Kiranya Pedoman Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kiranya Pedoman Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak."

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat- Nya sehingga Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017 telah dapat diselesaikan. Dalam mendukung Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan, pada tahun 2017, melalui sumber dana APBN mengalokasikan fasilitasi sarana pascapanen antara lain Combine Harvester, Corn Combine Harvester, Corn Sheller, Power Thresher Multiguna, Dryer,RMU Beras Organik, RMU untuk wilayah perbatasan dan beras organik, serta paket sarana sortir (grading)dan pengemasan (packaging), fasilitasi sertifikasi organik, sertifikasi beras non organik berbasis SNI, pengembangan informasi pasar dan stok serta pembinaan terhadap Unit Pengolahan Hasil (UPH) Tanaman Pangan. Proses pencapaian swasembada dalam meningkatkan produksi, mutu dan nilai tambah sehingga tercipta daya saing yang kuat dan perlindungan bagi petani maupun konsumen. Penurunan susut hasil, kadar air dan peningkatan rendemen hasil produksi, serta pengembangan variasi produk yang sesuai standar menjadi issue penting yang harus dikelola sebagai indikator keberhasilan kinerja. Dalam konteks ini, pemberian fasilitasi bantuan pemerintah dan pembinaan terkait peningkatan mutu dan nilai tambah produk tanaman pangan serta akses informasi dan jaringan pemasaran komoditas tanaman pangan menjadi sangat penting dalam mewujudkan daya saing komoditi tanaman pangan yang meliputi fasilitasi sarana pascapanen, fasilitasi sertifikasi jaminan mutu tanaman pangan dan informasi serta akses pasar. Sasaran yang diharapkan dalam memberikan dukungan fasilitasi sarana pascapanen, standardisasi mutu, pembinaan sarana pengolahan dan informasi pemasaran antara lain dapat mendukung peningkatan produksi, pendapatan petani dan perlindungan terhadap konsumen. Kiranya Pedoman Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak. Jakarta, Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Hasil Sembiring NIP i

3 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI....ii DAFTAR GAMBAR...iii DAFTAR TABEL...iv BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Tujuan, Sasaran, Indikator Keberhasilan Istilah & Pengertian...7 BAB II. DASAR HUKUM & RUANG LINGKUP Dasar Hukum Ruang Lingkup...14 BAB III. FASILITASI SARANA PASCAPANEN...15 BAB IV. PENINGKATAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN...24 BAB V. PENERAPAN STANDARDISASI & MUTU HASIL TANAMAN PANGAN...27 BAB VI. FASILITASI PEMASARAN & INVESTASI HASIL TANAMAN PANGAN...39 BAB VII. MONITORING, EVALUASI & PELAPORAN...53 BAB VIII. PENUTUP...55 ii

4 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat PPHTP dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Produk Hasil Tanaman Pangan Pola Pengembangan Optimalisasi Pengembangan Sarana Pascapanen Pola Pengembangan Unit Pengolahan Hasil (UPH) Tanaman Pangan Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Alur Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik Alur Permohonan Proses Sertifikasi Organik Alur Proses Pembinaan Jaminan Mutu melalui Sertifikasi dan/atau Registrasi NonOrganik Alur Permohonan Sertifikasi HACCP Skema Pengembangan Pemasaran dan Investasi...38 iii

5 Tabel Halaman DAFTAR TABEL 1. Alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Panga Alokasi Sarana Pascapanen Pengadaan Pusat Tahun Indikator Kerja Sarana Alsintan Pascapanen Alokasi Sarana Alsintan Pascapanen Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Parameter Uji Mutu Beras, Jagung dan Kedelai iv

6 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua agenda penting dalam Nawacita adalah 1) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional serta 2) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik. Sejalan dengan kedua agenda tersebut dan dengan telah diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak tanggal 31 Desember 2015, maka peningkatan daya saing produk hasil pertanian perlu diperhatikan dan ditumbuhkembangkan dengan pondasi rasa nasionalisme (keberpihakan) dan komitmen yang tegas (kejelasan strategi). Tanpa kedua hal ini, niscaya bangsa ini hanya sebagai pasar bagi negara lain. Pembangunan tanaman pangan Indonesia memerlukan rangkaian usaha yang terintegrasi mulai dari hulu sampai ke hilir sehingga mampu menghasilkan produk nasional yang berdaya saing. Dalam hal ini, prioritas pembangunan tanaman panagn diarahkan dalam mendukung pemenuhan pangan nasional. Kekuatan daya saing itu sendiri sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain peningkatan produktivitas, peningkatan kapasitas usaha, efisiensi usaha, peningkatan mutu, peningkatan nilai tambah, harga yang kompetitif, dan kontinuitas yang jelas. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) yaitu melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran hasil tanaman pangan. Beberapa tugas dan fungsi yang diterjemahkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini. 1

7 Gambar 1. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat PPHTP Dalam Upaya Peningkatan Daya Saing Produk Hasil Tanaman Pangan Secara eksplisit, pencapaian produksi tidak sekedar dilihat dari aspek jumlah (volume). Dalam hal ini, alokasi anggaran pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi salah satu instrumen penting untuk mendorong pencapaian keberhasilan diatas tersebut. Setiap tahun, Pemerintah Pusat mengalokasikan APBN dengan harapan sasaran yang ditargetkan dapat tercapai baik pada anggaran tahun yang bersangkutan maupun tahun berikutnya. Proses alokasi anggaran ini tidak terlepas dari alokasi dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk itu, beberapa pokok-pokok tugas dan fungsi yang perlu dipahami sebagai berikut: a. Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan - Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan salah satu kegiatan strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai menuju swasembada pangan yang berkelanjutan. Penggunaan mekanisasi pertanian (sarana alat dan mesin pertanian atau sering disebut alsintan) pascapanen sangat diperlukan sebagai upaya mengamankan produksi (menurunkan susut hasil) dan sekaligus meningkatkan mutu hasil. - Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Pertanian dalam hal ini Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c.q Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan memberikan fasilitasi sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai kepada kelompok tani (poktan)/gabungan kelompok tani (gapoktan)/unit 2

8 Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA)/Lembaga Masyarakat/Pemerintah Daerah untuk membantu atau memberikan perlindungan bagi pelaku usaha tanaman pangan. Pada akhirnya, penanganan pascapanen tanaman pangan yang tepat tersebut mampu meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus dapat mendorong percepatan tanam. - Sarana alsintan pascapanen yang telah dialokasikan pada tahun sebelumnya perlu untuk dioptimalkan pemanfaatannya. Hal ini diharapkan dapat mendorong efisiensi dan tambahan pendapatan bagi kelompok penerima sarana alsintan. b. Penanganan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan - Penanganan pengolahan hasil tanaman pangan merupakan rangkaian lanjutan yang perlu dilakukan untuk memperoleh nilai tambah. Penguatan nilai tambah melalui pengolahan dapat mendorong variasi produk berbasis sumber daya lokal. - Pengolahan pangan melalui sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan perlu ditumbuhkembangkan dengan melakukan kluster-kluster yang terintegrasi dengan desain produk yang beragam. - Proses sistem pertanian bioindustri memerlukan ketersediaan sarana yang memadai, dukungan teknologi, serta penguatan pilar sumber daya manusia melalui pelatihan dan/atau bimbingan teknis. - Alokasi unit pengolahan tahun sebelumnya, perlu ditingkatkan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan kontinuitas terjamin sesuai dengan permintaan pasar. Pengembangan UPH berbasis kelompok, pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus meningkatkan kesempatan kerja/lapangan pekerjaan. - Fasilitasi sarana pengolahan jagung dan kedelai yang sudah diberikan oleh Direktorat PPHTP pada tahun 2016 harus ditindaklanjuti dengan penguatan proses bisnis. c. Penerapan Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman Pangan - Memasuki era pasar bebas, penerapan standardisasi dan mutu dari hulu sampai hilir sangat penting dilaksanakan untuk mendorong keterjaminan mutu atas produk yang dihasilkan. 3

9 - Dalam hal ini, pasar yang terus berkembang saat ini sangat mengedepankan bukti sahih atas mutu tersebut sehingga tidak dapat dihindari. Penampilan (kemasan) yang menarik dan transparansi informasi sangat diperlukan. Hal ini sebagai konsekuensi atas perubahan perilaku konsumen saat ini. - Penerapan jaminan mutu pangan terlihat sangat pasif oleh kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan), sementara itu disisi lain pelaku usaha lain sangat mengikuti dinamika perilaku pasar. Poktan/gapoktan sebagai produsen hasil tanaman pangan terkesan tidak terlihat dengan atribut yang jelas. - Pengembangan mutu produk saat ini berkembang dalam dua pilihan yaitu produk organik atau produk non-organik, termasuk untuk pangan. Penerapan mutu pangan organik maupun non-organik harus bertumbuh secara selaras untuk memberikan jaminan kesehatan dan sekaligus keyakinan atas kualitas produk yang diperdagangkan. - Untuk mendapatkan jaminan mutu tersebut dapat dilakukan melalui proses sertifikasi dan/atau registrasi. Proses sertifikasi dan/atau registrasi dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan - Salah satu keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan pemasaran yaitu ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan kontinyu. Untuk itu diperlukan pelayanan informasi pasar yang profesional, sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan yang tepat sesuai dengan perkembangan pasar. - Rantai tata niaga pemasaran produk tanaman pangan masih panjang. Di satu sisi memberikan tekanan pada konsumen dalam bentuk harga yang tinggi dan berfluktuasi, di sisi lain tekanan pada produsen dalam bentuk proporsi harga yang diterima relatif rendah. Disamping itu, rendahnya kemampuan pelaku usaha pertanian untuk mengakses pasar dan informasi menjadi kendala pemasaran produk hasil tanaman pangan. - Salah satu upaya peningkatan akses petani terhadap pasar adalah memperkuat ketersediaan informasi pasar melalui pengembangan pelayanan informasi pasar (PIP). Manfaat yang dapat diperoleh dari proses ini adalah meningkatkan daya tawar petani, memberikan masukan penyusunan kebijakan pemasaran (stabilisasi), 4

10 meningkatkan arus perdagangan antar daerah, dan memberikan masukan perencanaan usaha tani. - Pemantauan stok gabah/beras di tingkat penggilingan dan rumah tangga petani yang semuanya dilaksanakan secara online sangat diperlukan untuk memantau ketersediaan di lapangan. Hal ini sangat bermanfaat untuk stabilisasi. - Dalam hal ini, informasi tersebut dapat mendorong proses investasi bagi stakeholders. Untuk menjamin keberlanjutan swasembada yang ditargetkan, proses investasi menjadi sangat penting. Pada tahun 2017, Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dialokasikan anggaran sebesar Rp ,- dengan rincian alokasi kewenangansebagai berikut; Pusat sebesar Rp ,- (43,47%) dan Daerah (Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) sebesar Rp ,- (56,53%). Alokasi anggaran diatas dapat dijelaskan menurut unit kerja dibawah Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil yaitu: a) Subdit Pascapanen Rp ,- (98,94%), b) Subdit Pengolahan Rp ,- (0,18%), c) Subdit Standardisasi dan Mutu Rp ,- (0,37%), d) Subdit Pemasaran dan Investasi Rp ,- (0,45%), dan e) Subbag Tata Usaha Direktorat PPHTP Rp ,- (0,06%). Tabel 1. Alokasi Anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA 2017 No. Alokasi Nilai (Rp. 000) % A Berdasarkan Kewenangan ,00 1 Pusat ,47 2 Daerah ,53 a Dekon ,74 b Tugas Pembantuan ,79 B Berdasarkan Unit Kerja Lingkup PPHTP ,00 1 Subdit Pascapanen ,94 2 Subdit Pengolahan ,18 3 Subdit Standardisasi dan Mutu ,37 4 Subdit Pemasaran dan Investasi ,45 5 Subbag TU Direktorat PPHTP ,06 5

11 Untuk mewujudkan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil dapat terlaksana dengan baik serta sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan, maka dibutuhkan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, sebagai gambaran proses pelaksanaan kinerja. 1.2 Maksud Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sebagai acuan bagi petugas pusat, petugas daerah, dan instansi terkait lainnya dalam melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan. 1.3 Tujuan, Sasaran dan Indikator Keberhasilan Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan daya saing produk hasil tanaman pangan dalam rangka mewujudkan swasembada pangan Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah: a. Menurunnya susut hasil tanaman pangan untuk mendukung peningkatan produktivitas hasil produksi b. Meningkatnya nilai tambah hasil tanaman pangan c. Meningkatnya mutu hasil produk tanaman pangan d. Meningkatnya stabilitas harga dan pasokan hasil produksi tanaman pangan Indikator Keberhasilan a. Output Tersalurkannya bantuan sarana pasca panen tanaman pangan sebanyak unit Terlaksananya pembinaan unit pengolahan hasil (UPH) tanaman pangan di 21 provinsi 6

12 Terlaksananya proses sertifikasi/registrasi sebanyak 60 unit baik organik maupun non organik b. Outcome Tersedianya pelayanan informasi pasar sebanyak 200 informasi Meningkatnya ketersediaan produk tanaman pangan yang memiliki daya saing baik di pasar domestik maupun pasar ekspor. 1.4 Istilah dan Pengertian 1) Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 2) UPJA adalah lembaga ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani/gapoktan. 3) Brigade adalah satuan mobilisasi sarana/alat mesin pertanianprapanen dan pascapanen yang dikelola dalam struktur organisasi yang jelas dan berfungsi mengkoordinir kegiatan prapanen dan pascapanen di wilayahnya. 4) e-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik. 5) Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 6) Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, atau dari Pemerintah Pusat kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian. 7) Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan dan kandungan Gizi Pangan. 7

13 8) Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. 9) Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem; 10) Pangan Organik adalah pangan yang berasal dari suatu lahan pertanian organik yang menerapkan praktek pengelolaan yang bertujuan untuk memelihara ekosistem dalam mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang sisa-sisa tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman, pengelolaan air, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan hayati; 11) Lembaga Sertifikasi Organik yang selanjutnya disebut LSO adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk mensertifikasi bahwa produk yang dijual atau dilabel sebagai organik adalah diproduksi, ditangani, dan diimpor menurut Standar Nasional Indonesia Sistem Pertanian Organik dan telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional. LSO tersebut bisa nasional maupun LSO asing yang berkedudukan di Indonesia; 12) Logo Organik Indonesia adalah lambang berbentuk lingkaran yang terdiri dari dua bagian, bertuliskan Organik Indonesia disertai satu gambar daun di dalamnya yang menempel pada huruf G berbentuk bintil akar; 13) Kelompok Tani atau poktan adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota, ditunjukkan dengan adanya administrasi kelompok. 8

14 Kelompok yang dimaksud telah dikukuhkan oleh instansi/pejabat yang berwenang. 14) Gabungan kelompoktani atau Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompoktani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha; ditunjukkan dengan adanya administrasi gabungan kelompok. 15) Bimbingan teknis adalah kegiatan pemberian bimbingan secara sistematis kepada individu maupun kelompok, agar tahu, paham, mau dan mampu mengembangkan, mengimplementasikan dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Bimbingan teknis merupakan sarana manajemen sebagai proses berkesinambungan yang mempengaruhi perilaku. 16) Good Agriculture Practices (GAP) adalah serangkaian kegiatan penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan OPT dan menetapkan prinsip traceability (suatu produk dapat ditelusuri asalusulnya, dari pasar sampai kebun). 17) Good Handling Practices (GHP) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah panen, penanganan pasca panen, standardisasi mutu, lokasi, bangunan, peralatan dan mesin, bahan perlakuan, wadah dan pembungkus, tenaga kerja, Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3), pengelolaan lingkungan, pencatatan, pengawasan dan penelusuran balik, sertifikasi, dan pembinaan dan pengawasan. 18) Good Manufacturing Practices (GMP) adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk olahan, kebersihan dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan. 19) Hazard Analytical Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang signifikan bagi keamanan pangan. 20) Laboratorium Pengujian adalah suatu institusi/ lembaga yang melakukan kegiatan pengujian terhadap contoh pangan hasil pertanian sesuai spesifikasi/metode uji. Laboratorium dimaksud adalah laboratorium yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau laboratorium yang ditunjuk oleh Ditjen Tanaman Pangan 9

15 untuk ruang lingkup pengujian keamanan pangan hasil tanaman pangan. 21) Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P) adalah lembaga/institusi atau unit kerja di lingkup Kementerian Pertanian yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan sistem jaminan mutu pangan segar hasil pertanian, dalam hal ini adalah Badan Ketahanan Pangan. 22) Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) adalah lembaga/institusi atau unit kerja di lingkup Pemerintah Daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsinya diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan sistem jaminan mutu pangan segar hasil pertanian. 23) Pelaku Usaha Agribisnis dan/atau Agroindustri (PUA) adalah perorangan Warga Negara Indonesia, kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan) atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian. 24) Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) adalah pangan yang berasal dari tumbuhan dan belum mengalami pengolahan serta dapat dikonsumsi langsung dan/atau menjadi bahan baku pengolahan pangan. 25) Petugas Pengambil Contoh (PPC) adalah petugas/personel yang terampil dan kompeten memenuhi kriteria pedoman BSN 503:2004. Kriteria Petugas pengambil Contoh yang ditugaskan untuk melaksanakan pengambilan contoh sesuai prosedur/ketentuan. 26) Standard Operating Procedure (SOP) adalah prosedur pendokumentasian, pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi terhadap kegiatan spesifik untuk setiap tahap produksi, yang terdapat pada suatu unit usaha. 27) Standard Sanitation Operation Procedure (SSOP) adalah prosedur pendokumentasian pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi terhadap sanitasi yang spesifik untuk setiap lokasi tempat makanan yang diproduksi/unit produksi, yang harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha. 28) Validasi adalah suatu tindakan yang membuktikan bahwa suatu proses/metode dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik. 29) Verifikasi adalah evaluasi metode, sistem, prosedur, pengujian dan penilaian penerapan sistem jaminan mutu yang dilaksanakan oleh institusi terkait. 30) Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang atau jasa. 10

16 31) Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Lembaga/laboratorium yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau personel telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. 32) Sertifikasi mutu pangan adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap pangan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. 33) Nomor registrasi (pendaftaran) adalah nomor yang diberikan untuk pangan segar yang beredar di wilayah Negara Republik Indonesia. 34) Petugas Pelayanan Informasi Pangan (PIP) adalah Petugas PIP atau Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) tingkat terampil dan ahli baik di provinsi maupun kabupaten yang mempunyai tugas pokok menyiapkan, melaksanakan, menganalisa dan mengkaji kebijakan dan mengembangkan pelayanan di bidang pemasaran hasil pertanian. 35) Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh pemerintah atau swasta seperti yang ada di pabrik, gudang, depo, lumbung petani/rumah tangga dan pasar/pedagang, yang dimaksud sebagai cadangan dan akan digunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan. 11

17 2.1. Dasar Hukum II. DASAR HUKUM DAN RUANG LINGKUP 1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman 2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan 4) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan dan Perlindungan Petani 5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian 6) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun ) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 8) Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional Indonesia 9) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budidaya Tanaman 10) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi 11) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 12) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 05/Permentan/ OT.140/1/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Alat dan Mesin Budidaya Tanaman 13) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian 14) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/ PL.130/5/2008 tentang Pedoman Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian 15) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/6/2010 tentang Pedoman Perijinan Usaha Budidaya Tanaman Pangan 16) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20 Tahun 2010 tentang Sistem Jaminan Mutu Hasil Pertanian 17) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Budidaya Tanaman Pangan yang Baik dan Benar 12

18 18) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/OT.140/10/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan 19) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/07/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan yang Baik (Good Manufacturing Practices) 20) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian Asal Tanaman (Good Handling Practices) 21) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.130/12/2013 tentang Sistem Pertanian Organik 22) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian 23) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 56/Permentan/RC.040/11/2016 tentang Pedoman Kawasan Pertanian 24) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.110/12/2016 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian 25) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 63/Permentan/RC.120/12/2016 tentang Pelimpahan Wewenang kepada Gubernur dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian 26) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/RC.130/12/2016 tentang Penugasan kepada Gubernur dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Provinsi 27) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/RC.130/12/2016 tentang Penugasan kepada Bupati/Walikota dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota 28) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 830/Kpts/RC.040/12/2016 tentang Lokasi Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional 29) KeputusanMenteriPertanianNomor 1397/RC.110/C/12/2016 tentang Petunjuk Teknis 13

19 Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TA ) SNI CAC/RCP-1: 2011 tentang Rekomendasi Nasional Kode Praktis-Prinsip Umum Higiene Pangan 31) SNI 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik 32) SNI 4483:2013 tentang Jagung Bahan Pakan Ternak 33) SNI 6128:2015 tentang Beras 34) SNI :1995 tentang Kedelai 2.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA 2017 meliputi: a. Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan b. Peningkatan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan c. Fasilitasi Penerapan Standarisasi dan Mutu Hasil Tanaman Pangan d. Fasilitasi Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan 14

20 III. FASILITASI SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN 3.1. Satker Pusat Kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan di pusat lebih bersifat pada pembinaan dan pengawalan kegiatan secara makro serta perumusan kebijakan-kebijakan yang dapat memenuhi target prioritas nasional dari Kementerian Pertanian. Dalam hal ini, kebijakan fasilitasi sarana alsintan pascapanen mengacu pada optimalisasi pemanfaatan baik yang berada di masyarakat maupun pemerintah. Gambar 2. Pola Pengembangan Optimalisasi Sarana Pascapanen Beberapa komponen utama kegiatan di satuan kerja pusat sebagai berikut: a. Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat Penggunaan bantuan sarana pascapanen yang diberikan kepada petani merupakan stimulan penerapan pascapanen yang baik dan benar, sehingga diharapkan mampu mendukung peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, dan peningkatan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengalokasikan APBN 15

21 Pusat TA 2017 untuk penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan sejumlah unit terdiri dari combine harvester kecil 110 unit, combine harvester besar unit, corn combine harvester 100 unit, corn sheller 200 unit, dan power thresher multiguna 200 unit dilakukan melalui e- purchasing. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dialokasikan untuk memfasilitasi kebutuhan brigade dan/atau permintaan masyarakat yang belum terpenuhi dalam program Tugas Pembantuan Provinsi APBN Tahun Sasaran penerima bantuan adalah Poktan/Gapoktan/ UPJA/Lembaga Lainnya/ Pemerintah Daerah yang memenuhi kriteria sebagai calon penerima sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Tahun Anggaran Tabel 2. Alokasi Sarana Pascapanen Pengadaan Pusat Tahun 2017 No. Jenis Sarana Jumlah (Unit) 1 Combine Havester Kecil Combine Harvester Besar Corn Combine Harvester Corn Sheller Power Thresher Multiguna 200 Total b. Optimalisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Bantuan sarana pascapanen yang diberikan kepada Poktan/Gapoktan/UPJA semakin banyak, untuk itu perlu dikawal agar pemanfaatan dan pendayagunaan sarana bantuan tersebut lebih optimal sehingga dapat mendukung pencapaian program swasembada pangan nasional. Optimalisasi pendayagunaan bantuan sarana pascapanen yang diterima Poktan/Gapoktan/UPJA/Lembaga lainnya /Pemerintah Daerah diarahkan pada pengorganisasian operasional sarana pascapanen berdasarkan wilayah kerjanya mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi. Melalui pengorganisasian tersebut, maka 16

22 operasional sarana pascapanen dapat dimobilisasi secara bersama untuk panen serempak. Dalam pengelolaan sarana bantuan tersebut, maka prinsipprinsip yang harus dilaksanakan sebagai berikut: 1) Sarana pascapanen milik Poktan/Gapoktan/UPJA dikelola dalam satu kesatuan manajemen 2) Pemanfaatan sarana pascapanen dikelola secara optimal baik di wilayah maupun di luar wilayahnya; 3) Operasional pemanfaatan sarana pascapanen diperkuat dengan Brigade di Dinas Pertanian; 4) Proses pengelolaan sarana pascapanen dilakukan dengan administrasi yang tertib, tercatat dan transparan; 5) Pengawasan operasional pemanfaatan bantuan sarana pascapanen dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Untuk menilai kinerja bantuan yang diterima Poktan/Gapoktan/ UPJA/Lembaga lainnya/ Pemda telah dimanfaatkan secara optimal atau belum optimal perlu dilakukan evaluasi pemanfaatan sarana bantuan oleh petugas Pusat dan Daerah. Hasil evaluasi pemanfaatan alsintan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merealokasi bantuan alsintan kepada Poktan/Gapoktan yang lebih membutuhkan. Tabel 3. Indikator Kinerja Sarana Pascapanen Tanaman Pangan No. Jenis Sarana Alsintan Minimal Kerja 1 Combine Harvester Besar 1 ha/hari 2 Combine Harvester Kecil/Sedang 0,5 ha/hari 3 RMU **) 2 ton/hari 4 Dryer **) 1 ton/hari 5 Power Theser/Power Treser Multiguna 0,5 ton/hari 6 Corn Sheller 1 ton/hari 7 Corn Combine Harvester 0,8 ha/hari Total Kinerja *) 80 %x 365 hari x 1 ha = 290 ha/tahun 80 %x 365 hari x 0,5 ha = 146 ha/tahun 80 %x 365 hari x 0,5 ha = 146 ha/tahun 80 %x 365 hari x 1 ton = 292 ton/tahun 80 %x 365 hari x 0,5 ha = 146 ha/tahun 80 %x 365 hari x 1 ton = 292 ton/tahun 80 %x 365 hari x 0,8 ha = 234 ha/tahun Keterangan: *) Apabila kinerja alsintan dibawah kapasitas minimalnya, maka akan dilakukan relokasi alsintan kepada Poktan/Gapoktan lain dalam satu wilayah kecamatan atau antar kecamatan 17

23 **) Khusus untuk Dryer dan RMU yang tidak optimal kinerjanya, diambil alih pengelolaannya, sedangkan aset tetap milik poktan yang bersangkutan. Indikator kinerja untuk menilai bantuan sarana pascapanen dengan memperhatikan minimal kerja dan batas total kinerja seperti terlihat pada tabel dibawah ini. c. Dukungan Penerapan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sarana pascapanen yang telah disalurkan kepada Poktan/Gapoktan/ UPJA/Lembaga Lainnya/Pemda diperlukan pendataan sarana pascapanen yang telah disalurkan. Pendataan dilakukan untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan sarana pascapanen tanaman pangan yang ada di masing-masing kabupaten/kota. Data dan informasi terkini mengenai Poktan dan Gapoktan penerima bantuan sarana sangat diperlukan untuk menunjang database sarana. Database tersebut memuat data poktan/gapoktan penerima sarana pascapanen tanaman pangan. Data tersebut menjadi masukan penting untuk perencanaan penyebaran sarana pascapanen di tahun yang akan datang. d. Pengelolaan Brigade Alsintan Dalam rangka mendukung pengembangan mekanisasi pertanian terpadu dengan penerapan teknologi yang tepat, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memberikan bantuan sarana pascapanen kepada pemerintah daerah (Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota) yang dikelola melalui Brigade alsintan. 1) Penerima dan Pengelola Bantuan - Calon Penerima dan Pengelola bantuan sarana pascapanen tanaman pangan adalah Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam hal ini Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/Kota - Sarana Pascapanen yang diterima oleh Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota dikelola dalam bentuk Brigade dan dilengkapi struktur organisasi pengelolaan Brigade - Untuk kelancaran operasional pelaksanaan brigade baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dapat didukung dana APBD antara lain: gudang 18

24 penyimpanan sederhana, perawatan, alat untuk memobilisasi alsin dan biaya operasional alsin - Pengelolaan Brigade di Dinas Pertanian Provinsi dimaksudkan untuk memobilisasi alsintan antar Kabupaten/Kota guna memenuhi permintaan bantuan kabupaten/kota dalam melakukan percepatan panen - Pengelolaan Brigade di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dilaksanakan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi. Pemanfaatan alsintan disamping untuk Kabupaten/Kota sebagai lokasi brigade dimungkinkan dimanfaatkan dilokasi sekitarnya - Operasional pemanfaatan alsintan dapat dibebankan kepada pengguna jasa (petani/poktan/gapoktan/ UPJA) atau sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku dimasing-masing wilayah. Biaya penggunaan tersebut tidak melebihi biaya sewa alsintan yang berlaku dimasing-masing lokasi - Biaya yang dibebankan kepada pengguna Brigade antara lain bahan bakar, oli, biaya/upah operator, biaya pengangkutan alsintan, biaya perawatan untuk alsintan yang rusak/hilang setelah pemakaian - Pengelola Brigade diharapkan dapat melakukan pemeliharaan/ perawatan alsintan secara regular - Pengelolaan sarana pascapanen oleh Brigade diatur lebih lanjut oleh Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/ Kota sesuai peraturan yang berlaku. 2) Mekanisme Pengusulan Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota mengajukan usulan/proposal tentang kebutuhan Brigade yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. 3) Pendistribusian - Bantuan sarana pascapanen didistribusikan sampai titik bagi di Kantor Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/ Kota. - Penyaluran bantuan tersebut harus dinyatakan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) dari penyedia kepada Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Provinsi/ Kabupaten/Kota yang diketahui Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota. 19

25 - Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Pernyataan bersedia menerima bantuan sarana pascapanen yang ditandatangani Kepala Dinas atas nama Pemerintah Daerah. - Surat Pernyataan bersedia menerima hibah segera disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c.q Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan untuk penyelesaian proses hibah Satuan Kerja Tugas Pembantuan Provinsi a. Fasilitasi Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Fasilitasi pengadaan sarana pascapanen yang berada pada DIPA Satker Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c.q yang dialokasikan pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi. Fasilitasi sarana pascapanen antara lain Combine Harvester, Corn Sheller, Power Thresher Multiguna, Dryer, RMU serta Sarana Grading dan Packaging. Pemberian fasilitasi tersebut diharapkan dapat mendukung percepatan tanam dan panen serempak, sehingga mampu meningkatkan produksi. Dalam rangka optimalisasi diperlukan terobosan-terobosan pengelolaan sarana pascapanen melalui penguatan UPJA dan/atau pengembangan brigade panen. Tabel 4. Alokasi Sarana Pascapanen Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2017 No. Jenis Sarana Aslintan Jumlah (Unit) 1 Combine Harvester Kecil Combine Harvester Sedang Combine Harvester Besar Corn Sheller Power Thresher Multiguna Vertical Dryer (kapasitas 3,5-6 ton/proses) 2 7 RMU Wilayah Perbatasan RMU Beras Organik 1 9. Sarana Grading dan Packaging 6 Total Jumlah dan jenis bantuan sarana pascapanen tanaman pangan untuk masing-masing provinsi telah dialokasikan pada 20

26 DIPA Tugas Pembantuan Provinsi pada Dinas Pertanian Provinsi seperti terlihat pada tabel dibawah ini. b. Pengembangan Kompetensi Petugas Pengelola Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Untuk mengintroduksi teknologi baru dibidang mekanisasi pertanian maka diperlukan pengembangan kompetensi operator sarana pascapanen tanaman pangan, agar petugas dan petani mampu untuk mengoperasikan sarana pascapanen dengan baik dan aman, serta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dan petani sehingga dapat mengembangkan diri di sub sektor lain maupun dibidang agroindustri, serta memajukan cara berpikir petani. Peserta pengembangan kompetensi petugas pengelola sarana pascapanen tanaman pangan adalah operator Poktan/Gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen, dan petugas provinsi/kabupaten/kota yang menangani sarana pascapanen tanaman pangan dengan narasumber produsen atau penyedia barang. Kegiatan pengembangan kompetensi operator sarana dilaksanakan dengan melakukan pertemuan dengan pemberian materi dan praktek di lapangan terkait cara penggunaan dan perawatan alat. Operator yang telah mengikuti pengembangan kompetensi diberikan sertifikat atau tanda keterangan sebagai bukti telah mengikuti pelatihan. Dukungan peningkatan kompetensi diharapkan dapat menumbuhkembangan penguatan unit pelayanan jasa alsintan semakin lebih baik. Pengembangan kompetensi sangat berkaitan dengan kualitas dan produktivitas kerja sehingga dapat meningkatkan produksi dalam rangka mendukung ketahanan pangan serta meningkatkan daya saing produk pertanian. c. Pengawalan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pengawalan sarana pascapanen diarahkan kepada operasional pendayagunaan sarana bantuan yang telah disalurkan dengan beberapa kegiatan yaitu: 1) Verifikasi CPCL Titik kritis pada pelaksanaan bantuan sarana pascapanen adalah ketepatan penerima bantuan, untuk itu diperlukan verifikasi CPCL sehingga penerima bantuan tepat sasaran 21

27 2) Pembinaan dan monev pemanfaatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan Pemanfaatan bantuan sarana pascapanen yang disalurkan agar dapat terpantau dengan baik, untuk itu diperlukan kegiatan pembinaan dan monev sarana pascapanen tanaman pangan yang dilakukan oleh petugas dinas provinsi/kabupaten/kota. Pemanfaatan bantuan sarana pascapanen yang telah disalurkan kepada petani harus dipantau secara rutin sehingga dapat diketahui kinerja pemanfaatan sarana bantuan tersebut. Indikator kinerja untuk menilai bantuan sarana pascapanen sudah dimafaatkan secara optimal atau belum disesuaikan dengan kegiatan Optimalisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Penyusunan laporan pengawalan pemanfaatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan terdapat pada Form 1 dan Form 2 sebagaimana terlampir. 3) Pengawalan hibah sarana pascapanen tanaman pangan Dalam rangka penatausahaan aset dari bantuan pemerintah yang diserahkan kepada Masyarakat (MAK 526) maka diperlukan penghapusan barang milik Negara. Usulan hibah persediaan Akun 526 diajukan paling lambat 6 (enam) bulan setelah realisasi dan akan menjadi aset tetap apabila tidak diusulkan hibah dan dilakukan proses transfer keluar dari Aplikasi Persediaan dan transfer masuk pada aplikasi SIMAK BMN. 4) Pengelolaan Bantuan Prosedur pengelolaan bantuan sebagai berikut: o Seluruh barang yang diterima poktan/gapoktan/ UPJA dibukukan secara sederhana o Bukti serah terima barang kepada poktan/gapoktan/ UPJA diarsipkan /dibukukan o Kelompok diminta membuat laporan penggunaan atau pemanfaatan sarana o Seluruh aset kelompok dirawat dan dikelola dengan baik o Bantuan sarana digunakan untuk usaha produktif sehingga diperoleh keuntungan yang memadai 22

28 IV. PENINGKATAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN 4.1. Satuan Kerja Pusat Pengolahan hasil tanaman pangan sangat diperlukan untuk memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha tanaman pangan. Dalam hal ini, komponen utama berkaitan pengolahan pada satuan kerja Pusat meliputi: a. Pembinaan dan Pengawalan Pengolahan Tanaman Pangan Pembinaan dan pengawalan pengolahan tanaman pangan dilakukan pada unit pengolahan hasil tanaman pangan yang diberikan pada tahun sebelumnya, terutama tahun Kluster Pengembangan UPH Basis Produksi Basis Produksi Basis Produksi Basis Produksi 1. Pengembangan Produk Pangan Olahan 2. Pengembangan Produk Lain berbasis Zero Waste 3. Pengembangan Kemitraan Usaha dan Pasar Gambar 3. Pola Pengembangan Unit Pengolahan Hasil (UPH) Tanaman Pangan b. Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu di Kabupaten Cianjur Pengembangan pilot project SIPP Ubikayu terus dilakukan untuk memastikan penerapan prinsip SIPP. Kendala yang ditemukan dalam penerapan SIPP adalah aspek jaminan pasar dan konsisten dukungan sarana lainnya untuk mengembangkan produk-produk sampingan. c. Upaya Khusus (UPSUS) Padi, Jagung, dan Kedelai 23

29 Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian swasembada pangan antara lain: 1) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian; 2) rusaknya infrastruktur/ jaringan irigasi; 3) semakin berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian; 4) masih tingginya susut hasil (losses); 5) belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi enam tepat (tepat waktu, jumlah, kualitas, jenis, harga, dan lokasi); 6) lemahnya permodalan petani, serta 7) harga komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan hasil pada saat panen raya. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 251/Kpts/OT.050/05/2016 tanggal 20 Mei 2016 tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, Kasubdit Pengolahan telah ditunjuk menjadi Koordinator Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai di Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan dan Kasubdit Pascapanen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2017 dialokasikan anggaran di pusat yang terdiri dari perjalanan pengawalan kegiatan upsus dan perjalanan dalam rangka koordinasi ke instansi terkait terkait upsus, belanja sewa kendaraan, rapat koordinasi dan belanja perlengkapan pendukung kegiatan. 24

30 4.2. Satuan Kerja Dekonsentrasi Provinsi Peningkatan pengolahan hasil tanaman pangan dilakukan melalui kegiatan pembinaan dan pengawalan pengolahan tanaman pangan melalui dana Dekonsentrasi TA dalam bentuk pertemuan koordinasi antara pelaku usaha penerima bantuan sarana pengolahan hasil tanaman pangan dengan instansi terkait. Selain itu, untuk mendukung dana dekonsentrasi dialokasikan di Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan, yang terdiri dari perjalanan pengawalan, sewa kendaraan, rapat koordinasi lingkup provinsi dan tingkat kabupaten serta penyusunan laporan akhir. 25

31 V. FASILITASI PENERAPAN STANDARISASI DAN MUTU HASIL TANAMAN PANGAN 5.1 Satuan Kerja Pusat Jaminan mutu dan keamanan produk terutama pangan menjadi perhatian penting dalam perdagangan saat ini. Proses produk saat ini terus berkembang melalui proses uji mutu dan pengembangan dokumen sistem mutu (doksistu). Gambar 4. Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Penerapan jaminan mutu dan keamanan produk dapat dibedakan menjadi 2 area yaitu organik dan non-organik. Penerapan jaminan mutu organik wajib mengikuti aturan Standar Nasional Indonesia (SNI 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik). Untuk produk non-organik, penerapan jaminan mutu produk perlu ditingkatkan baik untuk komoditi pangan maupun non-pangan. Pada tahun 2017, alokasi uji mutu produk dialokasikan untuk komoditi padi (beras), jagung pakan, dan kedelai. Dalam menjamin pelaksanaan penerapan uji mutu produk terlaksana dengan baik, maka prioritas penerima atau lokasi uji diutamakan daerah sentra produksi di wilayah masingmasing/daerah yang menjadi basis produksi. 26

32 Penerapan uji mutu produk sangat minim dilakukan oleh pelaku usaha tanaman pangan karena kesadaran pelaku usaha masih relatif rendah. Kondisi ini dapat mempengaruhi harga komoditi dan jaminan kesehatan dari produk itu sendiri. Pada dasarnya, penerapan jaminan mutu pangan non-organik dapat dilakukan melalui proses sertifikasi dan/atau registrasi. Dalam mendukung proses ini, beberapa komponen utama yang perlu dilakukan adalah: a. Pengembangan standar yang dapat diterapkan. Dewasa ini, standar mutu produk kurang diperhatikan dan klasifikasi produk tidak memperhatikan perubahan perilaku pasar. Tetapi, revisi atas SNI terus dilakukan secara bertahap terutama padi, jagung, dan kedelai. b. Penguatan kompetensi sumber daya manusia petugas maupun petani. Penguatan kompetensi sangat diperlukan untuk mendorong pelaku usaha tanaman pangan dapat mengimplementasikan jaminan mutu dan keamanan pangan. c. Pengawalan penerapan mutu dan keamanan pangan ditumbuhkembangkan melalui proses pra asessment. d. Pengembangan prosedur uji mutu yang lebih baik sangat diperlukan untuk memberikan data dan informasi proses budidaya. Secara khusus, kriteria calon penerima dan calon lokasi menjadi sangat penting diperhatikan bagi pelaksanaan fasilitasi sertifikasi sistem pertanian organik dan beras non organik. Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Fasilitasi Penerapan Sistem Organik Jaminan Mutu Keamanan Pangan (Beras Non Organik) Poktan/Gapoktan/pelaku usaha hasil Pelaku usaha penggilingan padi tanaman pangan yang telah melakukan yang sudah menghasilkan produk praktek budidaya organik beras dalam kemasan Diutamakan penerima kegiatan tugas Diutamakan penerima kegiatan perbantuan 1000 desa organik tugas pembantuan pascapanen atau peralatan pengolahan dari Ditjen Tanaman Pangan Mengikuti tahapan pembinaan dan Mengikuti tahapan pembinaan dan sertifikasi sistem pertanian organik sertifikasi/ registrasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan Memiliki komitmen untuk menerapkan Memiliki komitmen untuk sistem pertanian organik secara menerapkan sistem jaminan mutu konsisten Keamanan Pangan secara konsisten Memiliki komitmen terhadap sertifikasi Memiliki komitmen terhadap organik yang akan dilakukan oleh sertifikasi atau registrasi yang akan institusi terkait (LSO). dilakukan oleh institusi terkait (LS/OKKP). 27

33 Untuk mengaktualisasikan proses sertifikasi untuk produk non-organik, diperlukan uji mutu dengan memperhatikan aspek fisik, biologi, dan kimia. Proses uji mutu terhadap produk yang dihasilkan dapat menjadi basis sertifikasi lanjutan. Hasil uji mutu terutama beras akan dijadikan sebagai persyaratan dalam mengembangkan sertifikasi beras nonorganik. Tabel 5. Parameter Uji Mutu dan Keamanan Pangan Beras, Jagung dan Kedelai No Jenis Pengujian Parameter Uji 1 Pengujian A Uji Mutu ( SNI Beras) Sampel Mutu - Derajat sosoh - Butir Mengapur Beras - Kadar Air - Keretakan - Butir Kepala - Derajat Putih - Butir Patah - Kebeningan - Butir Menir - Berat 1000 Butir - Butir Merah - Densitas - Butir Kuning/Rusak - Ketebalan B Uji Keamanan pangan - Logam berat (Pb, Cd, As, Sn, Hg) - Residu Pestisida - Pemutih C Uji Gizi - Karbohidrat - Vitamin b1 - Protein - Mineral - Lemak - Serat 2 Pengujian A Uji Mutu (SNI Jagung, Bahan pakan ternak) Sampel Mutu - Kadar air Jagung Pakan - Protein Kasar - Mikotoksin - Aflatoksin - Ochratoksin B Uji Makroskopis - Biji Rusak - Biji Pecah - Biji Berjamur - Biji Pecah 3 Pengujian A Uji Mutu (SNI kedelai) Sampel Mutu - Kadar air Kedelai - Butir Belah - Butir Rusak - Butir Warna lain - Kotoran - Butir Keriput B Uji Keamanan pangan - Logam berat (Pb, Cd, As, Sn, Hg) - Residu Pestisida C Uji Gizi - Karbohidrat - Vitamin b1 - Protein - Mineral - Lemak - Serat 28

34 5.2. Satuan Kerja Dekonsentrasi Provinsi a. Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013, seluruh produk organik yang beredar di wilayah Indonesia baik produksi dalam negeri maupun pemasukan (impor) harus mencantumkan logo organik Indonesia. Pelaku usaha yang ingin mendapatkan sertifikasi organik harus memenuhi persyaratan teknis sebagaimana tertuang dalam SNI 6729 tahun 2016 tentang Sistem Pertanian Organik dan persyaratan manajemen sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat sertifikasi pertanian organik tidak hanya didasarkan pada penilaian produk akhir saja, melainkan dimulai dari proses produksi sampai distribusi yang terdokumentasi, diperlukan pendampingan oleh pihak terkait baik Pemerintah Pusat, Daerah maupun instansi lainnya. Gambar 5. Alur Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik Sertifikasi Organik dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Untuk sertifikasi organik berbasis kelompok, poktan/gapoktan organik selain menerapkan budidaya organik juga harus menerapan sistem kendali internal (Internal Control System/ICS) untuk menjamin integritas organik produk yang dihasilkan. Tahapan pelaksanaan sertifikasi sistem pertanian organik yang perlu dilaksanakan antara lain: 29

35 1) Identifikasi Dinas lingkup pertanian provinsi melakukan identifikasi calon pelaku usaha yang akan dibina dan proses pengusulan dapat dikoordinasikan dengan dinas kabupaten/kota. 2) Apresiasi dan Sosialisasi Apresiasi dan sosialisasi bertujuan untuk mensosialisasikan standar dan regulasi yang dijadikan acuan dalam penerapan sistem pertanian organik. Apresiasi juga bertujuan untuk membangun komitmen poktan/gapoktan dalam menerapkan sistem pertanian organik dan mengikuti sertifikasi organik berbasis kelompok. Untuk penerapan sistem pertanian organik materi yang harus disosialisasikan pada poktan/gapoktan organik adalah SNI 6729:2016 dan/atau peraturan perundangundangan yang mengatur Sistem Pertanian Organik, sertifikasi berbasis kelompok dan strategi membangun bisnis organik. Meskipun sudah melakukan praktek budidaya organik, pada saat apresiasi sebaiknya disosialisasikan tentang manfaat bertani organik dan teknologi pembuatan pupuk organik dan biopestisida organik. 3) Pembentukan Tim Internal Control System (ICS) Untuk sertifikasi organik berbasis kelompok, poktan/gapoktan harus membentuk Tim Internal Control System (ICS). Tim ICS harus diintegrasikan dalam struktur organisasi poktan/gapoktan organik yang sudah ada. 4) Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu) Bimbingan teknis penyusunan dokumen sistem mutu dilakukan langsung di poktan/gapoktan CP/CL, dipandu oleh Penyuluh/Petugas dari Kabupaten/ Kota/Provinsi/Pusat. Dokumentasi Sistem Mutu untuk sertifikasi sistem Pertanian organik berbasis kelompok terdiri atas: Panduan Penerapan Sistem Kendali Internal (Internal Control System/ICS) 30

36 Prosedur Budidaya Organik Prosedur Pembuatan Pupuk Organik Prosedur Pembuatan Pestisida Organik Prosedur Penanganan Pascapanen Peta Lahan Formulir pencatatan (catatan budidaya organik, panen, penyimpanan hasil panen, pengiriman dan penjualan) 5) Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu) Sebagai acuan penerapan sistem pertanian organik bagi poktan /gapoktan, dokumen sistem mutu harus disosialisasikan kepada seluruh anggota. Penyuluh/Petugas dari Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat harus membantu mensosialisasikan dokumen sistem mutu. Kegiatan sosialisasi dokumen sistem mutu harus didokumentasikan 6) Penerapan Sistem Penerapan Sistem Pertanian Organik Untuk sertifikasi berbasis kelompok, pelaku usaha harus menerapkan Internal Control System (ICS) dengan tahapan sebagai berikut: Pendaftaran Petani. Seluruh petani yang tergabung dalam program sertifikasi organik berbasis kelompok harus didaftar oleh Tim SKI. Inspeksi Internal. Pengawas internal dari Tim SKI melakukan inspeksi internal penerapan sistem pertanian organik terhadap seluruh petani anggota kelompok yang sudah didaftar. Persetujuan & Sanksi. Hasil inspeksi internal diputuskan dalam komisi persetujuan dengan status (organik, konversi tahun 1, konversi tahun 2) dan direkapitulasi dalam form Daftar Petani yang disetujui (Approved Farmer List (AFL). Masing-masing petani anggota harus mencatat kegiatan budidaya dalam form pencatatan yang sudah disediakan atau mencatat dalam buku. 7) Pra Assessment Pra Assessment dilakukan untuk memastikan persyaratan sertifikasi pertanian organik baik aspek teknis maupun manajemen telah dipenuhi oleh poktan/gapoktan organik. 31

37 Pra assessment dilakukan oleh Petugas Pusat/Provinsi dengan menggunakan Cek List Pra Assessment. 8) Tindakan Perbaikan Temuan ketidaksesuaian pada saat pra assessment harus diperbaiki sebelum mengajukan permohonan sertifikasi organik ke Lembaga Sertifikasi Organik. 9) Permohonan Sertifikasi Organik Gambar 6. Alur Proses Permohonan Sertifikasi Organik 10) Pengajuan Registrasi PSAT Produk yang sudah disertifikasi organik harus didaftarkan registrasi PSAT ke Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P)/ Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D). 11) Proses Hibah Dinas Pertanian Provinsi harus menyerahkan sertifikat organik kepada poktan/gapoktan organik melalui mekanisme hibah. 32

38 b. Fasilitasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan (Komoditi Non Organik) Jaminan mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian (terutama pangan) dapat diberikan melalui mekanisme sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi dan/atau registrasi pangan yang dilakukan oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKP-P) maupun Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D). Untuk mendukung proses pelaksanaan hal tersebut diatas, beberapa penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan produk, beberapa fasilitasi yang diperlukan antara lain: pelaksanaan uji mutu (padi, jagung pakan, dan kedelai) pengajuan proses registrasi bagi pelaku usaha pangan yang telah lulus dari uji mutu pengajuan sertifikasi bagi pelaku usaha beras. Dalam melakukan uji mutu padi, jagung pakan dan kedelai, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan uji mutu antara lain aspek fisik, biologi, dan kimia. Proses pengujian dilaksanakan di laboratorium yang memiliki ruang lingkup uji yang dibutuhkan (diakui dan/atau diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional). Dalam hal ini, untuk kelancaran proses pelaksanaan uji mutu perlu disusun panduan teknis proses pengambilan contoh, panduan teknis proses sertifikasi produk, baik organik maupun non-organik serta panduan teknis registrasi. 33

39 Gambar 7. Alur Proses Pembinaan Penerapan Jaminan Mutu melalui Sertifikasi dan/atau Registrasi Non-Organik Tahapan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan sertifikasi dan/atau registrasi produk non-organik sebagai berikut: 1) Identifikasi Dinas lingkup pertanian provinsi melakukan identifikasi calon pelaku usaha yang akan dibina dan proses pengusulan dapat dikoordinasikan dengan dinas kabupaten/kota. 2) Apresiasi dan Sosialisasi Apresiasi bertujuan untuk mensosialisasikan standar dan atau regulasi yang dijadikan sebagai acuan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Untuk fasilitasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan materi yang harus disosialisasikan adalah prinsipprinsip mutu dan keamanan pangan, Permentan Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan, Good Manufacturing Practices (GMP). Khusus untuk penerapan sistem jaminan mutu dengan target sertifikasi HACCP, selain materi tersebut juga harus 34

40 disosialisasikan SNI CAC/RCP-1: 2011 tentang Rekomendasi Nasional Kode Praktis-Prinsip Umum Higiene Pangan. 3) Pembentukan Tim Keamanan Pangan Untuk penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan harus dibentuk Tim Keamanan Pangan terdiri dari anggota poktan/gapoktan yang memahami sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Pada tahap awal Tim Keamanan Pangan bertugas untuk menyusun dokumen sistem mutu, mensosialisasikan penerapan sistem jaminan mutu kepada anggota. 4) Bimbingan Teknis Penyusunan Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu) Bimbingan teknis penyusunan dokumen sistem mutu dilakukan langsung di poktan/gapoktan CP/CL, dipandu oleh Penyuluh/ Petugas dari Kabupaten/Kota/ Provinsi/Pusat. Dokumen Sistem Mutu untuk Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan terdiri atas: Panduan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan. Khusus untuk fasilitasi penerapan Sistem HACCP harus disusun disusun Rencana Penerapan HACCP (HACCP Plan) Standar Operasional Prosedur Sanitasi (SOP Sanitasi) Standard Sanitation Operation Procedure (SSOP) Standar Operasional Procedure (SOP) Penggilingan Padi Formulir pencatatan penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan 5) Sosialisasi Dokumentasi Sistem Mutu (Doksistu) Sebagai acuan penerapan sistem jaminan mutu bagi poktan /gapoktan, Dokumen sistem mutu harus disosialisasikan kepada seluruh anggota. Penyuluh/Petugas dari Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat harus membantu mensosialisasikan dokumen sistem mutu. Kegiatan sosialisasi dokumen sistem mutu harus didokumentasikan 35

41 6) Penerapan Sistem Jaminan Mutu Dokumen sistem mutu yang telah disusun harus diterapkan oleh poktan/gapoktan dan diterapkan dalam operasionalisasi kegiatan secara konsisten. Penerapan tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan pencatatan. Peran penyuluh/pendamping dan tim keamanan pangan sangat diperlukan; Validasi penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dilakukan melalui pengujian keamanan pangan untuk minimal uji residu pestisida, residu logam berat terhadap sampel produk yang dihasilkan poktan/gapoktan. Pengujian harus dilakukan oleh Laboratorium yang terakreditasi. Namun demikian untuk meningkatkan daya saing produk hasil pertanian dapat dilakukan uji nutrisi. Verifikasi dilakukan untuk memastikan keberhasilan penerapan sistem mutu. 7) Permohonan Sertifikasi HACCP Gambar 8. Alur Permohonan Sertifikasi HACCP 36

42 Seluruh tahapan proses penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan, dilakukan pada lokasi CP/CL dan harus diikuti oleh anggota/pengurus yang berasal dari poktan/gapoktan, penyuluh, dan petugas dinas kabupaten/kota/provinsi. 37

43 VI. FASILITASI PEMASARAN DAN INVESTASI HASIL TANAMAN PANGAN 6.1. Satuan Kerja Pusat Komponen utama pengembangan pemasaran dan investasi pada satuan kerja pusat yaitu a. pengembangan kebijakan pemasaran dan investasi. b. sosialisasi atau bimbingan pemasaran dan investasi c. koordinasi pemasaran dan investasi. Salah satu agenda koordinasi pemasaran dan investasi adalah ikut terlibat dan Fasilitasi Pasar Lelang Penas Gambar 9. Skema Pengembangan Pemasaran dan Investasi 38

44 6.2. Satuan Kerja Dekonsentrasi Provinsi a. Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar Tanaman Pangan (Provinsi & Kabupaten) Penyelenggaraan Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) terdiri dari 3 (tiga) sub sistem yaitu: metode, sumberdaya manusia (SDM) dan sumber dana. Metode PIP terdiri dari pengumpulan, pengolahan, pengiriman, penganalisaan serta penyebarluasan data/informasi pasar. SDM PIP adalah Petugas PIP atau Pejabat Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP) tingkat terampil dan ahli baik di provinsi maupun kabupaten yang mempunyai tugas pokok menyiapkan, melaksanakan, menganalisa dan mengkaji kebijakan dan mengembangkan pelayanan di bidang pemasaran hasil pertanian. Sumber dana adalah biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan PIP yang dialokasikan pada dana Dekonsentrasi. Berikut diuraikan secara rinci metoda pelaksanaan PIP yaitu: 1) Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data harga, data pasokan dan permintaan (supply-demand), data biaya usaha tani, data biaya pemasaran serta data supplier komoditas tanaman pangan. Data harga terdiri dari data harga tingkat produsen, grosir dan eceran. Data pasokan (supply) terdiri dari data produksi per bulan dan data tonase produk yang dijual di setiap lokasi pasar pengumpulan data harga. Data permintaan (demand) terdiri dari data permintaan pasar dan permintaan industri/perusahaan pengolahan/eksportir. Data biaya usaha tani terdiri atas data atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan usaha tanitermasuk data penerimaan dan keuntungan. 39

45 Data biaya pemasaran terdiri atas data/biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran mulai dari tingkat produsen sampai dengan konsumen. Data supplier terdiri dari data pemasok komoditas tanaman pangan, termasuk jenis komoditi beserta jumlah yang ditawarkan. 2) Jenis Data Data Harga Produsen: Pencatatan harga tingkat produsen dilakukan di daerah sentra produksi pada masing-masing kabupaten yaitu di tempat-tempat perdagangan (seperti pasar pengumpul desa/kecamatan), rumah/gudang pedagang pengumpul, pinggir jalan, atau tempat lain yang biasa dipergunakan sebagai lokasi transaksi jual-beli. Kabupaten sentra produksi terpilih adalah beberapa kabupaten yang produksinya terbesar berdasarkan data produksi yang tersedia pada Dinas lingkup Pertanian. Dari kabupaten sentra terpilih kemudian ditentukan 2-3 kecamatan sentra. Harga tingkat produsen atau harga jual petani adalah harga penjualan petani kepada pedagang pengumpul, pedagang antar daerah atau kepada pabrik pengolahan hasil pertanian. Atau sebaliknya adalah pembelian pedagang pengumpul/pedagang antar daerah/perusahaan pengolahan kepada petani. Data Harga Grosir/ Borongan Data harga grosir dikumpulkan dari pasar grosir di ibukota propinsi. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli produk pertanian secara grosir/borongan (bukan eceran), lebih diutamakan di pasar induk. Harga tingkat grosir yaitu harga penjualan pedagang grosir kepada pedagang pengecer atau 40

46 harga pembelian oleh pedagang pengecer kepada pedagang grosir. Data Harga Eceran Harga eceran dikumpulkan dari pasar pengecer di seluruh ibukota propinsi diseluruh Indonesia. Lokasi pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli produk pertanian secara eceran. Harga eceran yaitu harga penjualan pedagang pengecer kepada konsumen atau harga pembelian oleh konsumen kepada pedagang pengecer. Data Pasokan dan Permintaan (Supply Demand) Data supply yang diperlukan dalam sistem PIP ini adalah data produksi per propinsi serta tonase/volume produk yang diperdagangkan di pasar/lokasi pengumpulan harga grosir untuk komoditas unggulan yang telah ditentukan sebagai data informasi harga. Data demand adalah data permintaan perusahaan pengolahan/eksportir/ hotel /restoran dan lain-lain. Data Analisa Usahatani (Biaya Usahatani) Data Analisa Usahatani (Biaya Usahatani) sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keuntungan petani. Data ini dikumpulkan setahun setiap akhir musim panen untuk komoditi unggulan (padi, jagung dan kedelai). Data yang dikumpulkan meliputi: a. Penerimaan (R = Revenue), merupakan penjualan hasil produksi, dimana nilai penerimaan diperoleh dari perhitungan harga per satuan hasil dikalikan dengan volume hasil produksi. b. Pengeluaran (C= Cost), merupakan penjumlah semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. c. Keuntungan (B= Benefit), merupakan hasil yang diperoleh dari pengurangan nilai penerimaan dengan pengeluaran. Di dalam perhitungan keuntungan dicantumkan juga perhitungan: 41

47 R-C rasio, merupakan perhitungan dari perbandingan antara penerimaan (R) dengan pengeluaran (C). B-C rasio, merupakan perhitungan dari perbandingan antara keuntungan (B) dengan pengeluaran (C) Keuntungan perbulan, merupakan asumsi dari keuntungan yang diterima per bulan selama satu kali periode proses produksi. Keuntungan per satuan hasil, merupakan asumsi dari keuntungan yang diterima persatuan hasil produksi. Data Analisa Biaya Pemasaran Data Analisa Biaya Pemasaran adalah data biayabiaya yang dikeluarkan oleh setiap tingkat pedagang pada masing-masing tahap dalam rantai pemasaran. Data ini sangat diperlukan untuk mengetahui margin pemasaran dari setiap tingkat pedagang dan pangsa pasar yang diterima oleh petani dari harga yang dibayarkan konsumen akhir. Data yang dikumpulkan meliputi data penjualan petani/pembelian oleh pedagang tingkat I (tahap I dalam rantai pemasaran) sampai dengan harga pembelian oleh konsumen. Secara rinci, contoh tabel perhitungan analisa biaya pemasaran tercantum. Data Supplier Data supplier yang dimaksud adalah data pemasok komoditas tanaman pangan. Data tersebut meliputi: a. Nama supplier b. Nama perusahaan c. Data perusahaan meliputi provinsi, kabupaten/kota, alamat, nomor telpon, nomor faximili, alamat dan nama contact person) d. Jenis usaha (produsen/perdagangan domestik/eksportir/importir/usaha lainnya) 42

48 e. Skala Usaha (kecil/menengah/besar) f. Jenis Komoditi (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan) g. Jenis Produk (segar dan atau olahan) h. Jumlah penawaran/supply (ton) 3) Jenis Harga Komoditas Jenis harga komoditas tanaman pangan yang tercakup dalam pelaksanaan PIP ini yaitu harga Gabah Kering Panen (GKP) berjenis beras medium, Gabah Kering Giling (GKG) berjenis beras medium, beras medium, beras premium, beras ketan putih, beras ketan hitam, jagung pipilan kering, kedelai lokal biji kering, kacang tanah lokal polong basah, kacang hijau biji kering, ubi kayu basah, ubi jalar basah, dan gaplek gelondongan. 4) Responden Seperti yang telah dijelaskan sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, maka responden yang dijadikan sebagai sumber informasi tersebut adalah sebagai berikut: a. Responden untuk harga produsen adalah: 1) Petani (harga penjualan kepada pedagang pengumpul atau perusahaan pengolahan hasil) 2) Pedagang pengumpul (harga pembelian dari petani) 3) Penggilingan padi (harga beli gabah dari petani) 4) Perusahaan pengolahan hasil (harga beli dari petani) b. Responden untuk harga grosir adalah: 1) pedagang grosir (harga penjualan kepada pengecer) 2) pedagang pengecer (harga pembelian dari pedagang grosir) 3) penggilingan padi (harga jual beras kepada pedagang pengecer atau pedagang antar daerah) 43

49 c. Responden untuk harga eceran adalah: 1) pedagang pengecer (harga penjualan kepada konsumen) 2) konsumen (harga pembelian dari pedagang pengecer) Jumlah responden yang diambil untuk setiap komoditi adalah 5 orang. Metode penentuan harganya adalah metoda rata-rata tanpa nilai ekstrim yaitu dengan menghilangkan nilai ekstrim tinggi dan rendah. Sebagai contoh: Responden A Rp ,- Responden B Rp. 1700, Responden C Rp. 2150,- Responden D Rp. 2200,- Responden E Rp. 2500, Harga yang terjadi adalah : ( ) : 3 = 2150 d. Responden untuk data produksi dan data tonase adalah: Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian propinsi/kabupaten dan data tonase diperoleh dari Dinas Pasar pada lokasi pengumpulan data harga grosir. e. Responden untuk data biaya usaha tani adalah: 1) petani/poktan/gapoktan sebagai produsen komoditas tanaman pangan 2) pedagang sarana produksi (harga sarana produksi). f. Responden untuk data biaya biaya pemasaran adalah: 1) petani/produsen komoditas TPH 2) pedagang pengumpul, pedagang grosir 44

50 dan pedagang pengecer (semua pedagang yang terlibat dalam satu mata rantai pemasaran). g. Responden untuk data supplier adalah: Data supplier diperoleh dari perusahaan pemasok yang bergerak di sub sektor tanaman pangan, gapoktan, dinas lingkup tanaman pangan daerah (provinsi/kabupaten), instansi terkait maupun sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan kevalidan datanya. 5) Waktu dan Frekuensi Waktu pencatatan data harga adalah pada saat transaksi jual beli paling ramai, dengan frekuensi pengumpulan data setiap hari kerja (Senin sampai Jumat). Data produksi dikumpulkan dan dikirim setiap bulan, sedangkan data tonase/volume perdagangan di pasar/lokasi pengumpulan data, dikumpulkan dan dikirim setiap minggu. Data Analisa Usahatani dan Data Biaya Pemasaran dikumpulkanpada setiap akhir musim tanam (Musim Hujan/MH, Musim Kering I/MK I, Musim Kering II/MK II). Untuk data supplier dikumpulkan setiap bulan. 6) Pengiriman Data & Penyebarluasan Informasi Seluruh darat yang diinput dikirimkan secara online melalui enteri.asp untuk harga tingkat kabupaten dan untuk tingkat provinsi. Penyebaran informasi di tingkat provinsi, data/informasi harga grosir, harga produsen dan eceran komoditas unggulan daerah bisa disebarluaskan secara kontiniu melalui berbagai media daerah yaitu: a. Radio (RRI, Radio Pemda dan atau Radio Swasta) b. Surat Kabar, Tabloid, atau majalah 45

51 c. Papa n Harga d. W e b s i t e Di tingkat pusat, data harga grosir dan produsen yang diterima dari Dinas Provinsi dan Kabupaten disebarluaskan secara kontinyu melalui: a. b. c. 7) Pelaporan Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seluruh petugas PIP harus melaporkan data harga secara harian dan data produksi/tonase secara bulanan ke Pusat (Subdit Pemasaran dan Investasi, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan). Petugas PIP juga harus mengirimkan Buletin Pemasaran atau Laporan Tahunan kepada Pusat PIP secara periodik (bulanan atau tahunan). 1) Jumlah/volume yang dibutuhkan (tonase) 2) Daerah asal produk. b. Pemantauan Stok Tanaman Pangan Cadangan pangan khususnya produk tanaman pangan (padi/beras, jagung & kedelai) merupakan komponen yang sangat penting dalam penyediaan pangan, karena dapat difungsikan sebagai stabilisator pasokan pangan pada saat produksi atau pasokan tidak mencukupi. Informasi mengenai stok produk tanaman pangan ini sangat penting untuk mengetahui situasi ketahanan pangan, baik di tingkat rumah tangga maupun wilayah (kabupaten, provinsi, nasional). Informasi stok beras pemerintah relatif lebih mudah diperoleh karena dilakukan oleh instansi pemerintah (pada saat ini BULOG), sedangkan informasi mengenai stok gabah/beras di masyarakat lebih sulit diperoleh dan tidak tersedia secara rutin. Di sisi lain data stok ini sangat dibutuhkan dalam 46

52 penentuan kebijakan sektor pertanian karena menyangkut ketersediaan pangan di suatu wilayah. Mengingat informasi tersebut sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan apakah harus melakukan impor atau tidak, harus mendatangkan beras dari wilayah lain atau tidak, dan cadangan beras mencukupi atau tidak, maka diperlukan pemantauan stok gabah/beras. Untuk mengetahui stok gabah/beras di suatu wilayah perlu dilakukan survei. Namun demikian, survei membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang cukup besar. Oleh karena itu, diperlukan pendugaan stok gabah/beras di suatu wilayah melalui pemantauan stok. Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data stok gabah/beras di rumah tangga petani dan penggilingan dan menduga stok gabah/beras di wilayah sampel. 1) Metodologi Secara umum pemegang stok gabah/beras dibagi menjadi dua yaitu: (1) Pemerintah dan (2) Masyarakat. Besaran stok di pemerintah relatif lebih mudah diketahui, sedangkan besaran stok di masyarakat tidak mudah untuk diketahui setiap saat. Untuk mengetahui dengan lebih obyektif dilakukan pemantauan melalui Sistem Aplikasi Pemantauan Stok. Total stok di suatu wilayah Secara matematis, ketersediaan beras secara nasional adalah produksi dalam negeri ditambah ekspor netto (impor dikurangi ekspor) ditambah stok periode sebelumnya. Jika lingkupnya wilayah maka ketersediaan beras adalah produksi wilayah tersebut ditambah distribusi masuk dikurangi keluar dan ditambah stok periode sebelumnya. Beras yang tersedia ini digunakan untuk kebutuhan dalam negeri yang terdiri dari konsumsi penduduk, bibit, industri pengolahan dan sebagainya. Sedangkan sisanya merupakan stok yang berada di pemerintah dan masyarakat (BPS, 2002). 47

53 Rumah tangga petani (produsen) Rumah tangga petani (produsen) adalah rumah tangga dimana salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengusahakan tanaman padi dan melakukan panen, sehingga mempunyai kontribusi terhadap produksi padi (BPS, 2004). Stok gabah/beras di rumah tangga Stok gabah/beras di rumah tangga adalah banyaknya gabah/beras yang disimpan di rumah tangga baik untuk keperluan cadangan maupun untuk konsumsi sehari-hari (BPS dan BBKP, 2004). Penggilingan Penggilingan adalah perusahaan yang melakukan proses pengolahan padi mulai dari gabah menjadi beras. Penggilingan dimaksud adalah penggilingan yang selain melayani jasa pengolahan gabah menjadi beras juga melakukan pembelian atau penjualan gabah/beras dengan pihak lain, tidak termasuk penggilingan yang hanya melayani jasa pengolahan gabah menjadi beras saja. Stok gabah/beras di penggilingan Stok gabah/beras di penggilingan adalah banyaknya gabah/beras yang disimpan di penggilingan dan dimiliki/dikuasai oleh perusahaan penggilingan. Tidak termasuk cadangan (stok) milik pihak lain yang menyimpan atau menitipkan gabah/berasnya di penggilingan tersebut. 2) Parameter Yang Dipantau a. Harga dan Volume Stok 1) Harga Jual GKG /Beras (Rp/kg) petani ke pengumpul atau ke penggilingan 2) Harga Pembelian GKG /beras (Rp./kg) Penggilingan dari Pengumpul atau Petani 48

54 3) Stok Gabah (kg) dan Beras (kg) di Rumah Tangga Petani Gabah (kg) dan Beras (kg). 4) Stok Gabah (kg) dan Beras (kg) di Penggilingan Empat data yang tersebut diatas merupakan data input (n) yang dikirimkan melalui SMS, sedangkan data pendukungnya berupa jumlah rumah tangga petani padi (N) dan jumlah penggilingan (N). Dimana jumlah rumah tangga petani padi dapat diperoleh dari Sensus Pertanian tahun 2013, selanjutnya jumlah penggilingan bersumber dari Dinas Pertanian Kabupaten/Provinsi. b. Jumlah Sampel Rumah Tangga Kelompok Tani dan Penggilingan Jumlah sampel rumah tangga petani (Ketua Kelompok Tani) dan penggilingan padi ditetapkan sekitar 20 sampel, terdiri dari 15 sampel rumah tangga petani (Ketua Kelompok Tani) dan 5 sampel penggilingan padi. c. Jumlah Sampel Rumah Tangga ( RT) Petani Untuk Rumah Tangga (RT) Petani, responden yang diambil sampel adalah Ketua Kelompok Tani, dimana kriteria sampel rumah tangga petani dikelompokan berdasarkan kepemilikan lahan, terdiri dari RT petani yang memiliki 0,5 ha; 0,5 1 ha; dan > 0,5 ha, masing-masing 5 sampel, sehingga berjumlah 15 sampel rumah tangan petani dalam satu kabupaten. Diharapkan sampel dalam kabupaten berasal dari kecamatan yang berbeda. d. Jumlah Sampel Penggilingan Padi Untuk Penggilingan Padi, responden yang diambil sampel adalah pengelola penggilingan padi, dimana kriteria sampel penggilingan padi dikelompokkan berdasarkan kapasitas giling yang terdiri dari Penggilingan Kecil (kapasitas giling 500 kg/jam), Penggilingan Sedang (kapasitas giling 500 kg/jam kg/jam); dan Penggilingan Besar (kapasitas 49

55 giling > kg/jam), masing-masing 2 sampel, sedangkan untuk penggilingan besar hanya 1 sampel. Diharapkan sampel dalam kabupaten berasal dari kecamatan yang berbeda. e. Pengumpulan dan Pengiriman Data Stok Pengumpulan dan pengiriman data dilakukan pada tiap bulan melalui aplikasi secara online melalui Petugas pemantauan stok gabah/beras akan mendapatkan honor dan operasional pengumpulan dan pengiriman data. Data yang terkumpul ditingkat pusat akan diolah untuk dianalisis sehingga terlihat perkembangan stok gabah/beras di tingkat penggilingan dan rumah tangga petani. Pendataan terhadap stok di tingkat penggilingan padi dan rumah tangga petani dilakukan secara langsung oleh petugas yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun. f. Formulasi Pendugaan Stok Gabah dan Beras stok gabah petani = Ŝ stok gabah petani = Xi1/n1.N1 stok beras petani = Ŝ stok beras petani = Xii1/n1.N1 stok gabah penggilingan = Ŝ stok gabah penggilingan = Xi2/n2.N2 stok beras penggilingan = Ŝ stok gabah petani = Xi2/n2.N2 Stok setara beras = (GKP X 0,6174) + Beras Xi1 = Jumlah stok gabah petani sampel Xii1 = Jumlah stok beras petani sampel n1 = Jumlah petani sampel N1 = Jumlah rumah tangga petani kabupaten/propinsi/nasional, sumber data dari sensus pertanian (BPS) tahun Xi2 = Jumlah stok gabah penggilingan sampel Xii2 = Jumlah stok beras penggilingan sampel n2 = Jumlah penggilingan sampel N2 = Jumlah penggilingan kabupaten/propinsi/nasional, sumber data dari Dinas Pertanian. 3) Metode Analisis Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif yang akan memetakan atau menggambarkan lokasi penyebaran, keadaan stok gabah/beras dan kinerja serta pemasaran gabah/beras pada penggilingan terpilih. 50

56 Data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuisioner akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosentase dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. c. Pengawalan Pengembangan Potensi Ekspor Komoditas Tanaman Pangan Kegiatan pengawalan pengembangan potensi ekspor komoditas tanaman pangan merupakan kegiatan yang dilakukan di tingkat Provinsi yang dilaksanakan dalam bentuk pertemuan dengan tahapan sebagai berikut: Mengidentifikasi lokasi dan komoditas tanaman yang memiliki potensi untuk ekspor Koordinasi dengan Pusat dan Kabupaten terkait potensi dan peluang ekspor dan investasi Menentukan komoditas tanaman pangan, konsep kerjasama dan pelaku usaha untuk pengembangan ekspor dan peluang investasi. Melakukan sosialisasi terkait komoditas yang berpotensi ekspor dan peluang-peluang investasi. Penyusunan pelaksanaan kegiatan d. Koordinasi Pelaku Usaha Pengumpul Jagung dan Usaha Pakan Kegiatan koordinasi pelaku usaha pengumpul jagung dan usaha pakan merupakan kegiatan yang dilakukan di tingkat Provinsi yang dilaksanakan dalam bentuk pertemuan dengan tahapan sebagai berikut: Koordinasi dengan Pusat dan Kabupaten serta pelaku usaha dan mengumpulkan data dan informasi terkait dengan harga, rantai pasok dan pabrikan pakan Melaksanakan rapat dengan pelaku usaha pengumpul jagung Melaksanakan kunjungan lapang terkait pengumpulan data Penyusunan laporan pelaksanaan 51

57 VII. MONITORING, EVALUASI & PELAPORAN 7.1. Monitoring dan Evaluasi Pembinaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan dilaksanakan melalui berbagai cara antara lain monitoring dan evaluasi agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu, diperlukan pengawalan terhadap Kelompok tani/gapoktan/ UPJA/Masyarakat penerima bantuan pemerintah secara intensif dan berkelanjutan. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota secara regular untuk mengetahui perkembangan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan sehingga dapat mengatasi permasalahan yang muncul di lapangan Pelaporan Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari penerima bantuan pemerintah, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian Provinsi hingga Pusat (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian) dengan alamat: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jalan Ragunan Nomor. 15 Pasar Minggu Jakarta Selatan, Telp : (021) Fax : (021) dit.pphtp@gmail.com 52

58 Beberapa jenis laporan yang penting untuk diperhatikan oleh dinas pertanian provinsi sebagai berikut: 1. Laporan Inventarisasi dan Evaluasi Pemanfaatan Alsintan 2. Laporan Perbandingan Penggunaan Sarana Pascapanen Secara Tradisional dan Mekanisasi 3. Laporan Perkembangan Pemanfaatan Unit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 4. Laporan Pelaksanaan Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian Organik 5. Laporan Pelaksanaan Fasilitasi Penerapan Uji Mutu Padi, Jagung, dan Kedelai 6. Laporan Pelaksanaan Penerapan Jaminan Mutu Pangan Non Organik (Registrasi) 7. Form Pelaporan Kegiatan Pemasaran dan Investasi Tahun

59 VIII. PENUTUP Keberhasilan kinerja kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA sangat ditentukan oleh kesiapan dari instansi pelaksana, proses penyiapan dokumen administrasi, serta koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan melibatkan stakeholder terkait. Dalam mempertajam pelaksanaan kegiatan masing-masing, akan disusun panduan atau pedoman teknis atau standar operatioan procedure (SOP). Agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan maka pedoman pelaksanaan kegiatan ini dibuat agar dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA baik di tingkat pusat, daerah, maupun instansi terkait lainnya. 54

60 LAMPIRAN 55

61 Lampiran 1. Alokasi Anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017 NO. PROGRAM KEGIATAN OUTPUT KEGIATAN OUTCOME JENIS BANTUAN JUMLAH (UNIT) INPUT KEGIATAN (Rp. 000) KET 1 Program Peningkatan Pengolahan dan Produksi, Produktivitas dan Pemasaran Hasil Mutu Hasil Tanaman Pangan Tanaman Pangan 1 Fasilitas sarana Penurunan susut hasil dan Combine Harvester Kecil Pengadaan Pusat pascapanen tanaman peningkatan mutu pangan (6.224 Unit) Combine Harvester Kecil Prov/130 Kab Combine Harvester Sedang Prov/124 Kab Combine Harvester Besar Pengadaan Pusat Combine Harvester Besar Prov/196 Kab Vertikal Dryer Padi + Bangunan Kap Prov/2 Kab Ton/Proses RMU Beras Organik Prov/1 Kab RMU + Packing Daerah Perbatasan Prov/15 Kab Sarana Penanganan dan Pengemasan Prov Beras Bermutu (Grading dan Packing) Corn Combine Harvester Pengadaan Pusat Corn Sheller Pengadaan Pusat Corn Sheller Prov/175 Kab Power Thresher Multiguna Pengadaan Pusat Power Thresher Multiguna Prov/73 Kab 2 Fasilitas penerapan Meningkatnya kualitas produk Sertifikasi Organik Prov standardisasi dan tanaman pangan yang memiliki mutu hasil tanaman jaminan mutu dan keamanan pangan (60 pangan sesuai dengan standar Sertifikasi/Register) yang telah ditetapkan Penerapan SNI beras Prov (non organik) 6 Uji Mutu Beras, Jagung & Kedelai Beras : Beras : 28 Prov; Sampel; Jagung Jagung : 8 Prov; : 100 Sampel; Kedelai : 4 Prov Kedelai : 14 Sampel 3 Pengembangan Meningkanya akses pemasaran Pengembangan PIP Prov / 200 Kab Pemasaran dan produk tanaman pangan yang Investasi Tanaman berdaya saing Pangan (200 Informasi Pasar) Pemantauan Stok Provinsi / 60 Kab 4 Peningkatan meningkanya nilai tambah Pembinaan & Pengawalan UPH Provinsi Pengolahan Hasil produk tanaman pangan Tanaman Pangan 56

62 Lampiran 2. Daftar Lembaga Sertifikasi Organik (Akreditasi) No. Nama Lembaga Sertifikasi Organik Alamat Ruang Lingkup 1 2 Lembaga Sertifikasi Graha Sucofindo Lt. 6 Jl. Raya Pasar Produk Segar (Tanaman dan Produk Organik Sucofindo Minggu Tanaman: pangan, hortikultura, palawija dan LSO-001-IDN Kav. 34 Jakarta perkebunan; Ternak dan produk Ternak: susu, telur, daging dan madu) Telp. (021) Lembaga Sertifikasi Jl. Raya Bogor Organik MAL Produk Segar:pangan, hortikultura, palawija LSO-002-IDN No. 19 Km Cimanggis Depok dan perkebunan; Ternak dan Produk Hasil Ternak: daging, susu, telur dan madu;pakan Ternak Lembaga Sertifikasi Jl. Tentara Pelajar No. 1 Bogor Telp. 3 Organik INOFICE (0251) Produk Segar Tanaman; Produk Segar Ternak LSO-003-IDN Lembaga Sertifikasi Jl. Raden Saleh No. 4 A Padang Telp. 4 Organik Sumatera Barat (0751) Produk Segar: pangan, hortikultura 5 LSO-004-IDN Lembaga Sertifikasi Organik LeSOS PO BOX 03 Trawas Mojokerto LSO-005-IDN Telp. (0321) Produk Segar Tanaman dan produk Tanaman 6 Lembaga Sertifikasi BIOCert Indonesia LSO-006-IDN Tlp/Fax. (0251) Komplek Budi Agung Jln. Kamper Blok M. No.1 Sukadamai-Bogor biocert@biocert.o r.id Tanaman dan produk tanaman, pangan, palawija, hortikultura, rem pah-rem pah, pemasar dan restoran, peternakan, perikanan dan produk khusus seperti jamur. Lembaga Sertifikasi Organik PERSADA Jl. Nogorojo No 20 Komplek polri, Gowok, Depok, Sleman Yogyakarta 7 LSO-007-IDN 8 Lembaga Sertifikasi Organik Sustainable Development Services (SDS) Telp. (0274) Jln. Letjen Suprapto XVIII No. 7A Kebonsari, Jember Jawa Timur LSO-008-IDN Tlp Fax adm in@sdsindon esia.com Tanaman dan produk tanaman:(pangan,palawija, hortikultura dan perkebunan); Produk ternak dan hasil peternakan: (telur, daging, susu,susu kambing dan madu); Produk-produk olahan tanaman dan ternak. Produk Segar Tanaman dan produk Tanaman 57

63 Lampiran 3. Lembaga Sertifikasi Produk Ruang Lingkup SNI Beras (Akreditasi) No. Nama Lembaga Sertifikasi Produk Alamat 1. PT. TUV NORD Indonesia Perkantoran Hijau Arkadia. Jl. LSPr-012-IDN Letjen TB. Simatupang Kav.88, Tower F part of 7th floor, suite 704. jakarta Selatan 12520, Indonesia Telp. (021) ILPro IPB Kampus IPB Baranangsiang, Jl. LSPro-030-IDN Pajajaran Bogor, Jawa Barat Telp. (0251) PT. Agri Mandiri Lestari JI. Taman Margasatwa NO.3 LSPro-042-IDN Ragunan, Pasar Minggu - Jakarta Selatan Kab. Kepulauan Seribu Jakarta Telp. (021)

64 Lampiran 4. Lembaga Sertifikasi HACCP Ruang Lingkup Tanaman Pangan No. Nama Lembaga Sertifikasi HACCP Alamat 1. PT. Mutuagung Lestari Jl. Raya Bogor Km. 33,5 No. 19, LSSHACCP-001-IDN Cimanggis Depok Telp. 021 : ; Fax : (Reny Rustianingsih) 2. PT. Embrio Biotekindo Jl. Pajajaran Indah V No. 1 LSSHACCP-002-IDN Baranang siang, Bogor 16143, Telp. (0251) (Heni Dwi Wahyuni) 3. PT. SGS International Certification Cilandak Commercial Estate #108 C, Jl. Services Indonesia Raya Cilandak KKO Jakarta LSSHACCP-003-IDN Selatan Telp. (021) (Magdalena Trisnawati) 4. Agro-Based Industry Certification Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor Services (ABICS) Telp. (0251) (Prof. Tun Tedja LSSHACCP-006-IDN Irawati) 5. PT TUV Rheinland Indonesia Menara Karya Lt. 10, Jl. HR Rasuna Said LSSHACCP-008-IDN Blok X-5 Kav 1-2, Jakarta Jakarta Selatan Telp. (021) (Ir. Yunus Aprianto) 6. PT SUCOFINDO (PERSERO) SBU Graha Sucofindo B1 Floor, Jl. Raya Pasar SERTIFIKASI ECO FRAMEWORK Minggu Kav 34 Telp. (021) (Ir. (SUCOFINDO - ICS) Triyan aidil Fitri). LSSHACCP-008-IDN 59

65 Lampiran 5. Laporan Pelaksanaan Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik Dinas Pertanian Provinsi. Tahun 2017 Tahapan Pembinaan dan Sertifikasi Pertanian Organik Luas No. Provinsi Target Proses Realisasi Keterangan Sosialisasi Doksistu Penerapan ICS Sertifikasi (ha) Sertifikasi Keterangan ICS Doksistu : Internal Control Systems : Dokumen Dokumen Sistem Mutu 60

66 Lampiran 6. Laporan Hasil Pengujian Mutu Tanaman Pangan Tahun 2017 Titik PARAMETER UJI MUTU Wilayah titik Pengumpul/ (SESUAI SNI) Lab. Hasil No. Provinsi Pengambilan Lokasi Hasil Uji Ket Contoh Beras Jagung Kedelai sampel Petani/Kelompok Tani Uji Mutu Analisa 61

67 Lampiran 7. Laporan Pembinaan Proses Sertifikasi/Registrasi Non Organik Tahapan Pembinaan dan Registrasi PSAT No Provinsi Target Apresiasi/ Penyusunan Penerapan Uji Keamanan Pengajuan Registrasi Realisasi Keterangan Sosialisasi Doksitu JMKP Pangan Registrasi PSAT PSAT Keterangan JMKP : Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Doksistu : Dokumen Sistem Mutu PSAT : Pangan Segar Asal Tumbuhan 62

68 Lampiran 8. Daftar OKKP-D Di Indonesia No. Provinsi Instansi Yang ditunjuk 1 Aceh BKPD Provinsi NAD Jl. T. Nyak Arif No. 24 Banda Aceh 2 Sumatera Utara BKPD Provinsi Sumatera Utara Jln Jenderal Besar Dr Abd Haris Nasution No 24 telp (061) Sumatera Barat BKPD Propinsi Sumatera Barat Jl. Raden Saleh Tlp. (0751) /54505/ No.4 Padang 4 Riau BKPD Provinsi Riau Jl. Kuantan Raya No 27 Tlp. (0761) Pekanbaru 5 Kep. Riau Dinas Pertyanian, Kehutanan dan Peternakan Jl. DI. Panjaitan Km 9 Komplek Ruko Bintan Center Blok E No Tlp (0771) Fax. (0771) Jambi BKPD Propinsi Jambi Jl. Samarinda Kotabaru Jambi Tlp. (0741) 42470,42795/ Sumatera Selatan BKPD Provinsi Sumatera Selatan Jln Kol H Berlian KM 6 No 82 Telp (0711) Bengkulu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Bengkulu- Padang Harapan. Bengkulu Telp.(0736) Lampung BKPD Provinsi Lampung Jln Drs Warsito No 78 telp. (0721) Bandar lampung 10 Banten BKPD Provinsi Banten Jln Jenderal Sudirman Ruko Glodok F.1-5 Kota Serang Baru-Serang-Banten 11 DKI Jakarta Dinas Pertanian Provinsi DKI Jakarta Jl. Gunung Sahari Jakarta 12 Jawa Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat Jln Suropati No 71 Bandung.Telp (022) Jawa Tengah BKPD Provinsi Jawa Tengah Jln Gatot Subroto, Tarubudaya Ungaran Semarang Telp. (024) DIY Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Yogyakarta Jln Sagan III No 4 Yogyakarta 15 Jawa Timur Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Surabaya Jln Jend. A Yani No 152 Wonocolo Surabaya 16 Bali Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Jln WR Supratman No 71 Denpasar telp. (0361) NTB BKP Provinsi NTB Jln Majapahit No 29 Mataram NTB telp (0370) NTT BBKP Provinsi NTT Jl. Polisi Militer -Kupang 19 Kalimantan Tengah Dinas Pertanian, Kehewanan, Kelautan dan Perikanan OKKPD Provinsi Kalimantan Tengah Jln Willem AS No 5 Palangkaraya Telp.(0536) Kalimantan Timur Dinas pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur Jln. Basuki Rahmat No 6 Samarinda Telp. (0541) Kalimantan Selatan Dinas Pertanian Jl. Panglima No. 5 Tlp. (0511) Fax. (0511) Banjarbaru 22 Kalimantan Barat Dinas Pertanian Provinsi Unit Ketahanan Pangan 23 Sulawesi Selatan BKP Provinsi Sulawesi selatan Jln Dr Sam Ratulangi No 47 Makassar 24 Sulawesi Barat Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Barat*) Jln Jenderal Sudirman No 34 Mamuju telp.(0426) Sulawesi Tenggara Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Jl. Balai Kota No. 6 Kendari Tlp. (0401) Sulawesi Tengah BKP Provinsi Sulawesi Tengah 27 Sulawesi Utara Dinas Pertanian dan Peternakan Kompl Pertanian Kalasey Kotak Pos Manado 28 Maluku Utara OKKPD Provinsi Maluku Utara Jln KOA Falang Raha Kel Kalumata Kota Ternate Selatan. Hp Gorontalo Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan. Jl. Andalas Komp. UPP III- IKIP Gorontalo 30 Papua Dinas Pertanian Provinsi Papua Jln Raya Kota Raja Jayapura 31 Maluku Dinas Pertanian Jl. WR. Supratman Tanah Tinggi 32 Papua Barat Dinas Pertanian Jl. Sausesa No. 40 Manokwari 33 Bangka -Belitung Badan Ketahanan Pangan Kep. Bangka Belitung Komp. Perkantoran dan Pemukiman Terpadu Pemprov. Kepulauan Babel 63

69 Lampiran 9. Laporan Perkembangan Pengadaan Sarana Pascapanen Tahun 2017 No. Jenis Sarana Pascapanen Volume (unit) Nilai (Rp) Penyaluran Kontrak Realisasi SP2D BASTB Rp % Unit % Unit % Rp % thd pagu % Thd Kontrak Proses Hibah Keterangan BASTB SP2D : Berita Acara Serah Terima Barang : Surat Perintah Pencairan Dana 64

70 Lampiran 10. Inventarisasi dan Evaluasi Pemanfaatan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan INVENTARISASI DAN EVALUASI PEMANFAATAN ALSINTAN Provinsi : Kabupaten/Kota : Jenis Alsintan :.. (Combine Harvester Besar, Combine Harvester Kecil/Sedang, RMU, Dryer, Power Threser Multiguna/Power Threser, Corn Sheller, Corn Combine Harvester) Gapoktan/ Kelompok Jumlah NoKecamatan Desa Ketua UPJA Tani Alsintan Pemanfaatan Alsintan *) Ha Optimal/ Tidak Optimal Keterangan : *) Pemanfaatan alsintan : Penilaian OPTIMAL kinerja alsintan dengan perhitungan sebagai berikut : J1. Kapasitas kerja alsintan: a. Combine Harvester Besar 1 ha/hari b. Combine Harvester Kecil/Sedang 0,5 ha/hari c. RMU 2 ton/hari d. Dryer 1 ton/hari e. Power Thresher Multiguna/Power Thresher 0,5 ton/hari f. Corn Sheller 1 ton/hari g. Corn Combine Harvester 0,8 ha/hari 2. Hari Kerja Alsintan = 80% x 365 hari 3. Rumus perhitungan kinerja alsintan = jumlah alsintan x kapasitas kerja x (80% x 365 hari) Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota (..) NIP. 65

71 Lampiran 11. Contoh Perbandingan Penggunaan Sarana Pascapanen Secara Tradisional dan Mekanisasi PROVINSI : KABUPATEN : KECAMATAN : DESA : POKTAN/GAPOKTAN/UPJA/ : JENIS BANTUAN SARANA : KEBUTUHAN UPAH KERJA BAHAN BAKAR LAIN-LAIN JUMLAH PERBANDINGAN PENGGUNAAN SARANA TRADISIONAL DAN BANTUAN SARANA DALAM.. (*) BIAYA OPERASIONAL (Rp) WAKTU (HARI) TENAGA MANUSIA (ORANG) TRADISIONAL BANTUAN BANTUAN BANTUAN TRADISIONAL TRADISIONAL SARANA SARANA SARANA Keterangan : (*) Diisi sesuai penggunaan sarana dalam 1 ha atau 1 ton atau 1 kali proses, disesuaikan jenis sarana yang digunakan Jumlah hari panen dalam 1 musim panen :.. hari 66

72 Lampiran 12. Laporan Perkembangan Pemanfaatan Unit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Jenis Produk Jumlah Produksi Jumlah Produksi Prosentase Lokasi Nama Kelompok Jenis Sarana Tujuan No. Yang sebelum sesudah mendapat Peningkatan (Kab/Kec/Desa) Tani UPH Pemasaran Dihasilkan mendapat bantuan bantuan Volume Produksi 67

73 Lampiran 13. Laporan Kegiatan Pemasaran Dan Investasi Tahun 2017 a Aspek Pemasaran 1 Informasi Harga No Komoditas Harga Biaya Usaha Tani Data Supply Demand Biaya Pemasaran 2 Pemantauan Stok No Komoditas Stok Rumah Tangga Petani Stok Penggilingan *Ket: Untuk TA 2017 khusus komoditas beras b Aspek Investasi 1 Temu Usaha No Komoditas Jumlah Pelaku Usaha 2 Peluang Ekspor No Komoditas Luas Areal Negara Tujuan 68

74 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jalan Raya Ragunan No. 15 Pasar Minggu Jakarta Selatan Telepon (021) Faksimili (021) dit.pphtp@gmail.com

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan alsintan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota maupun oleh Satuan Komando

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. No.81, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2015 LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5726). PERATURAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR3 TAHUN2017 TENTANG PEMBENTUKAN OTORITAS KOMPETENSI KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa produk pangan segar asal tumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA 2015-2019 Dalam penyusunan Rencana strategis hortikultura 2015 2019, beberapa dokumen yang digunakan sebagai rujukan yaitu Undang-Undang Hortikultura Nomor

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan pencapaian swasembada

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa ketahanan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara No.239, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengawasan Pangan Olahan Organik. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi... KATA PENGANTAR Dalam rangka mencapai kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani perlu upaya khusus, terutama dukungan kebijakan pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 LAK KIP (LAPORAN KINERJA IN NSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPAN NEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Scanned

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 26 Ayat (1) Peraturan Menteri

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/2007................... TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan, serta sumber devisa.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2154, 2016 KEMEN-KP. Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PERMEN-KP/2016 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian yang telah dilakukan sampai saat ini masih banyak memerlukan penanganan yang cermat dan cepat. Tantangan pembangunan pertanian yang dihadapi

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nawa Cita (Sembilan Program Prioritas) merupakan agenda prioritas Kabinet Kerja Pemerintah Indonesia periode 2015 2019 mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Good Agricultural Practices (GAP) GAP menjamin keamanan dan kualitas pangan viabilitas

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PANGAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017 Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017 STATISTIK PRODUKSI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat Jl. AUP NO. 3 Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA SURABAYA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2017 KEMTAN. Impor Produk Hortikultura. Rekomendasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.680, 2015 KEMENTAN. Izin Usaha. Pertanian. Penanaman Modal. Rekomendasi Teknis. SOP. Tata Cara. Syarat. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/HK.140/4/2015

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN 94 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA JAWA TIMUR Master Plan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA GULA KRISTAL PUTIH SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.427, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Produksi. Peredaran. Benih. Bibit. Ternak. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SAMPANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TAHUN... TENTANG JEJARING KEAMANAN PANGAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TAHUN... TENTANG JEJARING KEAMANAN PANGAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DRAFT 15 OKTOBER 2015 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR... TAHUN... TENTANG JEJARING KEAMANAN PANGAN DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.851, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. SNI. Gula Putih Pemberlakuan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/Permentan/OT.140/6/2013 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENILAIAN PETANI BERPRESTASI TINGGI PADA LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Lebih terperinci