BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. International Accounting Standards (IAS) / International Financial"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI II.1. International Accounting Standards (IAS) / International Financial Reporting Standards (IFRS) International Accounting Standards adalah standar akuntansi yang dapat diaplikasikan secara internasional yang memungkinkan keterbandingan dari laporan keuangan konsolidasian seluruh dunia. Standar ini diluncurkan oleh IASC dari tahun 1973 sampai tahun IASB menggantikan tugas IASC pada tahun Sejak saat itu, IASB telah melakukan amandemen terhadap beberapa IAS dan telah mengusulkan untuk melakukan amandemen terhadap standar-standar yang lain, dan menggantikan beberapa IAS dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). IASB juga telah meluncurkan beberapa IFRS baru, yang belum pernah dibahas sebelumnya pada IAS/IFRS lain. Salah satu fitur penting yang membedakan antara IAS/IFRS dengan U.S. GAAP adalah penerapan konsep nilai wajar (fair value). Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arm s length transaction). Perbedaan penting lainnya antara IAS/IFRS dengan U.S. GAAP: IAS/IFRS tidak mengizinkan penggunaan metode Last In First Out (LIFO) sebagai metode pembiayaan persediaan. IAS/IFRS menerapkan revaluasi aset dalam keadaan-keadaan tertentu. 8

2 IAS/IFRS menggunakan single-step method untuk penghapusan penurunan nilai (impairment). IFRS mensyaratkan kapitalisasi biaya pengembangan, ketika kriteria tertentu terpenuhi. Perbedaan terbesar lainnya antara IAS/IFRS dan U.S. GAAP adalah bahwa IAS/IFRS menyediakan rincian (detail) keseluruhan yang lebih sedikit dan tidak menyediakan standar industri spesifik. II.1.1. Struktur IAS/IFRS Pada bagian daftar istilah (glossary of terms) dari IFRS 2009, terdapat definisi dari IFRS yaitu suatu standar dan interpretasi yang diadopsi oleh IASB yang memiliki struktur-struktur sebagai berikut, antara lain: International Accounting Standards (IAS) diterbitkan sebelum tahun 2001 International Financial Reporting Standards (IFRS) diterbitkan setelah tahun 2001 Standing Interpretations Committee (SIC) diterbitkan sebelum tahun Interpretasi yang dibuat oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) diterbitkan setelah tahun

3 II.2. International Accounting Standard 41 Agriculture IAS 41 memiliki beberapa bagian. Pada bagian tujuan (objective) dari IAS 41, dijelaskan bahwa IAS 41 Agriculture bertujuan untuk menentukan perlakuan dan penyajian akuntansi yang terkait dengan aktivitas agrikultural. Adapun pada bagian lainnya dijelaskan mengenai ruang lingkup, definisi, pengakuan dan pengukuran, hibah pemerintah, dan penyajian dari standar ini. Subbab ini akan menjelaskan bagian-bagian tersebut secara runtut dan sistematis, sehingga akan memudahkan dalam pemahaman dan pembelajaran dari IAS 41 ini. Adapun struktur dan isi dari pembahasan IAS 41 pada penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu: 1. IFRS Learning yang dimiliki oleh Deloitte, yang bisa didapatkan di dan 2. International Accounting Standard 41 Agriculture (revisi 2009). II.2.1. Ruang Lingkup International Accounting Standard 41 adalah standar akuntansi yang bertujuan untuk menentukan perlakuan dan pengungkapan akuntansi yang berkaitan dengan aktivitas agrikultural, yaitu: 1. Aset biolojik. 2. Produk agrikultural pada titik panen. 3. Hibah dari pemerintah yang berkaitan dengan aset biolojik. 10

4 Menurut definisi yang tercantum di dalam IAS 41, agricultural activity (aktivitas agrikultural) adalah manajemen transformasi biolojik dan pemanenan dari aset biolojik oleh entitas untuk dijual maupun untuk dikonversikan menjadi produk agrikultural maupun menjadi aset biolojik tambahan. Aktivitas ini mencakup seluruh proses transformasi biolojik, yaitu proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan prokreasi yang menyebabkan perubahan kualitatif maupun kuantitatif dari sebuah aset biolojik. Biological asset (aset biolojik) adalah hewan atau tumbuhan yang masih hidup. Secara umum, aset biolojik dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain: (1) Consumable dan (2) Bearer. Aset biolojik yang dapat dikonsumsi (consumable biological asset) adalah aset biolojik yang dimana hewan atau tumbuhan itu sendiri turut di panen (menjadi produk agrikultural), contohnya adalah pohon yang ditebang untuk dijadikan kayu gelondongan. Kemudian, yang dimaksud dengan aset biolojik pengusung (bearer biological asset) adalah hewan atau tumbuhan yang menghasilkan produk agrikultural. Sebagai contoh adalah pohon buah anggur yang menghasilkan buah anggur, namun pohon anggur-nya itu sendiri tidak akan menjadi produk agrikultural. Lalu, agar dapat dikategorikan sebagai aset, hewan dan tumbuhan ini haruslah yang memenuhi seluruh kriteria dari aset biolojik (dan produk agrikultural), yaitu: - Perusahaan mengendalikan aset sebagai akibat dari kejadian di masa lalu. - Memiliki kemungkinan bahwa manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang terkait dengan aset tersebut akan mengalir ke perusahaan. - Fair value (nilai wajar) atau biaya dari aset dapat diukur dengan andal. 11

5 Agricultural produce (produk agrikultural) adalah produk yang telah dipanen dari aset biolojik milik perusahaan. Perlakuan dan pengungkapan akuntansi terhadap hasil panen ini akan merujuk kepada IAS 41 hanya sampai pada titik panen (point of harvest). Maka dari itu, setiap hal lain yang berkaitan dengan pemrosesan produk agrikultural setelah titik panen, akan merujuk kepada IAS 2 Inventory (persediaan) atau standar lain yang dapat diaplikasikan. Sebagai contoh, buah nanas di kebun nanas sampai pada titik panen akan merujuk kepada IAS 41, sedangkan proses pengolahan buah nanas tersebut menjadi selai nanas (setelah titik panen) tidak dapat menggunakan IAS 41. Dalam industri peternakan, seekor domba melahirkan anak domba yang tumbuh besar dan menghasilkan wol (bulu domba). Anak domba dengan wol yang ada ditubuhnya termasuk dalam IAS 41. Saat wol dicukur dari domba tersebut, maka wol tersebut akan termasuk ke dalam ruang lingkup IAS 2 Inventory. Sedangkan, yang dimaksud dengan government grants (hibah pemerintah) adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk transfer sumber daya kepada sebuah perusahaan sebagai imbalan atas pemenuhan suatu kondisi tertentu yang terkait dengan aktivitas operasi perusahaan baik di masa yang lalu maupun di masa yang akan datang. Dalam ruang lingkup IAS 41, dijelaskan bahwa standar ini tidak diaplikasikan kepada hal-hal berikut, antara lain: - Lahan tanah yang terkait dengan aktivitas agrikultural. - Aset tak berwujud yang berkaitan dengan aktivitas agrikultural. 12

6 - Segala sesuatu mengenai produk atau proses produksi setelah titik panen. Mengenai kategorisasi dari produk, sebagai contoh sebuah telur. Apakah sebuah telur akan dikategorikan sebagai sebuah produk (sebagai produk hasil panen dari ayam) atau aset biolojik (yang akan di-inkubasi agar dapat menetas menjadi anak ayam)? Jawabannya akan tergantung kepada maksud dari manajemen terhadap produk tersebut. Manajemen akan menentukan sendiri maksud yang ingin dicapainya atas telur tersebut. Lebih lanjut mengenai agricultural activity (aktivitas agrikultural), bahwa ada tiga ciri utama dalam membedakan aktivitas agrikultural dengan aktivitas lainnya, yaitu: - Kapabilitas untuk berubah. - Pengukuran dari perubahan tersebut. - Manajemen dari perubahan tersebut. Dari ketiga ciri tersebut, poin terakhir adalah salah satu yang paling utama. Sebagai contoh, memburu ayam liar di hutan bukanlah termasuk aktivitas agrikultural, karena aktivitas tersebut tidak melibatkan manajemen sumber daya oleh perusahaan. Aktivitas agrikultural juga tidak termasuk hal-hal berikut, antara lain: - Investasi dalam hutan sebagai tempat penampungan karbon yang akan meningkatkan kredit karbon yang dapat dijual atau dapat juga digunakan untuk menutup kerugian polusi yang disebabkan oleh perusahaan. - Kuda, burung merpati, maupun anjing yang dipelihara untuk perlombaan pacuan. - Hewan yang dipelihara untuk pementasan yang diadakan di taman hiburan. 13

7 - Aset hidup yang bukan hewan maupun tumbuhan, seperti virus, bakteri, sel darah yang digunakan dalam riset, dan lain-lain. Untuk lebih jelas dalam membedakan aset biolojik, produk agrikultural, dan produk yang telah diproses, berikut disajikan tabel dengan ragam contoh dari masingmasing variabel: Tabel II.1 PERBEDAAN ASET BIOLOJIK, PRODUK AGRIKULTURAL DAN PRODUK YANG TELAH DIPROSES Aset Biolojik Produk Agrikultural Produk yang Telah Diproses Domba Wol Karpet, pakaian Pepohonan di hutan Pohon yg sdh dirobohkan Kayu gelondongan Tumbuhan Katun Baju Kapuk Bantal Sapi Susu sapi Keju Ayam Daging, telur Sosis, telur asin Tanaman stroberi Buah stroberi Selai stroberi, sirup stroberi II.2.2. Kriteria Pengakuan Dalam IAS 41 paragraf 10, dijelaskan bahwa sebuah entitas dapat mengakui suatu aset biolojik atau produk agrikultural saat dan hanya saat: - Perusahaan mengontrol aset sebagai akibat dari kejadian di masa lalu. - Memiliki kemungkinan bahwa manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang terkait dengan aset tersebut akan mengalir ke perusahaan. 14

8 - Fair value (nilai wajar) atau biaya dari aset dapat diukur dengan andal. Dijelaskan juga bahwa dalam aktivitas agrikultural, kendali atas suatu aset dapat dibuktikan dengan adanya kepemilikan legal dari ternak, pemberian tanda dengan cap atau menandai ternak tersebut pada saat akuisisi, kelahiran, atau penyembelihan. Manfaat ekonomis di masa yang akan datang biasanya ditentukan dengan mengukur atribut fisikal yang signifikan. Dalam aplikasi IAS 41, kita harus memisahkan antara aset biolojik dengan produk agrikultural yang dikandungnya. Sampai pada masa panen tiba, produk agrikultural yang masih terkandung pada aset biolojik harus diukur secara keseluruhan. Sebagai contoh adalah pohon buah apel (aset biolojik) yang masih memiliki banyak buah apel (produk agrikultural) akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada pohon apel yang sudah tidak ada buah apel-nya lagi. Begitu juga dengan seekor domba yang masih memiliki wol ditubuhnya, akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada domba yang wol-nya sudah dicukur. II Pengukuran Aset Ada semacam anggapan yang inheren dalam IAS 41, bahwa nilai wajar dapat diukur dengan andal terhadap sebuah aset biolojik. Namun, anggapan itu dapat disangkal hanya pada saat pengakuan awal (initial recognition) untuk sebuah aset biolojik, yaitu bilamana: - Harga atau nilai yang ditentukan oleh pasar tidak tersedia - Estimasi alternatif dari nilai wajar dipastikan secara jelas tidak andal 15

9 Dalam kasus aset biolojik dengan kondisi seperti yang disebutkan diatas, aset harus diukur pada biaya dikurang segala akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai (impairment loss). Namun, saat nilai wajar dari aset biolojik dapat diukur dengan andal, perusahaan harus mengukurnya pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual (cost to sell). Ada pernyataan lain bahwa nilai wajar untuk segala jenis aset tidak lancar yang direklasifikasi menjadi dimiliki untuk dijual (held for sale) dalam ruang lingkup IFRS 5 Non-current Asset Held for Sale and Discontinued Operations, dapat selalu diukur dengan andal. Berikutnya, ada anggapan yang tidak bisa disangkal mengenai pengukuran produk agrikultural pada titik panen. Bahwa dalam semua kasus pengukuran produk agrikultural, perusahaan akan mengukurnya hanya pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual (tidak ada alternatif lain). Standar ini mencerminkan suatu sudut pandang bahwa nilai wajar dari produk agrikultural pada titik panen selalu bisa diukur dengan andal. Apabila suatu perusahaan tidak dapat menentukan nilai wajar dengan andal dan tidak juga menganggap bahwa pengukuran menggunakan biaya adalah alternatif yang lebih baik, maka perusahaan tersebut menentukan nilai wajar dengan mengumpulkan informasi-informasi lain yang relevan dari berbagai sumber (seperti yang ditunjukkan pada halaman 18). Perusahaan kemudian harus memilih salah satu dari alternatif yang paling relevan sebagai acuan dalam menentukan nilai wajar dengan menyertakan alasan pemilihannya. Lebih jauh mengenai biaya untuk menjual, IAS 41 dalam paragraf 5 mendefinisikan biaya untuk menjual sebagai biaya-biaya tambahan yang secara langsung 16

10 berasal dari pelepasan (disposal) sebuah aset, tidak termasuk biaya-biaya keuangan dan pajak penghasilan. II.2.3. Kriteria Pengukuran Dalam IAS 41 paragraf 13, dinyatakan bahwa aset biolojik harus diukur pada saat awal aset tersebut diakui dan pada saat akhir dari suatu periode pelaporan, yaitu pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual. Kriteria ini digunakan apabila nilai wajar dari aset biolojik tersebut bisa diukur dengan andal. Produk agrikultural yang dipanen dari aset biolojik juga diukur pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual pada titik panen. Hasil dari perhitungan pada titik panen itulah yang akan digunakan dalam penerapan IAS 2 Inventory, atau IFRS lain yang bisa diaplikasikan. Beberapa perusahaan memilih untuk menjual aset biolojik atau produk agrikultural mereka pada suatu tanggal yang sudah disetujui di masa yang akan datang atas dasar kontrak, dengan suatu tingkat harga yang telah disetujui. Dalam IAS 41, pengukuran tidak dapat dilakukan dengan menggunakan harga yang ada pada suatu kontrak. Hal ini dikarenakan bahwa harga pada kontrak tersebut bukanlah sesuatu yang relevan dalam menentukan nilai wajar dari suatu aset biolojik atau produk agrikultural. Nilai wajar haruslah menggambarkan harga pasar pada saat ini, yang merupakan pertemuan kesepakatan antara pembeli dan penjual. Namun, apabila kondisi yang terjadi adalah kontrak memberatkan (onerous contract), dimana harga eksekusi kontrak yang disetujui lebih rendah dari nilai wajar dikurang biaya untuk menjual pada saat eksekusi 17

11 kontrak, maka nilai yang dicatat adalah nilai dari kontrak yang telah disetujui tersebut, hal ini dilakukan demi terpenuhinya prinsip konservatisme. II Pasar Aktif Dalam menentukan nilai wajar dari suatu aset biolojik atau produk agrikultural, IAS 41 dalam paragraf 8 mengenal istilah pasar aktif (active market) yang didefinisikan sebagai sebuah pasar yang memenuhi semua kondisi-kondisi dibawah ini, yaitu: - Barang-barang diperdagangkan dalam pasar tersebut bersifat homogen; - Pembeli dan penjual yang ingin bertransaksi dapat ditemukan kapan saja; - Harga-harga tersedia bagi publik. Apabila ada pasar yang memenuhi semua kondisi diatas, maka harga dari pasar tersebut terhadap aset biolojik atau produk agrikultural pada kondisi dan lokasi saat ini, dapat menjadi acuan dalam menentukan nilai wajar. Apabila perusahaan menemukan pasar aktif yang lain, maka perusahaan harus menentukan salah satu pasar yang paling relevan untuk digunakan sebagai acuan. Namun, apabila pasar aktif tidak dapat ditemukan oleh perusahaan, IAS 41 paragraf 18 mensyaratkan acuan lain yang bisa digunakan sebagai alternatif dalam menentukan nilai wajar produk atau aset, yaitu: - Harga transaksi pasar terkini, yang disyaratkan dengan tidak adanya perubahan keadaan ekonomi yang signifikan antara tanggal transaksi dan masa akhir dari periode pelaporan; 18

12 - Harga pasar untuk aset yg mirip, dengan penyesuaian untuk mencerminkan perbedaan; - Benchmark terhadap sektor, seperti nilai dari sebuah kebun buah yang dinyatakan per hektar, atau seekor sapi yang dinyatakan per kilogram dari berat. Kemudian dinyatakan dalam IAS 41 paragraf 19, apabila dari alternatif-alternatif tersebut menghasilkan suatu kesimpulan yang berbeda-beda, maka perusahaan harus mempertimbangkan alasan-alasan dari setiap perbedaan tersebut, untuk kemudian mencapai kesimpulan akhir mengenai estimasi nilai wajar yang paling andal diantara beberapa pilihan dari estimasi yang layak. Dalam IAS 41 paragraf 20-22, dijelaskan bahwa dalam beberapa kondisi, harga/nilai yang ditentukan oleh pasar bisa jadi tidak tersedia untuk aset biolojik pada kondisinya yang sekarang. Maka, dalam kondisi ini perusahaan menggunakan nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan (present value of expected net cash flows) yang didiskontokan dengan menggunakan tarif yang ditentukan oleh pasar sekarang, untuk menentukan nilai wajar dari aset biolojik. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk menentukan nilai wajar dari aset biolojik pada kondisi dan lokasinya yang sekarang. Perusahaan harus mempertimbangkan hal ini dalam menentukan tarif diskon yang sesuai. Dalam menentukan nilai sekarang dari arus kas bersih yang diharapkan, perusahaan menyertakan arus kas bersih dimana aset tersebut diharapkan akan menghasilkan di pasar yang paling relevan, oleh para peserta pasar. Arus kas yang diharapkan tersebut tidak termasuk pembiayaan aset, perpajakan (jika digunakan tarif 19

13 diskon sebelum pajak (pre-tax discount rate)), dan pembangunan kembali (reestablishing) aset biolojik setelah panen (sebagai contoh, biaya penanaman kembali pohon di lahan hutan setelah panen). Dalam IAS 41 paragraf 23, dijelaskan bahwa dalam menentukan arus kas, perusahaan harus mempertimbangkan variasi-variasi yang juga dapat terjadi pada nilai wajar. Maka dari itu, perusahaan harus menghubungkan ekspektasi mengenai variasivariasi yang memungkinkan tersebut, baik dalam arus kas yang diharapkan, atau dalam tarif diskon yang digunakan, atau bisa menggunakan kombinasi dari keduanya. Dalam menentukan sebuah tarif diskon, perusahaan harus menggunakan asumsi yang konsisten dengan yang digunakan dalam perkiraan arus kas yang diharapkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek dari beberapa asumsi yang menjadi double-counted atau doubleignored. II Memperkirakan Nilai Wajar Dalam beberapa keadaan dimana harga atau nilai yang ditentukan pasar tidak tersedia bagi aset biolojik dalam kondisinya yang sekarang, maka perusahaan harus menggunakan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang diharapkan dari suatu aset biolojik yang didiskontokan dengan tarif yang ditentukan pasar pada saat ini. Adapula beberapa kondisi dimana biaya dapat memperkirakan nilai wajar dari suatu aset biolojik, terutama disaat: - Transformasi biolojik yang terjadi masih belum signifikan sejak biaya awal terjadi (sebagai contoh, bibit tanaman yang baru ditanam ketika mendekati akhir dari periode pelaporan) 20

14 - Dampak dari transformasi biolojik terhadap harga tidak diperkirakan menjadi material (sebagai contoh, pertumbuhan awal dari siklus produksi pohon pinus selama 30 tahun) Aset biolojik seringkali secara fisik terikat pada tanah (sebagai contoh, pepohonan di sebuah hutan). Maka, tidak ada pasar terpisah untuk aset biolojik yang terikat pada tanah, namun pasar aktif masih ada untuk aset yang dikombinasikan, yaitu aset biolojik, tanah, dan perbaikan tanah (land improvements) sebagai satu paket. Perusahaan boleh menggunakan informasi mengenai aset yang dikombinasikan untuk menentukan nilai wajar dari aset biolojik. Sehingga, nilai wajar dari tanah dan perbaikan tanah, bisa dikurangkan dari nilai wajar dari suatu aset yang dikombinasikan, untuk mendapatkan nilai wajar dari aset biolojik. II.2.4. Entri Jurnal Dalam melakukan entri jurnal IAS 41, terdapat tiga kejadian utama. Kejadian yang pertama adalah saat pengukuran kembali aset biolojik sebelum panen, selanjutnya adalah pada saat mencatat persediaan saat panen, dan yang terakhir adalah pada saat pengukuran kembali aset biolojik saat panen. Sebagai contoh, sebuah perusahaan coklat hendak melakukan panen buah coklat. Pohon-pohon coklat sudah cukup tua untuk menghasilkan buah coklat yang ranum. Nilai wajar dari buah coklat yang hendak dipanen (setelah dikurangi biaya untuk menjual) adalah sebesar Rp

15 - Pengukuran kembali aset biolojik sebelum panen: Dr: Apple trees Cr: Gain on biological assets Pencatatan persediaan saat panen: Dr: Inventory (apples) Cr: Gain on harvest of apples Pengukuran kembali aset biolojik saat panen: Dr: Loss on biological assets Cr: Apple trees II.2.5. Menghitung Keuntungan dan Kerugian Dalam penghitungan keuntungan maupun kerugian, IAS 41 paragraf mensyaratkan bahwa setiap keuntungan atau kerugian pada saat pengakuan awal dari aset biolojik (yang diukur pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual), harus dimasukkan ke dalam perhitungan rugi/laba untuk periode yang bersangkutan, dan tidak dimasukkan ke dalam other comprehensive income. Berikut ilustrasi dari perhitungan keuntungan dan kerugian dalam IAS 41, masing-masing untuk aset biolojik dan produk agrikultural. 22

16 II Aset Biolojik Dalam bagian ini, akan digunakan ilustrasi peternakan ayam. Suatu perusahaan peternakan ayam memiliki seekor ayam baru seharga Rp (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Ayam tersebut menghasilkan satu butir telur yang di-inkubasi oleh perusahaan untuk dijadikan anak ayam. Anak ayam yang baru lahir berharga Rp5.000 (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Maka, keuntungan (gain) adalah sebesar Rp5.000 (nilai dari anak ayam). Setelah 1 ½ tahun, ayam tersebut bernilai Rp (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Keuntungannya adalah Rp (Rp Rp5000). Pada pengakuan awal, seekor induk ayam berharga Rp (nilai wajar). Biaya untuk menjual adalah Rp Maka, nilai wajar dikurang biaya untuk menjual sama dengan rugi Rp500 (Rp Rp25.500). Seekor anak ayam berharga Rp5.000 setelah menetas dari telurnya (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). 4 bulan kemudian anak ayam tersebut sudah tumbuh dan dihargai Rp4.500 (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Maka kerugian adalah sebesar Rp500 (Rp5.000 Rp4.500). II Produk Agrikultural Seekor domba yang memiliki harga Rp (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Domba tersebut tumbuh dan memiliki wol (bulu domba) yang dihargai Rp (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Sebagai hasil, keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp (Rp Rp 0). 23

17 Pada tanggal pemotongan, wol dihargai senilai Rp (nilai wajar dikurang biaya untuk menjual). Keuntungan sebagai hasil dari panen adalah Rp5.000 (Rp Rp10.000). II.2.6. Hibah Pemerintah Dijelaskan dalam standar pada paragraf mengenai hibah pemerintah. Telah dijelaskan sebelumnya dalam bagian lain dari penelitian ini, bahwa yang dimaksud dengan hibah pemerintah (government grants) adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk transfer sumber daya kepada sebuah perusahaan sebagai imbalan atas suatu pemenuhan kondisi tertentu yang terkait dengan aktivitas operasi perusahaan baik di masa yang lalu maupun di masa yang akan datang. Hibah pemerintah dapat dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu hibah kondisional (conditional) dan hibah tidak kondisional (unconditional). Yang dimaksud dengan hibah pemerintah kondisional adalah hibah dari pemerintah yang terkait kepada sebuah aset biolojik yang diukur pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual, yang dimana perusahaan diwajibkan untuk memenuhi semua kondisi tertentu yang disyaratkan oleh pemerintah, dan perusahaan dapat mengakui hibah pemerintah dalam rugi/laba, saat dan hanya saat, kondisi yang terkait dengan hibah pemerintah telah dipenuhi. Sedangkan, hibah pemerintah tidak kondisional adalah hibah dari pemerintah yang terkait dengan aset biolojik yang diukur pada nilai wajar dikurang biaya untuk menjual yang dapat diakui dalam rugi/laba saat, dan hanya saat, hibah pemerintah menjadi piutang (berhak untuk diterima). 24

18 Dalam keadaan tertentu, hibah pemerintah tidak dikaitkan dengan IAS 41. Bahwa bila suatu hibah dari pemerintah terkait dengan suatu aset biolojik yang diukur pada biaya dikurang segala akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai, maka perlakuan akuntansi terhadap hibah pemerintah tersebut akan terkait dengan IAS 20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance. II.3. Pengungkapan Sebagaimana dimuat dalam IAS 41 paragraf 40 sampai dengan 49, secara umum perusahaan diharuskan melakukan pengungkapan-pengungkapan sebagai berikut: - Agregat keuntungan atau kerugian yang terjadi di periode tertentu: a. Pada saat pengakuan awal dari aset biolojik dan produk agrikultural b. Dari perubahan nilai wajar (dikurang biaya untuk menjual) dari aset biolojik - Sebuah penjelasan untuk masing-masing kelompok aset biolojik - Sifat dari aktivitas perusahaan untuk masing-masing kelompok aset biolojik - Pengukuran atau estimasi non-keuangan dari kuantitas fisik setiap kelompok dari aset biolojik yang dimiliki perusahaan pada akhir periode, dan keluaran produk agrikultural selama periode tertentu - Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam menentukan nilai wajar untuk setiap kelompok dari produk agrikultural saat titik panen dan untuk setiap kelompok aset biolojik 25

19 - Nilai wajar dikurang biaya untuk menjual dari produk agrikultural yang telah dipanen selama periode tertentu, ditentukan saat titik panen - Keberadaan dan nilai perolehan untuk aset biolojik yang bersifat terbatas, dan nilai perolehan dari aset biolojik yang dikaitkan sebagai jaminan hutang. - Nilai komitmen untuk pengembangan atau akuisisi dari aset biolojik - Strategi-strategi manajemen resiko finansial yang terkait dengan aktivitas agrikultural Pada IAS 41 paragraf 50, juga dinyatakan bahwa perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi dari perubahan nilai perolehan dari aset biolojik antara awal dan akhir dari periode sekarang. Rekonsiliasi tersebut termasuk: - Keuntungan/kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar dikurang biaya untuk menjual - Peningkatan disebabkan oleh pembelian - Penurunan yang berasal dari penjualan dan aset biolojik yang diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual (atau dimasukkan ke dalam sebuah kelompok pelepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual) sesuai IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and Discontinued Operations - Penurunan disebabkan oleh panen - Peningkatan disebabkan oleh kombinasi bisnis (business combinations) 26

20 - Agregat pertukaran bersih (net) yang timbul pada translasi dari laporan keuangan kepada satuan mata uang presentasi yang berbeda, dan pada translasi dari operasi luar negeri kepada presentasi satuan mata uang presentasi dari entitas pelapor - Perubahan lainnya. Sesuai dengan IAS 41, paragraf 54 sampai dengan 56, perusahaan juga harus melakukan pengungkapan terhadap aset biolojik yang nilai wajarnya tidak dapat diukur dengan andal. Pengungkapan yang harus dilakukan, antara lain: - Penjelasan aset biolojik - Penjelasan mengenai mengapa nilai wajar tidak dapat diukur dengan andal - Jika memungkinkan, kisaran perkiraan dimana nilai wajar sangat mungkin tidak dapat dipercaya - Metode depresiasi yang digunakan - Masa manfaat atau tarif depresiasi yang digunakan - Nilai perolehan kotor (gross) dan akumulasi depresiasi (digabungkan dengan akumulasi kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode - Keuntungan/kerugian pada saat pelepasan (disposal) aset biolojik - Sebuah rekonsiliasi perubahan nilai perolehan (terpisah dari yang disyaratkan oleh paragraf 50), yang ditambahkan dengan perhitungan kerugian penurunan nilai, jurnal pembalik dari penurunan nilai dan depresiasi (deplesi) 27

21 - Apabila terdapat aset biolojik (yang sebelumnya diukur pada biaya dikurang segala akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai) yang nilai wajarnya dapat diukur kembali dengan andal pada suatu periode, maka perusahaan harus mengungkapkan; (1) penjelasan dari aset biolojik tersebut, (2) penjelasan mengenai mengapa nilai wajar menjadi dapat diukur dengan andal, dan (3) efek dari perubahan tersebut. Sedangkan, IAS 41 pada paragraf 57 mengharuskan pengungkapan segala hibah pemerintah yang diterima oleh perusahaan terkait dengan aset biolojik yang dimilikinya, antara lain: - Sifat dan jangkauan dari hibah pemerintah yang diakui di laporan keuangan - Kondisi yang tidak terpenuhi dan kontinjensi lainnya yang terkait kepada hibah pemerintah, dan - Ekspektasi penurunan tingkat hibah pemerintah yang signifikan. 28

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan,

Lebih terperinci

AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI

AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI 1 AKUNTANSI AGRIKULTUR PSAK 69 DAN PSAK 68 BY: ERSA TRI WAHYUNI All material presented is the opinion of the author and not a formal position of the Indonesian Institute of Accountants PSAK yang terkait

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Pendekatan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilaporkan oleh salah satu perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Perseroan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Yang Ada Dalam bab ini, dilakukan analisis dengan membandingkan standar standar akuntansi yang ada di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Aset A.1 Definisi Aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud yang berharga atau bernilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian akuntansi Menurut Wahyu Maulani (2010) definisi dari akuntansi adalah Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dapat diperoleh serta seberapa relevan dan andal informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, informasi menjadi bagian penting untuk seluruh segi kehidupan (Ridwan, 2011). Ketersediaan informasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Menurut American Accounting Association (AAA), Accounting is the process of identifying, measuring, and communicating economic information to permit information

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk informasi dalam bidang ekonomi yang sangat penting bagi perusahaan komersial. Dalam kerangka konseptual Standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aset 2.1.1 Definisi Aset Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa: Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, PENGUNGKAPAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOGIS BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

2. Ruang Lingkup 3. Bilamana dilakukan Reklasifikasi

2. Ruang Lingkup 3. Bilamana dilakukan Reklasifikasi 1. Pendahuluan IFRS 5 mengharuskan entitas-entitas untuk melakukan reklasifikasi aset tidak lancarnya di dalam laporan posisi keuangan menjadi dikuasai untuk dijual, atau pelepasan kelompok aset entitas

Lebih terperinci

AGRIKULTUR PSAK. Juli ED PSAK 69 (07 Sept 2015).indd 1 07/09/ :02:45

AGRIKULTUR PSAK. Juli ED PSAK 69 (07 Sept 2015).indd 1 07/09/ :02:45 ED PSAK AGRIKULTUR Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng, Jakarta 0 Telp: (0) 0 Fax: (0) 000 Email: iai-info@iaiglobal.or.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selain itu, bab ini juga menguraikan tentang rumusan masalah yang menjadi

Lebih terperinci

BIOLOGICAL ASSET VALUATION

BIOLOGICAL ASSET VALUATION BIOLOGICAL ASSET VALUATION UNTUK KEPERLUAN LAPORAN KEUANGAN (IAS 41) Oleh: Ir. Benny Supriyanto, MSc, MAPPI (Cert) Jakarta, 12 Oktober 2010 1 IAS 41 tentang Biological Asset. Aktiva Biologis (biological

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. PSAK 1 tentang penyajian laporan keuangan. a. Definisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian mengenai penerapan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap pada perusahaan

Lebih terperinci

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab. PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi yang cukup bagi pengguna laporan keuangan agar mampu membuat keputusan. Untuk itu, laporan keuangan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Banyak sekali sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan dan dijadikan usaha. Di negara kita ini, apapun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41

ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK PADA PT ASTRA AGRO LESTARI TBK MENURUT PSAK 16 (REVISI 2011) DAN IAS 41 Vera Indrianti, Stefanus Ariyanto Binus University, Jalan Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang

BAB I PENDAHULUAN. utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman teh merupakan tumbuhan jenis semak yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman

Lebih terperinci

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk 1. Penilaian IAS 2 mendiskripsikan bahwa basis utama akuntansi persediaan adalah kas, dan kas didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk membuat persediaan ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam, terutama dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini mempunyai peran yang

Lebih terperinci

AKUNTANSI ASET BIOLOGIS: PERLUKAH ADOPSI INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARD (IPSAS) 27 DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)?

AKUNTANSI ASET BIOLOGIS: PERLUKAH ADOPSI INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARD (IPSAS) 27 DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)? AKUNTANSI ASET BIOLOGIS: PERLUKAH ADOPSI INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING STANDARD (IPSAS) 27 DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)? Dina Natasari 1, Rizky Wulandari 2 1,2 Program Studi Akuntansi/Departemen

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN Economic Community (AEC) merupakan sebuah komunitas dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tegabung dalam ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 48 PENURUNAN NILAI AKTIVA 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. PENURUNAN NILAI AKTIVA Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar yang harus dibaca dalam konteks paragraf-paragraf

Lebih terperinci

FINANCIAL INSTRUMENT

FINANCIAL INSTRUMENT Pelaporan Akuntans Keuangan- Financial Instrument 1 FINANCIAL INSTRUMENT Dwi Martani Latar Belakang Revisi PSAK 50-55 2 Perkembangan standar Internasional IFRS 30 dan 39 Investor melakukan investasi secara

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia

ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia ANALISIS IMPLEMENTASI PSAK 13 REVISI 2011 PADA PERUSAHAAN PROPERTI (STUDI KASUS PADA PT IPM) KURNIA IRWANSYAH RAIS University of Indonesia RYNA PANJAITAN University of Indonesia Abstrak Properti investasi

Lebih terperinci

PSAK NO. 48 PENURUNAN NILAI ASET

PSAK NO. 48 PENURUNAN NILAI ASET RANGKUMAN MATA KULIAH PRAKTIKUM PEMERIKSAAN AKUNTANSI (AUDIT) Nama : Santi Andriyani Dosen : Sugiharto, SE.,MSA.,Ak.,CA NIM/Kelas : 1233025 / 5A MK : AUDIT Jurusan : Komputerisasi Akuntansi Tanggal : 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap entitas bisnis harus melaporkan aktivitas yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laporan tersebut merupakan sebuah laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Sulistyorini Rafika Putri Universitas Negeri Surabaya Abstract

Sulistyorini Rafika Putri Universitas Negeri Surabaya Abstract 1 ANALISIS PERBANDINGAN PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN ASET BIOLOGIS SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN IAS (INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD) 41 PADA PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk Sulistyorini Rafika Putri Universitas

Lebih terperinci

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 13 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. Pajak dalam LK Pajak dan Akuntansi Akt.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP Materi ini dipersiapkan oleh Divisi Teknis IAI sebagai bagian yang takterpisahkan dari Discussion Paper Reviu 1 Ruang lingkup Small and medium entities (SMEs),

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN Handout : Analisis Rasio Keuangan Dosen : Nila Firdausi Nuzula, PhD Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN Perbandingan laporan keuangan merupakan salah

Lebih terperinci

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa?

RECEIVABLES 1. Apa itu receivables 2. Ada berapa jenis receivables PENGAKUAN A/R 3. A/R diakui sebesar apa? RECEIVABLES 1. Apa itu receivables? - Receivables merupakan financial asset. - Receivables adalah klaim yang dimiliki terhadap konsumen dan lainnya, atas uang, barang atau jasa. 2. Ada berapa jenis receivables?

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD)

ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD) ANALISIS DAMPAK PENERAPAN IAS 41 DI INDONESIA (STUDI KASUS: PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII DAN UNITED PLANTATIONS BERHAD) Fenny Farida, Rosinta Ria Panggabean Universitas Bina Nusantara, Jln. Kebon Jeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriteria laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK 1 (revisi 1998) dengan PSAK 1 (revisi 2009) adalah dalam butir (f) yang mengharuskan entitas untuk menyajikan laporan

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) BERBASIS IFRS

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) BERBASIS IFRS Makalah Seminar Akuntansi STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) BERBASIS IFRS OLEH : Wildha Ardhiyanto (A311 12 268) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan rangkuman kinerja perusahaan untuk melaporkan setiap aktivitas yang dilakukan, mulai dari aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan.

Lebih terperinci

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia Agenda 1. Lingkup dan Aplikasi Standar 2. Kebijakan Akuntansi dan

Lebih terperinci

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010 Akuntansi Keuangan serta Workshop PSAK Terbaru" 1 PSAK TERBARU Dr. Dwi Martani Tiga Pilar Standar Akuntansi 2 Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) SAK-ETAP Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Standar akuntansi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin pesatnya dunia perekonomian dan perbankan internasional, Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan standar akuntansi internasional, sehingga dapat

Lebih terperinci

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT)

PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) PENURUNAN NILAI ASET (ASSET IMPAIRMENT) Dalam sejarah perkembangan akuntansi, penurunan nilai merupakan metode pelengkap depresiasi yang digunakan dalam model biaya (historical cost model). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 14 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Akuntansi Keuangan 2 - Departemen

Lebih terperinci

PUBLIC HEARING DSAK IAI

PUBLIC HEARING DSAK IAI DEWAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN IKATAN AKUNTAN INDONESIA PUBLIC HEARING DSAK IAI Waktu / Tempat: Senin, 21 September 2015 / Grha Akuntan, Menteng, Jakarta Materi ini dipersiapkan sebagai bahan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan kerangka acuan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan entitas harus disusun berdasarkan

Lebih terperinci

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets 1 Ruang Lingkup Dikecualikan dari penerapan PSAK 19 : Aset tidak berwujud yang diatur standar lain (goodwill-psak 22) Aset keuangan (PSAK 50) Hak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian PSAK Menurut PSAK No. 1, paragraf 5, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang disusun oleh Dewan

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA Hal 85-95 PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS (TANAMAN KOPI) PADA PT. WAHANA GRAHA MAKMUR - SURABAYA Riyanto Utomo, Nur Laila Khumaidah ABSTRAK Aset biologis merupakan tanaman dan hewan yang mengalami transformasi

Lebih terperinci

TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000)

TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000) TINJAUAN ATAS PSAK No. 19 (REVISI 2010) : ASET TAK BERWUJUD DENGAN PSAK No. 19 (REVISI 2000) Wahyuni Lestari Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Email : yunihio@yahoo.com ABSTRACT During the last two

Lebih terperinci

Abstrak ABSTRAK Kata Kunci: Aktiva Biologi, Metode Pengukuran, Perbedaan Hasil Pengukuran Universitas Kristen Maranatha

Abstrak ABSTRAK Kata Kunci: Aktiva Biologi, Metode Pengukuran, Perbedaan Hasil Pengukuran Universitas Kristen Maranatha Abstrak i ABSTRAK Dalam aktivitas agrikultur terdapat istilah aktiva biologi yang merujuk pada hewan atau tanaman hidup yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sumber penghasilan perusahaan (aset

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara VII Unit 57 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Data Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data yang telah terkumpul selama pelaksanaan penelitian. Aset biologis pada PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) adalah kumpulan standar, pernyataan, opini, interpretasi,

Lebih terperinci

Silabus. EKA 5312 Seminar Akuntansi Keuangan. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Silabus. EKA 5312 Seminar Akuntansi Keuangan. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Silabus EKA 5312 Seminar Akuntansi Keuangan Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Keuangan Perbankan dan Informatika Asia Perbanas Jalan Perbanas, Karet Kuningan,

Lebih terperinci

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang:

Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang: AGENDA Pengantar Pengertian dasar Akuntansi Pajak Penghasilan sesuai SAK 46 Implementasi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan Penyajian Pajak Kini dan Pajak Tangguhan dalam Laporan Keuangan Komersial Aset dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS NILAI WAJAR TANAMAN KELAPA SAWIT BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 AGRICULTURE DIBANDINGKAN DENGAN BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 16 ASET

Lebih terperinci

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, KONTIJENSI (PSAK 57)

LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, KONTIJENSI (PSAK 57) LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, KONTIJENSI (PSAK 57) Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 1 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 Liabilitas Jangka Pendek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengungkapan informasi yang relevan dan reliabel merupakan hal yang penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial Reporting Standard

Lebih terperinci

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. VIII.1 ASET TETAP A. Definisi 01. Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang berskala besar maupun yang berskala kecil, untuk mengetahui perkembangan dan kelangsungan usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap Aset tetap adalah aset yang memiliki masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan dalam kegiatan perusahaan, dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting Standards Committee (IASC) dibentuk untuk menyusun standar pelaporan keuangan internasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48

6/4/2012. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Ruang Lingkup. Tujuan dan Lingkup PSAK 48 Tujuan dan Ruang Lingkup (revisi 2009) - Penurunan Nilai Aset IAS 36: Impairment Tujuan : Menetapan prosedur agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya impairment. Aset dikatakan k melebihi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia Menurut Martani (2011) Indonesia memiliki empat pilar standar akuntansi yang berlaku, di antaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dengan kekayaan atau harta yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dengan kekayaan atau harta yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia industri dewasa ini semakin berkembang, ini mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dengan kekayaan atau harta yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif

Lebih terperinci

Perbedaan IFRS, U.S. GAAP, dan PSAK: Investement Property

Perbedaan IFRS, U.S. GAAP, dan PSAK: Investement Property Perbedaan IFRS, U.S. GAAP, dan PSAK: Investement Property Nunik L.D. Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi-Univ. Kristen Maranatha (Jl. Prof. Drg. Surya Sumantri No. 65 Bandung) Abstract International

Lebih terperinci

Asset (aktiva) 1. Definisi dan klasifikasi asset 2. Pengakuan dan pengukuran asset 3. Penyajian (pelaporan)

Asset (aktiva) 1. Definisi dan klasifikasi asset 2. Pengakuan dan pengukuran asset 3. Penyajian (pelaporan) Modul ke: Asset (aktiva) 1. Definisi dan klasifikasi asset 2. Pengakuan dan pengukuran asset 3. Penyajian (pelaporan) Fakultas FEB Program Studi Teori Akuntansi www.mercubuana.ac.id Anna Christin SE Ak

Lebih terperinci

Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi

Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi Akuntansi untuk investasi dengan metode ekuitas ilustrasi PT Investor mengakuisisi 40% saham biasa (ordinary share) PT Asosiasi pada tanggal 1 Januari 20x2. PT Investor dianggap memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan pada perusahaan di masing-masing negara juga berbeda.untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus berubah karena adanya globalisasi. Setiap negara mempunyai

Lebih terperinci

BAGIAN IX ASET

BAGIAN IX ASET - 81 - BAGIAN IX ASET IX.1 ASET TETAP A. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan 2. diharapkan akan digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam

BAB IV. yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi pada PT. KLS dimana dibahas dalam penelitian ini. Adapun penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara dengan hasil perkebunan seperti kelapa sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi perusahaan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan perusahaan, dimana informasi

Lebih terperinci

Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT

Lister Budi Agus Rianto. Dosen Pembimbing: Stefanus Ariyanto, SE., Ak., M.Ak. Binus University, 1 ABSTRACT ANALISIS PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN ASET BIOLOJIK MENURUT STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA DAN MENURUT IAS 41: AGRICULTURE (STUDI KASUS: PT KELANTAN SAKTI) Lister Budi Agus Rianto

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) 1 ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS BERDASARKAN INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARD 41 PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) Ike Farida Universitas Negeri Surabaya Email: adirafike@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

UPDATE PSAK Berlaku Efektif

UPDATE PSAK Berlaku Efektif UPDATE PSAK Berlaku Efektif 2017 2018 Arie Pratama, SE, M.Ak, CPSAK, CPMA, CertIFR, CertIPSAS, CPA Dosen Departemen Akuntansi FEB Universitas Padjadjaran Anggota Tim Implementasi SAK IAI AGENDA Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. tentang Akuntansi Investasi Efek Tertentu yang telah dikeluarkan oleh DSAK sejak BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. PSAK 50 dan 55 1.1. PSAK 50 PSAK 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS

UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS UJIAN TENGAH SEMESTER MAKALAH PERLAKUAN AKUNTANSI ASET BIOLOGIS DALAM PERSPEKTIF STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN IFRS Disusun untuk memenuhi syarat penilaian Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Pelaporan

Lebih terperinci

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan BAB 1 Apa itu AKUNTANSI? Akuntansi adalah seni yg menurut kepercayaan luas pertama kali ditemukan oleh Fra Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang ahli matematika Italia dan friar Franciscan di abad ke 16

Lebih terperinci

ELEMEN KEUANGAN & KONSEP DASAR PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN

ELEMEN KEUANGAN & KONSEP DASAR PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN ELEMEN KEUANGAN & KONSEP DASAR PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN NAMA ANGGOTA : 1. KOMANG WISNU ARIE GUNA PARTHA 1115351163 2. PUTU TEDDY ARTHAWAN 1215351003 KONSEP FUNDAMENTAL ELEMEN LAPORAN

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK Ruang Lingkup Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum(general purpose financial statemanet) bagi

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA : 081218888013

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M )

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M ) EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PELAPORAN ASET BIOLOGIS (Studi Kasus Pada Koperasi M ) Esti Laras Aruming Tyas Nurul Fachriyah, SE., MSA., Ak Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO)

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) Nama : Hamzah Mutakin NPM : 23212274 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Dyah Palupi, SE., MMSI Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Rerangka Teori dan Literatur 2.1.1. Pengertian Bank Pada Pasal 1 (Butir 2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan,

Lebih terperinci

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK Pembukuan menurut UU Pajak Dalam Pasal 28 ayat (7) UU KUP disebutkan: Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil penelitian dari Yaumil Utami (2013) yang berjudul

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan hasil penelitian dari Yaumil Utami (2013) yang berjudul BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Berdasarkan hasil penelitian dari Yaumil Utami (2013) yang berjudul Analisis Penilaian Aset Tetap Berdasarkan US GAAP Dan Penilaian Aset Tetap Berdasarkan

Lebih terperinci

HUTANG JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN KONTIJENSI (L. Marthayadi Zikrullah) NIM: A1C012070

HUTANG JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN KONTIJENSI (L. Marthayadi Zikrullah) NIM: A1C012070 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mataram Tahun 2014 HUTANG JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN KONTIJENSI (L. Marthayadi Zikrullah) NIM: A1C012070 1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Definisi Kewajiban: Kewajiban

Lebih terperinci

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan IAS 18 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Error Dwi Martani Latar Belakang o Tujuan o Menentukan kriteria

Lebih terperinci