merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian, bersifat relatif mantap (Ngalim Purwanto, 2002: 84-85).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian, bersifat relatif mantap (Ngalim Purwanto, 2002: 84-85)."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar yang diartikan sebagai suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, dkk., 2007: 74). Terdapat beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar yaitu bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis yang terjadi melalui latihan atau pengalaman serta bersifat relatif mantap (Ngalim Purwanto, 2002: 84-85). Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, yang berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar peserta didik di sekolah dan lingkungan sekitarnya (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 1). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditunjukkan oleh perubahan kemampuan dan tingkah laku yang menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dan perubahan itu relatif tetap. 13

2 Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta hasil yang optimal (Sugihartono, dkk., 2007: 81). Erman Suherman, dkk. (2001: 9) mendefinisikan pengertian pembelajaran menurut konsep sosiologi sebagai rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam arti sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu peserta didik dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama peserta didik. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara peserta didik dengan guru dan peserta didik dengan peserta didik, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi peserta didik yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, peserta didik sebagai komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu pengetahuan. Gagne (Benny A. Pribadi 2009: 9) mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai "a set of events embedded in purposeful activities that facilitate learning". Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar. 14

3 Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien serta memperoleh hasil yang optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai masyarakat yang baik. b. Matematika Chambers (2010: 9) mengatakan bahwa, Mathematics is a study of patterns, relationships and rich interconnected ideas (the purist view). It also a tool for solving problems in a wide range of contexts (the utilitarian view). Pendapat tersebut berarti bahwa matematika dalam pandangan murni adalah studi tentang pola, hubungan dan ide-ide yang saling berhubungan, sedangkan dalam pandangan utilitarian merupakan alat untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks. Ia juga menyebutkan karakteristik matematika sebagai sebuah alat untuk memecahkan masalah, dasar penelitian ilmiah dan teknologi serta menyediakan cara untuk model situasi nyata. Menurut Erman Suherman, dkk. (2001: 17), matematika itu bahasa simbol; matematika itu bahasa numerik; matematika itu bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika itu metode berpikir logis; matematika adalah sarana berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu pengetahuan dan sekaligus pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu; matematika 15

4 itu suatu sains formal murni; matematika itu sains yang memanipulasi simbol; matematika itu ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika itu ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur; matematika itu ilmu yang abstrak dan deduktif; matematika itu aktifitas manusia. Ebbutt S. dan Straker A. (Marsigit, 2009) menyatakan bahwa Mathematics is a search for patterns and relationship; mathematics is a creative activity, involving imajination, intuition dan discovery; mathematics is a way of solving problems; and mathematics is a means of communicating information or ideas. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa matematika adalah kegitan mencari pola dan hubungan; matematika adalah kegiatan kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan; matematika adalah langkah penyelesaian masalah; serta matematika adalah komunikasi informasi atau ide-ide. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa matematika adalah hasil pemikiran yang berhubungan dengan proses dan penalaran yang logis yang mempelajari hubungan pola, bentuk, dan struktur. c. Pembelajaran Matematika Gagne (Bell, 1981: 108) mengatakan bahwa objek pembelajaran matematika terdiri dari objek langsung yang meliputi fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip serta objek tidak langsung yang meliputi penyampaian pembelajaran, kemampuan menyelidiki, kemampuan pemecahan masalah, belajar mandiri, dan bersikap positif terhadap matematika. Bell (1981: 194) menjelaskan bahwa objek langsung matematika diajarkan pada semua tingkatan kelas meskipun fakta-fakta dan keterampilan cenderung ditekankan di kelas yang lebih rendah, konsep-konsep 16

5 ditekankan di kelas menengah, dan prinsip-prinsip ditekankan pada kelas yang lebih tinggi. Menurut Soedjadi (2006: 6), pembelajaran matematika merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam membuat peserta didik belajar matematika secara optimal. Fungsi pembelajaran matematika menurut Erman Suherman, dkk. (2003: 57) adalah sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah. Pembelajaran matematika di sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk pola pikir dalam memahami suatu pengertian dan penalaran. Hal ini mendorong guru untuk memilih dan menggunakan strategi, metode, pendekatan, serta teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di SMP yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 17

6 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2. Pendekatan Saintifik National Science Teacher Association (NSTA) mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia (Daryanto dan Herry Sudjendro, 2014: 82). Pendekatan ini pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang fenomena alam dan sosial yang meliputi produk dan proses. Yunus Abidin (2014: 122) mendefinisikan pendekatan saintifik sebagai pendekatan pada proses pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencangan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Untuk melaksanakan kegiatan ini peserta didik harus dibina kepekaannya, kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, ketelitiannya mengumpulkan data, dan kecermatannya mengolah data untuk menjawab pertanyaan dan akhirnya kemampuannya membuat simpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukannya. 18

7 Menurut M. Hosnan (2014: 34), pendekatan saintifik dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Menurut Barringer (2010) pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut peserta didik berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Pembelajaran ini melibatkan peserta didik dalam kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan menuangkan gagasan, berpikir kreatif, dan melakukan aktivitas penelitian. Menurut Hariadi (Rima Buana Prahastiwi, Subani, dan Dwi Haryoto, 2014) pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). berpusat pada peserta didik, 2). melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip, 3). melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan 4). dapat mengembangkan karakter peserta didik. 19

8 Pada Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi: a. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; b. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; c. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; d. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; e. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; f. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; g. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; h. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) danketerampilan mental (softskills); i. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; j. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); 20

9 k. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; m. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan n. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Menurut Hosnan (2014: 39) langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi, serta mengkomunikasikan. a. Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat). b. Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan) c. Pengumpulan data (experimenting) Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen). 21

10 d. Mengasosiasi/Menalar (assosiating) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data / kategori. menyimpulkan dari hasil analisis data; dimulai dari unstructured - uni structure multistructure complicated structure. e. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya. Menurut Daryanto (2014) langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi mengamati (observasi), menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi/menalar, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan. Menurut Yunus Abidin (2014: 141), ada empat tahapan dalam pendekatan saintifik. Keempat tahapan tersebut adalah sebagai berikut. a. Identifikasi masalah Pembelajaran diawali dengan masalah yang kemudian dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan (rumusan masalah) yang dibuat peserta didik. Rumusan masalah merupakan pertanyaan pemandu pembelajaran yang harus peserta didik dapatkan jawabannya setelah selesai melaksanakan seluruh rangkaian pembelajaran. b. Membuat hipotesis Berdasarkan langkah kerja penelitian ini, dalam konteks model pembelajaran peserta didik harus menggunakan penalarannya baik secara induktif maupun deduktif untuk mampu merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. 22

11 c. Mengumpulkan dan menganalisis data Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan baik secara eksperimen maupun studi lainnya. Hasil pengumpulan data tersebut selanjutnya diolah sehingga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian ataupun untuk membuktikan hipotesis. d. Menginterpretasi data dan membuat kesimpulan Kegiatan interpretasi merupakan aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk memaknai hasil penelitian sederhana yang telah dilakukannya. Hasil interpretasi adalah simpulan yang dibuat oleh peserta didik dan selanjutnya menjadi pengetahuan yang benar-benar dikonstruksi oleh peserta didik sendiri sehingga diyakini akan meningkatkan tingkat retensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan menyimak penjelasan guru. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga suatu masalah dapat diselesaikan. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi mengamati (observasi), menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan. 3. Masalah Open Ended Open ended problems or incomplete problems are problems that are formulated to have multiple correct answer (S. Shimada and J.P. Becker, 1997). Dapat dikatakan bahwa masalah open ended atau masalah terbuka atau disebut 23

12 juga masalah tak lengkap merupakan masalah yang diformulasikan memiliki multijawaban benar. Menurut Maqsudah (Marina Putriyanti, 2007) masalah openended adalah masalah yang mengarahkan peserta didik untuk menggunakan keragaman cara atau metode penyelesaian sehingga sampai pada suatu jawaban yang diinginkan. Menurut Hannafin, Hall, Land dan Hill (Miftahul Huda, 2013: ), pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal dengan istilah open ended learning (OEL) merupakan proses pembelajaran yang didalamnya tujuan dan keinginan individu/peserta didik dibangun dan dicapai secara terbuka. Pada metode pembelajaran, masalah terbuka diberikan kepada peserta didik terlebih dahulu, kemudian dari masalah tersebut dihasilkan banyak jawaban benar sehingga memberikan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru selama proses pemecahan masalah (S. Shimada and J.P. Becker, 1997). Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan masalah open ended merupakan pembelajaran yang didalamnya tujuan dan keinginan peserta didik dibangun dan dicapai dengan cara terbuka, maksudnya masalah-masalah yang diselesaikan mempunyai multijawaban yang benar maupun beragam cara penyelesaian. Ali Mahmudi (2008: 3) menyebutkan aspek keterbukaan dari masalah open ended diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yakni: a. terbuka proses penyelesaiannya, artinya adalah soal tersebut memiliki strategi penyelesaian yang beragam, b. terbuka hasil akhirnya, jawaban soal tersebut tidak unik atau mempunyai jawaban benar lebih dari satu, dan 24

13 c. terbuka pengembangan lanjutannya, bahwa peserta didik dapat mengubah syarat atau kondisi pada soal, setelah peserta didik menyelesaikan soal tersebut. Contoh penerapan masalah open ended dalam pembelajaran adalah ketika peserta didik diminta mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan, bukan berbasis pada jawaban (hasil) akhir. Tujuan utama peserta didik dihadapkan dengan masalah open ended bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada bagaimana cara sampai pada jawaban tersebut sehingga tidak hanya ada satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban namun beberapa atau banyak. Sifat keterbukaan dari masalah itu akan hilang jika guru hanya mengajukan satu alternatif cara dalam menyelesaikan permasalahan (Erman Suherman, dkk., 2001: 113). Tujuan dari pembelajaran open ended menurut Nohda (Erman Suherman, dkk., 2001: 114) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis peserta didik melalui problem solving secara simultan. Kegiatan matematika dan kegiatan peserta didik disebut terbuka jika memenuhi ketiga aspek berikut. a. Kegiatan Peserta Didik Harus Terbuka Kegiatan peserta didik harus terbuka, maksudnya kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan peserta didik untuk melakukan segala sesuatu secara bebas sesuai kehendak mereka. 25

14 b. Kegiatan Matematika adalah Ragam Berpikir Kegiatan matematika adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dan pengalaman nyata dalam kehidupan dalam ke dalam dunia matematika atau sebaliknya. Pada dasarnya kagiatan matematika akan mengundang proses manipulasi dan manifestasi dalam dunia matematika. c. Kegiatan Peserta Didik dan Kegiatan Matematika Merupakan Satu Kesatuan Kegiatan peserta didik dan kegiatan matematik dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dan berpikir matematik peserta didik terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. 4. Pendekatan Saintifik Berbasis Masalah Open Ended Berdasarkan definisi dari pendekatan saintifik dan masalah open ended dapat dikatakan bahwa pendekatan saintifik berbasis masalah open ended merupakan pendekatan pembelajaran dengan masalah terbuka sebagai dasarnya yang melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan sehingga masalah tersebut dapat terselesaikan. Langkah-langkah pendekatan saintifik berbasis masalah open ended meliputi mengamati masalah-masalah terbuka (open ended), menanya pertanyaanpertanyaan terbuka, mengumpulkan informasi yang bersifat jamak, mengasosiasi/menalar dengan berbagai cara, serta mengkomunikasikan. 26

15 5. Kemampuan Berpikir Kreatif Menurut Norris dan Ennis (Brookhart, Susan M., 2010: 125), Creative thinking is the brainstorming or putting together of new ideas. Creative thinking is reasonable, productive, and nonevaluative. Berpikir kreatif merupakan pengumpulan dari ide-ide baru. Berpikir kreatif merupakan sesuatu yang beralasan, produktif dan nonevaluatif. Creative thinking are based on one fundamental principle a new idea is made up of old ideas combined in a new way. The simplest way to do this is by adding, replacing, or subtracting ideas (Lau, Joy Y. F., 2011: 223). Berpikir kreatif didasari oleh satu prinsip yang fundamental yaitu bahwa sebuah ide baru dibentuk dari kombinasi ide-ide lama dengan cara yang baru. Cara paling sederhana yaitu dengan menambah, mengganti, atau mengurangi ide-ide tersebut. Tatag Yuli Eko Siswono (2005) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan peserta didik dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode yang bervariasi (divergen). Menurut McGregor (Ali Mahmudi, 2014) kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan berpikir yang mengarah pada cara memperoleh wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru pada saat memahami sesuatu. Silver (Tatag Yuli Eko Utomo dan I Ketut Budayasa, 2006) memberikan indikator untuk menilai berpikir kreatif peserta didik (kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan) menggunakan pemecahan masalah. Masalah open ended merupakan bagian dari pemecahan masalah. Lebih lanjut ketiga indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut. 27

16 a. Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada keberagaman (bermacam-macam) jawaban masalah yang dibuat peserta didik dengan benar. b. Fleksibilitas dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik memecahkan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. c. Kebaruan dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan peserta didik menjawab masalah dengan beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang tidak biasa dilakukan oleh individu (peserta didik) pada tahap perkembangan mereka atau tingkat pengetahuannya. S. C. Utami Munandar (1997: 88-90) menjabarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dalam 5 indikator yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes/fleksibel, orisinal, kemampuan memperinci/mengelaborasi serta kemampuan menilai/mengevaluasi. Selanjutnya definisi dari indikator-indikator tersebut dijelaskan sebagai berikut. a. Kemampuan Berpikir Lancar Menemukan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. b. Kemampuan Berpikir Luwes/Fleksibel Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak 28

17 alternatif atau arah yang berbeda-beda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. c. Kemampuan Berpikir Orisinal Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. d. Kemampuan Memerinci/Mengelaborasi Mampu memperkaya atau mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. e. Kemampuan Menilai/Mengevaluasi Menentukan patokan nilai sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. Menurut Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. (2014: ), aspek kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut. a. Kelancaran Berpikir Kemampuan untuk mengemukakan banyak ide atau gagasan secara lancar. b. Keluwesan Berpikir Kemampuan untuk melihat berbagai macam sudut pandang dan memberikan berbagai macam jawaban dari suatu masalah. 29

18 c. Keaslian Berpikir Kemampuan memberikan jawaban yang tidak diduga dan tidak terpikirkan oleh orang pada umumnya atau mempunyai gagasan yang belum atau jarang diberikan orang lain. d. Elaborasi/Memerinci Kemampuan memperkaya dan mengembangkan ide-ide serta kemampuan memperinci ide sampai ke hal-hal yang sekecil-kecilnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan dalam memahami masalah dan menemukan penyelesaiannya dengan berbagai cara, metode, ide serta perspektif yang baru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu: a. Kelancaran Peserta didik mampu menemukan banyak jawaban terkait suatu masalah matematika. b. Keluwesan Peserta didik mampu memberikan banyak cara penyelesaian berbeda pada suatu permasalahan matematika. c. Kebaruan Peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan cara yang baru, unik, atau berbeda dengan cara lainnya. 30

19 6. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu didefinisikan selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi, serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti (S. C. Utami Munandar, 1997: 91). Pupuh Fathurahman, AA Suryana, dan Fenni Fitriany (2013: 104) mendeskripsikan rasa ingin tahu sebagai sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Suyadi (2013: 9) menjelaskan bahwa rasa ingin tahu yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajarai secara lebih mendalam. Menurut S. C. Utami Munandar (1997), aspek ingin tahu meliputi mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambargambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal, menggunakan semua pancainderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian, serta ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik. Ajeng Ginanjar (2013) mengatakan bahwa aspek rasa ingin tahu meliputi bertanya, menjawab pertanyaan yang muncul selama pembelajaran, merespon, memperhatikan penjelasannya, memiliki inisiatif dan antusias, memiliki sikap kreatif, kontribusi peserta didik dalam diskusi/proyek pembelajaran, serta pengayaan. A.M. Putri, S. Khanafiyah, dan H. Susanto (2014) mengatakan bahwa 31

20 aspek rasa ingin tahu yaitu bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran, mencari informasi dari berbagai sumber, serta bertanya kepada guru tentang pengetahuan umum. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa rasa ingin tahu adalah cara berpikir, sikap, dan perilaku yang selalu terdorong untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Aspek rasa ingin tahu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mempertanyakan segala sesuatu, menjawab pertanyaan yang muncul selama pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, memiliki inisiatif dan antusias, memberikan kontribusi dalam diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber, serta tidak takut mencoba sesuatu yang baru. 7. Tinjauan Materi Pada kurikulum 2006, memahami konsep segitiga dan segiempat serta menentukan ukurannya termasuk dalam materi semester 2 kelas VII. Oleh karena itu, peneliti mengambil materi luas dan keliling segitiga dan segiempat sesuai dengan SK, KD, dan Indikator dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. SK, KD, dan Indikator Standar Kompetensi Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan 6 ukurannya Kompetensi Dasar Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat 6.3 serta menggunakannya dalam pemecahan masalah Indikator Menemukan rumus keliling, luas persegi panjang dan persegi Menggunakan rumus keliling, luas persegi panjang dan persegi untuk menyelesaikan masalah 32

21 6.3.3 Menemukan rumus keliling dan luas segitiga Menggunakan rumus keliling dan luas segitiga untuk menyelesaikan masalah Menemukan rumus keliling dan luas jajar genjang Menggunakan rumus keliling dan luas jajar genjang untuk menyelesaikan masalah Menemukan rumus keliling, luas belah ketupat dan layanglayang Menggunakan rumus keliling, luas belah ketupat dan layanglayang untuk menyelesaikan masalah Menemukan rumus keliling dan luas trapesium Menggunakan rumus keliling dan luas trapesium untuk menyelesaikan masalah Menghitung keliling gabungan bangun segitiga dan segiempat Menghitung luas gabungan bangun segitiga dan segiempat Keliling adalah jumlah panjang sisi-sisi suatu bangun sedangkan luas adalah banyaknya persegi satu satuan yang mengisi suatu bangun. Rumus keliling dan luas segitiga dan segiempat disajikan dalam tabel 2 berikut. Tabel 2. Rumus Luas dan Keliling pada Segitiga dan Segiempat No Nama Bangun Keliling Luas 1 Persegi Panjang 2 Persegi 3 Segitiga 4 Jajar Genjang 5 Belah Ketupat 6 Layang-layang 7 Trapesium Keterangan: : panjang : sisi keempat : lebar : diagonal satu : sisi : diagonal dua : sisi pertama : alas : sisi kedua : tinggi : sisi ketiga : jumlah sisi sejajar 33

22 8. Keefektifan Pembelajaran Guru harus merencanakan pembelajaran dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan atau dengan kata lain pembelajaran akan efektif jika pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Nightiangle dan O Neil (Killen, 2009: 4) mendeskripsikan karakteristik pembelajaran yang efektif, yaitu sebagai berikut. a. Peserta didik mampu menerapkan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah. b. Peserta didik mampu mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain. c. Peserta didik mampu memahami hubungan dari pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. d. Peserta didik mampu mempertahakan pengetahuan yang dimilikinya dalam waktu yang lama. e. Peserta didik mampu menemukan atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. f. Peserta didik memiliki keinginan untuk terus belajar. Nana Sudjana mengemukakan (2002: 34-35) bahwa pembelajaran efektif dapat ditinjau dari proses dan hasilnya. Prosesnya sesuai dengan apa yang direncanakan sedangkan hasilnya sesuai dengan kriteria yang ditentukan. 34

23 Keefektifan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana proses pembelajaran berhasil membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang dapat dilihat dari kriteria yang telah ditentukan. Kriteria efektif untuk kemampuan berpikir kreatif yaitu rata-rata nilai posttest lebih dari nilai pretest dan rata-rata nilai posttest lebih dari 74,99. Kriteria efektif untuk rasa ingin tahu yaitu jika rata-rata skor rasa ingin tahu akhir lebih dari rata-rata skor rasa ingin tahu awal dan rata-rata skor rasa ingin tahu akhir lebih dari 56. B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya yaitu: 1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita Sari, Ira Kurniawati, dan Getut Pramesti (2013) terhadap peserta didik kelas X SMA menunjukkan bahwa pendekatan open ended menghasilkan kemampuan berpikir matematis yang lebih baik daripada pendekatan konvensional pada materi trigonometri. 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria Puji Rahayu (2009) terhadap peserta didik SMP menunjukkan bahwa pendekatan open ended mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuanita Endah Puspitasari (2009) terhadap peserta didik kelas VII SMP menunjukkan bahwa pendekatan open ended mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. 4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nurhayati (2012) terhadap peserta didik kelas VIII SMP menunjukkan bahwa LKS dengan pendekatan open ended baik untuk memfasilitasi pemahaman konsep matematika dan kemampuan berpikir kreatif matematika. 35

24 5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo (2012) terhadap peserta didik kelas IX SMP menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik mengalami peningkatan setelah diberikan pembelajaran matematika dengan pendekatan open ended melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). 6. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi Rahman (2012) terhadap peserta didik kelas VII SMP menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia efektif ditinjau dari pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematik dan karakter peserta didik SMP. Salah satu aspek dari karakter peserta didik SMP adalah rasa ingin tahu sehingga secara tidak langsung pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik. 7. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ajeng Ginanjar (2013) terhadap peserta didik kelas VII SMP mengatakan bahwa karakter rasa ingin tahu peserta didik dapat berkembang melalui strategi pembelajaran inkuiri sosial. 8. Hasil penelitian yang dilakukan oleh A.M. Putri, S. Khanafiyah, dan H. Susanto (2014) terhadap peserta didik SMP mengatakan bahwa komunikatif dan rasa ingin tahu peserta didik dapat berkembang melalui model pembelajaran kontekstual dengan pendekatan snowball throwing. 9. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rima Buana Prahastiwi, Subani, dan Dwi Haryoto (2014) terhadap peserta didik kelas X SMA yang menunjukkan 36

25 bahwa pendekatan saintifik mampu meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik. C. Kerangka Pikir Penelitian Kerangkat pikir dalam penelitian ini disajikan dalam gambar 2 berikut. Kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu penting dalam kehidupan dan perlu dikembangkan di sekolah termasuk dalam pembelajaran matematika Berdasarkan wawancara, observasi dan pra-penelitian di SMPN 2 Wates Kulon Progo kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik belum optimal upaya Pendekatan Saintifik Pendekatan Saintifik Berbasis Masalah Open Ended Langkah-langkah Langkah-langkah Mengamati masalah tertutup Mengamati masalah terbuka Menanya Mengumpulkan informasi yang bersifat tunggal Menalar Kemampuan Berpikir Kreatif Rasa Ingin Tahu Menanya Mengumpulkan informasi yang bersifat jamak Menalar dengan banyak cara Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan Gambar 1. Kerangka Pikir 37

26 D. Hipotesis Dari uraian tersebut, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo. 2. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo. 3. Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo. 4. Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo. 5. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo. 6. Pendekatan saintifik berbasis masalah open ended lebih efektif daripada pendekatan saintifik ditinjau dari rasa ingin tahu peserta didik kelas VII SMPN 2 Wates Kulon Progo. 38

Kata kunci: pendekatan saintifik, masalah open ended, kemampuan berpikir kreatif, rasa ingin tahu

Kata kunci: pendekatan saintifik, masalah open ended, kemampuan berpikir kreatif, rasa ingin tahu Keefektifan Pendekatan Saintifik... (Tri Rokhimah) 1 KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MASALAH OPEN ENDED DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN RASA INGIN TAHU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Matematika juga dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang

I. PENDAHULUAN. mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPS atau Social Studies adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan kecerdasan personal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif. 12 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Suatu pendidikan yang berlangsung di sekolah yang paling penting adalah kegiatan belajar. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bappenas (2006) mengemukakan bahwa majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Ruseffendi, 1988), membutuhkan siasat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Open-ended Problem Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem that are formulated to have multiple correct answer incomplete

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means, BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran MEA a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means, ends dan analysis. Means berarti banyaknya cara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang jika mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Proses berpikir diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (sains) memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan. Meskipun banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit, namun, semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak dapat menghindari berbagai macam bentuk komunikasi karena dengan komunikasi manusia dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERCAYA DIRI 1. Pengertian percaya diri Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematik merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki individu dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan penting. Suatu Negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam Negara itu

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan sistem pendidikan, seperti halnya terjadinya perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan zaman, bidang pendidikan terus diperbaiki dengan berbagai inovasi didalamnya. Hal ini dilakukan supaya negara dapat mencetak Sumber

Lebih terperinci

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Menurut Munandar (1999:47), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG Desain Pembelajaran Penulis: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si Penelaah: Prof. Dr. rer. nat. Sadjidan, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini berkembang sangat pesat. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Open-ended

BAB II KAJIAN TEORI. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Open-ended BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori Landasan teori yang dikaji dalam penelitian dengan judul "Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendekatan Open-ended Berorientasi pada Kemampuan Berpikir Kreatif

Lebih terperinci

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia nomor 65 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah bertujuan untuk membentuk karakter. Orang-orang terdidik adalah orang yang berkarakter yaitu orang yang bertindak mulia. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh semua manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan pendidikan. Dalam UU RI Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Terbukti bahwa hampir di setiap negara, pendidikan menjadi prioritas utama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Cooperative Script, Pembelajaran Ekspositori, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Cooperative Script Penggunaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Penalaran adalah suatu proses atau aktifitas berpikir untuk menarik kesimpulan membuat pernyataan baru yang benar berdasarkan pada pernyataan yang telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan penekanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan kemajuan sains dan teknologi, sehingga matematika dipandang sebagai suatu ilmu yang terstruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Bagi sebagian murid sekolah, matematika dianggap pelajaran yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika dan Pembelajarannya Matematika memiliki banyak definisi dan tidak mempunyai definisi tunggal yang disepakati. Beberapa ahli matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berasal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan potensi individu yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Karena ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan disiplin ilmu yang sifatnya terstruktur dan terorganisasi dengan baik, mulai dari konsep atau ide yang tidak terdefinisi sampai dengan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar oleh seseorang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tetapi matematika juga dapat berguna dalam memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Slameto (Djamarah, 1996), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi pembangunan pendidikan nasional kini telah tertuang dalam undang-undang tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein, yang berarti mempelajari. Kebanyakan orang mengatakan bahwa matematika merupakan suatu pelajaran

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS VIIIC SMP MUHAMMADIYAH 1 MINGGIR Dian Safitri Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan serta kebiasaan seseorang yang diwariskan dengan mengembangkan nilai-nilai budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014,

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Aronson (Abidin, 2014, BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Pembelajaran Biasa, Kemampuan Pemahaman Matematik, dan Sikap 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Penggunaan pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci