EKSTERNALITAS POSITIF BANJIR KANAL BARAT JAKARTA SEBAGAI POTENSI WISATA AIR KEMALA INDAH WAHYUNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKSTERNALITAS POSITIF BANJIR KANAL BARAT JAKARTA SEBAGAI POTENSI WISATA AIR KEMALA INDAH WAHYUNI"

Transkripsi

1 EKSTERNALITAS POSITIF BANJIR KANAL BARAT JAKARTA SEBAGAI POTENSI WISATA AIR KEMALA INDAH WAHYUNI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 EKSTERNALITAS POSITIF BANJIR KANAL BARAT JAKARTA SEBAGAI POTENSI WISATA AIR KEMALA INDAH WAHYUNI H Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

3 RINGKASAN KEMALA INDAH WAHYUNI. Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI. Potensi Banjir Kanal Barat (BKB) Jakarta sebagai wisata air dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. Eksternalitas positif yang dirasakan oleh sebagian besar responden berupa peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji eksternalitas positif yang ditimbulkan serta kesediaan membayar responden melalui pendekatan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi eksternalitas positif yang dirasakan akibat dari potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta; 2) mengkaji peluang kesediaan membayar responden akibat wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta; 3) mengkuantifikasi besarnya nilai yang bersedia dibayarkan responden; dan 4) mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya nilai yang bersedia dibayarkan responden terhadap potensi wisata air BKB Jakarta. Studi kasus penelitian ini dilakukan di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan selama bulan Januari sampai Maret Eksternalitas positif yang dirasakan responden diidentifikasi dengan menggunakan analisis deksriptif kualitatif. Peluang kesediaan membayar responden terhadap wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Besarnya nilai WTP responden dilakukan dengan perhitungan Willingness To Pay. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP dianalisis dengan menggunakan model regresi linier berganda. Hasil penelitian ini adalah sebagian besar responden merasakan adanya eksternalitas positif dari potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta. Eksternalitas positif yang dirasakan responden berupa peningkatan tingkat pendapatan, peningkatan kenyamanan, peningkatan kebersihan, serta mengurangi kejenuhan. Mayoritas responden (79 orang) bersedia membayar untuk potensi wisata air BKB, sedangkan sisanya 21 orang tidak bersedia membayar dengan alasan biaya retribusi terlalu tinggi, tidak mempunyai kemampuan secara finansial, dan tidak tertarik terhadap wisata air. Nilai dugaan rataan WTP responden sebesar Rp 4.126,58 per orang, nilai total WTP responden sebesar Rp ,00. Nilai total WTP masyarakat diduga sebesar Rp ,00. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat frekuensi kunjungan, persepsi tentang kualitas udara, dan persepsi tentang pemandangan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk berbagai pihak, diantaranya adalah: 1) Permasalahan sampah yang terjadi di Jakarta khususnya di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, sepanjang Halimun sampai Karet yang mempunyai potensi wisata air harus ditangani dengan baik, sehingga wisata air yang menjadi potensi daerah tersebut dapat berjalan tidak seperti permasalahan water way pada tahun 2007 lalu; 2) Daerah BKB sepanjang

4 Halimun sampai Karet yang memiliki potensi wisata air dapat dibentuk sebagai suatu tempat rekreasi atau bermain anak. Tempat tersebut dapat berupa area dengan perahu serta taman-taman yang indah disekitarnya. Taman tersebut juga dapat dipasang beberapa slogan yang bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan; 3) Harga tiket untuk menaiki perahu yang akan menjadi salah satu obyek wisata air BKB Jakarta masih dapat dinaikkan sesuai dengan kesediaan membayar responden sebesar Rp 4.126,58 per orang.

5 Judul Skripsi : Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air Nama : Kemala Indah Wahyuni NIM : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pusataka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2012 Kemala Indah Wahyuni H i

7 UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Nenek (Hj. Yuliani Soeyoko, Dr. Nana Nurliana, SS., MA); Ibu (Yani Andayani, S.E); Bapak (Hidayat Sofyan); Bayu Darmawan; Dra. Yuke Indrati, M.Ed; H.M. Sidik, S.Sos, M.AP; Yudhistira Mercianto, S.Si; Gortika, S.E; Intania Kurniati, S.Kom; serta Caesar Ananda atas segala dukungan, doa, dan kasih sayang. 2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS selaku dosen pembimbing dan pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, dukungan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas pelajaran dan pengalaman berharga yang telah diberikan. 3. Meti Ekayani, S.Hut, MSc selaku dosen penguji utama dan Novindra, S.P, M.Si selaku dosen perwakilan departemen. 4. Bapak Roni M. Bishry, Ph.D yang telah bersedia memberikan saran serta bantuan. 5. Bapak dan Ibu responden yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian. 6. Handai taulan Dewi Shinta, Adelina Anjani, teman satu bimbingan, seluruh sahabat ESL 45 serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya. ii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Eksternalitas Positif Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Tujuan dari penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi eksternalitas positif dari potensi keberadaan Banjir Kanal Barat Jakarta, mengkaji peluang kesediaan membayar responden terhadap wisata air yang menjadi potensi Banjir Kanal Barat Jakarta, mengestimasi nilai dana yang bersedia dibayarkan responden terhadap potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta, serta mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dana yang bersedia dibayarkan responden. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan datang. Bogor, Mei 2012 Penulis iii

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Wisata Air Eksternalitas Eksternalitas Positif Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan Contingen Valuation Method (CVM) Penelitian Terdahulu yang Relevan III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Willingness to Pay Model Regresi Logistik Model Regresi Linier Berganda Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Dampak Eksternalitas Positif Potensi Keberadaan BKB Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Potensi Wisata Air BKB Analisis Fungsi WTP Pengujian Parameter Pengujian Regresi Linier Berganda Pengujian Regresi Logit V. GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian vi vii viii iv

10 5.1.1 Gambaran Umum Potensi Wisata Air BKB Karakteristik Responden Jenis Kelamin Usia Responden Lama Pendidikan Formal Jenis Pekerjaan Tingkat Pendapatan Jumlah Tanggungan Keluarga Jarak Tempat Tinggal dari Terusan BKB Frekuensi Kunjungan VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Analisis Peluang Kesediaan Membayar Responden Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Potensi Wisata Air BKB Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP v

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Lokasi Banjir di Lima Wilayah Kota Jakarta Curah Hujan Stasiun BMKG dan Pos Hujan Tanggal 14 September Drainase Makro 13 Sungai Melintas di Jakarta Data Persentase Status Mutu Air Sungai di Jakarta Data Luas Banjir Kanal di Jakarta Ciri Pokok Banjir Kanal Barat Ciri Pokok Banjir Kanal Timur Data Korban Meninggal di Lima Wilayah Kota Jakarta Februari Penelitian Terdahulu yang Relevan Matriks Analisis Data Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Sebaran Responden Menurut Usia Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Terusan BKB Sebaran Responden Menurut Frekuensi Kunjngan Nilai Observasi dan Harapan Terhadap Peluang Kesediaan Responden Hasil Estimasi Model Regresi Logit Terhadap Besarnya Peluang Kesediaan Membayar Responden Distribusi Rata-rata WTP Responden Total WTP Responden Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTP Responden vi

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Kurva Eksternalitas Negatif Kurva Eksternalitas Positif Gambaran Transformasi Logit dengan Peubah X Berskala Interval Diagram Alur Kerangka Operasional Eksternalitas Positif yang Dirasakan Responden Persepsi Perubahan yang Dirasakan Responden Perubahan Kualitas Udara Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air Perubahan Tata Kota Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air Perubahan Kualitas Air Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air Perubahan Pemandangan Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air Persentase Kesediaan Membayar Responden Alasan Responden Tidak Bersedia Membayar Kurva WTP Responden vii

13 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner Hasil Model Regresi Logistik Dichotomus Choice Hasil Model Regresi Linier Berganda Peta Lokasi Penelitian Dokumentasi viii

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta. Banjir yang terjadi di Jakarta membentuk suatu peristiwa periodisasi atau kala ulang. Periodisasi banjir bisa terjadi dalam kala ulang 100 tahun, 50 tahun, 20 tahun, 10 tahun, dan sekarang telah menjadi siklus atau kala ulang lima tahunan. Meskipun sebenarnya setiap tahun Kota Jakarta mengalami banjir, hanya saja ada tahuntahun yang kejadian banjirnya sangat besar, ada pula tahun-tahun yang banjirnya berkurang. Menurut sejarahnya Jakarta sudah dilanda banjir ketika masih disebut Batavia, yaitu sejak tahun 1621, 1654, 1873, dan 1918 pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada dekade terakhir ini, banjir besar terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010). Terbatasnya lahan serta Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Jakarta menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir Jakarta karena kurangnya daerah resapan air. Keterbatasan tersebut akibat banyak dibangun gedung serta bangunan lain yang membuat Kota Jakarta menjadi padat. Tahun 1985, luas RTH Jakarta masih 28,76 % dari total luas Jakarta yang mencapai 661,52 km 2. Namun pada tahun 1995, luas RTH Jakarta menjadi 24,88 %. Tahun 2003, luas RTH Jakarta hanya tersisa 9,12 % dan tahun 2007 luas RTH di Jakarta semakin berkurang menjadi 6,2 %. Data tersebut memperlihatkan terjadinya degradasi kawasan RTH di Jakarta. Padahal idealnya, proporsi RTH di Jakarta minimal 30 % dari luas total wilayah kota Diakses pada tanggal 7 September 2011 pukul

15 Oleh karena itu, setiap tahun luas genangan banjir di Jakarta semakin melebar. Lokasi daerah rawan banjir dan rawan genangan umumnya daerah rendah, dimana lokasi tersebut awalnya diindikasikan sebagai tempat tampungan air banjir sementara. Tetapi pada perkembangannya, daerah tersebut menjadi lingkungan pemukiman yang relatif padat penduduk. Data lokasi banjir di lima wilayah kotamadya Jakarta dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Lokasi Banjir di Lima Wilayah Kota Jakarta No. Wilayah Lokasi Banjir Luas Genangan 1. Jakarta Barat 7 Kecamatan m 2 32 Kelurahan (± 119 ha) 2. Jakarta Pusat 4 Kecamatan m 2 4 Kelurahan (± 20 ha) 3. Jakarta Selatan 10 Kecamatan m 2 45 Kelurahan (± 6 ha) 4. Jakarta Utara 7 Kecamatan m2 31 Kelurahan (± 552 ha) 5. Jakarta Timur 10 Kecamatan m 2 45 Kelurahan (± 118 ha) Sumber: Dok. Dinas Pekerjaan Umum (2010) Penyebab lain banjir adalah curah hujan yang berfluktuasi. Tabel 2 menampilkan data curah hujan dan pos curah hujan di wilayah DKI Jakarta. Tabel 2. Curah Hujan Stasiun BMKG dan Pos Hujan Tanggal 14 September 2010 No. Pos Hujan Curah Hujan (mm) 1. Staklim Pondok Betung 108,9 2. Stamet Serang 7,0 3. Stamar Tanjung Priuk 0 4. Stamet Kemayoran 4,0 5. Stamet Cengkareng 14,0 6. Pos Istana 2,0 7. Pos Krukut Hulu 19,0 8. Pos Lebak Bulus 62,5 9. Pos Pasar Minggu 114,0 10. Pos Pesanggrahan 14,0 11. Pos Ragunan 60,8 12. Pos Rorotan Pos Setiabudi 37,5 14. Pos Sunter Hulu 45,0 15. Pos Sunter Kodamar Pos Waduk Melati 21,0 Sumber: Stasiun Klimatologi Pondok Betung (2010) 2

16 Banjir yang terjadi di Jakarta juga dipengaruhi oleh 13 sungai atau kali yang melintasi Kota Jakarta. Sungai atau kali tersebut adalah: Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Sunter, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Data sungai atau Drainase Makro di Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Drainase Makro 13 Sungai Melintas di Jakarta No. Lokasi Panjang Lebar Rata2 Luas (km) (m) (km 2 ) 1. K. Mookervart 7, , K. Angke-CD 12, , K. Pesanggrahan 27, , K. Grogol 23,60 7 0, K. Krukut 28,75 6 0, K. Ciliwung 46, , K. Baru Timur 30, , K. Cipinang 27, , K. Sunter 37, , K. Buaran 7, , K. Jati Kramat 3,80 5 0, K. Cakung 20, , K. Blencong 6,00 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum (2011) 27 0,1620 Salah satu masalah terjadinya banjir adalah pencemaran sungai atau kali. Kondisi ke-13 sungai tersebut saat ini sangat kompleks karena pencemaran. Persentase status mutu air sungai yang melintasi Kota Jakarta dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Persentase Status Mutu Air Sungai di Jakarta No. Status Mutu Air Persentase (%) 1. Masih Baik 0 2. Tercemar Ringan 7 sampai 9 3. Tercemar Sedang 10 sampai Tercemar Berat 71 sampai 82 Sumber: Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta (2010) Bulan Januari-Februari merupakan puncak bulan basah, sehingga jika pada bulan-bulan tersebut terjadi hujan deras, maka kemungkinan terjadi 3

17 banjir akan lebih besar. Banjir merupakan salah satu bentuk eksternalitas negatif, karena banjir bisa terjadi akibat sampah dari aktivitas ekonomi di hulu yang mengalir terbawa arus air sungai akibat sanitasi dan saluran air yang buruk. Selain itu banjir juga bisa disebabkan karena terjadinya sedimentasi dan tidak dilakukannya pembersihan rutin pada daerah aliran sungai. Oleh karena hal itu, pemerintah membangun waduk atau kanal sebagai salah satu upaya struktural pengendali banjir di Jakarta. Pembangunan kanal tersebut ternyata mempunyai sisi lain yang dapat dimanfaatkan, yaitu sebagai objek wisata air seperti misalnya yang ada di Sungai Seine di Perancis serta Sungai San Antonio di Amerika Serikat. Pada tahun 1930 di Amerika Serikat dibangun sebuah proyek pengendali banjir yang diberi nama River Walk San Antonio, tetapi kemudian berkembang menjadi daerah tujuan wisata. Objek wisata yang ditawarkan berupa objek wisata air yang dapat menimbulkan suatu bentuk eksternalitas positif. Tidak hanya wisatawan lokal yang senang menikmati keindahan ekowisata River Walk San Antonio, tetapi juga wisatawan mancanegara yang memang sengaja datang kesana untuk menikmati keindahan ekowisata River Walk San Antonio 2. Jakarta yang mempunyai struktur alam mirip dengan negeri Belanda, menyebabkan dibangunnya kanal-kanal yang berfungsi untuk pencegah banjir 3. Terdapat dua kanal yang dibangun di Jakarta, yaitu Banjir Kanal Barat (BKB) disebelah barat Jakarta dan Banjir Kanal Timur (BKT) disebelah 2 Diakses pada tanggal 7 September 2011 pukul Diakses pada tanggal 7 September 2011 pukul

18 timur Jakarta. Banjir Kanal yang dibangun awalnya bertujuan agar aliran Sungai Ciliwung melintas di luar Batavia, tetapi terdapat fungsi lain yaitu sebagai pengendali aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke Kota Jakarta. Peningkatan kapasitas BKB dari Pintu Air Manggarai sampai dengan Pantai Indah Kapuk yang sudah diselesaikan mampu mengalirkan air yang semula 330 m 3 /detik menjadi 507 m 3 /detik di Pintu Air Manggarai, semula 507 m 3 /detik menjadi 734 m 3 /detik di Pintu Air Karet, dan semula 842 m 3 /detik menjadi m 3 /detik di Pantai Indah Kapuk. Sedangkan BKT mampu mengalirkan air dengan kala ulang 100 tahun sebesar 390 m 3 /detik 4. Tabel 5 menampilkan data mengenai luas kedua banjir kanal Jakarta. Tabel 5. Data Luas Banjir Kanal di Jakarta No. Lokasi Panjang Lebar Rata2 Luas 1. Banjir Kanal Barat 16,90 km 60 m 1,0140 km 2 2. Banjir Kanal Timur 23,70 km 100 m 2,3700 km 2 Sumber: Dok. Departemen Pekerjaan Umum (2010) Selain data luas Banjir Kanal, terdapat ciri pokok dari Terusan Banjir Kanal Barat yang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Ciri Pokok Banjir Kanal Barat Jarak Kemiringan Lebar Kemiringan Q100 Elevasi (km) Tebing Dasar (m) Dasar (m3/detik) Muka Air 0,00 4,20 1 : 1,5 13,5 0, ,00 9,80 1 : 1,5 17,0 0, ,00 12,20 1 : 1,5 17,0 0, *) 18,20 1 : 20 28,0 0, *) Sumber: Membenahi Tata Air Jabotabek (2004) Oleh karena Jakarta mempunyai dua Terusan Banjir Kanal yaitu barat dan timur, maka ciri pokok Banjir Kanal Timur dapat dilihat pada Tabel 7. 4 Kementerian Pekerjaan Umum Sekretariat Jenderal Pusat Komunikasi Publik 5

19 Tabel 7. Ciri Pokok Banjir Kanal Timur Jarak Kemiringan Lebar Kemiringan Q100 Elevasi (km) Tebing Dasar (m) Dasar (m3/detik) Muka Air 0,00 1 : 1,5 8 0, ,50 1,45 1 : 1,5 15 0, ,50 5,40 1 : 1,5 16 0, ,50 12,00 1 : 1,5 20 0, ,50 13,40 1 : 1,5 20 0, *) 14,30 1 : 1,5 20 0, *) Sumber: Membenahi Tata Air Jabotabek (2004) Berdasarkan rencana induk Master Plans for Drainage and Flood Control of Jakarta pada Desember 1973, dirancang sistem pengendalian banjir dengan membuat kanal yang memotong aliran sungai atau saluran di wilayah Jakarta Barat. Kanal ini adalah perluasan terusan banjir peninggalan Van Breen, yang kemudian dikenal sebagai BKB. Terusan tersebut akan menampung semua arus air dari bagian selatan dan dibuang ke laut melalui bagian-bagian hilir kota 5. Meski pada awalnya BKB dibentuk untuk mengatasi masalah banjir di Kota Jakarta, tetapi masih banyak potensi dan nilai jasa lingkungan dari BKB yang dapat diidentifikasi manfaatnya kemudian dinilai secara perhitungan ekonomi. Salah satu potensi BKB yang dapat diidentifikasi manfaatnya adalah potensi ekowisata. Konsep ekowisata dikembangkan sebagai pencari jawaban dari upaya meminimalkan dampak negatif bagi kelestarian keanekaragaman hayati, yang diakibatkan oleh kegiatan pariwisata. Perkembangan ekowisata saat ini melahirkan konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara aktif membantu menjaga keberlangsungan pemanfaatan budaya dan alam secara berkelanjutan dengan 5 Diakses pada tanggal 8 September 2011 pukul

20 memperhatikan segala aspek dari pariwisata berkelanjutan, yaitu: ekonomi, masyarakat, lingkungan, dan sosial budaya. Terdapat berbagai macam bentuk ekowisata yang bisa dimanfaatkan, salah satunya adalah wisata air. Potensi wisata air sendiri merupakan salah satu bentuk eksternalitas positif yang dapat ditawarkan dari dibangunnya BKB. Oleh karena itu, diharapkan eksternalitas positif BKB yang berada di Jakarta sebagai potensi wisata air dapat diidentifikasi manfaatnya serta dapat dinilai secara ekonomi manfaat yang ditimbulkan dari eksternalitas positif potensi BKB tersebut. Banjir Kanal Barat Jakarta sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat yang mempunyai potensi sebagai wisata air dahulu sempat dimanfaatkan sebagai daerah transportasi air di tahun 2007 oleh Pemerintah Daerah Jakarta yang dinamakan water way. Harga tiket untuk menaiki perahu water way sebesar Rp 2.000,00 dan mereka dapat menaiki perahu tersebut dari tempat pemberhentian yang telah disediakan di Halimun ataupun di Karet. Terbangunnya water way dapat menjadi salah satu solusi kemacetan yang terjadi di Jakarta, tetapi tidak bertahan lama dikarenakan pengalokasian dana untuk perawatan tidak terdistribusi dengan baik dan masih banyaknya sampah yang menyebabkan baling-baling perahu tidak dapat berputar. Sepanjang daerah tersebut ternyata mempunyai potensi lain yang dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat, yaitu sebagai wisata air. Wisata air dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat luas, terutama manfaat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Wisata air juga dapat membangun paradigma masyarakat akan 7

21 pentingnya menjaga lingkungan, sehingga dengan adanya tempat wisata air masyarakat akan selalu menjaga kualitas lingkungan daerah yang dijadikan sebagai tempat wisata agar para pengunjung selalu berkunjung ke tempat wisata tersebut. Oleh karena itu, daerah sepanjang Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat apabila dibangun menjadi tempat wisata air akan memberikan dampak positif kepada masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Banjir yang terjadi di Jakarta tidak lagi menjadi hal yang luar biasa bagi masyarakat Jakarta sendiri. Secara umum penyebab banjir di Jakarta terjadi karena dua faktor utama, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Curah hujan yang tinggi, terlalu kecilnya kapasitas tampung sungai saat ini dibanding debit air yang masuk ke Jakarta merupakan beberapa faktor penyebab banjir di Jakarta. Banjir yang melanda Jakarta pada awal Februari 2007 lalu memberikan dampak yang lebih besar daripada banjir pada tahun-tahun sebelumnya. Banjir tersebut menggenangi sekitar 60 % wilayah Jakarta, mengakibatkan jiwa mengungsi, menewaskan sekitar 48 orang, pelanggan listrik terganggu, gardu induk terendam, dan juga menyebabkan kerugian sebesar 8,8 triliun rupiah. Banjir di tahun 2007 juga tercatat sebagai banjir terbesar dan terparah sepanjang sejarah banjir di Jakarta (Kusumaputra, 2010). Data korban meninggal di lima wilayah Kota Jakarta dapat dilihat pada Tabel 8. 8

22 Tabel 8. Data Korban Meninggal di Lima Wilayah Kota Jakarta Februari 2007 No. Wilayah Jumlah Orang Tewas 1. Jakarta Pusat 3 orang 2. Jakarta Utara 11 orang 3. Jakarta Barat 17 orang 4. Jakarta Selatan 1 orang 5. Jakarta Timur 16 orang Sumber: Satkorlak PBP Provinsi DKI Jakarta (2009) Dampak akibat banjir bisa dilihat dari nilai kerugian yang paling besar terletak pada efek domino yang ditimbulkan bencana banjir tersebut. Kerugian lanjutan ini yang disebut dengan kerugian ekonomi pada aspek ekonomi, karena muncul dari aktivitas ekonomi yang mengalami perlemahan pascabanjir. Secara ekonomi, banjir mengakibatkan kemunduran pada kinerja perekonomian, karena sumber-sumber daya yang seharusnya digunakan untuk menggerakkan perekonomian tenggelam atau hanyut bersama banjir. Diantaranya adalah: infrastruktur, barang-barang modal berupa pabrik dan alat-alat perkantoran, bahan baku, barang hasil produksi yang belum sempat didistribusikan, peralatan rumah tangga, serta makanan dan minuman yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan aktivitas perekonomian. Potensi penerimaan lama kelamaan akan menurun akibat banjir. Awalnya Banjir Kanal Jakarta merupakan kanal yang dibuat agar aliran Sungai Ciliwung melintas di luar Jakarta. Banjir Kanal digagas oleh Prof H Van Breen dari Burgelijke Openbare Welken (BOW) yang dirilis pada tahun Banjir Kanal berfungsi sebagai pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke Jakarta. Keberadaan Banjir Kanal Barat Jakarta selain sebagai pengendali banjir tentunya mempunyai potensi lain yang dapat menimbulkan 9

23 eksternalitas positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan agar potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta dapat dibangun dan masyarakat dapat lebih menjaga lingkungan, sehingga potensi wisata air dapat memberikan manfaat positif kepada masyarakat serta merubah paradigma masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1) Eksternalitas positif apa saja yang bisa didapat dari potensi keberadaan Banjir Kanal Barat Jakarta? 2) Bagaimana peluang kesediaan membayar responden terhadap wisata air yang menjadi potensi Banjir Kanal Barat Jakarta? 3) Berapa nilai dana yang bersedia dibayarkan responden (WTP) terhadap potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta? 4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai dana yang bersedia dibayarkan responden terhadap potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi eksternalitas positif yang bisa didapat dari potensi keberadaan Banjir Kanal Barat Jakarta 2) Mengkaji peluang kesediaan membayar responden terhadap wisata air yang menjadi potensi Banjir Kanal Barat Jakarta 10

24 3) Mengestimasi nilai dana yang bersedia dibayarkan responden terhadap potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta 4) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dana yang bersedia dibayarkan responden terhadap potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Pihak-pihak yang diharapkan dapat memperoleh manfaat adalah: 1) Pemerintah daerah DKI Jakarta sebagai rujukan serta gagasan untuk memanfaatkan potensi wisata air BKB Jakarta sehingga dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat 2) Masyarakat sebagai informasi untuk lebih mengenal keberadaan lingkungan sehingga partisipasi untuk menjaga lingkungan dapat terus ditingkatkan 3) Akademisi dan peneliti lain sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Keberadaan BKB Jakarta menimbulkan eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Penelitian yang dilakukan disepanjang daerah jalur hijau terusan Banjir Kanal Barat Jakarta Halimun sampai daerah Karet, Jakarta Pusat hanya terbatas pada mengidentifikasi eksternalitas positif dari keberadaan BKB sebagai potensi wisata air secara deskriptif, kesediaan membayar, serta mengestimasi besarnya dana yang bersedia dibayarkan responden terhadap potensi wisata air BKB. Sedangkan eksternalitas negatif 11

25 dari keberadaan BKB Jakarta tidak dibahas dalam penelitian ini, karena pada eksternalitas negatif dibutuhkan dana kompensasi terhadap masyarakat yang menerima dampak dan tidak memiliki nilai ekonomi tinggi. Eksternalitas positif yang ditimbulkan lebih bernilai ekonomi sehingga dapat dirasakan manfaatnya. 12

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Air Wisata air merupakan salah satu bentuk dari ekowisata. Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan wisata yang berbasis alam yang berkaitan dengan pendidikan dan pemahaman lingkungan alam dan dikelola dengan prinsip berkelanjutan (Australian National Ecotourism Strategy, 1994) 6. Terdapat enam prinsip dasar ekowisata yang disepakati bisa membedakan wisata alam dengan kegiatan ekowisata (Fennell, 1999), yaitu: 1) Memberikan dampak negatif yang paling minimum bagi lingkungan dan masyarakat lokal 2) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan baik bagi pengunjung maupun penduduk lokal 3) Berfungsi sebagai bahan untuk pendidikan dan penelitian baik untuk penduduk lokal maupun pengunjung (wisatawan, peneliti, akademisi) 4) Semua elemen yang berkaitan dengan ekowisata harus memberi dampak positif berupa kontribusi langsung untuk kegiatan konservasi yang melibatkan semua aktor yang terlibat dalam kegiatan ekowisata. Sebagai contoh pengunjung tidak hanya berfungsi sebagai penikmat keindahan alam tapi juga secara langsung sebagai partisipan dalam kegiatan konservasi 6 sm%20vs%20nature%20based%20tourism%20v3% %20(final) (PDF). Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul

27 5) Memaksimumkan partisipasi masyarakat lokal dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan pengelolaan kawasan ekowisata 6) Memberi manfaat ekonomi bagi penduduk lokal berupa kegiatan ekonomi yang bersifat komplemen terhadap kegiatan ekonomi tradisional (bertani, mencari ikan, dan lainnya) Wisata air yang terdapat di BKB adalah sungai atau kanal yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata dengan menggunakan perahu bermesin ataupun perahu menggunakan dayung yang dapat dijadikan sebagai suatu tempat edukasi dan bersantai. Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke sungai yang lain (wikipedia). Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai berdasarkan kondisi fisiknya terbagi menjadi tiga, yaitu: 1) Bagian hulu: pada kondisi hulu aliran air deras, batu-batuan juga besar dan erosi yang terjadi adalah erosi vertikal ke bawah (air terjun) 2) Bagian tengah: pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga sudah tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping atau horizontal 3) Bagian hilir: pada bagian ini aliran air sudah tenang, batu-batuan juga sudah berubah menjadi kental atau pasir dan sudah jarang terjadi erosi. Sedangkan kanal atau terusan merupakan saluran air yang dibuat oleh manusia untuk berbagai keperluan. Umumnya kanal merupakan bagian dari aliran sungai dengan pelebaran atau pendalaman pada bagian tertentu. Kanal tertua, sekitar 4000 SM, dibuat untuk tujuan irigasi di Mesopotamia. Dalam 14

28 perkembangan selanjutnya, kanal dapat difungsikan sebagai bagian dari sistem pengendalian banjir serta dapat berguna untuk jalur transportasi atau perdagangan 7. Salah satu dari sekian banyak upaya adalah dengan menjadikan kanal atau sungai sebagai kawasan wisata yang berbasis lingkungan. Salah satu contoh wisata sungai yang dapat dijadikan sebagai referensi adalah wisata sungai atau river walk yang berada di San Antonio, Texas Amerika Serikat. 2.2 Eksternalitas Terdapat beberapa definisi mengenai eksternalitas. Ada yang menyebutnya sebagai kegagalan pasar, atau akibat dari suatu kegiatan, tingkah laku, perbuatan manusia atau suatu proyek pembangunan yang direncanakan. Ada juga yang menyebutnya sebagai suatu keadaan yang timbul karena sumber-sumber alam dan ekonomi yang tidak dialokasikan secara tepat dan optimal. Menurut Suyanti Ismaryanto, eksternalitas adalah dampak sampingan yang timbul oleh adanya suatu kegiatan atau proyek. Eksternalitas juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan seseorang yang mempunyai dampak terhadap orang lain atau segolongan orang lain dengan tidak adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi (Mangkoesoebroto, 1993). Eksternalitas dibagi menjadi dua berdasarkan dampaknya yaitu eksternalitas positif dan negatif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan terhadap pihak lain dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak tertentu tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Eksternalitas negatif ialah dampak 7 Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul

29 yang bersifat merugikan bagi orang lain dan tidak menerima kompensasi terhadap kerugian tersebut. Kemungkinan eksternalitas yang terjadi dalam kegiatan ekonomi (Yakin, 1997), yaitu: 1) Produsen-produsen, yaitu jika suatu kegiatan produksi mengakibatkan perubahan atau pergeseran fungsi produksi dari produsen lain. Contohnya limbah produsen pulp yang berada di hulu sungai dapat merugikan nelayan yang berada di hilir 2) Podusen-konsumen, yaitu jika aktivitas suatu produsen mengakibatkan perubahan atau pergeseran fungsi utilitas konsumen. Contohnya kegiatan pabrik yang menimbulkan polusi air sehingga mengganggu penduduk yang menggunakan air sungai tersebut 3) Konsumen-konsumen, yaitu jika aktivitas seseorang atau sekelompok konsumen mempengaruhi fungsi utilitas konsumen lain. Contohnya adalah seorang perokok menimbulkan polusi asap rokok yang mengganggu kenyamanan orang lain 4) Konsumen-produsen, yaitu jika aktivitas konsumen menimbulkan eksternalitas baik positif atau negatif terhadap produsen Secara umum, adanya eksternalitas tidak akan mengganggu tercapainya efisiensi masyarakat apabila semua dampak yang merugikan maupun yang menguntungkan dimasukkan dalam perhitungan produsen dalam menetapkan jumlah barang yang diproduksi. Hal ini efisiensi akan tercapai apabila: MSC = MSB MSC = MPC + MEC MSB = MPB + MEB 16

30 Dimana: MSC = Marginal Social Costs MSB = Marginal Social Benefits MPC = Marginal Private Cost MEC = Marginal External Cost MPB = Marginal Private Benefits MEB = Marginal External Benefits Pada kasus eksternalitas negatif, produsen tidak memperhitungkan MEC dan MEB dalam menentukan harga dan jumlah barang yang dihasilkan, sehingga ada kecenderungan produsen berproduksi pada tingkat yang terlalu besar karena perhitungan biayanya menjadi terlalu murah dibandingkan dengan biaya yang harus dipikul oleh seluruh masyarakat. Karena produsen menentukan harga produk dan tingkat produksi pada tingkat MPC = MPB. Dapat disimpulkan bahwa dalam eksternalitas negatif MSC = MPC + MEC > MSB, sehingga produksi harus dikurangi agar efisiensi produksi optimum dapat dicapai ditinjau dari seluruh masyarakat. Kurva eksternalitas negatif dapat dilihat pada Gambar 1. 17

31 MSC = MPC +MEC Rp H 1 H e d MPC MEC MSB 0 Q 1 Q 2 Jumlah Produksi Gambar 1. Kurva Eksternalitas Negatif Sumber: Mangkoesoebroto (1993) Pada kurva eksternalitas negatif menunjukan kurva permintaan yang menunjukan manfaat masyarakat (MSB) atas sebuah produk. Tingkat output yang optimum terjadi saat tingkat produksi sebesar Q 1. Produsen cenderung menetapkan tingkat produksi sebesar Q 2, yaitu di mana kurva permintaan (MSB) memotong kurva MPC, sehingga tampak bahwa jumlah produksi yang diproduksi terlalu banyak dibandingkan tingkat produksi yang optimum Eksternalitas Positif Eksternalitas positif merupakan bagian dari eksternalitas. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Dengan kata lain, eksternalitas positif merupakan eksternalitas yang bersifat menguntungkan. 18

32 Pada kasus eksternalitas positif, produsen dalam melaksanakan aktivitasnya tidak menghiraukan eksternalitas positif yang diakibatkan oleh usahanya terhadap orang lain, atau menganggap MEB = 0, sehingga akan menyebabkan kecenderungan dalam menentukan tingkat produksi yang terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena produsen menentukan tingkat produksi pada MPC = MPB sedangkan bagi seluruh masyarakat tingkat produksi yang efisien terjadi pada tingkat produksi dimana MSB = MPB + MEB, MSC = MPC + MEC. Digunakan asumsi MEC = 0, maka terlihat bahwa MSB > MPB sedangkan MSC + MPC. Selama MSB > MSC maka produksi seharusnya ditingkatkan sampai MSB = MSC. Berdasarkan kurva Gambar 2, maka terlihat dengan adanya eksternalitas positif menyebabkan kurva MSC berada di bawah kurva MPC. Harga H0 H1 MPC MSC MPB 0 Q0 Q1 Jumlah Produksi Gambar 2. Kurva Eksternalitas Positif Sumber: Mangkoesoebroto (1993) 19

33 2.3 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan Contingent Valuation Method (CVM) Barang dan jasa lingkungan tergolong kedalam barang non market value. Berbagai macam metode dapat digunakan untuk mengukur nilai dari suatu barang dan jasa lingkungan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari barang dan jasa lingkungan adalah dengan Contingent Valuation Method (CVM). Metode yang dibangun oleh Davis pada tahun 1963 ini merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan semua komoditas yang tidak diperjualbelikan di pasar dapat diestimasi nilai ekonominya, termasuk nilai ekonomi dari barang lingkungan. Metode CVM menggunakan pendekatan secara langsung dengan menanyakan kepada masyarakat atas kesediaan untuk membayar (WTP) akibat manfaat tambahan yang diperoleh dari suatu perubahan lingkungan dan atau seberapa besar kesediaan masyarakat untuk menerima (WTA) kompensasi akibat penurunan kualitas barang lingkungan (Hanley dan Spash, 1993). Tujuan CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati, jika pasar dari barang-barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Asumsi dasar yang belaku di CVM adalah bahwa individu-individu memahami benar pilihan masing-masing dan cukup mengenal kondisi lingkungan yang dinilai. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuesioner dan responden) harus mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal secara baik barang yang ditanyakan dan alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung. 20

34 Tahapan-tahapan untuk mengetahui nilai WTP (Hanley dan Spash, 1993), adalah: 1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypothectical Market) 2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP/WTA (Obtaining Bids) 3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP dan/atau Nilai Tengah WTA (Calculating Average WTP and/or Mean WTA) 4) Memperkirakan Kurva Permintaan (Estimating Demand Curve) 5) Menjumlahkan Data (Agregating Data) 6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) 2.4 Penelitian Terdahulu yang Relevan Berdasarkan studi pustaka diperoleh beberapa hasil kajian yang mendekati kemiripan penelitian mengenai eksternalitas positif Banjir Kanal Barat Jakarta sebagai potensi wisata air dan dapat dijadikan rujukan penelitian. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bahroin Idris Tampubolon. Tampubolon (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengkuantifikasikan besarnya nilai kesediaan menerima dana kompensasi oleh masyarakat akibat eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan batuan gamping. Besarnya nilai WTA masyarakat diketahui dengan menggunakan perhitungan Willingness to Accept. Hasil yang ditunjukkan oleh penelitian tersebut bahwa nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp ,00 per bulan. 21

35 Penelitian yang dilakukan oleh Dian Diniyati dan Budiman Achmad di tahun 2007 yang berjudul Analisis Manfaat Ekonomi Ekowisata Sekitar Danau Toba bertujuan untuk mengetahui respon pengunjung terhadap kegiatan ekowisata terpilih disekitar Danau Toba dan perkiraan manfaat ekonomi. Pendugaan nilai ekonomi ekowisata dilakukan dengan metode survey dan metode kontingensi, yaitu kesediaan wisatawan membayar (WTP) jika ingin menikmati obyek wisata dan kesediaan wisatawan dibayar (WTA) jika hak untuk menikmati obyek wisata dilarang. Hasil perhitungan yang didapat menujukkan nilai total WTA wisatawan lebih besar daripada nilai total WTP wisatawan terhadap obyek wisata disekitar Danau Toba. Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Tanjung Pinang melakukan penelitian pada tahun 2010 yang berjudul Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif Bagi Masyarakat Di Kabupaten Bintan. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan WTP dan WTA untuk menilai potensi ekonomi dari hasil pengkajian potensi ekowisata bahari yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan. Hasil yang didapat menunjukkan potensi ekowisata yang dapat dikembangkan sekitar 62 obyek dan kegiatan ekowisata serta potensi ekonomi sebesar Rp ,00. Penelitian-penelitian terdahulu ini bisa dirangkum ke dalam Tabel 9. 22

36 Tabel 9. Penelitian Terdahulu yang Relevan Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Bahroin Idris Tampubolon (2011) Analisis Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor) Alat analisis yang digunakan adalah WTA dengan metode Contingen Valuation Method (CVM) Nilai total WTA masyarakat adalah sebesar Rp ,00 per bulan Budiman Achmad (2007) Analisis Manfaat Ekonomi Ekowisata Sekitar Danau Toba Alat analisis yang digunakan adalah WTP dan WTA dengan metode survei dan kontingensi Nilai total WTA wisatawan lebih besar daripada nilai total WTP wisatawan terhadap obyek wisata disekitar Danau Toba Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PPSPL) (2010) Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif Bagi Masyarakat Di Kabupaten Bintan Alat analisis yang digunakan adalah pendekatan WTP dan WTA Potensi ekowisata yang dapat dikembangkan sekitar 62 obyek dan kegiatan ekowisata serta potensi ekonominya sebesar Rp ,00 Sumber: Penulis(2012) Beberapa kesamaan yang terdapat dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada metode untuk penentuan besarnya nilai ekonomi yang ditimbulkan dari eksternalitas positif potensi wisata air BKB Jakarta yaitu Contingen Valuation Method (CVM) namun terdapat juga beberapa perbedaan. Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah: lokasi tempat penelitian, tujuan, dan jenis kegiatan yang melatarbelakangi timbulnya eksternalitas positif. Lokasi tempat penelitian ini adalah sepanjang daerah jalur hijau terusan BKB Jakarta 23

37 Halimun sampai daerah Karet yang berpotensi sebagai tempat wisata air. Jenis kegiatan dalam penelitian ini adalah wisata air yang menjadi potensi keberadaan BKB Jakarta sehingga dapat menimbulkan eksternalitas positif. 24

38 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu: Konsep WTP, Konsep Model Regresi Logistik, dan Konsep Model Regresi Linier Berganda Konsep Willingness to Pay Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar merupakan salah satu bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan WTP melihat seberapa jauh kemampuan individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan, dimana WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash, 1993). Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penghitungan WTP untuk menghitung peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan adalah: 1) Melalui suatu survey dalam menentukan tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik 2) Menghitung biaya yang bersedia dibayarkan oleh individu untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan 3) Menghitung pengurangan atau penambahan nilai atau harga dari suatu barang akibat semakin menurun atau meningkatnya kualitas lingkungan 25

39 A. Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Pay (WTP) Masyarakat Beberapa asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Pay (WTP) dari setiap responden adalah: 1) Responden merupakan anggota masyarakat yang ditemui disekitar lokasi penelitian ataupun yang tinggal dekat dengan lokasi penelitian dan bersedia membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik 2) Nilai WTP yang diberikan responden merupakan nilai maksimum yang bersedia dibayarkan jika potensi BKB sebagai wisata air benar-benar dilaksanakan 3) Pemerintah Daerah ataupun swasta memberikan perhatian terhadap potensi wisata air BKB Jakarta 4) Responden dipilih secara acak dari masyarakat yang ditemui disekitar lokasi penelitian ataupun yang tinggal dekat dengan lokasi penelitian. B. Metode Mempertanyakan Nilai Willingness to Pay (Elicitation Method) Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran nilai WTP/WTA responden (Hanley dan Spash, 1993) adalah: 1) Bidding Game (Metode tawar menawar) Metode yang digunakan dengan mempertanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati 2) Open-ended Question (Metode pertanyaan terbuka) Menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima 26

40 akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini memiliki kelebihan yaitu responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini terletak pada kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya selain itu seringkali ditemukan responden yang kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman mengenai pertanyaan yang ada dalam kuesioner 3) Closed-ended Question (Metode pertanyaan tertutup) Metode pertanyaan tidak jauh berbeda dengan Open-ended Question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTA/WTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih, sehingga responden tinggal memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka 4) Payment Card (Metode kartu pembayaran) Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal/minimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini dikembangkan untuk membatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Mengembangkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi 27

41 dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Penggunaan metode ini dibutuhkan pengetahuan statistik yang baik. Selain metode tersebut, terdapat pula metode bertanya Contingent Rangking. Metode ini tidak menanyakan langsung berapa nilai yang ingin dibayarkan atau diterima, tetapi responden diberi pilihan rangking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dengan nilai moneter yang berbeda. Responden diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai kepada yang tidak disukai. Metode ini menggunakan skala ordinal sehingga diperlukan pengetahuan statistik yang sangat baik dan jumlah sampel yang besar. C. Langkah-langkah untuk Mendapatkan Nilai Willingness to Pay Responden Nilai WTP responden dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM memiliki enam tahapan (Hanley dan Spash, 1993), yaitu: 1) Membangun Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dapat membangun alasan mengapa responden seharusnya membayar terhadap suatu jasa lingkungan yang tidak memiliki nilai dalam mata uang. Pasar hipotetik harus menggambarkan penjelasan secara mendetail, nyata, dan informatif terhadap jasa lingkungan yang dipertanyakan sehingga responden dapat memberikan hasil yang akurat. 2) Memperoleh Nilai Penawaran Terhadap WTP Setelah kuesioner selesai dibuat, maka tahap berikutnya adalah memperoleh nilai penawaran terhadap WTP. Tahapan ini dapat dilakukan melalui berbagai macam teknik wawancara, seperti: tatap muka, surat atau 28

42 perantara telepon mengenai besarnya maksimum WTP yang bersedia dibayarkan. Kemungkinan terjadinya bias saat melakukan teknik-teknik wawancara tersebut bisa saja terjadi. 3) Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP (Estimating Mean WTP) Dugaan nilai rata-rata WTP dapat dihitung setelah mendapatkan nilai penawaran. Bila rentang nilai penawaran yang didapat terlalu jauh, maka dapat dilakukan perhitungan nilai tengah. Nilai tengah penawaran tidak dipengaruhi oleh rentang yang cukup besar dan biasanya selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata. Jika perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka nilai yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang sebenarnya. 4) Menduga Kurva Permintaan WTP Kurva Permintaan WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan fungsi WTP. Fungsi WTP terdiri dari jumlah responden yang bersedia membayar dan besarnya nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh responden. 5) Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksudkan. 6) Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi penggunaan CVM merupakan suatu penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTP dengan nilai R-squares (R 2 ) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP. 29

43 3.1.2 Model Regresi Logistik Menurut Hosmer dan Lemeshow dalam Merryna (2009) model analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi yang mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah respon (Y) dengan model matematis tertentu. Jika peubah respon berupa numerik, maka analisis regresi yang digunakan adalah model analisis regresi logistik. Sedangkan peubah penjelas pada model regresi logistik dapat berupa peubah kategorik maupun numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon. Peubah kategorik bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak suka. Data yang dapat dianalisis dengan menggunakan regresi logistik adalah data yang relatif umum dan terdiri atas dichotomus classification. Analisis permodelan peluang kejadian tertentu dari kategori respon dilakukan melalui transformasi logit. Persamaan dari transformasi logit tersebut adalah: Dimana: Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori dari peubah respon untuk individu ke i. Log e logaritma dengan basis bilangan ke e. Gambar 3 memperlihatkan proses transformasi logit (Juanda, 2009). P (i) Logit (P i ) Transformasi Logit Predictor (χ) Predictor (χ) Gambar 3. Gambaran Transformasi Logit, dengan Peubah χ Berskala Interval 30

44 Interpretasi model logistik sama seperti model OLS yaitu dengan slope dari parameter. Slope diinterpretasikan sebagai perubahan logit (p) akibat perubahan satu unit peubah bebas (χ). Keuntungan dalam penggunaan regresi logistik adalah terdapatnya odds ratio. Odd adalah peluang kejadian tidak sukses dari peubah respon. Ratio mengindikasikan seberapa mungkin dalam kaitannya dengan nilai odd munculnya kejadian sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lain Model Regresi Linier Berganda Model regresi linier berganda merupakan model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas. Terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat pada regresi berganda. Metode analisis berganda merupakan metode analisis yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS). Sifat-sifat OLS adalah (Gujarati, 2003): 1) penaksiran OLS tidak bias, 2) penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, 3) konsisten, 4) efisien, dan 5) linier. Menurut Gujarati (2003) analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter (variabel penjelas yang diamati). Beberapa asumsi yang dapat digunakan untuk model regresi linier berganda dengan OLS adalah: 1. E (u i ) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1,2,...,n. Artinya rata-rata galat adalah nol, dengan nilai yang diharapkan bersyarat dari u i tergantung pada variabel bebas tertentu adalah nol. 2. Cov (u i,u j ) = 0, i j. artinya covarian (u i,u j ) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara galat yang satu dengan yang lain. 31

45 3. Var (u i ) = δ 2, untuk setiap i, dimana i = 1,2,...,n. Artinya setiap galat memiliki varian yang sama (asumsi homoskedastisitas). 4. Cov (ui, X 1i ) = cov (ui, X 2i ) = 0. Artinya kovarian setiap galat memiliki varian yang sama. Setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linier yang 2009): pasti antara variabel yang menjelaskan, atau variabel penjelas harus saling bebas. Secara umum, fungsi regresi berganda dituliskan sebagai berikut (Juanda, Y = β 1 X 1i + β 2 X 2i + β 3 X 3i β k Xk i + ε i... (1) Jika semua pengamatan X 1i bernilai 1, maka model diatas menjadi Keterangan: Y = β 1 + β 2 X 2i + β 3 X 3i β k Xk i + ε i... (2) Y = Peubah tak bebas i = Nomor pengamatan dari 1 sampai N (populasi) / n (sample) X ki = Pengamatan ke-i untuk peubah bebas X k β 1 = Intersep β 2,3,.n = Parameter penduga X i ε i = Pengaruh sisa (error term) 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia yang dilewati oleh 13 sungai. Sungai-sungai tersebut sebagian besar memiliki permasalahan yang kompleks sehingga seringkali menimbulkan masalah. Secara umum Banjir Kanal Barat (BKB) yang memiliki potensi ekowisata dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. Potensi ekowisata BKB yang bisa dimanfaatkan berupa wisata air. Munculnya eksternalitas positif dari potensi 32

46 keberadaan BKB sebagai tempat wisata air dapat diestimasi berapa besar nilainya secara perhitungan ekonomi. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 4. 33

47 Permasalahan Sungai di Jakarta: Banjir, Kotor dan Tersedimentasi, serta Tidak Terpelihara Eksternalitas Negatif Solusi Mengatasi Permasalahan Banjir, Sedimentasi, Tidak Terpelihara Banjir Kanal Barat Eksternalitas Positif Wisata Air Eksternalitas Positif Potensi BKB Peluang Kesediaan Membayar Estimasi Nilai WTP Faktor Mempengaruhi Nilai WTP Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Regresi Logistik Contingen Valuation Method Analisis Regresi Linier Berganda Rekomendasi Untuk Terbangunnya Wisata Air Banjir Kanal Barat Keterangan: = Batasan penelitian Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Operasional = Aliran 34

48 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan data primer dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), karena pada kawasan tersebut terlihat adanya potensi wisata air yang dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Data dikumpulkan untuk penelitian ini dalam satu waktu tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian atau responden. Sedangkan data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh dari responden (Wardiyanta, 2006). Beberapa hal yang dibutuhkan dalam pengumpulan data primer, meliputi: karakteristik responden, eksternalitas positif yang dirasakan responden dari adanya potensi wisata air BKB Jakarta, mengenai kesediaan atau ketidaksediaan membayar, serta seberapa besar nilai yang bersedia di bayarkan. Data sekunder meliputi data lokasi banjir di lima wilayah kota Jakarta, data curah hujan stasiun BMKG dan pos hujan, data luasan Banjir Kanal yang 35

49 ada di Jakarta, serta data lainnya yang dibutuhkan. Data sekunder tersebut diperoleh dari studi pustaka maupun literatur yang terkait dengan topik penelitian. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Penentuan pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Metode convenience sampling merupakan metode pengambilan responden yang kebetulan ditemui, memenuhi kriteria dan bersedia diwawancara (Nasution,2003). Jumlah responden yang diambil sebanyak 100 orang. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan program Excel 2007 dan SPSS 16 For Windows. Matriks metode analisis yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks Analisis Data No Tujuan Penelitian Sumber Data dan Metode Analisis Jumlah Sampel Data 1 Mengidentifikasi - Kuesioner Analisis eksternalitas positif - Responden = 100 deskriptif dari potensi keberadaan orang kualitatif BKB Jakarta 2 Mengkaji peluang - Kuesioner Analisis kesediaan membayar - Responden = 100 logistik dengan masyarakat orang SPSS Mengestimasi nilai WTP - Kuesioner responden terhadap - Responden CVM potensi wisata air BKB (yang menjawab Ya) Jakarta 4 Mengidentifikasi - Kuesioner Analisis regresi faktor-faktor yang - Responden berganda dengan mempengaruhi besarnya (yang menjawab Ya) SPSS 16.0 nilai WTP Sumber: Penulis (2012) 36

50 4.4.1 Analisis Dampak Eksternalitas Positif Potensi Keberadaan BKB Analisis dampak eksternalitas positif dari potensi keberadaan BKB dilihat dengan melakukan tinjauan secara langsung ke daerah BKB yang memiliki potensi wisata air sehingga dapat menimbulkan suatu eksternalitas positif bagi masyarakat dan menanyakan kepada responden perubahan apa saja yang mereka rasakan. Identifikasi ini meliputi ada atau tidak adanya manfaat atas potensi wisata air BKB Jakarta, pandangan responden terhadap kualitas lingkungan, dan dampak yang timbul akibat potensi wisata air BKB. Dampak eksternalitas positif ini diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Responden Analisis peluang kesediaan membayar responden meliputi bersedia atau tidak bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai observasi dan harapan. Hasil identifikasi ini dapat menduga ketepatan antara nilai harapan dan observasi dari data yang diperoleh. Nilai tersebut didapat melalui perhitungan dengan menggunakan metode regresi logistik. Bentuk model logit yang digunakan adalah: L i = Ln [P i /(1-P i )] = β 0 + β 1 PNDK i + β 2 PNDP i + β 3 JTK i + β 4 JTT i + β 5 FK i + β 6 KU i + β 7 TK i + β 8 KA i + β 9 PMD i + ε i dimana: L i = peluang responden bersedia membayar akibat eksternalitas positif dari potensi wisata air BKB (bernilai 1 untuk bersedia, bernilai 0 untuk tidak bersedia ) β 0 = intersep β 1..β 9 = koefisien dari regresi PNDK = lamanya menempuh pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp) JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) 37

51 JTT FK KU TK KA PMD ε i = jarak tempat tinggal (meter) = frekuensi kunjungan (kali) = kualitas udara (persepsi) = tata kota (persepsi) = kualitas air (persepsi) = pemandangan (persepsi) = kesalahan pengganggu (disturbance s error) Variabel pendidikan diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar responden, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kesadaran akan pentingnya menjaga lingkugan, sehingga peluang kesediaan membayar akan semakin besar. Variabel pendapatan juga diduga akan mempengaruhi besarnya peluang kesediaan membayar responden, semakin besar pendapatan, maka peluang kesediaan membayar akan semakin besar. Variabel jumlah tanggungan keluarga dan variabel jarak tempat tinggal diduga akan mempengaruhi peluang kesediaan membayar responden. Responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih sedikit diduga peluang kesediaan membayarnya juga semakin besar. Responden yang bertempat tinggal dekat dengan terusan BKB diduga peluang kesediaan membayarnya akan semakin besar. Responden yang frekuensi kunjungan ke daerah terusan BKB lebih sering diduga peluang kesediaan membayarnya akan semakin besar. Variabel-variabel yang berhubungan dengan kualitas lingkungan juga diduga akan berpengaruh terhadap peluang kesediaan membayar responden. Semakin baik persepsi responden terhadap kualitas udara, kualitas air, tata kota, serta pemandangan apabila potensi wisata air BKB Jakarta terbangun, maka peluang kesediaan membayarnya akan semakin tinggi. 38

52 4.4.3 Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Potensi Wisata Air BKB Langkah selanjutnya setelah menganalisis peluang kesediaan membayar responden terhadap wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta adalah mengestimasi nilai ekonomi dari adanya wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta. Besarnya nilai WTP responden dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki enam tahapan (Hanley and Spash,1993), yaitu: 1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up The Hypothetical Market) Pasar hipotetik dibuat atas dasar skenario bahwa pemerintah atau swasta akan memberlakukan kebijakan baru yaitu memanfaatkan potensi wisata air BKB Jakarta sepanjang Halimun sampai Karet yang dapat menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. Pertanyaan dalam pasar hipotetik yang dibentuk dalam skenario adalah: Bersediakah bapak/ibu/saudara/i untuk berpartisipasi dalam bentuk kesediaan membayar terhadap kebijakan pemerintah atau swasta dalam pemanfaatan potensi wisata air BKB Jakarta dalam bentuk perahu unik disepanjang Halimun sampai Karet dan berapa besar dana yang bersedia dibayarkan? 2) Memperoleh Nilai Penawaran WTP (Obtaining Bids) Alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara langsung. Responden ditanya besarnya maksimum WTP yang dibayarkan terhadap dampak peningkatan kualitas lingkungan, dalam hal ini digunakan cara payment card, karena menurut beberapa penelitian metode ini terbukti lebih mudah dipahami oleh responden. Payment card merupakan salah satu metode yang dapat menghilangkan bias titik awal karena dalam metode ini sudah disediakan beberapa nilai yang dapat 39

53 langsung dipilih oleh responden. Biaya yang ditawarkan berkisar dari Rp 2.000,00 sampai Rp ,00. Penentuan besarnya biaya tersebut berdasarkan harga tiket untuk menaiki perahu saat adanya water way di Jakarta tahun Penentuan harga tersebut masih relevan, karena jika dibandingkan dengan harga tiket perahu yang ada di Sungai Musi juga berkisar diantara Rp 2.000,00. 3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP) Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTP deketahui. Dugaan rata-rata dihitung dengan rumus: dimana: EWTP x i n i = Dugaan rataan WTP = Jumlah tiap data = Jumlah responden = Responden ke-i yang bersedia membayar 4) Menduga Kurva Permintaan WTP (Estimating Curve) Pendugaan kurva WTP akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut: WTP = f (jumlah responden, besarnya nilai WTP) dimana: Jumlah responden = banyaknya responden yang bersedia membayar sejumlah nilai WTP tertentu (orang) Besarnya nilai WTP = nilai maksimal yang bersedia dibayarkan responden (Rp) 5) Menjumlahkan Data (Agregating Data) Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata-rata penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Nilai total WTP dari 40

54 masyarakat dapat diketahui setelah menduga nilai tengah WTP. Rumus yang dapat digunakan adalah: dimana: TWTP = Total WTP WTP = WTP individu ke-i n i = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP i = Responden ke-i yang bersedia membayar 6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Pelaksanaan model CVM dapat dievaluasi dengan melihat tingkat keandalan fungsi WTP dengan melihat nilai R- squares (R 2 ) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP Analisis Fungsi Willingness to Pay (WTP) Analisis fungsi WTP digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi WTP responden. Alat analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Fungsi persamaannya sebagai berikut: midwtp i = β 0 + β 1 PNDK i + β 2 PNDP i + β 3 JTK i + β 4 JTT + β 5 FK + β 6 KU + β 7 TK + β 8 KA + β 9 PMD + ε i dimana: PNDK = tingkat pendidikan (tahun) PNDP = tingkat pendapatan (Rp) JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang) JTT = jarak tempat tinggal (meter) FK = frekuensi kunjugan (kali) KU = kualitas udara(persepsi) TK = tata kota(persepsi) KA = kualitas air (persepsi) PMD = kualitas pemandangan (persepsi) i = responden ke-i ε = galat 41

55 Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan, jarak tempat tinggal, persepsi tentang kualitas air, persepsi tentang kualitas udara, persepsi tentang tata kota, serta persepsi tentang kualitas pemandangan. Tingginya tingkat pendidikan mencerminkan responden memiliki pengetahuan akan eksternalitas, sehingga mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Tingginya tingkat pendapatan diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Semakin sering tingkat kunjungan responden, diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Semakin dekat jarak tempat tinggal responden, diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Persepsi tentang kualitas lingkungan adalah semakin baik persepsi responden terhadap kualitas air yang disebabkan adanya potensi wisata air BKB, diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Semakin baik persepsi responden terhadap kualitas udara yang disebabkan adanya potensi wisata air BKB, diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Semakin baik persepsi responden terhadap tata kota yang disebabkan adanya potensi wisata air BKB, diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. Serta semakin baik persepsi responden terhadap kualitas pemandangan yang disebabkan adanya potensi wisata air BKB, diduga akan mempengaruhi responden untuk membayar lebih tinggi. 42

56 4.5 Pengujian Parameter Pengujian secara statistik terhadap model perlu dilakukan dengan cara: Pengujian Regresi Linier Berganda 1) Uji Keandalan Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R-squares (R 2 ) dari OLS (Ordinary Least Square)WTP. Koefisien determinasi adalah suatu nilai statistik yang dapat mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat dari suatu persamaan regresi (Firdaus, 2004). Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) merekomendasikan 15 persen sebagai batas mínimum dari R 2 yang realibel. Nilai R 2 yang lebih besar dari 15 persen menunjukkan tingkat realibilitas yang baik dalam penggunaan CVM. 2) Uji Statistik t Uji statistik t adalah uji untuk mengetahui masing-masing variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Pengujian koefisien regresi secara individual dilakukan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi tersebut secara statistik signifikan atau tidak. Prosedur pengujian uji statistik t adalah (Ramanathan, 1997): H 0 : β i = 0 atau variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat H 1 : β i 0 atau varibel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat 43

57 Jika t hit(n-k) < t α/2 maka terima H 0, artinya variabel bebas (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika t hit(n-k) > t α/2, maka terima H 1 artinya variabel bebas (X i ) berpengaruh nyata terhadap (Y). 3) Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Prosedur pengujian menurut Ramanathan (1997) adalah: H 0 = β 1= β 2 = β 3 = β = 0 atau tidak ada satupun variabel yang berpengaruh H 1 = β 1 = β 2 = β 3 = β 0 atau minimal ada satu variabel yang berpengaruh dimana: JKK = jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom JKG = jumlah kuadrat galat n = jumlah sampel k = jumlah peubah Jika F hit < F tabel maka terima H 0, artinya secara serentak variabel (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika F hit > F tabel, maka terima H 1, yang artinya variabel (X i ) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Y). 4) Uji Terhadap Kolinear Ganda Model dengan banyak peubah sering terjadi masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar peubah-peubah bebas. Cara yang paling mudah untuk mengungkapkan apakah multikolinieritas menyebabkan masalah adalah dengan mengkaji simpangan baku koefisiennya. Jika beberapa koefisien mempunyai simpangan baku yang tinggi, dan kemudian mengeluarkan satu atau lebih peubah bebas dari model menyebabkan simpangan bakunya rendah, maka biasanya sumber 44

58 masalahnya adalah multikolinieritas. Masalah tersebut dapat dilihat langsung melalui hasil komputer, jika Varian Inflation Factor (VIF) < 10, maka tidak ada masalah multikolinier (Gujarati, 2003). 5) Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di-studentized (Ghozali, 2006). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis uji heteroskedastisitas (Ghozali, 2006): 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedatisitas. Penelitian ini menggunakan uji white seperti yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt (Ramanathan, 1997). Prosedur pengujiannya adalah: H 0 = tidak ada heteroskedastisitas 45

59 H 1 = ada masalah heteroskedastisitas Terima H 0 jika probability obs*r square lebih besar dari α. Artinya tidak terjadi heteroskedastisitas. 6) Uji Normalitas Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Data pada penelitian ini jumlahnya lebih dari 30, oleh sebab itu diduga data telah mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Penerapan uji ini adalah bahwa jika signifikasi dibawah 5 % berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut tidak normal (Suliyanto, 2005). 7) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar error lebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus, 2004). 46

60 4.5.2 Pengujian Regresi Logit 1) Uji G Uji G atau Likelihood ratio merupakan rasio kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas secara serentak. Rumus umum uji G adalah (Hosmer dan Lemeshow, 1989): dimana: l o = nilai likelihood tanpa variabel penjelas l i = nilai likelihood model penuh Prosedur pengujiannya adalah: H 0 = β 1 = β 2 =... = β k = 0 H 1 = minimal ada satu β i tidak sama dengan nol, dimana i = 1,2,...,n Jika G > χ 2 α, k-1, atau nilai-p dari Hosmer and Lemeshow Test lebih besar dari alpha, maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak (Juanda, 2009). Artinya secara bersama-sama variabel independen dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 2) Uji Wald Uji Wald digunakan untuk menguji signifikansi parameter koefisien secara parsial (Juanda, 2009). Statistik uji yang digunakan adalah: H 0 = = 0 H 1 = 0 47

61 dimana: = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien x) E( ) = Galat kesalahan dari Uji Wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H 0 jika > Z α/2 (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Artinya variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3) Uji Odds Ratio Odds Ratio sebesar Exp (β) merupakan rasio peluang terjadi pilihan-1 terhadap peluang terjadi pilihan-0 (Juanda, 2009). Koefisien yang bertanda positif menunjukkan nilai odds ratio lebih besar dari satu, artinya bahwa peluang kejadian sukses lebih besar dari peluang kejadian tidak sukses. Sedangkan koefisien yang bertanda negatif berarti bahwa peluang kejadian tidak sukses lebih besar dari peluang kejadian sukses. Formula Odds Ratio dapat ditulis sebagai: Pi/(1-Pi) = e zi. 48

62 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Banjir Kanal Barat (BKB) yang terbentang mulai dari kawasan Manggarai sampai kawasan Muara Angke menampung beberapa aliran sungai yang melintas di Jakarta, yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Cideng, Sungai Krukut, dan Sungai Grogol. Pembangunan BKB yang sering disebut sebagai Kali Malang (Barat) sudah dimulai sejak tahun 1922, dengan bagian hulu berawal di daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di sebuah reservoar di muara Angke, daerah Pluit. Terdapat beberapa daerah strategis yang dilalui oleh terusan Banjir Kanal Barat Jakarta ini, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet Jakarta Pusat. Daerah disepanjang Halimun sampai Karet merupakan koridor perkantoran, pusat aktivitas, dan bisnis. Oleh karena itu disepanjang daerah tersebut juga dilalui jalur kereta api. Selain itu terdapat komplek perumahan serta tempat kos untuk orang-orang yang bekerja disekitar daerah tersebut. Daerah Halimun sampai Karet yang terbentang sepanjang 1,7 km juga memiliki taman yang indah disepanjang sisinya Gambaran Umum Potensi Wisata Air BKB Potensi wisata air Banjir Kanal Barat yaitu disepanjang Halimun sampai Karet dapat dibangun perahu unik sebagai tempat edukasi dan bersantai. Bagian samping dari BKB juga terdapat taman yang bisa 49

63 digunakan sebagai tempat untuk berjualan, sehingga para pedagang dapat mendirikan kios atau toko-toko disepanjang taman tersebut. 5.2 Karakteristik Responden Karakteristik umum responden yang diambil adalah masyarakat yang ditemui disekitar Banjir Kanal Barat (BKB), yaitu disepanjang Halimun sampai Karet. Beberapa variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah: jenis kelamin, usia, status, lama pendidikan formal yang telah ditempuh, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal dari terusan BKB, serta frekuensi kunjungan ke daerah terusan BKB Jenis Kelamin Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, tetapi perbandingannya dengan laki-laki tidak berbeda jauh. Persentase jumlah responden laki-laki berbanding perempuan adalah 48 persen (48 orang) berbanding 52 persen (52 orang). Sebaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Responden (orang) Responden (%) Laki-laki Perempuan Sumber: Data Primer, Usia Responden Tingkat usia responden cukup bervariasi. Persentase tertinggi terdapat pada kelompok usia tahun yaitu sebanyak 35 persen (35 orang). Kelompok usia tersebut mengindikasikan responden yang ditemui berada pada usia produktif. Distribusi usia responden dapat dilihat pada Tabel

64 Tabel 12. Sebaran Responden Menurut Usia Usia (tahun) Responden (orang) Responden (%) Sumber: Data Primer, Lama Pendidikan Formal Sebagian besar responden yang ditemui memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu sebesar 36 persen (36 orang). Jumlah responden yang berlatar belakang pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 33 persen (33 orang). Hipotesis yang dapat diperoleh adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden, diharapkan semakin tinggi pemahaman mereka akan pentingnya menjaga kualitas lingkungan. Perbandingan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Responden (orang) Responden (%) SD SMP SMA PT S2 1 1 Sumber: Data Primer, Jenis Pekerjaan Sebagian besar responden yang ditemui disekitar lokasi penelitian memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, yaitu sebesar 31 persen (31 orang). Hal ini menunjukkan dengan dibangunnya tempat wisata air BKB Jakarta, diduga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel

65 Tabel 14. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan Pekerjaan Responden (orang) Responden (%) PNS Buruh 6 6 Wiraswasta Supir/Ojek 3 3 Pegawai swasta IRT Sumber: Data Primer, Tingkat Pendapatan Sebagian besar responden memiliki pendapatan pada tingkat Rp , ,00 sebesar 41 persen (41 orang). Hal ini sesuai dengan jenis pekerjaan sebagian besar responden yaitu sebagai wiraswasta. Faktor pendapatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengambilan keputusan. Semakin besar tingkat pendapatan, semakin besar kemampuan finansial seseorang. Perbandingan distribusi tingkat pendapatan responden tiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pedapatan Tingkat Pendapatan Responden (orang) Responden (%) <Rp , Rp , , Rp , , Rp , , >Rp , Sumber: Data Primer, Jumlah Tanggungan Keluarga Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak kurang dari sama dengan dua orang, yaitu sebanyak 53 persen (53 orang). Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah tanggungan yang mencakup keluarga inti (istri dan anak) serta tanggungan bukan keluarga inti dirumah responden. Hipotesis yang dapat diperoleh adalah semakin banyak 52

66 jumlah tanggungan keluarga, maka semakin kecil kemungkinan responden untuk mau membayar wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta. Perbandingan jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga Responden (orang) Responden (%) 2 orang orang orang orang orang 3 3 Sumber: Data Primer, Jarak Tempat Tinggal dari Terusan BKB Terusan BKB yang dimaksud disini adalah terusan BKB di daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Rata-rata responden yang ditemui disekitar lokasi penelitian bertempat tinggal dekat dengan terusan tersebut. Sebanyak 45 persen responden (45 orang) berjarak kurang dari 500 meter. Hipotesis yang dapat diperoleh adalah semakin dekat jarak tempat tinggal dengan terusan BKB Jakarta, maka semakin mudah untuk mengunjungi daerah tersebut dan semakin besar kesediaan membayar responden terhadap wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta. Persentase responden berdasarkan jarak tempat tinggalnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Terusan BKB Jarak Tempat Tinggal Responden (orang) Responden (%) <500 meter meter meter meter 3 3 >3500 meter Sumber: Data Primer,

67 5.2.8 Frekuensi Kunjungan Sebagian besar responden bertempat tinggal dekat dengan terusan BKB, oleh karena itu rata-rata frekuensi kunjungan responden ke terusan BKB lebih dari lima kali. Sebanyak 51 persen responden (51 orang) sudah lebih dari lima kali berkunjung ke terusan BKB. Hal ini menunjukkan semakin sering frekuensi kunjungan responden ke daerah terusan BKB Jakarta, maka semakin besar kemungkinan responden untuk membayar wisata air yang menjadi potensi BKB. Distribusi frekuensi kunjungan ke terusan BKB dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan Responden (orang) Responden (%) 1 kali kali kali kali 3 3 > 5 kali Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan hasil penelitian karakteristik umum responden yang ditemui disekitar daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat adalah: mayoritas responden (52 orang) adalah perempuan, usia sebagian besar responden (35 orang) berkisar diantara tahun, tingkat pendidikan responden mayoritas adalah SMA yaitu sebesar 36 orang, sebanyak 31 orang responden mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan sebagian besar responden (41 orang) adalah Rp , ,00. Sebanyak 53 orang responden memiliki jumlah tanggungan keluarga kurang dari dua orang, 45 orang responden berjarak tempat tinggal kurang dari 500 meter, dan frekuensi kunjungan 51 orang responden lebih dari lima kali. 54

68 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar tempat wisata. Banjir Kanal Barat (BKB) yang merupakan suatu kanal pengendali banjir Jakarta mempunyai sisi lain yang berpotensi sebagai tempat wisata air. Daerah BKB yang berpotensi dijadikan tempat wisata air berada disepanjang Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Daerah tersebut merupakan daerah strategis yang dilewati banyak orang, karena merupakan salah satu pusat perkantoran. Pemanfaatan terhadap potensi BKB sebagai tempat wisata air memiliki hasil sampingan positif, yang disebut eksternalitas positif. Eksternalitas positif yang dirasakan masyarakat sekitar terusan BKB adalah peningkatan tingkat pendapatan serta peningkatan kenyamanan. Terlihat dari hasil survei, seluruh responden (100 orang) merasakan adanya manfaat apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Eksternalitas positif ditinjau dari dampak yang dirasakan responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Sebanyak 43 persen responden (43 orang) menyatakan bahwa dampak yang akan mereka rasakan adalah peningkatan tingkat pendapatan karena dengan adanya tempat wisata air, maka terbukanya lahan pekerjaan bagi mereka, sedangkan 27 persennya (27 orang) menyatakan adanya peningkatan kenyamanan bila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Distribusi eksternalitas positif yang dirasakan 55

69 responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Eksternalitas Positif yang Dirasakan Respoden Persepsi terhadap perubahan pemandangan daerah sekitar BKB yang lebih indah apabila dijadikan sebagai tempat wisata air dirasakan oleh 56 persen responden (56 orang), sedangkan 27 persen responden (27 orang) menyatakan persepsi terhadap perubahan tata kota daerah sekitar BKB yang lebih indah apabila dijadikan sebagai tempat wisata air. Distribusi persepsi perubahan yang dirasakan responden dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Persepsi Perubahan yang Dirasakan Responden Perubahan kualitas udara yang dirasakan sebagian besar responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air adalah udara yang sejuk, segar saat bernafas, serta tidak berdebu, sedangkan 13 persen responden (13 orang) menyatakan perubahan kualitas udara yang sejuk, segar saat bernafas, dan berdebu apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Sisanya lagi sebesar dua persen responden (dua orang) menyatakan perubahan kualitas 56

70 udara yang segar saat bernafas, tidak berdebu, dan tidak sejuk. Mereka mengharapkan dengan adanya tempat wisata air, maka dapat ditanam berbagai macam pohon yang dapat membuat udara menjadi lebih sejuk. Persentase perubahan kualitas udara yang dirasakan responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Perubahan Kualitas Udara Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air Sebanyak 63 persen responden (63 orang) merasakan perubahan tata kota yang lebih indah apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Sebanyak 34 persen (34 orang) lainnya merasakan perubahan tata kota yang sangat indah apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air, dan hanya tiga persen yang menyatakan biasa saja. Distribusi perubahan tata kota yang dirasakan responden apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Perubahan Tata Kota Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air 57

71 Sebanyak 79 persen responden (79 orang) merasakan perubahan kualitas air menjadi tidak kotor, tidak keruh, dan tidak berbau apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Mereka berharap kualitas air BKB menjadi seperti dulu saat mereka masih dapat berenang dan mencari ikan di terusan BKB tersebut, sedangkan 21 persen responden (21 orang) menyatakan kualitas air BKB akan tetap keruh walaupun menjadi tidak kotor dan tidak berbau. Persentase perubahan kualitas air apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Perubahan Kualitas Air Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air Sebagian besar responden juga merasakan adanya perubahan pemandangan apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Responden yang menyatakan pemandangan akan menjadi lebih indah, menarik, dan mengesankan ada sebanyak 88 persen (88 orang). Responden yang menyatakan indah dan mengesankan serta indah dan menarik, masing-masing sebanyak tujuh persen (tujuh orang) dan lima persen (lima orang). Sebaran responden yang menyatakan perubahan pemandangan apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air dapat dilihat pada Gambar

72 Gambar 10. Perubahan Pemandangan Apabila BKB dijadikan Sebagai Tempat Wisata Air 6.2 Analisis Peluang Kesediaan Membayar (WTP) Responden Mayoritas responden menyatakan bersedia membayar untuk eksternalitas positif BKB sebagai potensi wisata air. Sebanyak 79 persen responden (79 orang) yang menyatakan bersedia. Sisanya sebesar 21 persen (21 orang) menyatakan tidak bersedia membayar. Persentase kesediaan membayar responden dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Persentase Kesediaan Membayar Responden Persentase alasan sebagian responden yang tidak bersedia membayar dapat dilihat pada Gambar 12. Sebanyak sembilan orang dari 21 orang (43 persen) yang menyatakan tidak bersedia membayar karena menganggap biaya retribusinya terlalu tinggi, sedangkan sisanya sebanyak delapan orang dari 21 orang (38 persen) menyatakan tidak mempunyai kemampuan secara finansial, serta sebesar 19 persen atau empat orang dari 21 orang menyatakan tidak bersedia membayar karena tidak tertarik terhadap wisata air. 59

73 Gambar 12. Alasan Responden Tidak Bersedia Membayar Peluang kesediaan membayar responden dapat dianalisis dengan menggunakan model regresi logistik. Hasil regresi logit dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Nilai Observasi dan Harapan Terhadap Peluang Kesediaan Responden Observasi Harapan Kesediaan Tidak Bersedia Bersedia Total Koreksi (persen) Frekuensi (orang) Persentase (%) Frekuensi (orang) Persentase (%) Kesediaan Tidak Bersedia Bersedia Total Nilai Keseluruhan Terkoreksi 87.0 Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Pengujian analisis logit dilakukan dengan menggunakan metode enter yang menghasilkan Nilai Keseluruhan Terkoreksi sebesar 87 persen, maka model regresi yang dihasilkan cukup layak. Berdasarkan Tabel 19, diduga terdapat lima responden yang menjawab ragu-ragu dalam menentukan pilihan. Hasil regresi logit dapat dilihat pada Tabel

74 Tabel 20. Hasil Estimasi Model Regresi Logit Terhadap Besarnya Peluang Kesediaan Membayar Responden Variabel B Std. Error Sig Exp B (Constant) PNDK * PNDP * JTK JTT FREK * KU * TK KA * PMD Sumber: Data Primer Diolah, 2012 Keterangan: *Berpengaruh pada tingkat Odds Ratio Hasil Hosmer and Lemeshow Test memperlihatkan bahwa data empiris sesuai atau cocok dengan model, dilihat dari nilai-p (0,905) lebih besar dari alpha 0,15. Berdasarkan Tabel 12, model regresi logit yang dihasilkan adalah: Li = -1, ,186 PNDK + 0,210 PNDP + 0,141 FREK + 1,318 KU + 1,387 KA Nilai koefisien variabel pendidikan, pendapatan, frekuensi kunjungan, persepsi kualitas udara, serta persepsi kualitas air bertanda positif (+) berarti semakin tinggi tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan, frekuensi kunjungan responden, serta semakin baik persepsi tentang kualitas udara, dan persepsi tentang kualitas air responden, maka estimasi logit yang dihasilkan akibat wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta semakin besar. Hal ini dikarenakan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kesadaran lebih untuk menjaga lingkungan. Nilai Exp B pada variabel ini bernilai 3,274 artinya peluang kesediaan membayar responden 61

75 dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi 3,274 kali lebih besar dibandingakan responden dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Variabel pendapatan memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin besar tingkat pendapatan responden, maka estimasi logit yang dihasilkan responden semakin besar. Nilai Exp B variabel ini bernilai 1,233 yang artinya peluang kesediaan membayar responden dengan pendapatan yang lebih tinggi 1,233 kali lebih besar daripada responden yang memiiki pendapatan lebih rendah. Variabel fekuensi kunjungan memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) artinya semakin sering frekuensi kunjungan responden ke daerah terusan BKB Jakarta sepanjang Halimun sampai Karet, maka estimasi logit yang dihasilkan responden semakin besar. Nilai Exp B variabel ini sebesar 1,151 berarti peluang kesediaan membayar responden yang frekuensi kunjungannya lebih sering 1,151 kali lebih besar daripada responden yang frekuensi kunjungannya lebih jarang. Variabel persepsi kualitas udara memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) berarti semakin baik penilaian responden terhadap perubahan kualitas udara yang dihasilkan, maka estimasi logit responden juga meningkat. Nilai Exp B sebesar 3,734 artinya peluang kesediaan membayar responden yang merasakan perubahan kualitas udara lebih baik 3,734 kali lebih besar daripada responden yang kurang merasakan perubahan kualitas udara. Variabel persepsi kualitas air memiliki nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya semakin baik persepsi responden terhadap kualitas air yang 62

76 dihasilkan dari adanya wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta, maka estimasi logit akan semakin besar. Nilai Exp B variabel ini sebesar 4,002 artinya peluang kesediaan membayar responden yang merasakan perubahan kualitas air menjadi lebih baik dari adanya potensi wisata air BKB Jakarta 4,002 kali lebih besar daripada responden yang kurang merasakan perubahan kualitas air. 6.3 Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Potensi Wisata Air BKB Penelitian ini menggunakan pendekatan CVM untuk menganalisis WTP responden terhadap potensi wisata air BKB. Hasil pelaksanaan metode CVM adalah sebagai berikut: 1) Membangun Pasar Hipotetik Responden diberikan informasi mengenai potensi BKB sebagai tempat wisata air yang dapat menimbulkan eksternalitas positif, sehingga responden mempunyai gambaran tentang situasi pasar hipotetik yang dimaksud dan responden dapat memberikan informasi sejumlah uang yang bersedia dibayarkan. 2) Memperoleh Nilai WTP Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah payment card, sehingga responden dapat langsung menentukan besarnya nilai yang bersedia dibayarkan. 3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP Dugaan nilai rataan WTP responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden. Data distribusi rata-rata WTP responden dapat dilihat pada Tabel

77 Tabel 21. Distribusi Rata-rata WTP Responden Responden Nilai WTP Frekuensi (Rp/orang/kali) (Orang) No Frekuensi Relatif (%) Mean WTP (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , , TOTAL , Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 21, perhitungan rataan WTP (EWTP) menghasilkan nilai sebesar Rp 4.126,58 per orang. Nilai tersebut mencerminkan besarnya kesediaan membayar responden terhadap potensi wisata air yang terdapat di BKB. 4) Menduga Kurva WTP Kurva WTP responden dibentuk berdasarkan nilai WTP responden terhadap potensi wisata air BKB. Kurva ini menggambarkan hubungan tingkat WTP yang dibayarkan dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat WTP tersebut. Terlihat pada Gambar 13, semakin tinggi nilai WTP maka semakin sedikit orang yang bersedia membayar. Gambar 13. Kurva WTP Responden Sumber: Data Primer Diolah,

78 5) Menentukan Total WTP Nilai Total WTP responden dapat dilihat pada Tabel 22. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP responden sebesar Rp ,00. Nilai total WTP masyarakat diduga sebesar Rp ,00. Nilai total WTP masyarakat didapat dari perkalian antara rata-rata WTP responden dengan jumlah total penduduk Jakarta Pusat sebesar orang. Tabel 22. Total WTP Responden Responden Nilai WTP Frekuensi Persentase Jumlah WTP (Rp) No (Rp/orang/kali) (Orang) (%) , , , , , , , , , TOTAL Sumber : Data Primer Diolah, ) Evaluasi Pelaksanaan CVM Hasil analisis regresi berganda yang dilakukan cukup baik, karena diperoleh nilai R 2 adjusted sebesar 0,573 (57,3 %). Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R 2 hingga 15 % menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993). Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya. 6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Teknik regresi berganda digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai Willingness to Pay (WTP) responden. 65

79 Fungsi WTP responden diamati dengan memasukkan variabel terikat (dependent variable) dan bebas (independent variable) yang diduga berpengaruh. Hasil analisis nilai WTP responden dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTP Responden Variabel B Std. Error t Sig. Tolerance VIF (Constant) PNDK * PNDP * JTK * JTT FREK * KU ** TK KA PMD * R-square.622 R-square adj.573 Durbin Watson Asymp.Sig (2-tailed).773 Prob. Obs*Rsquared.259 Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Keterangan: * Nyata pada α = 0,01 ** Nyata pada α = 0,05 Berdasarkan hasil pengolahan data, model yang dihasilkan cukup baik karena nilai R 2 adjusted yang dihasilkan sebesar 57,3 %. Nilai tersebut berarti 57,3 % keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model, sisanya 42,7 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai F hitung sebesar 12,621 dengan nilai Sig sebesar 0,000 (lampiran 3) yang menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada selang kepercayaan 1 % dan 5 %. Model regresi linier berganda yang baik harus memenuhi asumsi tidak terdapat multikolinieritas, autokorelasi, 66

80 heteroskedastisitas, serta asumsi normalitas. Hasil masing-masing uji tersebut adalah: 1) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas diindikasikan dengan melihat nilai VIF kurang dari 10 (VIF<10). Berdasarkan Tabel 15, semua variabel bebas yang terdapat dalam model memiliki nilai VIF yang kurang dari 10, maka tidak terjadi pelanggaran asumsi multikolinieritas. 2) Uji Autokorelasi Pengujian terhadap pelanggaran asumsi autokorelasi dilakukan dengan menggunakan nilai Durbin-Watson. Nilai statistik DW penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 15, yaitu sebesar 2,143 yang menunjukkan tidak adanya autokorelasi, karena nilai tersebut masih berada diantara 1,55 dan 2,46 (Firdaus, 2004). 3) Uji Heteroskedastisitas Pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dapat dilakuan dengan menggunakan Uji White. Probabilitas Obs*Rsquare pada Tabel 15 menunjukkan nilai yang lebih besar dari taraf α 0,05 yaitu sebesar 0,259 yang artinya model pada penelitian ini tidak mengandung asumsi heteroskedastisitas. 4) Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Nilai Asymp.Sig. (2-tailed) pada Tabel 15 yaitu sebesar 0,773 dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf α 0,05. Oleh karena itu, dapat dikatakan error term data penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal. 67

81 Pemenuhan asumsi-asumsi regresi linier berganda telah menunjukkan bahwa model pada penelitian ini sudah layak. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah: WTP = -0, ,623 PNDK + 0,855 PNDP 0,396 JTK + 0,263 FREK + 0,808 KU 1,052 PMD Berdasarkan Tabel 15, variabel yang berpengaruh nyata pada α 0,01 adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, frekuensi kunjungan, serta persepsi pemandangan. Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada α 0,05 adalah persepsi tentang kualitas udara. Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai Sig 0,002 yang artinya variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α = 0,01. Koefisien variabel ini bertanda positif (+), berarti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka nilai WTP yang diberikan juga semakin besar. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kesadaran untuk menjaga lingkungan juga semakin besar. Nilai koefisien variabel tingkat pendidikan adalah 0,623 yang artinya jika tingkat pendidikan meningkat sebesar satu satuan (tingkatan pendidikan), maka diduga rata-rata nilai WTP akan meningkat sebesar 0,623 satuan (ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai Sig sebesar 0,000 berarti variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α = 0,01. Koefisien variabel ini bertanda positif (+), berarti semakin tinggi tingkat pendapatan, maka nilai WTP yang diberikan juga semakin besar. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka semakin besar pula kemampuan finansial yang dimiliki sehingga kontribusi yang diberikan juga semakin besar. Nilai koefisien variabel tingkat pendapatan adalah 0,855 yang artinya jika tingkat 68

82 pendapatan meningkat sebesar satu satuan (ratus ribu rupiah), maka diduga rata-rata nilai WTP akan meningkat sebesar 0,855 satuan (ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki Sig sebesar 0,000 yang artinya variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α = 0,01. Koefisien variabel ini bertanda negatif (-) dengan nilai koefisien 0,396. Hal ini menggambarkan jika jumlah tanggungan responden meningkat sebesar satu satuan (orang), maka diduga nilai rata-rata WTP akan turun sebesar 0,396 satuan (ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini disebabkan semakin banyak jumlah yang harus ditanggung sebuah keluarga, maka semakin banyak pula pengeluaran untuk membiayai jumlah tanggungan tersebut. Oleh karena itu, kesediaan membayar untuk potensi wisata air BKB juga semakin sedikit. Variabel frekuensi tingkat kunjungan memiliki nilai Sig sebesar 0,001 berarti variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α = 0,01. Koefisien variabel ini bertanda positif (+), yang artinya semakin sering frekuensi tingkat kunjungan responden ke daerah BKB, maka nilai WTP yang diberikan juga semakin besar. Hal ini disebabkan semakin sering responden mengunjungi daerah BKB, maka semakin besar kesukaan responden terhadap tempat tersebut. Nilai koefisien variabel frekuensi tingkat kunjungan adalah 0,263 yang artinya jika frekuensi kunjungan meningkat sebesar satu satuan (kali), maka diduga rata-rata nilai WTP akan meningkat sebesar 0,263 satuan (ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. 69

83 Variabel persepsi kualitas udara memiliki Sig sebesar 0,034 yang artinya variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α = 0,05. Koefisien variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai koefisien 0,808. Hal ini menggambarkan jika persepsi tentang kualitas udara responden semakin baik, maka diduga nilai rata-rata WTP akan meningkat sebesar 0,808 satuan (ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini disebabkan responden semakin merasakan adanya perubahan kualitas udara yang lebih baik apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air. Variabel persepsi terhadap pemandangan memiliki Sig sebesar 0,005 yang artinya variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α = 0,01. Koefisien variabel ini bertanda negatif (-) dengan nilai koefisien 1,052. Hal ini menggambarkan semakin tinggi penilaian responden terhadap pemandangan, maka diduga nilai rata-rata WTP akan turun sebesar 1,052 satuan (ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal karena bagi responden pemandangan bukanlah hal utama yang mereka cari dari adanya potensi wisata air. Variabel jarak tempat tinggal, persepsi tentang tata kota, serta persepsi tentang kualitas air tidak mempunyai pengaruh yang nyata dalam model ini. Nilai Sig masing-masing variabel dapat dilihat pada Tabel 15, lebih dari taraf α = 0,05. Variabel-variabel tersebut hanya menyebabkan perubahan kecil dibandingkan dengan variabel yang berpengaruh signifikan. Hal tersebut terjadi karena kurang beragamnya nilai yang terdapat dalam model. Berdasarkan PERDA Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun , bagian 70

84 Urusan Pekerjaan Umum yang membahas mengenai Review Master Plan pengendalian banjir, penyelesaian BKT, dan penataan bantaran BKB. Oleh karena itu, implementasi yang bisa dibuat terkait eksternalitas positif Banjir Kanal Barat Jakarta sebagai potensi wisata air adalah: 1) Perlunya pembangunan tempat wisata yang berkelanjutan agar tercipta Jakarta yang bersih, nyaman, dan aman 2) Pembangunan tempat wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta sepanjang daerah Halimun sampai Karet dapat direkomendasikan agar Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Jakarta tetap tersedia, sehingga permasalahan banjir Jakarta dapat diantisipasi 3) Potensi BKB Jakarta sebagai wisata air dapat juga direkomendasikan agar sungai atau kanal yang ada dapat tertata dan juga terpelihara, sehingga masyarakat lebih merasakan manfaatnya 71

85 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah: 1) Eksternalitas positif yang ditimbulkan dari adanya potensi wisata air Banjir Kanal Barat Jakarta dirasakan oleh seluruh responden (100 orang), yaitu peningkatan tingkat pendapatan, peningkatan kenyamanan, peningkatan kebersihan, serta mengurangi kejenuhan. 2) Sebagian besar responden (79 orang) menyatakan bersedia membayar untuk potensi wisata air BKB Jakarta, sisanya 21 orang tidak bersedia membayar dengan alasan biaya retribusi terlalu tinggi, tidak mempunyai kemampuan secara finansial, dan tidak tertarik terhadap wisata air. Variabel yang berpengaruh terhadap peluang kesediaan membayar responden adalah variabel tingkat pendidikan, variabel pendapatan, variabel frekuensi kunjungan, variabel persepsi kualitas udara dan variabel persepsi tentang kualitas air. 3) Nilai rata-rata WTP responden terhadap wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta adalah sebesar Rp 4.126,58 per orang, sedangkan nilai total WTP responden sebesar Rp ,00. Nilai total WTP masyarakat yang berasal dari perkalian antara rata-rata WTP responden dengan jumlah populasi Jakarta Pusat sebanyak orang diduga sebesar Rp ,00. 4) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap besarnya nilai WTP responden adalah variabel tingkat pendidikan, variabel tingkat pendapatan, variabel jumlah tanggungan keluarga, variabel frekuensi tingkat 72

86 kunjungan, variabel persepsi tentang kualitas udara dan variabel persepsi tentang pemandangan. 7.2 Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini adalah: 1) Permasalahan sampah yang terjadi di Jakarta khususnya di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, sepanjang Halimun sampai Karet yang mempunyai potensi wisata air harus ditangani dengan baik, sehingga wisata air yang menjadi potensi daerah tersebut dapat berjalan tidak seperti permasalahan water way pada tahun 2007 lalu. Pemerintah daerah ataupun swasta dapat membangun infrastruktur seperti perahu bermesin atau perahu dengan menggunakan dayung, lampu-lampu penghias taman sebagai penunjang terbangunnya wisata air yang menjadi potensi BKB Jakarta sepanjang Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. 2) Hal yang dapat direkomendasikan menurut hasil penelitian adalah, daerah BKB sepanjang Halimun sampai Karet yang memiliki potensi wisata air dapat dibentuk sebagai suatu tempat rekreasi atau bermain anak. Tempat tersebut dapat berupa area dengan perahu serta taman-taman yang indah disekitarnya. Taman tersebut juga dapat dipasang beberapa slogan yang bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan. 3) Harga tiket untuk menaiki perahu yang akan menjadi salah satu obyek wisata air BKB Jakarta masih dapat dinaikkan sesuai dengan kesediaan membayar responden sebesar Rp 4.126,58 per orang. Namun, tetap 73

87 dibutuhkan kesadaran masyarakat serta ketegasan penerapan peraturan daerah dari pemerintah DKI Jakarta agar kebersihan selalu terjaga. 74

88 DAFTAR PUSTAKA Achmad B & Diniyati D Analisis Manfaat Ekonomi Ekowisata Sekitar Danau Toba. Jurnal 47 Inovasi. Vol. 04. no. 1. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta Persentase Status Mutu Air Sungai di Jakarta. BPLHD, Jakarta. Dinas Pekerjaan Umum Lokasi Banjir di Lima Wilayah Kota Jakarta. Departemen PU, Jakarta. Dinas Pekerjaan Umum Drainase Makro 13 Sungai Melintas di Jakarta. Departemen PU, Jakarta. Fennell D. A Ecotourism: An Introduction. Routledge, New York. Firdaus M Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Bumi Aksara, Jakarta. Ghozali I Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gujarati Damodar N Basic Econometric 4 th ed. Mc Graw Hill-Irvine. New York, USA. Hanley N & C. L. Spash Cost Benefit Analysis and Environment. Edward Elgar Publishing Limited, London. Ismaryanto S Pengukuran Eksternalitas Lingkungan Proyek-proyek Pembangunan: Pendekatan Analisis Biaya dan Manfaat. Pusat Antar Universitas-Studi Ekonomi UI, Jakarta. Juanda B Ekonometrika : Permodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. Kusumaputra R, Rainayati M, Yendra M Banjir Kanal Timur Karya Anak Bangsa. Grasindo, Jakarta. Mangkoesoebroto G Ekonomi Publik. Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yogyakarta Ekonomi Publik. Gajah Mada University Press, Merryna A Analisis Willingness to Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. 75

89 Nasution Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara, Jakarta. PERDA Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun PERDA DKI Jakarta, Jakarta. Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Universitas Maritim Raja Ali Haji Kajian Pengembangan Ekowisata Bahari Sebagai Mata Pencaharian Alternatif Bagi Masyarakat Di Kabupaten Bintan. PPSPL UMRAH, Riau. Ramanathan R Introductory Econometrics with Applications. The Dryden Press, Philadelphia. Satkorlak PBP Provinsi DKI Jakarta Korban Meninggal di Lima Wilayah Kota Jakarta Februari Stkorlak PBP, Jakarta. Soehoed A. R Membenahi Tata Air Jabodetabek 100 Tahun dari Banjir Kanal Sampai Ciliwung. Djambatan, Jakarta. Stasiun Klimatologi Pondok Betung Curah Hujan Stasiun BMKG dan Pos Hujan Tanggal 14 September Stasiun Klimatologi, Jakarta. Sudjana N Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Sinar Baru, Bandung. Suliyanto Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Ghalia Indonesia, Bogor. Tampubolon B Analisis Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Kegiatan Penambangan Batu Gamping (Studi Kasus Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. The Ecotourism Society (TIES) The ECO Guide to Careers That Make a Difference. Island Press, Washington. Wardiyanta Metode Penelitian Pariwisata. Andi, Yogyakarta. Yakin A Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Akademika Presindo, Jakarta. 76

90 LAMPIRAN 77

91 Lampiran 1. Kuesioner DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN Jalan Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor Telepon (0251) , (0251) , Fax (0251) KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : Nama : Alamat : No. HP : Tanggal : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Eksternalitas Positif (Dampak Positif) Banjir Kanal Barat Jakarta Sebagai Potensi Wisata Air oleh Kemala Indah Wahyuni, mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap demi keobjektifan data. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasi, dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Isi dan pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda ( ) pada bagian yang telah tersedia. A. Karaktristik Responden 1. Jenis Kelamin: [ ] Laki laki [ ] Perempuan 2. Usia: [ ] Tahun =... [ ] Tahun =... [ ] Tahun =... [ ] 62 Tahun =... [ ] Tahun = Status : [ ] Menikah [ ] Belum Menikah 4. Pendidikan Formal Terakhir: [ ] SD [ ] Perguruan Tinggi [ ] SLTP/Sederajat [ ] Pascasarjana [ ] SLTA/Sederajat 5. Pekerjaan: [ ] PNS [ ] Supir/ojek [ ] Buruh [ ] Pegawai Swasta 78

92 [ ] Wiraswasta [ ] Ibu Rumah Tangga 6. Pendapatan perbulan: [ ] < Rp ,00 = Rp... [ ] Rp , ,00 = Rp... [ ] Rp , ,00 = Rp... [ ] Rp , ,00 = Rp... [ ] > Rp ,00 = Rp Jumlah Tanggungan Keluarga: [ ] 2 Orang [ ] 5 Orang [ ] 3 Orang [ ] 6 Orang [ ] 4 Orang 8. Jarak Tempat Tinggal dari Terusan BKB Jakarta: [ ] < 500 m =... [ ] m =... [ ] =... [ ] 3500 m =... [ ] m = Frekuensi kunjungan ke daerah terusan BKB Jakarta: [ ] baru kali ini [ ] 4 kali [ ] 2 kali [ ] 5 kali [ ] 3 kali [ ] > 5 kali B. Eksternalitas Positif (Dampak Positif) yang Dirasakan SKENARIO BILA PEMERINTAH ATAU SWASTA AKAN MENJADIKAN POTENSI BANJIR KANAL BARAT, YAITU SEPANJANG HALIMUN SAMPAI KARET SEBAGAI WISATA AIR DALAM BENTUK TEMPAT REKREASI DENGAN PERAHU UNIK YANG DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI TEMPAT EDUKASI DAN BERSANTAI, MAKA DAMPAK POSITIF APA YANG ANDA RASAKAN. 1. Apakah Anda merasakan adanya perubahan lingkungan / manfaat apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air? [ ] Ya :... [ ] Tidak, alasan: a. Menyebabkan ketidak nyamanan b. Menyebabkan kebisingan c. Menyebabkan polusi udara d. Tidak adanya perbedaan e. Lainnya: Perubahan apa yang paling Anda rasakan apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air? [ ] Tata kota yang lebih indah [ ] Pemandangan yang lebih indah [ ] Peningkatan kualitas lingkungan 79

93 [ ] Penurunan polusi air [ ] Peningkatan keanekargaman hayati (ikan, burung, pepohonan, dll) [ ] Udara yang lebih sejuk [ ] Lainnya: Manfaat apa yang Anda rasakan apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air? [ ] Peningkatan tingkat pendapatan [ ] Peningkatan kenyamanan [ ] Peningkatan kebersihan [ ] Mengurangi kejenuhan [ ] Lainnya: Bagaimana kualitas udara di sekitar terusan BKB apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air? [ ] sejuk, segar saat bernafas, tidak berdebu [ ] sejuk, segar saat bernafas, berdebu [ ] sejuk, menyesakkan saat bernafas, berdebu [ ] tidak sejuk, segar saat bernafas, tidak berdebu [ ] tidak sejuk, segar saat bernafas, berdebu 5. Bagaimana tata kota disekitar terusan BKB apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air? [ ] Sangat indah [ ] Indah [ ] Biasa saja [ ] Tidak indah [ ] Sangat tidak indah 6. Bagaimana kondisi kualitas air disepanjang terusan BKB apabila BKB dijadikan sebagai tempat wisata air? [ ] tidak kotor, tidak keruh, tidak berbau [ ] tidak kotor, keruh, tidak berbau [ ] kotor, tidak keruh, tidak berbau [ ] kotor, tidak keruh, berbau [ ] kotor, keruh, berbau 7. Bagaimana pemandangan yang Anda rasakan? [ ] indah, menarik, mengesankan [ ] indah, tidak menarik, mengesankan [ ] indah, menarik, tidak mengesankan [ ] tidak indah, tidak menarik, mengesankan [ ] tidak indah, tidak menarik, tidak mengesankan 80

94 C. Informasi Tentang Kesediaan Membayar SKENARIO BILA PEMERINTAH ATAU SWASTA AKAN MENETAPKAN TARIF UNTUK BIAYA PERAWATAN, BIAYA KEBERSIHAN, SERTA BIAYA PERBAIKAN SARANA DAN PRASARANA TERHADAP POTENSI WISATA AIR DI TERUSAN BANJIR KANAL BARAT JAKARTA YANG DAPAT MENIMBULKAN MANFAAT BAGI MASYARAKAT. 1. Apakah Anda setuju jika suatu kegiatan wisata air memberikan manfaat kepada masyarakat? [ ] Ya [ ] Tidak, alasan: a. Menimbulkan kemacetan lalu lintas b. Sungai tidak bersih dari sampah c. Perlu dibangun infrastruktur pendukung d. Banyak penduduk liar di bantaran sungai e. Lainnya: Apakah Anda bersedia membayar untuk wisata air yang menjadi potensi dari terusan BKB Jakarta? [ ] Ya [ ] Tidak, alasan : a. Biaya terlalu tinggi b. Manfaat tidak dapat dirasakan c. Tidak mempunyai kemampuan secara finansial d. Tidak tertarik terhadap wisata air e. Lainnya: Jika Pemerintah menawarkan pembayaran berupa tarif terhadap wisata air di terusan BKB Jakarta, berapakah maksimal dana yang bersedia Anda bayarkan? [ ] Rp ,00 [ ] Rp 5.000,00 [ ] Rp 9.000,00 [ ] Rp 4.000,00 [ ] Rp 8.000,00 [ ] Rp 3.000,00 [ ] Rp 7.000,00 [ ] Rp 2.000,00 [ ] Rp 6.000,00 [ ] Tidak Bersedia 4. Mengapa Anda bersedia/tidak mengeluarkan sejumlah uang sebesar yang Anda pilih? Alasan :

95 Lampiran 2. Hasil Model Regresi Logistik Dichotomus Choice Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value tidak bersedia 0 bersedia membayar 1 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step Block Model Model Summary Cox & Snell R Nagelkerke R Step -2 Log likelihood Square Square a a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig

96 Classification Table a Predicted WTP bersedia Percentage Observed tidak bersedia membayar Correct Step 1 WTP tidak bersedia bersedia membayar Overall Percentage 87.0 a. The cut value is,500 83

97 Lampiran 3. Hasil Model Regresi Linier Berganda Coefficients a Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Correlations Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF 1 (Constant) PNDK PNDP JTK JTT FREK KU TK KA PMD a. Dependent Variable: WTP Model Summary b Change Statistics Adjusted R Std. Error of R Square F Sig. F Model R R Square Square the Estimate Change Change df1 df2 Change Durbin-Watson a a. Predictors: (Constant), PMD, PNDP, JTK, JTT, KA, TK, FREK, PNDK, KU b. Dependent Variable: WTP Heteroskedasticity Test: White F-statistic Prob. F(50,28) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(50) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(50)

98 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 79 Normal Parameters a Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.074 Positive.074 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.662 Asymp. Sig. (2-tailed).773 a. Test distribution is Normal. ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), PMD, PNDP, JTK, JTT, KA, TK, FREK, PNDK, KU b. Dependent Variable: WTP 85

99 Lampiran 4. Peta Lokasi Penelitian 86

100 Lampiran 5. Dokumentasi 87

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010).

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta. Banjir yang terjadi di Jakarta membentuk suatu peristiwa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus

TINJAUAN PUSTAKA. Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Kawasan Karst Karst adalah istilah bagi sebuah bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat (batu gamping dan dolomit), dimana bentang alam tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN. Maret Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), menimbulkan eksternalitas positif bagi masyarakat. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di daerah sekitar terusan BKB Jakarta, yaitu sepanjang daerah Halimun sampai Karet, Jakarta Pusat. Pengambilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi mahluk hidup dan tanpa air maka tidak akan ada kehidupan. Dalam Pasal 5 UU No.7 tahun 2004 tentang sumberdaya air

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Positif Potensi Wisata Air BKB Wisata merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bermanfaat, selain bisa menghilangkan rasa jenuh juga dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Konsep Nilai Wisata dan Willingness To Pay Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai. Konsep dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bernegara. Pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya ditujukan untuk menciptakan

I. PENDAHULUAN. bernegara. Pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya ditujukan untuk menciptakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, karenanya perlu diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT ADHITA RAMADHAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Banjir Kanal Barat (BKB) yang terbentang mulai dari kawasan Manggarai sampai kawasan Muara Angke menampung beberapa aliran sungai yang melintas di Jakarta,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah:

III. KERANGKA PEMIKIRAN Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden. nilai WTA dari masing-masing responden adalah: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Contingent Valuation Method (CVM)

Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) Kuliah Valuasi ESDAL Pertemuan Ke-8 2015/2016 Urgensi CVM (1) Contingent Valuation Methods (CVM) merupakan metode yang dianggap dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998)

KERANGKA PEMIKIRAN P 1 0 Q 1. Kurva Opportunity Cost, Consumers Surplus dan Producers Surplus Sumber : Kahn (1998) III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di daerah hulu dan hilir Sungai Musi, yang terletak di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman

VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT RUMAHTANGGA MENERIMA GANTI RUGI PEMUKIMAN 7.1. Analisis Kesediaan Rumahtangga Menerima Ganti Rugi Pemukiman Variabel terikat dalam analisis kesediaan rumahtangga menerima

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis 22 KONDISI UMUM WILAYAH Administrasi dan Teknis Kanal Banjir Timur (KBT) memiliki panjang total ± 23,5 km dengan kedalaman di hulu 3 m dan di hilir 7 m. Kanal Banjir Timur melewati 11 kelurahan di Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan 11 BAB II A. Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi pariwisata Definisi pariwisata secara luas adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI

ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI ANALISIS PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA PULAU SITU GINTUNG-3 DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN TRI FIRANDARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR

EFISIENSI EKONOMI dan PASAR EFISIENSI EKONOMI dan PASAR Kuliah Ekonomi Lingkungan Sesi 5 Efisiensi Ekonomi (1) Efisiensi Ekonomi keseimbangan antara nilai produk dengan nilai dari input yang digunakan untuk memproduksinya (dgn kata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

Mencari Akar Masalah Air (Banjir & Kelangkaan air baku ) Jakarta

Mencari Akar Masalah Air (Banjir & Kelangkaan air baku ) Jakarta Mencari Akar Masalah Air (Banjir & Kelangkaan air baku ) Jakarta MENCERMATI... HASIL EKSPLORASI DAN PENDEKATAN TERHADAP INTI (AKAR) MASALAH Fortuga ITB FATCHY November 2012 LATAR BELAKANG KELANGKAAN AIR

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM

EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM EKSTERNALITAS POSITIF DAN NEGATIF PRODUSEN L Suparto LM PENGANTAR Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan antara aktifitas satu dengan aktivitas lainnya. Keterkaitan ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemukiman sering menjadi masalah bagi setiap individu karena individu membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan pemberi ketentraman hidup.

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki peranan yang sangat penting sebagai pusat administrasi, pusat ekonomi dan pusat pemerintahan. Secara topografi, 40

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Menurut Yoeti (2006) pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dari satu tempat ke tempat lain yang sifatnya sementara dan

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Peningkatan jumlah industri ini diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Eksternalitas Negatif yang Timbul dari Pencemaran Sungai Musi Akibat Kegiatan Industri Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No.

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang perkembangannya memicu sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain menghasilkan produk-produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA VALUASI EKONOMI EKOSISTEM SUNGAI (Studi Kasus : Sungai Siak, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau) JUNITA NADITIA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PETANI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN IRIGASI Studi Kasus Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah Oleh : FAHMA MINHA A14303054 PROGRAM

Lebih terperinci

Laporan Akhir PKMP. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dari Penurunan Kualitas Pemukiman Akibat Banjir Tahunan di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur

Laporan Akhir PKMP. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dari Penurunan Kualitas Pemukiman Akibat Banjir Tahunan di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur Laporan Akhir PKMP Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dari Penurunan Kualitas Pemukiman Akibat Banjir Tahunan di Kelurahan Kampung Melayu Jakarta Timur Oleh : Ketua : Rifqa H44060228/2006 Anggota : Ektawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

IMPIAN BERSAMA MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN WILAYAH TIMUR DAN UTARA DKI JAKARTA UNTUK MEMBERIKAN NILAI TAMBAH KEPADA PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN

IMPIAN BERSAMA MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN WILAYAH TIMUR DAN UTARA DKI JAKARTA UNTUK MEMBERIKAN NILAI TAMBAH KEPADA PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN IMPIAN BERSAMA MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN WILAYAH TIMUR DAN UTARA DKI JAKARTA UNTUK MEMBERIKAN NILAI TAMBAH KEPADA PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT INDONESIA Pendahuluan Jakarta berada di dataran

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: (0) 7330 / Fax: 736 Website : http://wwwstaklimpondoketungnet Jln Raya Kodam Bintaro No Jakarta Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) sangat diperlukan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila dilakukan secara berlebihan dan tidak

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG OBYEK WISATA DANAU SITUGEDE DALAM UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN SYLVIA AMANDA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus 1 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfokus pada penjelasan tentang analisa internalisasi dampak eksternalitas yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) 7353018 Fax : (021) 7355262 Kode Pos 12070 Email : staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kekayaan sumber daya alam. Keberagaman potensi alam, flora, fauna serta berbagai macam budaya, adat istiadat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan

mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan mg/l yang merupakan tingkat konsentrasi COD tertinggi yang dapat dihasilkan oleh perusahaan sebelum adanya upaya dalam proses pengolahan air limbah. Hal ini berarti tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek /Subjek Penelitian Ngebel. Objek pada penelitian ini yaitu para pengunjung objek wisata alam Telaga B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Ponorogo tepatnya

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat)

ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) ANALISIS DAMPAK KEMACETAN LALU LINTAS TERHADAP SOSIAL EKONOMI PENGGUNA JALAN DENGAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) (Studi Kasus: Kota Bogor, Jawa Barat) RENDY DWI SAPTA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata

III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Objek dan Daya Tarik Wisata III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada objek dan daya tarik wisata, teknik pengukuran manfaat wisata alam dan

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10) GITA HERDIANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method

ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT. 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method VII. ANALISIS WILLINGNESS TO ACCEPT 7.1 Analisis Willingness To Accept dengan Pendekatan Metode Contingent Valuation Method Teknik CVM didasarkan pada asumsi hak kepemilikan, jika individu yang ditanya

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009

LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 04 OKTOBER 2009 LAPORAN ANALISIS HUJAN DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 4 OKTOBER 29 Oleh : Stasiun Klimatologi Pondok Betung Tangerang 1 PENDAHULUAN Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021) 7353018 Fax : (021) 7355262 Kode Pos 12070 Email : staklim.pondok.betung@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang terbagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat yang terbagi menjadi 40 kecamatan dan 410 desa dan 16 kelurahan dengan jumlah penduduk menurut Badan Pusat

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR TATI MURNIWATI

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR TATI MURNIWATI ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGELOLAAN SAMPAH PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR TATI MURNIWATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRACT TATI MURNIWATI. Willingness to Pay Analysis

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa

I. PENDAHULUAN. kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teori-teori yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nilai Sumberdaya Hutan Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan) bagi individu tertentu pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai

BAB I PENDAHULUAN. udara bersih dan pemandangan alam yang indah. Memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti hutan lindung sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam dengan beragam manfaat, berupa manfaat yang bersifat langsung maupun manfaat tidak langsung. Produk hutan yang dapat dinikmati secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Contingent Valuation Method (CVM) merupakan metode valuasi sumber daya alam dan lingkungan dengan cara menanyakan secara langsung kepada konsumen tentang nilai manfaat

Lebih terperinci

EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI

EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI EKSTERNALITAS NEGATIF DARI PENCEMARAN SUNGAI MUSI - PALEMBANG TERHADAP MASYARAKAT AKIBAT KEGIATAN INDUSTRI TANTRI NOVA SIANTURI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA FACHRUNNISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Kali Tuntang mempuyai peran yang penting sebagai saluran drainase yang terbentuk secara alamiah dan berfungsi sebagai saluran penampung hujan di empat Kabupaten yaitu

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. wisata tirta. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di obyek wisata Tirta Jangari, Waduk Cirata, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi ini dilakukan

Lebih terperinci