PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG P A S A R DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG P A S A R DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang : a. bahwa pasar sebagai sarana ekonomi m asyarakat perlu dikelola secara baik untuk kepentingan ekonomi masyarakat maupun untuk pengembangan pasar itu sendiri; b. bahwa untuk m eningkatkan efesiensi dan efektifitas sehingga pasar m ampu m emenuhi fungsinya sebagai sarana ekonomi m asyarakat dan memberi m anfaat untuk Daerah, maka perlu dibentuk peraturan tentang pasar sebagai pedom an umum pasar di Kabupaten Agam; c. bahwa untuk mewujudkan maksud sebagaim ana tersebut pada huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan dengan Paraturan Daerah Kabupaten Agam. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam lingkungan Daerah propinsi Sum atera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25 ) ; 2. Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Nomor 1962 Nomor 10 ); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1969 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 37, T ambahan Lembaran Negara Nomor 2901); 1

2 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Nomor 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2576 ); 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Nomor 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501 ); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502 ); 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan T erbatas ( Lembaran Negara T ahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587); 8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil ( Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan lembaran Negara Nomor 3661 ); 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, T ambahan Lembaran Negara Nomor 3639); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68,T ambahan Lembaran Negara Nomor 3699 ); 11. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara T ahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 ); 12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3438 ) ; 2

3 13. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, T ambahan Lembaran Negara Nomor 4048 ); 14. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara 4132); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 T ahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258 ); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 51 T ahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan ( Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538 ); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 25 T ahun 2000 tentang Kewenangan Pem erintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Daerah T ahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2952 ) ; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 20 T ahun 2001 tentang Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090 ); 19. Keputusan Presiden Nomor 44 T ahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undang, Dan Bentuk Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70 ); 3

4 20. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2000 T entang Ketentuan Pokok Pem erintahan Nagari (Lembaran Daerah Sum atera Barat Tahun 2000 Nomor 13); 21. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam (Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2001 Nomor 35); 22. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 31 T ahun 2001 Tentang Pem erintahan Nagari (Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2001 Nomor 35 ); 23. Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Tata Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Agam Tahun 2002 Nomor 12 ). Dengan Persetujuan DEWAN P ERWAK ILAN RAK YAT DAERAH K ABUP ATEN AGAM MEMUTUSK AN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUP ATEN AGAM TEN TAN G PAS AR. B A B I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Agam. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Agam. 3. Bupati adalah Bupati Agam. 4. Camat adalah perangkat daerah yang m emimpin Kecam atan. 4

5 5. Kecamatan adalah wilayah kerj a Camat. 6. Nagari adalah kesatuan m asyarakat hukum adat dalam Kabupaten Agam, yang terdiri dari himpunan beberapa suku di Minangkabau yang mempunyai wilayah dan batas batas tertentu dan mempunyai harta kekayaan sendiri, berwenang m engurus rum ah tangganya dan memilih pimpinan pemerintahannya. 7. Badan Perwakilan Rakyat Nagari selanjutnya disebut BPRN adalah badan legislatif nagari. 8. Kerapatan Adat Nagari selanjutnya disebut KAN, adalah lembaga perwakilan permusyawaratan dan pemufakatan adat tertinggi yang telah ada dan diwarisi secara turun temurun sepanj ang adat ditengahtengah m asyarakat nagari. 9. Jorong adalah bagian dari wilayah Nagari. 10. Pasar adalah suatu wilayah dengan batas-batas yang jelas sebagai tempat berlangsungnya pertemuan atau transaksi antara penjual dan pembeli. 11. Pasar Jorong adalah pasar yang dimiliki oleh satu jorong atau lebih. 12. Pasar Nagari adalah pasar yang dimiliki oleh satu nagari. 13. Pasar Serikat adalah pasar yang dimiliki oleh dua nagari atau lebih. 14. Pasar Daerah adalah pasar yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah. 15. Pasar Swasta adalah pasar yang bukan pasar jorong, pasar nagari, pasar serikat dan pasar daerah. 16. Badan Perwakilan Pemilik Pasar adalah wadah yang beranggotakan utusan pemilik pasar. 17. Komisi Pasar adalah wadah yang beranggotakan wakil pemilik pasar sebagai pengawas pengelolaan pasar. 18. Pengurus Pasar adalah sejumlah orang yang dipilih oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar untuk mengurus pasar. 19. Kios atau toko adalah bangunan pasar yang dipisahkan oleh dinding sampai kelangit langit. 5

6 20. Los adalah bangunan pasar yang tidak dipisahkan oleh dinding sampai ke langit-langit. 21. Pelataran adalah bagian dari pasar yang tidak term asuk kios dan los. 22. Penyewa adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin dari yang berwenang untuk menempati kios dan los. 23. Sewa adalah pembayaran atas pemakaian kios atau toko dan los dalam jangka waktu tertentu. 24. Bea adalah pembayaran atas pemanfaatan fasilitas pasar dan pelayanan yang diberikan oleh pasar. 25. Opsen adalah pungutan Pem erintah Daerah terhadap pedagang yang dikenakan bea pasar. 26. Pemugaran adalah memperbaharui bagian atau seluruh bangunan kios atau toko, los dan pelataran tanpa m enambah dan mengubah luas bangunan asli. 27. Pembangunan adalah mendirikan, memperluas kios atau toko, los dan pelataran. 28. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang m eliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan uasaha milik negara atau daerah dengan nama dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sej enis, lembaga, dana pensiun, bentuk badan tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 29. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka kepatuhan terhadap pelaksanaan ketentuan Peraturan Daerah. 30. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Umum atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil, yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti dan dengan bukti itu m embuat terang tindak pidana serta menemukan tersangkanya. 6

7 BAB II FASILITAS DAN JENIS PASAR Pasal 2 Pasar harus memiliki fasilitas: a. Kios atau toko; b. Los; c. Pelataran; d. Fasilitas pendukung. Pasal 3 Jenis pasar terdiri dari : a. Pasar Jorong; b. Pasar Nagari; c. Pasar Serikat;. d. Pasar Daerah; e. Pasar Swasta. BAB III PASAR JORONG, PASAR NAGARI DAN PASAR SERIKAT Bagian Pertam a Badan Perwakilan Pemilik Pasar Pasal 4 (1) Keanggotaan Badan Perwakilan Pemilik Pasar berjumlah ganjil. (2) Kepengurusan Badan Perwakilan Pemilik Pasar terdiri dari satu orang Ketua, satu orang Wakil Ketua, satu orang Sekretaris dan Anggota. (3) Camat karena j abatan m enj adi Ketua Badan Perwakilan Pemilik Pasar terhadap pasar yang belum melunasi Kredit Inpres Pasar. Pasal 5 (1) Pada Pasar Jorong anggota Badan Perwakilan Pemilik Pasar berjumlah sebanyak-banyaknya 5 orang, yang terdiri dari Kepala Jorong dan tokoh masyarakat. 7

8 (2) Pada Pasar Nagari anggota Badan Perwakilan Pemilik Pasar berjumlah 5 orang, yang terdiri dari Wali Nagari, satu orang unsur BPRN, satu orang unsur KAN dan tokoh masyarakat. (3) Pada Pasar Serikat anggota Badan Perwakilan Pemilik Pasar berjumlah sebanyak-banyak 9 orang, yang terdiri dari unsur Wali Nagar, BPRN, KAN dan tokoh m asyarakat. Pasal 6 (1) Keanggotaan dan kepengurusan Badan Perwakilan Pemilik Pasar untuk Pasar Jorong dipilih oleh Kepala Jorong dan tokoh-tokoh masyarakat Jorong melalui musyawarah yang difasilitasi oleh Wali Nagari. (2) Keanggotaan dan kepengurusan Badan Perwakilan Pemilik Pasar dari unsur tokoh masyarakat untuk Pasar Nagari dan Pasar Serikat dipilih melalui musyawarah. (3) Bagi Pasar Serikat, pengalokasian utusan BPRN, unsur Nagari masingmasing dilakukan m elalui musyawarah Wali Nagari, Pimpinan Wali Nagari, Pimpinan BPRN dan Pimpinan KAN dari Nagari yang berserikat, dengan difasilitasi oleh Camat. Pasal 7 (1) Kepengurusan Badan Perwakilan Pemilik Pasar dikukuhkan dengan Keputusan Bupati. (2) Pengajuan pengukuhan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan oleh Wali Nagari atau Camat. Pasal 8 Badan Perwakilan Pemilik Pasar m empunyai tugas: a. Mengangkat dan memberhentikan Komisi Pasar dan Pengurus Pasar; b. Menetapkan kebij akan umum pengelolaan pasar; c. Mengesahkan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar. Pasal 9 Badan Perwakilan Pemilik Pasar, m engadakan rapat yang terdiri dari Rapat Tahunan dan Rapat Luar Biasa. Pasal 10 (1) Hal-hal yang dibicarakan dalam Rapat T ahunan: 8

9 a. mengesahkan perhitungan rugi/laba tahun buku bersangkutan; b. mengesahkan rencana Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar; c. membahas laporan Pengurus Pasar selama tahun buku; d. menetapkan penggunaan laba pasar; e. membahas Lain-lain yang diajukan oleh Pengurus Pasar. (2) Rapat Tahunan diselenggarakan setiap tahun paling lambat 2 ( dua ) bulan setelah tahun anggaran. Pasal 11 Rapat Luar Biasa diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Bagian Kedua Pengelola Pasar Pasal 12 Pasar dikelola oleh : a. Komisi Pasar; b. Pengurus Pasar. Paragraf Pertama Komisi Pasar Pasal 13 (1) Keanggotaan Komisi Pasar berjumlah sebanyak-banyaknya 4 orang. (2) Kepengurusan Komisi Pasar terdiri dari satu orang ketua dan anggota. Pasal 14 Komisi Pasar diangkat dan diberhentikan oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar. Pasal 15 Komisi Pasar mempunyai tugas dan wewenang : a. Mengawasi pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar; b. Mengawasi kebijakan pengelolaan pasar; c. Mem eriksa semua pembukuan, surat dan alat bukti lainnya, mem eriksa dan mencocokan keadaan uang kas; d. Mem anggil dan m eminta keterangan Pengurus Pasar; 9

10 e. Memberikan nasihat kepada Pengurus Pasar; f. Mengusulkan kepada Badan Perwakilan Pemilik Pasar mengadakan rapat meminta pertanggungj awaban Pengurus Pasar. Paragraf Kedua Pengurus Pasar Pasal 16 Pengurus Pasar terdiri dari Kepala Pasar, Sekretaris Pasar, Bendahara Pasar dan Petugas Pasar. Pasal 17 Pengurus Pasar diangkat dan diberhentikan oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar. Pasal 18 Pengurus Pasar m empunyai tugas dan wewenang : a. Menyusun dan m erumuskan program kerja tahunan; b. Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar setiap tahun; c. Melaksanakan pengelolaan pasar sehari-hari; d. Membuat dan menyampaikan laporan bulanan kepada Komisi Pasar. Pasal 19 Tugas dan wewenang masing-m asing Pengurus Pasar diatur dengan Keputusan Bupati. Bagian Ketiga Kedudukan Keuangan Badan Perwakilan Pemilik Pasar, Komisi Pasar dan Pengurus Pasar Pasal 20 (1) Badan Perwakilan Pemilik Pasar, Komisi Pasar dan Pengurus Pasar dapat diberi honorarium setiap bulan sesuai dengan kemampuan keuangan pasar. (2) Besarnya honorarium sebagaimana dim aksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar. Pasal 21 Honorarium sebagaim ana dimaksud Pasal 20 ayat (1) dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar. 10

11 Bagian Keempat Masa Jabatan Pasal 22 Masa j abatan Badan Perwakilan Pemilik Pasar, Komisi Pasar dan Pengurus Pasar adalah 4 tahun dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. Bagian Kelima Jabatan Rangkap Pasal 23 Anggota Badan Perwakilan Pemilik Pasar, anggota Komisi Pasar dan Pengurus Pasar tidak dibenarkan mem egang j abatan rangkap antara satu dengan yang lainnya. Bagian Keenam Pemberhentian Pasal 24 Anggota Badan Perwakilan Pemilik Pasar, anggota Komisi Pasar dan Pengurus Pasar berhenti atau diberhentikan karena: a. Berakhir masa jabatannya; b. Meninggal dunia; c. Mengajukan berhenti atas permintaan sendiri; d. Dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan; e. Mengalami krisis kepercayaan akibat melakukan perbuatan tidak terpuji; f. Tidak dapat m elaksanakan tugas dan wewenang m enurut sem estinya; g. Melanggar ketentuan sebagaim ana dim aksud Pasal 23; h. Pertanggungjawaban ditolak Badan Perwakilan Pemilik Pasar ; i. Tidak lagi menduduki j abatan sebagai Camat, Wali Nagari, Pimpinan BPRN dan Kepala Jorong. Bagian Ketuj uh Keuangan Pasar Pasal 25 (1) Paling lambat dua bulan sebelum akhir tahun anggaran, Pengurus Pasar wajib menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar. 11

12 (2) Rencana Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar diajukan kepada Badan Perwakilan Pemilik Pasar pada rapat tahunan untuk mendapatkan pengesahan. Pasal 26 Dalam rangka pengawasan, Anggaran Pendapatan dan Pengeluran Pasar diserahkan kepada Bupati dalam rangkap dua dan kepada Cam at satu rangkap. Pasal 27 Bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Pengeluranan Pasar serta penatausahaan keuangan pasar ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 28 Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar terdiri dari pendapatan dan pengeluaran. Pasal 29 Pendapatan pasar berasal dari : a. Sewa kios/toko dan los; b. Bea pasar; c. Bagi hasil dari kerj a sam a pengelolaan aset pasar; d. Pinjam an; e. Pendapatan lain-lain yang sah. Pasal 30 Pengeluaran pasar disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Pasal 31 (1) Laba pasar digunakan untuk : a. Tambahan modal; b. dana cadangan ; c. Bagian untuk Nagari atau jorong pemilik pasar; d. Pihak lain yang menanam kan modal di pasar; e. Insentif bagi Badan Perwakilan Pemilik Pasar, Komisi Pasar dan Pengurus Pasar. 12

13 (2) Kecuali huruf d, pembagian laba sebagaim ana dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar dalam rapat tahunan. Bagian Kedelapan Penatausahaan Keuangan Pasar Pasal 32 (1) Dalam mengelola keuangan pasar, pengurus pasar m elaksanakan penatausahaan keuangan pasar. (2) Bentuk dan tata cara penatausahaan keuangan pasar ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kesembilan Pinjam an Pasal 33 (1) Untuk m embiayai pembangunan prasarana, pasar dapat melakukan pinjam an j angka panjang. (2) Tata cara pinj aman diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupat. (3) Untuk melakukan pinjaman harus mendapat persetujuan BP3. Bagian Kesepuluh Pertanggungjawaban Pasal 34 Komisi Pasar dan Pengurus Pasar wajib m empertanggungj awabkan pengelolaan pasar kepada Badan Perwakilan Pemilik Pasar dalam suatu rapat khusus yang dilaksanakan selambat-lambatnya dua bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. Pasal 35 Pertanggungjawaban dilakukan secara tertulis dalam suatu naskah yang berisikan laporan pelaksanaan tugas dan perhitungan anggaran. 13

14 Pasal 36 (1) Laporan pertanggungj awaban diserahkan kepada Bupati dua rangkap dan Cam at satu rangkap. (2) Bagi Pasar Jorong laporan pertanggungjawaban juga diserahkan kepada Wali Nagari satu rangkap. Bagian Kesebelas Sewa dan Bea Pasar Pasal 37 (1) Terhadap kios atau toko, los dan tanah dipungut sewa dan bea pasar. (2) Terhadap pelataran dan pelayanan lainnya yang diberikan oleh pasar dipungut bea pasar. Pasal 38 (1) Besarnya sewa dan bea pasar ditetapkan oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar. (2) Pemerintah Daerah menetapkan Pedoman dalam penentuan sewa dan bea pasar dengan Keputusan Bupati. Pasal 39 Bea Pasar sebagaimana dim aksud Pasal 37 ayat (2) dilakukan dengan menggunakan karcis yang dicetak oleh Badan Perwakilan Pemilik Pasar. Bagian Keduabelas Opsenten Pasar Pasal 40 (1) Pungutan Bea Pasar telah termasuk opsen pasar. (2) Besarnya opsenten pasar sebagaim ana dimaksud ayat (1) ditetapkan setinggi-tingginya dua puluh lima persen dan disetorkan ke Kas Daerah. (3) Besarnya opsenten pasar ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 14

15 (4) Jumlah opsenten pasar sebagaimana dimaksud ayat (2) dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar. Bagian Ketigabelas Pembangunan dan Pemugaran Pasar Pasal 41 (1) Pembangunan pasar dapat berupa pembangunan baru atau penambahan bangunan. (2) Pemugaran pasar dilakukan dengan memperbaharui bangunan yang ada tanpa menambah jumlah kios atau toko dan los. Pasal 42 (1) Setiap penambahan bangunan dan atau pembangunan baru dan atau pemugaran pasar melibatkan Pemerintah Daerah. (2) Keterlibatan Pemerintah Daerah sebagaim ana ayat (1) mulai dari proses perencanaan sampai selesai pelaksanaan pembangunan. Pasal 43 (1) Bangunan kios atau toko dan los hasil pembangunan baru dan atau penambahan bangunan, diprioritaskan untuk pedagang kecil golongan ekonomi lem ah yang belum m emperoleh tempat yang layak untuk berusaha. (2) Pengaturan dan penempatan kios atau toko dan los sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara terbuka dan adil. Pasal 44 (1) Pasar yang dibangun dan atau dipugar dengan biaya Pemerintah Daerah, maka Pem erintah Daerah mendapatkan bagian dari sewa kios atau toko, dan los. (2) Bagian Pemerintah Daerah sebagaim ana dim aksud ayat (1) sebesar dua puluh lim a prosen yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar. 15

16 Pasal 45 Penempatan kios atau toko dan los hasil pemugaran diprioritaskan untuk pedagang lam a yang menempati kios atau toko dan los sebelum pemugaran. Pasal 46 Tanah dan bangunan pribadi yang berada dalam areal pasar wajib tunduk pada peraturan yang m engatur tentang pasar BAB IV PASAR DAERAH Pasal 47 Pemerintah Daerah dapat mendirikan dan atau mengelola pasar. Pasal 48 Pembangunan pasar oleh Pem erintah Daerah berpedoman kepada ketentuan yang berlaku. Pasal 49 Pengelolaan pasar dilakukan oleh Pem erintah Daerah atau instansi yang ditunjuk. Pasal 50 (1) Pengelola Pasar Daerah dapat m elakukan pungutan atas pelayanan yang diberikan. (2) Pungutan sebagaimana dim aksud ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah Pasal 51 Penempatan pedagang diatur dengan Keputusan Bupati BAB V PASAR SWASTA Pasal 52 Setiap orang pribadi atau Badan dapat mendirikan dan m engelola pasar. 16

17 Pasal 53 Pendirian dan pengelolaan pasar sebagaim ana dim aksud Pasal 52 harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 54 Setiap pembangunan pasar, disamping m emenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2, juga m emberikan kesempatan kepada anak nagari setempat untuk mendapatkan tempat berdagang. Pasal 55 Pengelolaan pasar dilakukan oleh unit organisasi sesuai dengan kebutuhan pemilik pasar. Pasal 56 Pengelola Pasar dapat m elakukan pungutan dengan mempertimbangkan pelayanan yang diberikan sesuai dengan kemampuan masyarakat. BAB VI PENEMPATAN PEDAGANG Pasal 57 Penempatan pedagang pada kios atau toko, los dan pelataran untuk semua jenis pasar dikelompokan berdasarkan jenis usaha atau barang dagangan. BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN PEDAGANG Pasal 58 Pedagang berhak mendapatkan pelayanan, perlindungan dan keam anan dari pengelola pasar. Pasal 59 Pedagang m empunyai kewajiban m ematuhi ketentuan yang telah ditetapkan Pengelola Pasar. 17

18 BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 60 (1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan terhadap pasar. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) sebagai upaya memberdayakan pasar melalui pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi. Pasal 61 Dalam rangka pengawasan, Badan Perwakilan Pemilik Pasar m elaporkan hasil Rapat Tahunan dan Rapat Luar Biasa kepada Bupati. Pasal 62 Pengawasan terhadap pasar jorong, pasar nagari, pasar serikat dan pasar daerah dilakukan Aparat Pengawas Fungsional. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 63 Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp ,- ( lim a juta rupiah ). BAB X PENYIDIKAN Pasal 64 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pem erintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk m elakukan penyidikan tindak pidana pelanggaran. 18

19 (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah: a. menerima, m encari, mengumpulkan dan m eneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran, agar keterangan atau laporan tersebut menj adi lebih lengkap dan j elas; b. meneliti, mancari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidan pelanggaran; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana pelanggran; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokum en lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran; e. melakukan penggeledahan untuk m endapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana pelanggaran; g. menyuruh berhenti dan atau m elarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pem eriksaan sedang berlangsung dan m emeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaim ana dim aksud huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana pelanggaran; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang pelanggaran m enurhukum yang dapat dipertanggung-j awabkan. (3) Penyidik sebagaim ana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan m enyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 19

20 BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 65 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, segala ketentuan yang bertentangan dan atau tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 66 Hal hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah sepanj ang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 67 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam. Ditetapkan di Lubuk Basung pada tanggal 8 Maret 2004 BUPATI AGAM, dto. ARISTO MUNANDAR Diundangkan di Lubuk Basung pada tanggal 17 Maret 2004 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN AGAM, dto. Drs. MUCHSIS MALIK NIP

21 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN AGAM TAHUN 2004 NOMOR 4. PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PASAR I. UMUM Pasar dapat dilihat dari dua sudut pandang, pertama sebagai sarana atau tempat usaha ekonomi masyarakat, baik secara administrasi dan manajemen dijalankan, kedua pasar dipandang sebagai suatu proses, yaitu interaksi antara orang-orang yang terjadi dilingkungan pasar, baik formal maupun informal. Sebagai proses dan sarana ekonomi masyarakat, pasar perlu dielola dengan baik demi kepentingan perekonomianmasyarakat maupun pengembangan pasar itu sendiri. Namun selama ini, pengelolaan dan pembinaan pasar belumlah optimal, sehingga belum mampu secara optimal menjalaankan tugas masyarakat dilingkungan pasar. Disamping itu, belum ada aturan yang mengatur pasar secara keseluruhan di Kabupaten Agam, dan aturan yang ada hanya bersifat partsial dalam artian kasus perkasus. Dengan berlakunya Peraturan Daerah Propinsi Sumaera Barat Nomor 9 tahun 2000 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari dan Peratauran Daerah Kabupaten Agam Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pemerintahan Nagari pada Pasal 61 aaayat (1) dinyatakan, bahwa Pasar Nagari merupakan harta kekayaan Ngari. Atas dasar pemikiran sebagaimana yang disebut di atas dan mengacu semangat Otonomi Daerah, maka Peraturan Daerah tentang Pasar di Kabupaten Agam memberikan implementasi terhadap pengaturan segala aspek tentang pasar secara komprehensif, sekaligus sebagai pedoman bagi pengelolaan pasar, sebagai acuan dalam pembinaan dan pengawasan terhadap pasar di Kabupaten Agam bagi aparatur pemerintah dan masyarakat dalam rangka pemberdayaan usaha ekonomi rakyat, pembangunan daerah dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah. 21

22 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Pasar dalam pengertian ini tidak termasuk supermarket, plaza, mall, departem en store dan pasar ternak. Angka 11, 12, 13 dan 14 Pemakaian kata milik tidak serta merta menjadikan penguasa pasar sebagai pemilik tanah pasar. Angka 15 Termasuk dalam pengertian ini pasar yang dimiliki oleh BUMN dan BUMD. 22

23 Angka 16 Angka 17 Angka 18 Angka 19 Angka 20 Angka 21 Angka 22 Angka 23 Angka 24 Angka 25 Angka 26 Angka 27 Angka 28 Angka 29 23

24 Angka 30 Pasal 2 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Fasilitas pendukung meliputi WC, tempat pembuangan sampah sem entara, pangkalan kendaraan, tempat parkir, kantor pasar, ruang terbuka, air bersih, sarana ibadah, pos keamanan, inform asi dan komunikasi serta fasilitas pendukung lainnya. Pasal 3 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Cukup j elas Huruf e Cukup j elas Pasal 4 Cukup j elas 24

25 Ayat (2) Cukup j elas Ayat (3) Cukup j elas Pasal 5 Cukup j elas Ayat (2) Tokoh masyarakat adalah m asyarakat yang m empunyai kem ampuan profesional. Ayat (3) Contoh 1: Pasar serikat yang dimiliki 3 ( tiga ) Nagari dan tidak terikat kredit Inpres Pasar, maka anggota BPPP terdiri dari Wali Nagari 3 orang dan Pimpinan BPRN 6 orarng. Contoh 2: Pasar serikat yang dimiliki 3 ( tiga ) Nagari dan yang terikat dengan kredit Inpres Pasar, maka anggota BPPP terdiri dari Wali Nagari 3 orang, Pimpinan BPRN 5 orarng dan Camat 1 orang.. Pasal 6 Cukup j elas Ayat (2) Pada Pasar Nagari difasilitasi oleh Wali Nagari, Pasar Serikat difasilitasi oleh Cam at. Ayat (3) Cukup j elas Pasal 7 Cukup j elas 25

26 Ayat (2) Untuk pasar jorong, pengajuan penetapan Badan Perwakilan Pemilik Pasar dislakukan oleh Wali Nagari melalui Camat. Untuk Pasar Nagari dan Pasar Serikat, pengajuan penetapan Badan Perwakilan Pemilik Pasar dilakukan oleh Camat. Pasal 8 Huruf a Huruf b Huruf c Pasal 9 Pasal 10 Ayat 1 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Pasal 11 26

27 Pasal 12 Huruf a Huruf b Pasal 13 Ayat (2) Pasal 14 Pasal 15 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Pasal 16 27

28 Petugas pasar antara lain. Petugas pemungut, petugas parkir, petugas pangkalan kendaraan, petugas kebersihan, petugas keamanan dan ketertiban serta petu gas wc umum Pasal 17 Pengangkatan dan pemberhentian Pngurus Pasar ditetapkan dengan Keputusan Badan Perwakilan Pemilik Pasar. Pasal 18 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Laporan berikutnya. bulanan disampaikan paling lambat tangal 10 bulan Pasal 19. Pasal 20 Ayat (2) Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 28

29 Anggota Badan Perwakilan Pemilik Pasar tidak boleh merangkap menjadi anggota Komisi Pasar, demikian juga dengan Komisi Pasar Pasal 24 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Pasal 25 Ayat (2) Pasal 26 29

30 Khusus untuk pasar jorong Anggaran Pendapatan dan Pengeluaran Pasar diserahkan satu rangkap kepada Wali Nagari. Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Pinjaman dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Pengularan Pasar. Huruf e Pasal 30 Pengeluaran pasar antara lain untuk pembayaran hutang pasar, seperti kredit pasar Inpres Pasal 31 Huruf a Huruf b Huruf c 30

31 Huruf d Dalam pengertian pihak lain, tidak termasuk Pemerintah Daerah. Huruf e Ayat (2) Pembagian laba untuk pihak lain sebagaimana dimaksud huruf d, sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Pasal 32 Ayat (2) Pasal 33 Ayat (2) Ayat (3) Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 31

32 Ayat (2) Pasal 37 Tanah yang dimaksudkan disini, adalah tanah milik pasar yang di atasnya didirikan bangunan oleh penyewa. Ayat (2) Pelayanan yang diberikan oleh pasar terdiri dari pelayanan pelataran, keamanan, kebersihan, ketertiban, parkir dan atau pangkalan kendaraan. Pelayanan lainnya antara lain WC dan air bersih. Dalam pengertian ini tidak termasuk parkir dan pelayanan lainnya yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Pasal 38 Penetapan sewa dan bea pasar harus mempertimbangkan kemampuan pedagang untuk membayar. Pasal 39 Pasal 40 Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) 32

33 Pasal 41 Ayat (2) Pasal 42 Ayat (2) Pasal 43 Ayat (2) Pasal 44 Ayat (2) Pasal 45 Pasal 46 Tanah dan bangunan pribadi maksudnya adalah tanah dan bangunan yang tidak berada di bawah penguasaan pengelola pasar. Areal pasar adalah wilayah sekitar pasar. Pasal 47 33

34 Pasal 48 Pasal 49 Pasal 50 Ayat (2) Pasal 51 Pasal 52 Pasal 53 Pasal 54 Pasal 55 Pasal 56 Pasal 57 Pengaturan dan penempatan pedagang melalui pendaftaran terbuka bagi calon pedagang kepada Pengurus Pasar dan penentuan penempatan dilakukan melalui undian/loting. Pasal 58 Pasal 59 34

35 Pasal 60 Ayat (2) Pasal 61 Laporan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung, seperti daftar hadir, notulen rapat APPP yang telah disahkan dan lain-lain. Pasal 62 Pasal 63 Pasal 64 Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g 35

36 Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Ayat (3) Pasal 65 cukup jelas Pasal 66 Pasal 67 36