BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Hartono Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota yang didasari oleh sebuah proses perencanaan, pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang senantiasa berkembang. Namun pelaksanaannya seringkali tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal ini seringkali menyebabkan perkembangan kota menjadi sangat pesat dan kurang terkendali, yang pada akhirnya dapat menimbulkan banyak masalah. Salah satu diantaranya adalah terjadinya perubahan fungsi lahan. Hal ini tercermin dari semakin minimnya lahan-lahan kosong yang tadinya berfungsi sebagai ruang terbuka. Akibat dari keterbatasan lahan, maka pemerintah dan sebagian masyarakat mengubah lahan-lahan terbuka yang berfungsi sebagai fasilitas publik menjadi lahan terbangun. Tempat bermain anak merupakan sebuah contoh fasilitas publik yang semakin minim jumlahnya akibat terjadinya perubahan fungsi lahan. Dalam perencanaan fisik kota, unsur manusia menjadi titik tolak pemikiran yang didasari oleh tingkat kebutuhan mereka yang harus dipenuhi di dalam kota tersebut. Perencanaan haruslah mencakup segala aspek tanpa membedakan golongan atau kelompok tertentu, tak terkecuali kebutuhan dari penduduk usia anak-anak. Anak merupakan bagian dari warga kota. Kebutuhan pokok mereka juga merupakan bagian dari perwujudan unsur-unsur keinginan masyarakat yang perlu diterapkan dalam lingkungan hidup mereka. Namun, mereka merupakan suatu kelompok yang tidak berdaya untuk melontarkan tuntutan akan kebutuhannya. Maka sudah sewajarnya, generasi yang berada di atasnya memberikan perhatian yang lebih pada kelompok ini. Bagaimanapun kelanjutan dan kemajuan suatu negara akan ditentukan oleh kelompok anak-anak ini kelak. Papalia (1995) seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal dan keahlian baru dan
2 2 belajar kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya. Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang. (Dikutip dari Novianti, 2006, Lembaga Pendidikan Semi Palar) Lembaga Donor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) mencatat 43 persen atau jiwa penduduk Indonesia berusia kurang dari 18 tahun (tergolong anak menurut Unicef) bertempat tinggal di perkotaan. Termasuk anak berusia kurang dari 5 tahun sebanyak (Unicef, 2004). Angka ini akan bertambah dengan kecepatan pertumbuhan 4,3 persen per tahun. Diperkirakan pada tahun 2025 ada 60 persen warga kota adalah anak. (Harian Suara Pembaruan, 15 Oktober 2004) Dari jumlah keseluruhan penduduk Kota Bandung yang mencapai 2 juta orang lebih, jumlah anak mencapai sepertiganya. Kecamatan Ujung Berung merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk usia anak terbanyak. Berdasarkan perhitungan keluarga sejahtera, jumlah keluarga pra sejahtera di Kecamatan Ujung Berung cukup besar. Hal ini menggambarkan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah di Kecamatan Ujung Berung. Dalam lingkup wilayah yang lebih kecil, Kelurahan Cigending merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk usia anak yang hampir sama dengan jumlah yang dimiliki Kota Bandung, yaitu mencapai lebih dari 30%. Selain itu, Kelurahan Cigending memiliki jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I terbesar di Kecamatan Ujung Berung. Rendahnya tingkat kesejahteraan di suatu wilayah mencerminkan minimnya alternatif untuk memenuhi kebutuhan. Salah satunya adalah memenuhi kebutuhan bermain anak. Berdasarkan dua faktor tersebut (jumlah anak dan tingkat kesejahteraan) dan didukung oleh beragamnya jenis lingkungan permukiman, Kelurahan Cigending menarik untuk dijadikan objek penelitian.
3 3 1.2 Rumusan Persoalan Pada dasarnya, pemerintah telah mengakomodir kebutuhan anak-anak ini di dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada Pasal 11: Setiap anak berhak beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Untuk memenuhi hak tersebut, pada Pasal 56 ayat 1 butir d, e dan f, disebutkan bahwa Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu anak, agar anak dapat: bebas berserikat dan berkumpul bebas beristirahat, bermain, berkreasi, berekreasi dan berkarya seni budaya dan memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan. Namun pada kenyataannya, penyediaan sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan belum dapat dipenuhi dengan baik oleh Pemerintah. Penyediaan tempat bermain seharusnya tercakup dalam lingkup Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Akan tetapi, hal tersebut tampaknya belum tercantum secara jelas dalam RDTR, terutama dalam hal ini adalah RDTR Kota Bandung Wilayah Pengembangan Ujung Berung. Selain itu, prediksi PBB mencatat, diperkirakan hingga tahun 2025, separuh dari anak-anak di dunia akan tinggal di kota. Semakin hari, anak-anak yang tinggal di kota tersebut akan semakin kehilangan tempat bermainnya (Saragih, 2003). Hal ini menimbulkan pertanyaan, di manakah sebenarnya anak-anak bermain saat ini dan apakah ruang yang digunakan untuk bermain tersebut layak dan potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah tempat bermain. Belum teridentifikasinya ruang-ruang yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain beserta karakteristiknya, mendorong diperlukannya sebuah studi mengenai ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di lingkungan permukiman perkotaan. Apakah ruang-ruang tersebut telah memenuhi kriteria penyediaan sebuah sarana bermain anak atau tidak dan bagaimana anak-anak memanfaatkan ruang-ruang
4 4 tersebut untuk bermain, menjadi hal yang perlu untuk dikaji secara mendalam. Hal ini didukung oleh belum pernah dilakukannya penelitian atau studi semacam ini. Tabel I.1 menunjukkan penelitian-penelitian yang terkait dengan kebutuhan ruang bermain anak sebelumnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penelitian mengenai kebutuhan ruang bermain telah dilakukan sejak lama. Ketiga penelitian sebelumnya lebih menitikberatkan pada sisi permintaan untuk menghasilkan berbagai arahan dan ketentuan tentang penyediaan tempat bermain anak. Walaupun terdapat juga sisi sediaan yang dibahas, tetapi fokus penelitian berada pada sisi permintaan. CB.Herman Edyanto Penentuan lokasi ruang bermain / rekreasi anak Citra Persada Penentuan kriteria sarana bermain di perkampungan padat Gede Budi Suprayoga Upaya peningkatan kualitas sarana bermain berdasarkan preferensi anak Perbedaan ketiga penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih menitikberatkan kajian terhadap aspek sediaannya. Walaupun secara tidak langsung akan membandingkan sediaan dengan permintaan, tetapi fokus utama dari penelitian ini berangkat dari identifikasi ketersediaan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu untuk dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka terdapat tiga pertanyaan penelitian yang akan dijawab pada studi ini adalah: 1. Ruang-ruang apa sajakah yang potensial untuk digunakan anak-anak sebagai tempat bermain dalam lingkup lingkungan permukiman Kelurahan Cigending? 2. Bagaimanakah kuantitas dan kualitas ruang bermain anak di Kelurahan Cigending ditinjau dari kesesuaiannya dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku? 3. Bagaimanakah pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending ditinjau dari karakteristik pengguna dan penggunaannya?
5 Referensi TABEL I.1 PENELITIAN TERKAIT DENGAN PENYEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK Penentuan Lokasi Kegiatan Rekreasi di Ruang Terbuka Bagi Anak-anak di Kotamadya Bandung Penentuan Kriteria dalam Penyediaan Sarana Fisik Bermain Anak-anak di Perkampungan Padat Citra Anak Terhadap Lingkungan Bermukim sebagai Pertimbangan dalam Penyediaan Sarana Bermain di Kelurahan Sukamiskin Fokus Pembahasan Penulis (Tahun) CB. Herman Edyanto (1981) Citra Persada (1989) Gede Budi Suprayoga (2007) Ruang Lingkup Wilayah Studi Kotamadya Bandung Kelurahan Nyengseret dan Kelurahan Pungkur Kelurahan Samoja dan Kelurahan Padasuka Kota Bandung Kelurahan Sukamiskin Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung Ruang Lingkup Materi Masalah penyediaan ruang bagi sarana fisik bermain Karakteristik kebutuhan ruang sebagai sarana bermain fisik di perkampungan padat. Atribut-atribut kualitas lingkungan yang menentukan kualitas lingkungan bermain anak Penelusuran mengenai citra anak Definisi Ruang Bermain Areal yang ditunjuk secara resmi yang disediakan untuk kegiatan bermain anak-anak dengan partisipasi aktif dan berada di luar rumah dengan waktu penggunaan tak terbatas, tanpa dipungut suatu biaya serta berada dalam lingkungan daerah perumahan Ruang yang khusus digunakan untuk permainan bebas (tanpa instruktur) dan dapat digunakan bersama-bersama termasuk ruang-ruang yang secara potensial berbahaya Ruang bermain yang diprogramkan Ruang bermain yang tak diprogramkan Pendekatan/Metode yang Digunakan Identifikasi permintaan melalui faktorfaktor yang dinilai pada setiap kelurahan: 1. pola penyebaran penduduk 2. kemungkinan optimasi pemanfaatan sarana bermain 3. luas daerah yang terbangun 4. faktor tersedianya sarana fisik bermain Metode skalogram Metode lingkaran Identifikasi permintaan dan kebutuhan masyarakat masukan dalam penentuan kriteria Analisis perbandingan hasil observasi vs.literatur syarat dan pedoman SPM mengenai: 1. bentuk dan ukuran 2. lokasi 3. kondisi fisik lingkungan 4. status penggunaan 5. pihak penyedia dan pengelola Mengidentifikasi atribut-atribut kualitas lingkungan yang perlu diperbaiki dari sebuah sarana atau tempat bermain anak dan menggali preferensi anak mengenai tempat bermainnya saat ini Menggunakan metode kualitatif Observasi, wawancara semiterstruktur, focus group discussion, dan sketsa mental Hasil Akhir Studi Penentuan lokasi sarana bermain di dua kelurahan yang terpilih berdasarkan skalogram yaitu Nyengseret dan Pungkur berdasarkan metode lingkaran Usulan kriteria bagi perencanaan penyediaan sarana fisik bermain anak-anak di perkampungan perkotaan Berbagai atribut kualitas lingkungan yang perlu diperbaiki dari tempat/sarana bermain anak Sumber: Studi Literatur, 2007
6 6 1.3 Tujuan dan Sasaran Studi Studi ini bermaksud untuk mengidentifikasi ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran studi ini adalah sebagai berikut: 1. Menginventarisasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending 2. Mengidentifikasi kesesuaian ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku 3. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Studi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Secara umum, studi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebutuhan penduduk kelompok usia anak-anak yang masih kurang terakomodasi dalam perencanaan kota. Manfaat dari studi ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan penyediaan tempat bermain anak di lingkungan permukiman Kelurahan Cigending. 1.4 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup studi ini mencakup ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah studi. Ruang lingkup materi meliputi hal-hal yang menjadi pokok kajian studi sedangkan ruang lingkup wilayah studi meliputi batasan cakupan wilayah studi Ruang Lingkup Materi Studi ini akan mengidentifikasi ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Yang dimaksud dengan ruang bermain anak dalam studi ini adalah tempat yang biasa digunakan anak-anak untuk bermain di luar rumah, yang berada di dalam area lingkungan permukiman. Menurut Suprayoga (2007), ruang bermain anak ini terbagi menjadi dua: Ruang yang terprogramkan Misalnya taman lingkungan, taman/lapangan bermain (playground) yang memang dirancang dan disediakan khusus untuk anak-anak.
7 7 Ruang yang tak terprogramkan Misalnya tanah kosong, lapangan olah raga, jalan lingkungan, gang-gang, bantaran sungai. Ruang bermain yang tak terprogramkan merupakan ruang yang sebenarnya tidak ditujukan sebagai tempat bermain anak, namun pada kenyataannya seringkali digunakan anak untuk bermain. Dalam studi ini, ruang bermain anak yang akan dibahas mencakup kedua jenis ruang tersebut. Namun, ruang yang tak terprogramkan dibatasi pada ruang-ruang yang tidak membahayakan keselamatan anak (secara ekstrim) dalam bermain. Jadi, ruang seperti jalan raya, pinggiran rel kereta api dan ruang-ruang berbahaya lainnya, yang seringkali digunakan anak-anak untuk bermain, tidak akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam lingkup yang lebih sempit, penelitian ini akan memfokuskan pada ruang-ruang yang potensial untuk dikembangkan sebagai tempat bermain anak. Keselamatan anak dalam bermain tetap menjadi syarat utama yang harus dipenuhi agar sebuah ruang dapat dikategorikan potensial. Selain itu, syarat-syarat pendukung lainnya agar suatu ruang dapat dianggap potensial untuk dikembangkan sebagai tempat bermain adalah ruang yang bersifat publik dan semi publik. Contohnya adalah tanah kosong atau fasilitas milik pemerintah dan sekolah yang mengijinkan anakanak yang bermukim di sekitar lingkungan sekolah untuk bermain setelah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berakhir. Adapun pokok-pokok pembahasan yang akan dikaji adalah sebagai berikut. 1. Tinjauan terhadap kebutuhan anak akan ruang bermain di kawasan perkotaan. Hal ini dilihat dari teori-teori perkembangan anak, kajian literatur serta pandangan dari psikolog atau ahli perkembangan anak. 2. Tinjauan terhadap penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka dalam lingkup perencanaan. Pada bagian ini dibahas mengenai tujuan penyediaan sarana bermain anak, bentuk-bentuk sarana bermain anak pada ruang terbuka di perkotaan dan persyaratan dalam penyediaannya.
8 8 3. Tinjauan terhadap ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending, dilihat dari dua aspek: Kuantitas Standar penyediaan sarana bermain anak di lingkungan perumahan perkotaan. Kualitas Kriteria penyediaan tempat bermain anak pada ruang terbuka. Berdasarkan literatur dan hasil wawancara dengan psikolog anak, terdapat lima kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah tempat bermain, yaitu keamanan, keselamatan, kenyamanan, aksesibilitas dan kesesuaian fungsi. 4. Tinjauan terhadap pemanfaatan ruang bermain anak yang tersedia saat ini di Kelurahan Cigending dilihat dari dua aspek: Karakteristik Pengguna Karakteristik Penggunaan Ruang Lingkup Wilayah Studi Studi ini dilakukan dengan mengambil Kelurahan Cigending sebagai objek studi. Kelurahan Cigending terdapat di Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung. Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan ruang lingkup wilayah studi ini antara lain: 1. Kecamatan Ujung Berung merupakan kecamatan dengan jumlah anak keempat terbanyak di Kota Bandung, dengan Kelurahan Cigending sebagai kelurahan dengan jumlah anak terbanyak di kecamatan tersebut. (BPS Kota Bandung, 2006) 2. Kelurahan Cigending merupakan kelurahan dengan tingkat kesejahteraan yang relatif rendah, menurut data jumlah keluarga sejahtera Badan Keluarga Berencana Kota Bandung Masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah diasumsikan lebih membutuhkan perhatian dalam pemenuhan kebutuhan sarana bermain anak yang bersifat publik di lingkungannya. Selain kedua faktor di atas, jenis permukiman yang bervariasi, yaitu tersedianya permukiman terencana dan permukiman tak terencana, juga merupakan faktor pendukung terpilihnya Kelurahan Cigending sebagai wilayah studi.
9 9 1.5 Metodologi Studi Pada dasarnya, metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Menurut Whitney (1960) dalam buku karangan Moh.Nasir (1988) yang berjudul Metode Penelitian, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki Metode Pengumpulan Data Data pada studi ini diperoleh melalui kegiatan sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan anak akan bermain dan pengaruhnya bagi perkembangan anak. Selain itu juga untuk memperoleh informasi mengenai standar dan kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka. 2. Survey data sekunder Tahapan-tahapan dalam studi ini memerlukan data-data kependudukan, guna lahan, jumlah persebaran fasilitas, serta peraturan-peraturan yang terkait dengan penyediaan sarana bermain anak di perkotaan. Untuk itu, dilakukan survey data sekunder untuk memenuhi kebutuhan data yang mendukung penelitian ini. Survey data sekunder dilakukan ke dinas-dinas terkait, antara lain Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung, Dinas Tata Kota Kota Bandung, BPS Kota Bandung, BAPEDA Kota Bandung, dan Kantor Kelurahan Cigending. 3. Survey data primer Observasi Observasi merupakan cara pengambilan data dengan menggunakan bantuan indera, yaitu mata. Observasi yang digunakan adalah jenis observasi berstruktur sebab peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas yang diamatinya yang relevan dengan masalah serta tujuan penelitian. Tujuan
10 10 dilakukannya observasi adalah untuk mengetahui kondisi dari ruang bermain anak di Kelurahan Cigending, agar aspek kualitas dan kuantitas dari ruang bermain tersebut dapat teridentifikasi. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mengkaji pemanfaatan ruang bermain di Kelurahan Cigending. Untuk itu, poin-poin penting yang akan diamati di ruang bermain antara lain: Jumlah anak Kesesuaian kriteria Perbandingan gender Ragam aktivitas Permainan yang dilakukan Observasi dilakukan secara temporal atau berdasarkan waktu. Sebagai perbandingan, observasi dilakukan pada hari biasa dan akhir pekan. Waktu pengamatan dibagi menjadi empat, yaitu pagi hari ( ), siang hari ( ), sore ( ) dan malam hari (18.00 ke atas). Wawancara Untuk mendukung hasil observasi, diperlukan wawancara yang dilakukan kepada tiga pihak, yaitu: 1. Psikolog Anak, Dr. Juke R. Siregar, M.Pd. 2. Ketua RW dari 11 RW yang terdapat di Kelurahan Cigending Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara umum mengenai ketersediaan ruang bermain anak yang ada di wilayahnya 3. Pengguna ruang bermain anak, yaitu anak-anak yang berada dalam rentang usia 4-6 tahun dan 7-14 tahun. Bila wawancara tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka anak pada rentang usia 7-14 tahunlah yang diprioritaskan. Anak-anak yang sedang bermain ini berperan sebagai informan. Data primer yang dikumpulkan dari wawancara terhadap anak-anak pengguna tempat bermain ini diperlukan untuk meninjau karakteristik pengguna dan penggunaan ruang yang diperlukan pada analisis pemanfaatan.
11 11 Wawancara yang dilakukan berisi pertanyaan semi terstruktur. Pertanyaan dapat berkembang saat wawancara dilakukan, tidak terpaku pada panduan wawancara yang telah dibuat. Kuesioner Teknik pengumpulan data primer yang terakhir adalah kuesioner. Kuesioner ditujukan kepada pengguna sarana bermain, yaitu warga (KK) Kelurahan Cigending yang memiliki anak berusia 2-14 tahun. Pengambilan data kuesioner dengan teknik wawancara ini, dilakukan untuk mendukung identifikasi karakteristik pengguna dan penggunaan serta mengetahui preferensi pengguna terhadap ketersediaan ruang bermain di lingkungannya. Untuk memperoleh jumlah sampel warga sebagai pengguna ruang bermain yang akan diteliti, digunakan rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90%. Rumus Slovin adalah sebagai berikut (Sugiyono, 1994): n N Ne 2 + Keterangan: n = jumlah sampel N = populasi e = error estimate, yaitu besarnya derajat kepercayaan studi (10%) 1 Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Cigending adalah 3014 jiwa. Maka dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh minimal jumlah sampel adalah 96 orang. Pengambilan sampel dilakukan di setiap RW secara proporsional. Cara memilih sampel dilakukan dengan cara simple random sampling untuk menentukan RT yang akan disampel. Setelah itu, dengan bantuan Ketua RT, akan diketahui siapa saja orang tua yang memiliki anak berusia 2-14 tahun yang tinggal di wilayah RT-nya, yang sesuai sebagai responden.
12 Metode Analisis Untuk mencapai tujuan studi, metode analisis yang akan digunakan adalah metode analisis deskriptif, karena studi lebih menekankan pada pengamatan lapangan dan kajian literatur. Metode analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Ketersediaan ruang bermain dibagi menjadi dua bagian besar yaitu ruang bermain yang diprogramkan dan ruang bermain yang tak diprogramkan. Ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending ini akan dinilai dari dua aspek, yaitu: 1. Kuantitas Ketersediaan ruang bermain anak akan dibandingkan dengan kebutuhan ruang bermain anak yang seharusnya disediakan di Kelurahan Cigending. Variabel penilaian kesesuaian ketersediaan yang digunakan adalah luas lahan dan jumlah ruang. 2. Kualitas Kondisi ruang bermain anak dinilai berdasarkan kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka. Terdapat lima kriteria utama yang harus dipenuhi dalam penyediaan sarana bermain anak. Kelima kriteria tersebut terdiri dari empat indikator yang digunakan untuk menilai pemenuhan masing-masing kriteria. Dari kelima kriteria terdapat dua kriteria yang wajib dipenuhi yaitu kriteria keamanan dan keselamatan. Untuk mengukur tingkat kesesuaian kedua kriteria ini digunakan ketentuan sebagai berikut. Sesuai 4 indikator terpenuhi Tidak sesuai jika memenuhi < 4 indikator Dua kriteria lainnya, aksesibilitas dan kesesuaian fungsi, memiliki bobot lebih rendah sehingga ketentuan penilaiannya adalah sebagai berikut. Sesuai minimal 3 indikator terpenuhi Kurang sesuai jika memenuhi 2 indikator Tidak sesuai jika memenuhi < 2 indikator
13 13 Kriteria kenyamanan memiliki bobot penilaian yang paling rendah sehingga ketentuannya adalah sebagai berikut. Sesuai minimal 2 indikator terpenuhi Kurang sesuai jika memenuhi 1 indikator Tidak sesuai jika memenuhi 0 indikator Metode analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan ruang bermain ditinjau dari dua aspek, yaitu: 1. Karakteristik pengguna a. Usia c. Asal tempat tinggal b. Jenis kelamin d. Jenis pekerjaan orang tua 2. Karakteristik penggunaan a. Waktu kunjungan c. Aktivitas yang dilakukan b. Frekuensi kunjungan d. Bentuk permainan Data yang digunakan dalam analisis pemanfaatan ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara pengguna tempat bermain dan hasil wawancara (kuesioner) orang tua yang memiliki anak berusia 2-14 tahun. Salah satu tujuan dari analisis pemanfaatan ini adalah untuk meninjau efektivitas ruang dalam memenuhi fungsinya sebagai tempat bermain. Yang dimaksud dengan efektif dalam hal ini adalah sejauh mana sebuah ruang dimanfaatkan dengan baik oleh penggunanya sebagai tempat bermain. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengunjung yang datang untuk melakukan aktivitas di ruang tersebut, dominasi usia pengguna, frekuensi kunjungan dan aktivitas apa yang sering dilakukan di ruang tersebut. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam studi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji teori perkembangan anak untuk mengetahui pentingnya bermain bagi anak. Hasil kajian ini bertujuan pula untuk melihat bagaimana kebutuhan bermain bagi anak ini diakomodasi dalam penataan ruang perkotaan tinjauan penyediaan sarana bermain anak dari aspek planologi
14 14 2. Mengidentifikasi standar dan kriteria penyediaan serta merumuskan konsep pemanfaatan ruang bermain anak dalam lingkup perencanaan kota. 3. Menghitung ketersediaan ruang bermain anak berdasarkan data sekunder dan observasi langsung Inventarisasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Ruang bermain yang diprogramkan Ruang bermain yang tak diprogramkan 4. Mengidentifikasi kesesuaian ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku Ketersediaan ruang bermain anak di lapangan, baik yang terprogramkan maupun yang tak terprogramkan, akan dibandingkan dengan jumlah ruang bermain anak yang seharusnya tersedia berdasarkan standar. Kondisi ruang bermain anak, baik yang terprogramkan maupun yang tak terprogramkan, dinilai berdasarkan kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka menurut literatur dan hasil wawancara psikolog anak. 5. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan melakukan observasi dan wawancara sebagai pendukung. Identifikasi pemanfaatan ini bertujuan untuk menilai efektivitas penggunaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Analisis pemanfaatan ini akan dikaji berdasarkan: Karakteristik pengguna. Dinilai berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua untuk menggambarkan latar belakang ekonomi keluarga dan asal tempat tinggal. Karakteristik penggunaan. Dinilai beradasarkan waktu kunjungan, aktivitas apa saja yang dilakukan di ruang bermain anak, apa bentuk permainan yang sedang dilakukan. 6. Mengidentifikasi preferensi orangtua terhadap ketersediaan ruang bermain di lingkungannya sebagai informasi pendukung bagi rekomendasi penyediaan 7. Menyusun kesimpulan dan rekomendasi penyediaan ruang bermain anak di lingkungan permukiman Kelurahan Cigending.
15 15 TABEL 1.2 METODOLOGI PENELITIAN No Tahapan Studi Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data Analisis Output 1. Mengidentifikasi kebutuhan anak terhadap tersedianya sarana bermain anak di ruang terbuka berdasarkan teori perkembangan anak Teori dan studi mengenai: Pengertian anak Pengertian bermain Pentingnya bermain bagi perkembangan anak Studi literatur : Hurlock,1978, Child Development Gunarsa, 1983, Psikologi Perekembangan Anak dan Remaja Kartono, 1979, Psikhologi Anak UU RI No.23/2002 Wawancara dengan psikolog anak Dr. Juke R. Siregar, M.Pd Content Analysis Definisi Anak dan Bermain Gambaran besarnya kebutuhan anak akan bermain 2. Mengidentifikasi standar dan kriteria penyediaan serta merumuskan konsep pemanfaatan ruang bermain anak dalam lingkup perencanaan kota Kebijakan dan peraturan mengenai standar penyediaan fasilitas sosial Teori dan studi mengenai kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka Studi literatur : Kepmen PU No.378/KPTS/1987 Pedoman Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota Dep.PU, 1983 SNI Tata Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan SNI Play for All Guidelines (Moore, 1992) SPG9 Public Outdoor Playing Space, Hambleton District Council Gede Budi (2007) Persada (1989) Zara (2002) Studi literatur : Rusdaryanto dan Dirgantara (1997) Smith (1989), Tourism Analysis-A Handbook Content Analysis Standar ukuran penyediaan sarana bermain anak di lingkungan permukiman di perkotaan Kriteria penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka Teori dan studi mengenai pemanfaatan fasilitas Content Analysis Konsep pemanfaatan fasilitas 3. Menginventarisasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Jumlah ruang bermain anak yang tersedia di Kelurahan Cigending: Ruang Terprogram o taman lingkungan Ruang Tak Terprogramkan o halaman pakir o lapangan olah raga o tanah kosong, dll Survey data sekunder ke Kelurahan Cigending Profil Kelurahan Cigending, 2007 Daftar Isian Potensi Kelurahan Cigending, 2006 Observasi langsung Wawancara Ketua RW Metode analisis deskriptif (teknik analisis gabungan hasil survey sekunder, observasi dan wawancara) Jumlah dan lokasi ruang bermain anak yang tersedia di Kelurahan Cigending
16 16 No Tahapan Studi Data yang Dibutuhkan Teknik Pengumpulan Data Analisis Output 4. Mengidentifikasi kesesuaian ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending dengan standar dan kriteria penyediaan yang berlaku 5. Mengidentifikasi pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Standar penyediaan sarana bermain anak yang berlaku Inventarisasi ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Karakteristik kependudukan Kelurahan Cigending Nilai kesesuaian kriteria berdasarkan observasi Karakteristik pengguna ruang bermain anak Karakteristik penggunaan ruang bermain anak Output tahapan 2 Output tahapan 3 Survey data sekunder ke Kelurahan Cigending Profil Kelurahan Cigending, 2007 Daftar Isian Potensi Kelurahan Cigending, 2006 Observasi Kesesuaian Kriteria Observasi Jumlah pengguna berdasarkan jenis kelamin dan usia Ragam aktivitas yang sedang dilakukan Bentuk permainan Wawancara pengguna ruang bermain (anak 4-14 tahun) Usia Asal/tempat tinggal Jenis pekerjaan orang tua Waktu dan frekuensi kunjungan Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif (teknik analisis gabungan hasil observasi dan wawancara) Nilai kesesuaian ruang bermain dengan standar penyediaan yang berlaku Nilai kesesuaian kondisi ruang bermain dengan kriteria penyediaan sarana bermain pada ruang terbuka Pemanfaatan (efektivitas penggunaan) ruang bermain anak yang tersedia di Kelurahan Cigending Wawancara warga (orangtua yang memiliki anak 2-14 tahun) Karakteristik bermain anak Preferensi mengenai ketersediaan ruang bermain anak di lingkungannya Metode deskriptif kuantitatif Preferensi orangtua terhadap ketersediaan ruang bermain di lingkungan tempat tinggalnya
17 Sistematika Penulisan Studi ini akan disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini merupakan bagian awal dari pembahasan studi yang berisikan latar belakang studi, perumusan masalah, ruang lingkup materi dan wilayah studi, metodologi serta sistematika penulisan yang digunakan. BAB II Tinjauan Kebutuhan Dan Penyediaan Sarana Bermain Bagi Anak Bab ini membahas tentang teori-teori dan kebijakan yang mendukung studi ini, yaitu mengenai kebutuhan dan penyediaan sarana bermain anak ditinjau dari aspek psikologi dan planologi. Termasuk di dalamnya standar-standar yang digunakan dalam penyediaan sarana bermain anak pada ruang terbuka yang berlaku saat ini. BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi Bab ini berisikan gambaran umum Kelurahan Cigending sebagai objek studi. Di dalamnya dipaparkan tentang komposisi penduduk, karakteristik sosial ekonomi penduduk, pola penggunaan lahan dan gambaran ketersediaan ruang bermain anak serta karakteristik bermain anak-anak di Kelurahan Cigending. BAB IV Ketersediaan dan Pemanfaatan Ruang Bermain Di Kelurahan Cigending Pada bab ini dilakukan identifikasi ketersediaan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending. Identifikasi ketersediaan akan menghitung ketersediaan ruang bermain anak dibandingkan dengan standar dan kriteria yang berlaku. Pada bab ini juga akan diidentifikasi mengenai pemanfaatan ruang bermain anak yang ada saat ini. BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan hasil temuan studi serta beberapa rekomendasi dan usulan studi lanjutan.
18 18 GAMBAR 1.1 KERANGKA PIKIR Perkembangan kota yang pesat dan tak terkendali Perencanaan dan pembangunan yang tidak memperhatikan hak anak Banyak terjadinya perubahan fungsi lahan Kebutuhan bermain anak yang tinggi Emosional Sosial Motorik Kognitif Terbatasnya kesediaan ruang terbuka publik Latar Belakang Belum teridentifikasinya ruang yang biasa digunakan anak untuk bermain beserta karakteristiknya di Kelurahan Cigending Rumusan Masalah Mengidentifikasi ketersediaan dan pemanfaatan ruang bermain anak di Kelurahan Cigending Tujuan Studi Ruang Bermain yang Diprogramkan Ruang Bermain yang Tak Diprogramkan Ketersediaan Pemanfaatan Ketersediaan Pemanfaatan Standar dan kriteria penyediaan Observasi Kuantitas Kualitas Karakteristik Pengguna Karakteristik Penggunaan Kuantitas Kualitas Karakteristik Pengguna Karakteristik Penggunaan Observasi Wawancara dan Kuesioner Preferensi orangtua terhadap ketersediaan ruang bermain anak di lingkungannya Analisis Identifikasi Ketersediaan dan Pemanfaatan Ruang Bermain Anak di Kelurahan Cigending sebagai bahan pertimbangan optimasi penyediaan tempat bermain anak di Kelurahan Cigending Kesimpulan dan Rekomendasi
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan
Lebih terperinciKETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR
KETERSEDIAAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR 1) Joao Da Silva Gusmao, 2) Janthy Trilusianthy, 3) Indarti Komala Dewi. ABSTRAK Bermain sangatlah penting dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan masa untuk tumbuh dan berkembang, hal ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat terjadinya kehidupan dan aktivitas bagi penduduk yang memiliki batas administrasi yang diatur oleh perundangan dengan berbagai perkembangannya.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN CIGENDING KECAMATAN UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG.
IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG BERMAIN ANAK DI KELURAHAN CIGENDING KECAMATAN UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG Tugas Akhir Oleh: Rezania Ady Putri 15403022 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia, Jakarta memegang peran yang cukup besar dalam skala nasional maupun internasional. Salah satu peranan yang dimaksud adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas
Lebih terperinci2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan suatu ruang terbuka di kawasan perkotaan yang didominasi tutupan lahannya oleh vegetasi serta memiliki fungsi antara lain
Lebih terperinciStudi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang seiring dengan makin menguatnya keprihatinan global terhadap isu pemanasan global dan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan yang signifikan merupakan wujud nyata pembangunan dalam perkembangan kawasan perkotaan. Perkembangan kawasan perkotaan tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan timbulnya masalah permukiman. Masalah permukiman lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan. Masalah perumukiman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota adalah sebuah tempat dimana manusia hidup, menikmati waktu luang, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan manusia lain. Kota juga merupakan wadah dimana keseluruhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, pembangunan kota tumbuh cepat fokus pada peningkatan ekonomi. Orientasi ekonomi membuat aspek sosial dan lingkungan seringkali diabaikan sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan
Lebih terperinciTugas Akhir Analisa Taman Menteng Sebagai Taman Kota Berdasarkan Kriteria Kualitas Taman, Jakarta Pusat BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta yang memiliki tingkat perkembangan yang tinggi mendorong minat investor untuk berinvestasi di kota metropolitan ini. Dengan kondisi yang demikian, DKI
Lebih terperincipembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI
62 b a BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI Bahasan analisis mengenai persepsi masyarakat tentang identifikasi kondisi eksisting ruang terbuka di Kelurahan Tamansari,
Lebih terperinciSIDANG UJIAN TUGAS AKHIR
SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciPenataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat
Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kualitas kesehatan akan berdampak pada peningkatan angka harapan hidup suatu negara. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap jumlah penduduk lanjut
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB V STRATEGI PRIORITAS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN CILOSEH
BAB V STRATEGI PRIORITAS PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN CILOSEH 5.1 Kesimpulan Kesimpulan terkait dengan analisis kriteria kekumuhan permukiman Ciloseh Kota Tasikmalaya meliputi kesimpulan terhadap dua
Lebih terperinciUnisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA Buku dan Referensi Tugas Akhir, Tesis dan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Buku dan Referensi Akbar, Reni dan Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo, 2001. Chapin, F. Stuart, Urban Land Use Planning, United
Lebih terperinciEvaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciKarakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang
C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan
Lebih terperinci31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita
30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
BAB I PENDAHULUAN 1.4. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan permasalahan klasik yang sejak lama telah berkembang di kota-kota besar. Walaupun demikian, permasalahan permukiman kumuh tetap menjadi
Lebih terperinciKarakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang merupakan bagian dari pelayanan sosial yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat kota, karena sarana merupakan pendukung kegiatan/aktivitas masyarakat kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar banyak hal, bermain merupakan bagian yang amat penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjadi
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu
19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan jumlah penduduk mungkin bukan sebuah fenomena yang asing di telinga untuk saat ini. Fenomena ledakan jumlah penduduk hampir terjadi di seluruh belahan dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan akan tempat tinggal semakin tinggi. Menurut Susanti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat cepat berimplikasi terhadap kepadatan suatu kota. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat tersebut mengakibatkan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, bidang pariwisata pantai merupakan salah satu kegiatan atau hal yang mempunyai peranan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA di kelurahan pudak payung kec banyumanik, semarang
ENCLOSURE Volume 6 No. 1. Maret 2007 Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman HUBUNGAN KUALITAS FISIK DAN LINGKUNGAN dengan POLA KEHIDUPAN LANSIA Widjayanti ABSTRAKSI Kualitas Fisik dan Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,
III. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses penelitian antara lain tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta memiliki permasalahan permukiman kumuh dengan kondisi rumah tidak sesuai dengan standar yang ada dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana
Lebih terperinciArahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara
C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI - 7 -
BAB II DASAR TEORI 2.1 Data Jumlah Penduduk untuk Perencanaan Penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan di suatu negara, khususnya dalam hal perencanaan. Dapat dikatakan
Lebih terperinciDisajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)
PENGADAAN TANAH UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN PERKOTAAN Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU) Sekilas RTH Di dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Ruang Kota dan Perkembangannya Ruang merupakan unsur penting dalam kehidupan. Ruang merupakan wadah bagi makhluk hidup untuk tinggal dan melangsungkan hidup
Lebih terperinciB. Populasi dan Sampel 1. Populasi
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu tindakan penelitian ilmiah perlu digunakan metode-metode penelitian mulai dari mengumpulkan data, sampai kepada menampilkan data data serta memudahkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. evaluasi pelaksanaan pada Tahun yang menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Studi ini merupakan kategori studi evaluatif program dengan tahapan evaluasi pelaksanaan pada Tahun 2010-2013 yang menggunakan pendekatan kualitatif. Subyek
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANG
21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat serta perkembangan kota secara keseluruhan yang terjadi pada suatu kota sangat berpengaruh pada struktur ruang kota tersebut. Pusat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. bantaran sungai Bengawan Solo ini seringkali diidentikkan dengan kelompok
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perumahan relokasi yang di Surakarta merupakan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Perumahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bermain merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari anak-anak, hampir di setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu ada unsur bermainnya. Itulah mengapa salah
Lebih terperinci3 METODE Rancangan Penelitian
Peningkatan kesadaran perusahaan terhadap perlunya perilaku tanggung jawab sosial terjadi secara global. Para pengambil kebijakan di perusahaan semakin menyadari bahwa tujuan tanggung jawab sosial adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.
BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL
FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang merupakan framework dari penyusunan laporan ini. Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Dibahas pula ruang lingkupnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Anak adalah generasi yang akan meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam suatu negara. Dalam Keputusan Presiden RI no 36 tahun 1990 tentang Pengesahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan
Lebih terperinciKriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA
TUGAS AKHIR (PW 09-1328) Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA Dosen pembimbing: Dr. Ir. RIMADEWI SUPRIHARJO, MIP OLEH: NINDYA ROSITA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anak-anak yang putus sekolah karena kurang biaya sehingga. dan buruh pabrik tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan cita-cita bangsa Indonesia namun hal itu belum terwujud dengan baik, karena masih banyak rakyat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan penelitian karena akan sangat berguna dalam memperoleh sumber data yang diperlukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang Ketahanan pangan yang mendukung perubahan lingkungan di komunitas RW. 10 Kelurahan Leuwigajah, Kampung Adat Cireundeu menggunakan metode penelitian kualitatif
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul 1.1.1 Judul Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual 1.1.2 Pemahaman Esensi Judul Ruang komunal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat terlaksana secara efektif dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang
38 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:3). Metode penelitian yang
Lebih terperinciARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani
ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD Oleh : Linda Dwi Rohmadiani Abstrak Proporsi Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun
Lebih terperinciMOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DINA WAHYU OCTAVIANI L2D 002 396 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki 17.000 pulau sehingga membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan 17.000 pulau ini maka Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses demokratisasi yang berlangsung sejak tahun 1998 memberikan pengaruh besar terhadap sistem pemerintahan di Indonesia. Proses yang menawarkan mekanisme keterbukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu
Lebih terperinciPERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat)
PERPINDAHAN DAN PERALIHAN KEPEMILIKAN SATUAN RUMAH SUSUN (Studi Kasus : Rumah Susun Kemayoran, Jakarta Pusat) Jenis : Tugas Akhir Mahasiswa Tahun : 2005 Penulis : Yovi Pembimbing : Dr.Ir. Haryo Winarso,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di pedesaan yang dilengkapi oleh sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung kegiatan penduduknya. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia tanpa air manusia tidak mungkin dapat hidup, karena untuk berbagai macam kegunaan, manusia selalu mengkonsumsi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Hospital. Tapak berupa
BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan pusat kota atau Central Business District (CBD) Bandung, Jawaa Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika dalam sebuah kota tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan yang membawa kemajuan bagi sebuah kota, serta menjadi daya tarik bagi penduduk dari wilayah lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah mencapai 40,7% (Maran, 2003). Di Indonesia, persentase penduduk kota mencapai 42,4% pada tahun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian adalah deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting
Lebih terperinciTUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen dengan tingkat kepadatan penduduknya yang mencolok, di mana corak masyarakatnya yang heterogen dan
Lebih terperinci