Lampiran 1. : Pengamatan karakteristik tanaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. : Pengamatan karakteristik tanaman"

Transkripsi

1 LAMPIRAN

2 58 Lampiran 1. : Pengamatan karakteristik tanaman 1. Jenis Pengamatan : visual (sifat kualitatif) atau pengukuran (sifat kuantitatif ) Metode pengamatan karakteristik yang dianjurkan dijelaskan pada kolom tiga (3) pada tabel karakter tanaman dengan kode berikut: MG : Pengukuran dilakukan secara menyeluruh terhadap satu kelompok tanaman atau organ-organ tanaman Single measurement of a group of plants or parts of plants MS : Pengukuran dilakukan secara satu per satu terhadap sejumlah individu tanaman atau organ tanaman Measurement of a number of individual plants or parts of plants VG : Pemeriksaan visual dilakukan secara menyeluruh terhadap satu kelompok tanaman atau organ-organ tanaman Visual assessment by a single observation of a group of plants or parts of plants VS : Pemeriksaan visual dilakukan secara satu per satu terhadap sejumlah individu tanaman atau organ tanaman Visual assessment by observation of individual plants or parts of plants 2. Pengamatan (untuk individu) dilakukan terhadap sampel pada tiap satuan percobaan 3. Jumlah sampel pengamatan untuk tiap satuan pengamatan 5 sample (diberi ajir) 4. Stadia pengamatan (Lampiran 2.) Pengamatan varietas campuran : a. dilakuan tiga kali pengamatan : i. Fase vegetatif ii. Fase generatif iii. Fase generatif akhir (fase masak, ± 7 hari sebelum panen b. Varietas campuran (CVL : campuran varietas lain) yang ditemukan ditandai dalam lay out percobaan dan dibuang c. Bila terdapat individu tanaman yang meragukan (CVL atau bukan) dapat dilihat perkembangan tanaman selanjutnya, dan individu tanaman tersebut tidak dibuang tetapi ditandai terlebih dahulu.

3 59 Lampiran 2. Angka (kode) untuk stadia pertumbuhan Stadia* (Kode) General Description Deskripsi Umum 10 Daun pertama menembus koleoptil 39 Leher daun bendera daun bendera pertamakali terlihat Booting 40 Tahap akhir fase bunting, menjelang berbunga 54 ½ bunga keluar (muncul) Keterangan tambahan untuk Gandum, Barley, Rye, Oats dan Padi Daun kedua terlihat (kurang dari 1 cm Pada padi : kebalikan dari stadia auricle Stadia sebelum booting Ukuran calon bunga mulai membesar Stadia awal bunting. 55 malai mulai keluar (½ - ¾ ) 56 ¾ malai keluar 60 Awal mekarnya bunga Awal mekarnya bunga 65 Berbunga 50 % 70 Awal perkembangan pengisian susu Masak susu Awal pengerasan biji 80 Pemasakan 90 Masak Padi : spikelet utama masak 91 Kariopsis mengeras : susah untuk dipisahkan dengan menggunakan kuku. 92 Malai sudah mengeras (sulit dibedakan antara kulit biji (testa) dengan kulit buah Padi : 50 % biji pada malai masak Padi : lebih dari 90% biji pada malai masak Ket : *) menunjukan stadia pengamatan pada lampiran 3 dan 4, kolom (2)

4 60 Lampiran 3. Karakter kualitatif tanaman padi No urut (1) Stadia pengamatan (2) Karakter tanaman Varietas Contoh (4) Notasi (3) (5) 1 10 Koleoptil : warna anthocyanin VS Tidak Berwarna IR64 1 Hijau 3 Ungu BPI 76(NS) Daun Bagian Bawah : Warna Pelepah VS Hijau IR64 1 Hijau dengan garis ungu BPI 76 (NS) 2 Ungu muda PSBRC 50 3 Ungu Situ patenggang Daun : Intensitas Warna Hijau VG Hijau muda IR64 3 Hijau BPI 76 (NS) 5 Hijau tua Fatmawati Daun : Warna Anthocyanin VG Tidak ada IR64 1 Ada Situ patenggang Daun : Distribusi Warna Anthocyanin VG Hanya pada bagian ujung daun 1 Pada bagian pinggir BPI 76 (NS) 2 Bercak-bercak 3 Menyeluruh Pelepah Daun : Warna Anthocyanin VG Tidak ada IR64 1 Ada Situ patenggang Pelepah Daun : Intensitas Warna Anthocyanin VG Sangat lemah 1 Lemah 3 Sedang C4-63-P6 5 Kuat K Daun : Bulu pada permukaan daun VS Tidak ada atau sangat lemah 1 Lemah 3 Sedang Ciherang 5 Kuat Fatmawati Daun : Telinga Daun (Auricle) VG Tidak ada 1 Ada IR Daun : Warna Anthocyanin pada telinga daun (Auricle) VS Tidak ada IR64 1 Ada Way Rarem 9

5 61 No urut (1) Stadia pengamatan (2) Karakter tanaman Varietas Contoh (4) Notasi (3) (5) Daun : Leher daun (Collar)) VS Tidak ada 1 Ada IR Daun : warna anthosianin pada leher daun VG Hijau IR64 1 Ungu Way Rarem Daun : lidah daun (Ligula) VS Tidak ada 1 Ada Ciherang Daun: Bentuk lidah daun (Ligula) VS Acute (runcing) 1 Cleft (berlekuk) Ciherang Daun : Warna lidah daun (Ligula) VS Tidak berwarna Ciherang 1 Hijau 2 Hijau dengan garis ungu Maninjau 3 Ungu muda Jatiluhur 4 Ungu Situ patenggang Daun Bendera : Perilaku Helai Daun (pengamatan awal) VG Tegak Ciherang 1 Agak tegak Cirata 3 Horizontal Jatiluhur 5 Melengkung Way Rarem VG Daun Bendera : Perilaku Helai Daun (pengamatan akhir) Tegak Ciherang 1 Agak tegak Cirata 3 Horizontal Jatiluhur 5 Melengkung Way Rarem Batang : Perilaku Batang VS Tegak Digul 1 Agak tegak Cisantana 3 Terbuka Tukad Petanu 5 Agak terbuka IR64 7 Menyebar Dodokan Umur Berbunga: 50 % tanaman telah berbunga VG Sangat genjah Dodokan 1 Genjah Ciherang 3 Sedang Cisadane 5 Dalam (Lambat) Pandan Wangi Mandul Jantan VS/MS Tidak Ada 1 mandul jantan sebagian 2

6 62 No urut (1) Stadia pengamatan (2) Karakter tanaman (3) Varietas Contoh (4) Notasi (5) mandul jantan Anak Bunga (Spikelet): Warna putik VS Putih Angke 1 Hijau muda IR64 2 Kuning Dodokan 3 Ungu Muda 4 Ungu Way Rarem Batang : Warna anthocyanin pada buku VS Tidak ada Ciherang 1 Ada Cirata Batang : Intensitas warna anthocyanin pada buku VS Lemah 3 Sedang Situ patenggang 5 Kuat Citanduy Batang : Warna anthocyanin pada ruas VS Tidak ada Ciherang 1 Ada Way Rarem Lemma Steril : Warna Kuning Jerami Fatmawati 1 Kuning Emas Situ patenggang 2 Merah 3 Ungu Cirata Malai : Bulu ujung gabah (awns) VS Tidak ada Angke 1 Ada Ciherang Malai : Warna bulu ujung gabah (pengamatan awal) VS Putih kekuning-kuningan Rojolele 1 Kekuning-kuningan 2 Coklat Kewal nengsih 3 Coklat kemerah-merahan Kewal arjuna 4 Merah muda 5 Merah 6 Ungu muda 7 Ungu 8 Hitam Malai : Distribusi bulu ujung gabah VS Hanya diujung malai Ciherang 1 Hanya ¼ di bagian atas gabah 2 Hanya pada bagian atas malai Conde 3 Hanya ¾ bagian gabah Tukad unda 4 Sepanjang malai Rojolele Anak bunga: kepadatan rambut pada lemma

7 63 No urut (1) Stadia pengamatan (2) Karakter tanaman Varietas Contoh (4) Notasi (3) (5) VS Tidak ada atau sangat lemah 1 Lemah Batang gadis 3 Sedang Widas 5 kuat Mekongga 7 Sangat kuat Fatmawati Anak bunga : warna bulu (pengamatan akhir) VS kuning jerami 1 keemasan 2 coklat 3 coklat kemerahan 4 merah cerah 5 merah 6 ungu muda ungu hitam Malai : karakternya terhadap batang VG upright 1 semi-upright 2 slightly drooping 3 strongly drooping Malai: keberadaan cabang sekunder VS Ada 1 Tidak ada Ciherang Malai : tipe cabang sekunder VS Type 1 Lemah Dodokan 1 Type 2 Kuat Ciherang 2 Type 3 Mengelompok Batu tegi Malai : perilaku dari cabang malai VS Erect Tegak Cigeulis 1 Semi-erect Agak tegak Mekongga 3 Spreading Menyebar VG Malai : eksersi (pemunculan malai dari leher malai) Tertutup (tidak muncul) Cilamaya Muncul 1 Sebagian Muncul Fatmawati 3 Muncul Cisadane 5 Muncul sampai muncul sempurna IR64 7 Muncul sempurna Batang Piaman Umur Matang VG Sangat genjah Dodokan 1 Genjah IR64 3 Sedang Cisadane 5 Lambat (Dalam) Pandan Wangi 7 Sangat lambat (Sangat dalam) 9

8 64 No urut (1) Stadia pengamatan (2) Karakter tanaman Varietas Contoh (4) Notasi (3) (5) Daun : Gejala penuaan (senesens) VG Cepat Batang gadis 3 Sedang Ciherang 5 Lambat Fatmawati Lemma : Warna VS Straw (kuning jerami) IR64 1 Gold (kuning emas) Fatmawati 2 Brown (coklat) 3 Reddish to light purple Cirata 4 Purple (ungu) Situ patenggang 5 Black (hitam) Setail Lemma: warna antosianin pada keel (pengamatan akhir) VS tidak ada 1 lemah 3 sedang 5 kuat VS VS Lemma: pewarnaan antosianin pada daerah dibawah apex (pengamatan akhir) tidak ada 1 lemah 3 sedang 5 kuat 7 sangat kuat 9 Lemma: warna antosianin pada apex (pengamatan akhir) tidak ada 1 lemah 3 sedang 5 kuat 7 sangat kuat 9 43 Gabah : bentuk round (bulat) ovum oval long (panjang) Lemma: rekasi terhadap phenol VG Tidak ada 1 Ada Lemma: intensitas pewarnaan phenol VG cerah/ringan 3 sedang 5 gelap 7

9 65 Lampiran 4 Karakter kuantitatif tanaman No Stadia Pengamatan Karakter urut 1 40 MS Daun : Panjang lidah daun 2 40 MS Daun : Panjang helai daun 3 40 MS Daun : Lebar helai daun 4 70 VS Batang: Ketebalan 5 70 VS Batang: Panjang (tidak termasuk malai, tidak termasuk padi air dalam) MS Malai: Panjang cabang utama 7 70 MS Malai: Jumlah malai per rumpun VS Malai : Panjang dari bulu ujung gabah terpanjang 9 Jumlah anakan 10 Tinggi Tanaman 11 Jumlah anakan produktif MS Gabah : Bobot 1000 biji bernas MS Panjang lemma steril MS Gabah : Panjang gabah MS Gabah: Lebar gabah MS Gabah : rasio panjang lebar gabah

10 66 Lampiran 5 Deskripsi varietas Hipa 6 Jete Nomor seleksi : H36 Asal persilangan : A2/R17 Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 90,20-119,93 cm Anakan produktif : 7-14 Gabah isi per malai : butir Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau tua Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : Tertutup (tidak berleher) Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan mudah : Mudah Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 21,7% Bobot 1000 butir : 22,18-26,67 gr Rata-rata hasil : 7,36 t/ha Potensi hasil : 10,60 t/ha Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 2 Ketahanan terhadap penyakit : Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe IV dan VIII Rentan terhadap virus tungro Anjuran tanam : Tidak ditanam pada daerah endemik OPT Pemulia : Satoto, Murdani D.,Yudistira Nugraha, dan Sudibyo TWU Peneliti : E. Lubis, Indrastuti A. Rumanti, Yuni Widiastuti, Suwarno, Agus Guswara, I.N. Widiarta, Triny S. Kadir, Alidawati, Neni Ernawati, Suwarto, Untung Sumarno, dan Himawan Teknisi : Munada, Warsono, Warsidi, Suwarto, Ajat Sudrajat, A Abdul Somad, Cecep Suparman, dan Sukirman. Dilepas tahun : 2007

11 67 Lampiran 6 Deskripsi varietas Hipa 7 Nomor seleksi : H25 Asal persilangan : A1/R14 Golongan : Cere indica Umur tanaman : 112 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 106 cm Anakan produktif : 16 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : - Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : - Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning Kerontokan mudah : Sedang Kerebahan : Agak tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 22,0% Indeks glikemik : 49 Bobot 1000 butir : 29,8 gr Jumlah gabah bernas permalai : butir Rata-rata hasil : 7,6 t/ha Potensi hasil : 11,4 t/ha Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe IV dan VIII Tahan terhadap virus tungro Anjuran tanam : Baik ditanam pada sawah irigasi dan sawah tadah hujan Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU dan Murdani D Peneliti : Yudistira N, Yuni Widiastuti, Agus Guswara, dan Entis Sutisna Teknisi : Warsidi, Munada, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Warsono, dan Sukirman. Alasan utama dilepas : Potensi hasil 10% lebih tinggi dibanding Ciherang, tahan tungro dan adaptasi luas Dilepas tahun : 2009

12 68 Lampiran 7 Deskripsi varietas Hipa 8 Nomor seleksi : H51 Asal persilangan : A1/PK21 Golongan : Cere Umur tanaman : hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : cm Anakan produktif : batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Hijau Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : - Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning jerami Kerontokan mudah : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 22,7% Indeks glikemik : 73,5 Bobot 1000 butir : gr Jumlah gabah bernas permalai : - Rata-rata hasil : 7,5 t/ha Potensi hasil : 10,4 t/ha Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe IV Rentan terhadap virus tungro Anjuran tanam : Baik ditanam pada daerah dataran rendah <450 m dpl Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU dan Murdani D Peneliti : Yudistira N, Yuni Widiastuti, Agus Guswara, dan Entis Sutisna Teknisi : Warsidi, Sony Suharsono, Munada, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Alasan utama dilepas : Potensi hasil 10% lebih tinggi dibanding Ciherang, tahan hawar daun bakteri, adaptasi luas dan produksi benih lebih mudah dibandingkan hibrida lainnya Dilepas tahun : 2009

13 69 Lampiran 8 Deskripsi varietas Hipa 9 Nomor seleksi : H30 Asal persilangan : A1/R12 Golongan : Cere Umur tanaman : 115 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 103 cm Anakan produktif : 14 batang Jumlah malai/m 2 : 315 Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : Terbuka Bentuk gabah : Sedang Warna gabah : Kuning Jerami Kerontokan mudah : Sedang Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 22,3% Indeks glikemik : 73,5 Bobot 1000 butir : 27,3 gr Jumlah gabah bernas permalai : - Rata-rata hasil : 8,1 t/ha Potensi hasil : 10,4 t/ha Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III. Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII Rentan terhadap virus tungro Anjuran tanam : Baik ditanam pada daerah dataran rendah <450 m dpl Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU dan Murdani D Peneliti : Yudistira N, Yuni Widiastuti, Baehaki SE, Triny SK, dan Indrastuti AR. Teknisi : Warsidi, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Sukirman, suwarto, Soedirman dan Warsono. Alasan utama dilepas : Produktivitas tinggi dan tahan hawar daun bakteri. Dilepas tahun : 2010

14 70 Lampiran 9 Deskripsi varietas Hipa 10 Nomor seleksi : H47 Asal persilangan : A6/PK18 Golongan : Cere Umur tanaman : 114 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 97 cm Anakan produktif : 20 batang Warna kaki : Hijau Warna batang : Hijau Warna telinga daun : Putih Warna lidah daun : Hijau Warna daun : Hijau Permukaan daun : Kasar Posisi daun : Tegak Posisi daun bendera : Tegak Leher malai : - Bentuk gabah : Ramping Warna gabah : Kuning Emas Kerontokan : Sedang Kerebahan : - Tekstur nasi : Pulen Kadar amylosa : 19,7% Indeks glikemik : - Bobot 1000 butir : 26,1 gr Jumlah gabah bernas permalai : - Rata-rata hasil : 8,1 t/ha Potensi hasil : 9,4 t/ha Ketahanan terhadap hama : Rentan terhadap wereng coklat biotipe 3 Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII Rentan terhadap virus tungro Anjuran tanam : Baik ditanam pada daerah dataran rendah <450 m dpl Pemulia : Satoto, Sudibyo TWU, Murdani D, Yuni Widiastuti dan Indrastuti AR Peneliti : Trini SK, Agus Setyono, Prihadi W dan Baehaki SE.dan Endang S. Teknisi : Warsidi, Munada, Prima, Ujang Sarmadi, A Abdul Somad, Cecep Suparman, Suardi, Warsono, dan Sukirman. Alasan utama dilepas : Produktivitas hasil lebih tinggi dan lebih tahan hawar daun bakteri. Dilepas tahun : 2010

15 71 Lampiran 10 Nilai kemiripan genetik delapan galur tetua hibrida (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (1) IR62829A 1.00 (2) B8094F (3) IR58025A (4) IR (5) BP (6) S4325A (7) IR68897A (8) Bio

16 72 Lampiran 11 Gambar beberapa karakter kualitatif pada Hipa 6 dan Hipa 7 No Karakter 1 Koleoptil warna anthocyanin Hipa 6 Tidak berwarna Hipa 7 Tidak berwarna 2 Daun a. Leher daun (Collar) Warna antosianin Hijau Hijau b. Lidah daun (Ligula) Bentuk, Warna Ada. Cleft (berlekuk) Tidak berwarna Ada Cleft (berlekuk) Tidak berwarna 3 Anak Bunga (Spikelet): Warna putik (stigma) Putih Putih 4 Batang Warna anthocyanin pada buku Warna anthocyanin pada ruas Tidak ada Tidak adaa 5 Lemma Steril : Warna Kuning Jerami Kuning Jerami

17 73 No Karakter 6 Malai : a. Bulu ujung gabah Warna (pengamatan awal) (pengamatan akhir) Distribusi bulu ujung gabah Hipa 6 Putih kekuning Kuning jerami Hanyaa diujung malai Hipa 7 Putih kuningan Kuning jerami Hanya diujung malai b. Anak bunga: Kepadatan rambut pada lemma Warna Kuat Kuning Jerami Sedang Kuning Jerami c. Karakternya terhadap batang Agak terkulai Agak terkulai d. Cabang sekunder Perilaku dari cabang malai Ada, kuat Agak tegak Ada, kuat Agak tegak

18 74 No Karakter Hipa 6 Hipa 7 e. eksersi (pemunculan malai dari leher malai) Muncul Muncul sampai muncul sempurna 7 Lemma : Warna Bentuk Kuning jerami Ramping panjang Kuning jerami Ramping panjang 8 Lemma: Reaksi terhadap fenol Ada, Ada Intensitas pewarnaan Gelap Gelap

19 75 Lampiran 12 baku pembuatan larutan kimia untuk ekstraksi DNA NaCl 5M (larutan stok, 100ml) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia : NaCl (Natrium Choride) Aquades streril Disiapkan 65 ml aquades steril kemudian ditimbang sebanyak 29,22 g NaCl Secara bertahap dilarutkan NaCl dengan aquades ke dalam beaker glass 250 ml menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer. Pelarutan dilakukan sedikit demi sedikit karena NaCl pekat sukar larut dalam air Setelah seluruh bahan benar-benar larut, volumen larutan ditepatkan 100 ml dengan menambahkan aquades steril. EDTA 0,5M ph 8(larutan stok, 100ml) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia : Na-EDTA NaOH (Natrium Hydroxide) Aquades streril Sebanyak 18,6 g Na-EDTA dan 2,0 gr NaOH dimasukan dalam beaker glass 250 ml Bahan dilarutkan dengan menambahkan 80 ml aquades steril Setelah semua bahan larut, ph larutan diukur dengan menggunakan ph meter. Pengaturan ph 8 dilakukan dengan manambahkan NaOH 2,5 M pada larutan hingga ph yang dikehendaki tercapai. Volume larutan ditepatkan 100 ml dengan menambahkan aquades steril.

20 76 Tris-HCl 1 M ph 8 (larutan stok, 100ml) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia : NaCl (Natrium Choride) Aquades streril Disiapkan 65 ml aquades steril kemudian ditimbang sebanyak 29,22 g NaCl Secara bertahap dilarutkan NaCl dengan aquades ke dalam beaker glass 250 ml menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer. Pelarutan dilakukan sedikit demi sedikit karena NaCl pekat sukar larut dalam air Setelah seluruh bahan benar-benar larut, volumen larutan ditepatkan 100 ml dengan menambahkan aquades steril. Larutan dimasukan pada botol kaca bening 100 ml, lalu disimpan pada suhu ruang. Buffer ekstrak padi 250 ml Bahan kimia: NaCl 5M Tris-HCl 1M ph 8,0 EDTA 0,5M Aquades SDS Sebanyak 25 ml NaCl 5 M dan 25 ml Tris-HCl 1M dan 25 ml EDTA 0,5M dimasukan dalam beaker glass, bahan dilarutkan dengan menambahkan Aquades Tambahkan 1,2 gr SDS kemudian campur semua bahan dengan manggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer. Tambahkan Aquades hingga volume 250 ml. dan aduk kembali. Simpan buffer ekstrak pada botol kaca bening tertutup, simpan dalam suhu ruang Sebelum digunakan buffer dapat dipanaskan pada suhu 60 C selama 1-2 jam.

21 77 CISAM/KIAA (24:1) larutan kerja 100ml (Sambrook et al.1989) Bahan kimia: Chloroform Isoamlilalkohol Aquades steril Sebanyak 96 ml Chloroform dan 4 ml isoamil alcohol dimasikan dalam botol kaca bening 100 ml tertutup. Pencampuran dilakukan dengan mengguncangkan botol, lalu larutan disimpan pada suhu ruang. RNAase-A (larutan stok, 10 mg/ml) Bahan kimia: RNAase-A Na-Asetat 3 M ph 5,2 Tris-HCl 1M Aquades Sebanyak 10 mg RNAase-A, 3,3 µl Na-Asetat dan 996,7 µl aquades dimasukan dalam tabung mikro 2 ml Pencampuran dilakukan dengan spin manual. Suspensi yang terbentuk diinkubasi dalam waterbath pda suhu 100 C selama 15 menit untuk menghilangkan DNAase yang masih terdapat dalam RNAase. Suspensi dibiarkan dingin pada suhu ruang, kemudian ditambahkan 100 µl larutan Tris-HCL 1M ph 7,4 TE (Tris-EDTA) Buffer 50x (Larutan stok) (Sambrook et al.1989) Bahan kimia : Larutan stok Tris-HCl 1 M ph 8,0 Larutan stok EDTA 0,5M ph 8,0 Aquades streril Kertas saring

22 78 Sebanyak 25 ml larutan stok Tris HCL dan 5 ml larutan stok EDTA dimasukan dalam beaker glass 100 ml Bahan dilarutkan dengan menambahkan 20 mal aquades steril. pengadukan menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer Setelah semua bahan larut, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Larutan dimasukan dalam botol kaca bening tertutup dan disimpan pada suhu ruang. TE Buffer 1X (larutan kerja, 100 ml) Bahan kimia: Larutan stok TE buffer 50X Aquades steril Sebanyak 2ml larutan stok TE buffer 50X dan 98 ml aquades steril dimasukan ke dalam botol kaca bening 100 ml tertutup Pencampuran dilakukan dengan mengguncang botol, lalu disimpan pada suhu ruang.

23 79 Lampiran 13. baku pembuatan larutan kimia untuk elektroforesis horizontal Buffer TAE 50X (larutan stok, 500 ml) (Sambrook et al 1989) Bahan kimia: Trizma base Acetic acid glacical Larutan stok EDTA 0,5M ph 8,0 Aquades steril Alat Magnetik stirrer Hot plate stirrer Sebanyak 121 gr trizma base, 28,55 ml Acetic acid glacial, 50 ml EDTA 0,5M ph 8,0 dan aquades dilarutkan dengan menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer Setelah tercampur tambahkan aquades hingga mencapai volume 500 ml, aduk sebentar agar tercampur rata. Larutan dimasukan dalam botol kaca bening 500 ml Buffer TAE 1X (larutan kerja, 1000 ml) Bahan kimia: Larutan stok buffer TAE 50X Aquades steril Sebanyak 50 ml buffer TAE 50X dimasukan dalam botol bening bertutup kemudian tambahkan 980 ml aquades steril. Pencampuran dilakukan dengan mengguncangkan botol, taruh dalam suhi ruang. Gel agarose 3 % Bahan kimia: Agarose Larutan kerja buffer TAE 1X

24 80 Masukan 3 gr agarose dan 100 ml buffer TAE dalam gelas erlemeyer 250 ml Panaskan dalam microwave, pemanasan dilakukan 2-3 kali dengan lama pemanasan masing-masing 1-2 menit. Pemanasan dilakukan hingga larutan agarose tercampur rata dan berwarna bening. Diamkan laruta agarose ± 10 menit hingga uap panasnya hilang sebelum dituangkan ke dalam cetakan. Selanjutnya larutan agarose dituangkan ke dalam cetakan yang telah dipasang sisir terlebih dahulu. Perhatikan dalam menuangkan gel agar jangan sampai terbentuk gelembung dan agar ketinggian permukaan gel merata. Diamkan selama menit hingga gel memadat. Setelah gel padat angkat sisir dengan hati-hati. Gel beserta cetakan diletakkan ke dalam chamber elektroforesis yang telah diisi dengan buffer TAE.

25 81 Lampiran 14. baku pembuatan larutan kimia untuk elektroforesis vertikal Buffer TBE 10X (larutan stok, 1000 ml) Bahan kimia: Trizma base Boric acid EDTA Aquades steril Masukan 500 ml Aquades dalam beaker glass 1000 ml Masukan 108 gr trizma base, 9,2 gr EDTA dan 55,2 gr boric acid, campur menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer hingga semua bahan larut Setelah semua larut tambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 1000ml, aduk kembali dengan stirrer. Simpan dalam botol kaca bening bertutup 1000 ml taruh dalam suhu ruang. Acrylamide 40% (larutan stok 1000 ml) Bahan kimia: Acrylamide Bisacrylamide, N,N Methylenebisacrylamide Aquades steril Masukan 500 ml Aquades dalam beaker glass 1000 ml Masukan 380 gr Acrylamide aduk dengan menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer hingga semua larut Masukan 20 gr Bisacrylamide, N,N Methylenebisacrylamide, campur menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer hingga semua bahan larut Setelah semua larut tambahkan aquades hingga volume larutan mencapai 1000ml, aduk kembali dengan stirrer. Simpan dalam botol kaca bening bertutup 1000 ml taruh dalam suhu ruang.

26 82 Acrylamide 8% (larutan kerja 1000 ml) Bahan kimia: Acrylamide 40 % (larutan stok) Buffer TBE 10X Aquades steril Masukan 200 ml Acrylamide 40 %, 50 ml TBE 10X dan 750 ml Aquades dalam beaker glass 1000 ml Campur menggunakan magnetik stirrer pada hot plate stirrer hingga semua bahan larut Ammonium persulfate solution (APS)10% (40 ml) Bahan kimia: Ammonium persulfate solution Aquades steril (dh 2 O) Masukan 4 gr ammonium persulfate solution dan 40 ml aquades ke dalam tube 50 ml yang dibungkus alumunilum foil. Kocok tube hingga seluruh bahan tercampur dan larut Simpan bahan dalam freezer suhu 4 C

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 72/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 36 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 6 JETE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA H 34 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIPA 5 CEVA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Aek Sibundong Nomor pedigri : BP1924-1E-5-2rni Asal persilangan : Sitali/Way Apo Buru//2*Widas Golongan : Cere Umur tanaman : 108-125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Lampiran I. Lay Out Peneltian Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Sumber : Deskripsi Varietas Padi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 22 Lampiran 1 Deskripsi Varietas Inpari 13 INPARI 13 Nomor seleksi : OM 1490 Golongan : Cere Umur tanaman : 103 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 101 cm Anakan produktif : 17 Warna kaki : Hijau

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 119/Kpts/TP.240/2/2003 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA 93011 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA HIBRINDO R-2 Menimbang : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2. Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III T V1 V2 V3 U S V2 V1 V2 B 150 cm V3 V3 V1 100 cm V3 V3 V1 50 cm V1 V2 V3 18,5 m V2 V1 V2 V3 V1 V1 V2 V2 V2 5,5 m V1 V3 V3 80 cm 300 cm Lampiran 2.Bagan Tanaman

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE

Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Lampiran 1. Deksripsi Varietas Padi CISADANE Nomor seleksi : B2484B-PN-28-3-MR-1 Asal persilangan : Pelita I-1/B2388 Golongan : Cere, kadang-kadang berbulu Umur tanaman : 135-140 hari Bentuk tanaman :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asam Salisilat 1. Struktur Kimia Asam Salisilat Struktur kimia asam salisilat dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 2 : Gambar 2. Struktur kimia asam salisilat dan turunannya

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo. Asal Persilangan :S487B-75/IR //IR I///IR 64////IR64 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Padi Varietas Cibogo Nomor seleksi : S3382-2D-PN-16-3-KP-I Asal Persilangan :S487B-75/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3- I///IR 64////IR64 Golongan : Cere Umur tanaman : 115-125

Lebih terperinci

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l.

Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl 2.2H 2 O K 2 SO mm. 195 mg/l MgSO 4.7H 2 O. 12 mg/l Ket: 1 mm = 300 mg/l. 47 Lampiran 1. Komposisi Media Larutan Hara Minimum Miftahudin (00). Reagen (PA) Konsentrasi mg/l CaCl.H O 0,40 mm 10 mg/l K SO4 0.65 mm 195 mg/l MgSO 4.7H O 0.8 mm 75 mg/l NH 4 Cl 0.01 mm 3 mg/l NH 4

Lebih terperinci

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete

Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete Lampiran 1 Deskripsi varietas Inpari 6 Jete Nomor seleksi : BP205D-KN-78-1-8 Asal persilangan : Dakava line 85/Membramo Golongan : Cere Umur tanaman : 118 hari Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 100

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Batutugi Nama varietas : Batutugi Kategori : varietas unggul nasional (released variety) SK : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 Tetua

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU

Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU Lampiran 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU U P7 P3 P5 P4 P0 P2 P8 P5 P3 P5 P8 P4 P1 P6 P8 P3 P7 P6 P6 P1 P7 P0 P2 P1 P2 P4 P0 U1 U2 U3 Lampiran 2. Prosedur Metode Bray II Prinsip : P tersedia tanah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 519/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MS 099 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA SEGARA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA PHB71 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS PP-1 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 531/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MS 811 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA BRANG BIJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008 TENTANG PELEPASAN GALUR MUTAN PADI SAWAH Obs-1692/PsJ SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA BESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - SH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 8 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 163/Kpts/LB.240/3/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH LOKAL PANDANWANGI CIANJUR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA PANDANWANGI Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.02 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.02 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA P.05 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS MAPAN-P.05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Keterangan : A B C D E F G = Kontrol = Urea = Urea

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Hasil Karakterisasi Marka SSR Saat ini marka SSR (penanda mikrosatelit) telah digunakan secara luas dalam analisis yang berbasis molekuler. Marka tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat

Lampiran 2. Analisis ragam tinggi tanaman umur 40 HST setelah aplikasi pupuk organik padat LAMPIRAN 83 84 Lampiran 1. Analisi ragam tinggi tanaman umur 10 HST setelah aplikasi pupuk organik padat Perlakuan 216,603 20 10,830 1,81 0,0529 Jenis Tanah 12,532 2 6,266 1,05tn 0,3604 Penambahan Fe 69,770

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 130/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI KETAN PUTIH B10299B-MR-116-2-4-1-2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA CIASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 133/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH S3254-2G-21-2 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA SARINAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 572/Kpts/SR.120/10/2004 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA MCL-5 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA MANIS 5 Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

Hampir seluruh penelitian yang menyangkut perakitan varietas unggul

Hampir seluruh penelitian yang menyangkut perakitan varietas unggul Karakter Padi sebagai Penciri Varietas dan Hubungannya dengan Sertifikasi Benih Mohamad Yamin Samaullah dan Aan A. Darajat 1 Ringkasan Penggunaan varietas yang memiliki sifat-sifat unggul sesuai target

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai

II.TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai 9 II.TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Taksonomi tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2004) adalah sebagai berikut : Regnum Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

PADI VARIETAS UNGGUL SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO. Materi Pendampingan SL-PTT. 50 Padi Varietas Unggul & Sistem Tanam Jajar Legowo

PADI VARIETAS UNGGUL SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO. Materi Pendampingan SL-PTT. 50 Padi Varietas Unggul & Sistem Tanam Jajar Legowo 50 Suhendrata, T., 2011. Peningkatan produksivitas dan pendapatan petani padi sawah melalui penerapan system tanam jajar legowo di Kabupaten Karanganyar dan. Prosiding Seminar Nasional Implementasi Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan 39 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Buffer untuk Dialisa Larutan buffer yang digunakan pada proses dialisa adalah larutan buffer Asetat 10 mm ph 5,4 dan buffer Asetat 20 mm ph 5,4. Larutan buffer asetat 10

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang digunakan hanya primer GE 1.10 dengan suhu annealing sebesar 49,5 o C yang dapat dianalisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun dan telinga daun (uricle) dan lidah

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah LAMPIRAN 62 63 Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah Jenis Analisa Satuan Hasil Kriteria ph H 2 O (1:2,5) - 6,2 Agak masam ph KCl (1:2,5) - 5,1 - C-Organik % 1,25 Rendah N-Total % 0,14 Rendah C/N - 12 Sedang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 73/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI SAWAH LOKAL ANAK DARO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ANAK DARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. subdivisio Angiospermae, digolongkan ke dalam kelas Monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophytae dengan subdivisio Angiospermae,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO Asal : Introduksi dari Thailand oleh PT. Nestle Indonesia tahun 1988 dengan nama asal Nakhon Sawan I Nomor Galur : - Warna hipokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan.

TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumputrumputan. Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu bagian vegetatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Inokulasi Virus Tungro pada Varietas Hibrida dan Beberapa Galur Padi di Rumah Kaca Pengaruh Infeksi Virus Tungro terhadap Tipe Gejala Gambar 2 menunjukkan variasi

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS BARU

DESKRIPSI VARIETAS BARU PERMOHONAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DESKRIPSI VARIETAS BARU Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Kantor Pusat Deprtemen Pertanian, Gd. E, Lt. 3 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun. kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan prosedur analisa besi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, maka yang menjadi kerangka konsep adalah: Variabel bebas Variabel terikat Waktu

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian. Sejalan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap P2.1 P2.1 P2.1 P2.1 P0.2 P0.2 P0.2 P0.2 P3.2 P3.2 P3.2 P3.2 P1.3 P1.3 P1.3 P1.3 P0.1 P0.1 P0.1 P0.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.3 P4.3 P4.3 P4.3

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA

Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA Lampiran 1. Bagan prosedur isolasi DNA 0.2-0.3 gr daun segar digerus dgn nitrogen cair,sambil digerus masukkan 0.1 gr PVPP sampai menjadi tepung. Lalu masukkan dalam tube 2 ml yng telah berisi 1 ml CTAB

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Gd. E, Lt. 3 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan, Jakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae,

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Adapun klasifikasi ilmiah tanaman padi adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili: Poaceae / graminae,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1

Blok I Blok II Blok III. c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 Lampiran 1. Bagan Penelitian a Blok I Blok II Blok III V 2 P 0 b V 1 P 1 V c 3 P 0 V 1 P 1 V 5 P 0 V 1 P 1 e d V 3 P 1 V 4 P 0 V 3 P 1 V 2 P 1 V 1 P 0 V 2 P 1 V 3 P 0 V 5 P 1 V 5 P 0 V 4 P 1 V 3 P 0 V

Lebih terperinci

V3G1 V3G4 V3G3 V3G2 V3G5 V1G1 V1G3 V1G2 V1G5 V1G4 V2G2 V2G5 V2G3 V2G4

V3G1 V3G4 V3G3 V3G2 V3G5 V1G1 V1G3 V1G2 V1G5 V1G4 V2G2 V2G5 V2G3 V2G4 Lampiran 2. Bagan penelitian 40 cm 150 cm 20 cm V1G1 V3G1 V2G3 150 cm V1G2 V3G4 V2G2 U V1G3 V3G3 V2G1 V1G4 V3G2 V2G5 V1G5 V3G5 V2G4 B T V2G1 V1G1 V3G3 V2G2 V1G3 V3G5 S V2G3 V1G2 V3G2 V2G4 V1G5 V3G4 V2G5

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA

PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA PEMBENTUKAN VARIETAS UNGGUL BARU SEREALIA Upaya perakitan varietas unggul serealia saat ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik lingkungan, diantaranya jagung spesifik wilayah dengan curah hujan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Taksonomi Tanaman Gandum

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Taksonomi Tanaman Gandum 2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Taksonomi Tanaman Gandum Menurut Anonim (2005) dan Purseglove (1975), klasifikasi botani tanaman gandum adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Division

Lebih terperinci

KACANG TUNGGAK

KACANG TUNGGAK DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL KACANG TUNGGAK 1991 1998 KTg-1 KT 1 Nomor silsilah : Tv x 2907-02 D Asal : Introduksi dari IITA Nigeria Hasil biji : 2,1 t/ha keputihan Bentuk polong : Gilig kaku Jumlah polong/tanaman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Deskripsi varietas Grobogan Nama Varietas : Grobogan SK : 238/Kpts/SR.120/3/2008 Tahun : 2008 Tetua : Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan Rataan Hasil : 3,40 ton/ha Potensi Hasil : 2,77

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci