KOMUNIKASI PSIKIATER DAN PASIEN PENDERITA BIPOLAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMUNIKASI PSIKIATER DAN PASIEN PENDERITA BIPOLAR"

Transkripsi

1 KOMUNIKASI PSIKIATER DAN PASIEN PENDERITA BIPOLAR 1 Merizha Yamudaha, 2 Femi Oktaviani, 3 Reza Rizkina Taufik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI, 2 femi.foi@bsi.ac.id ABSTRACT Interpersonal communication is a communication made between two people, where there is direct contact either verbal or nonverbal, and has effectiveness in changing attitudes, opinions or behavior because it possesses a dialog where backflow occurs directly, as is the case for psychiatrists and patients with bipolar disorder. Issues to be discussed, namely 1. What forms of interpersonal communication that do psychiatrists and patients with bipolar disorder in the recovery process 2. What factors interpersonal communication helps the recovery process of patients with bipolar disorder 3. Why do psychiatrists proximity to the recovery process of patients with disorders bipolar 4. What obstacles encountered psychiatrist when communicating with patients with bipolar disorder in the recovery process. This problem is very important investigation, to determine interpersonal communication easier for psychiatrists to interact with patients with bipolar in the recovery process. The research method that researchers use the method of qualitative case study approach, and the paradigm used by researchers is critical paradigm. Where researchers are also collecting data through observation, interviews directly to the informant, documentation, and literature study. In this case, the results of research to researchers conclude that interpersonal communication that do psychiatrists and patients with bipolar greatly help facilitate the psychiatrist to interact with the patient in the recovery process, where the psychiatrist and the family is the central figure who took part in the recovery process. Keywords: Interpersonal Communication, Psychiatrists, Bipolar Patients ABSTRAK Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung baik secara verbal ataupun nonverbal, serta memiliki keefektifan dalam merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena memiliki sifat dialogis dimana arus balik terjadi secara langsung, sama halnya yang terjadi pada psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar. Permasalahan yang akan dibahas, yaitu 1. Bagaimana bentuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar pada proses pemulihan 2. Bagaimana faktor-faktor komunikasi antarpribadi membantu proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar 3. Mengapa psikiater melakukan kedekatan pada proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar 4. Bagaimana hambatan-hambatan yang ditemui psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar pada proses pemulihan. Permasalahan ini sangatlah penting diteliti, untuk mengetahui komunikasi antarpribadi memudahkan psikiater berinteraksi dengan pasien penderita bipolar pada proses pemulihan. Metode penelitian yang peneliti gunakan yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dan paradigma yang digunakan oleh peneliti yaitu paradigma kritis. Dimana peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara secara langsung kepada informan, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Dalam hal ini, hasil dari 110

2 penelitian yang dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita bipolar sangat membantu memudahkan psikiater untuk berinteraksi dengan pasien pada proses pemulihan, dimana psikiater dan keluarga adalah tokoh sentral yang ikut andil dalam proses pemulihan. Kata Kunci: Komunikasi Antarpribadi, Psikiater, Pasien Bipolar PENDAHULUAN Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya di sebut dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola dan waktu yang pasti. Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau disaat ringan di sebut sebagai hipomania. Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa (bipolar) ialah faktor genetika, fisiologis, lingkungan. Komunitas Bipolar Care Indonesia merupakan komunitas sosial non-profit yang bergerak dibidang kesehatan jiwa khususnya gangguan bipolar. Komunitas ini untuk penderita gangguan jiwa khususnya penderita gangguan bipolar. Penyebab suatu penyakit tidak hanya dikarenakan kelainan pada fisiologi tubuh seseorang namun juga karena adanya gangguan psikologis. Gangguan psikologis atau gangguan kejiwaan banyak ditemui ditengah masyarakat, mulai dari ringan hingga berat. Berbagai penelitian pun dilakukan untuk mencari penanganan yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan yang masih kurang di pahami masyarakat adalah gangguan bipolar. Psikiater adalah dokter spesialis yang mempelajari ilmu jiwa. Mereka memiliki gelar dokter. Tetapi mempelajari dan memperdalam ilmu kejiwaan. Psikiater juga biasanya adalah seorang dokter (S1) yang meneruskan pendidikannya dibidang psikiatri pada jenjang S2. Dalam bahasa sederhana, psikiater adalah dokter jiwa karena selain menguasai ilmu-ilmu medis, dia juga menguasai ilmu kejiwaan. Psikiater mengobati pasiennya yang punya masalah kejiwaan dengan memberikan obat. Sebab, beberapa penyakit jiwa bisa disebabkan oleh keadaan tubuh yang sedang tidak sehat, yang bisa disembuhkan atau dikurangi dengan mengobati organ tubuh yang berhubungan dengan gejala kejiwaan yang sedang diderita. Melihat kondisi pasien maka timbullah sebuah pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya para psikiater melakukan pendekatan komunikasi terhadap pasien yang memiliki kondisi emosional yang tidak stabil, psikologis yang tidak kondusif. Kondisi pasien yang memiliki banyak kekurangan ini menyebabkan banyak hambatan dan rintangan yang akan di hadapi oleh psikiater, namun tetap saja 111

3 ia di tuntut untuk bisa menghadapi kesulitan tersebut. Berkat kegigihannya hingga akhirnya ia mampu membuat iklim interaksi yang baik dengan pasien penderita gangguan bipolar. Sebenarnya yang memilik kewajiban untuk ikut menyembuhkan pasien penderita gangguan bipolar tidak hanya psikiater saja tetapi juga masyarakat luas. Penderita penyakit ini juga merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri namun akibat kurangnya informasi tentang penyakit gangguan bipolar dan bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien ini menyebabkan stigma negatif menjamur dalam pikiran masyarakat. Masyarakat menganggap mereka sangat berbahaya, bodoh, aneh dan tidak dapat disembuhkan. Namun stigma tersebut terus saja melekat dalam diri penderita gangguan bipolar sehingga sulit di hilangkan. Stigma dan diskriminasi terhadap penderita penyakit ini akan membuat penderita semakin merasa terkucilkan dan tidak dipedulikan, padahal itu justru akan membuat kondisi mental penderita penyakit ini semakin menurun, karena mereka juga seorang manusia yang sudah sepantasnya di beri perlakuan yang sama dengan manusia lainnya atau justru mereka diberi perlakuan yang spesial agar gangguan mental cepat kembali pulih. Peneliti berpendapat bahwa penderita gangguan bipolar itu layak di berikan kesempatan dalam melakukan sesuatu dan layak mendapatkan tempat dimasyarakat serta mampu bersosialisasi dengan baik. Para penderita gangguan bipolar dapat kembali menjalani hidup yang normal tanpa adanya perubahan mood yang drastis. Pada dasarnya, tidak semua penderita gangguan bipolar ingin menerima hal tersebut. Mereka memiliki motivasi untuk dapat kembali normal sehingga dapat memberikan inspirasi kepada penderita gangguan bipolar yang lain tentang bagaimana di tengah keterbatasan mereka dapat mengatasinya dan memberikan sebuah prestasi. Melihat kasus diatas komunikasi antarpribadi antara psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan, mengingat komunikasi merupakan faktor penentu yang dapat memberikan motivasi kepada penderita gangguan bipolar, agar mempunyai keinginan dalam mengontrol perasaan yang mudah berubah secara drastis. Dalam hal ini, peneliti merasa perlu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab serta bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh psikiater terhadap pasien penderita gangguan bipolar yang dapat membantu proses pemulihan. Selain itu, peneliti ingin mengetahui seberapa besar kedekatan dari seorang psikiater dalam membantu proses pemulihan penderita gangguan bipolar serta mengetahui kendala dan hambatan yang dialami oleh psikiater saat melakukan komunikasi dengan penderita gangguan bipolar. KAJIAN LITERATUR Komunikasi Antar Pribadi Mulyana (2011) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya mena5ngkap reaksi secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi antarpribadi tidak hanya apa yang dikatakan, atau bahasa yang digunakan, tapi bagaimana dikatakan misalnya nonverbal pesan yang dikirim, seperti nada suara dan ekspresi wajah. Ketika dua orang atau lebih berada ditempat yang sama dan menyadari kehadiran satu sama lain, maka komunikasi dikatakan langsung, tidak peduli seberapa halus atau disengaja. Komunikasi antarpribadi merupakan jenis 112

4 yang frekuensi terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Efektivitas dalam komunikasi antarpribadi akan mendorong terjadinya hubungan yang positif antara teman, keluarga, masyarakat maupun pihak-pihak yang saling berkomunikasi. Sementara menurut Effendy mendefinisikan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui medium, umpamanya telepon. Menurut Effendy (1993) Ciri khas komunikasi antarpribadi adalah dua arah atau timbal balik. Pesan Verbal dan NonVerbal Mulyana (2011) mengemukakan pada umumnya, pesan yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima dapat dikemas secara verbal dengan kata-kata atau nonverbal tanpa kata-kata. Komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal. Sedangkan komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Sedangkan komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Karena, tidak semua penderita gangguan bipolar memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap pesan secara verbal, terkadang dengan menggunakan pesan nonverbal dapat lebih membantu penderita gangguan bipolar untuk mengerti isi pesan tersebut. Psikiater Psikiater adalah dokter spesialis yang mempelajari ilmu jiwa. Mereka memiliki gelar dokter. Tetapi mempelajari dan memperdalam ilmu kejiwaan. Psikiater juga biasanya adalah seorang dokter (S1) yang meneruskan pendidikannya dibidang psikiatri pada jenjang S2. Dalam bahasa sederhana, psikiater adalah dokter jiwa karena selain menguasai ilmu-ilmu medis, dia juga menguasai ilmu kejiwaan. Psikiater mengobati pasiennya yang punya masalah kejiwaan dengan memberikan obat. Sebab, beberapa penyakit jiwa bisa disebabkan oleh keadaan tubuh yang sedang tidak sehat, yang bisa disembuhkan atau dikurangi dengan mengobati organ tubuh yang berhubungan dengan gejala kejiwaan yang sedang diderita. Peran psikiater terhadap pasien penderita gangguan bipolar sangat berpengaruh besar karena dengan psikiater melakukan kedekatan pada pasien penderita gangguan bipolar, akan sangat membantu pasien untuk pulih kembali. Penderita Gangguan Bipolar Menurut Barbara D.Ingersol, ph.d dan Sam Goldstain (2001), gangguan bipolar (juga dikenal sebagai gangguan manik depresif ) adalah suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang kemudian diganti dengan episode mania manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu meningkatnya melampaui batas normal suasana hati yang baik, atau bisa juga sebaliknya, dari episode mania kemudian diganti menjadi periode depresi secara tiba-tiba. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya di sebut dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola dan waktu yang pasti. Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang 113

5 ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau disaat ringan di sebut sebagai hipomania. Individu yang mengalami episode mania juga sering mengalami episode depresi atau episode campuran disaat kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode suasana hati normal tetapi dalam beberapa depresi individu dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat yang dikenal sebagai rapid-cycle. Episode manic ekstreme kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikosis seperti delusi dan halusinasi. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan, sedangkan depresi cenderung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan dari pada manik. Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar 1 dan bipolar II, Cyclothymia, dan jenisnya berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode suasana hati; kisaran sering digambarkan sebagai spectrum bipolar. Teori Penetrasi Sosial Sarwono (2005) menjelaskan tentang Teori Penetrasi Sosial dari Irwin Altman dan Dalmas Taylor yang menganggap bahwa metode penetrasi sosial untuk mengidentifikasi proses meningkatnya sikap keterbukaan dan keintiman dalam sebuah hubungan dan merupakan teori yang formatif dalam sejarah intelektual pada teori hubungan. Teori penetrasi sosial didasarkan pada pengamatan atas tradisi panjang bagaimana suatu hubungan dibangun. menjelaskan bagaimana proses hubungan antara psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar dimana terjadi proses gradual yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh tersebut mengibaratkan manusia seperti bawang merah yang terdiri dari beberapa layer. Gambar 1 Teori Penetrasi Sosial LAPISAN TERLUAR LAPISAN SEMI- PRIVATE LAPISAN PRIVATE Layer tersebut berarti lapisan kepribadian: 1. Lapisan terluar 2. Lapisan semi-private 3. Lapisan private. Dari ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh pada proses pemulihan penderita bipolar, karena lapisan terluar adalah faktor sosial atau publik, dimana penderita gangguan bipolar juga sangat membutuhkan dukungan sosial. Lapisan semi-private adalah faktor orang-orang terdekat seperti psikiater, dalam proses pemulihan psikiater sangat berperan penting karena dengan adanya komunikasi antarpribadi psikiater pada pasien penderita gangguan bipolar dapat membantu proses pemulihan sehingga pasien bisa belajar kesadaran diri/self awareness, dalam menstabilkan emosinya. Terakhir lapisan private adalah faktor diri sendiri dengan tuhan bagaimana cara penderita gangguan bipolar berkomunikasi dengan tuhan, dimana faktor ini sangat membantu pasien penderita gangguan bipolar untuk pulih kembali dengan mendekatkan dirinya kepada tuhan maha kuasa yang menciptakan seluruh isi alam semesta ini beserta isinya

6 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, karena penelitian mengenai pasien dan perawat Bipolar ini akan menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orangorang yang diamati. Kemudian diamati melalui sudut pandang paradigma kritis, berangkat dari bagaimana peneliti melihat realitas tentang pasien Bipolar yang berkomunikasi selama masa perawatan namun dengan sudut pandang ada struktur sosial yang tidak adil. Kelebihan lainnya yaitu mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang sangat amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna dibalik fenomena dalam kondisi apa adanya natural. Selain itu metode studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kualitatif. Namun metode studi kasus juga memiliki kekurangan yaitu semakin kompleks sebuah kasus, semakin sulit analisis dibuat. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar dan mengetahui faktor-faktor komunikasi antarpribadi membantu proses pemulihan pasien serta mengetahui kedekatan psikiater, hambatan yang ditemui psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar. Penelitian ini berfokus pada psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar di komunitas Bipolar Care Indonesia Bandung. Sebab komunitas ini adalah komunitas yang bergerak dibidang kesehatan jiwa khususnya gangguan bipolar. Komunitas ini dibangun untuk menjadi wadah bagi penderita bipolar, psikiater, caregiver, dan siapa saja yang peduli dengan gangguan jiwa lain pada umumnya. Sesuai maksud dari penelitian ini yang meneliti tentang proses pemulihan dan bentuk komunikasinya. Dari sini subjek akan dipilih secara random sesuai dengan keperluan, karena yang dikaji dari penelitian ini adalah kedalaman informasi, bukan kuantitas responden. Dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi didalam pengumpulan datanya. Kemudian data yang didapat dianalisa menggunakan teknik analisa Analisis Domain Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Komunitas Bipolar Care Indonesia Bandung yang beralamat di Graha Atma JL.Riau 11 Bandung. Lokasi wawancara psikiater, caregiver, penderita gangguan bipolar serta observasi sepenuhnya dilakukan di Komunitas BCI. Sedangkan waktu penelitiannya berjalan selama tiga bulan. PEMBAHASAN Bentuk Komunikasi Antrapribadi Psikiater dan Pasien Penderita Gangguan Bipolar pada Proses Pemulihan Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh psikiater dan pasien dalam berinteraksi pada proses pemulihan menggunakan pesan verbal dan nonverbal. Dari pendapat di atas menjelaskan bagaimana komunikasi antarpribadi membantu proses pemulihan terutama ketika psikiater melakukan komunikasi terhadap pasien penderita bipolar. 1. Verbal, Komunikasi yang pesannya dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal. Jadi, komunikasi 115

7 verbal adalah penyampaian makna dengan menggunakan kata-kata. Komunikasi verbal pada penderita gangguan bipolar dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Namun, pada beberapa kasus adapula penderita gangguan bipolar yang tidak dapat berinteraksi secara verbal dengan baik maka digunakan komunikasi nonverbal sebagai pendukung. Seperti yang dijelaskan diatas komunikasi verbal itu meliputi lisan dan tulisan, pada penelitian ini rata-rata penderita gangguan bipolar dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik sehingga pesan yang disampaikan oleh psikiater tidak terlalu sulit untuk disampaikan pada penderita bipolar. 2. Nonverbal, Komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi nonverbal. Pesan nonverbal sangat efektif digunakan untuk dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, dan dapat lebih membantu pasien penderita gangguan bipolar untuk mengerti isi pesan yang disampaikan oleh psikiater. Komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata. Karena, tidak semua penderita gangguan bipolar memiliki kemampuan yang sama dalam menangkap pesan secara verbal, terkadang dengan menggunakan pesan nonverbal dapat lebih membantu penderita gangguan bipolar untuk mengerti isi pesan tersebut. Untuk itu psikiater jangan menggunakan kata-kata yang tidak dipahami pasien sangat dianjurkan menggunakan bahasa sehari-hari, hal ini bertujuan agar pasien penderita gangguan bipolar dapat dengan mudah memahami maksud dari psikiater secara langsung. Komunikasi nonverbal juga sama pentingnya seperti komunikasi verbal karena keduanya berpengaruh dalam kelangsungan proses komunikasi. Dengan adanya komunikasi nonverbal disini adalah penunjang dalam komunikasi verbal. Karena tanpa disadari setiap kita melakukan komunikasi verbal secara tidak sengaja kita sering juga menggunakan komunikasi nonverbal seperti menggerakgerakan anggota tubuh kita. Maka dari itu seperti yang dijelaskan pada bahasan komunikasi verbal rata-rata penderita gangguan bipolar dikomunitas bipolar care Indonesia bandung dapat berkomunikasi secara verbal dengan baik, akan tetapi ada pula penderita gangguan bipolar yang tidak dapat menerima pesan verbal dengan baik oleh karena itu digunakanlah komunikasi nonverbal untuk membantu menyampaikan pesan. Dimana bentuk komunikasi nonverbal yang dilakukan berupa sentuhan, gerak tubuh dan lainlain. Dalam prakteknya pada saat psikiater berkomunikasi secara pribadi terhadap pasien, psikiater tidak terlepas dalam komunikasi secara verbal ataupun nonverbal karena dapat membantu psikiater berkomunikasi dengan pasien penderita bipolar. Faktor-Faktor Komunikasi Antarpribadi Dalam Membantu Proses Pemulihan Pasien Penderita Gangguan Bipolar 1. Psikiater, Psikiater adalah dokter spesialis kejiwaan yang mempunyai keahlian dibidang psikologis pasien, melalui bidang keilmuannya psikiater merupakan tokoh sentral yang paling mengerti bagaimana cara penanganan terhadap pasien penderita gangguan bipolar, sedangkan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam proses pemulihan penderita gangguan bipolar, karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan paling dalam terhadap pasien. Pasien penderita gangguan bipolar akan selalu berinteraksi secara intens dengan lingkungan terdekatnya yaitu keluarga sehingga peranan keluarga merupakan faktor kunci dalam menunjang proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar

8 Beberapa hal yang dapat mempengaruhi komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh psikiater dan penderita bipolar, yaitu: a. Citra diri, merupakan gambaran seseorang tentang dirinya baik kelemahan ataupun kelebihan serta status yang dianggap pada masyarakat, seorang psikiater memiliki citra diri yang dianggap oleh masyarakat sebagai dokter atau orang yang memiliki kelebihan dibidang kejiwaan, dalam menciptakan dan menjaga citra diri yang baik, seorang psikiater perlu juga menjaga hubungan komunikasi yang baik dengan orang lain. Begitu juga dalam penelitian ini peneliti mendapati citra diri yang diperlihatkan oleh seorang psikiater sebagai orang yang memiliki kelebihan dibidang kejiwaan serta sebagai dokter yang membantu proses pemulihan terhadap pasiennya. b. Citra pihak lain, citra pihak lain dalam penelitian ini dapat diambil dari seorang psikiater saat berkomunikasi dengan pasien, psikiater berupaya berbicara dengan lugas, lancar, tegas dan meyakinkan saat berbicara dengan pasien. Berbeda ketika psikiater berbicara dengan atasannya atau seseorang yang memiliki jabatan diatasnya. c. Lingkungan fisik, dimana seorang psikiater harus menyesuaikan cara berkomunikasi sesuai tempat dan dengan siapa psikiater berkomunikasi. d. Lingkungan sosial, bentuk komunikasi yang dilakukan oleh seorang psikiater dipengaruhi oleh keadaan masyarakat, terutama keadaan pasien saat berkomunikasi. Lingkungan sosial juga mempengaruhi mempengaruhi komunikasi yang dilakukan psikiater dan pasien, karena psikiater dan pasien sebelumnya telah dipengaruhi oleh lingkungan serta budaya mereka masingmasing. e. Kondisi, kondisi/keadaan seorang psikiater saat berkomunikasi berpengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan psikiater terhadap pasiennya. Contohnya; seorang psikiater yang memiliki waktu luang akan mempengaruhi hasil diagnosanya terhadap pasien dengan lebih baik dan akurat, berbeda dengan psikiater yang memiliki jadwal yang padat dan memiliki banyak pasien yang harus ditangani saat itu juga akan mempengaruhi keadaan seorang psikiater. f. Bahasa badan, dalam prakteknya psikiater saat berkomunikasi terhadap pasien selalu menambahkan bahasa badan, seperti exspresi wajah dan gerakan tangan psikiater saat menjelaskan sesuatu kepada pasiennya. Psikiater dalam proses pemulihan merupakan faktor internal kedua setelah keluarga, dimana psikiater mengdiagnosa pasien tersebut mengidap gangguan bipolar, berlanjut kepada proses keputusan psikiater menentukan cara pemulihan yang harus dilalui oleh penderita bipolar. Apabila komunikasi yang dilakukan psikiater tidak terdapat hambatan maka proses interaksi pun dapat dilaksanakan dengan lancar. Bagi seorang pasien penderita bipolar, psikiater dapat menjadi orang terdekat atau partnership dalam proses pemulihan, namun dalam proses psikiater menjadi partnership pasien diharapkan pasien pun tidak merasakan ketergantungan yang berlebih terhadap psikiater. Karena psikiater dapat dikatakan sebagai sarana pasien dalam proses pemulihan. 2. Keluarga, Keluarga adalah kelompok premier yang paling penting dalam masyarakat sedangkan dalam hubungan sosial, keluarga merupakan satu kesatuan yang diikat oleh adanya saling hubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga merupakan salah satu faktor internal 117

9 dalam pribadi pasien gangguan bipolar, keluarga juga berfungsi sebagai orang terdekat yang membantu pemulihan pasien bipolar melalui komunikasi sehari-hari yang dilakukan keluarga pasien bipolar atau pun aktifitas keluarga yang mendukung dalam proses pemulihan seperti setiap kali pasien berkonsultasi atau berobat kepada psikiater keluarga menjadi orang terdekat yang selalu dapat menemani pasien saat berkonsultasi kepada psikiater atau bisa juga saat pasien merasakan hal yang tidak diinginkan oleh pasien maka keluarga menjadi orang pertama yang dapat melindungi pasien dari hal-hal negatif yang kemungkinan muncul dari diri pasien penderita gangguan bipolar. Kedekatan Psikiater Pada Proses Pemulihan Pasien Penderita Gangguan Bipolar 1. Penyesuaian diri, Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan hidup dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus berusaha menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Penyesuaian sebagai suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan dan frustrasi, dan individu di dorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Individu di katakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar dapat di terima oleh liungkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya. Penyesuaian diri dalam komunikasi antarpribadi psikiater kepada pasien gangguan bipolar sangat diperlukan karena, setiap pasien memiliki kebutuhan, keinginan & harapan yang berbeda-beda begitu pula dari watak, sifat, cara berbicara & personality pasien gangguan bipolar yang tidak selamanya sama, maka seorang psikiater diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai macam perbedaan yang ada pada diri pasien gangguan bipolar agar komunikasi antarpribadi dengan pasien gangguan bipolar dapat dilakukan secara efektif tanpa adanya hambatan. 2. Attitude adalah sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama manusia. Attitude itu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang bersikap sopan santun, belum tentu memiliki attitude yang bagus. Sebaliknya, seseorang yang memiliki atttitude tinggi, belum tentu juga memiliki sikap sopan santun. Jadi diperlukan sikap keseimbangan antara "attitude" dan "sopan santun" agar kita bisa menjadi orang yang bermoral baik. Attitude bekerja dengan hati nurani. Apabila attitude diterapkan pada kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan tanggung jawab yang besar akan hasil dan menimbulkan pengaruhnya kepada masyarakat. Attitude komunikasi yang tidak boleh dilanggar oleh psikiater dalam berhubungan dengan pasien penderita gangguan bipolar, seperti prinsip kerahasiaan, diskriminasi, memanfaatkan pasien penderita gangguan bipolar untuk kepentingan pribadi. Banyak dari rambu-rambu ini yang sangat di pengaruhi oleh budaya, dan karenanya merupakan advantage bagi dokter Indonesia. Komunikasi psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar mengarah pada terciptanya hubungan kemitraan (partnership) antara keduanya. Psikiater menguasai ilmu kedokteran, namun pada akhirnya pasien gangguan bipolar yang berhak atas kehidupannya. Karena itu psikiater perlu mendengarkan dan merespon keluhan, kekhawatiran pasien 118

10 penderita gangguan bipolar. Psikiater juga harus membantu pasien penderita gangguan bipolar menetapkan pilihan pengobatan terbaik melalui pemberian informasi yang dibutuhkan pasien penderita gangguan bipolar. Hubungan psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar bersifat unik. Meski terjadi transaksi material diantara keduanya, namun kenyataannya kualitas hubungan sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan pasien bipolar terhadap psikiater. Sebaliknya kepercayaan itu sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh dokter menunjukan penghormatan terhadap kehidupan dan pribadi pasien gangguan bipolar. Hambatan Psikiater Saat Berkomunikasi Dengan Pasien Penderita Gangguan Bipolar Pada Proses Pemulihan Komunikasi efektif antara psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar adalah hal yang paling sentral untuk keberhasilan terapi. Keberhasilan membangun pola komunikasi yang baik akan sangat menentukan persepsi mengenai kualitas layanan yang bermutu. Kebanyakan ketidakpuasan dari pihak pasien bipolar biasanya disebabkan karena ketiadaan komunikasi yang baik. Masih banyak psikiater yang membutuhkan capacity building dibidang komunikasi. Selama ini anggapan umum mengatakan bahwa psikiater Indonesia kurang komunikatif atau peduli dengan kondisi pasien gangguan bipolar. Tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 seharusnya menjadi titik tolak bagi perubahan pola komunikasi yang menempatkan psikiater/dokter berkuasa penuh atas hidup dan kualitas hidup pasien. Hambatan yang ada pada komunikan berupa keadaan saat menerima pesan, misalnya kurang perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Keadaan dan kondisi komunikan yang terjadi pada komunikasi psikiater dan pasien sangat dipengaruhi oleh mood dan emosi komunikan yang tidak stabil hal ini menjadi hambatan bagi psikiater dalam berinteraksi pada pasien penderita bipolar. Suasana hati komunikan sebagai pasien penderita bipolar memiliki suasana hati yang dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub bipolar yang berlawanan yaitu saat kebahagiaan yang berlebih (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebih tanpa pola waktu yang pasti, hal tersebut tentunya sangat mengganggu interaksi yang dilakukan psikiater pada pasiennya dan menjadi hambatan yang muncul dari diri pribadi komunikan. Maka diharapkan psikiater terutama saat berkomunikasi menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pasien bipolar. Komunikasi berjalan efektif apabila selama berlangsungnya komunikasi hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. Komunikator yang baik adalah orang yang mampu mengendalikan komunikasi atau mengarahkan komunikasi agar tidak berbenturan dengan hambatan komunikasi. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan mood pasien yang tidak stabil dapat menghambat proses komunikasi. Karena pada saat psikiater menyampaikan pesan namun pasien berada pada posisi mood yang tidak setabil tentunya dapat mempengaruhi pasien dalam menerima atau memahami isi pesan. Solusinya adalah pasien diharapkan saat berkonsultasi harus didampingi oleh orang terdekat, baik teman ataupun keluarga. Sesuai dengan asumsi teori penetrasi sosial, dalam mengidentifikasi proses meningkatnya sikap keterbukaan dan keintiman dalam sebuah hubungan dan merupakan teori yang formatif dalam sejarah intelektual pada teori hubungan. Teori penetrasi sosial didasarkan pada pengamatan atas tradisi panjang bagaimana suatu hubungan dibangun. menjelaskan bagaimana proses hubungan 119

11 antara psikiater dengan pasien penderita gangguan bipolar dimana terjadi proses gradual yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya yaitu semacam proses adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh tersebut mengibaratkan manusia seperti bawang merah yang terdiri dari beberapa layer. Layer tersebut berarti lapisan kepribadian: 1. Lapisan terluar 2. Lapisan semi-private 3. Lapisan pivate. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh pada proses pemulihan penderita gangguan bipolar, karena lapisan terluar adalah faktor sosial atau publik, dimana penderita gangguan bipolar juga sangat membutuhkan dukungan sosial. Lapisan semi-private adalah faktor orang-orang terdekat seperti psikiater, dalam proses pemulihan psikiater sangat berperan penting karena dengan adanya komunikasi antarpribadi psikiater pada pasien penderita gangguan bipolar dapat membantu proses pemulihan sehingga pasien bisa belajar kesadaran diri/self awareness, dalam menstabilkan emosinya. Lapisan private adalah faktor diri sendiri dengan tuhan, dimana faktor ini sangat membantu pasien penderita bipolar untuk pulih kembali dengan mendekatkan dirinya kepada tuhan maha kuasa yang menciptakan seluruh isi alam semesta ini. Teori tersebut kita bisa mengetahui bagaimana psikiater berinteraksi dengan pasien dilihat dari bentuk komunikasi antarpribadinya, faktor-faktor komunikasi antarpribadi yang membantu proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar, serta kedekatan psikiater pada pasien dan hambatan-hambatan yang dihadapi psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar pada proses pemulihan. PENUTUP 1. Bentuk komunikasi antarpribadi yang digunakan psikiater dalam berinteraksi dengan pasien penderita gangguan bipolar menggunakan pesan verbal dan nonverbal, karena akan mempermudah psikiater dalam menyampaikan pesan agar komunikasi berjalan dengan efektif. 2. Faktor komunikasi antarpribadi yang membantu proses pemulihan pasien penderita bipolar yang pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan salah satu faktor internal, keluarga juga berfungsi sebagai orang terdekat yang membantu proses pemulihan pasien bipolar, dalam proses pemulihan psikiater merupakan faktor internal kedua setelah keluarga, dimana psikiater mengdiagnosa pasien tersebut mengidap gangguan bipolar, berlanjut kepada proses keputusan psikiater menentukan cara pemulihan yang harus dilalui oleh penderita bipolar. Apabila komunikasi yang dilakukan psikiater tidak terdapat hambatan maka proses interaksi pun dapat dilaksanakan dengan efektif. 3. Kedekatan psikiater pada pasien penderita bipolar dengan penyesuaian diri dalam komunikasi antarpribadi karena, setiap pasien memiliki kebutuhan, keinginan & harapan yang berbeda-beda begitu pula dari watak, sifat, cara berbicara & personality pasien gangguan bipolar yang tidak selamanya sama, maka seorang psikiater diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai macam perbedaan yang ada pada diri pasien gangguan bipolar agar komunikasi antarpribadi dengan pasien gangguan bipolar dapat dilakukan secara efektif tanpa adanya hambatan. 4. Hambatan yang ada pada komunikan berupa keadaan saat menerima pesan, misalnya kurang perhatian pada saat menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Keadaan dan kondisi komunikan yang terjadi pada komunikasi psikiater dan pasien sangat dipengaruhi oleh mood 120

12 dan emosi komunikan yang tidak stabil hal ini menjadi hambatan bagi psikiater dalam berinteraksi pada pasien penderita bipolar. Suasana hati komunikan sebagai pasien penderita bipolar memiliki suasana hati yang dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara dua kutub bipolar yang berlawanan yaitu saat kebahagiaan yang berlebih (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebih tanpa pola waktu yang pasti, hal tersebut tentunya sangat mengganggu interaksi yang dilakukan psikiater pada pasiennya dan menjadi hambatan yang muncul dari diri pribadi komunikan Rakhmat, Jalaludin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Sarwono, Sarlito Wirawan. (2005). Teori- Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. REFERENSI Amir, Nurmiati. (2009) Gangguan Mood Bipolar. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran. Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. Hidayat, Dedy N. (2003). Paradigma dan Metodelogi Penelitian Sosial Empiris Klasik. Jakarta : Departemen Ilmu komuniskasi FISIP Universitas Indonesia. Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ingersol, Barbara D. dan Sam Goldstein. (2001). Lonely, Sad and Angry. Florida: Specialty Press, Inc Mulyana, Deddy. (2011). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludin. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya 121

Tuty Muthiah. AKOM BSI Jakarta

Tuty Muthiah. AKOM BSI Jakarta Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 717~722 KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PSIKIATER DAN PASIEN PADA PENDERITA BIPOLAR (STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI PSIKIATER DAN PASIEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada dasarnya tidak seorang pun yang ingin memiliki riwayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada dasarnya tidak seorang pun yang ingin memiliki riwayat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada dasarnya tidak seorang pun yang ingin memiliki riwayat gangguan jiwa. Namun, dengan beberapa faktor yang terjadi di Indonesia, Sutarto (2007) menurut survey yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bipolar atau disebut juga dengan Bipolar Disorder adalah sebuah penyakit gangguan emosi, atau perasaan. Bipolar sendiri memiliki arti, Bi yang artinya dua, dan Polar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA Deskripsi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses pemulihan dan faktorfaktor pendukungnya pada penderita gangguan bipolar Izin untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia untuk berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ANTARA FISIOTERAPIS DAN PASIEN (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Fisioterapis untuk Memotivasi Pasien Penyakit Stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta) NASKAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi i KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: RONA MARISCA TANJUNG F 100 060 062 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Umum 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris, yaitu, communication berasal dari kata Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan Menjelaskan kembali pengertian gangguan mood Menjelaskan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PELAYANAN KESEHATAN HIPPII MPUSAT DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN IPCN Pendahuluan Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia Peran perawat dan tenga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh : Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh : Fristyani Elisabeth Hutauruk Yudi Perbawaningsih Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015 1 KENDALA GURU MENGAJAR PENGINDERAAN JAUH DI SMA NEGERI 1 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2014-2015 JURNAL Oleh: Nisa Aulia Ningsih PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Nofi Yani 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja 2. 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Strauss et al (2006) skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat, gangguan ini ditandai dengan gejala gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan bahan acuan adalah tulisan yang disusun oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : 469-487) berjudul Quality of Communication Experience:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

TUJUAN WAWANCARA MEDIS WAWANCARA MEDIS Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya (awal dan riwayat) Bagian terpenting dalam proses diagnosa dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang ini berakibat makin kompleks kebutuhan masyarakat. Industrialisasi dan urbanisasi makin lekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita kesulitan membedakan hal nyata dengan yang tidak, umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta ) Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk dan berkembang secara signifikansi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin mengalami peningkatan dan menjadi masalah kesehatan masyarakat utama, terutama di negara-negara yang

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, artinya memberitahukan, menyampaikan. Communicatio, artinya hal memberitahukan; pemberitahuan;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah fisiknya dan

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan hanyalah fisiknya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan semua yang ada di dunia ini dengan maksud tertentu pada setiap penciptaannya, termasuk manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MANAJEMEN. Oleh : Elisabeth Herwanti

KOMUNIKASI MANAJEMEN. Oleh : Elisabeth Herwanti KOMUNIKASI MANAJEMEN Oleh : Elisabeth Herwanti Tujuan Umum Mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar yang relevan dengan kegiatan komunikasi manajemen Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memahami

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan permasalahan yang dihadapi klien. Menurut Hojat et al (2013), rasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan layanan konsultasi terletak pada interaksi klien dan konsultan yang didasari oleh rasa saling percaya dan kemampuan konsultan dalam memahami serta memecahkan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) Sepfiany Evalina Ginting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan penyakit yang mengganggu saraf otak. Epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang terjadi tanpa adanya stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Komunikasi merupakan salah satu faktor penting terjalinnya aktivitas. Dengan komunikasi aktivitas apapun pasti terjadi baik antar individu, kelompok, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, banyak dijumpai perubahan maupun perkembangan di bidang usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Dyah Puspita Rini F 100 050 028 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai etnografi komunikasi. Untuk mendukung penelitian ini, penelitian yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS TUJUAN KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS R. NETY RUSTIKAYANTI, M.KEP 2017 Mengidentifikasi faktor individu dan lingkungan yang mempengaruhi komunikasi Mendiskusikan perbedaan komunikasi verbal dan non verbal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki kemampuan berbahasa telah memungkinkan manusia memikirkan suatu masalah secara terus-menerus. Dengan bahasa, manusia dapat mengkomunikasikan apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain dalam dan luar lingkungan

Lebih terperinci