BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit"

Transkripsi

1 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pelaksanaan Prosedur Analisis Kredit Pengertian Kredit Bagi dunia perbankan perkreditan merupakan kegiatan yang sangat penting bahkan menjadi prioritas utama dalam menjalankan usahanya. Alasannya karena sampai saat ini perkreditan masih merupakan sumber pendapatan terbesar bagi bank. Di lain pihak kredit sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi masyarakat terutama bagi kalangan dunia usaha. Sebagian besar dari mereka memanfaatkan kredit dari bank sebagai tambahan modal dalam menjalankan usaha atau untuk memperluas usahanya. Apabila usaha tersebut berhasil tentunya dapat meningkatkan taraf hidup mereka dan masyarakat yang terlibat. Kredit juga dimanfaatkan masyarakat terutama golongan ekonomi menengah ke bawah untuk memperoleh perumahan yang layak. Peran kredit yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat kita dan dunia perbankan sudah seharusnya dapat mendorong kedua pihak untuk menjalankan kegiatan perkreditan dengan baik dan penuh tanggugjawab. Kegiatan perkreditan akan berjalan dengan baik apabila semua pihak yang terlibat secara bersama- sama melaksanakan kewajibannya masing- masing. Masyarakat sebagai pihak yang meminjam dana berkewajiban untuk membayar kreditnya kepada bank, sedangkan bank sebagai pihak penyalur dana berkewajiban untuk menyalurkan dana yang disimpan oleh masyarakat dengan sebaik- baiknya. Kegiatan perkreditan akan terjadi apabila ada kepercayaan dari pihak yang mempunyai dana kepada peminjam bahwa yang bersangkutan akan membayar dana yang dipinjamnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Hal ini 6

2 sesuai dengan pengertian kredit menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:1) sebagai berikut: Kredit adalah suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Karena itu dasar pemberian kredit pada seseorang atau badan usaha landasannya adalah kepercayaan. Bila pengertian kredit tersebut di atas dikaitkan dengan kegiatan usaha berarti memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau badan usaha atas dasar kepercayaan saat ini bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu dengan kesepakatan yang ditetapkan. Hal ini ditegaskan oleh As. Mahmoeddin (2002:2) mengemukakan bahwa: Kredit ialah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Pendapat di atas menerangkan bahwa kredit merupakan penyediaan uang berdasarkan kesepakatn pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dimana pihak peminjam wajib untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati dengan jumlah bunga atau pembagian hasil keuntungan. Berkaitan dengan dunia perdagangan pengertian kredit adalah kemampuan untuk menyediakan barang untuk digunakan saat ini dengan pembayarannya ditangguhkan dimasa yang akan datang seperti yang dikemukakan oleh Miller & Van Hoose (1993:80) sebagai berikut: Credit is the ability to obtain title to and receive goods for use in the present, with payment for those goods deferred to future date. Berdasarkan pengertian- pengertian kredit di atas terdapat unsur- unsur yang terkandung dalam pemberian suatu kredit. Menurut Kasmir (2000:75) unsur- unsur tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Kepercayaan 7

3 Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan bank berupa uang, barang atau jasa akan benar- benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan. 2. Kesepakatan Di samping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing- masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing- masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak bank dan nasabah. 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu. 4. Risiko Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah karena bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja maupun risiko yang tidak disengaja. 5. Balas Jasa Akibat dari pemberian suatu kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. Kegiatan perkreditan pada dasarnya melibatkan beberapa pihak, seperti: kreditur (bank), debitur, pemerintah dan bahkan masyarakat pada umunya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan pun berbeda- beda dan tergantung pada pihak- pihak tersebut. Tujuan perkreditan menurut Tjoekam (1999:3) adalah: 8

4 1. Bagi Kreditur (Bank): a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya. b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produkproduk lainnya dalam persaingan. c. Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas bank. 2. Bagi Debitur: a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya. b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan. c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan. 3. Bagi Pemerintah: a. Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter. b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber- sumber pendapatan negara. c. Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini. 4. Bagi Masyarakat: a. Kredit dapat menimbulkan backward dan forwardlinkage dalam kehidupan perekonomian. b. Kredit mengurangi pengangguran karena membuka peluang berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan. c. Kredit meningkatkan fungsi pasar karena ada peningkatan daya beli (social buying power). Berdasarkan tujuan perkreditan di atas maka sudah seharusnya kegiatan perkreditan dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan manajemen perkreditan yang baik yang dapat mengurangi tidak kembalinya kredit dari debitur sehingga dapat memperkecil tingkat kredit bermasalah. Pengertian manajemen perkreditan menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:4) adalah: Pengelolaan kredit yang dijalankan oleh bank meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sedemikian rupa sehingga kredit tersebut berjalan dengan baik sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur. Berdasarkan pengertian di atas manajemen perkreditan bertugas untuk mengelola kredit mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan, termasuk di dalamnya prosedur analisis kredit dan pengendalian 9

5 tingkat kolektibilitas kredit sehingga kredit dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan debitur Jenis- Jenis Kredit Beragam jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kreditnya. Dalam praktiknya kredit yang ada di masyarakat terdiri dari beberapa jenis begitu pula dengan pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat. Pemberian kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing- masing dilihat dari berbagai segi. Pembagian jenis ini ditujukan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Menurut Kasmir (2000:76-79) secara umum jenis- jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut: 1. Dilihat dari segi kegunaan Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah: a. Kredit Investasi Merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/ pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit Modal Keja Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah: a. Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu baik berupa barang maupun jasa. b. Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan 10

6 barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c. Kredit Perdagangan Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen- agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah tertentu. 3. Dilihat dari segi jangka waktu Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya. Jenis kredit ini adalah: a. Kredit jangka pendek Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya dugunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang. c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan juga untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan. 4. Dilihat dari segi jaminan Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau suratsurat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan adalah: a. Kredit dengan jaminan Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari segi sektor usaha 11

7 Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda- beda, oleh karena itu pemberian suatu kredit pun berbeda pula. Jenis kredit dilihat dari sektor usaha sebagai berikut : a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa kredit jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka yang relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi. c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri pengolahan baik industri kecil, mengengah atau besar. d. Kredit pertambangan, yaitu jenis kredit untuk usaha tambang yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah. e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar. f. Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para profesional seperti: dosen, dokter atau pengacara. g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. h. Dan sektor- sektor usaha lainnya Pengertian Prosedur Analisis Kredit Kegiatan perkreditan sebagai salah satu unit usaha yang sangat penting bagi perbankan harus dikelola dengan baik. Untuk itu kegiatan ini harus melalui perencanaan yang matang berarti harus melalui prosedur analisis kredit yang baik. Untuk menyalurkan kredit bank seharusnya melaksanakan prosedur analisis kredit yang digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan terhadap setiap permohonan kredit yang diajukan. Analisis kredit dilakukan untuk meyakinkan bank bahwa calon debitur benar- benar dapat dipercaya. Koch&MacDonald (2000:619) mengemukakan bahwa: Credit analysis procedure is essentially the process of default risk analysis, in which a loan officer attempts to evaluate a borrower s ability and willingnes to repay. Pendapat di atas dapat diartikan bahwa prosedur analisis kredit pada dasarnya adalah proses untuk menilai resiko kegagalan dimana petugas bagian kredit berusaha untuk mengevaluasi kemampuan dan kemauan membayar kembali 12

8 peminjamnya. Prosedur analisis kredit meliputi evaluasi terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur dan pemeriksaan secara terperinci terhadap semua laporan keuangan. Prosesnya antara lain sebagai berikut: 1. Mengumpulkan informasi untuk keperluan credit file Dalam kredit konsumsi, informasi kredit yang paling bernilai tersedia dalam aplikasi permohonan kredit. Oleh karena itu bank mengharapkan calon debiturnya memberikan informasi sesuai dengan standar bentuk aplikasi kredit bank itu sendiri. Semua informasi ini disimpan dalam suatu credit file (berkas perkreditan). Pada umumnya credit file berisi informasi mengenai latar belakang calon debitur seperti: pekerjaan, tempat tinggal tetap, pendapatan, status perkawinan dan sebagainya. Termasuk di dalamnya laporan kondisi keuangan calon debitur. Apabila calon debitur merupakan debitur lama, credit file juga harus berisi fotokopi perjanjian kredit sebelumnya, perjanjian jaminan kredit dan dokumen- dokumen penting. Salah satu aspek penting dalam perkreditan adalah mengetahui keinginan calon debitur untuk membayar kreditnya. Meskipun hal ini sangat penting tetapi sangat sulit untuk mengukurnya. Oleh karena itu informasi dalam credit file akan membantu analis kredit dalam memberikan informasi mengenai latar belakang pengembalian kredit calon debitur sehingga dapat memberikan gambaran mengenai keinginan membayar calon debitur. Analis kredit juga menggunakan informasi dalam credit file untuk menilai perkembangan kondisi keuangan dan mengevaluasi jaminan kredit. 2. Evaluasi terhadap performance keuangan Evaluasi terhadap kondisi keuangan calon debitur sangat diperlukan untuk memastikan kemampuan membayar calon debitur. Pada akhirnya perhatian utama dalam prosedur analisis kredit adalah untuk mengetahui sumber utama pengembalian kredit. Jaminan hanya bertindak sebagai sumber cadangan pengembalian kredit yang digunakan untuk mengurangi risiko dan untuk membantu menetapkan jumlah dan jangka 13

9 waktu kredit. Akan tetapi hal ini tidak menjadi dasar dalam memutuskan kredit. Untuk itu bank harus meneliti kondisi keuangan calon debitur sehingga dapat dilihat apakah calon debitur mempunyai kemampuan untuk mengembalikan kredit atau tidak. Pendapatan calon debitur harus berasal dari sumber yang stabil dan dapat dipercaya. Evaluasi ini meliputi evaluasi mengenai pekerjaan calon debitur, sumber utama pendapatan calon debitur, pengalaman kerja dan prospek karir calon debitur serta biaya hidup yang harus ditanggung oleh calon debitur. Dalam hal ini dievaluasi pula pengaruh kondisi ekonomi terhadap pekerjaan yang dijalani calon debitur dimasa yang akan datang. 3. Wawancara dan pencocokan informasi Sebelum mempercayai sepenuhnya pada dokumen- dokumen yang diserahkan calon debitur, baiknya informasi yang mereka berikan harus dikonfirmasi dahulu sehingga keakuratan dan kebenarannya dapat dipercaya. Konfirmasi secara langsung dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan calon debitur sendiri atau pihak lain yang ada hubungannya dengan calon debitur. 4. Mengevaluasi jaminan atau sumber cadangan pengembalian kredit Dalam meneliti jaminan kredit harus dilakukan penelitian resmi untuk mengetahui apakah jaminan tersebut tidak dalam sengketa. Disamping itu penilaian terhadap kekayaan pribadi calon debitur mungkin dibutuhkan untuk menentukan perkiraan nilai jaminan. Perkiraan nilai jaminan diperlukan untuk menentukan jumlah kredit yang akan diberikan pada calon debitur apabila permohonan kredit calon debitur disetujui nantinya. Idealnya nilai jaminan harus lebih besar dari jumlah kredit. Hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi sesuatu dengan calon debitur yang menyebabkan calon debitur tidak mampu lagi membayar kreditnya. 5. Menulis hasil analisis kredit dan membuat rekomendasi Tahap terakhir adalah mengajukan laporan tertulis mengenai hasil analisis kredit, perbandingan keadaan keuangan calon debitur dengan standar yang digunakan bank serta membuat rekomendasi yang nantinya 14

10 menjadi bahan pertimbangan dalam memutuskan kredit. Dalam hal ini analis kredit mengevaluasi laporan tersebut dan mendiskusikan apabila ada kesalahan atau kelalaian. Apabila laporan hasil analis kredit menunjukkan bahwa permohonan kredit tidak memenuhi kriteria risiko yang digunakan bank maka analis kredit merekomendasikan permohonan kredit tersebut ditolak. Pada tahap ini analis kredit mungkin dapat menyarankan caracara untuk memperbaiki kondisi calon debitur yang menjadi alasan bank menolak permohonan kreditnya kemudian mencoba untuk mengajukan proposal yang lain jika keadaan tersebut sudah diperbaiki. Apabila laporan hasil analisis menunjukkan bahwa permohonan kredit memenuhi batas risiko yang diterima bank maka analis kredit merekomendasikan permohonan kredit tersebut disetujui. George H. Hempel, et all (1994:396) menyatakan bahwa: Credit analysis is the process of assessing the risk of lending to a business or an individual. Dengan demikian analisis kredit dapat diartikan sebagai proses untuk menilai risiko dari pemberian pinjaman untuk usaha atau perorangan. Penilaian terhadap risiko kegagalan dari suatu permohonan kredit sangat penting artinya bagi kelangsungan kegiatan perkreditan bank. Berdasarkan penilaian ini akan diketahui apakah debitur mempunyai kemampuan dan kemauan untuk membayar kreditnya sehingga layak untuk diberikan kredit atau sebaliknya apabila permohonan kredit debitur diloloskan maka kredit tersebut hanya akan menimbulkan masalah bagi kesehatan kredit bank tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa hasil penilaian terhadap risiko kegagalan dari suatu permohonan kredit akan memperlihatkan bagaimana mutu permintaan kredit yang diajukan debitur. Prosedur analisis kredit untuk menilai mutu permintaan kredit akan mencakup latar belakang debitur, karakter debitur, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor- faktor lainnya yang diperlukan untuk dapat meyakinkan bank untuk memberikan kreditnya. Melalui prosedur analisis kredit 15

11 dapat diketahui maksud dan kegunaan dari kredit sehingga manfaat kredit sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hal ini bank dapat memprediksi setiap kemungkinan yang akan timbul dimasa mendatang baik keuntungan maupun risikonya. Prosedur analisis kredit dilakukan agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan kepada debitur benar- benar aman dan dapat kembali tepat pada waktunya. Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu sangat membahayakan kesehatan kredit bank. Sangat besar kemungkinannya kredit diberikan pada debitur yang tidak layak dalam arti tidak mempunyai kemampuan dan kemauan untuk membayar kembali kreditnya. Akhirnya kredit tersebut akan sulit untuk ditagih sehingga menimbulkan kredit bermasalah. Dengan melakukan prosedur analisis diharapkan kredit yang disalurkan dapat diterima oleh debitur yang tepat yang dapat memanfaatkan kredit dengan baik untuk tujuan yang baik pula sehingga dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yaitu bank dan debitur itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prosedur analisis kredit dilakukan untuk menilai kemampuan dan kemauan debitur dalam melakukan kewajiban pembayarannya. Oleh karena itu bank sebagai pemberi kredit harus melaksanakan prosedur analisis kredit yang lebih teliti terhadap setiap permohonan kredit yang diajukan oleh debiturnya baik analisa secara financial maupun non financial. Hal ini diharapkan dapat memperkecil risiko kerugian bagi bank karena kredit diberikan pada debitur yang tepat sehingga tidak memberatkan debitur dalam membayar kreditnya. Kondisi ini akan mendukung pelaksanaan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik karena pembayaran kredit oleh debitur berjalan dengan lancar. Hal ini berarti tunggakan debitur semakin berkurang dan kondisi kolektibilitas kredit semakin baik. Pelaksanaan prosedur analisis kredit yang teliti adalah salah satu kunci keberhasilan perkreditan bank. Apabila terjadi suatu kesalahan analisis akan berakibat buruk terhadap kesehatan kredit bank tersebut. Oleh karena itu seorang analis kredit harus mempunyai sikap dan mental yang baik serta mempunyai kecakapan khusus dalam memprediksi dan menganalisa suatu permohonan kredit. 16

12 2.1.4 Prinsip- Prinsip Pemberian Kredit Bank Jaminan kredit yang diberikan calon debitur kepada bank pada dasarnya sebagai alat bank untuk melindungi kreditnya dari resiko kerugian terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah. Akan tetapi apabila kredit yang diberikan telah dilakukan penelitian secara mendalam sehingga calon debitur sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga- jaga. Oleh karena itu dalam pemberian kreditnya bank harus memperhatikan prinsip- prinsip pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum permohonan kredit disetujui maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar- benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari laporan hasil analisis kredit sebelum kredit tersebut dicairkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang calon debiturnya. Dari beberapa prinsip- prinsip pemberian kredit yang ada penulis menggunakan Prinsip 5C sebagai pedoman penilaian dalam prosedur analisis kredit. Prinsip 5C dalam pemberian kredit menurut Kasmir (2000:91-93) adalah: 1. Character Character adalah sifat atau watak seseorang, dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang- orang yang akan diberikan kredit benar- benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. 2. Capacity (Capability) Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit. 3. Capital 17

13 Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%. Artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata lain capital adalah untuk mengetahui sumbersumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masingmasing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang. 2.2 Pengendalian Tingkat Kolektibilitas Kredit Pengertian Kolektibilitas Kredit Kredit merupakan kegiatan usaha yang penting bagi perbankan. Kualitasnya sangat menentukan usaha bank itu sendiri mengingat adanya resiko kerugian dalam pemberian kredit. Oleh karena itu bank berkewajiban menjaga agar kualitas kredit selalu dalam keadaan baik. Sumber informasi utama bagi bank untuk melihat perkembangan kredit serta kualitas kredit yang dikeluarkan oleh bank adalah dengan melihat kondisi kolektibilitas kreditnya. Melalui kolektibilitas kredit, bank dapat memantau setiap saat perkembangan kreditnya sehingga dapat diketahui keadaan serta kesehatan kredit bank tersebut. Melalui kolektibilitas kredit pula bank dapat mengantisipasi setiap gejala yang memungkinkan terjadinya kredit bermasalah sehingga bank dapat segera melakukan tindakan yang diperlukan untuk menyelamatkan kreditnya. As. Mahmoeddin (2002:10) mengemukakan bahwa: Kolektibilitas pinjaman adalah penggolongan pinjaman berdasarkan keadaan pembayaran pokok yang angsuran pokok dan bunga oleh 18

14 nasabah serta tingkat kemungkinan dikirimnya kembali dana yang masih ditanamkan dalam surat- surat berharga atau penanaman lainnya. Pendapat di atas menjelaskan bahwa kolektibilitas kredit merupakan penggolongan kredit berdasarkan keadaan pembayaran serta tingkat kelancaran dan kemungkinan diterimanya kembali kredit dari nasabah. Kondisi kolektibilitas kredit yang baik merupakan tujuan yang ingin dicapai bank sebagai lembaga penyalur dana kepada masyarakat melalui kegiatan perkreditan karena jika kondisi kolektibilitas kredit baik maka dapat dikatakan bahwa bank berhasil dalam manajemen kegiatan perkreditannya karena kondisi kreditnya dalam keadaan sehat. Untuk mencapai hal ini maka bank harus melakukan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik yang dapat mengantisipasi setiap gejala yang memungkinkan terjadinya kredit bermasalah sehingga dapat melakukan tindakan yang diperlukan sedini mungkin sebelum kredit tersebut berkembang menjadi kredit bermasalah. Di lain pihak jika kredit sudah berkembang menjadi kredit bermasalah maka bank dapat menyelesaikannya dengan baik sehingga kredit dapat diselamatkan Penggolongan Kolektibilitas Kredit Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa kolektibilitas kredit merupakan sumber informasi utama bagi bank untuk melihat keadaan kreditnya. Kredit tersebut digolongkan berdasarkan keadaan serta kelancaran debitur dalam membayar kreditnya. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:23-27) penggolongan kredit berdasarkan kolektibilitasnya adalah: I. Kredit Lancar (L) Suatu kredit digolongkan lancar jika memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha a. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik. b. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. c. Persaingan yang terbatas termasuk posisi yang kuat dalam pasar. d. Manajemen yang sangat baik. e. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha. 19

15 II. f. Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan. 2. Kondisi Keuangan a. Perolehan laba tinggi dan stabil. b. Perolehan data cukup lancar namun memiliki potensi menurun. c. Permodalan kuat. d. Likuiditas dan modal kerja kuat. e. Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan. f. Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakukan lindung nilai (hedging) secara baik. 3. Kemampuan Membayar a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. b. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan keuangan secara teratur dan akurat. c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. Kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK) Suatu kredit digolongkan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha a. Industri atau kegiatan usaha memiliki pertumbuhan yang terbatas. b. Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. c. Pangsa pasar sebanding dengan pesaing. d. Manajemen yang baik. e. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur. f. Tenaga kerja pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan. 2. Kondisi Keuangan a. Perolehan laba rendah. b. Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan. c. Likuiditas dan modal kerja umumnya baik. d. Analisis arus kas menunjukan bahwa meskipun debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga, namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran akan datang. e. Beberapa portofolio sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga, tetapi masih terkendali. 3. Kemampuan Membayar 20

16 III. IV. a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari. b. Jarang mengalami cerukan. c. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat. d. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. e. Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil. Kredit Kurang Lancar (KL) Suatu kredit digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha a. Industri atau kegiatan usaha menunjukan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. b. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. c. Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru. d. Manajemen yang cukup baik. e. Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau grup mulai memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur. f. Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik. 2. Kondisi Keuangan a. Laba sangat kecil dan negatif. b. Rasio utang terhadap modal cukup tinggi. c. Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas. d. Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok. e. Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. f. Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan. 3. Kemampuan Membayar a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. b. Terdapat cerukan yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. c. Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya. d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. e. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit. f. Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. Kredit Diragukan (D) 21

17 Suatu kredit digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha a. Industri atau kegiatan usaha menurun. b. Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. c. Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perubahan mengalami permasalahan yang serius. d. Manajemen kurang berpengalaman. e. Perusahaan afiliasi atau grup telah memberikan dampak yang memberatkan debitur. f. Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang sangat besar sehingga dapat menimbulkan keresahan. 2. Kondisi Keuangan a. Laba sangat kecil dan negatif. b. Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan aset. c. Rasio utang terhadap modal cukup tinggi. d. Likuiditas sangat rendah. e. Analisis arus kas menunjukan ketidakmampuan membayar pokok dan bunga. f. Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. g. Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. 3. Kemampuan Membayar a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. c. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya. d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. e. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian. V. Kredit Macet (M) Suatu kredit digolongkan macet apabila memenuhi kriteria di bawah ini: 1. Prospek Usaha a. Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali. b. Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti. c. Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun. d. Manajemen sangat lemah. e. Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur. 22

18 f. Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi. 2. Kondisi Keuangan a. Mengalami kerugian yang besar. b. Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan. c. Rasio utang terhadap modal sangat tinggi. d. Kesulitan likuiditas. e. Analisis arus kas menunjukan bahwa debitur tidak mampu menutup biaya produksi. f. Kegiatan usaha terancam fluktuasi nilai tukar valuta asing dan suku bunga. g. Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional. 3. Kemampuan Membayar a. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari. b. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada. Berdasarkan penggolongan menurut kolektibilitas di atas sangat memungkinkan bagi bank untuk mengetahui dengan mudah tentang kesehatan kreditnya serta mempunyai gambaran tentang keadaan kredit- kredit yang diberikannya Pengertian Pengendalian Tingkat Kolektibilitas Kredit Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa kondisi kolektibilitas kredit suatu bank merupakan gambaran keadan perkreditan bank tersebut. Untuk itu kondisi kolektibilitas kredit harus dijaga dengan sebaik- baiknya. Untuk menjaga agar kondisi kolektibilitas kredit selalu berada dalam keadaan baik maka harus dilaksanakan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik pula. Pengendalian tingkat kolektibilitas kredit merupakan usaha yang dilakukan oleh bank agar dapat mengantisipasi setiap kemungkinan timbulnya gejala kredit bermasalah sehingga terjadinya kredit bermasalah dapat segera dicegah. Hal ini sesuai dengan pengertian pengendalian tingkat kolektibilitas kredit menurut Hempel, et all (1998:394) yaitu: Loan quality controlled is exertion to prevent deviations which could be arouse credit problems, so it can be anticipated and corrected. Artinya bahwa pengendalian tingkat kolektibilitas kredit adalah usaha untuk mencegah adanya penyimpangan- penyimpangan yang dapat menyebabkan 23

19 timbulnya kredit bermasalah sehingga kredit bermasalah dapat segera diantisipasi dan diperbaiki. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengendalian tingkat kolektibilitas kredit merupakan usaha untuk mencegah dan mengantisipasi timbulnya penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan debitur yang dapat menyebabkan kredit bermasalah sehingga terjadinya kredit bermasalah dapat dicegah sedini mungkin. Untuk itu perlu dilakukan administrasi serta dokumentasi kredit yang baik serta supervisi dan pembinaan debitur yang konsisten. Administrasi dan dokumentasi kredit dilakukan agar data, informasi serta dokumen- dokumen yang berkaitan dengan debitur tersedia secara lengkap, akurat dan mudah didapat. Pelaksanaan administrasi dan dokumentasi kredit yang baik dapat membantu loan officer dalam melakukan pembinaan terhadap debiturnya. Supervisi dan pembinaan debitur dilakukan untuk memantau keadaan debitur baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga pengembalian kredit dapat berjalan dengan baik. Pendapat di atas juga mengemukakan bahwa pengendalian kolektibilitas kredit dilaksanakan untuk melakukan perbaikan- perbaikan apabila kredit terlanjur menjadi kredit bermasalah. Untuk itu perlu dilakukan penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah dimana bank berusaha untuk melakukan perbaikan- perbaikan terhadap kredit bermasalah sehingga diharapkan kredit tersebut masih dapat diselamatkan. Pengendalian tingkat kolektibilitas kredit yang baik berarti bank selalu memonitor kondisi kolektibilitas kreditnya, keadaan kredit debiturnya serta selalu memantau keadaan debiturnya. Dalam melaksanakan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit bank juga memberikan pembinaan- pembinaan kepada debitur dengan tujuan agar debitur semakin menyadari pentingnya melaksanakan kewajibannya yaitu membayar kredit tepat pada waktunya. Dengan demikian diharapkan munculnya penyimpangan- penyimpangan yang dilakukan debitur dapat berkurang. Apabila kondisi ini berlangsung terus- menerus tentunya munculnya kredit bermasalah dapat diperkecil sehingga kondisi kolektibilitas kredit yang baik akan tercapai. 24

20 Pada dasarnya pengendalian tingkat kolektibilitas kredit sudah dilakukan sebelum permohonan kredit disetujui yaitu pada tahap analisis kredit. Pelaksanaan prosedur analisis kredit dengan sebaik- baiknya dilakukan dengan tujuan agar debitur- debitur yang nantinya diberi kredit oleh bank tidak menyebabkan kredit bermasalah sehingga terjadi kredit bermasalah dapat diperkecil. Tahap ini merupakan tangung jawab seorang analisis kredit. Dengan demikian sudah seharusnya seorang analis kredit merupakan seorang yang cakap dan mempunyai mental yang baik karena tugas dan tanggung jawabnya yang besar dalam menganalisis setiap permohonan kredit yang nantinya akan mempengaruhi pengendalian tingkat kolektibilitas kredit bank selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas dimana pengendalian tingkat kolektibilitas kredit sebelum permohonan kredit disetujui sudah menjadi tanggung jawab analis kredit maka pengendalian tingkat kolektibilitas kredit selanjutnya dimulai dari adanya keputusan disetujuinya permohonan kredit dan berakhir setelah semua kewajiban kepada bank dilunasi oleh debitur. Tahapan pengendalian tingkat kolektibilitas kredit dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Administrasi dan Dokumentasi Kredit Batasan administrasi dan dokumentasi menurut Tjoekam (1999:188) adalah: Susunan kegiatan dalam proses kegiatan perkreditan bank dalam usaha mengumpulkan data dan menyajikan informasi, penguasaan dokumen, pencatatan secara sistematis, pembuatan laporan dan sebagai sumber bahan dalam menjalankan fungsi- fungsi manajemen perkreditan bank. Pada tahap ini pegawai yang berwenang dalam membuat keputusan kredit mengevaluasi dan mendiskusikan laporan hasil analisis kredit serta rekomendasi yang diberikan analis kredit. Hal ini dilakukan sebagai pedoman utama dalam membuat keputusan mengenai disetujui atau ditolaknya suatu permohonan kredit. Apabila analis kredit merekomendasikan untuk menolak permohonan kredit karena permohonan kredit tersebut dianggap tidak layak maka Komite Pemutus Kredit (KPK) memutuskan untuk menolak permohonan kredit tersebut dengan 25

21 mengirimkan surat pernyataan secara tertulis kepada calon debitur tersebut bahwa permohonan kreditnya ditolak. Apabila analis kredit merekomendasikan untuk menyetujui suatu permohonan kredit karena permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit maka Komite Pemutus Kredit (KPK) memutuskan untuk menyetujui permohonan kredit tersebut. Selanjutnya loan administration bersama calon debitur merundingkan persiapan- persiapan berkaitan dengan syarat- syarat kredit sebelum dilakukan perjanjian kredit termasuk jumlah kredit, jangka waktu kredit, penentuan suku bunga kredit, syarat- syarat jaminan kredit dan jadwal pengembalian kredit. Setelah calon debitur mempelajari dan menyetujui isi keputusan kredit serta bank telah menerima dan meneliti semua persyaratan kredit dari calon debitur maka kedua belah pihak menandatangani perjanjian kredit serta syarat- syarat umum pemberian kredit beserta lampiran- lampirannya. Lampiran- lampiran tersebut berupa pengikatan jaminan, baik berupa Hak Tanggungan atau Fiducia dan sebagainya. Selanjutnya kredit direalisasikan. Pada tahap ini juga disamping dilaksanakan pembukuan setiap transaksi kredit dengan benar juga dilakukan pengarsipan data- data debitur. Pencatatan data dan informasi ke dalam credit file harus sesuai dengan pedoman yang berlaku pada bank yang bersangkutan. Hal ini untuk memudahkan bank dalam mencari data- data debitur apabila diperlukan. Administrasi kredit sangat diperlukan untuk penilaian perkembangan kualitas kredit, pengawasan kredit, perlindungan kepentingan bank serta merupakan sumber materi penting untuk membuat laporan keperluan intern dan ekstern. Administrasi kredit juga berperan dalam menata sistem dokumentasi, sistem evaluasi mutu kredit serta evaluasi pasar/ jenis kredit sehingga mampu menunjang ke arah perkreditan yang sehat dan memperkuat posisi bank baik dalam aspek yuridis maupun ekonomis pada waktu mendatang. Berdasarkan uraian di 26

22 atas dapat kita ketahui bahwa fungsi administrasi kredit menurut Tjoekam (1999:191) adalah: a. Sebagai sumber informasi b. Sebagai alat komunikasi c. Sebagai instrumen pengawasan kredit d. Sebagai sumber materi untuk membuat laporan e. Sebagai alat awal penentu kolektibilitas kredit f. Sebagai alat bukti bila terjadi sengketa Dokumentasi yang lengkap, akurat, relevan dan dibawah penguasaan bank merupakan aspek penting yang harus dicapai oleh setiap bank yang berhubungan dengan para debitur. Dengan demikian bank berada dalam posisi kuat dan dapat menjamin kredit akan kembali pada bank. 2. Supervisi dan Pembinaan Debitur Supervisi dan pembinaan debitur menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004:133) adalah: Upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank dengan jalan terus memantau dan mengikuti jalannya perusahaan/ debitur (secara langsung atau tidak langsung), serta memberikan saran dan konsultasi agar perusahaan/ debitur berjalan dengan baik sehingga pengembalian kredit berjalan dengan baik pula. Kredit harus disupervisi dan debitur harus dibina agar kredit berjalan dengan baik. Supervisi dan pembinaan debitur merupakan suatu upaya untuk meminimalisasi kredit bermasalah karena bagaimanapun ketatnya upaya tersebut pada kenyataannya hampir tidak mungkin bahwa segalanya akan berjalan dengan baik sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004: ) fungsi supervisi dan pembinaan debitur adalah untuk memonitor jalannya usaha debitur dengan jalan antara lain: a. Membina hubungan yang terbuka dan terus- menerus dengan debitur tersebut. b. Menerima, mencatat, mengklasifikasi dan menganalisis laporan- laporan dari nasabah serta membuat laporan perkembangannya. 27

23 c. Menganalisis sebab- sebab terjadinya suatu masalah atau usaha nasabah dan membuat rekomendasi tentang saransaran perbaikan atau penyelamatan. d. Memberikan saran dan konsultasi kepada debitur dalam segala aspek yang diperlukan. Supervisi dan pembinaan debitur secara aktif dilakukan dengan kunjungan- kunjungan langsung pada debitur dan mengadakan penilaian berdasarkan data fisik dan catatan- catatan yang ada pada debitur serta mengadakan pembicaraan dan diskusi langsung dengan debitur. Supervisi dan pembinaan debitur aktif juga melakukan cara dimana pihak bank mendatangi pihak ketiga (misalnya rekan kerja) yang ada kaitannya dengan pekerjaan debitur secara langsung untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan akurat tentang keadaan pekerjaan debitur. Tujuan dari kunjungan langsung ini adalah untuk menilai secara langsung keadaan debitur dan mendeteksi penyimpangan- penyimpangan yang ada serta mempelajari sebab- sebabnya untuk kemudian memberikan saran tentang cara mengatasinya. Hasil supervisi dan pembinaan debitur secara aktif ini dituangkan ke dalam laporan yang berguna baik untuk kepentingan manajemen bank maupun untuk kepentingan debitur. Supervisi dan pembinaan debitur secara pasif dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisis informasi dan data yang ada pada bank. Misalnya dari data operasional kredit dapat mempelajari apakah semua kewajibannya telah dilakukan dengan baik sesuai dengan jadwal yang ditentukan atau terdapat tunggakan- tunggakan baik pokok maupun bunga. Dengan melihat perkembangan kondisi keuangan debitur disamping akan terlihat perkembangan dan mungkin kemunduran juga akan terlihat penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi pada kondisi keuangan debitur. Tentu saja setiap penyimpangan tersebut harus dicari sebab- sebabnya dan kemungkinan pengaruhnya terhadap pengembalian kreditnya. Supervisi dan pembinaan debitur secara pasif juga melakukan cara dimana bank memanggil debitur atau pihak- pihak 28

24 lain yang ada kaitannya dengan debitur untuk mendapatkan informasi- informasi yang diperlukan. 3. Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah Tahap ini merupakan suatu upaya untuk menyelamatkan dan menyelesaikan kredit yang sudah termasuk ke dalam kredit bermasalah berdasarkan intensitas penyimpangan dan pada aspek apa penyebab kredit menjadi bermasalah. Dengan ditemukannya variabel penyebab kredit bermasalah atau debitur melakukan suatu penyimpangan dari kesepakatan yang dibuat yang selanjutnya dapat ditentukan jenjang kolektibilitas kreditnya maka bank bersama debitur membuat langkah- langkah untuk penyelamatan atau penyelesaian. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004: ) upaya- upaya untuk penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: a. Kredit diperpanjang Apabila berdasarkan penilaian supervisor suatu pinjaman memenuhi syarat untuk diperpanjang jangka waktunya maka cara penyelamatan ini adalah cara yang paling baik. Adapun syarat- syarat untuk perpanjangan kredit antara lain: Pinjaman dari bank masih dipakai dan berputar pada perusahaan secara efektif. Modal tersebut masih diperlukan. Tidak terdapat tunggakan bunga. Debitur harus bersedia menandatangani perjanjian perpanjangan kredit. b. Penjadwalan kembali kredit (rescheduling) Cara yang kedua adalah dengan memberikan kesempatan kepada debitur dengan mengadakan konsolidasi usahanya dengan cara menjadwalkan kembali kredit tetapi bedanya dengan perpanjangan pada penjadwalan kembali syaratsyarat yang dikenakan oleh bank tidak seberat pada perpanjangan karena dianggap perusahaan sedang menghadapi persoalan berat layaknya orang sakit. Syarat- syarat tersebut antara lain: Perusahaan masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali. Adanya keyakinan bahwa debitur/ pengusaha tersebut akan tetap berniat menjalankan usahanya secara sungguh- sungguh. 29

25 Adanya keyakinan bahwa debitur tersebut masih mempunyai itikad untuk membayar Biasanya pada rescheduling ini, tunggakan bunga yang ada dijumlahkan dengan tunggakan pokok (plafondering) untuk kemudian dijadwalkan pembayarannya dalam jangka waktu tertentu (yang wajar) sesuai dengan kemampuan perusahaan berdasarkan penilaian dan perhitungan yang seksama dari pihak bank. Untuk pegangan bank dan debitur sendiri maka pada rescheduling ini debitur harus menandatangani perjanjian rescheduling. Pada fase ini petugas supervisi dan pembinaan harus sering berhubungan dengan debitur tersebut dan mengikuti dengan ketat jalannya usaha serta memberikan saran- saran pembinaan yang diperlukan. c. Persyaratan Kembali Kredit (reconditioning) Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat- syarat pinjaman. Bedanya pada reconditioning ini diberikan pembebasan sebagian bunga tertunggak atau penghentian perhitungan bunga disamping yang menyangkut perubahan jadwal pembayaran/ angsuran kredit. d. Penataan Kembali Kredit (restructuring) Disamping perubahan syarat- syarat pinjaman seperti pada reconditioning maka pada cara restructuring bank menambah kembali jumlah pinjaman atau mengkonversi sebagian atau seluruh pinjaman tersebut menjadi penyertaan modal terhadap perusahaan tersebut. e. Barang Jaminan Dijual Andaikata prospek perusahaan makin tidak menentu kemudian tidak lagi ditemukan sumber- sumber pembayaran lain dari debitur maka bank sebaiknya menyarankan agar debitur menjual jaminannya. Harga penjualan pada dasarnya harus disepakati oleh pihak bank dan debitur sendiri. Hasil penjualan inilah yang menjadi sumber pengembalian kredit sehinngga menjadi lunas. f. Menyerahkan penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) Untuk bank- bank milik negara atau pemerintah (Pusat atau Daerah) ada ketentuan yang mengharuskan penyerahannya kepada BUPLN. Sedangkan untuk bank swasta nasional dan bank asing ke Pengadilan Negeri. Kredit- kredit yang diserahkan kepada kedua lembaga di atas umunya kredit- kredit yang sudah termasuk kategori macet (atau sekurang- kurangnya diragukan dimana debitur disamping itikad baiknya diragukan juga prospek usahanya sudah suram). Hal ini dilakukan apabila cara- cara yang lain yang disebutkan pada butir a,b,c,d dan e tidak dapat 30

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT

Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/28/DPNP tanggal 31 Juli 2013 Perihal Penilaian Kualitas Aset Bank Umum PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha memiliki potensi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40/POJK.05/2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA - 2 - I. PEDOMAN PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan pada Bab 1 dan pasal 1 serta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA. Kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/ 3 /DPNP tanggal 31 Januari 2005 PENETAPAN KUALITAS KREDIT PROSPEK USAHA Potensi pertumbuhan usaha Kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF 1. Kemampuan Ketersediaan Hubungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /SEOJK.05/2016 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Bank Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Tentang Perbankan Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian bank, fungsi bank, dan jenis jenis bank : 2.1.1 Pengertian Bank Di Indonesia terdapat banyak

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2015 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 2 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS PIUTANG PEMBIAYAAN 1. Kemampuan Ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana dari dan kepda masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, di mulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

By : Angga Hapsila, SE.MM

By : Angga Hapsila, SE.MM By : Angga Hapsila, SE.MM BAB VI MANAJEMEN KREDIT 1. PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT 2. PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT 3. KUALITAS KREDIT 4. TEKNIK PENYELESAIAN KREDIT MACET PRINSIP-PRINSIP PEMBERIAN KREDIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Landasan penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan oleh peneliti pernah dilakukan oleh Papalangi (2013), tentang Penerapan SPI dalam Menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-undang RI No. 10 tentang perbankan (1998) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. 26 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Data Kolektibilitas Debitur Tahun 2008 Bank Indonesia melalui PBI No:9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur mewajibkan bank umum melaporkan kualitas debitur untuk pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Dalam pengertian sederhana, kredit merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam bahasa Latin, kredit

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA - 1 - PEDOMAN PENILAIAN KUALITAS ASET PRODUKTIF DALAM BENTUK SELAIN PENYERTAAN

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2007 hingga 2010 proporsi jumlah bank gagal dari jumlah bank yang ditetapkan dalam pengawasan khusus cenderung meningkat sesuai dengan Laporan Tahunan Lembaga

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN II PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR Lampiran II Penetapan Kualitas Kredit PROSPEK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Dalam arti luas kredit diartikan sebagai sebagai kepercayaan. Begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti credere yang

Lebih terperinci

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT (Studi pada Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Tugu Artha Kota Malang Periode 2009-2011) Femia Yuni Pratiwi Darminto

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kondisi persaingan bisnis dalam keadaan yang tidak menentu ditambah dengan krisis perekonomian, membuat setiap perusahaan dituntut untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang 24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi mayarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik itu yang bergerak dibidang industri perdagangan maupun jasa dituntut tidak hanya bertahan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU ) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Zulfikri Irhamdani 115020407111020 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh melalui penelitian, maka bab ini akan dijelaskan hasil pengolahan data beserta pembahasannya. Hasil penelitian tersebut untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemakmuran, kesejahteraan,

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adalah penyedianaan uang

Lebih terperinci

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka

Lebih terperinci

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

kemudian hari bagi bank dalam arti luas; KAJIAN PUSTAKA Pengertian dasar tentang kredit bermasalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur mengingkari janji membayar bunga dan pokok pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, sehingga dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA Kurang Lancar

PROSPEK USAHA Kurang Lancar LAMPIRAN 85 86 Lampiran. Pedoman umum penggolongan kualitas kredit Bank Syariah Komponen Lancar Dalam Perhatian Khusus Potensi pertumbuh an usaha Kondisi pasar dan potensi debitur dalam persaingan Kualitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur Untuk mencapai suatu tujuan kegiatan membutuhkan prosedur sesuai dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem atau tata

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Mengenai Bank 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) BUMN ( Badan Usaha Milik Negara) adalah badan usaha yang berisikan dua elemen esensial yakni unsur Pemerintah (public) dan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pembangunan perekonomian nasional, sektor keuangan khususnya industri perbankan merupakan salah satu komponen terpenting sebagai pendukung dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemerintah berkewajiban mensejahterakan rakyatnya secara adil dan merata. Ukuran sejahtera biasanya dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci