PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI REVITALISASI NILAI GOTONG-ROYONG BERDASARKAN PANCASILA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI REVITALISASI NILAI GOTONG-ROYONG BERDASARKAN PANCASILA"

Transkripsi

1 PEMBANGUNAN NASIONAL MELALUI REVITALISASI NILAI GOTONG-ROYONG BERDASARKAN PANCASILA Oleh: Ade Tarina Paramita NIM I-A Prodi Kebijakan Pendidikan FIP UNY Abstrak Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia. Selain mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, Ir.Soekarno juga mengusulkan Ekasila sebagai dasar negara yang berbunyi, Gotong Royong. Walau usulan tersebut tidak ditetapkan sebagai dasar negara, namun Pancasila itu sendiri masih memuat makna gotong royong di dalamnya. Pada umumnya, gotong royong hanya dimaknai dalam sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Namun, jika kelima nilai sila Pancasila digali lebih dalam lagi, makna gotong royong masih termuat dalam kelima sila tersebut. Kegiatan gotong royong merupakan salah satu nilai budaya dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang telah ada sejak zaman dahulu kala. Nenek moyang negeri ini mewariskan budaya yang berharga bagi kelangsungan hidup ibu pertiwi. Perkembangan zaman yang terus bergulir mempengaruhi pula perkembangan sistem gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara, bahkan maknanya mulai terabaikan. Gotong royong tidak hanya perlu dilestarikan guna mempertahankan nilai budaya nenek moyang, melainkan sangat perlu direvitalisasi dalam proses pembangunan bangsa. Kata Kunci: Gotong Royong, Pancasila Pendahuluan Budaya gotong-royong merupakan budaya nenek moyang bangsa Indonesia yang turun-temurun, bahkan menjadi kekuatan masyarakat Indonesia dalam melawan penjajahan dan mencapai kemerdekaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gotong-royong merupakan jati diri bangsa yang tidak boleh dibiarkan pudar begitu saja oleh perkembangan zaman. Gotong-royong diharapkan dapat mendarah daging dalam jiwa generasi-generasi penerus bangsa untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Pembangunan bangsa perlu dilandasi oleh jati diri atau nilai budaya bangsa Pendidikan Pancasila 1

2 sebagai strategi pencapaian cita-cita segenap rakyat Indonesia. Nilai gotong royong sebagai jati diri bangsa dapatkah dijadikan tonggak strategi pembangunan bangsa Indonesia? Pada kenyataan saat ini nilai tersebut mulai pudar di kalangan masyarakat, sikap individualistis mulai menjamuri karakter generasi masa kini. Padahal pembangunan bangsa perlu adanya kerjasama segenap rakyat. Apabila rakyatnya saling tak mempedulikan satu sama lain dan mengabaikan nasib kekokohan bangsanya di masa yang akan datang, maka berakhirlah keberadaan bangsa ini. Untuk mempertahankan dan mensejahterakan bangsa yang telah mati-matian dimerdekakan oleh para pahlawan sangat perlu adanya revitalisasi nilai budaya yang menjadi jati diri bangsa Indonesia, salah satunya gotong royong. Pembahasan Pancasila secara keseluruhan mengandung nilai gotong royong. Gotong royong bagaikan roh bagi dasar negara Indonesia, Pancasila. Nilai tersebut telah lahir sejak lama, bahkan sebelum bangsa Indonesia merdeka. Gotong royong merupakan warisan leluhur tanah air dari generasi ke generasi. 1. Makna Gotong Royong Gotong royong sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok, sehingga di dalamnya terdapat sikap loyal dari setia warga sebagai satu kesatuan (Gurniwan Kamil Pasha, sosiologi.upi.edu). Kata gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong berarti memikul, sedangkan royong artinya bersama. Jadi gotong royong mempunyai arti bekerja sama. Menurut M.Nasroen, gotong royong merupakan dasar Filsafat Indonesia. Gotong royong sebagai filsafat berarti dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Gotong royong adalah nilai budaya yang diwariskan para leluhur pada generasi penerus bangsa. Sebuah bangsa harus memiliki jati diri, agar tetap kokoh sebagai bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri. Pendidikan Pancasila 2

3 Berkaitan dengan Pancasila, Presiden pertama Indonesia, Bung Karno penggali Pancasila suatu ketika pernah menyatakan bahwa Pancasila manakala diperas tuntas bisa berwujud Ekasila, yakni Gotong Royong( Menurut Ir.Soekarno gotong royong adalah ide asli Indonesia (Dina Dwikurniarini, 2013:43). Jika suatu bangsa telah kehilangan pegangan hidupnya, maka bangsa itu tidak pula dapat mempertahankan diri terhadap desakan-desakan dan serangan-serangan dari luar. Pedoman hidup ini disebut kebudayaan (Soedjito, 1986 :80). Menurut Koentjaraningrat, nilai budaya merupakan suatu rangkaian dari konsep abstrak yang hidup dalam alam pemikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidup. Nilai budaya berfungsi sebagai pedoman dan pendorong kelakuan manusia dalam hidup. Dalam kehidupan sehari-hari nilai ini terwujud dalam bentuk adat-istiadat, norma-norma, aturan sopan santun, dan sebagainya. Berdasarkan kedudukannya, nilai budaya ini akan mempengaruhi sikap seseorang dalam melakukan tindakan atau perbuatannya dan semua kelakuan manusia, baik secara langsung maupun melalui pola-pola cara berpikir. Menurut Bintarto mengenai hubungan antara gotong royong sebagai nilai budaya, bahwa nilai itu dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, yaitu: a. Manusia itu tidak sendiri di dunia ini, tetapi dilingkungi oleh komunitinya, masyarakatnya dan alam sekitarnya. Di dalam sistem makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu. b. Dengan demikian, manusia pada hakekatnya tergantung dalam segala aspek kehidupannya kepada sesamanya. c. Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama rata sama Pendidikan Pancasila 3

4 rasa. d. Dan selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama rendah. (Gurniwan Kamil P., sosiologi.upi.edu) Gotong-royong adalah bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan prinsip timbal balik (resiprositas) yang menimbulkan adanya kegiatan sosial dalam masyarakat. Gotong-royong ini dalam pelaksanaannya dapat berbentuk gotong-royong spontan, gotong-royong yang dilandasi pamrih atau gotong-royong karena memenuhi kewajiban sosial untuk salah satu kegiatan masyarakat. Bentuk kerja sama ini dapat beraneka raga sesuai bidang dan kegiatan sosial itu sendiri (1982:6). Kegiatan gotong royong merupakan manifestasi solidaritas yang berdasarkan pada prinsip moralitas. Kegiatan itu menunjukkan adanya kesadaran manusia bahwa pada hakekatnya dalam hidupnya selalu bergantung pada sesamanya. 2. Bentuk-bentuk Kegiatan Gotong Royong Gotong royong terimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan. Sejak zaman dahulu kala gotong royong senantiasa mencampuri kegiatan keagamaan, kemanusiaan, persatuan, kemusyaratan, dan sosial, sehingga terciptalah masyarakat yang solid dan loyal. Sistem gotong royong ini sudah melembaga dalam masyarakat di Indonesia sejak jaman kejayaaan kerajaan Hindu di Jawa seperti kerajaan Mataram Kuno dan juga Kerajaan Majapahit. Sistem kerja yang disebut gotong royong lebih melembaga di dalam masyaraat pedesaan di Jawa dan di Indonesia pada umumnya. Akan tetapi masuknya pengaruh dari luar yang membawa unsur-unsur kebudayaan asing melalui akulturasi, sistem gotong royong yang sudah lama melembaga itu sedikit banyak telah meninggalkan unsur-unsur keasliannya, bahkan di beberapa tempat di Indonesia, seperti di daerah perkotaan pengertian yang terkandung dalam gotong-royong itu mulai ditinggalkan orang. Disini orang tidak lagi menghayati arti dan makna gotong royong yang sebenarnya (1982:1). Pendidikan Pancasila 4

5 Kegiatan gotong royong tolong menolong yang biasanya disebut dengan istilah sambatan atau sambat-sinambat. Sambat berarti mengeluh. Hubungannya dengan gotong royong mempunyai pengertian kiasnya yaitu tolong. Hal itu merupakan suatu sistem penambahan tenaga kerja sebagai bantuan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu keluarga misalnya kegiatan dalam bidang pertanian, membuat rumah, dalam kesusahan, perkawinan, dan lain sebagainya. Kegiatan gotong-royong di atas mencerminkan Pancasila sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, serta sila kedua yang berbunyi, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kegiatan tersebut berarti mengamalkan nilai saling tolong-menolong antar sesama manusia dan itu bagian dari ibadah. Kegiatan gotong royong kerja bakti dalam bidang kemasyarakatan ini merupakan kegiatan sosial yang menggunakan pengerahan tenaga kerja rakyat; yang di dalamnya bentuknya disebut gugur gunung atau kerig desa. (1982:91) Dalam kegiatan kerja bakti seringkali diadakan pula musyawarah, jika ada masalah yang dihadapi dalam suatu pembangunan proyek. Hal itu mencerminkan penerapan sila ketiga dan keempat. Kerja bakti membutuhkan kerja sama yang mempersatukan setiap warga yang karakternya pasti berbeda, namun mereka memiliki tujuan yang sama yang mempersatukannya hingga membentuk satu kesatuan yang fungsional. Hal ini sesuai dengan nilai sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Ketika ada masalah yang dihadapi, musyawarah dijadikan sebagai jalan untuk memecahkannya sesuai dengan nilai sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Gotong royong adalah bentuk integrasi yang banyak dipengaruhi rasa kebersamaan. Untuk menciptakan masyarakat yang adil sesuai dengan sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, nilai gotong royong pun masih berlaku. Keadilan harus ditegakkan secara bersama-sama,tidak bisa hanya seorang yang menegakannya tanpa kesepakatan orang-orang lainnya, karena gotong royong adalah nilai budaya yang artinya harus Pendidikan Pancasila 5

6 disepakati bersama. Selain menjadi nilai yang mendasari kehidupan bermasyarakat, gotong royong pun menjadi pedoman dalam kehidupan bernegara. Dalam prakteknya di lingkungan pemerintahan, gotong royong pun sangat dibutuhkan. Sebagai contoh Presiden RI kelima Megawati Sukarnoputri membentuk Kabinet Gotong Royong. Menurut Supomo, pimpinan masyarakat harus mengusahakan untuk menjaga jiwa gotong royong agar tidak lenyap, bahkan semangat kolektif di dalam masyarakat tradisional hendaknya dijadikan semangat koperatif yang sadar akan persatuan nusa dan bangsa. 3. Realitas Nilai Budaya Masyarakat Masa Kini Era globalisasi ialah sebuah era dimana tak ada lagi batas-batas negara maupun budaya di dunia, sehingga nilai budaya dapat saling memasuki ruang sebuah bangsa, bahkan mempengaruhinya hingga kehilangan jati diri. Indonesia adalah sebuah bangsa yang memiliki kepribadian yang luhur, salah satu nilai luhur yang terwariskan adalah nilai gotong royong. Namun, dalam implementasinya dalam kehidupan sehari-hari saat ini, nilai tersebut mulai diselingkuhi oleh pemegang warisan itu sendiri dengan nilai budaya baru yang datang dari luar sebagai dampak era globalisasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi nilai budaya dan gaya hidup masyarakat. Teknologi modern merupakan suatu faktor yang bebas nilai. Artinya, dapat digunakan untuk apa saja. Teknologi dapat digunakan untuk kebaikan ataukah keperluan yang merugikan masyarakat sangat tergantung pada siapa yang menggunakannya atau bagaimana karakter yang dimiliki si penggunanya. Adanya proses berkembangnya pengaruh nilai uang dan komersialisasi akan disertai pula oleh timbulnya individualisme. Peningkatan peranan moralitas dapat mengurangi perluasan pengaruh individualisme dan komersialisme. Moralitas tampak sebagai sikap dan tingkah laku, serta tindakan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya dan semua aspek kehidupan yang ada di dalam lingkungan masyarakat. Sikap dan tindakan Pendidikan Pancasila 6

7 tersebut tampak dalam sistem gotong royong. Namun, apabila nilai komersialisme dan individualisme lebih kuat dari kekuatan moral yang dimiliki masyarakat, maka nilai budaya baru tersebut lebih mendominasi tata kehidupan masyarakat. Adanya variasi-variasi yang disebabkan oleh perkembangan sistem gotong royong mempengaruhi pula bentuk pelaksanaannya di masa kini dan mendatang. Misalnya, sejak dikenalnya nilai uang dan komersialisme, dalam kegiatan sambatan diimbangi dengan sistem upah, tidak lagi dilakukan secara bulat dan penuh. Pada kegiatan kerja bakti, misalnya dalam membangun jembatan diserahkan kepada sekelompok orang tertentu, lalu diberi sumbangan atau upah berupa uang. Kegiatan tersebut tidak lagi dibangun oleh para warga yang sukarela bekerja sama tanpa pamrih. Nilai gotong royong akan memudar, apabila rasa kebersamaan menurun dan setiap pekerjaan tidak lagi terdapat bantuan sukarela, bahkan dinilai dengan materi atau uang. Nilai kebersamaan yang seharusnya dijunjung tinggi mulai tidak ada artinya lagi. Berlakunya sistem upah atau kompensasi sebagai imbalan jasa para pelaku gotong royong mengurangi berlakunya sistem sambatan maupun kerja bakti dalam bentuk aslinya. Hal ini pun melahirkan nilai budaya baru, yaitu sikap materialistis. Gaya hidup masyarakat mulai bergeser menjauhi kepribadian bangsa. Usaha pembangunan pun menyebabkan timbulnya variasi-variasi dalam pelaksanaan gotong royong. Pembangunan yang dilaksanakan dapat membawa suatu konkuensi, yaitu pengenalan teknologi untuk menggantikan yang sifatnya tradisional. Di satu pihak dengan adanya teknologi canggih dapat menaikkan produktivitas, namun di sisi lain dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja. Padahal penyerapan tenaga kerja yang maksimal dapat mengurangi angka pengangguran, sehingga terjadi kenaikan angka kesejahteraan di masyarakat. Apabila penyerapan tenaga kerja berkurang, maka dapat disimpulkan akan ada peningkatan angka pengangguran. Usaha meningkatkan produktivitas sebenarnya tidak harus bergantung pada teknologi canggih. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas Pendidikan Pancasila 7

8 sebenarnya mampu meningkatkan produktivitas tanpa harus bergantung pada teknologi canggih. Sumber daya manusia yang beretos kerja tinggi dan kesadaran akan pentingnya bekerja sama mampu mencapai target lebih dari apa yang diharapkan. Sehingga pembangunan nasional pun dapat berjalan tanpa ada kepincangan. 4. Revitalisasi Nilai Gotong Royong untuk Pembangunan Bangsa Pembangunan Nasional memiliki arti yang luas yaitu membangun masyarakat Indonesia seutuhnya (Sandro M., hankam.kompasiana.com). Pembangunan yang sedang digalakkan perlu sebuah paradigma, yaitu sebuah kerangka berpikir atau sebuah model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan (Dwi Siswoyo, 2013: 112). Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional bidang sosial, budaya, pertahanan dan keamanan harus dikaitkan dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam upaya membangun bangsa Indonesia secara seutuhnya itulah diperlukan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pembangunan hendaknya berdasarkan sistem nilai dan budaya masyarakat Indonesia. Pembangunan yang menyimpang dari sistem dan budaya yang diwariskan oleh leluhur tidak dapat mencapai tujuan yang didambakan. Hal itu disesuaikan dengan kondisi dari sebuah bangsa itu sendiri, kita tidak dapat memaksakan budaya dari bangsa lain yang dianggap lebih berkualitas. Sekalipun budaya bangsa lain tersebut berhasil membangun bangsa itu, belum tentu budaya tersebut berhasil diterapkan di bangsa kita, yang ada menimbulkan masalah baru. Proses pembangunan membutuhkan solidaritas. Proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik, ketika tidak ada solidaritas pada para pemegang peran pembangunan. Masyarakat yang berjalan sendiri-sendiri hanya akan merapuhkan proses pembangunan. Oleh karena itu, gotong royong yang maknanya saling bahu-membahu perlu dijadikan nilai yang mendasari pembangunan nasional. Pembangunan bangsa terbagi ke berbagai bidang, antara lain pembangunan pendidikan, pembangunan ideologi, pembangunan politik, Pendidikan Pancasila 8

9 pembangunan ekonomi, pembangunan ketahanan nasional, pembangunan hukum, dan pembangunan kehidupan beragama. Pada pembangunan pendidikan, gotong royong sebagai usaha menciptakan hubungan yang baik antara guru dengan murid atau lembaga kependidikan dengan masyarakat yang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Lembaga pendidikan dan masyarakat harus saling mendukung guna mencapai tujuan pendidikan nasional yang ideal. Sedangkan pembangunan ideologi berarti mengukuhkan ideologi bangsa yang telah ditetapkan sebagai pedoman yang mutlak bagi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Bangsa Indonesia sendiri berideologi Pancasila. Keberadaan ideologi tersebut tidak boleh dibiarkan hanya sebagai bahan hafalan tanpa ada implementasinya. Implementasi nilai Pancasila sudah seharusnya dilakukan oleh segenap warga, tanpa mempedulikan perbedaan masyarakat secara horizontal maupun vertikal, karena Pancasila adalah kesepakatan yang harus dilaksanakan secara bersama-sama. Lalu, gotong royong dalam pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan angka kesejahteraan masyarakat secara lebih merata. Hal sederhana yang perlu diterapkan dalam kegiatan ekonomi adalah asas kekeluargaan, seperti halnya koperasi. Kesejahteraan masyarakat tidak akan mengalami ketimpangan, ketika rasa kebersamaan dan saling membutuhkan ada di dalam nurani setiap individu. Dalam pembangunan politik yang sesuai cita-cita bangsa adalah keberhasilan sebuah bangsa menarik partisipasi rakyat dalam kepemerintahan. Hal tersebut tentu diperlukan ikatan kerjasama yang erat dan profesional antara pemerintah dan rakyat. Ketahanan nasional adalah usaha bersama, yang artinya mutlak tidak dapat dilakukan perseorangan, karena sebuah bangsa adalah milik rakyat bersama. Sedangkan pembangunan hukum berarti menciptakan bangsa yang adil, aman, dan teratur. Keteraturan tersebut tidak akan terwujud tanpa adanya kesadaran segenap rakyat untuk mematuhinya. Kehidupan beragama adalah hal yang mendasar dalam kehidupan bermasyarakat, karena berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta. Indonesia sebagai bangsa yang multikultural, tentu sangat Pendidikan Pancasila 9

10 rawan terjadi konflik, terutama konflik beragama, karena sifatnya sensitif. Namun, hal tersebut dapat dihindari ketika setiap individu memiliki cita-cita kerukunan dan kedamaian antar sesama. Kerukunan dapat diciptakan melalui rasa saling menghargai dan toleransi. Kegiatan gotong royong tanpa memandang perbedaan dapat menumbuhkan hal-hal tersebut. Perwujudan partisipasi rakyat di dalam pembangunan ini adalah melalui kegitan gotong royong yang di dalamnya terkandung unsur-unsur dedikasi dan loyalitas masyarakat terhadap program pembangunan itu. Katakanlah disini bahwa peranan, kedudukan dan fungsi daerah pedesaan adalah sebagai basis pembangunan nasional. Bahkan pada hakekatnya pembangunan desa itu dilaksanakan oleh masyarakat desa itu sendiri, sedangkan pemerintah memberikan bimbingan, pengaraham, bantuan, pembinaan, dan pengawasan yang terarah dan terkoordinir agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. (1982: 112) Hubungan antara gotong royong itu tidak hanya tampak sebagai realitas dari rumusan yang dicantumkan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), melainkan sudah ada dan dilakukan rakyat Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, sejak zaman kejayaan kerajaan Mataram Kuno dan kerajaan Majapahit, serta seja zaman sebelum datangnya bangsa asing yang memaksakan kebudayaannya di Indonesia. Sejak zaman-zaman itu bisa kita lihat bagaimana negara membutuhkan partisipasi rakyat untuk turut melaksanakan pembangunan yang direncanakan, misalnya membangun candi-candi. Pada zaman penjajahan atau masa pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang sistem gotong royong kerja bakti sempat dieksploatir untuk menyelesaikan pembangunan yang bertujuan untuk kepentingan para penjajah tersebut. Terlepas dari persoalan itu, fakta sejarah sistem gotong royong, khususnya kerja bakti tidak bisa dipisahkan dari pembangunan yang perencanaannya berasal dari inisiatif rakyat. Sistem gotong royong yang merupakan manifestasi solidaritas dan Pendidikan Pancasila 10

11 kolektivitas masyarakat pedesaan sebagai potensi untuk melaksanakan program pembangunan. Misalnya melalui kegiatan gotong royong kerja bakti, orang dikerahkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Dengan demikian gotong royong dan pembangunan saling mengisi satu sama lain. Pada umumnya gotong royong masih melekat di masyarakat pedesaan. Sedangkan masyarakat perkotaan mulai meninggalkannya, karena perubahan sosial yang mempengaruhi gaya hidupnya. Namun, gotong royong diharapkan tidak hanya berlaku di masyarakat pedesaan, melainkan lestari pula di kalangan masyarakat kota, karena dalam pembangunan nasional dibutuhkan keikutsertaan seluruh rakyat, solidaritas dan keloyalitasan setiap individu di negeri ini. Dalam menumbuhkan kembali nilai gotong royong pada setiap warga dapat dilakukan dari hal yang paling sederhana, yaitu menyadari akan kehidupannya yang senantiasa membutuhkan orang lain. Kesimpulan Sistem gotong royong sebagai manifestasi kebudayaan yang telah dikenal oleh nenek moyang bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala. Sebagai pemegang warisan bangsa Indonesia, kita harus menjaga gotong royong sebagai jati diri bangsa kita agar tidak dipengaruhi oleh teknologi, maupun nilai budaya yang tidak sesuai dengan kepribadian negeri ini. Individualistik sangat tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia, sehingga perlu kita hapus dari nilai baru yang mengantri masuk ke dalam kehidupan kita. Nilai budaya merupakan kesepakatan. Begitu pula gotong royong sebagai nilai budaya yang harus disepakati kembali implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Segenap masyarakat Indonesia perlu menyepakati kembali nilai budaya yang mulai ditinggalkan itu. Sehingga secara tidak langsung kita telah berperan dalam proses pembangunan bangsa ini. Bayangkan saja ketika setiap manusia Indonesia sibuk dengan kepentingannya sendiri, tanpa memikirkan kepentingan bersama, tanpa saling menolong, tanpa saling bahu-membahu memajukan negeri ini, akan dibawa kemana nasib Indonesia? Oleh karena itu, kesadaran akan merevitalisasi nilai gotong royong yang terkandung dalam Pendidikan Pancasila 11

12 Pancasila harus ditumbuhkan guna kemajuan proses pembangunan nasional. Dapat disimpulkan bahwa pembangunan nasional dan nilai gotong royong yang menjadi roh Pancasila memiliki hubungan yang fungsional. Pembangunan menyebabkan adanya kegiatan yang membutuhkan pengerahan tenaga kerja rakyat. Dan gotong royong merupakan kerja sama yang bertujuan untuk menyelesaikan tujuan pembangunan. Jika kita mampu melestarikan kegiatan gotong royong yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila, maka dapat dipastikan bangsa ini akan kokoh dan sejahtera sesuai tujuan pembangunan nasional yang dicita-citakan oleh segenap rakyat bangsa Indonesia. Daftar Pustaka. (1982). Sistim Gotong Royong Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rukiyati, dkk. (2013). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : UNY Press. Gurniwan Kamil. Gotong Royong dalam Kehidupan Masyarakat. ( Diunduh pada hari Minggu 8/12/ :22 WIB. Sandro Marganda. (2013). Pancasila Landasan Pembangunan Nasional. ( n-nasional html). Diakses pada hari Minggu 15/12/2013 pukul 20:45 WIB. Soedjito. (1986). Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya. Tusti. (2013). Pendidikan Populis Berbasis Budaya. ( Diakses pada hari Senin 16/12/2013 pukul 18:57 WIB. Pendidikan Pancasila 12

NINGGAR DIAN PRASTIKA KELOMPOK S1 TI. DOSEN : Dr. ABIDARIN ROSYIDI, MMa.

NINGGAR DIAN PRASTIKA KELOMPOK S1 TI. DOSEN : Dr. ABIDARIN ROSYIDI, MMa. NINGGAR DIAN PRASTIKA 11.11.5493 KELOMPOK F S1 TI DOSEN : Dr. ABIDARIN ROSYIDI, MMa. Abstrak Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Oleh

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : yatno subagyo NIM : 11.12.5804 Kelompok : Hak Asasi Program Studi : Pancasila Jurusan : S1-SI Dosen : Drs.

Lebih terperinci

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) 1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup) Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup, dimana dengan aturan aturan yang di buat untuk mencapai yang di

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI Nama : Devit Surtianingsih NIM : 11.01.2851 Kelompok : B Program Studi : Pancasila Jurusan : D3-TI Dosen : Irton. SE., M.Si STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI NAMA : RYAN AKBAR RAMADHAN NIM : 11.12.6308 KELOMPOK : J PRODI DAN JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Junaidi Idrus, S.Ag., M.Hum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila lahir pada tanggal 1 Juni 1945 dan resmikan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia adalah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM Yogyakarta NAMA : Listia Fitriani NIM : 11.01.2931 Kelompok : B Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Teknik Informatika Dosen

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP DISUSUN OLEH: Nama :Vincensius. P. Palimbong NIM : 11.11.5009 Kelompok : D Jurusan : TI (Teknik Informatika) TUGAS DIBUAT UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN MATAKULIAH PANCASILA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang berhubungan dengan proses komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pergeseran dan perubahan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

14TEKNIK. Pendidikan Pancasila. Pancasila dan implementasinya dalam sila ke-4 dan ke-5. Yayah Salamah, SPd. MSi. Modul ke: Fakultas

14TEKNIK. Pendidikan Pancasila. Pancasila dan implementasinya dalam sila ke-4 dan ke-5. Yayah Salamah, SPd. MSi. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pendidikan Pancasila Pancasila dan implementasinya dalam sila ke-4 dan ke-5 Fakultas 14TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Pokok Bahasan Sila Keempat Sila Kelima Arti dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah ideologi bangsa Indonesia, tentu tidak terlepas dari Pancasila. Sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan. Pelaksanaan nilai-nilai budaya merupakan bukti legitimasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya budaya memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Penerapan Pancasila Sila Pertama Sampai Sila Keempat di Daerah Gang Waringin 1. Disusun oleh: Nama : Achwan Yusuf NIM :

Tugas Akhir. Penerapan Pancasila Sila Pertama Sampai Sila Keempat di Daerah Gang Waringin 1. Disusun oleh: Nama : Achwan Yusuf NIM : Tugas Akhir Penerapan Pancasila Sila Pertama Sampai Sila Keempat di Daerah Gang Waringin 1 Disusun oleh: Nama : Achwan Yusuf NIM : 11.11.5169 Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Pendidikan Pancasila

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah

Lebih terperinci

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MAKALAH DEMOKRASI PANCASILA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Maria Alfonsa Chintia Dea P. NIM : A12.2013.04844 Kelompok : A12.6701 FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI SISTEM

Lebih terperinci

Pancasila dan Implementasinya

Pancasila dan Implementasinya Modul ke: Pancasila dan Implementasinya Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Sejarah Lahirnya Pancasila Kata Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karya Mpu

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA PANCASILA SEBAGAI KESEPAKATAN BANGSA INDONESIA Di susun oleh : Nama : Adam Putra Bakti NIM : 11.02.8089 Kelompok : A P. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : D3-MI Dosen : Drs. M. Khalis Purwanto, MM

Lebih terperinci

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa 1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : Doni Saputra.P 11.11.5553 F S1/Teknik Informatika Abidarin Rosidi,

Lebih terperinci

NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA

NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA NILAI-NILAI DASAR SILA-SILA PANCASILA TUGAS AKHIR disusun oleh Nama Mahasiswa Imam Khanafi Nomor Mahasiswa 11.11.5589 Kelompok F Nama Dosen DR. Abidarin Rosyidi, MMa JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH

Lebih terperinci

PANCASILA PENJABARAN NILAI-NILAI PANCASILA

PANCASILA PENJABARAN NILAI-NILAI PANCASILA PANCASILA PENJABARAN NILAI-NILAI PANCASILA 1 1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA a. Percaya & Taqwa Kpd Tyme Sesuai Dgn Agama & Kepercayaannya Masing2 Menurut Dsr Kemanusiaan Yg Adil Dan Beradab b. Hormat

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan

Lebih terperinci

MENGGAGAS URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI Fitri Yanti

MENGGAGAS URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI Fitri Yanti 1 MENGGAGAS URGENSI PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI Fitri Yanti ABSTRAK Krisis multi dimensi yang dilakukan pejabat-pejabat negara dan kroni-kroninya ini menghadirkan suatu pertanyaan bagi beberapa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA DISUSUN OLEH : Nama : GUNTUR DUTA PENATAS NIM : 11.11.4700 Kelompok Program Studi Jurusan : C : STRATA SATU : Teknik Informatika

Lebih terperinci

PANCASILA UNTUK INDONESIA

PANCASILA UNTUK INDONESIA PANCASILA UNTUK INDONESIA Disusun Oleh : Aulia Gradita S.P NIM : 11.11.5052 Kelompok Jurusan Dosen : D : S1 Teknik Informatika : Tahajudin S, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : : AGUNG NUGROHO NIM :

PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : : AGUNG NUGROHO NIM : PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : NAMA : AGUNG NUGROHO NIM : 11.11.5036 KELOMPOK : D UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Lebih terperinci

Mengaplikasikan Nilai-nilai Pancasila Dengan Donor Darah

Mengaplikasikan Nilai-nilai Pancasila Dengan Donor Darah Mengaplikasikan Nilai-nilai Pancasila Dengan Donor Darah Disusun Oleh : Nama : Ihsan Hadi NIM : 11.11.5025 Kelas Kelompok Dosen : S1-TI-06 : D : Drs. Tahajudin.S Untuk memenuhi satu syarat mata kuliah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS; MENGETAHUI SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA MENJELASKAN

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI NAMA KELAS : FRANSISCUS ASISI KRISNA DESTANATA : S1SI13 NIM : 11.12.6283 DOSEN KELOMPOK : JUNAIDI IDRUS, S.AG., M.HUM : J LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan kerakyatan adalah bersifat cita-cita kefilsafatan, yaitu bahwa negara adalah untuk keperluan rakyat. Oleh karena itu maka

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA Oleh : DENY KURNIAWAN NIM 11.11.5172 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI, DR, M.MA. KELOMPOK E PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA

Lebih terperinci

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA Tugas Akhir Matakuliah Pancasila SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Nama : Muhammad Anis NIM : 11.11.5300 Kelompok : E Jurusan S1 TI Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. ABSTRAKSI Artinya

Lebih terperinci

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA

MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA MAKALAH PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BIDANG PROFESI MANUSIA Disusun: Nama : Aries Paraditha NPM : 11.11.4900 Kelompok : D Program Studi : S1 TI Dosen: Tahajudin Sudibyo,Drs. MEMENUHI SALAH SATU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Para ahli pendidikan

Lebih terperinci

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara

I. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara I. Hakikat Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan

Lebih terperinci

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. BAB II PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA. 2.1 Pancasila Sebagai Pedoman Bangsa Pancasila adalah ideologi bangsa dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA TUGAS AKHIR PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Nama : Dini Fathnin Suroyo NIM :11.02.8137 Kelompok A Dosen : Drs. Khalis Purwanto,MM DIII MANAJEMEN INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA

Lebih terperinci

BERPERILAKU PANCASILA

BERPERILAKU PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MAKALAH PANCASILA BERPERILAKU PANCASILA DISUSUN OLEH : NAMA : EKO RAHMANTO NPM : 11.01.2979 KELOMPOK PRODI : B : PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN : D3 - TEKHIK INFORMATIKA 03 NAMA DOSEN

Lebih terperinci

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7 DAFTAR ISI COVER DAFTAR ISI...1 BAB 1 PENDAHULUAN...2 1.1 Latar Belakang Masalah...2 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...3 BAB 2 PEMBAHASAN...4 2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Bangsa...4

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, tanggal : Senin, 9 Juni 2008 Waktu : 60 Menit PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR. Disusun oleh : Sani Hizbul Haq Kelompok F. Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. HAKIKAT PANCASILA TUGAS AKHIR Disusun oleh : Sani Hizbul Haq 11.11.5585 Kelompok F Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. JURUSAN S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA. Modul ke: 03TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA. Modul ke: 03TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA Fakultas 03TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU Tujuan Instruksional Khusus Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui

Lebih terperinci

Oleh : Andika Sartono KELOMPOK A 11-D3MI-02. Dosen : Khalis Purwanto MM

Oleh : Andika Sartono KELOMPOK A 11-D3MI-02. Dosen : Khalis Purwanto MM Oleh : Andika Sartono 11.02.7986 KELOMPOK A 11-D3MI-02 Dosen : Khalis Purwanto MM ABSTRAK Pancasila terbentuk melalui proses yang panjang. Secara kausalitas Pancasila belum disahkan menjai dasar filsafat

Lebih terperinci

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag

3.2 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag 3.2 Uraian Materi 3.2.1 Pengertian dan Hakikat dari Dasar Negara Pancasila sebagai dasar negara sering juga disebut sebagai Philosophische Grondslag dari negara, ideologi negara, staatsidee. Dalam hal

Lebih terperinci

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara

17. Berikut ini yang bukan sebutan identik bahwa Pancasila sebagai dasar negara adalah... a. Ideologi negara 1. Suatu kumpulan gagasan,ide ide dasar serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bangsa dan negara adalah pengertian... a. Ideologi c. Tujuan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Kebudayaan Indonesia Akar dari Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Disusun Oleh: Nama : Alif Rizki Andriawan NIM : 11.11.5193 Kelompok Prodi dan Jurusan : E : S1 TI Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr,

Lebih terperinci

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan.

PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang rakyatnya

Lebih terperinci

PLEASE BE PATIENT!!!

PLEASE BE PATIENT!!! PLEASE BE PATIENT!!! CREATED BY: HIKMAT H. SYAWALI FIRMANSYAH SUHERLAN YUSEP UTOMO 4 PILAR KEBANGSAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA PANCASILA NKRI BHINEKA TUNGGAL IKA UUD 1945 PANCASILA MERUPAKAN DASAR

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program

Lebih terperinci

PERANAN PEMUDA KARANG TARUNA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PANCASILA SILA KELIMA DI RT.07 RW

PERANAN PEMUDA KARANG TARUNA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PANCASILA SILA KELIMA DI RT.07 RW PERANAN PEMUDA KARANG TARUNA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PANCASILA SILA KELIMA DI RT.07 RW.03 DUSUN SEGULUNG, DESA SEGULUNG, KECAMATAN DAGANGAN, KABUPATEN MADIUN TAHUN 2015 Toni Susanto Abstrak Padakarang

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa mutlak perlu memiliki suatu dasar negara, sebab dasar negara merupakan rambu bagi arah suatu pemerintahan agar sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan 88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PANCASILA. AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dr. Achmad Jamil M.Si.

PANCASILA. AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dr. Achmad Jamil M.Si. PANCASILA Modul ke: 11Fakultas Ekonomi dan Bisnis AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi S1 Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat di Indonesia sangat beragam, mulai dari keberagaman suku, ras, agama, pekerjaan, jenis kelamin, dan warna kulit, hal tersebut tidak menjadi

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT Disusun Oleh: Nama : DEFRI MUSTIKA LUBIS NIM : 11.11.5534 Kelompok : F Prog. Studi : Pendidikan Pancasila Jurusan : S1-Teknik Informatika Dosen :Dr.

Lebih terperinci

Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila

Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila Lemahnya Kesadaran Masyarakat Indonesia Terhadap Nilai-nilai Pancasila Disusun oleh : Nama : Sunu Arif Budi Wibowo NIM : 11.11.4817 Kelompok : C Jurusan : S1-Teknik Informatika Nama Dosen : Drs.Tahajudin

Lebih terperinci

BAB IV KEDUDUKAN DAN SIFAT PANCASILA

BAB IV KEDUDUKAN DAN SIFAT PANCASILA BAB IV KEDUDUKAN DAN SIFAT PANCASILA A. Kedudukan Pancasila 1. Sebagai Dasar Negara/Tertib Hukum Tertinggi (Grund Norm /Hukum Dasar), karena a. Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum.

Lebih terperinci

Pancasila Nilai Karakter Bangsa

Pancasila Nilai Karakter Bangsa PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 10 Pancasila Nilai Karakter Bangsa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil www.mercubuana.ac.id Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Pendahuluan Desain Induk Pembangunan Karakter

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN Butir butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir pancasila. Dan sekarang ini masyarakat banyak yang belum tahu

Lebih terperinci

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA NILAI HISTORIS PANCASILA DAN PERAN PANCASILA BAGI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Galang Swawinasis (11.02.8059) Dosen Pembimbing : Kalis Purwanto Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Pancasila

Lebih terperinci

Nilai-Nilai Pancasila

Nilai-Nilai Pancasila Nilai-Nilai Pancasila Disusun Oleh: Puji Dwi Hartanto 11.11.5191 Kelompok E Pembimbing: DR.Abidarin Rosyidi, MMa STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA Kata Pengantar Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Filsafat (Philosophia) : - Philo/Philos/Philein yang berarti cinta/pecinta/mencintai. - Sophia yang berarti kebijakan/kearifan/hikmah/hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangannya hukum di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dimulai dari zaman sebelum penjajahan sampai dengan zaman di mana Indonesia

Lebih terperinci

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA.

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Kehidupan Bernegara. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. PANCASILA Modul ke: Makna dan Aktualisasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam Kehidupan Bernegara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB PENERAPAN SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Disusun oleh : Nama : Oky Prasetya Aji P. NIM : 11.11.4984 Program Studi : Pancasila Jurusan : S1 Teknik Informatika Nama Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo

Lebih terperinci

DEMOKRASI PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA : FAUZAN AZIZ NIM : : M KHALIS PURWANTO, Drs, MM

DEMOKRASI PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA : FAUZAN AZIZ NIM : : M KHALIS PURWANTO, Drs, MM DEMOKRASI PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : FAUZAN AZIZ NIM : 11.02.8001 PROG. STUDI JURUSAN DOSEN : PENDIDIKAN PANCASILA : D3 MI : M KHALIS PURWANTO, Drs, MM 1 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA NAMA : AKHMAD FAOZI NIM : 11.11.4734 DOSEN : TAHAJUDIN SUDIBYO,Drs KELOMPOK : C TEKNIK INFORMATIKA (S1) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstrak Pancasila artinya lima dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA ABSTRAK Prinsip-prinsip pembangunan politik yang kurang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila telah membawa dampak yang luas dan mendasar bagi kehidupan manusia Indonesia.

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Fokus Penelitian, Penegasan Istilah. A. Latar Belakang Di era globalisasi

Lebih terperinci

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Hermawan Hadi Saputra NIM : 11.11.5634 Kelompok F S1 Teknik

Lebih terperinci

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, 2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu

I. PENDAHULUAN. pengangguran, diperkirakan dapat membahayakan keamanan, di samping itu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada permulaan abad kedua puluh kemiskinan sedang meningkat di Pulau Jawa dikarenakan kepadatan penduduk yang semakin meningkat dari masa ke masa. Hal ini menarik perhatian

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI DASAR HUKUM TERTINGGI DISUSUN OLEH NAMA : ALFAN RASYIDI NIM : 11.12.5949 KELOMPOK : I DOSEN : Drs.Mohammad Idris.P,MM STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAK Pancasila ditinjau dari pendekatan

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA BAB I LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA A. Landasan Pendidikan Pancasila Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI KELOMPOK F NAMA : AZIS AGUS PRADHIKA NIM : 11.11.5556 KELAS : 11-S1 TI-13 DOSEN : ABIDARIN ROSIDI Dr,M,Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Pancasila

Lebih terperinci

A. Pengertian Pancasila

A. Pengertian Pancasila PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI A. Pengertian Pancasila Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang

Lebih terperinci

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing : Pancasila dan Budaya STMIK Amikom Yogyakarta oleh : Rossidah 11. 02. 8043 ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika pembimbing : Drs. M. Kalis Purwanto, MM 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i ii BAB

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs.

disusun oleh Mirsa Ferriawan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. disusun oleh Mirsa Ferriawan 11.11.5112 Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Disusun Oleh : Nama NIM Kelompok Program Studi/ Jurusan Nama Dosen : : : : : SUHENDRA JUNIAR A. 11.11.5565 F S1/Teknik Informatika Abidarin

Lebih terperinci