Pendahuluan Buah kelapa merupakan komoditas pangan yang mudah didapatkan di Indonesia. Penyebaran buah kelapa merata di seluruh daerah Indonesia dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendahuluan Buah kelapa merupakan komoditas pangan yang mudah didapatkan di Indonesia. Penyebaran buah kelapa merata di seluruh daerah Indonesia dan"

Transkripsi

1 Pendahuluan Buah kelapa merupakan komoditas pangan yang mudah didapatkan di Indonesia. Penyebaran buah kelapa merata di seluruh daerah Indonesia dan penggunaannya sangat umum di masyarakat. Produktivitas tanaman kelapa di Indonesia, saat ini baru sekitar 50 persen dari potensinya atau hanya 1,1 ton/ ha (Janna, 2013). Selain rendahnya produktivitas tanaman, persoalan lain dalam pengembangan kelapa di Indonesia yakni pemanfaatan produk hilir maupun hasil sampingan belum banyak dilakukan. Salah satu hasil yang sering dimanfaatkan dari buah kelapa adalah santan kelapa. Masyarakat Indonesia umumnya menggunakan santan kelapa sebagai bahan tambahan pada masakan sehari-hari, padahal santan dapat dikonsumsi dalam bentuk murni. Santan kelapa memiliki banyak nutrisi yang baik bagi kesehatan, terutama kandungan protein, mineral dan vitaminnya, akan tetapi santan kelapa memiliki rasa yang hambar, mudah rusak, dan mudah tengik, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan citarasa dan waktu simpan (Yanuar, 1992). Salah satu cara untuk mengembangkan potensi santan kelapa adalah dengan menjadikan santan kelapa sebagai bahan dasar yoghurt. Yoghurt merupakan produk yang diproses melalui proses fermentasi dengan bakteri fermentasi susu yang baik, yaitu bakteri asam laktat. Yoghurt dapat dibuat dengan cara menambahkan bakteri spesifik tersebut ke dalam produk susu. Bakteri akan mencerna gula susu dan menghasilkan asam laktat sebagai produk utama. Yoghurt merupakan produk olahan susu yang berbentuk sedikit kental, protein susu yang menggumpal tersebut dikarenakan keasaman yang meningkat. Meningkatnya kadar keasaman pada susu juga dapat mencegah proliferasi dari bakteri patogen yang potensial (Sirait, 2008). Yoghurt adalah salah satu olahan susu yang sangat populer. Kepopuleran yoghurt ini dikarenakan banyaknya kelebihan atau manfaat yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni. Manfaat yoghurt antara lain membuat pencernaan lebih sehat, mengatasi diare, mencegah infeksi vagina karena mampu mengurangi tingkat keasaman (ph), mencegah hipertensi, mencegah osteoporosis, dan mengandung berbagai zat bergizi yang sangat berguna untuk mencegah kanker (Sirait, 2008). Yoghurt juga sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu karena laktosa yang ada pada susu sudah disederhanakan pada saat proses fermentasi yoghurt (Silalahi, 2011). Berdasarkan beberapa manfaat yoghurt tersebut, terlihat bahwa yoghurt sangat baik bagi kesehatan tubuh khususnya organ pencernaan. Akan tetapi masih banyak masyarakat Indonesia khususnya yang kurang suka dengan yoghurt dari bahan susu sapi karena aromanya yang terlalu kuat dan kadang ada yang mual

2 setelah meminum yoghurt susu sapi (Silalahi, 2011). Pengembangan yoghurt berbahan dasar santan kelapa masih sedikit awam bagi masyarakat. Keberadaan yoghurt santan kelapa diharapkan dapat menjadi suatu produk baru yang dapat menjadi alternatif keberadaan yoghurt susu sapi. Pada dasarnya rasa yang dihasilkan dari yoghurt santan kelapa adalah sedikit gurih. Diharapkan dengan adanya yoghurt santan kelapa ini, masyarakat dapat mulai untuk bisa lebih banyak mengkonsumsi yoghurt, dan bagi masyarakat yang alergi atau kurang suka dengan susu sapi murni juga dapat mengkonsumsi yoghurt santan kelapa sebagai alternatif. Yoghurt yang dibuat dengan bahan dasar santan kelapa lebih dikenal dengan nama cocogurt atau niyoghurt. Santan kelapa dapat dijadikan sebagai bahan dasar yoghurt karena memiliki warna dan kekentalan yang mirip dengan susu full cream. Proses pembuatan yoghurt santan kelapa agar menghasilkan produk dengan mutu yang baik harus memperhatikan bahan baku (kekentalan santan yang digunakan), dan lamanya proses penyimpanan. Yoghurt santan kelapa dapat dikatakan memiliki mutu yang baik jika memenuhi syarat mutu yoghurt (Askar dan Sugiarto, 2005). Standar mutu yoghurt secara umum, meliputi standar kadar protein, total padatan, total asam, dan organoleptik, telah ditentukan oleh SNI (tabel 1). Tabel 1. Syarat mutu yoghurt berdasarkan SNI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi santan kelapa yang berbeda terhadap karakter kimiawi dan organolpetik dari yoghurt santan kelapa. Bahan dan Metode Bahan Starter untuk pembuatan yoghurt diperoleh dari Yoghurt Memory 84 Salatiga. Santan kelapa dibuat dari daging kelapa yang didapat dari Pasar Salatiga. Susu murni, gula pasir, dan susu skim didapat dari Pasar Selo, Semarang. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis antara lain adalah akuades, H 2 SO 4 pekat,

3 campuran Na 2 S 2 O 4 -HgO, campuran NaOH-Na 2 S 2 O 3, Zink, asam borat, metilen biru, HCl, fenolftalin 1%, NaOH. Pembuatan Santan Kelapa Daging kelapa yang digunakan untuk membuat santan kelapa berasal dari 6 butir kelapa dengan umur yang sama. Daging kelapa kemudian diparut dan dicampur. Pada penelitian ini, digunakan 3 (tiga) berat daging kelapa parut yang berbeda yaitu 350, 700, dan 1050 gram. Daging kelapa parut dari setiap perlakuan kemudian dicampur dengan 1000 ml air dan diperas hingga menghasilkan santan kelapa. Santan kelapa yang dihasilkan kemudian diambil sebanyak 1 L dan digunakan untuk pembuatan yoghurt santan kelapa. Proses Pembuatan Yoghurt santan kelapa dan pengambilan sampel Santan kelapa sebanyak 1 liter yang telah didapat kemudian dicampur dengan gula dan susu skim, masing-masing sebanyak 5% dan 10% dari volume santan kelapa. Santan kemudian direbus sambil diaduk hingga suhu 72 0 C, setelah mencapai suhu tersebut, santan kelapa dibiarkan selama 30 menit. Setelah direbus, santan kemudian didinginkan hingga suhu 43 o C, lalu ditambahkan starter atau bibit yoghurt sebanyak 5% dari volume santan kelapa. Langkah selanjutnya, santan diinkubasi dalam suhu 27 o C selama 72 jam. Pembuatan Yoghurt santan kelapa ini diulang 3 kali. Sebagai pembanding digunakan susu sapi murni yang kemudian diperlakukan sama dengan santan kelapa. Pengambilan sampel dilakukan mulai jam ke 24 dan setiap 24 jam. Setiap kali pengambilan sampel, dilakukan analisis jumlah asam laktat total, analisis jumlah protein, analisis kadar padatan, kadar abu, ph, dan uji organoleptik. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan dengan standar mutu yoghurt Analisis sampel Kadar Air Sampel sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam cawan porselein yang sudah diketahui bobotnya, kemudian cawan berisi sampel tersebut dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 105 o C selama 24 jam. Setelah dioven, sampel kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang. Kadar air yoghurt santan kelapa dihitung sebagai berikut: Kadar Air (%) = x 100%

4 Total Padatan Total padatan dihitung dengan cara sebagai berikut: Total Padatan (%) = 100%-Kadar Air Kadar Abu Cawan yang berisi sampel kering yang telah dioven dalam suhu 105 o C dimasukkan ke dalam furnace dengan suhu 550 o C selama 6 jam. Setelah itu sampel kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu dihitung sebagai berikut: Kadar Abu (%) = x 100% Kadar Protein Kadar protein diukur dengan metode kjedhal N total kemudian dikonversikan dengan faktor konversi susu. Metode Kjedhal dilakukan dengan cara sampel sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan akuades hingga tanda. Sebanyak 10 ml larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu kjedhal 500 ml kemudian ditambahkan 10 ml H 2 SO 4 pekat, dan 5 g campuran Na 2 SO 4 HgO (20:1) untuk katalisator. Selanjutnya sampel didestruksi dengan api kecil sampai larutan menjadi jernih dan didinginkan serta diencerkan dengan aquades hingga tanda tera. Larutan kemudian ditambahkan dengan 35 ml larutan NaOH-Na 2 S 2 O 3 dan beberapa butir zink. Langkah selanjutnya, larutan didestilasi selama 5 menit. Destilat sebanyak 100 ml ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 25 ml asam borat dan beberapa tetes indikator metilen biru. Larutan kemudian dititrasi dengan 0,02 N HCL sampai terjadi perubahan warna. Kadar Protein (%) = x 14,008 x f x faktor konversi x 100% Keterangan : fp = faktor pengenceran v = volume Faktor konversi susu = 6,38 Kadar Asam Total Sampel sebanyak 10 ml diencerkan sehingga volumenya menjadi 2 kali volume semula, kemudian ditambah dengan 2-3 tetes fenolftalin 1%, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1N sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu terbentuknya warna merah muda tetap. Total asam dihitung sebagai persen asam laktat dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : Kadar asam total (%) =

5 V NaOH M NaOH Vs fp = ml NaOH yang digunakan dalam titrasi = Molaritas NaOH titran (0,1M) = ml Sampel = Faktor Pengenceran Sampel ph dan Uji Organoleptik Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter. Uji organoleptik dilakukan oleh 15 orang panelis yaitu mahasiswa Fakultas Biologi UKSW, masingmasing panelis mencicipi tiap sampel yoghurt santan kelapa dan yoghurt kemudian memberikan nilai 1-4 untuk parameter warna, aroma, rasa, dan kekentalan pada form penilaian organoleptik. Form penilaian organoleptik

6 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa selama fermentasi santan kelapa oleh bakteri-bakteri yang digunakan, menghasilkan perubahan jumlah asam total, nilai ph, nilai protein, total padatan, dan kadar abu pada masingmasing yoghurt santan kelapa. Perubahan nilai parameter kimiawi tersebut dapat dilihat pada tabel 2, dan gambar 1-4. Tabel 2. Karakter kimiawi yoghurt santan kelapa dan yoghurt susu murni Sampel Asam Total (%) ph Kadar Protein (%) Kadar Padatan (%) Kadar Abu (%) A-1 0,684 a 4,62 a 3,72 a 4,32 b 0,89 a B-1 0,474 b 4,51 ab 0,84 a 3,02 a 0,71 a C-1 0,324 c 4,37 a 1,70 a 3,7 a 0,72 a D-1 0,84 d 4,32 a 3,5 a 3,87 ab 0,74 a A-2 0,81 d 4,50 b 3,04 a 4,12 b 1,05 a B-2 0,888 d 4,35 b 0,43 a 3,65 a 0,78 b C-2 0,81 d 4,28 a 0,57 a 3,25 a 0,72 bc D-2 0,888 d 4,25 a 1,2 a 3,84 ab 0,63 c A-3 0,966 d 4,34 a 3,68 a 3,81 b 1,05 a B-3 0,93 d 4,32 a 2,41 a 3,35 a 1,15 b C-3 0,954 d 4,23 a 2,07 a 3,43 a 0,92 c D-3 0,93 d 4,25 a 3,41 a 3,88 ab 0,73 d Keterangan 1 : Masa inkubasi 24 jam 2 : Masa inkubasi 48 jam 3 : Masa inkubasi 72 jam A = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 1050 gram daging kelapa B = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 700 gram daging kelapa

7 C = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 350 gram daging kelapa D = Yoghurt susu murni a,b,c,d menunjukkan ada beda antar variabel Gambar 1. Kurva kadar asam total dan nilai ph yoghurt santan kelapa dan yoghurt (A =350 gram daging kelapa, B= 700 gram daging kelapa, C= 1050 gram daging kelapa, dan D= susu murni) Asam yang terkandung dalam yoghurt merupakan produk utama yang menjadi ciri khas rasa yoghurt. Asam terbentuk dari hasil fermentasi karbohidrat oleh bakteri asam laktat, bakteri memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi dan sumber karbon selama masa pertumbuhan. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada masa inkubasi 24 jam terdapat pengaruh antara banyaknya bahan baku dengan total asam. Pada media yang lebih tinggi konsentrasinya, substrat karbohidrat yang dapat digunakan oleh bakteri asam laktat untuk menghasilkan asam laktat juga semakin banyak dibandingkan dengan bahan dasar yang konsentrasinya lebih rendah (Rozi dkk, 2014). Kadar asam total yang ada pada yoghurt akan mempengaruhi nilai ph yoghurt, hal ini dikarenakan peningkatan konsentrasi asam total yang terakumulasi di dalam yoghurt akan mengakibatkan medium kehilangan kemampuan menyangga ph sehingga ph menjadi turun (asam). Hasil yang didapat menunjukkan bahwa penurunan nilai ph yang paling tajam terlihat pada yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 1050 gram daging kelapa, hal ini sesuai dengan gambar 1 yaitu asam total yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 1050gram daging kelapa memiliki total asam yang paling besar sehingga nilai ph yang didapat lebih rendah dibandingkan yoghurt yang lain.

8 Pada inkubasi 24 jam, asam total yoghurt santan kelapa berbeda dengan kontrol (yoghurt susu murni) karena bakteri yang digunakan adalah bakteri yang biasa digunakan untuk susu biasa, sehingga perlu penyesuaian bagi bakteri untuk memulai metabolisme di media yang baru, yaitu santan kelapa. Pada media susu, bakteri tersebut sudah beradaptasi sehingga dapat dengan cepat melakukan metabolisme. Pada masa inkubasi 48 dan 72 jam tidak terjadi peningkatan asam total yang tajam, hal ini berhubungan dengan pola pertumbuhan bakteri Pertumbuhan bakteri asam laktat pada yoghurt sangat berpengaruh terhadap jumlah asam total yang terkandung di dalam yoghurt. Bakteri selama masa inkubasi akan melakukan metabolisme dengan menggunakan laktosa dan kemudian menghasilkan asam sebagai hasil metabolisme. Asam laktat merupakan hasil metabolit primer dari pertumbuhan bakteri asam laktat pada yoghurt sehingga kurva asam laktat menunjukkan kurva sigmoid yaitu sama dengan kurva pertumbuhan bakteri. Masa inkubasi 48 dan 72 jam menunjukkan fase stationer, dikarenakan jumlah bakteri yang terdapat pada yoghurt sama maka kemudian menghasilkan jumlah asam laktat yang sama. Sedangkan pada masa inkubasi 24 jam, terlihat bahwa bakteri sedang dalam fase eksponensial yang mengakibatkan adanya kenaikan jumlah asam total. (Nofrianti, dkk 2005). Pada masa inkubasi 48 dan 72 jam terlihat bahwa nilai ph yoghurt santan kelapa bahan dasar 350 gram, 700 gram dan 1050 gram sudah cukup statis yaitu tidak ada penurunan ph yang signifikan, hal ini berhubungan dengan bakteri yang berada pada fase stasioner yang ditunjukkan oleh kadar asam total yang tidak mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan. Fase stasioner bakteri tersebut mengakibatkan asam total yang terbentuk jumlahnya sama dan kemudian menyebabkan ph di dalam yoghurt juga tidak menunjukkan perbedaan (Fardiaz, 1992). Gambar 2. Kurva Kadar Protein Yoghurt santan kelapa dan (A =350 gram daging kelapa, B= 700 gram daging kelapa, C= 1050 gram daging kelapa, dan D= susu murni)

9 Kadar protein yoghurt pada dasarnya sangat ditentukan oleh kualitas bahan dasarnya, yaitu susu murni untuk yoghurt susu dan santan kelapa untuk yoghurt santan kelapa. Analisis data yang telah dilakukan berdasarkan hasil kadar protein yoghurt pada masa inkubasi 72 jam menunjukkan tidak ada pengaruh antara lama waktu inkubasi dengan kadar protein yoghurt, dan keduanya tidak saling berinteraksi. Hal ini dikarenakan kadar protein dipengaruhi oleh bahan dasar yang digunakan (Hartanto, 2012). Santan kelapa mengandung protein 4%, sedangkan susu sapi mengandung protein 3,3% (Janna, 2013). Pada masa inkubasi 48 jam protein mengalami penurunan, hal ini dapat dikarenakan protein yang rusak akibat masuknya mikroorganisme (kontaminasi) pada saat pengambilan sampel 24 jam (Koiriyah dan Fatchiyah, 2013). Gambar 3. Kurva Kadar Padatan yoghurt santan kelapa (A =350 gram daging kelapa, B= 700 gram daging kelapa, C= 1050 gram daging kelapa, dan D= susu murni) Kadar padatan merupakan salah satu parameter yang diperlukan untuk uji mutu yoghurt. Kadar padatan merupakan bagian padat dari susu, nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral yang tidak larut dalam air dan sebagian kecil air. Yoghurt santan kelapa dan yoghurt susu murni menunjukkan kadar padatan yang berbeda selama masa inkubasi 72 jam (Gambar 4). Banyaknya jumlah daging kelapa parut yang digunakan sebagai santan untuk membuat yoghurt santan kelapa berdasarkan hasil analisis data berpengaruh terhadap jumlah padatan. Hal ini dikarenakan semakin banyak bahan daging kelapa yang digunakan untuk menghasilkan santan, maka santan yang didapat juga semakin kental. Kekentalan dari santan kelapa tersebut yang kemudian ditambahkan sangat mempengaruhi padatan yang terbentuk. Semakin banyak daging kelapa yang digunakan dalam membuat santan maka semakin banyak pula kadar padatan yang didapat. Meskipun demikian, kadar

10 padatan yang didapat pada yoghurt santan kelapa maupun yoghurt sebagai kontrol tidak ada yang sesuai dengan standar SNI yaitu minimal 8,2% (SNI, 1992). Gambar 4. Kurva Kadar abu yoghurt santan kelapa dan yoghurt (A =350 gram daging kelapa, B= 700 gram daging kelapa, C= 1050 gram daging kelapa, dan D= susu murni) Kadar abu merupakan salah satu parameter standar mutu yoghurt yang digunakan untuk melihat jumlah mineral yang terkandung dalam produk yoghurt (Kusumawarhani, 2008). Jumlah kadar abu yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kandungan mineral yang terdapat pada yoghurt juga tinggi. Hasil dari analis kadar abu yoghurt santan kelapa dan yoghurt susu murni sebagai kontrol menunjukkan bahwa ada peningkatan kadar abu selama masa inkubasi (Gambar 5) dan hasil analisis data juga menunjukkan bahwa lama waktu inkubasi berpengaruh terhadap kadar abu. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu inkubasi maka bakteri akan semakin banyak melakukan metabolisme yang kemudian menghasilkan mineral (kadar abu menunjukkan kadar mineral) (Askar dan Sugiarto, 2005). Analisis data yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa banyaknya daging kelapa parut yang digunakan tidak berpengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Di dalam santan kelapa terkandung berbagai jenis mineral. Mineral utama dalam daging buah kelapa adalah Fe (17 ppm), S (4,4 ppm), Cu (3,2 ppm) dan P (2,4 ppm) (Janna, 2013). Uji organoleptik yang digunakan adalah dari kekentalan, rasa, warna, dan aroma. Penampakan kekentalan yoghurt dan yoghurt santan kelapa dapat dilihat dengan indera mata. Menurut SNI (SNI, 1992), yoghurt yang baik adalah yoghurt

11 yang memiliki kekentalan kompak, tidak berbentuk gas,dan tidak terjadi pemisahan antara cairan dan padatan. Uji organoleptik dilakukan dengan uji kesukaan atau uji hedonik dengan menggunakan skala hedonik dari 1-4. Data hasil uji organoleptik ditunjukkan pada tabel 3. Tabel 3. Data uji organoleptik yoghurt santan kelapa dan yoghurt susu murni Sampel Aroma Rasa Kekentalan Warna 24 jam A 2,3 a 2,3 a 2 a 2,8 a B 1,87 ab 1,4 b 2 a 2,67 a C 2,4 ab 2,27 a 2,67 a 2,8 a D 1,67 b 1,4 b 2 a 2,8 a 48 jam A 2,07 a 1,67 a 1,47 a 2,93 a B 2,07 a 2,13 ab 1,47 a 2,8 a C 2,27 a 2,13 ab 2,67 ab 2,8 a D 2,33 a 2,6 b 3,13 b 2,6 a 72 jam A 1,6 a 2 b 2,4 a 2,87 a B 1,73 a 2,33 a 2,47 a 2,87 a C 2,27 b 2,47 a 2,6 a 2,67 a D 2,13 b 2,40 a 1,93 a 2,67 a Keterangan : A = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 1050 gram daging kelapa B = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 700 gram daging kelapa C = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 350 gram daging kelapa D = Yoghurt susu murni Pada masa inkubasi 24 jam, uji organoleptik yang dilakukan menunjukkan kesukaan panelis terhadap yoghurt susu murni lebih tinggi dibandingkan yoghurt santan kelapa dari segi aroma, rasa, kekentalan, dan warna. Aroma yang dihasilkan oleh yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350 gram daging kelapa parut lebih disukai oleh para panelis dan mendapatkan nilai 2,4. Hal ini dikarenakan aroma santan kelapa yang ada pada yoghurt tersebut tidak terlalu kuat seperti pada yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 700 dan 1050 gram. Pada pengujian rasa, panelis memberikan nilai kesukaan yang cukup seragam antara yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350, 700, maupun 1050 gram daging kelapa parut dikarenakan rasa yang dihasilkan sedikit masam seperti yoghurt dengan rasa gurih santan kelapa. Kekentalan yang dihasilkan oleh masing-masing yoghurt santan kelapa mendapatkan nilai yang berbeda dari panelis. Yoghurt

12 santan kelapa dengan bahan dasar 350 gram daging kelapa parut mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 700 dan 1050 gram, hal ini dikarenakan yoghurt santan kelapa tersebut memiliki kekentalan yang hampir sama dengan yoghurt susu murni, yaitu tidak terlalu kental. Sedangkan pada yoghurt santan kelapa yang lain dikarenakan bahan dasar yang digunakan lebih kental, maka yoghurt yang dihasilkan juga lebih kental. Pada segi warna, semua yoghurt santan kelapa memiliki nilai berkisar pada nilai 2, hal ini dikarenakan warna yang dihasilkan hampir sama yaitu putih santan kelapa yang mirip dengan warna yoghurt susu murni. Pada masa inkubasi 48 jam, uji organoleptik yang dilakukan menunjukkan kesukaan panelis terhadap yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350 gram daging kelapa parut sama dengan kesukaan panelis terhadap yoghurt susu murni. Hal ini ditunjukkan pada aroma, rasa dan kekentalan dengan nilai yang hampir sama. Yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350 gram daging kelapa parut menunjukkan aroma santan dan rasa gurih santan yang tidak terlalu tajam, berbeda dengan yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 700 dan 1050 gram yang memiliki aroma dan rasa santan yang terlalu kuat sehingga kurang disukai oleh para panelis. Pada segi warna, yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 1050 gram daging kelapa parut menujukkan nilai kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan yoghurt santan kelapa yang lain, hal ini dikarenakan banyaknya bahan dasar yang digunakan menyebabkan santan yang dihasilkan lebih kental dan putih jika dibandingkan dengan yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350, dan 700 gram daging kelapa parut. Pada masa inkubasi 72 jam, uji organoleptik yang dilakukan, panelis menunjukkan nilai kesukaan yang lebih tinggi pada yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350 gram daging kelapa parut dibandingkan dengan yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 700 dan 1050 gram daging kelapa parut, hal ini ditunjukkan pada nilai yang lebih tinggi dari segi aroma, rasa, dan kekentalan. Seperti pada masa inkubasi 48 jam yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 350 gram daging kelapa parut menunjukkan aroma santan dan rasa gurih santan yang tidak terlalu tajam serta tidak terlalu kental dan hampir sama dengan yoghurt susu murni, berbeda dengan yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar 700 dan 1050 gram yang memiliki aroma dan rasa santan yang terlalu kuat sehingga kurang disukai oleh para panelis. Yoghurt dengan bahan dasar 700 dan 1050 gram daging kelapa parut pada masa inkubasi 72 jam menghasilkan yoghurt yang terlalu padat dan kental sehingga berbeda dengan yoghurt susu murni dan kurang disukai oleh panelis. Pada segi warna, masing-masing yoghurt santan kelapa menunjukkan nilai kesukaan yang relatif sama, hal ini dikarenakan yoghurt santan kelapa memiliki warna putih yang relatif sama dengan yoghurt susu murni.

13 Kesimpulan Berdasarkan uji kualitas kimiawi pada yoghurt santan kelapa pada lama waktu inkubasi dan kekentalan bahan baku yang diuji atau diteliti, maka yoghurt santan kelapa yang memiliki mutu yang baik sesuai dengan standar mutu yoghurt adalah yoghurt santan kelapa dengan bahan dasar santan dari 350 gram daging kelapa parut. Pada uji organoleptik yang telah dilakukan, panelis memberikan nilai kesukaan yang paling tinggi kepada yoghurt dengan bahan dasar santan dari 350 gram daging kelapa parut pada lama waktu inkubasi 48 jam. Lama waktu inkubasi dan kekentalan bahan baku yang digunakan berpengaruh terhadap nilai ph, kadar protein, kadar padatan, dan kadar abu. Ucapan terima kasih Penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dr. V. Irene Meitiniarti, yang telah banyak membantu dan memberikan masukan secara ilmiah. Daftar Pustaka Askar, S; Sugiarto Uji Kimiawi dan Organoleptik sebagai Uji Mutu Yoghurt. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Fardiaz, S Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Bogor: IPB, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Hartanto, H Pengaruh Waktu dan Nutrien dalam Pembuatan Yoghurt dari Susu dengan Starter Plain Lactobacillus bulgaricus menggunakan alat fermentor [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Helferich, W and D.C. Westhoff All About Yoghurt. New York: Prentice-Hall Inc Janna Unsur Kimia dalam Buah Kelapa. ( Dipublikasikan 23 Maret (19 Mei 2014). Khoiriyah, L.K; Fatchiyah Karakter Biokimia dan Profil Protein Yogurt Kambing PE Difermentasi Bakteri Asam Laktat (BAL). Jurnal. Exp. Life Sci. Vol. 3 No. 1, Kusumawarhani, C Studi Pembuatan Yoghurt Susu Buncis: Kajian Penambahan Starter dan Susu Bubuk Skim serta Perbandingannya dengan Yoghurt Susu Sapi [Thesis]. Malang: Universitas Muhamadiyah. Nofrianti, R; Azima, F; Eliyasmi, R Pengaruh Penambahan Madu terhadap Mutu Yoghurt Jagung. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan-Vol 2 no 2 Rahayu, E.S; Indrati, R,; Utami, T.; Harmayani, E dan Nurcahyanto, M Bahan Pangan Hasil Fermentasi. Yogyakarta: PAU UGM

14 Rozi, A.F; Radiati, L.E; Rosyidi, D Pengaruh Lama Simpan Yoghurt Drink pada Suhu Refrigerator terhadap Nilai ph, Viskositas, Sineresis, dan Total Plate Count (TPC). Malang: Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Silalahi, F.Y, Fermentasi Fruitghurt dengan Variasi Kulit Buah Upaya dalam Pemanfaatan Limbah Cair Buah. Semarang: Teknik Kimia, Universitas Diponegoro. Sirait, C.H Proses Pengolahan Susu menjadi Yoghurt. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Standar Nasional Indonesia. No Yoghurt. Jakarta: Pusat Standarisasi Industri, Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Tamime, A.Y. dan Robinson, R.K Yoghurt Science and Technology. Second Edition. England: Woodhead Publishing Limited. Yanuar, T Studi Mutu Yoghurt Santan Kelapa Selama Penyimpanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Zakaria, Y Sifat Kimia, Mikrobiologi dan Organoleptik Yoghurt yang Menggunakan Persentase Lactobacillus casei dan Kadar Gula yang Berbeda [Thesis]. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

15 Lampiran Foto A B C D Gambar 6. Foto kenampakan yoghurt santan kelapa dan yoghurt susu murni Keterangan : A = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 1050 gram daging kelapa B = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 700 gram daging kelapa C = Yoghurt santan kelapa bahan dasar 350 gram daging kelapa D = Yoghurt susu murni Gambar 7. Foto inkubasi yoghurt santan kelapa dan yoghurt susu murni. Gambar 8. Foto uji organoleptik.

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pengaruh konsentrasi starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus terhadap kualitas yoghurt susu kambing

Lebih terperinci

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih. Lampiran 1. Lembar Uji Hedonik Nama : Usia : Pekerjaan : Pengujian organoleptik dilakukan terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan yoghurt dengan metoda uji kesukaan/hedonik. Skala hedonik yang digunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, dan (6) Hipotesis Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yoghurt merupakan salah satu bentuk produk minuman hasil pengolahan susu yang memanfaatkan mikroba dalam proses fermentasi susu segar menjadi bentuk produk emulsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai 13 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai penjual di Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang dan Laboratorium

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat

Lebih terperinci

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat dan penurunan mutu produk kopi instan formula a. Kadar air (AOAC, 1995) Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsip dari metode

Lebih terperinci

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI 1 UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FITA FINARSIH A 420 100 067 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN

LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN LAMPIRAN 1. SPESIFIKASI BAHAN PENELITIAN A. Spesifikasi Susu Skim Bubuk Oldenburger Komponen Satuan Jumlah (per 100g bahan) Air g 3,6 Energi kj 1480 Protein g 34,5 Lemak g 0,8 Karbohidrat g 53,3 Mineral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan gizi dan bertambahnya tingkat pendapatan mayarakat, menyebabkan permintaan bahan pangan yang

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN

LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN LAPORAN TUGAS AKHIR OPTIMASI PEMBUATAN COCOGURT MENGGUNAKAN FERMENTOR SERTA KULTUR CAMPURAN Lactobacillus sp. DAN Streptococcus sp. DENGAN VARIASI SUKROSA DAN POTONGAN BUAH MANGGA Optimization of Manufacturing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan perlakuan satu faktor (Single Faktor Eksperimen) dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan yaitu penambahan

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau.

VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK. Riau. VARIASI PENAMBAHAN SUSU SKIM TERHADAP MUTU COCOGHURT MENGGUNAKAN Enterococcus faecalis UP 11 YANG DIISOLASI DARI TEMPOYAK Usman Pato 1, Akhyar Ali 1 dan Miky Pitrayadi 2 1 Staf Pengajar Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai Juli 2015. Pembuatan jenang dilakukan di Laboratorium Benih-UKSW dan analisis kandungan gizi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah susu sapi segar dari Koperasi Susu di daerah Ciampea - Bogor, susu skim, starter bakteri Lactobacillus casei, dan

Lebih terperinci

BAB V RANCANGAN PENELITIAN

BAB V RANCANGAN PENELITIAN BAB V RANCANGAN PENELITIAN 5.1 Alat dan Bahan yang digunakan 5.1.1 Alat yang digunakan Alat yang digunakan pada penelitian meliputi autoklaf 50X Electric Model 24 Liter, neraca digital, erlenmeyer 500

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali dijual olahan susu fermentasi, salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih besar daripada susu segar karena terjadi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing peranakan Etawah (susu kambing PE) yang diperoleh dari peternakan kambing di Ciapus Bogor, susu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Hampir semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh kita terdapat dalam susu. Susunan nilai gizi yang sempurna ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu jamur yang banyak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA

KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA KARAKTERISTIK YOGHURT TERSUBTITUSI SARI BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI STARTER YANG BERBEDA-BEDA Muhammad Saeful Afwan 123020103 Pembimbing Utama (Ir. H. Thomas Gozali,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan

Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pendahuluan 1. Penentuan Formulasi Bubur Instan Berbasis Tepung Komposit : Tepung Bonggol Pisang Batu dan Tepung Kedelai Hitam Tujuan: - Mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) : Rendemen merupakan persentase perbandingan antara berat produk yang diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini makanan atau minuman fungsional sangat mudah ditemukan, salah satunya adalah yogurt. Menurut Standar Nasional Indonesia (2009), yogurt merupakan produk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR TUGAS AKHIR PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR (MANUFACTURE OF COW S MILK YOGHURT WITH THE HELP OF MICROORGANISMS IN PLAIN YOGHURT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya. 57 Lampiran I. Prosedur Analisis Kimia 1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). Timbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1-2 g dalam botol timbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak diketahui oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak sekali minuman fermentasi yang dijual dipasaran, salah satunya yoghurt. Yoghurt mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan susu segar sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogurt merupakan produk semi solid yang dibuat dari susu standarisasi dengan penambahan aktivitas simbiosis bakteri asam laktat (BAL), yaitu Streptococcous thermophilus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Sampel yang digunakan berjumlah 24, dengan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Industri Pengolahan Hasil Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Laboratorium

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS Jumiati Catur Ningtyas*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010).

I. PENDAHULUAN. mineral, serta antosianin (Suzuki, dkk., 2004). antikanker, dan antiatherogenik (Indrasari dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah salah satu jenis sereal yang dikonsumsi hampir satu setengah populasi manusia dan kira-kira 95% diproduksi di Asia (Bhattacharjee, dkk., 2002). Terdapat beberapa

Lebih terperinci

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia

Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia PROSES PEMBUATAN DAN ANALISIS MUTU YOGHURT Marman Wahyudi 1 Susu merupakan makanan pelengkap dalam diet manusia sehari-hari dan merupakan makanan utama bagi bayi. Ditinjau dari komposisi kimianya, susu

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh:

LAPORAN AKHIR PKM-P. Oleh: LAPORAN AKHIR PKM-P Formulasi dan Daya Terima Susu Fermentasi yang Ditambahkan Ganyong (Canna edulis. Kerr) sebagai Minuman Sinbiotik Serta Daya Hambatnya Terhadap Pertumbuhan E.coli. Oleh: Babang Yusup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kefir dari susu sapi dengan kualitas terbaik

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan 20 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pemanfaatan Susu Sapi,Susu Kerbau Dan Kombinasinya Untuk Optimalisasi Kadar Air, Kadar Lemak Dan Tekstur Keju Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu awal hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Percobaan Pembuatan yoghurt dari kacang merah Bahan : Kacang merah = 250 gram Aquadest = 1000 ml Gula pasir = 7,5 gram Susu Skim = 70 gram Jumlah Kultur = Lactobacillus

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan Pembuatan Yogurt 1. Pendahuluan Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang diproses melalui proses fermentasi dengan penambahan kultur organisme yang baik, salah satunya yaitu bakteri asam laktat. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di III. MATERI DAN METODE 1.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2013 di Laboratorium Teknologi Pasca Panen, Laboratorium Nutrisi dan Kimia serta Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian BAB V METODOLOGI 5.1 Bahan dan Alat yang Digunakan dan Tahapan-tahapan dalam Penelitian Penelitian yang saya lakukan ini adalah tentang pembuatan susu prebiotik ubi jalar yang mengacu pada (Suhartini,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RANCANGAN PENELITAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan dengan 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi produk pangan hasil fermentasi semakin meningkat seiring berkembangnya bioteknologi. Produk-produk fermentasi dapat berbahan dari produk hewani maupun

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu

METODE. Lokasi dan Waktu METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Ternak bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Insitut Pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan Penelitian, Kerangka pemikiran, Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Pertenakan Universitas Muhammadiyah Malang, Laboratorium Biomedik Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratoriun Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI MAKALAH PENELITIAN PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI Oleh : Arnoldus Yunanta Wisnu Nugraha L2C 005 237

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan sebanyak dua kali. Penelitian pendahuluan yang pertama dimaksudkan untuk menentukan jenis bahan tambahan pengental yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Yoghurt adalah suatu produk olahan yang merupakan fermentasi dari susu yang telah lama dikenal dan memiliki rasa asam yang spesifik. Yoghurt dapat dibuat dari susu

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor

Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor LAPORAN TUGAS AKHIR Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Minuman Probiotik Sari Buah Melon (Curcumismelo L.) Dengan Starter Lactobacillus Bulgaricus Menggunakan Fermentor ( The Influence of Temperature in The

Lebih terperinci

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter 1 III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis kadar protein, viskositas, dan sifat organoleptik.

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan produk pangan khas Indonesia berbahan kedelai yang diolah melalui fermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Tempe sangat familiar dikalangan masyarakat

Lebih terperinci

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON

PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON SEMINAR HASIL PRODUKSI ABON IKAN PARI ( (RAYFISH): PENENTUAN KUALITAS GIZI ABON OLEH : FITHROTUL MILLAH NRP : 1406 100 034 Dosen pembimbing : Dra. SUKESI, M. Si. Surabaya, 18 Januari 2010 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu, Laboratorium Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU),

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUHU FERMENTASI TERHADAP KADAR LEMAK DAN KEASAMAN PADA YOGHURT SUSU KEDELAI (SOYGHURT) KULIT BUAH PISANG RAJA (Musa textillia)

PENGARUH VARIASI SUHU FERMENTASI TERHADAP KADAR LEMAK DAN KEASAMAN PADA YOGHURT SUSU KEDELAI (SOYGHURT) KULIT BUAH PISANG RAJA (Musa textillia) MAKALAH PENDAMPING SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 PARALEL

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci