PERBANDINGAN KADAR LEMAK TUBUH BERDASARKAN PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN SKINFOLD THICKNESS (SFT) PADA ORANG DEWASA
|
|
- Leony Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Gusnedi; Perbandingan Kadar Lemak Tubuh,,,,,,,,,,hal PERBANDINGAN KADAR LEMAK TUBUH BERDASARKAN PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN SKINFOLD THICKNESS (SFT) PADA ORANG DEWASA Gusnedi, Rina Hasniyati (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT The study aimed to fond out the comparison of the body fat proportion by both methods for adults. The study used a cross sectional design, conducted in Padang Health Polytechnic with a sample of 78 people aged over 19 years and worked as lecturers and academic staffs. Data skinfold measurements were summed and used to calculate the proportion of body fat to the equation Durnin and Womersley (1973). The results showed an average body fat based on BMI was 25.2% men and in women is 35.6%. The results of measurements of the thickness of subcutaneous fat obtained percent body fat is calculated based on skinfold measurements (p value <0.05), ie 29.7% in men and 32.2% in women. There was a significant difference between the proportion of body fat measurement results BMI and skinfold measurements (P <0.05). It was advisable to compare the results of both of these measurements with golden standards such as dual X-ray or Bod Pod, with a number of samples and a wider coverage. Keywords: BMI, skinfold thickness, adult ABSTRAK Monitoring kadar lemak tubuh secara rutin dibutuhkan mengingat lemak tubuh yang berlebih merupakan salah faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif.kadar lemak tubuh dapat diprediksi dengan menggunakan beberapa indikator antropometri diataranya Indeks massa Tubuh (IMT). Penelitian bertujuan melihat perbandingan proporsi lemak tubuh dengan kedua metode tersebut pada orang dewasa. Penelitian menggunakan disain potong lintang, dilakukan di Poltekkes Kemenkes Padang dengan sampel sebanyak 78 orang berusia diatas 19 tahun dan berprofesi sebagai dosen dan tenaga kependidikan. Data pengukuran skinfold dijumlahkan dan digunakan untuk menghitung proporsi lemak tubuh dengan persamaan Durnin and Womersley (1973). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata lemak tubuh berdasarkan IMT Pria adalah 25,2% sedangkan pada wanita adalah 35,6%. Hasil pengukuran ketebalan lemak di bawah kulit didapatkan persen lemak tubuh yang dihitung berdasarkan pengukuran skinfold (p value < 0,05) yaitu 29,7% pada Pria dan 32,2% pada Wanita.Didapatkan perbedaan yang bermakna antara proporsi lemak tubuh dari hasil pengukuran IMT dan pengukuran skinfold (P<0.05). Disarankan untuk membandingkan hasil kedua pengukuran tersebut dengan golden standar seperti dual X-ray atau Bod Pod, dengan jumlah sampel dan cakupan yang lebih luas. Kata kunci: IMT, Skinfold Thickness, Dewasa PENDAHULUAN Penyakit degeneratif ( non communicable diseases/ncds) seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes dan cancer sudah merupakan peneyebab kematian utama. Secara global NCDs menyebabkan 38 juta (68%) kematian dari 56 juta kematian di seluruh 82
2 Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 1 Tahun 2016 dunia pada tahun Lebih dari 40% dari angka tersebut (16 juta) merupakan kematian prematur atau kematian yang terjadi pada usia di bawah 70 tahun. Selanjutnya hampir 75% (25 juta) dari kematian akibat NCDs dan mayoritas kematian prematur (82%) terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah dan sedang (WHO 2014a; WHO 2014b). Data di Indonesia menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda dengan keadaan secara global. Dari sekitar 1.5 juta kematian pada tahun 2012, NCDs diperkirakan berkontribusi sekitar 71%. Sekitar 23% dari jumlah tersebut, merupakan kematian pada usia antara tahun akibat empat penyakit degeneratif utama yakni penyakit jantung dan pembuluh darah, cancer, diabetes dan penyakit pernafasan kronis(who 2014b). Obesitas, sebagai salah satu indikasi kelebihan lemak tubuh, merupakan salah satu dari faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif serta kematian yang berhubungan dengan penyakit tersebut(who 2014a; WHO 2014b). Oleh karenanya pemantauan terhadap status gizi, terutama yang berkaitan dengan obesitas dan lemak tubuh menjadi penting untuk dilakukan. Untuk mendeteksi obesitas diantaranya dapat dilakukan dengan pengukuran Ideks Massa Tubuh (IMT). IMT sudah dikenal dan digunakan secara luas untuk mendeteksi terjadinya obesitas pada tatanan klinis maupun studi-studi epidemiologi, karena sangat mudah untuk dilakukan dan memiliki korelasi yang tinggi dengan proporsi lemak tubuh. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, bahwa distribusi lemak yang menumpuk pada bagian sentral tubuh merupakan faktor resiko yang penting untuk kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah, ketebalan lemak di bawah kulit dan rasio lingkar pinggang panggul juga sudaqh digunakan untuk mengukur kejadian obesitas sentral (Kim et al. 2006). Metode anthropometris dengan teknik skinfold merupakan metode yang paling banyak diminati dalam memprediksi persentase lemak badan total maupun segmental. Metode anthropometris dengan teknik skinfold telah diuji silang validitas dan reliabilitasnya dengan teknik underwater weighing (UWW) yang dianggap sebagai golden standar (Wilson & Durnin 1995). Perbandingan penggunaan IMT dan skinfold untuk menentukan lemak tubuh sudah banyak dilakukan terutama pada kelompok anak-anak, remaja dan atlit(aly 2014; David et al. 2007; Rodriguez et al. 2005). Kedua metode memberikan korelasi yang baik dengan pengukuran menggunakan metode Bod Pod (Budiman 2008) atau dengan DEXA 83
3 Gusnedi; Perbandingan Kadar Lemak Tubuh,,,,,,,,,,hal (Rodriguez et al. 2005). Namun belum banyak ditemukan perbandingan kedua metode ini pada kelompok dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk bertujuan melihat perbandingan proporsi lemak METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes Padang, pada bulan Mei s/d Oktober Penelitian ini termasuk ke dalam kelompok penelitian survey, menggunakan disain potong lintang (cross sectional). Populasi adalah semua pegawai Poltekkes Kemenkes Padang yang bekerja sebagai tenaga pendidik dan kependidikan di kampus Siteba dan Gunung Pangilun. Jumlah populasi adalah 185 orang. Dari perhitungan besar sampel dengan rumus tubuh dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Ketebalan Lemak di bawah Kulit ( Skinfold Thickness) pada orang dewasa. estimasi proporsi didapatkan sampel 78 orang. Berat badan ditimbang dengan timbangan injak digital SECA, dengan ketelitian 0.1 kg. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, coding, entry dan cleaning. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat menggunakan teknik statistic deskriptif untuk menggambarkan sebaran sampel penelitian pada setiap variable yang diteliti. Uji T Test digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata lemak tubuh berdasarkan pengukuran IMT dan Skinfold HASIL PENELITIAN Karakteristik Sampel Tabel 1. Distribusi Sampel berdasarkan Kelompok Umur, Jenis kelamin dan persen lemak tubuh. Karakteristik f % Umur (tahun) Jenis Kelamin Pria Wanita
4 Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 1 Tahun 2016 Indeks Massa Tubuh Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Kategori IMT Pria Wanita n % n % Kurus (<18.5) Nomal ( ) 11 47, ,5 Gemuk ( , ,4 Obesitas ( 27) 2 8,6 5 9,1 Total Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak 52.2% pria memiliki IMT diatas normal, dengan kategori gemuk (43.6%) dan obesitas (8.6%). Sedangkan pada wanita ditemukan IMT diatas normal sebesar 45.5% dengan kategori gemuk dan obesitas sebanyak 36.4% dan 9.1%. Ketebalan Lemak Di Bawah Kulit Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Pengukuran Skinfold Ketebalan Lemak di Bawah Pria Wanita kulit Mean±SD Mean±SD Biceps 11,17±6,534 16,00±7,265 Triceps 19,65±7,732 26,73±7,240 Suprailleace 25,13±8,220 23,82±7,116 Tabel 4. Rata-rata Persen lemak Tubuh berdasarkan pengukuran IMT dan Skinfold Variabel Pria (n=23) Wanita( n=55) Mean±SD P Mean±SD P value value Persen Lemak IMT 25,2±4, ,6±5, Persen Lemak Skinfold 29,7±5,34 32,2±5,48 Tabel 4 menunjukkan bahwa ratarata persen lemak tubuh berdasarkan IMT Pria adalah 25,2 sedangkan pada wanita adalah 35,6. Nilai ini secara statistik berbeda secara nyata dengan persen lemak tubuh yang dihitung berdasarkan pengukuran skinfold (p value < 0,05) yaitu 29,7 pada Pria dan 32,2 pada Wanita. Dari perbandingan kedua hasil pengukuran tersebut, juga dapat dilihat bahwa persen lemak tubuh yang dihitung berdasarkan IMT lebih rendah (4,5%) dibandingkan hasil pengukuran skinfold pada Pria. Sebaliknya pada Wanita persen lemak tubuh berdasarkan IMT justru lebih tinggi (3,4%) 85
5 Gusnedi; Perbandingan Kadar Lemak Tubuh,,,,,,,,,,hal dibandingkan hasil pengukuran berdasarkan skinfold. Tabel 5. Distribusi Sampel Menurut Persen Lemak Tubuh berdasarkan IMT dan Skinfold Persen lemak Tubuh Pria Wanita IMT Skinfold IMT Skinfold f % f % f % f % Sedikit Lemak ,6 3 5,4 Optimal 2 8,7 1 4,3 4 7, ,2 Agak berlemak 8 34,8 1 4, , ,7 Berlemak 13 56, , ,6 Total Dapat dilihat bahwa hanya sedikit pria (8.7%) yang memiliki proporsi lemak optimal dan sebagian besar berada pada kategori berlemak (56.5%). Hal yang hampir sama juga ditemukan pada PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) dan ketebalan lemak di bawah kulit memberikan nilai preidksi lemak tubuh yang berbeda baik pada kelompok pria maupun wanita (P,0.05). Hasil ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pada kelompok anak-anak, remaja maupun atlit atau olahragawan, dimana kedua metode memberikan hasil yang tidak jauh berbeda ketika dibandingkan dengan golden standar seperti, dual energy X-ray (Rodriguez et al. 2005) maupun dengan Bod Pod(Budiman 2008). Berdasarkan perhitungan menggunakan nilai IMT didapatkan kelompok wanita dimana 60% berada pada kategori berlemak dan hanya sekitar10.9% yang memiliki kandungan lemak optimal. bahwa prevalensi gemuk dan obesitas pada pria adalah 43,6 % dan 8,6 %, sedangkan pada Wanita adalah 36,4 % dan 9,1 %. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi kelebihan berat badan pada pegawai Poltekkes Kemenkes Padang sudah sangat memprihatinkan. Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa proporsi penduduk usia > 18 tahun yang menderita kelebihan berat badan dan obesitas adalah sebesar 13,5 % dan 15,4 %. Disamping itu perhitungan dengan menggunakan skinfold didapatkan bahwa prevalensi sebagian besar sampel pria termasuk kedalam kategori agak berlemak dan berlemak yaitu 4,3 % dan 91,4 %. Hal yang sama juga ditemukan pada sampel wanita, dimana 32,7 % 86
6 Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 1 Tahun 2016 termasuk kategori agak berlemak dan 43,6 % termasuk kategori berlemak. Hal ini menunjukkan bahwa persen lemak tubuh pegawai Poltekkes Kemenkes Padang berada pada kategori meningkatkan resiko terjadinya penyakit degeneratif. Selanjutnya dari perhitungan persen lemak tubuh berdasarkan IMT dan skinfold, penelitian ini menemukan bahwa persen lemak tubuh pria berdasarkan skinfold lebih tinggi 4,5 % dibandingkan dengan IMT, sedangkan pada Wanita persen lemak tubuh dengan IMT justru lebih tinggi 3,4 % dibandingkan dengan skinfold. Penelitian sebelumya juga menggambarkan bahwa IMT dapat memprediksi persen lemak tubuh dengan tepat (r = 0,939 dengan P < 0,01) dan memiliki akurasi yang baik dalam prediksi obesitas (Chen et al. 2006). Namun demikian, perhitungan lemak tubuh dengan IMT memiliki beberapa kelemahan, antara lain tidak dapat membedakan apakah kenaikan IMT disebabkan oleh pertambahan berat badan yang berasal dari lemak atau jaringan otot. Disamping itu nilai IMT tidak dapat menggambarkan distribusi penimbunan lemak pada organ-organ tubuh(chen et al. 2006). Sebaliknya pengukuran skinfold lebih akurat dalam menghitung lemak tubuh karena beberapa asumsi yang digunakan yaitu pertama, skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit; kedua, distribusi lemak dibawah kulit adalah sama untuk semua individu termasuk jenis kelamin; ketiga, ada hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak tubuh; keempat, jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk memperkirakan total lemak tubuh(chen et al. 2006). Penelitian ini juga menemukan adanya perbedaan area penumpukan lemak antara pria dan wanita. Penumpukan lemak pada Pria terjadi pada titik suprailleace yang menggambarkan pengukuran dengan skinfold lebih akurat menentukan persen lemak tubuh. Penyimpanan lemak terjadi pada daerah yang cukup luas di sekitar abdomen sehingga peningkatan berat badan karena lemak dapat tergambar, sebaliknya pada Wanita penumpukan lemak terjadi pada triceps dengan area tubuh yang lebih kecil (pada lengan atas). Penumpukan lemak pada tubuh dapat menyebabkan resiko terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit hati. Penelitian ini menemukan kelompok yang lebih beresiko adalah Pria dengan terjadinya obesitas sentral. Pria dan wanita yang overweight atau obese mempunyai risiko 2-3 kali terkena penyakit kardiovaskuler. Obesitas meningkatkan risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang 87
7 Gusnedi; Perbandingan Kadar Lemak Tubuh,,,,,,,,,,hal mempunyai berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata. Terlepas dari hasil pengukuran yang sudah dilakukan, penelitian ini memiliki keterbatasan dari segi jumlah dan lokasi pengambilan sampel. Sampel KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menemukan perbedaan yang bermakna antara proporsi lemak tubuh dengan perhitungan IMT dan skinfold pada orang dewasa. Akan tetapi dari hasil perhitungan kedua metode memberikan informasi bahwa prevalensi lemak berlebih baik pada pria maupn wanita sudah berada pada kategori beresiko untuk penyakit DAFTAR PUSTAKA Aly, E.R., The Differences Obesity Rating Between BMI and Skin Fold Testing. European Scientific Journal, 3(September), pp Budiman, I., Validitas Pengukuran Lemak Tubuh yang Menggunakan Skinfold Caliper di 2,3,4,7 tempat terhadap cara Bod Pod. JKM, 7(2), pp Chen, Y. et al., Validity of body mass index and waist circumference in the classification of obesity as compared to percent body fat in Chinese middle-aged women. International Journal of Obesity, 30, pp yang diambil adalah orang dewasa dengan kategori aktifitas ringan-sedang dan termasuk kedalam kelompok ekonomi menengah atas. Prevalensi lemak berlebih yang ditemukan pada penelitian ini tidak dapat digeralisir untuk semua kelompok dewasa dengan karakteristik aktifitas dan sosioekonomi yang berbeda. degeneratif. Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan kedua metode dengan golden standar seperti Dual X Ray energy atau Bod Pod untuk melihat validas kedua metode bila digunakan pada orang dewasa. Disamping itu studi lanjut yang dilakukan hendaknya menggunakan spektrum sampel yang lebih luas dan lebih besar sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih digeneralisasikan. David, R., Daniel, C. & Carolyn, L., Body Mass Index and Percentage Body Fat as Health Indicators for Young Adults. Deurenberg, P., Weststrate, J.A. & Seidell, J.C., Body mass index as a measure of body fatness : ageand sex- specific prediction formulas. British Journal of Nutrition, 65, pp Durnin, J.V.G.A. & Womersley, J., Body fat assessed from total body density and its estimation from skinfold thickness : measurements on 481 men and women aged from 16 to 72 Years. British Journal of Nutrition, 32, pp
8 Jurnal Sehat Mandiri Volume 11 Nomor 1 Tahun 2016 Kim, J., Meade, T. & Haines, A., Skinfold Thickness, body mass index, and fatal coronary heart disease: 30 year follow up of the Northwick Park Heart Study. Epidemiol Community health, 60, pp Rodriguez, G. et al., Body fat measurement in adolescents : comparison of skinfold thickness equations with dual-energy X-ray absorptiometry. European Journal of Clinical Nutrition, 59, pp WHO, 2014a. Global Status Report on noncommunicable diseases 2014., p.302. WHO, 2014b. Non Communicable Diseases Country Profiles 2014., p.210. Wilson, J. & Durnin, J.V.G.A., Determination of body composition from skinfold thickness : a validation study., pp
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT
ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (%BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN BROCA SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP BROCA PADA OBESE Febrine Wulansari Gunawan, 2010 Pembimbing:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index (BMI), pengukuran lingkar pinggang, rasio lingkar panggul pinggang, skinfold measurement, waist stature rasio,
Lebih terperinciHubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah
Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah Dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, PhD; Dra Eti Yerizel, MS; dr Zulkarnain Edward,MS, PhD dan Intan Widuri, Sked Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan atau abnormal sehingga menimbulkan risiko bagi kesehatan, antara lain adalah penyakit kardiovaskular,
Lebih terperinciABSTRAK. PENGARUH DAN HUBUNGAN BMI (Body Mass Index) DENGAN TLK (TEBAL LIPATAN KULIT) TRICEPS DAN SUBSCAPULA
ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN BMI (Body Mass Index) DENGAN TLK (TEBAL LIPATAN KULIT) TRICEPS DAN SUBSCAPULA Windi Anggraini, 2007. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes Pembimbing II : DR., Iwan Budiman,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit utama penyebab kematian pada penduduk Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah atau disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM
HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM 080100410 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ABSTRACT Introduction.
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciHUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan tekanan darah pada anak dan remaja merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi pada usia tua (Falkner et al., 2007). Hal ini berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lemak adalah substansi yang tidak larut dalam air dan secara kimia mengandung satu atau lebih asam lemak. Tubuh manusia menggunakan lemak sebagai sumber energi, pelarut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia
Lebih terperinciLaras Sitoayu 1, Trini Sudiarti 1. Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
STUDI VALIDASI PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN MODEL PREDIKSI TERHADAP PERSEN LEMAK TUBUH BIA PADA SISWA MTS DAN MA MULTITEKNIK YAYASAN ASIH PUTERA CIMAHI TAHUN 2012 Laras Sitoayu 1, Trini Sudiarti 1 1 Departemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang telah menjadi epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di dunia meningkat tajam hingga
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT
ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (% BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN WAIST CIRCUMFERENCE (WC) SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP WC PADA OBESITAS Dhaifina Alkatirie, 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di zaman modern ini. Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit dimana terjadi penimbunan lemak
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat
Lebih terperinciPENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS
PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS ABSTRAK Shella Monica Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini yang sangat kompleks membuat banyak bermunculan berbagai masalah-masalah kesehatan yang cukup dominan khususnya di negara negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan fisik yang dikerjakan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang sangat berarti. Artinya
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS MASA TUBUH (IMT) DAN TEBAL LIPAT KULIT (TLK) PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA
ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS MASA TUBUH (IMT) DAN TEBAL LIPAT KULIT (TLK) PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA Patricia Helena Christiani S, 2016, Pembimbing I : Stella
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS
ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS Shella Monica, 2013 Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc. Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif kronis yang semakin meningkat prevalensinya (Setiawati, 2004). DM mempunyai karakteristik seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena merupakan peringkat kelima penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciAKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU
AKTIVITAS FISIK DAN KEJADIAN OBESITAS SENTRAL PADA WANITA DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU Nurul Khairani, Santoso Ujang Effendi, Lara Wirda Utamy Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Tri Mandiri
Lebih terperinciGAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 17-27 kg/m 2 Agung Setiyawan MahasiswaPeminatanEpidemiologidanPenyakitTropik FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasDiponegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL
ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL Levina Stephanie, 2007. Pembimbing I : dr. Hana Ratnawati, M.Kes.
Lebih terperinciGAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI
49 GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 50
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA
ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA Rilla Saeliputri, 2012. Pembimbing: Meilinah Hidayat, dr., MKes., Dr., Felix Kasim, dr., MKes.,
Lebih terperinciKOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.
KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN Lansia merupakan salah satu bagian dari siklus hidup manusia yang menjadi tahap akhir dari kehidupan. Pada lansia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang artinya masalah gizi kurang belum
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH ( IMT ) DAN LINGKAR LENGAN ATAS ( LILA ) DENGAN KADAR GULA DARAH DAN KOLESTEROL PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN DAN UJI VALIDITAS PENILAIAN STATUS GIZI METODE BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN BROCA
ABSTRAK HUBUNGAN DAN UJI VALIDITAS PENILAIAN STATUS GIZI METODE BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN BROCA Bobby Fildian Siswanto, 2009 Pembimbing: Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., MKes., AIF. Latar belakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia menghadapi masalah gizi ganda diantaranya prevalensi gizi kurang dan meningkatnya prevalensi obesitas. Obesitas tidak lagi di anggap sebagai masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 di seluruh dunia, dilaporkan setidaknya 2,8 juta orang meninggal tiap tahun karena obesitas. Tiga puluh lima persen orang dewasa berumur lebih dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA POLISI LAKI-LAKI DI PURWOREJO, JAWA TENGAH
HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA POLISI LAKI-LAKI DI PURWOREJO, JAWA TENGAH Amad Syarifudin 1, Eliza Eka Nurmala 2 1 Program Kesehatan Dompet Dhuafa, 2 Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah muncul sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko untuk kanker, hipertensi, hiperkolesterolemia,
Lebih terperinciPREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER
ABSTRAK PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2010 Shiela Stefani, 2011 Pembimbing 1 Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak didalam tubuh yang lebih dari normal sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang dapat mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnyausia harapan hidup penduduk akibatnya jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI KADEK FEBRIYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Medika Prasetya 1, Fadil Oenzil 2, Yerizal Karani 3
737 Artikel Penelitian Hubungan Indeks Masa Tubuh dan Lingkar Perut dengan Low Density Lipoprotein pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang Medika Prasetya 1,
Lebih terperinciMODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH
MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL
ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL Silvia, 2007 Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Dr. Iwan Budiman,dr.,MS.,MM.,MKes.,AIF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gemuk merupakan suatu kebanggaan dan merupakan kriteria untuk mengukur kesuburan dan kemakmuran suatu kehidupan, sehingga pada saat itu banyak orang berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah normal pada anak dan remaja bervariasi karena
Lebih terperinci2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat saat ini dipengaruhi oleh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi, dan industri. Dengan adanya globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi dan defisiensi menjadi penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan masalah yang banyak dijumpai baik di negara maju maupun di negara berkembang. Obesitas merupakan suatu masalah serius pada masa remaja seperti
Lebih terperinciHubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Uuniversitas Sam Ratulangi
Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016 Hubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Uuniversitas Sam Ratulangi 1 Okky A. Kumesan 2 Shane H.R.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan World Health Organization (WHO) tahun 1995 menyatakan bahwa batasan Berat Badan (BB) normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia internasional menghadapi masalah baru, semakin banyak anak-anak dan remaja yang kelebihan berat badan. Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau abnormal dalam tubuh yang dapat mengganggu kesehatan. Distribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang dengan mudah mengakses segala media elektronik. Hal itu juga menjadikan seseorang tidak asing lagi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lemak merupakan salah satu kandungan utama dalam makanan, dan penting dalam diet karena beberapa alasan. Lemak merupakan salah satu sumber utama energi dan mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi merupakan penyebab
Lebih terperinciHubungan antara Kebiasaan Makan perhari, Asupan Karbohidrat dan Asupan. Serat dengan Persentase Lemak Tubuh pada Mahasiswa dan Dosen Prodi
Hubungan antara Kebiasaan Makan perhari, Asupan Karbohidrat dan Asupan Serat dengan Persentase Lemak Tubuh pada Mahasiswa dan Dosen Prodi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Unsika Maria Alia Rahayu, Nelly
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa Adolescene atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Adolescene atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak menjadi dewasa dimana terdapat perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial yang terjadi
Lebih terperincidan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang sehat, di tahun 2011 dicanangkan peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu fokus
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN
HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN WIWI SARTIKA Program Studi D-III Kebidanan, Universitas Abdurrab Jalan Riau Ujung No.73 Pekanbaru Telp (0761) 38762
Lebih terperinciABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS
51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian yang serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode yang signifikan pada pertumbuhan dan proses maturasi manusia. Saat remaja inilah terjadi perubahan yang akan membentuk pola orang dewasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di negara miskin, negara berkembang, maupun negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di masyarakat yang diikuti dengan peningkatan pendidikan dapat mengubah pola hidup dan pola makan, dari pola makan tradisional ke pola makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah di dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan sejak tahun 2008 sebanyak 2,8 juta penduduk meninggal setiap tahun terkait overweight
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO)
ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO) Leni Martinna, 2006. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM.,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama di banyak negara termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian di rumah sakit yang utama dari Informasi Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.A.Latar Belakang. Obesitas merupakan kondisi akumulasi berlebih lemak. dalam tubuh maupun jaringan adiposa (Prentice & Jebb,
BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Obesitas merupakan kondisi akumulasi berlebih lemak dalam tubuh maupun jaringan adiposa (Prentice & Jebb, 2001). Kondisi ini sering dikaitkan sebagai faktor risiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal
Lebih terperinciPREVALENSI GIZI LEBIH DAN OBESITAS PENDUDUK DEWASA DI INDONESIA
PREVALESI GIZI LEBIH DA OBESITAS PEDUDUK DEWASA DI IDOESIA Sandjaja 1) dan Sudikno 1) 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan dan Makanan Bogor ABTRACT There is a trend that the prevalence of overweight and
Lebih terperinci