III. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Hasil Pengecekan Lapangan Wilayah Kabupaten Lombok Timur
|
|
- Djaja Johan Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pelaksanaan kegiatan pengecekan lapangan hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang sebanyak 148 titik sampel yang tersebar di empat wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Lombok Timur Hasil pengecekan lapangan di wilayah Kabupaten Lombok Timur sebanyak 35 titik sampel tersaji dalam tabel 9. Tabel 9. Hasil Pengecekan Lapangan Wilayah Kabupaten Lombok Timur No Kode Hasil Pengecekan Lapangan Hutan lahan kering Pertanian Lahan Bercampur Koordinat X Y Desa Sembalun bumbung 18 Kecamatan Sembalun Obel-obel Sambelia Pertanian lahan Obel-obel Sambelia Pertanian Lahan Labuhan Sambelia Bercampur Pandan Hutan Lahan Obel-obel Sambelia Pertanian Lahan Obel-obel Sambelia Hutan lahan kering Sapit Suela Tambak Labuhan Sambelia Pandan Tambak Sekaroh Serumbung Hutan Mangrove Sugian Sambelia Hutan Mangrove Sugian Sambelia Sawah Sugian Sambelia Pertanian Lahan Labuhan Pandan Sambelia Hutan Tanaman Suela Suela Pemukiman Bedidas Wanasaba Pertanian Lahan Bercampur Pringgajurang Montonggading
2 Pemukiman Ketangga Suela Pemukiman Pringgabaya Pringgabaya Hutan Mangrove Pertanian Lahan Bercampur semak Pemongkong Jerowaru Paremas Jerowaru Pertanian Lahan Sekaroh Jerowaru Pertanian Lahan Sekaroh Jerowaru Hutan Tanaman Sekaroh Jerowaru Hutan Mangrove Hutan Mangrove Hutan Mangrove Pemongkong Jerowaru Oleng Jerowaru Sekaroh Jerowaru Tambak Oleng Jerowaru Sawah Seriwe Jerowaru /Belukar Kwanrundun Jerowaru Tanah terbuka Seriwe Jerowaru Tanah terbuka Kwanrundun Jerowaru Pertanian Lahan Ekas Jerowaru /Belukar Ekas Jerowaru Tanah terbuka Pemongkong Jerowaru Tambak Sekaroh Jerowaru 2. Kabupaten Sumbawa Hasil pengecekan lapangan di wilayah Kabupaten Sumbawa sebanyak 40 titik sampel tersaji dalam tabel 10. Tabel 10. Hasil Pengecekan Lapangan Wilayah Kabupaten Sumbawa No Kode Hasil Pengecekan Lapangan Hutan Mangrove Hutan Lahan /Bekas Koordinat Desa Kecamatan X Y Stowe Brang Utan Stowe Brang Utan Belukar Sabedo Utan Tambak Rhee Rhee Bandara/Pelabuhan Lempeh Sumbawa Hutan Lahan /Bekas Batudulang Batulanteh 19
3 Hutan Lahan Semamung Moyohulu /Bekas Pemukiman/Lahan Marga Karya Moyohulu Hutan Lahan Lenangguar Lenangguar /Bekas Pertanian Lahan Telaga Lenangguar Hutan Lahan Telaga Lenangguar /Bekas Pertanian Lahan Ledang Lenangguar /Kebun Hutan Lahan Ledang Lenangguar /Bekas Sawah Langam Lopok Pemukiman/Lahan Berora Lopok Tubuh Air Mama Lopok Hutan Mangrove Labuan Kuris Lape Pertanian Lahan Labuan Kuris Lape /Kebun Hutan Mangrove Labuan Kuris Lape / Bekas Tambak Labuhan Sangoro Maronge Hutan Mangrove / Bekas Pertanian Lahan /Kebun Labuhan Sangoro Labuhan Sangoro Maronge Maronge Belukar Labuhan Maronge Sangoro Tubuh Air Simu Maronge Pertanian Lahan Brang Kolong Plampang Hutan Lahan Brang Kolong Plampang /Bekas Pertanian Lahan /Kebun Muer Plampang 20
4 Pertanian Lahan Muer Plampang /Kebun Pertanian Lahan Sekokat Labangka Belukar Muer Plampang Savana/Padang Rumput Pemukiman/Lahan Ranan Ropang Sepayung Plampang Tubuh Air Sepayung Plampang Belukar Sepayung Plampang Sawah Gapit Empang Sawah Bantulanteh Tarano Pertanian Lahan Ongko Empang Tambak Labuan Jambu Tarano Tambak Pidang Tarano Hutan Mangrove Pidang Tarano 3. Kabupaten Dompu Hasil pengecekan lapangan di wilayah Kabupaten Dompu sebanyak 38 titik sampel tersaji dalam tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengecekan Lapangan Wilayah Kabupaten Dompu No Kode Hasil Pengecekan Lapangan Koordinat Desa Kecamatan X Y Pekat Pekat Pemukiman/Lahan Pertanian Lahan Pekat Pekat Hutan Lahan Sorinomo Pekat /Bekas Sawah Upt Nangakara Pekat Pertanian Lahan Upt Nangakara Pekat Pertanian Lahan Upt Nangakara Pekat /Kebun Belukar Doropeti Pekat Savana / Padang rumput Pemukiman/Lahan Persiapan Sori Pekat Tatanga Tolo kalo Kempo 21
5 Pemukiman/Lahan So nggajah Kempo Pertanian Lahan Konte Kempo Sawah Malaju Kilo Hutan Lahan Malaju Kilo Hutan Lahan Kampas meci Manggalewa /Bekas Hutan Lahan Mbuju Kilo /Bekas Pertanian Lahan Banggo Manggalewa /Kebun Pemukiman/Lahan Soriutu Manggalewa Pertanian Lahan Karamabura Dompu /Kebun Sawah Banggo Manggalewa Hutan Lahan Oo Dompu /Bekas Belukar Nangatumpu Manggalewa Pertanian Lahan Mumbu Woja Sawah Wawonduru Woja Hutan Lahan Dorebara Dompu /Bekas Belukar Kwangko Manggalewa Tambak Kwangko Manggalewa Tambak Kwangko Manggalewa Hutan Mangrove Kwangko Manggalewa / Bekas Tambak Riwo Woja Hutan Mangrove Riwo Woja / Bekas Hutan Mangrove Mbawi Dompu / Bekas Tubuh Air Jambu Pajo Hutan Lahan Ranggo Pajo /Bekas Pertanian Lahan Daha Hu'u 22
6 Pemukiman/Lahan Huu Hu'u Pertanian Lahan Huu Hu'u Pemukiman/Lahan Lasi Kilo Sawah Taropo Kilo 4. Kabupaten Bima Hasil pengecekan lapangan di wilayah Kabupaten Bima sebanyak 35 titik sampel tersaji dalam tabel 12. Tabel 12. Hasil Pengecekan Lapangan Wilayah Kabupaten Bima Hasil Pengecekan Koordinat No Kode Desa Kecamatan Lapangan X Y Bandara Belo Palibelo Sawah Roi Palibelo Tubuh air Roka Belo Tambak Donggobolo Woha Pertanian lahan kering Pandai Woha Pemukiman/Lahan Rato Bolo Sawah Tonda Madapangga Pemukiman/Lahan Hutan lahan kering primer Palama Donggo Bumi Pajo Donggo Tubuh air Paradowane Parado Hutan Lahan /bekas tebangan Lere Parado Tambak Willamaci Monta Hutan mangrove Tangga Baru Monta primer Hutan mangrove Laju Langgudu sekunder Hutan mangrove sekunder Ndoro o Langgudu Pertanian lahan kering Wadu Ruka Langgudu Lahan terbuka Pusu Langgudu Hutan lahan kering primer Wadu Ruka Langgudu 23
7 Tambak UPT Laju Langgudu Tubuh air Hidirasa Lambu Sawah Lanta Lambu Hutan mangrove primer Lambu Lambu Savana/Padang rumput Kowo Sape Savana/Padang rumput Pai Sape Pertanian lahan kering campur semak/kebun campur Kel. Ntobo Rasanae Timur (Kota Bima) Savana/Padang rumput Mawu Ambalawi Pertanian lahan kering Tadewa Wera Pemukiman/Lahan Sangiang Wera Pemukiman/Lahan Sarahe Rasanae Barat Hutan lahan kering sekunder/bekas Maria Wawo (Kota Bima) tebangan Pertanian lahan kering Punti Soromandi campur semak/kebun campur Pertanian lahan kering Taloko Sanggar Pemukiman/Lahan Kore Sanggar Pertanian lahan kering Piong Sanggar Pertanian lahan kering Oi Saro Sanggar Keterangan : Hasil pengecekan lapangan tidak sesuai dengan hasil penafsiran citra satelit. 24
8 B. Pembahasan a. Pengecekan lapangan Pengecekan lapangan hasil penafsiran citra resolusi sedang yaitu citra landsat 8 sebanyak 148 titik sampel di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat 22 titik sampel yang berbeda antara hasil penafsiran citra dengan hasil pengamatan langsung di lapangan. Titik sampel tersebut berada di empat wilayah kabupaten berikut : 1. Kabupaten Lombok Timur Di wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat 35 titik sampel pengamatan, dari 35 titik sampel tersebut terdapat 7 titik sampel yang berbeda antara hasil penafsiran citra satelit dengan kondisi sebenarnya di lapangan yaitu : - Titik sampel nomor 2 Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 2 adalah pertanian lahan kering dengan kode sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 2 merupakan pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode 20092, hal tersebut ditandai dengan masih adanya semak-semak di sekitar tanaman pertanian tersebut. - Titik sampel nomor 3 Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 3 adalah pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 3 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut ditandai dengan tidak adanya semak di sekitar tanaman pertanian di areal tersebut. - Titik sampel nomor 6, Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 6 adalah hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan dengan kode 2002 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 6 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut ditandai dengan sudah adanya saluran irigasi di areal tersebut dan adanya tanaman pertanian berupa jambu mete. Titik sampel nomor 6 ini berbatasan langsung dengan hutan lahan 25
9 kering sekunder sehingga sangat dimungkinkan terjadi kesalahan dalam penafsiran. - Titik sampel nomor 16 Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 16 adalah hutan lahan kering primer dengan kode 2001 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 16 merupakan pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode 20092, hal tersebut ditandai dengan adanya tanaman pertanian yang ditanam secara sejajar dan juga masih ada semak di sekitar tanaman pertanian tersebut. Lokasi sampel pada nomor 16 ini juga berbatasan langsung dengan areal hutan sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam penafsiran. - Titik sampel nomor 21 Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 21 adalah semak belukar dengan kode 2007 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 21 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut ditandai dengan sudah adanya tanaman pertanian lahan kering di lokasi tersebut. - Titik sampel nomor 22 Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 22 adalah sawah dengan kode 2007 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 22 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut ditandai dengan adanya tanaman pertanian lahan kering di lokasi tersebut dan tidak adanya saluran irigasi dan pematang sawah. - Titik sampel nomor 23 Hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 23 adalah hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan dengan kode 2002 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 23 merupakan hutan tanaman dengan kode 2006, hal tersebut terjadi karena hutan yang terdapat di lokasi titik sampel merupakan hutan yang di tanam oleh 26
10 masyarakat di bawah koordinasi pihak kehutanan terkait pada beberapa tahun yang lalu. 2. Kabupaten Sumbawa Di wilayah Kabupaten Sumbawa terdapat 40 titik sampel pengamatan, dari 40 titik sampel tersebut terdapat 7 titik sampel yang berbeda antara hasil penafsiran citra satelit dengan kondisi sebenarnya di lapangan yaitu : - Titik sampel nomor 7, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 7 adalah hutan lahan kering primer dengan kode 2001 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 7 merupakan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan dengan kode 2002, hal tersebut karena di lokasi titik sampel sudah terjadi penebangan hutan. - Titik sampel nomor 11, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 11 adalah hutan lahan kering primer dengan kode 2001 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 11 merupakan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan dengan kode 2002, hal tersebut karena di lokasi titik sampel sudah terjadi penebangan hutan. - Titik sampel nomor 18, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 18 adalah savana / padang rumput dengan kode 3000 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 18 merupakan pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode 20092, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya tanaman pertanian yang bercampur dengan semak di lokasi titik sampel. - Titik sampel nomor 27, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 27 adalah lahan terbuka dengan kode 2014 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 27 merupakan pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode 20092, hal tersebut ditunjukkan dengan sudah adanya tanaman pertanian dan juga ada semak di lokasi titik sampel. 27
11 - Titik sampel nomor 29, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 29 adalah sawah dengan kode sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 29 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya tanaman pertanian berupa jagung di lokasi titik sampel. - Titik sampel nomor 35, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 35 adalah pertanian lahan kering dengan kode sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 29 merupakan sawah dengan kode 20093, hal tersebut ditunjukkan dengan sudah adanya irigasi persawahan di lokasi titik sampel. - Titik sampel nomor 39, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 39 adalah lahan terbuka dengan kode 2014 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 39 merupakan tambak dengan kode 20094, hal ini terjadi kemungkinan waktu kegiatan pemotretan tambak dalam proses pengeringan sehingga tambak terlihat seperti tanah terbuka. 3. Kabupaten Dompu Di wilayah Kabupaten Dompu terdapat 38 titik sampel pengamatan, dari 38 titik sampel tersebut terdapat 4 titik sampel yang berbeda antara hasil penafsiran citra satelit dengan kondisi sebenarnya di lapangan yaitu : - Titik sampel nomor 3, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 3 adalah hutan lahan kering primer dengan kode 2001 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 11 merupakan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan dengan kode 2002, hal tersebut karena di lokasi titik sampel sudah terjadi penebangan hutan. - Titik sampel nomor 18, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 18 adalah semak belukar dengan kode 2007 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 18 merupakan savana / padang rumput dengan kode 3000, hal tersebut dikarenakan sebagian besar lokasi sampel merupakan padang rumput tempat penggembalaan hewan ternak yang ditumbuhi beberapa pohon pelindung. 28
12 - Titik sampel nomor 22, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 22 adalah semak belukar dengan kode 2007 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 22 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut dibuktikan dengan adanya areal pertanian yang sudah terbuka di lokasi titik sampel. Titik sampel ini berbatasan langsung dengan areal pertanian lahan kering sehingga sangat memungkinkan teradinya kesalahan dalam penafsiran. - Titik sampel nomor 33, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 33 adalah hutan lahan kering primer dengan kode 2001 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 33 merupakan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan dengan kode 2002, hal tersebut karena di lokasi titik sampel sudah terjadi penebangan hutan. 4. Kabupaten Bima Di wilayah Kabupaten Bima terdapat 35 titik sampel pengamatan, dari 35 titik sampel tersebut terdapat 5 titik sampel yang berbeda antara hasil penafsiran citra satelit dengan kondisi sebenarnya di lapangan yaitu : - Titik sampel nomor 8, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 8 adalah pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 11 merupakan pemukiman / lahan dengan kode 2012, hal tersebut karena sebagian besar di lokasi titik sampel sudah berdiri bangunan pemukiman. - Titik sampel nomor 25, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 25 adalah semak belukar dengan kode 2007 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 25 merupakan pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode 20092, hal tersebut karena selain ada semak juga sudah ada budi daya tanaman pertanian dil lokasi titik sampel. - Titik sampel nomor 26, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 26 adalah lahan terbuka dengan kode 2014 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 26 merupakan savana / padang rumput dengan kode 3000, hal tersebut karena dilokasi titik sampel 29
13 adalah areal padang rumput yang digunakan sebagai tempat penggembalaan ternak. - Titik sampel nomor 34, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 34 adalah semak belukar dengan kode 2007 sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 34 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut karena di lokasi tidak terdapat semak belukar, yang ada adalah tegalan / ladang. - Titik sampel nomor 35, hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang pada titik sampel nomor 35 adalah pertanian lahan kering campur semak / kebun campur dengan kode sedangkan hasil pengamatan langsung di lapangan titik sampel nomor 35 merupakan pertanian lahan kering dengan kode 20091, hal tersebut karena di lokasi titik sampel sudah tidak ada semak lagi dan sudah menjadi ladang semua - Disamping 6 titik sampel yang berbeda kelas diatas, juga terdapat informasi tambahan untuk titik sampel nomor 5 yang mana dalam hasil penafsiran citra merupakan pertanian lahan kering akan tetapi di sebelah selatan titik sampel terdapat savana/padang rumput. Namun demikian, secara keseluruhan (lokasi titik sampel dan sekitarnya) masih merupakan pertanian lahan kering. Informasi tambahan ini bisa dijadikan dasar untuk mendeliniasi kembali peta penutupan lahan secara lebih detail pada sekitar lokasi ttik sampel nomor 5 untuk menambahkan polygon penutupan lahan kelas savana/padang rumput sesuai kenampakan pada citra. b. Penghitungan Tingkat Ketelitian Penghitungan tingkat ketelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat ketelitian antara hasil penafsiran citra satelit dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Penghitungan ini didasarkan pada rekapitulasi hasil pengecekan lapangan. Hasil penghitungan tingkat ketelitian ini dibagi dalam 3 kelas yaitu penghitungan tingkat ketelitian umum seluruh kelas, penghitungan tingkat ketelitian umum kelas berhutan dan penghitungan tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan. 30
14 Penutupan Hasil Interpretasi Untuk mengetahui tingkat ketelitian ini secara lebih detail maka penghitungan tingkat ketelitian ini dibuat untuk setiap wilayah Kabupaten, yaitu : 1. Kabupaten Lombok Timur a. Penghitungan tingkat ketelitian umum seluruh kelas Smk Mangrove Mangrove Belukar Penutupan Hasil Cek Lapangan Hutan Tanaman Pemukim an Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Smk Belukar Mangrove 3 3 Mangrove Hutan Tanaman Pemukiman Sawah Lhn Terbuka 3 3 Tambak 4 4 Jumlah Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum seluruh kelas hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (12 kelas penutupan) = (( )/35) x 100 % = 80,00 % 31
15 Penutupan Hasil Interpretasi Overall accurasi untuk 12 kelas penutupan lahan di Kabupaten Lombok Timur didapat hasil 80 % karena dari 35 titik sampel yang diamati di lapangan ada 7 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. b. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas berhutan Mangrove Mangrove Penutupan Hasil Cek Lapangan Hutan Tanaman Pertania n Lahan Pertania n Lahan Jumlah Mangrove 3 3 Mangrove Hutan 1 Tanaman 1 Jumlah Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum kelas berhutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas berhutan) = (( )/13) x 100% = 76,92 % Overall accurasi untuk kelas berhutan di Kabupaten Lombok Timur didapat hasil 76,92 % karena dari 13 titik sampel yang diamati di lapangan ada 3 titik sampel 32
16 Penutupan Hasil Interpretasi yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. c. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan Smk Belukar Penutupan Hasil Cek Lapangan Pemukim an Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Smk Belukar Pemukiman Sawah Lhn Terbuka 3 3 Tambak 4 4 Jumlah Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas bukan hutan) = (( )/22) x 100 % = 81,82 % Overall accurasi untuk kelas bukan hutan di Kabupaten Lombok Timur didapat hasil 81,82 % karena dari 22 titik sampel yang diamati di lapangan ada 4 titik 33
17 Penutupan Hasil Interpretasi sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. 2. Kabupaten Sumbawa a. Penghitungan tingkat ketelitian umum seluruh kelas Smk Tbh Air Belukar Bandara Mangrove Mangrove Penutupan Hasil Cek Lapangan Pemukim an Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Tbh Air Smk Belukar Bandara Mangrove Mangrove Pemukiman Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah
18 Penutupan Hasil Interpretasi Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum seluruh kelas hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (14 Kelas Penutupan) = (( )/40) x 100 % = 82,50 % Overall accurasi untuk 14 kelas penutupan lahan di Kabupaten Sumbawa didapat hasil 82,50 % karena dari 40 titik sampel yang diamati di lapangan ada 7 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. b. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas berhutan Penutupan Hasi lcek Lapangan Mangrove Mangrove Jumlah Mangrove Mangrove Jumlah Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum lelas rberhutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas berhutan) = (( )/12) x 100 % = 83,33 % 35
19 Penutupan Hasil Interpretasi Overall accurasi untuk kelas berhutan di Kabupaten Sumbawa didapat hasil 83,33 % karena dari 12 titik sampel yang diamati di lapangan ada 2 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit c. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan Tbh Air Smk Belukar Bandara Penutupan Hasil Cek Lapangan Pemukim an Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Tbh Air Smk Belukar Bandara Pemukiman Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas bukan hutan) 36
20 Penutupan Lahan Hasil Interpretasi = (( )/28) x 100% = 82,14% Overall accurasi untuk kelas bukan hutan di Kabupaten Sumbawa didapat hasil 82,14 % karena dari 28 titik sampel yang diamati di lapangan ada 5 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. 3. Kabupaten Dompu a. Penghitungan tingkat ketelitian umum seluruh kelas Penutupan Lahan Hasil Cek Lapangan Tbh Air Smk Mangrove Belukar Pemukiman /Lahan Savana/ Pdg Rumput Sawah Tambak Jumlah Tbh Air Smk Belukar Mangrove Pemukiman / Lahan Savana/ Pdg Rumput Sawah Tambak Jumlah
21 Penutupan Lahan Hasil Interpretasi Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum seluruh kelas hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (11 kelas penutupan) = (( )/38) x 100% = 89,47 % Overall accurasi untuk 11 kelas penutupan lahan di Kabupaten Dompu didapat hasil 89,47 % karena dari 38 titik sampel yang diamati di lapangan ada 4 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. b. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas berhutan Penutupan Lahan Hasil Cek Lapangan Mangrove Jumlah Mangrove Jumlah Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum kelas berhutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas berhutan) = ((3+1+4)/10) x 100 % = 80,00 % 38
22 Penutupan Lahan Hasil Interpretasi Overall accurasi untuk kelas berhutan di Kabupaten Dompu didapat hasil 80,00 % karena dari 10 titik sampel yang diamati di lapangan ada 2 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. c. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan Tbh Air Smk Belukar Penutupan Lahan Hasil Cek Lapangan Pemukim an Savana/ Pdg Rumput Sawah Tambak Jumlah Tbh Air Smk Belukar Pemukiman Savana/ Pdg Rumput Sawah Tambak Jumlah
23 Penutupan Hasil Interpretasi Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut d iatas dapat dihitung tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas bukan hutan) = (( )/28) x 100 % = 92,86 % Overall accurasi untuk kelas bukan hutan di Kabupaten Dompu di dapat hasil 92,86 % karena dari 28 titik sampel yang diamati di lapangan ada 2 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. 4. Kabupaten Bim 5. a a. Penghitungan tingkat ketelitian umum seluruh kelas Smk Tbh Air Belukar Bandara Mangrove Mangrove Penutupan Hasil Cek Lapangan Pemukim an Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Tbh Air Smk Belukar Bandara Mangrove Mangrove Pemukiman Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah
24 Penutupan Hasil Interpretasi Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum seluruh kelas hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (14 kelas penutupan) = (( )/35) x 100% = 85,71 % Overall accurasi untuk 14 kelas penutupan lahan di Kabupaten Bima didapat hasil 85,71 % karena dari 35 titik sampel yang diamati di lapangan ada 5 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. b. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas berhutan Penutupan Hasil Cek Lapangan Mangrove Mangrove Jumlah Mangrove Mangrove Jumlah
25 Penutupan Hasil Interpretasi Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian Umum Kelas Berhutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas berhutan) = (( )/8) x 100 % = 100 % Overall accurasi untuk kelas berhutan di Kabupaten Bima didapat hasil 100 % karena 8 titik sampel yang diamati di lapangan semuanya sesuai antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. c. Penghitungan tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan Tbh Air Smk Belukar Bandara Penutupan Hasil Cek Lapangan Pemukim an Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah Tbh Air Smk Belukar Bandara Pemukiman Savana/ Pdg Rumput Sawah Lhn Terbuka Tambak Jumlah
26 Dari tabel contingency (confusion matrix) tersebut di atas dapat dihitung tingkat ketelitian umum kelas bukan hutan hasil interpretasi citra resolusi sedang dengan perhitungan : Overall accuracy (kelas bukan hutan) = (( )/27) x 100% = 81,48% Overall accurasi untuk kelas bukan hutan di Kabupaten Bima didapat hasil 81,48 % karena dari 27 titik sampel yang diamati di lapangan ada 5 titik sampel yang hasilnya berbeda antara kenyataan di lapangan dengan hasil penafsiran citra satelit. c. Luas Penutupan Lahan Setelah Pengecekan Lapangan Berdasarkan hasil kegiatan pengecekan secara langsung di lapangan, luas kelas penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang di wilayah Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima mengalami perubahan sebagai berikut : 1. Kabupaten Lombok Timur No PENUTUPAN ID KODE LUAS (Ha) 1 Hutan Lahan 2001 Hp ,06 2 Hutan Lahan 2002 Hs 9.693,47 3 Hutan Mangrove 2004 Hmp 355,49 4 Hutan Tanaman ,80 5 / Belukar 2007 B ,71 6 Pemukiman 2012 Pm 2.660,36 7 Tanah Terbuka 2014 T 1.353,52 8 Padang Rumput/Savanna 3000 S 3.780,43 9 Danau 5001 D 118,95 10 Hutan Mangrove Hms 1.381,41 11 Pertanian Lahan Pt ,95 12 Pertanian Lahan Bercampur Pc ,04 13 Sawah Sw ,02 14 Tambak Tm 917,20 43
27 JUMLAH ,43 2. Kabupaten Sumbawa No PENUTUPAN ID KODE LUAS (Ha) 1 Hutan Lahan 2001 Hp ,93 2 Hutan Lahan 2002 Hs ,26 3 Hutan Mangrove 2004 Hmp 3.096,06 4 Hutan Tanaman ,68 5 / Belukar 2007 B ,28 6 Perkebunan 2010 Pk 2,24 7 Pemukiman 2012 Pm 4.075,05 8 Tanah Terbuka 2014 T 2.040,89 9 Padang Rumput/Savanna 3000 S 314,50 10 Danau 5001 D 1.901,69 11 Hutan Mangrove Hms 2.655,53 12 Belukar Rawa Br 19,59 13 Pertanian Lahan Pt ,38 14 Pertanian Lahan Bercampur Pc ,46 15 Sawah Sw ,12 16 Tambak Tm 5.334,56 17 Bandara Bdr 35,39 JUMLAH ,61 3. Kabupaten Dompu No PENUTUPAN ID KODE LUAS (Ha) 1 Hutan Lahan 2001 Hp ,19 2 Hutan Lahan 2002 Hs ,18 3 Hutan Tanaman ,33 4 / Belukar 2007 B ,10 5 Pemukiman 2012 Pm 2.829,83 6 Tanah Terbuka 2014 T 3.927,22 7 Padang Rumput/Savanna 3000 S 43,20 8 Danau 5001 D 234,11 9 Hutan Mangrove Hms 897,16 10 Pertanian Lahan Pt ,12 11 Pertanian Lahan Bercampur Pc ,29 12 Sawah Sw ,92 13 Tambak Tm 3.147,21 44
28 JUMLAH ,86 4. Kabupaten Bima No PENUTUPAN ID KODE LUAS (Ha) 1 Hutan Lahan 2001 Hp ,80 2 Hutan Lahan 2002 Hs ,49 3 Hutan Mangrove 2004 Hmp 219,13 4 Hutan Tanaman ,54 5 / Belukar 2007 B ,26 6 Pemukiman 2012 Pm 7.675,83 7 Tanah Terbuka 2014 T ,96 8 Padang Rumput/Savanna 3000 S 7.696,69 9 Danau 5001 D 382,55 10 Hutan Mangrove Hms 337,28 11 Pertanian Lahan Pt ,07 12 Pertanian Lahan Bercampur Pc ,24 13 Sawah Sw ,25 14 Tambak Tm 3.097,08 15 Bandara Bdr 56,75 JUMLAH ,90 45
II. METODE PELAKSANAAN
II. METODE PELAKSANAAN A. Dasar Pelaksanaan a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : SK.335/Menlhk- Setjen/2015 tanggal 18 Agustus 2015 tentang penetapan status organisasi unit pelaksana
Lebih terperinciLampiran I.52 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 0/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNURNUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SATUAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciTipologi dari Kecamatan dan Pedesaan di NTB
Climate Futures and Rural Livelihood Adaptation Strategies in Nusa Tenggara Barat Province, Indonesia Dampak perubahan iklim terhadap penghidupan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia Policy
Lebih terperinciPemerintahan/ Government SEKAT
SEKAT Nusa Tenggara Barat In Figures 2008 25 26 Nusa Tenggara Barat in Figures 2008 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 7 kabupaten, 2 kota, 116 kecamatan,
Lebih terperinciSukudana. Anyar. Bayan. Bayan. Masbagik. Kopang. Pancor. Sakra. Ganti
8 45' L 8 30' L 8 15' L Labuhanpoh E L A T L O M B O K 116 00' BT Blongos Ampenan Teluk Waru Pemenang Gondang Tanjung MATARAM Narmada Cakranegara Kediri Jonggat 116 15' BT Kabupaten Lombok Barat Tampes
Lebih terperinciOleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VIII
Oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah VIII BPKH mempunyai tugas melaksanakan pemantapan kawasan hutan, penilaian perubahan status dan fungsi hutan serta penyajian data dan informasi sumber
Lebih terperinciJUMLAH PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013)
JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2013) PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAB/KOTA RAWAT INAP NON RAWAT INAP JUMLAH 5201 LOMBOK BARAT 5 12 17 5202 LOMBOK TENGAH 25 0 25 5203 LOMBOK TIMUR 29
Lebih terperinciPOPULASI TERNAK TAHUN 2010 DI KABUPATEN BIMA
DI KABUPATEN BIMA 1 Ambalawi 5.561 2.151 306 12.301-33.109-2.303 10.306 - - - 2 Belo 3.358 2.566 888 13.451 4.376 21.726 - - 6.888 - - - 3 Bolo 3.237 592 489 10.176 355 24.670-192.100 8.707 172 3 160 4
Lebih terperinciPOPULASI TERNAK TAHUN 2008 DI KABUPATEN BIMA
POPULASI TERNAK TAHUN 2008 DI KABUPATEN BIMA Kecamatan Kerbau Kuda Kambing Domba Petelur Pedaging Puyuh Merpati 1 Ambalawi 4.372 1.712 172 8.236 418 30.986-743 9.939 - - - 2 Belo 2.601 1.996 813 8.275
Lebih terperinciPENGERTIAN 1. Cuaca 2. Iklim Hujan 4. Sifat Hujan : a. Atas Normal (AN) b. Normal (N) c. Bawah Normal (BN)
PENGERTIAN 1. Cuaca adalah kondisi atmosfer yang berlangsung dalam waktu singkat di suatu daerah yang sempit. 2. Iklim adalah pengertian kondisi atmosfer yang berlangsung dalam waktu yang lama di suatu
Lebih terperinciPOPULASI TERNAK TAHUN 2009 DI KABUPATEN BIMA
DI KABUPATEN BIMA Kecamatan Kerbau Kuda Kambing Domba Itik Puyuh 1 Ambalawi 4.521 1.955 291 9.462-32.460-2.700 10.104 - - - 2 Belo 2.730 2.333 846 10.347 3.805 21.300 - - 6.753 - - 246 3 Bolo 2.632 538
Lebih terperinciPOPULASI TERNAK TAHUN 2007 DI KABUPATEN BIMA
Kecamatan POPULASI TERNAK TAHUN 2007 DI KABUPATEN BIMA 1 Ambalawi 4.650 1.512 52 5.162-24.749-300 7.086 - - 2 Belo 1.947 1.405 680 4.148 2.453 12.665 - - 3.406 - - 3 Bolo 2.082 351 455 6.756 134 15.647-12.800
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
Nusa Tenggara Barat In Figures 2009 27 28 Nusa Tenggara Barat in Figures 2009 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
2010 Nusa Tenggara Barat In Figures 2010 27 28 Nusa Tenggara Barat in Figures 2010 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinci2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang Undang Nomor 69 Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2016 KEMENDAGRI. Kabupaten Bima dengan Kabupaten Dompu. Batas Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG BATAS DAERAH
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 27 28 Nusa Tenggara Barat in Figures 2012 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciStatistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN
VI. PERPETAAN HUTAN Perpetaan Kehutanan adalah pengurusan segala sesuatu yang berkaitan dengan peta kehutanan yang mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi kehutanan terutama dalam bentuk peta,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPOTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN
POTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN POTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN Wilayah Pesisir dan Lautan Provinsi NTB Secara biofisik, Provinsi NTB mempunyai potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup
Lebih terperinciPOTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN
POTENSI DAERAH KELAUTAN DAN PERIKANAN Wilayah Pesisir dan Lautan Provinsi NTB Secara biofisik, Provinsi NTB mempunyai potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup tinggi, yaitu luas perairan lautnya
Lebih terperinciPEMERINTAHAN. Government
PEMERINTAHAN NUSA TENGGARA BARAT DALAM ANGKA 2013 NUSA TENGGARA BARAT IN FIGURES 2013 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT Pemerintahan/ 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri
Lebih terperinciPemerintahan/ Government
2010 2011 Nusa Tenggara Barat In Figures 2011 23 24 Nusa Tenggara Barat in Figures 2011 BAB II PEMERINTAHAN CHAPTER II GOVERNMENT 2.1. Wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari 8 kabupaten,
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA ( TANGGAL 13 FEBRUARI 2017 )
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI DOMPU NOMOR : W25-U5/117.a/SK/II/2017
KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI DOMPU NOMOR : W25-U5/117.a/SK/II/2017 T E N T A N G PANJAR BIAYA PROSES PENYELESAIAN PERKARA DAN BIAYA HAK KEPANITERAAN PADA PENGADILAN NEGERI DOMPU KETUA PENGADILAN NEGERI
Lebih terperinciB U L E T I N BMKG PENANGGUNG JAWAB WAKODIM, SP. REDAKTUR WAN DAYANTOLIS, SSi, MSi IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom
PENANGGUNG JAWAB WAKODIM, SP REDAKTUR WAN DAYANTOLIS, SSi, MSi IIS WIDYA HARMOKO, M.Kom B U L E T I N ANALISIS DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT EDITOR ADI RIPALDI, MSi HAMDAN NURDIN
Lebih terperinciBerbagai artikel KEKERINGAN DI PULAU LOMBOK (dihimpun cepat Surana, 2012)
Berbagai artikel KEKERINGAN DI PULAU (dihimpun cepat Surana, 2012) Pemprov NTB Terus Identifikasi Kekeringan di NTB Sumber Global FM Lombok Sat, 07/07/2012-11:07 Ozie Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, H.
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciSTATUS DESA BERDASARKAN INDEKS DESA MEMBANGUN
52001 LOMBOK BARAT 1201260 SEKOTONG 52001101 PELANGAN 0,5323 Tertinggal 52001 LOMBOK BARAT 1201260 SEKOTONG 52001102 SEKOTONG BARAT 0,6109 Berkembang 52001 LOMBOK BARAT 1201260 SEKOTONG 52001103 BUWUN
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten
Lebih terperinciPENUTUP. Sekapur Sirih
HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 (ANGKA SEMENTARA) KABUPATEN SUMBAWA PENUTUP Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 3 TAHUN 2006 PEMBENTUKAN 18 ( DELAPAN BELAS ) DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 3 TAHUN 2006 PEMBENTUKAN 18 ( DELAPAN BELAS ) DESA 2006 PEMERINTAH KABUPATEN BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN 18 ( DELAPAN
Lebih terperinciDATA PASAR PERMANEN DAN PASAR SEMI PERMANEN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
I DATA PASAR PERMANEN DAN PASAR SEMI PERMANEN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KOTA MATARAM 1 Mandalika Bertais Sandubaya 1,765 2 Cakranegara Cakra Barat Cakranegara 482 3 Kr. Lelede Saptamarga Cakranegara
Lebih terperinciMEMBANGUN DESA MELALUI BUMDESA
MEMBANGUN DESA MELALUI BUMDESA BUMDESA KABUPATEN SUMBAWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Disampaikan dalam : Workshop BUMDesa Refleksi 3 Tahun UU Desa Yogyakarta, 18 Desember 2016 DASAR HUKUM BUMDESA Sebelumnya
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ROADMAP PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN SAPI POTNG DI KABUPATEN BIMA
LAPORAN AKHIR ROADMAP PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN SAPI POTNG DI KABUPATEN BIMA 2015-2019 Kerjasama DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT dengan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinci6. INFORMASI SUMBER DAYA HUTAN 6.1 Perkembangan Pelaksanaan Inventarisasi Hutan pada BPKH Wil. VIII sampai dengan Desember 2015
6. INFORMASI SUMBER DAYA HUTAN 6.1 Perkembangan Pelaksanaan Inventarisasi Hutan pada BPKH Wil. VIII sampai dengan Desember 2015 NO JENIS IVENTARISASI TAHUN KELOMPOK HUTAN RTK L U A S (Ha) JENIS POTENSI
Lebih terperinciMetode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual
Standar Nasional Indonesia Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA SMK SLB NEGERI TAHUN PELAJARAN 2018/2019
PETUNJUK TEKNIS PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA SMK SLB NEGERI TAHUN PELAJARAN 2018/2019 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 2018 KATA PENGANTAR Dalam rangka memberi kesempatan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 9 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIMA TAHUN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 9 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan
Lebih terperinciTabel III.8. PENYEBARAN KELOMPOK TANI (KTH) PENGELOLAAN HUTAN BINAAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI NTB S/D TAHUN 2007
Tabel III.8. PENYEBARAN KELOMPOK TANI (KTH) PENGELOLAAN HUTAN BINAAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI NTB S/D TAHUN 2007 JUMLAH ANGGOTA (Orang) PENDAPATAN PER KK/TAHUN (Rp.) S/d Tahun 2005 I. Kab. Lombok Barat
Lebih terperinciLAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DAN SUMBAWA TANGGAL 6-10 FEBRUARI 2017
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciANALISIS CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN SAPE ( TANGGAL 02 JANUARI 2017 )
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Web : www.bmkgbima.net
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA BMKG Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciKeamanan dan Ketertiban. Pendidikan Masyarakat. Kesehatan Masyarakat. Kedaulatan Politik Masyarakat
No. Kabupaten/Kota Kecamatan Status Kode PUM Desa/Kelurahan Ekonomi Pendidikan Kesehatan Keamanan dan Ketertiban Kedaulatan Politik Peranserta dalam Indeks Klasifikasi Kategori Tipologi 1 KABUPATEN LOMBOK
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA BIMA KELAS I-B
[ PENGADILAN AGAMA BIMA KELAS IB Jl. Gatot Soebroto No.10 RabaBima Telp. (0374) 43209, 45156, 6648240 Fax. 45156 email : info@pabima.go.id website : www.pabima.go.id Nusa Tenggara Barat KEPUTUSAN KETUA
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.
Lebih terperinciKONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN
KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan tata kelola pemerintahan dan sistem manajemen berfokus pada peningkatan akuntabilitas sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil. Hal ini
Lebih terperinciWIL RAWAN KAMTIBMAS : WIL RAWAN KAMTIBMAS : WIL RAWAN KAMTIBMAS : WIL RAWAN KAMTIBMAS : 3C (CURAT, CURAS DAN BIMA KOTA KAB.
WIL RAWAN KAMTIBMAS : C (CURAT, CURAS DAN WIL RAWAN KAMTIBMAS : C (CURAT, CURAS DAN NARKOBA TRAFICKING NARKOBA PEOPLE SEMOGLING WIL RAWAN KAMTIBMAS C (CURAT, CURAS DAN NARKOBA TRAFICKING TRAFICKNG SBW
Lebih terperinciLAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KABUPATEN BIMA DAN KOTA BIMA TANGGAL DESEMBER 2016
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I LOMBOK BARAT NTB Jl. TGH. Ibrahim Khalidy Telp.(0370)674134, Fax.(0370)674135, Kediri-Lobar, NTB 83362 Website : http://iklim.ntb.bmkg.go.id
Lebih terperinciDATA BHABINKAMTIBMAS JANUARI 2016 NO HP PENUGASAN LAINN R2 MGP TMT JADI BBKTM DS. ADU HU U SKEP/389/V/2015
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT DOMPU DATA BHABINKAMTIBMAS JANUARI 2016 PANGKAT/NRP NO. SKEP/SPRIN DIKJUR PERALATAN DESA/KEL NO. PAS FOTO NAMA TMT JADI POLRI POLSEK
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Objek di Lapangan Pengamatan lapangan dilakukan di 3 (tiga) kabupaten, yaitu : Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur. Titik pengamatan sebanyak
Lebih terperinciBUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG PENYESUAIAN TARIF RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR CATATAN
CATATAN KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunnya buku Panduan Penyelenggaraan Rapat Kerja Pimpinan Satuan Kerja pada Kantor Wilayah Kementerian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang peternakan merupakan sektor penting dalam menunjang perekonomian pedesaan di Kabupaten Bima. Sebagian besar petani peternak masih mengandalkan hidupnya dari
Lebih terperinciPRAKIRAAN CURAH HUJAN Penanggung Jawab BULAN FEBRUARI MARET APRIL 2017 DARYATNO, SP, MP PRAKIRAAN CUACA BULAN FEBRUARI 2017 KABUPATEN BIMA DAN DOMPU
TIM PENYUSUN KONDISI CUACA BULAN JANUARI 2017 PRAKIRAAN CURAH HUJAN Penanggung Jawab BULAN FEBRUARI MARET APRIL 2017 DARYATNO, SP, MP PRAKIRAAN CUACA BULAN FEBRUARI 2017 KABUPATEN BIMA DAN DOMPU Ketua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bekerja di luar Negeri, jauh dari keluarga merupakan. bermigrasi ke Negara lain. Pekerjaan rumah tangga yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam sebuah rumah tangga Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar Negeri, jauh dari keluarga merupakan keharusan sebagai sebuah konsekuensi logis dari pilihan
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bima Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan laporan kinerja instansi pemerintah Kabupaten Bima tahun 2015 merupakan ikhtisar pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja dan dokumen
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA Jalan : Soekarno Hatta telp (0374) 43563,43561 Fax.
PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA Jalan : Soekarno Hatta telp (0374) 43563,43561 Fax.(0370)43561 Bima NAMA SMP/MTs, NEGERI SWASTA KABUPATEN BIMA TAHUN 2010/2011 No Nama Sekolah
Lebih terperinciKAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo)
KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo) Oleh: IB Ketut Wedastra Sr. Officer Conservation Spatial Planning WWF Indonesia PENGINDERAAN JAUH
Lebih terperinciBADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA BMKG Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Email : stamet_bmu@yahoo.co.id
Lebih terperinciKondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan
Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan
Lebih terperinciDiterbitkan oleh STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA JL. Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Bima Nusa Tenggara Barat
Diterbitkan oleh STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA JL. Sultan Muhammad Salahuddin Bima, 84173 Bima Nusa Tenggara Barat TIM PENYUSUN Penanggung Jawab DARYATNO, SP,MP Ketua SUPRIADIN, SP
Lebih terperinciBALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
KODE JUDUL: X.144 Penelitian Identifikasi Dan Evaluasi Potensi Lahan Untuk Pertanian Pangan dan Peternakan di Wilayah Beriklim Kering NTT 1. Ir. Sofyan Ritung, MSc. 2. Dr. Kusumo Nugroho, MS. 3. Drs. Wahyunto,
Lebih terperinciAnalisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat
Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk
Lebih terperinciTINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama NO KAB/KOTA
Lebih terperinciLampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan
Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan No. Kelas 1 Hutan lahan kering primer dataran rendah 2 Hutan lahan kering primer pegunungan rendah 3 Hutan lahan kering sekunder dataran
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciBUPATI BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN 23 (DUA PULUH TIGA) DESA DALAM KABUPATEN BIMA
BUPATI BIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN 23 (DUA PULUH TIGA) DESA DALAM KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR INFORMASI KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA
PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal
Lebih terperinciDiterbitkan oleh STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA JL. Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Bima Nusa Tenggara Barat
Diterbitkan oleh STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA JL. Sultan Muhammad Salahuddin Bima, 84173 Bima Nusa Tenggara Barat TIM PENYUSUN Penanggung Jawab DARYATNO, SP,MP Ketua SUPRIADIN, SP
Lebih terperinciLAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Jiwa dan semangat Undang-Undang Dasar 1945 yang terjabarkan ke dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Lebih terperinciIndonesia Yang Mandiri, Maju, Adil Dan Makmur. Visi pembangunan jangka
BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Nasional Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 2025 adalah: Indonesia Yang Mandiri, Maju,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
48 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Bima Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), lingkup penelitian difokuskan pada masyarakat
Lebih terperinciDARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT
REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 Provinsi Kalimantan Timur 2014 REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI
Lebih terperinciPengaturan Tata Guna Lahan dalam Mendukung Keberlanjutan Jasa Ekosistem di Provinsi Bali
Pengaturan Tata Guna Lahan dalam Mendukung Keberlanjutan Ekosistem di Provinsi Bali Disampaikan pada Seminar Perhitungan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Provinsi Bali, Diselenggarakan oleh Pusat
Lebih terperinciDAFTAR PENYULUH PROV. NUSA TENGGARA BARAT
DAFTAR PENYULUH PROV. NUSA TENGGARA BARAT NO LEMBAGA NAMA PENYULUH JENIS PENYULUH ALAMAT 1. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana AA. Gde Oka Sudana PNS - 2. - Abdullah PNS - 3. Badan Ketahanan Pangan dan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tengg
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 926, 2016 KEMENDAGRI. Kabupaten Sumbawa dengan Kabupaten Dompu. Batas Daerah. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG BATAS DAERAH
Lebih terperinciANALISIS KONDISI CUACA MENYEBABKAN BANJIR DI WILAYAH KABUPATEN DAN KOTA BIMA TANGGAL 26 MARET 2017
BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN BIMA Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Bima 84173, NTB Telp : (0374) 43215 Fax : (0374) 43123 Web : www.bmkgbima.net
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011
Lebih terperinciMEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT
MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT Peranan dan kinerja agribisnis dalam pembangunan ekonomi Faktor produksi utama sektor pertanian di NTB adalah lahan pertanian. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciDIREKTORY PERJANJIAN KERJA SAMA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN LEMBAGA DALAM NEGERI NON PEMERINTAHAN TAHUN 2012
DIREKTORY PERJANJIAN KERJA SAMA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN LEMBAGA DALAM NEGERI NON PEMERINTAHAN TAHUN 2012 JENIS, NO, TGL, DAN MASA BERLAKU NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA SKKPD/PE NANGGUNG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PEMINDAHAN IBU KOTA KABUPATEN BIMA DARI RABA WILAYAH KOTA BIMA KE KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2017 PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN,
Lebih terperincip-issn : e-issn : Accreditation Number: 766/AU3/P2MI-LIPI/10/2016
J. Segara Vol.12 No.3 Desember 2016: 139-147 JURNAL SEGARA http://p3sdlp.litbang.kkp.go.id/segara p-issn : 1907-0659 e-issn : 2461-1166 Accreditation Number: 766/AU3/P2MI-LIPI/10/2016 IDENTIFIKASI PERUBAHAN
Lebih terperinci5 LAJU HISTORIS KARBON SEKUESTRASI DAN LAJU EMISI CO 2 DI WILAYAH PESISIR
5 LAJU HISTORIS KARBON SEKUESTRASI DAN LAJU EMISI CO 2 DI WILAYAH PESISIR Laju historis karbon sekuestrasi dan laju emisi CO 2 di wilayah pesisir yang dikaji pada bab ini merupakan hasil komparasi antara
Lebih terperinciGambar 5. Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Bima.
21 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kabupaten Bima 1. Geografi dan Iklim Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Terletak pada 118 o 44 119 o 22 Bujur
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM WILAYAH
III. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Letak dan Luas Wilayah KPH Wilayah KPHP Maria Donggomasa berdasarkan administrasi pemerintahannya berada di dua Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Yaitu : 1. Kota Bima, meliputi
Lebih terperinciAnalisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B
Tabel 5 Matriks Transformed Divergence (TD) 25 klaster dengan klasifikasi tidak terbimbing 35 36 4.1.2 Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel
Lebih terperinciTIM PENYUSUN KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2016
TIM PENYUSUN KONDISI CUACA BULAN DESEMBER 2016 PRAKIRAAN CURAH HUJAN Penanggung Jawab BULAN JANUARI FEBRUARI MARET 2017 DARYATNO, SP, MP PRAKIRAAN CUACA BULAN JANUARI 2017 KABUPATEN BIMA DAN DOMPU Ketua
Lebih terperinciFungsi (F) / Tidak Berfungsi (TF) Kapasitas Produksi (lt/det)
FORMAT EK1 (Evaluasi Kinerja Sektor Air Minum) Kegiatan : SPAM Di Ibu Kota Kecamatan (IKK) Provinsi : Nusa Tenggara Barat KESESUAIAN NO KAB/ KOTA 2 Kab.Lombok Tengah 3 Kab.Lombok Timur Acesories Pipa IPA
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT
SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT 8 (Studi Kasus : Sub Das Brantas Bagian Hulu, Kota Batu) Oleh : Aning Prastiwi
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Citra 5.1.1 Kompilasi Citra Penelitian menggunakan citra Quickbird yang diunduh dari salah satu situs Internet yaitu, Wikimapia. Dalam hal ini penulis memilih mengambil
Lebih terperinciRENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BIMA TAHUN ANGGARAN 2013
RENCANA KERJA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BIMA TAHUN ANGGARAN 20 NO. A. 1. Penyebaran dan Pengembangan Ternak 1. Penyebaran : L - Sapi Langgudu, Sanggar, Sape dan Lambu 44 Ekor 198,000,000 198,000,000 -
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN TERNAK SAPI POTONG KABUPATEN SUMBAWA
LAPORAN AKHIR ROAD MAP PENGEMBANGAN KAWASAN TERNAK SAPI POTONG KABUPATEN SUMBAWA 2015-2019 Kerjasama DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT dengan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciTitle : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009
Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH ( R P J M D ) KABUPATEN BIMA TAHUN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH ( R P J M D ) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-1015 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah telah
Lebih terperinci