BAB II KAJIAN PUSTAKA. Protein merupakan senyawa kimia yang tidak saja mengandung atom karbon
|
|
- Harjanti Irawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fisiologi Protein dan Asam Amino Protein merupakan senyawa kimia yang tidak saja mengandung atom karbon seperti karbohidrat dan lemak yakni karbon, hidrogen, dan oksigen, namun juga mengandung atom nitrogen. Atom C, H, O dan N tersusun menjadi asam amino, yang membentuk rantai menjadi protein. Dua puluh asam amino berbeda telah diidentifikasi sebagai pembentuk protein. Sebagai sumber energi, protein setara dengan karbohidrat dengan memberikan 4kkal/g (Escallon dkk, 2007). Gambar 2.1. Jalur Metabolisme Protein (Bender, 2006) Asam amino digunakan sebagai bahan dasar untuk enzim, hormon, dan protein struktural. Sejumlah protein spesifik dapat disintesis oleh tiap sel tubuh. Sintesis ini memerlukan semua asam amino yang ada. Asam amino esensial harus 6
2 7 disuplai, atau rangka karbon dan gugus asam amino dari asam amino lainnya harus tersedia untuk proses transaminase (Escallon dkk, 2007). Tiap materi genetik sel (asam deoksiribonukleat atau DNA) mengatur sintesis proteinnya masing-masing. Fungsi DNA menjadi cetakan untuk sintesis berbagai bentuk asam ribonukleat (RNA), yang ikut dalam sintesis protein. Energi untuk sintesis ini disuplai oleh adenosin trifosfat (ATP), yang merupakan sebuah nukleotida (Escallon dkk, 2007). Tubuh tidak menyimpan cadangan untuk asam amino bebas. Yang tidak ikut dalam sintesis protein maka akan dimetabolisme. Namun, terdapat sumber metabolik asam amino pada protein seluler yang dapat digunakan kapan saja bila diperlukan. Turnover konstan protein pada orang dewasa biasanya penting untuk mempertahankan sumber asam amino ini dan kemampuan untuk memenuhi permintaan asam amino oleh sel dan jaringan ketika distimulasi untuk membuat protein yang penting. Jaringan yang paling aktif untuk turnover protein adalah protein plasma, mukosa usus, pankreas, hepar, dan ginjal (Escallon dkk, 2007). Terdapat dua tipe asam amino dasar (Escallon dkk, 2007) : 1. Asam amino esensial yang dibuat di dalam tubuh berasal dari prekursor karbon dan nitrogen 2. Asam amino esensial yang tidak dapat disintesis dalam tubuh Sumber asam amino terbesar adalah berasal dari protein diet. Pada beberapa kondisi klinis, beberapa asam amino non esensial harus disuplai dari luar sehingga disebut juga sebagai asam amino kondisional yang mana dapat saja menjadi esensial pada kondisi-kondisi tertentu (Escallon dkk, 2007).
3 8 Asam amino esensial antara lain adalah histidin, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, dan mungkin juga arginin (Escallon dkk, 2007). Gambar 2.2. Metabolisme Asam Amino (Anonim, 2015) Ketiadaan atau asupan asam amino esensial yang kurang adekuat akan menyebabkan imbang nitrogen negatif, berat badan turun, gangguan pertumbuhan pada bayi dan anak, dan berbagai gejala klinis lainnya seperti penurunan fungsi imunitas (Escallon dkk, 2007). Arginin bisa menjadi tidak tergantikan pada pasien yang kurang nutrisi, sepsis, atau sedang dalam masa pemulihan dari trauma atau pembedahan. Suplementasi arginin terkait dengan peningkatan penyembuhan luka, yang mungkin akibat peran arginin dalam meningkatkan sintesis kolagen. Suplementasi arginin juga menyokong fungsi imun pada manusia dan hewan. Namun karena ia merupakan prekursor nitric oxide maka harus diwaspadai akan risiko terjadinya overdosis (Escallon dkk, 2007).
4 9 Terdapat pendapat pula bahwa glutamin juga menjadi asam amino esensial kondisional pada pasien dengan sakit kritis. Setelah cedera, konsentrasi glutamin plasma dan intrasel menurun, kemungkinan akibat peningkatan uptake glutamin dari usus yang melebihi jumlah glutamin yang dilepaskan dari otot rangka (Escallon dkk, 2007). 2.2 Imbang Nitrogen Tinjauan tentang nitrogen sebenarnya telah ditelusuri oleh Cuthbertson sejak tahun Dalam beberapa seri penelitiannya bersama dengan rekan-rekannya, Cuthbertson menyelidiki tentang hubungan antara kehilangan nitrogen dengan derajat cedera, faktor imobilisasi, demam dan nutrisi, serta perubahan pada protein plasma, kalium, metabolisme fosfat, sumber-sumber nitrogen dalam tubuh, serta hasil dan metabolitnya pada urin, serta respon kerja hormon dan sistem saraf yang ditimbulkannya. Metode imbang nitrogen telah terbukti secara klinis bermanfaat dalam menilai terapi nutrisi untuk menentukan derajat katabolisme pada pasien bedah atau sakit kritis. Respon metabolik terhadap cedera merupakan serangkaian perubahan hormonal dan biokimiawi yang unik yang dicirikan dengan katabolisme protein dan perubahan kebutuhan energi, sesuai derajat cedera. Pemecahan cadangan protein endogen untuk menyediakan asam amino untuk perbaikan jaringan, penyembuhan luka dan petanda inflamasi dikatakan merupakan suatu respon adaptasi (Herridge, 2013).
5 10 Keseimbangan nitrogen nol terjadi ketika masukan sama dengan keluaran, yang membuktikan bahwa sumber protein tubuh berada dalam ekuilibrium. Diasumsikan bahwa individu berada dalam keseimbangan nitrogen bila nitrogen tidak disimpan untuk pertumbuhan atau perbaikan jaringan otot dan tidak hilang karena cedera atau kelaparan. Asumsi yang dibuat adalah bahwa siklus protein, yang digambarkan sebagai proses dinamis sintesis dan degradasi protein, berada dalam jumlah yang sama (Herridge, 2013). Masukan nitrogen dalam bentuk protein diet dapat ditemukan pada makanan, ASI, asam amino parenteral atau enteral. Jumlah nitrogen yang dimasukkan tergantung pada sumber utamanya karena protein mengandung berbagai campuran asam amino esensial dan nonesensial yang mengandung berbagai kandungan nitrogen yang berbeda tergantung dari struktur kimiawinya. Oleh sebab itu perhitungan jumlah asam amino yang terdapat dalam diet adalah penting untuk menentukan jumlah masukan nitrogen secara akurat (Herridge, 2013). Keluaran nitrogen terutama diukur dalam urin, sedangkan kehilangan lewat tinja biasanya dihitung untuk pasien yang dirawat di rumah sakit. Namun ekskresi nitrogen dari tubuh terjadi dalam berbagai bentuk antara lain hilangnya lewat integumen (seperti kulit, rambut, dan keringat), dan cairan tubuh (lewat gastrointestinal). Produksi nitrogen urin terjadi akibat deaminasi asam amino yang melepaskan amonia setelah detoksifikasi pada hepar lewat siklus urea, yang membentuk urea menjadi produk akhir yang larut air (Herridge, 2013). Nitrogen secara kontinyu terakumulasi dan keluar selama terjadi penggantian jaringan protein tubuh yang terjadi terus-menerus. Ketika asam amino sudah
6 11 dipecah, nitrogen dilepaskan. Nitrogen yang diekskresi paling banyak keluar dalam bentuk urea, meskipun sejumlah kecil juga terdapat pada feses, keringat, rambut, kulit dan kuku (Escallon dkk, 2007). Jumlah nitrogen yang seimbang dari makanan diperlukan untuk penggantian. Jika sejumlah nitrogen yang diekskresikan setara dengan jumlah yang didapat dari enteral atau parenteral, maka individu tersebut dikatakan berada dalam keseimbangan nitrogen. Perbedaan antara jumlah nitrogen yang masuk ke tubuh dalam bentuk protein dan jumlah yang keluar, menentukan status nitrogen dari seseorang (Escallon dkk, 2007). Imbang nitrogen = intake nitrogen output nitrogen Karena sebagian besar protein mengandung sekitar 16% nitrogen, jumlah nitrogen yang berada dalam makanan dapat dihitung dengan membagi protein secara kimiawi tersebut dengan konstanta 6,25 (Escallon dkk, 2007). Imbang nitrogen adalah perbedaan antara masukan nitrogen dan jumlah nitrogen yang diekskresikan dari tubuh. Adapun studi akan imbang nitrogen dilakukan untuk mengevaluasi siklus protein. Dengan menghitung antara masukan dan keluaran tersebut, maka dapat dihitung tentang imbang nitrogen apakah hasilnya positif atau negatif (Escallon dkk, 2007). Seseorang berada dalam kondisi imbang nitrogen positif jika memiliki nitrogen lebih besar dibanding yang keluar. Pada kasus ini, jaringan protein yang baru disintesis, seperti pada anak-anak, orang hamil, menyusui, pembentukan otot atlet, dan penyembuhan dari pembedahan, cedera atau malnutrisi. Ketika masukan nitrogen lebih besar dibanding keluarannya, maka disebut imbangnya positif.
7 12 Biasanya hal ini terjadi pada pasien anak, pasien hamil, atlet atau dalam proses penyembuhan. Kebutuhan nutrisi pada pasien ini dapat diperkirakan dengan menghitung retensi protein yang diperlukan untuk membentuk jaringan baru sebagai tambahan dari perkiraan total protein yang diperlukan untuk mempertahankan fungsi pemeliharaan tubuh. Pada penilaian imbang nitrogen pada pasien sakit, imbang nitrogen yang positif akan menandakan anabolisme yang dicirikan dengan penambahan berat badan seperti yang terlihat pada penambahan lemak dan massa otot sehingga berakibat peningkatan kekuatan (Herridge, 2013). Sebaliknya saat terjadi katabolisme, seperti pada pasien kritis atau stres, imbang nitrogen negatif di mana masukan nitrogen sangat sedikit dibanding keluarannya. Cadangan protein otot menjadi sangat penting untuk mendukung kebutuhan metabolisme tubuh dan berakibat pada imbang nitrogen negatif. Lebih penting lagi, ekskresi nitrogen pada pasien katabolik sangat berbeda seperti pada pasien trauma dan pasien bedah. Bila imbang nitrogen negatif ini terus terjadi akan mempengaruhi sistem organ pasien (Herridge, 2013). Pada imbang nitrogen negatif, sering terjadi proses katabolik seperti trauma, luka bakar, pembedahan, atau cedera yang menyebabkan kehilangan protein lebih banyak dibandingkan yang disimpan. Kurang kalori protein, program penurunan berat badan, stres emosional dan demam tinggi dicirikan mengalami imbang nitrogen negatif. Pasien bedridden juga mengalami kehilangan nitrogen lewat atrofi dari otot-ototnya. Pemecahan protein tubuh yang terjadi pada proses katabolisme ini dapat meningkatkan risiko komplikasi pascaoperasi antara lain
8 13 penurunan tekanan onkotik, peningkatan derajat efusi pleura, edema dinding usus dan asites. Pada keadaan imbang nitrogen negatif, akibat utamanya adalah peningkatan pemecahan protein tubuh untuk menyokong kebutuhan metabolik. Selama periode stres metabolik akut, cadangan protein mengalami proses katabolisme berakibat pada kehilangan nitrogen lewat urin. Peningkatan asam amino bebas digunakan oleh hepar untuk sintesis glukosa yang akan mengakibatkan peningkatan urea pada urin. Penelitian yang dilakukan oleh Marin et al ternyata memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan total nitrogen urin 3-4 kali lebih tinggi pada pasien yang puasa setelah pembedahan mayor sebagai akibat dari katabolisme jaringan (Herridge, 2013). 2.3 Kehilangan Nitrogen dalam Tubuh Rata-rata tubuh lelaki dewasa tersusun oleh nitrogen 2,6 %. Hampir 17% dari total berat badan adalah protein, yang dibagi seimbang antara ruang intrasel dan ekstrasel. Beberapa penyakit tertentu memiliki kebutuhan protein yang berbeda; masing-masing proses penyakit bervariasi dalam intensitasnya pada masingmasing pasien. Pada kondisi seperti demam, fraktur, luka bakar, pembedahan, dan trauma, protein tubuh hilang saat fase akut dari penyakit dan harus dikembalikan lagi saat pemulihan (Escallon dkk, 2007). Normalnya nitrogen berasal dari asam amino, produk katabolisme protein dieksresi dalam urin dan feses dan keluar lewat kulit. Tidak seperti energi yang dipertahankan dan disimpan menjadi trigliserida dan glikogen, protein dan asam amino tidak disimpan dalam tubuh. Sehingga kebutuhan protein atau nitrogen
9 14 sering diperkirakan dengan perhitungan kehilangan nitrogen harian dibandingkan mingguan. Bila protein berlebihan dicerna, asam amino yang tidak diperlukan dalam sintesis protein mengalami transaminase sehingga porsi non nitrogen dari molekul ini bisa menjadi sumber kalori, sebagai contoh piruvat yang diturunkan dari alanin. Nitrogen yang tidak diperlukan diubah menjadi urea dan diekskresikan dalam urin (Alpers dkk, 2008). Kebutuhan protein normal harian didasarkan pada perkiraan kehilangan N dan kebutuhan ekstra (berat dan kebutuhan ekstra untuk pertumbuhan dan kehamilan). Kehilangan nitrogen obligat tidak berubah karena jenis kelamin atau usia, dan kehilangan nitrogen urin bersifat proporsional dengan ukuran dan berat badan. Kehilangan total dari semua sumber adalah sekitar 2 mg nitrogen per kilokalori basal. Perkiraan nitrogen EAR (Estimated Average Requirement) pada pasien dewasa adalah 105 mg N/kg/hari, atau 0,66 g/kg/hari. Ini merupakan jumlah intake terendah untuk mencapai keseimbangan nol, dan tidak dipengaruhi oleh iklim, usia, jenis kelamin, atau sumber protein. Wanita memiliki kebutuhan N lebih rendah dibandingkan pria untuk per kilogram berat badan, namun memiliki persentase lemak tubuh lebih tinggi (28%) dibandingkan pria (15%). Tidak terdapat perbedaan kebutuhan protein berdasarkan jenis kelamin bila dihitung dengan lean body mass. Estimasi RDA (Recommended Daily Allowance) oleh DRI Committee didasarkan pada metaanalisis menurut Rand. Jumlah protein yang diperlukan untuk keseimbangan nol pada pasien dewasa mirip dengan yang diperlukan oleh pasien usia muda. Kehilangan nitrogen minimal per hari juga telah dihitung pada orang dewasa. Pada serial 11 penelitian yang diulas oleh
10 15 WHO, kehilangan nitrogen obligat adalah sekitar 53 mg per kg (kisaran : mg per kg). Berdasarkan studi imbang jangka pendek dan jangka panjang, WHO mengajukan kebutuhan rerata sebesar 0,6 kg/hari untuk rujukan protein (sangat mudah dicerna, protein berkualitas tinggi seperti telur, daging, susu, atau ikan). Jika sekitar 25% lebih dari rerata tersebut digunakan untuk mencukupi 97% dari populasi, 0,6 x 1,25, atau 0,75 gram/kg/hari, merupakan nilai RDA pada tahun 1989 untuk pasien dewasa muda pria dan wanita, dan sesuai dengan rekomendasi saat ini yakni sekitar 0,8 gram/kg/hari (Alpers dkk, 2008). Kebutuhan protein paling tinggi adalah pada bayi dan remaja. Namun, protein tubuh total adalah paling rendah pada bayi, dan kehilangan obligat paling besar, sehingga defisiensi protein paling sering terjadi pada bayi. Prosedur penghitungan faktorial yang sudah dimodifikasi dipakai untuk menghitung kebutuhan protein pada bayi dan anak. Mulai dengan kebutuhan protein sekitar 1,1 gram/kg/hari untuk pemeliharaan, tambahan juga dibuat untuk pertumbuhan dan ditingkatkan sekitar 50% untuk variabilitasnya. Efisiensi penggunaannya adalah sekitar 70%, dan tambahan pengukuran sesuai pertumbuhan sudah ditambahkan untuk mempertahankan RDA bagi rata-rata diet protein. Estimasi lainnya dibutuhkan untuk mengubah gambaran yang berasal dari rujukan protein. Digestibilitas dari diet di Amerika Serikat diperkirakan adalah lebih dari 90%, bervariasi dari 95% untuk susu, daging, telur, selai kacang, dan gandum, 88% untuk beras pulen, sampai 86% untuk oatmeal, gandum utuh, jagung dan tepung kedelai, sampai 78% untuk kacang-kacangan (Alpers dkk, 2008).
11 Kehilangan lewat urin Kehilangan protein terjadi pada nefrosis, penyakit ginjal kronik, dan kondisi hipermetabolisme dengan pemecahan jaringan. Kehilangan dari jaringan ini dapat dihitung dengan estimasi dari kehilangan nitrogen urin. Perkiraan nitrogen urea urin sebagai faktor tunggal pada kehilangan protein urin adalah penentu paling logis untuk kondisi hipermetabolik di mana protein tubuh terdegradasi menjadi urea. Kehilangan protein dapat diperkirakan dengan mengalikan kehilangan nitrogen nonprotein urin dengan 6,25. Ketika protein per se hilang lewat urin (misalnya nefrosis atau penyakit ginjal kronik), proteinnya sendiri dapat diukur. Kehilangan urea nitrogen lewat urin menjadi komponen lebih dari 80% dari nitrogen urin. Kreatinin, porfirin, dan komponen mengandung nitrogen lainnya juga terhitung dalam kurang dari 20% sisanya (Alpers dkk, 2008). Kehilangan nitrogen = [urea N urin (mg/dl) x volume urin harian (dl)] 0,8 Ekskresi nitrogen urin sangat terkait dengan BMR (Basal Metabolic Rate). Semakin besar massa otot tubuh, semakin besar jumlah kalori yang diperlukan untuk mempertahankannya. Begitu pula, laju transaminase akan lebih besar seiring dengan asam amino dan karbohidrat saling berhubungan untuk mencukupi kebutuhan energi. Sekitar 1-1,3 mg nitrogen urin diekskresi untuk tiap kilokalori yang diperlukan untuk metabolisme basal. Ekskresi nitrogen juga meningkat saat latihan dan kerja berat (Alpers dkk, 2008). Karena pengukuran pemecahan kalori dan kehilangan nitrogen lewat urin saling paralel satu dengan yang lainnya dan sangat terkait dengan derajat stres
12 17 yang dialami pasien, sehingga hal ini dapat digunakan untuk tujuan klasifikasi (Alpers dkk, 2008) Kehilangan lewat cairan tubuh Kehilangan lewat nasogastrik atau lewat fistula dapat dihitung dan ditambahkan pada kehilangan protein harian untuk memperkirakan kehilangan protein total dengan lebih tepat, khususnya bila volume drainasenya besar (Alpers dkk, 2008) Kehilangan lewat traktus gastrointestinal, kulit atau paru Nitrogen bisa hilang lewat organ dengan permukaan epitel yang luas. Organorgan ini antara lain usus, kulit, dan paru. Sejumlah kecil pengamatan telah dilakukan pada pasien yang mengalami peyakit pada organ-organ tersebut. Karena kehilangannya sangat bervariasi, tidak ada formula khusus yang dapat dibuat untuk menghitungnya. Kehilangan lewat usus adalah yang paling besar terutama bila terkait dengan penurunan kemampuan mencerna atau peningkatan kehilangan protein lewat lumen. Karena usus halus memiliki permukaan terbesar dan laju kehilangan normal paling tinggi dari semua organ enteral (sekitar 50 gram protein per hari), penyakit pada usus halus memiliki potensi kehilangan protein tubuh yang paling besar. Enteropati yang menyebabkan kehilangan protein ini bisa saja tidak disertai gejala khusus (Alpers dkk, 2008). Kehilangan lewat feses dan kulit merupakan komponen proporsi nitrogen yang konstan pada tubuh normal, namun akan terdapat perbedaan yang bermakna pada pasien dengan penyakit berat. Pengukuran kehilangan nitrogen urin saja tidak dapat memberikan prediksi yang terpercaya saat diperlukan. Kehilangan
13 18 lewat feses merupakan konsekuensi dari pencernaan dan absorpsi yang tidak efisien dari protein (efisiensi 93%). Sebagai tambahan, traktus intestinalis akan mensekresi protein ke dalam lumen dari saliva, cairan lambung, enzim pankreas, dan enterosit. Sumber-sumber ini berkontribusi secara berurutan sebanyak 3,5,1,8, dan 50 gram dari kebutuhan protein harian yang disekresi ke dalam lumen usus (Alpers dkk, 2008). Kehilangan nitrogen total (N) terdiri dari yang berasal dari urin, feses, dan kulit. Nitrogen feses berkisar antara 1-2 gram per hari saat tidak adanya diare. Kehilangan lewat kulit berkisar antara 0,3 per hari. Total kehilangan lewat feses dan kulit dapat diperkirakan sekitar 2 gram per hari. Total kehilangan N (Gram/hari) = N urine + N tinja + N kulit ᴝ N urin + 2 Ketika kehilangan lewat feses diukur, estimasi kehilangan nitrogen 1 gram/ hari digunakan untuk menutupi kulit dan kompartemen lainnya (Alpers dkk, 2008). Gambar 2.3. Alur Kehilangan Protein Tubuh (Anonim (2), 2015)
14 Metode Analisis Imbang Nitrogen Imbang nitrogen dapat ditentukan lewat nitrogen urin total atau analisis urin urea nitrogen. Total nitrogen urin terdiri dari nitrogen dari urea, amonia, kreatin, kreatinin, asam urat, dan asam amino bebas dan terikat. Dapat langsung diukur dengan teknik Kjeldahl klasik atau analisis pyro-chemiluminescence. Baik kedua metode ini bersifat sensitif dan spesifik dalam memberikan perkiraan yang tepat untuk senyawa nitrogen dalam urin (Herridge, 2013) Teknik Kjeldahl Teknik Kjeldahl untuk menentukan nitrogen urin total telah banyak digunakan pada orang dewasa dan anak-anak, baik pada pasien sehat maupun sakit. Pengukuran total nitrogen urin juga dipilih untuk menentukan imbang nitrogen pada pasien sakit kritis karena terdapat korelasi yang rendah antara hilangnya nitrogen dari urea dengan yang dari amonia (Herridge, 2013). Sejak tahun 1883, metode ini telah melalui beberapa modifikasi namun secara umum tiga tahap penentuan sampelnya adalah sebagai berikut : 1. Menelan sampel dengan asam sulfur yang dapat menutupi sulfat 2. Pemisahan amonia dari saluran cerna lewat distilasi, dan 3. Penentuan amonia (Herridge, 2013) Metode Urin Urea Nitrogen Analisis urin urea nitrogen lebih mudah dilakukan dibanding teknik Kjeldahl namun urin urea nitrogen lebih rendah akurasinya dibandingkan total nitrogen urin. Pada metode ini, konstituen nitrogen non-urea seperti amonia, kreatin, kreatinin, asam urat, asam amino bebas dan terikat tidak diperhitungkan, sedangkan dipakai faktor koreksi untuk menghitung kehilangan nitrogen dari
15 20 sumber lainnya (seperti kulit dan tinja). Metode urin urea nitrogen adalah marker pengganti untuk total nitrogen urin dengan anggapan bahwa 80-90% bentuk nitrogen adalah dalam bentuk urea. Metode prediktif yang dipakai untuk mengukur imbang nitrogen lewat urin urea nitrogen telah diambil dari beberapa grup berbeda termasuk orang dewasa sehat atau pasien rawat inap dengan berbagai derajat penyakit termasuk penyembuhan dari pembedahan, luka bakar atau trauma lainnya. Persamaan urin urea nitrogen ini baru digunakan untuk menentukan imbang nitrogen bila tidak tersedia atau tidak dapat dilaksanakannya metode total nitrogen urin (Herridge, 2013). Analisis urin urea nitrogen dapat dilakukan di berbagai tempat dengan menggunakan pemeriksaan blood urea nitrogen. Berbagai metode perhitungan urin urea nitrogen telah dilakukan untuk secara akurat menghitung imbang nitrogen. Formula urin urea nitrogen sering digunakan pada pasien dewasa, dengan memakai faktor koreksi 2-4 g, dengan memasukkan semua sumber nitrogen (seperti kehilangan lewat tinja, kulit, serta bentuk non urea dan kehilangan lainnya (Herridge, 2013). Imbang nitrogen : g/d=(intake protein g/d 6,25 g/d) (UUN g/d+2 sampai 4 g) Terdapat pernyataan dari beberapa ahli bahan perhitungan urin urea nitrogen ternyata menyebabkan underestimasi kehilangan nitrogen total pada pembedahan dan trauma pasien dewasa yang mengalami katabolisme besar-besaran. Konstantinides et al menstratifikasikan pasien trauma dan pembedahan menjadi empat kategori stres, di mana diteliti total 315 penilaian imbang nitrogen. Ditemukan bahwa UUN mewakili rerata 80 ± 12% dari TUN. Lebih lanjut lagi
16 21 kisaran UUN bervariasi antara 12 sampai 112% dari TUN yang dilaporkan. Disimpulkan bahwa TUN aktual dibanding UUN merupakan metode yang lebih baik untuk mengukur imbang nitrogen pada stres dan faktor koreksi 1,25 tidak secara konsisten dihitung sebagai konstituen total nitrogen non urea (Herridge, 2013). 2.5 Rasio Kalori-Protein Nitrogen yang dicerna sebagai asam amino tanpa adanya sumber energi lainnya tidak secara efisien diinkorporasi menjadi protein karena energi yang dikonsumsi saat hilangnya panas selama metabolisme (efek termal) khususnya tinggi untuk protein. Lebih jauh lagi, inkorporasi asam amino menjadi peptida memerlukan tiga ikatan fosfat berenergi tinggi, sehingga tiap 10 kkal digunakan untuk tiap molekul yang diturunkan dari hidrolisis ATP. Tiap kelebihan energi dari makanan yang melebihi kebutuhan dasar akan meningkatkan efisiensi nitrogen. Untuk mencapai imbang nitrogen positif ketika intake protein tidak adekuat, diperlukan imbang energi positif sekitar 2 kkal/kg/hari. Dengan kata lain, ketika intake energinya terbatas, imbang nitrogennya negatif, meskipun ketika intake protein tampaknya tidak berlebihan. Jumlah yang tepat dari kalori tambahan diperlukan untuk menghasilkan imbang nitrogen positif tergantung dari sejumlah besar faktor, termasuk simpanan energi tubuh, massa protein tubuh, dan rasio energi dengan sumber protein dalam makanan. Untuk memastikan imbang nitrogen positif pada pasien yang terdeplesi, disarankan untuk menyediakan
17 22 jumlah kalori yang mendekati estimasi kebutuhan energi. Kalori berlebihan bisa saja tidak menyebabkan peningkatan pada lean body mass (Alpers dkk, 2008). Gambar 2.4. Katabolisme Protein menjadi Nitrogen (Boumphrey, 2009) Kebutuhan nitrogen sangat dipengaruhi oleh hubungan antara kalori dan protein. Penggantian adekuat dari kehilangan protein selama periode pemulihan adalah sangat penting dalam situasi ini. Pada pasien dengan kondisi hipermetabolik, asupan protein sering ditentukan oleh dasar rasio energi nitrogen. Rasio ini berasal dari total kalori yang diberikan dibagi dengan kandungan nitrogen yang diberikan. Formula berikut ini digunakan untuk menentukan rasio energi nitrogen (Escallon dkk, 2007) : Rasio Energi : Nitrogen Kkal (total kalori yang diberikan) N [kandungan nitrogen (g)] Sedangkan kandungan nitrogen = kandungan protein (g) 6.25
18 23 Prinsip rasio kalori nitrogen dapat diterapkan pada populasi orang sehat juga. Organisasi kesehatan dunia seperti WHO merekomendasikan 0,75 gram protein berkualitas tinggi perkilogram berat badan per hari. Rasio tersebut diperlukan untuk memastikan kembalinya protein tubuh. Diet tinggi protein tidak akan berakibat pada imbang nitrogen positif, mencerna sejumlah besar protein tanpa asupan kalori yang cukup akan berakibat pada pemakaian protein sebagai sumber energi (Escallon dkk, 2007). Rasio yang aman (energi protein terhadap energi total) yang membuat anak terhindar dari malnutrisi kalori-protein adalah sekitar 1:20 yakni untuk tiap kilokalori yang disediakan oleh protein, 19 kkal dari energi nonprotein diperlukan untuk mencegah malnutrisi kalori protein pada anak. Tiap 1 gram protein memberikan 4 kkal energi, sehingga 4x19 atau 76 kkal dari energi nonprotein diperlukan untuk per gram protein selama periode tumbuh kembang pada anak. Ketika protein ternyata dalam jumlah yang berlebihan, meskipun ketika kalori nonprotein terbatas, beberapa dari protein tersebut diubah menjadi energi yang dapat dimetabolisme, dan rasio 1:20 tidak diperlukan (Alpers dkk, 2008). Perkiraan kebutuhan energi-protein untuk individu dengan berat badan 70 kg normal yang menjalani rawat jalan adalah sekitar 50 kkal dari sumber nonprotein per gram protein, atau sekitar 300 kkal per gram nitrogen. Rasio yang tinggi ini biasanya tidak tercapai dengan nutrisi parenteral karena intake kalori terbatas oleh volume cairan lewat infus. Oleh sebab itu, gambaran nutrisi parenteral yang disarankan adalah sekitar kkal dari sumber nonprotein per gram protein, atau kkal per gram nitrogen. Gambaran ini, sebaiknya tidak digunakan
19 24 menggantikan kebutuhan energi dan protein secara independen. Terutama pada pasien sakit, kebutuhan energi dan protein dapat terbagi-bagi. Rasio kalori-protein sangat penting hanya ketika mereka menjadi penanda saat dibutuhkan kalori seiring dengan penggantian protein (Alpers dkk, 2008). Gambar 2.5. Jalur Glukoneogenesis (Basith, 2015)
20 Estimasi Protein pada Orang Sakit Kehilangan protein saat sakit bisa sangat besar, Sebagai contoh, atrofi otot setelah jam tirah baring dapat menyebabkan kehilangan 300 gram protein tubuh. Oleh sebab ini dapat ditambahkan efek khusus penyakit seperti 400 gram protein tubuh setelah gastrektomi, 700 gram hilang pada fraktur femur, dan 1200 gram hilang pada luka bakar 35% (Escallon dkk, 2007). Kehilangan protein tubuh dapat terjadi dengan peningkatan metabolisme yang dicirikan dengan fase flow pada pemulihan dari cedera. Pada fase flow yang terjadi pada jam setelah cedera, suhu tubuh, respirasi, level denyut dan gula darah meningkat. Selama fase ini, pemecahan energi dan kehilangan nitrogen saling berkaitan dan secara kasar berkaitan dengan derajat cedera atau infeksi. Basal metabolic rate pada pasien yang mengalami trauma mayor dapat meningkat sekitar 50% atau lebih. Serupa di sisi lain, derajat cedera dari cedera atau infeksi sangat erat dengan jumlah nitrogen yang diekskresikan. Keseimbangan nitrogen yang abnormal bisa terjadi akibat penurunan sintesis protein, peningkatan degradasi protein atau kombinasi dari keduanya (Escallon dkk, 2007). Respon katabolisme selama fase flow dimulai setelah 3-7 hari setelah kejadian. Menurut Moore, respon katabolik awal terhadap cedera akan memperlihatkan fase pertama dari fase flow, yang akan memberikan jalan pada fase kedua yang dicirikan dengan penurunan ekskresi nitrogen, kemudian fase ketiga anabolisme yakni pemulihan dan terakhir pemulihan jaringan ikat pada fase keempat (Escallon dkk, 2007).
21 26 Gambar 2.6. Fase Metabolik Trauma (Pineda, 2015) Respon metabolik seseorang sangat tergantung dari kodisi kesehatannya sebelumnya, derajat infeksi, atau tipe prosedur pembedahan yang diperlukan, dan tipe serta derajat komplikasi. Pemulihan juga tergantung pada status nutrisi individu. Karena pemecahan kalori dan ekskresi nitrogen sama-sama dipengaruhi oleh stres, baik intake kalori dan kandungan nitrogen dari terapi diet atau nutrisi harus diperhatikan dengan seksama (Escallon dkk, 2007). Pada beberapa penyakit, intake protein harus dibatasi. Sebagai contoh, pada gagal hepar akut, intake protein harus dibatasi untuk menghindari koma hepatikum. Pada uremia, kemampuan untuk mengekskresikan bahan pemecahan nitrogen terbatas. Meskipun intake protein dibatasi, jumlah yang cukup harus tetap diberikan untuk menghindari penurunan jaringan protein (Escallon dkk, 2007).
22 27 Pada gagal ginjal akut, pasien tidak saja mengalami uremia, asidosis metabolik dan keseimbangan elektrolit, namun dapat mengalami infeksi atau kerusakan jaringan yang meningkatkan kebutuhan protein. Sejumlah protein yang harus diberikan harus seimbang dengan kebutuhan katabolisme pasien yang tinggi disertai ketidakmampuannya mengekskresikan cairan, elektrolit dan pelarut yang justru perlu terjadi dalam pengobatan penyakitnya (Escallon dkk, 2007). Luka bakar secara dramatis sangat menggambarkan perubahan metabolik potensial dan peningkatan ekskresi nitrogen terkait dengan stres. Kurang lebih setelah 10 hari pasien pasca luka bakar, metabolisme saat istirahat mungkin meningkat sebesar 50% dan bahkan sampai 75%. Ekskresi nitrogen bisa sampai berlipat tiga dari sekitar 10 gram/hari menjadi lebih dari 28 gram/hari. Sebaliknya, pasien dengan tulang yang patah akan mengalami puncak laju metabolisme sebesar 20% saat hari kesepuluh, dan hanya peningkatan dua kali lipat dalam ekskresi nitrogen. Stres akibat starvasi total atau parsial akan menurunkan baik laju metabolisme dan ekskresi nitrogen (Alpers dkk, 2008). Adapun koefisien kebutuhan protein dari masing-masing penyakit pasien adalah berbeda-beda namun dapat dirangkum dalam suatu tabel berikut ini :
23 28 Tabel 2.1. Kebutuhan Protein Tubuh pada Berbagai Kondisi (Anonim (3), 2015) Sebagai contoh, terdapat kehilangan nitrogen kurang dari 5 gram nitrogen urea sehari yang terjadi pada pasien dengan infeksi yang berakibat pada suhu 37 C. Stres ringan dapat saja tidak meyebabkan peningkatan basal metabolic rate yang nyata. Sebaliknya derajat katabolisme pasien dengan luka bakar luas dapat terjadi sangat berat (Alpers dkk, 2008).
24 29 Kehilangan protein obligat pada tubuh (25-40 gram per hari) mewakili sebagian kecil fraksi dari total protein yang disintesis oleh tubuh, yang diperkirakan sekitar gram per hari. Oleh sebab itu, sintesis protein dapat menurun lebih banyak dibanding dengan yang terdapat pada kehilangan harian tadi. Lebih jauh lagi, kehilangan protein normal dari kulit dan traktus gastrointestinal hanya merupakan fraksi yang secara potensial hilang. Rerata kehilangan normal melalui traktus gastrointestinal adalah sekitar 1,7 gram nitrogen kali 6,25, atau 10,6 gram protein, yang dapat diabsorpsi kembali lewat usus besar. Nilai 6,25 biasanya digunakan untuk mengubah nilai nitrogen menjadi gram protein karena faktor ini merupakan faktor untuk protein berkualitas tinggi yang didapat pada daging, ikan, telur, dan jagung serta kacang-kacangan. Faktor yang lebih rendah (5,2-5,8) digunakan untuk sumber protein nabati dan nilai yang lebih tinggi (6,4) untuk sumber yang berasal dari produk susu (Alpers dkk, 2008). Kehilangan nitrogen biasanya tidak dapat dihitung dalam kondisi klinis. Untuk pasien rawat inap dewasa yang sehat dan menerima protein berkualitas tinggi secara intravena, kebutuhan basal dapat diperkirakan sebesar 0,4-0,6 gram per kg. Untuk pasien rawat jalan yang mengkonsumsi diet standar dari berbagai jenis kualitas protein, kebutuhan basalnya harus sekitar 0,75 gram per kg (Alpers dkk, 2008).
CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc
CRITICAL ILLNESS Dr. Syafri Guricci, M.Sc Respon Metabolik pada Penyakit Infeksi dan Luka Tiga komponen utama, Yaitu : Hipermetabolisme Proteolisis dengan kehilangan nitrogen Percepatan Utilisasi Glukosa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status nutrisi pasien sakit kritis merupakan faktor utama untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Rendahnya terapi nutrisi akan menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh
Lebih terperinciProtein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
A. Protein Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
Lebih terperinciProtein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
PROTEIN Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringanjaringan
Lebih terperinciBIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)
BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak sakit kritis Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan terhadap kegagalan fungsi organ vital yang dapat menyebabkan kematian, dapat berupa
Lebih terperinciKEBUTUHAN ENERGI SEHARI
PENENTUAN GIZI INDIVIDU DAN KGA Muslim, MPH STIKES HANGTUAH Tanjungpinang Pertemuan Ke-2, Tgl: 10 Oktober 2009 PERHITUNGAN KEBUTUHAN GIZI 1. ENERGI Gambaran klinis, status gizi Umur, jenis kelamin, aktivitas
Lebih terperinciMetabolisme Protein. Tenaga. Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA
Metabolisme Protein Tenaga Wiryatun Lestariana Departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UII YOGYAKARTA Metabolisme protein Tenaga Pendahuluan Metabolisme protein dan asam amino Klasifikasi asam amino Katabolisis
Lebih terperinci10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.
Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat
Lebih terperinciTingkat Kelangsungan Hidup
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme
Lebih terperinciMetabolisme Protein - 2
Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Protein membentuk komponen struktural utama dari semua sel dalam tubuh dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protein dan asam amino Protein membentuk komponen struktural utama dari semua sel dalam tubuh dan berfungsi sebagai enzim dalam membran, alat transportasi dan hormon.asam amino
Lebih terperinciAsal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan
PROTEIN Asal kata: Yunani: Proteos, yg utama / yg didahulukan 1/5 bag tubuh ½ dlm otot, 1/5 dlm tulang, 1/10 dlm kulit, selebihnya dlm jar lain & cairan tubuh Fungsi khas: membangun & memlihara sel2 &
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan
Lebih terperinciprotein PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE
protein A. PENGERTIAN PROTEIN PROTEIN BERASAL DARI BAHASA YUNANI PROTOS THAT MEAN THE PRIME IMPORTANCE ARTINYA : TERUTAMA ATAU PENTING G. MULDER MENEMUKAN BAHWA SENYAWA INI DITEMUKAN PADA SEMUA ORGANISME
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan
Lebih terperinciVitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin
Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin
Lebih terperinciPROTEIN. Rizqie Auliana
PROTEIN Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Sejarah Ditemukan pertama kali tahun 1838 oleh Jons Jakob Berzelius Diberi nama RNA dan DNA Berasal dari kata protos atau proteos: pertama atau utama Komponen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diet paska bedah merupakan makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan kreatinin yang sangat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Adonis Fitness pada tanggal 2-9 Agustus 2016 dan dilakukan di Sanggar Senam Adinda pada tanggal 16-30 Agustus
Lebih terperinciFUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP
TUGAS MATA KULIAH NUTRISI TANAMAN FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP Oleh : Dewi Ma rufah H0106006 Lamria Silitonga H 0106076 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 Pendahuluan Fosfor
Lebih terperinciKontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat
SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik.
Lebih terperinciSKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI
SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI Skrining nutrisi adalah alat yang penting untuk mengevaluasi status nutrisi seseorang secara cepat dan singkat. - Penilaian nutrisi merupakan langkah yang peting untuk memastikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan
Lebih terperinciKEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta
KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta NUTRISI PADA ANAK Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciPENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak
BAB V PEMBAHASAN A. Asupan Karbohidrat Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan food recall 1 x 24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak latihan diketahui bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen
Lebih terperinciPROTEIN. Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Maret 2010
PROTEIN Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Maret 2010 PROTEIN merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena disamping sebagai bahan bakar tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur.
Lebih terperinciPakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan
Pakan ternak Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan Melalui proses pencernaan, penyerapan dan metabolisme SUMBER ENERGI (JERAMI,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki
Lebih terperinciNutrition in Elderly
Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi
Lebih terperinciEFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)
EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS) Defriana, Aditya Fridayanti, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria
Lebih terperincienergi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar
Lebih terperinciGIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan
GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna
Lebih terperinci: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.
II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciVITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS
VITAMIN LARUT DALAM AIR Oleh dr. Sri Utami B.R. MS Vitamin B (vitamin B kompleks) Larut dalam air Terdapat pada, ragi, biji-bijian, nasi, sayuran, ikan, daging Diperlukan sebagai ko-enzym dalam metabolisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fruktosa merupakan gula yang umumnya terdapat dalam sayur dan buah sehingga sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa fruktosa sepenuhnya aman untuk dikonsumsi.
Lebih terperinciFREDYANA SETYA ATMAJA J.
HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun
Lebih terperinciLATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT
LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi seseorang menunjukkan seberapa besar kebutuhan fisiologis individu tersebut telah terpenuhi. Keseimbangan antar nutrisi yang masuk dan nutrisi yang dibutuhkan
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.
1 PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS Susilowati, SKM, MKM. 2 Masih ingat pebasket internasional Earvin Johnson? Pemain NBA tersohor itu membuat berita mengejutkan dalam karier bermain basketnya. Bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar glukosa, kolesterol, dan trigliserida pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada setiap tahapan adaptasi, aklimasi, dan postaklimasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.
Lebih terperinciDaftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.
1 Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia Oleh Djoni Prawira Rahardja Dosen Fakultas Peternakan Unhas I. Pendahuluan Ternak menggunakan komponen zat-zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak
34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme
Lebih terperinciPROTEIN 1 - Protein dan asam amino
PROTEIN 1 - Protein dan asam amino Protein merupakan komponen penyusun tubuh manusia nomer dua terbesar setelah air. Jumlah protein dalam tubuh manusia berkisar antara 15-20% berat tubuh. Sebanyak V 3
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya
Lebih terperinciBIOKIMIA adalah ilmu yang mempelajari segala bentuk perubahan molekul atau perubahan struktur kimia
KODE MK: IKF 207 DOSEN: DR.dr. BM.WARA KUSHARTANTI MS RUANG LINGKUP BIOKIMIA adalah ilmu yang mempelajari segala bentuk perubahan molekul atau perubahan struktur kimia yang terjadi pada makhluk hidup.
Lebih terperinciMetabolisme Karbohidrat
Metabolisme Karbohidrat Katabolisme = Menghasilkan Anabolisme = Menghabiskan PSIK B 11 UNAND dr. Husnil Kadri Metabolisme Karbohidrat Olha chayo s notes 1 of 18 Glikolisis terjadi sesudah makan Glucosa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciKehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.
Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi zat-zat gizi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible dengan etiologi yang beragam. Setiap penyakit yang terjadi
Lebih terperinciMetabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia
Metabolisme Karbohidrat Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia LATAR BELAKANG Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya menghasilkan enzim amilase
Lebih terperinci4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein
59 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan pengujian peran sorbet buah naga yang ditambahkan isolat protein Spirulina platensis pada perubahan kadar gula darah. Pengujian dilakukan uji in vivo menggunakan
Lebih terperinciMilik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia
umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan
Lebih terperinciPENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I
PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I EPIDEMIOLOGI WHO DEGENERATIF Puluhan juta ORANG DEATH DEFINISI Penyakit degeneratif penyakit yg timbul akibat kemunduran fungsi sel Penyakit
Lebih terperinciPENGANTAR FARMAKOLOGI
PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan hal yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Bahkan menurut data WHO tahun 2011, jumlah perokok Indonesia mencapai 33% dari total jumlah penduduk
Lebih terperinciMETABOLISME dan KATABOLISME KARBOHIDRAT
METABOLISME dan KATABOLISME KARBOHIDRAT Disampaikan oleh: Sofia Februanti METABOLISME & KATABOLISME KARBOHIDRAT PENGERTIAN KLASIFIKASI METABOLISME DAN KATABOLISME PENGERTIAN KARBOHIDRAT Senyawa organik
Lebih terperinciMasa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
Lebih terperinciENERGI. Universitas Gadjah Mada
ENERGI Energi Bahan Pangan Energi adalah kapasitas untuk mengerjakan sesuatu untuk mengerjakan sesuatu kegiatan dan dalam hal ini energi mengalami transformasi menjadi jenis energi yang sesuai dengan jenis
Lebih terperinciDISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING. FKep USU 1
DISUSUN OLEH : 1. ISABELLA 2. NURAIDAR 3. SEPTIAN 4. WAHYU NINGSIH LASE 5. YUTIVA IRNANDA 6. ELYANI SEMBIRING FKep USU 1 PENGERTIAN NUTRISI Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting. Dengan
Lebih terperinciBAB XII. Kelenjar Pankreas
BAB XII Kelenjar Pankreas A. Struktur Kelenjar Pankreas Kelenjar pankreas adalah kelenjar lonjong berwarna keputihan terletak dalam simpul yang terbentuk dari duodenom dan permukaan bawah lambung. Panjangnya
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciMODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET
MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting
Lebih terperinci