BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya
|
|
- Sri Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama prinsipal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Hubungan kerja ini pada dasarnya baik dan saling menguntungkan, yaitu pada kondisi ketika kedua belah pihak saling mengerti, menyadari serta konsisten terhadap kontrak kerja yang telah mereka sepakati. Pihak agen (manajemen) seharusnya mencurahkan segenap kemampuan profesionalnya dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan dengan semaksimal mungkin. Sedangkan pihak prinsipal, berkewajiban memberikan balas jasa yang layak kepada pihak agen. Kenyataan dilapangan menunjukkan hal yang berbeda, sering terjadi ketimpangan informasi yang biasa disebut dengan asymmetric information yaitu suatu kondisi dimana satu pihak memiliki informasi yang lebih baik daripada pihak yang lain. Dalam hal ini, pihak agen (manajemen) yang terlibat secara langsung dalam operasional perusahaan tentu saja memiliki informasi yang lebih baik dan lebih banyak tentang kondisi perusahaan dibandingkan dengan prinsipal yang tidak terlibat secara langsung. Asymmetric information ini kemudian memunculkan perilaku moral hazard yaitu tindakan-tindakan manajemen yang bertentangan dengan upaya meningkatkan nilai perusahaan. 8
2 9 Eisenhardt (1989) menyatakan ada tiga asumsi sifat manusia terkait teori keagenan, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Dari tiga asumsi sifat dasar manusia tersebut, masing-masing pihak yang terlibat diasumsikan memiliki rasionalitas ekonomi, dimana setiap tindakan yang mereka lakukan akan terlebih dahulu termotivasi oleh kepentingannya sendiri sebelum kepentingan orang lain. Teori ini kemudian menjadikan kita sulit percaya bahwa manajemen (agent) akan selalu bertindak untuk kepentingan principal. Principal menilai kinerja agen (manajemen) melalui kinerja keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Pada kondisi tertentu, bisa terjadi manipulasi atas laporan keuangan dikarenakan ketakutan agen (manajemen) dalam mengungkapkan informasi yang diperkirakan akan merugikan bagi dirinya. Penyusunan laporan keuangan pada kondisi seperti ini terindikasi tidak dibuat berdasarkan kondisi yang sebenar-benarnya, tetapi dibuat agar sesuai dengan yang diharapkan oleh principal. Hal seperti ini memicu terjadinya konflik keagenan sehingga dibutuhkan pihak ketiga yang independen, yaitu akuntan publik. Tugas dari akuntan publik (auditor independen) adalah memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen (manajemen), dengan hasil akhir berupa opini audit. Jasa auditor digunakan oleh prinsipal untuk memverifikasi informasi dari laporan keuangan yang disajikan oleh agen. Sedangkan, agen memerlukannya dalam rangka memberikan legitimasi atas laporan keuangannya.
3 Audit Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Elder, 2011:4). Kriteria yang ditetapkan dalam audit adalah kriteria yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku umum di Indonesia (generally accepted accounting principles GAAP), sedangkan bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. ASOBAC (a Statement of Basic Auditing Concepts) dalam Halim (2003:1) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Tujuan audit secara umum adalah sebagai berikut: (Muchlisin Riadi, 2013) 1. Kelengkapan (completeness), untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau dimasukkan dalam jurnal. 2. Ketepatan (accurancy), untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, tanggal yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan dan dicatat dengan tepat, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar.
4 11 3. Eksistensi (existence), untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, bukan transaksi fiktif. 4. Penilaian (valuation), untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diterapkan dengan benar. 5. Klasifikasi (classification), untuk memastikan bahwa transaksi yang dicatat kedalam jurnal telah diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka nominal yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat. 6. Pisah Batas (cut off), untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat dalam periode waktu yang tepat. 7. Pengungkapan (disclosure), untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut. Pihak yang melakukan proses audit disebut auditor. Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002:11). Boynton et.al (2003:8) menggolongkan auditor menjadi tiga kategori, yaitu:
5 12 1. Auditor Pemerintah. adalah auditor yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam pemerintahan. 2. Auditor Internal. adalah karyawan perusahaan tempat mereka melakukan audit. Tujuannya, untuk membantu manajemen dalam melakukan tanggung jawabnya secara efektif. 3. Auditor Independen. adalah para praktisi individual atau anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada klien. Auditor ini menjalankan pekerjaannya dibawah naungan kantor akuntan publik Auditor Independen Standar Audit (SA) 200 (IAPI, 2013:1) menjelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor pada umumnya adalah tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Standar Audit tersebut juga menyatakan bahwa auditor diharuskan untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan sebagai suatu keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Sebelum melakukan audit, terlebih dahulu auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkan baginya untuk merencanakan dan melaksanakan audit berdasarkan standar audit yang telah ditetapkan Institut
6 13 Akuntan Publik Indonesia. Auditor independen menyatakan pendapatnya dalam lembar opini audit. Apapun jenis opini auditnya, pemberian opini audit oleh auditor independen diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi antara pihak manajemen dengan para prinsipal. Secara garis besar ada dua tipe opini audit menurut standar audit terbaru, Standar Audit (SA) 700 (IAPI, 2013) menjelaskan tentang opini tanpa modifikasian dan Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013) yang menjelaskan tentang opini modifikasian, lebih lengkap dijelaskan sebagai berikut: 1. Opini Tanpa Modifikasian Opini ini akan diberikan bila auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor juga telah memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. 2. Opini Modifikasian Opini ini diberikan jika auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. Opini modifikasian terdiri dari tiga tipe, yaitu:
7 14 a. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) 1) Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan material tetapi tidak pervasif dalam penyajian laporan keuangan baik secara individual maupun secara agregasi. 2) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif. 3) Jika auditor menyatakan opini ini, auditor harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditnya yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang menyebabkan modifikasi tersebut. Auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian". 4) Kemudian pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena terdapat kesalahan penyajian yang bersifat material pada laporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, kecuali untuk dampak hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini
8 15 Wajar dengan Pengecualian. Dilengkapi dengan tambahan frasa Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka penyajian wajar. Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka kepatuhan. 5) Masih pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka auditor harus menggunakan frasa kecuali untuk dampak hal-hal b. Opini tidak wajar (Adverse Opinion) Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa terdapat kesalahan penyajian baik secara individual maupun secara agregasi yang sifatnya adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan. Jika auditor menyatakan opini ini, ia harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditor yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal yang menyebabkan modifikasi tersebut. Auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini tidak Wajar".
9 16 Pada paragraf opini, auditor menyatakan bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar. Dilengkapi tambahan frasa Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka penyajian wajar. Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, jika auditor melaporkannya berdasarkan kerangka kepatuhan. c. Opini tidak menyatakan pendapat (Disclaimer Opinion) Auditor tidak boleh menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif. Juga pada kondisi ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, tetapi terdapat banyak ketidakpastian dan auditor tetap tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dan kemungkinan dampak kumulatif dari ketidakpastian tersebut terhadap laporan keuangan. Pada basis untuk paragraf modifikasi auditor harus menempatkan paragraf tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor dan menggunakan subjudul "Basis untuk Opini Tidak Menyatakan
10 17 Pendapat". Pada paragraf opini, auditor menyatakan bahwa, Karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit, dan oleh karena itu auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan. Berikut diilustrasikan bagaimana pertimbangan auditor tentang sifat hal-hal yang menimbulkan opini modifikasian: Sifat hal-hal yang menyebabkan modifikasi opini Laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material Tabel 1 Tipe Opini Modifikasian Pertimbangan auditor tentang seberapa pervasif dampak atau kemungkinan dampak terhadap laporan keuangan Material tetapi Material dan pervasif tidak pervasif Opini wajar dengan pengecualian Opini tidak wajar Ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat Opini wajar dengan pengecualian Opini tidak menyatakan pendapat Sumber : Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013) Standar Audit (SA) 705 (IAPI, 2013:4) menjelaskan pervasif adalah suatu istilah yang digunakan dalam konteks kesalahan penyajian untuk menggambarkan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan atau kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan, jika ada, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
11 Opini Audit Going Concern Dalam pelaksanaan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat terbatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan saja tetapi auditor juga harus mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan usaha suatu entitas. Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013:3) menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang diindikasikan dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya di masa yang akan datang. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan sangat tergantung pada keadaan, dan beberapa diantaranya mungkin hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Standar Audit (SA) 570 (IAPI, 2013:10) memberikan beberapa contoh kondisi dan peristiwa tersebut antara lain: 1. Keuangan a. Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih. b. Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan,
12 19 pengandaian yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai asset jangka panjang. c. Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor. d. Arus kas operasi yang buruk. e. Rasio keuangan utama yang buruk. f. Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai asset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas. g. Dividen yang sudah lama terhutang atau yang tidak berkelanjutan. h. Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo. i. Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman. j. Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi transaksi tunai ketika pengiriman. k. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya. 2. Operasi a. Intensi manajemen untuk melikuiditasi entitas atau untuk menghentikan operasinya. b. Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian. c. Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, wara laba, lisensi, atau pemasok utama. d. Kesulitan tenaga kerja. e. Kekurangan penyediaan barang/bahan. f. Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.
13 20 3. Lain-lain a. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori lainnya. b. Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat dipenuhi oleh entitas. c. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi entitas. d. Kerusakan asset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak diasuransikan atau kurang diasuransikan. Panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan opini audit going concern dijelaskan dalam standar audit (SA) 570 (IAPI, 2013:4) sebagai berikut: 1. Jika auditor yakin bahwa terdapat keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor harus menentukan apakah manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kondisi tersebut. Jika manajemen telah melakukan penilaian, maka auditor harus mendiskusikannya terlebih dahulu bersama mereka. Kemudian menentukan apakah manajemen telah mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang baik secara individual maupun kolektif dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor juga mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan penilaian kelangsungan usaha entitas dan
14 21 kemudian menetapkan kemungkinan apakah rencana tersebut dapat memperbaiki situasi dan dapat dilaksanakan dengan efektif. 2. Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian, maka auditor meminta manajemen untuk segera melakukan penilaian dengan periode penilaian sekurang-kurangnya dua belas bulan dari tanggal laporan keuangan. Jika manajemen tidak bersedia membuat atau memperluas penilaiannya, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat. 3. Jika manajemen telah menggunakan asumsi kelangsungan usaha dengan tepat, tetapi terdapat suatu ketidakpastian material, maka auditor mempertimbangkan pengungkapan (berdasarkan pertimbangannya) dengan kondisi sebagai berikut: a. Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan telah memadai, maka auditor menyatakan suatu opini tanpa modifikasian dan mencantumkan suatu paragraf penekanan suatu hal dalam laporan auditornya. b. Jika auditor menilai pengungkapan yang dicantumkan dalam laporan keuangan tidak memadai, maka auditor memberikan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar. 4. Jika penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar.
15 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan. Rasio ini dapat mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan baik dimana angka penjualannya lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya sehingga terjadi kenaikan atas laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur dan kecenderungan terjadinya peningkatan atas laba tersebut pada periode-periode berikutnya, merupakan suatu indikasi yang dapat dijadikan acuan untuk memastikan bahwa perusahaan akan dapat mempertahankan posisi ekonomi dan kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang. Sebaliknya apabila perusahaan mengalami trend penurunan penjualan dapat diasumsikan bahwa dimasa yang akan datang kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan mempertahankan posisi ekonomi dan kelangsungan usahanya. Petronela (2004) menyatakan bahwa perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar kearah kebangkrutan sehingga perusahaan yang laba tidak akan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Meskipun demikian, pada perusahaan dengan positive
16 23 growth tidak seharusnya auditor dengan serta merta langsung memutuskan pemberian opini audit non going concern. Auditor harus tetap berhati-hati dalam mengeluarkan opininya karena tidak tertutup kemungkinan pihak manajemen sengaja membuat penjualan fiktif. Hal ini mengakibatkan penjualan akan tampak meningkat dan berdampak langsung pada perhitungan laba rugi, padahal kondisi sebenarnya tidak demikian Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Pengertian yang hampir sama disampaikan oleh Syafri (2008:304) bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas dapat digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan return on assets (ROA), yaitu dengan cara membandingkan antara laba (rugi) bersih (net income) dengan total aset (total assets). Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), return on assets (ROA) merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset, dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui nilai ROA, kita dapat mengetahui apakah perusahaan telah efisien
17 24 dalam menggunakan asetnya dalam kegiatan operasional untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam mengelola asetnya sehingga semakin baik pula prospek bisnisnya. Dalam sudut pandang auditor, semakin besar rasio profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kinerja manajemen yang semakin baik dalam menghasilkan laba sehingga tidak akan menimbulkan keraguan terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya dimasa yang akan datang. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan pemberian opini going concern, begitu juga sebaliknya Likuiditas Likuiditas (liquidity) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo (Lancester et. al., 1998:28 dalam Widyawati 2009). Rasio likuiditas dapat didefinisikan sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar liabilitas jangka pendeknya. Perhitungan rasio likuiditas bisa dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan rasio lancar (current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio lancar (current ratio) didapat dengan membandingkan antara aset lancar (current assets) dengan liabilitas jangka pendek (current liabilities). Rasio cepat (quick ratio) didapat dengan terlebih dahulu mengurangkan aset lancar (current assets) dengan persediaan (stock) sebelum dibandingkan dengan liabilitas jangka pendek (current liabilities). Dalam penelitian ini perhitungan rasio likuiditas diproksikan dengan current ratio, makin kecil nilai current ratio menunjukkan perusahaan kurang
18 25 likuid sehingga dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan kesulitan membayar utang kepada para krediturnya. Pada posisi seperti ini kemungkinan besar auditor akan memberikan opini audit going concern. Sebaliknya, makin besar nilai current ratio menunjukkan perusahaan likuid sehingga dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan mampu membayar utang kepada para krediturnya. Pada posisi seperti ini kecil kemungkinan auditor akan memberikan opini audit going concern Leverage Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2001:120). Rasio leverage merupakan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan (Weston dan Copeland, 1992 dikutip oleh Januarti dan Fitrianasari, 2008). Leverage dapat diproksikan dengan perhitungan debt ratio yaitu membandingkan antara total liabilitas dengan total aset. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Dari hasil perhitungan rasio ini dapat diketahui besarnya persentase utang perusahaan terhadap total aset yang dimiliki atau besarnya tingkat persentase total aset yang dibiayai dengan utang. Semakin besar rasio leverage menunjukkan rendahnya kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dimasa yang akan datang. Pada kondisi demikian, sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan diasumsikan akan digunakan untuk membiayai utangnya sehingga dana yang dialokasikan untuk operasional perusahaan pada periode berikutnya
19 26 akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin kecil rasio leverage menunjukkan kemampuan keberlangsungan usaha yang semakin baik. Semakin kecil debt ratio semakin kecil pula kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern Penelitian Terdahulu Penelitian empiris mengenai opini audit going concern sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, diantaranya Widyawati (2009), Sutedja (2010), Rahayu dan Pratiwi (2011), Kristiana (2012), Kurnia (2012), Wati (2013), Nursasi dan Maria (2013) serta Fauziah (2014). Namun hasil dari penelitian-penelitian tersebut masih belum konsisten. Widyawati (2009) melakukan penelitian menggunakan variabel independen berupa profitabilitas, likuiditas, kualitas audit, dan auditor changes. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan hanya variabel profitabilitas yang berpengaruh terhadap opini audit going concern sedangkan likuiditas, kualitas audit, dan auditor changes disimpulkan tidak berpengaruh. Penelitian Sutedja (2010) menghasilkan kesimpulan yang dapat memperkuat hasil penelitian Widyawati (2009) dimana profitabilitas juga disimpulkan berpengaruh sedangkan likuiditas dan kualitas audit tidak berpengaruh. Dalam penelitian tersebut ditambahkan juga variabel solvabilitas dan opini audit sebelumnya yang disimpulkan berpengaruh, serta pertumbuhan perusahaan yang disimpulkan tidak berpengaruh. Rahayu dan Pratiwi (2011) menggunakan pertumbuhan perusahaan, leverage, opini audit tahun sebelumnya, dan reputasi auditor sebagai variabel independen dalam penelitiannya. Hasil penelitian ini menyimpulkan hanya opini audit tahun sebelumnya yang berpengaruh terhadap opini audit going concern
20 27 sedangkan pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor disimpulkan tidak berpengaruh. Kristiana (2012) menunjukkan beberapa kesimpulan yang berbeda, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan yang pada ketiga penelitian sebelumnya disimpulkan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern dalam penelitiannya disimpulkan berpengaruh. Walaupun demikian untuk variabel profitabilitas masih didapatkan kesimpulan yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu berpengaruh terhadap opini audit going concern. Profitabilitas disimpulkan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada penelitian Kurnia (2012). Penelitian lain mengenai opini audit going concern dilakukan oleh Wati (2013) yang menggunakan rasio keuangan berupa profitabilitas, leverage, dan likuiditas. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap opini audit going concern sedangkan likuiditas disimpulkan tidak berpengaruh dengan asumsi bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit going concern tidak hanya mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tetapi lebih melihat pada kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Sementara itu, Nursasi dan Maria (2013) serta Fauziah (2014) dalam penelitiannya sama-sama berkesimpulan bahwa leverage dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dibawah ini disajikan secara lengkap tentang penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh beberapa variabel terhadap opini audit going
21 28 concern disertai dengan hasil penelitian mereka yang diringkas dalam tabel berikut ini: Tabel 2 Penelitian Terdahulu Peneliti Alat Analisis Variabel Hasil Dependen Independen Penelitian Dyah Putri Widyawati (Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Profitabilitas, Likuiditas, Kualitas Audit, Auditor Changes. Profitabilitas. Tidak Likuiditas, Kualitas Audit, Auditor Changes. Christian Sutedja (Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya, 2010) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Likuiditas, Profitabilitas, Kualitas Audit, Solvabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan. Profitabilitas, Solvabilitas, Opini Auit Tahun Sebelumnya. Tidak Likuiditas, Kualitas Audit, Pertumbuhan Perusahaan. Ayu Wilujeng Rahayu dan Caecilia Widi Pratiwi (Universitas Gunadharma, 2011) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Reputasi Auditor. Opini Audit Tahun Sebelumnya. Tidak Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, Reputasi Auditor. Ira Kristiana (Jurnal Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 2012) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan. Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Perusahaan. Tidak Ukuran Perusahaan.
22 29 Wita Kurnia (Universitas Gunadharma, 2012) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas. Ukuran Perusahaan. Tidak Pert. Perusahaan, Profitabilitas. Angie Cyntia Wati (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Likuiditas, Profitabilitas, Leverage, Opini Tahun Sebelumnya, Opinion Shopping. Profitabilitas, Leverage, Opini Tahun Sebelumnya, Opinion Shopping. Tidak Likuiditas. Enggar Nursasi dan Evie Maria (STIE Malakucecwar a Jawa Timur, 2013) Partial Least Square (PLS) Opini Audit Going Concern Leverage, Pertumbuhan Perusahaan, Prediksi Kebangkrutan. Prediksi Kebangkrutan, Leverage, Pertumbuhan Perusahaan. Tidak - Hanifah Fauziah (Universitas Widyatama Bandung, 2014) Regresi Logistik Opini Audit Going Concern Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan. Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan. Tidak - Sumber : Data sekunder yang telah diolah
23 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar sebagai berikut: Teori Keagenan Agen (Manajemen) Laporan Keuangan Pemilik (Prinsipal) Auditor Independen Standar Audit (SA) 570 Kelangsungan Hidup Entitas terdapat keraguan signifikan 1. Pertumbuhan Perusahaan 2. Profitabilitas 3. Likuiditas 4. Leverage Opini Audit going concern Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji kebenarannya mengenai masalah yang sedang dipelajari, dimana suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Perumusan hipotesis dapat dikembangkan berdasarkan hubungan antara
24 31 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap opini audit going concern yaitu : Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern. Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno dkk., 2006). Perusahaan yang mengalami pertumbuhan menunjukkan aktivitas operasional perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga perusahaan dapat mempertahankan posisi ekonominya dan kelangsungan hidupnya, sedangkan perusahaan dengan negative growth mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar ke arah kebangkrutan (Altman, 1968). Perusahaan dengan positive growth akan semakin kecil kemungkinannya mendapatkan opini audit going concern, hal ini sesuai dengan penelitian Kristiana (2012) serta Nursasi dan Maria (2013) yang menemukan bukti empiris bahwa pertumbuhan perusahaan memberikan pengaruh negatif pada pemberian opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; H 1 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.
25 Pengaruh Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2001:122). Melalui perhitungan yang diproksikan dengan return on assets (ROA), yaitu dengan cara membagi laba (rugi) bersih dengan total aset, kita dapat mengetahui sejauh mana efektifitas pengelolaan aset perusahaan dalam rangka menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai return on assets (ROA) menunjukkan semakin efektif pula pengelolaan asetnya, sehingga semakin kecil pula kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Beberapa penelitian termasuk Wati (2013) telah menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif, Sutedja (2010) dengan hasil koefisien regresi diangka -8,023, Kristiana (2012) diangka -5,080. Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas maka akan semakin kecil potensi terbitnya opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; H 2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern Pengaruh Likuiditas terhadap Opini Audit Going Concern. Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk membayar liabilitas jangka pendeknya sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Rasio likuiditas bisa diukur dengan membandingkan antara
26 33 aset lancar (current assets) dengan liabilitas jangka pendek (current liabilities), dari perhitungan ini didapat nilai current ratio. makin kecil nilai current ratio menunjukkan perusahaan kurang likuid sehingga dapat diasumsikan bahwa perusahaan akan kesulitan memenuhi kewajiban kepada para krediturnya, pada posisi seperti ini kemungkinan besar auditor akan memberikan opini audit going concern. Dari hasil penelitiannya Kristiana (2012) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern, kemudian Fauziah (2014) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, sedangkan Widyawati (2009), Sutedja (2010) dan Wati (2013) menyatakan tidak berpengaruh. H 3 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern Pengaruh Leverage terhadap Opini Audit Going Concern. Rasio leverage mengukur tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan (Husna dan Pudjiastuti 2004 dalam Fauziah 2014). Rasio ini dapat diukur dengan debt ratio yaitu membandingkan antara total liabilitas dengan total aset. Penelitian yang dilakukan Nursasi dan Maria (2013) serta Wati (2013) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan Santoso (2012) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Hal ini dikarenakan semakin tinggi rasio leverage suatu
27 34 perusahaan, maka akan semakin menimbulkan keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan tersebut, karena sebagian besar dana yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang. Sebaliknya Rahayu dan Pratiwi (2011) serta Relungningsih (2010) justru menyimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; H 4 : Leverage berpengaruh positif terhadap opini audit going concern.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kristiana (2012) meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini merupakan tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang menguraikan teori-teori yang relevan dengan penelitian, telaah penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) dalam Januarti (2009) menggambarkan adanya hubungan kontrak antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan
Lebih terperinciStandar Audit SA 570. Kelangsungan Usaha
SA 0 Kelangsungan Usaha SA paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 KELANGSUNGAN USAHA (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu juga deskripsi dari variabel-variabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Kajian teori agensi pada penelitian opini audit going concern. principal (pemilik) mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menggambarkan hubungan kontrak antara agen (manajer) dengan prinsipal (pemilik). Prinsipal dalam teori agensi ini adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) merupakan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu dibagian ini juga dijelaskan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan kontrak antara prinsipal dan agen dimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Opini Audit Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan global pada saat ini mengharuskan perusahaan berfikir tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan sebuah entitas bisnis yang menjalankan usahanya dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan Govindarajan (2008:175)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Penelitian yang akan dilakukan kali ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (PSAK No. 1 revisi 2009, 2012). Pada umumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas sehingga, jika entitas mengalamai kondisi yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan mengenai konflik yang tercipta antara pihak manajemen perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori ini menjelaskan hubungan antara agen (manajemen usaha) dan principal (pemilik usaha). Agen diberi kewenangan oleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory (Teory Keagenan) menurut Jensen dan Meckling (1979) dalam Mirna dan Indira (2007), menggambarkan adanya hubungan suatu kontrak antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu Negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Hubungan keagenan adalah suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya (agent)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi bisnis yang akurat menjadi salah satu kebutuhan utama bagi para pelaku bisnis. Informasi ini diperlukan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi. Peristiwa ini pernah terjadi pada beberapa perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelangsungan usaha (going concern) suatu perusahaan merupakan salah satu hal yang penting bagi para pemangku kepentingan (stakeholders), terutama investor.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu dengan yang lain
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Audit Pengauditan adalah suatu proses sistimatis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir tercatat beberapa perusahaan berskala global maupun nasional mengalami kepailitan. Kondisi ini harus disikapi oleh akuntan publik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori agensi, menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah kegiatan pengumpulan dan evaluasi terhadap bukti-bukti yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen untuk menentukan dan melaporkan tingkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan semakin meningkat.
Lebih terperinciLie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):
Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016): 84-105 84 Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Rencana Manajemen terhadap Opini Audit Going Concern (Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia bisnis di negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan indikator utama untuk melihat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand theory) dan teori harapan sebagai teori pendukung (supporting theory). Disamping itu bab ini juga menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan didirikan untuk memilki suatu tujuan, tidak hanya menjalankan usaha dan menghasilkan keuntungan secara maksimal saja tapi sebuah perusahaan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihakpihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terutama investor. Investor menanamkan modalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti Enron, Worldcom, Xerox dan lain-lain yang berakhir pada kebangkrutan, menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pasti akan melaporkan dan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan jumlah bank di Indonesia begitu pesat dan menciptakan persaingan begitu besar, yang akhirnya menimbulkan praktik-praktik tidak sehat. Dimana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara principal dan agen yang pertama kali dikemukakan oleh Jensen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Menurut Jensen dan Meckling (Susanto; 2009) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat Auditor Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit mengenai temuan-temuan audit yang ditemukan auditor independen terhadap auditee.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu berusaha menjalankan bisnisnya dengan sebaik mungkin, dengan harapan bisnis tersebut dapat memiliki keberlangsungan hidup usaha dimasa mendatang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Selain itu, juga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Astuti dan Ramantha (2014) Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh audit fee, opini going concern, financial distress,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah : Suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara yang digunakan oleh suatu entitas untuk menggambarkan bagaimana kondisi entitas tersebut terutama mengenai posisi keuangannya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Teori agensi dan hubungannya dengan opini auditor tentang going Menurut Jensen dan Smith (1984) teori agensi adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan keagenan (agency theory) menjelaskan adanya pemisahan fungsi antara agen (pihak manajemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan selain untuk memaksimalkan laba (profit), perusahaan juga mempunyai tujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau mendukung perumusan hipotesis dalam penelitian ini, selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang diberikan oleh perusahaan kepada publik terutama para investor dan kreditur (Riyatno, 2007).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1. Teori Agensi Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, Holmes (2010 : 301) mendefinisikan teori agensi sebagai berikut: In such a
Lebih terperinciPENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN
PENGARUH PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN Feri Setiawan ferishofi@gmail.com Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Pada penelitian tentang opini audit going concern ini, membutuhkan kajian teori agensi. Menurut Jensen dan Meackling (1967), menggambarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini merujuk pada penelitianpenelitian terdahulu. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu beserta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih orang, dimana principal
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Jansen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak kerjasama yang mana satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak terjadi kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang melibatkan banyak pihak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak mampu mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going
Lebih terperinciSPR Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas
SPR 0 Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen Entitas SA Paket 000.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN REVIU 0 REVIU ATAS INFORMASI KEUANGAN INTERIM YANG DILAKSANAKAN
Lebih terperinciJURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)
JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR) Sri Wiranti Setiyanti Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Semarang Abstraksi Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan laporan audit. Opini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua perusahaan manufaktur di Indonesia dalam era globalisasi selayaknya berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kapitalis global, turut merasakan pukulan berat dari keberlanjutan krisis ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat memasuki tahun 2010, ekonomi dunia sedang mengalami dua kejadian penting, yaitu: pertama, krisis ekonomi kapitalisme global yang sangat mendalam dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 1.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Solvabilitas terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) membutuhkan kajian teori sebagai berikut:
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Solvabilitas terhadap Lamanya Waktu Penyelesaian Audit (Audit Delay) membutuhkan kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Pasar modal menyediakan berbagai macam informasi yang dapat digunakan oleh investor. Informasi ini merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam
Lebih terperinciDewi Ratna Sari Sri Wahyuni Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRACT
PENGARUH KUALITAS AUDIT, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2013 Dewi Ratna Sari Sri Wahyuni
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Opini Audit Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Agency theory menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Agency theory menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi tujuan perusahaan adalah dapat mempertahankan kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebangkrutan dan kelangsungan hidup perusahaan merupakan dua sisi yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi tujuan perusahaan
Lebih terperinciBAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan Audit Bentuk Baku Judul Laporan Alamat Laporan Audit Paragraf Pendahuluan Paragraf Scope Paragraf Pendapat Nama KAP
BAB 3 LAPORAN AUDIT Laporan merupakan hal yang esensial dalam penugasan audit dan assurance karena laporan berfungsi mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pengguna laporan keuangan menyandarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 yaitu untuk menyediakan informasi yang berguna
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan adanya hubungan antara dua pihak dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investor merupakan salah satu pelaku investasi yang memiliki kaitan erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam mengambil suatu keputusan investasi,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Signal ( Signalling Theory ) Menurut Bringham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil
Lebih terperinciSA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN
SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Laporan Keuangan 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Definisi laporan keuangan menurut Kieso (2002 : 3) adalah sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini
Lebih terperinciBAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada
BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN 2.1 Going Concern Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada perusahaan yang mempunyai masalah keuangan, tapi dianggap masih mampu untuk melanjutkan
Lebih terperinciRISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT
SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan
Lebih terperinciStandar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal
SA 0 Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN AUDIT 0 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perusahaan menganggap bahwa laporan keuangan yang dapat dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak internal maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu entitas bisnis yang baik tidak hanya fokus untuk memperoleh keuntungan tetapi perlu mempertimbangkan kelangsungan hidup usahanya untuk masa yang akan datang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori harapan, auditing dan auditor switching. Selain itu, disajikan juga konsepkonsep
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penulis akan menyajikan tinjauan pustaka yang meliputi telaah studi mengenai teori yang digunakan dalam melakukan penelitian, yaitu teori agensi, teori harapan, auditing dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi perekonomian Indonesia pada umumnya menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis jasa profesi akuntan publik sehingga
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan pustaka A.1 Agency Theory Teori keagenan adalah hubungan antara agen (manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan hidup usaha
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Arens et all., (2015: 24) mendefinisikan audit sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation
Lebih terperinciBAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berangkat dari kasus-kasus hukum yang melibatkan manipulasi akuntansi yang terjadi pada beberapa entitas bisnis, salah satunya adalah perusahaan energi besar
Lebih terperinci