PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN ROPE GAME PASSING UNTUK PEMBELAJARAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWOSARI KUDUS SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN ROPE GAME PASSING UNTUK PEMBELAJARAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWOSARI KUDUS SKRIPSI"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN ROPE GAME PASSING UNTUK PEMBELAJARAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWOSARI KUDUS SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar sarjana pendidikan Oleh Candra Taufiq Akbar Majid PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015

2 ABSTRAK Candra Taufiq Akbar Majid Pengembangan Model Permainan Rope Game Passing Untuk Pembelajaran Sepakbola Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd Kata kunci: : Pengembangan, Pembelajaran, Permainan Rope Game Passing Latar belakang penelitian ini bersumber dari hasil observasi dan pengamatan adalah kurangnya ranah pengembangan pembelajaran penjasorkes.tujuan penelitian ini adalah menciptakan pembelajaran sepakbola yang sesuai dengaan perkembangan gerak siswa kelas V SD Negeri Purwosari Kudus. Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana bentuk modifikasi permainan sepak bola yang sesuai dengan siswa kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan dari Borg & Gall yang telah dimodifikasi, yaitu: (1) melalakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi,termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka, (2) mengembangkan bentuk produk awal (berupa bentuk kegiatan permainan sepakbola), (3) evaluasi para ahli dengan menggunakan satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran, serta uji coba skala kecil, dengan menggunakan lembar evaluasi yang kemudian dianalisis, (4) revisi produk pertama berdasarkan hasil dari evaluasi ahli dan uji coba skala kecil, (5) uji coba skala besar, (6) revisi produk akhir, (7) hasil akhir modifikasi pembelajaran permainan sepakbola Rope Game Passing. Data hasil penelitian berupa kualitas produk, saran untuk perbaikan produk, dan hasil pengisian kuisioner oleh siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar evaluasi ahli (satu ahli Penjas dan satu ahli pembelajaran), uji coba kelompok kecil (16 siswa), dan uji skala besar (37 siswa). Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif presentase untuk mengungkap aspek psikomotor, kognitif, dan afektif siswa setelah menggunakan produk. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh data evaluasi ahli, yaitu ahli Penjas 80 % (baik), uji coba kelompok kecil 88 % ( baik), dan uji coba kelompok besar 91 % (sangat baik). Dari data yang ada maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan pembelajaran penjasorkes melalui permainan sepakbola Rope Game Passing ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes siswa kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa permainan sepakbola Rope Game Passing efektif, sehingga dapat diterapkan sebagai model pembelajaran dalam pembelajaran penjasorkes. Diharapkan bagi guru penjasorkes SD Negeri 1 Purwosari Kudus dapat menggunakan produk model permainan sepakbola Rope Game Passing dalam proses pembelajaran penjasorkes. ii

3 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Semarang, Maret 2015 Peneliti Candra Taufiq Akbar Majid NIM iii

4 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang : Hari : Tanggal : Mengetahui Dosen Pembimbing Yang Mengajukan Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd Candra Taufiq Akbar Majid NIP NIP Ketua Jurusan PJKR Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd NIP iv

5 LEMBAR PENGESAHAN Skripsi atas nama Candra Taufiq Akbar Majid NIM Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dengan Judul Pengembangan Model Permainan Rope Game Passing Untuk Pembelajaran Sepakbola Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada hari Kamis, 23 April Panitia Ujian Ketua Sekretaris Dr. H. Harry Pramono, M.Si. Andry Akhiruyanto, S.Pd, M.Pd. NIP NIP Dewan Penguji 1. Drs. H.Cahyo Yuwono, M.Pd (Ketua) NIP Mohamad Annas, S.Pd., M.Pd (Anggota) NIP Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd. (Anggota) NIP v

6 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kekeliruan diri sendiri Tugas kitabukanlah untuk berhasil, tugas kitaadalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil ( Mario Teguh ) PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk : 1. Kedua orang tua saya, Bapak Agus Sutomo dan Ibu Arini Budi Utami, terima kasih atas segala dukungan, doa, cinta, motivasi, inspirasi dan kasih sayang yang selalu beliau berikan. 2. Semua keluarga saya, terima kasih atas doa dan dukunganya kepada saya. 3. Dosen-dosen FIK, terima kasih atas doa dan bimbingannya 4. Novi Tiara yang selalu mendukung dalam pembuatan skripsi ini 5. Sahabat-sahabat terbaik saya yang selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi ini 6. Teman-teman PGPJSD Almamater UNNES vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengembangan Model Permainan Rope Game Passing Untuk Pembelajaran Sepakbola Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang memberikan kesempatan kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES. 2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua jurusan Pendidikan Jasmanai Kesehatan Dan Rekreasi, Fakuktas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dorongan dan semangat serta memberikan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan petunjuk, dorongan dan motivasi serta pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Martin Sudarmono S.Pd, M.Pd selaku Ahli Penjasorkes yang telah memberikan petunjuk, dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama dibangku kuliah. 7. Winarna, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Purwosari Kudus atas ijin penelitian yang telah diberikan. vii

8 8. Pujo, S.Pd selaku Guru Penjasorkes SD Negeri 01 Purwosari Kudus yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak, ibu tercinta, adikku dan saudara-saudara dari bapak maupun ibu terimakasih atas doa, motivasi dan semangat yang diberikan untukku. 10. Teman-temanku mahasiswa FIK UNNES angkatan 2011 atas doa, bantuan, kerjasama dan motivasinya dalam penyusunan skripsi. 11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan barokah dan anugerah yang terbaik atas jasa bapak/ibu/saudara sekalian. Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semarang, Maret 2015 Penulis viii

9 DAFTAR ISI Halaman JUDUL..... SARI.. PERNYATAAN. PERSETUJUAN.... PENGESAHAN.... MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv v vi vii ix xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Pembatasan Masalah Tujuan Pengembangan Spesifikasi Produk Pentingnya Pengembangan.. 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Belajar dan Pembelajaran Tinjauan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. 13 ix

10 2.3 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Perkembangan Gerak Pembelajaran Sepakbola Siswa Kelas V SD Prinsip Dasar Pengembangan Modifikasi Permainan & Olahraga Kerangka Berpikir. 32 BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Metode Pengembangan Prosedur Pengembangan Uji Coba Produk Desain Uji Coba Produk Cetak Biru Produk Jenis Data Instrumen Pengumpulan Data Analisis Data. 44 BAB IV HASIL PENGEMBANGAN 4.1 Model Pengembangan Pembuatan Produk Awal Revisi Uji Coba Kelompok Kecil Revisi Uji Coba Kelompok Besar Revisi Hasil Akhir Prototipe Produk 61 x

11 BAB V KAJIAN DAN SARAN 5.1 Kajian Prototipe Produk Saran Pemanfaatan, Diseminasi dan Pengembangan Lebih lanjut 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 67 xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Soal Kuesioner Ahli Skor Jawaban Kuesioner Ya dan Tidak Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner Klasifikasi Analisis Deskripstif Persentase Klasifikasi Kelayakan Produk Hasil Pengamatan dan Kuesioner Siswa (uji Coba Skala Kecil) Hasil Pengamatan dan Kuesioner Siswa (uji Coba Skala Besar) xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Bagan Komponen-Komponen Dalam Sistem Pembelajaran Lapangan Sepakbola Menendang Dengan Punggung Kaki Menendang Dengan Kaki Bagian Dalam Menendang Dengan Ujung Kaki Menggiring Bola Mngoper dan Menerima Bola Menerima Bola Dengan Telapak Kaki Menerima Bola Dengan Kaki Bagian Dalam Gambar Lapangan Permainan Gambar Lapangan Permainan Gambar Bola Gambar Lapngan Permainan Gambar Bola xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Usulan Tema dan Judul Skripsi Surat Keterangan Pembimbing Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lembar Evaluasi Ahli Lembar Kuesioner Daftar Nama SIswa Skala Kecil Hasil Pengukuran Denyut Nadi Skala Kecil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Psikomotor ( Skala Kecil ) Rekapitulasi Penilaian Kognitif ( Skala Kecil ) Rekapitulasi Kuesioner Aspek Afektif ( Skala Kecil ) Daftar Nama Siswa Skala Besar Hasil Pengukuran Denyut Nadi Skala Besar Rekapitulasi Kuesioner Aspek Psikomotor ( Skala Besar ) Rekapitulasi Kuesioner Aspek Kognitif ( Skala Besar ) Rekapitulasi Kuesioner Aspek Afektif ( Skala Besar ) Dokumentasi Penelitian xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan dibidang pendidikan Nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat ditengarai oleh beberapa hal, salah satunya adalah penyelenggaraan pendidikan yang memadai, dengan terpenuhinya kriteria tertentu antara lain, kelengkapan tenaga pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan serta proses pembelajaran. Sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup ( Way Of Life Education ), Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam berbagai 1

16 2 pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, olahraga, dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk memberi pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan mengembangkan neuromuskuler, intelektual, dan sosial ( Abdul Kadir Ateng, 1992:4 ) Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar pada hakikatnya mempunyai mempunyai arti, peran dan fungsi yang penting dalam upaya menciptakan suatu masyarakat yang sehat. Karena peserta didik di Sekolah Dasar adalah kelompok masyarakat yang tumbuh berkembang, ingin merasa gembira dalam bermain dam memiliki kerawanan yang memerlukan pembinaan dan bimbingan. Oleh karena itu pendidikan jasmani merupakan suatu wadah pembinaan yang sangat tepat ( Soemitro, 1992:5 ) Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran penjasorkes di sekolah adalah, terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia di sekolah, baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Selain itu kurang kreatifitas dan inovatif para guru penjasorkes dalam menggunakan model pembelajaran juga sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Ditengarai guru penjasorkes selalu menggunakan sarana dan prasarana

17 3 yang seadanya secara terus menerus tanpa berpikir untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih menyenangkan dan inovatif, sehingga banyak siswa merasa jemu dan bosan. Guru-guru penjasorkes yang masih menggunakan proses pembelajaran konvensional sehingga menjadikan proses pembelajaran menjadi monoton dan tidak menarik. Sering dijumpai mereka menggunakan metode pembelajaran yang itu-itu saja dan menggunakan lapangan di lingkungan sekolah tanpa mencoba hal yang baru dengan pengembangan model pembelajaran yang telah dimodifikasi. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka dipandang penting adanya pengembangan model pembelajaran Penjasorkes dengan beberapa modifikasi alat atau memanfaatkan lingkungan fisik di luar sekolah, sebagai wahana penciptaan pembelajaran Penjasorkes yang inovatif, untuk menjadikan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan, yaitu sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik. Permainan sepakbola menurut Tim Bina Karya Buku ( 2000: 17 ) adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu masing-masing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Permainan boleh dilakukan dengan seluruh bagian badan kecuali dengan kedua lengan ( tangan ). Hampir seluruh permainan dilakukan dengan ketrampilan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan anggota badannya, dengan kaki maupun tangannya. Pembelajaran sepakbola yang diajarkan di SD Negeri Purwosari Kudus pada umumnya menggunakan pola permainan sepakbola yang sesungguhnya,

18 4 dimana anak-anak harus bermain pada lapangan seperti yang dilakukan pada orang dewasa, anak-anak usia tahun harus bermain di lapangan yang sebesar lapangan sepakbola sesungguhnya. Selain itu ukuran bola dan ukuran gawang menggunakan ukuran yang sebenarnya, sehingga anak-anak tidak kuat menendang bola dan menggapai tinggi mistar gawang karena tidak sesuai dengan ukuran fisik dari anak-anak tersebut. Penelitian ini, model pembelajaran yang akan digunakan merupakan permainan sepakbola yang telah dikembangkan baik peraturan, sarana dan prasarana serta pemain. Ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian ini berawal dari pengamatan di lapangan saat observasi. Dari hasil pengamatan sebanyak 3 kali pada proses pembelajaran sepakbola kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus masih perlu diperbaiki karena tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa, artinya disini siswa dengan umur antara tahun disuruh bermain di lapangan sepak bola yang sesungguhnya tanpa adanya modifikasi, hal ini tentunya sangat memberatkan siswa. Ketika peneliti melihat dan mengamati pembelajaran sepakbola yang diajarkan oleh guru penjas SD Negeri 1 Purwosari Kudus, model pembelajaran masih menggunakan metode lama dalam hal ini tanpa adanya variasi pembelajaran. Semua siswa dimainkan di lapangan tanpa ada siswa sebagai pemain cadangan sehingga antara siswa putra dan putri tidak ada perbedaan, jadi siswa kurang aktif bergerak dan merasa bosan. Hal ini disebabkan karena ukuran lapangan, gawang dan bola yang digunakan untuk proses pembelajaran menggunakan ukuran yang sesungguhnya. Paradigma yang berkembang bahwa pembelajaran

19 5 jasmani yang baik bertujuan mengembangkan sikap positif terhadap gerak atau aktifitas jasmani permainan dan olahraga. Peneliti menyadari bahwa pembelajaran Penjasorkes yang disampaikan dengan menggunakan pendekatan permainan akan lebih menyenangkan dan menarik. Siswa akan merasa lebih senang karena dapat mengaktualisasikan potensi aktifitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, dan perilaku. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap tercapainya tujuan dalam pembelajaran Penjasorkes yaitu, pembentukan semua ranah yang menyangkut ranah psikomotor, afektif, dan kognitif. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran Penjasorkes tersebut kedalam sebuah penelitian yang berjudul Pengembangan Model Permainan Rope Game Passing Untuk Pembelajaran Sepakbola Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji yaitu Bagaimana Pengembangan Model Permainan Rope Game Passing Untuk Pembelajaran Sepakbola Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus?

20 6 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu dikembangkan agar substansi penelitian ini tidak melebar dan agar dapat kesepahaman penafsiran tentang substansi yang ada dalam penelitian ini. Peneliti membatasi penelitian pada kemampuan teknik dasar bermain sepakbola khususnya teknik passing dalam pembelajaran dengan pendekatan bermain melalui permainan Rope Game Passing pada siswa kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus 1.4 Tujuan Pengembangan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengembangan model pembelajaran sepakbola melalui permainan Rope Game Passing untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Purwosari Kudus dalam pendidikan jasmani. Supaya siswa dapat meningkatkan aktifitas olahraga dengan pembelajaran Penjasorkes yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 1.5 Spesifikasi Produk Produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa permainan sepakbola Rope Game Passing yang sesuai karakteristik siswa kelas V SD, yang dapat mengembangkan semua aspek pembelajaran ( kognitif, afektif, dan psikomotor ) pada hasil penelitian secara baik, serta dapat meningkatkan intensitas fisik sehingga kebugaran jasmani dapat terwujud, dan dapat mengatasi kesulitan dalam pembelajaran sepakbola. Produk yang dihasilkan diharapkan akan bermanfaat sebagai referensi

21 7 tambahan dalam dunia pendidikan. Manfaat produk antara lain : 1. Menumbuhkan minat dan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes 2. Khasanah model pembelajaran Sekolah Dasar dan alternatif pelaksanaan dalam proses belajara mengajar 3. Menambah pengetahuan Guru Penjasorkes tentang pembelajaran sepakbola 1.6 Pentingnya Pengembangan Bagi Peneliti 1. Sebagai modal dalam penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar kesarjanaan bidang studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. 2. Sebagai bekal pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran penjasorkes Bagi Guru Penjas 1. Sebagai dorongan dan motivasi kepada guru penjasorkes untuk menciptakan terobosan-terobosan baru dan variasi mengajar dengan cara memodifikasi jenis permainan olahraga sehingga siswa tidak merasa cepat bosan, serta siswa lebih aktif bergerak. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar bidang studi penjasorkes khususnya dalam materi sepakbola.

22 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar Belajar menurut Winkel dalam Max Darsono (2000:4) adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Menurut Slameto (1995:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1989:5), memberikan pengertian belajar sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk antara lain: 1) perubahan pengetahuan, 2) perubahan pemahaman, 3) perubahan sikap dan tingkahlaku, 4) perubahan keterampilan, 5) perubahan kecakapan, 6) perubahan kebiasaan, dan 7) perubahan pada aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Jadi yang dimaksud belajar adalah suatu proses aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan baik melalui pengalaman-pengalaman ataupun melalui praktek latihan untuk menghasilkan perubahan perilaku/tingkah laku yang relatif konstan dan berbekas 8

23 9 dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap Pengertian Pembelajaran Secara umum, pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran menurut aliran Gestalt dalam Max Darsono (2000:24), yaitu suatu usaha guna memberikan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikan atau mengaturnya menjadi suatu pola bermakna. Menurut Sardiman (2000:9) pembelajaran adalah perpaduan dua aktivaitas yaitu aktivitas belajar dan aktivitas mengajar. Menurut Nana Sudjana (1989:6), pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara terprogram agar siswa mampu belajar secara aktif. Dalam proses pembelajaran terjadi inteaksi antara siswa dan guru yang mengarah terjadi perubahan tingkah laku yang bersifat pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap Komponen - Komponen Pembelajaran Pembelajaran selaku sistem intruksional mengacu pada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2002:10). Lebih lanjut Djamarah (2002:48) menyatakan bahwa kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem

24 10 mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber serta evaluasi. Komponen-komponen dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1. Tujuan Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan yang ingin dicapai adalah mengenalkan fakta yang terjadi pada siswa. 2. Bahan Pelajaran Bahan pelajaran disusun secara sistematis dan terpadu dalam proses pembelajaran sehingga mampu bersaing diera globalisasi. 3. Kegiatan Belajar Mengajar Dalam kegiatan belajar mengajar, terjadi interaksi antara guru dan siswa. Siswa dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. 4. Metode Dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan guru bervariasi disesuaikan oleh materi pelajaran yang diajarkan. 5. Alat Dalam kegiatan belajar mengajar, menggunakan alat untuk mempermudah usaha dalam mencapai tujuan. Alat yang digunakan bervariasi dengan media belajar ataupun motivasi dan perintah yang dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar. 6. Sumber Pelajaran Sumber belajar merupakan bahan/materi dalam menambah ilmu

25 11 pengetahuan. Sumber pelajaran berupa buku paket ataupun buku penunjang yang lain serta Lembar Kerja Siswa ( LKS ). Agar tujuan dapat tercapai semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar komponen terjadi kerjasama. Pembelajaran akan tercapai jika ada timbal balik yang baik antara guru dan siswa. Interaksi yang terjadi antara komponen ini digambarkan dalam bagan sebagai berikut. Tujuan Guru Strategi model / metode media materi Siswa Lingkungan Gambar 1. Bagan Komponen-komponen dalam Sistem Pembelajaran (Nana Sudjana, 1989:30) Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa model atau pendekatan pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar pemilihan model atau pendekatan yang tepat dengan materi pembelajaran yang disampaikan juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.

26 Metode Pembelajaran Menurut Sudjana metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 1989:76). Menurut Sumadi Suryabrata (1997:148) mengemukakan metode pengajaran sebagai cara pelaksanaan dari pada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah Metode adalah prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu para siswa mencapai tujuan atau untuk menginternalisasikan isi atau pesan. Metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan penggunaan metode yang tepat (Djamarah, 2002:84). Menurut pendapat W.Gulo (2002:18), strategi belajar mengajar merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan, sedangkan metode pengajaran adalah cara yang dugunakan untuk mencapai tujuan itu. Dalam bukunya menyebutkan metode pengajaran adalah alat untuk mengoperasionalkan apa yang direncanakan dalam strategi. Jadi metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar. Metode adalah prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu para siswa mencapai tujuan atau untuk menginternalisasikan isi atau pesan. Maka dengan menetapkan metode pembelajaran yang tepat kegiatan pembelajaran dapat mencapai hasil optimum. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Menurut W.Gulo

27 13 (2002:21) ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajarn yaitu: 1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua dalam semua kondisi. 2. Metode pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran. 3. Kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melakukan aktivitas pembelajaran. Kegiatan belajar yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan penuh keahlian guru dapat menghasilkan suasana dan pembelajaran yang efektif. 2.2 Tinjauan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani adalah latihan jasmani yang dimanfaatkan, dikembangkan, di daya gunakan dalam ruang lingkup pendidikan, baik sebagai sarana, metode, dan merupakan bagian mutlak dan seluruh proses pendidikan. ( Subagiyo 2008 : 1.18 ) Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan

28 14 aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromaskul intelektual, dan sosial (Abdul Kadir Ateng, 1992 : 4). Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara keseluruhan ( Adang Suherman 2000:1). Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu: 1. Pandangan Tradisional Pandangan tradisonal menjelaskan bahwa manusia itu terdiri dari 2 komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani. Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata-mata hanya mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja (Adang Suherman 2000 : 17). 2. Pandangan Modern Pandangan holistik menganggap bahwa manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian-bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah satu kesatuan dari bagian-bagian yang terpadu. Dengan pandangan tersebut pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan umum pendidikan, tujuan pendidikan jasmani, dan penyelenggaraannya harus

29 15 terjalin dengan baik. Dengan demikian akan nampak bahwa pendidikan jasmani sangat penting bagi pengembangan manusia secara utuh dan merupakan dari pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, penjas tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja. Pandangan holistik ini, pada awalnya kurang banyak memasukkan aktivitas olahraga karena pengaruh pandangan sebelumnya, yaitu pada akhir abad 19 yang menganggap bahwa olahraga tidak sesuai di sekolah-sekolah. Namun tidak bisa dipungkiri olahraga terus tumbuh dan berkembang menjadi aktivitas fisik yang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia olahraga menjadi populer, siswa menyenanginya dan ingin mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi disekolah-sekolah olahraga hingga para pendidik seolah-olah ditekan untuk menerima dalam kurikulum disekolah karena mengandung nilai-nilai pendidikan (Adang Suherman 2000:19) Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara keseluruhan. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial, dan spiritual.tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu :

30 16 1. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness), 2. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna, 3. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berfikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang penjas ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. 4. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri (Adang Suherman 2000 : 22-23) Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepakbola, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

31 17 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic, serta aktivitas lainnya. 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. 7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. 2.3 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Dalam kurikulum Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar 2013 disebutkan bahwa, pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, sosial dan emosional. Lebih jauh ditegaskan bahwa, pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang memfokuskan pengembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan

32 18 moral melalui aktivitas jasmani. Di dalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yakni memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran pedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar Dalam Kurikulum 2013, Standar Kompetensi Sekolah Dasar Departemen Pendidikan Nasional tujuan pendidikan jasmani sebagai berikut : 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

33 19 3. Memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 4. Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 2.4 Perkembangan Gerak Pengertian Gerak Menurut Ma mun dan Yudha M. Saputra (2000:20), kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3, yaitu: 1) kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain atau mengangkat tubuh keatas seperti loncat dan lompat. 2) kemampuan non lokomotor, dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, contoh mendorong, menarik, dll. 3) kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan kemampuan tangan dan kaki. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kemampuan gerak dasar adalah kemampuan dan kesanggupan untuk dapat melakukan tugas-tugas jalan, lompat, dan lempar secara efektif dan efisien.

34 Belajar Gerak Menurut Amung Ma mun dan Yudha M. Saputra (2000:3), belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak (motor skills). Sebab Keterampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan. Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia. Ada tiga tahapan dalam belajar gerak (motor learning) yaitu: 1. Tahapan Verbal-Kognitif Maksudnya kognitif dan proses membuat keputusan lebih menonjol. Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan, dan bagaimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal-kognitif sangat mendominasikan tahapan ini. 2. Tahapan Gerak (Motorik) Memiliki makna sebagai pola gerak yang dikembangkan sebaik mungkin agar peserta didik atau atlet lebih terampil. Pada tahap ini, fokusnya adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan. Biasanya yang harus dikuasai peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri.

35 21 3. Tahapan Otomatisasi Memperhalus gerakan agar performa peserta didik atau atlet menjadi lebih padu dalam melakukan gerakannya. Pada tahapan ini, setelah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini motor program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien Kemampuan Gerak Dasar Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga katagori, yaitu : 1. Kemampuan Lokomotor Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas, seperti loncat dan lompat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda (gallop). 2. Kemampuan Non-Lokomotor Kemampuan non-lokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non-lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

36 22 3. Kemampuan Manipulatif Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah mengenal macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari gerakan mendorong, gerakan menerima objek, dan gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola. 2.5 Pembelajaran Sepakbola Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dalam pokok bahasan permainan sepakbola pada siswa kelas V Sekolah Dasar, materi pokok yang diajarkan adalah peraturan dasar sepakbola diaplikasikan dalam sebuah permainan agar pembelajaran lebih menarik. Dalam silabus pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Dasar kelas V, materi pokok pembelajaran sepakbola disampaikan dalam 2 kali pertemuan dengan tiap-tiap pertemuan 2 x 35 menit. Kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran permainan sepakbola siswa kelas V semester I Sekolah Dasar adalah siswa dapat mengetahui peraturan sepakbola dan dapat melakukan teknik dasar (menendang, menggiring, mengoper dan menerima bola) dengan koordinasi yang baik, serta dapat bermain sepakbola dengan sportif (Tri Hananto Budi Santoso, dkk., 2010:14) Peraturan Dasar Sepakbola Sebelum berlatih sepakbola, siswa perlu mengenal peraturan dasar

37 23 sepakbola. Lapangan sepakbola berbentuk persegi panjang. Ukuran panjangnya m dan lebarnya m. Lebar gawang sepakbola 7,32 m dan tinggi 2,44 m. Berat bola yang digunakan dalam pertandingan adalah gram dan kelilingnya cm. Lapangan sepakbola dapat diubah/ dimodifikasi sesuai kondisi yang ada. Permainan sepakbola terdiri atas dua regu yang masing-masing beranggotakan sebelas orang. Pertandingan berlangsung selama 2 x 45 menit dan istirahat 15 menit. Pertandingan sepakbola dipimpin seorang wasit dan dua orang penjaga garis (Tri Hananto Budi Santoso, dkk., 2010:14) Menendang Bola Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari suatu tempat ka tempat yang lain dengan menggunakan kaki gawang (Sukatamsi,1984:36). Sedangkan menurut Sucipto, dkk. (2000:17) menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepakbola yang paling

38 24 dominan dengan tujuan untuk mengumpan (passing), menembak ke gawang (shooting at the goal) dan menyapu untuk menggagalkan serangan lawan (sweeping). Ada beberapa maca teknik menendang bola yang diajarkan pada siswa Sekolah Dasar kelas V, diantaranya: 1. Menendang bola dengan punggung kaki Posisi awal, badan dan kedua kaki lurus. Kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan jemari menghadap ke depan dan lutut sedikit ditekuk. Pergelangan kaki ditekuk ke bawah sehingga punggung kaki menghadap bola. Selanjutnya, lutut ditekuk dalam-dalam dan bola disepak oleh punggung kaki tepat pada titik tengahnya. 2. Menendang bola dengan kaki bagian dalam Kaki tumpu diletakkan di samping bola, jari kaki menghadap ke depan, dan lutut sedikit ditekuk. Kaki untuk menendang diputar keluar pangkal paha membentuk sudut 90 dengan kaki tumpu. Bola ditendang pada titik tengahnya.

39 25 Gambar 4. Menendang dengan kaki bagian dalam Sumber: Tri Hananto Budi Santoso, dkk. (2010:15) 3. Menendang bola dengan ujung kaki Pertama lutut kaki tumpu sedikit ditekuk dan ujung jari menghadap ke depan. Kaki untuk menendang diangkat hingga membentuk sudut runcing dengan kaki bagian bawah. Pergelangan kaki dikuatkan, ayunan dilakukan dengan cara meluruskan lutut. Ujung sepatu merupakan daerah yang kontak dengan bola. Untuk clapat menggiring bola dengan sempurna, posisi kaki tumpu harus sesuai dengan posisi kaki yang akan digunakan untuk menendang.

40 Menggiring Bola Menurut Sucipto, dkk. (2000:28), pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang digunakan dalam mengiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Sedangkan menurut Sukatamsi, (1984:38), minggiring bola biasanya dilakukan pada saat yang menguntungkan saja yaitu pada saat bebas dari penjagaan lawan. Menggiring bola merupakan teknik atau cara dalam usaha memindahkan bola dari suatu daerah ke daerah yang lain pada saat permainan sedang berlangsung. Pelaksanaan menggiring bola menurut Tri Hananto Budi Santoso, dkk., (2010:16) adalah kaki yang digunakan untuk menggiring bola ditarik ke bawah dan diputar ke arah dalam pergelangan kaki tumpu. Bola disentuh kura-kura kaki bagian dalam atau bagian luar untuk bergerak maju atau apabila lintasannya melengkung. Posisi badan harus ditempelkan di antara bola dan lawan. Kemudian, bola digiring oleh kaki yang jauh dari lawan.

41 Mengoper dan Menerima Bola Menurut Sucipto, dkk. (2000:22), mengoper dan menerima bola merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepakbola yang penggunaannya bersamaan. Mengoper bola merupakan seni mindahkan bola dari satu pemain ke pemain lain sedangkan menerima bola merupakan usaha untuk menghentikan bola yang selanjutnya akan dioper lagi kepada pemain lain. Operan ada dua jenis yaitu pendek dan panjang. Dalam memberikan operan harus memperhatikan gerak pemain yang akan diberi operan. Jika yang diberi operan dalam keadaan diam, operkan bola ke arah kakinya. Jika yang diberi operan berlari dengan kecepatan rendah, operkan bola ke sekitar tubuh. Apabila yang diberi operan berlari dengan kecepatan tinggi, operkan bola ke arah pergerakan pemain. Gambar 7 Mengoper dan Menerima Bola Sumber: Tri Hananto Budi Santoso, dkk. (2010:15) Menerima bola dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan telapak kaki dan dengan kaki bagian dalam. Pelaksanaan dari menerima bola dengan telapak kaki yaitu kaki tumpu menghadap ke arah datangnya bola dan lutut sedikit ditekuk. Pergelangan kaki yang digunakan untuk menghentikan bola ditekuk ke

42 28 atas sehingga bola dapat berhenti di bawahnya. Badan condong ke depan. Bola dihentikan di samping depan kaki tumpu. Gambar 8 Menerima Bola Dengan Telapak Kaki Sumber: Tri Hananto Budi Santoso, dkk. (2010:16) Pelaksanaan dari menerima bola dengan kaki bagian dalam yaitu kaki tumpu menghadap ke arah datangnya bola dan lutut ditekuk. Kaki yang digunakan untuk menerima bola diputar ke luar sehingga kaki bagian dalam menghadap ke arah datangnya bola. Mula-mula kaki yang digunakan untuk mengontrol bola dig erakkan ke depan. Saat akan menyentuh bola, kaki ditarik kembali ke belakang. Bola dihentikan di samping kaki tumpu.

43 Prinsip Dasar Pengembangan Modifikasi Permainan dan Olahraga Pada kenyataannya pembelajaran penjas di sekolah-sekolah umumnya disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Materi pembelajaran dalam bentuk olahraga atau permainan hendaknya diberikan secara bertahap sehingga esensi pokok pembelajaran permainan dapat dicapai oleh siswa. Untuk itu guru memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sangat berguna untuk meningkatkan optimalisasi belajar siswa (Adang Suherman, 2000: 21) Strategi Modifikasi Permainan Strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik). Pada kenyataannya guru kurang membedakan penekanan tujuan pembelajaran dan skill (Adang Suherman, 2000: 35) Struktur Modifikasi Permainan Olahraga Menurut (Adang Suherman, 2000: 31) Tahap dalam belajar bermain adalah mempelajari strategi dasar permainan. Sering kali para guru mengajar permainan secara khusus tetapi terkadang lupa sekaligus mengajar struktur permainannya. Untuk itu pembelajaran dapat dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan yang sebenarnya hingga pembelajaran strategi dasar bermain dapat diterima dengan relatif mudah oleh siswa. Modifikasi struktur permainan ini dapat dilakukan terhadap faktor : (1) Ukuran lapangan.

44 30 (2) Bentuk, ukuran, dan jumlah peralatan yang digunakan. (3) Jenis skill yang digunakan. (4) Aturan. (5) Jumlah pemain Manfaat Modifikasi Gusril (2004:46-48) menyatakan bahwa modifikasi memiliki keuntungan dan keefektivitasan, yang meliputi: 1. Meningkatkan motivasi dan kesenangan siswa dalam pembelajaran Penjasorkes Orientasi pembelajaran olahraga dan permainan yang dimodifikasi ke dalam Penjas, yaitu: menimbulkan rasa senang (game fun). Anak yang mengikuti pembelajaran dengan rasa senang, tentu akan mendorong motivasinya untuk berpartisipasi dalam mengikuti pembelajaran Penjas. Akhirnya anak akan memiliki kesempatan untuk aktif bergerak, sehingga tujuan pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran anak akan tercapai. 2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa Prinsip dalam modifikasi olahraga dan permainan adalah aktivitas belajar (learning activities). Oleh karena itu dalam pembelajaran Penjasorkes, yang perlu ditekankan adalah memanfaatkan waktu dengan aktivitas gerak. Menurut Jones (1995) yang dikutip oleh Yoyo Bahagia, dkk. (2000:47) dalam pembelajaran Penjasorkes, guru harus dapat memanfaatkan 50 % dari waktu yang tersedia dengan aktivitas

45 31 gerak. Sebagai contoh apabila waktu yang tersedia dalam pembelajaran Penjasorkes disekolah Dasar adalah 70 menit, maka 35 menit harus dimanfaatkan untuk aktivitas gerak anak. Berkaitan dengan hal ini, maka seorang guru harus bisa dituntut untuk mendesain pembelajaran Penjasorkes sedemikian rupa, baik materi, metode, dan organisasi pembelajaran yang efektif. 3. Meningkatkan hasil belajar siswa Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa prinsip pembelajaran yang menggunakan modifikasi adalah aktivitas belajar dan kesenangan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas tinggi dan memberikan pengalaman gerak yang banyak. Menurut Mutohir (2000:108) menyatakan bahwa modifikasi olahraga mendorong anak untuk melakukan tugas gerak dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi ketimbang pendekatan tradisional. Apabila pengalaman gerak anak sudah banyak tentu akan memberikan kontribusi pada peningkatan kebugaran jasmani yang merupakan salah satu modal dasar dalam mendapatkan hasil belajar yang optimal. 4. Mengatasi kekurangan sarana dan prasarana Salah satu pendukung dalam proses pembelajaran Penjas adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang ada. Sarana merupakan alat yang digunakan dalam Penjas, sedangkan prasarana menunjukkan kepada tempat atau lapangan yang digunakan dalam Penjas. Untuk menciptakan proses pembelajaran penjas yang berkualitas baik, maka

46 32 diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Apabila ketersediaaan sarana dan prasarana tidak memadai, maka seorang guru perlu dituntut untuk berkreatifitas atau menciptakan suatu bentuk modifikasi untuk mengatasi permasalahan sarana dan prasarana tersebut. Sebagai contohnya, apabila di sekolah tidak memiliki lempar cakram. Maka untuk mengajarkan materi lempar cakram, bisa menggunakan ban bekas sebagai pengganti cakram yang akan digunakan. 2.7 Kerangka Berpikir Bermain adalah suatu aktifitas yang disukai oleh anak-anak yang dapat mendatangkan kegembiraan. Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang sangat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Pembelajaran sepakbola melalui pendekatan bermain yang dimodifikasi merupakan salah satu bentuk kegitan pembelajaran sepakbola melalui permainan sepakbola yang secara kreatif disusun dan direncanakan oleh guru agar kegiatan pembelajaran tersebut tetap dilaksanakan dengan berbagai keterbasan yang ada seperti adanya jumlah siswa yang tidak memenuhi untuk dijadikan dua tim secara penuh maupun keterbatasan waktu maupun sarana prasarana yang ada. Dalam hal ini yang dimodifikasi dalam permainan sepakbola menyangkut jumlah siswa ditiap tim dari 11 siswa menjadi 5 siswa, ukuran lapangan yang

47 33 dibuat lebih kecil dari ukuran normal, dan ukuran gawang yang diperkecil dari ukuran normal dan jenis bola yang lebih ringan waktu permainan yang lebih pendek dan peraturan permainan yang lebih sederhana. Melalui modifikasi permainan sepakbola ini diharapkan kegiatan pembelajaran dapat menarik minat dam motivasi siswa untuk belajar, selain itu berbagai keterampilan teknik dasar sepakbola juga dapat secara cepat dikuasai oleh siswa sebab melalui bentuk modifikasi permainan sepakbola yang demikian kesempatan setiap siswa untuk dapat memainkan bola menjadi lebih besar, dan kelelahan siswa saat pembelajaran lebih kecil sehingga memungkinkan siswa untuk dapat secara aktif belajar teknik dasar sepakbola dari awal sampai akhir kegiatan pembelajaran secara maksimal.

48 BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan Penelitian pengembangan biasanya disebut penelitian berbasisi pengembangan (research-based development) merupakan jenis penelitian yang tujuan penggunaannya untuk pemecahan masalah praktis. Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk, dan diharapkan dapat menjembatani kesenjangan penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah menghasilkan produk-produk yang langsung dapat digunakan oleh pengguna. Menurut Borg dan Gall dalam Sugiyono (2009) penelitian pengembangan adalah suatu proses yang banyak digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran, yang pada dasarnya prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk dan, (2) menguji keefektifan produk untuk mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan, sedangkan tujuan kedua disebut sebagai fungsi validasi. Dalam hal pengembangan produk salah satunya adalah menghasilkan produk model pembelajaran penjasorkes di sekolah, adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka. Langkah awal ini dilakukan untuk analisis kebutuhan yang bertujuan untuk menentukan apakah model 34

49 35 2) pembelajaran yang dibuat memang dibutuhkan atau tidak. 3) Mengembangkan bentuk produk awal (dalam hal ini model pembelajaran penjasorkes dengan memanfaatkan lingkungan fisik di luar sekolah). Berdasarkan analisis kebutuhan, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan produk model pembelajaran penjasorkes sesuai materi yang dikembangkan yang didasarkan pada kajian teori. 4) Evaluasi produk awal yang sudah dibuat oleh para ahli, dengan menggunakan seorang ahli pendidikan jasmani dan olahraga (gunakan dosen yang relevan dengan materi yang diteliti atau bisa menggunakan salah satu pembimbing yang ekspert dibidangnya), dan dua orang ahli pembelajaran (gunakan guru penjasorkes yang memiliki pengalaman mengajar yang cukup). Setelah dilakukan evaluasi oleh para ahli selanjutnya lakukan uji coba skala kecil (gunakan siswa dengan jumlah secukupnya sesuai kebutuhan materi), dengan menggunakan lembar evaluasi dan kuesioner dan konsultasi yang selanjutnya hasilnya dianalisis secara mendalam. 5) Lakukan revisi produk pertama dari hasil evaluasi ahli dan uji coba skala kecil yang dilakukan sebelumnya. 6) Uji coba skala besar di lapangan dengan menggunakan model pembelajaran yang sudah direvisi atau hasil uji coba skala kecil yang dilakukan sebelumnya. 7) Revisi produk akhir, dilakukan berdasarkan evaluasi dan analisis uji coba lapangan (melalui pengamatan dan diperlukan instrumen baik pengamatan

50 36 maupun melalui angket untuk siswa dan pengamat). 8) Hasil akhir model pembelajaran penjasorkes yang dihasilkan melalui revisi setelah dilakukan uji coba lapangan skala besar. 3.2 Prosedur Pengembangan Prosedur pengembangan akan memaparkan prosedur yang akan ditempuh oleh peneliti dalam membuat produk. Dalam prosedur peneliti akan menyebutkan komponen pada setiap tahapan-tahapan yang akan dikembangkan. Pada bagan berikut akan disajikan tahapan tahapan prosedur pengembangan modifikasi peraturan permainan sepakbola Rope Game Passing Gambar 11. Prosedur Pengembangan Permainan Sepakbola Rope Game Passing Sumber: (Borg & Gall dalam Punaji Setyosari, 2010)

51 Prosedur Pengembangan Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah peraturan permainan sepakbola yang telah dimodifikasi aturannya dibutuhkan atau tidak. Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi di SDN 1 Purwosari Kabupaten Kudus tentang pelaksanaan olahraga sepakbola yang telah dimodifikasi. Aturan dengan cara melakukan pengamatan lapangan tentang aktifitas siswa dan kondisi lapangan Pembuatan Produk Awal Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah pembuatan produk model pembelajaran permainan sepakbola yang dirubah aturanya, yaitu sebuah permainan sepakbola yang telah dimodifikasi menyesuaikan sarana dan prasarana serta peraturan permainan yang dimodifikasi seperti permainan pin ball dalam game komputer diaplikasikan dalam sepakbola. Dalam produk yang dikembangkan, peneliti membuat produk berdasarkan kajian teori yang kemudian dievaluasi oleh satu ahli sepakbola dan guru penjas sebagai ahli pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil Revisi I Di dalam revisi I hasil evaluasi dilakukan oleh Martin Sudarmono S.Pd, M.Pd sebagai ahli yaitu yang berupa masukan dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk Uji coba Skala Kecil Uji coba kelompok kecil atau uji coba terbatas dilakukan terhadap kelompok

52 38 kecil sebagai pengguna produk. Pada tahap ini dilakukan uji kelompok kecil terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Purwosari dengan jumlah subyek sebanyak 16 siswa dengan metode 16 siswa dibagi menjadi 4 tim yang setiap tim terdiri dari 4 pemain melakukan uji coba produk dan dilakukan sebanyak 2 kali percobaan kemudian dilanjutkan pertandingan dalam sebuah turnamen sistem gugur dengan 4 tim yang berasal dari pembagian siswa sebagai subyek Revisi II Di dalam revisi II hasil yang didapat berupa perbaikan dari pengembangan produk dalam kelompok kecil Uji Coba Kelompok Besar Pada tahap ini dilakukan uji lapangan terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Purwosari dengan jumlah subyek sebanyak 37 siswa dengan metode 37 siswa dibagi menjadi beberapa tim kemudian bertanding satu sama lain dan dilakukan berkali-kali untuk mencari model yang baik Revisi III Di dalam revisi III hasil yang didapat berupa perbaikan dari pengembangan produk dalam kelompok besar Hasil Akhir Hasil akhir produk pengembangan dari uji coba kelompok besar.

53 Uji Coba Produk Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Oleh karena itu jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut : 1) Model pembelajaran yang efektif, artinya data digali apakah uji coba yang dilaksanakan dapat mengembangkan kognitif, afektif, psikomotorik dan fisik peserta didik. 2) Data yang menunjukkan kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ada dalam materi kurikulum. 3) Mudah dilakukan semua peserta didik. 4) Menyenangkan dan mendorong peserta didik untuk aktif bergerak. 5) Aman dan nyaman bagi peserta didik. 6) Peserta didik menjadi aktif dan jangan sebaliknya malah menjadi pasif bergerak. 7) Lama waktu pelaksanaan sesuai jam tatap muka pembelajaran Penjasorkes. 8) Sarana yang ada disekitar lingkungan fisik luar sekolah tanpa merusak kelestarian lingkungan. 3.4 Desain Uji Coba Produk Desain uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan dan segi pemanfaatan produk yang dikembangkan. Desain uji coba

54 40 yang dilaksanakan terdiri dari: Uji Coba Skala Kecil Pada uji coba kelompok kecil ini menggunakan 16 siswa sebagai subjeknya. Pengambilan siswa dilakukan secara random sampling karena dilihat dari karakteristik dan tingkat kesegaran jasmani siswa yang berbeda antara siswa yang satu dengan lainya. Pertama-tama siswa diberikan arahan dan penjelasan mengenai peraturan permainan. Setelah melakukan uji coba siswa mengisi kuesioner tentang permainan yang telah dilakukan. Tujuan uji coba kelompok kecil ini adalah untuk mengetahui tanggapan awal dari produk yang dikembangkan. Tanggapan atau revisi ini yang nantinya digunakan sebagai bahan koreksi dalam melakukan uji coba kelompok besar Uji Skala Besar Pada tahap ini dilakukan uji kelompok besar terhadap produk yang dikembangkan dengan mengunakan subjek uji coba 37 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Purwosari. Pertama siswa diberikan penjelasan peraturan permainan sepakbola yang telah direvisi. Kemudian siswa melakukan uji coba permainan sepakbola Rope Game Passing. Setelah melakukan uji coba, siswa mengisi kuesioner tentang permainan yang telah dilakukan Subjek Uji Coba Subjek uji coba pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Evaluasi ahli yang terdiri dari satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran, (2) Uji coba kelompok kecil terdiri dari 16 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Purwosari,

55 41 (3) Uji coba lapangan yang terdiri dari 37 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 01 Purwosari. 3.5 Cetak Biru Produk Cetak biru produk dalam penelitian pengembangan ini meliputi pemanasan, kegiatan inti dan penenangan yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Pemanasan (warming up) 2) Pengenalan teknik dasar 3) Bermain sepakbola Rope Game Passing 4) Penenangan 3.6 Jenis Data Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner yang berupa kritik dan saran dari ahli penjas dan narasumber secara lisan maupun tulisan sebagai masukan untuk bahan revisi produk. Sementara data kuantitatif didapat dari hasil pengisian dan pengamatan kuesioner 3.7 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berbentuk kuisioner. Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data dari evaluasi ahli dan uji coba. Alasan memilih kuisioner karena subjek relative banyak sehingga dilakukan secara serentak dan waktu yang singkat. Kepada para ahli dan

56 42 siswadiberikan kuisioner yang berbeda. Kuisioner ahli dititik beratkan pada produk pertama yang dibuat, sedangkan kuisioner untuk siswa dititik beratkan pada kenyamanan penggunaan produk. Yaitu dalam permainan sepakbola yang telah dimodifikasi. Apakah siswa dapat bermain dengan peraturan yang berbeda dengan sepakbola pada umumnya. Kuisioner yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakanya. Faktor yang digunakan dalam kuisioner berupa kualitas model permainan Rope Game Passing. Serta komentar dan saran umum jika ada. Rentangan evaluasi mulai dari tidak sampai dengan sangat baik dengan cara memberi tanda (v) pada kolom yang tersedia. 1 : tidak baik 2 : kurang baik 3 : cukup baik 4 : baik 5 : sangat baik Berikut ini adalah faktor, indikator, dan jumlah butir kuisioner yang akan digunakan dalam kuisioner Tabel 1. Faktor, Indikator, dan jumlah butir soal kuisioner ahli No Faktor Indikator Jumlah Kualitas Model Kualitas produk terhadap standart kompentensi, keaktifan siswa, dan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SD 10

57 43 Kuisioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan, yang harus dijawab oleh siswa dengan alternatif jawaban ya dan tidak. Faktor yang digunakan dalam kuisioner meliputi aspek psikomotor, kognitif, dan afektif. Cara pemberian skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut. Tabel 2. Skor Jawaban Kuesioner Ya dan Tidak Alternatif Jawaban Positif Negatif Ya 1 0 Tidak 0 1 Berikut ini adalah faktor-faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa: Tabel 3. Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner No Faktor Indikator Jumlah Soal Kemampuan siswa mempraktekkan gerak 1 psikomotor 2 Kognitif 3 Afektif dalam bermain model pembelajaran permainan sepakbola Rope Game Passing. Kemampuan siswa memahami peraturan dan pengetahuan tentang model pembelajaran permainan Rope Game Passing. Menampilkan sikap dalam bermain model pembelajaran permainan sepakbola Rope

58 44 Game Passing. Serta nilai kerjasama, sportivitas, dan kejujuran 3.8 Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah menggunakan teknik analisis deskriptif berbentuk presentase. Sedangkan data yang berupa saran dan alasan memilih jawaban dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif. Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari Muhamad Ali (1987:184) yaitu : Dari hasil presentase yang diperoleh kemudian diklasifikasikan untuk memperoleh kesimpulan data. Pada tabel 4 dan 5 akan disajikan klasifikasi dalam persentase.

59 45

60 BAB V KAJIAN DAN SARAN 5.1 Kajian Prototipe Produk Hasil akhir dari kegiatan penelitan pengembangan ini adalah model pengembangan permainan Rope Game Passing yang merupakan produk baru dari pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani SD kelas V. Model pembelajaran ini dapat dikembangkan di berbagai SD, hal itu berdasarkan data hasil uji coba skala besar dan data hasil kuesioner yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara kesuluruhan. Produk model permainan Rope Game Passing sudah dapat dipraktikan kepada subjek uji coba. Hal ini berdasarkan hasil analisis data dari evaluasi ahli penjas dan ahli pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Produk model permainan Rope Game Passing dapat dan layak digunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes. Hal itu berdasarkan analisis data pada uji coba skala kecil diperoleh dari ahli penjas didapat rata-rata persentase 80%, Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka produk permainan sepakbola gawang simpai ini telah memenuhi kriteria baik dan layak digunakan. 64

61 65 2. Produk model permainan Rope Game Passing sudah dapat digunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes. Hal itu berdasarkan analisis data uji coba skala kecil didapat rata-rata persentase pilihan jawaban yang sesuai 88% dengan kriteria layak dan hasil analisis data uji coba skala besar didapat rata-rata persentase pilihan jawaban yang sesuai 91% dengan kriteria sangat layak. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka permainan sepakbola Rope Game Passing ini telah memenuhi kriteria, sehingga dapat digunakan untuk siswa 3. Faktor yang menjadikan model permainan Rope Game Passing dapat diterima oleh siswa SD adalah dari rata-rata semua aspek uji coba yang ada, lebih dari 90% siswa dapat memptaktekkan dengan baik. Baik dari pemahaman terhadap peraturan permainan, penerapan sikap dalam permainan dan aktivitas gerak siswa yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Secara keseluruhan model permainan sepakbola Rope Game Passing dapat diterima siswa dengan baik dan dapat digunakan bagi siswa kelas V SD N 1 Purwosari Kudus 4. Produk model permainan Rope Game Passing dapat meningkatkan aktivitas gerak siswa, apabila dilihat dari pengukuran denyut nadi, terdapat peningkatan denyut nadi sebelum melakukan aktivitas dengan denyut nadi setelah melakukan aktivitas. Berdasarkan peningkatan tersebut maka model permainan sepakbola Rope

62 66 Game Passing ini dapat meningkatkan aktivitas gerak siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Purwosari Kudus 5.2 Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Lebih Lanjut Beberapa hal yang dapat diperhatikan untuk proses pelaksanaan pembelajaran lebih lanjut dari penelitian pengembangan ini, antara lain : 1) Model permainan Rope Game Passing sebagai produk yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai alternative penyampaian meteri pembelajaran sepakbola untuk SD kelas V. 2) Penggunaan model ini dilaksanakan seperti apa yang direncanakan sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan sekaligus sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. 3) Bagi guru SD diharapkan dapat menggunakan model permainan Rope Game Passing ini di sekolah, khususnya pada pembelajaran sepakbola. 4) Bagi mahasiswa yang akan meneliti dengan model permainan yang kurang lebih sama, diharapkan mempertimbangkan aspek kelemahan dalam penelitian ini untuk menghasilkan model yang baik

63 67 DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Ateng, Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud Adang Suherman, Dasar dasar Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Amung Ma mum, Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta : Depdiknas Bina Karya Buku Sepakbola. Jakarta : Depdikbud Depdiknas, Pedoman Khusus Model Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdiknas Djamarah, Syaiful Bahri Psikologi Belajar. Banjarmasin: Rineka Cipta Gulo W, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia Gusril Efektivitas Ancangan Modifikasi Olahraga Kedalam Penjas. Jakarta : Depdiknas Hananto Budi Santoso, Tri Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Yudhistira Harry Pramono, Pedoman Penyusunan Skripsi Unnes. Semarang : FIK UNNES Husdarta, Yudha M Saputra Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung : Sinar Baru Algesindo Slameto, Belajar dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Edisi Revisi Jakarta : Rineka Cipta Sudirman Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sumadi Suryabrata, Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Yogyakarta : FIK UNY Subagiyo, Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Universitas Terbuka Sucipto dkk, Sepak Bola. Jakarta : Depdikbud Yoyo Bahagia, Prinsip prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga

64 LAMPIRAN LAMPIRAN

65 LAMPIRAN 1 68

66 LAMPIRAN 2 69

67 LAMPIRAN 3 70

68 LAMPIRAN 4 71

69 LAMPIRAN 5 72

70 Lanjutan Lampiran 5 73

71 Lanjutan Lampiran 5 74

72 Lanjutan Lampiran 5 75

73 Lanjutan Lampiran 5 76

74 77 LAMPIRAN 6 Kuesioner Psikomotor NO BUTIR SOAL PERTANYAAN 1 Apakah menurut kamu model permainan sepakbola Rope Game Passing merupakan permainan yang sulit untuk dimainkan? 2 Apakah kamu bisa memainkan model permainan sepak bola Rope Game Passing? 3 Apakah dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing kamu bisa mengontrol bola? 4 Apakah dalam model permainan sepa bola Rope Game Passing kamu mudah mengoper bola? 5 Apakah dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing kamu mudah melakukan tendangan ketika mendapat bola? 6 Apakah selama bermain sepakbola Rope Game Passing kamu mudah menerima operan bola dari teman? 7 Apakah kamu merasa kesulitan untuk mencetak gol dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing? 8 Apakah kamu merasa sulit saat menyerang dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing? 9 Apakah kamu merasa sulit saat melakukan pertahanan dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing? 10 Apakah cara permainan sepakbola Rope Game Passing ini lebih mudah dari sepakbola yang sudah kamu kenal? PERNYATAAN YA TIDAK

75 78 Lanjutan Lampiran 6 Kuesioner Kognitif NO BUTIR SOAL PERTANYAAN Apakah kamu tahu cara bermain pengembangan model permainan sepakbola Rope Game Passing? Apakah kamu tahu perbedaan model permainan sepak bola Rope Game Passing dengan sepakbola sesungguhnya? Apakah kamu tahu peraturan dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing? Apakah setiap pemain wajib mentaati peraturan dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing? Apakah dalam permainan kamu dapat mengetahui peraturan model permainan sepakbola Rope Game Passing? Menurut kamu apakah memainkan model sepakbola Rope Game Passing perlu kerjasama teman satu tim? Apakah dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing setiap tim harus selalu kompak? Apakah kamu tahu tugas wasit dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing? Apakah seorang wasit akan memberikan teguran kepada pemain yang tidak mentaati peraturan? Apakah model permainan sepakbola Rope Game Passing gawang ini dapat dimainkan semua orang? PERNYATAAN YA TIDAK

76 79 Lanjutan Lampiran 6 Kuesioner Afektif NO BUTIR SOAL PERTANYAAN 1 Apakah kamu suka bermain sepakbola Rope Game Passing? 2 Apakah model permainan sepakbola Rope Game Passing menarik bagi kamu? 3 Apakah kamu serius ketika bermain sepakbola Rope Game Passing? 4 Apakah kamu mentaati peraturan selama bermain sepakbola Rope Game Passing? 5 Apakah setiap pemain harus mentaati peraturan permainan sepakbola Rope Game Passing? 6 Apakah kamu bisa bekerjasama dengan teman satu tim atau regu ketika kamu bermain sepakbola Rope Game Passing? 7 Apakah dalam model permainan sepakbola Rope Game Passing dibutuhkan kerjasama untuk memenangkan pertandingan? 8 Apakah seorang pemain boleh menentang keputusan yang diberikan wasit? 9 Apakah bila tim kamu kalah, kamu akan mengakui keunggulan tim lawan? 10 Apakah kamu bersedia bermain sepakbola Rope Game Passing? PERNYATAAN YA TIDAK

77 80 LAMPIRAN 7 Daftar Nama Siswa Skala Kecil No Nama 1 Aradeya Mahendra 2 Muhammad Ardy Wibowo 3 Raul Daffa Hilal Ghazaly 4 Amanda Rizky Amelia 5 Amelia Yuniar 6 Amrina Rosada 7 Ardi Wahyu Saputro 8 Candra Prrawira Utama 9 Hanni Khoirunnisa 10 Ine Sania Anjani 11 Muhammad Adi Saputro 12 Muhammad Agung Gunawan 13 Muhammad Zaky Mahmiya 14 Rizka Amalia Hidayah 15 Safira Aulia Putri 16 Sherly Meilinda Anitdya

78 81 LAMPIRAN 8 Hasil Denyut Nadi Sebelum dan Setelah Kegiatan ( Skala Kecil ) No Nama Umur Sebelum Sesudah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Rizka Amalia Hidayah Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya

79 82 LAMPIRAN 9 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Psikomotor ( Skala Kecil ) No Nama Butir Soal Jumlah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Rizka Amalia Hidayah Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Jumlah Presentase ( %)

80 83 LAMPIRAN 10 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Kognitif ( Skala Kecil ) No Nama Butir Soal Jumlah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Rizka Amalia Hidayah Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Jumlah Presentase ( %)

81 84 LAMPIRAN 11 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Afektif ( Skala Kecil ) No Nama Butir Soal Jumlah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Rizka Amalia Hidayah Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Jumlah Presentase ( %)

82 85 Berikut disajikan uraian persentase hasil kuesioner dan pengamatan pada uji coba skala kecil : Aspek Psikomotor 1. Apakah menurut kamu model permainan sepak bola Rope Game Passing merupakan permainan yang sulit untuk dimainkan. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 2. Apakah kamu bisa memainkan model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 93% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 3. Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing kamu bisa mengontrol bola. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 4. Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing kamu mudah mengoper bola. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 5. Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing kamu mudah melakukan tendangan ketika mendapat bola. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 6. Apakah selama bermain sepak bola Rope Game Passing kamu mudah menerima operan bola dari teman. Didapat persentase

83 86 sebesar 87% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 7. Apakah kamu merasa kesulitan untuk mencetak gol dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 8. Apakah kamu merasa sulit saat menyerang dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 9. Apakah kamu merasa sulit saat melakukan pertahanan dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 75% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 10. Apakah cara permainan sepak bola Rope Game Passing ini lebih mudah dari sepakbola yang sudah kamu kenal. Didapat persentase sebesar 75% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan Aspek Kognitif 1) Apakah kamu tahu cara bermain pengembangan model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan

84 87 2) Apakah kamu tahu perbedaan model permainan sepak bola Rope Game Passing dengan sepak bola sesungguhnya. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 3) Apakah kamu tahu peraturan dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 4) Apakah setiap pemain wajib mentaati peraturan dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 5) Apakah dalam permainan kamu dapat mengetahui peraturan model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 6) Menurut kamu apakah memainkan model sepak bola Rope Game Passing perlu kerjasama teman satu tim. Didapat persentase sebesar 75% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 7) Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing setiap tim harus selalu kompak. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 8) Apakah kamu tahu tugas wasit dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan

85 88 9) Apakah seorang wasit akan memberikan teguran kepada pemain yang tidak mentaati peraturan. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 10) Apakah model permainan sepak Rope Game Passing gawang ini dapat dimainkan semua orang. Didapat persentase sebesar 87% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan Aspek Afektif 1) Apakah kamu suka bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 93% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 2) Apakah model permainan sepak bola Rope Game Passing menarik bagi kamu. Didapat persentase sebesar 93% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 3) Apakah kamu serius ketika bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 93% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 4) Apakah kamu mentaati peraturan selama bermain sepakbola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 5) Apakah setiap pemain harus mentaati peraturan permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk

86 89 kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 6) Apakah kamu bisa bekerjasama dengan teman satu tim atau regu ketika kamu bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 7) Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing dibutuhkan kerjasama untuk memenangkan pertandingan. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 8) Apakah seorang pemain boleh menentang keputusan yang diberikan wasit. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 9) Apakah bila tim kamu kalah, kamu akan mengakui keunggulan tim lawan. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 10) Apakah kamu bersedia bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 93% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan

87 90 LAMPIRAN 12 Daftar Nama Siswa Skala Besar No Nama No Nama 1 Aradeya Mahendra 2 Muhammad Ardy Wibowo 3 Raul Daffa Hilal Ghazaly 4 Shilfia Rizqiani 5 Ahda Marliyani 6 Amanda Rizky Amelia 7 Amelia Yuniar 8 Amrina Rosada 9 Ardi Wahyu Saputro 10 Candra Prrawira Utama 11 Erlin Agustiani 12 Faradhea Fellisha 13 Farah Meutia Ahnaf 14 Faza Rusyda 15 Ferdi Andika Arisandi 16 Hanna Khoirunnisa 17 Hanni Khoirunnisa 18 Ine Sania Anjani 19 Ivan Siswo Utomo 20 Linda Mardliyyah Nihlah 21 Marlina Chusnita Sari 22 Maulana Ihsan 23 Melda Aulia Apsari 24 Moh. Ananda Firmansyah 25 Muhammad Adi Saputro 26 Muhammad Agung Gunawan 27 Muhammad Zaky Mahmiya 28 Nadiyah Nur Aini 29 Putri Dwi Darmayanti 30 Rendy Dwi Danuarta 31 Rizka Amalia Hidayah 32 Rizqy Charis 33 Safira Aulia Putri 34 Sherly Meilinda Anitdya 35 Ulul Albab 36 Umar Ilham 37 Yefta Charistian Nathaniel

88 91 LAMPIRAN 13 Hasil Denyut Nadi Sebelum dan Setelah Kegiatan ( Skala Besar ) No Nama Umur Sebelum Sesudah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Shilfia Rizqiani Ahda Marliyani Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Erlin Agustiani Faradhea Fellisha Farah Meutia Ahnaf Faza Rusyda Ferdi Andika Arisandi Hanna Khoirunnisa Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Ivan Siswo Utomo Linda Mardliyyah Nihlah Marlina Chusnita Sari Maulana Ihsan Melda Aulia Apsari Moh. Ananda Firmansyah Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Nadiyah Nur Aini

89 92 No Nama Umur Sebelum Sesudah 29 Putri Dwi Darmayanti Rendy Dwi Danuarta Rizka Amalia Hidayah Rizqy Charis Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Ulul Albab Umar Ilham Yefta Charistian Nathaniel

90 93 LAMPIRAN 14 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Psikomotor ( Skala Besar ) No Nama Butir Soal Jumlah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Shilfia Rizqiani Ahda Marliyani Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Erlin Agustiani Faradhea Fellisha Farah Meutia Ahnaf Faza Rusyda Ferdi Andika Arisandi Hanna Khoirunnisa Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Ivan Siswo Utomo Linda Mardliyyah Nihlah Marlina Chusnita Sari Maulana Ihsan Melda Aulia Apsari Moh. Ananda Firmansyah Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Nadiyah Nur Aini Putri Dwi Darmayanti Rendy Dwi Danuarta Rizka Amalia Hidayah

91 94 No Nama Butir Soal Jumlah 32 Rizqy Charis Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Ulul Albab Umar Ilham Yefta Charistian Nathaniel Jumlah Presentase ( %)

92 95 LAMPIRAN 15 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Kognitif ( Skala Besar ) No Nama Butir Soal Jumlah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Shilfia Rizqiani Ahda Marliyani Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Erlin Agustiani Faradhea Fellisha Farah Meutia Ahnaf Faza Rusyda Ferdi Andika Arisandi Hanna Khoirunnisa Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Ivan Siswo Utomo Linda Mardliyyah Nihlah Marlina Chusnita Sari Maulana Ihsan Melda Aulia Apsari Moh. Ananda Firmansyah Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Nadiyah Nur Aini Putri Dwi Darmayanti Rendy Dwi Danuarta Rizka Amalia Hidayah

93 96 No Nama Butir Soal Jumlah 32 Rizqy Charis Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Ulul Albab Umar Ilham Yefta Charistian Nathaniel Jumlah Presentase ( %)

94 97 LAMPIRAN 16 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Aspek Afektif ( Skala Besar ) No Nama Butir Soal Jumlah 1 Aradeya Mahendra Muhammad Ardy Wibowo Raul Daffa Hilal Ghazaly Shilfia Rizqiani Ahda Marliyani Amanda Rizky Amelia Amelia Yuniar Amrina Rosada Ardi Wahyu Saputro Candra Prrawira Utama Erlin Agustiani Faradhea Fellisha Farah Meutia Ahnaf Faza Rusyda Ferdi Andika Arisandi Hanna Khoirunnisa Hanni Khoirunnisa Ine Sania Anjani Ivan Siswo Utomo Linda Mardliyyah Nihlah Marlina Chusnita Sari Maulana Ihsan Melda Aulia Apsari Moh. Ananda Firmansyah Muhammad Adi Saputro Muhammad Agung Gunawan Muhammad Zaky Mahmiya Nadiyah Nur Aini Putri Dwi Darmayanti Rendy Dwi Danuarta Rizka Amalia Hidayah

95 98 No Nama Butir Soal Jumlah 32 Rizqy Charis Safira Aulia Putri Sherly Meilinda Anitdya Ulul Albab Umar Ilham Yefta Charistian Nathaniel Jumlah Presentase ( %)

96 99 Berikut disajikan uraian persentase hasil kuesioner dan pengamatan pada uji coba skala kecil : Aspek Psikomotor 1. Apakah menurut kamu model permainan sepak bola Rope Game Passing merupakan permainan yang sulit untuk dimainkan. Didapat persentase sebesar 89% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 2. Apakah kamu bisa memainkan model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 91% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 3. Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing kamu bisa mengontrol bola. Didapat persentase sebesar 89% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 4. Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing kamu mudah mengoper bola. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 5. Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing kamu mudah melakukan tendangan ketika mendapat bola. Didapat persentase sebesar 91% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 6. Apakah selama bermain sepak bola Rope Game Passing kamu mudah menerima operan bola dari teman. Didapat persentase

97 100 sebesar 83% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 7. Apakah kamu merasa kesulitan untuk mencetak gol dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 83% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 8. Apakah kamu merasa sulit saat menyerang dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 91% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 9. Apakah kamu merasa sulit saat melakukan pertahanan dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 83% dan masuk criteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 10. Apakah cara permainan sepak bola Rope Game Passing ini lebih mudah dari sepakbola yang sudah kamu kenal. Didapat persentase sebesar 91% dan masuk criteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan Aspek Kognitif 1) Apakah kamu tahu cara bermain pengembangan model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan

98 101 2) Apakah kamu tahu perbedaan model permainan sepak bola Rope Game Passing dengan sepak bola sesungguhnya. Didapat persentase sebesar 97% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 3) Apakah kamu tahu peraturan dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 91% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 4) Apakah setiap pemain wajib mentaati peraturan dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 81% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 5) Apakah dalam permainan kamu dapat mengetahui peraturan model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 86% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 6) Menurut kamu apakah memainkan model sepak bola Rope Game Passing perlu kerjasama teman satu tim. Didapat persentase sebesar 83% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 7) Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing setiap tim harus selalu kompak. Didapat persentase sebesar 97% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 8) Apakah kamu tahu tugas wasit dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 94% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan

99 102 9) Apakah seorang wasit akan memberikan teguran kepada pemain yang tidak mentaati peraturan. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 10) Apakah model permainan sepak Rope Game Passing gawang ini dapat dimainkan semua orang. Didapat persentase sebesar 94% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan Aspek Afektif 1) Apakah kamu suka bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 94% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 2) Apakah model permainan sepak bola Rope Game Passing menarik bagi kamu. Didapat persentase sebesar 89% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 3) Apakah kamu serius ketika bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 97% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 4) Apakah kamu mentaati peraturan selama bermain sepakbola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 89% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 5) Apakah setiap pemain harus mentaati peraturan permainan sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk

100 103 kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 6) Apakah kamu bisa bekerjasama dengan teman satu tim atau regu ketika kamu bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 78% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 7) Apakah dalam model permainan sepak bola Rope Game Passing dibutuhkan kerjasama untuk memenangkan pertandingan. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 8) Apakah seorang pemain boleh menentang keputusan yang diberikan wasit. Didapat persentase sebesar 100% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan 9) Apakah bila tim kamu kalah, kamu akan mengakui keunggulan tim lawan. Didapat persentase sebesar 86% dan masuk kriteria baik sehingga aspek ini dapat digunakan 10) Apakah kamu bersedia bermain sepak bola Rope Game Passing. Didapat persentase sebesar 94% dan masuk kriteria sangat baik sehingga aspek ini dapat digunakan

101 104 LAMPIRAN 17 DOKUMENTASI PENELITIAN Pemberian Penjelasan Permainan Pemanasan

102 105 Permainan Uji Coba Kelompok Kecil Permainan Uji Coba Kelompok Besar

103 106 Evaluasi Pengukuran Denyut Nadi

104 107 Pengisian Kuesioner Lapangan Permainan Rope Game Passing

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan mengarah pada tujuan pendidikan nasional itu sendiri, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan kehidupan manusia tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok,

Lebih terperinci

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendididikan memegang peranan penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan

Lebih terperinci

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1 82. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

Lebih terperinci

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. 57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEBAGAI KURIKULUM PENJAS Tujuan PENJASORKES 1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan serta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dan kualitas individu, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang memerlukan proses, waktu dan melibatkan banyak faktor serta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAKBOLA LAPANGAN LINGKARAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PAKINTELAN 03 SEMARANG TAHUN 2012/2013

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAKBOLA LAPANGAN LINGKARAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PAKINTELAN 03 SEMARANG TAHUN 2012/2013 PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAKBOLA LAPANGAN LINGKARAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PAKINTELAN 03 SEMARANG TAHUN 2012/2013 SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH PASARBATANG BREBES SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH PASARBATANG BREBES SKRIPSI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENJASORKES MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI ISLAMIYAH PASARBATANG BREBES SKRIPSI diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting dalam keberlangsungan dan perkembangan hidup manusia, karena di dalam proses pendidikan setiap orang akan mendapatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani,

Lebih terperinci

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam

Lebih terperinci

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG

PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG DI SUSUN OLEH : 1. Syahrudin,S.Pd 2. Galih rudiansyah,s.pd SMP NEGERI 1 TAJURHALANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PROGRAM PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIK MATA PELAJARAN PENJASKES SMP NEGERI 1 TAJURHALANG TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan olahraga sering kali terkalahkan oleh pendidikan akademis lainya, padahal aspek kesehatan jasmani merupakan aspek penting guna mendukung pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI MELALUI BERMAIN KASTUL BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI NGIJO 01 SEMARANG SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI MELALUI BERMAIN KASTUL BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI NGIJO 01 SEMARANG SKRIPSI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI MELALUI BERMAIN KASTUL BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI NGIJO 01 SEMARANG SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata dan disiapkan sebaik mungkin, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan lainnya. Pendidikan jasmani di sekolah dapat diupayakan peranannya untuk mengembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan, mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan di Negara kita, sehingga pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola Sepak Bola Sepak bola termasuk salah satu permainan bola besar. Sepak bola merupakan olahraga yang paling akbar di dunia. Setiap kejuaraan sepak bola akan mengundang banyak penonton. Jumlah penonton sepak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

SEPAK BOLA III. Design R2 Bramistra

SEPAK BOLA III. Design R2 Bramistra SEPAK BOLA III Untuk dapat bermain sepak bola dengan baik seorang pemain harus dibekali dengan skill/teknik dasar yang baik, tidak hanya sekedar bisa menendang bola tapi juga diperlukan keahlian dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS Tujuan Pendidikan Jasmani Pengembangan kebugaran jasmani. Pengembangan keterampilan motorik. Pengembangan kognitif. Pengembangan afektif. Physically Educated Person Memiliki keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. pertandingan tingkat lokal, regional hingga tingkat dunia. Berjuta-juta pasang

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. pertandingan tingkat lokal, regional hingga tingkat dunia. Berjuta-juta pasang BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakekat Sepak Bola Ikman Suleman (2008 : 3) menjelaskan sepak bola merupakan jenis olahraga yang fenomenal. Minat masyarakat terhadap sepak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C A. Deskripsi Dalam buku pedoman bentuk latihan ini berisikan tentang variasivariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak terlepas dari berbagai macam mata pelajaran yang ada di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Oleh Candra Tri Puguh Saputra

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Oleh Candra Tri Puguh Saputra PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG SIMPAI MELALUI PENDEKATAN PERKEBUNAN PADA SISWA KELAS V SD N 01 GADU KECAMATAN GUNUNGWUNGKAL KABUPATEN PATI SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

JUDUL PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN LEVEL OF GOAL DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM KABUPATEN JEPARA SKRIPSI

JUDUL PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN LEVEL OF GOAL DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM KABUPATEN JEPARA SKRIPSI JUDUL PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN LEVEL OF GOAL DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan pendidikan. Hal ini secara tidak langsung menuntut para pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN KELAS VI SD/MI

LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN KELAS VI SD/MI LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN KELAS VI SD/MI KODE BUKU CAKUPAN MATERI 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Namun selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan usaha menuju kepada tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuattafsirannya tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuattafsirannya tentang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuattafsirannya tentang belajar. Belajar adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Lebih terperinci

21. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SD/MI

21. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SD/MI 21. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SD/MI KELAS: I Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan via gerak insani (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau olahraga untuk mencapai

Lebih terperinci

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak Pembelajaran Pendidikan Jasmani Melalui Permainan Tradisional Bolgrang Siswa Kelas V SDN Gedong 03 Uptd Pendidikan Kecamatan Banyubiru Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong

Lebih terperinci

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNANETRA

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNANETRA - 254 - O. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNANETRA KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: Dharis Septian Randy Pradipta

SKRIPSI. Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Oleh: Dharis Septian Randy Pradipta PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG SKOR DALAM PENJASORKES BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 5 TUBANAN KECAMATANKEMBANG KABUPATEN JEPARA 2012/2013 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa : 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik

Lebih terperinci

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang pada Pendidikan jasmani merupakan salahsatu program pendidikan yang berpacu aktivitas jasmani dan dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kebugaran tubuh,kesehatan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Yudanto

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR. Oleh: Yudanto IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIK DALAM PEMBELAJARAN INVASION GAMES DI SEKOLAH DASAR Oleh: Yudanto Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Permainan merupakan salah satu materi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam semboyan pendidikan dikatakan bahwa Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan, yang bermakna bahwa pendidikan harus berlandaskan pada hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Permainan Sepak Bola Permainan sepakbola merupakan permainan yang paling populer dewasa ini di seluruh dunia. Sepakbola adalah suatu

Lebih terperinci

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNANETRA

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNANETRA - 141 - M. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SDLB TUNANETRA KELAS I Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu tujuan

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. I. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan tersebut adalah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk

I. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan bolabasket selalu dipertandingkan baik antar mahasiswa, pelajar, atau club-club yang ada di Indonesia. Di kalangan pelajar permainan bolabasket cukup digemari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan kata lain di mulai dari sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan adalah semua kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Mungkid : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Mungkid : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Negeri Mungkid Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pokok Bahasan : Passing bawah bola volli Kelas/Semester : VII / Alokasi

Lebih terperinci

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL Siswa di drill sampai KO Berasumsi bahwa keterampilan akan ditransfer ke suatu permainan Membosankan, pengulangan, peraturan ketat Mengalami kegagalan keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani (Penjas) pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan kualitas individu secara holistik,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sepakbola 1. Pengertian Sepakbola Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani adalah proses mendidik seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNADAKSA

O. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNADAKSA - 1461 - O. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SMPLB TUNADAKSA KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dalam menumbuhkembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, maka pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang demikian pesat dan canggih, sehingga segala sesuatu yang semula dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Secara disadari atau tidak sejak lahir hingga dewasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c)

BAB I PENDAHULUAN. fungsi antara pengembangan aspek: (a) organik, (b) neuro moscular,(c) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (penjasorkes) adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan

Lebih terperinci

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan Konsep Dasar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Olahraga adalah kegiatan fisik manusia yang berpengaruh terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang menuntut kegiatan fisik tertentu untuk menggunakan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program pendidikan jasmani (penjas) dan olahraga di sekolah diarahkan pada potensi aspek-aspek pembangunan utuh peserta didik. Prosesnya lebih mengutamakan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Era globalisasi mengakibatkan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Kebijakan pemerintah meningkatkan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses belajar mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci