BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Pustaka 1. Pengertian Program Istilah program serung di dengar. Menurut suryosubroto program adalahsederetan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Program merupakan kegiatan yang di rencanakan untuk dilaksanakandalam rangka pencapaian tujuan.1 Pengrtian dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Program merupakan rencana mengenai asas-asas serta usaha yang di jalankan.2 Dengan kata lain program sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidik merupakan bagianyang tidak dapat di pisahkan dari pelaksanaan program di sekolah. Dalam menyusun suatu program di perlukan menejemen yang harus benar-benar di terapkan dalam mengaplikasikan konsep tidak sampai terjadi pada pada pengabaian terhadap program tersebut. Seorang guru menjadi pemimipin bagi anggota dan perserta didiknya, ia di tuntut untuk memiliki kempuan menejeria. Kemapuan menejeria tersebut menurut Zulkarnain yaitu: merencanakan mengorganisasikan, memimpin dan mengawasi. 3 a. Merencanakan yaitu merupakan perkerjan pendidik untuk menyusun tujuan belajar. b. Mengorganisasikan yaitu pekerjaan pendidik untuk mengatur dan menghubung-hubungkan sumber belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan ekonomis. 1 Sryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, PT Renaka Cipta, Jakarta, 1997, hlm Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991, hlm Zulkarnain, Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hlm

2 11 c. Memimpin dalam rangka memotivasi, mendorong danmenstimulus murid-murid. d. Mengawasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menilai dan mengatur kembali situasi dan bukan mengubah tujuan. 2. Pengertian Hafalan Kegiatan menghafal Al-Qur an sebenarnya sudah dimulai sejak al-qur an pertama kali diturunkan pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabanya karna pada waktu itu belum banyak kegiatan baca tulis, sehinnga untuk mengingat ayat-ayat Al-Qur an yang sudah di wahyukan oleh Allah SWT, beliau selalu menghafalkanya supaya tidak lupa4 Aktivitas pembelajaran melaui kegiatan menghafal adalah sesuatu aktivitas menanamkan sesuatu materi verbal melaui proses mental dan menyimpanya dalam ingatan, sehingga dapat di produksi kembali kealam sadar jika di perlukan.5 Kata hafalan berasal dari kata hafal telah dapat mengucapkan dengan ingatan (tidak usah membuka buku).6 Dapat disimpulkan bahwa hafalan adalah kegiatan menginganta atau selau ingat dan sedikit lupa dalam peroses mengingat atau proses merekam semua kedalam memory otak tengang materi yang di pelajari. Inagatan ada beberapa macam yaitu ingatan cepat artinya mudah menghafal sesuatu mencamkan sesuatu hal tanpa menjumpai kesukaran. Ingatan setia adalah apa yang telah diterima (dicamkan /dihafal) itu akan disimpan sebaik-baiknya, tak akan berubah-ubah, jadi tetap cocok dengan keadaan waktu menerimanya, ingatan teguh artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu yang sama, tidak mudah lupa. Inagatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan.ingatan siap 4 artinya mudah dapat memproduksi kesan yang telah Mubasyaroh, Memorisasi dan Bingkaian Tradisi Pesantren, Idea Perss, Yogyakarta, 2009, hlm Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 (Kunci Sukses Pembelajaran Abad 21), Galia Indonesia, Jakarta, 2014, hlm WJS. Purwadinata, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Balai Pustaka 1998, hlm. 38.

3 12 disimpanya. 7Kegiatan menghafal atau mengingat ada beberapa tahap di antaranya: a. Merefleksi : memperhatikan bahan yang sedang di pelajari, baik dari segi tulisan dan tanda bacanya maupun syakalnya. Artinya b. Mengulangi : yakni membaca atau mengikuti berulang-ulang apa yang di ucapkan oleh pengajar. c. Meresetas : mengulangi secara individu guna menunjukan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah terjadi d. Retensi : yakni ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah terjadiyang bersifat permanen. Untuk mempelajari bahan hafalan diperlukan jenis belajar menghafal (memori type of learning). Belajar dengan menghafal sering menimbulkan penyakit verbalisme yaitu anak tahu menyebutkan katakata, definisi, rumus dan sebagainya tetapi tidak dipahami. Penyakit lain yang sering dijumpai akibat belajar menghafal ialah intelektualitas penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari buku pelajaran tanpa menghubungkannya dengan realitas kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari anak anak dari penyakit tersebut, perlu diperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut : a. Bahan yang akan dihafalkan hendaknya diusahakan agar dipahami benar-benar oleh anak. b. Bahan hafalan hendaknya merupakan suatu kebulatan (keseluruhan dan bukan fakta yang lepas). c. Bahan yang telah dihafal hendaknya digunakan secara fungsional dalam situasi tertentu. d. ActiveRecall hendaknya senantiasa dilakukan. e. Metode keseluruhan atau metode bagian yang digunakan tergantung pada sifat bahan.8 Dalam hubungan ini kita mengenal tiga macam metode belajar yaitu: Sumadi Suryabrata, Pesikologi Pendidikan, PT Raja Grofinda Persada, Jakarta, 2004, hlm.

4 13 1) Metode keseluruhan G (Ganzleren methode) metode menghafl dengan mengulangi dari permulan sampai akhir. Artinya perserta didik menghafal materi dari awal samapi akhir materi. 2) Metode bagian atau T (Teillern methode) yaitu menghafal sebagian demi sebagian. Artinya dalam proses menghafal materi dipilih dengan mengghafal sebagian dari materi tersebut. 3) Metode campuran atau V (vermit teledren methode). Yaitu menghafal bagian bagian yang sukar terlebih dahulu, selajutnya di pelajari dengan metode keseluruhan Hadist a. Pengertian Hadits Hadits atau Al-Hadist menurut bahasa Al-jadid yang artinya sesuatu yang baru-lawan dari al-qadim (lama), yang berati menunjukan kepada waktu yang dekat atau waktu yang di singkat. 10 Sedangkan menurut Habsas Shiddieqy yang di kutip oleh Umar dalam bukunya yang berjudul Ilmu Hadits mengatakan bahwa hadist menurut bahasa yaitu: 11 1) Hadist dalam pengertian jadid, yakni sesuatu yang baru, lawan dari usang atau qadim. 2) Hadits dalam pengertianya alqarib yakni sesuatu yang belum lama terjadi seperti dalam perkataan. 3) Hadits dalam pengertianya al-khabar atau masalah yang sedang di bicarakan atau perangkat seperti dalam perkataan. Artinya adalah sesuatu yang dipercakapkan dan di pindahkan dari sesorang sama maknanya dengan dari maksud inilah diambil perkataan hadist Rasulullah. Firman Allah yang menunjukan tentang 8 makna Zakiyah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm Mubasyaroh, Op. Cit., hlm Munzier Suparta, Ilmu Hadist, RajaGrafindo, Jakarta, 2002, hlm Umar, Ilmu Hadits, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm

5 14 hadist, surat Ath Thuur ayat 34 nama Khabar yaitu sebagai berikut: Artinya : Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur an itu jika mereka orang-orang yang benar.(qs.ath Thuur:34)12 Ayat tersebut bermakna bahwa Al-Khabar yang mengandung warta, baik warta Nabi dari Nabi sahabat atau warta dari tabiin. Sedangkan atsar sama dengan hadits Nabi atau perkatan sahabat yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan di pindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadis. Pengertian hadits secara istilah di kemukakakan oleh berbagai perspektif ahli sebagai berikut:13 1) Ulama hadist atau ahli hadits mendefinisikan sebagai berikut: ﺮﹴ ﺍﹶﻭ ﻘﹾﺮﹺﻳ ﺗ ﻞﹴ ﺍﹶﻭ ﻌ ﻓ ﻝﹴ ﺍﹶﻭ ﻗﹶﻮ ﻦ ﻣ ﻠﹼﻢ ﺳ ﻭ ﻪ ﻠﹶﻴ ﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﻋ ﺻ ﺒﹺﻲ ﻦﹺ ﺍﻟﻨ ﻋ ﺮ ﺎﺍﹸﺛ ﻛﹸﻠﹸﻤ ﺯ ﺔ ﻴ ﻠﹸﻘ ﺟ ﺍﹶﻭ ﺔ ﻴ ﻘ ﻠ ﺧ ﻔﹶﺔ ﺻ Artinya : Segala sesuatu yang di beritakan dari Nabi SAW baik berupa sabda perbuatan taqrir, sifat- sifat maupun ihwal Nabi. 14 2) Secara istilah pengertian hadits menurut ahli Fikih sebagai berikut: ﺍﻥ ﺍﹾﻟﹸﻘﹾﺮ ﺮ ﻏﹶﻴ ﻠﹼﻢ ﺳ ﻭ ﻪ ﻠﹶﻴ ﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﻋ ﺻ ﺒﹺﻲ ﺍﻟﻨ ﻦ ﻋ ﺭ ﺪ ﺎ ﺻ ﻛﹸﻞﱡ ﻣ Artinya : Segala sesuatu yang di dasandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, Selain Al-Qur an Al-karim, baik perkataan, perbuatan maupun taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan hukum syara Al-Qur an, Surat Ath Thuur ayat 34, Mahad Tahfihd Yanbu ul Qur an Kudus, CV.Mubarokatan Thoyyibah, Kudus, hlm Badri Keheruman, Ulumul Al-Hadits, Pustaka Setia, Bandung, 2014, hlm Muhamad Ajaj Al Khib, As-Sunah Qobla At-Tadwin, Maktabah Wahbah, Kairo, 1975, hlm Ibid., hlm. 20.

6 15 Secara umum hadits atau yang disebut juga dengan sunah, sebagai sumber ajaran Islam yang berisi pernyataan, pengalaman, pengakuan dan ihwal Nabi SAW yang beredar pada masa Nabi Muhammad SAW hingga wafat di sepakati sebagai ajaran sumber Islam setelah Al-Qur an da isinya menjadi hujah (sumber otoritas) keagamaan. Oleh karena itu, umat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW (al-sahabat) dan pengikutnya menggunakannya hadist sebagi hujah keagamaan yang di ikuti dengan mengamalkan isinya dengan penuh semangat keaptuhan dan ketulusan. Dalam praktek, disamping menjadikan Al-Qur an sebagai hujah keagaman, mereka menjadikan hadits sebagai hujah serupa secara seimbang karena keduanya sama di yakini sebagai wahyu Allah SWT.16 Dari beberapa pengertian hadits tersebut dapat di simpulkan bahwa hadist meliputi perkatan, perbuatan, pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan nabi Muhammad SAW. 1) Perkataan Yang dimaksut dengan perkatan Nabi Muhammad SAW ialah perkataan yang pernah bliau ucapkan dalam berbagai bidang hukum(sya riat), sebagainya. 2) Perbuatan akhlak, aqidah, pendidikan dan 17 adalah perbuatan Nabi Muhammad perbuatannabi ini merupakan penjelasan SAW, praktis terhadap perbuatan-perbuatan dan peraturan-peraturan syariat yang belum jelas cara aplikasinya.18 3) Taqrir di sini adalah keadaan beliau yang mendiamkan atau tidak mengadakan sanggahan terhadap apa yang telah di lakukan, oleh sahabat ketika di beliau. 19 4) Sifat-sifat Rasuluallah dilukiskan para sahabat Nabi seperti sifat jasmani bliau. 16 Ervan Soebahar, Menguak Fakta Keabsahan Al-Sunah, Kencana Jakarta, 2003, hlm. 3. Umar., Op. Cit., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm

7 16 Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam arti sempit pengertian hadits hanya terbatas pada segala sesutau yang di sandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbutan, atau taqrir. Secara luas hadist memiliki pengertian yang di kemukakan oleh Al-Tirmdzi ia mengatakan bahwa sesunguhnya bukan hanya yang di marfukan Nabi Muhammad SAW, saja melaikan dapat pula dapat di sebutkan apa yang maukuf (bahkan pada perkataan perbuatan dari sahabat dan tabin. 20 b. Keistimewan Hadist Nabi dalam Kehidupan Seorang Muslim Seluruh Umat Islam, telah sepakat bahwa hadist Rasulullah merupakan sumber dan dasar hukum Islam setelah Al-Qur an. Uamat Islam di wajibkan mengikuti hadist sebagaimana di wajibkan mengikuti Al-Qur an. Al-Qur an hadits merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang tetapi, yang orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali kepada dua sumber tersebut. Seorang mujtahid dan seorang alimpun tidak diperbolehkan mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya.21 Keduanya merupakan satu keastuan.al-qur an sebagi sumber pertama yang bersifat umum dan global.dan hadist tampil untuk menjelaskan (bayan) keumuman isi Al-Qur an tersebut.22 Seperti diuraikan dibawah ini: Artinya : Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu di beri Rahmad (Qs. Ali Imran 132)23 Taatlah kepada Allah adalah dengan mengikutinya ketentuan baik yang tertera dalam Al-Qur an, baik perintah maupun larangnya. 20 Badri Keheruman., Op. Cit., hlm. 63. Munzier Suparta,Op. Cit., hlm Ibid., hlm Al-Qur an, Surat Ali Imran ayat 132, Mahad Tahfihd Yanbu ul Qur an Kudus, CV. Mubarokatan Thoyyibah, Kudus, hlm

8 17 Menaati Rasul berarti mengikuti suanahnaya. Oleh karena itu semua hadist yang di akui kesahihnya wajib diikuti, diamailakan umat manusia mengikutial-qur an sebab hadits merupakan interpretrasi (bayan) dari Al-Qur an.24 Al-hadits merupakan pedoman hidup yang harus di ikuti oleh segenap umat Islam. Hal ini secara tegas telah disabdakan oleh nabi sebagai berikut: ( )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺎﻟﻚ. ﻪ ﺒﹺﻴ ﺔﹶ ﻧ ﻨ ﺳ ﺍﷲ ﻭ ﺎﺏ ﺘ ﺎﻛ ﺑﹺﻬﹺﻤ ﻢ ﻜﹾﺘ ﺴ ﻤ ﺎﺗ ﺍ ﻣ ﻠﱡﻮ ﻀ ﺗ ﻦﹺ ﻟﹶﻦ ﻳ ﺮ ﺃﹶﻣ ﻜﹸﻢ ﻓ ﻛﹾﺖ ﺮ ﺗ Artinya : Aku tingaklan dua pusaka untuk kamu sekalian tidak akan teresat selagi kamu berpegan teguhlah pada keduanya yaitu berupa kitap Allah SAW dan Sunah RasulNya (HR. Malik).25 Melihat kedudukan hadist yang sangat penting itu, setiap umat Islam haruslah mempelajari hadist serta mendalami ilmu-ilmunya agar mengetahui memahami hal-ilwal Al-hadits secara maksimal untuk pengalaman syariat Islam. Tanpa memahami dan menguasai hadits siapa pun tidak bisa memahami Al-Qur an. Sebaliknya siapapun tidak akan bisa memahami hadits tanpa memahami Al-Qur an. Sebab Al-Qur an merupakan dasar hukum pertama, yang didalamnya berisi garis besar syariat, dan hadits merupakan dasar hukum kedua yang didalamnya berisi penjabaran dan penjelasan Al-Qur an. Dengan demikian antara hadits dan Al-Qur an memiliki kaitan yang sangat erat, yang satu sama lain tidak bisa dipisahpisahkan atau berjalan sendiri-sendiri. c. Kedudukan Dan Fungsi Hadits Kedudukan hadits terhadap Al-Qur an ada tiga macam yakni: 1) Bayan at-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta kid dan bayan alitsbat. Yang dimaksut bayan ini, ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam haditst. Fungsi 24 Jalil Al-Din Abd Al-Rahman bin Abi Bakar Al-Syuthi, Al-Jami Al-Shaghir Jilid I, Darfikr, Kairo, 1993, hlm Badri Keheruman., Op. Cit., hlm. 70.

9 18 hadits dalam hal ini hanya memperkokoh isi kandungan AlQur an. 2) al-tafsir adalah hadits yang berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur an yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan /batasan (taqyid) ayatayat Al-Qur an yang bersifat mutlak, dan mengkususkan (takhsish) terhadap ayat Al-Qur an yang masih bersifat umum. 3) Bayan at-tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran ajaran yang yang tidak didapati dalam Al-Qur an atau dalam AlQur an hanya terdapat pokok-pokoknya (ashl). 4) Bayan al-nasakh. Kata naskh secara bahasa berarti (membatalkan) izalah (menghilangkan), tahwil (memindahkan), dan taghyir (mengubah). Menurut pendapat ulama taqaddimin terjadi naskh ini karena adanya dalil syara yang mengubah suatu hukum (ketentuan) meskipun jelas. 26 Sedangkan fungsi hadis adalah sebagai pedoman hidup umat Islam. Al-Qur an dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara yang satu dengan yang lain tidak terpisahkan, keduanya adalah satu kesatuan. Al-Qur an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itulah kehadiran hadits Nabi sebagai (bayan) keumuman isi Al-Qu an sebagai beriku:27 Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah Munzier Suparta, Op. Cit., hlm Ibid., hlm

10 19 diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan. (An-nahl ayat 44)28 Ayat diatas dapat dikatakan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur an bagi umat manusia, agar Al-Qur an dapat difahami oleh manusia, maka Rasul SAW, diperintahkan untuk menjelaskan kandungan dan cara-cara laksana ajarannya kepada mereka melalui hadits-haditsnya.29oleh karena itu fungsi hadits yaitu : Sebagai sumber ajaran kedua, untuk menjelaskan kilabullah, sebagai suriatauladan bagi umat Islam, sebagai ajaran yang wajib di taati, sebagai pembuat peraturan (syariah) selain Al-Qur an. d. Dasar-dasar Pendidikan Hadis bagi Anak Long life education, kalimat yang kita kenak sejak dulu sampai saat ini, pendidikan sepanjang hayat, itu merupakan arti bebas dari kalimat tersebut. Pentingnya pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia telah menjadikan salah satu kebutuhan pokok manusia.30 Terkait dengan hal tersebut pengenalan melaui belajar hadist dalam usia anak itu sangat perlu. Dasar pendidikan hadist bagi anak sebagai berikut: 1) Berusaha untuk mengkorelasikan antara makna-makna dan hukum hukum-hukum yang termaktub dalam hadits Nabi dengan ayat AlQur an. 2) Menjelaskan perbedaan atara Al-Qur an dengan hadits-hadits Nabi sebagai salah satu sumber-sumber penentu hukum Islam. 3) Memberikan pengarahan kepada anak akan pentingnya haditshadits Nabi SAW sebagai petunjuk bagai berbagai perilaku manusia dalam kehidupan mereka, baik bersifat umum mapun khusus. 28 Al-Qur an, Al-Ahzab: 33 Ayat 21Mahad Tahfihd Yanbu ul Qur an Kudus, CV. Mubarokatan Thoyyibah, Kudus, hlm Munzier Suparta, Op. Cit., hlm Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 53.

11 20 4) Memberikan pengarahan kepada anak akan pentinya hadist-hadits Nabi SAW dalam ke hidupan manusia, agar mereka menjadikan hadits-hadits tersebut sebagai sumber acuan yang datang dari Rasulluallah SAW. Sehingga, mereka menjadikan semua itu sebagai acuan perilaku kehidupan kehidupan mereka sehari-hari. 5) Mengarahkanperhatian anak kepada berbagai kandungan makan yang dimuat dalam hadits-hadits, dan menjelaskan bagaimana tata cara menyimpulkan hukum-hukum dan kaidah-kaidah dari haditshadits Nabi tersebut. 6) Mengembangakan kecenderungan-kecenderungan anak terhadap hadits Nabi SAW, menghafal keagamaan mengarahkan mereka untuk hadits-hadits Nabi dalam jumlah yang lebih besar, sesuai dengan fase-fase kehidupan mereka, serta memberitahukan mereka bagaimana cara menghadapinya, tentunya dengan mengikuti jejak Rasulluallah SAW. 31 Menghafal hadits menjadi salah satu bagian dari dasar pendidikan hadis bagi anak, terkait dengan hal demikian dapat dikatakan belajar hadits dan menghafal hadis merupakan satu kesatuan. e. Tujuan Belajar Hadits bagi Anak Hadits merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-Qura an yang menjadi rujukan ataupedoman umat manusia di dunia. Terkait dengan hal demikian hadits perlu disamapaikan dan di pelajari oleh anak, tujuanya adalah : 1) Mengetahui perbedaan antara Al-Qur an dengan hadist Nabi, dan mengetahui kedudukan Al-Qur an dengan hadist Nabi, dan mengetahuikedudukan Al-Qur an sebagai sumber yang paling pokok diantara sumber sumber penentuan hukum dalam Islam. 2) Memberikan arahan kepada anak akan pentingnya hadist-hadist Nabi sebagai sumber kedua dalam penentuan hukum Islam, dan 31 Fuhaimin Mustthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Mustaqim, Jakarta, 2004, hlm. 153.

12 21 mengarahkan mereka akan pentingnya sumber kedua tersebut bagi kehidupan kaum muslimin karena, di dalamnya terdapat pentunjuk, pengarahan dan bimbingan. 3) Mengarahkan anak-anak untuk mengikuti seluruh perintah Rasuluallah SAW, menjadikan beliausebagai panutan dan uswah hasanah, sehingga anak-anak akan mengikuti jejak langkah beliau dalam kehidupan mereka, yaitu dengan cara menjalankan segala hal yang diperintahkan beliau dan meninggalkan larangan larangannya. 4) Memantapkan akidah Islam dalam jiwa anak anak, membina kualitas spiritual mereka, menanamkan tradisi-tradisi dan perilakuperilaku baik, dan melindungi mereka dari berbagai penyimpangan. 5) Mengembangkan sisi naluri keagamaan mereka melalui hadisthadist Nabi dan mendorong mereka menghafal lebih banyak hadist-hadist Nabi, sesuai fase-fase kehidupan yang meraka jalani, dilihat dari kacamata pendidikan. 6) Menapakkan keagungan hadist hadist Nabi dalam memberikan solusi terhadap berbagai problematika kehidupan yang dihadapi seorang muslim sehari-hari 7) Agar anak anak menjadikan hadist hadist Nabi sebagai qudwah (panutan) yang bersumber dari RasuluallahSAW, sehingga hal tersebut mereka jadikan acuan dalam mengatur perilaku mereka sehari-hari. 8) Berusaha mengkorelasikan hadist-hadist Nabi dengan berbagai problematika anak-anak, baik sekoalah maupun dalam kehidupan sehari hari mereka, dan mejelaskan tatacara menghadapi berbagai problematika tersebut dengan mengikuti jejak RasuluallahSAW. 9) Menjelaskan tatacara mengambil suatu maanfaat dari hadist-hadist Nabi, dalam rangka menanamkan perilaku perilaku yangbenar bagi anak-anak.

13 22 10) Mengarah perhatian anak-anak kepada ajaran-ajaran yang penuh makana dalam pemikiran pemikiran yang benar, dimana semua itu sudah termuat dalam hadits. 32 f. Tata Cara Belajar Hadits bagi Anak Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan berbagai bentuk berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-perubahan aspek-aspek lain pada diri individu yang belajar. Dalam belajar hadits anak di perlukan tata cara sebagai berikut: 1) Mengalihkan perhatian anak kepada tema hadits Nabi yang di ajarkan dan menjalakskan pada mereka dalam ruang lingkup pandangan-pandangan, kesempatan atau persolan-persoalan yang terjadi atau bahkan akan terjadi. 2) Menjelaskan kepada anak tentang ajaran-ajaran yang memiliki makna yang sangat agung dan pemikiran yang termaktub dalam hadits Nabi, sehingga mereka dapat memahami, menyerap dan menerapakannya dalam kehidupanya sehari-hari. 3) Menggunakan kamus (ensklopedia Bahasa) dalam rangka mengetahui kata-kata yang sulit dipahami oleh anak-anak dan terutama dalam pembelajaran hadits. Sebagaimana anak-anak juga bergabung bersama pendidik, dalam mengetahui arti kata-kata yang sulit di pahami tersebut. Sehingga makna-maknanya dapat di serap sebaik mungkin dalam benak mereka. 4) Anak-anak diharapkan berperan aktif dan responsif pada saat pendidik menjelaskan palajaran hadits Nabi, dengan cara menerapkan dialog dan di sukai interaktif di antara mereka. 5) Mendorong anak-anak untuk untuk menyimpulkan prinsip-prinsip dan dasar-dasaryang paling penting dari isi hadits Nabi, sehingga 32 Ibid., hlm. 157.

14 23 hal tersebut biasa dimanfaatkan diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan mereka, di sekolah mapun luar sekolah. 6) Menjelaskan sebab-sebab atau beberapa hal yang berkaitan dengan, mengapa Rasulluallah SAW mengeluarkan sabada beliau dalam hadits tersebut. Jika serang pendidik tidak mampu melakukannya, hendaknya merujuk kitab riyaadhush-shaalihin. 7) Berusaha untuk mengkolerasikan isi hadits Nabi dengan realitiatas kehidupan anak-anak baik di keluarga, sekolah, masjid, mapun di jalan. 8) Meyakinkan anak-anak terhadap pengaruh Islam dalam mengatur kehidupan kita, dan meyakinkan mereka bahwa tanpa agama kehidupanakan dipenuhi dengan berbagai tindakan kekerasan dan pertengkaran antar sesama manusia. Bahkan harus di ingatkan kepada mereka bahwa hadits Nabi adalah salah satu sumberpokok ajaran Islam yang memuat undang-undang kehidupan kita. 9) Menjelaskan bahwa dengan mempraktekan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang di kandung setiap hadits dapat mempengaruhi kesuksesan seoarangmuslim dan kemajuan masyrakat melalui dialog dan diskusi interaktif. 10) Menyimpulkan prinsi-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam hadits Nabi dan menjeaskan hubungan hal tersebut dengan kehidupan seharihari. Dalam hal ini seorang pendidik hendaknya merujuk pada kitab-kitab yang dijamin kesahihanya. Diantaranya kitab yang paling penting dan perlu dijadikan rujukan adalah sahih Bukhari dan Muslim Progaram Hafalan Hadits a. Pengertian Progaram Hafalan Hadits Menghafal hadits adalah kegiatan yang sudah lama di jalankan oleh umat muslim bahkan pada zaman Rasulluallah SAW. Minat seperti ini diperkuat dengan imbauanrasulluaallah SAW agar mereka 33 Ibid., hlm. 158.

15 24 menghafalkan hadits dan menyampaikannya kepada orang-orang.hal ini menunjukan betapa besar perhatian beliau terhadap penghafalan dan penyampain hadits. Zaid bin Tsabda: ﺣﺎﹶ ﺏ ﺭ ﻭ ﻪ ﻴ ﻓﹶﻘ ﺮ ﹶﻏﻴ ﻘﹾﻪ ﻞﹺ ﻓ ﺣﺎﹶ ﻣ ﺏ ﺎ ﻓﹶﺮ ﻬ ﻠﱠﻐ ﻰ ﻓﹶﺒ ﺎ ﻟﹶﺘ ﻤ ﻣ ﻊ ﻤ ﺃﹰ ﺳ ﺮ ﻣ ﺍﷲ ﺍ ﺮ ﻀ ﻧ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩﻭ. ﻪ ﻨ ﻣ ﺍﹶﻓﹾﻘﹶﻪ ﻮ ﻫ ﻦ ﻣ ﻘﹾﻪ ﻞﹺ ﻓ ﻣ Artinya : Semoga allah memperindah wajah orang yang mendengar ucapanku lalu menyampaikannya. Mungkin saja orang yang membawa (informasi) Fiqih itu bukan seorang faqih, dan siapa saja yang membawa (informasi) fiqih menyampaikannya kepada orang yang lebih faqih dari padanya. (HR. Abu Dawud).34 Dengan demikian, pemeliharan hadits itu wajib hukumnya agar umat Islam bebas dari tuntunan penyampainya yang telah di perintahkan Rasulullah SAW. Betapa pentinya menghafalkan hadits sebagai salah satu pemeliharan hadits yang di lakukan umat Islam yang kita ketahui hadits adalah sumber kedua umat Islam. Pada zaman sekarang pengembanganprogram hafalan hadist merupakan kegiatan yang dirancang untuk membawa sesorang untuk menghafal, memelihara, menjagadalam artian meanampakan dan membaca di luar kepala tanpa melihat kitab yang berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. Baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentua-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. Dengan katalainmenghafal hadits, memeliharanya serta menalarnya haruslah memperhatikan tiga unsur pokok berikut ini. Pertama menhayati bentuk-bentuk visiual sehingga dapat di ingat kembali tanpa kitab. Kedua membacannya secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan dan yang ketiga mengingatnya. Kegiatan tersebut sebagai dorongan dunia pendidikan sebagai salah satu upaya peneliharahan hadits. 34 Abi Dawud Sulaiman Bin Asy ats Bin Ishaq Bin Basyir, Sunah Abi Dawud Jus I, Dar Ibnu Hisyam, Kairo,2007, hlm. 456.

16 25 b. Metode Menghafal Hadits Menghafalan hadis salah satu cara mengajarkan ketaataan kepada Nabi Muhammad SAW. Setaip Hadits yang diajarkan dihafalkan akan memndarah daging ke diri anak dan menjelma menjadi sebuah perilaku yang seperti di tuntukan oleh Rasul. Sebab itu di perlukan metode untuk melakukanya. Usia dini merupakan masa yang paling pas untuk menanamkan cinta anak kepada Hadits Nabi SAW. Menghafal hadits yang dilakukan oleh anak usia dini, hampir sama dengan cara anak menghafal Al-Qur an. Metode menghafal Al-Qur an menurut Ahmmad Syaifuddin, ada tiga metode dalam mempelajari Al-Qur an yaitu: 1) Musyafahah yaitu pendidik membacakan lebih terdahulu kemudian disusul oleh anak atau murid. Dengan metode ini, pendidik dapat menerapakan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan langsung keluarnya huruf dari lidah pendidik untuk di tirukan. 2) Ardul Qiraah atau sorong anak membaca di depan pendidik dan pendidk mendengarkannya. 3) Pengulan gan yaitu pendidik mengulang-ulang bacaan sedangkan anak meniru kata perkata dan kalimat perkalimat secara berulang ulang hingga benar. 35 c. Motivasi Menghafal Hadits Kegiatan menghafal hadits di mulai sejak zaman Rasulullah SAW yang di laksanakan para sahabat Rasulullah SAW. Sebagaimana telah maklum bahwa haditsmerupakan sandi asasi yang telah membentuk pola pikir sahabat dan serta sikap dan perbuatan dan etika mereka.sebab mereka senantiasatundukkepada Rasulullah dalam segala hal.setiap kali mereka mendapakan satu kalimat dari Nabi Muhammad SAW, maka kalimat tersebut mendarh daging. Dan 35 Ahmmad Syaifuddin, Mendidik anak, Membaca, Menulis Al-Qu ran, Gema Insani Pres, Jakarta, 2004, hlm. 81.

17 26 menjelma menjadi perilaku mereka, hal seperti itu tidak diragukan lagi, yang akan menyebabkan mereka hafal dan tidak menutup kemungkinan untuk lupa. Dan dengan cara itu mereka dapat membebaskan diri dari tuntutan dan kewajiban sekaligus sebagai manifistasi ketaatan. 36 Motivasi Para sahabat untuk menghafal hadits ialah Pertama, kegiatan menghafal adalah budaya bangsa arab yang di wariskan sejak Pra Islam, mereka terkenal kuat. Kedua, Rasulullah SAW memberikan sepirit melalu doa-doanya ke tiga sering menjajikan kebaikan akhirat kepada mereka yang menghafalkan hadits dan menyampaikankanya kepada orang lain.37 Hal demikan yang menjadikan program hafalan hadits sangat di perlukan untuk umat muslim, para sahabat Nabi SAW sudah memberikan contoh yang sangat jelas dan memberitahukan bahwa menghafal hadits banyak manfaatnya untuk kehidupan manusia didunia menjajikan kebaikan akhirat kepada mereka yang menghafalkan hadits dan menyampaikankanya kepada orang lain. Dalam hadits lain di terangkan bahwa: ﻦ ﻞﹸ ﻣ ﺸ ﺮﹺ ﻣ ﻦﹺ ﺍﻟﹾﺎﹶ ﺧ ﻣ ﻛﹶﺎ ﻥﹶ ﻟﹶﻪ ﺪ ﻌ ﺑ ﺖ ﺘ ﻴ ﺍﹸ ﻣ ﻰ ﻗﹶﺪ ﺘ ﻨ ﺳ ﻦ ﺔﹰ ﻣ ﻨ ﻰ ﺳ ﻴ ﺃﹶﺣ ﻦ ﻣ ( )ﺭﺍﻭﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻯ. ﺌﹰﺎ ﻴ ﺷ ﻢ ﺭﹺﻫ ﻮ ﺍﹾﺧ ﻦ ﻣ ﻘﹸﺺ ﻨ ﺮﹺ ﺍﹶ ﻥﹾ ﻳ ﻏﹶﻴ ﻦ ﺎ ﻣ ﻞﹶ ﺑﹺﻬ ﻤ ﻋ Artinya : Barang siapa yang menghidupkan salah satu sunahku yang telah di liburkan setelah ku, maka pahala baginya semisal pahala orang yang mengamalkanya tanpa menguranginya sedikitpun (HR. At-Turmudzi).38 d. Materi Hafalan Hadits Hadits menurut Moh Erfan soebahar dikutip dari buku, menyatakan bahwa teks bertuliskan Arab yang menyampaikan sesuatu yang di sandarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai materi hadits, 36 Nurudin, Ulumul Hadits, PT.Remaja Rosada Karya, Bandung, 2014, hlm. 27. Munzier Suparta, Op. Cit., hlm Imam Tirmidzi, Sahih sunanul At Tirmidzi jilid III, Pustaka azam, Kairo, 2004, hlm

18 27 berupa apa-apa yang pernah disabdakan atau di katakan oleh Nabi Muhammad SAW (qauluhu), dilaksanakan oleh Nabi (fi luhu), di sepakati Nabi (taqriruhu) serta informasi yang di sampaikan oleh sahabat tentang sifat-sifat Nabi (hammiyah). Dengan ungkapan lain pelajaran hadits terkait tentang empat usur yang (jelas,di pandang) bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Jadi emapt unsur poko ini lah yang muatan pokok materi pembelajaran hadits (disajikan sesuai dengan kebutuhan pererta didik).39 Saecara umum materi tersebut menyangkup hal tersebut. Namun dalam dunia pendidikan usia dini adab atau etika kesaharian umat muslim di ajarkan melaui hadits Nabi. Adab yang baik tercermin dari anak menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, mengucapkan salam, berjabat tangan saat berjumpa, saling memaafkan menyayangi yang lebih kecil, sanyang kepada teman, menghormati pendidikdan orang tua, membaca doa, setelah dan sesuadah melakukan sesuatu, serta patuh dan taat kepada orang tua dan guru. Berikut ini beberapa hadits yang diajarkan kepada anak usia dini dalam rangka mengembangkan etika dan adab yang baik bagi mereka. ( )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ. ﻗﹶﺎ ﺋﻤﺎﹰ ﻛﹸﻢ ﺪ ﺃﹶﺣ ﻦ ﺑ ﺮ ﺸ ﻻﻳ Artinya : Jangalah kalian minum sambil berdiri (HR. Muslim) 40 ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮﺩﺍﻭﺩﻭ. ﻨﹺﻜﹸﻢ ﺎ ﻣ ﻴ ﺍ ﺑﹺﻤ ﺀﻭ ﻓﹶﺎﹾﺑﺪ, ﺄﹶ ﺿ ﻮ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﺗ ﻭ ﻢ ﺘ ﺇﹺﺫﹶﺍ ﻟﹶﺒﹺﺴ Artinya : Jika kalian berpakaian dan berwundu mulailah dari kanan (HR. Abu Dawud )41 39 Adi Prasetiyo, Pembelajaran Konstruktivistik sinentific, untuk pendidikan Agama Islam di Sekolah / Madrasah, PT. Raja Grofindo Persada, Jakarta, 2014, hlm Imam Muslim, Sahih Muslim Volume III B, Derel Aker Beyrouth, Libian,1993, hlm Abi Dawud Sulaiman Bin Asy ats Bin Ishaq Bin Basyir, Op. Cit., hlm. 654.

19 28 ( )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ. ﻚ ﻴ ﻠ ﺎﹶ ﻳ ﻤ ﻛﹸﻞﹾ ﻣ ﻭ ﻴﻨﹺﻚ ﻤ ﺍﷲ ﻭ ﻛﹸﻞﹾ ﺑﹺﻴ ﻢ ﺳ ﺎ ﻏﹸﻼﹶ ﻡ ﻳ Artinya : Wahai anaku bacalah bismilah dan makanlah dengan tangan kanan mu serta makanlah yang terdekat dari mu (HR Bukhori)42 5. Taman Kanak-kanak a. Pengertian Taman Kanak-kanak Undang-undang NO.20 Tahun 2003 pasal I butir 14 menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut. 43 Jika ditinjau dari pengertian pendidikan anak usia dini yang merupakan pendidikan yang menitik beratkan kepada perletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (motorik kasar/halus), kecerdasan (daya fikir/daya cipta, kecerdasan emosional, kecerdasan sepritual), sosial emosional (sikap perilaku dan beragama), serta berbahasa dan komunikasi, sesuai dengan tahap perkembangan anak.44dengan demikian PAUD upaya menstimulus membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan yang mengembangkan kemapuan jasmani dan rohani sesuai dengan tahab perkembangannya. Sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini, TK mengelolaanak usia 4 sampai 6 tahun sebelum anak memasuki jenjang sekolah dasar.45 Jenjang taman kanak-kanak, anak mulai di berikan pendidikan secara berencana dan sistematis agar pendidikan yang di 42 Abi Abdullah Muhammad Bin Ismail Al-Boukhari, Sahih Al-Boukhri Volume VII, Derel Aker Beyrouth, Libian,1993, hlm Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, PT. Remaja Rosada Karya, Bandung, 2015, hlm Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, Diva Perss, Jogjakarta, 2010, hlm Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 59.

20 29 berikan lebih bermakna oleh anak. Taman kanak-kanak haruslah tetap merupakan tempat yang menyenangkan bagi anak. Tempat yang harus memberikan rasa aman, nyaman dan menarik bagi anak serta mendorong keberanian dan merangsang untuk bereksplorasi atau menyelidikin dan mencari pengalaman demi perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. 46 b. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-kanak Secara umum memberikan setimulus atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi mausia beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis kreatif inovatif, mandiri percaya diri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.47 Menurut Maimunah hasan, pendidikan anak usia dini tujuan di selenggarakannya pendidikan PAUD sebagai berikut: 48 1) Membentuk anak indonesia yang berkualitas yaitu: tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangany, sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidika dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. 2) Membantu anak menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Secara garais besar pendidikan di PUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the wolde childe), sebab masa anak usia dini dianggap masa yang berarga untuk menanamkan nilai nasionalisme, kebagsaan, agama, etika, moral dan sosial yang berguna bagi kehidupanya dan setrategi pengembngn bangsa. 46 Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini (dalam Kajian Neurosains), Bandung, 2014, hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 17.

21 30 c. Aspek Kurikulum Pendidikan Nasional Anak Usia Dini Kurikulum adalah seprangkat rencana yang dikembangkan untuk memperlajar proses pembelajaran. Setidakya ada enam aspek kurikulum pendidikan nasional yang menjadi ketentuan pokok pendidikan anak usia dini yakni moral, nilai agama, sosial, emosiolal, kemandirian, kemapuan bahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni. Usia dini adalah masa yang paling penting untuk memberikan dorongan maupun upaya pengembangan agar anak dapat berkembang secara optimal. 1) Nilai-nilai Agama Nilai-nilai agama sangat besar perana dan pengaruhnya akan sangat penting dalam kehidupanya. Gizi berupa nilai-nilai agama yang di berikan kepada anak menjadi pesan dari dalam diri anak tentang urgensi berbuat baik. Sifat keagamaan anak tumbuh mengikuti ideas concept on autbority, yang artinya konsep keagaman anak di pengaruhi faktor luar dari dirinya. Oleh sebab itu di perlukan pendampingan yang sangat intenst. Nilai-nilai agama di jadikan bidikan di PAUD/TK, hal ini di fungsikan untuk memberikan landasan yang kuat kepada anak sejak usia dini. Harapanya ia memiliki basis kehidupan khususnya kebergamaan yang kuat. 49 2) Sosial moral Pendidikan yang berjalan di TK-PAUD mendapatkan bimbingan tentang ranah sosial dan moral. Sebab nilai-nilai yang terangkung dalam sosial dan moral membingkai setiap langkah anak agar senantiasa dalam koridor kebaikan. Nilai adalah harga, hal-hal yang berguna bagi manusia. Moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dikatakan baik secara moral 49 Asef Umar Fakhruddin, Sukses Menjadi Guru TK-PAUD ( Tips, Strategi, dan Panduanpanduan Pengembangan Praktisnya ), Jakarta,Bening, 2010, hlm. 80.

22 31 apabila bertingkahlaku sesuai dengan kaidah-kadah moral. 50 Untuk itu dalam pendidikan PAUD perlu dilaksanakan pendikan sosial moral sesuai dengan tahapan usia mereka sebagai bekal kehidupan mereka. 3) Emosional Bimbingan pada ranah emosional juga menempati tempat yang penting bagi anak, pada tingkatan PAUD/TK emosi anak harus diarahkan dan diperhatikan perkembangannya secara mendalam dan seksama. Emosin merupakan perasaan yang merupakan perapaduan gejolak fisiologi dan perilaku yang terlihat ada didalamnya. Kemarahan, kesedihan, dan kegembiran merupakan bagian dari emosi. Emosi menjadi salah satu bidikan kareana semua hal yang berlangsung di TK /PAUD akan berhubungan dengan emosi, anak dari latar belakang apapun akan bisa menjadi baik jika memiliki emosi yang baik. 51 4) Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan untuk melakukan bimbingan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahap perkembanganya. Kemandirian dapat dikatakan sikap yang harus di kembnagkan sejak masa kanak-kank, agar kelak mereka terbiasa menjalani hidup tanpa tergantung pada prang lain. 52 5) Bahasa Ranah bahasa bertujuan untuk membaca dan menganalis kecenderungan bahsa anak. Kecerdasan bahasa adalah kemapuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakannyasecara kompeten melalui kata-kata, seperti bicara, membaca,dan menulis. 50 Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm Oleh sebab itu ranah sanagat ini

23 32 sanagt penting sebab dalam hal ini anak akan diajarkan dalam mengelolah kata-kata atau keterbahasan mereka. 6) Kognitif Kognitif sering diartikan sebagai kecerrdasan atau berfikir, kognitif adlah pengertian luas mengenai berfikir, mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menujukan perkembangan dari cera berfikir anak untuk mengkordinasikan berbagai cara berfikir, kemampuan anak untuk menyelesaikan berbagi masalah dapat di pergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan kecerdasan anak.54 d. Pembelajaran Anak Usaia Dini (TK) Combach mengatakan bahwa, Learning is shown by change in behavior as a result of experince (belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan perilaku sebagai pengalaman.55 Maka dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa adalah hasil dari aktivitas yang dilakuka. Sedangkan pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang di sebabkan oleh siswa.56 Pembelajaran juga dapat dikatakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajara. 57 Proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: 1) Berangkat dari yang dimliki oleh anak 2) Belajar harus mematankan pemahaman anak. 3) Belajar dilakukan sambil bermain. 4) Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran. 54 Seomarti Patmono Dewa, Op. Cit., hlm. 27. Hosnan, Op. Cit., hlm Ibid., hlm Isjoni, Op. Cit., hlm

24 33 5) Belajar dilakukan melaui sensirinya. 6) Belajar membekali kecakapan hidup. 7) Belajar sambil melakukan. 58 B. Penelitian Terdahulu Peneliti coba untuk mengali informasi terhadap skripsi,tesis atau yang lainya. Sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan masalah masalah 1. Penelitiaan yang berjudul Pengaruh Orang Tua Dalam Meningkatkan Hafalan Bagi Jusz Amah Bagi Santri Pasca TPQ Di Tamana Pendidikan Al-Qur an Nurul Karimah Kertomulyo Pati Tahun 2014/2015 dilakuakan oleh Sri Hartini mengatakan bahwa hafalan seseoarang di pengaruhi oleh faktor internal dan eksrernal ketika sesorang sudah lulus dari TPQ, pengaruh motvasi diri sendari menjadi pendorong utama dalam menerapkan hafalan tersebut Penelitian yang berjudul Muatan Lokal Takhashush (Studi analis pengembangan mata pelajaran Agama Islam BTQ,Tahfiz Just 30, doa sehari-hari, dan Aspek Ibadah) SD IT Aninda Yatafatimah Jepatlor Tayu Pati 2014/2015, karya Devi Setiya Rahayu Nim , STAIN kudus, dalam penelitian ini faktor pendorong dalam penerapan program ini adalah profesonalitas guru dan materi yang akan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. faktor penghamabat adalah dalam keadaan anak didiknya sendiri yang kurang motivasi. 60 Dua penelitian yang pernah di lakukan terdahulu dengan penelitian ini, adalah sama-sama membahas tentang meningkatkan hafalan anak, hafalan merupan suatu kegiatan untuk mengingat materi tanpa menggunakan 58 Ibid., hlm Sri Hartini, Pengaruh Orang Tua dalam Meningkatkan Hafalan Bagi Jusz Amah Bagi Santri Pasca TPQ Di Di Tamana Pendidikan Al-Qur an Nurul Karimah Kertomulyo Pati Tahun 2014/2015, STAIN, Kudus, 2015, hlm Devi Setiya Rahayu, Muatan Lokal Takhashush (Studi Analis Pengembangan Mata Pelajaran Agama Islam Btq,Tahfiz Just 30, Doa Sehari-Hari, Dan Aspek Ibadah) SD IT Aninda Yatafatimah Jepatlor Tayu Pati 2014/2015, STAIN, 2015, hlm

25 34 teks atau buku, hal ini akan mendorong anak akan terus mengingat materi yang ada dalam penelitian terdahulu adalah jus ammah /surat pendek dan doa-doa pendek. Perbedaan dalam penlitian adalah pada materi ini hafalan yaitu tentang hadits Nabi Muhammad SAW sebagai materi dasar hafalan untuk anak-anak. kedua yaitu lebih fokus pada muatan lokal yang berisi hafalan just amaah dan doa bersam. Yang satu adalah hafalan jus ammah pada anak yang sudah tamat TPQ. Namum pada penelitian ini lebih di fokuskan pada, penerapan, faktor pendukung dan penghambant, serta proses evaluasi dan hasil yang dapat di petik dari penerapan program hafalan Hadits di Taman kanak-kanak. C. Kerangka Berpikir Taman kanak-kanak sebagai lembaga pendidikan pertama diluar lingkungan keluarga, pendidik di TK merupakan orang prtama di luar keluarga yang ikut membimbing kepribadan anak. Salah satu bidang pngembangan dalam pertumbuhan ketrampilan dasar di taman kanak-kanak adalah perkembangan nilai-nilai agama. Penanaman nilai-nila agama pada anak haruslah di sesuaikan pada usia perkembangan anak yang berada pada usia emas (golden age). Maka dari itu sifat pemahaman agama autoritas yaitu konsep keagamaan pada diri mereka oleh faktor dari luar diri mereka. Anak-anak telah melihat dan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang dewasa dan orang tuanya mereka, tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Bagi mereka sangatlah memudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa, walaupun mereka belum menyadari sepenuhnya bahwa ajaran tersebut mempunyai manfaat. Lewat program hafalan hadits sejak dini anak-anak sebagai sarana pengenalan dan penanaman nilai-nilai agama yang bersumber dari Rasuluallah SAW. Sebagai wujud menumbuhkan cinta terhadap Hadist tidak hanya cinta pada Al-Qur an semata, karena sumber kehidupan manusia yang utama ada di dalam dua pilar tersebut Al-Qur an dan hadsit.

26 35 Jika dilihat Esensi dari Al-Qur an dan Al-Sunah Rasulullah atau hadist merupakan dasar utama ajaran Isalam, dan pedoman hidup ummat Islam yang dapat menjamin keselamatan baik dunia dan Akhirat. Dijadikanya AlQur an sebagai mukjizat yang abadi Rasulnya yaitu Muhammad SAW, untuk mengajak manusia kejalan yang benar. Kemudian di berikanya sunah atau hadits yang merupakan perncian dan penjelasan dari Al-Qur an. Untuk itu pembelajaran hadits sangat penting, mengingat kedudukanya sebagi sumber kedua Islam. Proses penghafalan tersebut menjadi titik awal perserta didik mengetahu kemudian memahami memicu munculnya sikap sesuai dengan ajaran agama yang diajarkan oleh Nabi Muhamad SWA yang menjai suri tauladan umat Islam. Proses pelaksanaan hafalan hadits di sesuaikan dengan pembelajaran anak usia dini yang hakikatnya adalah bermain, bermain adalah belajar, dimana bermain merupakan kegitan yang berulang-ulang menimbulkan rasa senang dan puas. Sehinnga tanpa sadar disisikan dogma atau indoktrinisasi pembelajaran yang menyenangkan. norma-norma dan anak-anak agama dengan

DAFTAR PUSTAKA. Al-Qur an Terjemah, Mahad Tahfihd Yanbu ul Qur an Kudus, CV.Mubarokatan Thoyyibah, Kudus.

DAFTAR PUSTAKA. Al-Qur an Terjemah, Mahad Tahfihd Yanbu ul Qur an Kudus, CV.Mubarokatan Thoyyibah, Kudus. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur an Terjemah, Mahad Tahfihd Yanbu ul Qur an Kudus, CV.Mubarokatan Thoyyibah, Kudus. Abd,.Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Sukses Ofset, Yogyakarta, 2009. Abi Abdullah Muhammad Bin

Lebih terperinci

Jangan Salah Menunjukkan Bukti Cinta Kepada Nabi

Jangan Salah Menunjukkan Bukti Cinta Kepada Nabi http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/2013/01/14/jangan-salah-menunjukkan-bukti-cinta-kepada-nab i/ Jangan Salah Menunjukkan Bukti Cinta Kepada Nabi Alhamdulilah Allah telah mengaruniakan kepada kita seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sangat besar perhatiannya terhadap pendidikan. Islam menghormati kepada kaum wanita dan kaum laki-laki dalam mencapai derajat hidup, yaitu dengan melalui

Lebih terperinci

Keutamaan Laa Ilaaha Illallah

Keutamaan Laa Ilaaha Illallah Keutamaan Laa Ilaaha Illallah Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST Alhamdulillahi robbil alamin. Allahumma sholli ala nabiyyina Muhammad, wa ala alihi wa shohbihi wa sallam. Kalimat syahadat yaitu

Lebih terperinci

Islam Memuliakan Wanita

Islam Memuliakan Wanita Islam Memuliakan Wanita Sungguh siapa saja yang memperhatikan nash-nash al-qur an dan Sunnah, maka akan mendapati perhatian Islam terhadap persoalan wanita, penjagaan hak-haknya, dan peringatan keras bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan

Lebih terperinci

Orang Cerdas Tidak Percaya "Orang Pintar"

Orang Cerdas Tidak Percaya Orang Pintar Orang Cerdas Tidak Percaya "Orang Pintar" Telah berlangsung dan terus berlangsung setiap hari perbincangan seputar astrologi (ramalan bintang), horoskop dan prediksi tentang masa depan, yang tidak ada

Lebih terperinci

PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: : Arsuadi. : Tarbiyah dan Keguruan. : Pendidikan Agama Islam

PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: : Arsuadi. : Tarbiyah dan Keguruan. : Pendidikan Agama Islam PENYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Arsuadi NIM : 20100112140 Tempat/Tanggal lahir : Labuang Mangatti, 21 Januari 1994 Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Alquran

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Alquran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam. Secara definitif, Alquran dirumuskan sebagai kalam Allah Swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan

Lebih terperinci

dan Allah Memberi Rizki dari Jalan yang Tak Disangka-Sangka

dan Allah Memberi Rizki dari Jalan yang Tak Disangka-Sangka http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/2012/02/24/dan-allah-memberi-rizki-dari-jalan-yang-tak-disang k dan Allah Memberi Rizki dari Jalan yang Tak Disangka-Sangka Sebagian besar manusia, baik yang beriman

Lebih terperinci

Azan adalah di antara syiar Islam untuk memanggil orang shalat. Keutamaan azan:

Azan adalah di antara syiar Islam untuk memanggil orang shalat. Keutamaan azan: Keutamaan Azan Azan adalah di antara syiar Islam untuk memanggil orang shalat. Keutamaan azan: 1- Setan Menjauh Saat Mendengar Azan Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CIANJUR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah CIANJUR BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan, salah satu strategi untuk mengembangkan potensi jasmani maupun ruhani. Karena pendidikan merupakan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

Islam, Agama Paling Toleran

Islam, Agama Paling Toleran Islam, Agama Paling Toleran Agama Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Kedalian bagi siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai dengan haknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan pertama (usia 0-12 tahun). Masa ini merupakan masa yang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi antara orang dewasa dengan orang yang belum dapat menunjang perkembangan manusia yang berorientasikan pada nilainilai dan pelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab guna menjelaskan jalan hidup yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

DAFTAR WAWANCARA. Apa yang menjadi. Rabu, Putra. 16 Agustus konsep produk. murabahah? Kenapa akad. murabahah yang.

DAFTAR WAWANCARA. Apa yang menjadi. Rabu, Putra. 16 Agustus konsep produk. murabahah? Kenapa akad. murabahah yang. DAFTAR WAWANCARA Hari, Tanggal Jam Narasumber Rabu, 08.30 WIB Bapak Dimas Adi 16 Agustus 2017 Putra Pertanyaan Apa yang menjadi konsep produk murabahah? Kenapa akad murabahah yang digunakan untuk pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama merupakan segi pendidikan yang utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia dimuka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna

Lebih terperinci

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh Azam Rizqi Muttaqin NIM. FO.5.4.10.135 Persoalan pendidikan hingga kini

Lebih terperinci

KAIFIAT DOA (2 / 4) WAKTU-WAKTU MUSTAJABAH

KAIFIAT DOA (2 / 4) WAKTU-WAKTU MUSTAJABAH KAIFIAT DOA (2 / 4) WAKTU-WAKTU MUSTAJABAH Pagi dan sore hari ﻓ ﺎﺻ ﺒ ﺮ ﻋ ﻠ ﻰ ﻣ ﺎ ﯾ ﻘ ﻮﻟ ﻮن و ﺳ ﺒ ﺢ ﺑ ﺤ ﻤ ﺪ ر ﺑ ﻚ ﻗ ﺒ ﻞ ﻃ ﻠ ﻮ ع اﻟﺸ ﻤ ﺲ و ﻗ ﺒ ﻞ ﻏ ﺮ وﺑ ﮭ ﺎ و ﻣ ﻦ آﻧ ﺎء اﻟﻠ ﯿ ﻞ ﻓ ﺴ ﺒ ﺢ و أ ﻃ ﺮ اف اﻟﻨ ﮭ ﺎر

Lebih terperinci

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi) Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin, yang mana dalam agama Islam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang jawab. 2 Proses belajar mengajar adalah merupakan suatu sistem pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini, BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu aspek dari program pemerintah yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dewasa ini. Perlu disadari bahwa bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat Pendidikan merupakan proses pengembangan kreatif peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah, berkepribadian muslim, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya,

Lebih terperinci

3 Wasiat Agung Rasulullah

3 Wasiat Agung Rasulullah 3 Wasiat Agung Rasulullah Dalam keseharian kita, tidak disangsikan lagi, kita adalah orang-orang yang senantiasa berbuat dosa menzalimi diri kita sendiri, melanggar perintah Allah atau meninggalkan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ialah membelajarkan siswa yang menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan pendidikan moral. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka moral merupakan sesuatu

Lebih terperinci

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat pendidikan menurut Driyarkara adalah mendidik dan dididik merupakan perbuatan fundamental, yaitu yang mengubah dan menentukan hidup manusia. Isi perbuatan fundamental

Lebih terperinci

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Belajar bukanlah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua dan guru sudah barang tentu ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, mental sehat dan akhlak yang terpuji.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN A. Desain Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang dipadukan antara: 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional yang saat ini mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah. PAUD dari

Lebih terperinci

PENANAMAN DISIPLIN SISWA MELALUI SALAT BERJAMAAH DI MADRASAH TSANAWIYAH RAUDHATUSYSYUBBAN SUNGAI LULUT KABUPATEN BANJAR.

PENANAMAN DISIPLIN SISWA MELALUI SALAT BERJAMAAH DI MADRASAH TSANAWIYAH RAUDHATUSYSYUBBAN SUNGAI LULUT KABUPATEN BANJAR. PENANAMAN DISIPLIN SISWA MELALUI SALAT BERJAMAAH DI MADRASAH TSANAWIYAH RAUDHATUSYSYUBBAN SUNGAI LULUT KABUPATEN BANJAR Oleh: MARIANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2015/1436 H i PENANAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan semua manusia, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Di negara kita sendiri yakni Indonesia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karna masa ini merupakan masa emas bagi seorang anak. yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menfasilitasi pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. karna masa ini merupakan masa emas bagi seorang anak. yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menfasilitasi pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan cikal bakal dari penerus bangsa. Sebuah Negara yang maju itu didasari dari para generasi muda yang mempunyai pemikiran yang maju dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa dikenal dengan sebutan pengajaran. Di mana akan terjadi proses belajar mengajar yang melibatkan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran untuk masa yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran adalah hal yang paling utama dan tidak bisa diabaikan. Dalam proses pembelajaran itu sendiri juga harus mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah SWT, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DEPDIKNAS, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 4. 2

BAB I PENDAHULUAN. DEPDIKNAS, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Butir 4. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut undang-undang sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan dan sebuah proses belajar. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan masalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Situasi dan Kondisi Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya TKIT Umar Bin Khathab Purwosari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Situasi dan Kondisi Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya TKIT Umar Bin Khathab Purwosari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Situasi dan Kondisi Umum 1. Sejarah Singkat Berdirinya TKIT Umar Bin Khathab Purwosari Kudus TKIT Umar Bin Khathab Purwosari Kudus berdiri pada bulan Juli 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mengalami peristiwa kelahiran dan kematian. Peristiwa kelahiran seseorang tentu menimbulkan hukum dengan masyarakat sekitarnya, demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran adalah kalam Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada Nabi sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan kebiasaan-kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari. Di dalam kegiatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur an adalah kitab umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril yang berisi perintah dan larangan yang langsung turun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk

Lebih terperinci

Istiqomah. Khutbah Pertama:

Istiqomah. Khutbah Pertama: Istiqomah Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????..???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Situasi kehidupan dewasa ini sudah semakin kompleks. Kompleksitas kehidupan seolah-olah telah menjadi bagian yang mapan dari kehidupan masyarakat, sebagian

Lebih terperinci

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Allah menciptakan manusia dengan penciptaan yang paling sempurna di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada manusia, salah satunya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kualitas sumber daya manusia yang berkarakter bukan hanya dilihat dari prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan potensi invidual sebagai

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM KELOMPOK 3B : Aria Trimadya 10510016 Hardany Triasmanto 10510020 Diar Luthfi Hawari 10510027 Shendy Arya 10510049 Achmad Noufal 10510058 Muhammad Reza 10510066 Peta Konsep ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : [ ] E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : MENGHORMATI ORANG LAIN "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami." Orang yang paling pantas dihormati dan dihargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan pribadi dan strata sosial anak. Dengan demikian, anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar serta dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,

BAB I PENDAHULUAN. dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

Lebih terperinci

Mukadimah. Pengkajian

Mukadimah. Pengkajian Mukadimah Pembahasan tentang pengertian al-qur an (ta riful Qur an) mencakup tiga bagian pembahasan yaitu: definisi al-qur an, nama-nama al-qur an, dan fungsi atau kedudukan Al-Qur an Pemahaman kaum muslimin

Lebih terperinci

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Disebarluaskan melalui: website:    TIDAK untuk tujuan KOMERSIL Judul : Cinta Rasul Penyusun : Ummu Abdillah al-buthoniyah Layout : MRM Graph Disebarluaskan melalui: website: e-mail: redaksi@raudhatulmuhibbin.org TIDAK untuk tujuan KOMERSIL Nabi Muhammad shallallahu

Lebih terperinci

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, ataupun peserta didik dengan berbagai sumber belajar guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak dan kepribadian merupakan kebutuhan penting yang harus ditanamkan pada diri manusia. Akhlak mendapat derajat yang tinggi dalam Islam. Akhlak dapat merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam Al-Quran surat Luqman

Lebih terperinci

ANALISIS BUKU TEKS BINA FIKIH UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS III KARYA LING TAJUDIN DKK OLEH DIAN RATNA SARI DEWI APRIL YANTI

ANALISIS BUKU TEKS BINA FIKIH UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS III KARYA LING TAJUDIN DKK OLEH DIAN RATNA SARI DEWI APRIL YANTI ANALISIS BUKU TEKS BINA FIKIH UNTUK MADRASAH IBTIDAIYAH KELAS III KARYA LING TAJUDIN DKK OLEH DIAN RATNA SARI DEWI APRIL YANTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H i ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM Keinginan seorang guru untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang pintar, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara umum guna mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani. 1 Menurut konsep

Lebih terperinci

Sekilas tentang Konsep Iman

Sekilas tentang Konsep Iman Sekilas tentang Konsep Iman Hakikat Iman Allah ta ala berfirman, ﻭ ﻣ ﺎ ﺃ ﻣ ﺮ ﻭﺍ ﺇ ﻻ ﻟ ﻴ ﻌ ﺒ ﺪ ﻭﺍ ﺍﻟﻠ ﻪ ﻣ ﺨ ﻠ ﺼ ﻴﻦ ﻟ ﻪ ﺍﻟﺪ ﻳﻦ ﺣ ﻨ ﻔ ﺎﺀ ﻭ ﻳ ﻘ ﻴﻤ ﻮﺍ ﺍﻟﺼ ﻼﺓ ﻭ ﻳ ؤ ﺗ ﻮﺍ ﺍﻟﺰ ﻛ ﺎﺓ ﻭ ﺫ ﻟ ﻚ ﺩ ﻳﻦ ﺍﻟ ﻘ ﻴ ﻤ ﺔ Dan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman yang semakin cepat, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar sistematis, dilakukan orang-orang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan masalah kehidupan selalu muncul secara alami seiring dengan berputarnya waktu dan perkembangan zaman. Berbagai masalah muncul dari berbagai sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani kehidupan, begitu pentingnya pendidikan bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia akan terbentuk yang akhirnya akan memunculkan

Lebih terperinci