BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan atau"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kesalahan Berbahasa Menurut Nababan (1994:91) terdapat 2 macam kesalahan berbahasa yaitu kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan atau kekeliruan yang disebabkan oleh faktor-faktor performance seperti keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal, tekanan emosional seperti kelelahan dan keraguan. Kekeliruan tersebut dapat pula karena salah dengar atau salah baca yang diucapkan atau ditulis seseorang karena ia mungkin sedang stress, lelah atau tidak menyimak. Kekeliruan mempunyai ciri-ciri yaitu: (1) Pelajar Bahasa Target (BT) dengan segera dapat memperbaiki bentuk-bentuk bahasa yang tidak benar itu sendiri atau ia dapat memperbaiki salah interpretasinya, dan (2) Pelajar Bahasa Target membuat kekeliruan itu tidak secara reguler atau sistematis. Sebaliknya kesalahan ialah bentuk-bentuk bahasa yang tidak benar secara gramatikal atau interpretasi yang tidak benar, yang diucapkan/ditulis, didengar/dibaca oleh seseorang, yang mempunyai ciriciri sebagai berikut: (1) Pelajar Bahasa Target (BT) tidak dengan segera dapat memperbaiki bentuk-bentuk bahasa yang tidak benar, atau memperbaiki salah interpretasinya karena ia tidak sadar bahwa ia membuat kekeliruan itu, dan (2) Kesalahan yang dibuatnya itu regular atau sistematis. Yang dimaksud sistematis ialah bahwa kesalahan yang dibuat oleh pelajar selalu atau hampir selalu dibuat, sebab sumbernya ialah ketidaktahuan pelajar tentang butir yang salah itu. Dalam hal ini pelajar Bahasa Target tidak menyadari akan adanya kesalahan apabila tidak 14

2 15 ditunjukkan kepadanya oleh orang lain, seperti oleh guru atau penutur asli, karena ia memang tidak mengetahui bahwa bentuk-bentuk yang digunakannya itu tidak benar. Sedangkan seorang pelajar Bahasa Target yang membuat kekeliruan tidak secara reguler membuat kekeliruan tersebut. Dengan perkataan lain, kadang-kadang ia membuat bentuk bahasa yang benar tetapi kadang-kadang yang salah. Supriyadi dalam Syarifudin (2004:8) menyebutkan bahwa kesalahan bahasa adalah penyimpangan dari apa yang biasa berlaku dalam bahasa itu menurut kriteria yang dianut oleh penutur aslinya. Selanjutnya Supriyadi juga mengemukakan bahwa istilah kesalahan bahasa sebagai bentuk penyimpangan wujud bahasa dari sistem atau kebiasaan berbahasa umumnya pada suatu bahasa sehingga menghambat kelancaran komunikasi berbahasa. Penyimpangan yang dimaksud dapat terjadi pada pengucapan, cara penulisan, struktur kata, struktur kalimat, cara pengungkapan baik lisan maupun tulisan yang menyangkut dengan kebudayaan yang melatarbelakangi bahasa tersebut. Sedangkan Tarigan-Tarigan (1995:141) mengatakan kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesalahan merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan. Namun demikian kesalahan tersebut harus diperbaiki. Kesalahan dalam belajar bahasa terutama belajar bahasa asing adalah wajar, hanya saja diharapkan kesalahan tersebut dapat menjadi acuan, baik bagi

3 16 pembelajar (mahasiswa), dosen ataupun pembuat silabus dalam pembelajaran selanjutnya Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa Penyebab kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa sasaran dapat diklasifikasi menurut sudut pandang yang berbeda-beda. Sering pengelompokan itu dapat saling bertumpang-tindih karena sudut pandang yang berlainan, tetapi acuan yang sama. Richards (1974:173) mengelompokkan kesalahan tersebut dalam tiga jenis, yaitu kesalahan antarbahasa (Interlingual errors) atau kesalahan interferensi (interference errors), kesalahan intrabahasa (intralingual errors) dan kesalahan pengembangan (developmental errors). Sementara James (1988:137) juga menyebutkan penyebab kesalahan bahasa ada dua jenis, yaitu antarbahasa (interlingual) dan intrabahasa (intralingual errors). Selanjutnya Nababan (1994:92) mengelompokkan sebab-sebab kesalahan sebagai berikut: (1) Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh interferensi, dan kesalahan-kesalahan yang bukan disebabkan oleh interferensi, tetapi oleh kesulitankesulitan yang disebabkan oleh pembelajaran itu sendiri; (2) Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak benar dalam mikrolinguistik dan kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh unsur-unsur yang tidak benar interpretasinya dalam makrolinguistik; (3) Kesalahan-kesalahan yang sukar diberantas karena sudah mendarah-daging (yang dijuluki kesalahan yang membatu (fossilized errors)) dan kesalahan-kesalahan yang sukar diberantas; dan (4)

4 17 Kesalahan-kesalahan yang menyebabkan lawan bicara tidak mengerti maksud atau tujuannya (global errors) dan kesalahan-kesalahan yang tidak menyebabkan salah faham (local errors). 1. Penyebab antarbahasa (Interlingual) Sistem bahasa yang dibangun oleh pembelajar agak menyimpang dari linguistik yang ada dalam BSu maupun dalam BSa, sehingga pembelajar menampilkan sistem bahasa yang mengarah kepada dialek idiosinkratik. Idiosinkratik adalah ujaran yang dilakukan yang tidak mempunyai model baik dalam BSu maupun dalam BSa. Tahap awal pembelajaran bahasa lazimnya ditandai oleh transfer interlingual, yakni pemindahan unsur-unsur bahasa pertama atau bahasa ibu ke dalam bahasa kedua atau bahasa yang sedang dipelajari mahasiswa. Kesalahan seperti ini yang disebut kesalahan interferensi BSu ke dalam BSa. Kesalahan antarbahasa disebabkan oleh interferensi BSu yang mengarah ke pengaruh negatif terhadap BSa. BSu merupakan suatu hal yang mengganggu dalam upaya mempelajari BSa. BSu bahkan sering kali dianggap sebagai kesulitan utama yang dihadapi pembelajar dalam mempelajari BSa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Dulay dalam Syarifuddin (2004:15) yang menyatakan bahwa bahasa sumber telah dianggap sebagai penghambat dalam mempelajari bahasa sasaran, penyebab utama masalah pembelajar dengan bahasa yang baru. Pengaruh BSu terhadap BSa sasaran yang sedang dipelajari dapat diketahui dari struktur kalimat yang dibentuk oleh pembelajar. Dalam teori pengalihan (transfer) pembelajar cenderung untuk mengalihkan pola struktur dan budaya BSu ke

5 18 dalam pola struktur dan budaya bahasa yang sedang dipelajari. Jika pengalihan itu terjadi apabila terdapat beberapa persamaan dan akan memberikan kemudahan dalam mempelajari BSa, maka disebut pengalihan positif. Pengalihan ini tidak menyebabkan kesalahan bahkan akan memberikan kemudahan bagi pembelajar dalam pembelajaran. Tetapi apabila unsur dalam BSa berbeda dengan unsur BSu, maka akan menimbulkan kesulitan bagi pembelajar BSa, ini dikatakan sebagai pengalihan negatif yang sering disebut interferensi. 2. Penyebab intrabahasa (Intralingual) Kesalahan intrabahasa (intralingual) adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam tahap perkembangan pemerolehan BSa, yang mengarah kepada karakteristik umum atau kompleksitas dari aturan BSa yang dipelajari. Bentuk-bentuk kesalahan intrabahasa adalah generalisasi yang berlebihan, mengabaikan pembatasan kaidah, ketidak lengkapan penerapan kaidah dan hipotesis konsep yang salah. Kesalahan generalisasi yang berlebihan (over generalization) adalah kesalahan yang disebabkan oleh pembelajar menggabungkan kaidah bahasa yang dipelajari dan menerapkannya dalam bentuk yang sama, artinya penggunaannya berlebihan. Aplikasi berlebihan terjadi pada saat pembelajar BSa memperluas kaidah BSa pada konteks yang kurang tepat. Mengabaikan pembatasan kaidah (ignorance of rule restriction) adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar ketika menerapkan kaidah pada konteks yang salah. Ketidaktaatan akan pembatasan kaidah terjadi ketika pembelajar BSa

6 19 tidak mengetahui bahwa setiap bahasa mempunyai pengecualian oleh karena itu pembelajar menerapkan pada semua bentuk. Ketidak lengkapan penerapan kaidah (incomplete application of rules) adalah kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar BSa ketika tidak menerapkan tatabahasa secara lengkap. Hipotesis konsep yang salah (false concept hypotheses) adalah kesalahan bahasa yang dilakukan oleh pembelajar pada saat mereka tidak memahami dengan benar kaidah dan nuansa perbedaan dalam BSa yang dipelajari. Berdasarkan ciri kesalahan yang telah dikemukakan di atas, terlihat bahwa pembelajar sering melakukan kesalahan dalam perbandingan dua sistem bahasa yang berbeda. Faktor lain yang menjadi penyebab kesalahan bahasa pembelajar adalah kurangnya pengetahuan tentang BSa yang dipelajari. Kesalahan intrabahasa disebut juga kesalahan perkembangan (developmental errors). Hal ini terjadi apabila kesalahan itu bersumber dari pengetahuan BSa yang belum memadai dan masih dalam proses pembelajaran. Dari semua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penyebab kesalahan bahasa yaitu, faktor antarbahasa atau yang sering disebut interferensi (interference) dari BSu atau bahasa lain ke dalam BSa, faktor intrabahasa atau yang disebut kesalahan perkembangan (developmental errors) karena kompleksitas dalam bahasa itu sendiri, pribadi, sosial budaya dan kebahasaan.

7 Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan berbahasa menurut Parera (1997:80) merupakan suatu tindakan dan studi secara formal dan sistematik untuk mempelajari dan menemukan kesulitan-kesulitan, hambatan-hambatan dan kendala-kendala dalam proses pembelajaran bahasa bagi mereka yang berbeda latar belakang kebahasaan. Brown (1980:148) menyatakan analisis kesalahan adalah analisis terhadap kesalahankesalahan berbahasa seorang mahasiswa baik bahasa asing, bahasa kedua ataupun bahasa pada umumnya. Ellis dalam Tarigan-Tarigan (1995:170) menyatakan bahwa, analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahankesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebab yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah analisis kesalahan menerjemahkan TBI ke dalam TBJ Fungsi Analisis Kesalahan Analisis kesalahan mempunyai dua fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk menginvestigasi proses pembelajaran bahasa, dan untuk mengetahui apakah pengajaran remedial itu perlu atau tidak dilakukan agar pencapaian tujuan belajar itu berhasil (Corder, 1981:45). Menganalisis kesalahan yang dibuat siswa tentu saja memberikan manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan

8 21 umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pengajaran di kelas. Analisis kesalahan bertujuan untuk: (1) Menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah sukar (2) Menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan dan latihan berbagai butir-butir bahan yang diajarkan (3) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial, dan (4) Memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa (Tarigan-Tarigan, 1995:170) Objek Analisis Kesalahan Analisis kesalahan berbahasa terutama ditujukan kepada bahasa yang sedang dipelajari atau ditargetkan. Sebab, analisis kesalahan dapat membantu dan bahkan sangat berguna sebagai sarana kelancaran program pengajaran yang sedang dilaksanakan. Maksudnya, dengan analisis kesalahan para guru ataupun para penulis buku teks dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi para siswa. Karena analisis kesalahan lebih ditekankan pada proses belajar bahasa kedua atau bahasa asing, maka dengan sendirinya analisis kesalahan berobjekkan bahasa si pembelajar yang sedang mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing Metode Analisis Kesalahan Crystal yang dikutip dari Peteda (1989:32) mengatakan metode analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat mahasiswa

9 22 yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur linguistik. Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur kerja analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah yang meliputi: (1) Pengumpulan sampel, (2) Pengidentifikasian kesalahan, (3) Penjelasan kesalahan, (4) Pengklasifikasian kesalahan, (5) Pengevaluasian kesalahan, dan (6) Menganalisis sumber kesalahan (Tarigan-Tarigan, 1995:67). Untuk lebih jelasnya langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: (1) Mengumpulkan data berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh mahasiswa, misalnya hasil ulangan, karangan atau percakapan, (2) Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan dengan cara mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggabungan kata dan penyusunan kalimat, (3) Membuat peringkat kesalahan dengan cara mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya, (4) Menjelaskan kesalahan, yaitu menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar, (5) Memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan terhadap terjadinya kesalahan juga meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan dan (6) Mengoreksi kesalahan, memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi (Tarigan-Tarigan, ).

10 Hakikat Terjemahan Kata terjemahan yang dalam bahasa Inggris disebut translation adalah suatu konsep abstrak yang mencakup proses penerjemahan dan hasil dari proses tersebut. Kata terjemahan (translation) berasal dari kata kerja bahasa Inggris translate menerjemahkan, mengalihbahasakan dan menafsirkan. Sedangkan secara terminologi terjemahan adalah menggantikan kata dalam BSu ke dalam kata bahasa lain atau BSa dengan makna yang sepadan. Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu terjemahan (science of translation, Übersetzungswissenschaft), kata ilmu disini diartikan sebagai teori, metode dan teknik (Moentaha, 2006:9). Proses terjemahan (das Übersetzen, the translating), seperti yang dikatakan ilmuwan bahasa dari Jerman G. Jäger yang dikutip oleh Moentaha (2006:9) adalah transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli. Jadi terjemahan adalah jenis transformasi antarbahasa yang berbeda dengan jenis transformasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri. Tidak semua penggantian teks dalam satu bahasa dengan teks dalam bahasa lain merupakan terjemahan. Untuk bisa disebut terjemahan, teks dalam bahasa A harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks dalam bahasa B. Dengan kata lain, dalam memindahkan informasi dari sistem bahasa yang satu ke sistem bahasa yang lain harus dipertahankan isi informasi teks asli. Moentaha (2006:10) menyatakan bahwa, terjemahan adalah proses penggantian teks dalam bahasa sumber atau bahasa pemberi dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa sumber. Pengertian tingkat isi di atas harus dipahami secara maksimal dan luas,

11 24 yakni tidak hanya yang menyangkut arti dasar (material meaning), ide atau konsepsi yang terkandung dalam tingkat isi, tapi juga semua informasi yang ada dalam teks bahasa sumber, semua norma-norma bahasa, seperti makna leksikal, makna gramatikal, nuansa stilistis/nuansa ekspresif. Secara luas terjemahan dapat diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan (message), baik verbal maupun nonverbal dari informasi sumber (source information) ke dalam informasi sasaran (target information). Sedangkan secara keseharian, dalam pengertian dan cakupan yang lebih sempit, terjemahan biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalam bahasa sasaran (target language). Dalam kamus The Merriam-Webster Dictionary (1988:2429) terjemahan merupakan pengubahan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain, atau pengubahan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, dan sebaliknya. Senada dengan defenisi di atas, Larson (1989:3) mendefinisikan terjemahan pada dasarnya adalah suatu perubahan bentuk (translation is basically a change of form). Yang dimaksud dengan bentuk bahasa ialah kata, frase, klausa, kalimat, paragrap dan lain-lain, baik lisan maupun tulisan. Bentuk itu disebut struktur lahir bahasa, yaitu bagian struktural bahasa yang biasa terlihat dalam bentuk cetak atau terdengar dalam ujaran. Dalam terjemahan, bentuk BSu diganti dengan bentuk BSa dengan memperhatikan struktur dan makna yang sesuai dengan BSa.

12 25 Kemudian Nida dan Taber (1982:12) mendefinisikan terjemahan lebih menekankan pada proses seperti yang mereka ungkapkan berikut ini: Penerjemahan merupakan usaha menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber dengan padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran, pertama dalam hal makna dan yang kedua dalam gaya bahasanya (Translating consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source-language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style). Dalam hal ini Nida dan Taber tidak mempermasalahkan bahasa yang terlibat dalam penerjemahan, tetapi lebih tertarik pada cara kerja penerjemahan, yaitu mencari padanan alami yang semirip mungkin sehingga pesan dalam BSu bisa disampaikan dalam BSa. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam penerjemahan, pengalihan pesan dari BSu ke dalam BSa harus diungkapkan sewajar mungkin dalam bahasa penerima atau sasaran dengan menuruti semua aturan yang berlaku dalam BSa. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terjemahan adalah proses penggantian atau transformasi pesan dari BSu ke dalam BSa dengan memperhatikan kesepadanan dua bahasa tersebut. Kesepadanan makna dalam mengungkapkan hasil terjemahan merupakan hal yang paling penting, karena hal ini yang menjadi tujuan utama dalam penerjemahan. Gaya penerjemahan dan pengungkapan makna sangat tergantung dari kemampuan penerjemah, oleh sebab itu penerjemah harus menguasai kaidah dan kosakata (vocabulary) BSa agar mampu menggunakan bahasa tersebut yang sepadan dengan makna yang dimaksud oleh penulis dalam BSu.

13 Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun pedoman penerjemahan tertentu. Teknik penerjemahan akan lebih banyak berkaitan dengan langkah praktis dan pemecahan masalah (Machali, 2009:107). Menurut Molina dan Albir dalam Silalahi (2009:81) teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan menurut Moentaha (2006:48-87). 1. Terjemahan Harfiah (Literal Translation) ialah terjemahan yang hasil realisasinya berada di bawah standar, yakni di bawah hasil terjemahan yang cukup menyampaikan informasi teks Bahasa Pemberi atau bahasa sumber ke dalam teks Bahasa Sasaran dengan mematuhi norma-norma Bahasa Sasaran. Biasanya terjemahan harfiah dilakukan di tingkat kata, yaitu penerjemahan kata demi kata, sehingga tidak jarang menghasilkan terjemahan semu. Terjemahan di tingkat kata bisa dilakukan, kalau susunan kalimat teks Bahasa Pemberi sangat sederhana dan hal ini menunjukkan, bahwa terjemahan harfiah pun bisa menghasilkan terjemahan yang adekuat. 2. Substitusi (Substitution) ialah proses terjemahan yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk Bahasa Pemberi ke bentuk Bahasa Sasaran dengan melewati makna. Teknik substitusi termasuk ke dalam terjemahan harfiah karena penerjemahannya dilakukan di tingkat kata. Substitusi dalam

14 27 terjemahan biasa jarang sekali digunakan, dan kalau digunakan hanya sebagai perkecualian. Karena penerjemahan lewat teknik substitusi dilakukan di tingkat kata, maka wajarlah kalau teknik terjemahan substitusi, dalam batasbatas tertentu, mempunyai persamaan baik dengan teknik terjemahan harfiah, maupun dengan metode ekuivalensi. Sebagai teknik terjemahan biasa (bukan mesin) substitusi sangat jarang digunakan dalam merealisasi proses terjemahan, dan kalau digunakan hanya untuk menerjemahkan istilah. 3. Terjemahan Bebas (Free Translation) ialah terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau teks secara keseluruhan. Terjemahan bebas, pada umumnya, lebih baik diterima, ketimbang terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak terjadi baik penyimpangan makna, maupun pelanggaran norma-norma Bahasa Sasaran. Kekurangan teknik terjemahan bebas ialah bahwa yang disampaikan oleh terjemahan bebas ke dalam teks Bahasa Sasaran bukan padanan makna teks Bahasa Pemberi, tapi gambaran situasi, yang menghasilkan perolehan padanan situasi. Terjemahan bebas bisa diterima dalam penerjemahan teks ragam sastra, namun sama sekali tidak bisa digunakan dalam penerjemahan teks-teks dokumen resmi, seperti dokumen undang-undang, dokumen diplomatik, dokumen militer dan lainnya. 4 Parafrasa (Paraphrase). Capaian padanan situasi bisa juga diperoleh dari teknik terjemahan parafrasa, karena informasi yang ada dalam teks Bahasa Pemberi dipertahankan oleh teknik tersebut dalam bentuk gambaran situasi

15 28 bukannya makna teks Bahasa Pemberi. Sebelum menggunakan teknik parafrasa, penerjemah perlu mengetahui situasi riil yang digambarkan dalam teks Bahasa Pemberi, karena situasi riil seperti itu sering merupakan kunci yang secara absolut penting untuk mengungkap tabir makna kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang satu atau yang lain dari sudut pandang gambaran situasi. Jadi, informasi teks Bahasa Pemberi yang dipertahankan lewat teknik parafrasa dalam teks Bahasa Sasaran bukan maknanya tapi gambaran situasi. Teknik parafrasa boleh digunakan hanya kalau upaya untuk menyampaikan dengan tepat makna teks Bahasa Pemberi memberikan hasil yang secara leksikal, gramatikal dan stilistis kurang meyakinkan. Parafrasa sebagai teknik terjemahan sering ditemukan dalam penerjemahan susastra dan digunakan hanya dalam situasi tertentu. 5 Penggantian (Replacements). Yang terkena teknik penggantian dalam proses terjemahan ialah satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat), satuan-satuan leksikal (kata-kata tertentu) dan konstruksi-konstruksi kalimat. a. Penggantian kelas kata. Pada penggantian kelas kata, suatu kata dalam Bahasa Pemberi misalnya ajektiva diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran dengan menggantinya menjadi nomina. Dapat pula terjadi pengembangan leksikal dengan mengganti kata dengan rangkaian kata. Teknik terjemahan kelas kata dapat pula dilakukan menurut prinsip asosiasi pengertian yang berdekatan,

16 29 misalnya satu kata dalam Bahasa Pemberi diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran dengan kata yang memiliki kedekatan pengertian. b. Penggantian bagian-bagian kalimat. Dalam penggantian bagian-bagian kalimat, kata-kata dalam teks Bahasa Pemberi tidak sama fungsi sintaksisnya setelah kata-kata itu disampaikan ke dalam teks Bahasa Sasaran, yakni berfungsi lain, ketimbang fungsi semula dalam teks Bahasa Pemberi dan dengan demikian, terjadi perubahan struktur sintaktis kalimat. Pertama, perubahan struktur kalimat aktif dalam teks Bahasa Pemberi menjadi kalimat pasif dalam teks Bahasa Sasaran, sehingga obyek dalam teks Bahasa Pemberi menjadi subyek dalam teks Bahasa Sasaran. Kedua, subjek dalam kalimat teks Bahasa Pemberi dalam penerjemahannya ke bahasa Indonesia sebagai Bahasa Sasaran diganti dengan keterangan-keterangan: waktu, tempat (lokatif) dan kausal. c. Penggantian leksikal Dalam teknik ini terjadi penggantian kata-kata tertentu teks Bahasa Pemberi dengan kata-kata teks Bahasa Sasaran, yang tidak merupakan kata-kata yang mempunyai kesamaan makna, tapi mengandung makna leksikal lain, yakni terjadi penggantian leksikal berupa (1) konkretisasi ialah penggantian kata teks Bahasa Pemberi, yang maknanya mengandung pengertian yang lebih luas dengan kata teks Bahasa Sasaran yang maknanya mengandung pengertian yang lebih sempit. (2) generalisasi ialah penggantian kata teks Bahasa Pemberi, yang maknanya mengandung pengertian lebih sempit,

17 30 dengan kata teks Bahasa Sasaran yang maknanya mengandung pengertian lebih luas. d. Terjemahan antonim. Yaitu penggantian kata dalam satu bahasa dengan antonimnya dalam bahasa lain yang diikuti dengan transformasi kalimat berita ke kalimat ingkar. Terjemahan antonim sering diilustrasikan dengan contoh-contoh, yang pada umumnya, tidak mengandung pertentangan antonim. Yang terjadi hanya penggantian konstruksi kalimat padanannya dalam bahasa lain, yakni penggantian kalimat berita dengan kalimat ingkar dan sebaliknya. e. Kompensasi. Teknik kompensasi merupakan aturan proses terjemahan yang sangat menarik dan perlu digunakan dalam proses terjemahan, karena tepat mengilustrasikan peraturan dasar terjemahan, yakni unsur-unsur tertentu dalam teks dan teks itu sendiri secara keseluruhan diterjemahkan secara adekuat. Teknik kompensasi digunakan, terutama sekali untuk menyampaikan spesifikasi Bahasa Pemberi, seperti nuansa dialektal, pertuturan individual yang spesifik yang tidak selalu mempunyai padanan dalam Bahasa Sasaran. Juga beberapa kata tertentu yang mungkin tidak bisa disampaikan ke dalam Bahasa Sasaran menurut padanan formal/padanan kamus.

18 31 6 Penambahan (Additions). Penambahan leksikal dalam teks Bahasa Sasaran biasanya diperlukan, kalau maksud isi teks Bahasa Pemberi diungkapkan dengan sarana lain, termasuk dengan sarana gramatikal. Perlu ditekankan di sini, bahwa yang dimaksud dengan penambahan kata-kata tertentu ialah tanpa menambah maksud yang ada dalam teks Bahasa Pemberi, karena ke dalam teks Bahasa Sasaran sudah tersampaikan informasi yang sama, seperti yang ada dalam teks Bahasa Pemberi, hanya saja diungkapkan dalam teks Bahasa Sasaran dengan cara-cara lain. Teknik penambahan digunakan karena kekurangan kata-kata tertentu. 7 Penghilangan (Omissions/Dropping). Merupakan gejala yang langsung bertentangan dengan teknik penambahan. Teknik penghilangan dalam proses terjemahan ialah membuang kata yang berlimpah, karena merupakan kelimpahan semantis, yakni tanpa bantuan kata yang berlimpah itu, isi informasi dalam teks Bahasa Pemberi disampaikan ke dalam teks Bahasa Sasaran secara utuh. 8 Kompressi (Compression). Yaitu teknik penerjemahan dengan melakukan pengurangan leksikal demi tercapainya pemadatan teks terjemahan. Tendensi ke perluasan teks terjemahan harus diimbangi dengan tendensi ke penggunaan teknik kompresi, yakni ke pengungkapan singkat, ringkas dan padat. 9 Derivasi Sintaktis (Syntactic Derivation). Ialah proses pembentukan berbagai konstruksi sintaktis dengan cara/lewat transformasi konstruksi inti. Dalam proses terjemahan, derivasi sintaktis mengubah posisi bagian kalimat

19 32 yang satu atau yang lain. Karena itu teknik derivasi sintaktis menyangkut operasi aktif-pasif. 10 Terjemahan Deskriptif (Descriptive Translation) Amplifikasi (Amplification). Ialah penyampaian makna teks Bahasa Pemberi ke dalam teks Bahasa Sasaran dengan menggunakan kombinasi kata-kata bebas, yakni menjelaskan satuan-satuan leksikal yang mencerminkan realitas spesifik negeri yang satu atau yang lain, karena satuan-satuan seperti itu tidak mempunyai ekuivalensi satuan-satuan leksikal tanpa ekuivalensi. Terjemahan deskriptif sama dengan teknik terjemahan amplifikasi, yaitu teks yang diperluas dalam proses terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Terjemahan deskriptif dan amplifikasi menyangkut aspek pragmatis terjemahan, sedangkan aspek pragmatis merupakan salah satu masalah pokok dalam menyampaikan realitas spesifik, seperti gejala-gejala terkait dengan sejarah, budaya, ekonomi dan tradisi kehidupan yang mengandung unsurunsur spesifik nasional sesuatu bangsa. 11 Eksplikasi/Implikasi (Explication/Implication). Teknik eksplikasi dalam proses terjemahan ialah merealisasi pengungkapan eksplisit dalam teks Bahasa Sasaran, karena dalam teks Bahasa Pemberi ada informasi yang pengungkapannya tidak jelas, yaitu ada implikasi dalam informasi tersebut (pengungkapan implisit). Sesuatu yang tidak jelas diungkapkan dalam satu bahasa, wajib diungkapkan dengan gamblang (eksplisit) dalam bahasa lain.

20 Kendala Kaedah Bahasa Dalam Proses Menerjemahkan Setiap bahasa mempunyai sistem gramatikal dan sistem leksikal sendiri yang spesifik. Setiap bahasa mempunyai struktur gramatikal dan komposisi leksikal sendiri yang berbeda dengan struktur gramatikal dan komposisi leksikal bahasa lain. Setiap bahasa merupakan sistem yang sangat rumit dan mempunyai ciri-ciri khas sendiri. Perbedaan-perbedaan antara sistem BSu dan sistem BSa dapat menimbulkan kesulitan bahasa dalam penerjemahan. Padahal, informasi dalam teks bahasa sumber yang mengandung norma-norma bahasa, seperti: (1) sarana leksikal, (2) sarana gramatikal, (3) sarana stilistis/nuansa ekspresif sebaiknya disampaikan sepenuhnya ke dalam teks bahasa sasaran dalam proses terjemahan (Moentaha, 2006:13). 1. Sarana Leksikal Kridalaksana, (2008:141) menyebutkan bahwa leksikal bersangkutan dengan leksem, bersangkutan dengan kata dan bersangkutan dengan leksikon, dan bukan dengan gramatika. Leksem adalah satuan bermakna yang membentuk kata, sedangkan leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa. Berdasarkan pendapat tersebut maka sarana leksikal terdiri atas: a. Aneka Makna Satuan komposisi leksikal bahasa -kata- biasanya mengandung aneka makna (polysemous word) dan sistem makna kata dalam satu bahasa biasanya tidak sepenuhnya sama dengan sistem makna kata yang sepadan dalam bahasa lain. Misalnya kata bahasa Jerman das Haus, yang berarti dalam bahasa Indonesia: rumah,

21 34 sesuai hanya dengan salah satu maknanya: gedung tempat tinggal. Demikian juga, kata rumah dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan kata das Haus, seperti rumah makan (das Restaurant). b. Diferensiasi/Nondiferensiasi Yang dimaksud dengan nondiferensiasi adalah, bahwa satu kata dari suatu bahasa tertentu, yang mengandung pengertian lebih luas (nondiferensial), mungkin bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan beberapa kata (dua atau lebih), yang masing-masing mengandung pengertian yang lebih sempit (diferensial). Misalnya, dalam bahasa Jerman ada kata der Reis yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan dua kata atau lebih: padi, beras, nasi yang masing-masing mengandung pengertian yang lebih sempit ketimbang kata der Reis. Demikian juga dengan kata bahasa Indonesia kaki yang ke dalam bahasa Jerman bisa diterjemahkan dengan dua kata: Beine dan Fuß. Baik gejala aneka makna, maupun gejala diferensial/nondiferensial bisa mengundang kesulitan dalam proses terjemahan. Melakukan pilihan di antara katakata yang mengandung pengertian diferensial adalah satu-satunya jalan dalam penerjemahan. Pada umumnya, kemungkinan untuk melakukan pilihan yang betul dalam menerjemahkan dijamin oleh konteks kalimat. c. Medan Semantis Ada juga gejala dalam ilmu linguistik yang dinamakan medan semantis, yakni kelompok kata yang maknanya mengandung komponen semantis umum. Misalnya, verba mendengar (hören), verba melihat (sehen) yang masing-masing mempunyai

22 35 makna leksikal sendiri, tapi menurut medan semantisnya menyatakan persepsi. Karena itu kalimat yang predikatnya dinyatakan oleh verba persepsional disebut kalimat persepsional. Contoh lainnya, medan semantis kelas kata (parts of speech), seperti verba mengerti (verstehen), nomina pendidikan atau verba berpendidikan, adjektiva cantik dan lain-lain, menyatakan kualifikasi evaluasi. Kalimat yang predikatnya dinyatakan oleh kelas kata semacam itu disebut kalimat kualifikatif, evaluatif. Hal ini penting bagi penerjemah, ketika mencari padanan kalimat dalam penerjemahan, kalimat persepsional atau kalimat kualitatif/evaluatif dalam BSu seyogianya diterjemahkan ke dalam BSa dengan kalimat yang menyatakan medan semantis yang sama. 2. Sarana Gramatikal Gramatikal menurut Kridalaksana (2008:75) bersangkutan dengan gramatika suatu bahasa atau sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika suatu bahasa. Sesuai pendapat tersebut maka sarana gramatikal terdiri atas: a. Bentuk-bentuk Tunggal dan Jamak Yang menjadi kesulitan bahasa dalam penerjemahan ialah juga perbedaan sistem gramatikal kedua bahasa. Baik dalam bahasa Indonesia, maupun dalam bahasa Jerman, nomina mempunyai bentuk tunggal (singularis) dan jamak (pluralis). Berbeda dengan bahasa Jerman, bentuk-bentuk nomina pluralis dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai ciri-ciri khas yang membedakannya dari bentuk-bentuk nomina singularis. Pada umumnya, bentuk jamak nomina dalam bahasa Indonesia

23 36 dinyatakan dengan sistem pengulangan seluruh bentuk dasar nomina, yakni dengan sistem dwilingga (rumah rumah-rumah) atau dengan bantuan kata para atau kata kaum, sedangkan indikator jamak dalam bahasa Jerman ditandai oleh perubahan artikel dan beberapa aturan yaitu, perubahan vokal menjadi umlaut (der Vater die Väter), penambahan akhiran e dan umlaut + e (das Regal die Regale, der Kopf die Köpfe), penambahan akhiran er dan umlaut + er (das Bild die Bilder, das Wort die Wörter), penambahan akhiran (e)n (der Student die Studenten) dan akhiran s (die Kamera die Kameras). Selain itu ada beberapa nomina yang selalu dalam bentuk jamak tapi berarti tunggal, karena itu diterjemahkan tunggal ke dalam bahasa lain, misalnya ke dalam bahasa Indonesia seperti pada kata Die Ferien yang berarti waktu libur, die Eltern (orang tua) dan die Geschwister (saudara). b. Kategori Aspek Aspek ialah kategori verba yang menyatakan berlangsungnya suatu perbuatan, selesai (perf.) atau tidak/belum selesai (imperf.). Aspek dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman bisa ditandai dengan petunjuk waktu. Namun, baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Jerman tidak ada indikator yang ajeg antara aspek perfektif dan aspek imperfektif, sehingga dengan demikian, aspek dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman pada pokoknya ditentukan oleh konteks; adanya petunjuk waktu, kehadiran kata depan, adverbia, bisa dijadikan indikator aspek, yang dapat membedakan yang perfektif dari yang imperfektif. Ciri-ciri yang membedakan berlangsungnya suatu perbuatan yang dinyatakan oleh verba bahasa Jerman sebagai BSu tidak harus disampaikan dengan pengungkapan formal dalam teks BSa, kalau

24 37 tidak ditemukan petunjuk apa pun sehubungan dengan berlangsungnya perbuatan. Sehingga dengan demikian kerumitan biasanya akan timbul untuk memilih bentukbentuk aspek dalam mengalihbahasakan teks bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. c. Kategori Genus Kesulitan bahasa dalam penerjemahan yang terkait perbedaan sistem gramatikal kedua bahasa menyangkut juga kategori genus. Berbagai bahasa mempunyai kategori genus dalam sistem gramatikalnya. Misalnya, dalam bahasa Indonesia pasangan -wan - -wati, -a - -i, dan dalam bahasa Jerman penambahan akhiran in untuk feminin dan melalui perbedaan artikel yaitu der (maskulin), die (feminin), das (netral). Penerjemahan di seputar kategori genus dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia tidak begitu menyulitkan, namun penerjemahan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman menimbulkan kesulitan dikarenakan adanya perbedaan artikel der, die dan das. Yang sedikit merepotkan ialah tidak adanya dalam bahasa Indonesia pronomina persona ketiga tunggal feminin. Jadi, perbedaan-perbedaan sistem gramatikal BSu dan BSa secara keseluruhan dapat merupakan sumber kesulitan dalam penerjemahan, terutama sekali kalau kategori-kategori gramatikal dalam satu bahasa berbeda atau tidak cukup jelas diungkapkan dalam bahasa lain. Namun, dalam beberapa hal makna-makna yang disampaikan dalam satu bahasa lewat sarana gramatikal, dalam bahasa lain biasanya disampaikan dengan menggunakan sarana leksikal. Tapi, makna gramatikal wajib disampaikan dalam bahasa, meski tidak dikonkretkan dalam teks BSu, karena ada

25 38 keyakinan, bahwa perbedaan antarbahasa terletak bukan dalam kemampuan bahasabahasa itu untuk menyampaikan makna yang satu, maupun yang lain, tapi terletak dalam keharusan bagi penerjemah untuk menyampaikan makna dalam bahasa yang satu, yang mungkin dapat dikonkretkan dalam bahasa yang lain. 2.4 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis kesalahan menerjemahkan adalah penelitian yang berhubungan dengan kesalahan-kesalahan menerjemahkan bahasa Arab, bahasa Jepang dan bahasa Inggris, diantaranya sudah dilakukan oleh : 1. Morin (1998) dalam penelitiannya tentang Kesalahan-kesalahan dan penyebabnya dalam penerjemahan yang dilakukan oleh mahasiswa semester VII dan VIII Tahun akademik 1997/1998 Program Studi bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cendrawasih menyimpulkan, bahwa kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa dalam melakukan penerjemahan dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia adalah (a) kesalahan-kesalahan dalam menerjemahkan kata; (b) kesalahan-kesalahan dalam menerjemahkan idiom; (c) kesalahan-kesalahan dalam menerjemahkan kata, idiom, frasa dan klausa dalam kalimat. Sedangkan analisa data yang diperoleh melalui Kuesioner ditemukan bahwa kesalahan-kesalahan dalam penerjemahan disebabkan oleh (a) kekurangan

26 39 buku-buku sumber; (b) kekurangan pengalaman penerjemahan; (c) kebiasaan membaca yang rendah. 2. Asror (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Menerjemahkan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia Siswa Kelas X MAN Wonokromo Yogyakarta menyimpulkan, bahwa kesalahan yang dilakukan oleh siswa meliputi aspek semantik, morfologi, sintaksis dan restrukturisasi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kesalahan siswa dalam menerjemah adalah latar belakang pendidikan siswa yang sebagian besar berasal dari sekolah umum, kesulitan siswa dalam mempelajari nahwu dan sharaf, rendahnya kesadaran siswa untuk menghafal mufrodat baru, siswa kurang dapat memahami isi teks yang diterjemahkan, perasaan siswa ketika menerjemah, dan guru jarang memberi tugas menerjemah. Adapun usahausaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghindari dan meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah dengan melakukan analisis kontrastif antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia, memberikan kosa kata baru dan idiom bahasa Arab, sering melatih siswa untuk menerjemah dan selalu memberi motivasi kepada siswa. 3. Rengganis (2006) dalam penelitiannya tentang Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menerjemahkan Teks Bahasa Jepang ke dalam Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa rendahnya kemampuan kosa kata dan tata bahasa seringkali menimbulkan kesalahan dalam menerjemahkan teks. 4. Syarifudin (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Bahasa pada Terjemahan Teks Berbahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris

27 40 menyebutkan bahwa mahasiswa masih melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa Inggris terutama dalam bidang morfologi, sintaksis dan semantik. Lemahnya penguasaan kosakata dan kaidah bahasa sasaran yang dimiliki oleh mahasiswa sehingga mereka belum mampu menetapkan makna bahasa sumber yang sepadan dengan bahasa sasaran, menyebabkan terjadinya kesalahan bahasa yang dilakukan mahasiswa. Faktor lain penyebab kesalahan yang menonjol adalah faktor kesalahan perkembangan (developmental errors), kesalahan tersebut seperti, ketidaklengkapan penerapan kaidah tatabahasa dan pengabaian pembatasan kaidah serta generalisasi yang berlebihan dengan memperluas kaidah pada konteks yang kurang tepat. Interferensi bahasa sumber juga merupakan penyebab terjadinya kesalahan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa dalam terjemahan teks berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Penelitian Syarifudin tersebut memberikan kontribusi dalam penelitian ini, yaitu dengan mengadopsi metode penelitian dari penelitian tersebut ke dalam kajian ini untuk menemukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam menerjemahkan teks. Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh Morin, Asror, Rengganis dan Syarifuddin mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam penerjemahan dan faktor penyebabnya, sedangkan dalam kajian ini faktor penyebab terjadinya kesalahan tidak lagi dikaji, melainkan lebih melihat kepada teknik terjemahan yang diterapkan mahasiswa dalam menerjemahkan teks. Inilah yang membedakan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya.

KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN. Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN. Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan KESULITAN BAHASA DALAM PROSES TERJEMAHAN Tanti Kurnia Sari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Setiap bahasa mempunyai sistem tersendiri, dan sistem dalam setiap bahasa merupakan

Lebih terperinci

TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN

TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN TERJEMAHAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BAHASA JERMAN Siti Kudriyah, Tanti Kurnia Sari 1 Abstrak Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI. terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi dan tesis mengenai BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI Pada bab II berisi tentang konsep kajian pustaka dan landasan teori. Tinjauan pustaka terdiri dari hasil penelitian terdahulu yang berupa jurnal jurnal, skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis

BAB I PENDAHULUAN. memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bukan hanya menyangkut keterampilan seseorang memahami teks Bahasa Sumber (BSu), melainkan juga kemampuan untuk menulis kembali pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hendra Setiawan, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis karya ilmiah merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa. Hampir semua mata kuliah memberikan tugas besar berupa karya ilmiah, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kesalahan 2.1.1 Pengertian Analisis Kesalahan Analisis adalah suatu kegiatan menjelaskan asal mula atau struktur dari permasalahan yang rumit dengan melakukan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA

METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA METODE TRADISIONAL BELAJAR BAHASA KEDUA Bagaimana belajar bahasa kedua dilihat dari kemunculan metode yang dikategorikan sebagai metode tradisional? 7/19/11 Tadkiroatun Musfiroh 1 LIMA DIMENSI METODE BELAJAR

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA

KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA KEMAMPUAN GURU MENGANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM TULIS SISWA Kata Kunci : Azhar Umar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Penelitian ini mengkaji kemampuan guru bahasa

Lebih terperinci

menjadi tolak ukur terhadap isi dari karya ilmiah tersebut. Pembaca akan tertarik atau tidak

menjadi tolak ukur terhadap isi dari karya ilmiah tersebut. Pembaca akan tertarik atau tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam karya ilmiah ialah abstrak. Hal tersebut dikarenakan abstrak merupakan hasil ringkasan yang memuat seluruh isi dari karya ilmiah. Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep menurut Soedjadi (2000:14) adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi kesulitan dan kesalahan. Hal itu terjadi akibat siswa tersebut masih menggunakan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya ilmiah adalah karangan yang berisi gagasan ilmiah yang disajikan secara ilmiah serta menggunakan bentuk dan bahasa ilmiah. Karya tulis ilmiah mengusung permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

TESIS. Oleh: TANTI KURNIA SARI / LNG

TESIS. Oleh: TANTI KURNIA SARI / LNG ANALISIS KESALAHAN BAHASA DALAM PENERJEMAHAN TEKS BERBAHASA INDONESIA KE DALAM TEKS BERBAHASA JERMAN TESIS Oleh: TANTI KURNIA SARI 097009026 / LNG SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,

BAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN KREISLAUF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jerman merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari di berbagai sekolah di Indonesia. Adanya ketertarikan terhadap negara dan kebudayaan Jerman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dalam Alquran Surat Almujadilah ayat 11 dijelaskan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dalam Alquran Surat Almujadilah ayat 11 dijelaskan bahwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak zaman dahulu, bahasa adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Bahasa senantiasa hadir dan dihadirkan. Ia berada dalam diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. 1. Pengertian Bahasa Kridalaksana (1983) : bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT

ANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sosiolinguistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam

BAB I PENDAHULUAN. apalagi dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing. Bunyi ujar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu saja ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen linguistik. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

Dimensi Pemerolehan Bahasa

Dimensi Pemerolehan Bahasa Dimensi Pemerolehan Bahasa Dalam penjelasan Tarigan (1988:164) terdapat enam dimensi pemerolehan bahasa, yaitu propensity (kecenderungan), language faculty (kemampuan berbahasa), acces (jalan masuk), sructure

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13) KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM TEKS TERJEMAHAN MAHASISWA Khoirun Nisa E-mail: niesha.violet@yahoo.com

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari digunakan. Oleh karena itu tidak heran apabila bahasa daerah yang kita kenal pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia

BAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Berdasarkan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian yang telah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan dan kaitan yang erat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penerjemahan Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku yang berjudul Panggilan Menjadi Penerjemah adalah translating consists in reproducing

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan BAB V PENUTUP Pada bagian ini dipaparkan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dalam penelitian ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan analisis data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktifitas membaca dapat membuka cakrawala dunia. Dengan membaca, segala yang tidak diketahui menjadi jelas. Apa yang terjadi di sekeliling menjadi bisa dipahami.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci