BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan pembuatan program, b. Pengumpulan data. Data akan digunakan dalam perhitungan manual untuk dijadikan sebagai pembanding hasil program. Selain itu data juga akan digunakan sebagai data input pada program, c. Memodelkan penampang saluran ekonomis yang akan digunakan dalam perhitungan program, d. Menterjemahkan pemodelan penampang saluran ekonomis ke dalam bahasa program, e. Validasi hasil perhitungan program dengan perhitungan manual, jika hasil yang dicapai belum memenuhi syarat (selisih < 1x10-04 ) maka dilakukan perbaikan terhadap program. Tetapi apabila hasil yang dicapai sudah sesuai syarat dengan hasil manual, maka program dapat digunakan untuk membantu perhitungan penampang saluran ekonomis, f. Menganalisa pengaruh perubahan kekasaran permukaan saluran terhadap kecepatan rata-rata, luas penampang dan volume galian saluran, g. Pembuatan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 4

2 43 Pendekatan penelitian yang diatas secara garis besar dapat dilihat pada bagan alir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Mulai Literature Observation Problem identification Data Collection Best Hydraulic Section Modeling Manual Calculation Create Program Yes Program Calculation Program Validation (Δ < 1 x ) No Yes Analysis of Influence The Manning Coefficient Changes to Channel Design Conclusion & Recommendation Selesai Gambar 3.1 Bagan Air Penelitian

3 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini terdapat dua data yang akan digunakan yaitu data daerah irigasi dan data saluran. Data-data daerah irigasi akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air. Data-data daerah irigasi yang digunakan adalah luas petak (A petak ), evaporasi (ETo), perkolasi (p), curah hujan (Re), penggantian lapiran air (WLR) dan koefisien tanaman (c). Data-data daerah irigasi yang digunakan adalah data irigasi yang didapatkan dari PERUM JASA TIRTA II. Sedangkan data saluran akan digunakan untuk menghitung penampang saluran ekonomis. Data-data saluran yang digunakan adalah tipe saluran, deskripsi saluran (untuk menentukan nilai n Manning), kemiringan saluran (S), efisiensi saluran (E) dan kemiringan talut (z) Memodelkan Penampang Saluran Ekonomis Untuk menyederhanakan perhitungan untuk mencari penampang saluran yang ekonomis maka dibutuhkan suatu perumusan model matematik. Model matematik penampang saluran ekonomis ini akan digunakan dalam perhitungan manual maupun dalam pembuatan dan perhitungan program. Model matematik penampang saluran ekonomis dapat dilihat pada persamaan dibawah ini : ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy ( S) {( ) } 1 Q = 1+ z y zy pers (3.1) n zy ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy 1 V = ( S) pers (3.) n zy ( 1+ z ) y zy A = pers (3.3)

4 45 ( 4y 1+ z ) zy ( 1+ z ) y zy ( 4y 1+ z ) zy ( 4y 1+ z ) ( y 1 z ) ( 1+ z ) y zy ( 4y 1+ z ) ( y 1+ z ) P = pers (3.4) R = pers (3.5) T = + pers (3.6) D = pers (3.7) 1,5 [( 1+ z ) y zy ] ( 4y 1+ z ) ( y 1+ z ) Z = pers (3.8) dimana : Q = debit saluran (m 3 /det), V = kecepatan rata-rata (m/det), A = luas penampang melintang (m ), P = keliling basah (m), R = jari-jari hidrolik (m), T = lebar puncak (m), D = kedalaman hidrolik (m), Z = faktor penampang, S = kemiringan memanjang saluran, n = koefisien kekasaran Manning, y = tinggi air/tinggi saluran (m) z = kemiringan talut.

5 Pembuatan Program Bahasa Pemrograman Bahasa pemrograman, atau sering diistilahkan juga dengan bahasa komputer, adalah teknik komando/instruksi standar untuk memerintah komputer. Bahasa pemrograman ini merupakan suatu set aturan sintaks dan semantik yang dipakai untuk mendefinisikan program komputer. Bahasa ini memungkinkan seorang programmer dapat menentukan secara persis data mana yang akan diolah oleh komputer, bagaimana data ini akan disimpan/diteruskan, dan jenis langkah apa secara persis yang akan diambil dalam berbagai situasi. Untuk pembuatan program ini digunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic 005. Microsoft Visual Basic (sering disingkat sebagai VB) merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bersifat event driven dan menawarkan Integrated Development Environment (IDE) visual untuk membuat program aplikasi berbasis sistem operasi Microsoft Windows dengan menggunakan model pemrograman Common Object Model (COM). Karena Microsoft Visual Basic berbasis sistem Microsoft Windows, jadi program ini dapat memberikan hasil visual yang interaktif seperti tabel, grafik dan gambar.

6 Algoritma Pemrograman Algoritma pemrograman merupakan kumpulan perintah untuk menyelesaikan suatu masalah. Perintah-perintah ini dapat diterjemahkan secara bertahap dari awal hingga akhir. Masalah tersebut dapat berupa apa saja, dengan catatan untuk setiap masalah, ada kriteria kondisi awal yang harus dipenuhi sebelum menjalankan algoritma. Algoritma akan dapat selalu berakhir untuk semua kondisi awal yang memenuhi kriteria, dalam hal ini berbeda dengan heuristik. Algoritma sering mempunyai langkah pengulangan (iterasi) atau memerlukan keputusan (logika Boolean dan perbandingan) sampai tugasnya selesai. Dibawah ini adalah diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan program :

7 48 Mulai Memasukkan Layout Skema Irigasi Memasukkan Data Skema Irigasi Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah Menghitung Kebutuhan Air Bersih perpetak Menghitung Penampang Saluran Selesai Gambar 3. Diagram Alir Langkah Pemrosesan Program Dari diagram alir diatas dapat dilihat bahwa dalam pemrosesan program terbagi atas 5 langkah pemrosesan, yaitu memasukkan layout skema irigasi, memasukkan data skema irigasi, menghitung kebutuhan bersih air sawah, menghitung kebutuhan air total dan menghitung penampang saluran. a. Memasukkan Layout Skema Irigasi Memasukkan layout skema irigasi dimaksudkan untuk membuat atau memodelkan dan menghubungkan objek-objek yang

8 49 terdapat pada suatu skema jaringan irigasi suatu daerah irigasi yang ditinjau. Data layout irigasi dapat dimasukkan secara manual pada program atau menggunakan program microsoft excel. Format data layout irigasi yang dimasukkan dapat dilihat pada lampiran C. Langkah awal yang dilakukan dalam memasukkan layout skema adalah membuat atau memodelkan objek-objek yang terdapat pada skema seperti bendung, bangunan sadap, bangunan bagi, bangunan sadap bagi, petak tersier, saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier. Setelah memasukkan layout skema selesai, langkah selanjutnya adalah program akan mengecek apakah semua objek sudah terhubung antara satu dengan yang lainnya. Jika semua objek telah terhubung dengan yang lain, maka memasukkan layout skema irigasi selesai. Tetap apabila terdapat objek yang belum terhubung dengan yang lain, maka program akan kembali ke langkah awal yaitu memasukkan layout skema sampai semua objek terhubung. Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan memasukkan layout skema irigasi, dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini.

9 50 Mulai Memasukkan Layout Objek Jaringan Irigasi : Bendung, Bangunan Bagi, Bangunan Sadap, Bangunan SadapBagi, Petak Tersier, Saluran Primer, Saluran Sekunder dan Saluran tersier Tidak Menghubungkan Layout Skema Irigasi Ya Selesai Gambar 3.3 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Memasukkan Layout Skema Irigasi b. Memasukkan Data Skema Irigasi Memasukkan data skema irigasi dimaksudkan untuk memasukkan data-data saluran. Data-data ini akan digunakan dalam perhitungan kebutuhan perhitungan saluran. Data saluran irigasi dapat dimasukkan secara manual pada program atau menggunakan program microsoft excel. Format data saluran irigasi yang dimasukkan dapat dilihat pada lampiran C. Data yang dimasukkan untuk saluran terdiri 4 data yaitu deksripsi pengerjaan saluran (pasangan atau tanpa pasangan),

10 51 kemiringan memanjang saluran, kemiringan talut dan efisiensi saluran. Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan memasukkan data petak saluran, dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini. Mulai Memasukkan Data : Deskripsi Pengerjaan Saluran Kemiringan Saluran Kemiringan Talut Efisiensi Saluran Selesai Gambar 3.4 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Memasukkan Data Petak Saluran c. Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah Menghitung kebutuhan bersih air sawah dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air sawah pada satu daerah irigasi yang akan ditinjau. Menghitung kebutuhan bersih air sawah dibagi dalam 5 langkah yaitu : Memasukkan data-data daerah irigasi yang terdiri dari evaporasi (ETo), perkolasi (p), curah hujan (Re), penggantian lapisan air (WLR) dan koefisien tanaman (c). Mengecek apakah data yang diatas telah dimasukkan dengan benar dan lengkap. Jika data yang dimasukkan benar dan

11 5 lengkap maka akan melanjutkan ke langkah selanjutnya, tetapi apabila data yang dimasukkan tidak benar dan tidak lengkap maka harus kembali ke langkah sebelumnya yaitu memasukkan data. Menghitung kebutuhan konsumtif (ETc) dari hasil kali antara koefisien tanaman dengan evapotranspirasi. Menghitung kebutuhan bersih air sawah (NFR) dari hasil penjumlahan antara kebutuhan konsumtif (ETc), perkolasi (p) dan penggantian lapisan air (WLR), kemudian hasil penjumlahan tersebut dikurangi dengan curah hujan (Re). Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan menghitung kebutuhan bersih air sawah, dapat dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini.

12 53 Mulai Memasukkan Data : Evaporasi (ETo), Perkolasi (P), Curah Hujan (Re), Penggantian Lapisan Air (WLR) Koefisien Tanaman (c) Tidak Mengecek Kelengkapan Data Ya Menghitung Penggunaan Konsumtif (ETc) Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah (NFR) Selesai Gambar 3.5 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Menghitung Kebutuhan Bersih Air Sawah d. Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak Menghitung kebutuhan air bersih per petak dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air total per petak pada satu daerah irigasi yang akan ditinjau. Hasil perhitungan kebutuhan air bersih per petak akan digunakan sebagai debit untuk menghitung penampang saluran. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan kebutuhan air bersih per petak, yaitu: Mengambil nilai kebutuhan bersih air (NFR) sawah yang sebelumnya telah dihitung. Mengambil nilai luas area (A petak ) untuk setiap petak tersier yang telah dimasukkan.

13 54 Menghitung kebutuhan air bersih setiap petak dengan mengalikan kebutuhan bersih air dengan luas area (A petak ). Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan menghitung kebutuhan air bersih petak, dapat dilihat pada gambar 3.6 dibawah ini. Mulai Mengambil Nilai Kebutuhan Bersih Air (NFR) Mengambil Nilai Luas Area Menghitung Kebutuhan Air bersih per Petak Selesai Gambar 3.6 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak e. Menghitung Penampang Saluran Menghitung penampang saluran dimaksudkan untuk menghitung luas penampang ekonomis suatu saluran yang digunakan pada suatu daerah irigasi. Adapun langkah-langkah dalam perhitungan penampang saluran, yaitu : Mengambil hasil perhitungan kebutuhan air bersih per petak yang akan digunakan sebagai debit petak (Q petak ). Q petak yang digunakan adalah debit maksimum pada petak yang ditinjau. Mengambil data-data saluran yang telah dimasukkan pada langkah sebelumnya untuk menunjang dalam perhitungan. Datadata yang digunakan seperti luas area (A petak ), tipe saluran, nilai

14 55 kekasaran saluran (n), kemiringan memanjang saluran (S), kemiringan talut (z) dan efisiensi saluran (E). Perhitungan saluran di lakukan berurutan dari saluran tersier, saluran sekunder dan kemudian saluran primer. Perhitungan saluran tersier. Dalam perhitungan saluran tersier debit rencana yang digunakan adalah jumlah kebutuhan air maksimum petak tersier yang diairi oleh saluran tersier tersebut. Perhitungan saluran sekunder. Dalam perhitungan saluran sekunder, debit rencana yang digunakan adalah jumlah debit saluran tersier dan sekunder yang diairi oleh saluran sekunder tersebut. Perhitungan saluran primer. Dalam perhitungan saluran primer debit rencana yang digunakan adalah jumlah debit saluran tersier, sekunder dan primer yang diairi oleh saluran primer tersebut. Diagram alir yang digunakan dalam pemrosesan menghitung saluran, dapat dilihat pada gambar 3.7 dibawah ini.

15 56 Mulai Mengambil Nilai Kebutuhan Air Bersih per Petak Mengambil Data-Data Saluran Menghitung Penampang Saluran Tersier Menghitung Penampang Saluran Sekunder Menghitung Penampang Saluran Primer Selesai Gambar 3.7 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Menghitung Saluran 3.5. Langkah-Langkah Perhitungan Program Langkah-langkah perhitungan program secara garis besar dapat dibagi atas 5 langkah yaitu : Langkah (1) : Memasukkan Layout Skema Irigasi Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan layout skema irigasi daerah yang ingin ditinjau. Objek-objek irigasi yang digambar dalam skema irigasi ini terdiri dari bangunan bendung, bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan sadapbagi, saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan petak tersier.

16 57 Langkah () : Memasukkan Data Skema Irigasi Langkah kedua yaitu memasukkan data skema irigasi. Memasukkan data skema irigasi terbagi atas tahap yaitu : Tahap (a) : Memasukkan Data Petak Tersier. Data yang dimasukkan berupa luas area petak tersier (A petak ). Tahap (b) : Memasukkan Data Saluran Irigasi. Data yang dimasukkan berupa tipe saluran, diskripsi pengerjaan saluran yang akan berpengaruh kepada kekasaran saluran (n), memasukkan kemiringan saluran (S), kemiringan talut (z) dan efisiensi saluran (E). Langkah (3) : Menghitung Kebutuhan Bersih Air Irigasi Langkah ketiga yaitu menghitung kebutuhan bersih air irigasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam langkah ketiga ini yaitu : Tahap (a) : Memasukkan evaporasi tanaman (ETo) Tahap (b) : Memasukkan perkolasi (p) Tahap (c) : Memasukkan curah hujan efektif (Re) Tahap (d) : Memasukkan penggantian lapisan air (WLR) Tahap (e) : Memasukkan koefisien tanaman (c) Tahap (f): Menghitung penggunaan konsumtif (ETc) ETc = ETo c pers (3.9) Tahap (g) : Menghitung kebutuhan bersih air (NFR) NFR = ETc + P Re+ WLR pers (3.10) Langkah (4) : Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak

17 58 Langkah keempat yaitu menghitung kebutuhan air total per petak tersier dengan mengalikan nilai NFR yang didapat dari langkah ketiga dengan nilai luas area petak yang dimasukkan dilangkah kedua. Q = NFR pers (3.11) petak A petak Debit petak maksimum akan digunakan sebagai debit petak (Q petak ) yang akan digunakan dalam perhitungan penampang ekonomis saluran. Langkah (5) : Menghitung Penampang Saluran Langkah kelima yaitu menghitung nilai-nilai geometri penampang saluran ekonomis. Adapun tahap-tahap pada langkah kelima ini adalah : Tahap (a) : Menghitung debit rencana saluran (Q rencana ) Debit rencana (Q rencana ) saluran didapat dari hasil pembagian antara debit petak (Q petak ) dengan efisiensi saluran (E). Q petak Q rencana = pers (.14) E Tahap (b) : Menghitung tinggi air/tinggi saluran (y) Persamaan debit saluran yang terdapat pada tabel.7 dapat digunakan dalam menghitung tinggi air (y) pada saluran. ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy 1 Q = S {( 1+ z ) } y zy pers (3.1) n zy Dalam perhitungan nilai y, dilakukan iterasi sampai nilai Q iterasi sama dengan nilai Q rencana yang didapat dari tahap (a). Tahap (c) : Menghitung luas penampang saluran (A)

18 59 Luas penampang saluran (A) dapat dihitung dengan persamaan (.6) dengan memasukkan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) didapat dari langkah (). A = ( ) 1+ z y zy pers (.6) Tahap (d) : Menghitung keliling basah saluran (P) Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai luas penampang (A) yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (). P = A y y 1 z zy + + pers (.5) Tahap (e) : Menghitung jari-jari hidrolik (R) Jari-jari hidrolik (R) dapat dihitung dengan persamaan (.19) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan keliling basah saluran (P) yang didapat pada tahap (d). R = P A pers (.19)

19 60 Tahap (f) : Menghitung kecepatan aliran (V) Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai kekasaran Manning (n) yang didapat dari langkah (), nilai jari-jari hidrolik (R) yang didapat dari tahap (e) dan nilai kemiringan memanjang saluran (S) yang didapat dari langkah (). 1 n 1 R 3 V = S pers (.5) Tahap (g) : Menghitung lebar dasar (b) Lebar dasar saluran (b) dapat dihitung dengan persamaan (.17) dengan memasukkan nilai luas penampang yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (). A = ( b + zy ) y pers (.17) = by + zy by = A - zy b = A zy pers (3.1) y Tahap (h) : Menghitung lebar puncak (T) Lebar puncak saluran (T) dapat dihitung dengan persamaan (.0) dengan memasukkan nilai lebar dasar saluran (b) yang didapat dari tahap (g), nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah () dan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b). T = b + zy pers (.0)

20 61 Tahap (i) : Menghitung kedalaman hidrolik (D) Kedalaman hidrolik saluran (D) dapat dihitung dengan persamaan (.1) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak (T) yang didapat dari tahap (h). D = T A pers (.1) Tahap (j) : Menghitung faktor penampang (Z) Faktor penampang saluran (Z) dapat dihitung dengan persamaan (.) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak saluran (T) yang didapat dari tahap (h). Z = A 1, 5 pers (.) T Tahap (k) : Menghitung tinggi jagaan (w) Tinggi jagaan (w) didapatkan dari tabel.6 dengan menggunakan nilai debit rencana (Q rencana ). Sebelas tahap perhitungan diatas dilakukan secara terus menerus dari saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer. Dalam perhitungan saluran sekunder, nilai debit rencana didapatkan dari total debit rencana saluran tersier dan petak tersier yang dialiri. Sedangkan debit rencana saluran primer didapatkan dari total debit rencana saluran sekunder, saluran tersier dan petak tersier yang dialiri.

21 Langkah-Langkah Perhitungan Manual Langkah-langkah perhitungan manual secara garis besar dapat dibagi atas 4 langkah yaitu : Langkah (1) : Memasukkan Data Perhitungan Data perhitungan terdiri dari bagian yaitu data daerah irigasi dan data saluran. Data daerah irigasi yang dibutuhkan dalam perhitungan antara lain luas petak (A petak ), evaporasi tanaman (ETo), perkolasi (p), curah hujan (Re), penggantian lapisan air (WLR) dan koefisien tanaman (c). Sedangkan data saluran antara lain tipe saluran, deskripsi saluran (untuk menentukan nilai n Manning), kemiringan saluran (S), efisiensi saluran (E), kemiringan talut (z) dan membuat layout skema irigasi. Dalam pembuatan layout skema irigasi, hubungan saluran dan petak harus dicantumkan. Hubungan antara saluran dan petak digunakan untuk mengetahui saluran tersebut mengairi saluran dan petak yang mana saja. Langkah () : Menghitung Kebutuhan Bersih Air Irigasi Langkah kedua yaitu menghitung kebutuhan bersih air irigasi. Tahap-tahap yang dilakukan dalam langkah kedua ini yaitu : Tahap (a): Menghitung penggunaan konsumtif (ETc) ETc = ETo c pers (3.9) Tahap (c) : Menghitung kebutuhan bersih air (NFR) NFR = ETc + P Re+ WLR pers (3.10)

22 63 Langkah (3) : Menghitung Kebutuhan Air Bersih per Petak Langkah ketiga yaitu menghitung kebutuhan air total per petak tersier dengan mengalikan nilai NFR yang didapat dari langkah kedua dengan nilai luas area petak yang dimasukkan dilangkah pertama. Q = NFR pers (3.11) petak A petak Debit petak maksimum akan digunakan sebagai debit petak (Q petak ) yang akan digunakan dalam perhitungan penampang ekonomis saluran. Langkah (4) : Menghitung Penampang Saluran Langkah keempat yaitu menghitung nilai-nilai geometri penampang saluran ekonomis. Adapun tahap-tahap pada langkah keempat ini adalah : Tahap (a) : Menghitung debit rencana saluran (Q rencana ) Debit rencana (Q rencana ) saluran didapat dari hasil pembagian antara debit petak (Q petak ) dengan efisiensi saluran (E). Q petak Q rencana = pers (.14) E Tahap (b) : Menghitung tinggi air/tinggi saluran (y) Persamaan debit saluran yang terdapat pada tabel.7 dapat digunakan dalam menghitung tinggi air (y) pada saluran. ( 1+ z ) y ( 4y 1+ z ) 3 1 zy 1 Q = S {( 1+ z ) } y zy pers (3.1) n zy Dalam perhitungan nilai y, dilakukan iterasi sampai nilai Q iterasi sama dengan nilai Q rencana yang didapat dari tahap (a).

23 64 Tahap (c) : Menghitung luas penampang saluran (A) Luas penampang saluran (A) dapat dihitung dengan persamaan (.6) dengan memasukkan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) didapat dari langkah (1). 1+ z y zy pers (.6) A = ( ) Tahap (d) : Menghitung keliling basah saluran (P) Keliling basah saluran (P) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai luas penampang (A) yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (1). P = A y y 1 z zy + + pers (.5) Tahap (e) : Menghitung jari-jari hidrolik (R) Jari-jari hidrolik (R) dapat dihitung dengan persamaan (.19) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan keliling basah saluran (P) yang didapat pada tahap (d). R = P A pers (.19) Tahap (f) : Menghitung kecepatan aliran (V) Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan persamaan (.5) dengan memasukkan nilai kekasaran Manning (n) yang didapat dari langkah (), nilai jari-jari hidrolik (R) yang didapat dari tahap (e) dan nilai kemiringan memanjang saluran (S) yang didapat dari langkah (1).

24 65 1 n 1 R 3 V = S pers (.5) Tahap (g) : Menghitung lebar dasar (b) Lebar dasar saluran (b) dapat dihitung dengan persamaan (.17) dengan memasukkan nilai luas penampang yang didapat dari tahap (c), nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b) dan nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (1). A = ( b + zy ) y pers (.17) = by + zy by = A - zy b = A zy pers (3.1) y Tahap (h) : Menghitung lebar puncak (T) Lebar puncak saluran (T) dapat dihitung dengan persamaan (.0) dengan memasukkan nilai lebar dasar saluran (b) yang didapat dari tahap (g), nilai kemiringan talut (z) yang didapat dari langkah (1) dan nilai tinggi air (y) yang didapat dari tahap (b). T = b + zy pers (.0) Tahap (i) : Menghitung kedalaman hidrolik (D) Kedalaman hidrolik saluran (D) dapat dihitung dengan persamaan (.1) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak (T) yang didapat dari tahap (h). D = T A pers (.1)

25 66 Tahap (j) : Menghitung faktor penampang (Z) Faktor penampang saluran (Z) dapat dihitung dengan persamaan (.) dengan memasukkan nilai luas penampang saluran (A) yang didapat dari tahap (c) dan nilai lebar puncak saluran (T) yang didapat dari tahap (h). Z = A 1, 5 pers (.) T Tahap (k) : Menghitung tinggi jagaan (w) Tinggi jagaan (w) didapatkan dari tabel.6 dengan menggunakan nilai debit rencana (Q rencana ). Sebelas tahap perhitungan diatas dilakukan secara terus menerus dari saluran tersier, saluran sekunder dan saluran primer. Dalam perhitungan saluran sekunder, nilai debit rencana didapatkan dari total debit rencana saluran tersier dan petak tersier yang dialiri. Sedangkan debit rencana saluran primer didapatkan dari total debit rencana saluran sekunder, saluran tersier dan petak tersier yang dialiri Validasi Program Validasi program dimaksudkan untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan program memenuhi syarat. Dalam validasi program, hasil perhitungan program dibandingkan dengan perhitungan manual dengan syarat selisih hasil 4 perhitungan sebesar < Apabila hasil perhitungan program tidak memenuhi syarat, maka harus diadakan perbaikan terhadap program dan kemudian dilakukan validasi lagi sampai syarat terpenuhi.

26 Analisa Pengaruh Perubahaan Kekasaran Terhadap Desain Saluran Analisa pengaruh perubahan kekasaran permukaan saluran terhadap kecepatan, luas penampang dan volume galian saluran. Hasil yang didapat dari analisa ini adalah nilai kekasaran yang dapat digunakan sesuai dengan persyaratan pada Standar Perencanaan Irigasi. Adapun langkah-langkah dalam menganalisa perubahan kekasaran terhadap perencanaan penampang saluran yaitu : Memasukkan data saluran yang akan ditinjau, Memasukkan nilai kekasaran yang akan dianalisa terhadap saluran yang akan ditinjau, Menghitung penampang saluran dengan menggunakan nilai-nilai kekasaran yang telah ditentukan, Memeriksa kecepatan saluran untuk masing-masing nilai kekasaran yang didapat dari hasil perhitungan pada langkah sebelumnya. Kecepatan saluran akan diperiksa apakah memenuhi syarat kecepatan maksimum dan minimum yang diijinkan pada Standar Perencanaan Irigasi. Menentukan desain saluran yang memiliki nilai kekasaran yang sesuai dengan syarat pada Standar Perencanaan Irigasi. Diagram alir yang digunakan dalam menganalisa pengaruh perubahan kekasaran permukaan saluran terhadap desain saluran, dapat dilihat pada gambar 3.8 dibawah ini.

27 68 Mulai Memasukkan Data Saluran Memasukkan Nilai Kekasaran Manning Menghitung Penampang Saluran Tidak Memeriksa Kecepatan Saluran (V < Vmaks & V > Vmin ) Ya Menentukan Desain Saluran Dengan Nilai Kekasaran Yang Optimal Selesai Gambar 3.8 Diagram Alir Langkah Pemrosesan Analisa Pengaruh Perubahan Kekasaran Saluran Terhadap Desain Saluran

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI.

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI. ANALISA PENGARUH PERUBAHAN KEKASARAN MANNING TERHADAP PERENCANAAN PENAMPANG EKONOMIS SALURAN TERBUKA BERBENTUK TRAPESIUM SKRIPSI Oleh RACHMANSYAH 0800787315 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013

DEFINISI IRIGASI TUJUAN IRIGASI 10/21/2013 DEFINISI IRIGASI Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian, meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran. ABSTRAK Daerah Irigasi (DI) Kotapala adalah salah satu jaringan irigasi yang berlokasi di Desa Dajan Peken, Desa Dauh Peken, Desa Delod Peken, dan Desa Bongan yang berada di Kabupaten Tabanan Bali. DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air baik di atmosfir, di permukaan bumi maupun di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Diskripsi Lokasi Studi Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di wilayah Kabupaten Banyumas dengan luas areal potensial 1432 ha. Dengan sistem

Lebih terperinci

Irigasi dan Bangunan air 1 EVAN MESI/ F

Irigasi dan Bangunan air 1 EVAN MESI/ F Menghitung deit Rencana (Q rencana ) Petak Tersier Winangun (PTW) Rumus Umum : Q rencana = NFR x e t x 8,64 Dimana : : Luas area petak tersier yg dialiri (ha) NFR : Keutuhan air di sawah (mm/hr) e t :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan selalu menyertai, yang selalu diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN. STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN. Oleh : Dominikus Ketmoen Mahasiswa Jurusan Teknik,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Analisis Curah Hujan 4.1.1. Ketersediaan Data Curah Hujan Untuk mendapatkan hasil yang memiliki akurasi tinggi, dibutuhkan ketersediaan data yang secara kuantitas dan kualitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN DAERAH IRIGASI RAWA BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. 37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan

Lebih terperinci

Algoritma Pemrograman 2C

Algoritma Pemrograman 2C Algoritma Pemrograman 2C Indah Wahyuni Pertemuan 1 Daftar Isi Pengenalan Algoritma Definisi Algoritma Mengapa Belajar Algoritma & Pemrograman Pengenalan Jenis-jenis Bahasa Pemrograman Efisiensi Algoritma

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii MOTTO iv DEDIKASI v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xiv DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KAPASITAS SALURAN IRIGASI D.I. KARANGNANGKA TUGAS AKHIR

ANALISIS EFEKTIVITAS KAPASITAS SALURAN IRIGASI D.I. KARANGNANGKA TUGAS AKHIR ANALISIS EFEKTIVITAS KAPASITAS SALURAN IRIGASI D.I. KARANGNANGKA TUGAS AKHIR Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat AkademisDalam Menyelesaikan Pendidikan Strata 1Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. 39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30 LS sampai 7 o BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten Banyumas. Sungai ini secara geografis terletak antara 7 o 12'30" LS sampai 7 o 21'31" LS dan 109 o 12'31"

Lebih terperinci

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II Oleh : Iswinarti Iswinarti59@gmail.com Program Studi Teknik Sipil Undar

Lebih terperinci

BAB III METODA ANALISIS

BAB III METODA ANALISIS BAB III METODA ANALISIS 3.1 Metodologi Penelitian Sungai Cirarab yang terletak di Kabupaten Tangerang memiliki panjang sungai sepanjang 20,9 kilometer. Sungai ini merupakan sungai tunggal (tidak mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT ANALISIS ALIRAN AIR MELALUI BANGUNAN TALANG PADA DAERAH IRIGASI WALAHIR KECAMATAN BAYONGBONG KABUPATEN GARUT Indra Lukman Nul Hakim, Sulwan Permana, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO 6309875 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 20 BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN Erny Agusri Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1 Purwanto dan Jazaul Ikhsan Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl. Lingkar Barat, Tamantirto, Yogyakarta (0274)387656

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : 1.Penyiapan lahan 2.Penggunaan konsumtif 3.Perkolasi dan rembesan 4.Pergantian lapisan air 5.Curah hujan efektif

Lebih terperinci

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujet ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DI DAERAH IRIGASI PANUNGGAL KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA Susilah Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: zulfhazli.abdullah@gmail.com Abstrak Kecamatan Banda Baro merupakan

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA 7.1 UMUM Untuk dapat mengalirkan air dari bendung ke areal lahan irigasi maka diperlukan suatu jaringan utama yang terdiri dari saluran dan bangunan pelengkap di jaringan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP. Cholilul Chayati,Andri Sulistriyono. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI RC14-1361 MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI SISTEM PENGAMBILAN AIR Irigasi mempergunakan air yang diambil dari sumber yang berupa asal air irigasi dengan menggunakan cara pengangkutan yang paling memungkinkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii ABSTRAK...iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN...viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...xii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk Daerah Irigasi Banjaran meliputi Kecamatan Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Selatan,

Lebih terperinci

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2 Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1 Pertemuan 2 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan : 2 Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI ABSTRAK BAB IPENDAHULUAN DAFTAR ISI halaman i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL ANALISIS POLA TANAM DAN EFISIENSI SALURAN PRIMER DI DAERAH IRIGASI KALIBAWANG Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : JAKKON

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi. PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi. B. Indikator Setelah selesai pembelajaran ini, mahasiswa mampu: Menghitung dimensi

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik

Mekanika Fluida II. Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik Mekanika Fluida II Tipe Saluran Terbuka Penampang Hidrolis Terbaik Review Rumus S adalah slope energi dan S= hf /L dimana hf adalah energy (head) loss dan L adalah panjang saluran. Untuk aliran uniform

Lebih terperinci

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE Abner Doloksaribu, Dina Pasa Lolo abner_doloksaribu@yahoo.com, rdyn_qyuthabiez@yahoo.com Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI. Pengumpulan Data: Pengolahan Data. Perencanaan. Gambar 4.1 Metodologi

BAB IV METODOLOGI. Pengumpulan Data: Pengolahan Data. Perencanaan. Gambar 4.1 Metodologi BAB IV METODOLOGI 4.1 UMUM Pengumpulan Data: Pengolahan Data - Hidrologi - Hidroklimatologi - Topografi - Geoteknik (Mekanika Tanah) - dll Analisis Water Balance - Evapotranspirasi - Curah Hujan Effektif

Lebih terperinci

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy Saluran Terbuka Persamaan Manning Persamaan yang paling umum digunakan untuk menganalisis aliran air dalam saluran terbuka. Persamaan empiris untuk mensimulasikan aliran air dalam saluran dimana air terbuka

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, saluran tertutup, hidrostatik, hidraulika. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, saluran tertutup, hidrostatik, hidraulika. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Analisis yang dilakukan pada saluran terbuka lebih sulit dibandingkan analisis yang dilakukan pada aliran dalam saluran tertutup dan pada umumnya analisis pada saluran terbuka menggunakan persamaan-persamaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hidrologi Siklus hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya Siklus hidrologi, yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1. Saluran Terbuka.1.1. Aliran Pada Saluran Terbuka Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran saluran terbuka (open channel flow) maupun aliran-pipa (pipe flow). Kedua jenis

Lebih terperinci

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Latar Belakang Daerah Irigasi Porong Kanal berada di kabupaten Sidoarjo dengan luas areal baku sawah

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT Endang Andi Juhana 1, Sulwan Permana 2, Ida Farida 3 Jurnal Konstruksi

Lebih terperinci

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA BAB VI ANALISIS HIDROLIKA 6. Tinjauan Umum Analisa hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III, bahwa salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Analisa sistem drainase dan penangulangan banjir Kota Semarang sebenarnya telah menjadi perhatian sejak zaman kolonial Belanda, dengan dibangunnya dua banjir

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN EMBUNG UNTUK KEPERLUAN IRIGASI DI DAERAH BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN EMBUNG UNTUK KEPERLUAN IRIGASI DI DAERAH BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TUGAS AKHIR KAJIAN PERENCANAAN EMBUNG UNTUK KEPERLUAN IRIGASI DI DAERAH BATU BETUMPANG KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP : Disusun Oleh : NurCahyo Hairi Utomo NRP : 3111.030.061 Rheza Anggraino NRP : 3111.030.080 Dosen Pembimbing Ir. Saptarita NIP : 1953090719842001 LOKASI STUDI BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang 2. Rumusan

Lebih terperinci

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG Yohanes V.S. Mada 1 (yohanesmada@yahoo.com) Denik S. Krisnayanti (denik19@yahoo.com) I Made Udiana 3 (made_udiana@yahoo.com) ABSTRAK

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN

KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN KEBUTUHAN AIR SAWAH DAERAH IRIGASI JAWA MARAJA BAH JAMBI KABUPATEN SIMALUNGUN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III oleh: ADE ADHISTIYA

Lebih terperinci

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain :

PERENCANAAN SALURAN. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : PERENCANAAN SALURAN Perencanaan Pendahuluan. Rencana pendahuluan dari saluran irigasi harus menunjukkan antara lain : - Trase jalur saluran pada peta tata letak pendahuluan. - Ketinggian tanah pada jalar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, permukaan, atmosfir, parameter, variasi, penampang. vii

ABSTRAK. Kata kunci: saluran, aliran, saluran terbuka, permukaan, atmosfir, parameter, variasi, penampang. vii ABSTRAK Pembuangan air atau bisa disebut selokan adalah contoh dari aliran saluran terbuka, dimana permukaan airnya bebas / berhubungan langsung dengan udara luar (atmosfir). Pada aliran saluran terbuka,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI PRAKTKUM V PERENCANAAN RGAS Kebutuhan air irigasi diperkirakan untuk menentukan keperluan irigasi perimbangan antara air yang dibutuhkan dan debit sungai dipelajari dengan cara menganalisis data yang tersedia

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SALURAN INDUK DAN SEKUNDER KANAN D.I KEDUNGLIMUS ARCA

EFEKTIFITAS SALURAN INDUK DAN SEKUNDER KANAN D.I KEDUNGLIMUS ARCA EFEKTIFITAS SALURAN INDUK DAN SEKUNDER KANAN D.I KEDUNGLIMUS ARCA TUGAS AKHIR Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

Pengenalan Algoritma

Pengenalan Algoritma Pengenalan Algoritma PENGERTIAN DASAR LOGIKA DAN ALGORITMA Diperkenalkan Oleh Ahli Matematika : Abu Ja far Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi Definisi Algoritma 1. Langkah-langkah yang dilakukan agar solusi

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: profil aliran, proyek, aplikasi, data. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: profil aliran, proyek, aplikasi, data. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam suatu proyek bendungan pasti dibutuhkan perhitungan yang digunakan untuk membantu pembangunan. Perhitungan yang dibuat ini merupakan perhitungan profil aliran dengan metoda integrasi grafis

Lebih terperinci

Studi Optimalisasi Saluran Sekunder Reijam Kabupaten Karawang menggunakan Perangkat Lunak HECRAS

Studi Optimalisasi Saluran Sekunder Reijam Kabupaten Karawang menggunakan Perangkat Lunak HECRAS Reka Racana Teknik Sipil Itenas Vol. 1 No. 1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Desember 2015 Studi Optimalisasi Saluran Sekunder Reijam Kabupaten Karawang menggunakan Perangkat Lunak HECRAS FIRDHA

Lebih terperinci

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN 1 EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN Ivan Indrawan, Andri Kurnia Nasution ABSTRAK Irigasi berperan meningkatkan

Lebih terperinci

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW Muhamad Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Analisa dan penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK

PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK Penyusun Triyono Purwanto Nrp. 3110038015 Bambang Supriono Nrp. 3110038016 LATAR BELAKANG Desa Ngetos Areal baku sawah 116 Ha

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN LAHAN POTENSIAL DI DAERAH IRIGASI SUBAN, BERDASARKAN POLA TANAM DAN KEBUTUHAN AIR

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN LAHAN POTENSIAL DI DAERAH IRIGASI SUBAN, BERDASARKAN POLA TANAM DAN KEBUTUHAN AIR TUGAS AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN LAHAN POTENSIAL DI DAERAH IRIGASI SUBAN, BERDASARKAN POLA TANAM DAN KEBUTUHAN AIR Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 ( S-1 ) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang. Peningkatan produktifitas tanaman dapat dilakukan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang. Peningkatan produktifitas tanaman dapat dilakukan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang Peningkatan produktifitas tanaman dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan sumberdaya alam yang ada. Pada persawahan, peningkatan produktifitas padi dapat dilakukan

Lebih terperinci

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut : III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.

Lebih terperinci

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT Farrah Regia Rengganis NRP: 1021005 Pembimbing : Ir. Kanjalia Tjandrapuspa, M.T. ABSTRAK Irigasi dapat didefinisikan

Lebih terperinci

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI 1) Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air disawah untuk tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain a. Penyiapan lahan b. Penggunaan konsumtif c. Perkolasi dan rembesan

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG

STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MENGOPTIMALKAN LUAS LAHAN SAWAH DAN KEUNTUNGAN DI DAERAH IRIGASI KARANG ANYAR (436 HA) KABUPATEN MALANG Aris Nopebrian 1, Widandi Soetopo 2, Lily Montarcih Limantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Teknologi informasi saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan didukung oleh teknologi komputer yang semakin canggih. Hal ini sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERSEMBAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv MOTTO...... vi ABSTRAK...... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR NOTASI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, -3 Juni 010 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA (IRRIGATION CANALS DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK A. Pemodelan Hidrolika Saluran drainase primer di Jalan Sultan Syahrir disimulasikan dengan membuat permodelan untuk analisis hidrolika. Menggunakan software HEC-RAS versi

Lebih terperinci

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM 031710201034 JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) VII-1 BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING) 7.1. Penelusuran Banjir Melalui Saluran Pengelak Penelusuran banjir melalui pengelak bertujuan untuk mendapatkan elevasi bendung pengelak (cofferdam). Pada

Lebih terperinci

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17,

April 18, 18, Mei 18, 18, 18, 18, 18, Juni 18, 18, 18, 18, 18, 00 18, Juli 17, 17, 17, 17, Agustus 18, 00 18, 00 18, 00 18, 00 17, 17, September 17, Tabel. Debit Eksisting Mrican Kanan (m /det) BULA N Januari Februar i Maret April Mei Juni Juli Agustus Septem ber Oktober Novem ber Desemb er TAHUN PERO DE,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN Jurnal Talenta Sipil, Vol.1 No.1, Februari 2018 e-issn 2615-1634 PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BATANG ASAI KABUPATEN SAROLANGUN Fransiska Febby N. P, Azwarman Program Studi Teknik Sipil Universitas Batanghari

Lebih terperinci

ACARA BIMBINGAN TUGAS

ACARA BIMBINGAN TUGAS DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN...i BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR...ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iii KATA PENGANTAR... v ABSTRAK...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiii DAFTAR NOTASI...xiv

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE 6. Tinjauan Umum Analisis debit banjir rencana saluran drainase adalah bertujuan untuk mengetahui debit banjir rencana saluran sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi Syarat untuk menempuh Colloqium Doqtum/Ujian Sarjana Teknik Sipil M. FAKHRU ROZI 09 0404

Lebih terperinci

BINA SARANA INFORMATIKA

BINA SARANA INFORMATIKA TUGAS INTERFACING PERHITUNGAN GEOMETRI BERGAMBAR MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Disusun Oleh : Yunanda Ramadhan YS NIM : 13081330 Kelas : 13.5B.11 Teknik Komputer Pembimbing : Bapak Juniar Sinaga AKADEMI MANAJEMEN

Lebih terperinci

STUDI POLA PEMBERIAN AIR IRIGASI BERDASARKAN FAKTOR JARAK SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH IRIGASI KEDUNGKANDANG KABUPATEN MALANG

STUDI POLA PEMBERIAN AIR IRIGASI BERDASARKAN FAKTOR JARAK SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH IRIGASI KEDUNGKANDANG KABUPATEN MALANG STUDI POLA PEMBERIAN AIR IRIGASI BERDASARKAN FAKTOR JARAK SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH IRIGASI KEDUNGKANDANG KABUPATEN MALANG JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR Kajian Perencanaan Saluran Tresier dan Kuarter Irigasi Kecamatan Kampar KAJIAN PERENCANAAN SALURAN TERSIER DAN KUARTER PADA DAERAH IRIGASI RANAH SINGKUANG KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR Sutopo ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Pertumbuhan kota semakin meningkat dengan adanya perumahan,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan. 1. Penyiapan lahan KEBUTUHAN AIR Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, manfaat komputer sudah dirasakan oleh banyak orang. Komputer pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini, manfaat komputer sudah dirasakan oleh banyak orang. Komputer pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, manfaat komputer sudah dirasakan oleh banyak orang. Komputer pada umumnya digunakan untuk membantu aktifitas manusia. Misalnya, membuat berbagai laporan,

Lebih terperinci