BAB II MANHAJ AL-MUFASSIRI<N; TINJAUAN UMUM DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA. Kata manhaj merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata nahaja yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MANHAJ AL-MUFASSIRI<N; TINJAUAN UMUM DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA. Kata manhaj merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata nahaja yang"

Transkripsi

1 BAB II MANHAJ AL-MUFASSIRI<N; TINJAUAN UMUM DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA A. Pengertian Manhaj al-mufassiri>n Kata manhaj merupakan salah satu bentukan kata dari akar kata nahaja yang berarti jalan yang terang. Sehingga kalimat intahaja al-t}ari>q diartikan dengan mengikuti atau melalui, yang memberikan indikasi bahwa sudah ada petunjuk atau rambu-rambu mengenai jalan yang dilalui itu. Karena itulah kata manhaj lebih dimaknai sebagai cara dan metode. Pengertian secara bahasa ini tidak jauh berbeda dengan makna kata metode itu sendiri. Sebab kata tersebut disadur dari bahasa Inggris yaitu method, di mana kata methode ini tersusun dari kata Latin meta dan hodos. Masing-masing, meta berarti sesudah تام) ) atau jalan; sedangkan kata hodos berarti petunjuk ( ىده ). Gabungan kedua kata tersebut membentuk kata majemuk methodos yang berarti suatu cara mengerjakan sesuatu obyek. Adapun kata al-mufassiri>n, ia merupakan ism al-fa> il dari akar kata fassara-yufassiru-tafsi>ran yang berarti menyingkapkan maksud suatu lafal yang musyki>l dan pelik atau memberikan penjelasan. Sebab kata al-fasr itu sendiri berarti menyingkap yang tertutup, keadaan nyata dan jelas. Hanya saja kata tafsi>r dalam ( Word to PDF Converter - Unregistered )

2 kebanyakan penggunaan kesehariannya dan itulah yang dimaksud dalam makalah ini adalah memberikan penjelasan atau upaya memahami Al-Qur an. Oleh karena itu, al-mufassi>r adalah orang yang melakukan upaya untuk memahami Al-Qur an (tadabbur) atau orang yang berupaya menjelaskan makna dan kandungannya. Berdasarkan pengertian kedua kata di atas, maka manhaj al-mufassiri>n diartikan sebagai cara kerja atau metode yang dipergunakan oleh seseorang untuk menafsirkan Al-Qur an. Namun sebelum lebih jauh melihat apa dan bagaimana manhaj al-mufassiri>n itu, alangkah baiknya bila kata ini saling diperhadapkan dengan kata manhaj al-tafsi>r atau metodologi tafsir. Sebab keduanya saling terkait bahkan sulit untuk dipisahkan karena metodologi tafsir itulah yang menjadi cara yang ditempuh oleh para mufassir dalam menafsirkan Al-Qur an. Hanya saja metodologi tafsir merupakan suatu sistem pengetahuan tentang cara menafsirkan Al-Qur an, baik dari segi makna-makna, hukum-hukum, dan hikmah-hikmah yang dikandungnya. Di antara metodologi tafsir ini yaitu metode pendekatan, metode pengumpulan data, analisis data, tehnik interpretasi, dan kesimpulan. Sementara manhaj al-mufassiri>n lebih ditekankan pada cara dan metode yang dipergunakan seorang mufasir sejak Al-Qur an itu diturunkan oleh Allah swt. B. Model-model Manhaj al-mufassiri>n

3 Kata "model" sebenarnya berasal dari bahasa Italia, modello, yang berarti cara, sifat, bentuk. Dari makna tersebut sehingga arti kata "model" dapat dirinci paling tidak- ke dalam tiga defenisi, yaitu; 1) suatu tipe atau desain, 2) suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati, 3) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat aslinya. Berdasarkan pengertian di atas, penulis melihat bahwa kata "model" di sini secara umum sekalipun secara sadar penulis mengakui sulit menarik sebuah kesimpulan pasti tentang maksud dari kata tersebut- berarti bentuk-bentuk penafsiran seorang mufasir dalam menafsirkan Al-Qur an. Mengenai model atau bentuk metode para mufasir dalam menafsirkan Al-Qur an bagi penulis- sangat erat kaitannya dengan sumber tafsir itu sendiri, bahkan penulisan, pembahasan, dan corak penafsiran juga termasuk di dalamnya. Oleh karena itu metode penafsiran yang ditempuh oleh seorang mufassir dapat diklasifikasi ke dalam empat model, yaitu; 1. Ditinjau dari segi sumbernya Sumber tafsir yang dimaksud di sini adalah faktor yang dijadikan sebagai pegangan dalam memahami makna ayat-ayat Al-Qur'an. Dan berbicara mengenai hal itu, maka semestinya penelitian tersebut harus merujuk kepada cara nabi dalam menafsirkan Al-Qur an. Karena memang beliau adalah satu-satunya manusia yang mendapat wewenang

4 penuh untuk menjelaskan Al-Qur'an. Dan di sana ditemukan bahwa Rasulullah saw dalam menafsirkan Al-Qur an terkadang menggunakan ayat-ayat Al-Qur an, wahyu (petunjuk Allah tapi bukan dengan Al-Qur an), atau dengan pengetahuan bahasa. Dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa sumber-sumber tafsir pada masa Rasulullah adalah riwa>yat dan dira>yat. Ini berimplikasi bahwa untuk pengembangan metodologi tafsir tidaklah beralasan membatasi diri pada satu sumber saja, riwayat atau dirayat, tetapi hendaknya kedua unsur tersebut dipergunakan bersama. Bahkan sebagian ulama menambahkan satu sumber tafsir yaitu tafsir sufi atau tafsi>r isya>ri>. Bila sumber penafsiran ini diartikan umum maka kita akan melihat bahwa ada tafsir yang bersumber melalui periwayatan (tafsi>r bi al-ma's\u>r), ada juga yang bersumber melalui akal atau pemikiran (tafsi>r bi al-ra'yi) atau dalam istilah Muin Salim yaitu tafsir berdasarkan dira>yat (pengetahuan), ada pula yang memasukkan jenis yang ketiga yaitu tafsir bi al-isya>ri> atau penafsiran yang didasari oleh isyarat-isyarat atau intuisi spiritual. Di antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori tafsi>r bi al-ma s\u>r, yaitu; a. Ja>mi al-baya>n fi> Tafsi>r al-qur a>n, karya Muh}ammad ibn Jari>r al-t{abari> (w. 310 H). Terkenal dengan nama Tafsi>r al-t{abari>. b. Bah}r al- Ulu>m, karya Nas}r ibn Muh}ammad al-samarqandi> (w. 373 H). Terkenal dengan nama Tafsi>r al-samarqandi>. c. Tafsi>r al-qur a>n al- Az{i>m, karya Isma> i>l ibn Umar al-dimasyqi> (w. 774 H). Terkenal dengan nama Tafsi>r Ibn Kas}i>r.

5 Di antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori tafsi>r bi al-ra yi, yaitu; a. Mafa>tih} al-gai>b, karya Muh}ammad ibn Umar ibn al-h{usain al-ra>zi> (w. 606 H). Terkenal dengan nama Tafsi>r al-ra>zi>. b. Anwa>r al-tanzi>l wa Asra>r al-ta wi>l, karya Abdulla>h ibn Umar al-baid}a>wi> (w. 685 H). Terkenal dengan nama Tafsi>r al-baid}a>wi>. c. Ru>h} al-ma a>ni>, karya Syiha>b al-di>n Muh}ammad al-alu>si> al-bagda>di> (w H). Terkenal dengan nama Tafsi>r al-alu>si>. Di antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori tafsi>r bi al-isya>ri>, yaitu; a. H{aqa>iq al-tafsi>r, karya Muh}ammad ibn al-h{usain ibn Musa al-azadi> al-sulami> ( H). b. Ara>is al-baya>n fi> H{aqa>iq al-qur a>n, karya Abu> Muh}ammad al-syaira>zi> (w. 666 H). c. Al-Ta wi>la>t al-najmiyah, karya Najm al-di>n Da>ya al-ra>zi> (w. 654 H). 2. Ditinjau dari segi penulisannya Sebagaimana telah diketahui bahwa keberadaan tafsir bersamaan dengan keberadaan Al-Qur an. Sebab Rasulullah yang menerima Al-Qur an sekaligus beliau menjadi penafsir pertama. Hanya saja, Rasulullah saw dalam menafsirkan Al-Qur an tidak disertai dengan tulisan tetapi secara lisan semata. Karena itu, berbicara mengenai model penafsiran dari segi penulisannya atau kodifikasinya maka dapat dilihat dalam tiga periode. Periode I, yaitu masa Rasulullah saw.,

6 sahabat, dan permulaan masa tabi in. Di mana tafsir belum tertulis dan secara umum periwayatan ketika itu tersebar secara lisan. Periode II, bermula dengan kodifikasi hadis secara resmi pada masa pemerintahan Umar ibn Abd. Al- Azi>z ( H). Tafsir ketika itu ditulis bergabung dengan penulisan hadis nabi, dan dihimpun dalam satu bab seperti bab-bab hadis, walaupun tentunya penafsiran yang ditulis umumnya adalah tafsi>r bi al-ma s\u>r. Dan periode III, dimulai dengan penyusunan kitab-kitab tafsir secara khusus dan berdiri sendiri, yang oleh sementara ahli diduga dimulai oleh al-farra> (w. 207 H) dengan kitabnya yang berjudul Ma a>ni al-qur a>n. Hanya saja, penulisan kitab tafsir sejak awal periode III itu tidak sama, dengan kata lain, model penulisan kitab tafsir beraneka ragam. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa model penulisan tersebut dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu; a. Kitab tafsir yang disusun secara ijma>li> Sesuai dengan namanya ijma>li>, maka model penulisan yang dimaksud adalah tafsir Al-Qur an secara global dengan tidak menuliskan seluruh ayat Al-Qur an sesuai dengan susunannya tetapi yang ditafsirkan atau yang ditulis hanyalah beberapa ayat tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka tentang ayat tersebut, baik dari segi ilmu bahasa Arab maupun wawasan keilmuan lainnya. Termasuk dalam kategori kitab tafsir yang disusun secara ijma>li> adalah kitab tafsir karangan Sufya>n al-s auri> ( H). Ma>ni Abd al-h{ali>m mengakui bahwa Sufya>n al-s auri> tidak mempunyai kitab tafsir yang terkenal. Ulama yang menyandarkan

7 tafsir kepadanya hanya mengambil nukilan-nukilan dari penafsirannya yang terdapat di beberapa kitab. Namun seiring perjalanan waktu dan penelitian yang lebih jauh, Prof. Imtiya>z Ali Irsyi>, Kepala Perpustakaan Ridha di kota Rambor India berhasil menemukan tafsir Al-Qur an karangan Sufya>n al-s auri>, bahkan ia Imtiya>z Ali Irsyi>- telah meneliti dan mengoreksi serta mensahihkan riwayat dari al-s auri> tersebut. b. Kitab tafsir yang disusun secara tah}li>li> Pada dasarnya, kata tah}li>li> diidentikkan dengan metode yang dipergunakan dalam pembahasan atau memberikan penjelasan terhadap Al-Qur an dan hadis Nabi, sehingga lahirlah istilah tafsi>r tah}li>li> dan h}adi>s\ tah}li>li>. Namun karena model penulisannya yang disusun ayat per ayat berdasarkan susunan mushaf. Dan model tafsir seperti ini cukup banyak, di antaranya Ja>mi al-baya>n fi> al-tafsi>r al-qur a>n karangan Ibnu Jari>r al-t{abari> ( H), Tafsi>r al-mara>gi> karangan Ah}mad Mus}t}afa> al-mara>gi> ( H), dan Mafa>tih al-gai>b karya al-fakhr al-ra>zi> ( H). c. Kitab tafsir yang disusun secara maud}u> i> Model penulisan tafsir yang seperti ini tergolong sebagai sebuah terobosan baru karena sejak periode III dari penulisan kitab-kitab tafsir sampai tahun 1960, para mufasir menafsirkan Al-Qur an ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam mushaf sebagaimana yang disebutkan di atas dengan model penulisan tah}li>li>.

8 Pada bulan Januari 1960, Syaikh Mah}mu>d Syalt}u>t} menyusun kitab tafsirnya, Tafsi>r al-qur a>n al-kari>m, di mana ia tidak lagi menafsirkan ayat demi ayat, tetapi membahas surat demi surat, atau bagian-bagian tertentu dalam satu surat, kemudian merangkainya dengan tema sentral yang terdapat dalam satu surat tersebut. Namun apa yang ditempuh oleh Syalt}u>t} belum bisa memaparkan petunjuk Al-Qur an secara utuh, karena seperti diketahui bahwa satu masalah dapat ditemukan dalam berbagai surat. Atas dasar ini timbul ide untuk menghimpun semua ayat yang berbicara tentang satu masalah tertentu, kemudian mengaitkannya antara satu dengan yang lain, lalu menafsirkannya secara utuh dan menyeluruh. Di antara karya tafsir yang penulisannya menggunakan metode ini, yaitu; al-mar ah fi> al-qur a>n karya Abba>s Mah}mu>d al- Aqqa>d, al-riba> fi> al-qur a>n karya Abu> al-a la> al-maudu>di>, dan al- Aqi>dah fi> al-qur a>n al-kari>m karya Muh}ammad Abu> Zahra, dll. 3. Ditinjau dari segi pembahasannya Metode pembahasan yang dimaksud di sini adalah cara dan bentuk pemaparan seorang mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur an. Tentunya dengan keanekaragaman latar belakang dan sudut pandang seorang mufasir sehingga pembahasan sebuah kitab tafsir berbeda antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, model manhaj al-mufassiri>n ditinjau dari segi pembahasannya merupakan sistem pemaparan seorang mufasir dalam kitabnya.

9 Untuk itu, sepertinya akan lebih mudah dan efisien, bila kajian ini bertitik tolak dari pandangan al-farma>wi> yang membagi metode tafsir menjadi empat macam, yaitu tah}lili>, ijma>li>, muqa>ran, dan maud}u> i>. Oleh karenanya, penulis melihat bahwa model pemaparan mufasir dalam kitab tafsirnya dapat diklasifikasi menjadi empat bagian, yaitu; a. Model Ijma>li> (Global). Secara etimologi, kata al-ijma>li> berarti ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlah. Sehingga yang dimaksud dengan metode ijma>li> adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur an dengan mengemukakan kandungannya secara ringkas tapi meyeluruh, dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca. Dengan kata lain, pembahasan tafsir ijma>li> hanya meliputi beberapa aspek dan dalam bahasa yang sangat singkat. Termasuk dalam karya tafsir yang menggunakan metode ini adalah Tafsi>r al-fari>d li al-qur a>n al-maji>d karya Dr. Muh}ammad Abd al-mun i>m yang hanya mengedapankan arti kata-kata (al-mufradah), asba>b al-nuzu>l dan penjelasan singkatnya. Begitu juga tafsi>r Jala>lain karya Jala>l al-di>n al-suyu>t}i> dan Jala>l al-di>n al-mah}alli>, serta Fath} al-baya>n fi> Maqa>s}id al-qur a>n karya S{iddiq H{asan Kha>n. b. Model Tah}li>li>

10 Secara etimologi, model atau metode tah}li>li> adalah suatu cara menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat Al-Qur an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung pada ayat-ayat yang ditafsirkan sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut. Dalam metode ini, mufasir menjelaskan ayat demi ayat sesuai dengan runtutannya dalam mushaf utsmani. Dimulai dengan menganalisis ayat dengan mengemukakan arti kosa kata (mufradat), ungkapan dan konotasi kalimatnya. Selanjutnya menerangkan arti yang dikehendaki ayat dan sasaran yang dituju ayat tersebut. Menjelaskan apa yang dapat diistimbatkan dari ayat tersebut, berikut kolerasi antara ayat-ayat dan hubungannya dengan surah sebelum dan sesudahnya. Penafsir juga merujuk pada asba>b al-nuzu>l untuk sampai pada pesan yang dimaksud, tidak ketinggalan pendapat-pendapat yang berkenaan dengan ayat-ayat tersebut. Baik itu yang berasal dari Nabi, sahabat para tabi in maupun ahli tafsir lainnya. Aplikasi metode ini dapat dilihat dalam berbagai karya tafsir diantaranya : Ja>mi al Baya>n fi> at-tafsi>r al-qur a>n karangan imam Ibnu Jari>r at-t{abari>, Tafsi>r al-mara>gi>, Tafsi>r Al-Qur a>n al- Az}i>m karya Ibnu Kasi>r, Mafa>tih} al-gai>b karya al-fakhr al-ra>zi> dan lain sebagainya. c. Model Muqa>ran (komparasi)

11 Model atau metode muqa>ran yang dimaksud di sini adalah metode yang menggunakan pendekatan perbandingan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur an. Pengertian ini bisa dipahami dalam beberapa bentuk, yaitu : Pertama, metode muqa>ran bisa diartikan sebagai metode yang digunakan dengan cara membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur an yang memiliki kemiripan redaksi tetapi maksudnya berbeda, atau memiliki redaksi yang berbeda dengan maksud yang sama. Kedua, membandingkan ayat Al-Qur an dengan hadis-hadis Nabi yang tampak bertentangan. Ketiga, membandingkan berbagai pendapat para ulama dalam menafsirkan Al-Qur an serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan mereka yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur an. Di antara kitab tafsir yang masuk dalam kategori ini adalah Rawa> i al-baya>n fi> Tafsi>r al-ah}ka>m karya Ali al-s}abu>ni> dan al-ja>mi li Ah}ka>m al-qur a>n karya Muh}ammad ibn Ah}mad ibn Abu> Bakar al-qurt}u>bi>. d. Model Maud}u> i> Perkembangan zaman dan semakin kompleksnya permasalahan manusia menuntut adanya metode baru dalam menafsirkan Al-Qur an yang memproduksi penafsiran yang dapat menjadi solusi bagi tiap permasalahan tersebut. Salah satunya adalah metode maud}u> i> (tematik).

12 Metode ini berarti menafsirkan Al-Qur an dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur an yang berbicara tentang satu masalah atau tema yang bertujuan sama untuk kemudian melakukan penalaran (analisis) terhadap isi kandungannya menurut cara dan syarat tertentu untuk menerangkan makna-maknanya dan mengeluarkan unsur-unsurnya, serta menghubung-hubungkan antara yang satu dan yang lainnya dengan kolerasi yang bersifat komprehensif. Kajian tafsir maud}u> i> dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu : pertama, pembahasan mengenai satu surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus, menjelaskan muna>sabah antara ayat dalam surat tersebut sehingga surat itu tampak sebagai satu kesatuan yang utuh. Kedua, menghimpun ayat-ayat dari keseluruhan Al-Qur an di bawah satu tema yang sama. Dengan metode maud}u> i>, selain mufasir mencoba mengkaji Al-Qur an dengan mengambil sebuah tema khusus, mufasir juga dapat mengarahkan pandangannya pada problem baru dan berusaha memberikan solusi melalui petunjuk Al-Qur an sambil memperhatikan hasil pemikiran dan penemuan manusia, sehingga muncul karya ilmiah menurut topik tertentu dalam prespektif Al-Qur an, misalnya : al-insa>n fi> Al-Qur a>n, al-mar ah fi>> al-qur a>n dan lain sebagainya. Jika dilihat dari sejarahnya, Tafsir Maud}u> i> bukanlah merupakan fenomena baru. Menurut Al-Farma>wi>, benih penafsiran seperti ini sudah ada sejak zaman Nabi

13 saw. sebab penafsiran Al-Qur an dengan Al-Qur an menurutnya merupakan embrio bagi munculnya tafsir maud}u> i> selain merupakan tafsi>r bi al-ma s\u>r. Akan tetapi, istilah tafsir al-maud}u> i> itu sendiri diperkirakan baru lahir pada sekitar abad empat belas hijrah (19 M), ketika metode tafsir ini ditetapkan sebagai matakuliah di jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin di Ja>mi ah al-azhar yang diprakarsai oleh Prof. Dr. Ah}mad Sayyid al-ku>mi> dan Abd. Al-H{ayy al-farma>wi>. Adapun di Indonesia, tafsir dengan metode ini diprakarsai oleh M. Quraish Shihab. yang bisa dilihat dalam karya tafsirnya, khususnya Wawasan Al-Qur an; Tafsir Maudhu i atas Pelbagai Persoalan Umat. 4. Ditinjau dari segi coraknya Model penafsiran ditinjau dari segi coraknya dikenal dengan istilah alwa>n al-tafsi>r atau dalam istilah yang lain disebut dengan al-ittija>h al-fikri> atau pola pikir yang dipergunakan untuk membahas suatu masalah. Pola pikir seperti ini disebut juga dengan pendekatan, di mana pendekatan itu bisa saja berbeda sesuai dengan perbedaan jurusan dan keahlian seorang mufasir, apatah lagi Al-Qur an memiliki obyek formal tafsir yang beraneka ragam. Tidak hanya mencakup masalah kepercayaan, hukum, dan akhlak, tetapi juga masalah-masalah kemasyarakatan, masalah futurologi, masalah kefilsafatan, bahkan pengetahuan alam seperti falak dan pengobatan.

14 Oleh karena itu, Quraish Shihab menyebutkan beberapa alwa>n al-tafsi>r atau corak tafsir yang dikenal dan berkembang dalam dunia penafsiran. Di antaranya; a. Corak sastra bahasa Corak ini lahir akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri di bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-Qur an di bidang ini. Di antara kitab tafsir yang menggunakan corak seperti ini adalah al-kasysya>f an H{aqa>iq Hawa>mid al-tanzi>l wa Uyu>n al-aqa>wil fi> Wuju>h al-ta wi>l karya Abu> al-qa>sim Mah}mu>d ibn Umar al-zamakhsyari> ( H). b. Corak filsafat dan teologi Corak ini lahir akibat penerjemahan kitab filsafat yang mempengaruhi semua pihak, serta masuknya penganut agama-agama lain ke dalam Islam yang dengan sadar atau tidak masih mempercayai beberapa hal dari kepercayaan lama mereka. Di antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori ini adalah al-s{a>fi> fi> Tafsi>r al-qur a>n karya Muh}ammad ibn al-syah Murtad}a> (w H) yang merupakan salah satu kitab yang bernuansa Syi ah. c. Corak penafsiran ilmiah Corak ini lahir akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan usaha penafsir untuk memahami ayat-ayat Al-Qur an sejalan perkembangan ilmu pengetahuan. Di antara kitab

15 tafsir yang termasuk dalam kategori ini adalah al-jawa>hir fi> Tafsi>r al-qur a>n al-kari>m karya Syaikh T{ant{a>wi> Jauha>ri> ( H). d. Corak fiqih atau hukum Corak ini lahir akibat berkembangnya ilmu fiqih dan terbentuknya mazhab-mazhab fiqih, yang setiap golongan berusaha membuktikan kebenaran pendapatnya berdasarkan penafsiran-penafsiran mereka tentang ayat-ayat hukum. Di antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori ini adalah al-ja>mi li Ah}ka>m al-qur a>n karya Muh}ammad ibn Ah}mad ibn Abu> Bakar al-qurt}u>bi>. e. Corak tasawuf Corak ini muncul akibat timbulnya gerakan-gerakan sufi sebagai reaksi terhadap kecenderugan berbagai pihak terhadap materi atau sebagai kompensasi terhadap kelemahan yang dirasakan. Di antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori ini adalah H{aqa>iq al-tafsi>r, karya Muh}ammad ibn al-h{usain ibn Mu>sa> al-azadi> al-sulami> ( H). f. Corak sastra budaya kemasyarakatan. Corak ini mulai muncul pada masa Muh}ammad Abduh ( M) yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat. Dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tetapi indah didengar. Di

16 antara kitab tafsir yang termasuk dalam kategori ini adalah Tafsi>r al-qur a>n al-h{aki>m atau Tafsi>r al-mana>r karya Muh}ammad Abduh dan Muh{ammad Rasyi>d Rid}a> (w H). C. Sejarah perkembangan Manhaj al-mufassiri>n Mengenai sejarah perkembangan manhaj al-mufassiri>n, maka hal itu tidak bisa dipisahkan dengan sejarah perkembangan tafsir, bahkan lebih dari itu sejarah perkembangan manhaj al-mufassiri>n juga erat kaitannya dengan model-model penafsiran yang telah disebutkan di atas. Sebab sejak Rasulullah, dikenal dua cara penafsiran Al-Qur an. Pertama, penafsiran berdasarkan petunjuk wahyu. Kedua, penafsiran berdasarkan ijtihad atau ra yi. Di masa sahabat, sumber untuk memahami ayat-ayat Al-Qur an di samping ayat Al-Qur an sendiri, juga riwayat dari nabi dan ijtihad mereka. Pada abad-abad selanjutnya, usaha untuk menafsirkan Al-Qur an berdasarkan ra yi atau nalar mulai berkembang sejalan dengan kemajuan taraf hidup manusia yang di dalamnya sarat dengan persoalan-persoalan yang tidak selalu tersedia jawabannya secara eksplisit dalam Al-Qur an. Bahkan lahir pula istilah tafsi>r isya>ri> yang lebih menitikberatkan pada intuisi dan pemahaman spiritual terhadap ayat-ayat Al-Qur an. Oleh karena itu, mengenai sejarah perkembangan ini, penulis mencoba mengklasifikasinya dalam dua bagian, yaitu:

17 1. Dilihat dari aspek pembahasannya. Pada zaman Nabi dan para sahabat, pada umumnya mereka adalah ahli bahasa Arab dan mengetahui secara baik latar belakang turun ayat (asba>b al-nuzu>l), serta mengalami secara langsung situasi dan kondisi umat ketika ayat-ayat Al-Qur an turun. Dengan demikian, mereka relatif dapat memahami ayat-ayat Al-Qur an itu secara benar, tepat, dan akurat. Berdasarkan kenyataan sejarah yang demikian, maka untuk memahami suatu ayat, mereka tidak begitu membutuhkan uraian yang rinci, tetapi cukup dengan isyarat dan penjelasan global (ijma>l). Itulah yang membuat lahir dan berkembangnya tafsir dengan metode global dalam penafsiran Al-Qur an pada abad-abad pertama. Pada periode berikutnya, umat Islam semakin majemuk dengan berbondong-bondongnya bangsa non-arab masuk Islam, terutama setelah tersebarnya Islam ke daerah-daerah yang jauh di luar tanah Arab. Kondisi ini membawa konsekuensi logis terhadap perkembangan pemikiran Islam; berbagai peradaban dan kebudayaan non Islam masuk ke dalam khazanah intelektual Islam. Akibatnya, kehidupan umat Islam menjadi terpengaruh olehnya. Untuk menghadapi kondisi yang demikian para pakar tafsir ikut mengantisipasinya dengan menyajikan penafsiran-penafsiran ayat-ayat Al-Qur an yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan umat yang semakin beragam. Kondisi seperti yang digambarkan itulah yang merupakan salah satu pendorong lahirnya tafsir dengan metode analitis (tah}li>li>), sebagaimana tertuang di dalam kitab-kitab tafsir tah}li>li>, seperti Tafsi>r al-t{abari> dan lain-lain. Metode penafsiran

18 serupa terasa lebih cocok di saat itu karena dapat memberikan pengertian dan penjelasan yang rinci terhadap pemahaman ayat-ayat Al-Qur an. Dengan demikian, umat merasa terayomi oleh penjelasan-penjelasan dan berbagai interpretasi yang diberikan terhadap ayat-ayat Al-Qur an di dalam kitab tersebut. Kemudian metode penafsiran serupa itu diikuti oleh ulama tafsir yang datang kemudian, bahkan berkembang dengan sangat pesat dalam dua bentuk penafsiran yaitu: al-ma s\u>r dan al-ra yi> dengan berbagai corak yang dihasilkannya, seperti fiqh, tasawuf, falsafi>, ilmi>, adabi ijtima> i> dan lain-lain. Dengan dikarangnya kitab-kitab tafsir dalam dua bentuk penafsiran tersebut dengan berbagai coraknya, umat ingin mendapatkan informasi lebih jauh berkenaan dengan kondisi dan kecenderungan serta keahlian para pakar tafsir. Umat juga ingin mengetahui pemahaman ayat-ayat Al-Qur an yang kelihatannya mirip, padahal ia membawa pengertian yang berbeda. Demikian ditemukannya hadis-hadis yang secara lahiriyah ada yang tampak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur an, padahal secara teoritis hal itu tak mungkin terjadi karena keduanya pada hakikatnya berasal dari sumber yang sama, yakni Allah. Kenyataan sebagaimana yang digambarkan itu mendorong para ulama untuk melakukan perbandingan penafsiran ayat-ayat Al-Qur an yang pernah diberikan oleh para ulama sebelumnya dalam memahami ayat-ayat Al-Qur an ataupun hadis-hadis Nabi. Dengan demikian lahirlah tafsir dengan metode perbandingan (muqa>ran) seperti yang diterapkan oleh al-iska>fi> di dalam kitabnya Durra>t al-tanzi>l wa Gurra>t

19 al-ta wi>l, dan oleh al-karma>ni> di dalam kitabnya al-burha>n fi> Tauji>h Mutasya>bah al-qur a>n, dan lain-lain. Permasalahan di abad modern berbeda jauh dari apa yang dialami oleh generasi terdahulu. Perbedaan tersebut terasa sekali di tengah masyarakat, seperti mobilitas yang tinggi, perubahan situasi yang sangat cepat, dan lain-lain. Realitas kehidupan yang demikian membuat masyarakat, baik secara individual maupun berkeluarga, bahkan berbangsa dan bernegara, menjadi terasa seakan-akan tak punya waktu luang untuk membaca kitab-kitab tafsir yang besar-besar sebagaimana telah disebutkan tadi. Padahal untuk mendapatkan petunjuk Al-Qur an umat dituntut membaca kitab-kitab tafsir tersebut. Untuk menanggulangi permasalahan itu, ulama tafsir pada abad modern menawarkan tafsir Al-Qur an dengan metode baru, yang disebut dengan metode tematik (maud}u> i>). Dengan lahirnya metode ini, mereka yang menginginkan petunjuk Al-Qur an dalam suatu masalah tidak perlu menghabiskan waktunya untuk membaca kitab-kitab tafsir yang besar itu, tetapi cukup membaca tafsir tematik tersebut selama permasalahan yang ingin mereka pecahkan dapat dijumpai dalam kitab tafsir itu. 2. Dilihat dari aspek penyajiannya Bila yang digambarkan di atas tentang sejarah perkembangan tafsir atau manhaj al-mufassiri>n dari segi pembahasannya, maka perkembangan dapat pula ditinjau dari segi penyajiannya. Di sini penulis menggunakan kata penyajian untuk tidak membatasi makna

20 yang diinginkan sebab bila yang dipergunakan kata penulisan maka sepertinya penafsiran di zaman Nabi, sahabat, dan tabi in sulit terwakili karena di sana penafsiran secara umum dilakukan secara lisan. Oleh karena itu, al-z ahabi> dalam kitabnya al-tafsi>r wa al-mufassiru>n mengklasifikasi sejarah perkembangan ini ke dalam beberapa fase, yaitu: a. Fase Nabi dan para sahabatnya, pada fase ini Al-Qur an ditafsirkan tidak secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Dengan kata lain, penjelasan yang diberikan hanya bersifat global disebabkan kemampuan para sahabat dalam memahami Al-Qur an tidak diragukan sekalipun kualitas kecerdasan mereka berbeda-beda. Dan juga secara umum penafsiran tersebut belum ditulis karena penulisan itu baru terjadi pada abad ke-ii Hijriah. Di antara mufasir dari kalangan sahabat di antaranya Ibn Abba>s, Abdulla>h ibn Mas u>d, Ubay ibn Ka ab, dll. b. Fase para tabi in. Tatkala daerah Islam telah berkembang luas, maka ulama-ulama tafsir (sahabat-sahabat Nabi) banyak yang pindah ke daerah-daerah tertentu. Di sanalah mereka membentuk madrasah-madrasah di beberapa kota, antara lain di Makkah al-mukarramah terdapat Madrasah Ibn Abba>s. Di sana ia mempunyai banyak murid termasuk Sa i>d bin Jubai>r, Muja>hid, dan Ikri>mah. Sementara di Kota Madinah terdapat Madrasah Ubay ibn Ka ab. Di sana Ubay memiliki murid, di antaranya Za i>d ibn Aslam, Abu> Aliyah, Muh}ammad ibn Ka ab al-qurdi>. Demikian pula di Iraq terdapat Madrasah Ibn Mas u>d. Murid-muridnya dari

21 kalangan tabi in yang banyak meriwayatkan tafsir darinya adalah Alqa>mah ibn Qais, Masru>q, al-h{{}asan al-bas}ri>, dan Qata>dah ibn Di a>mah al-sadu>si>. Pada dasarnya fase tabi in ini tidak jauh berbeda dengan fase sebelumnya (para sahabat). Hanya saja di sana lahir terobosan-terobosan baru yang belum ditemukan pada fase yang pertama. Termasuk di antaranya, cara dan sumber penafsirannya. Sebab para sahabat dalam menafsirkan Al-Qur an lebih menitikberatkan pada pemahaman bahasa Arab mereka serta pengetahuannya mengenai asba>b al-nuzu>l-nya sebuah ayat. Dan bila terjadi perbedaan pemahaman di antara mereka maka rujukan utamanya adalah kembali bertanya kepada nabi. Sedangkan tabi in karena tidak sempat bertemu dengan nabi maka secara otomatis mereka berupaya memperoleh banyak penjelasan dari para sahabat sehingga muncullah madrasah-madrasah tafsir sebagaimana yang telah disebutkan. Dan mereka dipaksa untuk menguras pikiran serta wawasannya dalam memahami ayat-ayat Al-Qur an. c. Fase penulisan tafsir. Mengenai penulisan tafsir ini, setidaknya manhaj al-mufassiri>n terbagi dua, yaitu; pertama, tafsir masih ditulis bergabung dengan penulisan hadis-hadis nabi, dengan kata lain karya untuk tafsir belum berdiri sendiri dan itu dimulai sejak pemerintahan Umar ibn Abd al- Azi>z. Di antara ulama yang termasuk dalam kategori ini adalah Yazi>d ibn Ha>run al-sulami> (w. 117 H),

22 Syu bah ibn al-h{ajja>j (w. 160 H), Wa>ki ibn al-jarra>h (w. 197 H), dan Sufya>n ibn Uyainah (w. 198 H). Dan setelah kodifikasi ini, lahirlah bentuk kodifikasi/penulisan yang kedua, yaitu tafsir Al-Qur an dipisahkan dari kitab hadis sehingga ia sudah berdiri sendiri. Dan susunannya disesuaikan dengan susunan mushaf Al-Qur an. Di antara ulama yang termasuk dalam kategori ini adalah Ibn Ma>jah (w. 373 H), Ibn Jari>r al-t{abari> (w. 310 H), Abu> Bakar ibn al-munzir al-naisabu>ri> (w. 318 H), Ibn Abi> H{a>tim (w. 327 H), dll. Pada awalnya kitab-kitab tafsir yang ditulis merupakan tafsir periwayatan yang disandarkan kepada nabi, sahabat, tabi in, dan tabi tabi in. namun karena perkembangan situasi dan kondisi serta semakin banyaknya permasalahan yang dihadapi umat manusia sehingga model penulisannya pun bukan hanya terbatas pada aspek periwayatan namun sudah mulai masuk pada hasil olah pikiran masing-masing mufasir.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of Contemporary English yang mencantumkan salah satu pengertian profile adalah "a short

Lebih terperinci

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 59 BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33 A. Kualitas Mufasir at-thabari Ditinjau dari latar pendidikannya dalam konteks tafsir al-qur an, penulis menilai bahwa at-thabari

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH

BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH BAB II METODOLOGI TAFSIR, TEORI ASBABUN NUZUL, DAN TEORI MUNASABAH A. Metode dan Corak-corak Tafsir Menurut Nashiruddin Baidan, metode penafsiran al-qur an terbagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Metode

Lebih terperinci

Tafsir janggal adalah tafsir yang tidak sejalan dengan tafsir pada umumnya. 3 Kedua tafsir ini tidak diterima oleh umumnya ulama, hanya orang-orang

Tafsir janggal adalah tafsir yang tidak sejalan dengan tafsir pada umumnya. 3 Kedua tafsir ini tidak diterima oleh umumnya ulama, hanya orang-orang SEJARAH PERKEMBANGAN TAFSIR TEMATIK Oleh: H. Syamruddin Nst Abstraksi Tipologi tafsir berkembang terus dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan dan kontek zaman, dimulai dari tafsir bi al-ma tsur atau

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al-

BAB V PENUTUP. 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih dari penafsiran al-ṭabari dan al- BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bentuk peneletian sistematis, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan rumusan masalah yang telah ditelusuri yaitu: 1. Metode yang dipergunakan dan yang dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tafsir menurut bahasa berasal dari kata Al-Fasr yang berarti menjelaskan dan menerangkan makna yang abstrak, kata At-Tafsîr berarti menyingkap maksud sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGGUNAAN AL-RA Y OLEH AL-ZAMAKHSHARY DALAM TAFSIR AL-KASHSHA

Lebih terperinci

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah

BAB IV T}ANT}A>WI> JAWHARI> hitung dan dikenal sebagai seorang sufi. Ia pengikut madzhab ahl sunnah wa aljama ah BAB IV ANALISIS MAKNA DUKHA>N ANTARA AL-RA>ZI> DAN T}ANT}A>WI> JAWHARI> A. Analisis Makna Dukha>n Perspektif al-ra>zi> Al-Ra>zi> adalah seorang ulama yang memiliki pengaruh besar, baik di kalangan penguasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research). 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian tentang manajemen tenaga pendidik dan kependidikan dalam perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang 373 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bahasa, shalat berarti do a. Dengan pengertian ini, shalat adalah ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban peribadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada Nabi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an sebagai kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam. 1 Ia memberikan

Lebih terperinci

Beberapa Problem Tafsir

Beberapa Problem Tafsir 108 yang dikemukakan oleh Al-Nazam (w. 835 H). Tetapi harus diakui bahwa usaha-usaha ulama untuk menafsirkan Al-Quran dengan metode analisis-redaksi tersebut, bahkan dengan metode komparasi yang kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI TAFSIR

BAB III METODOLOGI TAFSIR BAB III METODOLOGI TAFSIR Perkembangan tafsir al- Qur an sejak masa Nabi saw, para sahabat r.a, sampai dengan zaman kini, dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori; metodologis (manhaj), dan karakeristik/corak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH 95 BAB IV ANALISIS KOMPARATIF AL-QURT{UBI< DAN SAYYID QUT{B TELAAH AYAT-AYAT SAJDAH A. Analisis Komparatif al-qurt{ubi> dan Sayyid Qut{b 1. Analisis Komparatif Surat al-a raf ayat 206 Al-Qurtu{bi> dalam

Lebih terperinci

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran)

Surah Al- Alaq, ayat 1-5. Surah Al-Fatihah. Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4. Bismillah. Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran) Surah Al- Alaq, ayat 1-5 Surah Al-Fatihah Manna Al-Qattan (Mabahith fi Ulum al-quran) Surah Al-Mudatsir, ayat 1-4 Bismillah 1. Ayat 1-5, Surah Al- Alaq (Paling Rajih) i. Berdasarkan hadis Aisyah yang diriwayatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN BAB IV ANALISIS TERHADAP TAFSIR TAFSIR FIDZILAL ALQURAN DAN TAFSIR AL-AZHAR TENTANG SAUDARA SEPERSUSUAN A. Konsep Saudara Sepersusuan Menurut Mufassir Sayyid Quthub dan Hamka Dalam Tafsir Fii Dzilal Alquran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an merupakan sumber hukum yang utama bagi umat Islam. Semua hukum yang berlaku dalam Islam tidak boleh bertentangan dengan al-qur an. Di samping al-qur an sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

AL-MIZAN: MAHAKARYA ABAD MODERN

AL-MIZAN: MAHAKARYA ABAD MODERN AL-MIZAN: MAHAKARYA ABAD MODERN (CUPLIKAN-CUPLIKAN DARI BUKU MENELUSURI RUANG BATIN AL-QUR'AN: BELAJAR TAFSIR BATINI PADA ALLAMAH THABATHABA'I) Oleh Rosihon Anwar (Peminat Kajian-kajian Tafsir Syi`ah)

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran) Pengantar Ulumul Quran (Realitas Al-Quran) Definisi Ulumul Quran Ulûm al-qur ân didefinisikan sebagai pembahasan yang berkaitan dengan al-qur an, dari aspek turunnya, kemukjizatan, pengumpulan, sistematika,

Lebih terperinci

URGENSI SINERGITAS METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR KITAB SUCI

URGENSI SINERGITAS METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR KITAB SUCI URGENSI SINERGITAS METODE DAN PENDEKATAN TAFSIR KITAB SUCI Nasrullah Abstrak: Usaha penafsiran kitab suci Al-Qur an sejak era klasik sampai era sekarang terus dilakukan. Penafsiran Al-Qur an dilakukan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya,

Lebih terperinci

PESONA TAFSIR MAWḌU I

PESONA TAFSIR MAWḌU I PESONA TAFSIR MAWḌU I Penetrasi dalam Membahas dan Menjawab Realita Dudung Abdullah Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Abstrak Tafsir Mawḍu i atau Tafsir Tematik adalah pembahasan ayat

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI. A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi

BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI. A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi BAB II SEJARAH SINGKAT TENTANG AHMAD MUSTAFA AL-MARAGHI A. Kelahiran Dan Wafatnya Ahmad Mustafa al-maraghi Nama lengkap al-maraghi adalah Ahmad Mustafa al-maraghi Ibn Musthafa Ibn Muhammad Ibn Abd al-mun

Lebih terperinci

BAB II METODE MUQARIN DAN TEORI TAFSIR

BAB II METODE MUQARIN DAN TEORI TAFSIR BAB II METODE MUQARIN DAN TEORI TAFSIR A. Metode Muqarin (Komparatif) Muqarin berasal dari kata qarana-yuqarinu-qarnan yang artinya membandingkan, kalau dalam bentuk masdar artinya perbandingan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. melebihkan Zaitun dan bersumpah atas nama Zaitun dari buah-buahan yang

BAB V PENUTUP. melebihkan Zaitun dan bersumpah atas nama Zaitun dari buah-buahan yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Seperti mana yang telah penulis kemukakan, Allah SWT telah melebihkan Zaitun dan bersumpah atas nama Zaitun dari buah-buahan yang lain sebagaimana yang disebut didalam Al-Quran.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN. 1. Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi merupakan salah satu ulama yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN. 1. Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi merupakan salah satu ulama yang 83 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN A. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai-berikut: 1. Syaikh Abu Bakar Jabir al-jazairi merupakan salah satu

Lebih terperinci

TAFSIR BI AL-RA YI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENAFSIRAN ALQURAN. Oleh Moh. Arsyad Ba asiyen STAIN Datokarama Palu, Jurusan Ushuluddin

TAFSIR BI AL-RA YI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENAFSIRAN ALQURAN. Oleh Moh. Arsyad Ba asiyen STAIN Datokarama Palu, Jurusan Ushuluddin Abstract TAFSIR BI AL-RA YI SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PENAFSIRAN ALQURAN Oleh Moh. Arsyad Ba asiyen STAIN Datokarama Palu, Jurusan Ushuluddin Tafsir bi al-ra yi is one of methods employed by ulama in interpreting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) yaitu penelitian yang dilaksanaakan dengan menggunakan literature kepustakaan baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian Dalam setiap penelitian sangat perlu sekali untuk membatasi ruang lingkup penelitian berupa batasan terhadap obyek masalah penelitian agar sebuah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG TAFSIR AL-MARAGHI. Muhammad Ibn Abd al-mun in al-qadhi al-maraghi. Ia lahir pada tahun 1300 H/

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG TAFSIR AL-MARAGHI. Muhammad Ibn Abd al-mun in al-qadhi al-maraghi. Ia lahir pada tahun 1300 H/ BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG TAFSIR AL-MARAGHI A. Kelahiran Al-Maraghi Nama lengkap al-maraghi adalah Ahmad Mustafa Ibn Musthafa ibn Muhammad Ibn Abd al-mun in al-qadhi al-maraghi. Ia lahir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an al-karim adalah sebuah kitab yang tidak datang kepadanya kebatilan dari awal sampai akhirnya, yang diturunkan oleh (Tuhan) Yang Maha Bijaksana lagi

Lebih terperinci

UMMI> DALAM AL-QUR AN

UMMI> DALAM AL-QUR AN UMMI> DALAM AL-QUR AN (Kajian Tematik Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab) Muji Basuki I Di dalam Al-Qur an kata ummi> disebutkan sebanyak 6 kali, dua kali dalam bentuk mufrad dan 4 kali dalam bentuk

Lebih terperinci

FORMAT ILMU TAFSIR PADA ERA MASYARAKAT PLURAL. Masruchin Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung

FORMAT ILMU TAFSIR PADA ERA MASYARAKAT PLURAL. Masruchin Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung FORMAT ILMU TAFSIR PADA ERA MASYARAKAT PLURAL Masruchin Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung Abstrak Penulisan tafsir tidak terlepas pada bentuk, metode dan corak tafsir. Terlebih pada masyarakat

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

`BAB I A. LATAR BELAKANG

`BAB I A. LATAR BELAKANG `BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah proses penanaman nilai Islami yang terdapat dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak pernah menafika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode tafsir bi al-ma tsur dan tafsir bi al-ra yi. 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode tafsir bi al-ma tsur dan tafsir bi al-ra yi. 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Al-Qur`an merupakan petunjuk dan pedoman bagi umat Islam pada khususnya dan seluruh manusia pada umumnya. Maka dari itu, agar menjadi pedoman dan petunjuk setiap

Lebih terperinci

BAB 5 : PENUTUP. Al-Khatib al-shirbini adalah seorang yang faqih dalam mazhab al-shafi i dan

BAB 5 : PENUTUP. Al-Khatib al-shirbini adalah seorang yang faqih dalam mazhab al-shafi i dan BAB 5 : PENUTUP 5.1 Pendahuluan Penulis akan membuat kesimpulan daripada perbincangan-perbincangan pada bab-bab yang lalu. Bab ini lebih memfokuskan dapatan yang penulis perolehi pada setiap kajian bab.

Lebih terperinci

( Word to PDF Converter - Unregistered )

( Word to PDF Converter - Unregistered ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah kitab suci yang berasal dari Allah swt. Keberadaan al-qur an telah ditetapkan sebagai kitab suci yang dalam konteks teologis akan senantiasa

Lebih terperinci

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29

Written by Andi Rahmanto Wednesday, 29 October :49 - Last Updated Wednesday, 29 October :29 Maksud Gugurnya Sanad Yang dimaksud gugurnya sanad adalah terputusnya rantai sanad (silsilatu as-sanad) dengan gugurnya sorang rawi atau lebih secara sengaja, baik dari sebagian perawi atau dari yang lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tematik (maud}u>`i>), yaitu metode penafsiran yang ditempuh dengan menghimpun seluruh ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci sempurna sekaligus paripurna, terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6666 ayat, 77.934 kosa kata dan 333.671 huruf. Untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat muslim sudah tidak asing lagi dengan kata hikmah karena kata-kata ini sering dijumpai hampir disetiap kitab-kitab yang bernuansa ibadah bahkan kata hikmah

Lebih terperinci

bat}il. Al-Qur an: (2: 185):

bat}il. Al-Qur an: (2: 185): BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan acuan utama dan pertama bagi umat manusia dalam rangka mewujudkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera, baik saat ini di dunia maupun di

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Secara etimologi Alqurān berasal dari kata qara-a yaqra-u ( قرا - يقرا ) yang berarti membaca. Sedangkan Alqurān sendiri adalah bentuk maṣdar dari qara-a yang berarti bacaan.

Lebih terperinci

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF l Edisi 020, September 2011 P r o j e c t TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF i t a i g k a a n D Kusmana Edisi 020, September 2011 1 Edisi 020, September 2011 Tafsir Al-Qur an Inklusif Tafsir al-qur an yang memberi

Lebih terperinci

I Perdebatan mengenai suatu masalah merupakan hal lumrah yang sering dijumpai dalam setiap perkumpulan. Perdebatan seputar soal duniawi hingga yang

I Perdebatan mengenai suatu masalah merupakan hal lumrah yang sering dijumpai dalam setiap perkumpulan. Perdebatan seputar soal duniawi hingga yang I Perdebatan mengenai suatu masalah merupakan hal lumrah yang sering dijumpai dalam setiap perkumpulan. Perdebatan seputar soal duniawi hingga yang menyangkut permasalahan ukhrawi. Mulai dari urusan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa penulis dari kedua mufassir dalam menafsiri ayatayat sumpah dalam juz amma, maka akhir dari skripsi ini merupakan penutup dan dimana dikemukakan beberapa

Lebih terperinci

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1 Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1 Matlamat Modul Matlamat modul ini membahaskan tentang huraian dan tafsiran ayatayat hukum. Ianya mengandungi pelbagai jenis hukum dan pengajaran yang berguna dan penting

Lebih terperinci

Tafsiran Poligami Dalam Pandangan Muhammad Syahrur Copyright 2017 Ozy Publisher vii+83 hlm.; 23 cm x 16 cm ISBN:

Tafsiran Poligami Dalam Pandangan Muhammad Syahrur Copyright 2017 Ozy Publisher vii+83 hlm.; 23 cm x 16 cm ISBN: i Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pengarang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak

Lebih terperinci

http://astro.unl.edu/naap/lps/animations/lps.swf - Bulan bercahaya dan Matahari bersinar -> QS. Nūḥ (71): 16 dan QS. al-furqān (25): 61; - Akan tiba suatu masa di mana Bulan tidak lagi bercahaya dan Matahari

Lebih terperinci

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan!

Tafsir Edisi 3 : Sekali Lagi: Pemimpin Perempuan! Pemimpin didefinisikan sebagai orang yang diikuti ucapan dan tindakannya, baik mau pun yang buruk. Kaum muslimin menyebutnya: Imam atau sebuatan lain yang semakna. Al Qur-an menyatakan : "Dan Kami telah

Lebih terperinci

Zuailan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta

Zuailan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta Zuailan Metode Tafsir Tahlili 59 METODE TAFSIR TAHLILI Zuailan Mahasiswa Pascasarjana UIN Jakarta Email: Zuailan.alhafizh@gmail.com Abstrak Tafsir dilihat dari metodenya terdiri dari 4 macam yaitu Tahlili,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TERHADAP STANDAR PENILAIAN MUHAMMAD HUSEIN AL-ZAHABI. penulis menilai bahwa tentunya sangat berkualitas penuh dengan pembahasan

BAB IV ANALISA TERHADAP STANDAR PENILAIAN MUHAMMAD HUSEIN AL-ZAHABI. penulis menilai bahwa tentunya sangat berkualitas penuh dengan pembahasan 72 BAB IV ANALISA TERHADAP STANDAR PENILAIAN MUHAMMAD HUSEIN AL-ZAHABI A. Penilaian Terhadap Standar Penilaian Mamdu>h dan Mazmu>m Tafsir Bi Al- Ra yi Karya Muhammad Husain Al-Dzahabi Kitab yang ditulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alquran merupakan kitab akidah dan jalan hidup untuk mewujudkan dan menciptakan manusia shaleh dan masyarakat utama yang berdiri di atas petunjuk keimanan kepada Allah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) , 25 Al-Quran yang merupakan bukti kebenaran Nabi Muhammad saw, sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan di mana pun, memiliki pelbagai macam keistimewaan. Keistimewaan tersebut, antara lain, susunan

Lebih terperinci

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12). Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, tempat pergi, yaitu jalan

Lebih terperinci

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI 1. Khulafaurrasyidin yang terakhir adalah a. Abu kabar as Siddiq b. Umar bin khatab c. Ali bin abi thalib d. Abdurrahman bi auf e. Usman bin affan 2. Daulah

Lebih terperinci

Ilmu Qira at. Oleh: Eka Safitri Anasari (C ) Faisal Abdillah (C ) Jurusan Sastra Arab. Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Ilmu Qira at. Oleh: Eka Safitri Anasari (C ) Faisal Abdillah (C ) Jurusan Sastra Arab. Fakultas Sastra dan Seni Rupa Ilmu Qira at Oleh: Eka Safitri Anasari (C1011015) Faisal Abdillah (C1011016) Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Ilmu qira at adalah termasuk bagian dari

Lebih terperinci

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya - 26 Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya Penjelasan : Nazilah adalah kejadian baru yang butuh kepada hukum syar I. istilah ini menjadi populer pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. materi, dan multikompleksnya masalah manusia. Menanggapi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. materi, dan multikompleksnya masalah manusia. Menanggapi pernyataan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kajian tentang manusia dinilai penting dalam kaitannya dengan pendidikan, karena manusia adalah subjek dan objek pendidikan. Pandangan tentang hakikat manusia akan

Lebih terperinci

TAFSIR IJMALI SEBAGAI METODE TAFSIR RASULULLAH Oleh Muhammad Mutawali 1. Abstrak

TAFSIR IJMALI SEBAGAI METODE TAFSIR RASULULLAH Oleh Muhammad Mutawali 1. Abstrak TAFSIR IJMALI SEBAGAI METODE TAFSIR RASULULLAH Oleh Muhammad Mutawali 1 Abstrak Para pakar menganggap bahwa metode ijmali merupakan metode yang pertama kali lahir dalam sejarah perkembangan metodologi

Lebih terperinci

dan Ketegasannya Terhadap Syiah

dan Ketegasannya Terhadap Syiah رمحه هللا IMAM IBNU JARIR ATH-THABARI dan Ketegasannya Terhadap Syiah @ Copyright 1436 H/ 2015 M Untuk Umat Muslim رمحه هللا Imam Ibnu Jarir ath-thabari Disalin dari Majalah As-Sunnah_Baituna Ed. 05 Th.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Islam bersumber kepada Al-Qur an dan As-Sunnah. Al-Qur an merupakan kitab suci yang terakhir yang dipedomani umat Islam hingga akhir masa.

Lebih terperinci

RASM UTHMANI; HUBUNGANNYA DALAM BIDANG ILMU QIRAAT Oleh: Norazman bin Alias Abdul Muhaimin bin Ahmad Muhammad Hafiz bin Saleh

RASM UTHMANI; HUBUNGANNYA DALAM BIDANG ILMU QIRAAT Oleh: Norazman bin Alias Abdul Muhaimin bin Ahmad Muhammad Hafiz bin Saleh RASM UTHMANI; HUBUNGANNYA DALAM BIDANG ILMU QIRAAT Oleh: Norazman bin Alias Abdul Muhaimin bin Ahmad Muhammad Hafiz bin Saleh Abstrak: Rasm Uthmani merupakan kaedah penulisan al-quran mengikut gaya penulisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Noor (2013, hal. 108) menjelaskan bahwa Desain penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu secara menyeluruh dan parsial. Secara menyeluruh desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar peserta didik dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan. pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan. pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan dimanapun sekaligus sebagai mu`jizat (bukti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3) 12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan memaknai mah}abbah

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan memaknai mah}abbah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mah}abbah berasal dari kata ah}abba-yuh}ibbu-mah}abbatan, yang secara harfiah berarti mencintai 1 atau kecintaan yang mendalam. Untuk memudahkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu al-qur an juga merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk umat Islam dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangMasalah Al-Qur an adalah sumber ajaran utama dan pertama bagi agama islam, karena ia adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril

Lebih terperinci

MUSHAF UTSMANI Sejarah Ringkas, Metode Penulisan dan Riwayat Hafsh

MUSHAF UTSMANI Sejarah Ringkas, Metode Penulisan dan Riwayat Hafsh MUSHAF UTSMANI Sejarah Ringkas, Metode Penulisan dan Riwayat Hafsh Publication: 1439 H_2018 M MUSHAF UTSMANI Sejarah Ringkas, Metode Penulisan dan Riwayat Hafsh Dikutip dari Mushaf Al-Qur an Cetakan DarSyafii

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SATUAN PENDIDIKAN : MADRASAH ALIYAH MATA PELAJARAN :TAFSIR DAN ILMU TAFSIR KELAS/PROGRAM : X (SEPULUH) / KEAGAMAAN Kompetensi Inti : SILABUS PEMBELAJARAN KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mencoba melihat konstruksi Naṣr Ḥâmid Abû Zayd terhadap munâsabah antar ayat dan surat, kemudian menerapkan dan mengkritisi dapat disimpulkan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari, memahami, dan menjalankan ajaran syariat Islam. perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari, memahami, dan menjalankan ajaran syariat Islam. perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan Kitab Suci umat Islam yang keotentikannya tidak diragukan lagi; baik dari segi asal-usul, turun, riwayat, ayat-ayat, maupun yang lainnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi 60 BAB IV ANALISIS Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi sallam dari tafsir al-marāghī di dalam bab tiga, maka pada bab ini akan dipaparkan analisis guna menganalisa şalawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati

Lebih terperinci

QIRA AT AL-QUR AN (Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira at)

QIRA AT AL-QUR AN (Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira at) QIRA AT AL-QUR AN (Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira at) Oleh Ratna Umar * Abstrak: Qira at adalah tata cara melafalkan ayat-ayat al-qur an dengan menisbahkan kepada penukilnya. Bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alquran adalah pedoman kehidupan yang menyeru kepada orang-orang yang mengimaninya untuk bisa merealisasikan kehidupan keberagamannya pada semua aspek dalam dirinya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada Surah al-baqarah dalam Tafsir al-mishbah dan Abdul Hayei A.S. dalam Tafsir

BAB V PENUTUP. pada Surah al-baqarah dalam Tafsir al-mishbah dan Abdul Hayei A.S. dalam Tafsir BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan Setelah melakukan peneletian kepada semua objektif kajian yang utamanya ialah menganalisis dan membandingkan metode penulisan Hadith antara M.Q. Shihab pada Surah al-baqarah

Lebih terperinci

ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL QURAN DAN AL SUNNAH 2014 MINGGU KE-4

ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL QURAN DAN AL SUNNAH 2014 MINGGU KE-4 ILMU QIRAAT 1 DIPLOMA PENGAJIAN AL QURAN DAN AL SUNNAH 2014 MINGGU KE-4 PERBINCANGAN MINGGU INI Biodata Imam Hafs Faktor-faktor penyebaran bacaannya Keistimewaan bacaannya Pembagian Qiraat BIODATA IMAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur a>n merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu, al-qur a>n juga berfungsi sebagai pemberi penjelas terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan kepada

Lebih terperinci

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI. Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal,

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI. Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal, 16 BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABU BAKAR JABIR AL-JAZAIRI A. Kelahiran Dan Pertumbuhannya Syeikh Abu Bakar Jabir al-jazairi ialah seorang ulama Madinah yang cukup terkenal, beliau mengajar di Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan ilmu, dan salah

Lebih terperinci

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu - 34 - - - -. Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm : lihatlah hadits Rasulullah, lalu tulislah. Aku khawatir (punahnya) kajian ilmu (hadits)

Lebih terperinci