BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ruko Ruko adalah akronim dari sebuah istilah untuk salah satu jenis bangunan. Akronim tersebut merupakan gabungan dari kata rumah dan toko. Rumah berarti bangunan sebagai tempat tinggal (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1323) dan toko berarti bangunan permanen tempat kegiatan usaha (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1323). Kedua kata tersebut sama-sama merupakan sebuah bangunan yang dibedakan oleh fungsi. Penggabungan kedua kata tersebut lahir dari terjadinya penggabungan kedua fungsi bangunan tersebut. Ruko memiliki karakteristik secara umum, yaitu: 1. Bentuk bangunan memanjang ke belakang dengan lebar yang sangat minim. 2. Umumnya lebih dari 1 lantai guna memisahkan antara fungsi rumah (bagian atas) dan toko (bagian bawah). 3. Terbangun lebih dari 1 unit dengan fasad yang sama dalam 1 deret. 4. Tidak memiliki ruang terbuka di sisi samping bangunan. Pengertian dan karakteristik tersebut menjadi batasan dan kriteria pemilihan objek penelitian yang akan dikaji. 9

2 Sejarah Ruko Ruko dapat kita temukan di berbagai kota di dunia sebagai bangunan komersial dan diyakini sebagai bangunan yang berarsitektur Tionghoa. Dalam pertumbuhannya ruko mengalami adaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, hal inilah yang membuat bentuknya menjadi beragam. Pada awalnya, dahulu kala pedagangpedagang Tionghoa berlayar dengan tujuan berdagang rempah-rempah, mereka sering singgah di pelabuhan-pelabuhan sepanjang perjalanannya untuk menunggu cuaca membaik agar bisa berlayar kembali. Para pedagang yang tinggal membangun kelompok pemukiman dengan konstruksi dan gaya bangunan yang sama dengan tempat tinggal di daerah asalnya. Pemukiman ini juga dilengkapi dengan bangunan ibadah yang dinamakan klenteng dan berada di sekitar pasar, hal inilah yang menyebabkan timbulnya identitas unik pada kawasan yang mereka bangun. Kawasan komersial masyarakat Tionghoa ini dikenal dengan nama Pecinan. Ruko sebenarnya bukanlah bangunan yang timbul akhir-akhir ini. Ruko adalah singkatan yang dipakai untuk menjelaskan fungsi dari bangunan yang dipakai untuk hunian dan usaha, yaitu rumah toko. Kalau kita kembali melihat kebelakang apa yang terjadi di Eropa maupun di Indonesia di masa lalu, fungsi Ruko adalah sama. Ruko muncul karena situasi yang terjadi pada masa itu akibat terjadinya pemusatan segala jenis kegiatan dan fasilitas pada suatu lingkungan kota maupun desa karena sistem transportasi dan komunikasi belum seperti saat ini serta kawasan usaha, hunian, perdagangan, pemerintahan, dan sebagainya berada pada suatu areal yang terbatas. Sebagai contoh pada kota lama Jakarta yang dikenal dengan Batavia

3 11 khususnya di kawasan jalan Toko Tiga atau jalan Perniagaan di daerah Glodog, pertumbuhan ruko dimulai oleh warga Tionghoa yang berprofesi secara turun temurun sebagai pedagang. Mereka beranggapan bahwa pada awalnya bidang usaha mereka dapat diurus oleh satu atau beberapa anggota keluarganya, maka untuk praktisnya bangunan dipakai sebagai tempat usaha dagang, kantor, toko, gudang, dan sekaligus untuk hunian. Ruang depan untuk usaha, ruang belakang adalah rumahnya, juga banyak rumah yang bertingkat di mana lantai bawah dipakai untuk usaha, dan lantai atas dipakai sebagai rumah mereka. Pola yang terakhir inilah yang tidak berubah sampai saat ini bila ditinjau dari fungsi ruang-ruangnya. Dhani Mutiari (2004) dalam jurnalnya yang berjudul Karakteristik Tampilan Fasade Ruko Cina di Surakarta, menemukan adanya kaidahkaidah budaya Cina yang terdiri atas nilai-nilai keharmonisan, hierarki, dan keseimbangan (simetri) teraplikasi dalam bentuk tampilan pada fasade rumah atau rumah toko Cina yang masih terlihat secara visual bentuk tradisionalnya maupun telah bertransformasi ke bentuk universal (universal style). Kondisi ini tercermin dalam perwajahan ruko-ruko Cina di nusantara yang menjadi cikal bakal munculnya bangunan ruko di Indonesia. 2.3 Perkembangan Ruko dan Pengaruhnya terhadap Kota Perkembangan ruko di Indonesia dimulai sejak tahun 1800-an di daerah-daerah komersial disetiap kota, yaitu dilakukan oleh saudagar-saudagar besar yang berdagang di atas lahan mereka yang berbentuk melebar dengan pemanfaatan lahan depan untuk fungsi toko dan sisi belakang lahan untuk hunian. Seiring dengan

4 12 perkembangan zaman di mana nilai tanah semakin tinggi dan persediaannya pun semakin terbatas, maka para saudagar itu pun membagi tanah bagian belakangnya untuk dijual. Situasi ini menyebabkan munculnya usaha untuk menaikkan bangunan yang memisahkan ruang untuk usaha toko di bawah dan hunian di bagian atas. Susunan bangunan inilah yang kemudian populer dengan sebutan Ruko. Ruko-ruko yang tersusun berderet memanjang ini membentuk satu kawasan perdagangan. Semakin berkembangnya kawasan tersebut menyebabkan nilai ekonomis kawasan tersebut meningkat, sehingga mengundang pemilik modal untuk membangun lagi ruko-ruko di kawasan tersebut. Akibatnya pembangunan Ruko menjadi tidak terkendali, tidak memperhatikan syarat-syarat bagi fungsi hunian dan nonhunian, semuanya bercampur aduk dalam kawasan tersebut. Hal ini menyebabkan terbentuknya bangunan yang tidak manusiawi dan menghilangkan identitas lingkungannya, sehingga tanpa disadari perkembangannya kemudian menjurus pada terbentuknya satu kawasan yang kumuh. Keadaan yang mirip situasi ini dijelaskan oleh Devin Defriza Harisdani dan M. Dolok Lubis dalam tulisan mereka yang berjudul Identitas Fungsi Ruko Kesawan, di mana kawasan Kesawan yang merupakan kawasan perdagangan yang sarat akan nilai sejarah kehilangan citranya akibat pembangunan dan perombakan bangunan lama yang hanya berorientasi pada aspek komersial cenderung tidak terkendali tanpa memperhatikan harmonisasi dengan lingkungan sekitar dan romantisme nilai nilai sejarahnya, pada akhirnya identitas dari kawasan tersebut menjadi hilang dan menjadikan kawasan tersebut hanya sekedar space bukan place yang dapat

5 13 dinikmati. Para pengembang properti di kota-kota besar berlomba-lomba membangun ruko-ruko pada kawasan yang strategis dengan pertimbangan aspek bisnis yang sangat menguntungkan. Ruko-ruko ini dibangun berdampingan dengan bangunan-bangunan perumahan elit. Sebagai contoh kawasan Kelapa Gading, Pondok Indah, Kemang, yang kita jumpai di Jakarta adalah produk dari persaingan bisnis antar pengembang. Persaingan ini membuat para pengembang membangun ruko-rukonya dengan tampilan fasade yang beraneka ragam, bahkan wajah arsitektur bangunan yang berasal dari mancanegara dianggap layak untuk diadopsi sebagai daya tarik bagi konsumen. Selain itu perang warna pada fasade ruko semakin membuat kesan ramai menjurus norak, kekayaan arsitektur lokal pun jadi terabaikan, westernisasi menjadi hal yang mutlak bagi pengembang. Muncul fenomena baru yang tanpa disadari merusak identitas dan jati diri kearifan arsitektur lokal yang sudah terbukti sangat bersahabat dengan iklim tropis Indonesia. Berada di kawasan tersebut seolah-olah kita sedang berada pada suatu tempat di Eropa yang beriklim tropis, hal ini menyebabkan karakter ataupun ciri-ciri kota menjadi tidak menentu. Itulah sebabnya bangunan ruko umumnya dicap sebagai bangunan yang merusak tata kota dan juga merusak pemandangan kota secara keseluruhan. Bangunan ruko dianggap sebagai gudang yang dihuni manusia. Susahnya, justru bangunan ruko lah yang kini makin banyak dibangun. Harus disadari bahwa kondisi ini menggiring kita pada situasi yang tidak rasional, padahal produk ruko dari saudagar-saudagar Cina dan juga arsitektur kolonial adalah hasil kompromi dari kebutuhan akan bangunan untuk beraktifitas

6 14 yang sesuai dengan kebiasaan dan budaya di negara mereka dengan iklim dan kearifan lokal di tanah air. Situasi ini bisa dihindari bila pemerintah kota menerapkan secara tegas peraturan-peraturan dan syarat-syarat bagi pengembang mengenai pelaksanaan pembangunan ruko-ruko tersebut, hal ini akan sangat mendukung untuk terciptanya kawasan-kawasan yang dapat menciptakan citra kota yang selaras dengan budaya dan arsitektur lokal mengingat pembangunan ruko yang pesat sangat berpotensi sebagai elemen pembentuk wajah kota yang selaras dengan identitas lokal yang kita miliki. Pulau dewata adalah contoh bagaimana citra kota yang dibangun dengan konsep-konsep budaya lokal yang unik terbungkus dengan paduan arsitektur lokal dan modern telah terbukti mampu menarik sumber devisa yang sangat signifikan bagi pemerintah daerah Fungsi ruko dan pengaruhnya terhadap bentuk Setiap bangunan yang terbangun didasari oleh pemenuhan kebutuhan manusia akan fasilitas pendukung aktifitasnya selama berada di suatu lingkungan. Pemenuhan kebutuhan tersebut dikenal pula dengan sebutan fungsi bangunan. Salah satu cara memenuhi kebutuhan tersebut adalah memberikan ruang dengan bentuk dan ukuran tertentu. Setiap fungsi yang berbeda akan menuntut bentuk dan ukuran yang berbeda. Bentuk dan ukuran tertentu akan membutuhkan suatu sistem struktur tertentu pula, maka struktur dan fungsi sangat terkait erat.

7 15 Dalam penelitian ini, objek penelitian merupakan sebuah bangunan dengan fungsi utama yang sama yaitu rumah toko. Dengan fungsi utamanya, ruko telah memiliki tipologi bentuk bangunan yang cenderung sama. Secara umum, ruko berbentuk persegi panjang dengan ruas struktur kotak dan mengarah vertikal. (Gambar 2.1). Gambar 2.1 Contoh Tipologi Denah Ruko Sumber: Selain faktor fungsi utama, bentuk ruko juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi pendukung lain seperti kenyamanan, keamanan, estetika dan sebagainya. Bentukbentuk tersebut hanya terdapat pada bagian-bagian kecil dari bentuk utamanya. Misalnya balkon pada lantai 2 yang membuat bidang pada sisi tersebut dimajukan atau dimundurkan. Contoh lain misalnya fungsi penghawaan dan pencahayaan, yang membuat salah satu sisi ruko terbuka baik sebagian maupun keseluruhan. Kemudian, seperti kebanyakan bangunan lainnya di daerah tropis, yaitu bentuk atap miring sebagai tanggapan terhadap curah hujan yang besar. Bentuk utama ruko juga

8 16 ditentukan oleh pemanfaatan lahan yang sangat-sangat efisien sehingga ketika ruko terbangun secara massal, bagian sisi samping ruko harus berdempet. Ini menyebabkan hanya tersisa sisi depan dan belakang ruko saja yang masih dapat menyesuaikan dengan fungsi-fungsi tersebut. Untuk kebutuhan fungsi estetika tampilan bangunan, ruko hanya memiliki bagian depan sebagai bidang yang dianggap paling representatif. 2.4 Tipologi dan Tipologi Fasad dalam Arsitektur Tipologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengelompokan berdasarkan tipe atau jenis. Tipologi merupakan satu bidang studi yang mengelompokkan objek dengan ciri khas struktur formal yang sama dan kesamaan sifat dasar kedalam jenisjenis tertentu dengan cara memilah elemen-elemen yang mempengaruhi jenis tersebut. Aspek klasifikasi dalam pengenalan tipologi mengarah kepada usaha mengklasifikasikan, mengkelaskan, dan mengelompokan objek berdasarkan aspekaspek/kaidah-kaidah tertentu. Aspek-aspek yang dapat diklasifikasikan dapat berupa fungsi, bentuk, maupun gaya. Tipologi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan tipe. Arti kata tipe sendiri berasal dari bahasa yunani typos yang diartikan sebagai akar dari (Lukito, 1994), secara konsepsional mendefinisikan tipologi sebagai sebuah konsep yang mendeskripsikan sebuah kelompok obyek atas dasar kesamaan karakter bentuk-bentuk dasarnya. Tipologi juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan berpikir dalam rangka pengelompokan (Lukito, 1994), yaitu kelompok dari obyek yang dicirikan dari struktur formal yang sama, sehingga

9 17 tipologi dikatakan sebagai studi tentang pengelompokan objek sebagai model melalui kesaman struktur. Struktur formal yang dimaksud di sini tidak hanya berupa istilah yang berkaitan dengan geometrik fisik semata, tetapi juga berkaitan dengan apa yang disebut sebagai deeper geometri yaitu geometrik yang tidak hanya terbatas pada perbandingan geometri matematis, akan tetapi berkaitan dengan realita mulai dari aktifitas sosial sampai dengan konstruksi bangunan. Struktur formal juga diartikan sebagai kaitan atau inter relasi antar elemen (Sugini dalam aplikawati, 2006). Tjahjono (1992) mengatakan bahwa studi tipologi dalam dunia arsitektur berarti studi dalam usaha pemilahan dan klasifikasi, hingga dapat terungkap keragaman dan kesamaan dalam produk arsitektur yang satu dengan lainnya. Pada dasarnya, tipologi merupakan konsep yang mendeskripsikan kelompok objek atas dasar kesamaan sifatsifat dasar. Menurut Sukada dan Sulistijowati (1991), ada tiga tahapan yang harus dijalani untuk menentukan satu tipologi, yaitu: 1. Menentukan bentuk-bentuk dasar yang ada dalam setiap obyek arsitektural; 2. Menentukan sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap objek arsitektural berdasarkan bentuk dasar yang ada dan melekat pada obyek tersebut; 3. Membantu kepentingan proses mendesain (membantu terciptanya produk baru). Dalam buku The Theory of Architecture, Paul-Alan Johnson (1994) menjabarkan tipologi sebagai berikut. Dalam bahasa Inggris penggunaan istilah Type berasal dari Perancis typé atau dari bahasa latin typus, yang keduanya berasal dari bahasa latin kuno typos yang berarti sebuah hembusan, kesan, gambaran, atau

10 18 figur. Istilah ini digunakan secara luas untuk menjelaskan bentuk umum, struktur, atau pembedaan karakter sebagian kelompok hal atau objek. Pada abad ke-20 muncul pengertian tambahan pola atau model yang dihasilkan dari sesuatu setelah sesuatu itu dihasilkan/diwujudkan. Pengertian tambahan tersebut juga digunakan terhadap orang atau benda dalam menilai suatu kualitas dari suatu klasifikasi, khususnya terhadap ciri-ciri atau karakteristik khusus. Menurut Sulistijowati (1991:12), pengenalan tipologi akan mengarah pada upaya untuk mengkelaskan, mengelompokkan, atau mengklasifikasikan didasari oleh aspek atau kaidah tertentu. Aspek tersebut antara lain: 1. Fungsi (meliputi penggunaan ruang, struktural, simbolis, dan lain-lain); 2. Geometrik (meliputi bentuk, prinsip, tatanan, dan lain-lain); 3. Langgam (meliputi periode, lokasi atau geografi, politik atau kekuasaan, etnik atau budaya, dan lain-lain). Dalam analoginya pada elemen kota, Anthony Vidler dalam Jencks dan Kropl (1997) mengatakan pertimbangan terhadap suatu kota itu mencakup keseluruhannya. Kondisi masa lalu dan masa kininya terungkap melalui kondisi struktur fisiknya yang di dalamnya terdapat tipologi baru. Tipologi tersebut bukan terbentuk dari elemenelemen yang terpisahkan, bukan pula dari gabungan objek-objek yang terbagi berdasarkan fungsinya, ideologi sosialnya, atau karakter teknisnya. Hal ini menjadi satu kesatuan yang bisa dibagi dalam beberapa fragmen. Dalam fragmen-fragmen tersebut tidak akan ditemukan tipe-tipe standar atau pengulangan sesuatu di masa lalu.

11 19 Fragmen-fragmen tersebut terpadu dan memiliki makna berdasarkan 3 tingkat kriteria berikut: 1. Merupakan warisan makna dari bentuk-bentuk di masa lalu. 2. Berasal dari lingkungan khusus. 3. Merupakan rekomposisi fragmen-fragmen tertentu dalam konteks yang baru. Pernyataan Vidler tersebut menegaskan bahwa tipologi dihasilkan dari pengamatan terhadap seluruhan elemen kota. Jika kita menelaah dari komponen pembentuk kota, ada kemungkinan kita tidak menemukan tipologi baru. Setiap tipologi pasti ada dan tidak selalu harus merujuk kepada tipologi-tipologi yang sudah ada sebelumnya. 2.5 Elemen Tipologi dalam Arsitektur Sebuah bangunan dibentuk dari bentukan-bentukan dasar geometri dan pada umumnya menampilkan sebuah tingkatan hierarki dan biasanya penyusunan komposisi yang jelas dan terpusat menurut sistem geometri. Dalam arsitektur, bentuk merupakan satu dari empat unsur pembentuk yang mempengaruhi konteks sebuah desain. Nilai, makna atau arti dari desain sebuah bangunan dapat dengan mudah terlihat jika penerapan keempat elemen tersebut secara baik dan komprehensif.

12 20 Elemen arsitektur yang mempengaruhi konteks dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Empat Elemen Arsitektur yang Mempengaruhi Konteks Sumber: Architecture Form Space and Order (Ching; 1943) Nix (1853) dan Pamungkas (2002), menyatakan bahwa bentuk ditentukan oleh adanya hubungan campur tangan dan kegiatan manusia. Mengenai penentuan secara langsung maupun tidak langsung tergantung dari apa-apa saja yang dalam pemberian bentuk ditentukan secara primer dan kemudian apa yang timbul dari kegiatan primer tersebut. Penentuan bentuk dapat meningkat lebih jauh, yaitu berasal dari massa, lewat ukuran menuju kesuatu hal yang ditentukan. Objek menjadi lebih mudah untuk dikenali dan diidentifikasikan, dapat diuraikan, dan memiliki sesuatu yang dapat diukur, diamati, dan dihitung, baik yang bersifat mendatar, maupun yang bersifat berdiri. Lebih lanjut mengenai bentuk, Ching (1943:34) menyatakan ada tiga faktor yang mendukung bentuk yaitu ukuran, warna, dan tekstur. Berbagai variasi dari unsur tersebut akan menciptakan berbagai jenis bentuk dan kesan. Kemudian terdapat pula faktor di luar sifat fisik bentuk itu sendiri yang mempengaruhi, yaitu posisi, orientasi, dan kestabilan.

13 Komposisi Komposisi ialah susunan unsur-unsur rupa yang memancarkan kesan-kesan kesatupaduan, irama, dan keseimbangan dalam suatu karya, sehingga karya itu terasa utuh, jelas, dan memikat. Unsur desain adalah unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain, sehingga orang lain dapat membaca desain itu. Maka yang dimaksud tidak lain adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau lazim disebut unsur visual. Wujudnya adalah garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, ukuran, nada gelap terang, dan arah. Setiap unsur seni dikomposisikan secara estetis. Sebagai kata sifat estetika (estetik) mengandung pengertian keindahan dan juga rasa indah. Sedangkan sebagai ilmu, estetika berarti ilmu pengetahuan yang membahas segala sesuatu yang estetik. Kapasitas estetika dalam seni adalah sebagai roh yang menentukan hidup dan matinya sebuah tampilan karya seni dan desain. Seniman atau designer adalah pemberi roh tentu menyadari roh macam apa yang harus disandangkan kepada seni rupanya. Oleh karena itu setiap karya seni harus dikomposisikan secara estetis agar menghasilkan karya yang menarik. Ada beberapa aturan yang perlu digunakan untuk menyusun bentuk-bentuk tersebut. Walaupun penerapan prinsip-prinsip penyusunan tidak bersifat mutlak, namun karya seni yang tercipta harus layak disebut karya yang baik. Perlu diketahui bahwa prinsip-prinsip ini bersifat subjektif terhadap penciptanya.

14 Pola komposisi Pola komposisi ada 3 macam, yaitu simetri, asimetri, dan bebas atau informal. a. Pola simetri Pola simetri menggambarkan dua bagian yang sama dalam sebuah susunan. Komposisi yang berpola simetri meletakkan fokusnya di tengah, dan meletakkan unsur-unsurnya di bagian kiri sama dengan bagian kanan, ibarat pinang di belah dua. Jika ada dua fokus dalam komposisi simetri, maka penempatanya bisa stu di kiri, satu di kanan. Penempatan demikian memberikan kesan bagian kiri dan bagian akanan sama kuat. Komposisi berpola simetri memberikan kesan formal, beraturan dan statis. b. Pola asimetri Pola asimetri meletakkan fokusnya tidak di tengah-tengah, dan paduan unsur-unsur di bagian kiri tidak sama dengan yang di bagian kanan, tetapi tetap memancarkan keseimbangan. Kompisisi asimetri memberikan kesan keteraturan yang bervariasi dan karenanya tidak formal serta lebih dinamis. c. Pola bebas Komposisi pola bebas meletakkan fokus dan unsur-unsurnya secara bebas, tetapi tetap memelihara keseimbangan. Dibandingkan dengan pola simetri, pada pola bebas ini kesan keteraturan dan kesan formal sama sekali tidak terasa. Meskipun demikian, kecermatan dan ketelitian dalam membentuk irama dan keseimbangannya menjadikan komposisi berpola bebas ini tampak dan terasa lebih hidup serta semakin menarik.

15 Prinsip-prinsip dasar seni rupa Berikut akan dijelaskan prinsip-prinsip dasar seni rupa, yaitu: a. Kesatuan (Unity) Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang. Prinsip ini sesungguhnya adalah prinsip hubungan. Jika salah satu atau beberapa unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai. b. Keseimbangan (Balance) Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak membuat gelisah. Seperti halnya jika kita melihat pohon atau bangunan yang akan roboh, kita merasa tidak nyaman dan cenderung gelisah. Keseimbangan adalah keadaan yang dialami oleh suatu benda jika semua daya yang bekerja saling meniadakan. Dalam bidang seni keseimbangan ini tidak dapat diukur tapi dapat dirasakan, yaitu suatu keadaan di mana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani. c. Proporsi (Proportion) Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan-perbandingan yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah

16 24 perbandingan matematis dalam sebuah bidang. Proporsi Agung (The Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618, sering juga dipakai 8:13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan pada benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap proporsi yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat kita lihat dalam perbandingan ukuran kertas dan layout halaman. d. Irama (Rhythm) Irama adalah pengulangan gerak yang teratur dan terus menerus. Dalam bentuk-bentuk alam bisa kita ambil contoh pengulangan gerak pada ombak laut, barisan semut, dan lain-lain. Prinsip irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk-bentuk unsur rupa. e. Dominasi (Domination) Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang harus ada dalam karya seni dan desain. Dominasi berasal dari kata Dominance yang berarti keunggulan. Sifat unggul dan istimewa ini akan menjadikan suatu unsur sebagai penarik dan pusat perhatian. Dalam dunia desain, dominasi sering juga disebut Center of Interest, Focal Point dan Eye Catcher. Dominasi mempunyai bebrapa tujuan yaitu untuk menarik perhatian, menghilangkan kebosanan dan untuk memecah keberaturan.

17 25 Perkembangan fasade sebuah bangunan itu sendiri sangat bergantung pada perubahan-perubahan sosial budaya masyarakat. Keberagaman tampilan fasade bangunan merupakan modifikasi berbagai unsur desain yang dari waktu ke waktu mengalami transformasi. Menurut Ching (1979: 50-51) Perlengkapan visual bentuk yang menjadi objek transformasi dan modifikasi bentuk elemen pada fasade bangunan meliputi sosok, ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi dan inersia visual. Selain tradisi lokal, budaya luar melalui informasi yang didapat masyarakat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemilihan perlengkapan visual bentuk sehingga tampilan sosok, warna, ukuran, tekstur, dan lain-lain seringkali menggambarkan bagaimana kondisi serta trend apa yang sedang muncul pada saat desain fasade itu dibuat. Untuk mengevaluasi atau melakukan studi pada arsitektur fasade menurut DK Ching (1979): Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari fasade bangunan dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsipprinsip gagasan formatif yang menekankan pada geometri, simetri, kontras, ritme, proporsi dan skala. Geometri pada fasade yaitu gagasan formatif dalam arsitektur yang mewujudkan prinsip-prinsip geometri pada bidang maupun benda suatu lingkungan binaan, segi tiga, lingkaran, segi empat beserta varian-variannya. Simetri yaitu gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui keseimbangan yang terjadi pada bentuk-bentuk lingkungan binaan. Dibagi menjadi; simetri dengan keseimbangan mutlak, simetri dengan keseimbangan geometri, simetri dengan

18 26 keseimbangan diagonal. Untuk membangun suatu keseimbangan komposisi, simetri harus jauh lebih dominan dari asimetri. Fasade harus memiliki wajah-wajah yang mencerminkan solusi terencananya yang berbeda tetapi tetap simetris di dalam diri mereka sendiri (analog terhadap tubuh manusia). Tampak samping seperti yang terlihat, dapat memainkan peran minor dalam menyeimbangkan tampak depan dan belakang. Kontras Kedalaman yaitu gagasan formatif yang mempertimbangkan warna dan pencahayaan kedalaman menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada elemen fasade. Tingkat perbedaan dikategorikan menjadi 3; sangat gelap, gelap, terang. Ritme yaitu tipologi gambaran yang menunjukan komponen bangunan dalam bentuk repetasi baik dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang dimaksud dapat berupa kolom, pintu, jendela atau ornamen. Semakin sedikit ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme monoton, semakin banyak dikategorikan dinamis. Proporsi yaitu perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya pada salah satu elemen fasade. Dalam menentukan proporsi bangunan biasanya mempertimbangkan batasan-batasan yang diterapkan pada bentuk, sifat alami bahan, fungsi struktur atau oleh proses produksi. Penentuan proporsi bentuk dan ruang bangunan sepenuhnya merupakan keputusan perancang yang memiliki kemampuan untuk mengolah bentuk-bentuk arsitektur, mengembangkan bentuk-bentuk geometri dasar dan sebagainya, yang tentunya keputusan dalam penentuan proporsi tersebut ada dasarnya.

19 27 Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu dengan ukurannya bagi manusia. Pada konteks fasade bangunan, skala merupakan proporsi yang dipakai untuk menetapkan ukuran dan dimensi-dimensi dari elemen fasade Fasad dan pengaruhnya Dalam buku Surface Architecture (Leatherbarrow dan Mostafavi, 2002), diterangkan sebuah kejadian bahwa fasad mampu bercerita tentang beberapa hal. Pada awal abad ke-20, seorang arsitek Amerika bernama Albert Kahn menghasilkan beberapa karya bangunan industrial. Pada saat itu Kahn dianggap merancang bangunan hanya dalam konteks bisnis yang menurut sebagian pengamat bangunanbangunannya jauh dari seni arsitektural. Ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya benar karena pada bangunan nonbisnis lainnya seperti gereja, sekolah, dan lainnya, Kahn tidak melupakan aspek arsitekturalnya. Pada bangunan bisnis, Kahn menganggap modernis adalah yang paling sesuai. Dari kejadian tersebut Leatherbarrow (2002) menangkap suatu hal tentang tampilan bangunan dengan kontekstual. Pada masa itu, kawasan tersebut sedang tumbuh pesat dalam bidang perindustrian. Material dan komponen bangunan pada saat itu pun mulai dihasilkan melalui proses pabrikasi. Intinya, pada saat itu Kahn tidak sedang menerapkan dan menunjukkan langgam tertentu pada bangunannya, tetapi tampilan hasil rancangannya berhasil merepresentasikan bahwa pada masa itu industri sedang tumbuh. Dalam buku yang sama, Leatherbarrow (2002) mengutip penjelasan dari Claude-Nicolas Ledoux. Menurut Ledoux (1990), saat ini bagian luar permukaan

20 28 bangunan dapat menyampaikan apa fungsi bangunan tersebut secara harfiah, serta seluruh bagian permukaan bangunan dapat menunjukkan representasi profil bangunan secara keseluruhan. Bahkan menurutnya, arsitektur digunakan sebagai alat moralitas sosial, sebagai pelopor dari karakter bangunan, baik bangunan tunggal maupun berkelompok (Ledoux, 1990). Dari kedua kasus tersebut didapat bahwa karakter muka bangunan dapat menunjukkan beberapa hal, diantaranya karakter bangunan itu sendiri maupun kondisi sosial pada masa itu. Paling tidak sebuah bangunan akan menunjukkan secara harfiah apa fungsi bangunan tersebut. 2.6 Fasad Dalam buku Dictionary of Architecture & Construction, pengertian fasad adalah bagian (arsitektural) luar dari wajah bangunan yang terkadang digunakan untuk membedakan dengan wajah bangunan lainnya dengan cara mengelaborasi detil arsitektural atau ornamental (Harris, 2006). Walaupun tidak dikatakan dengan jelas bahwa fasad merupakan bagian depan bangunan, namun pengertian wajah dalam definisi tersebut dapat diartikan bagian muka atau depan. Kemudian dari definisi tersebut, fungsi fasad pada umumnya adalah untuk kebutuhan arsitek membuat dan menyajikan karakter yang membedakan bangunannya dengan bangunan lain. Karena seperti yang kita pahami bersama bahwa, arsitektur merupakan salah satu profesi yang menghasilkan karya dengan ideide baru yang belum pernah ada sebelumnya.

21 29 Di sisi lain kita juga dibatasi oleh tipologi bentuk berdasarkan fungsi bangunan. Seperti yang dikatakan penulis buku Time Saver Standard for Building Types (1983), Joseph De Chiara dan John Hancock Callender, ketika kita berbicara tentang standar kebutuhan fungsi sebuah bangunan, kita juga sering akan bertemu dengan bentukbentuk dengan karakter yang sama berdasarkan fungsi yang sama (De Chiara, 1983). Ternyata dari kedua hal tersebut tidaklah bertentangan dengan kenyataan objek penelitian ini. Ruko yang merupakan bangunan fungsional, dengan pemanfaatan lahan dan bentuk yang efisien, melahirkan tipologi bentuk (ciri khas) khusus seperti yang telah kita bahas pada bagian awal bab ini. Kemudian, dengan karakter bentuk seperti itu, ruko hanya memiliki bagian muka dari bangunan yang dapat diolah tampilan arsitekturalnya Elemen fasad Selubung bangunan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan ciri dari satu bangunan. Adalah elemen utama dari tampilan bangunan, juga merupakan bentuk dari wajah bangunan (fasade). Ciri yang dapat dilihat dari wajah bangunan atau selubung bangunan adalah bentuk atap, ornamen, ragam hias, dan juga elemenelemen penyusun wajah bangunan lainnya seperti bukaan dan dinding bangunan (Suryokusumo, 2006). Dari pandangan Krier (2001), selain menunjukkan fungsi dan organisasi ruang di dalamnya, wajah bangunan juga menunjukkan keadaan budaya saat bangunan itu dibangun, wajah bangunan menunjukkan kriteria tatanan dan penataan, dan berjasa

22 30 dalam memberikan kemungkinan kreatifitas dalam ornamentasi dan dekorasi. Pernyataan Krier tersebut bisa diartikan, pada dasarnya fasad akan menggambarkan bentuk bangunan sesuai dengan fungsi dan strukturalnya atau yang dia istilahkan dengan fasad yang transparan. Seiring dengan upaya pencapaian keindahan yang lebih harmonis, hal-hal selain bukaan (pintu dan jendela) mengalami berbagai macam jenis pengolahan. Krier (2001), mempertegas pendapatnya bahwa muka bangunan merupakan wajah bangunan yang memamerkan keberadaan bangunan kepada publik. Muka bangunan dibentuk oleh dimensi, komposisi, dan ragam hias. Komposisi muka bangunan mempertimbangkan persyaratan fungsional pada dasarnya berkaitan dengan kesatuan proporsi yang baik, harmonis, dan selaras, penyusunan elemen horizontal dan vertikal yang terstruktur, bahan, warna, dan elemen dekoratif lainnya. Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah proporsi bukaan, ketinggian bangunan, prinsip pengulangan, keseimbangan komposisi yang baik, serta tema yang tercakup kedalam variasi. Krier (2001), juga menyatakan bahwa wajah bangunan mencerminkan kepribadian penghuninya, memberikan semacam identitas kolektif sebagai satu komunitas bagi mereka, dan pada puncaknya merupakan representasi komunitas tersebut dalam publik. Aspek penting dalam wajah bangunan adalah pembuatan semacam perbedaan antara elemen horizontal dan vertikal, di mana proporsi elemen tersebut harus sesuai terhadap keseluruhannya. Setelah prinsip penyusunan wajah bangunan ini, kondisi konstruksi dapat dibuat terlihat, misalnya artikulasi vertikal

23 31 pada tiang sebagai penyangga, penggunaan elemen-elemen naratif seperti balok jendela untuk mempertegas independensi jendela, teritisan yang menghasilkan bayangan, bahan-bahan yang menonjolkan massa juga dapat digunakan. Krier (2001). Pendapat Lippsmeir (1980; 74-90), mempertegas lagi mengenai elemen wajah bangunan dari sebuah bangunan yang sekaligus merupakan komponen komponen yang mempengaruhi wajah bangunan adalah: (1) atap; (2) dinding; dan (3) lantai. Lapisan horizontal pada fasad dihasilkan dari daerah-daerah fungsi yang berbeda. Secara prinsip suatu fasad tidak boleh dirancang tanpa pembedaan horizontal. Suatu pembedaan yang jelas diterapkan dengan sangat tepat di antara lantai dasar, tingkat biasa dan loteng. Fasad sebagai batas binaan bekerja serupa dengan portal. Karena itu dinding merupakan suatu tempat di mana eksterior berubah menjadi interior dan sebaliknya. Dari ketiga sumber tersebut, unsur-unsur yang mempengaruhi karakter suatu fasad dapat disintesakan seperti Tabel 2.1. Tabel 2.1 Unsur-unsur yang Mempengaruhi Karakter Fasad menurut Beberapa Ahli Menurut Krier Lippsmeir Suryokusumo Elemen dekorasi Atap Bentuk atap Bukaan dinding Ornamen Ketinggian bangunan lantai Ragam hias Bukaan Dinding (bentuk)

24 32 Tabel 2.1 (Lanjutan) Unsur-unsur yang Mempengaruhi Karakter Fasad menurut Beberapa Ahli Maksud dari Elemen dekorasi yang disebut oleh Krier dan ornamen serta ragam hias yang disebut oleh Suryokusumo adalah hal yang sama, yaitu elemen-elemen nonfungsional yang ada pada fasad untuk kebutuhan estetika atau yang lebih dikenal dengan sebutan elemen dekorasi. Krier dan Suryokusumo menyebutkan bukaan, yaitu bagian dari fasad (dinding) yang terbuka. Baik itu jendela, pintu,maupun ventilasi. Ketinggian bangunan yang disebutkan oleh Krier dimaksudkan untuk menunjukkan proporsi dari bentuk fasad tersebut. Lippsmeir dan suryokusumo menyebutkan dinding, atap, dan lantai di mana mereka bermaksud menunjukan bentuk fasad yang terbentuk dari elemen-elemen tersebut. Dalam penjabaran mengenai elemen dekorasi, Krier menyebutkan bahan dan warna dari fasad juga memberi pengaruh terhadap karakteristik fasad. Jika studifasad dilakukan menggunakan metode visual, warna dapat teridentifikasi namun bahan tidak. Dari salah satu pernyataan Krier diatas diketahui pula bahwa karakteristik unsur-unsur tersebut dinilai dari dimensi (bentuk) dan komposisinya. Sumber: Sintesa kajian teori Secara diagram, apa saja unsur-unsur yang mempengaruhi karakteristik fasad dan apa yang dinilai dari unsur tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.3. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Karakteristik Fasad BENTUK BUKAAN ORNAMEN DEKORASI WARNA Badan Pintu Objek atau Elemen yang Atap Jendela bersifat dekoratif Ventilasi BENTUK dan KOMPOSISI JENIS TIPOLOGI

25 Gambar 2.3 Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Karakteristik Fasad

26 Kesimpulan Tinjauan Pustaka Dari definisi-definisi beberapa sumber pustaka, didapat pengertian dan elemenelemen fasad yang menjadi batasan objek penelitian, rumusan pengertian tipologi yang akan menjadi aspek-aspek kajian terhadap objek studi sekaligus dapat dirumuskan proses identifikasi tipologi. Kemudian didapat pula peran dan pengaruh fasad terhadap sebuah kota serta fungsi hasil kajian tipologi fasad elemen kota yang mempengaruhi wajah kota.

04FDSK. Dasar Dasar Desain 2. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

04FDSK. Dasar Dasar Desain 2. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Dasar Dasar Desain 2 Fakultas 04FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

1 of 5 11/5/2010 7:37 AM

1 of 5 11/5/2010 7:37 AM 1 of 5 11/5/2010 7:37 AM Meski nirmana dipahami sebagai sebuah bentuk yang tidak berbentuk. Dalam konteks desain komunikasi visual, nirmana memegang peranan penting perihal bagaimana menata dan menyusun

Lebih terperinci

Titik Suatu bentuk kecil yang tidak mempunyai dimensi. Raut titik yang paling umum adalah bundaran seder-hana, mampat, tak bersudut dan tanpa arah

Titik Suatu bentuk kecil yang tidak mempunyai dimensi. Raut titik yang paling umum adalah bundaran seder-hana, mampat, tak bersudut dan tanpa arah Elemen Desain Elemen elemen tata rupa dapat dikelompokan menjadi 5 bagian Titik Suatu bentuk kecil yang tidak mempunyai dimensi. Raut titik yang paling umum adalah bundaran seder-hana, mampat, tak bersudut

Lebih terperinci

BAB II Dasar Perancangan Desain Grafis

BAB II Dasar Perancangan Desain Grafis BAB II Dasar Perancangan Desain Grafis A. Prinsip Seni Grafis Ilmu Grafis Tutorial Desain Prinsip-Prinsip dalam Tata Rupa & Desain Grafis berkaitan dengan Nirmana. Meski nirmana dipahami sebagai sebuah

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang

ESTETIKA BENTUK Pengertian. Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang ESTETIKA BENTUK Pengertian Estetika adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang Rasa keindahan itu akan muncul apabila terjalin perpaduan yang serasi dari elemen

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH 3.1. Tinjauan Pendekatan Arsitektur Organik 3.1.1. Definisi Arsitektur

Lebih terperinci

Media Komunikasi 3 Dimensi, Karya Seni Rupa yang Mampu Menyampaikan Pesan

Media Komunikasi 3 Dimensi, Karya Seni Rupa yang Mampu Menyampaikan Pesan Paper Media Komunikasi 3 Dimensi, Karya Seni Rupa yang Mampu Menyampaikan Pesan Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Desain Media 3 Dimensi I Disusun oleh : GUNAWAN SUJANA NIM. 8410118053

Lebih terperinci

SMAN 1 Garut DASAR DASAR NIRMANA SENI RUPA. XI IPA 6 Kelompok 4

SMAN 1 Garut DASAR DASAR NIRMANA SENI RUPA. XI IPA 6 Kelompok 4 SMAN 1 Garut SENI RUPA DASAR DASAR NIRMANA XI IPA 6 Kelompok 4 Prakata Alhamdullilah ya, Subhannalah Sekali, Kelompok kamu selesai mengerjakan Tugas Membuat Buku tentang Dasar Dasar Nirmana Tidak lupa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian

Lebih terperinci

Dasar Dasar Desain 1

Dasar Dasar Desain 1 MODUL PERKULIAHAN Dasar Dasar Desain 1 Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan dan

Lebih terperinci

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG (Kasus Studi pada Factory Outlet Glamour yang merupakan peralihan fungsi dari fungsi hunian kolonial) Abstrak Peralihan fungsi

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat

Lebih terperinci

Architecture. Home Diary #008 / 2015

Architecture. Home Diary #008 / 2015 Architecture 82 A View of White Teks : Widya Prawira Foto : Bambang Purwanto Sejurus mata memandang, palette putih mendominasi dalam kesederhanaan desain yang elegan, warm dan mewah. K lasik adalah abadi.

Lebih terperinci

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun

PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB ANALISIS BENTUK TAMANSARI III.1. TAMANSARI. GAMBAR III.1. Umbul Winangun PUSAT PERBELANJAAN KELUARGA MUSLIM Dl JOGJAKARTA BAB III.1. TAMANSARI GAMBAR III.1. Umbul Winangun Tamansari dibangun pada tahun 1749, oleh sultan Hamengkubuwomo I (Pangeran Mangkubumi) kompiek ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1 Alasan Pemilihan Tema Rencana pengembangan suatu bangunan atau suatu site, tentu tidak akan dengan begitu saja merubah secara keseluruhan baik fisik bangunan atau keadaan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 1. Pengertian Arsitektur A. Kajian Gramatikal Arsitektur :... seni dan teknologi dalam mendesain dan membangun struktur atau sekelompok besar struktur dengan pertimbangan kriteria

Lebih terperinci

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG. 1 ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG 2 BENTUK alat untuk menyampaikan ungkapan arsitek kepada masyarakat Dalam Arsitektur Suatu wujud yang mengandung maksud

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arsitektur signage dikenal sebagai alat komunikasi dan telah digunakan sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage digunakan

Lebih terperinci

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta Adinda Rafika Dani (1), Djoko Wijono (2) adinda.rafika@gmail.com (1) Mahasiswa Program S2 Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah : BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pengertian Ekspresi, adalah : Ungkapan tentang rasa, pikiran, gagasan, cita-cita, fantasi, dan lain-lain. Ekspresi merupakan tanggapan atau rangsangan atas

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION

BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur dan musik merupakan media dimana kreatifitas diekspresikan. Musik didefinisikan sebagai seni suara dalam waktu yang mengekspresikan ideide dan emosi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN Keragaman seni budaya bangsa Indonesia, diantaranya terlihat melalui produk kriya tradisional tersebar di berbagai daerah di Indonesia dengan karakter dan gaya seni masing-masing. Kehadiran

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS

[PENGANTAR DESAIN GRAFIS T.I D3-UDINUS KOMBINASI UNSUR-UNSUR DESAIN 1.Jenis Kombinasi Unsur Desain Dalam memilih dan memadukan sejumlah unsur desain, seorang desainer hanya memiliki 4 (empat) kemungkinan atau paduan yang dapat dilakukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala

Lebih terperinci

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang Nita Trias Pitasari 1 dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Existensi proyek Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki keistimewaan. Dikatakan istimewa, karena kota ini adalah salah satu dari beberapa

Lebih terperinci

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X G-48 Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya Fanny Florencia Cussoy, dan I Gusti Ngurah Antaryama

Lebih terperinci

ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR. PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3

ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR. PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3 ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR PENGANTAR ARSITEKTUR Minggu ke - 3 ILMU, TEKNOLOGI DAN SENI DALAM ARSITEKTUR Hingga kini masih banyak ragam pandangan yang berbeda-beda tentang arsitektur. Keragaman

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat BAB V KAJIAN TEORI 5.1 KAJIAN TEORI PENEKANAN / TEMA DESAIN 5.1.1 Tema Desain Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat desain sebuah karya arsitektural. Pada proyek resort di komplek

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Tema Ruang dan Sirkulasi III.1.a Latar Belakang Pemilihan Sebagian besar museum yang ada sekarang ini, tidak terlalu memperhatikan ruang dan sirkulasi. Ini bisa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ARSITEKTUR KONTEKSTUAL 2.1.1 Definisi Arsitektur Kontekstual Brent C. Brolin (1980) dalam Firgus (2010) melalui bukunya Architecture in Context memberikan pengertian suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur

Lebih terperinci

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015

Architecture. Modern Aesthetic. Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto. Home Diary #009 / 2015 Architecture Modern Aesthetic in Neoclassic Style Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto 86 Kolaborasi gaya neoklasik dengan elemen yang mengusung aspek kekinian, menjadi kekuatan desain rumah ini.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA 3.1 Tema dan Penggayaan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia merupakan sebuah sarana yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA DUA DIMENSI Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 PENGERTIAN NIRMANA Berasal dari dua akar kata, yakni nir yang artinya

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM

TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM TEORI DAN KONSEP PERANCANGAN RUANG DALAM A. DEFINISI PERANCANGAN RUANG DALAM/ DESAIN INTERIOR Desain interior atau perancangan ruang dalam merupakan ilmu yang mempelajari tentang menata, merencanakan dan

Lebih terperinci

Compact House. Fotografer Ahkamul Hakim

Compact House. Fotografer Ahkamul Hakim Compact House Penulis Mufliah Nurbaiti Fotografer Ahkamul Hakim Idealnya sebuah bangunan, khususnya rumah tinggal didirikan berdasarkan kebutuhan penghuninya. Selain itu, bentuk kaveling juga turut memengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

Dasar Dasar Desain 1 08FTPD. Modul ke: Prinsip Rupa : Ukuran. Fakultas. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk

Dasar Dasar Desain 1 08FTPD. Modul ke: Prinsip Rupa : Ukuran. Fakultas. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk Modul ke: Dasar Dasar Desain 1 Prinsip Rupa : Ukuran Fakultas 08FTPD Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Program Studi Desain Produk Prinsip Rupa : Ukuran Modul Dasar-dasar Desain 1 Arti Ukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan 129 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa ciri-ciri elemenelemen arsitektural bangunan rumah lama di Kota Baru sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK. dosen penanggung jawab: Hamdil Khaliesh, ST.

TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK. dosen penanggung jawab: Hamdil Khaliesh, ST. TEORI ARSITEKTUR 1 CIRI VISUAL BENTUK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TANJUNGPURA FAKULTAS TEKNIK PRODI ARSITEKTUR JL. Ahmad Yani Pontianak 78124 telp. (0561) 740186. 736439 kotak pos 1049 dosen

Lebih terperinci

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Universitas Tanjungpura Mariyah Nurul Fikroh 1, Rinawati P. Handajani 2, Rr Haru Agus Razziati 3 1 Mahasiswa Bimbingan, Jurusan arsitektur/ Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan temuan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai karakter visual penggal jalan alun-alun Selatan-Panggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Isu Perkembangan Properti di DIY BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Isu Perkembangan Properti di DIY Jogjakarta semakin istimewa. Kekuatan brand Jogja di industri properti merupakan salah satu kota atau daerah paling

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Bntuk dan..., Albertus Napitupulu, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Pembangunan sarana dan prasarana bagi kebutuhan pemerintahan dan orang-orang barat di Bandung sejalan dengan penetapan kota Bandung sebagai Gemeente pada tahun 1906. Gereja sebagai tempat

Lebih terperinci

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

Definisi Tipologi dan Morfologi Bangunan. dalam Arsitektur

Definisi Tipologi dan Morfologi Bangunan. dalam Arsitektur Definisi Tipologi dan Morfologi Bangunan dalam Arsitektur Definisi Tipologi bangunan : Tipologi berasal dari dua suku kata yaitu Tipo yang berarti pengelompokan dan Logos yang mempunyai arti ilmu atau

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

Wanita Subadra Abioso, Ir., M.T Halaman 1 dari 6

Wanita Subadra Abioso, Ir., M.T Halaman 1 dari 6 TEORI ARSITEKTUR I SEMESTER GENAP 2013/ 2014 PERTEMUAN KEENAM DAN KETUJUH RHYTHM (IRAMA) KAIDAH-KAIDAH UMUM BERBAHASA ARSITEKTURAL BERDASARKAN TEORI ARSITEKTUR MODEREN (LANJUTAN) Rhythm (irama) merupakan

Lebih terperinci

Sumber : Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain, Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, Yogyakarta 2005

Sumber : Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain, Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, Yogyakarta 2005 Pengertian Nirmana Sumber : Dasar-Dasar Tata Rupa dan Desain, Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, Yogyakarta 2005 Nirmana adalah pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna,

Lebih terperinci

BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL BAGIAN 5 DASAR PERANCANGAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam hal-hal yang berkaitan dengan dasar perancangan media iklan dan komunikasi visual, yang meliputi;

Lebih terperinci

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary

Architecture. White Simplicity in. Neoclassic. Home 80 #006 / Diary Architecture White Simplicity in Neoclassic 80 #006 / 2014 Teks: Widya Prawira Foto: Bambang Purwanto Eleganitas yang terpancar lewat pilihan warna, proporsi dan elemen detilnya, dapat melengkapi karakter

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik

Lebih terperinci

Apa itu Rupa dasar?desain dasar?

Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Rupadasar 2D Apa itu Rupa dasar?desain dasar? Ilmu yang mempelajari Nirmana Ilmu yang mengajarkan unsur elemen yang ada pada sebuah karya seni/desain. Ilmu yang mengorganisasi unsur atau elemen agar menjadi

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (82-98)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (82-98) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (82-98) STUDI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DESAIN PADA MASJID NOOR BANJARMASIN Dahliani 1 Abstrak Komposisi bentuk tanpa keanekaragaman dapat menimbulkan kemonotonan.

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB IV ELABORASI TEMA

BAB IV ELABORASI TEMA BAB IV ELABORASI TEMA 4.1 Umum Arsitektur Modern Islami adalah gagasan dan karya arsitektur yang sesuai dengan pandangan dan kaidah-kaidah Islam tentang arsitektur dan tidak terbatas pada masjid saja.

Lebih terperinci

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN PENGANTAR ARSITEKTUR TEORI VITRUVIUS : 1. VENUSTAS KEINDAHAN 2. UTILITAS FUNGSIONAL 3. FIRMITAS KEKUATAN oleh : Ririn Dina Mutfianti PEMAHAMAN VENUSTAS DALAM DESAIN PADA DASARNYA DESAIN DAPAT DIPAHAMI

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Sesuai dengan konsep pemasyarakatan yang diterapkan oleh pemerintah, secara filosofis pemidanaan tidak lagi bertujuan untuk memberikan penderitaan sebagai bentuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

02FDSK. Dasar Dasar Desain 2. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

02FDSK. Dasar Dasar Desain 2. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Dasar Dasar Desain 2 Fakultas 02FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP

Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi kaidah estetika dan etika seni grafis (nirmana) Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034 Presented By : Anita Iskhayati, S.Kom NIP. 198311292010012034

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 160 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarlan pemaparan dari Bab II, III, dan IV, penelitian ini bermuara pada kesimpulan, yaitu: Pertama, konsep dasar arsitektur postmodernisme adalah membangkitkan kembali

Lebih terperinci

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: KOMSEP KARYA SENI Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: 19750525 200112 1002 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2013 0 A. Pendahuluan Saat ini kita dapat melihat

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber : BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep perancangan sebuah tapak secara luas, hal ini ditujukan untuk mendefinisikan wujud Padepokan Pencak Silat yang akan dibangun. Konsep makro yang

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Kawasan Wisata Goa Kreo. Tanggap Lingkungan. Asitektur Tradisional Jawa. Asitektur Regionalisme

BAB V KAJIAN TEORI. Kawasan Wisata Goa Kreo. Tanggap Lingkungan. Asitektur Tradisional Jawa. Asitektur Regionalisme BAB V KAJIAN TEORI 5.1. Kajian Teori Penekanan/Tema Desain Latar Belakang Penekanan Desain Kawasan Wisata Goa Kreo Tanggap Lingkungan Memiliki Karakter kedaerahan yang mengadaptasi lingkungan Asitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing. BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Perencanaan interior merupakan proses kreatif menciptakan elemen elemen pembentuk ruang, pengisi ruang dan perlengkapan lain agar mempunyai fungsi bagi kegiatan manusia

Lebih terperinci

2. Sejarah Desain Interior

2. Sejarah Desain Interior 1. Pengertian Interior Menurut Francis D. K. Ching (Chng & Binggeli, 2012) interior desain adalah Interior design is the planning, layout, and design of the interior spaces within buildings. These physical

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Rancangan poster puzzle magnet ini memilik keterkaitan dengan lingkungan fisik, dimana bahan yang digunakan aman digunakan untuk anak-anak. Selain keterkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebudayaan sebagai hasil cipta, rasa, karsa manusia merupakan satu tolok ukur dari kemajuan suatu bangsa. Semakin maju dan lestari kebudayaannya, semakin kuat pula identitas

Lebih terperinci

Komposisi dalam Fotografi

Komposisi dalam Fotografi Tujuan: mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan, menjadi sedemikian rupa sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya; dengan

Lebih terperinci

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1 Bayanaka Canggu tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1 Sebuah harmoni dalam karya arsitektur tercipta ketika seluruh unsur dalam bangunan termasuk konsep arsitektur,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 4 Fakultas FDSK Ali Ramadhan S.Sn.,M.Ds Program Studi Desain Produk Grafis Dan Multimedia www.mercubuana.ac.id Fungsi Bentuk fungsi dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci