilih dalam pembuatan erong Arah Hadap W.K (derajat) Arah hadap berbicara tentang posisi erong, dengan menggunakan satuan ukur derajat, untuk arah utara selatan 315 / /225 dan arah hadap timur barat 45 / /315. Dari sini maka akan diketahui erong yang lebih dominan mengarah kemana. sehingga diketahui apakah erong ini masih terpengaruh terhadap kepercayaan aluk todolo ataukah karena faktor lain. Dan berikut penjabaran arah hadap masing-masing erong. ARAH HADAP /45-135/ / /315 Total 6 31 (blank) Diagram (a): Persentase Arah Hadap Di Situs Kete kesu 82

24 Diagram di atas menunjukkan bahwa, arah hadap wadah kubur di Situs Kete kesu menghadap ke arah timur-barat. Dalam pandangan kosmologi orang Toraja, arah Timur- Barat selalu dihubungkan dengan fase-fase kehidupan, dimulai dari mereka lahir yang diibaratkan dengan matahari terbit di timur yang perlahan-lahan kemudian naik sampai mencapai puncak dan akhirnya menurun sampai tenggelam yang diibaratkan matahari terbenam di barat, hingga terjadi peralihat dari terang ke gelap. Pergerakan matahari dianalogikan sebagai siklus kehidupan manusia dari kehidupan dunia ke kehidupan di alam arwah (Duli, :2001). Selain itu, adanya tebing di belakang tongkonan juga menjadi faktor pendukung. Jadi penempatan erong di Situs Kete kesu dipengaruhi oleh adanya pandangan kosmologi dan faktor alam Fungsi W.K Banyaknya tulang-tulang manusia yang ditemukan yang mengindikasikan kalau erong dijadikan sebagai kuburan sekunder 8. Hal ini didasarkan pada tradisi yang masih dapat dilihat sampai sekarang, dimana ketika orang yang meninggal tidak langsung dikuburkan tetapi disimpan dalam rumah dan dianggap sebagai orang yang sakit to makula, penyimpanan mayat seperti ini bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan hingga bertahuntahun, sehingga yang tersisa hanya tulang-tulangnya saja hal ini dilakukan untuk menunggu anggota keluarganya berkumpul semua dan kemudian dibuatkan upacara penguburan yang disebut upacara rambu solo yang masih dilakukan masyarakat Toraja saat ini. Jika dikaitan dengan bekal kubur/temuan lain, dimana banyaknya tulang manusia yang ada, kemungkinan bentuk penguburan seperti ini digunakan sebagai kuburan satu keluarga. 8 Kubur sekunder (kedua), kubur yang mengandung mayat yang dikubur tidak langsung`(tertunda), mayat disimpan hingga tulang belulang, yang kemudian ditanam dengan wadah (misalnya tempayan) atau tanpa wadah. 83

25 Penggunaan Warna Penggunaan warna pada erong, tidak ditemukan baik pada penutup maupun pada wadahnya, tidak ditemukan penggunaan warna pada ragam hiasnya. 84

26 4.3 Situs Buntu Balla Situs Buntu Balla pada awalnya terletak di tebing tepi Sungai Sariayo, tetapi akibat banjir besar yang terjadi yang menghanyutkan sebagian dari keranda yang ada, maka dari masyarakat setempat berinistiatif memindahkan semua temuan yang tersisa ke atas sebuah bukit, sekitar 100 m dari situs semula. Kini, Situs Buntu Balla berada di tengah areal persawahan di atas sebuah bukit. Dengan jumlah temuan sebanyak 18 buah. Berikut hasil analisis dari temuan yang ada Bentuk/Jenis Wadah Kubur Pada Situs Buntu Balla terdapat dua jenis temuan wadah kubur yaitu tedong-tedong dan Bangka-bangka, berikut persentasenya: BENTUK/JENIS TEMUAN BANGKA- TEDONG- BANGKA TEDONG Total 7 11 (blank) Diagram (a): Persentase bentuk/jenis temuan di Situs Buntu Balla Dari diagram di atas diketahui, bentuk Tedong-tedong lebih dominan jika dibandingkan dengan Bangka-bangka. Bentuk tedong-tedong sendiri menyerupai bentuk anatomi Kerbau. Arti Kerbau dalam kehidupan masyarakat Mamasa merupakan harta kekayaan 85

27 yang sangat tinggi nilainya, dan merupakan hewan kurban dalam upacara rambu tuka dan rambu solo, bahkan dalam kepercayaan aluk tomatua jika ada orang meninggal kemudian tidak mengurbankan kerbau maka, rohnya tidak bisa menyeberang ke dunia arwah karena kerbau dianggap sebagai kendaraan arwah dan sumber kekuatan magis, bentuk tedongtedong menandakan bahwa yang dikuburkan adalah kaum bangsawan dan keluarganya. Bentuk bangka-bangka memiliki bentuk menyerupai perahu, hal didasari pada asal usul nenek moyang mereka yang datang dengan menggunakan perahu ketika terjadinya air bah, dan untuk menghormati nenek moyang maka dibuatlah wadah kubur menyerupai perahu. Selain itu dipilihnya bentuk perahu juga erat kaitannya dengan kepercayaan, dimana perahu dianggap sebagai kendaraan bagi si arwah dalam menempuh perjalanan jauh menuju ke alam baka. Gejala arkeologis yang sama juga ditemukan dibeberapa tempat di Indonesia (Bernadeta, 27-28, 2009). Jika dilihat dari depan-belakang bentuk tedong-tedong bulat dan besar, serta serat-serat kayu membentuk lingkaran mengisyarakatkan, bahwa wadah ini dibuat dari sebatang kayu besar/gelondongan yang kemudian dibentuk menyerupai bentuknya sekarang, begitu pula yang terlihat pada bentuk bangka-bangka. Foto (b): Bentuk /jenis wadah kubur di Situs Buntu Balla (Dok. Balar, 2008) 86

28 4.3.2 Ragam Hias W.K Temuan ragam hias yang terdapat baik pada tedong-tedong maupun Bangka-bangka tidak terlalu banyak. Pada wadah tipe tedong-tedong hanya 1 yang memiliki ragam hias, tetapi hampir seluruh bagian dari wadah tersebut berukir, sedangkan pada Bangka-bangka memiliki 2 buah tetapi tidak semua bagiannya yang berukir. Dan untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut: RAGAM HIAS BERMOTIF POLOS (blank) Total 3 15 Diagram (a): Persentase ragam hias wadah kubur di Situs Buntu Balla Jumlah wadah yang tidak bemotif lebih banyak dari pada yang bermotif. Adapun ragam hias yang ada yaitu, paq tengke lumuq yang memiliki makna sebagai harapan agar keluarga berada dalam satu mata rantai, damai dan saling tolong menolong, lingkaran, bergerigi atau tumpal yang memiliki makna yang sangat dikeramatkan dan hanya digunakan kaum raja, makna lain dari ragam hias ini, yaitu sebagai penolak bala atau pengusir roh-roh jahat yang akan mengganggu roh orang yang dikuburkan, selain memiliki makna dari setiap pembuatannya, ragam hias juga melambangkan status sosial seseorang. 87

29 a. b. Foto (b): a). Temuan wadah yang berukir b). temuan wadah yang polos di Situs Buntu Balla (Dok. Balar, 2008) Ukuran W.K (cm) Ukuran wadah kubur di situs ini digolongkan dalam tiga bentuk yaitu berukuran besar yang mempunyai ukuran antara cm, ukuran sedang antara cm. dan ukuran kecil berkisar anatar cm. dan berikut penjabaran untuk bentuk ukuran pada situs ini. UKURAN W.K BESAR KECIL (blank) Total 16 2 Diagram (a): Persentase ukuran wadah kubur di Situs Buntu Balla Ukuran besar lebih dominan pada situs ini, dan ukuran diameter untuk tedong-tedong berkisar antara cm. serta untuk Bangka-bangka mempunyai lebar hingga 75 cm. 88

30 Bentuk wadah yang besar biasanya diperuntukan bagi kaum bangsawan atas, dan jika melihat dari ukurannya, bentuk kuburan ini bisa memuat dua atau lebih rangka manusia Bekal Kubur/Temuan Lain Bekal kubur atau temuan lain tidak ditemukan, yang ada hanya tulang-tulang manusia saja. Berikut penjabarannya. BEKAL KUBUR/TEMUAN LAIN TIDAK ADA TULANG BELULANG Total 2 16 (blank) Diagram (a): Persentase bekal kubur/temuan lain di Situs Buntu Balla Banyaknya temuan tulang-tulang manusia yang ditemukan, baik pada Bangkabangka maupun tedong-tedong mengindikasikan bahwa wadah ini digunakan lebih dari satu orang dan kemungkinan dijadikan kuburan dalam satu rumpun keluarga. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Balar Makassar ditemukan juga gelang kerang dan gelang perunggu, tetapi tidak disebutkan berapa jumlahnya dan di wadah mana saja ditemuakan. 89

31 a. b. Foto (b): a). wadah kubur yang berisi tulang-tulang manusia b). wadah kubur yang tidak mempunyai isi (Dok. Balar, 2008) Teknik Pembuatan W.K Teknik pembuatan dibagi dalam empat kategori yang pertama teknik cungkil pahat, teknik cungkil sambung, teknik sambung bermotif dan teknik yang tidak diketahui yang digolongkan dalam UID. Berikut penjabarnnya: TEKNIK PEMBUATAN CUNGKIL PAHAT CUNGKIL SAMBUNG CUNGKIL SAMBUNG BERMOTIF Total UID (blank) Diagram (a): persentase teknik pembuatan di Situs Buntu Balla 90

32 Teknik pembuatan yang lebih dominan disini ialah teknik cungkil sambung, kemudian teknik cungkil pahat, cungkil sambung bermotif dan UID. Bentuk sambung yang lebih dominan berupa adanya penambahan pada kaki, tanduk dan telinga pada wadah tedongtedong dan bentuk sambung pada wadah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa baik teknologi maupun konsep pembuatan wadah sudah lebih maju walaupun dalam hal ragam hiasnya masing kurang atau tidak terlalu banyak penggunaannya. a. b. c. d. Foto (b): a). teknik cungkil pahat b). UID c). teknik cungkil sambung dan d). teknik cungkil sambung bermotif (Dok. Balar, 2008) 91

33 4.3.6 Letak Wadah Kubur Wadah kubur yang ada di sini berada di sebuah tadang yang menyerupai rumah adat Mamasa, dimana wadahnya dijejerkan dibawah tadang tadi, tidak terdapat pembagian letak disini, hanya saja masing-masing wadah diletakkan masing-masing empat dan disekat oleh tiang-tiang kayu penyanggah dari bangunan situs tersebut Bahan Wadah Kubur Bahan pembuatan dari wadah ini, terbuat dari kayu uru atau dalam bahasa latin disebut Michelia Champaca. Sama seperti yang ada di Situs Kete kesu. Menurut pandangan orang mamasa, kayu uru memiliki tingkat kekerasan sedang tapi tahan lama, selain itu kayu uru mempunyai arti filosof dimana dikatakan, kayu uru adalah salah satu jenis kayu yang berdaun lebat, mempunyai banyak tangkai dan selalu bertunas. Kayu tersebut tidak bisa mati walaupun selalu ditebang karena selalu tumbuh tunas baru untuk terus berkembang. Konsep pemikiran seperti itu berimplikasi pada suatu pemahaman bahwa, orang yang dikuburkan kedalam wadah kubur tersebut walaupun sudah mati tetapi keturunannya tetap berkembang terus, bagaikan pohon kayu uru yang selalu bertangkai dan tumbuh dengan subur walaupun selalu ditebang atau dipotong, disamping ketahananya terhadap air dan panas matahari (Bernadeta,29:2009). Selain itu ketersediaan kayu uru juga banyak ditemukan di Mamasa, sehingga tidak mengherankan, kayu ini bukan hanya digunakan sebagai wadah kubur tetapi juga digunakan dalam membuatan rumah adat Mamasa. 92

34 4.3.8 Arah Hadap Wadah Kubur (derajat) Semua wadah yang ada disini berada pada satu posisi yang sama, yaitu menghadap ke timur-barat, sedangkan untuk tadang berorientasi pada utara-selatan, dipilihnya utara selatan menunjukkan masih adanya pengaruh aluk tomatua dalam penempatannya Fungsi Wadah Kubur Jika melihat dari ukuran dan bekal kubur yang terdapat pada setiap wadah, besar kemungkinan wadah ini digunakan sebagai kuburan keluarga dan termasuk penguburan kedua (secondary burial), hal ini didasarkan pada banyaknya tulang-tulang manusia serta adanya tengkorak yang lebih dari satu dalam satu wadah, ini pula didukung oleh perilaku masyarakat Mamasa yang mengenal sistem penguburan kedua, dimana mayat sebelumnya disemayamkan di atas rumah selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang disesuaikan dengan ketentuan adat dan kemampuan keluarga si mati, guna menunggu upacara rambu solo dilaksanakan Penggunaan Warna Tidak ditemukannya penggunaan warna baik pada tedong-tedong maupun pada Bangka-bangka. 93

35 4.4 Situs Paladan Walaupun temuan yang ada disini hanya tiga, tetapi ketiga bentuk wadah kubur tersebut mewakili bentuk penguburan orang Mamasa, yaitu tedong-tedong, bangka-bangka dan batutu. Hal yang membedakan situs ini dengan situs lainnya, yaitu adanya kuburan tedong-tedong yang pada bagian belakangnya terdapat kepala kuda atau ulu narang, bentuk wadah yang seperti ini tidak ditemukan pada situs-situs lain di daerah Mamasa. Mengingat wadah kuburnya tidak terlalu banyak, maka dalam penyajian data analisisnya dibuat dalam bentuk tabel. Dan berikut penjabarannya Bentuk/Jenis Wadah Kubur Merujuk dari penelitian sebelumnya, maka penulis mengelompokkan dalam kategori yang sudah dibuat, yaitu bentuk tedong-tedong, bangka-bangka dan batutu. Berikut penjabarannya: NO BENTUK.JENIS W.K JUMLAH 1 TEDONG-TEDONG 1 2 BANGKA-BANGKA 1 3 BATUTU 1 Tabel (a): bentuk/jenis wadah kubur di Situs Paladan Karena temuan yang disini hanya tiga dalam tiga jenis yang berbeda pula, maka tidak ada yang lebih dominan. Bentuk tedong-tedong yang ada disini berbeda dengan yang lain, karena adanya bentuk kepala kuda pada bagian belakangnya. Menurut masyarakat sekitar, bentuk kelapa Kuda yang ada sekarang bukanlah bentuk aslinya, karena bentuk yang asli sudah hilang diambil orang, maka diganti dengan yang ada sekarang. Bentuk kepala kuda atau ulu narang melambangkan seorang pahlawan yang menentang penjajahan Belanda. 94

36 Bentuk kedua yaitu bangka-bangka yang menyerupai bentuk perahu. Batutu merupakan bentuk kuburan yang menyerupai bangunan rumah adat Mamasa atau yang biasa disebut banua bolong. a. b. c Foto (b): bentuk/jenis temuan yang ada di Situs Paladan. a). bentuk tedongtedong yang dipadukan dengan kepala kuda b). bentuk bangka-bangka dan c). bentuk batutu. (Dok. Balar, 2010) Ragam Hias W.K Bentuk ragam hias di sini cukup bervariasi, dan lebih banyak ditemukan pada wadah tedong-tedong baik pada wadahnya maupun pada tadang. Berikut penjabaran ragam hiasnya. RAGAM HIAS W.K TEDONG-TEDONG BANGKA-BANGKA BATUTU PAQTANGKE LUMUQ, NEQ LIMBONGAN, SEGI TIGA/BERGERIGU, SEPERTI SISIK, PAQSIBORONGAN, PAQKOLLONQ BUQKUQ, PAQDON LAMBIRI DITEPO, KOTAK-KOTAK POLOS BERGERIGI/SEGITIGA Tabel 4.4.2: Ragam hias yang terdapat pada wadah di Situs Paladan 95

37 Bentuk ragam hias yang cukup bervariasi mengindikasikan adanya kemajuan dalam segi pembuatannya, disamping itu ragam hias yang ada hampir sama dengan ragam hias yang ada di Toraja, namun tidak ditemukan lagi garonto pa suru pada ketiga wadah kubur ini. Selain pada wadah, ragam hias juga ditemukan pada tiang tadang, dengan bentuk kepala kuda pada tadang tedong-tedong. Serta pada tadang batutu juga ditemukan tiga kepala kuda, dua dibagian depan yang menghadap ke selatan dan satu lagi yang menghadap ke utara Ukuran W.K (cm) ukurannya. Ukuran pada masing-masing wadah kubur cukup bervariasi. dan berikut data UKURAN W.K (CM) TEDONG-TEDONG BANGKA-BANGKA BATUTU P L T P L T P L T Tabel : ukuran wadah kubur di Situs Paladan Rata-rata ukuran wadah yang ada disini cukup besar, sehingga cukup memuat lebih dari dua mayat atau lebih, disamping itu besarnya suatu ukuran makam melambangkan pula status pemiliknya Bekal Kubur/Temuan Lain Pada masing-masing wadah hanya ditemukan tulang tulang manusia saja, sedangkan untuk bekal kuburnya tidak disertakan. Temuan lain yang ada disekitar makam, ditemukan fragmen gerabah, rahang Babi, tau-tau dan kandea dulang tipe bundar berkaki lengkung tinggi. 96

38 a. b. Foto 4.4.5: temua lain yang ada di Situs Paladan a). kandea dulang tipe bundar berkaki lengkung b). tau-tau (Dok. Balar, 2010) Teknik Pembuatan W.K Teknik pembuatan yang ada disini menunjukkan kemajuan teknologi, jika dibandingkan dengan situs lain yang menjadi pembanding, dan berikut pemaparan teknik yang digunakan dalam pembuatan wadah kubur di situs ini: TEKNIK PEMBUATAN W.K TEDONG-TEDONG BANGKA-BANGKA BATUTU CUNGKIL SAMBUNG BERMOTIF CUNGKIL PAHAT PENGERJAANNYA SUDAH LEBIH KOMPLEKS Tabel : teknik pembuatan wadah kubur di Situs Paladan Jika dilihat dari teknik pembuatan, maka bentuk bangka-bangka lebih tua hal ini juga didukung dari data penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa kuburan yang dulu ada di Situs Paladan adalah bangka-bangka, dengan teknik pengerjaan yang masih sederhana, kemudian tedong-tedong yang dipadukan tadang, dengan teknik sambung 97

39 bermotif, hal ini terlihat dari adanya pola hias serta penggunaan warna didalamnya. Lalu batutu yang terlihat pada teknik pembuatannya dimana pengerjaannya sudah lebih kompleks, yang artinya teknik pembuatan satu batutu sama seperti teknik membuat rumah adat Mamasa, hal ini menunjukkan tingkat yang lebih maju Letak Wadah Kubur Letak dari ketiga wadah kubur berada di atas sebuah bukit pasir, temuan tersebut di letakan di bawah sebuah tadang, satu tadang untuk tedong-tedong dan satu tadang untuk Bangka-bangka bersamaan dengan batutu Bahan Wadah Kubur Bahan dasar pembuatan wadah disini, terbuat dari kayu uru, sama seperti yang digunakan di Situs Buntu Balla. Hal ini pula didukung dari banyaknya kayu yang ada disekitar situs, dan makna filosofi yang terkandung dalam kayu uru Arah Hadap Wadah Kubur (derajat) Kuburan tedong-tedong mempunyai arah hadap utara- selatan searah dengan tadang, begitu pula arah hadap batutu, sedangkan untuk bangka-bangka menghadap timur-barat. 98

40 4.4.9 Fungsi Wadah Kubur Berdasarkan data ukuran dan bekal kubur yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan, kuburan yang ada disini digunakan sebagai kubur kedua dari satu keluarga. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa orang yang pertama kali dikuburkan disini kepala adat yang bernama Nek Lento dan Nek Tasi Langi yang dikuburkan dalam bentuk bangka-bangka. Kemudian selanjutnya para pemimpin dan keluarganya dikuburkan dalam batutu, dan untuk tedong-tedong dikuburkan seorang pahlawan bernama Demmatande (Duli,151:2011) Penggunaan Warna Penggunaan warna lebih banyak ditemukan di situs ini, jika dibandingkan situs-situs lainnya. Seperti pada tedong-tedong ada yang menggunakan warna hitam, merah dan putih. Pada batutu lebih dominan warna hitam dan pada Bangka-bangka tidak ditemukan penggunaan warna pada wadahnya. Foto : Perpaduan warna merah, hitam, dan putih pada bagian kepala kerbau dan kepala kuda (Dok. Balar, 2010). 99

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia

BAB V PENUTUP. Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pemanfaatan gua-gua atau ceruk di sekitar pegunungan karst berasal dari Asia Tenggara menjelang akhir plestosen, yang didasarkan akan adanya kebutuhan manusia akan tempat yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini

KATA PENGANTAR. atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini KATA PENGANTAR Sembah syukur yang sebesar-besarnya saya hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat dan tutunan Nya kepada penulis, sehingga memungkinkan karya ini lahir dalam bentuknya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan manusia yang ada pada tempatnya sekarang merupakan proses migrasi yang sangat panjang dan sudah dilakukan nenek moyang mereka sejak ribuan bahkan

Lebih terperinci

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1

TANA TORAJA P E N G A N T A R P E N G A N T A R K E P E R C A Y A A N. Aluk Todolo. Puang Matua. Desain Interior - Akademi Teknik PIKA 1 TANA TORAJA Perkembangan Arsitektur Tradisional Oleh : Eka Kurniawan A.P, ST 1 P E N G A N T A R Nama Toraja diberikan suku Bugis Sidenreng dan suku Luwu. Orang Bugis Sidengreng menyebut orang Toraja dengan

Lebih terperinci

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda

Lebih terperinci

D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN

D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN D I S U S U N OLEH : NAMA : GAVER SEPTIAN YARA KELAS : VII 3 TUGAS : KESENIAN Arti Dan Makna Ukiran, Lukisan, Kriya Tanah Toraja Ukiran Toraja bukan hanya sebagai gambar yang diciptakan begitu saja untuk

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi lokasi penelitian ini adalah Tana Toraja. Daerah ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki potensi budaya yang beraneka ragam, dan dimiliki oleh masing-masing daerah di dalamnya. Salah satu daerah yang

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( )

SUKU TORAJA. Rangga Wijaya ( ) Putri Raudya Sofyana ( ) SUKU TORAJA Rangga Wijaya (14148117) Putri Raudya Sofyana (14148140) Geografis dan Wilayah Letak suku Toraja : 119 0-120 0 BT dan 2 0-3 0 LS Terletak di sekitar pegunungan Latimojong dan Quarles. Berada

Lebih terperinci

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat disebabkan karena ada

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pertama rumah Besemah disebut ghumah baghi yang berarti rumah lama. Rumah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA

KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA KEDUDUKAN ANAK KAUNAN YANG DIANGKAT OLEH TOPARENGNGE (KAUM BANGSAWAN) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MASYARAKAT TONDON DI KABUPATEN TORAJA UTARA Oktavianus Patiung Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA. Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk daerah ini To Riaja yang BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TORAJA 4.1 Asal Usul Masyarakat Toraja 4.1.1 Asal Mula Nama Toraja Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku Bugis-Sidenreng dan orang Luwu. Orang Sidenreng menamakan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan identitas dari komunitas suatu daerah yang dibangun dari kesepakatan-kesepakatan sosial dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya menggambarkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005.

POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. POLA OKUPASI GUA KIDANG: HUNIAN PRASEJARAH KAWASAN KARST BLORA 2014 Indah Asikin Nurani Penelitian ini telah memasuki tahap ke delapan, yang dilakukan sejak tahun 2005. A. Hasil Penelitian Sampai Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN TRANSFORMASI TATANAN RUANG DAN BENTUK PADA INTERIOR TONGKONAN DI TANA TORAJA SULAWESI SELATAN Shandra Stephany Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra - Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA

BAB 3 DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA BAB DESKRIPSI MOTIF PERAHU PADA SENI CADAS DI INDONESIA Berdasarkan data foto dan gambar yang dapat dikumpulkan dari hasil penelitian mengenai seni cadas pada situs-situs di Indonesia dan sekitarnya (Sarawak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan tersebut tertuang dalam berbagai unsur yaitu kesenian, sistem

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN [Home] KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Hasil Kebudayaan masa Praaksara

Hasil Kebudayaan masa Praaksara Hasil Kebudayaan masa Praaksara 1. Hasil Kebudayaan Paleolithikum Kebudayan paleolithikum merupakan kebudayaan batu, dimana manusia masih mempergunakan peralatan yang terbuat dari batu, serta teknik pembuatanya

Lebih terperinci

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA Aswin Yuyun Triady 1, Dhani Mutiari 2 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Tembikar merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang penting dalam mempelajari kehidupan manusia masa lalu. Berbagai informasi dapat diperoleh dari artefak berbahan tanah liat ini, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU

NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU NISAN ARCA SITUS MAKAM KUNO MANUBA KECAMATAN MALLUSETASI KABUPATEN BARRU Bau Mene (Balai Arkeologi Jayapua) Abstract Statue tomb at the site of Manuba ancient grave at Mallusetasi District in Barru Residence.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

TEKNIK PENEBANGAN KAYU TEKNIK PENEBANGAN KAYU Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien (Suparto, 1979). Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-05/BAPEDAL/09/1995 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Ditulis oleh: Agus Sudaryadi, SS. Untuk memudahkan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,

Lebih terperinci

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk

Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF

BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF BAB 2 DESKRIPSI UMUM DAN BENTUK PENGGAMBARAN BATU BERELIEF Deskripsi terhadap batu berelief dilakukan dengan cara memulai suatu adegan atau tokoh dari sisi kiri menurut batu berelief, dan apabila terdapat

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan

Lebih terperinci

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN. MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA

TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA TATA CARA PEMAKAMAN JENAZAH PADA MASA MOYANG MARGA SWABRA SECARA ADAT ISTIADAT DI PADWA Setiap bangsa, suku bangsa bahkan kelompok marga memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda antara bangsa,

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

Teknis Menggambar Desain Interior

Teknis Menggambar Desain Interior TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah sebagai upacara peniadaan jenazah secara terhormat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kematian adalah akhir dari kehidupan. Dalam kematian manusia ada ritual kematian yang disebut dengan pemakaman. Pemakaman dianggap sebagai akhir dari ritual kematian.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated. MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT DIREKTORAT PEMBEKALAN ANGKUTAN SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : 20-251 I. BAHAN. 1. Kain filament polyester 100% double side coated. a. Lebar kain,cm (inchi)

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

TAHAP I PENALARAN : KONSEP

TAHAP I PENALARAN : KONSEP Pertemuan ke-2 TAHAP I PENALARAN : KONSEP Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa Tahap I dalam tindakan akal budi manusia masih merupakan pengertian-pengertian secara sederhana terhadap segala benda atau

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

Kelompok Materi: MATERI POKOK

Kelompok Materi: MATERI POKOK Format Silabus Pelatihan Format Silabus Pelatihan 13 Kelompok Materi: MATERI POKOK Materi Pelatihan Alokasi Waktu : 2.1.b Analisis Materi dalam Buku Teks Pelajaran : 4 JP (180 menit) No Kompetensi Uraian

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA

MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA MEMANFAATKAN UNSUR-UNSUR DALAM UPACARA RAMBU SOLO 1 SEBAGAI SATU WUJUD BUDAYA UNTUK DIJADIKAN TITIK TEMU BAGI REEVANGELISASI SUKU TORAJA Andrianus Pasa Abstrak Tulisan ini merupakan suatu analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja

Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja Andi Eka Oktawati 1, Wasilah Sahabuddin 2 1 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains & Teknologi UIN Alauddin Makassar 2 Dosen, Jurusan Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN

POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN POLA DASAR SADAPAN Kriteria matang sadap Tanaman karet dapat disadap apabila telah memenuhi kriteria matang sadap pohon dan matang sadap kebun, yaitu: a. Matang sadap pohon - Umur tanaman

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

ARSITEKTUR TANA TORAJA

ARSITEKTUR TANA TORAJA PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR ELEKTRONIK Disusun oleh : Eka Kurniawan A.P (0104510007) KTP PPS Unnes Sumber Belajar untuk MK. Perkembangan Arsitektur Tradisional (MATERI ARSITEKTUR TORAJA) Program Studi Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang diacuh oleh warga masyarakat penghuninya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk membuat pelaporan biaya lingkungan objek wisata Ke te Kesu tahun 2014 dan melakukan proyeksi laporan biaya lingkungan tahun 2014 dan tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan tradisional adalah salah satu aset nasional yang sangat besar artinya dan perlu dilestarikan karena mempunyai nilai budaya yang tinggi. Disamping itu, dapat

Lebih terperinci

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi

Lebih terperinci

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 63 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN 5.1 Judul Seri Prangko Gambar 5.1 Judul Seri Prangko Font yang digunakan dalam judul seri prangko antara lain: Pada tulisan Kampung Betawi menggunakan font Aquiline

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam - Struktur bentuk pada bagian kepala kain (tumpal), terdapat ragam hias ombak 16 batang, tali air dan patah beras, umpak ayam, pucuk rebung kembang jagung, dan tawur sisik nanas. Ombak 16 batang Patah

Lebih terperinci

Ini Dia Si Pemakan Serangga

Ini Dia Si Pemakan Serangga 1 Ini Dia Si Pemakan Serangga N. bicalcarata Alam masih menyembunyikan rahasia proses munculnya ratusan spesies tanaman pemakan serangga yang hidup sangat adaptif, dapat ditemukan di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci