HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaaan Umum Daerah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaaan Umum Daerah Penelitian"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaaan Umum Daerah Penelitian Kota Bogor secara geografis terletak pada koordinat diantara BT dan 6 36 LS dengan jarak ± 56 km dari kota Jakarta dengan luas wilayah 118,50 Km 2. Terdiri dari 6 Kecamatan 68 Kelurahan. Kecamatan Bogor Barat termasuk dalam wilayah Kota Bogor. Kecamatan Bogor Barat terdiri dari 16 Kelurahan, 196 RW, 796 RT dan rumah tangga (KK). Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Bogor Barat meliputi Menteng, Pasir Kuda, Pasir Jaya, Pasirmulya, Gunung Batu, Bubulak, Situgede, Margajaya, Balumbang Jaya, Semplak, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Curug, Loji, Curug mekar dan Sindang Barang. Secara geografis, Kecamatan Bogor Barat memiliki batas-batas wilayah disebelah barat dibatasi oleh Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, disebelah Timur oleh Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor, disebelah selatan oleh Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dan disebelah utara oleh Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Luas wilayah Kecamatan Bogor Barat 3.174,00 Ha. Merupakan lahan yang baik untuk mendukung kegiatan perkotaan seperti pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri, pariwisata, pertanian dan lain-lain. Sarana dan prasarana di Kecamatan Bogor Barat terbagi menjadi prasarana sosial dan kesehatan. Sarana dan prasarana sosial meliputi tempat ibadah (152 mesjid), gedung sekolah (210 sekolah). Sarana dan prasarana kesehatan meliputi rumah sakit (3 buah), puskesmas induk (5 buah), puskesmas pembantu (4 buah), klinik (23 buah) dan praktek dokter (122 orang), bidan praktek (25 orang) dan posyandu (208 buah). Jumlah penduduk Kecamatan Bogor Barat termasuk dalam wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar jiwa. Komposisi penduduk didominasi oleh penduduk usia muda dengan jumlah yang signifikan pada penduduk usia produktif dengan perbandingan yang hampir mencapai angka 2 : 1. Kegiatan perdagangan dan jasa di wilayah Kecamatan Bogor Barat sangat dipengaruhi oleh tersedianya akses sarana perhubungan melalui pembangunan jalan-jalan baru yang memicu investor-investor baru melakukan investasi disektor perdagangan, jasa dan terutama properti.

2 62 Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu keluarga kecil yang beranggotakan 4 orang dan keluarga besar yang beranggotakan > 4 orang (BKKBN 1998). Sebaran ukuran keluarga contoh di wilayah penelitian yang memiliki anak usia bulan kelompok stunting maupun normal, lebih besar berada pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga 4 orang (56,4%). Ratarata keluarga pada kelompok balita normal yaitu 4,4 ± 1,5 orang maupun kelompok anak stunting yaitu 4,6 ± 1,3 orang seperti disajikan pada Tabel 4. Menurut Berg (1986) keluarga yang semakin besar akan menurunkan status gizi anak. Tingginya persentase besar keluarga dengan jumlah 4 orang dikarenakan data yang diperoleh umumnya berasal dari keluarga yang memiliki 1 balita dan jarak kelahiran anak lebih dari 24 bulan (Lampiran 4). Berdasarkan penelitian Suradi dan Chandradewi (2007) menunjukkan semakin kecil jumlah anggota keluarga, maka ibu mempunyai waktu yang banyak untuk mengasuh anak sehingga tumbuh kembang anak dapat dipantau. Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara besar keluarga dengan status gizi TB/U. Umur Orangtua Rata-rata umur ayah pada kedua kelompok balita normal adalah 35,9 ± 8,4 tahun dan sebagian besar (75,7%) berada pada kelompok umur tahun sedangkan rata-rata umur ayah pada kelompok anak stunting adalah 35,2 ± 5,9 tahun dan sebagian besar (85,7%) berada pada kelompok umur tahun. Sementara rata-rata umur ibu pada kelompok anak normal adalah 30,3 ± 5,9 tahun dan umur ibu pada kelompok anak stunting adalah 30,3 ± 6,0 tahun. Sebagian besar (> 90%) umur ibu pada kedua kelompok berada pada kelompok umur tahun yang termasuk dalam kategori kelompok dewasa awal. Sementara rata-rata umur ibu pada kedua kelompok anak adalah 30,3 ± 5,9 tahun berada pada kelompok umur tahun (Tabel 4). Umur orang tua terutama ibu berkaitan dengan pengalaman ibu dalam mengasuh anak. Seorang ibu yang masih muda kemungkinan kurang memiliki pengalaman dalam mengasuh anak sehingga dalam merawat anak didasarkan pada

3 63 pengalaman orang tua terdahulu sebaliknya pada ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu sehingga akan mempengaruhi pula terhadap kuantitas dan kualitas pengasuhan anak (Hurlock 1998). Secara statistik, tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara umur ayah dan ibu kedua kelompok balita dengan status gizi (TB/U). Pendidikan Orangtua Rata-rata lama pendidikan ayah pada kelompok anak normal yaitu 9,4 ± 2,5 tahun dapat dikategorikan pendidikan tinggi sementara pada kelompok anak stunting yaitu 8,0 ± 2,5 tahun. Rata-rata lama pendidikan ibu 8,1 ± 2,4 tahun pada kelompok anak normal dan 6,6 ± 1,5 tahun pada kelompok anak stunting dengan kategori pendidikan rendah.. Menurut Madanijah (2003), tingkat pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) tingkat pendidikan ayah dan pendidikan ibu antara kelompok balita normal dan stunting. Berdasarkan tabulasi silang antar variabel bahwa pendidikan ayah yang tinggi memberikan kontribusi terhadap pengetahuan gizi dan kesehatan ibu, riwayat kehamilan dan pola asuh lingkungan yang baik (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan pendidikan orangtua akan mempengaruhi pengasuhan anak, karena orangtua dengan pendidikan yang lebih tinggi akan memahami betapa pentingnya peranan orangtua terhadap anak. Semakin tinggi pendidikan diduga semakin baik pengetahuan gizinya dan ibu yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mengetahui tentang cara mengolah bahan makanan, cara mengatur menu mengatur makanan anak sehingga keadaan gizi anak terjamin. Madanijah (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Pekerjaan Orangtua Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh ayah contoh (100%) pada kedua kelompok balita mempunyai pekerjaan (bekerja) dan persentase nilai tertinggi (80%) ibu contoh tidak bekerja. Sebagian besar (63,6%) pekerjaan ayah sebagai buruh sementara ibu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sebagai ibu

4 64 rumah tangga (IRT) (Lampiran 4). Menurut Sukarni (2002), mata pencaharian memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan. Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga Kelompok balita p- Total Variabel Stunting Normal value n % N % n % Besar keluarga 0,609 4 orang 38 54, , ,4 > 4 orang 32 45, , ,6 Rata-rata ± SD 4,6 ± 1,3 4,4 ± 1,5 Umur Ayah 0,134 < 20 tahun tahun 60 85, , ,7 > 40 tahun 10 14, , ,3 Rata-rata ± SD 35,2 ± 5,9 35,9 ± 8,4 Umur Ibu 0,331 < 20 tahun 2 2, , tahun 64 91, , ,6 > 40 tahun 4 5,7 3 4,3 7 5 Rata-rata ± SD 30,3 ± 6,0 30,3 ± 5,9 Pendidikan Ayah 0,004* Rendah , ,6 Tinggi , ,4 Rata-rata ± SD 8,0 ± 2,5 9,4 ± 2,5 Pendidikan Ibu 0,007* Rendah 66 94, , ,4 Tinggi 4 5, , ,6 Rata-rata ± SD 6,6 ± 1,5 8,1 ± 2,4 Pekerjaan Ayah ---- Bekerja Tidak bekerja Pekerjaan Ibu 0,035* Bekerja 19 27,1 9 12, Tidak bekerja 51 72, , Tinggi Badan Ayah 0,310 < 165 cm 40 57, , ,9 165 cm 30 42, , ,1 Rata-rata ± SD 163,5 ± 6,8 164,8 ± 6,4 164,2 ± 6,6 Tinggi Badan Ibu 0,005* < 156 cm , ,7 156 cm , ,3 Rata-rata ± SD 149,7 ± 5, ,5 ± 6,0 Jumlah Anak Balita 0,664 1 orang , ,4 > 1 orang , ,6 Rata-rata ± SD 1,2 ± 0,4 1,2 ± 0,4 Total Secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) status kerja ayah dengan status gizi balita (TB/U) namun terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) status kerja ibu dengan status gizi balita (TB/U). Hal ini berarti ibu yang tidak bekerja lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak di rumah. Berdasarkan tabulasi silang antar variabel menunjukkan Ibu yang lebih banyak

5 65 menghabiskan waktu di rumah (tidak bekerja) berpengaruh terhadap balita dengan riwayat konsumsi ASI dan pola asuh makan (praktek sanitasi pangan) yang baik (Lampiran 6). Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga pada kedua kelompok dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran pangan dan non pangan per kapita per bulan. Rata-rata pengeluaran per kapita per bulan pada kelompok balita normal adalah ± sedangkan pada kelompok balita stunting adalah ± Berdasarkan batas garis kemiskinan Kota Bogor menurut BPS (2011) sebesar Rp ,00 (Kap/bln) maka rata-rata keluarga kedua kelompok balita termasuk kategori keluarga miskin. Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengeluaran, jenis pengeluaran serta proporsinya Pengeluaran Kelompok balita Stunting Normal n % n % Tingkat Pengeluaran (Rp/Kap/bln) < Rp , , ,3 Rp , , ,7 Total Jenis Pengeluaran (Rp/Kap/bln) Pangan ± ± Non Pangan ± ± Total ± ± Proporsi Pengeluaran (%) Pangan 69,6 ± 11,5 69,9 ± 11,2 Non Pangan 30,4 ± 11,5 30,1 ± 11,2 Total Proporsi pengeluaran pangan dan non pangan keluarga pada kedua kelompok disajikan pada Tabel 5. Terlihat bahwa sebagian besar (>69,5%) pengeluaran keluarga tiap bulan pada kedua kelompok diperuntukkan untuk pengeluaran pangan. Hanya sebagian saja yang diperuntukkan untuk keperluan non pangan yaitu (>30%). Pengeluaran non pangan yang rutin dikeluarkan sebagian besar keluarga pada kedua kelompok adalah untuk biaya penerangan dan biaya pendidikan (Lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga contoh pada penelitian ini berada pada tingkat ekonomi rendah. Hal ini sesuai dengan data dari

6 66 Laporan Tahunan Kecamatan Bogor Barat (2010), Kecamatan Bogor Barat memiliki jumlah KK miskin terbanyak se-kota Bogor yaitu 11,734 KK (26%) dari KK seluruhnya yang ada di Kota Bogor. Tinggi Badan Orang tua Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tinggi badan ayah pada kedua kelompok balita yaitu 164,2 ± 6,6 cm sedangkan tinggi badan ibu yaitu 151,1 ± 5,9 cm. Tinggi ayah kurang dari 165 cm berdasarkan AKG golongan umur tahun, lebih banyak (52,9%) dari ayah dengan tinggi lebih dari 165 cm (47,1%). Rata-rata tinggi badan ibu pada kelompok balita normal yaitu 152,5 ± 6,0 cm dan kelompok balita stunting yaitu 149,7 ± 5,6 cm. Selisih tinggi badan ibu pada kedua kelompok yaitu sebesar ± 3 cm (Tabel 4). Tinggi ibu kurang dari 156 cm berdasarkan AKG golongan umur tahun, lebih banyak (80,7%) dari ibu dengan tinggi lebih dari 156 cm (19,3%). Berdasarkan uji chi square, tinggi badan ayah tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap status gizi balita (TB/U), namun tinggi badan ibu memberikan pengaruh (p<0,05) terhadap status gizi balita. Hal ini sejalan dengan penelitian Aditianti (2010) mengenai Faktor Determinan Stunting pada anak usia bulan di Indonesia yang menunjukkan bahwa tinggi badan ayah dan ibu berhubungan dengan stunting dan status ekonomi. Ibu maupun ayah yang memiliki tinggi badan di atas standar cenderung memiliki anak dengan status gizi (TB/U) normal. Tabulasi silang antar variabel penelitian menunjukkan bahwa tinggi badan ayah berhubungan dengan pendidikan ayah, lebih banyak ayah yang bertubuh kecil berpendidikan rendah (Lampiran 6). Jumlah Anak Balita Sebagian besar (81,4%) keluarga kedua kelompok balita memiliki 1 orang balita dengan jumlah rata-rata adalah 1,2 ± 0,4 baik pada keluarga balita stunting maupun keluarga balita normal (Tabel 4). Berdasarkan tabulasi silang antar variabel, sebaran data tertinggi keluarga dengan memiliki satu orang balita berhubungan dengan keluarga contoh yang kecil ( 4 orang), keluarga dengan sedikit anak ( 2 orang) namun memiliki riwayat kesehatan yang kurang baik dan lebih banyak memiliki ibu berperawakan kecil (Lampiran 6).

7 67 Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara jumlah balita dengan status gizi (TB/U). Walaupun dalam beberapa penelitian menghasilkan hal yang berbeda yaitu salah satu masalah gizi buruk berasal dari keluarga dengan jumlah anak balita lebih dari satu orang sebagai gambaran kehamilan dengan jarak terlalu dekat dan berkaitan dengan perhatian, perawatan dan kasih sayang ibu kepada anak selain itu juga sesuai dengan peraturan pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Saputra 2009). Karakteristik Ibu Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (84,3%) umur ibu pada saat hamil contoh kedua kelompok balita berada pada kelompok umur tahun. Umur ibu pada kelompok stunting 26,5 ± 5,9 tahun dan normal 25,9 ± 5,8 tahun (Tabel 6).13,6 persen ibu hamil pada saat umur kurang dari 20 tahun, hal ini dapat beresiko bagi ibu dan anaknya. Graef et al. (1996) mengemukakan bahwa makin muda atau makin tua usia ibu, maka makin tinggi resiko ibu beserta anaknya. Selanjutnya penelitian Taylor di Thailand (1970) menyebutkan bahwa ada hubungan kematian ibu dengan umur ibu. Ibu yang melahirkan di bawah 20 tahun dan melahirkan di atas 35 tahun mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan ibu yang melahirkan dalam umur tahun (Saputra 2009). Penelitian menunjukkan secara uji chi square, umur ibu saat hamil tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan status gizi TB/U (p>0,05). Persentase tertinggi (65%) rata-rata jumlah anak yang dilahirkan ibu contoh pada kedua kelompok balita adalah dua orang. Selisih rata-rata jumlah balita antara dua kelompok, terlihat bahwa jumlah anak yang dilahirkan ibu pada kelompok normal lebih sedikit. Hal ini berdasarkan distribusi contoh yang diperoleh lebih banyak ibu yang memiliki anak sedikit ( 2 orang). Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara status gizi TB/U dengan jumlah anak yang dilahirkan (Tabel 6). Namun tabulasi data antar variabel menunjukkan sedikit anak ( 2 orang) berhubungan dengan riwayat kehamilan ibu, praktek pemberian makan dan praktek perawatan diri yang baik (Lampiran 6). Program KB dari BKKBN dengan moto dua anak lebih baik adalah upaya pemerintah dalam pengaturan kelahiran yang tidak hanya untuk mengendalikan

8 68 laju pertumbuhan penduduk, menciptakan keluarga bahagia dan sejahtera selain itu dengan Jumlah anak yang sedikit dapat mendorong kesehatan penduduk perempuan sehingga memiliki waktu yang lebih untuk berkontribusi baik dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat (Saputra 2009). Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik ibu Kelompok Balita p- Total Variabel Stunting Normal value n % n % n % Umur Ibu saat hamil responden 0,811 < 20 tahun 9 12, , , tahun 60 85, , ,3 > 40 tahun 1 1,4 2 2,9 3 2,1 Rata-rata ± SD 26,5 ± 5,9 25,9 ± 5,8 Jumlah anak yang dilahirkan 0,595 2 orang 44 62, , > 2 orang 26 37, , Rata-rata ± SD 2,5 ± 1,3 2,2 ± 1,4 Jarak Kelahiran anak 0,150 < 24 bulan 19 27, , ,9 24 bulan 51 72, , ,1 Penyakit yang pernah diderita 0,693 ada 18 25, , ,3 tidak ada 52 74, , ,7 Total Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase tertinggi (>60%) jarak anak yang dilahirkan pada kedua kelompok balita yaitu berjarak 24 bulan. Namun distribusi data yang diperoleh, balita yang jarak kelahiran 24 bulan lebih tinggi (72,9%) pada keluarga kelompok balita stunting dibandingkan dengan kelompok balita normal (61,4%). Berdasarkan tabulasi silang antar variabel, jarak kelahiran anak 24 bulan berhubungan dengan jumlah anak lebih sedikit ( 2 orang). Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jarak anak yang dilahirkan dengan status gizi (p>0,05). Sementara menurut Supariasa (2002), Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Penelitian Wyon dan Gordon tentang pengaruh anak yang terlampau dekat di Punjab, India (1980) menyebutkan bahwa kematian bayi baru lahir dan anak meningkat kalau jaraknya kurang dari dua tahun sejak kelahiran anak sebelumnya, dan angka kematian itu akan menurun dengan cepat kalau jaraknya menjadi lebih lama (Saputra 2009). Selanjutnya Wong (2008) berpendapat bahwa pengaruh terhadap anak yang lebih

9 69 tua, bila perbedaan usia antara 2 sampai 4 tahun bisa dikatakan merupakan suatu ancaman. Pada saat usia anak paling tua masih kecil, konsep diri belum matang sehingga muncul perasaan terancam. Sebagian besar (75,7%) ibu contoh kedua kelompok balita tidak memiliki penyakit berat sebelum kehamilan. Persentase ibu yang sehat (tidak memilki penyakit) sebelum/saat hamil lebih tinggi (77,1%) pada kelompok balita normal dibandingkan kelompok balita stunting (74,3%). Sementara 24,3 persen ibu contoh yang memiliki penyakit antara lain, anemia, hipertensi, jantung, paru-paru, kista, maag, alergi dan sakit gigi. Beberapa peneliti menetapkan kehamilan dengan resiko tinggi, antara lain oleh umur kurang dari 19 tahun, umur di atas 35 tahun, jarak anak terlalu dekat, tinggi badan kurang dari 145 cm, kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan (faktor genetik), serta riwayat kehamilan yang buruk disebabkan oleh pernah keguguran, pernah persalinan prematur, lahir mati, riwayat persalinan dengan tindakan, pre-eklampsia-eklampsia, gravida serotinus, kehamilan dengan perdarahan antepartum serta kehamilan dengan kelainan letak (Manuaba 1998). Masalah-masalah yang ditemukan dokter pada wanita hamil usia lebih dari 30 tahun termasuk kehamilan disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah plasenta. Setelah usia 40 tahun, wanita merasakan ketegangan fisik karena kehamilan. Mereka akan lebih terganggu oleh wasir, inkontinensia, varises, nyeri dan pegal otot, dan nyeri pinggang (Curtis & Asih 2000). Hasil tabulasi silang antar variabel, bahwa penyakit yang pernah diderita ibu berhubungan dengan jenis kelamin dan pendidikan ayah. Hal ini berarti, sebaran data penyakit yang pernah diderita ibu sebelum kehamilan lebih banyak terdapat pada anak laki-laki dan lebih banyak memiliki ayah dengan pendidikan yang rendah. Namun berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antara status gizi dengan penyakit yang pernah diderita ibu sebelum kehamilan (Tabel 6).

10 70 Karakteristik Anak Karakteristik anak yang banyak berpengaruh pada tumbuh kembang dari beberapa penelitian terdahulu antara lain jenis kelamin, umur dan urutan kelahiran anak (Hurlock 1997). Tabel 7 menunjukkan rata-rata z-skor pada kelompok balita stunting sebesar -2,92 ± 0,69 dan balita normal sebesar -0,95 ± 0,91. Berdasarkan z-skor, balita umur tahun memiliki rata-rata tinggi badan 82,9 ± 4,4 dengan z-skor -2,15 ± 1,23 sedangkan rata-rata tinggi badan anak umur bulan yaitu 97,4 ± 5,0 memiliki z-skor sebesar -1,83 ± 1,07. Kecenderungan yang diperoleh, pada kelompok stunting berdasarkan penggolongan umur yaitu semakin tinggi umur anak semakin membaik pertumbuhan. Sementara pada kelompok balita normal, fluktuatif. Hal ini menunjukkan jika tidak ditunjang dengan gizi dan pengasuhan yang baik, maka kecenderungan yang terjadi adalah balita menjadi stunting. Tabel 7. Rata-rata tinggi badan dan z skor TB/U berdasarkan umur, jenis kelamin dan urutan anak dalam keluarga Karakteristik anak Stunting Kelompok Balita Normal n % Z skor TB/U n % Z skor TB/U p- value Umur (bulan) 0, ,99 ± 0, ,4-1,07 ± 0, ,3-2,97 ± 0, ,7-0,70 ± 1, ,7-2,73 ± 0, ,9-1,12 ± 0,85 Jenis Kelamin 0,310 Laki-laki 30 42,9-2,88 ± 0, ,4-0,85 ± 1,03 Perempuan 40 57,1-2,95 ± 0, ,6-1,06 ± 0,77 Urutan anak dalam keluarga 0,084 Sulung 18 25,7 2,95 ± 0, ,4-0,81 ± 1,03 Tengah 9 12,9 2,75 ± 0,42 4 5,7-0,95 ± 1,23 Bungsu 43 61,4 2,94 ± 0, ,9-1,06 ± 0,79 Total Rata-rata ± SD -2,92 ± 0,69-0,95 ± 0,91 Selain itu, penggunaan z-skor untuk mengetahui lebih detail dimana posisi suatu skor dalam suatu distribusi dan pada penelitian ini, grafik sebaran z-skor TB/U memiliki kecenderungan ke arah negatif dari grafik referensi standar WHO/NCHS (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok balita normal memiliki kecenderungan yang besar untuk menjadi stunting.

11 71 Gambar 4. Grafik sebaran Z skor TB/U Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur balita dengan status gizi TB/U tetapi tidak bermakna (p>0,05). Hasil penelitian Macharia et al. (2005) menunjukkan hubungan negatif antara umur anak dengan status stunting pada anak balita. Selanjutnya menurut Ramli et al (2009) prevalensi stunting tertinggi terjadi pada saat anak berusia bulan. Berdasarkan tabulasi silang antar variabel, umur anak berhubungan dengan praktek pemberian makan. Semakin bertambah umur anak semakin baik pula praktek pemberian makan yang diberikan ibu contoh (Lampiran 6). Persentase anak laki-laki pada kelompok balita normal lebih tinggi (51,4%) dengan rata-rata nilai z-skor -0,85 ± 1,03 daripada anak perempuan (48,6%) dengan rata-rata nilai z-skor -1,06 ± 0,77. Umumnya anak laki-laki lebih dibebaskan dalam memilih makanan dan pemberian makanan untuk anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan. Jenis kelamin anak mempengaruhi bagaimana orangtua memperlakukan anaknya, seperti anak laki-laki biasanya lebih diberi kebebasan oleh orangtua dibandingkan dengan anak perempuan (Santrock 2003). Namun demikian berdasarkan hasil uji chi-square tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) antara jenis kelamin dengan status gizi. Menurut urutan kelahiran pada penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tertinggi (57,1%) balita contoh merupakan anak bungsu dengan ratarata nilai z-skor -2,07 ± 1,2 dan sebagian besar berada pada kelompok balita

12 72 stunting (61,4%). Selanjutnya diikuti oleh anak sulung dan persentase kelompok anak tengah yang lebih tinggi (12,9%) dibanding kelompok balita normal (5,7%). Menurut Maulani (2002) Anak tunggal, anak pertama dan anak bungsu biasanya akan mendapatkan perhatian yang lebih baik dibandingkan dengan anak lainnya. Anak tengah menurut Wong (2008), lebih dituntut untuk membantu pekerjaan rumah, jarang dipuji, menerima kekurangan waktu untuk bersama dengan orang tua, dan lebih dituntut untuk berkompromi dan beradaptasi. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan urutan anak (contoh) yang bermakna (p>0,05) terhadap status gizi TB/U. Namun tidak sejalan dengan penelitian Macharia et al. (2005) menunjukkan hubungan positif antara urutan kelahiran dengan status stunting pada anak balita. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu Pengetahuan gizi dan kesehatan yang dimiliki ibu sangat penting dan diharapkan anak yang diasuh dan dirawat dapat mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pengetahuan ibu yang memiliki anak usia bulan dengan status gizi berdasarkan TB/U dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu berdasarkan kelompok balita Variabel Kelompok Balita Total p- Stunting Normal value n % n % n % Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Ibu 0,002* Baik 30 42, , ,7 Kurang 40 57, , ,3 Total Tabel 8 terlihat bahwa persentase ibu balita contoh dengan pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, lebih tinggi (55,7%) dibandingkan ibu balita yang kurang pengetahuan gizi dan kesehatan (44,3%). Berdasarkan pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, ibu kelompok balita normal memilki nilai yang lebih tinggi (68,6 %) dibandingkan kelompok balita stunting (42,9%). Sebagian besar ibu dapat menjawab dengan benar pertanyaan mengenai ASI Ekslusif, susunan makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna), sanitasi dan higienis pangan dan lingkungan, kegiatan posyandu yang meliputi penimbangan, manfaat Iodium pemberian kapsul vitamin A serta pemantauan tumbuh kembang balita. Namun

13 73 pengetahuan ibu tentang gizi yang umumnya kurang diketahui adalah pertanyaan mengenai kolostrum, cara pengolahan bahan pangan, pembuatan larutan oralit, berat badan lahir normal, fungsi dan sumber bahan pangan zat gizi (Lampiran 5). Tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan orang tua juga ikut menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, serta berperan dalam penentu pola penyusunan makanan dan pola pengasuhan anak. Dalam pola penyusunan makanan erat hubungannya dengan pengetahuan ibu mengenai bahan makanan seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Apriadji 2007). Tabulasi silang data antar variabel menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan gizi dan kesehatan ibu berhubungan dengan riwayat kehamilan dan riwayat konsumsi ASI. Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu yang baik, memberikan dampak riwayat kehamilan dan riwayat konsumsi ASI yang baik (Lampiran 6). Berdasarkan hasil uji chi square, terdapat hubungan positif yang bermakna (p<0,05) antara pengetahuan ibu dengan status gizi TB/U. Sejalan dengan hasil Mariani (2002), menemukan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang tinggi akan membiasakan anaknya untuk lebih memilih makanan yang sehat dan memenuhi kebutuhan gizi. Hasil penelitian Martianto et al. (2008), penegetahuan gizi ibu berhubungan positif dan signifikan dengan pendidikan ibu. Riwayat Kehamilan, Kelahiran dan Konsumsi ASI Riwayat Kehamilan Ibu Penentuan Riwayat kehamilan ibu meliputi jenis persalinan, tempat persalinan, komplikasi persalinan, riwayat persalinan, pemeriksaan kesehatan serta makanan dan minumam yang dikonsumsi selama kehamilan. Tabel 9 menunjukkan rata-rata riwayat kehamilan ibu contoh termasuk dalam kategori baik sebesar 75,7 persen. Riwayat kehamilan ibu kategori baik pada kelompok balita normal lebih tinggi (84,3%) daripada kelompok balita stunting (67,1%). Ibu yang termasuk kategori kurang baik (24,3%) umumnya memiliki komplikasi pendarahan, pernah mengalami keguguran, mengkonsumsi jamu, tidak mengkonsumsi suplemen yang diberikan petugas kesehatan dan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala.

14 74 Menurut Arisman (2004) Jika seluruh bahan makanan yang diperlukan untuk ibu hamil dikonsumsi, maka seluruh zat gizi yang dibutuhkan akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat harus ditambahkan melalui suplementasi. Oleh karena itu, pada trimester kedua dan ketiga, ibu hamil harus mendapatkan tambahan zat besi berupa suplementasi zat besi. Kebiasaan minum jamu dilakukan beberapa ibu dan merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan dari nenek moyang. Namun dalam pemakaiannya harus tetap berada di bawah pengawasan dokter kandungan, terutama bila ada riwayat keguguran, pernah melahirkan anak cacat, prematur, dan sebagainya. Pada trimester pertama merupakan masa sangat rentan bagi kehamilan, kemungkinan pada trimester kedua bisa lebih longgar, tapi meskipun demikian harus tetap berhati-hati, dosis pemakaiannya disesuaikan, disertai pemeriksaan antenatal care (Melindacare 2010). Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kehamilan ibu, kelahiran anak dan konsumsi ASI Variabel Kelompok Balita Total p- Stunting Normal value n % n % n % Riwayat Kehamilan 0,018 Baik 47 67, , ,7 Kurang 23 32, , ,3 Riwayat Kelahiran Anak 0,398 Baik 37 52, , ,3 Kurang 33 47, , ,7 Riwayat Konsumsi ASI 0,693 Baik 52 74, , ,7 Kurang 18 25, , ,3 Total Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara riwayat kehamilan ibu dengan status gizi (TB/U). Menurut Lubis (2003) Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Variabel lain pada pengukuran riwayat kehamilan ibu yaitu penolong persalinan dan tempat persalinan. Dari hasil yang ditunjukkan pada Tabel 10 yaitu

15 75 ibu contoh lebih banyak dibantu pada saat persalinan oleh bidan (65,7%) dan dukun bayi (25%). Umumnya ibu contoh lebih banyak berkonsultasi dan mempercayakan kehamilannya kepada bidan dan dukun bayi daripada dokter. Hal ini karena juga dipengaruhi faktor biaya yang dikeluarkan bila berkonsultasi maupun melahirkan di bantu oleh dokter umumnya lebih banyak. Tempat persalinan yang umumnya digunakan ibu contoh yaitu tempat bidan (60%). Persentase tertinggi kedua tempat persalinan yang dipilih yaitu di rumah. Rumah dipilih sebagai tempat persalinan karena selain faktor biaya yang menjadi alasan utama juga proses persalinan berlangsung sealami mungkin (Tabel 10). Tabel 10. Variabel penunjang pada riwayat kehamilan ibu Variabel lain Stunting Kelompok Balita Normal Total n % n % n % Penolong persalinan Dokter 4 5,7 6 8,6 10 7,1 Bidan 41 58, , ,7 Dukun bayi 24 34, , Saudara/famili 1 1, ,7 Kader ,9 2 1,4 Tempat persalinan RS/RB 2 2, ,3 12 8,6 Bidan 40 57, , Dukun bayi 3 4,3 2 2,9 5 3,6 Puskesmas 1 1,4 1 1,4 2 1,4 Rumah 24 34, , ,4 Total Riwayat Kelahiran Anak Penentuan riwayat kelahiran anak meliputi panjang dan berat badan, sumber informasi saat lahir serta riwayat penyakit bawaan yang dimiliki anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase riwayat kelahiran contoh lebih tinggi (50,7%) berada pada kategori kurang baik dibandingkan kategori baik (49,3%) (Tabel 9). Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, beberapa anak yang termasuk dalam kategori kurang baik dikarenakan ibu contoh saat persalinan dibantu oleh selain dokter maupun bidan yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai sehingga kurang adanya perhatian terhadap pengukuran maupun penimbangan pada saat bayi lahir serta higienitas peralatan yang digunakan. Sumber informasi yang didapat mengenai pengukuran panjang maupun berat

16 76 badan saat lahir mengandalkan pengakuan atau ingatan ibu saja serta adanya penyakit bawaan saat lahir berupa flek di paru-paru, asma serta alergi. Pengukuran panjang sangat mudah dilakukan untuk menilai gangguan dan pertumbuhan anak. Menurut Sinaga (2011) panjang bayi lahir merupakan pengukuran yang penting selain berat badan bayi lahir untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bayi di tahap usia selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian di Bogor, penambahan panjang bayi berjalan dengan baik hanya sampai usia 5 bulan setelah itu gangguan pertumbuhan linier mulai terjadi (Schmidt et al. 2002). Berat bayi saat lahir merupakan prediktor kuat pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidup. Berat bayi normal ketika dilahirkan adalah 2500 g, sedangkan bayi yang memiliki berat < 2500 g dikategorikan sebagai berat bayi lahir rendah (BBLR). WHO/UNICEF (2004) menyatakan bahwa bayi dengan BBLR memiliki 20 kali kemungkinan untuk meninggal dibandingkan bayi normal. Bayi dengan berat yang rendah merupakan hasil dari preterm birth (<37 minggu usia kehamilan) dan akibat hambatan pertumbuhan janin (intrauterine). Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat kelahiran anak dengan status gizi (TB/U). Berdasarkan tabulasi silang antar variabel menunjukkan bahwa riwayat kelahiran anak berhubungan dengan urutan anak dalam keluarga dan praktek pemberian makan. Balita dengan riwayat kelahiran baik, umumnya dimiliki oleh anak bungsu. Selain itu, dengan riwayat kelahiran yang baik memberikan dampak yang baik pula terhadap pola asuh (praktek pemberian makan) yang diberikan ibu (Lampiran 6). Riwayat Konsumsi ASI Penentuan riwayat konsumsi ASI contoh meliputi pemberian kolostrum, ASI eksklusif, makanan-minuman saat lahir, MP-ASI serta pemberian susu formula. Tabel 9 menunjukkan hasil riwayat konsumsi ASI baik lebih tinggi (75,7%) dibandingkan riwayat konsumsi ASI yang kurang baik (24,3%). Hasil riwayat konsumsi ASI baik pada kelompok balita normal lebih tinggi (77,1%) dari kelompok balita stunting (74,3%). Berdasarkan hasil data dan wawancara, riwayat konsumsi ASI yang kurang baik disebabkan antara lain oleh kurangnya

17 77 pengetahuan mengenai kolostrum, masih menganggap kotor ASI pertama yang keluar dan khawatir anak akan sakit. Masih ada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan beberapa alasan karena ASI yang keluar sedikit, anak rewel sehingga diberikan makan bahkan ada yang memberikan air tajin dengan alasan agar usus menjadi kuat. Memberikan makanan dan minuman saat lahir seperti madu. Pemberian MP-ASI yang terlalu cepat (< 6 bulan) seperti pisang mas dengan alasan untuk membersihkan perut sehingga akan menurunkan konsumsi ASI dan mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare. Hasil uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p>0,05) antara status gizi TB/U dengan riwayat konsumsi ASI. Namun Beberapa penelitian yang berkaitan dengan kejadian stunting terhadap status pemberian ASI telah banyak dilakukan. Faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak usia 6-11 bulan di Ethopia menurut Umeta et al. (2003) adalah konsentrasi seng dan kalsium dalam ASI serta kualitas dan kuantitas pemberian MP-ASI. Sementara penelitian di Sudan melaporkan konsumsi zat gizi, jenis kelamin, status gizi, status pemberian ASI, status sosial ekonomi merupakan faktor-faktor yang berkolerasi dengan kejadian stunting pada anak usia 6-72 bulan (Sedgh et al. 2000). Berdasarkan hasil data tabulasi silang antar variabel, menunjukkan riwayat konsumsi ASI berhubungan dengan status kerja ibu dan pengetahuan gizi dan kesehatan. Balita dengan riwayat konsumsi ASI baik berasal dari ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik pula (Lampiran 6). Pola Asuh Makan dan Kesehatan Pengasuhan sebagai suatu kesepakatan dalam rumah tangga dalam hal pengalokasian waktu, perhatian dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dalam rangka tumbuh kembang anak dan anggota keluarga lainnya (FAO/WHO 1992). Pengasuhan didefinisikan juga sebagai perilaku dan praktek dari pengasuh (ibu, saudara kandung, ayah dan pengasuh lainnya) dalam hal makanan, kesehatan, perhatian, stimulasi dan dukungan emosional untuk tumbuh kembang anak (Engle & Lotska (1999) dalam Jallow 2006).

18 78 Pola Asuh Makan Pola asuh makan yang diukur dalam penelitian ini meliputi praktek pemberian makan dan praktek sanitasi pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi (63,6%) praktek pemberian makan berada pada kategori baik dan 36,4 persen termasuk kategori kurang baik. Ibu yang memiliki praktek pemberian makan kategori baik, lebih tinggi (70%) berada pada kelompok balita normal dibandingkan kelompok stunting (57,1%). Berdasarkan hasil wawancara, kategori kurang baik dikarenakan beberapa hal, antara lain: pada umur kurang dari 6 bulan, balita sudah diberikan makanan padat pertama; makanan yang diberikan hanya sesuai dengan permintaan atau kesukaan anak tanpa memperhatikan kandungan gizi yang ada dengan alasan anak rewel; serta ada beberapa anak yang sulit makan dengan frekuensi makan kurang dari 3 kali. Berdasarkan tabulasi silang antar variabel menunjukkan hubungan praktek pemberian makan dengan umur balita, banyak anak, riwayat kehamilan ibu, dan riwayat kelahiran anak kategori baik. Hal ini berarti, sebaran data praktek pemberian makan yang baik berada pada balita umur bulan dan berada pada keluarga dengan anak kurang dari 2 orang. Praktek pemberian makan baik dipengaruhi oleh riwayat kehamilan ibu dan riwayat kelahiran anak yang baik pula. Praktek pemberian makan berhubungan dengan riwayat kesehatan dan keragaman yang kurang baik. Hal ini mengindikasikan balita dengan riwayat kesehatan dan keragaman makanan yang kurang baik mendapatkan perhatian yang lebih (baik) dari ibu balita contoh untuk perbaikan status gizi balita tersebut (Lampiran 6). Berdasarkan uji chi square, tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara praktek pemberian makan dengan status gizi TB/U. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ruel dan Menon (2002) bahwa anak usia bulan di Amerika Latin yang mendapatkan pola asuh makan yang baik memiliki status gizi yang lebih bagus. Penelitian Turnip (2008) terhadap positive deviance anak usia bulan di Kecamatan Sidikalang, Medan, menghasilkan bahwa anak yang status gizinya tidak baik memiliki peluang 4,3 kali pada keluarga yang kebiasaan pemberian makan tidak baik. Selanjutnya Ogunba (2006) bahwa perilaku ibu yang benar selama memberi makan meningkatkan status gizi anak.

19 79 Variabel Tabel 11. Sebaran contoh berdasarkan pola asuh makan Kelompok Balita Total p- stunting normal value n % n % n % Praktek Pemberian Makan 0,114 Baik ,6 Kurang 30 42, ,4 Praktek Sanitasi Pangan 0,233 Baik 43 61, , ,4 Kurang 27 38, , ,6 Total Tabel 11 menunjukkan persentase tertinggi (56,4%) praktek sanitasi pangan yang dilakukan ibu contoh berada pada kategori baik sedangkan 43,6 persen dikategorikan tidak baik. Praktek sanitasi pangan kategori baik pada kelompok balita normal lebih rendah (51,4%) daripada kelompok stunting (61,4%). Berdasarkan hasil wawancara, masih ada ibu yang kadang-kadang bahkan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum memasak, masih ada ibu yang kadangkadang tidak memisahkan makanan mentah yang busuk dengan yang masih baik, hal ini sebaiknya jangan dilakukan karena biasanya mengandung banyak kuman pathogen. Masih ada ibu yang menghangatkan kembali makanan lama (<2 jam) untuk diberikan ke anaknya. Menurut WHO (2005), mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman). Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Pola asuh makan terkait dengan pemberian makan yang mencukupi kebutuhan anak, yang pada akhimya akan memberikan sumbangan terhadap status gizi anak. Hal ini berarti pola asuh makan secara tidak langsung berhubungan dengan baik buruknya status gizi anak balita. Hasil tabulasi silang antar variabel diperoleh bahwa praktek sanitasi pangan dipengaruhi oleh status kerja ibu dan praktek perawatan diri yang baik. Hal ini berarti bahwa ibu yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah kemungkinan akan memberikan praktek sanitasi yang lebih baik dan optimal. Ibu yang memberikan praktek sanitasi pangan yang

20 80 baik memberikan kontribusi yang baik terhadap praktek perawatan diri (Lampiran 6). Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p>0,05) antara pola asuh makan (praktek sanitasi pangan) dengan status gizi TB/U. Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Astari di Bogor (2005) yang menunjukkan adanya hubungan positif yang nyata antara keluarga miskin pada kelompok anak normal dengan pengasuhan yang meliputi praktek pemberian makan, praktek sanitasi pangan dan praktek sanitasi lingkungan. Pola Asuh Kesehatan Penentuan pola asuh kesehatan meliputi praktek perawatan diri anak dan praktek sanitasi lingkungan. Tabel 12 menunjukkan bahwa persentase tertinggi praktek perawatan diri berada pada kategori baik (65%) dan kategori baik kelompok balita normal lebih tinggi (67,1%) dibandingkan kelompok balita stunting (62,9%). Berdasarkan hasil wawancara, beberapa kelompok balita yang termasuk kategori kurang disebabkan antara lain: masih ada contoh yang menggunakan alat mandi dengan saudara lainnya, masih ada ibu yang tidak menggantikan baju anak setelah selesai mandi karena dianggap masih bersih, masih ada ibu pada kedua kelompok anak tidak membersihkan anak bahkan kadang tidak mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar serta kurangnya perhatian ibu terhadap perawatan kebersihan anak dengan tidak memperhatikan kebersihan kuku dengan memotong secara berkala seminggu sekali. Menurut WHO (2005) kuku dan tangan yang kotor, tidak dicuci dengan sabun sebelum makan dapat menjadi lubang entri bagi telur cacing. Mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman). Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik (WHO 2005). Selain itu, Procop & Cockerill (2003) mengatakan bahwa salah satu pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghentikan penularan diare, antara lain menjaga higiene pribadi yang baik dengan mencuci tangan setelah keluar dari toilet terutama selama mengolah makanan.

21 81 Tabel 12. Sebaran contoh berdasarkan pola asuh kesehatan Variabel Kelompok Balita Total p- Stunting Normal value n % n % n % Praktek Perawatan Diri 0,595 Baik 44 62, , Kurang 26 37, , Praktek Sanitasi Lingkungan 0,038* Baik 36 51, , Kurang 34 48, , Total Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (60%) praktek sanitasi lingkungan berada pada kategori baik dan persentase tertinggi berada pada keluarga kelompok balita normal (68,6%) dibandingkan kelompok stunting (51,4%). Menurut Syarief (1997) Selain ditentukan oleh jumlah dan mutu pangan, status gizi seseorang secara langsung dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan sanitasi, termasuk sanitasi lingkungan pemukiman. Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan bermakna (p>0,05) antara praktek perawatan diri dengan status gizi TB/U. Namun ada hubungan yang bermakna (p<0,05) antara praktek sanitasi lingkungan dengan status gizi TB/U (Tabel 12). Data tabulasi silang antar variabel menunjukkan bahwa praktek perawatan diri berhubungan dengan urutan anak dalam keluarga, banyak anak, riwayat kehamilan dan praktek sanitasi pangan. Hal ini berarti praktek perawatan diri yang baik, lebih banyak berada pada keluarga yang memiliki sedikit anak ( 2 orang), merupakan anak bungsu, riwayat kehamilan ibu yang baik dan memiliki praktek sanitasi pangan yang baik. Sementara praktek sanitasi lingkungan berhubungan dengan pendidikan ayah. Hal ini berarti bahwa praktek lingkungan yang baik juga dapat berasal dari ayah yang berpendidikan rendah (Lampiran 6). Variabel lain yang diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan praktek sanitasi lingkungan yaitu ketersediaan jamban keluarga, sumber air untuk MCK dan ketersediaan tempat sampah (Tabel 13).

22 82 Pengelolaan pembuangan limbah kotoran manusia harus diperhatikan, karena banyak penyakit yang dapat disebabkan melalui pembuangan kotoran. Penyakit-penyakit tersebut disebarkan melalui air (water born disease) seperti penyakit pada saluran cerna, infeksi cacing gelang, disentri (Entjang 2000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80.7%) keluarga contoh sudah memiliki kesadaran untuk memiliki jamban keluarga sendiri. Sedangkan yang tidak memiliki jamban sendiri ( 19,3%) umumnya menggunakan kali dan jamban umum. Jamban umum yang disediakan ada yang terawat dengan kesadaan warga sendiri namun lebih banyak yang kotor, dalam keadaan terbuka bahkan ada yang sudah rusak. Tabel 13. Variabel penunjang pada praktek sanitasi lingkungan Variabel Stunting Kelompok Balita Normal Total n % n % n % Memiliki jamban keluarga Ya Tidak Sumber air untuk MCK Ledeng Sumur/pompa Mata air Air gunung Sungai Tempat sampah tertutup, di luar rumah tertutup, di dalam rumah terbuka, di luar rumah terbuka, di dalam rumah Total Pada umumnya, sumber air untuk MCK pada keluarga contoh berasal dari sumur yang ditutup (87,9%). Menurut Entjang (2000) Air sumur merupakan air dalam tanah dan merupakan sumber utama bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Harus memperhatikan jarak sumur terhadap resapan/septic tank, mencukupi syarat kesehatan. Air sumur mengandung unsur Fe dan Mn. Konsentrasi besi yang tinggi dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur.

23 83 Penyimpanan sampah rumah tangga dalam penelitian ini pada umumnya dengan cara menyediakan tempat sampah terbuka di dalam rumah dan selanjutnya dibuang di tempat pembuangan sampah umum (62,1%). Berdasarkan kedua kelompok balita baik stunting maupun normal, melakukan perlakuan terhadap sampah yang tidak jauh beda (>60%). Tempat pembuangan sampah pada lokasi penelitian berada di pinggir-pinggir jalan dan tanah kosong. Pertambahan penduduk perkotaan menyebabkan bertambahnya jumlah maupun ragam kegiatan masyarakat dan menimbulkan beban pencemaran yang berat. Menurut Entjang (2000) pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan dan pada gilirannya kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya akan terrganggu. Riwayat Kesehatan Anak Balita Masalah gizi pada anak balita disebabkan oleh dua faktor utama yaitu asupan gizi yang rendah dan penyakit infeksi. Anak yang menderita penyakit infeksi selain mempengaruhi daya imun juga mempengaruhi nafsu makan yang kemudian akan berpengaruh pada status gizi. Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit yang pernah diderita selama 3 bulan yang lalu yaitu 94,3 persen balita terkena penyakit infeksi. Menurut Martianto et al. (2008) bahwa adanya penyakit dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat-zat gizi yang dikonsumsi oleh anak balita. Hal ini dapat menjadi penyebab langsung terjadinya permasalahan gizi. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah infeksi yang disebabkan virus, bakteri, dan parasit. Tabel 14 menunjukkan sebagian besar balita contoh (70,7%) tidak mengalami diare dalam kurun waktu tiga bulan yang lalu. Pengobatan yang dilakukan ibu pada anak yang menderita diare, umumnya pergi ke puskesmas dan diberi obat. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Tabel 14 menunjukkan persentase terbesar (70,7%) kelompok anak yang pernah menderita ISPA. ISPA yang terjadi pada

24 84 penelitian ini, masih berada dalam kategori ISPA ringan akibat batuk pilek biasa. Pengobatan yang dilakukan ibu terhadap anaknya antara lain dengan cara, memberikan obat anakonidin, bodrexin, parasetamol atau contrexin yang dibeli ditoko obat hingga ada yang dibawa ke puskesmas terdekat. ISPA ringan ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi fisik perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi, kepadatan penghuni, penerangan dan pencemaran udara dalam rumah. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya ISPA. Tabel 14 menunjukkan bahwa 15 persen balita pernah mengalami sakit lain selain penyakit infeksi utama yang umum terjadi pada balita, penyakit tersebut antara lain sariawan, sakit gigi, eksim, gatal-gatal. Cara pengobatan yang dilakukan, pergi ke puskesmas dan diberi obat. Untuk Sariawan diberikan borax glycerine 10%. Untuk penyakit kulit diberikan salep antibiotik. Masih adanya keluarga terutama ibu yang kurang memperhatikan kebersihan anak terutama penyebab penyakit kulit, anak yang mandi sehari kurang dari dua kali, peralatan mandi yang digunakan bersama dengan saudara lain seperti handuk dan pakaian. Tabel 14. Sebaran contoh berdasarkan riwayat penyakit anak Variabel Kelompok Balita Stunting Normal Total n % n % n % Diare dalam 3 bulan terakhir Ya Tidak ISPA dalam 3 bulan terakhir Ya Tidak Penyakit lain Ya Tidak Total Penentuan riwayat kesehatan anak meliputi sebaran kejadian diare, ISPA, dan penyakit yang pernah diderita contoh selama 3 bulan terakhir bahkan hingga saat pengumpulan data. Tabel 15 menunjukkan bahwa kelompok balita yang memiliki riwayat kesehatan baik lebih kecil (22,1%) daripada kelompok balita yang pernah terkena penyakit (77,9%). Pada kategori sehat, kelompok balita normal lebih tinggi (30%) dibandingkan kelompok stunting (14,3%). Hal ini

25 85 didukung oleh hasil tabulasi silang dimana riwayat kesehatan yang baik (sehat) memiliki besaran nilai yang tinggi dengan beberapa variabel lain yaitu balita dan anak yang dimiliki sedikit, jarak anak lebih dari 24 bulan, pola asuh makan dan kesehatan yang baik, pengetahuan gizi dan kesehatan ibu yang baik. Hal ini diduga menjadi faktor pendukung riwayat kesehatan yang baik pada kedua kelompok balita walaupun berada pada kondisi keluarga kurang mampu. Secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat kesehatan anak dengan status gizi TB/U (p>0,05). Tabel 15. Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan anak Variabel Kelompok Balita Total p- Stunting Normal value n % n % n % Riwayat Kesehatan Balita 0,025 * Sehat 10 14, ,1 Sakit 60 85, ,9 Total Pola Konsumsi Makan Balita Setiap anak akan memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan umurnya. Anak yang berumur 1-3 tahun (batita) merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Sedangkan anak balita 3-5 tahun, merupakan konsumen aktif, yaitu mereka telah dapat memilih makanan yang disukai. Anak-anak pada usia prasekolah menurut Khomsan (2003), sering dianggap sedang memasuki fase Jhony won t eat (anak sering tidak mau makan). Diusia ini gigi susu sudah lengkap sehingga anak dapat mengerat dan mengunyah dengan baik walaupun maksimal dan bentuk makanan seperti orang dewasa, misalnya nasi dapat diberikan, tetapi tetap disertai dengan cairan atau sayuran berkuah. Kebiasaan makan balita yang bervariasi dalam penelitian ini dilihat dari hasil Food Frequency Questionnaire sedangkan keragaman menu dilihat dari variasi jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak balita per minggu yang diacu dari FFQ yang digunakan oleh FAO bekerjasama dengan FANTA Kebiasaan Makan Balita Menurut Unicef (1998) penyakit yang diderita anak dan asupan makanan yang tidak cukup penyebab langsung terjadinya permasalahan gizi. Dari hasil penelitian, pola makan balita secara umum hampir sama dengan pola makan

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, di mana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden :

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian No. Responden : PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, POLA ASUH, STATUS GIZI, DAN STATUS KESEHATAN ANAK BALITA DI WILAYAH PROGRAM WARUNG ANAK SEHAT (WAS) KABUPATEN SUKABUMI

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya

Lebih terperinci

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Survei morbiditas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 40 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Manggarai Manggarai terletak di Kecamatan Tebet di wilayah Jakarta Selatan. Wilayah Manggarai merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian ratarata mencapai 25.155

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul Gambaran Praktik Pencegahan Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebababkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Kepada Yth. Ibu Balita Di Tempat Kabanjahe, Juli 2015 Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. Dalam hal ini

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak di RT 01 RW I, Kelurahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : Alamat : Tanggal Wawancara : KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI II. DATA KELUARGA 1. Nama KK :... 2. Umur :... 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Agama : 5. Pendidikan :... 6.

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan

Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas No Kode Quesioner Pertanyaan 68 Lampiran Daftar pertanyaan yang diambil dari Quesioner Riskesdas 2007 No Kode Quesioner Pertanyaan Karakteristik Keluarga. RKD07.RT Blok I No.5 Klasifikasi desa/ kelurahan. Perkotaan 2. Pedesaan 2.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di beberapa Posyandu Balita Wilayah Binaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 66 Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Yogyakarta, Maret 2017 Kepada Yth. Saudara/Responden Di Posyandu Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk

BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK. A. Gambaran Status Gizi Baik Balita di Desa Pecuk BAB V STATUS GIZI BALITA DAN LINGKUNGAN RENTAN GIZI DI DESA PECUK A. Gambaran Status Baik Balita di Desa Pecuk Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi,

Lebih terperinci

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh.

Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga. Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh. 22 Karakteristik sosial-ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besarnya keluarga Ketersediaan Pangan Pengetahuan, sikap, dan praktik ibu contoh Kondisi Lingkungan Pola Asuh Tingkat kepatuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pola Pengasuhan Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zat besi merupakan mikro elemen esensial bagi tubuh yang diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat berkaitan dengan kadar hemoglobin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT DESA CIGELAM GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT 6 5 4 3 2 1 59,77 4,22 Puskesmas TenKes dan RS Tradisional Berobat sendiri Dari grafik diatas terlihat sebagian besar masyarakat memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting karena dengan persiapan dini ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya. Setiap ibu untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Usia :.tahun Alamat :... Telepon/HP : selaku Bapak/ibu/lainnya(sebutkan..) dari.. usia..bulan, setelah mendapatkan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016

Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016 112 Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan Perawatan Kehamilan di Desa Manis Kabupaten Asahan Kecamatan Pulau Rakyat Tahun 2016 Nama Responden : 1. Faktor Internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini berada jauh dari yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERAWATAN KEHAMILAN PADA IBU HAMIL YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTAN TAHUN 2013 No. Responden : Petunjuk pengisian : Isilah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

demam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi

demam tinggi, buah dada membengkak dan bernanah (abses) menyebabkan anak tidak boleh diberi ASI (Oswari 1986). Produksi ASI dipengaruhi konsumsi 29 KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan literatur kepustakaan, disusun diagram pohon tentang berbagai kemungkinan faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif (Gambar 6). Menurut Delp et al. ( Hardinsyah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Untuk hidup dan meingkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin dan Mineral) dalam jumlah yang cukup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat

Lebih terperinci

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1 105 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 I. Data

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL 71 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal wawancara: Kode responden PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL Nama Responden :... Alamat :...... No. Telepon :... Lokasi penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 24 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Geografis Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi antara usia 6 24 bulan merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu, masa ini merupakan kesempatan yang baik bagi orang tua untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Sukawening merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar

Lebih terperinci