INOVASI SOCIAL STUDIES DI SEKOLAH DASAR BERWAJAH INDONESIA. Yumi Hartati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INOVASI SOCIAL STUDIES DI SEKOLAH DASAR BERWAJAH INDONESIA. Yumi Hartati"

Transkripsi

1 INOVASI SOCIAL STUDIES DI SEKOLAH DASAR BERWAJAH INDONESIA Yumi Hartati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Djuanda Bogor, ABSTRAK Pendidikan IPS di Sekolah Dasar secara harfiah mengandung konsep bahwa pembelajaran IPS yang berwajahkan Indonesia yang secara nyata memiliki budaya yang beragam. Selain itu Indonesia merupakan salah satu negara yang demokrasi maka inovasi pembelajaran IPS di Sekolah Dasar idealnya berwawasan multikultural dan demokrasi. Kedua wawasan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar tersebut memiliki tujuan yaitu dapat menggembangkan konsep, prinsip serta nilai multukultural dan demokrasi yang dapat dipraktikkan melalui kegiatan pembelajaran di kelas yang memperhatikan pada penerapan, prinsip-prinsip demokrasi dan multicultural. Kegiatan pembelajaran dengan menerapakan wawasan multikultural dan demokrasi dibutuhkan studi pendahuluan terlebih dahulu mengenai pengembangan mengenai materi, model pembelajaran dan implementasi perangkat pembelajaran di sekolah dasar. Sehingga evaluasi pembelajran menjadi perlu untuk diperhatikan. Para praktisi pendidikan khususnya guru di sekolah dasar mempunyai upaya yang secara langsung dapat mengintegrasikan antara pengetahuan, sikap serta keterampilan yang berwawasan multikultural dan demokrasi ke dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga interaliasasi pendidikan IPS yang berwawasan multikultural dan demokrasi dapat terwujud. Kata Kunci: inovasi, IPS, multikultural, demokrasi 531

2 PENDAHULUAN Tidak bisa dipungkiri bila demokrasi yang selama ini berlangsung dalam kehidupan masyarakat masih terdapat kelemahan-kelemahan. Misalnya saja dalam proses pemilu. Seringkali proses demokrasi ini dicap membuang-buang waktu dan anggaran. Namun, perlu dipahami bahwa proses demokrasi ini tetap menjadi pilihan yang baik dalam masyarakat yang penuh dengan keberagaman ini. Sebagaimana pendapat Ujan (2011: 45) bahwa demokrasi tetap dianggap sebagai budaya yang paling memadai dalam masyarakat multikultural karena menghargai kebebasan dan kesetaraan. Kelemahan-kelemahan dalam demokrasi sebenarnya bisa dihindari asalkan demokrasi dilakukan dengan akal yang sehat, untuk kepentingan bersama, dan atas pertimbangan yang matang dan mendalam. Pendapat Ujan diperkuat oleh Andrik (2003: 326) bahwa demokrasi juga telah memberi pedoman pengambilan keputusan yang tidak hanya mementingkan aspek legalitas dan formalitas semata, tetapi justru pengambilan keputusan itu dapat menyentuh dukungan dan pengakuan yang tulus dari masyarakatnya. Demokrasi mampu menjunjung tinggi nilai-nilai lokal, seperti aspirasi, adat istiadat, seni, dan gagasan-gagasan yang berkembang di daerah. Selain praktek demokrasi yang telah berlangsung, praktek pendidikan yang saat ini belum memberikan hasil yang mengembirakan. Indikator yang dapat kita amati dan rasakan, antara lain adanya kebebasan mengeluarkan pendapat yang cenderung anarkis dan kebablasan, pelanggaran HAM, terjadinya komunikasi sosial-politik yang cenderung asal menang sendiri, hukum yang terkalahkan dan kontol sosial yang sering lepas dari tata krama serta terdegradasinya kewibawaan para pejabat negara. Membangun masyarakat yang demokratis bagi Indonesia merupakan suatu tugas yang tidak ringan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat pluralis dan multikultural. Suatu masyarakat yang pluralistis dan multikultural tidak mungkin dibangun tanpa adanya manusia yang cerdas dan bermoral. Pertanyaan yang muncul kepada masyarakat ialah bagaimana membangun Indonesia yang cerdas dan bermoral di dalam masyarakat yang demokratis. Tugas ini hanya dapat dibangun melalui perubahan sikap dari setiap insan Indonesia. Perubahan sikap merupakan hasil dari suatu pembinaan, yaitu melalui pendidikan yang berdasarkan kepada asas-asas demokrasi dan multikultural. Oleh karena itu, dapat dipahami perlu adanya solusi untuk menangani permasalahan tersebut. Salah satu yang dapat diberikan yaitu praktek pendidikan IPS yang bernuansa Indonesia yaitu demokrasi dan multikultural. Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran social studies di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki reputasi akademis yang signifikan dalam bidang itu. Seperti karya akademis yang dipublikasikan oleh National Council for the Social Studies (NCSS). Indonesia sebagai negara majemuk baik dalam segi 532

3 agama, suku-bangsa, golongan maupun budaya lokal. Hal inilah yang harus diperhatikan dalam menyusun atau memilih konsep pendidikan IPS yang sesuai dengan bangsa Indonesia. Pendidikan IPS mempunyai tujuan menanamkan nilai yang harus dikuasai oleh peserta didik sebagai calon warga negara, agar memiliki memiliki persepsi dan sikap yang bisa hidup dalam keragaman kultur, agama, bahasa, ras serta dapat menghormati hak setiap warga negara. Kini saatnya bagi dunia pendidikan di Indonesia untuk mempersiapkan diri mengembangkan pendidikan IPS yang berwajah Indonesia, yang tumbuh dan lahir dari masyarakat itu sendiri, sehingga betul-betul mencerminkan kondisi keadaan masyarakat yang ada. Bagaimana mengembangkan pendidikan IPS berwajah Indonesia? Untuk itu, paper ini akan dibahas mengenai format pendidikan IPS yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia. PEMBAHASAN Secara konseptual yang dimaksud dengan pembelajaran IPS berwawasan demokrasi dan multikultural adalah (1) pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan nilai, konsep dan prinsip demokrasi dan mulikultural, (2) pembelajaran pada umumnya yang ada di dalam praktiknya memperhatikan penerapan nilai, konsep, dan prinsip demokrasi dan multicultural. Kedua dimensi itu sangat penting untuk dikembangkan karena diyakini bahwa democracy cannot teach it self; democracy is not inherited it is learned through life it is a life-long learning process (Gandal & Finn dalam Winataputra, 2001: 51) artinya demokrasi tidaklah bisa mengajarkan dirinya sendiri demokrasi tidaklah diwariskan, dipelajari dalam kehidupan sebagai suatu proses belajar sepanjang hayat. Sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana digariskan dalam Pembukaan UUD 1945, pembelajaran yang berwawasan demokrasi dan multikultural terasa sangat penting sebagai wahana pedagogis untuk memfasilitasi individu warga negara memperoleh pengalaman belajar dalam hidup berdemokrasi dan multikultural sebagai sarana dalam belajar hidup bersama sehingga tercipta suasana belajar dan iklim belajar yang demokratis dan mencerdaskan. Karekteristik Pendidikan IPS adalah upaya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Hal ini dapat dibangun apabila dalam diri setiap orang terbentuk perasaan yang menghargai terhadap segala perbedaan, baik berupa pendapat, etnik agama, kelompok, budaya dan sebagainya. Oleh karena itu pendidikan IPS memiliki tanggung jawab untuk dapat melatih peserta didik dalam membangun sikap yang demikian. Konteks perkembangan pendidikan demokrasi merupakan salah satu subsistem dalam sistem pembelajaran Pendidikan IPS untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik. Inovasi dan reorientasi pembelajaran IPS perlu dilakukan memberikan kotribusi dalam proses pembangunan demokrasi dan multikultural. Pembelajaran IPS perlu diubah 533

4 secara total dan berkesinambungan sesuai dengan konteks dan perubahan tuntutan kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga konsep pendidikan IPS benar-benar berwajah Indonesia. Perlu banyak perubahan dalam pendidikan IPS seperti perubahan pembelajaran IPS itu sendiri. Peembelajaran IPS bukan hanya sekedar transfer pengetahuan, melainkan dapat menjadikan sebagai kekuatan pembebas pada setiap kehidupan individu warga bangsa. Pembelajaran IPS seyogyanya merupakan satu instrumen utama di dalamnya memperkuat dan mendorong proses transisi menunju masyarakat demokratis karena masyarakat Indonesia yang beranekaragaman dan pluralistik merupakan ancaman bagi desintegrasi bangsa. Oleh karena itu inovasi dan reorientasi pembelajaran IPS sangat diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan memberikan kotribusi maksimal dalam proses membangun demokrasi. Zamroni (2002: 10) menyatakan bahwa pendidikan demokrasi senantiasa harus mendasarkan diri pada prinsipprinsip kemanusiaan, dan menitik beratkan pada tujuan untuk mengembangkan pada diri peserta didik sehingga peserta didik memiliki pandangan sebagai warga bangsa dan warga masyarakat global. Hal ini dapat dilakukan apabila sekolah dapat mentransfer pembelajaran yang bersifat akademis sempit ke dalam realitas yang amat luas di masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu media yang paling efektif untuk melahirkan generasi yang memiliki pandangan yang mampu menjadikan keragaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara konstruktif (Naim dan Sauqi, 2011: 8). Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian dalam dunia pendidikan adalah multikultural atau keragaman budaya. Pendidikan multikultural harus selalu ditanamkan pada setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Aly (2011: 105) menyatakan bahwa pendidikan multikultural didefinisikan sebagai pendidikan yang memperhatikan keragaman budaya para peserta didik. Definisi ini mendeskripsikan bahwa faktor penting yang harus diperhatikan dalam implementasi pendidikan multikultural adalah keragaman budaya peserta didik, karena peserta didik memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Pendidikan demokrasi diperlukan adanya pengembangan kemampuan berpikir kritis, analitis dan jernih disertai dengan pengedalian diri. Menurut Zamroni (2002:10 ), secara singkat pendidikan demokrasi memiliki tiga tujuan yakni: a) Mengembangkan kepribadian peserta didik sehingga memiliki sifat empati, respek, toleransi dan percaya pada orang lain. b) Mengembangkan kesadaran selaku warga suatu bangsa dan warga dunia. c) Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan secara rasional. Dengan demikian, dalam mendukung proses demokratisasi perlu adanya pendidikan multikultural yang relevan dilaksanakan, dimana pada pendidikan multikultural terdapat beberapa hal terkait mengenai: 534

5 pengakuan hak asasi manusia, tidak adanya diskriminasi dan diupayakannya keadilan sosial. Selain itu, dengan pendidikan multikultural ini dimungkinkan seseorang dapat hidup dengan tenang di lingkungan kebudayaan yang berbeda dengan yang dimilikinya. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, di dalam penelitian etnologis misalnya: diketahui bahwa Indonesia terdiri atas kurang lebih 600 suku bangsa dengan identitasnya masing-masing serta kebudayaannya yang berbedabeda. Karena itu agar kemajemukan ini tidak berkembang menjadi ancaman disintegrasi harus diupayakan untuk dikelola. Hal tersebut didukung oleh Gandhi yang menunjukkan bahwa budaya sebagai alat pemersatu bangsa. Lantas bagaimanakah menciptakan kerukunan agar terjadinya kedamaian dimana-mana salah satunya yaitu dengan pendidikan yang multikultur. Adanya perang suku, antar kampung dan lain-lain rupanya penyebabnya adalah kurang adanya kesadaran saling memahami antara kultur satu dengan kultur yan lainya. Begitu juga runtuhnya moral saat ini juga diakibatkan kurang adanya pemahaman untuk bertoleransi dengan lingkunganya. Maka pendidikan multikultural salah satu cara yang sangat vital untuk menciptakan bangsa yang berperadaban dan mempunyai adab. Berdasarkan konteks Indonesia, yang dikenal dengan muatan yang sarat kemajemukan, maka pendidikan multikultural menjadi sangat strategis untuk dapat mengelola kemajemukan secara kreatif, sehingga konflik yang muncul sebagai dampak dari transformasi dan reformasi sosial dapat dikelola secara cerdas dan menjadi bagian dari pencerahan kehidupan bangsa ke depan. Sifat warga negara yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada peserta didik apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaan. Pendidikan dengan pendekatan kebudayaan mengharuskan adanya pendidikan yang multikultural, yaitu pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan. selain itu adapula yang berpendapat, bahwa pendidikan multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai kehidupan bersama dari umat manusia didalam era globalisasi yang perlu dengan tantangan-tantangan baru. Pendidikan multikultural dalam Pendidikan IPS paling tidak menyangkut tiga hal, yaitu: Pertama, Kesadaran peserta didik akan nilai penting terhadap keragaman budaya. Perlu adanya peningkatan kesadaran bahwa semua peserta didik memiliki karakteristik khusus karena usia, agama, gender, kelas sosial, etnis, ras, atau karakteristik budaya tertentu yang melekat pada diri masingmasing. Pendidikan multikultural berkaitan dengan ide bahwa semua peserta didik tanpa memandang karakteristik budayanya itu seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah. Kedua, Pendidikan multikultural yang direncanakan untuk merespon 535

6 tuntutan, kebutuhan, dan aspirasi berbagai kelompok. Ketiga, proses pendidikan. Pendidikan multikultural adalah proses menjadi, proses yang berlangsung terus menerus dan bukan sebagai sesuatu yang langsung tercapai. Tujuan pendidikan multikultural adalah untuk memperbaiki prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor. Zamroni (2011: 140) menyatakan bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu bentuk reformasi pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kesempatan yang setara bagi peserta didik tanpa memandang latar belakangnya sehingga peserta didik dapat meningkatkan kemampuan secara optimal sesuai dengan ketertarikan, minat, dan bakat yang dimiliki. Sejalan dengan hal itu, Banks (2002: 14) juga menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah cara memandang realitas dan cara berpikir tentang adanya keberagaman kelompok, etnis, ras, dan budaya. Suatu konsep pendidikan yang memberikan kesempatan secara adil kepada semua peserta didik dengan tanpa memandang adanya perbedaan etnik, ras, agama, kelas sosial, dan karakteristik kultural mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang didasarkan pada kesetaraan dan keadilan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, kebersamaan, serta mengakui, menerima, menghargai. Berdasarkan praktek di sekolah semua peserta didik memperoleh hak dan perlakuan yang sama meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbedabeda. Kembali pada konsep pendidikan multikultural, Banks (2010: 23) menjelaskan adanya lima dimensi dalam implementasi pendidikan multikultural, yakni: conten integration, knowledge construction, equity pedagogy, prejudice reduction, and empowering school culture. Dalam hal ini bentuk pengembangan pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masingmasing negara. Kami berusaha mengembangkan pendidikan IPS berwajah Indonesia dengan mengimplementasikan lima dimensi yang diungkapkan oleh Banks yang saling berkaitan satu dengan yang lain dengan harapan dapat membantu guru dalam mengimplementasikan beberapa program IPS yang mampu merespons terhadap perbedaan peserta didik, yaitu: Pertama, Content Integration (integrasi isi atau materi) adalah penggunaan contoh, data dan informasi dari berbagai budaya oleh guru. Inilah yang kebanyakan orang dianggap sebagai pendidikan multikultural: mengajarkan budayabudaya yang berbeda dan sumbangan yang diberikan oleh orang-orang dari budaya yang bermacam-macam, penyertaan ke dalam kurikulum karya anggota-anggota kelompok yang kurang terwakili, seperti etnis Tionghoa. Berdasarkan buku teks pelajaran, sesungguhnya banyak sekali tokoh-tokoh dari etnis Tioghoa yang belum dibahas. Peran tokohtokoh yang berasal dari etnis Tioghoa ikut andil dalam usaha 536

7 memperjuangkan kemerdekaan Indonesia antara lain: Djiaw Kie Song (pemilik rumah dalam peristiwa Rengasdengklok), Lie Eng Hok (pemimpin pemberontakan 1926 di Banten melawan penjajah), Yap Thian Hien (pengacara yang secara konsisten memperjuangkan hak asasi manusia pada zamannya) dll. Selain itu, dalam buku IPS harus menampilkan budaya yang ada di Indonesia seperti bacaan tentang budaya dari daerah Solo, tentang kehidupan masyarakat Solo yang sangat dipengaruhi oleh tatanan budaya keraton yang menjadi pusat kebudayaan dan kesenian Jawa, tempat-tempat yang ada di Solo, seperti Pasar Klewer, hingga ciri khas Solo sebagai Kota Batik. Ditampilkan pula budaya Madura, tentang ciri khas Madura yakni Karapan Sapi. Selain itu, ditampilkan pula budaya Semarang berupa kesenian wayang orang. Jangan lupa bahwa materi mengenai kebudayaan tidak hanya terpusat pada Jawa saja namun harus menyeluruh dari kebudayaan dari P. Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dan Papua. Dimensi ini juga berkaitan dengan upaya untuk menghadirkan aspek kultur dari berbagai kultur yang ada ke ruang-ruang kelas. Seperti pakaian, tarian, kebiasaan, sastra, bahasa, dan sebagainya. Dengan demikian, diharapkan akan mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa akan kultur milik kelompok lain. Menurut Banks (Mahfud, 2011: 177), konsep-konsep atau nilai-nilai tersebut bisa diintegrasikan ke dalam materimateri, metode pembelajaran tugas/latihan, maupun evaluasi yang ada dalam buku pelajaran. Ditambahkannya pula bahwa materimateri tersebut bisa berupa penyajian dan pengenalan berbagai budaya dan kelompok yang beragam. Dalam jurnal hasil penelitiannya, Novera (2004: 475) juga menyatakan bahwa isu-isu budaya dalam proses penyesuaian siswa sangat penting untuk diberikan,terutama dalam kaitannya dengan interaksi kelas antara guru dengan murid. Sedangkan dalam pengintegrasian materi yang berkaitan dengan bahasa yang beragam, Yaqin (2005: 104) menjelaskan bahwa siswa harus dididik untuk mempunyai sikap dan perilaku yang mampu menghargai orang lain yang mempunyai bahasa, aksen, dan dialek yang berbeda. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi adanya diskriminasi bahasa di sekolah. Kedua, Knowledge Contruction (konstruksi pengetahuan), merujuk pada guru yang membantu peserta didik memahami bagaimana pengetahuan diciptakan dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh kedudukan ras, etnis dan kelas sosial individu dan kelompok. Hal ini membantu peserta didik memahamai bagaimana pengetahuan yang peserta didik terima dipengaruhi oleh asal-usul dan sudut pandang peserta didik. Misalnya peserta didik diminta menuliskan sejarah kedatangan bangsa Cina dari perspektif warga Indonesia Pribumi untuk mempelajari bagaimana pengetahuan yang peserta didik terima sebagaimana adanya dalam kenyataannnya dipengaruhi oleh asal-usul dan sudut pandang peserta didik sendiri dan akhirnya membawa peserta didik untuk memahami 537

8 implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran IPS. Selain itu peserta didik dapat diberikan pembelajaran berkaitan dengan berbagai keragaman yang terjadi dalam dunia remaja. Hal-hal yang berkaitan dengan persahabatan, pertikaian antarsahabat, hingga pada akhirnya diberikan pemahaman akan arti pentingnya menjaga persahabatan. Ketiga, Prejudice Reduction (pengurangan prasangka) merupakan sasaran penting pendidikan multikultural. Pengurangan prasangka meliputi pengembanan hubungan positif di kalangan peserta didik dari latar belakang etnis yang berbeda dan perkembangan sikap yang lebih demokratis dan toleran terhadap orang lain. Hal yang dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik ras peserta didik dan menentukan model pembelajaran mereka. Dalam kegiatan diskusi yang dilaksanaan pada saat pembelajaran IPS, guru dapat memfasilitasi agar peserta didik dalam mengungkapkan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat disertai dengan bukti atau alasan. Peserta didik diberikan pemahaman agar dapat menghargai dan menghormati perbedaan pendapat dalam diskusi serta memberikan sanggahan dengan bahasa yang sopan dan cara yang santun. Peserta didik diberikan pemahaman bahwa tidak harus mengartikan ada yang salah dan ada yang benar dalam perbedaan pendapat. Harus dipahami bahwa dalam setiap perbedaan pendapat, pasti ada alasan yang mendasarinya. Dalam proses diskusi, boleh saja menerima satu pendapat dan boleh pula menolaknya. Namun, yang harus dipahami bahwa semua itu harus dilakukan dengan cara-cara yang santun. Jangan sampai menimbulkan hal-hal yang justru akan mampu memecah belah kebersamaan dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehubungan dengan laporan jurnal hasil penelitian yang dilakukan, Winch (2004: 102) menyatakan bahwa proses dan praktik pembelajaran yang menargetkan pengakuan, nilai dan berbagai pandangan dunia dalam proses belajar mengajar perlu dilakukan sebagai upaya belajar bagi peserta didik untuk bisa hidup bersama dalam sebuah kelas multikultural. Dijelaskan pula bahwa pendidikan untuk masa depan harus diatur sebagaimana prinsip empat pilar dalam proses belajar, yaitu belajar untuk menjadi, belajar untuk melakukan, belajar untuk mengetahui, dan belajar untuk hidup bersama. Dengan cara demikian, perbedaan antar individu dapat dikembangkan sebagai suatu kekuatan kelompok, dan peserta didik terbiasa hidup dengan berbagai budaya, sosial, intelektualitas, ekonomi, dan aspirasi politik. Keempat, Equitable Pedagogy (pedagogi keadilan) yang merujuk pada penggunaan teknik pengajaran yang mempermudah keberhasilan akademis peserta didik dari kelompok etnis dan kelas sosial yang berbeda. Misalnya penyesuaian metode pembelajaran dengan cara belajar peserta didik dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik peserta didik yang beragam baik dari segi ras, budaya ataupun sosial, antara lain dengan bentuk kerja sama 538

9 (cooperative learning) dan bukan hanya dengan cara-cara yang kompetitif (competition learning). Guru dalam membuat soal cerita yang dapat menyelipkan pesan moral tentang persamaan hak antara pria dan wanita. Dalam soal latihan tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik diharapkan memiliki suatu pemahaman bahwa keadilan berhak dan wajib diberikan kepada siapa saja, termasuk pula kepada para kaum wanita. Dalam petikan soal itu, kaum wanita diharapkan mampu mengangkat derajat mereka masingmasing. Kelima, Empowering School Culture And Sosial Structure (Pemberdayaan budaya Sekolah dan Struktur Sosial) adalah budaya yang membuat organisasi dan praktik sekolah bersifat kondusif bagi pertumbuhan akademis dan emosional semua peserta didik. Sekolah dengan budaya seperti itu dapat, misalnya menghilangkan jalur khusus atau pengelompokan kemampuan, meningkatkan penyatuan dan mengurangi pemberian cap peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus, mencoba untuk menempatkan semua peserta didik dalam jalur menuju pendidikan yang lebih tinggi dan terus menerus memperlihatkan harapan yang tinggi. Selain itu, peserta didik diberikan pemahaman agar mampu bersikap sopan dalam menyampaikan saran/kritikan kepada guru-guru atau kepala sekolah mereka. Peserta didik diberikan pemahaman bagaimana cara menyampaikan aspirasi dengan baik. Jangan sampai menimbulkan konflik atau perseteruan antara peserta didik dengan guru/kepala sekolah. PENUTUP Pendidikan IPS yang berwajah multicultural dan demokrasi, yaitu penghargaan akan kebudayaan dari masing-masing kelompok etnis dipengarui oleh perubahan didalam konsep mengenai arti budaya di dalam kehidupan masyarakat yang demokrasi. Proses demokratisasi tersebut dipicu oleh adanya peningkatan terhadap pengakuan akan hak asasi manusia yang tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan warna kulit, agama, jenis kelamin, status sosial, pekerjaan, dan lain sebagainya. Sikap saling menerima, menghargai nilai, budaya, keyakinan yang berbeda tidak otomatis akan berkembang sendiri. Sikap ini harus dilatihkan dan dididikkan pada generasi muda dalam mata pelajaran IPS. Seorang guru tidak hanya dituntut menguasai dan mampu secara profesional mengajar mata pelajaran IPS, lebih dari pada itu, seorang guru harus mampu menanamkan nilai-nilai multikultutal untuk tercapainya bangsa Indonesia yang demokratis dan humanis. Penyelenggaraan pendidikan IPS yang berwajah Indonesia yaitu multikultural dan demokrasi di dunia pendidikan dapat menjadi solusi nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat saat ini. Dengan kata lain pendidikan IPS yang berwajah Indonesia yaitu multicultural dan demokrasi menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial budaya. Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik pendidikan IPS juga signifikan dalam membina siswa agar mereka tidak tercabut dari akar budaya yang dimiliki 539

10 sebelumnya ketika berhadapan dengan realitas sosial budaya di era globalisasi. Pendidikan IPS yang berwajah multikultural dan demokrasi harus dilakukan secara komprehensif, dimulai dari design perencanaan dan melalui proses penyisipan, pengayaan dan atau penguatan terhadap berbagai kompetensi yang telah ada, mendesign proses pembelajaran yang bisa mengembangkan sikap siswa untuk bisa menghormati hak-hak orang lain, tanpa membedakan latar belakang ras, agama, bahasa dan budaya. Dan terakhir pendidikan IPS hasil dan pencapaian pendidikan multicultural dan demokrasi harus dapat diukur melalui evaluasi yang relevan yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang saat ini diterapkan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Aly, Abdullah Pendidikan Islam multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Banks, J.A. (2002). Anintroduction to multicultural education. Boston: Allyn and Bacon Press. Banks, J.A. (2010). Multicultural education: issues and perspectives. Needham Heights, Massachusetts : Allyn and Bacon Mahfud, Choirul. (2011). Pendidikan multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Naim, Ngainun & Achmad Sauqi. (2011). Pendidikan multikultural konsep dan aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Novera, Ivet Amri Indonesian Postgradute Students Studying in Australia: An Examination of their Academic, Social and Cultural Experiences. Internatioanl Education Journal. Vol. 5. no. 4. hal Purwasito, Andrik,. (2003). Komunikasi multikultural. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Ujan, Andre Ata, dkk.. (2011). Multikulturalisme: belajar hidup bersama dalam perbedaan. Jakarta: PT Indeks. Winataputra. (2001). Pembaruan dalam pembelajaran. Jakarta; Universitas Terbuka. Winch, Carlene and Dummett Teaching Processes and Practices for an Australian Multicultural Classroom: Two Complementary Models. International Education Journal. Vol. 4. No. 4. Hal Yaqin, Ainul Pendidikan multikultural; cross-cultur understanding untuk demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media. Zamroni. (2002). Paradigma pendidikan masa depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing. Zamroni. (2011). Pendidikan demokrasi pada masyarakat multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama. 540

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ABSTRAK PENDAHULUAN. Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Kata Kunci : pendidikan, multikultural

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ABSTRAK PENDAHULUAN. Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Kata Kunci : pendidikan, multikultural PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Pendidikan multikultural merupakan pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam meresponi perubahan demografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis, suku, ras, budaya, bahasa, adat istiadat, agama. Bangsa kita memiliki berbagai etnis bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena sosial budaya seperti pendidikan multikultural penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid Hasan, masyarakat dan bangsa

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra ISSN: X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26) PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA NON-BSE UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA Joko Purwanto, Sarwiji Suwandi, Nugraheni Eko Wardhani Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama, keyakinan, ras, adat, nilai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan multikultural menawarkan satu alternatif melalui penerapan strategis dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel 1 PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel Abstrak Setiap etnik atau ras cenderung memunyai semangat dan ideologi yang etnosentris,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote yang penuh dengan keanekaragaman dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan 338 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan Pendidikan Nasional secara yuridis terkandung dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS PENDIDIKAN ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS Tim Peneliti: Dr. Farida Hanum Setya Raharja, M.Pd UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOVEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA Oleh: Wuri Wuryandani, M.Pd. Dosen Jurusan Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Lebih terperinci

ULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

ULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH E-mail : melkimanggoa@gmail.com; mmelkiasantonius@yahoo.co.id Website : http://timoramabi.blogspot.com ; http://aldorian0507.wordpress.com

Lebih terperinci

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH

PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH orientasi baru dalam pedagogi MENERAPKAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH Uwes A. Chaeruman Ruslan Pasari S3 Prodi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana Univeristas Negeri Jakarta Pertanyaan kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang mengiringinya. Tanpa pendidikan, sebuah bangsa atau

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMSETER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMSETER (RPS) Mata Kuliah: PendidikanMultikultur dan Demokrasi Indonesia RENCANA PEMBELAJARAN SEMSETER (RPS) Semester Kode Sks : 1 (satu) : MPIS-002 : 3 SKS Program Studi : Magister Pendidikan IPS Dosen : Dr. Hj. Hikmah

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Di tunjukan dengan hak-hak asasi seseorang sebagai rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bahkan Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34) multikulturalitas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic. terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic. terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah : 178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan di antaranya adalah : 1. Implementasi Otsus Papua di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Multikulturalisme Istilah multikulturalisme berasal dari asal kata kultur. Adapun definisi dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html). 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Konsep Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

Lebih terperinci

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL RETHINKING & RESHAPING VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL OLEH : DR. MUHADJIR EFFENDY, M.AP. Disampaikan dalam Acara Tanwir Muhammadiyah 2009 di Bandar Lampung, 5 8 Maret 2009 1 Lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan

Lebih terperinci

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat PENDIDIKAN MULTIKULTURAL a. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap perkembangan dan dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi menghilangkan jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini menjadikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian belajar Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau sseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society). Fenomena ini dapat dilihat dari realitas sosial yang ada. Kemajemukan Indonesia dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu menmbuhkembangkan potensi diri, sosial, dan alam di kehidupannya. Sesuai dengan perkembangan zaman yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara. 95 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia ini di isi oleh penduduk dengan bermacam-macam perbedaan. Perbedaan tersebut mencangkup agama, profesi, jenis kelamin, dan wilayah. Walaupun sebenarnya tak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam. Semua usaha bisnis tersebut berusaha untuk

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas peyelenggaraan pendidikan selalu terkait dengan masalah sumber daya manusia yang terdapat dalam institusi pendidikan tersebut. Masalah sumber daya manusia

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) KURIKULUM 2013 KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) KELAS VII - IX MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) Nama Guru NIP/NIK Sekolah : : : 1

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat demokratis dapat terwujud apabila masyarakat dalam suatu Negara memiliki tingkat penghidupan yang cukup dan mereka mempunyai keinginan berpartisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman di dalamnya seperti budaya, ras, agama, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk negara multikultur yang juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya untuk mewujudkan kekuasaan warga negara untuk dijalankan oleh pemerintahan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu mengikuti arus perkembangan jamanyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toleransi adalah Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Hasan,

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian penting dalam pembelajaran sejarah di Indonesia adalah mengenalkan tokoh atau pelaku sejarah kepada peserta didik. Tokoh atau pelaku sejarah

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: 13 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila Dan Implementasinya Bagian III Pada Modul ini kita membahas tentang keterkaitan antara sila keempat pancasila dengan proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

Vol 6 No 1 Januari 2018 JDPP Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran

Vol 6 No 1 Januari 2018 JDPP Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol 6 No 1 Januari 2018 JDPP Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran http://journal.umpo.ac.id/index.php/dimensi/index IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BERBASIS MULTIKULTURAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan pulau yang tak terhitung jumlahnya. Bentuk negara kepulauan tersebutlah yang menghasilkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. telah dibuat, kesimpulan penelitian ini,sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. telah dibuat, kesimpulan penelitian ini,sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan pertanyaan penelitian yang telah dibuat, kesimpulan penelitian ini,sebagai berikut: 1. Implementasi pendidikan multikultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks wawasan kebangsaan yang merupakan pandangan seorang warga negera tentang negaranya, dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beraneka ragam suku bangsa, ras, dan agama. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing, inilah

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua;

Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; OPENING REMARKS by: H.E. Dr. Marzuki Alie Speaker of the Indonesian House of Representatives Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh Salam sejahtera bagi kita semua; Yang kami hormati, Para Delegasi

Lebih terperinci