ADA MIGAS DI LADANG PETANI BOJONEGORO. Editor: Dr. Widodo, M.Sc, Defirentia One, SIP Danang Wahyuhono, SIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADA MIGAS DI LADANG PETANI BOJONEGORO. Editor: Dr. Widodo, M.Sc, Defirentia One, SIP Danang Wahyuhono, SIP"

Transkripsi

1 ADA MIGAS DI LADANG PETANI BOJONEGORO Editor: Dr. Widodo, M.Sc, Defirentia One, SIP Danang Wahyuhono, SIP Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Gadjah Mada, 2013

2 ADA MIGAS DI LADANG PETANI BOJONEGORO Diterbitkan sebagai Laporan Awal Studi Pengembangan Wilayah Bojonegoro Berbasis Agro, dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan serta Kesiapan Masyarakat dalam Menghadapi Industri Migas Ketua Tim Peneliti: Dr. Widodo, MSc Anggota Tim Peneliti: Ir. F. Trisakti Haryadi, MSi, PhD Ir. Yuni Suranindyah, M.S., PhD Eka Tarwaca Susila Putra, S.P., M.P., Ph.D Dr. Tri Anggraini Kusumastuti, S.P., M.P. Cuk Tri Noviandi, S.Pt M.Anim.Sc, PhD Asisten Peneliti dan Tim Penulis: Defirentia One M., SIP Danang Wahyuhono, SIP Winata Gigih Jumali Himawan Akhmaddin Saputra Editor: Dr. Widodo, M.Sc, Defirentia One, SIP Danang Wahyuhono, SIP Layout dan desain cover: Ulin Niam Fotografer: Himawan A. Saputra Winata Gigih Jumali ISBN : Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Gadjah Mada, 2013

3 BAB I CATATAN AWAL TENTANG BOJONEGORO - 5 A. Ladang Migas Internasional - 6 B. Selayang Pandang Bojonegoro - 10 C. Kultur Agraris dan Kemiskinan - 13 D. Metode Penelitian- 18 DAFTAR ISI BAB II DESA, PETANI, DAN MIGAS: SEBUAH SURVEI AWAL DI KECAMATAN TAMBAKREJO DAN KECAMATAN PURWOSARI - 21 A. Tambakrejo: Boleh Optimis, Wajib Waspada Kondisi Pertanian Kondisi Peternakan Kondisi Sosial - 37 B. Purwosari: Meratas Peluang dan Tantangan Kondisi Pertanian Kondisi Peternakan Usaha Kecil dan Menengah Kondisi Sosial - 46 C. Analisis Situasi (SWOT Analysis) - 50 BAB III STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT - 55 A. Luaran (Outcome) dan Strategi Pencapaian - 56 B. Program Kegiatan - 58 BAB IV PENUTUP - 73 Kesimpulan - 74 Rekomendasi -75 DAFTAR PUSTAKA - 76

4 4

5 5 BAB I CATATAN AWAL TENTANG BOJONEGORO

6 6 A. Ladang Migas Internasional Dalam dua dekade belakangan, Indonesia menjadi sorotan dunia internasional karena potensi minyak dan gas (migas) yang begitu berlimpah. Industri migas di Indonesia dapat ditemukan di beberapa kawasan, seperti kawasan lepas pantai, hutan, dan bahkan wilayah pedesaan. Menurut data Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (1998), potensi migas Indonesia sebagian besar ditemukan di kawasan lepas pantai (offshore) 1, misalnya di perairan Madu-ra, Kalimantan, dan Aceh. Sedangkan di Kabupaten Bojonegoro, industri migas sebagian besar ditemukan di kawasan pedesaan dan hutan, hanya sebagian kecil yang berada di kawasan perkotaan. Keberadaan beberapa sumur migas membentuk blok-blok migas di Bojonegoro yang kian hari semakin berkembang jumlahnya. Beberapa Blok migas antara lain Blok Cepu, Blok Tuban, Blok Gundih, Blok Nona dan Blok Blora. Dalam setiap blok tersebut terdapat beberapa lapangan migas, misalnya di Blok Cepu terdapat lapa-ngan Banyuurip, Jambaran dan Alastuwo Barat serta Timur. Di Blok Tuban terdapat lapangan Sukowati Pad A dan B, sedangkan di Blok Gundih terdapat lapangan Tiung Biru. Tersebarnya beberapa lapangan migas tersebut sudah mengindikasikan seberapa besar kekayaan alam yang terkandung di perut bumi daerah itu. Kendati angka pastinya masih menjadi perdebatan, namun data yang 1 Indonesia Raksasa Maritim Masih Tertidur Lelap, indomaritimeinstitute.org/2011/03/584/, 3 Desember 2013.

7 7 dihimpun dalam Tabloid Flamma dari beberapa pihak berikut sudah menunjukkan angka yang cukup fantastis. Analisa kandungan migas di Blok Cepu adalah sebagai berikut : (i) menurut Drajat Wibowo yang seorang anggota DPR RI, kandungan minyaknya sebesar 700 juta barel dan gas sebesar 3,31 kaki trilyun kubik, (ii) menurut Kwik Kian Gie sebesar 2 Milyar barel, (iii) menurut exxon mobile sebesar 250 juta barel dengan kandungan gas yang belum bisa diperkirakan, (iv) serta dari data yang pernah dibertakan kompas sebesar 1,1 Milyar barel di kedalam kurang dari meter dan 11 Milyar barel di atas kedalam meter 2. Awal tahun 2000an, ruang publik masyarakat Bojonegoro mulai diha-ngatkan dengan akan dimulainya pro-ses eksploitasi cadangan migas yang begitu besar yang selanjutnya dikenal dengan Blok Cepu. Harapan besar mulai muncul, sekalipun tak steril pula dari persoalan. Hampir bersamaan dengan Blok Cepu, dimulai pula aktivitas awal sumur migas di sekitar Kota Bojonegoro yang kemudian dinamai Blok Tuban. Keberadaan dua blok migas tersebut menjadi magnet bagi masyarakat lokal hingga internasional. Pasalnya, Bojonegoro yang selama ini dikenal sebagai kota jati tak lama kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang berkompetisi memperebutkan kesempatan bisnis migas. Awalnya hanya sayupsayup terdengar, namun ditemukannya potensi migas Bojonegoro menjadi pemberitaan yang kian menarik bagi media lokal hingga internasional. Migas telah menjadi ikon baru Bojonegoro, hingga media pun menjulukinya sebagai Indonesia s texas. 3 Kondisi sosial, ekonomi serta budaya masyarakat Bojonegoro sedikit banyak akan terpengaruh geliat industri migas. Keberadaan industri migas di wilayah pedesaan Bojonegoro, akan berhadapan 2 Lihat dalam Tabloid Flamma, edisi 30, Juni-Agustus 2008, Berharap Sejahtera Dari Semburan Minyak: Licin Minyak Blok Cepu Agar Berkah Tak Jadi Musibah, diunduh dari pada tanggal 7 April Lihat Davies Ed, Indonesia s Texas? Rural Java Braces for Oil Boom, TRE , 9 Agustus 2009.

8 8 dengan kultur masyarakat agraris, sehingga rentan berakibat pada terjadinya benturan sosial yang intensif. Hal ini disebabkan oleh ada-nya perbedaan kondisi sosial budaya masyarakat desa di lokasi industri migas yang ditandai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi relatif rendah. Dengan kondisi sosial ekonomi seperti itu, banyak masyarakat yang tidak mampu mengakses manfaat langsung dari keberadaan industri migas di wilayahnya. Tidak hanya itu, perbedaan sosial, ekonomi, dan budaya yang terbentuk antara masyarakat lokal dengan para pendatang cenderung memunculkan kesenjangan serta kantong-kantong masyarakat yang eksklusif. Situasi dan kondisi sosial yang ada di industri migas sangat berpotensi menimbulkan ketegangan sosial baik antara masyarakat dengan pihak pendatang, masyarakat dengan perusahaan migas, antara masyarakat yang tidak mampu dengan masyarakat yang mampu mengakses manfaat langsung dari perusahaan, juga antara masyarakat dengan pemerintah. Pada akhirnya, masyarakat lokal sering hanya menjadi penonton dalam hiruk pikuk industri migas di wilayah mereka sendiri. Sementara itu, banyak laporan menunjukkan bahwa wilayah Bojonegoro sebagai pemilik potensi migas terbesar, masih menghadapi masalah kemiskinan di wilayah-wilayah berlokasinya sumur migas. Laporan tersebut dapat dilihat pada publikasi penelitian maupun pada situs-situs berita nasional dan internasional. Seperti yang dilaporkan Reuters, Bojonegoro se-bagai pemilik cadangan minyak mentah terbesar di Asia Tenggara mencapai 350 juta barel, masih dihadapkan pada persoalan kemiskinan. 4 Laporan tersebut menegaskan bahwa terlepas dari kepemilikan cadangan minyak yang berlimpah, Kabupaten Bojonegoro termasuk dalam peringkat keempat kabupaten termiskin di Propinsi Jawa Timur. Fakta serupa juga diungkap oleh media lokal, Suara Banyuurip, bahwa dari total jumlah penduduk 1,4 juta jiwa, jumlah warga miskin mencapai keluarga/rumah tangga miskin. 5 4 Ibid. 5 Suara Banyuurip, Edisi 41 Tahun 2010, hal. 4.

9 9 Laporan ini secara sederhana menggambarkan bahwa di daerah kaya migas sekalipun masih banyak masyarakat miskin yang hidup tidak sejahtera. Di lain pihak, Dana Bagi Hasil (DBH) baru diterima pasca operasional industri migas dilakukan, sementara inflasi sudah terjadi sejak eksplorasi dilakukan. Dengan masih banyaknya masyarakat miskin di kawasan ini, maka terjadinya inflasi akan memicu penurunan taraf kehidupan masyarakat. Belum lagi, kehadiran industri migas dipastikan akan memunculkan kompetisi di antara masyarakat untuk dapat mengakses manfaat langsung. Jika situasi tersebut tidak direspon maka dipastikan ketegangan dan konflik sosial menjadi hal yang tidak terhindarkan. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesejahteraan harus segera dilakukan dengan berbagai strategis dan upaya teknis. Dalam konteks ini, percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kesiapan masyarakat terhadap kehadiran industri menjadi hal yang urgen. Proses pembangunan masyarakat perlu berjalan secara linier dengan pembangunan industri migas dan harus diupayakan berjalan secara berkelanjutan. Hal tersebut berguna untuk meningkatkan partisipasi, kapasitas, serta aksesibilitas masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga mereka dapat menerima manfaat langsung dari pembangunan. Masyarakat perlu mengenali kembali potensi-potensi yang ada di wilayahnya dan tidak serta merta menggantungkan kemakmuran dari hasil industri migas.

10 10 B. Selayang Pandang Bojonegoro Migas dan Bojonegoro kini menjadi fokus dan lokus studi yang makin banyak diminati para akademisi, aktivis sosial maupun mahasiswa. Persoalan yang diangkat dan realitas yang diungkap pun bervariasi. Salah satu di antaranya adalah studi tentang bisnis militer di perusahaan pengeboran minyak Bojonegoro yang merupakan laporan penelitian dari Kontras pada tahun Lebih pada tawaran konsep pemberdayaan masyarakat di area kerja tambang, IRE Yogyakarta juga mengambil Bojonegoro sebagai salah satu wilayah studi, terutama dengan mengangkat kearifan lokal sebagai dasar dari pemberdayaan masyarakat 7. Mengambil lokus desa sebagai inti dari dinamika sosial migas, studi dari Pradhikna Yunik telah mengungkap peran Civil Society Organization (CSO) dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk penguatan kelembagaan desa di ring 1 migas, terutama dalam proses perencanaan pembangunan desa 8. Secara garis besar, realitas yang hampir sama terlihat dari studi di atas. Bojonegoro terutama di wilayah kerja migas menjadi arena berbagai pemangku kepentingan untuk menjalankan perannya masing-masing. Peran yang tentunya tak lepas dari berbagai 6 Laporan Penelitian Bisnis Militer di Perusahaan Pengeboran Minyak Bojonegoro Jawa Timur, Kontras, Jakarta, Hudayana, Bambang, Koseptualisasi Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Industri Tambang dan Migas Berbasis Pada Kearifan Lokal, IRE Yogyakarta, Nurhayati, Pradhikna, CSR Berbasi Community Based Development; Stdu Tentang Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Desa Bojonegoro di Wilayah Kerja MCL, skripsi sarjana Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Fisipol UGM, Yogyakarta 2012

11 11 kepentingan, salah satunya motif ekonomi politik. Studi awal yang dilaksanakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Gadjah Mada ini difokuskan untuk melihat relasi antara migas dengan dampak dan potensi untuk pengembangan Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi Indonesia. Kabupaten Bojonegoro sendiri adalah 1 dari 38 kabupaten dan kota di bawah administrasi Provinsi Jawa Timur. Adapun batas wilayahnya adalah sebagai berikut; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Ngawi, sebelah utara dengan Kabupaten Tuban, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamo-ngan, sebelah selatan berbatasan de-ngan Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Madiun. Terletak di garis Bujur Timur dan serta di antara Lintang Selatan dan , Kabupaten Bojonegoro memiliki luas wilayah Ha (Bojonegoro Dalam Angka 2011). Dengan wilayah yang cukup luas tersebut, penggunaan tanah di dalamnya juga bervariasi (lihat tabel 1): No Tabel 1 Penggunaan Tanah di Kabupaten Bojonegoro Penggunaan Tanah 2009 Luas Area (%) 2010 Luas Area (%) 1 Tanah sawah 32,58 32,58 2 Tanah kering 22,42 22,42 3 Hutan Negara 40,15 40,15 4 Perkebunan 0,26 0,26 5 Lain-lain 4,59 4,59 Sumber : Bojonegoro Dalam Angka (BPS Kab. Bojonegoro, 2011) Sedangkan dilihat dari topografi, wilayah Bojonegoro secara umum berada di dataran rendah, terutama di bagian utara yaitu sepanjang aliran Bengawan Solo, yang membentang dari bagian barat daya yaitu Kecamatan Margomulyo sampai wilayah paling timur, yaitu Kecamatan Baureno. Wilayah Bojonegoro bagian selatan

12 12 berada di dataran tinggi, yaitu sepanjang Gunung Pandan, Kramat dan Gajah 9. Sampai tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bojonegoro mencapai jiwa. Dengan rincian laki-laki jiwa dan perempuan jiwa yang tersebar di 28 kecamatan, 419 desa dan 11 kelurahan. Sebagian besar kultur masyarakatnya adalah Jawa seperti di daerah Solo atau Yogyakarta. Jawa Timur sub kultur Mataraman adalah sebutan populer termasuk di Bojonegoro. Kultur Samin adalah warna khusus yang ada di Bojonegoro, terutama di bagian barat. Kendati gerakan Samin terkenal dengan model pembangkangan yang khas terhadap kebijakan pemerintah di jaman kolonial, namun hal tersebut kurang teraktualisasi di masa kini. Dinamika sosial masyarakat Bojonegoro cenderung kalem dalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah daerah yang dirasa kurang tepat. Secara umum demonstrasi atau model parlemen jalanan lain tidak begitu nampak intensif terjadi. Namun keadaan yang relatif kondusif tersebut, sempat bergejolak ketika masyarakat menunjukkan resistensinya terhadap negara dengan aksi penjarahan hutan. Akibat yang ditimbulkan adalah berkurangnya kuantitas area hutan produktif, yaitu hanya tersisa hektar dan sebesar hektar tidak lagi produktif. 9 BPS Kab. Bojonegoro, Bojonegoro Dalam Angka 2010

13 13 C. Kultur Agraris dan Kemiskinan Dengan persoalan yang terjadi di sektor kehutanan, harapan pada potensi tersebut berkurang drastis. Degradasi lahan telah terjadi akibat penjarahan hutan. Dari Tabel 1 tentang penggunaan lahan di atas, selain harapan pada sektor kehutanan, pertanian beserta sektor lain yang mempunyai kaitan seperti peternakan adalah sektor potensial. Pada tahun 2010, luas panen tanaman padi dan palawija adalah sebagai berikut; Tabel 2 : Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija (Dalam Hektare)

14 14 Gambar 1. Peta Produksi Tanaman Padi dan Palawija di Kab. Bojonegoro Luasan panen tanaman padi dan palawija di atas tidak selalu berbanding lurus dengan penghasilan atau tingkat perekonomian petani. Sekalipun Nilai Tukar Petani mengalami kondisi yang relatif baik selama tiga tahun ke belakang, yaitu 102,45% pada tahun 2010, 102,65% untuk tahun 2012 serta 102,50% pada tahun , namun kondisi tersebut secara riil juga diba-yangi persoalan terkait menyusutan luasan lahan untuk pertanian. 10 Suyoto, Eksploitasi Migas Untuk Kesejahteraan Berkelanjutan, dalam Mengelola Pembangunan Daerah Penghasil Migas, Imago 2013

15 15 Kultur agraris dan kemiskinan, begitulah beberapa orang kerap mengaitkan dua hal tersebut sebagai karakteristik sosial ekonomi di Jawa. Kondisi ini pernah dipotret oleh seorang ilmuwan Australia, C.L.M Penders, yang melukiskan sejarah Bojonegoro sebagai sejarah kemiskinan, dalam bukunya Bojonegoro : A Story of Endemic Poverty in North West East Java. Kondisi ini pula yang diidentifikasi oleh tim peneliti sebagai permasalahan yang mengemuka di sebagian wilayah Kabupaten Bojonegoro. Gambar 2. Potret kemiskinan warga Bojonegoro Sebagaimana sebuah kenyataan yang berlawanan dengan keberlimpahan migas, kondisi masyarakat desa di sekitar area migas di Bojonegoro adalah tipikal masyarakat agraris dengan budaya kewirausahaan (entrepreneurship) yang rendah, ditambah dengan absennya tokoh masyarakat yang mempunyai pengaruh kuat diluar tokoh pemerintahan. Hal tersebut mengemuka ketika tim peneliti Universitas Gadjah Mada berdiskusi dengan beberapa warga Bojonegoro pada bulan Agustus Kondisi masyarakat seperti ini dapat berimplikasi pada ketidakoptimalan dana investasi di masyarakat (mismanajemen pengelolaan dana), serta kemungkinan terjadinya chaos ketika kepemimpinan di pemerintahan mengalami krisis. Dari hasil diskusi juga disebutkan, secara umum warga tidak banyak yang memiliki sawah, sehingga aktivitas bertani di sawah

16 16 hanya dilakukan oleh warga yang memiliki sawah. Tanaman padi tidak begitu menjanjikan secara ekonomis sebab biaya produksinya begitu mahal. Hal ini disebabkan karena kondisi wilayah yang kering dan me-ngandalkan sawah tadah hujan. Di sisi lain, banyak warga yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk usaha produktif, misalnya untuk menanam pisang. Jenis pisang yang ditanam pun bervariasi seperti pisang raja, pisang kepok, pisang susu, pisang subliro, dan masih banyak jenis lainnya. Tanaman ini umumnya ditemukan hampir di semua pekarangan milik warga. Kondisi tanah sangat mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman pisang. Sampai saat ini pisang menjadi salah satu produk yang potensial. Potensi pisang dimanfaatkan warga sebagai sumber penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain pisang, ketela pohon juga mudah didapat di wilayah tersebut, meskipun siklus hidup dan potensinya tidak sebaik tanaman pisang. Warga juga menanam jati sebagai bentuk investasi. Tanaman jati dapat dijadikan komoditas atau paling tidak digunakan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pembuatan meubel di rumah. Masyarakat juga memelihara berbagai ternak antara lain kambing, ayam, dan sapi. Masyarakat beternak ayam sebagai sumber penghasilan, sedangkan ternak kambing umumnya untuk tabungan. Di sisi lain, budaya dan kehidupan wirausaha (entrepreneurship) tidak berkembang. Dengan kondisi masyarakat seperti ini, ketika menghadapi kehadiran uang dalam jumlah besar dapat dipastikan mereka cenderung konsumtif dan tidak mampu memanfaatkan uang tersebut untuk investasi (dikembangkan). Hal tersebut perlu diantisipasi sebab masyarakat begitu rentan terhadap dampak buruk inflasi. Di bidang sosial, ketiadaan tokoh yang mempunyai pengaruh kuat di luar tokoh pemerintah juga berdampak pada minimnya kepemimpinan di wilayah tersebut. Kepemimpinan yang ada hanya kepemimpinan formal (Peme-rintahan Desa). Selain itu, masyarakat juga minim wawasan serta pengalaman dalam berorganisasi. Kemampuan mengakses dan memanfaatkan informasi pun rendah. Di tambah pula, minimnya skill manajemen yang dimi-liki masyarakat

17 17 menyebabkan mereka tidak siap menghadapi krisis. Situasi ini sangat rentan ketika pemerintah mengalami krisis karena akan melahirkan masyarakat tanpa kepemimpinan (anarki) sehingga mudah terjadi gejolak sosial. Mengacu pada permasalahan yang diuraikan di bagian atas, terlihat betapa pentingnya mengembangkan kewirausahaan sejak awal, membangun kapasitas ekonomi, dan melatih kepemimpinan. Kesemua proses itu tentunya berdasar pada persoalan dan berbasis pada potensi lokal yang telah dimiliki. Tujuannya agar masyarakat mampu mengelola potensi yang ada di desanya. Ketika masyarakat mampu memanfaatkan potensi dan asset desanya, maka keberdayaan akan tumbuh dari dalam. Sekaligus ketika masyarakat mampu berdaya harapannya tidak mudah pula dikuasai oleh elit-elit tertentu yang mendominasi dan mengambil manfaat langsung dari ketidakberdayaan masyarakat dalam hal ekonomi maupun sosial.

18 18 D. Metode Penelitian Dalam studi ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan mengedepankan teknik purposive, yaitu peng-ambilan data disesuaikan dengan tujuan dasar dari penelitian. Tujuan dasar dari penelitian ini adalah sebagai studi awal untuk potensi pengembangan pertanian (agro) di area kerja migas di Bojonegoro. Dengan area kerja perusahaan migas yang tersebar di berbagai wilayah, maka pemilihan wilayah penelitian dalam studi ini didasari pertimbangan tertentu. Dipilihnya dua kecamatan, yaitu Tambakrejo dan Purwosari sebagai wilayah studi karena berada di wilayah ring 1 sumur migas Tiung Biru, yang hingga tahun 2013 dua wilayah tersebut berada dalam kondisi dinamis. Adapun sumur migas Tiung Biru dipilih sebagai kawasan studi karena meskipun aktivitas migas sudah berlangsung beberapa tahun lalu, namun solusi terhadap persoalan sosialekonomi dan pengembangan desa di wilayah tersebut masih minim. Dalam pengembangan desa area operasi migas di Kabupaten Bojonegoro, sebagian besar perhatian dan program pembangunan diarahkan ke wilayah kerja sumur migas Banyuurip yang memang saat ini tengah menjadi harapan nasional. Sumur Tiung Biru sendiri merupakan penghasil gas yang hingga saat ini o-perator utamanya ada Pertamina. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengambilan data. Metode pertama adalah Focus Group Discussion (FGD). Teknik ini digunakan karena lebih efisien dan efektif untuk menarik informasi dari berbagai macam sumber informasi di tengah waktu yang terbatas. FGD dilaksanakan di Pendopo Kecamatan Tambakrejo pada

19 19 tanggal 5 Oktober 2013 yang diha-diri oleh kedua camat dari Purwosari dan Tambakrejo beserta stafnya serta beberapa kepala desa dari dua kecamatan tersebut, terutama desa-desa yang berada di sekitar area kerja sumur Tiung Biru. Kedua, untuk memperkuat hasil FGD, maka dilaksanakan observasi lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2013 dengan mengunjungi desa-desa yang terdapat potensi menonjol sekaligus masih ada persoalan dalam pengembangan potensi tersebut. Potensi yang dimaksud adalah pertanian, terkait vegetasi tanaman yang tumbuh dan berkembang di wilayah itu; potensi peternakan, terutama ayam, kambing, domba dan sapi; potensi UKM serta tak kalah penting dengan melihat kondisi sosial di desa. Ketiga, sekaligus dalam observasi tersebut digunakan untuk wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan potensi yang ada di desa, seperti ketua dan anggota kelompok ternak, kelompok tani serta kepala desa. Keempat, pengambilan dan analisis data sekunder. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari data peternakan dan pertanian di kedua wilayah kecamatan. Untuk lebih memperkuat, maka data BPS yaitu Bojonegoro dalam angka juga banyak digunakan. Penggunaan data sekunder untuk analisis juga banyak diambil dari berbagai media, terutama media lokal Bojonegoro yang mempunyai fokus pemberitaan pada isu migas dan dampak-dampak yang terjadi di desa sekitar migas.

20 20

21 21 BAB II DESA, PETANI, DAN MIGAS: SEBUAH STUDI AWAL DI KECAMATAN TAMBAKREJO DAN KECAMATAN PURWOSARI

22 22 Bab II ini merupakan deskripsi tentang kondisi dua kecamatan yang menjadi wilayah studi, yaitu Kecamatan Tambakrejo dan Kecamatan Purwosari. Ketika kondisi makro dua kecamatan tersebut mampu dijabarkan, lantas persoalan sekaligus potensi desadesa yang ada di dalamnya dapat terpetakan. Dari studi dua kecamatan ini diharapkan dirumuskan solusi strategik dan rencana program yang akan dijalankan. Dengan demikian diharapkan pula program yang dirumuskan tidak saja berdasar nalar praktis tetapi berdasar realitas yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat lokal.

23 23 A. Tambakrejo: Boleh Optimis, Wajib Waspada Tambakrejo merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah selatan Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan Tambakrejo terdiri dari 18 desa, 65 dusun, 95 RW, dan 378 RT. 1 Jumlah penduduk di Kecamatan Tambakrejo jiwa dengan komposisi laki-laki dan perempuan. 2 Mata pencaharian masyarakat pada umumnya adalah bercocok tanam dan beternak. Dengan kondisi wilayah hutan yang cukup luas, masyarakat diuntungkan dengan ketersediaan pakan ternak yang cukup, meliputi lamtoro gong, gliresyde, hijauan makanan ternak, rumput gajah, dan setaria. Letak geografis Kecamatan Tembakrejo, yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Purwosari, Selatan dengan Kabupaten Ngawi, Timur dengan Kecamatan Ngambon, dan Barat dengan Kecamatan Ngraho. Luas wilayah km² yang merupakan wilayah kecamatan terluas di Kabupaten Bojonegoro atau tepatnya menempati sekitar 9% dari luas wilayah Kabupaten (2.307 km²). Berada di ketinggian m² di atas permukaan air laut menjadikan kecamatan ini secara umum berhawa panas. 1. Kondisi Pertanian Potensi pertanian di Kecamatan Tambakrejo meliputi padi, jagung, singkong, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Potensi unggulan 11 Profil Kecamatan Tambakrejo yang disampaikan oleh Camat Tambakrejo, Ngasiaji, S.Sos, M.Si dalam kegiatan audiensi dan Focus Group Discussion (FGD) tim peneliti UGM, 5 Oktober 2013, di Kantor Kecamatan Tambakrejo. 12 Berdasarkan dokumen laporan yang disampaikan oleh Achmad Moechid, Petugas Teknis Pelaksana Peternakan dan Perikanan Kecamatan Tambakrejo, 5 Oktober 2013.

24 24 Gambar 3. Tanaman jagung milik warga tanaman pangan ada tiga yaitu padi, jagung dan singkong. Dari luasan 3305 ha lahan padi, produksi mencapai 25 ribu ton per tahun. Ada pula potensi tanaman hortikultura seperti mangga, pisang, cabai, tomat, dan belimbing. Selain itu, warga juga menanam tembakau, hingga saat ini ada sekitar 48 ha tanaman tembakau. Rata-rata lahan yang terdapat di wilayah tersebut adalah sawah tadah hujan yaitu seluas 3305 ha. Selain itu, luasan untuk tegal sekitar 1860 ha dan pekarangan 1464 ha. Adapun luasan hutan secara keseluruhan mencapai ha tapi yang digarap hanya berkisar 5000 ha.tanaman pangan yang dikembangkan antara lain padi jagung kedelai dan ubi kayu. Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah Kecamatan Tambakrejo pada 5 Oktober 2013, diketahui bahwa ada beberapa masalah pertanian yang sering dihadapi masyarakat. Misalnya terkait tanaman padi, ketika panen raya, harga padi relatif rendah. Sedangkan tanaman jagung cukup potensial, luasan area tanam jagung ketika musim kemarau hampir 80 persen luasan area tanam padi, sedangkan 20 persen sisanya adalah

25 25 Gambar 4. Potensi ubi kayu area tanam tembakau dan kedelai. Hanya saja, sebagian besar jagung dijual mentah dan tidak banyak masyarakat yang mampu mengolah jagung menjadi produk olahan yang lebih bernilai jual. Jagung dari Tambakrejo umumnya dijual ke luar daerah, misalnya ke Magetan. Di Magetan, jagung dari Tambakrejo dibuat olahan emping jagung. Di Tambakrejo sendiri, ada warga yang mengolah jagung, namun saat ini pengolahannya masih sebatas menjadi cemilan marneng (jagung goreng). Selain itu, potensi ubi kayu juga cukup banyak. Ubi kayu biasanya disetor ke wilayah kecamatan lain, misalnya ke Kecamatan Margomulyo, sebab disana terdapat pabrik tepung. Masyarakat Tambakrejo juga mengharapkan agar diusahakan adanya pabrik tepung di wilayah mereka. Menurut warga, pasar ubi kayu di Tambakrejo lebih luas daripada Margomulyo, dengan potensi ubi kayu yang juga lebih besar yakni lebih dari 350 ha. Sehingga dengan adanya pabrik tepung harapannya bisa menambah pendapatan petani. Sebab selama ini bagi warga yang tidak bisa mengakses ke Margomulyo, hasil penjualan ubi kayu sangat murah. Masyarakat Tambakrejo pernah mendapatkan bantuan alat pembuat

26 26 modified cassava flour (mokaf), harapannya agar singkong bisa dibuat tepung pengganti gandum. Namun sayangnya tidak ada contoh tepung yang sudah jadi, sehingga tidak banyak produk olahan dari singkong menjadi tepung tersebut. Di Tambakrejo terdapat lahan kedelai wilis sangat luas. Seperti halnya jagung dan ubi kayu, kedelai juga banyak dijual mentahan dan tidak sampai dibuat produk olahan tempe atau tahu. Menurut warga, adanya bantuan dan pelatihan kepada masyarakat untuk mengolah kedelai sangat penting. Sehingga harapannya tidak hanya dibuat menjadi tahu atau tempe, tetapi juga bisa dibuat kecap. Sebagian warga tertarik untuk mengembangkan kedelai hitam malika yang dibudidayakan UGM sebagai bahan kecap. Untuk potensi pisang, aktivitas ekonominya telah mempunyai ruang khusus di Pasar Kacangan. Transaksi pisang di pasar tersebut cukup tinggi, yang sebagian besar merupakan produk lokal dari Tambakrejo dan sekitarnya. Macam-macam pisang yang dijual di Pasar Kacangan antara lain pisang raja (Rp 100 ribu per 10 sisir), pisang sobo pipit (Rp 8 ribu per sisir), pisang kepok abang (Rp 8 ribu per sisir), dan adapula nama lokal yang bisa menjadi trademark, yaitu pisang subliro (susu blirik bojonegoro). Warga menyetor pisang setiap hari, tetapi setiap hari pasaran legi pasar pisang lebih ramai dari biasanya. Pisang yang dibawa warga ada yang dijual sendiri dan ada pula yang dibeli oleh pengepul. Pada setiap pasaran legi, umumnya pengepul dapat mengumpulkan 3 truk pisang untuk kemudian disetor ke luar daerah (misal Surabaya). Dan setiap 1 truk pisang, pengepul mendapatkan hasil sebesar Rp 30 juta. Potensi pertanian yang cukup baik tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan air. Di Tambakrejo terdapat sumber pengairan berupa waduk sebagai strategi penampungan air yang masih bersifat tadah hujan. Terdapat dua waduk yaitu Waduk Watang yang terletak di Desa Tambakrejo dengan luas 5 ha dan Waduk Rowo Glandang yang terletak di Desa Gading dengan luas 6 ha. Waduk yang tidak saja untuk pengairan, tetapi juga sarana pengembangan potensi perikanan. Selain itu, ketersediaan air juga ditunjang adanya embung yang terdapat di

27 27 Desa Napis dengan luas 2,5 ha. Namun adanya waduk dan embung belum cukup untuk melebihi target produksi padi, sehingga perlu ada sistem pengairan yang lebih teknis dengan adanya irigasi yang baik. Seperti pada umumnya di wilayah Bojonegoro, sawah di Tambakrejo merupakan sawah tadah hujan yang mengalami satu kali masa panen. Dengan sarana dan prasarana perairan yang lebih memadai, diharapkan kedepan bisa dua kali panen. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mempunyai program 1000 embung sampai tahun Namun ada sedikit kendala dalam pembuatan embung. Tanah perhutani sulit dilobi untuk pembuatan embung. Kendala lainnya, banyak embung yang sudah dibuat, tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena salah penempatan atau kurang strategis. 2. Kondisi Peternakan Selain bertani, masyarakat Tambakrejo pada umumnya juga beternak. Potensi ternak yang terdapat kecamatan tersebut antara lain sapi potong, kerbau, ayam buras, kambing, dan domba (lihat Tabel 1). Hanya saja, para peternak masih mengelola ternaknya secara tradisional. Menurut informasi dari petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Peternakan Kecamatan Tambakrejo, banyak kendala yang dijumpai di lapangan antara lain: 1. Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) 2. Ketrampilan (skill) beternak masih tradisional 3. Lembaga/kelompok masih pasif 4. Manajemen pengelolaan ternak 5. Permodalan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro telah mencoba mengatasi persoalan tersebut diatas dengan berbagai kegiatan program bantuan baik teknis maupun fisik. Bahkan kemitraan antar sektor juga telah berjalan dengan dibentuknya kluster sapi potong di Desa Napis dengan nama kelompok ternak

28 28 Lembu Seto bekerja sama dengan Bank Indonesia Cabang Surabaya, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang dan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Adapun bantuan yang telah diberikan kepada kelompok ternak Lembu Seto antara lain: Sewa kantor sekretariat Lembu Seto di Desa Napis Mobil pick up Panther 1 unit Biogas (dari Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur) Bantuan ternak sapi betina 39 ekor, jantan 1 ekor dari Dinas Propinsi Jawa Timur Rumput gadjah sebanyak 33 ribu stek Vaksinasi AI dan SE pada ayam dan ternak sapi (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro) Pembuatan kandang, bantuan dari Bank Indonesia Bantuan 3 ekor sapi jantan dari Bank Indonesia Peralatan kantor dan pembentukan KSU dari Bank Indonesia Diesel 7 pk dari Bank Indonesia Bantuan Strow Brahman 250 dosis dari Dinas Peternakan Bantuan sarana jalan produksi 3 km dari Dirjen Peternakan pusat Pembentukan kelompok ternak: peternak kecil, sedang (kambing/domba), dan peternak besar (sapi) Bantuan pinjaman lunak/kredit sapi, kambing, domba dengan masa waktu pengembalian dua tahun tanpa bunga (0%). Bantuan hibah lewat musrenbang desa: ternak kambing PE dan domba Merino Bantuan CSR Pertamina EP Cepu di Desa Kalisumber Kegiatan penyelamatan sapi betina produktif di Desa Tanjung (kelompok ternak sapi Sekar Tanjung ) dan Desa Pengkol (Kelompok ternak Nusa Bakti ) Pemberian insentif sapi betina produktif untuk kelompok ternak sapi Tunas Melati Unggul di Desa Bakalan.

29 29 Selain itu, di Kecamatan Tambakrejo sudah dikembangkan kegiatan inseminasi buatan untuk sapi dan kambing. Jumlah petugas inseminasi buatan di Tambakrejo ada 3 orang dengan pembagian wilayah kerja sebagai berikut: Tambakrejo Timur meliputi Desa Dolokgede, Desa Sendangrejo, Desa Turi, Desa Mulyorejo, dan Desa Kacangan (Petugas IB: Rusharjito) Tambakrejo Tengah meliputi Desa Kalisumber, Desa Malingmati, Desa Tambakrejo, Desa Bakalan, Desa Gamongan, dan Desa Jawik (Petugas IB: Teguh Budiarto) Tambakrejo Barat meliputi Desa Gading, Desa Pengkol, Desa Tanjung, Desa Sukorejo, Desa Ngrancang, Desa Napis, dan Desa Jatimulyo (Petugas IB: Ahmad) Gambar 5. Ternak sapi milik warga Tambakrejo

30 30 TABEL 3. DATA POPULASI TERNAK BESAR DAN KECIL BULAN SEPTEMBER 2013 KECAMATAN TAMBAKREJO SAPI POTONG KERBAU AYAM KAMBING DOMBA NO DESA/KELURAHAN JANTAN BETINA JANTAN BETINA RAS BURAS JANTAN BETINA JANTAN BETINA 1 JATIMULYO NAPIS NGRANCANG TURI MULYOREJO KACANGAN SENDANGREJO DOLOKGEDE MALINGMATI TAMBAKREJO BAKALAN JAWIK SUKOREJO GADING PENGKOL TANJUNG GAMONGAN KALISUMBER JUMLAH Sumber: Laporan Unit Pelaksana Teknis Peternakan dan Perikanan Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro

31 31 Hasil sensus pertanian pada 2011 menunjukkan populasi sapi kurang lebih ekor. 3 Ketika harga sapi melonjak, para peternak beramai-ramai menjual sehingga jumlah sapi menurun. Saat ini populasi sapi masih berkisar 15000an. Gambar 6. Ternak domba milik warga di Desa Kalisumber, Kecamatan Tambakrejo. Karakter masyarakat Tambakrejo agak unik karena termasuk masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dan pola pikirnya masih tradisional. Menggeser pola pikir masyarakat peternak dari tradisonal menuju pola pikir yang mampu selaras dengan permintaan pasar adalah upaya kelompok ternak yang sudah mapan. Adapun beberapa aspek pola pikir masyarakat yang berusaha diperbaiki adalah : Pertama, SDM karena keterbatasan tingkat pendidikan. Kedua, kelembagaan. Kadang-kadang dalam pola pikir masyarakat bahwa bantuan itu untuk kelompok dan tidak ada manfaat untuk pribadi. Ketiga, aksesibilitas permodalan. Keempat, manajemen pengelolaan ternak. Kelompok Lembu Seto saat ini ditugasi mendampingi kluster 13 Berdasarkan dokumen laporan yang di-sampaikan oleh Achmad Moechid, Petugas Teknis Pelaksana Peternakan dan Perikanan Kecamatan Tambakrejo, 5 Oktober 2013.

32 32 sapi potong di Desa Napis. Bisa dikatakan bantuan sapi untuk kelompok tersebut cukup lancar. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur memberi bantuann sekitar 40 ekor dengan 39 betina dan 1 pejantan. Sedangkan dari Bank Indonesia, kelompok ternak mendapatkan bantuan tiga pejantan dan sebuah mobil pick up untuk kendaraan operasional. Dengan bantuan dan dampingan tersebut menjadikan kelompok Lembu Seto cukup kuat kelembagaannya. Sekretariat dan keperluan administrasi sudah mencukupi serta ditunjang kemampuan SDM untuk mengeoperasionalkan teknologi informasi. Koperasi serba usaha kelompok juga telah berjalan dengan baik dan mampu memberikan manfaat pada anggota-nya. Potensi peternakan juga terdapat di Desa Kalisumber yang terletak di Kecamatan Tambakrejo sebelah utara dan berbatasan dengan Kecamatan Purwosari. Pada awalnya peternakan di Desa Kalisumber berjalan secara tradisonal, artinya telah dimiliki dan dikelola pribadi oleh warga di rumahnya masing-masing. Namun Gambar 7. Ternak kambing jawa milik warga Desa Kalisumber

33 33 dengan letak wilayah desa yang berada di titik utama aktivitas pengeboran gas Tiung Biru menjadikan kondisi sosial yang cukup dinamis yang lantas Pertamina memberikan respon berupa bantuan kambing dan domba pada warga namun dikelola secara kelompok. Atas rekomendasi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro, Pertamina EP Cepu menunjuk Lembaga Pemantau Kegiatan Publik (LPKP) untuk melakukan pendampingan pengembangan ternak di Desa Kalisumber. Setelah itu dilanjutkan pembentukan tiga kelompok ternak (masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang) yang dilakukan Pemerintah Desa Kalisumber beserta kelompok masyarakat. Adapun bantuan yang diberikan oleh Pertamina EP Cepu kepada tiga kelompok tersebut yaitu: Kelompok Ternak Maju Jaya mendapat bantuan 30 ekor kambing betina dan 3 ekor pejantan Ettawa Kelompok Ternak Sumber Barokah mendapat bantuan 20 ekor kambing betina, 10 ekor domba betina, 2 ekor pejantan Ettawa, dan 1 ekor pejantan Domba Garut Kelompok Ternak Barokah Jaya mendapat bantuan 30 ekor kambing betin dan 3 ekor pejantan Ettawa. Dengan waktu pendampingan yang belum cukup lama, menjadikan sebagian peternak masih memiliki pola pikir lama dalam mengelola ternaknya. Jika ada kebutuhan mendesak atau tengah berada di musim hajatan maka ternak menjadi sumber uang melalui penjualan ternak tanpa memperhatikan umur dan tingkat produktivitasnya. Terlepas dari persoalan pola pikir peternak yang masih menggunakan pola lama, sisi positif juga tidak bisa dimungkiri telah muncul dari aktivitas pendampingan di Desa Kalisumber. Para peternak saat ini sudah mulai menggunakan kandang panggung, tidak lagi menggunakan kandang lemprak demi menjaga kesehatan hewan ternak. Mereka juga sudah mulai menggunakan pakan yang terbuat dari fermentasi sehingga cukup menghemat waktu dan biaya dalam beternak. Sampai sekarang, sudah ada 15 ekor yang beranak dan 20 ekor bunting.

34 34 Gambar 8. salah satu kandang kambing kelompok ternak Ustan Mandiri Kelompok ternak perlu pengetahuan dan teknis beternak yang maju. Artinya, perlu ada teknik perawatan khusus mulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, bahkan untuk pembuatan serta perawatan kandang. Kelompok ternak Ustan Mandiri yang dirintis di desa Dolokgede mencoba menerapkan sekaligus mengembangkan teknik beternak yang lebih efektif. Berbekal pengalaman ketika studi banding di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, anggota kelompok ternak Ustan Mandiri mendapatkan ilmu baru dalam memelihara ternak. Hingga sekarang kelompok ini sudah mengembangkan hewan ternak seperti kambing, domba merino, sapi, ayam kampung, bebek, dan lele. Populasi ternak kambing di kelompok Ustan Mandiri ada sekitar 40 ekor dengan lama pemeliharaan rata-rata 4 bulan. Menurut ketua kelompok ternak Ustan Mandiri, M. Ali, harga jual kambing cukup potensial. Harga jual kambing pejantan Rp 1,5 juta, harga beli Rp 1 juta, dan ketika Idul Adha harga jualnya naik menjadi Rp 1,8 juta. Sedangkan, harga jual kambing betina bisa mencapai selisih Rp 300 ribu dari harga beli yaitu kurang lebih Rp 1,2 juta untuk satu induk bunting. Harga beli anakan kambing (cempe) jantan berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu untuk setiap cempe betina berusia 3

35 35 Gambar 9. Domba merino milik kelompok ternak Ustan Mandiri bulan. Sementara untuk cempe jantan berusia 3 bulan harga belinya Rp 600 ribu. Hasil ternak kambing dijual di Pasar Ngambon setiap hari pasaran legi. Peternak lebih suka menjual ternak ke pasar daripada didatangi pembeli karena selisih harganya mencapai Rp 50 ribu-rp 100 ribu per ekor. Hanya saja, untuk penjualannya masih menggunakan sistem taksiran bukan dihitung per kilogram berat badan kambing. Peternak juga mengembangkan teknologi pakan berupa fermentasi. Bahan yang digunakan antara lain kacang giling, dedak, katul, ampas tahu, tetes tebu, dan garam beryodium. Target ADG 1 kg/mg dan kebutuhan pakan 1,5 kg/hari/ekor. Untuk pakan tersebut peternak mengeluarkan biaya Rp 1100/kg. Hanya saja, untuk membuat pakan tersebut peternak masih memiliki kendala sebab alat chooper kurang bagus sehingga gilingan yang dihasilkan tidak bisa halus. Selain mengembangkan pakan, peternak juga memanfaatkan kotoran kambing. Kotoran kering dibuat menjadi pupuk kering, biasanya untuk kebutuhan sendiri. Biasanya 6 ekor kambing menghasilkan 2 karung kotoran, dengan kapasitas 25 kg per karung, dijual dengan harga Rp 50 ribu. Di Tambakrejo, peternak juga mengembangkan ayam buras dan bebek. Saat ini ada pilot projek pengembangan ternak ayam buras

36 36 Gambar 10. Ternak ayam di Desa Kacangan dan bebek oleh Kelompok Peternak ayam Kacangan (KPK). Ada 25 orang yang tergabung dalam kelompok ternak tersebut dengan rata-rata skala produksi 100 ekor dengan waktu pemeliharaan sekitar 3 bulan. Peternak ayam di Desa Kacangan umumnya membeli DOC dari Mojokerto dengan harga beli Rp 4000 per ekor. Sedangkan untuk harga jual menurut kesepakatan kelompok adalah Rp per ekor. Peternak umumnya menjual kepada pedagang yang datang kepada mereka, sebab kalau dijual di pasar hanya Rp 20 ribu-rp 25 ribu per ekor. Dalam perawatannya, vaksin diberikan 1 kali dalam 1 minggu sesudah DOC masuk kandang. Vaksin seharga Rp 50 ribu diberikan untuk 50 ekor ternak. Adapun pakan terdiri dari campuran B komplex, Vitachick, dan konsentrat. Setiap 100 ekor ayam memerlukan 2 sak (karung) dengan berat per sak 50 kg dan harga Rp 400 ribu. Sementara untuk pakan katul seharga Rp 1500 kg dan jagung Rp 3200/kg. Untuk pakan campuran, komposisinya terdiri atas 5 kg katul, 3 kg konsentrat, dan 2 kg jagung, diberikan 2 kali dalam sehari. Peternak ayam Desa Kacangan mengakui bahwa mereka masih menerapkan manajemen pemeliharaan yang sederhana. Dari DOC sampai ayam siap jual ditempatkan di kandang

37 37 yang sama. Dalam penyediaan pakan pun cenderung masih membeli dari pasar. Hanya saja kendalanya bahwa harga pakan sangat fluktuatif. Selain itu, ayam banyak yang mati karena terserang wabah penyakit (plenthis). Di Pasar Taji dekat Desa Kacangan, peternak melakukan transaksi jual beli ayam. Setiap hari pasaran pahing, ternak yang disetor di Pasar Taji dikirim ke luar daerah. Ternak yang dikirim mencapai 3 unit truk dan banyak juga yang menggunakan mobil pick up. Selain yang dikirim ke luar daerah, Pasar Taji juga mendapat kiriman ayam dari luar kota seperti Jombang, Kertosono, dan Kediri. 3. Kondisi Sosial Bekerjanya program pembangunan dan aktivitas ekonomi masyarakat di desa tidak lepas dari pengaruh kondisi sosial. Sebagai daerah yang berada di kawasan ring 1 sumur migas, kondisi sosial Kecamatan Tambakrejo berjalan cukup dinamis. Di kawasan migas Tiung Biru, Desa Kalisumber merupakan titik utama munculnya dinamika sosial. Hadirnya Pertamina di desa tersebut menjadi aktor tersendiri yang mampu bermitra, namun pada awalnya dipantik melalui kontestasi kepentingan dengan warga. Sebagai operator gas, Pertamina diposisikan warga sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap kondisi lingkungan yang diakibatkan dari aktivitas pengeboran. Kebisingan, debu yang berterbangan hingga mempengaruhi kondisi kesehatan warga adalah akibat-akibat yang dijadikan warga sebagai sumber pemantik untuk meluncurkan tuntutan. Pada mulanya, warga menuntut Pertamina untuk membayar ganti rugi melalui mekanisme pemberian cash money. Uang tersebut diterimakan setiap kepala keluarga yang terdampak langsung sebesar Rp ,- per bulan. Namun mekanisme tersebut ditolak Pertamina, yang lantas mengundang beberapa pemangku kepentingan di Kecamatan Tambakrejo untuk bermusyawarah. Musyawarah yang difasilitasi pihak kecamatan yang lantas mengundang pihak Kepolisian Sektor, warga Kalisumber dan

38 38 Pertamina sendiri. Dari hasil musayawarah itulah yang akhirnya disepakati kompensasi yang diberikan Pertamina lebih bernilai produktif bukan konsumtif, yaitu melalui bantuan kambing dan domba pada warga Desa Kalisumber. Selain bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi produktif warga, Pertamina juga merespon sebatas karitatif. Misalnya dengan memperbaiki pagar pemakaman desa. Bantuan tersebut juga merupakan respon dari gejolak sosial yang terjadi sebelumnya, yaitu ketika ada aksi pemblokiran jalan oleh warga Kalisumber. Lepas dari titik utama pengeboran gas, gejolak sosial masyarakat desa lebih redup. Tepatnya di Desa Tambakrejo dan Malingmati tuntutan dan aksi warga tidak terlihat intensif. Meskipun keinginan dilibatkan dalam proyek migas tetap tidak bisa diben-dung. Manfaat dalam bentuk lain juga tetap diharapkan, yaitu berupa program Corporate Social Responsibility (CSR) atau community development dari perusahaan operator gas. Ketika di Desa Kalisumber ada program bantuan kambing dan domba untuk warga, sedangkan di Desa Malingmati dan Tambakrejo pelibatan masyarakat diwujudkan dalam pengelolaan air dengan membentuk kelompok-kelompok masyarakat. Lebih jauh lagi dari sumur gas Tiung Biru, tepatnya Desadesa di Tambakrejo sepanjang jalan poros Ngambon Purwosari, gejolak sosial akibat industri migas semakin redup. Desa-desa di wilayah tersebut justru lebih dekat dengan proyek migas di sumur Banyuurip dan Jambaran yang masuk kawasan Blok Cepu. Namun karena secara administratif berada di satu kecamatan dengan kawasan Tiung Biru maka dalam pembaguan ring migas masuk kawasan tersebut. Dominasi relasi pemerintah desa dengan warga lebih mewarnai kondisi sosial di desa-desa sepanjang Desa Kacangan sampai Dolokgede. Peme-rintah desa menjadi acuan dan penggerak utama pembangunan desa. Selain kedua aktor tersebut, dinamisnya kondisi sosial di kawasan tersebut karena dijadikan pusat aktivitas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ademos. Kapasitas LSM Ademos secara kelembagaan sejatinya telah mumpuni dan sebagian besar dige-

39 39 rakkan oleh SDM lokal desa-desa di kawasan tersebut. Namun derajat kepentingan dalam membangun desa di kawasan tersebut belum optimal karena konsentrasi lembaga tengah terpecah. Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut juga menjadi lembaga mitra Mobile Cepu Limited (MCL) dalam menjalankan program CSR namun dengan lokus di wilayah kecamatan lain, terutama yang menjadi area kerja MCL. Dalam teknis perannya, selain berupaya mempengaruhi pembuatan kebijakan di tingkat desa, program-program Ademos telah menyentuh ekonomi produktif meskipun dengan skala yang belum besar. Hal tersebut dibuktikan melalui pendampingan kelompok ternak di Desa Dolokgede dan Kacangan, bahkan salah seorang pegiatnya menjadi pendamping kelompok ternak di Desa Kalisumber.

40 40 B. Purwosari: Meratas Peluang dan Tantangan Kecamatan Purwosari berada di sebelah utara Kecamatan Tambakrejo. Dari segi letak wilayah dan jaringan ekonomi, sejatinya Kecamatan Purwosari lebih menjanjikan karena sebagian wilayahnya terletak di jalan Poros utama Cepu Surabaya dan sebagian wilayah yang lain berada tidak terlalu jauh dari jalan poros utama dibanding Kecamatan Tambakrejo. Kecamatan Purwosari memiliki 12 Desa yang sebagian desa di bawah administrasinya berada di sekitar sumur migas. Terdapat sumber minyak di tiga sumur minyak serta potensi gas yang dikelola oleh Pertamina EP Cepu. 1. Kondisi Pertanian Kondisi pertanian di Purwosari diuntungkan dengan lokasi wilayah yang dekat sungai, menjadikan pertanian di Purwosari lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Tanaman padi bisa panen sampai dua kali karena ada jalur irigasi dari waduk. Tapi untuk tahun ini waduk yang ada tidak berfungsi. Di Desa Pelem misalnya, kekeringan menjadi persoalan dalam bertanam padi. Hal ini dikarenakan waduk yang ada belum memberikan manfaat signifikan pada pemenuhan kebutuhan irigasi. Berbeda dengan sawah yang berada di sekitar aliran sungai, kecenderungannya sawah-sawah tersebut memperoleh pengairan yang lebih baik. Menurut keterangan UPT Pertanian dan Peternakan Kecamatan Purwosari, untuk tanaman jagung tidak berhasil panen pada tahun 2013 ini, sehingga petani mengalami kerugian. Hal ini disebabkan banyaknya pengeluaran petani selama penanaman jagung. Harga beli benih mencapai Rp 70

41 41 Gambar 10. Komoditas pertanian musim kemarau ribu per kilo, sedangkan untuk pengelolaannya tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Begitu pula tanaman kedelai, petani juga mengalami gagal panen. Kondisi kering dan terbatasnya air tersebut menyebabkan warga juga tidak berani menanam padi. Pertanian di Kecamatan Purwosari merupakan pertanian sawah tadah hujan, sehingga perairan untuk kebutuhan irigasi banyak mengandalkan dari tampungan air hujan, terutama saat musim penghujan. Menurut warga setempat, sebagian besar lahan yang dimanfaatkan warga untuk pertanian adalah lahan Perhutani. Beberapa desa di Kecamatan Purwosari memang dialiri oleh anakan sungai dengan membuat chek dam, namun pada musim kemarau kondisinya mengalami kekeringan. Dengan demikian masyarakat tidak dapat mengandalkan sepenuhnya pada pengairan air sungai maupun sumur. Terutama saat musim kemarau tiba, kebutuhan irigasi sangat sulit dipenuhi, termasuk kebutuhan sehari - hari masyarakat. Pada musim kemarau tiba, warga beralih pada cocok tanam jagung hibrida, kacang hijau, dan kedelai. Hal ini disebabkan karena ketersediaan air yang sangat terbatas. Bahkan dari warga menyebutkan bahwa petani di sana hanya dapat satu kali panen jika musim kemarau. Berdasarkan keterangan salah satu tokoh Desa

42 42 Gambar 11. Sumur tampungan air di salah satu sawah milik warga Kuniran, disebutkan bahwa di desa tersebut ada potensi pertanian yang akan dikembangkan, yakni tanaman tembakau. Dimana warga diminta untuk mengerjakan tembakau yang nantinya akan disetor kepada PT. Sampoerna. Sistem pertanian dengan model plasma memang menguntungkan dari segi operasional, akan tetapi dalam hal pemasaran, para petani tidak bisa menentukan harga pasar. Untuk pengairan, meskipun ada program pemerintah untuk pembuatan embung, bagi mereka tidak terlalu bisa menjadi solusi. Hal ini dikarenakan syarat yang ditetapkan dari pemerintah sangat sulit diterapkan karena membutuhkan arena yang luas, 70 x 80 m dengan kedalaman 3 m, padahal kepemilihan lahan petani sangatlah terbatas. Beberapa warga bahkan mengharapkan solusinya agar dibuatkan check dam. Sehingga air yang dialirkan dari sungai bisa ditampung di tandon-tandon untuk kemudian dialirkan ke sawah. Selain check dam, para petani juga membuat sumur tampungan air untuk menyimpan ketersediaan air pada saat musim penghujan, sehingga saat musim kemarau tiba, sawah masih mempunyai cadangan air hujan yang berada di sekitaran sumur sumur tersebut. Salah satu rekomendasi yang disampaikan oleh warga disini adalah pengadaan sumur sawah (doker) dengan kedalaman 6 m, tiap 10 m, untuk pengendalian ketersediaan air bagi tanaman, semacam tabungan air di sawah.

43 43 Di Kecamatan Purwosari sudah terbentuk kelembagaan pertanian berupa kelompok tani, akan tetapi keberadaannya kurang aktif karena masih sebatas koordinasi penyediaan pupuk. Sehingga secara kelembagaan dinilai masih belum bagus, peran kelompok masih sebatas memfasilitasi pupuk. Pengadaan pupuk kompos yang diolah kelompok tani sudah ada, tapi belum maksimal. Kendala lain yang dihadapi oleh petani dalam sektor pertanian ini adalah adanya hama yang masih sering mengganggu. 2. Kondisi Peternakan Sebagaimana kultur masyarakat pedesaan, beternak adalah bagian dari hidup dan kekayaan yang dimiliki warga. Di Kecamatan Purwosari terdapat aktivitas peternakan, yang sebagian besar dimiliki dan dikelola warga secara individu. Kelembagaan berupa kelompok ternak yang diharapkan mampu menjadi ruang bagi peternak untuk belajar bersama dan saling menjalin hubungan mutual belum ada di Purwosari. Artinya, warga masih menerapkan cara tradisional untuk memelihara ternak, sekedar ternak rumahan. Meskipun ada pula kelompok Plasma, tetapi tidak terlalu berkembang. Menurut Gambar 12. Peternakan sapi rumahan

44 44 penuturan warga, kalau dibandingkan Kecamatan Purwosari dulunya Kecamatan Tambakrejo tertinggal. Tapi untuk saat ini, perkembangan kelompok pertanian dan peternakan mungkin jauh lebih baik di Kecamatan Tambakrejo dibandingkan Kecamatan Purwosari. Sebenarnya ada banyak kelompok ternak maupun tani di Purwosari, tetapi tidak berkembang baik seperti di Kecamatan Tambakrejo. Hal ini kemudian menyebabkan bantuan-bantuan yang masuk juga banyak ke Kecamatan Tambakrejo karena memiliki kelompok-kelompok petani dan peternak. Di Desa Kuniran terdapat potensi ayam buras sebanyak ekor yang dikembangkan dengan sistem plasma. Artinya, ada yang bertindak sebagai pemilik modal (bekerjasama dengan perorangan) yang akan membeli hasil panen hasil dengan harga yang tergantung dari kesepakatan. Sementara di Desa Ngrejeng terdapat potensi ternak bebek sekitar ekor. Di Purwosari saat ini juga dikembangkan teknik penggemukan ayam kampung. Para peternak belajar dari peternak di Desa Kacangan. Potensi peternakan yang ada di Desa Kuniran adalah sapi, kambing, dan ayam potong. Ternak sapi dan kambing pada umumnya masih dilakukan secara perorangan. Bahkan beberapa Gambar 13. Salah satu kandang peternakan ayam potong

45 45 warga hanya memelihara sapi dan kambing milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Ternak ayam sudah dikembangkan di 2 lokasi milik perorangan yakni milik Pak Habib dan Pak Suparmin, yang kemudian disetor ke pihak Inti sebagai mitra kerjanya. Selain itu di desa ini juga pernah terdapat proyek sapi yang dilakukan secara berkelompok dengan sistem bagi hasil, namun masih belum berhasil. Berdasarkan keterangan dari Pak Suharto, warga Desa Kuniran juga pernah ada yang melakukan budidaya lele menggunakan kolam terpal. Namun pada akhirnya karena masalah ketersediaan air yang kurang dan mahalnya pelet, budidaya ikan lele sudah tidak berjalan lagi. Padahal budidaya lele tersebut diyakini memiliki prospek yang tinggi dengan penanganan yang relative lebih mudah. 3. Usaha Kecil dan Menengah Adanya usaha kecil dan menengah juga menunjang perekonomian masyarakat di Kecamatan Purwosari. Selain berjualan produk jadi di pasar, naluri bisnis masyarakat juga disalurkan melalui usaha kecil dan menengah. Misalnya di Desa Gapluk dan Kuniran, masyarakat banyak yang membuat ledre. Namun mereka tidak menjual/ memasarkan ledre sendiri, melainkan disetor ke pengepul untuk kemudian dijual melalui toko besar. Masyarakat di Desa Gapluk dan Kuniran membuat ledre tetapi pengemasan dan pemasarannya di Padangan. Harga ledre pun bervariasi. Untuk rasa original (pisang), ledre dari produsen dijual ke pengepul seharga Rp 2500 per bungkus, 1 bungkus isi 15 batang. Sementara untuk variasi rasa lain seperti nangka, melon, strawberry, kacang hijau dan keju harga jualnya Rp 3500 per bungkus. Warga pembuat ledre di Desa Gapluk ratarata dapat menghasilkan 30 bungkus per hari. Namun pembuatan tersebut masih berdasarkan pesanan, belum ada kontinuitas atas inisiatif pribadi. Harga jual ledre setelah di setor ke sentra oleh-oleh Padangan berkisar Rp 13 ribu - Rp 15 ribu per kotaknya (satu kotak berisi 2 bungkus). Terlihat bahwa terdapat selisih pendapatan yang cukup signifikan antara produsen dengan pengepul.

46 46 Hingga saat ini, ada sekitar 70 rumah tangga yang memproduksi ledre di Desa Gapluk dan Kuniran. Usaha mereka masih masih terbilang usaha rumahan, bukan usaha kelompok. Melihat dari pengalaman selama ini, ketika mereka dibentuk kelompok kemudian diajari pengemasan, kemungkinan akan menjadi wadah berkreasi, berbisnis, sekaligus belajar untuk peningkatan pendapatan. Kendala para produsen ledre ini juga diikuti oleh permasalahan persaingan usaha. Misalnya dalam pemasaran langsung, produsen ledre yang mencoba memasarkan langsung produknya justru tidak laku. Alasannya, toko-toko tidak mau menerima produk selain yang berasal dari pengepul X yang menjadi langganan di Desa Padangan. Menurut warga, pengusaha-pengusaha yang sudah terbiasa mengirim itu menuntut (memblokir) agar setoran dari pembuat ledre yang tidak menggunakan kemasan mereka agar jangan diterima. Dari sini terlihat bahwa meskipun sebenarnya setiap orang di Bojonegoro berhak mengakses pasar ledre, namun ada dominasi elit (pengusaha) yang menguasai pasaran ledre. Jika kita cermati, sebenarnya masalahnya bukan soal pesanan, karena ledre telah menjadi icon Bojonegoro. Masalahnya adalah kesenjangan pendapatan antara produsen dan pengusaha/pengepul. Dengan demikian persoalan adalah bagaimana membuat para produsen ledre di desa-desa itu mendapatkan pendapatan yang fair dari hasil ledrenya. Dalam hal ini diperlukan alternatif strategi. Pertama, bagaimana mengembangkan potensi lain selain pisang di daerah itu. Kedua, kaitannya dengan membuka akses pasar, penting untuk mencoba mendatangkan pembeli ke daerah itu, misalnya konsep yang sudah berhasil selama ini adalah dengan menjadikan wilayah berpotensi sebagai desa wisata. Dengan begitu keuntungannya, warga yang memproduksi ledre dapat memasarkan secara langsung. Ketiga, adanya koperasi menjadi penting dalam hal peningkatan kapasitas dan ketrampilan warga dalam berorganisasi, berkreasi, dan berbisnis secara lebih fair dan di sisi lain juga menguntungkan. Selain Industri ledre, di Desa Gapluk juga ada yang mempunyai unit usaha berupa pembuatan konsentrat untuk pakan ternak,

47 47 Gambar 14. Industri rumah tangga ledre pisang akan tetapi selama ini masih bekerjasama dengan Holcim sebagai penyedia bahan baku berupa katul, padahal sesungguhnya masyarakat sudah mampu untuk mempuat konsentrat sendiri jika ada bahan baku, serta ketersediaan modal yang cukup. Hal ini bisa menunjang kegiatan peternakan sapi dan kambing. Kemudian ada juga yang mempunyai usaha pabrik kerupuk, dan sudah cukup maju serta didanai oleh salah satu bank untuk mengembangkan usahanya. Pabrik tersebut mampu menampung beberapa pekerja sehingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. 4. Kondisi Sosial Secara umum, kehidupan sosial di Kecamatan Purwosari cukup kondusif. Namun demikian, hadirnya aktivitas migas juga memberikan pengaruh tersendiri. Aktivitas sumur Tiung Biru di Desa Kalisumber yang masuk Kecamatan Tambakrejo yang berbatasan langsung dengan Desa Kuniran di wilayah Purwosari, membuat dampak sosial yang tercipta dari industri migas juga melebar dan masuk wilayah Kecamatan Purowosari. Aktivitas migas yang berupa gerak mobil tangki yang lalu lalang dirasakan semakin intensif di masyarakat mulai

48 48 Gambar 15. Salah satu kondisi rumah warga dari Desa Purwosari (terkenal dengan sebutan Tobo), masuk Desa Gapluk hingga Kuniran. Demikian halnya dengan aktivitas lain, semisal proses pengeboran. Adanya potensi migas yang hadir di tengah kehidupan masyarakat dan dampak langsung yang tercipta di sisi lain, menjadikan harapan dan persoalan bercampur menjadi satu dan memunculkan tuntutan masyarakat. Dengan adanya dinamika yang muncul di tengah masyarakat, menjadikan operator gas di Tiung Biru tidak bisa berdiam diri. Respon yang diberikan selain bersifat karitatif atau bantuan langsung, juga dalam bentuk fisik, yaitu pembangunan infrastruktur jalan. Kini kondisi infrastruktur jalan cukup baik untuk dilalui. Sedikit banyak dampak pada arus ekonomi masyarakat dari Pasar Tobo sebagai sentra ekonomi tersambung lancar dengan wilayah lain yang berada di bagian selatan, sampai pusat Kecamatan Tambakrejo. Namun perbaikan fisik dirasakan masih parsial bagi masyarakat. Harapan ideal akan pembangunan masyarakat yang berkelanjutan belum dijalankan. Tepatnya pembangunan masyarakat yang berbasis pada potensi yang telah terdapat di desa dan berada di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari. Kondisi sosial suatu tempat tidak bisa dikesampingkan dari peran aktor yang beraktivitas di dalamnya. Dominasi peran aktor

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN Suwarno Asisten Direktur Perum Perhutani Unit 2 PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit 2 berdasar Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2010 mendapat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah

I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas dan Batas Wilayah KABUPATEN JOMBANG I. KONDISI UMUM WILAYAH A. Luas Batas Wilayah Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa 4 kelurahan serta 1.258 dusun. Luas wilayah

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN Ariani Kasmiran, Yayuk Kurnia Risna Dosen Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) Kasmiyati, Amik Krismawati dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1 MAKMUR AMAN CERDAS DAN BERMARTABAT 1 Sambutan BUPATI Musi Rawas Utara Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Berkat Rahmat dan Karunia-Nya jualah, buku dapat diselesaikan. Buku ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Sembunglor merupakan sebuah desa yang terletak dalam cakupan wilayah Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Desa Sembunglor itu desa yang amat kecil dan terpencil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

MANFAAT LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENGURANGI RESIKO RAWAN PANGAN DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

MANFAAT LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENGURANGI RESIKO RAWAN PANGAN DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL MANFAAT LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENGURANGI RESIKO RAWAN PANGAN DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL Retno Wulandari, Aris Slamet Widodo Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi I. PENDAHULUAN.. Latar Belakang Dalam era otonomi seperti saat ini, dengan diberlakukannya Undang- Undang No tahun tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi sesuai dengan keadaan dan keunggulan daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR

POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR .36 POTRET USAHA PERTANIAN PROVINSI BANTEN MENURUT SUBSEKTOR (HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Kondisi Fisik Wilayah Kecamatan Ciampea adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor tepatnya di bagian barat Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

Disusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten

Disusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG (Minggu, 17 Mei 2015) KAMPUNG KORANJI DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KAB. PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang. ELABORASI Letak geografis yang strategis menunjukkan betapa kaya Indonesia akan sumber daya alam dengan segala flora, fauna dan potensi hidrografis dan deposit sumber alamnya yang melimpah. Sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 92-96 ISSN : 2355-6226 PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI 1* 2 Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI 3.1.1. Capaian Kinerja Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur : Tujuan 1 Sasaran : Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Pembangunan Peternakan Provinsi Jawa Timur selama ini pada dasarnya memegang peranan penting dan strategis dalam membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci

Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan Bidang Tanaman Pangan SASARAN Dinas Tan. Pangan, Horti. & Peternakan Kalimantan Tengah 1 Meningkatkan Jumlah Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura; 2 Meningkatkan Jumlah

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 50 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran Dinamika pembangunan masyarakat Desa Negara Saka Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan peternakan merupakan satu kesatuan terintegrasi yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi. Pembangunan kedua sektor ini bertujuan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,

Lebih terperinci

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN

POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN POHON KINERJA TAHUN 2017 DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN SASARAN 1 : Meningkatkan ketersediaan pangan utama (food availability) SASARAN : INDIKATOR KINERJA : KINERJA PROGRAM : INDIKATOR KINERJA :

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa Masyarakat Desa Jenggik Utara sudah lama mendambakan bendung/embung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air baik untuk keperluan pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci