Pengaruh Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Oleh : Arfa i 1 ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Oleh : Arfa i 1 ABSTRAK"

Transkripsi

1 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 118 Pengaruh Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Oleh : Arfa i 1 ABSTRAK Pemilihan Kepala Daerah Secara langsung mempunyai keterkaitan langsung dengan penyelenggaran pemerintahan daerah. Hal tersebut didasari bahwa calon Kepala daerah dalam pemilihan langsung mempunyai dua beban akan mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitupertama, beban biaya pada saat pencalonan dalam pilkada dan kedua, beban pada saat memimpin pemerintahan daerah setelah terpilih.hal tersebut terkait dengan pendekatan dengan DPRD dalam pengesahan APBD dan kebijakan lainnya. Kata Kunci : Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, Penyelenggaraan Pemerintahan daerah. A. Pendahuluan Negara Republik Indeonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, yang menyatakan bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Sebagai Negara kesatuan, maka dalam Negara Republik Indonesia terdapat pembagian wilayah pemerintahan, yaitu pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal tersebut, diatur dalam bab VI tentang pemerintah daerah yaitu Pasal 18, ayat (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya ditegaskan dalam ayat (2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Ayat (3) Pemerintahan daerah 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi.

2 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 119 provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Ayat (4) Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. Ayat (5) Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Ayat (6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Ayat (7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. Dari Pasal tersebut dapatlah dirinci bahwa dalam ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah yaitu pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Dalam pemerintah daerah terdapat lembaga-lembaga yang berwenang mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri yaitu Kepala Daerah sebagai lembaga eksekutif dan DPRD sebagai lembaga legislatif daerah. Selanjutnya dalam penyelanggaraan pemerintahan daerah digunakan prinsip otonomi yaitu ada kebebasan bagi daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Sebagai tindak lanjut dari Pasal 18 UUD 1945 tersebut, maka lahirlah Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang tidak berlaku lagi. Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah ditegaskan bahwa daerah memiliki pemerintahan sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) yang menegaskan Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Selanjutnya, yang dimaksud dengan pemerintah daerah diatur dalam ayat (3) Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dan ayat ( 4 ). Dewan Perwakilan Rakyat

3 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 120 Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Kemudian dalam pengisian jabatan pemerintahan di daerah, diatur dalam UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang menggariskan bahwa pemilihan kepala daerah dilakukan secara langsung. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 56 ayat (1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Ayat (2) Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Selanjutnya mengenai teknis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Pasal 57 ayat (1) Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggungjawab kepada DPRD. Ayat (2) Dalam melaksanakan tugasnya, KPUD menyampaikan laporan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah kepada DPRD. Ayat (3) Dalam mengawasi penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, dibentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang keanggotaannya terdiri atas unsur kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, pers, dan tokoh masyarakat. Ayat (4) Anggota panitia pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah 5 (lima) orang untuk provinsi, 5 (lima) orang untuk kabupaten/kota dan 3 (tiga) orang untuk kecamatan. Ayat (5) Panitia pengawas kecamatan diusulkan oleh panitia pengawas kabupaten/kota untuk ditetapkan oleh DPRD. Ayat (6) Dalam hal tidak didapatkan unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3), panitia pengawas kabupaten/kota/kecamatan dapat diisi oleh unsur yang lainnya. Ayat (7) Panitia pengawas pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada DPRD dan berkewajiban menyampaikan laporannya. Sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dalam Pasal 24 ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 ditegaskan bahwa kepala daerah

4 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 121 dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Adapun ayat (2) dan ayat (3) menegaskan tentang kepala daerah provinsi dan kabupaten yaitu Gubernur dengan wakil gubernur, Bupati/Wali kota dan Wakil Bupati/Wali kota. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung tersebut adalah bertujuan untuk mewujudkan pelaksanaan demokrasi dalam pemilihan kepala daerah. Dalam hal ini memberikan peluang yang besar kepada rakyat dalam memenuhi hak politiknya baik sebagai pihak yang memilih maupun sebagai pihak yang dipilih. Kesemuanya itu adalah sebagai upaya nyata dalam memberikan kedaulatan secara penuh kepada rakyat untuk memilih pemimpinnya. Hal tersebut searah dengan pendapat Amirudin dan A.Zaini Bisri Pilkada adalah upaya demokrasi untuk mencari pemimpin daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai, jujur, dan adil. Salah satu prinsip demokrasi yang terpenting adalah pengakuan perbedaan dan penyelesaian perbedaan secara damai. (2) Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa pemilihan kepala daerah secara langsung lebih menekankan pada upaya mencari pemimpin yang berkualitas dengan proses yang demokrasi. Kemudian dalam pemilihan kepala daerah secara langsung juga memberikan peluang bagi pelaksanaan proses demokrasi lokal. Hal ini ditandai dengan lahirnya pranata politik ditingkat lokal yang memungkinkan keterlibatan secara menyeluruh dari segenap elemen masyarakat dalam proses pemilihan kepala daerah. Hal tersebut ditegaskan oleh Schumpeter dalam Amirudin dan A. Zaini Bisri: proses demokratisasi lokal terjadi manakala di daerah lahir pranata politik, yang memungkinkan terciptanya tiga situsi yaitu (1). Political equality, (2). Lokal accuntability, dan (3). Lokal response. (3) Secara realita dalam masyarakat, sejak dilaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung, pada 1 juni 2005, memunculkan beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut yaitu pertama, dilihat dari prilaku kepala daerah setelah terpilih adalah akan terciptanya kepala daerah yang mengegokan kekuasaan. Hal ini disebabkan kerena kepala daerah merasa telah diberikan kekuasaan secara 2 Amirudin dan Ahmad Zaini Bisri, Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.hal Ibid.

5 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 122 penuh oleh rakyat, sehingga memunculkan fenomena kepala daerah dalam melakukan perombakan atau tukar pasang perangkat daerah/ pejabat daerah yang disesuaikan dengan kepentingan politik seorang kepala daerah bersama dengan elit politik di daerah. Kedua, memunculkan pola rekrutmen calon kepala daerah dalam nuansa partai politik yaitu kepala daerah hanya dicalonkan melalui partai politik, sebagimana diatur dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang telah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi dan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah. Hal ini searah dengan pendapat Amirudin dan A. Zaini Bisri : Akibat pilkada langsung munculnya otorinisme dan kapitalisme dalam pilkada. Otorianisme muncul sebagai konsekunsi pemilihan secara langsung yang memberikan legitimasi penuh dan kuat kepada kepala daerah terpilih. Sedangkan fenomena kapitalisme terjadi akibat kombinasi faktor legal dan pendekatan prakmatik yang ditempuh para kandidat kepala daerah. (4) Selanjutnya ditinjau dari penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, terciptanya pemborosan waktu dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Hal tersebut dikarenakan adanya pemilihan kepala daerah yang tidak serentak, misalnya pemilihan kepala daerah di provinsi Jambi : pemilihan gubernur tidak serentak dengan pemilihan bupati maupun walikota yang ada dalam provinsi Jambi. Hal tersebut memboroskan waktu dalam penyelenggaraan pembangunan dan kesejahteraan serta pelayanan kepada masyarakat. Sementara itu ditinjau dari segi penggunaan dana, terciptanya pemborosan dalam penggunaan dana baik oleh penyelenggara pemilihan kepala daerah maupun oleh seorang calon kepala daerah. B. Perumusan Masalah Adapun sebagai permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah: 4 Ibid.,hal 26.

6 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a Apa saja dampak positif Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dan hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah? 2. Apa saja dampak negatif dari pemilihan kepala daerah secara langsung dan hubungannya dengan peneyelenggaraan pemerintahan daerah? C. Pembahasan Suasana dalam penyelenggaraan pemerintahan sangat dipengaruhi oleh sistem politik dan suasana perpolitikan dalam sebuah negara. Secara inflementatif antara dua hal tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di Negara Republik Indonesia, setelah memasuki orde reformasi memberikan suatu ruang gerak yang sangat luas sekali dalam bidang politik. Hal ini disadari dengan adanya perekembangan masyarakat bangsa dan negara yang menuntut adanya perbaikan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam pemerintahan orde baru penyelenggaraan perpolitikan lebih bernuansa komando yaitu menurut apa yang dikatakan oleh presiden. Hal ini memberikan dampak pada pelaksanaan HAM dibidang politik yang dimiliki oleh seorang warga Negara. Dalam hal ini, tidak menekankan pada pelaksanaan perpolitikan yang memberikan kedaulatan secara penuh pada rakyat. Hal tersebut disadari bahwa mengingkari nuansa demokrasi seharusnya rakyat yang memegang peranan dalam penyelenggaraan Negara. Selanjutnya, dalam perkembangan bangsa dan Negara saat ini telah memberikan peranan yang cukup besar kepada rakyat, yaitu dengan dikembalikannya kedaulatan kepada rakyat. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Sebagai inflementasi dari Pasal tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal 6A ayat (1) UUD 1945 yang menegaskan bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam salah satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Secara nyata Pasal tersebut telah dilaksanakan oleh bangsa Indonesia pada tahun 2004 yaitu dengan lahirnya Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

7 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 124 Dengan adanya pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung tersebut, telah memberikan suatu nuansa demokrasi dalam penyelenggaraan Negara Republik Indonesia. Perwujudan demokrasi dalam penyelenggaran Negara diperluas lagi dengan diadakannya pemilihan kepala daerah secara langsung. Hal tersebut telah diatur dalam UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah sebagai pengganti UU no 22 tahun 1999 yang masih menjalankan demokrasi perwakilan. Sebagai tindak lanjut dari UU tersebut maka diterbitkan lagi peraturan pemerintah nomo 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Pemilihan kepala daerah secara langsung tersebut telah memberikan suatu hak politik yang tegas bagi masyarakat yang ada di daerah. Dalam hal ini semua elemen masyarakat dapat menjalankan hak politiknya sebagaimana mestinya, mulai dari para politisi, birokrasi sampai kepada masyarakat biasa. Sebagai contoh Provinsi Jambi telah melaksanakan pemilihan kepala daerah secara langsung, antara lain ; Pemilihan Gubernur Provinsi Jambi, kemudian juga telah diadakan pemilihan bupati di beberapa kabupaten, antara lain ; Muara Jambi, Batanghari, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur, Muara Bungo serta Kabupaten Tebo. Dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung tersebut mengandung banyak tujuan antara lain, pertama memberikan hak politik secara luas kepala masyarakat baik untuk mencalonkan diri menjadi kepala daerah maupun untuk memilih calon kepala daerah. Kedua, menciptakan pemimpin daerah yang berkomitmen untuk membangun daerahnya. Ketiga, menciptakan pemimpim daerah yang tahu kondisi yang sebenarnya dalam masyarakat daerah yang bersangkutan. Keempat menciptakan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh dan merata. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari Negara Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat yang menegaskan bahwa tujuan dari Negara Republik Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan kesejahteraan umum.

8 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 125 Dalam perjalanan demokrasi yang ditegaskan dengan pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan isu politik yang masih dibicarakan oleh masyarakat Jambi. 1. Dampak positif Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dan hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam pemilihan Kepala daerah secara langsung, secara inflementatif menimbulkan beberapa dampak yang positif dan negatif. Dampak yang positif adalah dilihat dari sisi demokrasi, pemilihan kepala daerah secara langsung sudah menunjukkan nuansa demokrasi yang sebenarnya. Dalam wujud nyatanya dilibatkan rakyat secara langsung dalam memilih dan menentukan seorang Kepala Daerah. Hal tersebut searah dengan hakekat dari demokrasi yang menekankan pada pemerintahan yang berasal dari rakyat (goverment of the people), oleh rakyat ( by the people ) dan untuk rakyat (for people ). Sebagai pengaruh hal tersebut akan memberikan angin segar dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini berkaitan dengan kedudukan dan legitimasi seorang kepala daerah yang terpilih dalam pemilihan kepala daerah. Kepala daerah yang terpilih akan memiliki legitimasi yang tinggi dari masyarakat dan mempunyai kepedulian terhadap persoalan masyarakat. Hal ini disebabkan, seorang kepala daerah untuk memenangkan pertarungan pemilihan haruslah menguasai dan menyenangkan hati rakyat, berbeda dengan pemilihan tidak langsung yang hanya tergantung pada anggota DPRD bukan pada rakyat. Kemudian, seorang kepala daerah terpilih juga mampunyai kedudukan yang sejajar dengan anggota DPRD yaitu sama-sama dipilih langsung oleh rakyat, sehingga terciptnya check and balances antara kepala daerah dengan DPRD.

9 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a Dampak negatif Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dan hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung memberikan dampak negatif yang cukup besar dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Dampak negatif tersebut adalah tidak efektif dan efesien dalam anggaran belanja dan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Tidak efektif dan efisien maksudnya adalah korelasi antara APBD yang dimiliki oleh daerah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan lainnya dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Dalam hal ini, selayaknya dana APBD yang tersedia digunakan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat tetapi justru digunakan untuk pemilihan kepala daerah, artinya ada pengurangan dana bagi kesejahteraan rakyat. Secara inflementatif tidak efektif dan efisien dalam anggaran belanja dan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah tarsebut, dapat dibagi menjadi; Dari sisi anggaran dana yang digunakan, Pertama, dana untuk Komisi Pemilihan Umum Daerah ( KPUD). Kedua, Dana untuk Panitia Pengawas Pemilihan Umum (PANWASLU). Kedua dana tersebut diambil dari APBD yang ada di daerah yang bersangkutan, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 134 PP No 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan wakil kepala daerah, ayat (1). Pendanaan kegiatan pemilihan dibebankan pada APBD. Adapun kegiatan pemilihan tersebut meliputi ; mulai dari persiapan, tahap pelaksanaan sampai pada saat pelantikan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Ketiga, dana yang digunakan oleh para calon peserta pemilihan kepala daerah. Dalam hal ini seorang calon kepala daerah akan mengeluarkan dana yang cukup besar guna mengikuti proses pemilihan kepala daerah, mulai dari pendaftaran ke partai politik sampai pada saat kompanye. Sebagai dampak hal tersebut akan memberikan pengaruh pada prilaku seorang kepala daerah ketika sudah terpilih menjadi seorang kepala daerah.

10 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 127 Tabel perbandingan penyebaran dana dalam pemilihan perwakilan dan pemilihan secara langsung. Sumber Dana APBN APBD Tabel 1. Penyebaran Dana Dalam Pemilihan Sistem Perwakilan Penyelenggara Dana Calon KDH Panitia dalam pemilihan Kepala Daerah yang terdiri dari anggota DPRD dan Elemen lainnya. Hanya mengeluarkan dana Untuk Tim sukses dalam partai atau lintas partai Tabel II Penyebaran Dana pemilihan kepala daerah secara langsung (Pemilihan Gubernur) Sumber dana APBN APBD Penyelenggara 1. KPU Provinsi 2. KPU Kabupaten/Kota 3. PPK 4. PPS 5. KPPS 6. BAWASLU Provinsi 7. Panwaslu Kabupaten/kota 8. Panwas Kecamatan 9. Dan lain-lain Dana Calon KDH 1. Dana Parpol 2. Dana tim sukses sampai pada tingkat desa. 3. Dana kompanye 4. Dan lain-lain Sumber dana APBD Tabel III Penyebaran Dana pemilihan kepala daerah secara langsung (Pemilihan Bupati/Walikota) Penyelenggara 1. KPU Kabupaten/Kota 2. PPK 3. PPS 4. KPPS 5. Panwaslu Kabupaten/kota 6. Panwaslu Kecamatan 7. Dan lain-lain Dana Calon KDH 1. Dana Parpol 2. Dana tim sukses sampai pada tingkat desa 3. Dana kompanye 4. Dan lain-lain

11 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 128 Dari sisi penyelenggaraan Pemilihan Kepala daerah adanya penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang tidak serentak dalam satu provinsi. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pemilihan kepala daerah sebanyak kabupaten yang terdapat dalam provinsi yang bersangkutan. Dalam provinsi yang memiliki 10 kabupaten misalnya, maka akan diadakan pemilihan kepala daerah sebanyak 11 kali dengan princian 1 pemilihan untuk memilih Gubernur dan wakil gubernur dan 1 kali untuk memilih wali kota dan wakil walikota serta 9 kali pemilihan untuk memilih bupati dan wakil bupati, sementara itu dalam pelaksanaannya, penyelenggaraan pemilihan tersebut tidak dilakukan secara serentak. Selanjutnya, jika di tinjau dari pemilihan umum secara nasional, maka pemilu yang harus diikuti oleh rakyat adalah minimal sebanyak 4 (empat) kali dengan catatan tidak ada pemilihan presiden dan kepala daerah dengan dua atau tiga tahap. Rinciannya sebagai berikut 1 ( dua ) kali pemilihan presiden dan wakil presiden ( jika hanya melalui satu tahap pemilihan ). 1 ( satu ) kali pemilihan anggota DPR/DPD dan DPRD, 1 (satu ) kali pemilihan Gubernur dan wakil gubernur ( jika hanya satu tahap pemilihan ), 1 (satu) pemilihan bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota ( jika hanya melalui satu tahap pemilihan ). Pemilihan umum yang cukup banyak tersebut, jika ditinjau dari sisi penyelenggaraan pemerintahan tidaklah efektif dan efisien karena menghabiskan banyak waktu dalam penyelenggaraan pemerintahan, waktu yang tersedia selayaknya digunakan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat justru digunakan untuk mengurus pemilihan umum, terutama dalam pemilihan kepala daerah. Disisi lain, jika ditinjau dari aspek sosiologis, maka pemilihan umum yang terlalu banyak dan tidak serentak memberikan efek jenuh kepada masyarakat dan memberikan peluang golput semakin besar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, pertama masyarakat dibebankan ikut dalam pemilihan umum kepala daerah secara berulang-ulang sebagai akibat pemilihan umum kepala daerah yang tidak serentak. Kedua, masyarakat terbebani dengan tidak adanya perubahan secara signifikan setelah terpilihnya

12 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 129 kepala daerah yang bersangkutan. Ketiga, masyarakat terbebani dengan meninggalkan pekerjaannya sebagai akibat harus mengikuti pemilihan kepala daerah. Pemikiran Pemilihan Kepala daerah dimasa depan. Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan dari pemeilihan kepala daerah secara langsung tersebut diatas, maka harus dipikirkan sistem yang tepat dalam pemilihan kepala daerah dimasa yang akan datang. Dimasa depan pemilihan kepala daerah haruslahlah berlandaskan kepada asas efektif dan efesien, berdaya guna dan kemasyarakatan. Efektif dan efesien adalah dalam penyelenggaraan pemilihan kepala daerah tidak memakan waktu yang banyak dan tidak mengeluarkan biaya yang besar baik bagi penyelenggara pemilihan kepala daerah mapun peserta yang ikut dalam pemilihan kepala daerah. Berdaya guna adalah dalam output pemilihan kepala daerah menghasilkan kepala daerah yang berkomitmen membanguan kesejahteraan rakyat dengan tidak mengeluarkan banyak biaya. Sedangkan kemasyarakatan adalah dalam penlenggaraan pemilihan kepala daerah tidak dibebankan kepada rakyat secara keseluruhan baik dari segi waktu maupun keterlibatan masyarakat Secara yuridis harus diarahkan sebuah peraturan perundang-undangan yang menciptakan sistem yang ideal untuk pemilihan kepala daerah dimasa depan adalah dengan menerapkan sistem Distrik yaitu pemilihan kepala daerah dilakukan oleh perwakilan dari distrik/kecamatan yang ada dalam wilayah yang bersangkutan. Dalam hal ini distrik yang diambil per- Kecamatan, yang diwakili oleh, pertama ; golongan profesi. Kedua ; tokoh masyarakat. Ketiga ; tokoh adat. Keempat ; pemuka agama. Kelima ; utusan pemuda. Teknisnya adalah masing-masing perwakilan tersebut dipilih dari anggotanya sendiri, sebagai contoh : wakil dari golongan profesi dipilih dari angggota yang tergabung dalam golongan profesi tersebut yang diambil dari desa-desa yang ada dalam kecamatan tersebut. Atau contoh lain : wakil dari tokoh adat/ tokoh masyarakat dipilih dari tokoh-tokoh masyarakat dan tokohtokoh adat yang ada di desa-desa dalam kecamatan yang bersangkutan dan yang melakukan pemilihan tersebut adalah dari tokoh adat/tokoh masyarakat

13 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 130 itu sendiri secara independent tanpa ada campur tangan dari pemerintah kecamatan. Posisi pemerintah kecamatan adalah sebagai fasilisator sedangkan penyelenggara diserahkan kepada lembaga independent. Secara keseluruhan penyelenggaraan dan perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan sistem pemilihan kepala daerah dengan sistem distrik dibagi dalam dua bagian tahapan. Pemilihan bagian pertama adalah tahap pemilihan wakil dari distrik/kecamatan. Perangkat yang dibutuhkan adalah pertama, lembaga independent yang bertugas menyelenggarakan pemilihan wakil dari distrik. Kedua, kecamatan sebagai fasilisator penyelenggaran pemilihan wakil dari distrik. Ketiga, utusan-utusan elemen masyarakat dari setiap desa (yang telah ditetapkan oleh masyarakat desa) yaitu golongan profesi, tokoh masyarakat, tokoh adat, pemuka agama, utusan pemuda. Taksiran jumlahnya dalam satu elemen masyarakat akan terpilih 2 (dua) orang yang akan mewakili distrik dalam pemilihan kepala daerah. Teknis penjumlahannya, jika distrik/kecamatan memiliki 20 desa, maka peserta yang akan mengikuti pemilihan bagian pertama adalah golongan profesi 20 orang, tokoh adat 20 orang, tokoh masyarakat 20 orang, pemuka agama 20 orang dan utusan pemuda 20 orang, jadi jumlah keseluruhan adalah 120 orang. Dalam teknisnya adalah masing-masing elemen masyarakat tersebut dengan di dampingi oleh lembaga independent dan fasilisator pihak kecamatan memilih dua orang untuk menjadi wakil distrik/kecamatan. Dengan demikian, maka penjumlahannya adalah (golongan profesi dari 20 orang dipilih 2 orang), (tokoh masyarakat dari 20 orang dipilih 2 orang), (tokoh adat dari 20 orang dipilih 2 orang), (tokoh masyarakat dari 20 orang dipilih 2 orang), (pembuka agama dari 20 orang dipilih 2 orang) dan (utusan pemuda dai 20 orang dipilih 2 orang). Jika dijumlahkan, maka wakil dari distrik/kecamatan yang memiliki 20 desa adalah 12 orang. Secara keseluruhan, jika satu kabupaten memiliki 7 kecamatan/distrik, maka peserta yang berhak mengikuti pemilihaan kepala daerah ( tahap kedua ) adalah ( 7x12 = 84 orang ).

14 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 131 Pemilihan bagian kedua adalah tahap pemilihan kepala daerah. Untuk daerah kabupaten/kota, maka pemilihan akan dilakukan oleh wakil dari distrik/kecamatan yang pesertanya telah dipilih pada tahap pemilihan pertama. Pada tahap pemilihan ini, sebagai pihak penyelenggara diserahkan kepada lembaga pemilihan umum yang ada yaitu KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kabupaten/kota dan PANWASLU ( Panitia pengawas pemilihan Umum kepala daerah) kabupaten/kota. Jumlah peserta yang mempunyai hak dalam pemilihan kepala daerah adalah tergantung dari jumlah desa yang dimiliki dalam setiap kecamatan dan distrik/kecamatan yang dimiliki oleh kabupaten/kota yang bersangkutan. Misalnya untuk kabupaten yang memilki 7 distrik/kecamatan, dalam satu kecamatan memiliki 20 desa, maka jumlah peserta yang mempunyai hak memilih kepala daerah adalah : penjumlahan wakil distrik (dari 6 elemen masyarakat utusan dari 20 desa masing-masing elemen dipih 2 orang, maka jumlahnya adalah 6x2 = 12 orang). Jika satu kabupaten/kota memiliki 7 distrik/kecamatan, maka (7x12 = 84 orang). Jadi jumlah peserta yang mempunyai hak ikut serta dalam pemilihan kepala daerah adalah 84 orang. Sementara itu untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur, diwakili dari utusan-utusan yang telah terpilih pada tahap pertama dalam pemilihan bupati/walikota. Dalam hal ini disesuaikan dengan jumlah desa yang ada dalam satu kecamatan dan jumlah kecamatan yang ada dalam satu kebupaten/kota serta jumlah kabupaten yang dimilki oleh provinsi yang bersangkutan. Misalnya kita ambil contoh yang telah diuraikan diatas. Dalam satu provinsi memiliki 10 kabupaten. Dalam satu kabupaten memiliki 7 distrik/kecamatan, dalam satu kecamatan memiliki 20 desa.maka, utusan yang memiliki hak memilih bupati dan wakil bupati di kabupaten yang bersangkutan adalah 84 orang. Dengan demikian, jika dalam satu provinsi setiap kabupatennya memiliki utusan 84 orang, maka (10 kabupaten x 84 utusan per-kabupaten, maka = 840 orang). Jadi dalam provinsi yang bersangkutan peserta yang mempunyai hak untuk memilih gubernur dan wakil gubernur adalah 840 orang. Adapun teknis pelaksanaannya adalah

15 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 132 diserahkan kepada lembaga pemilihan umum yang tersedia ditingkat provinsi yaitu KPU provinsi dan BAWASLU Provinsi. Tabel IV Penyebaran dana Dalam pemilihan Kepala daerah sistem distrik/kecamatan Pemilihan Gubernur Sumber Dana APBN APBD Penyelenggara 1. KPU Provinsi 2. Bawaslu Provinsi 3. Honor Perwakilan distrik/kecamatan 4. Lembaga Independen pada saat pemilihan perwakilan distrik/kecamatan Calon KDH 1. Parpol 2. Tim Sukses hanya pada tingkat provinsi dan kabupaten. Tabel V Penyebaran dana Dalam pemilihan Kepala daerah sistem distrik/kecamatan Pemilihan Bupati/Walikota Sumber Penyelenggara Calon KDH Dana APBD 1. KPU Kabupaten/Kota 2. Panwas Kabupaten/Kota 3. Honor Perwakilan distrik/kecamatan 4. Lembaga Independen pada saat pemilihan perwakilan distrik/kecamatan 1. Parpol 2. Tim Sukses hanya pada tingkat kabupaten/kota D. Penutup 1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan yang telah diuraikan diatas adalah : Secara umum bahwa Pemilihan Kepala Daerah merupakan wujud nyata dalam pelaksanaan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal tersebut sesuai dengan konsep otonomi daerah yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yaitu asas

16 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 133 desentaralisasi. Asas ini menggarisbawahi bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, daerah dan masyarakat diberikan kebebasan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri termasuk dalam pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Sementara itu dalam pemilihan kepala daerah secara langsung jika dibandingkan pemilihan kepala daerah yang tidak langsung terdapat kelebihan dan kelemahannya. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut : 1. Pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah secara tidak langsung menurut Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, dalam pelaksanaannya terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem pemilihan Kepala daerah dan Wakil kepala Daerah secara tidak langsung ; pertama, lebih berkaitan kepada efektifitas dan efesiensi dalam penyelenggaraan pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kapala daerah yaitu sedikit menggunakan dana/anggaran dan waktu yang digunakan juga tidak lama. Kedua, secara sosial mencegah terjadinya konflik antar pendudukung Calon Kepala Daerah baik secara elit maupun secara horizontal dan aktifitas masyarakat tidak terganggu oleh kegiatan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Adapun kelebihan yang dimiliki oleh pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara tidak langsung lebih berkaiatn kepada demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, yaitu terpilihnya Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat, artinya rakyat tidak memiliki kedaulatan yang penuh dalam menetukan pimpinan daerah mereka. Terjadinya many politic sebagai akibat pemilihan hanya dilakukan oleh anggota DPRD. 2. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung menurut Undang-undang nomor 32 tahun Dalam pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 juga terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah secara langsung adalah kebalikan

17 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 134 dari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara tidak langsung. Adapun kelebihan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung adalah pertama, rakyat memiliki kedaulatan yang penuh dalam menentukan pemimpin daerah mereka. Kedua, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang terpilih memiliki legitimasi yang kuat dari rakyat dan mempunyai kedudukan yang sama dengan DPRD yaitu sama-sama dipilih langsung oleh rakyat sehingga adanya check and balances antara keduanya. Ketiga, terjadinya pengurangan dalam many politic. Adapun kelemahan yang dimiliki oleh pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah secara langsung adalah berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah tersebut. Pertama, terjadinya pemborosan dalam penggunaan anggaran/dana dan waktu. Kedua, secara sosial menimbulkan kejenuhan mapa masyarakat sebagai akibat pemilihan Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah yang tidak serentak dan berulang-ulang serta menggangu aktifitas kseharian masyarakat. Ketiga, terjadinya konflik antar pendukung calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah. Dari sekian kelemahan tersebut, juga terdapat kelemahan yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu : Kepala Derah dan wakil kepala daerah dalam kepemimpinannya lebih cenderung membuat suatu lingkaran kekuatan politik untuk mencalonkan kembali di priode berikutnya sehingga mengebiri hak rakyat. Kemudian dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, terdapat pemborosan anggaran dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat karena sebagaian angaran dan waktu diambil untuk penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

18 M a j a l a h H u k u m F o r u m A k a d e m i k a 135 Daftar Pustaka 1. Buku Amirudin dan Ahmad Zaini Bisri, Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Joko J Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Peraturan Perundang-undangan UUD 1945 dan Amandemennya, Pabelan, Surakarta, UUD 1945 yang sudah diamandemen dengan Penjelasannya, Apollo, Surabaya, Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah. UU Nomor 32 Tahun Citra Umbara, Bandung, Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa demokrasi ini, pelaksanaan pemiliham umum secara langsung tidak hanya untuk lembaga legislatif serta presiden dan wakil presiden. Pemilihan umum kepala daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satunya perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintahan Daerah atau di negara-negara barat dikenal dengan Local Government dalam penyelenggaraan pemerintahannya memiliki otonomi yang didasarkan pada asas, sistem,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. secara damai dan sarana pertanggungjawaban politik. membuka kesempatan partisipasi politik rakyat seluas-luasnya.

BAB. I PENDAHULUAN. secara damai dan sarana pertanggungjawaban politik. membuka kesempatan partisipasi politik rakyat seluas-luasnya. BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Umum (pemilu) merupakan sarana politik untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang demokratis. Penyelenggaraan pemilu secara reguler merupakan sarana untuk

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada langsung) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep demokrasi di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

Undang-Undang No. 32. Tahun 2004 Pelimpahan. wewenang. pemerintahan oleh. Pemerintah kepada. Gubernur sebagai. wakil pemerintah.

Undang-Undang No. 32. Tahun 2004 Pelimpahan. wewenang. pemerintahan oleh. Pemerintah kepada. Gubernur sebagai. wakil pemerintah. MATRIX PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 1999, UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004, UNDANG- UNDANG NO. 23 TAHUN 2014, DAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 2015 No Perbandingan. 1. Pelimpahan Undang-Undang No.

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF UUD Oleh: Nopyandri, SH., LL.M Abstrak

PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF UUD Oleh: Nopyandri, SH., LL.M Abstrak Pemilihan umum, Kepala daerah, UUD 1945 91 PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF UUD 1945 Oleh: Nopyandri, SH., LL.M Abstrak Pemilihan kepala daerah secara langsung memiliki korelasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004 I. PEMOHON Smita Notosusanto (CETRO), dkk. Kuasa Hukum : Dr. T. Mulya Lubis, SH., LL.M, dkk. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.792, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemberian Keterngan. Perselisihan Hasil Pemilu. MK. Bawaslu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENEGUHKAN PROFESIONALISME DPRD SEBAGAI PILAR DEMOKRASI DAN INSTRUMEN POLITIK LOKAL DALAM UPAYA MENSEJAHTERAKAN RAKYAT H. Marzuki Alie, SE. MM. Ph.D. KETUA DPR-RI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

Keywords : Pilkada dan Perwujudan Kedaulatan Rakyat, Daerah

Keywords : Pilkada dan Perwujudan Kedaulatan Rakyat, Daerah TINJAUAN YURIDIS TUGAS DAN WEWENANG KPUD DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH Oleh : A. Zarkasi, S.H., M.H. 1 Abstrak Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkataan yaitu, demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkataan yaitu, demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demokrasi Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua perkataan yaitu, demos yang berarti rakyat dan cratein yang berarti memerintah. Dengan demikian Demokrasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN

Lebih terperinci

2 b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

2 b. bahwa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.657, 2015 KEMENDAGRI. Dana. Pemilihan. Gubernur/Wakil Gubernur. Bupati/Wakil Bupati. Walikota/Wakil Walikota. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN APBD DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB II PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN APBD DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAB II PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN APBD DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Semenjak lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1945, prinsip penyelenggaraan otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo Pengantar Membaca peraturan perundang undangan bukanlah sesuatu yang mudah. Selain bahasa dan struktur, dalam hal Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tantangan ini bertambah dengan perubahan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. No.299, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM Pemilihan. Kepala Daerah. Pedoman. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TAHAPAN, PROGRAM, DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Kepala Daerah disebagian daerah telah selesai dilaksanakan, ada banyak kerumitan dalam penyelenggaraan Pemilihan tersebut yang mana sekarang pemilihan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL

QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DAN PARTAI POLITIK LOKAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa : 1. DPR Kabupaten Sumba Barat Daya sudah berperan tetapi perannya belum

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa : 1. DPR Kabupaten Sumba Barat Daya sudah berperan tetapi perannya belum 125 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa : 1. DPR Kabupaten Sumba Barat Daya sudah berperan tetapi perannya belum optimal atau signifikan dalam fungsi pengawasannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR PANITIA LOMBA CERDAS CERMAT KEPEMILUAN DAN DEMOKRASI TINGKAT PELAJAR SLTA SE-KOTA BOGOR TAHUN 2015 BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB KODE A 1. Singkatan dari apakah -

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pemilihan kepala daerah (pilkada) berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung Asrian HC** Senin, 20 Desember 2004 INDONESIA memasuki tahap baru kehidupan politik. Dalam waktu yang singkat Indonesia sudah melakukan perubahan besar dan mendasar dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konteks pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. UMUM Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEWENANGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TERHADAP PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PELAKSANAAN KEWENANGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TERHADAP PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PELAKSANAAN KEWENANGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TERHADAP PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci