BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 104 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Sasarannya harus diterjemahkan dalam kerangka pembangunan nasional dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu dengan tujuan mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan kesempatan kerja yang cukup, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan serta kemampuan antar daerah, membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hadjisaroso, 1994). Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan membangun wilayah, membangun daerah atau kawasan dalam rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat termasuk petani. Petani sebagai makhluk sosial juga ingin mempunyai taraf hidup yang sesuai dalam hidupnya. Peningkatan taraf hidup tersebut diperoleh petani dengan cara meningkatkan pendapatannya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi mereka melaksanakan berbagai aktivitas dan kegiatan sebagai petani. Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah, tentu harus dapat meningkatkan nilai tambah bagi 104

2 105 usahatani mereka sehingga pendapatan mereka bisa bertambah. Untuk itu perlu diatur dan dikembangkan dengan sistem agribisnis padi sawah. Pendapatan usahatani adalah total penerimaan yang berasal dari nilai hasil penjualan ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida, dan alat alat), pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pengeluaran pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993). Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah dapat dilihat dari kerangka konseptual penelitian Menganalisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Studi yang dilakukan Salmiah (2004), karakteristik sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan adalah luas lahan yang dimiliki dan jumlah tanggungan keluarga, sedangkan tingkat pendidikan dan usia petani tidak berpengaruh. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam karakteristik sosial ekonomi petani sampel, penelitian ini terdiri dari variabel umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, tanggungan keluarga, dan total luas lahan usahatani yang dimiliki jumlah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan

3 106 spesifikasi model ekonometrika. Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16. X 11 X 12 Karakteristik Sosial Ekonomi (X 1 ) X 13 X 14 Y X 15 X 16 Gambar 3.1. Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Menganalisis Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan. Datangnya hujan berarti datangnya rahmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Masyarakat di desa masih percaya, melalui kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka. Sebelum dilakukan analisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah, sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun

4 107 tanam pada pengembangan wilayah, maka akan diberikan gambaran terlebih dahulu mengenai perbandingan variabel biaya sebelum dan setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam. Dimana sebelum kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam variabel biaya terdiri dari biaya pompanisasi, biaya pupuk dan biaya pestisida. Setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam variabel biaya terdiri dari biaya iuran irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida. Untuk menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Dependent Sample T-test (Paired Sample T-test). digunakan model uji beda rata-rata (Compare Means). Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16. Pendapatan Sebelum Menerapkan Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X 2 ) Komparasi Rata- Rata Pendapatan Pendapatan Setelah Menerapkan Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X 3 ) Gambar 3.2. Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah.

5 Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam, Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Dilakukan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Sebelum dilakukan analisis pengaruh setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, maka akan diberikan gambaran terlebih dahulu mengenai variabel biaya setelah kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, yang terdiri dari biaya iuran air irigasi, biaya pupuk, dan biaya pestisida. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat pengaruh dan analisis faktor. Alat bantu yang digunakan adalah AMOS (Analyis of Moment Structure) 19. X 41 X 42 X 43 KegiatanUtama Agribisnis (X 4 ) X 31 X 32 Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam (X 3 ) Pendapatan Petani Padi Sawah (Y) Y 1 Y 2 X 33 Gambar 3.3. Menganalisis Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

6 Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Teori export base, teori ini petama kali dikembangkan oleh Douglas C. North (1955). Menurut North, kekuatan utama ekonomi suatu wilayah tergantung kepada permintaan eksternal akan barang dan jasa yang diproduksi dari wilayah tersebut. Permintaan ekternal akan mempengaruhi penggunaan modal dan teknologi dan diekspor oleh wilayah itu, karena itu pertumbuhan wilayah jangka panjang sangat tergantung pada kegiatan industri ekspornya. Atas dasar itu, keberlanjutan perkembangan wilayah sangat banyak ditekan pada peningkatan aliran modal dan teknologi, dimana persyarat untuk itu berkaitan dengan jumlah modal yang ditanamkan oleh pemilik modal, baik dari dalam maupun luar, serta berkaitan pula dengan sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan utama agribisnis, variabel penelitian terdiri dari biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).

7 110 X 41 X 42 Kegiatan Utama Agribisnis (X 4 ) Y 1 Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y 2 X 43 Gambar 3.4. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah. Teori lokasi, perkembangan teori lokasi dimulai dari Von Thunnen, yang mengembangkan teorinya berdasarkan pengamatan hasil pertanian di Mcklenberg yang selanjutnya dikembangkan Weber, Palender dan Hoover, Weber mengenalkan indeks material dan indeks berat. Faktor-faktor yang menentukan lokasi adalah faktor endowment, pasar dan harga, bahan baku dan energi, angkutan sebagai input. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam kegiatan penunjang agribisnis, variabel penelitian ini terdiri dari bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau

8 111 dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X 41 X 42 X 43 Kegiatan Utama Agribisnis (X 4 ) X 51 X 52 Kegiatan Penunjang Agribisnis (X 5 ) Y 1 Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y 2 X 53 Gambar 3.5. Menganalisis Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Teori resource endowment, teori ini bertolak dari suatu pandangan bahwa pengembangan ekonomi wilayah sangat tergantung pada sumber daya alam yang dimiliki oleh wilayah tersebut dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumber daya itu. Makin banyak sumber daya alam yang dapat diolah untuk komoditi unggulan maka semakin cepat pertumbuhan wilayahnya. Teori resource endowment secara implisit mengasumsikan bahwa

9 112 dalam perkembangannya, sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu wilayah akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa yang berbeda bila terjadi perubahan permintaan. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam sumber daya alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari jumlah volume air/ha, luas lahan usahatani yang beririgasi dan panjang jalan usahatani terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X 41 X 42 X 43 Kegiatan Utama Agribisnis (X 4 ) X 61 X 62 Sumber Daya Alam (X 6 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y1 Y2 X 63 Gambar 3.6. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Menganalisis Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan

10 113 Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Teori pengembangan SDM, teori ini mengasumsikan bahwa sumber daya manusia (sdm) merupakan faktor penentu bagi kemajuan ekonomi suatu wilayah. Bukti empirik menunjukkan, ketersediaan sumber daya manusia memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, investasi pada sumber daya manusia menjadi lebih utama untuk meningkatkan skala pengembalian dalam jangka panjang. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah. dalam sumber daya alam (sda) variabel penelitian ini terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure).

11 114 X 41 X 42 X 43 Kegiatan Utama Agribisnis (X 4 ) X 71 X 72 Sumber Daya Manusia (X 7 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y 1 Y 2 X 73 Gambar 3.7. Menganalisis Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Teori pertumbuhan wilayah neo klasik, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964) kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969), pertumbuhan ekonomi wilayah sangat tergantung kepada faktor tenaga kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Teori ini tidak menekankan pentingnya faktor permintaan. Untuk menganalisis pengaruh pengembangan wilayah dalam teknologi, dimana variabel penelitian ini terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah

12 115 Penerapan komponen teknologi dasar yang terdiri dari varitas unggul, bibit bermutu dan sehat, pemupukan spesifik lokasi, PHT sesuai OPT. Penerapan komponen teknologi pilihan yang terdiri dari pengelolaan tanaman legowo, bibit muda, penggunaan bahan organik, irigasi berselang, pupuk mikro, penanganan panen dan pasca panen, pengendalian gulma dan pengolahan tanah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X 41 X 42 X 43 Kegiatan Utama Agribisnis (X 4 ) X 81 Teknologi (X 8 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y 1 Y2 X 82 Gambar 3.8. Menganalisis Pengaruh Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

13 Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM) Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) secara full model analisis hasil pengolahan data pada tahap ful model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data untuk analisis ful model SEM ditampilkan pada Gambar 3.8 e1 X 31 e2 X 32 X 3 e3 X 33 e4 X 51 e16 e17 e18 e5 X 52 X 5 X 41 X 42 X 43 e6 X 53 e7 X 61 e8 X 62 X 6 X 4 Y e15 e9 X 63 e10 X 71 Y 1 Y 2 e11 X 72 X 7 e12 X 73 e19 e20 e13 X 81 X 8 Gambar 3.9. Analisis Full Model Structural Equation Modeling (SEM).. e14 X 82

14 117 Keterangan: e1 15 : error term X 3 : Kearifan Lokal Dalam Doa Turun Tanam X 4 : Kegiatan Utama Agribisnis X 5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis X 6 : Sumber Daya Alam X 7 : Sumber Daya Manusia X 8 : Teknologi X 31 : Biaya Iyuran Air Irigasi X 32 : Biaya Pupuk X 33 : : Biaya Pestisida X 41 : Biaya Produksi X 42 : Luas Panen X 43 : Harga Gabah X 51 : Bantuan Input Produksi Pertanian X 52 : Penyaluran Kredit X 53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk X 61 : Tinggi Volume Air/ha X 62 : Luas Lahan Yang Beririgasi X 63 : Panjang Jalan Usahatani X 71 : Curahan Tenaga Kerja X 72 : Penyuluhan/Pelatihan X 73 : Produktivitas Tenaga Kerja X 81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar X 82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Y : Pendapatan Y 1 : Produksi : Produktivitas Lahan Y 2 : Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/ unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang diamati. : Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya melalui instrumen-instrumen. : Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel, variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.

15 118 e1 X 31 e2 X 32 X 3 e3 X 33 e4 X 51 e1 6 e1 7 e1 8 e5 X 52 X 5 X 41 X 42 X 43 X 11 e6 e7 e8 e9 X 53 X 61 X 62 X 63 X 6 X 4 Y e1 5 X 12 X 13 X 14 Karakteristik sosial Ekonomi (X1) X 15 e10 X 71 Y 1 Y 2 X 16 e11 X 72 X 7 e1 2 e1 3 X 73 X 81 X 8 e1 9 e2 0 Sebelum Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam (X 2 ) Komparasi Komparasi Rata-Rata Rata-Rata Pendapatan Pendapatan Setelah Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam (X 3 ) e1 4 X 82 X 21 X 22 X 23 X 31 X 32 X 33

16 119 Gambar 3.10 Skema Kerangka Konseptual Agribisnis Padi Sawah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani Pada Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara Keterangan X 5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis X 51 : Bantuan Input Produksi Pertanian X 52 : Penyaluran Kredit : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk X 53 Ketrerangan X 6 : Sumber Daya Alam X 61 : Tinggi Volume Air/ha X 62 : Luas Lahan Yang Beririgasi : Panjang Jalan Usahatani X 63 Keterangan X 7 : Sumber Daya Manusia X 71 : Curahan Tenaga Kerja X 72 : Penyuluhan/Pelatihan : Produktivitas Tenaga Kerja X 73 Keterangan X 8 : Teknologi X 81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar X 82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Y Y 1 Y 2 : Pendapatan : Produksi : Produktivitas Lahan

17 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, dan kerangka konseptual maka dapat disusun beberapa hipotesis sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh nyata karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 2. Terdapat komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, pada pengembangan wilayah. 3. Terdapat pengaruh positif signifikan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 4. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis yang terdiri dari biaya produksi, luas panen, dan harga gabah dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 5. Terdapat pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis yang terdiri dari bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

18 Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya alam yang terdiri dari tinggi volume air/ha, luas lahan usahatani yang beririgasi dan panjang jalan usahatani, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 7. Terdapat pengaruh positif signifikan sumber daya manusia yang terdiri dari curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. 8. Terdapat pengaruh positif signifikan teknologi yang terdiri dari penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah.

19 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk kategori penelitian explanatori yaitu suatu penelitian untuk mencari dan menjelaskan hubungan kausal atau sebab akibat, antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel-variable bebas tersebut ada mempengaruhi terhadap pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah, melalui pengujian hipotesis. Dilihat dari segi keilmuan, penelitian ini berfokus pada disiplin ilmu pengembangan wilayah yang didekati dari perspektif ilmu pertanian yaitu agribisnis. Dalam hubungan ini disiplin pengembangan wilayah diposisikan sebagai dasar penetapan aspek-aspek pembahasan dalam penelitian, sedangkan ilmu agribisnis digunakan sebagai dasar untuk membangun kerangka analisis dalam melihat persoalan-persoalan pengembangan wilayah. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak dicapai dan sekaligus pengujian hipotesis. Untuk itu perlu rancangan penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan survei. Penelitian ditinjau dari segi explanasi (penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungannya antara satu variabel dengan variabel lainnya) dapat dikelompokkan menjadi deskriptif, komparatif dan assosiatif. 122

20 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi penelitian adalah lahan padi sawah yang beririgasi dan pelatihan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Seperti Kecamatan Kotarih, Kecamatan Silinda, Kecamatan Bintang Bayu, Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Serbajadi, Kecamatan Sipispis, Kecamatan Tebing Tinggi, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kecamatan Bandar Khalipah, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Sei Bamban, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Pantai Cermin.

21 124 Gambar 4.1. Peta Kabupaten Serdang Bedagai dan Kota Tebing Tinggi

22 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian melihat variabel-variabel bebas yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Menganalisis pengaruh variabel independen karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga dan total luas lahan usahatani, dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis komparasi rata-rata pendapatan petani padi sawah sebelum dan setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Menganalisis pengaruh variabel independen setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam yaitu biaya air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida, secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan utama agribisnis yaitu biaya produksi, luas panen, dan harga gabah, dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen kegiatan penunjang agribisnis yaitu bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit, dan kebijakan pemerintah pada subsidi pupuk, secara langsung dan melalui kegiatan utama

23 126 agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen sumber daya alam (sda) yaitu tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi, panjang jalan usahatani secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis variabel independen sumber daya manusia (sdm) yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan, produktivitas tenaga kerja secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Menganalisis pengaruh variabel independen teknologi yaitu pengaruh penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan secara langsung dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, terhadap variabel dependen meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Data ini disusun sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh data yang representatif dan pengolahan data yang valid. Pendekatan penelitian ini bersifat penelitian jenis policy research / kebijakan penelitian. Kemudian data skunder diperlukan untuk memberikan gambaran dan jawaban tentang masalah penelitian (research question) maupun menggambarkan produksi dan pendapatan petani padi sawah.

24 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian, baik berbentuk benda, barang dan manusia secara langsung turut menentukan tingkat kredibilitas penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah berdasarkan kriteria petani padi sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan SL-PTT tahun 2011 sebanyak KK di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Populasi Petani Padi Sawah Yang Beririgasi Penerima Bantuan SL- PTT. Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun No Keterangan Luas Lahan Padi Sawah Beririgasi (Ha) Populasi (N) Penerima Bantuan SL-PTT (KK) Sampel (n) Yang Diteliti (KK) Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serba Jadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin Jumlah Sumber : BP4K Serdang Bedagai, Juli Sampel Sampel adalah bahagian dari populasi yang dapat menggantikan karakteristik bagian populasi sehingga mampu menggambarkan secara umum

25 128 dari populasi tersebut. Penentuan sampel diambil berdasarkan kriteria petani padi sawah memiliki lahan padi sawah yang beririgasi dan penerima bantuan SL-PTT tahun Sampel penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan simple random sampling dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan yaitu 100 sampel. Sampel penelitian ini dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu : n s N Js Dimana: n = Sampel s = Jumlah petani per kecamatan N = Total populasi Js = Jumlah sampel (100 orang) Besar Sampel Alokasi Proposional s1 s7 n 1. Js n 7. Js N N n n n 1 1 n 7 17 s2 s8 n 2. Js n 8. Js N N n n n 2 8 n 8 10 s3 s9 n 3. Js n 9. Js N N n3.100 n n 3 5 n 9 8

26 129 s4 s10 n 4. Js n 10. Js N N n n n 4 1 n s5 s11 n 5. Js n 11. Js N N n5.100 n n5 9 n11 4 s6 s12 n 6. Js n 12. Js N N n6.100 n n 6 4 n Jenis dan Sumber Data Jenis Data Jenis data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder Sumber Data Sumber data primer adalah petani (responden) dikumpulkan melalui kuesioner dengan teknik wawancara langsung kepada responden. Pengumpulan data ini dilakukan dari jawaban yang diberikan responden atas daftar pertanyaan atau kuesioner yang diberikan langsung kepada para responden. Sumber data sekunder dapat dilacak kepada sumbernya dalam bentuk publikasi dan apabila tidak dipublikasikan dapat dilakukan dengan cara mendatangi secara langsung ke instansi yang bersangkutan, secara resmi melalui surat pengantar dari sekolah Pascasarjana, dan

27 130 dikumpulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi pemerintah yang terkait dengan tanaman padi sawah seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai dinas Pengairan Serdang Bedagai, serta kepala kecamatan dan kepala desa Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat diklasifikasi dua kelompok, pertama variabel terikat (dependent variabel), dan variabel bebas (independent variabel). Variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang keberadaannya sangat ditentukan oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel terikat (dependent variabel) adalah pendapatan (Y). Variabel bebas (independent variabel) (X) adalah variabel yang menjelaskan variabel terikat yang termasuk variabel bebas adalah : Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi a. Variabel umur (X 11 ) b. Variabel pendidikan (X 12 ) c. Variabel lamanya berusahatani (X 13 ) d. Variabel lamanya berorganissi P3A (X 14 ) e. Variabel jumlah tanggungan keluarga (X 15 ) f. Variabel total luas lahan usahatani (X 16 )

28 Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam a. Variabel biaya pompanisasi (X 21 ) b. Variabel biaya pupuk (X 22 ) c. Variabel biaya pestisida (X 23 ) Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam a. Variabel biaya iyuran air irigasi (X 31 ) b. Variabel biaya pupuk (X 32 ) c. Variabel biaya pestisida (X 33 ) Variabel Kegiatan Utama Agribisnis a. Variabel biaya produksi (X 41 ) b. Variabel luas panen (X 42 ) c. Variabel harga gabah (X 43 ) Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis a. Variabel bantuan input produksi pertanian (X 51 ) b. Variabel penyaluran kredit (X 52 ) c. Variabel kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk (X 53 ) Variabel Sumber Daya Alam (SDA) a. Variabel tinggi volume air/ha (X 61 ) b. Variabel luas lahan yang beririgasi (X 62 ) c. Variabel panjang jalan usahatani (X 63 ) Variabel Sumber Daya Manusia (SDM) a. Variabel curahan tenaga kerja (X 71 ) b. Variabel penyuluhan/pelatihan (X 72 ) c. Variabel produktivitas tenaga kerja (X 73 )

29 Variabel Teknologi a. Variabel penerapan komponen teknologi dasar (X 81 ) b. Variabel penerapan komponen teknologi pilihan (X 82 ) 4.7. Definisi Operasional Berdasarkan pada perumusan masalah dan hipotesis, maka penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) yaitu pendapatan. Sejumlah variabel yang diikut sertakan dalam penelitian ini mempunyai definisi operasional sebagai berikut : Variabel Independent (Bebas) Karakteristik Sosial Ekonomi Variabel Umur (X11) adalah diukur berdasarkan usia petani sampel dihitung sejak ia dilahirkan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun Variabel Pendidikan (X12) adalah lamanya petani sampel menjalankan pendidikan formal dihitung mulai dari pendidikan SD sampai pendidikan formal terakhir yang dijalankannya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun Variabel Lamanya Berusahatani (X13) adalah petani sampel melakukan usahatani padi sawah dihitung berdasarkan sejak petani mulai usahataninya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun Variabel Lamanya Berorganisasi P3A (X14) adalah petani sampel bergabung dalam organisasi P3A dihitung berdasarkan sejak petani mulai bergabung hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan tahun Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X15) adalah petani sampel yang mempunyai jumlah jiwa yang tinggal bersama atau yang tidak

30 133 tinggal bersama yang masih tanggungan keluarga hingga saat penelitian dilakasanakan dalam satuan jiwa Variabel Total Luas Lahan Usahatani (X16) adalah jumlah luas lahan seluruhnya yang dimiliki petani sampel baik sawah beririgasi maupun lahan kering seperti pekarangan, tegal, ladang, kebun dan tambak, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam Variabel Biaya Pompanisasi (X21) adalah besar jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dengan menggunakan mesin pompa dalam satuan rupiah Variabel Biaya Pupuk (X22) adalah besar jumlah uang dikeluarkan petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah Variabel Biaya Pestisida (X23) adalah besar jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya dalam satuan rupiah Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam Variabel Biaya Iyuran Air Irigasi (X31) adalah besar jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk pengairan pada usahataninya dalam satuan rupiah Variabel Biaya Pupuk (X32) adalah besar jumlah uang dikeluarkan petani untuk pembelian pupuk pada usahataninya dalam satuan rupiah Variabel Biaya Pestisida (X33) adalah besar jumlah uang yang dikeluarkan petani untuk pembelian obat-abatan pada usahataninya dalam satuan rupiah.

31 Variabel Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Variabel Biaya Produksi (X41) adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi, atau nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung dihitung dalam jangka satu tahun biaya ini meliputi sewa lahan, bunga modal dari luar, iuran P3A, bibit, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar keluarga, retribusi dan penyusutan alat-alat pertanian, dengan satuan rupiah. Dalam menghitung nilai biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (The straight line method) Menurut Kay (1986) rumus metode tersebut sebagai berikut : X = ( A B )/C Dimana : X = Nilai penyusutan A = Harga awal (rp) B = Taksiran harga setelah pemakaian produktif (rp) C = Lama pemakaian produktif (tahun) Variabel Luas Panen (X42) adalah jumlah luas lahan yang ditanam dalam berusahatani padi sawah, dan menghasilkan produksi gabah sesuai dengan luas tersebut hal ini merupakan luas panen yang dihitung, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha Variabel Harga Gabah (X43) adalah harga barang itu sendiri dimana variabel harga gabah yaitu GKP, GKG hal ini berbeda pada harga gabah di BULOG, harga gabah di kilang padi dan harga gabah di pedagang pengumpul pada tingkat produsen, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah.

32 Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis Variabel Bantuan Input Produksi Pertanian (X51) adalah bantuan pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten Serdang Bedagai untuk petani sampel melalui kelompok tani berupa bantuan bibit, pupuk, pestisida dan alsintan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah Variabel Penyaluran Kredit (X52) adalah besar jumlah uang yang diterima petani dari pengajuan kredit untuk usahataninya hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah Variabel Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk (X53) adalah besar jumlah pupuk yang diterima petani dari penyaluran pupuk bersubsidi berdasarkan luas lahan yang diusahakan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah Variabel Sumber Daya Alam (SDA) Variabel Tinggi Volume Air/Ha (X61) adalah banyaknya air irigasi yang diairi sehubung untuk kepentingan tanaman padi sawah dimana petani melangsungkan usahataninya dan diukur ketinggian air dari permukaan tanah hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan cm Variabel Luas Lahan Usahatani Yang Beririgasi (X62) adalah luas lahan sawah petani sampel yang mengusahakan usahatani padi sawah beririgasi hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ha.

33 Variabel Panjang Jalan Usahatani (X63) adalah prasarana transportasi pada kawasan pertanian untuk memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi menuju lahan pertanian dan mengangkut hasil produksi pertanian dari lahan menuju ketempat pengumpulan sementara, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan meter (m) Variabel Sumber Daya Manusia Variabel Curahan Tenaga Kerja (X71) adalah tenaga kerja keluarga yang dicurahkan untuk usahatani hingga saat penelitian dilaksanakan dengan satuan yang dihitung dalam satuan kerja pria dewas (HKP/tahun dengan kelasifikasi sebagai berikut : Hari Kerja Pria (HKP) pria dewasa > 15 tahun = 1 HKP Hari Kerja Wanita (HKW) wanita dewasa > 15 tahun Hari Kerja Anak (HKA) anak anak tahun = 0,8 HKP = 0,5 HKP Hari Kerja Ternak (HKT) = 5 HKP Hari Kerja Mesin Traktor (HKM) = 25 HKP Variabel Penyuluhan/Pelatihan (X72) adalah proses pembelajaran bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampila dan wawasan yang dibutuhkan untuk pengelolaan tanaman padi sawah dihitung berdasarkan frekuensi mengikuti penyuluhan/pelatihan Variabel Produktivitas Tenaga Kerja (X73) adalah perbandingan antara jumlah yang dihasilkan atau hasil yang dicapai dengan jumlah curahan tenaga kerja yang digunakan hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ton/hkp.

34 Variabel Teknologi Variabel Penerapan Komponen Teknologi Dasar (X81) adalah komponen teknologi yang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas a. Varietas unggul. b. Bibit bermutu dan sehat dengan perlakuan benih. c. Pemupukan efisien menggunakan alat bantu. d. PHT sesuai OPT sasaran Variabel Penerapan Komponen Teknologi Pilihan (X82) adalah komponen teknologi spesifik lokasi, antara lain : a. Pengelolaan tanaman yang meliputi populasi dan cara tanam (tegel, legowo, larikan, sebar langsung). b. Bibit muda ( umur 15 hari atau 21 hari HSS). c. Penggunaan bahan organik. d. Irigasi berselang. e. pupuk mikro. f. Penanganan panen dan pascapanen. g. Pengendalian gulma. h. Pengolahan tanah Variabel Dependent (Terikat) Pendapatan (Y) petani padi sawah adalah total penerimaan yang berasal dari nilai penjualan hasil, dikurangi dengan nilai total biaya produksi, hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan rupiah Variabel Produksi (Y1) adalah total penerimaan gabah kering panen dalam satu tahun hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan ton

35 Variabel Produktivitas (Y2) adalah kemampuan lahan dalam menghasilkan rata rata produksi dalam kwintal per hektar hingga saat penelitian dilaksanakan dalam satuan Kw/Ha Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dan data skunder dilakukan mahasiswa strata S1 dan S2. Mahasiswa yang menjadi enumerator telah dahulu mendapatkan bekal ke lapangan yang diarahkan selama dua hari. Setelah data primer dan data skunder dikumpulkan, maka akan diolah sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan secara bertahap sesuai dengan proses pengumpulan data yang dilakukan dan analisis data dilakukan sesuai dengan masalah penelitian (Research question). Data yang sudah dikumpulkan ditabulasi, diolah dalam bentuk tabel, grafik disajikan dan dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan rancangan hipotesis atau permasalahan penelitian. Laporan penelitian disusun secara sistematis, dibuat sesuai dengan format laporan disertasi Program Studi Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana. Untuk memperoleh data skunder yang diperoleh secara langsung dikumpulkan melalui literatur-literatur yang ada, penelitian terdahulu, instansi pemerintah yang terkait dengan tanaman padi sawah. Seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Universitas Sumatera

36 139 Utara, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan Serdang Bedagai, serta kepala Kecamatan dan kepala Desa dan jurnal hasil hasil penelitian serta instansi lainnya yang terkait. kemudian diolah sesuai kebutuhan model. Data yang dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan untuk keperluan penelitian. Menurut Stone (1978), teknik pengambilan data secara langsung dilapangan (field survey) dirasakan lebih baik hasilnya bila dibandingkan dengan melalui pos atau yang disebut juga sebagai mail surve. Karena dapat mengurangi dan memperkecil perbedaan interpretasi antara pihak peneliti dan pihak responden serta memungkinkan tingkat perbedaan tanggapan pihak responden yang tinggi Instrumen Pengumpulan Data Menurut Arikunto (2005) instrumen penelitian adalah alat pembantu yang dapat diwujudkan dalam bentuk angket, daftar cocok (cheklist), paduan pengamatan (observation sheet/observation schedule), tes dan inventory skala. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari petani sampel, maka untuk menghimpun dan mendapatkan informasi dari responden digunakan jenis instrumen pedoman wawancara atau kuesioner. Data skunder yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi sumbersumber informasi dan mencatat dari sumber informasi yang telah diorganisir oleh suatu lembaga Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data Indikator Unit Pengukuran Data yang diperlukan dalam penelitian ini baik berupa data primer maupun sekunder, agar memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas yang baik diperlukan

37 140 indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data. Menurut Riduwan (2008) skala pengukuran adalah skala yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan variabel yang diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran ada empat, yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio. Skala nominal adalah skala yang dipergunakan bilamana variabel (peubah) yang diukur semata-mata untuk mengklasifikasikan beberapa objek pada variabel tersebut, misalnya: Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, TNI/POLRI dan sebagainya. Hal ini hanyalah bersifat kode atau lambang yang dipergunakan untuk mempermudah proses pengklasifikasian. Skala ordinal adalah skala yang memungkinkan segala sesuatu disusun menurut peringkatnya, misalnya: (1) Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Biasa Saja, (4) Tidak Setuju, (5) Sangat Tidak Setuju. Skala interval adalah jika suatu skala memiliki segala sifat dari skala ordinal dan jika antar dua angka (skor) pada skala tersebut mempunyai unsur jarak. Pada skala interval titik nol dan unit pengukurannya dapat dipilih secara sembarang. Skala ratio adalah jika sesuatu skala memiliki semua ciri suatu skala interval dan disamping itu memiliki titik nol sejati Teknik Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data primer dan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

38 Data Primer Pengumpulan data primer yang digali dari petani sampel dengan cara wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan dan dengan mempertimbangkan keberadaan responden yang menyebar secara geografis. Maka pengumpulan data primer, diperlukan tenaga lapangan sebagai enumerator. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : a. Mengurus izin b. Membuat kuesioner dan tes c. Pengujian dan perbaikkan kuesioner d. Menyeleksi calon enumerator e. Pembekalan enumerator f. Pengumpulan data di lapangan g. Monitoring kegiatan lapangan h. Mengkoreksi daftar isian kuesioner i. Pengolahan dan penyajian data Data Sekunder Data sekunder diperoleh langsung dari publikasi resmi seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Penyuluh Pertanian Sumatera Utara, Dinas PU Pengairan Provinsi Sumatera Urara, Bulog Provinsi Sumatera Utara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara, Perpustakaan, Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, dinas Pertanian Serdang Bedagai, Badan Penyuluh Pertanian Serdang Bedagai Dinas Pengairan Serdang Bedagai, kepala kecamatan dan kepala desa. Lembaga publikasi dalam

39 142 bentuk laporan tahunan, jurnal, tesis, disertasi dan tex book dengan cara daftar cacah mengkopi dan membeli. Indikator unit pengukuran dan teknik pengumpulan data yang validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data. No Alamat Indikator Pengukuran Indikator Varian Unit Lapangan Teknik Jenis Instrumen 1. Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi -Umur -Pendidikan -Lamanya Berusahatani -Lamanya Berorganisasi P3A -Jumlah Tanggungan Keluarga -Total Luas Lahan Usahatani Tahun Tahun - Tahun Tahun Jiwa Ha Ratio Ratio Ratio Ratio Ratio Ratio -Penjelasan -Penjelasan -Penjelasan -Penjelasan -Penjelasan -Penjelasan Variabel Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam -Biaya Pompanisasi -Biaya Pemupukan -Biaya Pestisida Rp Rp Rp Ratio Ratio Ratio -Tampak Fisik -Tampak Fisik -Tampak Fisik Variabel Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam -Biaya Air Irigasi -Biaya Pupuk -Biaya Pestisida Rp Rp Rp Ratio Ratio Ratio -Tampak Fisik -Tampak Fisik -Tampak Fisik Komparasi Rata Rata Pendapatan Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam -Pendapatan Sebelum Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam -Pendapatan Setelah Menerapkan Ritual Doa Turun Tanam Rp Rp Ratio Ratio -Tampak Fisik -Tampak Fisik Variabel Kegiatan Utama Agribisnis -Biaya Produksi -Luas Panen -Harga Gabah Rp Ha Rp Ratio Ratio Ratio -Tampak Fisik -Tampak Fisik -Tampak Fisik 1 1.2

40 143 Lanjutan Tabel 4.2. Indikator Unit Pengukuran Dan Teknik Pengumpulan Data. 6 Variabel Kegiatan Penunjang Agribisnis -Bantuan Input Produksi Pertanian -Penyaluran Kredit Rp Rp Ratio Ratio - Penjelasan - Penjelasan 1 1,2 -Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Kg Ratio - Penjelasan 7. Variabel Sumber Daya Alam (SDA) -Tinggi Volume Air/Ha -Luas Lahan Yang Beririgasi Cm Ha Ordinal Ordinal -Tampak Fisik -Tampak Fisik Panjang Jalan Usahatani Km Ordinal -Tampak Fisik 8. Variabel Sumber Daya Manusia (SDM) -Curahan Tenagak Kerja -Penyuluhan/Pelatihan -Produktivitas Tenaga Kerja Hkp Frekuensi Ton/Hkp Ordinal Ordinal Ordinal - Penjelasan - Penjelasan - Penjelasan 1 1,2 9 Variabel Teknologi -Penerapan Teknologi Dasar % Ordinal - Penjelasan Penerapan Teknologi Pilihan % Ordinal - Penjelasan Keterangan : 1. Wawancara 2. Mencatat dari sumber Metode Analisis Rumus: Pendapatan Data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan dilakukan penyatuan dan koreksi tabulasi dalam bentuk tabel atau gambar sesuai dengan hipotesis. Untuk mencari pendapatan dianalisis secara sederhana dengan menghitung pendapatan dari kegiatan usahatani padi sawah dengan metode rumus Pd = T R T C Dimana : Pd = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp) TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

41 TR = Py.Y TR = Total Reveneu (Total Penerimaan) (Rp) Py = Pay Yield (Harga Produksi) (Rp) Y = Yield (Jumlah Produksi) (Ton) TC = FC + VC TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) (Rp) VC = Variable Cost (Biaya Tidak Tetap) (Rp) Untuk Membuktikan Hipotesis 1, Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Pengaruh karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total luas lahan usahatani yang dimiliki terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Digunakan model estimasi regresi linier berganda dengan spesifikasi model ekonometrika. Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16. X 11 X 11 Karakterist Sosial Ekonomi (X 1 ) X 11 X 11 X 11 Y X 11 Gambar : 4.2. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

42 Regresi Linier Berganda Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda sebagai berikut : Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16 )...(1) Persamaan tersebut dengan spesifikasi model ekonometrika : Y= 0+ 1X 11+ 2X 12+ 3X 13+ 4X 14+ 5X 15+ 6X (2) Dimana: Y = Pendapatan (rp) X 11 = Umur (tahun) X 12 = Pendidikan (tahun) X 13 = Lamanya berusahatani (tahun) X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun) X 15 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha) 0 = Konstanta/koefisen intersep = Koefisen regresi 1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003). Kriteria uji hipotesis adalah : H 0 terima apabila signifikan 0,05 H a terima apabila signifikan 0, Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata

43 146 lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar (R 2 ) Uji Serempak ( Uji F -statistik) Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat, Pengujian arti keseluruhan regresi sampel (over all test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak Uji Parsial ( Uji t -statistik) Dimana uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing- masing variabel bebas, Uji t atau t-test (partial test); yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara parsial (Gujarati, 2003) Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji Normalitas Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji dengan uji statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir. Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Z-value yang dihasilkan melalui rumus berikut :

44 147 Nilai z = Skewness 6 N Keterangan : N = Ukuran sample Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki, misalnya digunakan nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti kita dapat menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998) Uji Multikolinearitas Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas Menurut Supranto (2005) istilah kolinieritas sendiri berarti hubungan linier tunggal, sedangkan kolinieritas ganda (multicollinearity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat ditinjau dari beberapa hal : a. Nilai toleransi lebih kecil dari 0,1 b. Nilai VIF lebih besar dari 10 c. R 2 = Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik yang mengamati scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal ini menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2010).

45 Untuk Membuktikan Hipotesis 2, Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Untuk melihat perbedaan rata-rata pendapatan digunakan model uji beda rata-rata (Compare Means). Dengan Metode Dependent Sample T-test (Paired Sample T-test). Alat bantu dalam mengolah data primer yang digunakan adalah Program SPSS 16 (Statistical Product and Service Solution) 16. Pendapatan Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam (X 2 ) Komparasi Rata- Rata Pendapatan Pendapatan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam (X 3 ) Gambar 4.3. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah. Dengan rumus: t = X 1 X 2 (Siregar, 2014) ( (η 1 1)S1 2 +(η2 1)S2 2 )( 1 η1+ η2 2 η1 + 1 η2 ) Keterangan: X 1 = Rata-rata pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam X 2 = Rata-rata pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam S 2 1 = Varians pendapatan sebelum menerapkan doa turun tanam S 2 2 = Varians pendapatan setelah menerapkan doa turun tanam η 1 = Jumlah observasi (sampel) data pertama η 2 = Jumlah observasi (sampel) data kedua.

46 149 Dengan kriteria uji: Jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak. Jika t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Dengan α 0,05 Hipotesis yang diajukan adalah: Ho : tidak ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam. H 1 : ada komparasi rata-rata pendapatan sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam Metode SEM (Structural Equation Modeling) SEM adalah merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. Model SEM ada yang menyebutnya merupakan pendekatan yang terintegrasi antara analisis faktor, model struktural dan analisis path secara serempak, yaitu pemeriksaan validititas dan relialibitas instrumen (setara dengan analisis konfirmatori). Pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis konfirmatori), analisis path dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk perkiraan (setara dengan model struktural dan analisis regresi) Penggunaan SEM 1. Menguji pengaruh variable bebas terhadap variable terikat 2. Menguji pengaruh langsung dan tidak langsung variable eksogen terhadap endogen 3. Menguji validitas dan reliabilitas instrument

47 Besar Sampel Untuk SEM sampel X parameter X jumlah indikator (Sarmanu, 2011) Langkah-Langkah Menganalisis Struktural Equation Model (SEM) Menurut Hair et.al, (1998) beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menganalisis struktural equation model (SEM), yaitu : 1. Pengembangan model teoritis, dalam hal ini akan dilakukan pengujian kausalitas secara empiris yang didasarkan teori untuk mengkonfirmasi model teoritis melalui data empirik. 2. Pengembangan diagram jalur, model teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama akan digambarkan dalam sebuah diagram jalur hubungan eksogen dengan konstruk endogen yang dinyatakan dalam anak panah. 3. Membangun persamaan struktural, yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antara berbagai konstruk. Hubungan antar konstruk pada penelitian ini adalah hubungan antara aspek pengaruh pengembangan wilayah kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, pengaruh pengembangan wilayah kegiatan penunjang agribisnis, pengaruh pengembangan wilayah sumber daya alam (sda), pengaruh pengembangan wilayah sumber daya manusia (sdm) dan pengaruh pengembangan wilayah teknologi terhadap pendapatan petani padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara Uji Validitas Validitas mempunyai arti dimana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Tes instrument pengukur dapat dikatakan

48 151 mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut sesuai dengan alat ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Salah satu manfaat utama dari CFA adalah kemampuan menilai validitas konstruk dari measurement theory yang diusulkan. Validitas konstruk mengukur seberapa jauh ukuran indikator mampu merefleksikan konstruk laten teoritisnya. Jadi validitas konstruk memberikan kepercayaan bahwa ukuran indikator yang diambil dari sampel menggambarkan skor sesungguhnya di dalam populasi. Itemitem atau indikator suatu konstruk laten harus converge atau share (berbagi) proporsi varian yang tinggi dan ini disebut convergent validity. Untuk mengukur validitas konstruk dapat dinilai dari nilai faktor loadingnya. Pada kasus dimana terjadi validitas tinggi maka nilai loading tinggi pada suatu faktor menunjukan bahwa mereka converge pada satu titik. Syarat yang harus dipenuhi pertama loading faktor harus signifikan. Oleh karena loading faktor yang signifikan bisa jadi masih rendah nilainya. Maka standardized loading estimate harus sama dengan 0.50 atau lebih idealnya harus 0,70 dan jika hal tersebut sudah terpenuhi maka indikator dapat dikatakan valid Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui konsisten data yang diperoleh. Setelah kesesuaian model diuji (model fit), evaluasi lain yang harus dilakukan adalah penilaian unidimensionalitas dan raliabilitas. Unidimensionalitas adalah sebuah asumsi yang digunakan dalam menghitung reliabiltas dari model menunjukkan bahwa dalam sebuah model satu dimensi, indikator yang digunakan memiliki derajat kesesuian yang baik. Penggunaan ukuran reliabilitas seperti

49 152 a-cronbach, tidak mengukur unidimensionalitas itu sudah ada pada waktu a-cronbach dihitung. Karena itu peneliti dianjurkan untuk melakukan uji unidimensionalitas terhadap semua konstruk multi indikator sebelum menilai reliabilitasnya. Instrumen-instrumen dalam ilmu sosial sudah baku (standar), karena telah teruji validitas dan realibilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Untuk itu maka peneliti harus mempunyai sendiri instrumen pada setiap penelitian dan penguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya bila digunakam untuk penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipecaya kebenarannya. Reliabilitas merupakan salah satu indikator validitas convergent. Banyak juga yang menggunakan cronbach alpha sebagai ukuran reliabilitas. Walaupun kenyataannya cronbach alpha memberikan ukuran yang lebih rendah (under estimate) dibandingkan dengan Construct Reliability. Besarnya nilai Construct Reliability (CR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : n [ i=1 µi] CR = [ n i=1 μi][ n φi i=1 ] Constuct Reliability 0,70 atau lebih menunjukan reliabilitas yang baik sedang reliabilitas 0,60 0,70 masih dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model yang baik. Jumlah kesalahan pengukuran (measurement error). Kesalahan pengukuran = 1-ʎi 2 (kuadrat standart loading).

50 Untuk Membuktikan Hipotesis 3, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisni Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan setelah menerapkan ritual doa turun tanam secara langsung yaitu biaya iuran air irigasi, biaya pupuk dan biaya pestisida dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 19 (Analyis of Moment Structure). X41 X42 X43 KegiatanUtama Agribisnis (X 4 ) X31 X32 Setelah Menerapkan Kearifan lokal Doa Turun Tanam (X 3 ) Pendapatan Petani Padi Sawah (Y) Y1 Y2 X33 Gambar 4.4. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

51 Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X 41 X 42 Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani (X 4 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y 1 Y 2 X 43 Gambar 4.5. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.

52 Untuk Membuktikan Hipotesis 5, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan kegiatan penunjang agribisnis secara langsung yaitu bantuan input produksi pertanian, penyaluran kredit dan kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk, dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41 X42 X43 Kegiatan Utama Agribisnis (X4) X51 X52 Kegiatan Penunjang Agribisnis (X5) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y1 Y2 X53 Gambar 4.6. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Kegiatan Penunjang Agribisnis Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah.

53 Untuk Membuktikan Hipotesis 6, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya alam (sda) secara langsung yaitu tinggi volume air/ha, luas lahan yang beririgasi dan panjang jalan usahatani dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41 X42 X43 Kegiatan Utama Agribisnis (X 4 ) X 61 X 62 Sumber Daya Alam (X 6 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y1 Y2 X 63 Gambar 4.7. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Alam (SDA) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

54 Untuk Membuktikan Hipotesis 7, Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan sumber daya manusia (sdm) secara langsung yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41 X 42 X 43 Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani (X 4 ) X71 X72 Sumber Daya Manusia (X 7 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y1 Y2 X 73 Gambar 4.8. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Sumber Daya Manusia (SDM) Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

55 Untuk Membuktikan Hipotesis 8, Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Untuk menganalisis pengaruh positif signifikan teknologi secara langsung yaitu penerapan komponen teknologi dasar dan penerapan komponen teknologi pilihan dan melalui kegiatan utama agribisnis dalam usahatani yaitu biaya produksi, luas panen dan harga gabah terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah pada pengembangan wilayah. Data tersebut sudah dalam bentuk ordinal. Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunanakan model SEM = Structural Equation Modeling (permodelan persamaan struktural) merupakan suatu metode statistika yang menggunakan pendekatan hypothesis testing atau dikenal dengan istilah Confirmatory. Program yang digunakan AMOS 16 (Analyis of Moment Structure). X41 X42 X43 Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani (X4) X81 Teknologi (X 8 ) Pendapatan Petani Padi sawah (Y) Y1 Y2 X82 Gambar 4.9. Terdapat Pengaruh Positif Signifikan Teknologi Secara Langsung Dan Melalui Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah.

56 159 Sebelumnya diuji tingkat adopsi terhadap teknologi dan dianalisis dengan menggunakan skor, yaitu peneliti mengamati tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Penerapan Komponen Teknologi Dasar No. Parameter Pernyataan Skor 1. Varietas Unggul 2. Bibit bermutu dan sehat 3. Pemupukan spesifik lokasi 4. PHT sesuai OPT 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan Menurut Irianto (2004) mengukur range dari dua variable digunakan rumus : Range = Range = Data terbesar Data terkecil = 2,66 = 3 Jumlah kriteria Jumlah skor penerapan komponen teknologi dasar adalah antara 4-12 dengan range 3, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : 4-7 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar tidak berhasil 8-11 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar berhasil = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi dasar sangat berhasil

57 160 Tabel 4.4. Penerapan Komponen Teknologi Pilihan No. Parameter Pernyataan Skor 1. Pengelolaan Tanaman (populasi dan cara tanam) 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan Bibit muda (umur 15 HSS atau 21 HSS) 3. Penggunaan bahan organic 4. Irigasi berselang 5. Pupuk mikro 6. Penanganan panen dan pascapanen 7. Pengendalian gulma 8. Pengolahan tanah 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan 1. Selalu Dilakukan 2. Jarang Dilakukan 3. Tidak Pernah Dilakukan (*) Diberi tanda ceklis pada salah satu opsi sebagai jawaban dari petani. Data terbesar Data terkecil Range = Jumlah kriteria Range = = 5,333 = 5 Jumlah skor penerapan komponen teknologi pilihan adalah antara 8-24 dengan range 5, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : 8-13 = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan tidak berhasil = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan berhasil = Pelaksanaan penerapan komponen teknologi pilihan sangat berhasil

58 Prosedur Dalam Analisis SEM Adalah Sebagai Berikut Menyusun Diagram Jalur Diagram jalur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : e1 X 31 e2 X 32 X 3 e3 X 33 e4 X 51 e16 e17 e18 e5 X 52 X 5 X 41 X 42 X 43 e6 X 53 e7 X 61 e8 X 62 X 6 X 4 Y e15 e9 X 63 e10 X 71 Y 1 Y 2 e11 X 72 X 7 e12 X 73 e19 e20 e13 X 81 X 8 e14 X 82 Gambar Analisis Full Model Structur Equation Modeling (SEM).

59 162 Keterangan: e1 15 : error term X 3 : Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam X 4 : Kegiatan Utama Agribisnis X 5 : Kegiatan Penunjang Agribisnis X 6 : Sumber Daya Alam X 7 : Sumber Daya Manusia X 8 : Teknologi X 31 : Biaya Iyuran Air Irigasi X 32 : Biaya Pupuk X 33 : : Biaya Pestisida X 41 : Biaya Produksi X 42 : Luas Panen X 43 : Harga Gabah X 51 : Bantuan Input Produksi Pertanian X 52 : Penyaluran Kredit X 53 : Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk X 61 : Tinggi Volume Air/H9a X 62 : Luas Lahan Yang Beririgasi X 63 : Panjang Jalan Usahatani X 71 : Curahan Tenaga Kerja X 72 : Penyuluhan/Pelatihan X 73 : Produktivitas Tenaga Kerja X 81 : Penerapan Komponen Teknologi Dasar X 82 : Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Y : Pendapatan Y 1 : Produksi : Produktivitas Lahan Y 2 : Adalah tanda yang menunjukkan faktor/ konstruk/ latent variable/ unobserved variable yaitu variabel yang tidak diukur secara langsung, tetapi dibentuk melalui dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang diamati. : Adalah tanda yang menunjukkan variabel terukur/ observed variable yaitu variabel yang ditanya harus dicari melalui lapangan, misalnya melalui instrumen-instrumen. : Menunjukkan adanya hubungan yang dipotesakan antara dua variabel, variabel yang dituju oleh anak panah merupakan variabel dependen.

60 Persamaan Struktural Dan Spesifikasi Pengaruh pengembangan wilayah pada faktor kegiatan utama agribisnis usahatani, faktor kegiatan penunjang agribisnis, faktor sumber daya alam (sda), faktor sumber daya manusia (sdm) dan faktor teknologi terhadap pendapatan petani padi sawah di Serdang Berdagai Sumatera Utara dapat digambarkan melalui persamaan sebagai berikut : Persaman struktural η = γ x1 ξ x1 + γ x2 ξ x2 + ζ γ x3 ξ x3 + γ x4 ξ x4 + γ x5 ξ x5 + γ x6 ξ x6 + γ x7 ξ x7 + γ x8 ξ x8 + ζ Persamaan pengukuran variabel eksogen : X 31 = λ =31 η 31 + e 1 X 32 = λ 32 η 32 + e 2 X 33 = λ 33 η 33 + e 3 X 41 = λ =41 η 41 + e 16 X 42 = λ 42 η 42 + e 17 X 43 = λ 43 η 43 + e 18 X 51 = λ =51 η 51 + e 4 X 52 = λ 52 η 52 + e 5 X 53 = λ 53 η 53 + e 6 X 61 = λ =61 η 61 + e 7 X 62 = λ 62 η 62 + e 8 X 63 = λ 63 η 63 + e 9 X 71 = λ =71 η 71 + e 10 X 72 = λ 72 η 72 + e 11 X 73 = λ 73 η 73 + e 12 X 81 = λ =81 η 81 + e 13 X 82 = λ 82 η 82 + e Persamaan pengukuran variabel endogen Y 1 = λ 1 η 1 + e 15

61 Spesifikasi Model Pengukuran Untuk Masing-Masing Konstruk/ Varibel Laten Analisis faktor konfirmatory untuk model pengukuran akan dihasilkan koefisien yang disebut standar loading atau lambda value (λ). Nilai lambda tersebut digunakan untuk menilai kecocokan, kesesuaian, atau unidimensionalitas dari instrumen-instrumen dalam membentuk sebuah faktor Pengujian Evaluasi Asumsi Model Struktural Evaluasi Normalitas Data Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio skewness value sebesar ± 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Data dapat disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value dibawah harga mutlak 2,58. Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat di uji dengan uji statistik. Pengujian yang paling mudah adalah dengan mengamati Skewness value dan kurtosis. Nilai statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah Z- value yang dihasilkan melalui rumus berikut : Nilai z = Skewness 6 N Keterangan : N = Ukuran sample

62 165 Bila nilai Z lebih besar, maka diduga distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat digunakan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki, misalnya nilai kritisnya ± 2,58 (tingkat signifikansi 0,01 (1%) berarti kita dapat menolak asumsi normalitas pada probability level (Hair et al, 1998) Evaluasi Outliers Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai ekstrim baik secara univariant maupun multivariant, karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya dan terkait sangat jauh berbeda dari observasi lainnya. Pada outliers dapat dilakukan penanganan khusus asal diketahui bagaimana munculnya outliers itu. Outliers muncul dalam empat kategori, yaitu : a. Outliers muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam memasukan data atau karena kesalahan dalam mengkoding data. b. Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain tetapi peneliti mempunyai alasan mengenai apa penyebab munculnya nilai ekstrim. c. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak dapat mengetahui bahwa apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai sebab-sebab munculnya nilai ekstrim ini. d. Outliers muncul dalam rentang nilai yang ada, tetapi bila dikombinasikan dengan variabel yang lainnya, kombinasi menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim. Inilah yang disebut dengan multivariant singularitas. Uji outliers dilakukan untuk menghilangkan nilai-nilai ekstrim pada hasil observasi. Menurut Hair et al, (1998), outliers terjadi karena kombinasi untuk unik yang terjadi dan nilai-nilai yang dihasilkan dari observasi tersebut sangat

63 166 berbeda dari observasi-observasi lainnya. Apabila ditemukan outliers maka data yang bersangkutan harus dikeluarkan dari perhitungan lebih lanjut. Dalam analisis multivariate, outliers dapat di uji dengan membandingkan nilai mahalanobis distance squared dengan nilai X 2 -tabel pada jumlah tertentu dan tingkat p < 0,001 ( Hair at al, 1998). Pengujian mahalanobis distance squared dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS atau AMOS Version sedangkan untuk univariate akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonfersi nilai data penelitian ke dalam Z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standart deviasi satu. Kriteria yang digunakan adalah berdasarkan nilai Chi-Square pada derajat kebebasan ( degree of freedom ) 34 yaitu jumlah variabel indikator pada tingkat signifikan p < 0,001. Nilai Mahalanobis distance X 2 ( 34,0001) = 66,25. Hal ini berarti semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari 66,25 adalah multivariate outliers Evaluasi Multikolinearitas Untuk melihat apakah data penelitian terdapat multikolinearitas atau singularitas dalam kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari matriks kovarians sampelnya. Determinan yang kecil atau mendekati 0 akan mengindikasikan adanya multikolinearitas atau singularitas, sehingga data itu tidak dapat digunakan untuk penelitian. Multikolinieritas dapat dilihat melalui determinan matriks kovarian Evaluasi Nilai Residual Esensi dari SEM adalah kesesuaian antara restricted covariance matrix [ (0)] dan sampel covariance matrix (S). perbedaan kedua nilai ini tercermin pada nilai residual covariance matrix. Amos 19. Memberikan output nilai

64 167 unstandardized dan standardized residual. Nilai standardized residual adalah nilai fitted residual dibagi dengan standard error, dengan demikian analog dengan nilai Z. besar nilainya standardized residual > 2,58 (Ghozali, 2008) Uji Kesesuaian Dan Uji Statistik Model Dalam analisis ini tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model, dengan menggunakan SEM memerlukan beberapa fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukan. Ada beberapa indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk menguji diterima atau ditolaknya sebuah model (uji kelayakan model) seperti yang disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model No. GOODNESS OF FIT INDEX KETERANGAN 1 X 2 - Chi Square Nilai chi-square yang tinggi relative terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan 2 Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matrik kovarians data dengan matriks kovarians 3 RMSEA (the Root Mean Square Error of Approximation) yang diestimasi Merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chisquare menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfirmatori atau competing model strategy dengan jumlah sampel besar CUT- OF POINT Diharap kan kecil < 0,05 0,05 0,08

65 168 Lanjutan Tabel 4.5. Indeks Kelayakan Model 4 GFI (good of fit index) Yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar dari nilai 0 (poor fit) sampai 1,0 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI yang dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% 5 AGFI (Adjusted Goodness of fit indices) 6 CMIN/DF (the minimum sample discrepancy function) 7 TLI (tuckler lewis index) 8 CFI (comperative fit index) Sumber : Ghozali (2008). sebagai ukuran good fit Merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk proposed model dengan degree of freedom untuk null model Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. nilai ratio 5 atau kurang dari 5 merupakan ukuran yang reasonable. Peneliti lainnya mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit. Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposed model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1,0.nilai TLI yang direkomendasikan adalah sama atau > 0,90. Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sampel dan kerumitan model 0 1,0 atau > 0,90 0,90 5 Atau < 2 0 1,0 atau > 0,90 0,94 Setelah model diestimasi, residualnya haruslah kecil atau mendekati nol dan distribusi frekuensi dari kovarians residual harus bersifat simetrik. Dalam kontens ini, residual yang dimaksud bukanlah residual dari skor seperti pada permodelan multivariant lainnya, melainkan merupakan residual dari kovarians. Distribusi frekuensi dari residual yang tidak simetris merupakan signal atas sebuah model yang kurang baik a poorly fitting model dan menunjukkan bahwa dalam proses estimasi. Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki

66 169 penjelasan teoritis atau goodness-of-fit. Modifikasi dari model awal harus dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka model tersebut harus di cross-vilidated (diestimasi dengan data terpisah) sebelum model modifikasi diterima. Pengukuran model dapat dilakukan dengan modification indices. Nilai modification indices sama dengan terjadinya penurunan Chi-squares jika koefisien diestimasi. Nilai sama dengan atau >3.84 menunjukkan telah terjadi penurunan chi-squares secara signifikan. Indikasi adanya model mis fit dapat dilihat dari nilai modification index (MI) yang dapat dikonseptual sebagai chi square ( X 2 ) statistik dengan degree of freedom = 1. Secara spesifik untuk setiap parameter yang di fix (ditetapkan). Amos memberikan MI yaitu nilai X 2 statistik yang akan turun jika parameter dikovariankan. Perlu diperhatikan bahwa dalam mengkovariankan error harus dapat dibenarkan secara teoritis atau logika, tanpa adanya dasar teoritis model menjadi tidak ada artinya. Jika peneliti memutuskan melakukan estimasi ulang terhadap model, maka analisis ini tidak lagi disebut analisis konfirmatori, tetapi analisis eksplorotari. Analisis konfirmatori hanya berhenti setelah hipotesis yang diajukan secara empiris ditolak atau tidak dapat ditolak (Ghozali, 2008) Pengujian Hipotesis Dan Hubungan Kausal Pengaruh langsung diamati dari bobot regresi terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Rasio) yang sama dengan nilai t- hitung dengan t-tabel, apabila t-hitung lebih besar t-tabel berarti signifikan. Dari keluaran program Amos 4.01, akan diamati hubungan kausal antar variabel dengan melihat efek langsung maupun efek tak langsung dan efek total.

67 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Kabupaten Serdang Bedagai Kondisi Geografis Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan pantai timur Sumatera Utara, secara geografis terletak pada posisi Lintang Utara, Lintang Selatan, Bujur Timur, Bujur Barat. Dengan ketinggian wilayah meter diatas permukaan laut. dengan luas wilayah 1.900,22 km 2, dengan jumlah 17 kecamatan dan 243 desa/kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batubara dan Kabupaten Simalungun Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Iklim Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk. Pengamatan Stasiun Sampali pada tahun 2010 menurut BPS (2011) ada menunjukkan rata-rata iklim setiap bulan di kabupaten Serdang Bedagai rata-rata 170

68 171 suhu udara 28,4 0 C, suhu udara minimum 23,7 0 C dan suhu udara maksimum 32,2 0 C, rata-rata tekanan udara perbulan 1010,8 0 C tekanan udara minimum 1006,4 0 C tekanan udara maksimum 1015,2 0 C, rata-rata kelembapan udara perbulan 84 %, rata-rata kecepatan angin 1701,8 m/dt, curah hujan berkisar antara 27 sampai dengan 248 mm perbulan, hari hujan perbulan berkisar 8-26 hari/bulan. rata-rata jumlah hari hujan 14 hari perbulan, dan rata-rata curah hujan 134 mm perbulan, penyinaran matahari 52 %, dengan tingkat penguapan 3,8 mm/hari. Tipe iklim: A, D1 dan E Sumber Daya Alam Sumber daya alam (SDA) adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu negara dalam memanfaatkan sumber daya alam. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam memanfaatkan sumber daya alam akan memungkinkan terciptanya tenaga kerja yang berkualitas, bekembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemajuan di bidang ekonomi. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 24 sungai dimana sungai yang terpanjang adalah Sungai Padang dan Bah Hilang yang masing-masing panjangnya m sementara Sungai Mendaris dan Sungai Rampah adalah Sungai terpendek masing-masing m. Rawa/gambut terdapat 4 di Kabupaten Serdang Bedagai dan di setiap kecamatan terdapat beberapa irigasi yang sumber airnya berasal dari sungai.

69 172 Tabel 5.1. Luas Lahan Sawah Irigasi Bedasarkan Jenis Irigasi Tahun 2010 No. Keterangan Luas (Ha) 1. Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Irigasi Sederhana Irigasi Desa/ Non PU Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.1. dapat diketahui luas lahan sawah irigasi yang paling luas adalah jenis irigasi setengah teknis yaitu seluas Ha, sedangkan yang paling kecil adalah luas lahan sawah irigasi teknis yaitu seluas Ha, Tabel 5.2. Luas Lahan Sawah Tidak Beririgasi Bedasarkan Jenis Irigasi Tahun No. Keterangan Luas (Ha) 1. Tadah Hujan Pasang Surut - 3. Lebak Polder dan lain-lain 20 Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.2. dapat diketahui luas lahan sawah tidak beririgasi yang paling luas adalah tadah hujan yaitu seluas Ha, sedangkan yang paling kecil adalah luas lahan sawah polder dan lain-lain yaitu seluas 20 Ha, Tabel 5.3. Luas Lahan Kering Bedasarkan Jenisnya Tahun No. Keterangan Luas (Ha) 1. Pekarangan Tegal/kebun Ladang/Huma Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.3. dapat diketahui luas lahan kering yang paling luas adalah luas lahan tegal/kebun yaitu seluas Ha, sedangkan yang paling kecil adalah luas lahan ladang/huma yaitu seluas Ha.

70 173 Tabel 5.4. Perkembangan Luas Panen Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Tahun No Kecamatan Tahun Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar 10 Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin Total Sumber : Badan Pusat Statistik. Dari Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa luas panen yang paling luas pada tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan seluas Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 347 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 166 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Bintang Bayu seluas 211 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2011 adalah Kecamatan Sei Bamban seluas Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Bintang Bayu seluas 67 Ha. Luas panen yang paling luas pada tahun 2012 adalah Kecamatan Perbaungan seluas Ha, sedangkan luas panen yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih seluas 17 Ha.

71 174 Tabel 5.5. Perkembangan Produksi Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Tahun No Kecamatan Tahun Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalipah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin Total Sumber : Badan Pusat Statistik. Dari Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa produksi yang paling tinggi pada tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 781 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Bintang Bayu sebanyak ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2011 adalah Kecamatan Sei Bamban sebanyak ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Bintang Bayu sebanyak 330 ton. Produksi yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah Kecamatan Perbaungan sebanyak ton, sedangkan produksi yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebanyak 86 ton.

72 175 Tabel 5.6. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah Selama 5 Tahun Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Tahun No Kecamatan Tahun Kotarih 46,15 47,00 48,16 48,84 49,74 2 Silinda 46,15 47,11 48,62 49,05 49,15 3 Bintang Bayu 46,15 47,02 48,45 48,99 49,97 4 Dolok Masihul 47,40 48,45 49,34 52,04 53,32 5 Serbajadi 47,75 47,47 49,49 50,31 52,00 6 Sipispis 46,15 47,52 48,91 49,60 49,76 7 Dolok Merawan Tebing Tinggi 47,40 48,00 49,48 51,04 52,43 9 Tebing Syahbandar 46,15 47,36 49,17 49,70 52,91 10 Bandar Khalipah 47,40 47,83 48,73 49,90 52,17 11 Tanjung Beringin 46,20 47,65 92,22 50,96 52,96 12 Sei Rampah 47,50 48,05 49,81 53,53 55,08 13 Sei Bamban 47,50 48,07 49,85 49,96 54,78 14 Teluk Mengkudu 47,45 48,05 49,52 52,02 52,57 15 Perbaungan 48,00 49,70 50,21 54,04 55,40 16 Pegajahan 47,75 49,13 49,76 54,00 55,49 17 Pantai Cermin 47,40 48,24 49,94 53,02 55,08 Total 47,31 48,23 49,62 51,64 54,01 Sumber : Badan Pusat Statistik. Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2008 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 48,00 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih, Silinda, Bintang Bayu, Sipispis dan Tebing Syahbandar masing-masing sebesar 46,15 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2009 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 49,70 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 47,00 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2010 adalah Kecamatan Tanjung Beringin sebesar 92,22 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 48,16 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2011 adalah Kecamatan Perbaungan sebesar 54,04 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Kotarih sebesar 48,84 Kw/Ha. Produktivitas yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah

73 176 Kecamatan Pegajahan sebesar 55,49 Kw/Ha, sedangkan produktivitas yang terendah adalah Kecamatan Silinda sebesar 49,15 Kw/Ha Kondisi Demografis Penduduk Penduduk merupakan faktor yang sangat dominan di dalam pelaksanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja sebagai pelaksana tetapi juga menjadi sasaran dari pembangunan. Oleh sebab itu untuk menunjang keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan sehingga mempunyai ciri- ciri atau karakteristik yang menguntungkan pembangunan. Pasal 3 ayat (1) Undang Undang No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera menyebutkan bahwa perkem-bangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas, perkembangan kualitas, serta pengarahan mobilitas penduduk, sebagai potensi sumber daya ma-nusia agar menjadi kekuatan, pembangunan. Lebih lanjut, Pasal 4 ayat (1) menye-butkan bahwa tujuan dari perkembangan kependudukan, yaitu untuk mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan lingkungan hidup. Struktur dan persebaran penduduk akan membahas terbatas pada komposisi penduduk dan persebaran penduduk sebagaimana kita ketahui penduduk dapat dibagi dalam berbagai ciri atau karakteristik tertentu baik sosial ekonomi maupun geografis. Persebaran penduduk yang belum merata tentu saja menimbulkan masalah sosial ekonomi yang serius bagi pemerintah (Nurdin, 1981).

74 177 Tabel 5.7. Banyaknya Desa/ Kelurahan, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kecamatan Tahun Kecamatan Banyak Desa/ Kelurahan Luas Wilayah Area (km 2 ) Jumlah Penduduk( Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/ km 2 ) Persentase Penduduk (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kotarih 11 78, ,34 Silinda 9 56, ,40 Bintang Bayu 19 95, ,78 Dolok Masihul , ,12 Serbajadi 10 50, ,29 Sipispis , ,32 Dolok , ,86 Merawan Tebing Tinggi , ,77 Syahbandar , ,42 Bandar 5 116, ,11 Khalifah Tanjung 8 74, ,20 Beringin Sei Rampah , ,66 Sei Bamban 10 72, ,20 Teluk 12 66, ,92 Mangkudu Perbaungan , ,89 Pegajahan 13 93, ,50 Pantai Cermin 12 80, ,25 Total , ,00 Rata-rata , Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli Serdang. Jumlah desa/kelurahan yang paling banyak ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Masihul sebanyak 28 desa/kelurahan dan kecamatan Perbaungan sebanyak 28 desa/kelurahan. Sedangkan jumlah desa/kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Bandar Khalifah sebanyak 5 desa/kelurahan dari jumlah seluruhnya 243 desa/kelurahan. Dengan rata-rata banyaknya desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 14 desa/kelurahan.

75 178 Luas wilayah yang paling luas ada pada kecamatan Dolok Masihul seluas 237,417 km 2 dan yang paling kecil luas wilayah ada pada Kecamatan Serbajadi seluas 50, 690 km 2 dari luas seluruhnya seluas 1 900,220 km 2. Dengan rata-rata luas wilayah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai seluas 111,78 km 2 Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 berjumlah jiwa. Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di kecamatan Perbaungan berjumlah jiwa. Jumlah penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Kotarih berjumlah jiwa. Dengan rata-rata banyaknya penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak jiwa per kecamatan. Kepadatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah sebesar 313 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 895 jiwa/km 2. Sedangkan Kecamatan dengan kepadatan penduduk yang terkecil adalah Kecamatan Kotarih 102 jiwa/km 2. Dengan ratarata kepadatan penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 18 jiwa / km 2. Ditinjau dari segi persebaran penduduk, jumlah penduduk terbesar adalah di Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar jiwa atau sebesar 16,89 % dari seluruh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar jiwa atau 1,34 %. Persentase penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 16,89 %, persentase penduduk terendah ada di Kecamatan Kotarih yaitu sebesar 1,34 % dari seluruh penduduk di 17 kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai.

76 Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok, struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Dalam demografis distribusi umur penduduk dapat digolongkan menurut lima tahunan, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Banyaknya Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Umur (Tahun) Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.8 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan, yaitu berjumlah jiwa, dari total jumlah penduduk sebesar jiwa. Jumlah penduduk laki-laki terbanyak adalah yang berumur 0-4 tahun, yaitu berjumlah jiwa, dan jumlah penduduk lakilaki yang terkecil adalah yang berumur 55-59, yaitu berjumlah jiwa. Dari total jumlah penduduk seluruhnya laki-laki sebesar jiwa. Sedangkan penduduk perempuan yang terbanyak adalah yang berumur 5-9 tahun, yaitu berjumlah jiwa, dan penduduk perempuan yang terkecil adalah yang berumur tahun, yaitu berjumlah jiwa. Dari total jumlah penduduk

77 180 perempuan seluruhnya sebesar jiwa. Jika dilihat jumlah penduduk seluruhnya dari kelompok umur yang paling besar jumlahnya adalah pada umur 0-4 tahun sebesar jiwa, sedangkan yang paling kecil dari kelompok umur yang paling kecil jumlahnya adalah pada umur tahun sebesar jiwa. Untuk melihat perbandingan persentase dari jumlah penduduk antara lakilaki dengan perempuan dimana penduduk laki-laki sebesar 50,24 % lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk perempuan sebesar 49,76 %, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.1. Laki-Laki % Perempuan % Gambar 5.1. Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 32,31 persen, 15,59 tahun sebesar 61,03 %, dan 60 tahun ke atas sebesar 6,66 % yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 63,86 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung 64 orang penduduk usia non produktif.

78 181 Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan variabel penting dalam demografi. Hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan variabel umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur penduduk antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi. Faktor-faktor sosial ekonomi di satu daerah akan mempengaruhi struktur umur penduduk lewat ketiga variabel tersebut. 6,66% 32,31% ,03% Gambar 5.2. Komposisi Penduduk Kabupaten serdang Bedagai Menurut Kelompok Umur Tahun Struktur umur penduduk akan terlihat lebih sederhana untuk dianalisis jika dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu 0-14 tahun, tahun, dan 60 tahun. Suatu wilayah dikatakan mempunyai struktur umur muda jika proporsi penduduk usia 0-14 tahun lebih dari 30 persen, sementara proporsi kelompok umur usia 60 tahun keatas kurang atau sama dengan 5 persen. Sebaliknya suatu struktur umur penduduk dikatakan tua jika proporsi penduduk usia 0-14 tahun

79 182 kurang dari atau sama dengan 30 persen, sementara proporsi kelompok usia 60 tahun lebih atau sama dengan 5 persen. Dari hasil SUSENAS 2009 dapat disimpulkan bahwa struktur umur kabupaten serdang Bedagai dapat dikatakan muda, dimana persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun sebesar 32,31 persen sedangkan persentase penduduk kelompok umur 60 tahun ke atas mencapai 6,66 persen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia suatu potensi yang ada dalam diri seseorang yang dapat berguna untuk menyokong suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki. Adapun pengertian sumber daya manusia adalah : 1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). 2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. 3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 1997). a. Pendidikan Salah satu amanat yang diemban pemerintah menurut UUD 1945 adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejauh mana amanat ini dilaksanakan tercermin antara lain dari profil pendidikan penduduk yang akan dibahas secara singkat dalam uraian berikut yang menyajikan gambaran umum

80 183 mengenai kemampuan baca tulis penduduk, tingkat pendidikan (formal) yang dicapai, status pendidikan, dan kemampuan berbahasa Indonesia. Tabel 5.9. Banyaknya Penduduk Yang Menamatkan Pendidikan Di Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Jenis Kelamin Dan Persentase Tahun No Pendidikan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki+Perempuan Yang (%) (%) (%) Ditamatkan 1. Tidak Punya Ijazah 20,29 24,49 22,39 2. Sekolah Dasar 29,89 29,24 29,56 3. SMP 22,20 23,14 22,67 4. SMA 24,70 19,42 22,06 5. Diploma I.II 0,56 0,58 0,57 6. Diploma III / Akademi 0,36 0,56 0,46 7. Diploma IV / SI 2,00 2,57 2,29 Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik 2011 Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa penduduk di kabupaten Serdang Bedagai paling banyak menamatkan tingkat pendidikan Sekolah Dasar dengan persentase sebesar 29,56 % sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit ditamatkan oleh penduduk Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenjang pendidikan Diploma III/ Akademi dengan persentase 0,46 %. Tabel Banyaknya Jenis Sekolah Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun No Jenis Sekolah Jumlah Sekolah (Unit) 1. Sekolah Dasar SMP SMA Kejuruan 29 Jumlah 611 Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 458 sekolah dasar, 84 sekolah menengah pertama, 40 sekolah

81 184 menengah atas dan 29 Sekolah Menegah Kejuruan. Penyediaan fasilitas pendidikan ini bukan hanya disediakan oleh pemerintah, tetapi telah melibatkan peran serta pihak swasta, yang menunjukkan kepedulian yang sudah terjalin melalui penyediaan fasilitas pendidikan. Tabel Banyaknya Murid Sekolah Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Jenis Sekolah Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Jumlah Murid Sekolah (JIwa) 1. Sekolah Dasar SMP SMA Kejuruan Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Tabel 5.11 bahwa murid terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah tingkat SD dengan jumlah murid. Sedangkan jumlah murid paling sedikit adalah tingkat kejuruan dengan jumlah murid. Tabel Banyaknya Guru Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Guru Negeri Guru Swasta Jumlah Guru No Jenis Sekolah (Jiwa) (JIwa) (Jiwa) 1. Sekolah Dasar SMP SMA Kejuruan Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Tabel 5.12 bahwa untuk pendidikan dasar keberadaan guru negeri mendominasi guru pegawai negri sipil. Dari guru di Sekolah Dasar, sebanyak 4,658 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah dasar

82 185 negeri dan sebanyak 261 orang merupakan guru swasta pada sekolah dasar yang dikelola oleh pihak swasta. Untuk pendidikan menengah pertama, dari guru di Sekolah Menengah Pertama, sebanyak orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah menengah pertama negeri dan sebanyak 676 orang merupakan guru swasta pada sekolah menengah pertama yang dikelola oleh pihak swasta.. Untuk pendidikan menengah atas, dari 1007 guru di Sekolah Menengah Atas, sebanyak 608 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah menengah atas negeri dan sebanyak 399 orang merupakan guru pada sekolah menengah atas swasta. Untuk pendidikan menengah kejuruan, dari 514 guru di sekolah Menengah Kejuruan, sebanyak 94 orang merupakan guru Pegawai Negri Sipil pada sekolah menengah kejuruan negeri dan sebanyak 420 orang merupakan guru pada sekolah menengah kejuruan swasta. Jumlah guru pegawai negeri sipil yang mengajar pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan Negeri adalah sebanyak orang, sedangkan jumlah guru yang mengajar pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan Swasta adalah sebanyak orang. Dari jumlah guru yang mengajar di Kabupaten Serdang Bedagai seluruhnya adalah orang. b. Tenaga Kerja Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai yang merupakan angkatan kerja sebanyak orang, terdiri dari orang berstatus bekerja dan orang yang menganggur. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.13.

83 186 Tabel Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan yang Ditamatkan Tahun Status Pekerjaan utama Pendidikan yang Ditamatkan SD SLTP SLTA Kebawah Keatas Jumlah Angkatan Kerja a. Bekerja b. Penganggur Jumlah Sumber : Sakernas Agustus Dari Tabel 5.13 terdapat penduduk berumur 15 tahun keatas angkatan kerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar jiwa, dari jumlah seluruh angkatan kerja sebanyak jiwa. Penduduk yang bekerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar jiwa. dari jumlah seluruh bekerja sebanyak jiwa. Sedangkan penduduk yang menganggur yang terbanyak berpendidikan tamatan SMA sebesar jiwa dan yang terkecil berpendidikan tamatan SD sebesar jiwa dari jumlah pengangguran sebanyak jiwa. Penduduk angkatan kerja yang terbanyak berpendidikan tamatan SD sebesar jiwa yang terkecil berpendidikan tamatan SLTP sebesar jiwa. c. Pencurahan Tenaga Kerja Tenaga kerja (ketenagakerjaan) adalah sumber daya manusia yang memiliki potensi, kemampuan, yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan, sehingga berhasil guna bagi dirinya dan masyarakat secara keseluruhan (Hamalik, 2000).

84 187 Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam Hari Orang Kerja (HOK). Satuan ukuran yang dipergunakan untuk menghitung besarnya tenaga kerja adalah satuan HOK atau sama dengan satu Hari Kerja Pria (HKP), yaitu jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi yang diukur dengan ukuran kerja pria. Untuk menyetarakan, dilakukan konversi berdasarkan upah di daerah penelitian (Rahim dan Diah. 2008). Tohir (1983) menyatakan bahwa tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga banyak dipakai dalam usahatani skala kecil, pembagian kerja dalam keluarga didasarkan atas tradisi dan perbedaan-perbedaan fisik. Pemakaian tenaga kerja luar keluarga berkaitan erat dengan besarnya usaha. Setiap usaha pertama-tama mengerahkan tenaga kerja keluarga, setelah dirasa tidak mencukupi maka diambil tenaga kerja luar keluarga. Hernanto (1993) menyatakan bahwa tenaga kerja luar hanya sebagai bantuan, khususnya untuk kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani. Disamping penggunaan lahan dan rotasi tanaman, perlu direncanakan peng-gunaan tenaga kerja, apakah tenaga kerja keluarga yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan. Jika tenaga kerja yang dibutuhkan lebih besar dari potensi tenaga kerja keluarga yang tersedia maka petani harus menganggarkan seberapa besar kebutuhan tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan. Hal ini

85 188 mempengaruhi perhitungan biaya usahatani karena tenaga kerja luar keluarga harus di beri upah (Suratiyah, 2009). Tabel Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Berumur Diatas 15 Tahun Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis Kelamin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Lapangan Pekerjaan Utama Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa) Pertanian Industri Jasa Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Dari Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja yang terbanyak dengan jumlah jiwa, dari jumlah keselurahan tenaga kerja. Dan penyerap tenaga kerja yang sedikit, adalah di sektor industri dengan jumlah jiwa, dari jumlah keselurahan tenaga kerja. Dan jumlah pekerja terbanyak, berjumlah , jiwa adalah laki-laki disektor pertanian, dari jumlah keselurahan tenaga kerja laki-laki yaitu jiwa sedangkan jumlah pekerja paling sedikit berjumlah jiwa adalah perempuan disektor industri dari jumlah keselurahan tenaga kerja perempuan yaitu jiwa Kondisi Sarana Dan Prasarana Pertanian Tabel Jumlah Traktor Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun No. Jenis Traktor Tenaga (PK) Jumlah (unit) 1 Traktor Besar >50 PK 11 2 Trakror Sedang PK 10 3 Traktor Mini <20 PK 14 4 Traktor Tangan <15 PK Jumlah Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai 2011.

86 189 Dari Tabel 5.15 jumlah traktor terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenis Traktor Tangan (<15 PK) sebanyak unit sedangkan jenis traktor sedang (20-50 PK) merupakan jumlah yang paling sedikit sebesar 10 unit dari jumlah seluruhnya unit. Tabel Jumlah Pompa Air Menurut Jenisnya di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit) 1 Pompa Air Pompa Air Pompa Air Pompa Air 6 26 Jumlah 655 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Dari Tabel 5.16 jumlah pompa air yang terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai adalah jenis Pompa Air 3 dengan jumlah 236 unit sedangkan yang paling sedikit adalah jenis Pompa Air 6 dengan jumlah 26 unit. Tabel Jumlah Prasarana di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun No. Jenis Pompa Air Jumlah (unit) 1 Power Thresser Penggilingan Padi Rice Milling Unit (RMU) 54 4 Corn Seller 27 5 Kios Saprodi Kontainer 13 Jumlah 1072 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Dari Tabel 5.17 dapat dilihat prasarana pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai adalah Power Thresser sebanyak 616 unit, Penggilingan Padi sebanyak 183 unit, Kios Saprodi sebanyak 179 unit, Rice Milling Unit (RMU) sebanyak 54 unit, Corn Seller sebanyak 27 unit dan Kontainer sebanyak 13 unit dari jumlah seluruhnya 1072 unit.

87 Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Penyuluhan pertanian adalah suatu pendidikan luar sekolah yang ditujukan kepada para petani beserta keluarganya. Proses pendidikan terjadi karena adanya proses komunikasi berjalan dua arah yaitu antara penyuluh sebagai narasumber, keluarga tani sebagai sasaran dan begitu sebaliknya, apabila dalam proses komunikasi ini kita kenal saluran atau chanel sebagai salah satu unsurnya, maka dalam penyuluhan saluran ini merupakan metoda penyuluhan. Metoda penyuluhan adalah cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya agar bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru termasuk media komunikasi antara lain : radio, telepon, HP, internet, facebook, telegrap, surat kabar. Kegiatan penyuluh dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan sumber dengan petani. Sistem kerja pada kegiatan penyuluhan dikenal dengan Sistem Keja Latihan dan Kunjungan (LAKU). Sistem kerja ini adalah adanya kunjungan yang rutin dan regular seorang Penyuluh Pertanian Lapangan kepada kelompok tani dalam rangka ahli pengetahuan dan keterampilan kepada para petani dan beserta seluruh anggota keluarganya (Suhardiyono,1992).

88 191 Tabel Data Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Tahun Status Jabatan ( Orang ) Kepegawaian Tempat Tugas Kecamatan ( Orang ) Ka. BP3K KJF PPL PNS THL-TB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. BP3K Sei Rejo Sei Rampah Sei Bamban BP3K Pematang sponam Teluk Mengkudu Perbaungan Pengajahan Pantai Cermin BP3K Berohol Tebing Tinggi BP3K Dolok Masihul 5. BP3K Tanjung Beringin Tebing Syahbandar Dolok Merawan Sipispis Dolok Masihul Serbajadi Kotarih Bintang Bayu Silinda Tanjung Beringin Bandar Khalipah KJF Kabupaten Jumlah/Total Sumber : Badan Pelaksanaan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kab. Serdang Bedagai Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa di BP3K Pematang Sponam yang meliputi Kecamatan Perbaungan, Pegajahan, dan Pantai Cermin memiliki PPL yang terbanyak dengan jumlah 39 orang PPL sedangkan yang terkecil terdapat di

89 192 BP3K Tanjung Beringin yang meliputi Kecamatan Tanjung Beringin dan Kecamatan Bandar Khalipah sebanyak 14 orang PPL. Tabel Data Jumlah Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Per Kecamatan Tahun No Kecamatan PNS THL-TB Total Penyuluh (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 1 Kotarih Dolok Masihul Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Bandar Khalifah Tanjung Beringin Teluk Mengkudu Sei Rampah Perbaungan Pantai Cermin Silinda Bintang Bayu Serba Jadi Tebing Syahbandar Sei Bamban Pegajahan Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Dari Tabel dapat dilihat bahwa jumlah penyuluh Pegawai Negeri Sipil (PNS) terbanyak berada di Kecamatan Pantai Cermin dan Bintang Bayu, yaitu sebanyak 4 jiwa. Jumlah penyuluh Tenaga Harian Lepas (THL) terbanyak berada di Kecamatan Perbaungan, yaitu sebanyak 17 jiwa. Jumlah keseluruhan penyuluh terbanyak berada di Kecamatan Perbaungan yaitu sebanyak 19 jiwa dan jumlah penyuluh yang paling sedikit berada di Kecamatan Dolok Merawan yang berjumlah 2 jiwa.

90 Perencanaan Tata Ruang Jangka Waktu Perencanaan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang maka RTRW Kabupaten Serdang Bedagai memiliki jangka waktu 10 (sepuluh) tahun yaitu dari tahun yang dibagi dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan pembangunan yakni program pembangunan untuk 5 (lima) tahun pertama dan program pembangunan 5 (lima) tahun kedua. Maksud dan Tujuan Penetapan Rencana Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai adalah untuk memberikan arah dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan penyampaian pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai dengan tujuan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih demokratis, berkeadilan sosial, serta melindungi hak azasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan masyarakat yang beragama, beradab, berakhlak mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera untuk kurun waktu lima tahun ke depan dalam prinsip-prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance) Rencana Tahapan Pembangunan a. Pengawasan Kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemanfaatan dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya menjaga tercapainya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten Serdang Bedagai b. Penertiban

91 194 Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk sanksi yang dikenakan adalah sanksi administrasi, perdata, dan pidana. Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang sanksi baik pelanggaran maupun kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. RTRW Kabupaten Serdang Bedagai berbentuk rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang sehingga belum memuat secara langsung pemberian perijinan pembangunan. Oleh karena itu, tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi harus mengacu pada rencana tata ruang yang lebih rinci dan atau pedoman penataan ruang dan bangunan sesuai dengan penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan pemanfaatan ruang, namun dengan tetap memperhatikan rencana struktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RTRW Kabupaten Serdang Bedagai. c. Perijinan Pemanfaatan Ruang Perijinan dimaksudkan sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam proses pengendalian. Perijinan harus disesuaikan dengan tingkat rencana tata ruang yang diacu, seperti ijin prinsip, ijin perencanaan, IMB, ijin UUG/HO, AMDAL, ijin tetap, ijin usaha, dan ijin tempat usaha. Perijinan yang terkait langsung dengan pemanfaatan ruang adalah ijin lokasi, ijin perencanaan, dan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis ijin dan atau pertimbangan kelayakan lingkungan adalah Ijin Undang-Undang Gangguan (IUUG/HO), dan atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), sedang perijinan sektoral yang terkait dengan legalitas usaha atau investasi, yaitu

92 195 ijin prinsip, tetap, dan usaha. Seringkali berbagai perijinan secara bersama-sama diterapkan dan diintegrasikan ke dalam proses perijinan pertanahan, mulai dari ijin lokasi hingga prosedur pengajuan/pemberian hak atas tanah (Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan atau Hak Milik). Sesuai dengan jenjang dan skala RTRW yang ada, pada dasarnya dapat ditegaskan bahwa RTRW yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menerbitkan suatu jenis ijin dalam pemanfaatan ruang adalah RRTRW di tingkat Kecamatan dan atau RRTRW Kawasan Fungsional beserta jenjang berikutnya yang lebih rinci dengan skala yang lebih besar. Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang, penerbitan ijin dalam pemanfaatan ruang harus mengacu pada RTRW Kabupaten/Kota dan rencana yang lebih rinci, yaitu : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) dengan skala 1: :20.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu kegiatan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Kecamatan dengan skala 1: :5.000, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan perencanaan pembangunan (planning permit) bangunan dan bukan bangunan Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah (RRTRW) Sub Kawasan dengan skala 1: :500, digunakan sebagai acuan penerbitan perijinan tata letak dan rancang bangunan/bukan bangunan, termasuk Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai belum mengesahkan RTRW dan pada bulan Juni 2011 masih dibahas di Kementerian PU. Total luas sawah adalah ha

93 196 dan luas sawah irigasi teknis ha yang potensial untuk LP2B. Produksi gabah tahun 2010 sebanyak ton atau surplus sebanyak ton (Kabupaten Serdang Bedagai 2011). Saat ini Kabupaten Serdang Bedagai tidak bisa lagi memperluas lahan sawah. Konversi lahan sawah relatif kecil karena sebagian besar wilayah Kabupaten Serdang Bedagai masih merupakan kawasan perdesaan dibanding Kabupaten Deli Serdang. Sawah yang kekurangan air irigasi sebagian dikonversi ke sawit dengan laju rata-rata sekitar 2,5% per tahun. Tahun 2009 ada konflik pemilikan lahan antara PTPN III dengan masyarakat, tetapi sekarang sudah selesai dan dimenangkan PTPN III. Tantangan konversi lahan adalah pembangunan jalan tol dari Kualanamu Tebing Tinggi (80 km). Di samping itu juga, perlu diantisipasi dampak pembangunan Bandara Kualanamu yang akan mengubah sebagian wilayah kabupaten ini menjadi kawasan industri atau kawasan penyangga bagi Kabupaten Deli Serdang. Saran untuk mengatasi konversi lahan antara lain: lahan sawah mendapat irigasi yang mencukupi dan saluran irigasi dipelihara dengan baik. Di samping itu, harga input (pupuk dan pestisida) harus terjangkau oleh petani, ketersediaan pupuk terjamin, harga gabah terjamin, dan penegakan hukum untuk mempertahankan LP2B. Tabel Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun Luas (Ha) , , , , ,53 Sumber : Badan Pusat Statistik

94 197 Luas (Ha) 36, , , , , , , , , , , , , Luas (Ha) Gambar 5.3. Luas Lahan Sawah Irigasi Di Kabupaten Serdang Bedagai Pada Gambar 2. Terlihat bahwa luas lahan sawah irigasi di kabupaten Serdang Bedagai mengalami penurunan secara berturut-turut selama 4 tahun yaitu mulai tahun , sedangkan di tahun tidak mengalami penurunan maupun kenaikan melainkan tetap Perencanaan Pembangunan Pertanian Padi Sawah Kebijakan Penerapan Mekanisme Pemberian Insentif Dan Disinsentif Untuk Mempertahankan Lahan Pertanian Berkelanjutan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkeanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara.

95 198 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, diantaranya mengatur mengenai pemberian insentif dan disinsentif kepada petani pangan. Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang insentif perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Petani Pangan adalah setiap warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengusahakan lahan untuk komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing memberikan Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan kepada Petani dengan jenis berupa: bantuan dana penerbitan sertifikat hak atas tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, bantuan keringanan PBB, jaminan penerbitan sertipikat hak atas tanah pada lahan pertanian pangan berkelanjutan, kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi, pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul. Pengembangan infrastruktur pertanian. Penghargaan bagi petani berprestasi. Penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian. Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan Insentif kepada Petani berdasarkan pertimbangan. Tipologi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Kesuburan tanah. Luas tanam minimal 25 (dua puluh lima) hektar dalam satu hamparan. Irigasi. Tingkat fragmentasi lahan. Produktivitas usahatani. Lokasi. Kolektivitas usaha pertanian; dan/atau. Praktik usahatani ramah lingkungan.

96 199 Bagi Petani Penerima Insentif Diwajibkan Untuk: Memanfaatkan lahan sesuai peruntukannya, menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Mencegah kerusakan lahan. Memelihara kelestarian lingkungan. Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota Pencabutan Insentif. Kepada petani berdasarkan pertimbangan dimana petani tidak memenuhi kewajiban perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Petani tidak mentaati norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian Insentif dan/atau lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah dialihfungsikan Program Pemerintah untuk Sektor Pertanian Padi Untuk mendukung perkembangan di sektor pertanian, Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan beberapa upaya untuk membantu petani dalam meningkatkan kesejahteraan melalui beberapa program yaitu: Peningkatan pemasaran hasil pertanian. Meningkatkan produksi hasil pertanian. Penyebaran informasi pengendalian OPT mendukung swasembada beras. Pengadaan bahan kimia. Pameran pasar pertanian promosi. Peningkatan kesejahteraan petani. Meningkatkan kemampuan penggunaan teknologi pertanian. Peningkatan ketahanan pangan pertanian dan perkebunan Kondisi Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara, Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Mengingat sebagian besar penduduk mencari nafkah dari sektor pertanian dan sasaran pembangunan pertanian untuk meningkatkan pendapatan petani, maka pemerintah Kabupaten

97 200 Serdang Bedagai merasa penting untuk meningkatkan Program Pembangunan Pertanian. Agar pembangunan pertanian benar-benar tepat sasaran dan efisien diperlukan data dan informasi yang lengkap dan akurat. Karena digunakan sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian Daerah Irigasi Di kabupaten Serdang Bedagai ada tiga kewenangan pengelolaan daerah irigasi yaitu Pemerintahan Pusat, Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, dan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat memiliki luas sebesar Ha, sedangkan Pemerintahan Provinsi Sumut sebesar Ha, dan Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai sebesar Ha. Total jumlah keseluruhan luas daerah irigasi di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar Ha Lahan Sawah Lahan merupakan salah satu faktor produksi. Lahan sawah pada Tahun 2010 di Kabupaten Serdang Bedagai mengalami penurunan sebesar 3,29 % dibandingkan dengan total lahan sawah tahun Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan kebun, ladang/huma dan lahan perkebunan. Bila dilihat dari kedua jenis lahan sawah Tahun 2010 yaitu lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi, maka lahan sawah irigasi memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 99,88 %, sedangkan lahan sawah non irigasi hanya sebesar 0,12 %. Terjadinya penurunan pada lahan sawah non irigasi yaitu sebesar 99,85 %, sedangkan pada lahan sawah irigasi pada umumnya mengalami penurunan yaitu sebesar 0,97 % bila dibandingkan tahun 2009, kecuali pada lahan

98 201 irigasi teknis sedikit mengalami peningkatan sebesar 10,67 % atau sebesar 320 Ha Lahan Sawah Irigasi Lahan sawah irigasi yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten Serdang Bedagai selama dua tahun terakhir ini secara umum mengalami penurunan. Tahun 2010 lahan sawah irigasi yang efektif digunakan sebesar Ha atau mengalami penurunan sebesar 14,52 % bila dibandingkan dengan lahan sawah irigasi yang diusahakan tanaman padi pada tahun Lahan Sawah Irigasi terdiri dari : 1) Lahan Sawah Berpengairan Teknis Lahan Sawah Berpengairan Teknis adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi teknis, yaitu jaringan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, total lahan sawah irigasi teknis pada tahun 2010 mengalami peningkatan 320 Ha atau sebesar 10,67 %. Adapun luas baku lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 adalah sebesar Ha, dan seluruhnya diusahakan tanaman padi, pola tanamnya pada frekuensi penanaman dua kali. 2) Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis Lahan Sawah Berpengairan Setengah Teknis adalah Dinas Pengairan/ Pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.

99 202 Lahan irigasi setengah teknis yang diusahakan tanaman padi di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,93 % atau sebesar 181 Ha bila dibandingkan dengan tahun Dari Ha lahan sawah irigasi setengah teknis yang ada, sebesar 99,6 % diusahakan tanaman padi dengan pola tanam dua kali, sedangkan sisanya 0,40 % diusahakan tanaman padi dengan pola tanam satu kali. 3) Lahan Sawah Berpengairan Sederhana (PU) Lahan sawah berpengairan sederhana (PU) adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dan irigasi, sedangkan untuk pembagian airnya belum teratur meskipun pihak pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagian jaringan tersebut. Total lahan baku irigasi sederhana sebesar Ha yang ditanami padi hanya sebesar Ha atau sebesar 99,65%. Sedangkan sisa lahan irigasi sederhana sebesar 15 Ha atau 0,35 % tidak diusahakan tanaman padi. 4) Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa Lahan Sawah Pengairan Non PU/Irigasi Desa adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari system pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat tanpa campur tangan pemerintah. pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 3,87 % bila dibandingkan dengan tahun Total lahan irigasi desa/non PU yang ada sebesar Ha. Dari total lahan yang ada tersebut seluruhnya diusahakan tanaman padi dengan pola tanam dua kali sebesar Ha atau 97,21 % dan sisanya 238 Ha atau 2,79 % dengan pola tanam satu kali Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah

100 Umur Tabel Umur Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Umur Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Umur (tahun) Jumlah Umur (tahun) Jumlah Sampel (jiwa) Rata-Rata (tahun) Persentase (%) ,32 45,45 65, Total , Rata-Rata 46,83 Sumber: Data Primer. Dari Tabel (Lampiran II/Lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan kisaran umur yaitu kisaran umur tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 51 sampel (51 %) dengan rata-rata umur 45,45 tahun dan pada kisaran umur 56 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 21 sampel (21 %) dengan rata-rata umur 65,52 tahun. Rentang umur antara tahun. Dengan rata-rata umur per petani sebesar 47 tahun Pendidikan Tabel Pendidikan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Pendidikan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Tingkat Pendidikan Jumlah Pendidikan (tahun) Jumlah Sampel (jiwa) Rata-Rata (tahun) Persentase (%) SD SMP SMA PT ,91 8,80 11,98 15, Total , Rata-Rata 9,73 Sumber: Data Primer. Dari Tabel (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pada tingkat pendidikan SMA jumlah sampel yang terbanyak sebesar 46 sampel (46 %) dengan rata-rata pendidikan 11,98 tahun dan pada tingkat pendidikan PT jumlah sampel yang terkecil sebesar 6 sampel (6 %) dengan rata-rata pendidikan 15,83 tahun. Rentang pendidikan

101 204 antara 4-16 tahun. Dengan rata-rata pendidikan per petani 9,73 tahun yaitu pendidikan SMP Lamanya Berusahatani Tabel Lamanya Berusahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Lamanya Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Lama Berusahatani (tahun) Jumlah Lama Berusahatani (tahun) Jumlah Sampel (jiwa) Rata-Rata (tahun) Persentase (%) , ,43 36,40 Total , Rata-Rata 22 Sumber: Data Primer. Dari Tabel (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan pada kisaran lamanya berusahatani yaitu kisaran lamanya berusahatani tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 56 sampel (56%) dengan rata-rata lamanya berusahatani 19,43 tahun dan pada kisaran lamanya berusahatani 10 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 17 sampel (17 %) dengan rata-rata lamanya berusahatani 7,53 tahun. Rentang lamanya berusahatani antara 4-66 tahun. Dengan rata-rata lamanya berusahatani per petani selama 22 tahun Lamanya Berorganisasi P3A Tabel Lamanya Berorganisasi P3A Padi Sawah Berdasarkan kelompok Lama Berorganisasi Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Lama Berorganisasi (tahun) Jumlah Lama Berorganisasi (tahun) Jumlah Sampel (jiwa) Rata-Rata (tahun) Persentase (%) , ,80 18,89 40 Total 1.234, , Rata-Rata 12,345 Sumber: Data Primer

102 205 Dari Tabel (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A yaitu kisaran 10 tahun jumlah sampel yang terbanyak sebesar 51 sampel (51%) dengan rata-rata lama berorganisasi 4,80 tahun dan pada kisaran lamanya berorganisasi P3A 30 tahun jumlah sampel yang terkecil sebesar 3 sampel (3%) dengan rata-rata lama berorganisasi 40 tahun. Rentang lamanya berorganisasi P3A antara 1-44 tahun. Dengan rata-rata lamanya berorganisasi P3A per petani 12,34 tahun Jumlah Tanggungan Tabel Jumlah Tanggungan Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kelompok Tanggungan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Tanggungan (Jiwa) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Jumlah Sampel (Jiwa) Rata-Rata (jiwa) Persentase (%) Total Rata-Rata 3,27 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.25 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan pada kisaran jumlah tanggungan yaitu kisaran 4 jiwa jumlah sampel yang terbanyak sebesar 42 sampel (42%) dengan rata-rata jumlah tanggungan 5 jiwa dan pada kisaran jumlah tanggungan 0-1 jiwa jumlah sampel yang terkecil sebesar 10 sampel (10%) dengan rata-rata jumlah tanggungan 1 jiwa. Rentang jumlah tanggungan antara 1-8. Dengan rata-rata jumlah tanggungan per petani sebesar 3,27 jiwa

103 Total Luas Lahan Usahatani Tabel Total Luas Lahan Petani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Keterangan Luas Lahan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Lahan (ha) Dimiliki (ha) (jiwa) (ha) (%) 1 Luas Lahan 110, , Sawah Luas Lahan 30, , Non Sawah Total 140, , Rata-Rata 1,4072 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.26 (Lampiran II/lampiran 1) dapat diketahui bahwa berdasarkan keterangan luas lahan yang dimiliki yang terbesar adalah luas lahan sawah sebesar 110,18 Ha jumlah sampel yang terbanyak sebesar 100 sampel (100 %) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha dengan rata-rata sebesar 1,1018 Ha. Yang terkecil luas lahan non sawah sebesar 30,54 Ha jumlah sampel yang terkecil sebesar 56 sampel (56 %) rentang luas lahan non sawah 0,1-1,2 Ha dengan rata-rata sebesar 0,3054 Ha. Total luas lahan yang dimiliki adalah sebesar 140,72 Ha (100%) rentang luas lahan sawah 0,06-4,7 Ha. Dengan ratarata luas lahan sawah per petani sebesar 1,4072 Ha Pengaruh Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Ritual doa turun tanam adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah perdesaan yang mayoritas pekerjaan utamanya sebagai petani. Menurut kepercayaan masyarakat tersebut, permintaan datangnya hujan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa

104 207 yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa masih percaya, melalui ritual doa turun tanam maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka. Di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) pada umumnya melakukan upacara tradisional ritual doa turun tanam untuk meminta hujan agar sawah mereka dapat digenangi air dan saluran air irigasi menjadi lancar dan tidak ada hambatan sehingga tanaman mereka lebih baik. Meminta kepada yang maha kuasa agar lahan mereka menjadi subur, meningkatkan hasil tanam dan dapat menekan populasi hama penyakit pada tanaman padi sawah, jika musim kemarau panjang dan kering kerontang, ritual doa turun tanam dilaksanakan warga desa, setiap setahun sekali dengan cara memanjatkan doa dan upacara serta tepung tawar. Tabel Jumlah Biaya Petani Sebelum Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Keterangan Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya Persentase Biaya Pompanisasi Pupuk Pestisida (Rp) (Rp) , Total ,5 100 Rata-Rata ,5 Sumber: Data Primer. (%) 70,84 27,35 1,81

105 208 Dari Tabel 5.27 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat jumlah biaya petani sebelum menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pompanisasi sebesar Rp (70,84%) rata-rata biaya Rp Sedangkan biaya yang terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp (1,81%) rata-rata biaya Rp Total biaya Rp , Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp , Pengaruh Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Upacara tradisional ritual doa turun tanam ini sudah dilakukan dari turun temurun sejak nenek moyang mereka dan dipandu oleh guru spiritual. Setiap warga yang mengikuti ritual doa turun tanam boleh membawa perbekalan berupa nasi dengan lauk pauknya seperti ikan, ayam panggang, telur, sambel, mihun goreng, pisang dan kue-kue yang nantinya akan dimakan bersama-sama warga yang mengikuti upacara dengan kepala desa, penyuluh pertanian, guru spiritual, tokoh masyarakat dan undangan lainnya. Ritual doa turun tanam dilaksanakan pada waktu setelah shalat magrib dan warga yang mengikuti upacara ritual doa turun tanam membawa tikar dan duduk bersama-sama sambil berdoa dan tepung tawar, guru yang memandu menggunakan bahasa jawa, tempatnya diadakan dipersimpangan empat karena dipersimpangan empat tempat lewat angin barat, angin timur, angin utara dan angin selatan agar doa mereka dibawa oleh angin tersebut, sebab angin tersebut datang dari penjuru angin. mereka berdoa dan bermohon agar hasil panen semakin meningkat.

106 209 Tabel Jumlah Biaya Petani Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam, Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Keterangan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Keterangan Jumlah Biaya Rata-Rata Biaya Persentase Biaya Air Irigasi Pupuk Pestisida (Rp) (Rp) Total Rata-Rata Sumber: Data Primer. (%) 41,17 54,25 4,58 Dari Tabel 5.28 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat jumlah biaya petani setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah pada biaya pupuk sebesar Rp (54,25 %) rata-rata biaya Rp Sedangkan biaya yang terkecil adalah biaya pestisida sebesar Rp (4,58%) rata-rata biaya Rp Total biaya Rp Dengan rata-rata total biaya per petani adalah sebesar Rp Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Dalam Pengembangan Wilayah Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk perbandingan. Hal ini berarti menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua sampel atau lebih. Bila Ho dalam pengujian diterima, berarti nilai perbandingan dua sampel atau lebih tersebut dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi dimana sampelsampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu.

107 210 Tabel Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Doa Turun Tanam Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Keterangan Total Pendapatan Rata-rata Persentase 1 2 Pendapatan Pendapatan Sebelum Ritual Doa Turun Tanam Pendapatan Setelah Ritual Doa Turun Tanam (Rp) (Rp) (%) , ,79 Total Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.29 (Lampiran II/lampiran 2) dapat dilihat pendapatan petani sebelum dan setelah menerapkan ritual doa turun tanam dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam yang terbesar adalah setelah menerapkan ritual doa turun tanam sebesar Rp (54,79 %) dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp Sedangkan pendapatan yang terkecil adalah sebelum menerapkan ritual doa turun tanam sebesar Rp (45,21%) dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp Total pendapatan sebesar Rp Dengan rata-rata total pendapatan per petani adalah sebesar Rp Pengaruh Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Bila dilihat dari aspek ekonomi, pengembangan wilayah dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Sukirno (2001) dari pengertian tersebut dapat terlihat pembangunan ekonomi mempunyai sifat antara lain : a. Sebagai proses, berarti merupakan perubahan yang terjadi terus menerus.

108 211 b. Usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan masyarakat, dan c. Kenaikan pendapatan tersebut terus berlangsung dalam jangka panjang Sistem agribisnis adalah upaya mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan agribisnis dalam satu komoditi atau gabungan komoditi. Kegiatan utama merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses agribisnis dari hulu ke hilir. Kegiatan utama agribisnis meliputi : 1. Subsistem Pengadaan Input Produksi 2. Subsistem Produksi Usahatani 3. Subsistem Pengolahan Hasil (Processing) 4. Subsistem Pemasaran (Simanjuntak, 2005) Biaya Produksi Tabel Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Keterangan Biaya Jumlah Biaya Rata-rata Persentase Produksi (Rp) (Rp) (%) 1 Biaya Sewa Lahan ,42 2 Biaya PBB ,09 3 Biaya Pengairan ,59 4 Biaya Penyusutan ,15 5 Biaya Sarana ,60 5 Produksi ,14 7 Biaya Tenaga Kerja ,01 Biaya Angkutan Total Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.30 (Lampiran II/Lampiran 14) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya produksi yang terbesar adalah pada biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp (42,14%) dengan rata-rata biaya tenaga kerja per petani sebesar Rp Sedangkan biaya produksi terkecil adalah pada biaya angkutan yaitu

109 212 sebesar Rp (0,01%) dengan rata-rata biaya angkutan per petani adalah sebesar Rp 900 perpetani. Dengan rata-rata seluruh biaya produksi per petani adalah sebesar Rp Tabel Kisaran Biaya Produksi Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Biaya Jumlah Rata-Rata Persentase Biaya Produksi Sampel (Rp) (%) Produksi (Rp) (Rp) (jiwa) , ,81 21 Total , Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.31 ((Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, biaya produksi yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran biaya produksi Rp yaitu sebesar Rp , jumlah sampel sebesar 21 sampel (21%). Sedangkan biaya produksi yang terkecil adalah pada usahatani dengan kisaran biaya produksi Rp yaitu sebesar jumlah sampel sebesar 25 sampel (25 %). Dengan rata-rata biaya produksi per petani adalah sebesar Rp Luas Panen Tabel Luas Panen Kegiatan Utama Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Luas Lahan Sawah (ha) Jumlah Luas Panen (ha) 0,49 2,60 0,5-0,9 16, ,74 Jumlah Sampel Rata-Rata (jiwa) (ha) 7 0, , ,76 Total 220, , Rata-Rata 2,2036 Sumber: Data Primer. Persentase (%)

110 213 Dari Tabel 5.32 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam, luas panen yang terbesar adalah pada usahatani dengan kisaran luas lahan 1 Ha yaitu sebesar 201,74 Ha, jumlah sampel yang terbanyak sebesar 73 sampel (73 %). Sedangkan luas panen yang terkecil adalah pada usahatani dengan kisaran luas lahan 0,49 Ha yaitu sebesar 2,60 Ha jumlah sampel yang terkecil sebesar 7 sampel (7 %). Dengan rata-rata luas panen per petani adalah sebesar 2,2036 Ha Harga Gabah Tabel Harga Gabah Kegiatan Utama Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan Tingkatan Harga Gabah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Harga Jumlah Harga Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Gabah (Rp) Gabah (Rp) (Jiwa) (Rp)/Kg (%) 1 Rp Rp Rp Total Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.33 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat dilihat bahwa kegiatan utama agribisnis dalam usahatani padi sawah selama 2 kali musim tanam berdasarkan tingkatan harga gabah yang terbesar sampelnya adalah kisaran harga gabah Rp 3500 yaitu sebesar 63 sampel (63%). Sedangkan terkecil sampelnya kisaran harga gabah Rp 3450 sebesar 17 sampel (17%). Dengan rata-rata harga gabah per petani adalah sebesar Rp Pengaruh Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan kegiatan utama agribisnis, meliputi :

111 Subsistem Penelitian dan Pengembangan 2. Subsistem Pendidikan dan Pelatihan Penyuluhan 3. Subsistem Pengadaan Informasi 4. Subsistem Perkreditan dan Pengadaan Modal 5. Subsistem Pengangkutan dan Jasa Penunjang Perdagangan 6. Subsistem Pengadaan Prasarana (Pemerintah) 7. Subsistem Pengadaan Kebijakan Pemerintah (Simanjuntak, 2005) Bantuan Input Produksi Tabel Bantuan Input Produksi Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Bantuan Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Bantuan Input Input (Rp) (jiwa) (Rp) , Total Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.34 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa kegiatan penunjang agribisnis dalam bantuan input produksi pertanian terbesar pada kisaran bantuan input Rp yaitu berjumlah Rp , jumlah sampel sebesar 22 sampel (22 %). Bantuan input produksi pertanian yang terkecil pada kisaran bantuan input Rp yaitu berjumlah Rp jumlah sampel sebesar 55 sampel (55%). Dengan rata-rata bantuan input produksi pertanian per petani adalah sebesar Rp (%)

112 Penyaluran Kredit Tabel No Kisaran Penyaluran Kredit (Rp) Penyaluran Kredit Kegiatan Penunjang Agribisnis Dalam Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun Jumlah Penyaluran Kredit (Rp) Jumlah Sampel Rata-Rata (jiwa) (Rp) , ,91 Persentase (%) Total , Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.35 (Lampiran II/lampiran 3) dapat diketahui bahwa penyaluran kredit usahatani terbanyak pada kisaran penyaluran kredit Rp yaitu berjumlah Rp jumlah sampel sebesar 23 sampel (23 %). Penyaluran kredit usahatani yang paling sedikit pada kisaran penyaluran kredit Rp yaitu berjumlah Rp jumlah sampel sebesar 57 sampel (57 %). Dengan rata-rata penyaluran kredit usahatani per petani adalah sebesar Rp Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Tabel Kebijakan Pemerintah Dalam Subsidi Pupuk Kegiatan Penunjang Agribisnis Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Subsidi Jumlah Sampel Rata-Rata Persentase Subsidi Pupuk (Rp) Pupuk (Rp) (jiwa) (Rp) , , , (%) Total , Rata-Rata Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.36 (Lampiran II/Lampiran 3) dapat diketahui bahwa kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk yang paling tinggi pada kisaran subsidi

113 216 pupuk Rp yaitu berjumlah Rp jumlah sampel sebesar 31 sampel (31%). kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk paling sedikit pada kisaran subsidi pupuk Rp yaitu berjumlah Rp jumlah sampel sebesar 52 sampel (52 %). Dengan rata-rata kebijakan pemerintah dalam subsidi pupuk per petani adalah Rp Pengaruh Sumber Daya Alam (SDA) Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga Tinggi Volume Air Irigasi Tabel Tinggi Volume Air /ha (cm) Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Rata- Rata Persentase Volume Air (cm) Volume Air (cm) Sampel (jiwa) (cm) (%) , , , ,51 47 Total , Rata-Rata 13,07 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.37 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran tinggi volume air paling tinggi, yaitu kisaran 14 cm jumlah tinggi volume air 694 cm jumlah sampel sebesar 47 sampel (47%) dan kisaran tinggi volume air

114 217 paling rendah, yaitu kisaran 11,99 cm jumlah tinggi volume air 215 cm jumlah sampel sebesar 21 sampel (21%). Dengan rata-rata tinggi volume air per petani, yaitu sebesar 13,07 cm Luas Lahan Yang Beririgasi Tabel Luas Lahan yang Beririgasi Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Luas Jumlah Jumlah Rata- Persentase Lahan Sawah Lahan Sawah Beririgasi (ha) Beririgasi (ha) Sampel (jiwa) Rata (ha) (%) ,49 9,31 0,5 1 32,09 1,2 68, , , ,02 Total 110, , Rata-Rata 1,1018 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.38 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa luas lahan 1,2 Ha adalah yang paling banyak jumlah lahan irigasinya, yaitu sebesar 68,78 Ha jumlah sampel sebesar 34 sampel (34 %) dan luas lahan irigasi yang paling sedikit yaitu 0.49 Ha, sebesar 9.31 Ha jumlah sampel sebesar 27 sampel (27 %). Dengan rata-rata luas lahan beririgasi per petani, yaitu sebesar 1,1018 Ha Panjang Jalan Usahatani Tabel Panjang Jalan Usahatani Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Panjang Jumlah Rata- Persentase Panjang Jalan Jalan Usahatani Sampel Rata (%) Usahatani (m) (m) (jiwa) (m) 1 0,49 1, , ,5 1 34, , ,2 81, ,88 21 Total 117, , Rata-Rata 1,17525 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.39 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran panjang jalan usahatani yang paling panjang 1,2 m, yaitu sepanjang 81,500 m

115 218 jumlah sampel sebesar 21 sampel (21 %) dan kisaran panjang jalan 0.49 m, memiliki jumlah panjang jalan yang paling sedikit yaitu sepanjang 1,950 m jumlah sampel sebesar 38 sampel (38% ). Dengan rata-rata panjang jalan usahatani per petani, yaitu sebesar 1,17525 m Pengaruh Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Sumber daya manusia adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan. Pemberdayaan petani dapat ditumbuhkan diantaranya melalui kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan petani agar dapat memberikan keputusan dan memberikan respon yang tepat khususnya dalam menerapkan teknologi. Pemberdayaan petani sangat penting, karena petani merupakan pelaku utama dalam pembangunan pertanian Curahan Tenaga Kerja Tabel Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Jenis Pekerjaan Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Jenis Pekerjaan Curahan Tenaga Kerja (HKP) Dalam Rata- Luar Rata- Total Keluarga Rata Keluarga Rata , ,37 86,4 105, ,5 90,1 1, ,8037 0,8640 1, ,335 0, , , ,17 83,55 17,5 89 1, , ,5917 0,8355 0,175 0,89 206, , ,57 188, ,1 7 8 Persemaian Pengolahan Tanah Penanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian Hama Penyakit Panen Pasca Panen 223,4 2, ,88 12, ,28 37,62 0, ,62 Total 1.255,41 16, , , ,525 Rata-Rata 12, , ,62525 Sumber: Data Primer.

116 219 Dari Tabel 5.40 (Lampiran II/Lampiran 11a dan 11b) dapat dilihat bahwa curahan tenaga kerja terbesar adalah pada kegiatan pengolahan tanah, dimana curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 780,37 HKP curahan tenaga kerja luar keluarga sebesar 2895,145 HKP, jadi total curahan tenaga kerja yaitu sebesar 6462,525 HKP sedangkan jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga terkecil adalah pada kegiatan penanaman, dimana curahan tenaga kerja dalam keluarga sebesar 86,4 HKP dan curahan tenaga kerja luar keluarga terkecil pada kegiatan penyiangan sebesar 17,5 HKP. Total curahan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebesar 6462,525. Dengan rata-rata total curahan tenaga kerja yaitu sebesar 64,62525 HKP per petani. Tabel Total Curahan Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Kisaran Curahan Tenaga Kerja Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Jumlah Sampel Rata- Rata Persentase Curahan Curahan Tenaga (jiwa) (hkp) (%) Tenaga Kerja (hkp) Kerja (hkp) , , , , , ,91 Total 6 462, , Rata-Rata 64,62565 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.41 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa kisaran curahan tenaga kerja yang paling besar 70 HKP yaitu 3069,345 HKP jumlah sampel sebesar 32 sampel (32 %) dan yang paling kecil 4,9 HKP yaitu sebesar 1330,750 HKP jumlah sampel sebesar 33 sampel (33 %). Dengan rata-rata curahan tenaga kerja per petani, adalah sebesar 64,62565 HKP

117 Penyuluhan/Pelatihan Tabel Penyuluhan/Pelatihan Pertanian Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Jumlah Sampel Rata-rata Persentase Frekuensi Frekuensi (jiwa) (kali) (%) Penyuluhan Penyuluhan , ,37 Total , Rata-Rata 11,02 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.42 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa berdasarkan kisaran frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terbesar adalah dengan frekuensi penyuluhan 13 kali yaitu sebesar 783 frekuensi dengan besar sampel sebesar 35 sampel (35 %) sedangkan frekuensi penyuluhan/pelatihan yang terkecil adalah dengan frekuensi penyuluhan/pelatihan 5 yaitu sebesar 59 frekuensi dengan besar sampel sebesar 43 sampel (43 %). Dengan rata-rata frekuensi penyuluhan/pelatihan per petani adalah sebesar 11,02 frekuensi Produktivitas Tenaga Kerja Tabel Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun No Kisaran Jumlah Jumlah Rata-rata Persentase Produktivitas Produktivitas Sampel (KW) (%) (KW/HKP) (KW/HKP) (Jiwa) 1 0,99 20,3 29 0, ,99 55, , ,4 32 2,82 32 Total 166, , Rata-Rata 1,6635 Sumber: Data Primer. Dari Tabel 5.43 (Lampiran II/Lampiran 4) dapat diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja terbesar adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja

118 221 2 Kw/HKP yaitu sebesar 90,4 Kw/HKP dengan besar sampel sebesar 32 sampel (32 %). Sedangkan produktivitas tenaga kerja terkecil adalah pada kisaran produktivitas tenaga kerja 0,99 Kw/HKP yaitu sebesar 20,3 Kw/HKP dengan besar sampel sebesar 29 sampel (29 %). Dengan rata-rata produktivitas curahan tenaga kerja per petani adalah sebesar 1,6635 Kw/HKP Pengaruh Teknologi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini). Banyak proses teknologi menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan dan merusak bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah mempengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaanpertanyaan etika baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya menyangkut permesinan. Kata "teknologi" juga digunakan untuk merujuk sekumpulan teknikteknik. Dalam konteks ini, ia adalah keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber-sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan,

119 222 atau memuaskan keinginan, ia meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat, dan bahan mentah. Ketika dipadukan dengan istilah lain, seperti "teknologi medis" atau "teknologi luar angkasa", ia merujuk pada keadaan pengetahuan dan perangkat disiplin pengetahuan masing-masing. "Teknologi state-of-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada teknologi tinggi yang tersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun. Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang membentuk atau mengubah kebudayaan. Sebuah contoh modern adalah bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan bagi interaksi sesama manusia, dan sebagai hasilnya, telah membantu melahirkan sub-sub kebudayaan baru; bangkitnya budaya dunia maya yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer. Tidak semua teknologi memperbaiki budaya dalam cara yang kreatif; teknologi dapat juga membantu mempermudah penindasan politik dan peperangan melalui alat seperti pistol atau bedil Penerapan Komponen Teknologi Dasar Tabel No Penerapan Komponen Teknologi Dasar Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun Pernyataan Dalam Skor Penerapan Komponen Teknologi Dasar Selalu Dilakukan % Jarang Dilakukan (%) Tidak Pernah Dilakukan Total (%) % 1 Varietas Unggul Bibit Bermutu dan Sehat Pemupukan Spesifik Lokasi PHT sesuai OPT Total Rata-Rata 253,5 84, ,5 3, Sumber: Data Primer.

120 223 Dari Tabel 5.44 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui bahwa penerapan komponen teknologi dasar pada bibit bermutu dan sehat berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 282 (94 %), jarang dilakukan sebesar 10 (5%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 1 (1%). Sedangkan penerapan komponen teknologi dasar pada pemupukan spesifik lokasi berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 201 (67 %), jarang dilakukan sebesar 44 (22%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 11 (11%) Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Tabel No Penerapan Komponen Teknologi Pilihan 1 Pengelolaan Tanaman(populasi & cara tanam) Penerapan Komponen Teknologi Pilihan Pada Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan Sawah Selama 2 Kali Musim Tanam Tahun Pernyataan Dalam Skor Total Selalu (%) Jarang (%) Tidak Dilakukan Dilakukan Pernah Dilakukan (%) % Bibit Muda Penggunaan Bahan Organik Irigasi Berselang Pupuk Mikro Penanganan Panen dan Pasca Panen 7 Pengendalian Gulma 8 Pengolahan Tanah Total Rata-Rata Sumber: Data Primer , , , ,

121 224 Dari Tabel 5.45 (Lampiran II/Lampiran 5) dapat diketahui penerapan komponen teknologi pilihan pada pengolahan tanah berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang tertinggi sebesar 288 (96 %), jarang dilakukan sebesar 2 (1%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 3 (3%). Sedangkan penerapan komponen teknologi pilihan pada irigasi berselang berdasarkan pernyataan dalam skor selalu dilakukan adalah skor yang terendah sebesar 117 (39 %), jarang dilakukan sebesar 62 (31%), dan tidak pernah dilakukan sebesar 30 (30%) Analisis Statistik Regresi Linier Berganda Hasil Uji Hipotesis 1. Terdapat Pengaruh Nyata Karakteristik Sosial Ekonomi Dalam Pengembangan Wilayah Terhadap Meningkatkan Pendapatan Petani Padi Sawah Dalam penelitian ini digunakan model estimasi regresi linier berganda : Y= f (X 11, X 12, X 13, X 14, X 15, X 16 )...(1) Persamaan tersebut dengan s pesifikasi model ekonometrika : Y= X X X X X X (2) Dimana: Y = Pendapatan (rp) X 11 = Umur (tahun) X 12 = Pendidikan (tahun) X 13 = Lamanya berusahatani (tahun) X 14 = Lamanya berorganisasi P3A (tahun) X 15 = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) X 16 = Total luas lahan usahatani yang dimiliki (ha) 0 = Konstanta/koefisen intersep = Koefisen regresi 1 = kesalahan pengganggu. Gujarati (2003).

122 225 Kriteria uji hipotesis adalah : H 0 terima apabila signifikan > 0,05 Ha terima apabila signifikan < 0,05 Persamaan regresi untuk pengaruh umur, pendidikan, lamanya berusahatani, lamanya berorganisasi P3A, jumlah tanggungan keluarga, dan total luas lahan yang dimiliki terhadap pendapatan petani padi sawah (Y) maka hasilnya adalah sebagai berikut : Y = 1,009E ,985X ,203X ,793X ,906X ,727 X E7 X Std Error = , , , , E E6 t hitung = 0,541 0,615 0,187 1,078 0,156 7,449 t sig = 0,590 0,540 0,852 0,284 0,876 0,000 F hitung = 10,925 F Sig = 0,000 R 2 = 0,413 Nyata pada α 0, Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) Koefisien Determinasi (R 2 ) Dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,413 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada umur (X 11 ), pendidikan (X 12 ), lama berusahatani (X 13 ), lama berorganisasi (X 14 ), jumlah tanggungan (X 15 ), dan total luas lahan (X 16 ), dapat menjelaskan pendapatan (Y) sebesar 41,3%.

123 Uji Secara Serempak (Uji F- Statistik) Dari keseluruhan variabel bebas yaitu umur (X 11 ), pendidikan (X 12 ), lama berusahatani (X 13 ), lama berorganisasi (X 14 ), jumlah tanggungan (X 15 ), dan total luas lahan (X 16 ), secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan F hitung sebesar 10,925 > nilai F Sig sebesar 0,000. Hal ini menyatakan bahwa secara serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pendapatan Uji Secara Parsial (Uji t) Dengan melakukan pengujian secara parsial, maka pengaruh masingmasing variabel bebas yakni umur (X 1.1 ), pendidikan (X 1.2 ), lama berusahatani (X 1.3 ), lama berorganisasi (X 1.4 ), jumlah tanggungan (X 1.5 ), dan total luas lahan (X 1.6 ), terhadap variabel pendapatan (Y) dapat dilihat sebagai berikut. Variabel umur (X 1.1 ) tanda positif dari koefisien regresi bernilai ,985. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara umur (X 1.1 ), dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi t sig sebesar 0,590 adalah lebih besar dari nilai α 0,05 Artinya tidak signifikan dengan kata lain umur (X 1.1 ), yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas umur (X 1.1 ) terhadap pendapatan (Y) lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis umur (X 1.1 ) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp ,985 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara umur (X 1.1 ), dengan pendapatan (Y). Variabel pendidikan (X 1.2 ) tanda positif dari koefisien regresi bernilai ,203. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara

124 227 pendidikan (X 1.2 ) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi t sig sebesar 0,540 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain pendidikan (X 1.2 ) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas pendidikan (X 1.2 ) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis pendidikan (X 1.2 ) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp ,203 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pendidikan (X 1.2 ) dengan pendapatan (Y). Variabel lamanya berusahatani (X 1.3 ) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 43169,793. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara lamanya berusahatani (X 1.3 ) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi t sig sebesar 0,852 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya berusahatani (X 1.3 ) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berusahatani (X 1.3 ) terhadap pendapatan (Y) lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis lamanya berusahatani (X 1.3 ) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp ,793 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lamanya berusahatani (X 1.3 ) dengan pendapatan (Y). Variabel lamanya berorganisasi (X 1.4 ) tanda positif dari koefisien regresi bernilai ,906. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara

125 228 lamanya berorganisasi (X 1.4 ) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi t sig sebesar 0,284 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain lamanya berorganisasi (X 1.4 ) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas lamanya berorganisasi (X 1.4 ) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis lamanya berorganisasi (X 1.4 ) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp ,906 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara lamanya berorganisasi (X 1.4 ) dengan pendapatan (Y). Variabel jumlah tanggungan (X 1.5 ) tanda positif dari koefisien regresi bernilai ,727. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh nyata antara jumlah tanggungan (X 1.5 ) dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi t sig sebesar 0,876 adalah lebih besar dari nilai α 0,05. Artinya tidak signifikan dengan kata lain jumlah tanggungan (X 1.5 ) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas jumlah tanggungan (X 1.5 ) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis jumlah tanggungan (X 1.5 ) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp ,727, ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara jumlah tanggungan (X 1.5 ) dengan pendapatan (Y). Variabel total luas lahan (X 1.6 ) tanda positif dari koefisien regresi bernilai 1.186E7. Hal ini menunjukkan ada pengaruh nyata antara total luas lahan (X 1.6 )

126 229 dengan variabel pendapatan (Y). Nilai signifikansi t sig sebesar 0,000 adalah lebih kecil dari nilai α 0,05. Artinya ada signifikan dengan kata lain total luas lahan (X 1.6 ) yang dimiliki mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap pendapatan (Y). Sedangkan tingkat elastisitas total luas lahan (X 1.6 ) terhadap pendapatan (Y), lebih besar dari 1 (elastis >1). Dengan demikian apabila tingkat elastis total luas lahan (X 1.6 ) meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naiknya pendapatan (Y) sebesar Rp 1.186E7 ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara total luas lahan (X 1.6 ) dengan pendapatan (Y). Hal ini ada pengaruh nyata dimana semakin luas lahan yang dimiliki, dikelola akan semakin besar pendapatan yang diterima Uji Asumsi Klasik Pendugaan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) memiliki beberapa persyaratan untuk memperoleh the Best Linear Unbiased estimated (BLUE) yaitu terpenuhi beberapa uji asumsi klasik. Dalam penelitian ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut : Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Dilihat pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 berikut.

127 230 Gambar 5.4. Grafik Histogram Uji Normalitas Gambar 5.5. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual

128 231 Berdasarkan tampilan Gambar 5.3. Histogram Uji Normalitas dapat dilihat bahwa distribusi data berbentuk lonceng (bell shaped), sehingga data tersebut dikatakan berdistribusi normal. Kemudian tampilan pada Gambar 5.4. Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual. Terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar dan mengikuti garis diagonal. Dengan demikian data tersebut dikatakan berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi Uji Multikolinieritas Untuk uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai VIF pada tiap independent variable yang dapat dilihat pada Tabel Tabel Hasil Uji Multikolinearitas. Independent Variable Collinierity Statistics Tollerance VIF Umur 0,329 3,038 Pendidikan 0,757 1,321 Lama Berusaha Tani 0,347 2,884 Lama Berorganisasi 0,849 1,178 Jumlah Tanggungan 0,988 1,012 Total Luas Lahan 0,937 1,067 Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 5.46 dapat dilihat bahwa nilai VIF masing-masing variabel berada dibawah 10 dan tolerance semua variabel di atas 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa model tidak mengandung multikolinearitas.

129 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati scatterplot. dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut. Gambar 5.6. Scatterplot Uji Heteroskedastitas Heteroskedastisitas dideteksi dengan metode grafik dengan mengamati scatterplot. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk. Sedangkan scatterplot jika menyebar secara acak maka hal itu menunjukkan tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas. Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan melihat Gambar 5.5. Scatterplot Uji Heteroskedastitas menunjukkan bahwa scatterplot menyebar secara acak dan titik-titik data menyebar di bawah dan di atas angka 0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

130 Hasil Uji Hipotesis 2. Terdapat Komparasi Rata-Rata Pendapatan Petani Padi Sawah Sebelum dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam Pada Pengembangan Wilayah Untuk mengetahui pengaruh penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap meningkatkan pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian, digunakan Uji beda rata-rata. Karena berasal dari dua sampel yang sama, maka uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Dependent sample T-test (Paired sampel T-test.). Tabel 5.47 Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Sebelum Dan Setelah Menerapkan Kearifan Lokal Dalam Bentuk Doa Turun Tanam. Ritual Doa Turun Tanam Jumlah Sampel Mean Pendapatan Petani Padi Sawah (Rp) Sebelum Menerapkan Setelah Menerapkan t-hitung : t-tabel : 1,645 Sig : 0,000 (2 tailed) Sumber : Analisis Data Primer Dari Tabel 5.47 dapat dilihat bahwa pengaruh penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam terhadap pendapatan petani padi sawah terdapat perbedaan yaitu sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp sedangkan pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam adalah Rp Dalam hal ini dapat dilihat bahwa pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar Rp dengan persentase sebesar 40,02%. Hasil pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05, diperoleh t-hitung = lebih besar dari pada nilai t-tabel yaitu maka Ho ditolak dan H 1 diterima, dengan signifikan 0,000. Karena tingkat signifikansi 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani

131 234 sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dengan ratarata pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berbeda (tidak sama). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setelah penerapan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam berpengaruh terhadap pendapatan petani padi sawah di daerah penelitian, dengan kata lain lebih besar pendapatan petani setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam dibanding dengan sebelum menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam Analisis Struktural Equation Model Analisis Structural Equation Modeling (SEM) Model pengukuran untuk analisis SEM meliputi setelah menerapkan kearifan lokal dalam bentuk doa turun tanam, kegiatan utama agribisnis dalam usahatani, kegiatan penunjang agribisnis, sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi dan pendapatan petani padi sawah adalah sebagai berikut:

132 235 Gambar 5.7 Analisis Structural Equation Models

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 3 IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 3.1 Indikator dan Skoring 3.1.1 Indikator Daerah Berpendapatan Rendah Daerah berpendapatan rendah dalam kajian ini adalah daerah bila dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara. 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yaitu di Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan dan Permasalahan telah memasuki tahap akhir dimana setelah penyusunan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kompilasi Data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus. Sarana. Produksi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Usahatani Padi Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus Usahatani Padi Semi Organik Usahatani Padi Non Organik Biaya Produksi Sarana Produksi Biaya Produksi Produksi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja), yaitu penentuan daerah sesuai dengan tujuan penelitian yakni Desa Sei Bamban yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT (Kasus : Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang) COMPARISON ANALYSIS OF THE

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**) ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang 64 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran Definisi opersional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai bagaimana variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal) Wheny Mentari Iga Harwati, Suprapti Supardi, Dewi Hastuti Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS BAB 5 PENETAPAN Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya di prioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal

Lebih terperinci

Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. Ke-12, h Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,

Edisi Revisi V, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, cet. Ke-12, h Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan petani penggarap, sedangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populasi METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian berbentuk survei deskriptif korelasional, yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antar gejala (peubah) serta menganalisis hubungan antara peubah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai

. II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai . II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang analisis produksi sehingga akan sangat membantu dalam mencermati masalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

METODE PENELITIAN. dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH Farwah Inal Abdi *), Hasman Hasyim **), Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatau metode penelitian dalam meneliti status sekelompok manusia,

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA Eddy Makruf, Yulie Oktavia, Wawan Eka Putra, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, 49 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, dengan menggunakan metode survei. Penelitian Survei adalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam

III. METODE PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam III. METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian yaitu berupa populasi dan sampel, variabel penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk 35 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang selanjutnya akan dianalisis dan di uji sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai ditentukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Variabel X merupakan variabel faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti serta penting untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT ) PADA BUDIDAYA PADI SAWAH ( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat ) SKRIPSI OLEH : IRMAYANA 070309005 PKP PROGRAM

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif, III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif, yaitu salah satu metode penelitian dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu penelitian yang lebih kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dalan keakuratan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif analisis yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN

4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN ANALISA 4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN Penialian kesesuaian lahan di Kabupaten Serdang Bedagai didasarkan pada karakteristik fisik dan lingkungan kabupaten tersebut yaitu dari sisi : 1. Kemiringan Lereng

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Ciamis) Oleh : Didin Saadudin 1, Yus Rusman 2, Cecep Pardani 3 13 Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2 Fakultas

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Tempat Penelitian Desa Candi merupakan salah satu desa yang banyak menghasilkan produksi jagung terutama jagung pipilan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Ex post facto, yang berarti setelah kejadian. Peneliti menyelidiki permasalahan dengan mempelajari peubahpeubah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Nambakan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PETANI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PETANI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) PETANI TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kab Serdang Bedagai) Alfan Bachtar Harahap ¹) Rahmanta Ginting ²)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya 48 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sipiongot, Kec.Dolok, Kab. Padang Lawas Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memberikan kontribusi besar kepada negara Indonesia yaitu sebagai salah satu penghasil devisa negara. Usahatani

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional karena memiliki kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) HUBUNGAN PERANAN WANITA TANI DALAM BUDIDAYA PADI SAWAH DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) (Suatu Kasus di Desa Wanareja Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) Oleh: Eni Edniyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pemilihan lokasi didasarkan atas wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH (Capsiccum Annum L.) DENGAN CABAI RAWIT (Capsiccum Frutescens L.) (Studi Kasus : Desa Hinalang, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun) Agri Mandasari

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI SAWI (Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan) JURNAL ILMIAH

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI SAWI (Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan) JURNAL ILMIAH 1 PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI SAWI (Kasus: Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan) JURNAL ILMIAH Oleh: TOTA TOTOR NAIBAHO 080309016 / AGRIBISNIS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci